LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI PERTANIAN DI PROVINSI BENGKULU (7 Teknologi : padi, sawit-sapi, jeruk gerga, pengendalian PBK, jagung, kedelai) UMI PUDJI ASTUTI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2015 No. Kode:26/1801.018/011/B/RODHP/2015
111
Embed
PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 11.1. Latar Belakang............................................................................. 11.2. Tujuan ........................................................................................ 21.3. Keluaran yang diharapkan ............................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 32.1.KerangkaTeoritis .......................................................................... 32.2.Hasil Pengkajian Terdahulu ........................................................... 3
III. PROSEDUR ....................................................................................... 103.1. Metode Pelaksanaan..................................................................... 103.2. Waktu dan lokasi ......................................................................... 103.3. Pelaksanaan kegiatan................................................................... 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 13
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 31KINERJA HASIL PENGKAJIAN..................................................................... 32JADUAL KERJA………………………………………………………………… ...................... 33PEMBIAYAAN ……………………………………………………………………..................... 34DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 36PERSONALIA………………………………………………… ………………… ..................... 38
v
DAFTAR TABEL
Halaman1. Penerbitan dan Penyebaran bahan informasi inovasi hasil
pengkajian ke BP4K dan BP3K Tahun 2015........................................... 14
2. Rekapitulasi kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelakuinovasi :petani, penyuluh lapang dan kontak tani tahun 2015................. 15
3. Evaluasi penerapan metoda penyuluhan dalam rangka peningkatankapasitas penyuluh dan petani di Provinsi Bengkulu Tahun 2015 ............ 16
4. Rekapitulasi Demplot Kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluh diProvinsi Bengkulu tahun 2015 ............................................................. 19
5. Kompenen Hasil Budidaya Padi di Lahan Sawah Kecamatan SingaranPatih Kota Bengkulu, Mei-September 2015 ........................................... 21
6. Kelayakan Usahatani PTT Padi Sawah di Kelurahan Panorama,Kecamatan Singaran Patih, Kota Bengkulu Tahun 2015 ......................... 22
7. Kompenen Hasil Budidaya Kedelai di Lahan Sub Optimal di BP3KTabeak Blau Kabupaten Lebong, April-Juli 2015. ................................... 24
8. Pengetahuan penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai diBP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong tahun 2015................................. 25
9. Sikap Kognitif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelaidi BP3K Tabeak Blau Kabupaten LebongTahun 2015 ............................. 25
10. Sikap afektif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai diBP3K Tabeak Blau Kabupaten LebongTahun 2015 …………………….. ........ 26
11. Komponen Hasi Tanaman Jagung di Lahan Sub Optimal KecamatanMuara Bangka Hulu Kota Bengkulu Tahun 2015 ………………................... 27
12. Peningkatan pengetahuan petani dan penyuluh sebelum dan setelahmengikuti Demonstrasi Cara pembuatan kompos dan Fermentasipelepah daun kelapa sawit sebagai pakan ternak sapi di DesaJayakarta Kecamatan Talang IV Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun2015 ................................................................................................. 28
13. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Ternak yang beri pakanFermentasi Pelepah Daun Kelapa Sawit ................................................ 30
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman1. Dokumentasi kegiatan demplot jagung di Kabupaten Bengkulu
Selatan ............................................................................................. 39
2. Dokumentasi kegiatan demplot padi di Kota Bengkulu ........................... 43
3. Dokumentasi kegiatan demplot jagung di Kota Bengkulu ....................... 45
4. Dokumentasi kegiatan demplot kedelai di Kabupaten Lebong................. 46
5. Dokumentasi kegiatan demplot Jeruk di Kabupaten Lebong ................... 49
6. Susunan Acara Kegiatan Pertemuan Apresiasi Teknologi antarPelaku Inovasi yaitu Petani, Penyuluh Lapang dan Kontak TaniTahun 2015 ....................................................................................... 51
7. Dokumentasi kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelakuInovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontak tani di DesaSukarami Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu SelatanTahun 2015 ....................................................................................... 52
8. Petunjuk teknis teknologi budidaya padi ............................................... 54
9. Petunjuk teknis teknologi budidaya jagung secara tumpangsari.............. 64
10. Petunjuk teknis teknologi kedelai ......................................................... 82
11. Petunjuk teknis teknologi budidaya jagung secara monokultur ............... 91
2 Unit kerja : BPTP Bengkulu3 Tujuan : 1.Meningkatkan peran penelitidan penyuluh
dalam mempercepat proses perluasan adopsiinovasi pertanian melalui kegiatan demplot diBP3K/BPP.
