BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangDiabetes Melitus merupakan salah satu jenis
penyakit degeneratif yang bersifat kronis, tidak dapat disembuhkan
namun dapat dikendalikan (Dinkes Jateng, 2006). Diabetes melitus
atau dikenal oleh masyarakat dengan kencing manis menurut PERKENI
(2011), kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya
peningkatan kadar gula dalam darah akibat kekurangan insulin, baik
tidak sama sekali dihasilkan atau kadar insulin yang sedikit
dihasilkan. Data World Health Organization (WHO) tahun 2007
Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes
melitus terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat
dengan prevalensi 8,6 % dari seluruh penduduk Indonesia. Jumlah
penduduk dunia sendiri yang menderita diabetes melitus berjumlah
171 juta jiwa pada tahun 2000 dan diperkirakan pada tahun 2030
menjadi 366 juta penderita. Total penderita diabetes melitus
Indonesia menurut Depkes RI tahun 2008 mencapai 8.246.000 jiwa pada
tahun 2000 dan diperkirakan menjadi 21.257.000 jiwa penderita pada
tahun 2030. Didapatkan data dari Kementerian Kesehatan RI tahun
2011 jumlah penderita diabetes melitus di Propinsi Jawa Tengah
sebanyak 509.319 orang dan prevalensi pada tahun 2007 penderita
diabetes melitus tipe 1 sebesar 0,09%, sedangkan kasus diabetes
melitus tipe 2 mengalami peningkatan sebesar 0,74% pada tahun 2005;
0,83% pada tahun 2006 dan 0,96% pada tahun 2007. Penderita diabetes
melitus di Kabupaten Banyumas pada tahun 2008 sebesar 3.232 orang.
Berdasarkan data diatas tersebut prevalensi diabetes melitus tiap
tahun ke tahun memang semakin meningkat. Dalam makalah ini, penulis
ingin mengkaji lebih dalam lagi mengenai konsep penyakit Diabetes
Mellitus.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, ada beberapa masalah pokok yang
menjadi pusat pembahasan bagi penulis adalah sebagai berikut:1.
Apakah pengertian dan klasifikasih dari Diabetes Mellitus?2.
Bagaimanakah anatomi dan fisiologi dari pankreas?3. Apakah etiologi
dari Diabetes Mellitus?4. Bagaimanakah tanda dan gejala dari
Diabetes Mellitus?5. Bagaimanakah perjalanan penyakit Diabetes
Mellitus?6. Apakah komplikasi dari Diabetes Mellitus?7. Apaka
sajakah pendidikan kesehatan untuk pasien Diabetes Mellitus?
1.3 Tujuan PenulisanAdapun tujuan karya tulis ini adalah sebagai
berikut:1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Sistem
Endokrin2. Untuk mengetahui pengertian dan klasifikasi Diabetes
Mellitus3. Untuk mengetahui etiologi dari Diabetes Mellitus4. Untuk
mengetahui tanda dan gejala Diabetes Mellitus5. Untuk mengetahui
perjalanan penyakit Diabetes Mellitus6. Untuk mengetahui komplikasi
dari Diabetes Mellitus7. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan
untuk pasien Diabetes Mellitus
BAB IIKAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Diabetes MellitusDiabetes Mellitus merupakan
suatu kelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hyperglikemia. Glukosa secara normal
bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di
hati dari makanan yang dikonsumsi (Smeltzer dan Bare, 2002).
Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan
kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan
penyimpanannya. Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi
terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan
sama sekali produksi insulin.Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena
adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif (Noer, 2003). Diabetes mellitus adalah
penyakit dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar gula dalam
tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan gula
sehingga mengganggu system kerja tubuh secara keseluruhan (FKUI,
2001).Pereira, Berg-Cross, Almeida, dan Machado (2008) menyatakan,
diabetes bukanlah satu-satunya penyakit yang termasuk kedalam
penyakit gangguan pada sistem metabolik yang secara umum penyakit
ini disebabkan oleh ketidakmampuan atau ketidakcukupan pankreas
dalam menghasilkan insulin. Diabetes melitus adalah penyakit kronis
yang memerlukan perawatan medis dan penyuluhan untuk self
management yang berkesinambungan untuk mencegah komplikasi akut
maupun kronis.2.2 Klasifikasi Diabetes MellitusEmpat klasifikasi
klinis gangguan toleransi glukosa yang disahkan oleh World Health
Organization (WHO): 1) Diabetes melitus tipe 1 atau disebut DM yang
tergantung pada insulin (IDDM)Dahulu dikenal sebagai tipe
juvenileonset dan tipe dependen insulin; namun, kedua tipe ini
dapat muncul pada sembarang usia. Insidensi diabetes tipe 1
sebanyak 30.000 kasus baru setiap tahunnya dan dapat dibagi dalam
dua subtype: (a) autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan
kerusakan sel-sel beta; dan (b) idiopatik, tanpa bukti adanya
autoimun dan tidak diketahui sumbernya. Subtipe ini lebih sering
timbul pada etnik keturunan Afrika-Amerika dan Asia (Price dan
Wilson, 2006). Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering
kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus,
sebagian besar penderita DM tipe ini berat badannya normal atau
kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin
seumur hidup.2) Diabetes melitus tipe 2 atau disebut DM yang tak
tergantung pada insulin (NIDDM)Dikenal sebagai tipe dewasa atau
tipe onset maturitas dan tipe nondependent insulin. Insiden
diabetes tipe 2 sebesar 650.000 kasus baru setiap tahunnya.
