PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN PENGGUNAAN MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI PAJANG 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Oleh BAMBANG WASIATMOKO NIM: K7106011 Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
79
Embed
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN …... · tugas menulis karangan deskripsi dengan tema keindahan pantai tentu tidak dapat ... sebagai contoh alat peraga yang dapat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN
PENGGUNAAN MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS IV
SEKOLAH DASAR NEGERI PAJANG 1 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh
BAMBANG WASIATMOKO
NIM: K7106011
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri dari empat keterampilan
berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan
menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat kompleks.
Pembelajaran menulis mengarahkan siswa untuk dapat menuangkan ide dan
gagasan ke dalam tulisan.
Menurut Henry Guntur Tarigan (1986: 3) menulis merupakan
keterampilan bahasa yang digunakan secara tidak langsung, tidak secara tatap
muka dengan orang lain. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan kreatif.
Sedangkan menurut Weayer dalam Henry Guntur Tarigan (1986: 28) klasifikasi
menulis terbagi menjadi empat yaitu: narasi, persuasi, argumentasi dan deskripsi.
Menulis deskripsi merupakan salah satu bentuk keterampilan menulis. Menulis
deskripsi bermaksud memberikan gambaran kepada pembaca mengenai suatu hal.
Asep Saefullah dalam http//:www.asep.wordpress.com menulis deskripsi
merupakan salah satu teknik menulis menggunakan detail dengan tujuan membuat
pembaca seakan-akan berada di tempat kejadian, ikut merasakan, mengalami,
melihat dan mendengar mengenai suatu peristiwa atau adegan. Menulis deskripsi
membuat karakter yang digambarkan menjadi lebih hidup di benak pembaca.
Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap siswa kelas IV Sekolah Dasar
Negeri Pajang 1 Surakarta kemampuan menulis deskripsi masih rendah. Siswa
mengalami kesulitan di dalam menulis karangan deskripsi. Berdasarkan daftar
nilai hasil ulangan harian siswa tentang menulis deskripsi, dari lima puluh siswa
masih terdapat 24 siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Di kelas IV Sekolah Dasar Negeri pajang 1 KKM untuk menulis
deskripsi adalah 61.
Kesulitan ini muncul karena dipengaruhi beberapa faktor. Faktor tersebut
meliputi faktor intern dari siswa sendiri dan faktor ekstern atau faktor luar. Faktor
yang berasal dari dalam diri siswa atau intern yaitu ketidakmampuan di dalam
menuangkan ide atau gagasan ke bentuk tulisan. Kesulitan yang dialami siswa
terlihat pada saat peneliti mengamati pembelajaran menulis deskripsi di Sekolah
Dasar Negeri Pajang 1 Surakarta. Hasil karangan siswa banyak menggunakan kata
“setelah”, “selanjutnya”, “kemudian”, “lalu”, “terus”. Siswa masih kesulitan di
dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan narasi. Terbukti dengan
seringnya anak menggunakan kata “pada suatu hari” atau “pada suatu tempat”
untuk mengawali paragraf.
Ada pula faktor ekstern berasal dari guru kelas. Proses kegiatan belajar
mengajar yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Surakarta masih
dilakukan secara konvensional. Pada saat materi menulis deskripsi guru
menggunakan metode ceramah dan penugasan saja. Faktor ini mengakibatkan
kesulitan karena siswa hanya menggunakan imajinasi saja pada saat mengarang
deskripsi.
Mendeskripsikan sesuatu dengan tidak melihat objek secara langsung
akan menyebabkan kesulitan bagi siswa Sekolah Dasar. Pada usia Sekolah Dasar
konsep yang abstrak harus dikongkritkan dengan media yang sesuai. Akan tetapi
selama ini pembelajaran menulis deskripsi di kelas IV Sekolah Dasar Negeri
Pajang 1 belum menggunakan media. Di dalam menulis deskripsi guru meminta
siswa membayangkan objek yang akan ditulis, sehingga siswa mengalami
kesulitan dalam mengorganisasikan kata-kata ke dalam kalimat. Karangan yang
dihasilkan siswa cenderung pendek. Karangan siswa hanya terdiri dari satu atau
dua paragraf dan yang masing-masing berisi tiga sampai empat kalimat saja.
Media pembelajaran pada saat ini telah berkembang pesat. Salah satu
media yang saat ini mulai banyak digunakan di Sekolah Dasar adalah multi media.
Salah satu bentuk multi media yaitu video pembelajaran. Video pembelajaran ini
dikemas dalam bentuk video compact disck (VCD). Video pembelajaran
merupakan suatu media yang menggunakan aspek audio dan visual. Video
memiliki keunggulan jika dibandingkan media lain karena praktis, mudah dibawa
dan dapat diputar berulang-ulang sesuai kebutuhan. Peralatan yang diperlukan
untuk pembelajaran dengan video sudah tersedia di beberapa Sekolah Dasar.
selama ini keberadaan peralatan multi media tersebut belum didukung dengan
kemampuan guru untuk mengoperasikannya. Tidak semua guru di Sekolah Dasar
dapat mengoperasikan perangkat multi media sehingga cenderung tidak dipakai.
Dalam pembelajaran menulis deskripsi guru dapat mengkongkritkan
konsep yang abstrak dengan menggunakan media video. Alat-alat yang diperlukan
untuk pembelajaran dengan video adalah laptop, LCD proyektor, dan screen.
Peralatan multi media seperti laptop, LCD proyektor dan screen sangat praktis
untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Multi media video pembelajaran mampu mengkongkritkan konsep yang
abstrak. Sumber belajar yang tidak mungkin dibawa atau digunakan di dalam
kelas dapat ditunjukkan menggunakan video pembelajaran. Siswa yang diberi
tugas menulis karangan deskripsi dengan tema keindahan pantai tentu tidak dapat
langsung pergi ke pantai. Pantai yang menjadi objek menulis deskripsi dapat
dibawa ke dalam kelas melalui media video pembelajaran. Dengan menggunakan
media video pembelajaran diharapkan kemampuan menulis deskripsi siswa akan
meningkat, karena objek yang pada awalnya bersifat abstrak dapat diubah
menjadi kongkrit.
Oleh karena itu untuk membuktikan bahwa penggunaan video dapat
meningkatkan kemampuan menulis deskripsi pada siswa kelas IV Sekolah Dasar
Negeri Pajang 1 Surakarta, maka peneliti akan melaksanakan Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research) yang berjudul ”Peningkatan Kemampuan
Menulis Deskripsi dengan Penggunaan Media Video Pada Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah
Permalasahan di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Guru melaksanakan proses belajar mengajar dengan metode konvensional.
2. Guru belum menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi
menulis deskripsi.
3. Siswa tidak dapat mengorganisasikan ide, gagasan, pendapat dan
pemikirannya ke dalam tulisan.
4. Siswa sering menggunakan kata “setelah”, “selanjutnya”, “kemudian”,
“lalu”, “terus” di dalam menulis karangan deskripsi.
5. Siswa masih kesulitan di dalam membedakan karangan deskripsi dengan
narasi.
6. Nilai siswa masih rendah dalam pembelajaran menulis deskripsi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,
maka dapat dirumuskan permasalahan yang ada di Sekolah Dasar Negeri Pajang 1
adalah “Apakah penggunaan media video dapat meningkatkan kemampuan
menulis deskripsi siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Surakarta?”
D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang diungkapkan di atas, maka penelitian
yang akan dilakukan ini bertujuan “Untuk meningkatkan kemampuan menulis
deskripsi siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Surakarta dengan
menggunakan media video.”
E. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:
1. Secara Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan
dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi. Hasil penelitian ini dapat
menjadi inovasi dalam pembelajaran di sekolah yang sangat penting demi
kemajuan siswa. Selain itu hasil penelitian juga dapat digunakan sebagai
acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan multi media di
dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Secara Praktis
a. Bagi Guru
1) Multi media yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipakai
sebagai contoh alat peraga yang dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran.
2) Memberikan pengetahuan kepada guru bahwa multi media dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi.
3) Memberi motivasi kepada guru agar mau melakukan inovasi
pembelajaran demi tercapainya siswa yang pandai dan kreatif.
4) Meningkatkan kreativitas guru dalam pembelajaran.
5) Mendorong masuknya teknologi ke dalam dunia pendidikan.
b. Bagi Siswa
1) Memberikan pembelajaran yang menyenangkan.
2) Dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi.
3) Memberikan pengetahuan baru tentang teknologi dalam pembelajaran.
4) Memberikan suasana baru dalam belajar.
5) Siswa dapat memanfaatkan video untuk belajar.
c. Bagi Sekolah
Memberikan pengetahuan kepada keluarga sekolah untuk
memanfaatkan media pembelajaran yang baru dan inovatif secara optimal
sehingga berdampak pada peningkatan dan kemajuan sekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kajian Kemampuan Menulis Deskripsi
a. Hakikat Kemampuan Menulis
1) Pengertian Kemampuan
Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari
kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan
sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan).
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu.
Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang
harus ia lakukan.
Menurut Chaplin ability (kemampuan, kecakapan,
ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)
untuk melakukan suatu perbuatan (http://www.digilib.petra.ac.id).
Sedangkan menurut Robbins kemampuan bisa merupakan
kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau
individu/) menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap
individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan
suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada
dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran mengharuskan
siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki.
Dapat disimpulkan pengertian kemampuan adalah kuasa
dari seseorang untuk melakukan sesuatu yang dapat dimiliki sejak
ia lahir atau karena latihan secara optimal.
2) Jenis-jenis Kemampuan
7
Kemampuan yang dimiliki setiap individu berbeda-beda. Setiap kemampuan saling berhubungan membentuk suatu tindakan.
Akhmad Sudrajat dalam Error! Hyperlink reference not valid. membagi kemampuan menjadi dua jenis, yaitu: a) actual ability, dan b) potential ability. Actual ability atau kecakapan nyata merupakan kecakapan yang diperoleh karena belajar yang dapat segera didemonstrasikan atau diuji sekarang. Potential ability atau kecakapan potensial merupakan aspek kecakapan yang masih terkandung dalam diri individu dan diperoleh dari faktor keturunan. Lebih lanjut menurut Robbins dalam http://www.digilib.petra.ac.id menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu a) kemampuan intelektual (intelectual ability), merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental, b) kemampuan fisik (physical intellectual), merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina, kekuatan, dan karakteristik fisik.