2.Mendiseminasikan 7 teknologi hasil kajianBPTP kepada petani, KTNA dan penyuluh diwilayah BP3K/BPP.
4 Keluaran : 1.Meningkatnya peran penelitidan penyuluhdalam percepatan proses perluasan adopsiinovasi pertanian melalui kegiatan 7 unitdemplot dan demcara di wilayah kerja BP3K .
2.Terdiseminasikannya 7 teknologi hasil kajianBPTP kepada petani, KTNA dan penyuluh di 6wilayah BP3K/BPP.
5 ProsedurPelaksanaan : 1. Kegiatan Peningkatan KapasitasPenyuluhan/Komunikasi Dalam RangkaPercepatan Inovasi Pertanian Di ProvinsiBengkulu dilaksanakan pada bulan Januari– Desember 2015.
2. Pendekatan kegiatan desiminasi meliputi :Pertemuan langsung, On farm trial melaluidemplot dan demcara di lapangan(BP3K/BPP),Partisipatif, dan spesifik lokasi.
3. Lingkup kegiatan desiminasi :a. Pertemuan intern dan stekeholdersb. Penyusunan bahan inovasi hasil
pengkajian berupa petunjuk teknisteknologi budidaya padi, budidayajagung, budidaya kedelai, dan budidayatumpang sari jagung-kacang tanahbertujuan untuk meningkatkan peranpeneliti, dan penyuluh (BPTP danlapangan).
c. Menyusun bahan informasi berupaleaflet tentang teknologi pengendalianPenggerek buah Kakao, fermentasipelepah dan daun kelapa sawit untukpakan ternak, serta teknologipembuatan kompos kotoran sapi dengantujuan untuk mempercepatpenyampaian inovasi kepada pengguna
d. Kegiatan pertemuan Apresiasi Teknologiantar pelaku inovasi yaitu Peneliti,penyuluh lapangan dan Kontak Tani.
viii
Tujuan dari kegiatan tersebut adalahuntuk (i) Mengkomunikasikan hasil-hasilpenelitian, pengkajian, ide dan gagasandalam rangka meningkatkan kinerjausahatani, (ii) Mendapatkan umpan balikdari implemantasi inovasi pertanian dilapang.
e. Melaksanakan Demonstrasi Plot diwilayah kerja BP3K.
f. Narasumber di BPP (menyiapkan LPM,sinopsis, dan makalah), tentangteknologi padi, integrasi sawit-sapi, jerukgerga, jagung, kedelai, pengendalianPenggerek buah Kakao), maupun caramenyusun KTI penyuluh.
g. Data dananalisis data,h. Menyusun KTI berupa informasi
teknologi yang didokumentasikan diperpustakaan BPTP dan BP3K sebanyak3 judul
4. Metode desiminasi : demplot/on farm trial,demcara, pertemuan melalui apresiasiteknologi, pertemuan sebagai nara sumber,dan penyampaian leaflet dan brosur.
6 Capaian : 1. Diketahuinya 7 teknologi hasil kajian BPTPoleh petani, KTNA dan penyuluh di 6wilayah BP3K/BPP di 4 Kabupaten danKota.
