Top Banner
64 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING BAGI SISWA KELAS V DI SDN 3 GEMAHARJO KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh: Samudi SDN 3 Gemaharjo, Watulimo, Trenggalek Abstrak. Mata pelajaran Penjasorkes merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan bekal kepada siswa mengenai cara menjaga kesehatan baik melalui kegiatan yang bersifat jasmaniah yang berupa olah raga fisik maupun mengenai teori dan cara menjaga kesehatan. Pada tahap pra siklus, guru memasang KKM sebesar 70. Pada tahap ini guru menerapkan metode pembelajaran diskusi. Tingkat ketuntasan belajar yang dapat dicapai adalah 52,94% atau 9 siswa, dan siswa tidak tuntas sebanyak 8 siswa atau mencapai 47,06%. Sedangkan hasil pengamatan keaktifan siswa menunjukkan 10 siswa aktif dan 7 siswa pasif. Dengan demikian siswa aktif sebesar 58,82% dan siswa pasif sebesar 41,18%. Pada siklus I dan II guru menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Masalah yang diteliti adalah bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Penjasorkes setelah diterapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Subjek yang diteliti adalah siswa klelas V SDN 3 Gemaharjoi Kecamatan Watulimo Kabupatebn Trenggalek semester I tahun pelajaran 2016/2017 dengan jumlah 17 siswa. Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah metode tes dengan instrument lembar soal tes akhir dan metode non tes dengan instrument lembar pengamatan. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis data statistic. Hasil penelitian membuktikan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak dan disimpulkan bahwa: “Terjadi peningkatan hasil belajar Penjasorkes siswa kelas V SDN 3 Gemaharjo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek setelah diterapkan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017” Kata Kunci: Prestasi Belajar, Penjasorkes, Contextual Teaching and Learning. Mengawali pembahasan mengenai prestasi belajar, perlu untuk mengenali dan mema- hami apa yang dimaksud dengan prestasi dan kata belajar. Pengertian dari kata pres- tasi yang diperoleh dari pendapat Gagne yang diunggah pada tanggal 20 Desember 2012 adalah sebagai berikut: Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985: 40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu: kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan (http://ggugutlufichasepti.blogspot.co.id/). Berkaitan dengan prestasi dalam bi- dang pendidikan, dapat disampaikan berikut ini. ”Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk
12

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES MELALUI …

Nov 24, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES MELALUI …

64 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING BAGI SISWA KELAS V DI SDN 3 GEMAHARJO

KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK

SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Oleh:

Samudi

SDN 3 Gemaharjo, Watulimo, Trenggalek

Abstrak. Mata pelajaran Penjasorkes merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan

bekal kepada siswa mengenai cara menjaga kesehatan baik melalui kegiatan yang bersifat

jasmaniah yang berupa olah raga fisik maupun mengenai teori dan cara menjaga kesehatan. Pada

tahap pra siklus, guru memasang KKM sebesar 70. Pada tahap ini guru menerapkan metode

pembelajaran diskusi. Tingkat ketuntasan belajar yang dapat dicapai adalah 52,94% atau 9 siswa,

dan siswa tidak tuntas sebanyak 8 siswa atau mencapai 47,06%. Sedangkan hasil pengamatan

keaktifan siswa menunjukkan 10 siswa aktif dan 7 siswa pasif. Dengan demikian siswa aktif

sebesar 58,82% dan siswa pasif sebesar 41,18%. Pada siklus I dan II guru menerapkan model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Masalah yang diteliti adalah bagaimana

peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Penjasorkes setelah diterapkan model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Subjek yang diteliti adalah siswa klelas V SDN

3 Gemaharjoi Kecamatan Watulimo Kabupatebn Trenggalek semester I tahun pelajaran 2016/2017

dengan jumlah 17 siswa. Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah metode tes dengan

instrument lembar soal tes akhir dan metode non tes dengan instrument lembar pengamatan. Data

dianalisis dengan menggunakan metode analisis data statistic. Hasil penelitian membuktikan

bahwa Ha diterima dan Ho ditolak dan disimpulkan bahwa: “Terjadi peningkatan hasil belajar

Penjasorkes siswa kelas V SDN 3 Gemaharjo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek setelah

diterapkan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Semester I Tahun

Pelajaran 2016/2017”

Kata Kunci: Prestasi Belajar, Penjasorkes, Contextual Teaching and Learning.

Mengawali pembahasan mengenai prestasi

belajar, perlu untuk mengenali dan mema-

hami apa yang dimaksud dengan prestasi

dan kata belajar. Pengertian dari kata pres-

tasi yang diperoleh dari pendapat Gagne

yang diunggah pada tanggal 20 Desember

2012 adalah sebagai berikut: “Prestasi

adalah hasil yang telah dicapai seseorang

dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985:

40) menyatakan bahwa prestasi belajar

dibedakan menjadi lima aspek, yaitu:

kemampuan intelektual, strategi kognitif,

informasi verbal, sikap dan keterampilan

(http://ggugutlufichasepti.blogspot.co.id/).

Berkaitan dengan prestasi dalam bi-

dang pendidikan, dapat disampaikan berikut

ini. ”Prestasi belajar di bidang pendidikan

adalah hasil dari pengukuran terhadap

peserta didik yang meliputi faktor kognitif,

afektif dan psikomotor setelah mengikuti

proses pembelajaran yang diukur dengan

menggunakan instrumen tes atau instrumen

yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah

hasil pengukuran dari penilaian usaha

belajar yang dinyatakan dalam bentuk

Page 2: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES MELALUI …

Samudi, Peningkatan Prestasi Belajar Penjasorkes... 65

simbol, huruf maupun kalimat yang men-

ceritakan hasil yang sudah dicapai oleh

setiap anak pada periode tertentu. Prestasi

belajar merupakan hasil dari pengukuran

terhadap peserta didik yang meliputi faktor

kognitif, afektif dan psikomotor setelah

mengikuti proses pembelajaran yang diukur

dengan menggunakan instrumen tes yang

relevan. (http://ggugutlufichasepti.blogspot.

co.id/) Diposkan tanggal 20 Desember 2012.