Kemampuan memiliki kaitan erat dengan inteligensi
individu. Kemampuan yang besar akan meningkatkan intelegensi
dan sebaliknya. Ada beberapa teori yang mengemukakan keterkaitan
kemampuan dengan intelegensi.
Thurstone dalam Akhmad Sudrajat (http://www.akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/ kemampuan-individu/) mengungkapkan teori “Primary Mental Abilities”, bahwa inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu : a) kemampuan berbahasa, b) kemampuan mengingat, c) kemampuan nalar atau berpikir, d) kemampuan tilikan ruang, e) kemampuan bilangan, f) kemampuan menggunakan kata-kata, g) kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat.
3) Pengertian Menulis
Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa.
Dalam pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan
paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan
membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan berarti
menulis merupakan kemampuan yang tidak penting.
Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus
dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar
baik. Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis
dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai.
Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini,
Sumarno (2009: 5) menulis berarti mengekpresikan secara tertulis
gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Lado dalam Elina
Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) juga mengungkapkan
pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis yang
mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.
Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu
hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Heaton dalam St. Y.
Slamet (2008: 141) menulis merupakan keterampilan yang sukar dan
kompleks.
Menurut Gebhardt dan Dawn Rodrigues (1989: 1) writing is
one of the most important things you do in college. Menulis
merupakan salah satu hal paling penting yang kamu lakukan di
sekolah. Kemampuan menulis yang baik memegang peranan yang
penting dalam kesuksesan, baik itu menulis laporan, proposal atau
tugas di sekolah.
Pengertian menulis diungkapkan juga oleh Barli Bram
(2002: 7) in principle, to write means to try to produce or
reproduce writen message. Barli Bram mengartikan menulis sebagai
suatu usaha untuk membuat atau mereka ulang tulisan yang sudah
ada.
Menurut Eric Gould, Robert DiYanni, dan William Smith
(1989: 18) menyebutkan writing is a creative act, the act of
writing is creative because its requires to interpret or make sense
of something: a experience, a text, an event. Menulis adalah
perilaku kreatif, perilaku menulis kreatif karena membutuhkan
pemahaman atau merasakan sesuatu: sebuah pengalaman, tulisan,
peristiwa.
M. Atar Semi (2007: 14) dalam bukunya mengungkapkan
pengertian menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan
gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Burhan Nurgiantoro
(1988: 273) menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas aktif
produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa.
Menulis menurut McCrimmon dalam St. Y. Slamet (2008:
141) merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai
suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara
menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan
mudah dan jelas. St. Y. Slamet (2008: 72) sendiri mengemukakan
pendapatnya tentang menulis yaitu kegiatan yang memerlukan
kemampuan yang bersifat kompleks.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan
menulis merupakan kegiatan berupa penuangan ide/gagasan dengan
kemampuan yang kompleks melalui aktivitas yang aktif produktif
dalam bentuk simbol huruf dan angka secara sistematis sehingga
dapat dipahami oleh orang lain.
4) Kemampuan Menulis
St. Y. Slamet (2008:72) mengemukakan kemampuan
menulis yaitu kemampuan berbahasa yang bersifat produktif; artinya,
kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang menghasilkan;
dalam hal ini menghasilkan tulisan.
Johnstone, Ashbaugh, dan Warfield dalam Ronald T. Kellogg
(2008:18) found that superior writing skills correlated reliably with
the degree of repeated practice and, controlling for practice, with
writing in the professionally relevant domain of greatest interest to
the student. Kemampuan menulis yang bagus sangat berhubungan
dengan derajat perulangan dan pengaturan praktek, dengan menulis
yang relevan secara profesional pada keinginan terbesar dari murid.
Menurut Solehan, dkk (2008: 9.4) kemampuan menulis
bukanlah kemampuan yang diperoleh secara otomatis. Solehan
menjelaskan bahwa kemampuan menulis seseorang bukan dibawa
sejak lahir, melainkan diperoleh melalui tindak pembelajaran.
Berhubungan dengan cara pemerolehan kemampuan menulis,
seseorang yang telah mendapatkan pembelajaran menulis belum
tentu memiliki kompetensi menulis dengan andal tanpa banyak
latihan menulis.
Dapat disimpulkan kemampuan menulis adalah kemampuan
yang bersifat aktif dan produktif di dalam menghasilkan tulisan
yang diperoleh melalui proses pembelajaran dan latihan secara
terus-menerus.
5) Tujuan Menulis
Setiap orang yang akan menulis tentu mempunyai niat atau
maksud di dalam hati dan pikiran mereka. Niat atau maksud dari
seseorang itulah yang disebut sebagai tujuan dari menulis.
Mengenal tujuan merupakan langkah awal yang penting dalam menulis.
Menurut M. Atar Semi (2007: 14) tujuan menulis antara
lain: a) untuk menceritakan sesuatu, b) untuk memberikan petunjuk
atau pengarahan, c) untuk menjelaskan sesuatu, d) untuk meyakinkan,
dan e) untuk merangkum.
Sedangkan menurut Elina, Zulkarnaini, dan Sumarno
(2009: 6) tujuan menulis adalah: a) menginformasikan, b)
membujuk, c) mendidik, d) menghibur.
Dari pendapat tersebut dapat diuraikan tujuan dari menulis
yaitu:
a) Untuk memberikan informasi
Seorang penulis dapat menyebarkan informasi melalui
tulisannya seperti wartawan di koran, tabloid, majalah atau media
massa cetak yang lain. Tulisan yang ada pada media cetak
tersebut seringkali memuat informasi tentang kejadian atau
peristiwa.
b) Untuk memberikan keyakinan kepada pembaca
Melalui tulisan seorang penulis dapat mempengaruhi
keyakinan pembacanya. Seseorang yang membaca informasi di
koran mengenai anak terlantar dapat tergerak hatinya untuk
memberikan bantuan. Hal tersebut karena penulis melalui
tulisannya berhasil meyakinkan pembaca.
c) Untuk sarana pendidikan
Menulis dapat bertujuan sebagai sarana pendidikan
karena seorang guru dan siswa tidak akan pernah jauh dari
kegiatan menulis seperti: mencatat di buku, merangkum, menulis
soal, mengerjakan soal.
d) Untuk memberikan keterangan
Menulis untuk memberikan keterangan terhadap sesuatu
baik benda, barang, atau seseorang. Tulisan tersebut berfungsi
untuk menjelaskan bentuk, ciri-ciri, warna, bahan, dan berbagai
hal yang perlu disebutkan dari objek tersebut.
e) Untuk sarana menghibur
Tulisan bertujuan untuk menghibur jika pada saat
dibaca dapat menyebabkan perubahan suasana hati menjadi
nyaman, senang, gembira. Tulisan yang bertujuan untuk
menghibur seperti pada komik, novel, cerpen, dan tulisan sastra
lainnya.
6) Tahap-tahap Menulis
Menulis adalah suatu proses kreatif yang dilakukan melalui
tahapan yang harus dikerjakan dengan mengerahkan keterampilan,
seni, dan kiat sehingga semuanya berjalan dengan efektif. Kegiatan
menulis diibaratkan sebagai seorang arsitektur yang akan membangun
sebuah gedung.
Sebuah sistem kerja yang kreatif memerlukan langkah-
langkah yang tersusun secara sistematis. Kegiatan menulis juga
memerlukan tahapan-tahapan tertentu di dalam prosesnya. Tahap-
tahapan menulis menurut M. Atar Semi (2007: 46) terbagi menjadi
tiga, yaitu a) tahap pratulis, b) tahap penulisan, dan c) tahap
penyuntingan.
Sedangkan menurut Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati
Zuhdi tahap-tahap menulis terdiri atas: a) tahap pramenulis b) tahap
pembuatan draf, c) tahap revisi, d) tahap editing, dan e) tahap
publikasi.
Menurut Elina Syarif, Zulkarnaini, dan Sumarno (2009: 11)
tahap-tahap menulis terdiri dari enam langkah, yaitu: a) draf kasar, b)
berbagi, c) perbaikan, d) menyunting, e) penulisan kembali, f) evaluasi.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Gorys Keraf
(2004: 38) rangkaian kegiatan menulis meliputi: a) tahap
pramenulis, b) penulisan draf, c) revisi, d) penyuntingan, e) publikasi
atau pembahasan.
Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan mengenai
tahap-tahap dalam menulis yaitu:
a) Tahap Pratulis
Tahap pratulis merupakan tahap paling awal dalam
kegiatan menulis. Tahap ini terletak pada sebelum melakukan
penulisan. Di dalam tahap pratulis terdapat berbagai kegiatan
yang dilakukan oleh penulis. Mulai dari menentukan topik
yang akan ditulis. Penulis mempertimbangkan pemilihan topik
dari segi menarik atau tidaknya terhadap pembaca. Selain itu
perlu dipertimbangkan apakah topik tersebut nanti dapat
dikembangkan serta tersedia materi-materi penunjang untuk
memperkaya topik.
Penulis perlu menentukan tujuan dari tulisan yang
akan diciptakannya. Dengan ditetapkannya tujuan maka penulis
akan lebih mudah dalam menentukan teknik atau metode yang
akan dipakai.
Berdasarkan tujuan yang ditetapkan penulis mencari
pokok pikiran dan materi-materi yang dapat mendukung. Materi
yang dikumpulkan berupa data yang dapat berasal dari para ahli
atau penulis sendiri. Jika materi atau data pendukung belum siap
maka topik yang dipilih belum siap untuk ditulis.