2. Tersampaikannya cara penulisan KTI bagipenyuluh di lapangan di 15 BP3K di 4Kabupaten dan Kota
3. Tersusunnya KTI sebanyak 4 judul makalahdan 3 KTI berupa buku yangdidokumentasikan di perpustakaan
7 Manfaat : 1. Tersebarnya inovasi pertanian secara cepatkepada pengguna (petani, KTNA danpenyuluh di wilayah BP3K/BPP).
2. Tersedianya bahan informasi berbasisinovasi pertanian spesifik lokasi bagipenyuluh, KTNA dan petani di Daerah.
9 Jangka Waktu : Satu Tahun10 Biaya : Rp. 120.820.000,00 (Seratus dua puluh juta
delapan ratus dua puluh ribu rupiah)
ix
SUMMARY
1 Title : The Improvement of the Extensionist, ReseacherCapacity in The Accerelaration of AgricultureInnovation Development in Bengkulu Province (7Technologies)
2 Implementing Unit : AIAT Bengkulu3 Objectives : Bengkulu Province4 Purpose : 1. To improve the role of researcher and
extensionist in accelerating the expansionprocess of agricultural innovations adoptionthrough demonstration plot activities inBP3K/BPP.
2. To disseminate 7 technologies of AIAT’s studyresults to farmers, KTNA and extensionist inthe region of BP3K/ BPP.
5 Output : 1. The improvement of the role of researcher andextensionist in accelerating the expansionprocess of agricultural innovations adoptionthrough demonstration plot activities inBP3K/BPP.
2. The dissemination of 7 technologies of AIAT’sstudy results to farmers, KTNA andextensionist in the region of BP3K/ BPP.
5 Methodology : 1. The activity of the improvement ofextension/communication capacity in order toaccelerate the innovation of agriculture inBengkulu Provincy was held in January -December 2015.
2. The Approach of dissemination activitiesinclude: meeting directly, on farm trial throughdemonstration plot and demonstration way inthe field (BP3K/BPP), participatory and specificlocation.
3. The scope of dissemination activities are:1) Internal and stekeholders meeting.2) The preparation of materials innovation
assessment results (rice technology,integration of plantation oil-cow, gergacitrus, corn, soybeans, cocoa fruit borercontrol techonologyes) aimed to improvethe role of the researcher and extensionist(AIAT and field).
3) The arrangement of information materials:the control of cocoa fruit borers, fermentedpalm fronds and leaves for animal feed,compost production technology aimed toaccelerate innovation delivery to the users.
4) The activity of Technology Appreciationmeeting among innovation actors:
x
researcher, extensionist, and contactfarmers. The aim of this activity are: (i) tocommunicate the assessment result, ideaand concept to improve farmingperformance, (ii) to gain the feedback ofagriculture innovation implementation inthe field.
5) To Implement Demonstration Plot in theworking area of BP3K.
6) Speakers at BPP (The preparation of LPM,synopsis, and paper) about rice technology,integration of plantation oil-cow, gergacitrus, corn, soybeans, cocoa fruit borercontrol techonologies).
7) Data and analysis of data.8)To prepare of scientific papers like
technology information that documented inthe library of BPTP and BP3K as many as 3titles
Kegiatan demplot tumpang sari jagung-kacang tanah dan demplot padi
sawah dengan pendekatan Pengeloaan Tanaman Terpadu (PTT) dapat
meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh. Pengetahuan petani
meningkat sebesar 83,33 % dan penyuluh sebesar 84,17% setelah
dilaksanakannya/ diterapkannya teknologi budidaya tumpangsari jagung-kacang
tanah. Melalui penerapan demplot padi sawah dengan pendekatan PTT juga
meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh sebesar 8,49% dan 11,53%.
Hal ini menunjukkan bahwa demplot menjadi salah satu metode
penyuluhan/diseminasi yang efektif untuk menyampaikan atau mentransfer
inovasi teknologi ke pengguna. Penerapan demplot bertujuan agar petani dapat
belajar, melihat, dan mempraktekan secara langsung teknologi yang disuluhkan.