Pendapat modern mengenai belajar

adalah: “Belajar adalah suatu bentuk per-

tumbuhan atau perubahan dalam diri

seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara

bertingkahlaku yang baru berkat peng-

alaman dan latihan. Tingkah laku yang baru

itu misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,

timbulnya pengertian baru, serta timbul dan

berkembangnya sifat-sifat sosial, susila, dan

emosional. (Aqib, 2012:42).

Belajar biasanya memang tidak hanya

mempelajari sesuatu yang bersifat teori saja.

Tetapi juga bersifat praktek. Manusia adalah

makhluk sosial, sehingga harus paham dan

dapat menerapkan fungsinya sebagai makh-

luk sosial. Dalam tatanan kehidupan, manu-

sia juga dihadapkan kepada adanya tata

susila. Oleh karena itulah maka masalah

aturan dan norma susila juga harus dipela-

jari. Demikian juga dengan masalah emosi.

Emosi seseorang yang tidak terkendali

seringkali menimbulkan masalah dalam

kehidupan.

Pendapat yang lain mengenai penger-

tian dari belajar adalah sebagai berikut: “Be-

lajar adalah suatu proses aktif yang perlu

dirangsang dan dibimbing ke arah hasil

yang diinginkan (dipertimbangkan) (RBS.

Fudyartanto, 2002:150). Menurut Fudyar-

tanto, belajar memerlukan adanya rangsang-

an dan bimbingan. Yang dimaksud dengan

rangsangan disini adalah rangsangan atau

stimulus yang diberikan oleh sumber belajar

kepada individu yang belajar. Semakin

tinggi stimulus atau rangsangan yang

diberikan, semakin tinggi pula intensitas

belajar. Stimulus dalam kegiatan belajar

dapat menimbulkan motivasi. Motivasi

inilah yang mendorong seseorang untuk

melakukan kegiatan belajar.

Belajar juga memerlukan adanya

bimbingan. Bimbingan dapat mengarahkan

seseorang pada tujuan yang pasti. Mem-

bimbing bukanlah memberikan paksaan

kepada seseorang untuk mengikuti apa yang

disampaikan oleh pembimbing. Tetapi

bimbingan hanya sekedar memberikan

solusi, sedangkan keputusan akhir tetap

pada diri seseorang yang dimbimbing. Lebih

lanjut Fundyartanto menjelaskan sebagai

berikut: “Belajar adalah penguasaan kebi-

asaan, pengetahuan, dan sikap” (RBS.

Fudyartanto, 2002:150).

Perubahan sebagai hasil belajar menu-

rut Fudyartanto adalah adanya perubahan

pada aspek kebiasaan, pengetahuan, dan

sikap. Atau seringkali kita kenal dengan

nama aspek afektif, kognitif, dan psiko-

motor. Ketiga aspek tersebut harus benar-

benar diperhatikan.

Kurikulum 2013 telah menetapkan

porsi yang berbeda-beda untuk perkem-

bangan dari ketiga aspek tersebut. Aspek

yang paling dominan untuk dikembangkan

pada anak usia Sekolah Dasar adalah aspek

sikap. Aspek berikutnya adalah aspek pe-

ngetahuan, sedangkan aspek terakhir adalah

ketrampilan .

Muhammad Fathurrohman menyata-

kan bahwa sebenarnya prestasi belajar dipe-

ngaruhi oleh 2 faktor, yakni yang bersifat

internal dan yang bersifat eksternal. Faktor

yang bersifat internal adalah faktor yang

Page 3: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES MELALUI …

66 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016

berasal dari dalam diri sendiri, yakni dari

individu yang belajar.

Faktor yang termasuk pada faktor

internal yaitu faktor fisiologis dan psikolo-

gis. Faktor fisiologis adalah faktor yang

berkaitan dengan faktor jasmani siswa.

Sedangkan faktor yang berkaitan dengan

faktor jasmani meliputi berbagai macam

faktor, misalnya kesempurnaan jasmani,

kesehatan, dan sebagainya.

Pengertian dari mata pelajaran Penjas-

orkes adalah: “Pendidikan Jasmani adalah

proses pendidikan yang memanfaatkan akti-

vitas jasmani yang direncanakan secara

sistematik, bertujuan untuk mengembangkan

dan meningkatkan individu secara organik,

perseptual, kognitif, dan emosional, dalam

kerangka sistem pendidikan nasional.

(http://walpaperhd99.blogspot.co.id/2016/07

/pengertian-penjasorkes-dan-tujuan-dari.

html).