Jika topik telah dipilih, tujuan telah ditetapkan, dan data
pendukung tersedia, maka perlu dibuat rancangan tulisan. Dalam
kegiatan ini topik yang telah ditentukan dipilah-pilah menjadi
sub-subtopik yang kemudian dirangkai dalam suatu kerangka
penulisan. Kerangka penulisan ini nantinya akan berfungsi untuk
mempermudah dalam penulis.
b) Tahap Pembuatan Draf
Draf yang dimaksud adalah tulisan yang disusun secara
kasar. Pada kegiatan ini penulis lebih mengutamakan isi tulisan
dari pada tata tulisnya sehingga semua pikiran, gagasan, dan
perasaan dapat dituangkan ke dalam tulisan.
c) Tahap Revisi
Merevisi berarti memperbaiki, dapat berupa menambah
yang kurang atau mengurangi yang lebih, menambah informasi
yang mendukung, mempertajam perumusan penulisan, mengubah
urutan penulisan pokok-pokok pikiran, menghilangkan informasi
yang kurang relevan, dan lain sebagainya. Pada tahap revisi
penulis berusaha untuk menyempurnakan draf yang telah selesai
agar tulisan tetap fokus pada tujuan.
d) Tahap Penyuntingan
Pada tahap penyuntingan penulis mengulang kembali
kegiatan membaca draf. Tulisan pada draf kasar masih
memerlukan beberapa perubahan. Kegiatan selama tahap
penyuntingan adalah meneliti kembali kesalahan dan
kelemahan pada draf kasar dengan melihat kembali ketepatannya
dengan gagasan utama, tujuan penulisan, calon pembaca, dan
kriteria penerbitan.
Draf yang telah mengalami penyuntingan selanjutnya
ditulis kembali karena terdapat banyak coretan pembetulan.
Penulisan yang kedua ini sudah bukan draf lagi, tetapi sudah
menjadi naskah jadi dan tinggal dilakukan tahap akhir yaitu
pemublikasian tulisan.
e) Tahap Publikasi
Tahap publikasi merupakan tahap paling akhir dalam
proses menulis. Dalam tahap ini yang dilakukan adalah
memublikasikan tulisannya melalui berbagai kemungkinan
misalnya mengirimkan kepada penerbit, redaksi majalah, dan
sebagainya. Dapat pula dengan berbagi tulisan dengan berbagai
pembaca.
b. Kemampuan Menulis Deskripsi
1) Pengertian Deskripsi
Menurut Elina Syarif, Zulkarnaini, dan Sumarno (2009: 7)
menulis dibagi ke dalam empat kategori, yaitu: narasi, eksposisi,
deskripsi, dan argumentasi.
Menurut Redi Panuju (2000: 17) menyebutkan bahwa
deskripsi itu suatu pola tutur yang menggambarkan sesuatu. Fungsi
utama dari menulis deskripsi adalah menyajikan suatu objek kepada
pembaca dengan cara menyajikan visualisasi mengenai objeknya
atau dengan kata lain deskripsi memusatkan uraiannya pada
penampakan barang.
Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan
kata-kata suatu benda, tempat, suasana atau keadaan (Ismail
Marahimin, 1994: 45). Seorang penulis deskripsi mengharapkan
pembacanya akan merasakan apa yang dirasakannya, melihat apa
yang ia lihat, mendengar apa yang ia dengar, mencium bau yang
diciumnya, mencicipi apa yang dimakannya melalui tulisannya.
Berkaitan dengan karangan deskripsi, Suparno dan Yusuf
Mohamad (2008: 46) menegaskan bahwa deskripsi merupakan suatu
bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Karangan jenis ini bermaksud menyampaikan
kesan-kesan tentang sesuatu dengan sifat dan gerak-geriknya.
Untuk mencapai tujuan deskripsi itu dituntut untuk
mampu memilih dan mendayagunakan kata-kata yang dapat
memancing kesan serta citra indrawi dan suasana batiniah. Misalnya
kita akan membuat deskripsi tentang rumah, diharapkan
menyajikan tentang penampilan dan karakteristik rumah tersebut,
dan beberapa aspek yang dapat dianalisis antara lain meliputi:
ukuran rumah, materi konstruksinya, dan rancangan arsitekturnya.
Demikian pula deskripsi suatu pantai tidak memperhatikan letak
geografis atau topografis, melainkan lebih menampakkan ciri yang
khas dan terfokus pada suasana lokal yang menarik. Karena sasaran
yang dituju adalah memberikan perhatian pada penampilan yang
khas dari objeknya. Oleh karena itu deskripsi sering kali
lebih memberikan citra yang menarik dari objek itu.
Dapat disimpulkan bahwa deskripsi merupakan suatu pola
tutur yang berbentuk karangan dengan maksud menggambarkan
suatu hal atau keadaan tertentu sesuai keadaan yang sebenarnya.
2) Hakikat Kemampuan Menulis Deskripsi
Di bagian awal telah disebutkan mengenai pengertian
kemampuan menulis yaitu kemampuan yang bersifat aktif dan
produktif di dalam menghasilkan tulisan, yang diperoleh melalui
proses pembelajaran dan latihan secara terus-menerus.
Serta kesimpulan mengenai deskripsi yaitu suatu pola tutur
yang berbentuk karangan dengan maksud menggambarkan suatu
hal tertentu sesuai keadaan yang sebenarnya.
Menurut Ariyanto Sam kemampuan menulis deskripsi adalah kecakapan seseorang menyampaikan gagasan, pesan, sikap dan pendapatnya kepada orang lain tentang suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca dan pembaca melihat sendiri objek itu (http//:www.ptk-indoskripsi.com/14/5/2008/kemampuan-menulis-deskripsi).
Dari keterangan/penjelasan tersebut di atas, maka dapat
ditarik pengertian tentang kemampuan menulis deskripsi yaitu suatu
kemampuan aktif produktif di dalam menghasilkan tulisan yang
bersifat menggambarkan sesuatu hal sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya sehingga pembaca seakan-akan melihat objek secara
langsung.
3) Ciri-ciri Paragraf Deskripsi
Paragraf deskripsi memiliki ciri-ciri khusus dalam
menuliskannya. Menurut M. Atar Semi (2007: 66) ciri-ciri paragraf
deskripsi adalah sebagai berikut:
a) Berupaya memberikan detail atau rincian tentang objek. b) Bersifat mempengaruhi emosi dan membentuk imajinasi pembaca. c) Menyangkut objek yang dapat diindera oleh panca indera. d) Disampaikan dengan gaya memikat dan pilihan kata yang menggugah. e) Organisasi penyajiannya lebih umum menggunakan susunan ruang.
4) Langkah-langkah Menulis Paragraf Deskripsi
Tulisan deskripsi yang baik dan bermutu akan dapat diperoleh
jika memperhatikan langkah-langkah menulis yang benar. St. Y. Slamet
(2008: 183) mengemukakan teknik menulis deskripsi dengan dua cara,
yaitu:
a) Mengamati objek yang akan ditulis (sifat fisik, persamaan, atau
perbedaannya dengan objek yang lain, dan sebagainya).
b) Menyeleksi dan menyusun rincian suatu deskripsi (memilih data/
informasi, menyajikan informasi tentang objek yang dideskripsikan,
dan sebagainya).
c. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran yang sangat
penting di Sekolah Dasar, pembelajaran ini nantinya sangat diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
kehidupan umat manusia . Bahasa merupakan seperangkat ajaran yang
bermakna, bahasa sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat
yang berupa lambang bunyi yang bermakna yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia.
Sebelum anak-anak mulai bersekolah, mereka lebih dahulu
belajar bahasa dengan mengamati orang-orang yang di sekitarnya.
Mereka menggunakan bahasa dalam situasi yang alami. Ketika anak
memasuki usia sekolah guru-guru mengembangkan pembelajaran bahasa
dengan menciptakan suasana yang membuat anak-anak melakukan
kegaiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan bahasa tulis.
Memahami bahasa lisan dan bahasa tulis pada dasarnya sama
dalam proses komunikasi. Hubungan antara bahasa lisan dan bahasa
tulis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan keterampilan
yang saling melengkapi. Pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup
empat keterampilan, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Keempat keterampilan berbahasa Indonesia tersebut saling
mempengaruhi dan memiliki hubungan yang erat. Keterampilan
membaca dan menulis sangat berkaitan erat. Seseorang tidak akan
membaca jika tidak ada yang ditulis. Keterampilan menulis sangat
didukung oleh minat baca dari orang lain karena tujuan menulis adalah
untuk orang lain.
Hakikat dari belajar Bahasa Indonesia adalah belajar
berkomunikasi, oleh karena itu pembelajaran Bahasa Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan siswa dalam berkomunikasi dengan
Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis.
Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV Sekolah Dasar
terdapat kompetensi dasar menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Kompetensi menulis di semester dua yaitu kompetensi 8. 1
Menyusun karangan tentang berbagai topik dengan memperhatikan
penggunaan ejaan. Pada kompetensi menulis siswa diarahkan untuk
mampu membuat karangan dengan bentuk deskripsi. Karangan
deskripsi bersifat menggambarkan suatu benda, kejadian, peristiwa
kepada orang lain atau pembaca.
Pembelajaran menulis karangan deskripsi diajarkan selama 8
kali pertemuan atau 16 jam pelajaran seperti yang tercantum di dalam
silabus KTSP kelas IV Sekolah Dasar.
2. Kajian Media Video
a. Hakikat Media
1) Pengertian Media
Media merupakan bagian dari salah satu komponen proses
belajar-mengajar, untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan
pengalaman tentang penggunaan media pembelajaran. Menurut Arief
S. Sadiman, Rahardjo, Anung, dan Rahardjito (2002: 6) kata media
berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media
berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima
pesan.
Menurut Elita Burhanudin, Hari Wibowo, dan Irmawati (2009: 3) kata media berasal dari bahasa Latin medius dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti “perantara“ atau “pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Rossi & Breidle dalam Elita Burhanudin, Hari Wibowo, dan Irmawati (2009: 3) mendefinisikan media pembelajaran sebagai berikut: media pembelajaran atau media pendidikan adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk media pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya.
Menurut Scram dalam Elita Burhanudin, Hari Wibowo, dan Irmawati (2009: 3) menyampaikan bahwa media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Briggs dalam Elita, Hari Wibowo, dan Irmawati (2009: 3) berpendapat media adalah alat bantu untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar.
Lain lagi dengan Miarso dalam Elita, Hari Wibowo, dan Irmawati (2009: 3) yang mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik untuk belajar.
Definisi media pembelajaran dalam arti yang luas adalah setiap
orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang
memungkinkan siswa menerima pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Dengan demikian guru atau dosen, bahan ajar, lingkungan adalah
media pembelajaran (Sri Anitah, 2008:3).
Media pembelajaran terbentuk dari dua segi yang saling
menunjang dan tidak dapat dipisahkan seperti dua sisi mata uang.
