PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF BERPIKIR SIMBOLIK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR PADA PESERTA DIDIK KELOMPOK B PAUD TERPADU BUKIT PERMAI 2 KABUPATEN GOWA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh: MASITA 10545104716 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 2021
143
Embed
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI PENGGUNAAN MEDIA …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
0
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF BERPIKIR SIMBOLIK MELALUI
PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR PADA PESERTA DIDIK
KELOMPOK B PAUD TERPADU BUKIT PERMAI 2
KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna memperoleh gelar sarjana
Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
MASITA
10545104716
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
2021
i
ii
iii
iv
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Seberat apapun cobaan dan masalah,
Jalani dan hadapi dengan senyuman..
…
~ Masita
Kupersembahkan karya ini buat :
Kedua orang tuaku, saudara-saudaraku dan sahabat-sahabatku,
Atas semua bantuan yang diberikan dengan ikhlas dalam mendukung
Penulis menggapai harapan menjadi sebuah kenyataan
viii
ABSTRAK
Masita. 2021. Peningkatan kemampuan kognitif berpikir simbolik melalui
penggunaan media kartu bergambar pada peserta didik kelompok B PAUD
Terpadu Bukit Permai 2 Kabupaten Gowa. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultal Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Dr. Rusmayadi dan pembimbing II Sri
Sufliati Romba.
Masalah utama dalam penelitian ini adalah, apakah dengan penggunaan
media kartu bergambar dapat meningkatkan kemampuan kognitif berpikir
simbolik pada peserta didik kelompok B PAUD Terpadu Bukit Permai 2
Kabupaten Gowa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan kognitif berpikir simbolik melalui penggunaan media kartu
bergambar pada peserta didik kelompok B PAUD Terpadu Bukit Permai 2
Kabupaten Gowa. Manfaat penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan
dalam bidang pembelajaran anak usia dini khususnya dalam meningkatkan
kemampuan kognitif berpikir simbolik dan diharapkan dapat bermanfaat bagi
peserta didik, guru dan sekolah. Metode pengumpulan data menggunakan
observasi dan dokumentasi, jenis penelitian tindakan kelas. Teknik analisis data
dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Lokasi penelitian PAUD
Terpadu Bukit Permai 2 karampang eja desa Kampili kacamatan Pallangga
Kabupaten Gowa.
Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I setelah diberikan tindakan
pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga terlihat peningkatan tidak terlalu
signifikan, dari 10 peserta didik yang diteliti ada 6 anak memiliki kriteria Mulai
berkembang (MB) dan 4 anak memiliki kriteria Berkembang sesuai Harapan
(BSH) dan hasil pada siklus II setelah diberikan tindakan menunjukkan bahwa
peningkatan kemampuan kognitif berpikir simbolik dari 10 peserta didik yang
diteliti ada 4 peserta didik memiliki kriteria Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
dan 6 peserta didik memiliki kriterian Berkembang Sangat Baik (BSB).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penggunaan
media kartu bergambar dapat meningkatkan kemampuan kognitif berpikir
simbolik peserta didik kelompok B PAUD Terpadu Bukit Permai 2.
Kata kunci: kemampuan kognitif, berpikir simbolik, media kartu bergambar
ix
KATA PENGANTAR
Allah maha penyayang dan pengasih, demikian kata untuk mewakili atas
segala karunia dan nikmatnya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugrah pada
detik waktu denyut jantung, gerak langkah, serta rasa rasio padamu sang khalik.
Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkahmu.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi kadang
kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan
foto morgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai
pelangi yang terlihat indah hari kejauhan, tetapi menghilang didekati. Demikian
juga tulisan ini, kehendak hati ini ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas
penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis dikerjakan untuk
membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan,
khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Makassar
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perangpungan
tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis menucapkan terimah kasih kepada kedua
orang tua ayahanda saya Asikin dan ibunda Nurjannah yang telah berjuang berdoa
mengasuh membesarkan, mendidik, dan membiayai pendidik dalam proses
mencari ilmu. Demikian pula, penulis mengucapkan kepada para keluarga,
sahabat, serta teman- teman, yang tak hentinya memberi motivasi dan selalu
menemani dengan candaanannya. Kepada pembimbing I Dr. Rusmayadi,M.Pd
x
dan pembimbing II Sri Sufliati Romba,S.Pd.,M.Pd saya mengucapkan banyak
terima kasih atas bimbingannya.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada
Prof.Dr.H.Ambo Asse,M.Ag rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin
Akib,M.Pd.,Ph.D dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar, Tasrif Akib,S.Pd.M.Pd ketua prodi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini, serta seluruh dosen dan para staf, dalam lingkungan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar
yang telah membekali penulis dengan rangkaian ilmu pengetahuan yang sangat
bermanfaat bagi penulis.
Ucapan terimah kasih yang sebesar- besarnya juga penulis ucapkan kepada
Direktur, kepala sekolah, guru PAUD Terpadu Bukit Permai 2 Kabupaten Gowa
dan Mukhlis, S.Pd.M.Pd, Sri Sufliati Romba,S.Pd.M.Pd, Reni Endang Lestari,
S.Pd dan Ismawati,S.Pd yang telah memberikan izin dan bantuan untuk
melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman
seperjuangan Syahriani dan Zuriatina, dan sahabat-sahabatku terkasih Rezki,
Syahriani, Saleha, Ainun, Saripa, kak Isma dan kak Mirna yang selalu membantu
dan menemaniku dalam suka dan duka, teman-teman terkasih serta rekan seluruh
mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini angkatan 2016
atas segala kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuannya kepada penulis yang
telah memberi pelangi dalam hidupku.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak selama saran dan kritikan
xi
tersebut sifatnya membangun Karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak
akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi
manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.
Makassar, 03 Juli 2021
Masita
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................. iv
SURAT PERJANJIAN ..................................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 8
A. Kajian Pustaka
1. Hasil Penelitian Yang Relevan....................................................... 8
B. Kajian Teori ........................................................................................ 9
1. Kemampuan Kognitif .................................................................... 9
pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.