Metode penyuluhan ini memberikan manfaat dan sesuai dengan karakteristik
sasaran dengan tingkat pendidikan dan umur yang beragam.
Peningkatan pengetahuan petani dan penyuluh sebagaimana tersaji pada
Tabel 3 mencerminkan tingkat kesadaran mereka untuk mencari dan menerima
informasi inovasi teknologi. Artinya, pengetahuan yang tinggi dimiliki oleh
individu yang mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi pula. Pendapat ini
17
didukung oleh pandangan bahwa individu petani dan penyuluh sebagai orang
dewasa telah mempunyai konsep diri, pengalaman belajar, dan kesiapan belajar
(Apps dalam Sadono D, 2008) sehingga sisi manusianya dan proses belajarnya
perlu dikedepankan. Pengetahuan merupakan tahap awal dari persepsi yang
kemudian mempengaruhi sikap dan pada gilirannya melahirkan perbuatan atau
tindakan (keterampilan). Dengan adanya wawasan petani yang baik tentang
suatu hal, akan mendorong terjadinya sikap yang pada gilirannnya mendorong
terjadinya perubahan perilaku. Pengetahuan mencerminkan tingkat kesadaran
petani untuk mencari dan menerima informasi inovasi teknologi. Artinya,
pengetahuan yang tinggi dimiliki oleh petani yang mempunyai tingkat kesadaran
yang tinggi pula. Kesadaran yang tinggi mendorong petani untuk lebih
memberdayakan diri mereka sendiri dengan meningkatkan pengetahuannya.
Pengetahuan dan pemahaman petani terhadap suatu inovasi teknologi
dapat ditingkatkan melalui peningkatan frekuensi penyuluhan dengan berbagai
metode penyuluhan (seperti display/demplot, temu lapang, dan pertemuan/
anjangsana) dan media penyuluhan (seperti folder, leaflet, poster, dan buku).
Peningkatan pengetahuan petani mengenai suatu inovasi teknologi pertanian
merupakan bagian yang penting dalam proses adopsi inovasi dan pemberdayaan
petani. Dimana petani diberi kuasa, kekuatan, dan motivasi untuk meningkatkan
pengetahunnya. Seperti yang dikemukakan oleh Sudarta (2005) bahwa dalam
akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian mempunyai
arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan dalam
mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi dan
individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka
penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya
akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun
kualitas.
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan petani sebagai
bagian dari perilaku penerapan inovasi. Faktor-faktor tersebut di antaranya
adalah faktor dari dalam diri petani seperti umur, pendidikan, status sosial, pola
hubungan sikap terhadap pembaharuan, keberanian mengambil resiko, fatalisme,
aspirasi dan dogmatis (sistem kepercayaan tertutup) dan faktor lingkungan
seperti kosmopolitan, jarak ke sumber informasi, frekuensi mengikuti
18
penyuluhan, keadaan prasarana dan sarana dan proses memperoleh sarana
produksi.
Syafruddin, dkk (2006) menyatakan bahwa setiap individu memiliki
kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter
yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku
tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat jaminan
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman,
dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan
akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan.
Hanafi (1987) mengemukakan bahwa kerumitan suatu inovasi
berhubungan negatif dengan kecepatan adopsi yang berarti semakin rumit suatu
inovasi bagi seseorang, maka akan semakin lambat pengadopsiannya.
Ditambahkan oleh Soekartawi (2005), bahwa bila memang benar teknologi baru
akan memberikan keuntungan yang relatif besar dari teknologi lama, maka
kecepatan proses adopsi inovasi akan berjalan lebih cepat. Makin mudah
teknologi baru tersebut dipraktekkan, maka makin cepat pula proses adopsi yang
dilakukan petani. Oleh karena itu, agar proses adopsi inovasi dapat berjalan
cepat, maka penyajian inovasi baru tersebut harus lebih sederhana.