Dua segi yang dimaksud adalah hardware dan software. Hardware
merupakan perangkat keras atau peralatan yang digunakan sebagai
penyusun media pembelajaran. Software merupakan perangkat lunak atau
materi yang terangkum di dalam media pembelajaran. Contohnya media
gambar yang diproyeksikan melalui OHP, materi yang terkandung di
dalam transparan merupakan perangkat lunak (software) dan OHP
merupakan perangkat keras (hardware).
Dari pengertian tentang media pembelajaran tersebut di atas
maka dapat diambil kesimpulan media pembelajaran adalah seperangkat
alat yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak yang
digunakan oleh guru untuk membantu proses penyampaian materi
pelajaran dari yang abstrak menjadi kongkrit kepada peserta didik.
2) Pemilihan Media
Memilih media hendaknya tidak dilakukan secara
sembarangan, melainkan didasarkan pada kriteria tertentu. Kesalahan
pada saat pemilihan, baik pemilihan jenis media maupun pemilihan
topik yang dimediakan, akan membawa akibat panjang yang tidak
diinginkan di kemudian hari.
Menurut Sri Anitah (2008: 89) pertimbangan yang lebih
singkat dalam pemilihan media adalah: 1) tujuan pembelajaran,
Penggunaan media dalam pembelajaran yang tepat tentu
saja sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa. Media
pembelajaran yang digunakan adalah media yang paling efektif
yaitu media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Jika
pemakaian media akan mengganggu pembelajaran, maka media itu
tidak dapat dikatakan efektif. Oleh karena itu guru harus jeli dalam
memilih media pembelajaran.
Ada beberapa variabel yang harus diperhatikan guru dalam
memilih media antara lain sebagai berikut:
a) Variabel tugas
Pemilihan media harus ditentukan dari jenis
kemampuan yang diharapkan muncul dari pebelajar sebagai
hasil dari pembelajaran.
b) Variabel pebelajar
Setiap pebelajar mempunyai gaya belajar yang berbeda
oleh karena itu karakateristik pebelajar perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan media, walaupun belum ada kesepakatan
karakteristik mana yang paling penting.
c) Lingkungan belajar
Pertimbangan ini lebih bersifat administratif. Berbagai
hal yang termasuk di dalamnya antara lain biaya, ukuran ruang
kelas, kemampuan mengembangkan materi baru, kemampuan
guru, dan lain-lain.
d) Lingkungan pengembangan
Lingkungan pengembangan harus mendukung
penggunaan media. Semua yang direncanakan akan menjadi sia-
sia jika lingkungan pengembangan tidak mendukung.
e) Ekonomi dan budaya
Dalam pemilihan media perlu dipertimbangkan apakah
media itu dapat diterima oleh pemakai dan sesuai dengan
sumber dana serta peralatan yang tersedia. Juga sikap terhadap
berbagai media mungkin berbeda antara penduduk kota dengan
desa, antar sub kelompok bangsa dan sosial ekonomi.
f) Faktor-faktor praktis
Merupakan faktor pendukung yang bersifat umum dalam
penggunaan media seperti jumlah peserta, jarak pandang,
kesesuaian dengan materi.
Dari beberapa hal yang dijadikan pertimbangan dalam
memilih media, maka langkah-langkah yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam memilih media dapat uraikan sebagai berikut:
a) Menentukan jenis media dengan tepat; artinya, sebaiknya pendidik memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran yang akan diajarkan.
b) Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat; artinya, perlu diperhitungkan apakah penggunaan media itu
sesuai dengan tingkat kematangan/kemampuan peserta didik serta jumlah peserta didiknya.
c) Menyajikan media dengan tepat; artinya, teknik dan metode penggunaan media dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan, bahan metode, waktu, dan sarana yang ada.
d) Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam situasi mana, pada waktu mengajar apa media perlu digunakan. Tidak setiap saat atau selama proses belajar mengajar terus-menerus menjelaskan sesuai dengan media pembelajaran. (Nana Sudjana dalam Elita, Hari Wibowo, dan Irmawati, 2009: 13)
Pemilihan media terdapat dua model, yaitu model tertutup dan
model terbuka.
a) Model tertutup, merupakan model pemilihan model jika seseorang
akan menentukan media yang akan digunakan, kemudian bertindak
menyeleksi atau mengembangkan. Pendekatan ini dipakai karena
kesukaan pribadi pada media tertentu (bersifat intuitif) atau karena
sumber-sumber itu dapat digunakan untuk media tertentu tapi tidak
untuk media yang lain. Berilah tujuan khusus yang sama, desainer
berbeda dengan berbagai pengalaman dalam pengembangan
pembelajaran, satu sama lain mungkin menggunakan media yang
berbeda, bila beberapa tujuan tersebut diperkirakan lebih baik
menggunakan media lain.maka ada kecenderungan dari para desainer
untuk melakukan suatu pemilihan media yang sama untuk satu unit
pembelajaran yang luas.
b) Model terbuka, yaitu seorang desainer khususnya senior, melakukan
pemilihan media, kemudian menugaskan seorang yang berkeahlian
khusus dalam mengembangkan media yang dipilihnya tadi. Model ini
cocok diterapkan dalam pemilihan media untuk suatu unit kecil
pembelajaran. Dalam model terbuka pemilihan media lebih analitis
dan dapat lebih dipercaya daripada model tertutup.
3) Langkah-langkah Penggunaan Media
Di dalam menggunakan media, perlu diperhatikan bahwa media
digunakan untuk mendukung pembelajaran, seharusnya ada perencanaan
yang sistematik. Menurut Sri Anitah (2008: 93) langkah-langkah penting
dalam penggunaan media meliputi persiapan sebelum menggunakan
media, pelaksanaan penggunaan media, evaluasi penggunaan media, dan
tindak lanjut penggunaan media.
a) Persiapan sebelum menggunakan media
Langkah awal sebelum menggunakan media perlu persiapan
yang matang, beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain mengenai
cara penggunaan media, peralatan yang diperlukan serta pengaturan
tempat dan jumlah siswa.
b) Pelaksanaan penggunaan media
Pada saat pelajaran dengan menggunakan media berlangsung,
hendaknya dijaga agar suasana tetap tenang. Keadaan yang tenang
bukan berarti siswa duduk diam secara pasif, namun yang penting
perhatian siswa tetap terjaga.
c) Evaluasi penggunaan media
Tahap ini merupakan tahap penyajian apakah tujuan
pembelajaran telah tercapai, selain untuk memantapkan pemahaman
materi yang disampaikan melalui media. Untuk itu perlu disediakan
tes yang harus dikerjakan oleh peserta didik sebagai umpan balik.
Kalau tujuan pembelajaran belum tercapai, guru perlu menyajikan
ulang sajian media tersebut.
d) Tindak lanjut penggunaan media
Dari umpan balik yang diperoleh guru dapat meminta siswa
untuk memperdalam materi dengan berbagai cara misalnya diskusi,
mempelajari referensi, membuat rangkuman, melakukan suatu uji
coba.
4) Jenis-jenis Media
Dalam dunia pendidikan, inovasi media pembelajaran telah
mengalami peningkatan dan muncul berbagai macam variasi media.
Seiring perkembangan jaman, media berkembang dengan pesat. Jika
dahulu media hanya disajikan secara manual, saat ini telah ada media
pembelajaran yang dikemas secara menarik dalam bentuk animasi.
Berdasarkan klasifikasinya media pembelajaran dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis, sebagai berikut:
a) Media grafis
Media grafis/foto merupakan media visual. Seperti media
yang lain media grafis berfungsi untuk menyampaikan pesan dari
sumber kepada penerima pesan. Media grafis lebih mengutamaan
indera penglihatan dalam proses penyampaian pesan.
b) Media audio
Melalui media ini seseorang tidak hanya dapat melihat atau
mengamati sesuatu, melainkan sekaligus dapat mendengar sesuatu
yang divisualisasikan. Media audio ini biasa disebut slide suara. Yang
dimaksud slide suara di sini adalah tayangan gambar yang diikuti oleh
iringan musik. Slide suara merupakan paduan antara media video dan
visual, dan programnya memerlukan penelitian yang memungkinkan
kedua media ini dapat ditampikan secara utuh, saling membantu, dan
saling mengisi.
c) Media proyeksi diam
Media proyeksi diam mempunyai persamaan dengan media
grafis dalam arti menyampaikan rangsangan-rangsangan visual.
Kecuali itu banyak sekali bahan-bahan grafis yang digunakan dalam
media proyeksi diam. Perbedaan yang jelas di antaranya adalah pada
media grafis dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media
yang bersangkutan, sedangkan pada media proyeksi pesan tersebut
harus diproyeksikan dengan perantara proyektor. Beberapa media
proyeksi antara lain: film bingkai (slide film), film rangkaian (film
strip), Over Head Projector (OHP), Opaque Projector.
d) Media audio visual
Merupakan media yang dapat menampilkan gambar-gambar
yang bergerak dan bersuara baik melalui proyektor maupun televisi.
e) Komputer multi media
Media pembelajaran yang memanfaatkan file multi media
sebagai media pembelajaran. Multi media mampu menampilkan
gambar, tulisan baik yang diam maupun bergerak dan bersuara.
Komputer multi media terdiri dari hardware dan software. Dalam
penelitian ini penulis memilih menggunakan multi media sebagai
media untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi karena
media ini sangat menarik bagi siswa. Multi media dapat
mengkongkritkan konsep abstrak dan di Sekolah Dasar tempat penulis
mengajar sudah tersedia perangkat komputer multimedia dan LCD
proyektor.
f) Benda nyata
Menggunakan suatu benda baik aslinya maupun tiruannya
dalam proses pembelajaran terutama jika pembelajaran yang
dilakukan menggunakan demonstrasi atau di lapangan. Jika tidak
memungkinkan untuk membawa benda aslinya, maka kita dapat
menggunakan benda tiruan yang sesuai.
b. Penggunaan Video dalam Pembelajaran
1) Hakikat Video
Video atau VCD pembelajaran merupakan program
pembelajaran yang dikemas dalam kaset video atau VCD dan disajikan
dengan peralatan VTR (Video Tape Recorder) atau VCD player dan
Sudah sejak dahulu orang beranggapan bahwa film dengan
video merupakan sistem yang selalu bersaing, yang masing-masing
mempunyai keunikan. Sebenarnya antara film dan video tidak jauh
berbeda. Keduanya saling menunjang sebagai sistem yang berdampingan.