Menurut Susanto (2012: 47) Kognitif adalah “suatu proses berpikir, yaitu
kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan
suatu kejadian atau peristiwa.” Proses kognitif berhubungan dengan tingkat
kecerdasan (inteligensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat
terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar
Kognisi juga dapat diartikan dengan kemampuan belajar atau berpikir atau
kecerdasan, yaitu kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep baru,
keterampilan untuk memahami apa yang terjadi di lingkungannya, serta
10
keterampilan menggunakan daya ingat dan menyelesaikan soal-soal sederhana.
Sementara itu dalam kamus besar bahasa Indonesia, kognitif diartikan sebagai
suatu hal yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan
informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan
masalah dan merencanakan masa depan atau semua proses psikologi yang
berhubungan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan,
mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai, dan memikirkan
lingkungannya.
Pada dasar kognitif adalah suatu proses berpikir yaitu, kemampuan
individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian
atau peristiwa, proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan
(intelegensi). Pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan
eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya, sehingga dengan
pengetahuan yang didapatkannya anak akan dapat melangsungkan hidupnya dan
menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya.
Berdasarkan definisi kognitif diatas dapat disimpulkan bahwa kognitif
adalah perubahan psikis yang berpengaruh pada proses berpikir atau kecerdasan,
yaitu kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep baru, keterampilan
untuk memahami apa yang terjadi di lingkungannya, serta keterampilan
menggunakan daya ingat dan menyelesaikan soal-soal sederhana.
b. Teori kognitif
Piaget (Rahman Habibu 2019: 289) mengemukakan bahwa dalam proses
perkembangan kognitif, anak secara terus menerus berinteraksi dengan dunia di
11
sekitarnya, seperti memecahkan masalah yang ditampilkan oleh lingkungannya
dan belajar pada waktu anak mengambil tindakan dalam menyelesaikan masalah
tersebut. Dengan demikian anak aktif membangun pengetahuannya sendiri.
Vigotsky (Patilima, 2015: 15-18), menyatakan “perkembangan mental,
bahasa, dan sosial didukung dan ditingkatkan oleh orang lain lewat interaksi
sosial”. Zona perkembangan proksimal, wilayah perkembangan masa anak dapat
diarahkan untuk berinteraksi dengan mitra yang lebih kompeten maupun baik
orang dewasa maupun teman sebaya, ini bukanlah ruang kelas yang muncul
dengan sendirinya dari aktivitas bersama atau itu sendiri. Namun, ini adalah
perbedaan antara apa yang dapat dicapai anak sendiri dan apa yang dapat ia capai
dengan kerjasama dengan orang lain yang lebih kompeten. Zona tersebut tercipta
dalam interaksi sosial.
Alfred Binet (Susanto Ahmad 2014: 51) mengemukakan potensi kognitif
seseorang tercermin pada kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang
menyangkut pemahaman dan penalaran. Potensi kognitif harus dimengerti sebagai
suatu aktivitas atau perilaku kognitif yang pokok, terutama pemahaman penilaian
yang menyangkut kemampuan berbahasa maupun kemampuan motoric.
Woolfolk (Susanto Ahmad 2014: 57) mengemukakan definisi kognitif
kepada tiga kategori, yaitu: 1) kemampuan untuk belajar; 2) keseluruhan
pengetahuan yang harus diperoleh; dan 3) kemampuan untuk beradaptasi dan
berhasil dengan situasi baru atau lingkungan yang baru. Woolfolk juga
mengemukakan bahwa kognitif merupakan satu atau beberapa kemampuan untuk
12
memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah
dan beradaptasi dengan lingkungan.
Brunner (Nur’aeni 2004: 57), pada hakikatnya segala ilmu dapat diajarkan
pada semua anak dari semua usia, asal materinya benar-benar sesuai”. Itu
sebabnya menurut Brunner, peranan pendidikan sangat penting dalam hal lain.
Selanjutnya ia mengajukan tiga tingkat perkembangan:
1) Tingkat Enactiva
Bayi akan belajar dengan baik bila belajar ini dilakukan lewat hubungan
sensomotoriknya.
2) Ironis
Tahap ini terjadi pada saat anak telah menginjakkan kakinya di TK. Di sini
anak belajar lewat gambaran mental dan bayangan ingatannya.
3) Penggunaan Lambang
Pada saat anak telah duduk di SD atau SMP tingkat akhir anak secara prima
telah mampu menggunakan bahasa dan berpikir abstrak.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
perkembangan kognitif merupakan sebuah kemampuan berpikir, bertindak,
mengetahui dan memahami. Berpikir bagaimana seseorang mampu bertindak
dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi secara cepat ataupun lambat.
c. Tahap-tahap perkembangan kognitif
Menurut Syah (2016: 117) “Sebagian besar psikolog terutama cognitivist
(ahli psikologi kognitif) berkeyakinan bahwa proses perkembangan kognitif
manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir.” Bekal dan modal dasar
13
perkembangan manusia, yakni kapasitas motor dan kapasitas sensori, ternyata
sampai batas tertentu, juga dipengaruhi oleh aktivitas ranah kognitif.
Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget dalan (Nur’aeni,
2004: 52-57) adapun penjelasannya sebagai berikut:
1) Tahap Sensori Motorik (0-2 tahun)
2) Tahap pra operasional (2-7 tahun)
3) Tahap periode berpikir logis yang konkret (7-12 tahun)
4) Tahap berpikir formal (12-16 tahun)
Adapun penjelasannya mengenai tahap perkembangan kognitif menurut
Piaget sebagai berikut:
a) Tahap Sensori Motorik (0-2 tahun)
Perkembangan berpikir bayi pada periode ini masih amat sederhana,
merupakan reaksi refleks untuk mendapatkan pengertian dasar tentang
lingkungan. Pada periode ini ada 3 tahapan yaitu:
1) Anak-anak belajar bahwa mereka mempunyai 5 indra dan dapat digunakan
untuk memperoleh informasi. Mereka juga tahu bahwa mereka dapat
memperoleh informasi yang berbeda dari objek yang sama. Misalnya
dalam saat sama ia bisa mendengar dan melihat orang tuanya.