Penjasorkes merupakan bagian inte-

gral dari pendidikan secara keseluruhan. Tu-

juannya untuk mengembangkan aspek kebu-

garan jasmani, keterampilan gerak, keteram-

pilan berpikir kritis, keterampilan sosial, pe-

nalaran, stabilitas emosional, tindakan mo-

ral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan

lingkungan bersih, melalui aktivitas jasmani,

olahraga, dan kesehatan terpilih yang

direncanakan secara sistematis dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan nasional.

http://walpaperhd99.blogspot.co.id/2016/07/

pengertian-penjasorkes-dan-tujuan-dari.html

Ruang lingkup mata pelajaran Pendi-

dikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan un-

tuk meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

(1) Permainan dan olahraga meliputi: olah-

raga tradisional, permainan. eksplorasi ge-

rak, keterampilan lokomotor non-lokomo-

tor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders,

kippers, sepak bola, bola basket, bola voli,

tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan

beladiri, serta aktivitas lainnya; (2) Aktivitas

pengembangan meliputi: mekanika sikap

tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan

bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya;

(3) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan

sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketang-

kasan dengan alat, dan senam lantai, serta

aktivitas lainnya; (4) Aktivitas ritmik meli-

puti: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan se-

nam aerobic serta aktivitas lainnya; (5)

Aktivitas air meliputi: permainan di air,

keselamatan air, keterampilan bergerak di

air, dan renang serta aktivitas lainnya; (6)

Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/

karyawisata, pengenalan lingkungan, berke-

mah, menjelajah, dan mendaki gunung; (7)

Kesehatan, meliputi penanaman budaya

hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari,

khususnya yang terkait dengan perawatan

tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan

yang sehat, memilih makanan dan minuman

yang sehat, mencegah dan merawat cidera,

mengatur waktu istirahat yang tepat dan

berperan aktif dalam kegiatan P3K dan

UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek

tersendiri, dan secara implisit masuk ke

dalam semua aspek. (http://itsjuandiary.

blogspot.co.id/2013/02/tujuan-dan-ruang-

lingkup-pendidikan_4434.html)

Sistem CTL merupakan suatu proses

pendekatan yang bertujuan membantu sis-

wa melihat makna dalam bahan pelajaran

yang mereka pelajari dengan cara meng-

hubungkannya dengan konteks kehidupan

mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks

lingkungan pribadinya, sosialnya, dan bu-

dayanya. Dalam konteks itu, siswa perlu

mengerti apa makna belajar, apa manfa-

atnya, dalam status apa mereka, dan bagai-

mana mencapainya. Mereka sadar bahwa

yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya

Page 4: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES MELALUI …

Samudi, Peningkatan Prestasi Belajar Penjasorkes... 67

nanti. Dengan begitu mereka memposisikan

sebagai diri sendiri yang memerlukan utnuk

hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa

yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya

menggapainya. Dalam upaya itu, mereka

memerlukan guru sebagai pengarah dan

pembimbing.

Pembelajaran dan pengajaran konteks-

tual melibatkan para siswa dalam aktivitas

penting yang membantu mereka mengaitkan

pelajaran akademis dengan konteks kehi-

dupan nyata yang mereka hadapi. Dengan

mengaitkan keduanya, para siswa menyusun

proyek atau menemukan permasalahan yang

menarik, ketika mereka membuat pilihan

dan menerima tanggung jawab, mencari

informasi dan menarik kesimpulan, ketika

mereka secara aktif mimilih, menyusun,

mengatur, menyentuh, merencanakan, me-

nyelidiki, mempertanyakan, dan membuat

keputusan, mereka mengaitkan isi akademis

dengan konteks dalam situasi kehidupan,

dan dengan cara ini mereka menemukan

makna.

Nurhadi (2004:6) mengungkapkan

bahwa pembelajaran kontekstual menyaji-

kan suatu konsep yang mengaitkan materi

pelajaran yang dipelajari siswa dengan

konteks dimana materi tersebut digunakan,

serta hubungan dengan bagaimana sese-

orang belajar atau gaya/cara siswa belajar.

Dalam pembelajaran kontekstual ter-

dapat beberapa karakteristik. Jhonson (2002:

24) dalam Nurhadi (2004:13) terdapat

delapan komponen utama dalam sistem

pembelajaran kontekstual. Pertama melaku-

kan hubungan bermakna (making meaning-

ful connected). Siswa dapat mengatur diri

sendiri sebagai orang yang belajar secara

aktif dalam mengembangkan minatnya

secara individual, orang yang dapat bekerja

sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan

orang yang dapat belajar sambil berbuat

(learning by doing). Kedua, melakukan

kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing

significant work). Siswa membuat hubung-

an-hubungan antara sekolah dan berbagai

konteks yang ada dalam kehidupan nyata

sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota

masyarakat. Ketiga belajar yang diatur sen-

diri (self-regulated learning). Siswa melaku-

kan pekerjaan yang signifikan: ada tujuan-

nya, ada urusannya dengan orang, ada hu-

bungannya dengan penentuan pilihan, dan

ada produknya/hasilnya yang sifatnya nyata.

Untuk itu, siswa mesti dilatih berpikir kritis

dan kreatif dalam mencari dan menganalisis

informasi dengan sedikit bantuan atau

secara mandiri. Keempat bekerjasama. Sis-

wa seyogyanya dibiasakan saling belajar

dari dan dalam kelompok untuk berbagi

pengetahuan dan menentukan fokus belajar.

Guru membantu mereka memahami bagai-

mana mereka saling mempengaruhi dan

saling berkomunikasi. Dalam setiap beker-

jasama, selalu ada siswa yang menonjol.

Siswa ini dapat dijadikan fasilitator dalam

kelompoknya. Kelima berpikir kritis dan

kreatif (critical and creatif thinking). Siswa

dapat menggunakan tingkat berpikir yang

lebih tinggi secara kritis dan kreatif, dapat

menganalisis, membuat sintesis, memecah-

kan masalah, membuat keputusan, dan

menggunakan logika dan bukti-bukti. Ke-

enam mengasuh dan memelihara pribadi sis-

wa (nurturing the individual). Siswa

memelihara pribadinya, mengetahui, mem-

beri perhatian, memiliki harapan-harapan

yang tinggi, memotivasi dan memperkuat

diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa

dukungan orang dewasa. Siswa menghor-

mati teman-temannya dan juga orang dewa-

sa. Ketujuh mencapai standar yang tinggi.