Video bukanlah hal yang asing lagi bagi masyarakat saat ini.
Menurut Yudhi Munadi (2008: 132) video adalah teknologi pemrosesan
signal elektronik meliputi gambar, gerak dan suara. Pendapat serupa
diungkapkan oleh Qulman bahwa video adalah teknologi untuk
menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata ulang
gambar bergerak. (http://protalkcallminds.wordpress.com/2008/11/14/
definisi-video-olehqulmann/)
Biasanya sebuah video menggunakan film seluloid, sinyal
elektronik, atau media digital. Video juga dikatakan sebagai gabungan
gambar-gambar mati yang dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan
kecepatan tertentu. Gambar-gambar yang digabung tersebut dinamakan
frame dan kecepatan pembacaan gambar disebut dengan frame rate,
dengan satuan fps (frame per second). Karena dimainkan dalam
kecepatan yang tinggi maka tercipta ilusi gerak yang halus, semakin
besar nilai frame rate maka akan semakin halus pergerakan yang
ditampilkan.
Sedangkan menurut Cheppy Riyana (2007: 5) media video
pembelajaran adalah media atau alat bantu yang menyajikan audio dan
visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran yang berisi konsep, prinsip,
prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman
terhadap suatu materi pembelajaran.
Video termasuk media gambar bergerak. Media gambar
bergerak akan lebih mempengaruhi emosi seseorang yang melihatnya.
Ronald H. Anderson (1989: 102) menyebutkan ada sepuluh petunjuk
untuk memproduksi gambar bergerak. Kesepuluh petunjuk tersebut dapat
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat memproduksi
gambar bergerak. Sepuluh petunjuk tersebut antara lain:
a) Media video didisain untuk memperlihatkan gambar yang gerak. b) Gambar yang bergerak amat baik untuk pembelajaran dengan
tujuan afektif. c) Untuk kepentingan pengajaran, sebaiknya gambar bergerak
digunakan secara langsung dengan penonton. d) Suara (backsound) yang mengiringi sajian video harus sesuai
dengan isi gambar. e) Narasi tidak boleh menceritakan semua yang terlihat pada layar,
kecuali untuk menginterpretasikan atau untuk memperjelas hal yang penting.
f) Media gambar bergerak/video harus mengandung isi yang sudah dibakukan, serta harus melalui tahap penyuntingan dan ujicoba sebelum digunakan dalam kegiatan pengajaran.
g) Karena film dan video sebetulnya adalah media gambar bergerak, narasinya hendaknya dikembangkan sendiri oleh peneliti.
h) Perlu diingat bahwa penonton tidak terikat pada media. Mereka bisa saja mengalihkan perhatian pada hal-hal lain kalau tontonan itu tidak menarik baginya.
i) Gambar yang diambil hendaknya bervariasi untuk menghindari kebosanan siswa.
j) Memproduksi media gambar bergerak adalah suatu pekerjaan yang rumit karena melibatkan ahli dari berbagai disiplin ilmu serta teknisi yang terampil.
Semua ketentuan di atas bukanlah merupakan syarat mutlak
dalam pembuatan media gambar bergerak. Karena setiap ketentuan tidak
berlaku pada semua kasus, sehingga dapat ditambah atau dikurangi.
Menurut Elita Burhanudin, Hari Wibowo, dan Irmawati (2009:
9) media video memiliki kelebihan antara lain:
a) Dapat menstimulir efek gerak.
b) Dapat diberi suara maupun warna.
c) Tidak memerlukan keahlian khusus dalam penyajiannya. Tidak
memerlukan ruangan gelap untuk penyajiannya.
2) Karakteristik Video
Sebuah video mempunyai beberapa karakteristik yang menjadi
ciri-cirinya. Dalam buku Media Pembelajaran karya Yudhi Munadi
(2008: 127) karakteristik video pembelajaran antara lain:
a) Mampu mengatasi keterbatasan media karena waktu dan jarak. b) Sajian video dapat diulangi bila perlu untuk menambah
kejelasan. c) Pesan yang disampaikan melalui video cepat dan mudah diingat. d) Mampu mengembangkan pikiran dan pendapat siswa. e) Memperkuat imajinasi peserta didik. f) Menjelaskan hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran
yang lebih kongkrit. g) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang. h) Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan mampu
menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan dari siswa.
i) Semua peserta didik dapat belajar melalui video. j) Dengan video penampilan siswa dapat direkam dan segera
dilihat kembali untuk evaluasi.
3) Kriteria Pemilihan Video
Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari
segi kemampuan, cara pembuatan, maupun cara penggunaannya.
Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan
kemampuan dasar yang harus dimiliki pendidik dalam kaitannya dengan
keterampilan pemilihan media pengajaran. Di samping itu, memberikan
kemungkinan pada pendidik untuk menggunakan berbagai jenis media
secara bervariasi. Apabila kurang memahami karakteristik media
tersebut, pendidik akan dihadapkan kepada kesulitan dan cenderung
bersikap spekulatif. Oleh karena itu, sebelum menggunakan media dalam
pembelajaran, pendidik harus memahami karakteristik, jenis serta
pengelompokkan media yang akan digunakannya. Pendidik harus
menyakinkan dirinya bahwa media yang akan digunakan tersebut, benar-
benar bisa memberikan nilai positif terhadap kualitas pembelajaran yang
akan dilakukan.
Video yang digunakan dalam pembelajaran berbeda dengan
video yang berisi film yang berfungsi sebagai alat penghibur. Pemilihan
video sebagai media pembelajaran harus mempertimbangkan beberapa
hal/kriteria sebagai berikut:
a) Tipe materi
Tidak semua materi cocok menggunakan video. Jika
materi yang teralu teknis yang mengajarkan tentang keterampilan/skill
secara langsung, maka perlu pembelajaran langsung yang
bersentuhan dengan peralatannya. Misalnya praktik reparasi
mobil/motor. Media video sangat cocok untuk menggambarkan suatu
proses, alur, demonstrasi sebuah konsep atau mendeskripsikan
sesuatu.
b) Durasi waktu
Video berbeda dengan film, yang biasanya berdurasi 2
jam dan maksimal 3,5 jam. Media video memiliki durasi yang
lebih singkat yaitu 20-40 menit. Hal ini karena disangkutkan dengan
kemampuan daya ingat manusia dan kekuatan berkonsentrasi
cukup terbatas antara 15 sampai 20 menit. Setelah waktu tersebut
konsentrasi manusia cenderung terganggu dan mengalami
kelelahan. Dengan demikian sajian video juga menyesuaikan.
c) Format sajian video
Film pada umumnya lebih mengutamakan dialog dan
unsur dramatisasi yang lebih banyak. Sedangkan film lepas lebih
banyak bersifat imajinatif dan kurang ilmiah. Hal ini berbeda
dengan video pembelajaran yang mengutamakan kejelasan dan
penguasaan materi.
d) Ketentuan teknis
Suatu media video tidak terlepas dari aspek teknis yaitu
efek kamera, teknik pengambilan gambar, teknik pencahayaan,
editing dan suara. Pembelajaran lebih menekankan pada kejelasan
pesan, dengan demikian sajian-sajian yang komunikatif perlu
dukungan teknis.
e) Penggunaan musik dan sound effect
Musik dan sound efect menjadi bagian penting dalam sajian
video. Video akan menarik jika sajian sound mendukung dan tepat.
Musik yang mengiringi gambar/video akan mempengaruhi emosi hati
penonton sehingga sajian video menjadi lebih bermakna.
4) Media Video dalam Pembelajaran
Pengggunaan media video pada pembelajaran menulis deskripsi
mempunyai makna tersendiri bagi siswa. Karena guru sangat jarang
menggunakan video sebagai media dalam mengantarkan siswa
merangkai kata-kata, mengorganisasikan ide menjadi kalimat dan
mengungkapkan pikiran mereka. Padahal, penggunaan media yang lebih
sederhana dari video yaitu media gambar sudah dapat memberikan
pengaruh yang signifikan. Seperti diungkapkan oleh Djago Tarigan dan
H.G. Tarigan (1986: 209) mengarang melalui media gambar merupakan
suatu teknik pengajaran menulis yang sangat dianjurkan para ahli, karena
gambar yang kelihatan diam sebenarnya banyak berkata bagi mereka
yang peka dan penuh imajinasi.
Penggunaan media video memiliki pengaruh yang besar di
dalam pembelajaran. Konsep “kerucut pengalaman’ dari Edgar Dale
dalam Elita, Hari, Irmawati (2009: 3) mengklasifikasikan sepuluh tingkat
pengalaman belajar dari yang paling kongkrit ke yang paling abstrak,
berikut gambar klasifikasi menurut Edgar Dale:
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Belajar Edgar Dale
Edgar Dale menempatkan media audio visual termasuk film dan
TV pada tingkat atas. Seperti yang diungkapkan oleh Selinger dalam Jo
Towers (2007) he has also found that the use of video can “enhance
student understanding of teaching. Dia menemukan bahwa penggunaan
video dapat mendorong siswa memahami pembelajaran (http://edu-
articles.com/download-jurnal-pendidikan-gratis/).
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Penelitian oleh Abdi Saka Dayan dengan judul “Peningkatan Keterampilan
Menulis Karangan Deskripsi Dengan Metode Karya Wisata pada Siswa Kelas
V Semester 1 SDN Maitan 03 Tahun Pelajaran 2008/2009”. Pada halaman 50
menyimpulkan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menerapkan
metode karyawisata terbukti mempunyai arti penting bagi siswa. Pentingnya
keterampilan menulis bagi siswa yaitu a) sebagai sarana untuk mengungkapkan
diri, b) suatu sarana untuk pemahaman, c) sarana untuk membantu
mengembangkan kepuasan pribadi, d) sebagai sarana untuk meningkatkan
kesadaran dan penerapan terhadap lingkungan, e) sarana untuk keterlibatan
secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah, dan f) sebagai
sarana untuk mengembangkan suatu pemahaman tentang sesuatu dan
kemampuan menggunakan bahasa.