2) Tingkah laku yang terarah dan bertujuan mulai tampak pada tahap kedua
ini. Berbagai tingkah laku ia tunjukkan untuk meraih tujuan yang sama.
Misalnya ia akan berusaha keras untuk mendapatkan sebuah anak papan
teka-teki kayu dengan tujuan meletakkan kembali ke papannya. Berpikir
14
anak pada saat ini juga masih amat konkret. Merencanakan langkah lebih
jauh ke depan pada mereka ini masih amat sempit.
3) Pada tahap ketiga ini bayi mulai mengerti bahwa benda itu bersifat
permanen. Ia menjadi sadar bahwa benda itu walaupun lepas dari
pengamatannya masih tetap ada. Ini merupakan kekayaan yang pertama
yang paling penting bagi perkembangan berpikir anak. Dengan dasar
pengertian objek permanen ini anak akan mampu berpikir abstrak. Pada
usia dua tahun anak sudah dapat menghadirkan benda pada pikirannya,
walau benda itu tidak sedang dilihatnya, benda itu tidak berada di situ,
tetapi di tempat jauh. Anak pun kini telah mampu memecahkan masalah
sederhana.
b) Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Perkembangan berpikir abstrak semenjak dua tahun terus merambat maju.
Walaupun kadang-kadang masih kembali kepada hal-hal yang konkret. Disaat
praoperasional ini anak bahkan mampu menggunakan lambang. Bahasa sebagai
kumpulan lambang dan sebagai satu-satunya alat berpikir sudah mulai digunakan
sejak dini, meskipun masih amat sederhana. Kini anak mulai siap-siap untuk
berpikir logis. Sayang tahap berpikir praoperasional ini ditantang oleh berbagai
hambatan antara lain:
1) Sifat egosentris
Bahasa Jawa menggunakan istilah egosentris ini dengan istilah
“kemratu-ratu”. Artinya anak merasa dirinya seorang raja, menjadi pusat
semua yang ada di sekitarnya. Menurut Piaget perspektif anak berbeda dengan
15
semua orang yang ada di sekitarnya. Pendapat ini dibuktikan dengan
memberikan kepada anak sebuah boneka. Mula-mula ditunjukkan boneka ini
dari semua sisi. Kemudian anak diminta pendapatnya. Ternyata pendapatnya
sangat berlainan dengan kenyataan.
Belakangan pakar lain menentang pendapat piaget ini. Para pakar di
sini menjelaskan bahwa perspektif anak dapat mendekati kebenaran jika
informasi yang ia dapat cukup jelas dan masak. Jadi, di sini suasana
lingkungan sangat menentukan.
2) Pemusatan (Centration)
Yaitu kecenderungan anak akan pemusatan perhatiannya hanya pada
suatu abstrak suatu benda atau satu aspek suatu keadaan lingkungan. Aspek-
aspek lainnya sama sekali tidak acuhkan. Sebagai contoh kita kembali kepada
eksperimen dua gelas, yang satu pendek, gemuk dan bermulut lebar. Sedang
yang satu tinggi, ramping dan bermulut sempit. Anak berani menyimpulkan
hanya dari sifat tinggi gelas tersebut. Namun yang penting di sini bahwa
pemusatan anak pada satu aspek saja ini merupakan pernyataan betapa
kemampuan berpikir logis makin matang.
3) Pandangan Satu Sisi (irreversibility)
Pada periode preoperasional ini anak juga mengalami gangguan
pandangan yang hanya satu sisi saja. Ia belum mampu memandang sisi yang
lain. Misalnya, jika kepada anak di tanyakan siapa-siapa saja sepupunya, ia
akan menjawab bahwa nining, Astrid, Dayat, Asni dan wawan adalah
sepupunya. Tetapi ia tidak dapat menjawab bila ditanya siapa sepupu Astrid
16
Hambatan-hambatan tersebut berperan juga sebagai tangga
perkembangan berfikir anak yang akan terus menanjak hingga kelak mencapai
titik kulminasinya.
c) Tahap Periode berpikir logis yang konkret (7-12 tahun)
Pada saat ini anak telah mampu memandang objek dari sisi pandang orang
lain. Rasa mengerti orang lain dan simpatik berkembang juga pada periode ini.
Kini anak dalam berpikirnya sudah mulai mempertimbangkan variabel lain.
Mereka juga sudah mampu menggunakan bahasa sebagai alat berpikir secara
lebih mantap.
Hubungan berbagai perspektif juga mulai dimengerti. Klasifikasi
pengurutan dan konservasi disebut di atas telah di kuasai. Namun tingkat berpikir
anak pada usia ini masih di tingkat konkret. Ini merupakan ambang menuju
berpikir formal.
d) Tahap Periode Berpikir Formal (12 – 16 tahun)
Pada periode ini berkembang dan berpikir secara logis yang benar telah
mulai dilaksanakan anak-anak pada usia ini telah mampu mengabstrakkan objek-
objek. Secara kreatif mereka telah mampu merumuskan dan menghipotesis objek
tentang bagaimana dan mengapanya. Juga menganalisis tentang bagaimanadan
mengapanya. Juga menganalisis mengapa sesuatu menjadi lain, tidak menjadi
yang seharusnya.
d. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu
sebagai berikut:
17
1) Faktor hereditas/keturunan
Teori hereditas atau nativisme yang diperoleh dari seorang ahli filsafat
Schopenhauer, berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-
potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Para ahli
berpendapat bahwa taraf inteligensi 75-80% merupakan warisan atau faktor
keturunan.
2) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John Locke.
Berpendapat bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih
yang masih bersih belum ada tulisan atau noda sedikit pun. Teori ini dikenal luas
dengan sebutan teori Tabula rasa.
3) Faktor kematangan
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan
berhubungan erat dengan usia kronologi (tanggal kalender)
4) Faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang
memengaruhi perkembangan intelegensi. Pebentukan dapat dibedakan menjadi,
pembentukan yang disengaja (sekolah formal) dan pembentukan yang tidak
disengaja (pengaruh alam sekitar)
5) Faktor minat dan bakat
Minat mengarahkan perbuatan sesuatu tujuan dan merupakan dorongan
untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Sedangkan bakat diartikan sebagai
18
kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih
agar dapat terwujud. Bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya.