Obesitas sering dikatkan dengan penyakit ini (Price dan Wilson,
2006). 3) Diabetes gestasional (GDM)Dikenali pertama kali selama
kehamilan dan mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. Faktor-faktor
terjadinya GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas,
riwayat keluarga, dan riwayat diabetes gestasional terdahulu.
Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormone yang mempunyai
efek metabolik terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan adalah
suatu keadaan diabetogenik (Price dan Wilson, 2006). 4) Diabetes
tipe khusus lainKelainan genetik pada kerja insulin yang
menyebabkan sindrom resistensi insulin berat dan akantosis
negrikans, penyakit pada eksokrin pankreas menyebabkan pankreatitis
kronis, penyakit endokrin seperti syndrome Chusing dan akromegali,
obat-obatan bersifat toksik terhadap sel-sel beta, dan infeksi
(Price dan Wilson, 2006). 2.3 Anatomi dan Fisiologi
PankreasPankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya
sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat
60 100 gram. Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam
lekukan duodenum dan ekornya menyentuh kelenjar lympe,
mengekskresikannya insulin dan glikogen ke darah. Pankreas terdiri
dari tiga bahagian yaitu :a. Kepala pankreas merupakan bahagian
paling besar terletak di sebelah kanan umbilical dalam lekukan
duodenum.b. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu
letaknya sebelah lambung dan depan vertebra lumbalis pertama.c.
Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang
sebenarnya menyentuh lympa.Pankreas terdiri dari dua jaringan utama
yaitu :a. Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.b.
Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.Pulau langerhans
manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan
delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat
pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi
glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.Fungsi pancreas
ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :a. Fungsi eksokrin,
dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah
pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari
pancreas adalah :1) Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa
atau maltosa dijadikan polisakarida dan polisakarida dijadikan
sakarida kemudian dijadikan monosakarida.2) Tripsin ; menganalisa
pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam amino.3) Lipase ;
menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan
gliserol gliserin.b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup
berfungsi membentuk hormon dalam pulau langerhans yaitu kelompok
pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveoli-alveoli pancreas
terpisah dan tidak mempunyai saluran.Oleh karena itu hormon insulin
yang dihasilkan pulau langerhans langsung diserap ke dalam kapiler
darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon tersebut. Dua
hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin dan
glukagon.1) InsulinInsulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu
sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur
oleh glukosa darah dan asam amino yang memegang peranan penting.
Perangsang sekresi insulin adalah glukosa darah. Kadar glukosa
darah adalah 80 90 mg/ml.Mekanisme untuk mencapai derajat
pengontrolan yang tinggi yaitu :a. Fungsi hati sebagai sistem
buffer glukosa darah yaitu meningkatkan konsentrasinya setelah
makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang di
absorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati dengan bentuk
glikogen.b. Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa
darah normal.c. Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang
rendah terhadap hypothalamus adalah merangsang simpatis. Sebaliknya
epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih
menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih lanjut dari hati. Juga
membantu melindungi terhadap hypoglikemia berat.Adapun efek utama
insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :a. Menambah
kecepatan metabolisme glukosab. Mengurangi konsentrasi gula darahc.
Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.2) GlukagonGlukagon adalah
suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans
mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi
yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam
darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul
3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino.Dua efek glukagon pada
metabolisme glukosa darah :a. Pemecahan glikogen (glikogenolisis)b.
Peningkatan glukosa (glukogenesis)Pengatur sekresi glukosa darah
perubahan konsentrasi glukosa darah mempunyai efek yang jelas
berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin,
yaitu penurunan glukosa darah dapat menghasilkan sekresi glukagon,
bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pancreas mengekresi
glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat memobilisasi
glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap
hypoglikemia.