2. Penelitian oleh Izzul Hasanah dengan judul “Peningkatan Keterampilan
Menulis Paragraf Deskripsi Dengan Teknik Objek Langsung Melalui
Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas X Mesin 3 SMK Tunas Harapan
Pati” menyimpulkan: a) sikap atau perilaku siswa mengalami perubahan dari
perilaku negatif berubah menjadi positif, b) terdapat peningkatan keterampilan
menulis paragraf deskripsi pada siswa kelas X Mesin 3 SMK Tunas Harapan
Pati setelah diadakan penelitian keterampilan menulis paragraf deskripsi
dengan teknik objek langsung (halaman 39).
C. Kerangka Berpikir
Pada pembelajaran menulis deskripsi secara konvensional guru
menyajikan tema dan siswa diminta mengembangkan tema tersebut menjadi
sebuah karangan. Dalam hal ini siswa mengembangkan karangan deskripsi
berdasar rabaan pikiran. Siswa dalam menuangkan suatu keadaan dengan hanya
menduga-duga saja. Apabila siswa tidak pernah menyentuh, mengamati,
merasakan objek yang dibicarakan dalam tema maka siswa menjadi kurang
termotivasi untuk memahami objek yang dihadapinya. Apalagi siswa yang tidak
mempunyai minat dalam kegiatan mengarang. Mereka akan merasa kesulitan
selama pembelajaran berlangsung.
Untuk menciptakan pembelajaran keterampilan menulis karangan
deskripsi yang menarik dan menimbulkan tantangan bagi siswa maka peneliti
menerapkan media Video.
Gambar 2. Kerangka Berpikir
Dari kondisi awal siswa belum mampu untuk menulis deskripsi dengan
baik. Siswa belum dapat mengorganisasikan ide dan gagasan ke dalam kalimat.
Dengan penggunaan media video pada siklus satu akan diperoleh hasil pertama
yang masih ada kekurangan. Kekurangan yang ada pada siklus 1 diperbaiki lagi
pada siklus 2. Dalam penelitian ini peneliti merencanakan cukup dengan 2 kali
siklus akan diperoleh peningkatan kemampuan menulis deskripsi.
D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam
penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: “Melalui penggunaan
media video dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa kelas IV
Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta selama 6 bulan yaitu bulan Februari 2010 sampai bulan Juli 2010. Dengan perincian pada lampiran 11 halaman 117.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Pajang 1, Kecamatan Laweyan, Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 sejumlah 50 siswa yang terdiri dari 22 laki-laki dan 28 perempuan. Objek penelitian adalah pembelajaran menulis deskripsi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
Data yang akan diperoleh atau dikumpulkan berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan maka bentuk pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebanyak dua siklus.
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian untuk mengatasi permasalahan terkait dengan kegiatan belajar mengajar yang terjadi pada suatu kelas.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tindakan model siklus. Adapun rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan atau planning
2) Tindakan atau acting
3) Pengamatan atau observing
4) Refleksi atau reflecting
D. Sumber Data
35
Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan digali dari berbagai macam sumber data. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain:
1. Hasil tes kemampuan menulis deskripsi tiap siklus.
2. Arsip dan dokumen
Arsip berupa kurikulum tingkat satuan pendidikan, sedangkan dokumen berupa daftar nilai proses kemampuan menulis yang digunakan untuk mendapatkan data nilai siswa sebelum dilakukan tindakan.
3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi melalui
penggunaan video.
4. Informasi data yang diperoleh dari nara sumber yang terdiri dari 50 siswa
kelas IV dan guru kelas IV.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini antara lain:
1. Teknik Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 29) menjelaskan teknik tes adalah suatu alat pengumpul informasi yang berupa serentetan pertanyaan atau latihan yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Dalam penelitian ini akan menggunakan jenis post test (tes akhir) yang dilakukan pada setiap akhir pembelajaran tiap siklus untuk memperoleh nilai kemampuan menulis deskripsi siswa Kelas IV SD Negeri Pajang 1, Laweyan, Surakarta. Tes tersebut berbentuk tes tertulis (soal untuk menulis karangan deskripsi).
2. Teknik observasi langsung
Metode pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode perolehan data dengan menggunakan mata langsung tanpa ada pertolongan alat standart untuk keperluan tersebut. Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Observasi dilakukan untuk memantau proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya. Peristiwa yang diobservasi dapat bersifat positif maupun negatif.
Langkah-langkah observasi meliputi perencanaan, pelaksanaan observasi kelas dan pembahasan balikan. Melalui observasi akan diperoleh data observasi mengenai kegiatan guru dan siswa dari awal sampai akhir. Data yang diambil dengan menggunakan metode observasi adalah data pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran baik guru dan siswa.
3. Pencatatan Arsip
a. Arsip
1) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tentang ruang lingkup materi,
tujuan, kompetensi dasar, indikator dan materi pokok kelas IV.
2) Silabus tentang alokasi waktu dan tema yang diajarkan.
b. Dokumen
Berupa nilai proses untuk memperoleh data tentang kemampuan menulis deskripsi sebelum dilakukan tindakan. Berupa nama responden penelitian, sejarah perkembangan SD Negeri Pajang 1, Laweyan, Surakarta.
Dokumen yang dikumpulkan juga berupa dokumen foto. Dokumentasi foto merupakan instrumen yang cukup penting, yaitu sebagai bukti kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian. Melalui dokumen foto ini akan memperkuat data yang diperoleh. Adapun dokumen foto yang diambil adalah pada saat guru atau peneliti melaksanakan pembelajaran baik siklus 1 maupun siklus 2, gambar siswa sedang memperhatikan video, gambar guru sedang memberikan penjelasan tentang menulis deskripsi, gambar pada saat siswa mengerjakan soal evaluasi, serta gambar alat-alat yang digunakan selama penelitian
F. Validitas Data
Data yang telah berhasil dikumpulkan dalam penelitian harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Guna menjamin dan mengembangkan validitas data yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik trianggulasi.
Trianggulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif, artinya untuk menarik simulan yang mantap memerlukan beberapa pandangan. Dari berbagai pandangan tersebut akan dapat dipertimbangkan beragam fenomena yang muncul, dan selanjutnya dapat ditarik
simpulan yang lebih mantap dan lebih bisa diterima kebenarannya. Teknik trianggulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Validitas isi
Validitas isi merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validitas ini adalah sejauhmana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh suatu alat ukur yang bersangkutan.
Dalam validitas isi tidak melibatkan perhitungan statistik, melainkan hanya dengan analisis rasional maka tidak diharapkan bahwa setiap orang akan sependapat dan sepaham dengan sejauhmana validitas isi suatu alat ukur telah tercapai.
2. Trianggulasi
a. Trianggulasi data
Melalui trianggulasi data, akan mengarahkan peneliti untuk mengumpulkan data melalui berbagai sumber data yang berbeda. Dalam hal ini data yang sama atau sejenis akan lebih akurat jika digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
b. Trianggulasi metode
Jenis trianggulasi ini dapat dilakukan peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Di sini lebih ditekankan pada pengumpulan data dengan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.
G. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data. Menurut Sumadi Suryabrata (2003: 136) analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.
Menurut H.B. Sutopo (2002: 18) dalam proses analisis ada tiga proses yang harus disadari oleh peneliti. Tiga komponen tersebut adalah: 1. Reduksi data, 2. Sajian data, 3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi. Dengan demikian maka dalam tahapan ini ada tiga komponen pokok yang harus dilaksanakan, yaitu:
1. Reduksi data yaitu proses menyeleksi data awal, memfokuskan,
menyederhanakan dan mengabstraksi data kasar yang ada dalam fieldnote.
Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Data reduksi
adalah suatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat
fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian
rupa sehingga kesimpulan akhir dilakukan. Proses ini berakhir sampai laporan
akhir penelitian selesai ditulis.
2. Sajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan
penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat penyajian data, maka akan
dimengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu
pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut, dalam hal
ini penyajian data meliputi berbagai jenis matriks, gambar, jaringan kerja dan
tabel.
3. Penarikan kesimpulan, apabila dalam tahapan ini ditemukan data yan akurat,
maka peneliti tidak segan-segan untuk melakukan penyimpulan ulang. Peneliti
dalam hal ni bersifat terbuka dan skeptis, namun demikian akan meningkat
secara eksplisit dan memiliki landasan yang kuat. Kesimpulan akhir tidak akan
terjadi sampai proses pengumpulan data berakhir.
Model analisis ini memiliki tiga komponen pokok analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara empat komponen (termasuk proses pengumpulan data) selama proses pengumpulan data berlangsung. Kemudian setelah pengumpulan data peneliti bergerak di antara tiga komponen pokok yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar berikut:
Reduksi Data Sajian Data
Pengumpulan Data
Gambar 3. Skema Proses Analisis Interaktif H.B. Sutopo (2002: 96)
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolok ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Yang dijadikan indikator kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan menulis deskripsi pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Surakarta melalui penggunaan video. Indikator kinerja ini dipilih karena kemampuan menulis deskripsi siswa yang masih rendah. Dari data yang telah ada diketahui bahwa dari lima puluh siswa masih ada 24 siswa yang belum lulus Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau sebesar 48%.
Indikator kinerja dalam penelitian ini bersumber dari silabus KTSP bahasa Indonesia kelas IV dan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 61 yaitu apabila 80% dari jumlah siswa dalam mengerjakan soal mendapat nilai lebih dari 61. Indikator tersebut meliputi : (1) menyebutkan ciri-ciri karangan deskripsi, (2) menulis karangan deskripsi berdasarkan video.
Rincian indikator kinerja yang ingin dicapai setiap siklusnya adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Rincian Indikator Kinerja yang Akan Dicapai Setiap Siklus
No Siklus Indikator Kinerja
1 Silkus I : Pertemuan I,II Pada silkus I kemampuan menulis
deskripsi meningkat 70%
2 Silus II : Pertemuan I,II Pada siklus II kemampuan menulis deskripsi meningkat 80%
I. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas atau biasa disebut Classroom Action Research yang bertujuan memecahkan masalah-masalah dalam pembelajaran di kelas, khususnya materi pada pembelajaran praktik menulis deskripsi. Penelitian tindakan kelas ini bersifat partisipatif karena melibatkan peneliti sebagai pengamat dalam proses pembelajaran dan kolaboratif karena melibatkan teman sejawat (kolaborator) untuk membantu pelaksanaan proses pembelajaran.