6) Faktor kebebasan
Kebebasan adalah keleluasan manusia untuk berfikir divergen (menyebar)
yang berarti bahwa manusia dapat memilih metode-metode tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah juga bebas dalam memilih-milih masalah sesuai
kebutuhannya.
Ada beberapa ruang lingkup perkembangan kognitif yang harus dicapai
anak usia dini sesuai dengan standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
(STTPA) diantaranya adalah belajar memecahkan masalah, berpikir logis dan
berpikir simbolik. Dari ketiga ruang lingkup perkembangan kognitif diatas, salah
satu lingkup perkembangan kognitif yang tidak boleh diabaikan begitu saja adalah
ruang lingkup perkembangan berpikir simbolik.
2. Berpikir Simbolik
a. Pengertian Berpikir simbolik
Menurut Mutiah (2015) kemampuan berpikir simbolik merupakan bagian
dari perkembangan kognitif. Fungsi kognitif adalah tahap pertama pemikiran
praoperasional pada anak usia dini. Pada tahap ini anak-anak mengembangkan
kemampuan untuk membayangkan secara mental untuk objek yang tidak ada.
Kemampuan untuk berpikir simbolik semacam itu disebut fungsi simbolik, dan
kemampuan itu mengembangkan secara cepat dunia mental anak.
Menurut Diane (2010:325), berpikir simbolik adalah kemampuan
mengingat dan berpikir tentang simbol-simbol atau membayangkan secara mental
19
suatu objek yang tidak ada dengan menggunakan simbol, kata, angka atau
gambar. Menurut Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA)
berpikir simbolik pada anak usia dini 5-6 tahun yaitu menyebutkan bilangan 1-10,
menggunakan lambang bilangan untuk menghitung, mencocokkan bilangan
dengan lambang bilangan, mengenal berbagai macam lambang huruf vokal dan
konsonan, dan mempresentasikan macam benda dalam bentuk gambar atau
tulisan.
Sedangkan menurut Iriani (2016: 207), fungsi simbolik merupakan
kemampuan individu untuk menggunakan representasi mental atau menggunakan
simbol-simbol seperti kata-kata, angka dan gambar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir simbolik
adalah tahap pertama pemikiran praoperasional pada anak usia dini. Pada tahap ini
anak-anak mengembangkan kemampuan dalam tahap mengenal konsep-konsep,
mengingat dan berpikir tentang simbol-simbol dengan menggunakan simbol, kata,
angka atau gambar.
Kemampuan kognitif berpikir simbolik pada peserta didik dapat diukur
dengan menggunakan media kartu bergambar. Perkembangan kognitif pada
peserta didik juga mengacu pada indikator-indikator yang sesuai untuk
meningkatkan kemampuan aspek kognitif anak. Dengan demikian dalam
penelitian ini ada tiga indikator yang ingin digunakan untuk meningkatkan
kemampuan kognitif berpikir simbolik pada peserta didik yaitu sebagai berikut:
(1) Menyebutkan lambang bilangan 1-10; (2) Menggunakan lambang bilangan
untuk menghitung; (3) Mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan.
20
3. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah salah satu alat penyampaian materi kepada
anak didik. Dalam hal ini, media tidak hanya dipahami sebagai alat peraga, tetapi
juga sebagai pembawa informasi atau pesan pembelajaran kepada peserta didik.
Dengan adanya media pembelajaran yang menarik, interaktif, dan menyenangkan
sehingga secara tidak langsung kualitas pembelajaran pun dapat ditingkatkan ke
arah yang lebih baik, dengan media proses pembelajaran akan berjalan lebih
maksimal.
Menurut Association For Education and Communication Technology
(ASCT) dalam (Fadillah 2012), media didefinisikan sebagai salah segala bentuk
yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan menurut
Education Association (NEA) mengartikan bahwa media pembelajaran
diumpamakan seperti suatu alat atau benda yang bisa dimanipulasi, didengarkan,
diperlihatkan, dibacakan maupun diungkapkan dengan instrumen yang akan
digunakan baik dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat mempengaruhi
efektivitas program instruksional.
Menurut Gagne (Sujiono, 2007) mengatakan bahwa media adalah jenis
komponen dalam lingkungan anak yang dapat mendorong anak untuk belajar.
Selanjutnya Briggs mengatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta mendorong anak untuk belajar. Miarso (Fadillah 2012)
menyebutkan bahwa yang dinamakan media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran,
21
perasaan, perhatian, dan kemauan anak didik sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali.
Media pembelajaran pada umumnya untuk membantu menyampaikan
sebuah informasi yang berkaitan dengan pembelajaran dari seorang guru kepada
peserta didik, media menjadi peran penting untuk menjadikan kegiatan belajar
menjadi lebih efektif dan efisien. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat
disimpulan bahwa media merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
membantu proses belajar mengajar yang dijadikan sebagai sarana perantara untuk
menyampaikan pesan agar mudah dipahami, diterima, terkendali serta
mendorong peserta didik belajar dengan semestinya.
Namun bagi pendidik media merupakan saluran untuk komunikasi. Media
berasal dari bahasa latin “medio” yang diartikan sebagai perantara. Media
merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. Dikaitkan dengan pembelajaran, media diartikan sebagai alat
komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa sebuah
informasi berupa materi ajar dari guru kepada murid sehingga murid menjadi
lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaraan.
Dalam pembelajaran anak usia dini terdapat pesan-pesan yang harus
dikomunikasikan. Pesan tersebut merupakan isi dari tema atau topik
pembelajaran, pesan-pesan tersebut disampaikan oleh pendidik kepada anak didik
melalui media dengan menggunakan prosedur pembelajaran disebut sebagai
metode. Hernawan, 2008 menyatakan bahwa media adalah teknologi pembawa
pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Selanjutnya
22
dikatakan media sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi
pembelajaran, seperti buku film, vidio, slide.