Pengetahuan yang dimaksud juga memiliki berbagai level. Menurut
Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain pengetahuan
mempunyai enam tingkatan yakni: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis
dan evaluasi. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau objek yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima (pengalaman).Memahami
diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang telah diketahui. Oleh karena itu ada ungkapan dalam penyuluhan: Saya
dengar, maka saya lupa; Saya lihat, maka saya ingat; Saya mencoba, maka saya
tahu; Saya mencoba berulang-ulang maka saya paham.
Dari kegiatan demplot tersebut penyuluh yang ada di BP3K dapat
membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) berdasarkan kegiatan yang ada di demplot
dan pengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan tanaman dan kreatifitas
dalam penyusunan angka kredit.
19
Kegiatan peningkatan kapasitas peneliti, penyuluh dalam percepatan
penyebaran inovasi pertanian di Provinsi Bengkulu juga berperan aktif dalam
kegiatan Pekan Daerah (PEDA) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) XV yang
dilaksanakan di Kabupaten Kepahiang sebagai narasumber, juri dan panitia
dibeberapa kegiatan antara lain :
- Sebagai narasumber pada kegiatan Temu teknologi. Materi yang
disampaikan yaitu okulasi jeruk
- Sebagai narasumber pada kegiatan Temu profesi. Materi yang disampaikan
yaitu peningkatan profesionalisme penyuluh.
- Sebagai juri dan panitia pelaksana pada kegiatanTemu karya
- Sebagai juri dan tim pembuatan soal perlombaan pada kegiatan Asah
terampil.
4.2. Mendiseminasikan 7 Teknologi Hasil Kajian BPTP Kepada Petani,KTNA dan Penyuluh di Wilayah BP3K/BPP.
Untuk menyebarluaskan inovasi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan
penyuluh melalui media demonstrasi plot dan penyebaran leaflet.Ada 7 demplot
kegiatan yang tertuang dalam tabel 4. Kegiatan demplot dilakukan di wilayah
kerja BP3K dan yang melakukan pendampingan dan pengamatan dilakukan oleh
penyuluh yang ada di BP3K tersebut.
Tabel 4. Rekapitulasi Demplot Kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluh diProvinsi Bengkulu tahun 2015
No Komoditas Lokasi Teknologi Budidaya Luas(ha)
1 PadiSawah
Wilayah BP3KSingaran PatihKota BengkuluKelompok TaniGambung jaya
- Tenologi yang digunakan PTTpadi
- Menggunakan sistem pertanamanjajar legowo 2:1
- Varietas yang digunakan cigeulis- Dosis pemupukan dengan
menggunakan kalender tanam- Dilakukan pengamatan tanaman
dari awal pertumbuhan sampaidengan pemanenan.
- Umur tanaman (panen): 105 hari- Produksi Padi = 8,77 ton/ha
(hasil ubinan)
0,5
2 Kedelai Wilayah BP3KJayakartaKabupaten
- Teknologi yang digunakan PTTkedelai
- Varietas yang digunakan yaitu
0,25
20
BengkuluTengah
Anjasmoro- Lokasi demplot sudah diolah dan
siap untuk ditanam benih kedelaitetapi terkendala dengan tidakadanya hujan sehingga lahanmengalami kekeringan. Sehinggatidak dapat dilanjutkan.
- Berita acara terlampirWilayah BP3KTabeak BlauKab. Lebong
- Teknologi yang digunakan PTTkedelai
- Varietas yang digunakan yaituAnjasmoro
- Pengolahan dan penanamandilakukan bersama – samadengan petani calon penerimaprogram GPPTT kedelai
- Umur tanaman (banen): 81 hari- Produksi =0,4 ton biji kering /ha
0,3
3 Jagung :1. Tumpan
gsarijagungdengankacangtanah
Wilayah BP3KAir NipisKabupatenBengkuluSelatandi lahananggotaKelompokWanita TaniMekarsari DesaSukarami
- Teknologi yang digunakan yaituberdasarkan hasil pengkajianpemanfaatan lahan keringmasam dengan tumpangsarijagung dan kacang tanah diProvinsi Bengkulu tahun 2014dan PTT jagung dan kedelai
- Varietas yang digunakan yaitujagung menggunakan varietassukmaraga, kacang tanahmenggunakan varietas tuban dantalam.