2.4 EtiologiInsulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau
Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI) disebabkan oleh
destruksi sel pulau Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan
Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes
Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTT) disebabakan kegagalan
relatif sel dan resisten insulin. Resistensi insulin adalah
turunannya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa
oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh
hati. Sel tidak mampu mengimbangi resisten insulin ini sepenuhnya,
artinya terjadi defisiensi relative insulin. Ketidakmampuan ini
terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa,
maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi
insulin lain. Berarti sel pankreas mengalami desentisasi terhadap
glukosa (Mansjoer; Kuspuji; Rakhmi; Wahyu; Wiwiek, 2008). Faktor
penyebab terjadinya Diabetes Mellitus ( Sjaifoellah, 1996 : 692 )
yaitu :1. Faktor keturunanKarena adanya kelainan fungsi atau jumlah
selsel betha pancreas yang bersifat genetic dan diturunkan secara
autosom dominant sehingga mempengaruhi sel betha serta mengubah
kemampuannya dalam mengenali dan menyebarkan rangsang yang
merupakan bagian dari sintesis insulin.2. Fungsi sel pancreas dan
sekresi insulin berkurangJumlah glukosa yang diambul dan dilepaskan
oleh hati dan yang digunakan oleh jarinagan perifer tergantung
keseimbangan fisiologis beberapa hormon. Hormon yang menurunkan
glukosa darah yaitu insulin yang dibentuk sel betha pulau
pancreas.3. Kegemukan atau obesitasTerjadi karena hipertrofi sel
betha pancreas dan hiperinsulinemia dan intoleransi glukosa
kemudian berakhir dengan kegemukan dengan diabetes mellitus dan
insulin insufisiensi relative.4. Perubahan pada usia lanjut
berkaitan dengan resistensi insulinPada usia lanjut terjadi
penurunan maupun kemampuan insulin terutama pada post reseptor.
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala diabetes mellitus type 1 muncul secara tibatiba pada usia
anakanak sebagai akibat dari kelainan genetika sehingga tubuh tidak
memproduksi insulin dengan baik. Gejalagejalanya antara lain adalah
sering buang air kecil, terus menerus lapar dan haus, berat badan
turun, kelelahan, penglihatan kabur, infeksi pada kulit yang
berulang, meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni,
cenderung terjadi pada mereka yang berusia dibawah 20
tahun.Sedangkan diabetes mellitus tipe II muncul secara
perlahanlahan sampai menjadi gangguan kulit yang jelas, dan pada
tahap permulaannya seperti gejala pada diabetes mellitus type I,
yaitu cepat lemah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit, sering
buang air kecil, terus menerus lapar dan haus, kelelahan yang
berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya, mudah sakit yang
berkepanjangan, biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40
tahun tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan
anakanak dan remaja.Mansjoer; Kuspuji; Rakhmi; Wahyu; Wiwiek (2008)
mengatakan, diabetes melitus memiliki gejala khas awal berupa
polifagia (banyak makan), poliuria (banyak kencing), polidipsi
(banyak minum), lemas, dan berat badan turun. Gejala lain yang
mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan
impotensi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita. Menurut
PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia), gejala khas diabetes
melitus terdiri dari poliuria, polidipsi, polifagi, dan berat badan
menurun tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala yang tidak khas
diabetes melitus diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit
sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi (pria) dan pruritus
vulva (wanita). Adapun manifestasi klinis DM menurut Brunner &
Suddart (2002):a. Poliuria Kekurangan insulin untuk mengangkut
glukosa melalui membrane dalam sel menyebabkan hiperglikemia
sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan
cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan
intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari
hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic
(poliuria). b. PolidipsiaAkibat meningkatnya difusi cairan dari
intrasel kedalam vaskuler menyebabkan penurunan volume intrasel
sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel
mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan
seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia). c.
PoliphagiaKarena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari
menurunnya kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan
energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi
adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia). d. Penurunan
berat badan Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel
maka sel kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme,
akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan
terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis. e.
Malaise atau kelemahan.2.6 Patofisiologi
1. DM Tipe I Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan
pankreas menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau
langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa dan
hiperglikemia post prandial. Dengan tingginya konsentrasi glukosa
dalam darah, maka akan muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan
ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliurra) dan rasa haus (polidipsia).
Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala
peningkatan selera makan (polifagia). Akibat yang lain yaitu
terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan)
dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya berupa pemecahan
lemak dan terjadi peningkatan keton yangdapat mengganggu
keseimbangan asam basa dan mangarah terjadinya ketoasidosis
(Corwin, 2000).2. DM Tipe II Terdapat dua masalah utama pada DM
Tipe II yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang dan meskipun
kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat
masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa. Mekanisme
inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah
yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM
tipe II (Corwin, 2000).
2.7 KomplikasiKlasifikasi komplikasi yang dapat ditemukan pada
pasien diabetes melitus terdapat dua jenis, yaitu : 1) Komplikasi
akut diabetesAda tiga komplikasi akut pada diabetes yang penting
dan berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah
jangka pendek. Ketiga komplikasi tersebut adalah: hipoglikemia,
ketoasidosis diabetic dan sindrom HHNK (juga disebut koma
hiperglikemik hiperosmoler nonketotik atau HONK [hiperosmoler
nonketotik]).2) Komplikasi Jangka Panjang Diabetes Angka kematian
yang berkaitan dengan ketoasidosis dan infeksi pada pasien-pasien
diabetes tampak terus menurun, tetapi kematian akibat komplikasi
kardiovaskuler dan renal mengalami kenaikan yang mengkhawatirkan.
Komplikasi jangka panjang atau komplikasi kronis semakin tampak
pada penderita diabetes yang berumur panjang. Komplikasi jangka
panjang diabetes dapat menyerang semua sistem organ dalam tubuh.
Kategori komplikasi kronis diabetes yang lazim digunakan adalah,
penyakit makrovaskuler, penyakit mikrovaskuler, dan neuropati
(Smeltzer dan Bare, 2002).Diabetes melitus dengan berbagai
perubahan fisik yang mengharuskan kepatuhan penderita untuk
pengontrolan penyakit dapat menjadi sumber stress yang mempengaruhi
kualitas hidup penderita. Adaptasi psikologis disebut juga dengan
mekanisme koping. Mekanisme koping ini dapat berorientasi pada
tugas, yang mencakup penggunaan teknik penyelesaian masalah secara
langsung untuk menghadapi ancaman, atau dapat juga mekanisme
pertahanan ego, yang tujuannya untuk mengatur distress emosional.
Reaksi pasien diabetes melitus mungkin dapat memperlihatkan hal-hal
seperti sikap menyangkal, obsesif, marah, frustasi, takut, dan
depresi (Semiardji, 2006).Penyakit diabetes melitus dapat
memberikan efek psikososial seperti depresi, dimana pasien
menunjukkan sikap yang negatif dalam pengendalian diabetes melitus
seperti tidak mengikuti diet yang telah diprogramkan, kurang
aktivitas fisik, merokok, dan kurangnya kepatuhan terhadap
pengobatan (Riley et al, 2009). Penyakit yang diderita, pengobatan
yang dijalankan dapat mempengaruhi kapasitas fungsional pasien,
psikologis, dan kesehatan sosial serta kesejahteraan pasien
diabetes melitus yang didefinisikan sebagai kualitas hidup (Isa dan
Baiyewu, 2008).2.8 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan yang dilakukan
sebagai penunjang diagnostik medis antara lain:1. Pemeriksaan gula
darahOrang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan
kadar gula darah antara 70-110 mg/dl dalam kondisi asupan makanan
yang berbeda-beda. Test dilakukan sebelum dan sesudah makan serta
pada waktu tidur.2. Pemeriksaan dengan HbDilakukan untuk
pengontrolan DM jangka lama yang merupakan Hb minor sebagai hasil
dari glikolisis normal.3. Pemeriksaan UrinePemeriksaan urine
dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah untuk memantau
kadar glukosa darah pada periode waktu diantara pemeriksaan
darah.2.9 Penatalaksanaan Medis
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak
ditingkat pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut
dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan sebagai berikut : a.