Dalam penelitian ini pelaksanaan pembelajaran materi pokok menulis deskripsi dengan menggunakan media video sebagai sarana pembelajaran siswa akan diberikan tugas menulis.
Sebelum melakukan penelitian, penulis mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian, antara lain :
1. Menyusun rencana pembelajaran menulis untuk masing-masing siklus.
Rancangan ini disempurnakan kembali pada awal siklus II. Setelah
memperoleh umpan balik, analisis, dan refleksi siklus I.
2. Menyusun media pembelajaran video yang akan digunakan untuk kelancaran
pelaksanaan penelitian tindakan. Video tersebut disusun dengan mengacu pada
pembelajaran menulis deskripsi. Siswa melihat video dan mengarang sesuai
dengan tugas tiap siklus.
3. Membuat instrumen sebagai alat pengumpulan data berupa soal tugas menulis
deskripsi dan lembar pengamatan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat reflektif. Tindakan dengan pola pengkajian ”siklus atau berdaur ulang”. Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 16) langkah-langkah penelitian tindakan kelas berlangsung secara berulang-ulang terdiri atas 4 tahapan yaitu:
a. Perencanaan (planning)
b. Tindakan (acting)
c. Pengamatan (observing)
d. Refleksi (reflecting)
Gambar 4. Tahapan PTK Suharsimi Arikunto (2007: 16)
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan perincian siklus 1 tugas menulis deskripsi dengan melihat video sebanyak satu kali. Siklus 2 tugas menulis deskripsi dengan melihat video sebanyak dua kali.
Siklus I
1. Tahap perencanaan
Hal-hal yang dilakukan peneliti pada tahap perencaaan siklus 1 adalah sebagai berikut:
a. Merancang rencana pembelajaran dengan video pembelajaran.
b. Membuat pedoman penskoran untuk nilai hasil tugas individu akhir siklus.
c. Mempersiapkan lembar pengamatan.
d. Mempersiapkan soal tes menulis deskripsi.
e. Menyiapkan materi video yang akan ditampilkan.
2. Tahap tindakan
Pada tahap tindakan peneliti akan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media video yang sudah dipersiapkan. Langkah-langkah yang dilaksanakan pada tahap tindakan adalah sebagai berikut:
a. Memulai pembelajaran dengan menjelaskan pengertian dan cara menulis
karangan deskripsi.
b. Menyampaikan materi pembelajaran menulis deskripsi sejelas-jelasnya
kepada siswa. Pada tahap ini siswa diberi kebebasan untuk menyusun
tulisannya. Guru memberikan umpan balik dari hasil tulisan siswa tentang
kelemahan dan keberhasilannya.
c. Siswa mengerjakan soal evaluasi menulis karangan deskripsi berdasarkan
video.
d. Pada akhir pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran menulis.
3. Tahap pengamatan
Pada tahap pengamatan peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Melakukan pengamatan terhadap pertanyaan siswa tentang kesulitan atau
kekurang pahaman materi yang disampaikan guru.
b. Melakukan pengamatan terhadap kerja siswa dengan cara mendekati siswa
secara individu pada saat diberikan kesempatan menulis deskripsi. Dari
pengamatan ini akan diperoleh data beberapa siswa yang masih memperoleh
kesulitan menulis deskripsi terutama mengenai pengaturan isi, susunan,
struktur kalimat, kosakata, tanda baca, ejaan, dan susunan huruf. Dari
pengamatan ini pula guru dapat melakukan perbaikan terhadap penyampaian
materi yang telah dilakukan dan apa yang seharusnya diperbaiki.
4. Tahap refleksi
Pada tahap refleksi peneliti melakukan analisis terhadap proses pelaksanaan pembelajaran siklus 1 dan hasil belajar berupa nilai siswa pada siklus 1 tentang menulis deskripsi menggunakan media video. Peneliti juga berdiskusi dengan teman sejawat (kolaborator) untuk membantu menemukan permasalahan pembelajaran yang akan digunakan sebagai dasar untuk perbaikan dalam perencanaan siklus berikutnya.
Siklus 2 1. Tahap perencanaan
Hal-hal yang dilakukan peneliti pada tahap perencaaan siklus 2 adalah sebagai berikut: a. Merancang rencana pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran video.
b. Membuat pedoman penskoran untuk nilai hasil tugas individu akhir siklus.
c. Menyiapkan media pembelajaran video.
d. Mempersiapkan lembar pengamatan.
e. Mempersiapkan soal tes menulis deskripsi.
2. Tahap tindakan Pada tahap tindakan guru (kolaborator) akan melaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan media video. a. Memulai pembelajaran dengan mengingat kembali langkah-langkah menulis
yang telah dipelajari di kelas.
b. Menyampaikan materi pembelajaran menulis deskripsi berdasarkan refleksi
di siklus 1, untuk menyempurnakan kekurangan yang terjadi.
c. Menyajikan video kepada siswa sebanya satu kali.
d. Siswa mengerjakan evaluasi menulis karangan deskripsi dengan melihat
video untuk keduakalinya.
e. Pada akhir pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran menulis. Guru
memberikan tindak lanjut dengan memberikan tugas menulis deskripsi
terhadap video yang disajikan Guru.
3. Tahap pengamatan Pada tahap pengamatan peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Melakukan pengamatan terhadap pertanyaan siswa tentang kesulitan atau
kekurangpahaman materi yang disampaikan guru.
b. Melakukan pengamatan terhadap kerja siswa dengan cara mendekati siswa
secara individu pada saat diberikan kesempatan menulis deskripsi. Dari
pengamatan ini akan diperoleh data beberapa siswa yang masih memperoleh
kesulitan menulis deskripsi terutama mengenai pengaturan isi, susunan,
struktur kalimat, kosakata, tanda baca, ejaan, dan susunan huruf. Dari
pengamatanini pula guru dapat melakukan perbaikan terhadap penyampaian
materi yang telah dilakukan, apa yang seharusnya diperbaiki dalam
menerapkan media pembelajaran video untuk pembelajaran selanjutnya.
4. Tahap refleksi Pada tahap refleksi peneliti melakukan analisis terhadap proses
pelaksanaan pembelajaran siklus 2 dan hasil belajar berupa nilai siswa pada siklus 2 tentang menulis deskripsi menggunakan media video yang disajikan sebanyak dua kali. Memberi penguatan diakhir pembelajaran secara menyeluruh terhadap proses pembelajaran.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Prasiklus
Sebelum melaksanakan tindakan, keadaan nyata yang ada di
lapangan yaitu rendahnya kemampuan menulis deskripsi pada mata pelajaran
Bahasa Indonsia yang ditunjukkan dengan rendahnya nilai menulis deskripsi
siswa. Berdasarkan pengamatan peneliti selama bulan Januari dan Februari
2010 terhadap pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru kelas IV dalam
pembelajaran menulis deskripsi. Sebagai gambaran awal kegiatan
pembelajaran di kelas IV masih banyak terdapat kekurangan, antara lain
siswa kurang tertarik dengan pembelajaran karena guru menggunakan metode
yang konvensional dalam pembelajaran. Metode konvensional yang dipakai
guru adalah ceramah, sehingga siswa cenderung pasif di dalam pembelajaran.
Siswa tidak tertarik dengan pembelajaran dari guru kelas. Materi yang
disampaikan guru terlihat sangat menjenuhkan siswa, akibatnya selama
pembelajaran bahasa Indonesia siswa ada yang mengantuk.
Pembelajaran yang dilakukan belum menggunakan media yang
berakibat siswa mengalami kesulitan di dalam mendesripsikan objek padahal
pada siswa Sekolah Dasar konsep yang abtrak harus dikongkritkan untuk
memberi kemudahan kepada siswa. Karena hal itulah hasil menulis deskripsi
siswa menjadi rendah. Data hasil menulis siswa pada prasiklus lampiran 1
(halaman 79) disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. Daftar Nilai Tes Menulis Deskripsi Prasiklus
No Nilai No Nilai No Nilai No Nilai No Nilai 1 62 11 47 21 36 31 61 41 65 2 61 12 61 22 58 32 48 42 58
Dari tabel 8 dapat diketahui nilai siswa mulai dari prasiklus, siklus I,
dan siklus IIdari masing-masing siswa.
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui perkembangan perolehan nilai
siswa dari prasiklus, siklus I, dan siklus II yang dapat digambarkan pada tabel
frekuensi berikut:
Tabel 9. Data Frekuensi Nilai Menulis Siswa
nilai Frekuensi KATEGORI
prasiklus siklus I siklus II 31-40 2 0 0 belum tuntas 41-50 10 4 0 belum tuntas 51-60 12 5 3 belum tuntas 61-70 22 27 15 tuntas 71-80 4 14 26 tuntas 81-90 0 0 6 tuntas
Jumlah 50 50 50 -
Dari tabel 9 dapat diketahui peningkatan nilai siswa pada tiap kelas.
Pada kelas 31-40 setelah prasiklus terdapat 2 siswa dan setelah siklus I sudah
tidak ada. Di kelas 41-50 yang semula terdapat 10 siswa pada prasiklus
meningkat menjadi 4 siswa pada siklus I dan meningkat lagi menjadi tidak
ada pada siklus II. Di kelas 51-60 yang semula terdapat 12 siswa pada
prasiklus meningkat menjadi 5 siswa pada siklus I dan meningkat lagi
menjadi 3 siswa pada siklus II. Ketiga kelas tersebut merupakan kelas dengan
nilai di bawah KKM. Jumlah siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM
jumlahnya semakin sedikit, hal ini menunjukkan adanya peningkatan ke
dalam kelas yang lebih tinggi nilainya.
Di kelas 61-70 yang semula terdapat 22 siswa pada prasiklus,
meningkat menjadi 27 siswa pada siklus I, dan menjadi menjadi 15 pada
siklus II. Di kelas 71-80 terdapat 4 siswa pada prasiklus, meningkat menjadi
14 siswa pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 26 siswa pada siklus II. Di
kelas 81-90 selama prasiklus dan siklus I belum ada yang memperoleh nilai
pada kelas itu, tetapi pada siklus II frekuensinya meningkat menjadi 6 siswa.