Setelah dicermati beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
media itu terdiri dari dua unsur penting yaitu unsur peralatan atau perangkat keras
dan unsur pesan yang ingin disampaikannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri utama
dalam pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar
peserta didik. Ini menunjukkan bahwa unsur kesenjangan dari pihak individu
yang melakukan proses belajar, dalam hal ini pendidik secara perorangan atau
kolektif dalam suatu sistem, merupakan ciri utama dari konsep pembelajaran.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pembelajaran diambil dari kata
ajar, yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau
dituruti. Dengan kata lain, pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan yang
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Menurut Masitoh (2007)
mengatakan bahwa, hakikat pembelajaran pada anak usia dini adalah
pembelajaran yang mengutamakan belajar sambil bermain dan berorientasi pada
perkembangan sehingga memberi kesempatan pada anak untuk aktif melakukan
berbagai kegiatan belajar dan mengembangkan seluruh aspek perkembangan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan suatu proses interaksi antara guru, peserta didik maupun orang tua
dalam suatu lingkungan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi, sesuatu yang
dapat dijadikan media pembelajaran jika sudah memenuhi unsur pesan adalah
23
informasi atau bahan ajar dalam tema pembelajaran dan unsur perangkat adalah
peralatan yang digunakan untuk penyajian pesan tersebut.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang tidak berdiri
sendiri, tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka
menciptakan situasi belajar yang diharapkan. Tanpa media maka proses
pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif.
Berlo (Hernawan, 2008) mengatakan bahwa keefektifan proses
pembelajaran akan terjadi apabila ada komunikasi antara sumber pesan (pendidik)
dengan penerima pesan (anak didik), komunikasi efektif itu ditandai dengan
adanya area of experience atau daerah pengalaman yang sama antara sumber
pesan dan penerima pesan. Media pembelajaran mampu memberikan kontribusi
yang sangat besar terhadap tercapainya kemampuan-kemampuan belajar anak usia
dini yang diharapkan. Dengan adanya media dalam proses pembelajaran
memungkinkan anak berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya,
memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada
masing-masing anak, membangkitkan motivasi belajar anak, menyajikan
informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut
kebutuhan.
Berdasarkan penjelasan di atas, beberapa manfaat penggunaan media
dalam proses pembelajaran yaitu:
1) Sebagai sarana/alat bantu dalam mewujudkan situasi pembelajaran yang
lebih efektif.
24
2) Sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri, tetapi saling
berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi
belajar yang diharapkan.
3) Media dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada tujuan atau
kemampuan yang akan dikuasai anak dan bahan ajar.
4) Media pembelajaran berfungsi mempercepat proses pembelajaran.
5) Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran.
6) Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir.
Dengan memahami manfaat dari penggunaan media dalam pembelajaran.
diharapkan pendidik semakin menyadari pentingnya penggunaan media dalam
proses pembelajaran, serta menjadi landasan untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran pada anak usia dini yang bermakna dan berkualitas.
4. Kartu Bergambar
a. Pengertian kartu bergambar
Menurut Jaruki (Lilis Madyawati, 2016:213), Mengatakan bahwa kartu
gambar mampu memberikan apa yang akan disampaikan memiliki kualitas yang
baik, memiliki tujuan yang relevan, jelas, mengandung kebenaran, aktual,
lengkap, sederhana, menarik, dan memberikan sugesti terhadap kebenaran”.
Kartu gambar merupakan media untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Kartu gambar berfungsi sebagai stimulasi munculnya ide, pikiran, maupun
gagasan baru. Gagasan ini selanjutnya mendorong anak untuk berbuat, mengikuti
pola pikir seperti gambar atau justru muncul ide baru dan menggugah rasa.
25
Kartu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anonim, 2002) merupakan
kertas tebal yang berbentuk persegi panjang, dapat digunakan untuk berbagai
keperluan. Kartu bergambar merupakan kartu yang dibuat sendiri oleh gurunya
yang dapat dibuat dari kertas bekas dan kardus bekas yang berisi tulisan dan
bergambar sesuai tema tiap minggunya. Kartu bergambar merupakan media yang
menyajikan visual dua dimensi yang dibuat di atas selembar kertas, yang berisi
gambar yang mencakup unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia, benda-
benda, hewan, peristiwa, tempat dan sebagainya.
Gambar yang ditampilkan dapat berupa gambar yang dibuat sendiri
maupun gambar atau foto yang sudah ada kemudian ditempelkan atau dicetak
pada lembaran lembaran kartu. Asryad (2002: 119-120), menjelaskan bahwa kartu
bergambar adalah kartu kecil yang berisi gambar-gambar, teks, atau simbol yang
mengingtkan atau menuntu siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan
gambar, ukuran dari kartu gambar dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas
yang dihadapi.
Dapat disimpulkan bahwa media kartu bergambar adalah suatu media
visual dua dimensi yang berisikan gambar-gambar yang dibuat sesuai ukuran dan
kebutuhan dengan gambar-gambar berwarna disesuaikan dengan tema
pembelajaran di sekolah.
b. Manfaat Media Kartu Bergambar
Menurut Sadiman (2018:17) Secara umum media mempunyai kegunaan
yaitu sebagai berikut:
1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis
26
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra
3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan
guru
4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual dan auditori
5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama.
c. Kelebihan dan Kelemahan Media Kartu Bergambar
Media kartu bergambar ini sangat mempermudah para pendidik dalam
proses pembelajaran anak. Banyak kelebihan yang dimiliki media kartu
bergambar ini sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan anak
mudah dalam mengenal bilangan dan lambang. Kelebihan yang dimiliki kartu
kata bergambar,
Menurut Arif Sadiman (1988: 29) “Menjelaskan kelebihan kartu
bergambar yaitu:
1) Memperjelas masalah dibidang apa dan tingkat usianya berapa, agar dapat
mencegah atau membentuk pemahaman.
2) Harganya cukup murah dan mudah di dapat serta mudah digunakan karena
tanpa peralatan khusus.
3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan.