(reaching high standart). Siswa mengenal

Page 5: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES MELALUI …

68 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016

dan mencapai standar yang tinggi, me-

motivasi untuk mencapainya. Standar tinggi

sering dipersepsi sebagai jaminan untuk

mendapat pekerjaan, atau minimal membuat

siswa percaya diri untuk menemukan pilihan

masa depan. Kedelapan menggunakan

penilaian autentik (using authentic assess-

ment). Siswa menggunakan pengetahuan

akademis dalam konteks dunia nyata untuk

suatu tujuan yang bermakna. Penilaian

autentik menunjukkan bahwa belajar telah

berlangsung secara terpadu dan kontektual,

dan memberi kesempatan kepada siswa

untuk maju terus sesuai dengan potensi yang

dimilikinya.

Tugas pendidik tidak hanya menuang-

kan atau menjejalkan sejumlah informasi ke

dalam benak siswa, tetapi mengusahakan

bagaimana agar konsep-konsep penting dan

sangat berguna tertanam kuat dalam benak

siswa. Untuk itu Nurhadi (2004:34) menje-

laskan bahwa tugas guru adalah memfasi-

litasi dengan cara menjadikan pengetahuan

bermakna dan relevan bagi siswa, memberi

kesempatan siswa menemukan dan mene-

rapkan idenya sendiri, serta menyadarkan

siswa agar menerapkan strategi mereka

sendiri dalam belajar.

Refleksi (reflection) adalah kegiatan

memikirkan apa yang harus dipelajari,

menelaah dan merespon semua kejadian,

aktivitas atau pengalaman yang terjadi

dalam pembelajaran dan memberikan ma-

sukan-masukan perbaikan jika diperlukan.

Tujuannya adalah bagaimana pengetahuan

itu dapat mengendap di benak siswa.

Nurhadi (2004:51) juga menjelaskan refleksi

adalah cara berpikir tentang apa yang baru

dipelajari atau berpikir ke belakang tentang

apa-apa yang telah dilakukan. Refleksi

merupakan respon terhadap kejadian,

aktivitas, atau pengetahuan yang baru

diterima. Penerapan refleksi pada akhir

pembelajaran yang dilakukan oleh guru

berupa (1) pernyataan langsung tentang apa-

apa yang diperolehnya hari itu; (2) catatan

atau jurnal di buku siswa; (3) kesan dan

saran siswa mengenal pembelajaran hari itu;

(4) diskusi; (5) hasil karya; (6) cara-cara lain

yang ditempuh guru untuk mengarahkan

siswa kepada pemahaman mereka tentang

materi yang dipelajari.

Penilaian yang sebenarnya (authentic

assessment) adalah proses pengumpulan

data yang bisa memberikan gambaran per-

kembangan belajar siswa. Kemajuan belajar

dinilai dari proses, bukan hanya dari hasil.

Penilaian autentik menilai pengetahuan dan

keterampilan (performansi) yang diperoleh

siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa

juga teman lain atau orang lain. Nurhadi

(2004:53) mengungkapkan hal-hal yang bisa

digunakan sebagai dasar menilai prestasi

siswa, yaitu (1) proyek/kegiatan dan lapo-

rannya; (2) hasil tes tulis; (3) portofolio

(kumpulan kayra siswa selama satu semester

atau satu tahun); (4) pekerjaan rumah; (5)

kuis; (6) karya wisata; (7) presentasi atau

penampilan siswa; (8) demonstrasi; (9)

laporan; (10) jurnal; (11) karya tulis; (12)

kelompok diskusi

METODE PENELITIAN

Penelitian ini memiliki sifat deskriptif

kuantitatif, dimana data yang dikumpulkan

dan dianalisis adalah data yang berwujud

angka. Jenis penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) ini direncanakan selesai dalam waktu

sekitar 3 bulan, yakni bulan Juli 2016

sampai dengan September 2016, mulai dari

tahap perencanaan sampai selesainya penyu-

sunan laporan penelitian. Pelaksanaan Si-

klus I dilaksanakan pada Minggu ke IV

Page 6: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES MELALUI …

Samudi, Peningkatan Prestasi Belajar Penjasorkes... 69

bulan Juli 2016 dan siklus II dilaksanakan

pada minggu ke I bulan Agustus 2016. Sisa

waktu berikutnya adalah untuk penyusunan

laporan penelitian.

Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan dilaksanakan

kegiatan sebagai berikut: (1) Mengidentifi-

kasi masalah yang muncul; (2) Menentukan

materi pembelajaran; (3) Mengembangkan

scenario pembelajaran; (4) Menyusun LKS;

(5) Menyiapkan sumber dan media pem-

belajaran; (6) Menyusun soal evaluasi; (7)

Menyusun format pengamatan.

Tahap Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan awal, meliputi: (a) Guru

menyiapkan peserta didik secara psikis dan

fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;

(b) Appersepsi sebagai penggalian penge-

tahuan siswa terhadap materi yang akan

diajarkan; (c) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan pokok-pokok materi yang

akan dipelajari; (d) Penjelasan tentang

pembagian kelompok dan cara belajar.

Kegiatan inti, meliputi: (a) Siswa

bekerja dalam kelompok menyelesaikan per-

masalahan yang diajukan guru. Guru berke-

liling untuk memandu proses penyelesaian

permasalahan; (b) Siswa wakil kelompok

mempresentasikan hasil penyelesaian dan

alasan atas jawaban permasalahan yang

diajukan guru; (c) Siswa dalam kelompok

menyelesaikan lembar kerja yang diajukan

guru; (d) Siswa wakil kelompok mempre-

sentasikan hasil kerja kelompok dan

kelompok lain menanggapi; (e) Dengan

mengacu pada jawaban siswa, melalui tanya

jawab guru dan siswa membahas cara

penyelesaian masalah yang tepat; (f) Guru

mengadakan refleksi dengan menanyakan

kepada siswa tentang hal-hal yang dirasakan

siswa, materi yang belum dipahami.