Dari tabel 9 dapat disajikan ke dalam bentuk grafik untuk
memudahkan pemahaman terhadap peningkatan nilai siswa dari tiap siklus.
Prasiklus
Gambar 8. Grafik Peningkatan Nilai Siswa Tiap Siklus
Dari gambar 8 di atas dapat diketahui nilai yang diperoleh siswa
selalu meningkat. Setelah prasiklus nilai terendah berada pada kelas 31-40
sebanyak 2 siswa, dan naik setelah siklus I nilai terendah terletak pada kelas
41-50 sebanyak 4 siswa, setelah siklus II nilai terendah terletak pada kelas 51-
60 sebanyak 3 siswa.
Dari grafik di atas menunjukkan adanya kurva normal, karena pada
kelas yang rendah dan kelas yang tinggi memiliki frekuensi yang kecil.
Frekuensi siswa yang paling besar terdapat pada kelas 61-70 yang merupakan
nilai terbanyak siswa.
Berdasarkan tindakan yang dilakukan selama prasiklus, siklus I, dan
Siklus II, diperoleh data jumlah siswa yang tuntas KKM 61. Jumlah siswa
yang tuntas KKM pada prasiklus sebanyak 26 siswa, pada siklus I sebanyak
41 siswa, dan pada siklus II sebanyak 47 siswa. Dari data tersebut dapat
disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:
Tabel 10. Persentase Ketuntasan Siswa Tiap Siklus
prasiklus siklus I siklus II Kriteria
f % f % f % Tuntas 26 52% 41 82% 47 94%
Belum tuntas 24 48% 9 18% 3 6% Jumlah 50 100% 50 100% 50 100%
Siklus I
Siklus II
0
5
10
15
20
25
30
31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90
FREK
UENS
I
NILAI
Berdasarkan tabel 11 di atas dapat diketahui jumlah ketercapaian
ketuntasan pada tiap siklus. Dari tabel 11 pada prasiklus siswa tuntas KKM
sebanyak 26 dan siswa belum tuntas sebanyak 24, pada siklus I siswa tuntas
KKM sebanyak 41 dan siswa belum tuntas sebanyak 9, pada siklus II siswa
tuntas KKM sebanyak 47 dan belum tuntas sebanyak 3. Data persentase
peningkatan ketuntasan siswa dapat disajikan dalam grafik berikut ini:
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
tuntas
Belum tuntas
Gambar 9. Grafik Persentase Ketuntasan Siswa Tiap Siklus
Berdasarkan ganbar 10 di atas dapat diketahui persentase
ketercapaian siswa pada tiap siklus. Pada prasiklus sebesar 52% siswa tuntas
dan 48% siswa belum tuntas KKM. Pada siklus I sebesar 82% siswa tuntas
dan 18% siswa belum tuntas KKM. Pada siklus II sebesar 94% siswa tuntas
dan 6% siswa belum tuntas KKM.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa dari prasiklus menuju ke
siklus I dan seterusnya pada siklus II terdapat peningkatan dari segi jumlah
siswa yang tuntas KKM.
6%
94%
18%
82%
48%52%
Untuk lebih memudahkan dalam mengetahui peningkatan nilai siswa
dari nilai rata-rata dapat disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 11. Daftar Nilai Rata-rata Siswa Tiap Siklus
Tahap Prasiklus Siklus I Siklus II Nilai 57,84 64,78 71,98
Berdasarkan tabel 11 dapat disajikan ke dalam bentuk grafik untuk
memudahkan dalam pengamatan, sebagai berikut:
Gambar 10. Grafik Nilai Rata-rata Tiap Siklus
Peningkatan jumlah ketuntasan siswa terhadap KKM diikuti oleh
kenaikan rata-rata nilai kelas secara klasikal dari 57, 84 pada prasiklus,
meningkat menjadi 64,78 pada siklus I, dan meningkat menjadi 71, 98 pada
siklus II.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Penggunaan media video dalam pembelajaran menulis deskripsi terbukti
dapat meningkatkan kualitas hasil mengarang ditinjau dari aspek isi tulisan,
organisasi kata, kosakata, pengembangan bahasa dan mekanik penyusunan tulisan.
Pencapaian ketuntasan siswa 52% pada pembelajaran konvensional (biasa)
meningkat menjadi 94% pada akhir pembelajaran yang menggunakan media
video. Rata-rata nilai siswa secara klasikal selalu mengalami peningkatan. Pada
prasiklus nilai rata-rata siswa adalah 57,84, rata-rata ini naik menjadi 64,78 pada
siklus I, dan menjadi 71,98 pada siklus II. Penggunaan media video dapat menarik
perhatian dan antusiasme siswa untuk ikut belajar. Terbukti dengan aktifnya siswa
dalam bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Penggunaan media video mampu
meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa kelas IV Sekolah Dasar
Negeri Pajang 1 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010.
B. Implikasi
Penetapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
pada pembelajaran dengan penggunaan media video dalam pembelajaran menulis.
Model yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model siklus.
adapun prosedur penelitian terdiri dari dua siklus. siklus I dilaksanakan selama
satu minggu untuk menerangkan tentang ciri-ciri dan pengertian paragraf
deskripsi. Siklus II dilakukan selama satu minggu untuk mengulang materi
menulis deskripsi dengan disertai pembuatan kerangka karangan sebelum menulis
karangan. Penggunaan media video antara siklus I dengan siklus II terdapat
perbedaan dalam hal frekuensi penyajian. Dalam siklus I video disajikan sebanyak
satu kali, dan pada siklus II disajikan sebanyak dua kali.
72
Dalam setiap siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan, yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sebelum melaksanakan
tindakan dalam tahap siklus, perlu perencanaan. Perencanaan ini selalu
memperhatikan setiap perubahan yang dicapai pada siklus sebelumnya terutama
pada setiap tindakan yang dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang
menulis deskripsi. Hal ini didasarkan pada hasil analisis perkembangan dari
pertemuan yang satu ke pertemuan yang lain dalam satu siklus pertama sampai
kedua.
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini layak dipergunakan untuk
membantu guru dalam menghadapi permasalahan yang sejenis.
Pembelajaran dengan penggunaan media video layak digunakan dan
dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis, terutama
untuk mengatasi masalah peningkatan kemampuan menulis siswa. Adanya
kendala yang dihadapi dalam pembelajaran menulis dengan penggunaan media
video harus diatasi semaksimal mungkin. Oleh karena itu kreativitas dan keaktifan
guru sangat diperlukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sebagai bahan uraian penutup
skripsi ini antara lain :
1. Bagi Guru
Peneliti menyarankan kepada para guru untuk mempertimbangkan
penggunaan media video pada pembelajaran menulis deskripsi karena dengan
penggunaan media video dapat mengubah konsep yang abstrak menjadi
kongkrit.
2. Bagi Siswa
Siswa hendaknya ikut berpartisipasi aktif di dalam pembelajaran
dengan menggunakan media video, karena selama memperhatikan video
membutuhkan konsentrasi yang baik dan suasana kelas yang tenang.
3. Bagi Sekolah
Peneliti menyarankan penggunaan media video sebagai alternatif
dalam pembelajaran menulis deskripsi di sekolah dasar. Penggunaan media
video dapat mengkongkritkan konsep yang abstrak dan hal ini sangat berguna
bagi anak-anak usia sekolah dasar.
Daftar Pustaka
Abdi Saka Dayan. 2009. PTK: Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Dengan Metode Karyawisata pada Siswa Kelas V Semester I SDN Maitan 03 Tahun Pelajaran 2008/2009. Pati: FIG
Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi. 2002. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang
Arief S. Sadiman, Rahardjo, Anung, Rahardjito. 2002. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Barli Bram. 2002. Write Well Improving Writing Skill. Yogyakarta: Kanisius
Burhan Nurgiantoro. 1988. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta : BPFE
Cheppy Riyana. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video . Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno. 2009. Pembelajaran Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Elita Burhanudin, Hari Wibowo, Irmawati. 2009. Media. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Eric Gould, Robert DiYanni, dan William Smith. 1989. The Act of Writing. USA: Library of Conggress Cataloging in Publication Data.
Gebhardt, Dawn Rodrigues. 1989. Writing Processes and Intentions. Colorado State University
Gorys Keraf. 2004. Komposisi. Ende: Nusa Indah Henry Guntur Tarigan. 1986. Menulis Sebagai Satu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta. UNS Press
Izzul Hasanah. 2009. Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Deskripsi Dengan Teknik Objek Langsung Melalui Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas X Mesin 3 SMK Tunas Harapan Pati. Pati: Asosiasi Guru Penulis Seluruh Indonesia
Ismail Marahimin. 1994. Menulis Secara Populer. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya
J.Ch Sujanto. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Ronald T. Kellogg. (2008). Training writing skills: A cognitive developmental perspective. Journal of writing research
M. Atar Semi. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa
Redi Panuju. 2000. Panduan Menulis Untuk Pemula. Jakarta: Pustaka Pelajar
Ronald H. Anderson. 1989. Pemilihan dan Pengembangan Media Media Untuk Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Solehan T.W, dkk. 2008. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Sri Anitah. 2008. Media Pembelajaran. Surakarta: UNS Press
St. Y. Slamet.2008.Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar.Surakarta:UNS Press
Suharsimi Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Bumi Aksara
Sumadi Suryabrata. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Suparno, Yusuf Mohamad. 2008. Keterampilan Dasar menulis. Jakarta : Universitas Terbuka
Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajaran. Ciputat: Gaung Persada Press
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/kemampuan-individu/ (diakses tanggal 02 Mei 2010)
http://asep.wordpress.com/ (diakses tanggal 15 Februari 2010)
http://digilib.petra.ac.id (diakses tanggal 12 Mei 2010)
http://edu-articles.com/download-jurnal-pendidikan-gratis/ (diakses tanggal 22 Mei 2010)
http://protalkcallminds.wordpress.com/ 2008/11/14/definisi-video-oleh-qulmann/ (diakses tanggal 02 Januari 2010)
http//:www.ptk-indoskripsi.com/14/5/2008/kemampuan-menulis-deskripsi (diakses tanggal 11 Juni 2010)
http://vcdpembelajaran.com/menu.php?mod:pedoman (diakses tanggal 15 Februari 2010)