4) Gambar harus memiliki sifat yang konkrit dan realistis sehingga mampu
menunjukkan pokok dari masalah yang dibandingkan dengan media
verbal.
27
5) Mengatasi batasan ruang dan waktu”.
Sedangkan kelebihan dari kartu bergambar menurut Amir Hamzah
Sulaiman (1985:29)
“Adalah (a) gambar mudah didapat, mudah dibuat sendiri,
dan mudah digunakan, (b) mudah mengatur pilihan untuk
suatu pelajaran karena terdiri dari berbagai macam, bentuk,
dan warna, (c) gambar yang digunakan merupakan hal yang
wajar, (d) koleksi gambar mudah dicari di berbagai sumber
baik itu majalah maupun internet”.
Sedangkan kelemahan dari media kartu bergambar adalah sebagai berikut:
1) Mudah rusak
2) Bentuk relatif tidak menarik
3) Hanya bentuk visual saja, tidak ada audionya
4) Cepat membosankan jika metode pengajaran kurang menarik.
d. Langkah-langkah penggunaan media kartu bergambar
1) Guru mengatur posisi duduk
2) Guru mempersiapkan media kartu gambar dan mengenalkan kepada anak
3) Guru mengajak anak mengamati kartu bergambar
4) Guru meminta anak untuk menyebutkan jumlah kartu gambar
5) Guru mengajak anak menyampaikan pengalaman baru yang dilihat dari
media kartu bergambar.
6) Menyampaikan isi dari media gambar yang diperlihatkan
7) Guru mengenalkan kepada anak konsep bilangan dengan lambang
bilangan
28
C. Kerangka Pikir
Anak usia dini adalah usia dimana masa yang tepat untuk meningkatkan
aspek-aspek perkembangan yang ada dalam diri anak, adapun aspek
perkembangan anak yang belum meningkat ataupun muncul dapat diberikan
stimulasi melalui model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan media
kartu bergambar. Dengan menggunakan model dan media pembelajaran ini
diharapkan dapat menegembangkan aspek kognitif anak maupun aspek-aspek
lainnya. Mengingat pentingnya aspek-aspek perkembangan anak terutama pada
aspek kognitif sehingga peneliti ingin mengembangkan kemampuan kognitif anak
dengan menggunakan media kartu bergambar.
Pada hakikatnya intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir,
yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Dengan
kemampuan intelegensi, anak dapat belajar bidang pengembangan apapun apabila
diberi kesempatan untuk mempelajari sesuai dengan intelegensi yang dimiliki
anak. Perkembangan kognitif anak usia dini adalah tingkat kemampuan anak
dalam kegiatan belajar biasanya tercermin pada kemampuan mengklasifikasi,
mengenal sebab-akibat, memahami konsep bentuk, warna, ukuran, pola, serta
mengetahui konsep bilangan, lambang bilangan, dan huruf.
Guru sebagai pengajar harus mengembalikan suasana belajar mengajar
yang menyanangkan, aktif dan kreatif. Guru harus mampu menggunakan media
pembelajaran yang kreatif yang selama ini masih belum optimal diterapkan pada
peserta didik kelompok B PAUD Terpadu Bukit Permai 2, media pembelajaran ini
harus dikembangkan dan dipertahankan terutama dalam meningkatkan aspek
29
kognitif anak bahkan aspek-aspek lainnya. Dengan menerapkan model
pembelajaran yang menyenangkan, aktif, kreatif maka peserta didik akan terlibat
langsung dalam pembelajaran, dengan keterlibatan ini pembelajaran yang dibahas
akan selalu teringat dalam pemikiran dan konsep yang harus dikuasai peserta
didik belajar megenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan.
30
Gambar 2.1: Bagan Kerangka Pikir
Kondisi awal
Kemampuan kognitif
berpikir simbolik belum
meningkat secara optimal
Kondisi Akhir
Langkah-langkah kegiatan:
1. Guru mengatur posisi duduk
2. Guru mempersiapkan media kartu
gambar dan mengenalkan kepada
peserta didik
3. Guru mengajak anak mengamati
kartu bergambar
4. Guru meminta peserta didik untuk
menyebutkan jumlah kartu
gambar
5. Guru mengajak peserta didik
menyampaikan pengalaman baru
yang dilihat dari media kartu
bergambar.
6. Guru menyampaikan isi dari
media gambar yang diperlihatkan
7. Guru mengenalkan kepada peserta
didik konsep bilangan dengan
lambang bilangan.
Meningkatkan kemampuan
kognitif berpikir simbolik
peserta didik dengan
penggunaan media kartu
bergambar
Kemampuan Kognitif berpikir
simbolik meningkat setelah dilakukan
tindakan:
1. Anak mampu menyebutkan lambang
bilang 1-10
2. Anak mampu menggunakan lambang
bilangan untuk menghitung
3. Anak mampu mencocokkan bilangan
dengan lambang bilangan
31
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pikir, maka diajukan hipotesis tindakan sebagai
berikut: jika dengan menggunakan media kartu bergambar dapat meningkatkan
kemampuan kognitif berpikir simbolik peserta didik dari yang belum meningkat
secara optimal atau dalam kriteria Belum berkembang (BB) menjadi meningkat
pada kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB) sesuai dengan indikator yang ingin
dicapai. pada peserta didik kelompok B di Paud Terpadu Bukit Permai 2
Kabupaten Gowa.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah proses pengkajian
masalah pembelajaran dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk
memecahkannya dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam
situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut, (Sanjaya
2013: 160). Dalam penelitian ini, tindakan yang dilakukan adalah peningkatan
kemampuan kognitif dalam berpikir simbolik dengan menggunakan media kartu
bergambar. Bentuk penelitian tindakan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian tindakan kolaboratif. Dalam penelitian ini kolaborasi dilakukan
antara peneliti dan guru kelas. Peneliti bertindak sebagai observer dan guru kelas
bertindak sebagai pelaksana tindakan.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada peserta didik kelompok B di di Paud
Terpadu Bukit Permai 2 Taipale’leng/Karampang Eja Desa Kampili Kec.
Palangga Kab. Gowa.