Kegiatan Akhir, meliputi: (a) Guru

dan siswa membuat kesimpulan; (b) Siswa

mengerjakan tes akhir; (c) Siswa menukar-

kan lembar tugas antara yang satu dengan

yang lain, kemudian guru guru bersama

siswa membahas penyelesaian lembar tugas

sekaligus memberi nilai.

Tahap Pengamatan

Pada tahap pengamatan, guru melak-

sanakannya pada saat pembelajaran ber-

langsung. Pengamatan ini difokuskan pada

kegiatan inti pembelajaran. Aspek yang

diamati adalah keaktifan siswa dalam meng-

ikuti kegiatan belajar. Pengamatan dituang-

kan dalam bentuk check list pada format

lembar pengamatan.

Tahap Refleksi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap

refleksi adalah sebagai berikut: (a) Menilai

hasil tes akhir siswa; (b) Menghitung jumlah

siswa aktif dan siswa pasif sesuai dengan

data yang terkumpul; (c) Menganalisis hasil

tes akhir dan hasil pengamatan; (d)

Menentukan solusi dari permasalahan yang

muncul

Jumlah siswa kelas V SDN 3

Gemaharjo Kecamatan Watulimo Kabupa-

ten Trenggalek semester I tahun pelajaran

2015/2016 adalah 17 siswa, terdiri dari 11

siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Me-

nurut peneliti pemilihan loksai penelitian di

lembaga tersebut dikarenakan bagi peneliti

lokasi tersebut cukup strategis. Peneliti

sehari-hari bekerja di lembaga tersebut

sehingga antara guru dan siswa sudah sangat

saling mengenal.

Untuk memperoleh data tetang pres-

tasi belajar siswa dan keaktifan siswa,

Page 7: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES MELALUI …

70 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016

diperlukan instrument pengumpuan data

sebagai berikut: (a) Soal test, dipergunakan

ada 10 soal pilihan ganda. Masing-masing

soal dijawab benar mendapatkan nilai 1; (b)

Lembar Observasi, dipergunakan memuat

tentang data siswa aktif dan tidak aktif.

Hasil pengamatan diisi dengan memberikan

tanda ceck list pada format yang sudah

disediakan.

Untuk memperoleh data dari pene-

litian diperlukan adanya metode pengum-

pulan data. Pada penelitian ini, metode pe-

ngumpulan data yang dianggap relevan ada-

lah tes dan non tes. Metode tes diperguna-

kan untuk mengumpulkan data mengenai

prestasi belajar siswa, sedangkan metode

pengumpulan data non tes dipergunakan

untuk mengumpulkan data mengenai keak-

tifan siswa. Data yang dikumpulkan selan-

jutnya harus dianalisis. Metode analisis data

yang dipergunakan untuk melakukan analisa

terhadap data-data yang diperoleh dari

sumber data adalah teknik analisa kuantitatif

atau teknik analisa statistik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pra Siklus

Perencanaan

Materi yang dikaji pada tahap pra

siklus adalah: “Menjaga Kebersihan Alat

Reproduksi.” KKM yang ditentukan pada

materi ini adalah 70. Pada tahap ini peneliti

melakukan hal-hal sebagai berikut: (1)

Menyusun silabus; (2) Menyusun RPP; (3)

Menyiapkan media pembelajaran; (4) Me-

nyiapkan instrument penilaian yaitu lembar

tes pilihan ganda; (5) Menyiapkan instru-

men penilaian yaitu lembar pengamatan

Pelaksanaan Tindakan

Refleksi pada tahap pra siklus adalah

sebagai berikut . Jumlah siswa sebanyak 17

siswa. Dari jumlah tersebut terdapat 9 siswa

(52,94%) tuntas, dan siswa tidak tuntas

sebanyak 8 siswa atau mencapai 47,06%.

Siswa dianggap tuntas apabila mampu

mencapai nilai paling rendah 70 (KKM=70).

Hasil tes tersebut selanjutnya

dikelompokkan menjadi 5 (lima) kategori.

Dilihat dari kategorinya yang termasuk

kategori istimewa sebanyak 0 siswa (0%)

dan kategori sangat baik sebanyak 4 siswa

(23,53%) dan kategori baik sebanyak 3

siswa (17,65%). Siswa yang termasuk dalam

kategori cukup sebanyak 2 siswa (11,76%).

Dan siswa yang masuk dalam kategori

kurang sebanyak 8 siswa (47,06%). Nilai

yang sering muncul adalah kurang dari 70

sebanyak 8 siswa (47,06%). Nilai rata-rata

yang dapat dicapai oleh siswa adalah 70,59

Sedangkan hasil pengamatan keaktifan

siswa menunjukkan 10 siswa aktif dan 7

siswa pasif. Dengan demikian siswa aktif

sebesar 58,82% dan siswa pasif sebesar

41,18%.

Hasil refleksi dari pelaksanaan tahap

pra siklus adalah sebagai berikut: (1) Siswa

tidak diikutkan secara aktif dalam kegiatan

pembelajaran; (2) Motivasi guru terhadap

siswa kurang; (3) Metode mengajar guru

lkurang menarik.

Siklus I

Materi pada siklus I adalah: “Bentuk-

Bentuk Pelecehan Seksual.” KKM yang

ditentukan pada materi ini adalah 70.