Perencanaan Makanan. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan
komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak
yang sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu : 1) Karbohidrat
sebanyak 60 70 % 2) Protein sebanyak 10 15 % 3) Lemak sebanyak 20
25 % Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi,
umur, stress akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik
praktis, penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu Barat
Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga didapatkan = 1) Berat badan
kurang = < 90% dari BB Ideal 2) Berat badan normal = 90-110%
dari BB Ideal 3) Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal 4)
Gemuk = > 120% dari BB Ideal. Jumlah kalori yang diperlukan
dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori basal yaitu untuk
laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian
ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk pekerja
berat). Koreksi status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan
kalori untuk menghadapi stress akut sesuai dengan kebutuhan.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas
dibagi dalam beberapa porsi yaitu : 1) Makanan pagi sebanyak 20% 2)
Makanan siang sebanyak 30%3) Makanan sore sebanyak 25% 4) 2-3 porsi
makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya. b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu)
selama kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan
kondisi penyakit penyerta. Sebagai contoh olah raga ringan adalah
berjalan kaki biasa selama 30 menit, olehraga sedang berjalan cepat
selama 20 menit dan olah raga berat jogging.c. Obat Hipoglikemik 1)
SulfonilureaObat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan. Menurunkan ambang
sekresi insulin. Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada
pasien dengan BB normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang
beratnya sedikit lebih. Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan
insufisiensi renal dan orangtua karena resiko hipoglikema yang
berkepanjangan, demikian juga gibenklamid. Glukuidon juga dipakai
untuk pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal.2)
BiguanidPreparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin. Sebagai
obat tunggal dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien
yang berat lebih (imt 27-30) dapat juga dikombinasikan dengan
golongan sulfonylurea.3) InsulinIndikasi pengobatan dengan insulin
adalah : Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun
NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam
ketoasidosis. DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak
terkendali dengan diet (perencanaan makanan). DM yang tidak
berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif maksimal.
Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah dan
dinaikkan perlahan lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien.
Bila sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai dosis
maksimal tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah maka
dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dan insulin.
Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes
yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan
keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan
untuk mencapai keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan
psikologik kualifas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian
integral dari asuhan keperawatan diabetes (Bare & Suzanne,
2002).
2.10 Pendidikan Kesehatan bagi Penderita DiabetesTujuan
pendidikan kesehatan yaitu meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit dan pengelolaannya dengan tujuan pasien dapat merawat
dirinya sendiri, sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan
mencegah komplikasi lebih lanjut (Perkeni, 2002).Upaya pendidikan
kesehatan pada pasien Diabetes Melitus akan meningkatkan
pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya. Readhead (1993)
menyatakan bahwa pendidikan kesehatan yang efektif pada pasien
Diabetes Melitus merupakan dasar dari kontrol metabolisme yang baik
dimana dapat meningkatkan hasil klinis dengan jalan meningkatkan
pengertian dan kemampuan dalam mengelola penyakitnya, mencegah
komplikasi, dan akhirnya dapat mengurangi biaya pengobatan.1)
Perencanaan Makan (diet)Terapi gizi merupakan komponen utama
keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Perencanaan makan hendaknya
dengan kandungan zat gizi yang cukup dan disertai pengurangan total
lemak terutama lemak jenuh. Pengetahuan porsi makanan sedemikian
rupa sehingga asupan zat gizi tersebar sepanjang hari.Kunci
keberhasilan terapi gizi medis adalah keterlibatan tim dalam 4 hal
:a. assesment atau pengkajian parameter metabolik individu dan gaya
hidupb. Mendorong pasien berparisipasi pada penentuan tujuan tujuan
yang dicapaic. Memilih intervensi gizi yang memadaid. Mengevaluasi
efektifnya perencanaan makan orang dengan diabetes.(Sukardji(2009),
dalam Soegondo, hal 47)a. Tujuan diet1. Membantu pasien memperbaiki
kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik
yang lebih baik.2. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya
mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan
insulin dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.3.
Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.4. Memberi
cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan
normal.5. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek,
dan jangka lama serta masalah yang berhubungan dengan latihan
jasmani.6. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan
malalui gizi yang optimal.b. Prinsip Perencanaan Makan bagi
Penyandang DM1. Kebutuhan KaloriKebutuhan kalori sesuai untuk
mencapai dan mempertahankan Berat Badan ideal. Komposisi energi:a)
Karbohidrat: 45-65%b) Protein: 10-20%c) Lemak: 20-25%Makanan dibagi
3 porsi makanan utama: (pagi 20%), siang (30%), sore (25%) dan 2
kali makanan selingan (10-15%).2. Kebutuhan zat gizia)
ProteinMenurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia tahun
2006, kebutuhan protein untuk penyandang diabetes 10-20% energi.
Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kgBB perhari atau 10%
dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa
dan 65% hendaknya bernilai biologik tinggi.b) Total lemakAsupan
lemak dianjurkan 180
A1C ( %)8
Kolesterol total (mg/dl)240
Kolesterol LDL (mg/dl)130
KolesterolHDL (mg/dl)>45
Trigliserida (mg/dl)200
IMT (kg/m2)18,5-22,923-25>25
Tekanan darah (mmHg)140/90
Untuk pasien berumur >60tahun, sasaran kadar glukosa darah
lebih tinggi dari pada biasa (puasa