33
2. Subjek Penelitian
Dengan objek penelitian yaitu peserta didik kelompok B Paud Terpadu
Bukit Permai 2 Kab. Gowa pada tahun ajaran 2020/2021.
C. Faktor yang Diselidiki
1. Faktor Proses
Pada penelitian ini berdasarkan faktor prosesnya, yang akan diteliti adalah
antusias atau keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran selama proses
pembelajaran yang menggunakan media kartu bergambar.
2. Faktor Hasil
Pada penelitian ini berdasarkan faktor hasil, yang akan diteliti adalah
kemampuan kognitif berpikir simbolik peserta didik kelompok B PAUD Terpadu
Bukit Permai 2 Kab. Gowa.
D. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada model Kurt Lewin, yaitu model yang mendasari model-model
lainnya yang berangkat dari model Action research. Kurt Lewin menjelaskan
bahwa ada empat hal yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan
yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan penelitian
tindakan adalah proses yang terjadi dalam suatu lingkaran yang terus-menerus..
Adapun gambaran pelaksanaan tindakan kelas pada setiap siklus dapat diuraikan
sebagai berikut.
34
Bagan 3.1 Prosedur Penelitian (Kurt Lewin)
prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari siklus secara rinci
dapat dijabarkan sebagai berikut:
Siklus 1:
1. Tahap perencanaan (planning)
Pada tahap ini peneliti merancang dan mempersiapkan kegiatan apa yang
akan dilakukan dalam tahap perencanaan penelitian ini adalah:
a. Membuat dan menyusun Rencana Kegiatan Harian sesuai dengan tema
pada hari itu di PAUD Terpadu Bukit Permai 2 Kabupaten Gowa.
b. Mempersiapkan kelas yang akan digunakan untuk pembelajaran.
c. Menyiapkan media pembelajaran serta yang dibutuhkan dalam proses
pembelajaran yaitu media bahan alam.
d. Menyiapkan instrumen penilaian berupa lembar observasi yang akan
digunakan dalam penggunaan media bahan alam
Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
Refleksi
Observasi
Pelaksanaan
Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Siklus II
35
2. Tahap Tindakan (Action)
Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan rancangan yaitu
melakukan tindakan di kelas. Pada tahap ini guru harus ingat dan taat pada
rencana yang sudah disepakati dan dirumuskan oleh guru dan peneliti. Pada tahap
ini guru melaksanakan kegiatan sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian dan
prosedur penelitian yang telah disusun bersama. Guru sebagai pelaksana tindakan
dan peneliti sebagai pengamat jalannya proses tindakan.
3. Tahap Observasi (observe)
Tahap observasi dalam penelitian ini adalah pengumpulan data yang
bertujuan untuk mengetahui pencapaian sasaran dan tindakan yang akan
dilaksankan. Pengamatan ini dilakuakan untuk mengetahui sejauh mana
pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan yang sesuai.
4. Tahap Refleksi (Reflect)
Refleksi dilakukan dengan mempertibangkan pedoman mengajar yang
dilakukan serta melihat serta kesesuaian yang dicapai dengan yang diinginkan.
Dimana tahap refleksi dalam penelitian ini adalah untuk melihat kekurangan
selama pelaksanaan tindakan kelas. Tahap ini merupakan tahap yang paling
penting untuk dilaksanakan karena hasil analisis data dari lapangan yang
dilakukan dapat memberikan arah bagi perbaikan siklus selanjutnya. Jika
pengamatan belum berhasil maka kegiatan penelitian ini dilakukan sampai
maksimal dalam meningkatkan kemampuan kognitif berpikir simbolik melalui
penggunaan media kartu bergambar.
36
Siklus II:
Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II ini relative sama dengan
perencanaan dan pelaksanaan dalam siklus I dengan mengadakan beberapa
perbaikan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam sebuah penelitian. Untuk mendapatkan hasil dari
penelitian, digunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi, lembar
observasi adalah catatan yang memuat atau menggambarkan peningkatan
kemampuan anak dalam proses pembelajaran atau pemberian tindakan. Observasi
dilakukan dengan melakukan pengamatan sesuai dengan indikator yang ingin
dicapai untuk kemudian hasil pengamatan tersebut dimuat dalam lembar
observasi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan memerlukan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Observasi
Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi
yaitu suatu cara pengumpulan data atau bukti-bukti dengan mengadakan
pencatatan secara sistematis untuk mengamati secara langsung kegiatan
pembelajaran mulai dari awal pembelajaran sampai akhir pelaksanaan
37
pembelajaran tindakan digunakan menggunakan lembar observasi peningkatan
kemampuan kognitif peserta didik dengan menggunakan media kartu bergambar.
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan
dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dan pencatatan
sumber-sumber informasi. Dokumentasi ini digunakan untuk memperkuat data
apabila terjadi kekeliruan dari sumber data.
G. Teknik Analisis Data Dan Validasi
1. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dan dikumpulkan dianalisis terlebih dahulu dengan
maksud untuk membuktikan ada tidaknya perbaikan yang dihasilkan setelah
dilakukan tindakan. Dengan adanya analisis data ini, maka dapat diketahui
seberapa besar peningkatan kemampuan kognitif setelah diberikan tindakan
dengan menggunakan media kartu bergambar. Dalam pelaksanaan penelitian
tindakan kelas, ada dua jenis data yang dapat digunakan yaitu:
a. Data Kualitatif
Data kualitatif yaitu informasi yang berbentuk kalimat yang memberi
gambaran tentang tingkat pemahaman terhadap sesuatu, pandangan atau sikap
anak terhadap metode belajar yang baru yang dapat dianalisis secara kualitatif.
38
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu data yang dapat dianalisis secara deskriptif
menggunakan analisis statistik deskriptif (menghitung rata-rata perkembangan
anak berdasarkan skor yang diperoleh dari lembar observasi). Penelitian ini
menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu mencoba menggambarkan
keadaan yang sebenarnya dan dideskripsikan dalam bentuk narasi sesuai hasil
pengamatan. Data yang dianalisis menggunakan deskriptif kuantitatif yang
bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dari perlakuan yang
diberikan guru.