Beberapa hal yang dilakukan pada masing-

masing tahap adalah sebagai berikut:

Page 8: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES MELALUI …

Samudi, Peningkatan Prestasi Belajar Penjasorkes... 71

Tahap Perencanaan

Perencanaan pada siklus I dilakukan

dengan kegiatan sebagai berikut: (1) Me-

nyusun silabus siklus I dengan mengguna-

kan model pembelajaran Contextual Teach-

ing and Learning (CTL); (2) Menyusun RPP

siklus I dengan model pembelajaran Con-

textual Teaching and Learning (CTL); (3)

Menyusun LKS siklus I sesuai dengan

materi yang dikaji; (4) Menyiapkan sumber

dan media pembelajaran siklus I sesuai

dengan materi yang dikaji; (5) Menyusun

format pengamatan siklus I tentang keaktif-

an siswa; (6) Menyusun soal tes akhir siklus

I sesuai dengan materi yang dikaji.

Tahap Pelaksanaan

Tahap-tahap pembelajaran yang dila-

kukan adalah: (1) Kegiatan awal, meliputi:

(a) Guru menyiapkan peserta didik secara

psikis dan fisik untuk mengikuti proses

pembelajaran; (b) Appersepsi sebagai peng-

galian pengetahuan siswa terhadap materi

yang akan diajarkan; (c) Guru menyampai-

kan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok

materi yang akan dipelajari; (d) Penjelasan

tentang pembagian kelompok dan cara

belajar. (2) Kegiatan inti, meliputi: (a)

Siswa bekerja dalam kelompok menye-

lesaikan permasalahan yang diajukan guru.

Guru berkeliling untuk memandu proses

penyelesaian permasalahan; (b) Siswa wakil

kelompok mempresentasikan hasil penyele-

saian dan alasan atas jawaban permasalahan

yang diajukan guru; (c) Siswa dalam

kelompok menyelesaikan lembar kerja yang

diajukan guru; (d) Siswa wakil kelompok

mempresentasikan hasil kerja kelompok dan

kelompok lain menanggapi; (e) Dengan

mengacu pada jawaan siswa, melalui tanya

jawab guru dan siswa membahas cara

penyelesaian masalah yang tepat; (f) Guru

mengadakan refleksi dengan menanyakan

kepada siswa tentang hal-hal yang dirasakan

siswa, materi yang belum dipahami. (3)

Kegiatan Akhir, meliputi: (a) Guru dan

siswa membuat kesimpulan; (b) Siswa

mengerjakan tes akhir; (c) Siswa

menukarkan lembar tugas antara yang satu

dengan yang lain, kemudian guru guru

bersama siswa membahas penyelesaian

lembar tugas sekaligus memberi nilai

Tahap Pengamatan

Tahap pengamatan dilakukan pada

saat pembelajaran ini berlangsung. Pada

tahap ini guru mengisi format pengamatan,

dimana pada format tersebut akan diisi

siswa yang aktif dan siswa yang tidak aktif.

Format pengamatan diisi dengan cara

memberi tanda check list pada kolom yang

sesuai. Pada tahap siklus I siswa aktif

sebanyak 13 siswa (76,47%) dan sisa yang

tidak aktif sebanyak 4 siswa (23,53%).

Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengetahui

kelebihan dan kekurangan dalam pembela-

jaran yang baru saja dilakukan. Untuk dapat

melaksanakan refleksi dari siklus I berikut

akan disampaikan hasil ulangan dari siklus

I, sebagaimana yang terdapat pada Table 1.

Tabel 1. Hasil Tes Siklus I

NO Rentang Nilai Frekuensi Persentase Kategori Rata-Rata KKM Ketr

1 100 2 11,76 Istimewa 74,71 70 Tuntas

2 90 3 17,65 Sangat Baik Tuntas

3 80 2 11.76 Baik Tuntas

70 5 29,41 Cukup Tuntas

Kurang dari 70 5 29,42 Kurang Tidak Tuntas

Jumlah 17 100

Page 9: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES MELALUI …

72 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016

Refleksi pada tahap siklus I adalah

sebagai berikut. Jumlah siswa sebanyak 17

siswa. Dari jumlah tersebut terdapat 12

siswa (70,59%) tuntas, dan siswa tidak tun-

tas sebanyak 5 siswa atau mencapai 29,41%.

Siswa dianggap tuntas apabila mampu

mencapai nilai paling rendah 70 (KKM=70).

Hasil tes tersebut selanjutnya dikelom-

pokkan menjadi 5 (lima) kategori. Dilihat

dari kategorinya yang termasuk kategori

istimewa sebanyak 2 siswa (11,76%) dan

kategori sangat baik sebanyak 3 siswa

(17,65%) dan kategori baik sebanyak 2

siswa (11,76%). Siswa yang termasuk dalam

kategori cukup sebanyak 5 siswa (29,41%).

Dan siswa yang masuk dalam kategori

kurang sebanyak 5 siswa (29,41%). Nilai

yang sering muncul adalah cukup dan

kurang, masing-masing sebanyak 5 siswa

(29,41%). Nilai rata-rata yang dapat dicapai

oleh siswa adalah 74,71.

Hasil refleksi dari pelaksanaan tahap

siklus I adalah sebagai berikut: (1) Siswa

aktif mengalami peningkatan dibandingkan

pada pra siklus (sebanyak 3 siswa); (2)

Ketuntasan bel;ajar meningkat dibandingkan

dengan tahap pra siklus (sebanyak 3 siswa);

(3) Rata-rata kelas meningkat dibandingkan

pada tahap pra siklus (sebanyak 4 point); (4)

Siswa masih terlihat agak ragu-ragu untuk

menyampaikan pendapat.

Siklus II

Materi pada siklus II adalah: “Cara

Menjaga Diri dari Pelecehan Seksual.”

KKM yang ditentukan pada materi ini

adalah 70. Beberapa hal yang dilakukan

pada masing-masing tahap adalah sebagai

berikut:

Tahap Perencanaan

Perencanaan pada siklus II dilakukan

dengan kegiatan sebgai berikut: (1) Menyu-

sun silabus siklus II dengan menggunakan

model pembelajaran Contextual Teaching

and Learning (CTL); (2) Menyusun RPP

siklus II dengan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL);

(3) Menyusun LKS siklus II sesuai dengan

materi yang dikaji; (4) Menyiapkan sumber

dan media pembelajaran siklus II sesuai

dengan materi yang dikaji; (5) Menyusun

format pengamatan siklus II tentang

keaktifan siswa; (6) Menyusun soal tes akhir

siklus II sesuai dengan materi yang dikaji.

Tahap Pelaksanaan

Tahap-tahap pembelajaran yang dila-

kukan adalah: (1) Kegiatan awal, meliputi:

(a) Guru menyiapkan peserta didik secara

psikis dan fisik untuk mengikuti proses

pembelajaran; (b) Appersepsi sebagai peng-

galian pengetahuan siswa terhadap materi

yang akan diajarkan; (c) Guru menyampai-

kan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok

materi yang akan dipelajari; (d) Penjelasan

tentang pembagian kelompok dan cara

belajar. (2) Kegiatan inti, meliputi: (a) Sis-

wa ke perpustakaan sekolah untuk menam-

bah sumber belajar; (b) Siswa bekerja dalam

kelompok menyelesaikan permasalahan

yang diajukan guru. Guru berkeliling untuk

memandu proses penyelesaian permasalah-

an; (c) Siswa wakil kelompok mempresen-

tasikan hasil penyelesaian dan alasan atas

jawaban permasalahan yang diajukan guru;

(d) Siswa dalam kelompok menyelesaikan

lembar kerja yang diajukan guru; (e) Siswa

wakil kelompok mempresentasikan hasil

kerja kelompok dan kelompok lain menang-

gapi; (f) Dengan mengacu pada jawaan

siswa, melalui tanya jawab guru dan siswa

membahas cara penyelesaian masalah yang

tepat; (g) Guru mengadakan refleksi dengan

menanyakan kepada siswa tentang hal-hal

Page 10: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES MELALUI …

Samudi, Peningkatan Prestasi Belajar Penjasorkes... 73

yang dirasakan siswa, materi yang belum

dipahami. (3) Kegiatan Akhir, meliputi: (a)

Guru dan siswa membuat kesimpulan; (b)

Siswa mengerjakan tes akhir; (c) Siswa

menukarkan lembar tugas antara yang satu

dengan yang lain, kemudian guru guru

bersama siswa membahas penyelesaian

lembar tugas sekaligus memberi nilai

Tahap Pengamatan

Tahap pengamatan dilakukan pada

saat pembelajaran ini berlangsung. Pada

tahap ini guru mengisi format pengamatan,

dimana pada format tersebut akan diisi

siswa yang aktif dan siswa yang tidak aktif.

Format pengamatan diisi dengan cara

memberi tanda check list pada kolom yang

sesuai. Pada tahap siklus II ini jumlah siswa

aktif sebanyak 15 siswa (88,24%) dan siswa

yang tidak aktif sebanyak 2 siswa (11,76%)

Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengetahui

kelebihan dan kekurangan dalam pembela-

jaran yang baru saja dilakukan. Untuk dapat

melaksanakan refleksi dari siklus II berikut

akan disampaikan hasil ulangan dari siklus

II, sebagaimana yang terdapat Tabel 2.

Refleksi pada tahap siklus II adalah

sebagai berikut. Jumlah siswa sebanyak 17

siswa. Dari jumlah tersebut terdapat 15

siswa (88,24%) tuntas, dan siswa tidak tun-

tas sebanyak 2 siswa atau mencapai 11,76%.

Siswa dianggap tuntas apabila mampu

mencapai nilai paling rendah 70 (KKM=70).

Hasil tes tersebut selanjutnya dikelom-

pokkan menjadi 5 (lima) kategori. Dilihat

dari kategorinya yang termasuk kategori

istimewa sebanyak 5 siswa (29,41%) dan

kategori sangat baik sebanyak 3 siswa

(17,65%) dan kategori baik sebanyak 5

siswa (29,41%). Siswa yang termasuk dalam

kategori cukup sebanyak 2 siswa (11,76%).

Dan siswa yang masuk dalam kategori

kurang sebanyak 2 siswa (11,76%). Nilai

yang sering muncul adalah istimewa dan

lebih dari cukup, masing-masing sebanyak 5

siswa (29,41%). Nilai rata-rata yang dapat

dicapai oleh siswa adalah 83,53.

Hasil refleksi dari pelaksanaan tahap

pra siklus adalah sebagai berikut: Siswa

pada siklus II sudah dapat mengemukakan

pendapatnya dengan lancer, sudah dapat

bekerja dalam kelompoknya dengan bauik.

Sedangkan tingkat ketuntasanb belajar juga

sudsah sangat memuaskan. Berdasarkan ha-

sil refleksi yang dilaksanakan pada siklus II

yang sudah menunjukkan adanya berbagai

peningkatan, maka penelitian ini dihentikan

pada siklus II.

Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada

Siklus I dan Siklus II

Perbandingan tersebut terdapat pada

Tabel 3. Pada siklus I Siswa tuntas sejumlah

12 siswa (70,59%), sedangkan pada siklus II

sejumlah 15 siswa (88,24%). Dengan

demikian ada kenaikan sebesar 17,65% atau

sebanyak 3 siswa. Peningkatan prestasi

belajar tersebut dapat disampaikan pada

tabel grafik dan Gambar 1.