Data yang dikumpulkan melalui observasi dan dokumentasi kemudian akan
dianalisis. Teknik dalam menganalisis data digunakan teknik Deskriptif kualitatif
dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Haryadi (2009: 24) seperti
dibawah ini:
×100
keterangan
p: Angka Peresentase
f: frekuensi yang sedang dicari persentasenya
n: jumlah persentase/ banyaknya individu/ indikator.
Sedangkan untuk menentukan bahwa aktivitas anak meningkat, interpretasi
aktivitas belajar anak dijabarkan dalam tabel 3.1 sebagai berikut: Haryadi (2009:
24).
39
Tabel 3.1 Kriteria persentase
Kriteria Persentase
BB (Belum Berkembang) 0-25%
MB (Mulai Berkembang) 26-50%
BSH (Berkembang Sesuai Harapan) 51-75%
BSB (Berkembang Sangat Baik) 76-100%
2. Validasi
Dalam penelitian ini akan digunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan dan yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu
untuk keperluan pengecekan keperluan atau sebagai pembanding terhadap data
tersebut atau penggunaan berbagai sumber data untuk meningkatkan kualitas
penelitian (Maolani, dkk 193: 2016). Penelitian ini menggunakan triangulasi
penyelidikan dengan jalan memanfaatkan peneliti atau penguatan untuk
pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
H. Indikator Keberhasilan
Adapun yang mendasari hasil penelitian ini ialah pedoman penilaian di TK
berdasarkan kurikulum 2013, setiap tingkatan diuraikan dalam tabel 3.2 sebagai
berikut:
Langka-langkah
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic sesuai tema, Satu bagian kartu soal dan bagian lainya kartu jawaban.
Setiap siswa mendapat satu kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
Tiap peserta didik memikirakan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
Setiap peserta didik mencari pasangan kartu yag cocok dengan kartunya. Misalnya; pemegang kartu gambar hewan yang berjumlah satu akan berpasangan dengan kartu yang bertuliskan angka satu.
Setiap peserta didik akan mencocokkan kartunya sebelum batas waktu yang diberi poin.
Jika peserta tidak dapat mencocokkan dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu
40
Tabel 3.2 Uraian Kategori Penilaian Harian Hasil Belajar
Kategori Uraian
Belum Berkembang Anak dikatakan belum berkembang apabila belum
ada sama sekali perubahan pada kemampuan
kognitif berfikir simbolik peserta didik
Mulai Berkembang
Anak dikatakan mulai berkembang apabila anak
telah mampu mengelompokkan, membandingkan,
mengurutkan kartu bergambar tetapi masih dengan
bantuan dan dampingan guru
Berkembang Sesuai
Harapan
Anak dikatakan berkembang sesui harapan
apabila anak telah mampu mengelompokkan,
membandingkan, mengurutkan kartu bergambar
tanpa bantuan dan arahan dari guru.
Berkembang Sangat
Baik
Anak dikatakan berkembang dengan baik apabila
anak telah mampu mengelompokkan,
membandingkan, mengurutkan kartu bergambar
dengan baik tanpa mengalami kesulitan
Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, dalam penelitian ini
dinyatakan berhasil apabila ada perubahan atau peningkatan terhadap hasil belajar
yang diperoleh anak setelah diberi tindakan. Penelitian ini dikatakan berhasil
apabila 75% anak berada pada tingkat kemampuan berkembang sesuai harapan.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan di PAUD Terpadu Bukit
Permai 2 beralamat di Karampang Eja, Desa Kampili Kac. Pallangga Kab. Gow.
PAUD Terpadu Bukit Permai 2 dirintis sejak tahun 2018 oleh Yayasan
Pendidikan Islam Terpadu Turatea. Lembaga ini cukup strategis karena lokasinya
berada di daerah pemukiman yang kendaraan tidak banyak yang melintas
sehingga aman bagi anak-anak, adapun kepemilikan dari gedung sekolah adalah
milik sendiri. Dan saat ini PAUD Terpadu Bukit Permai 2 dipimpin oleh Ibu Sri
Sufliati S. Pd. M. Pd selaku kepala sekolah. PAUD ini memiliki sarana dan
prasarana yang cukup memadai, yang dilengkapi fasilitas bermain indoor dan
outdoor. Lembaga ini memiliki 5 tenaga pendidik yang terdiri dari kepala sekolah,
2 guru kelompok A dan 2 guru kelompok B.
Dengan jumlah peserta didik yang diteliti pada kelompok B sebanyak 10
peserta didik, 5 anak perempuan dan 5 anak laki-laki yang didampingi oleh 1
tenaga pendidik. Program kegiatan mengacu pada kurikulum 2013 yang
dipadukan dengan materi yang sesuai dengan kebutuhan aspek perkembangan
anak usia dini. Dengan proses pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Mingguan (RPPM) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) yang mengacu pada tema-tema yang dilakukan di PAUD Terpadu Bukit
Permai 2.
42
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Data hasil Tindakan Siklus I Peningkatan kemampuan Kognitif Berpikir
Simbolik Melalui Penggunaan Media Kartu Bergambar Pada Peserta Didik
Kelompok B PAUD Terpadu Bukit Permai 2 Kabupaten Gowa
Penelitian tindakan kelas pada siklus I terdiri dari 4 tahap yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (Observasi) dan refleksi, di mana pada
siklus ini dilaksanakan tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada
hari Senin tanggal 29 Maret 2021, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 30 Maret 2021 dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Kamis pada
tanggal 1 April 2021, dikarenakan masa sekarang adalah masa pandemi (Covid
19) terdapat selang waktu satu hari dari pertemuan kedua. Jadi, sekolah hanya
melakukan kegiatan tatap muka (Luring) hanya 3 kali dalam seminggu. Berikut
merupakan deskripsi pelaksanaan penelitian siklus I.
a. Tahap Perencanaan
1) Menentukan tema
Dalam menentukan tema, peneliti menggunakan tema yang disesuaikan
dengan tema yang ada di PAUD Terpadu Bukit Permai 2. Tema yang digunakan