Tabel 2. Hasil Tes Siklus II

NO Rentang Nilai Frekuensi Persentase Kategori Rata-Rata KKM Ketr

1 100 5 29,41 Istimewa 83,52 70 Tuntas

2 90 3 17,65 Sangat Baik Tuntas

3 80 5 29,41 Baik Tuntas

70 2 11,76 Cukup Tuntas

Kurang dari 70 2 11,76 Kurang Tidak Tuntas

Jumlah 17 100

Page 11: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES MELALUI …

74 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016

Tabel 3. Perbandingan Ketuntasan belajar siswa Siklus I dan Siklus II

NO Rentang Nilai KKM Frekuensi Ketuntasan

Siklus I % Siklus II % Siklus I Siklus II

1 100 70 2 11,76 5 29,41 12 15

2 90 3 17,65 3 17,65

3 80 2 11,76 5 29,41

4 70 5 29,41 2 11,76

5 Kurang dari 70 5 29,41 2 11,76

6 Jumlah 17 100 17 100

0

50

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Gambar 1. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

Selanjutnya akan disampaikan hasil

perbandingan nilai rata-rata kelas

Tabel 4. Perbandingan Rata-Rata Kelas

No KKM Rata-Rata Kelas

Siklus I Siklus II

1 70 74,71 83,51

Nilai rata-rata kelas pada siklus I

sebesar 76,20 dan pada siklus II mencapai

79,65. Dengan demikian terjadi kenaikan

sebesar 8,82. Untuk hasil pengamatan siswa

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Tabel Perbandingan Hasil Pengamatan

Siswa Setiap Siklus

No Siklus Keaktifan

JML

Persentase JML Aktif Pasif Aktif Pasif

1 Pra Siklus

10 7 17 58,62 41,18 100

2 Siklus I 13 4 76,47 23,53

3 Siklus II 15 2 88,24 11,76

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa:

(1) Siswa aktif dari pra siklus ke siklusn I

naik sebanyak 3 siswa (17,65%); (2) Siswa

aktif dari siklus I ke siklus II sebanyak 2

siswa (11,76). Berdasarkan perbandingan

sebagaimana yang disampaikan di atas, ma-

ka maka dapat disampaikan bahwa hipotesis

yang diajukan pada Bab II yang berbunyi:

“Terjadi peningkatan prestasi belajar Penjas-

orkes siswa kelas V SDN 3 Gemaharjo

Kecamatan Watulimo Kabupaten Trengga-

lek setelah diterapkan Model Pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL)

pada Semester I Tahun Pelajaran 2016/

2017.” dinyatakan diterima.

PENUTUP

Kesimpulan

Pada siklus I Siswa tuntas sejumlah 12

siswa (70,59%), sedangkan pada siklus II

sejumlah 15 siswa (88,24%). Dengan demi-

kian ada kenaikan sebesar 17,65% atau se-

banyak 3 siswa. Nilai rata-rata kelas pada

siklus I sebesar 76,20 dan pada siklus II

mencapai 79,65. Dengan demikian terjadi

Page 12: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES MELALUI …

Samudi, Peningkatan Prestasi Belajar Penjasorkes... 75

kenaikan sebesar 8,82. Siswa aktif dari si-

klus I ke siklus II sebanyak 2 siswa (11,76).

Berdasarkan hasil tersebut maka dapat di-

sampaikan kesimpulan sebagai berikut:

“Terjadi peningkatan hasil belajar Penjasor-

kes siswa kelas V SDN 3 Gemaharjo Keca-

matan Watulimo Kabupaten Trenggalek

setelah diterapkan Model Pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL)

pada Semester I Tahun Pelajaran

2016/2017.”

Saran

Guru diharapkan mempunyai kemauan

untuk menerapkan berbagai model pembela-

jaran inovatif, sehingga sisa merasa termoti-

vasi. Selain itu guru juga akan merasa ter-

tantang dalam melaksanakan kegiatan pem-

belajaran, karena metode dan model pembe-

lajaran yang ditrerapkan lain dari biasanya.

Siswa diharapkan dapat meningkatkan se-

mangatnya di dalam kegiatan belajar. De-

ngan model pembelajaran yang baru diha-

rapkan dapat pula memberikan warna baru

dalam proses pembelajaran bagi siswa, se-

hingga siswa tidak merasa bosan dalam

melaksanakan pembelajaran. Hasil akhir

yang dapat dicapai siswa diharapkan dapat

meningkat. Diharapkan agar Kepala Sekolah

mempunyai semangat pula untuk berinovasi,

memberikan berbagai masukan dan bim-

bingan kepada para guru untuk terus ber-

inovasi. Keterlibatan Kepala Sekolah dalam

inovasi pembelajaran diharapkan dapat

meningkatkan kualitas output dari lembaga

yang dipimpinnya.

DAFTAR RUJUKAN

(http://ggugutlufichasepti.blogspot.co.id/)

(http://itsjuandiary.blogspot.co.id/2013/02/t

ujuan-dan-ruang-lingkup-

pendidikan_4434.html)

(http://walpaperhd99.blogspot.co.id/2016/07

/pengertian-penjasorkes-dan-tujuan-

dari.html)

Aqib, Zainal. 2012. Profesionalisme Guru

dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan

Cendekia

Asrori, Mohamad. 2011 Psikologi Pembela-

jaran. Bandung; Wacana Prima

Fathurrohman, Muhammad. 2012. Belajar

dan Pembelajaran. Yogyakarta:Teras

Fudyartanto, RBS. 2002. Psikologi Pendidi-

kan dengan Pendekatan Baru. Yogya-

karta

Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kontekstual

dan Penerapanya dalam KBK. Ma-

lang: Universitas Negeri Malang (UM

Press)

Sukidin. 2012. Manajemen Penelitian Tin-

dakan Kelas. Surabaya: Insan Cende-

kia.