- Dilakukan uji tanah denganmenggunakan perangkat ujitanah kering (PUTK).
- Umur tanaman (panen) jagung:120 hari, kacang tanah : 85 hari
- Produksi Jagung =- Kacang tanah = - (kekeringan,
polong tidak berisi)
0,5
2. Jagungsecaramonokultur
Wilayah BP3KMuaraBangkahuluKota BengkuluLahan BP3K
- Teknologi yang digunakan yaituPTT jagung
- Varietas yang digunakan yaitusukmaraga.
- Umur tanaman (panen): 90 hari- Produksi : 6,67 t/ha pipilan
kering
0,5
4 Jeruk Lahan BP3KGunung AlamdanLahan BP3K
- Teknologi yang digunakan yaitupengelolaan terpadu kebun jeruksehat (PTKJS).
- Umur tanaman : 6 bulan
0,3
21
Tabeak Blau - Pemupukan dilakukan 2 kali saattanam (bulan Mei 2015 ) danumur 6 bulan (November 2015)
5 IntegrasitanamanKelapaSawit-Sapi
Wilayah BP3KJayakartaKabupatenBengkuluTengah
- Demonstrasi cara FermentasiPelepah kelapa sawit sebagaipakan termak
- Demonstrasi cara pembuatankompos dari kotoran padat sapi
- Hasil = berat badan sapi- Kompos telah dikemas dalam
karung dan dijual
Penyuluhdanpetani
Demplot Budidaya Padi Sawah dengan Pendekatan PengelolaanTanaman Terpadu (PTT) di Kota Bengkulu
Komponen Hasil Selama Pengamatan
Komponen hasil yang diamati selama penanaman adalah tinggi tanaman,
jumlah rumpun per hektar, jumlah anakan per rumpun, jumlah malai per
rumpun, berat 1000 butir serta produksi (hasil ubinan). Komponen hasil yang
diamati secara rinci tersaji pada Tabel 5.
Tabel.5 Kompenen Hasil Budidaya Padi di Lahan Sawah Kecamatan SingaranPatih Kota Bengkulu, Mei-September 2015.
Uraian Hasil Pengukuran
Tinggi tanaman 92 cm
Jumlah rumpun/ha 333.333 rumpun
Jumlah anakan/rumpun 34 anakan
Jumlah anakan produktif 15
Berat 1000 butir 103 gram
Produksi (ubinan) 8,77 ton/ha
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Tabel 5. menunjukkan keragaan tanaman yang cukup, belum
menunjukkan keragaan yang bagus karena penanaman dilaksanakan pada
musim kemarau (bulan Juni – September 2015). Padi membutuhkan air dalam
jumlah yang cukup. Selama musim tanam, Menurut Yetti, H dan Ardian (2010),
pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genotip dan lingkungan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Gardner (1991) yang mengatakan bahwa pertumbuhan
dan perkembangan tanaman dikendalikan oleh genotip dan lingkungan. Anakan
22
produktif yang dihasilkan merupakan gambaran dari jumlah anakan maksimum
yang dihasilkan sebelumnya.
Kelayakan Usahatani Teknologi PTT Padi Sawah
Kelayakan usahatani teknologi PTT padi sawah diukur dengan
membandingkan dan melihat perbedaan (selisih) pendapatan antara penerapan
teknologi PTT padi sawah dengan penerapan budidaya yang biasa dilakukan di
tingkat petani. Kelayakan usahatani teknologi PTT secara rinci tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6. Kelayakan Usahatani PTT Padi Sawah di Kelurahan Panorama,Kecamatan Singaran Patih, Kota Bengkulu Tahun 2015
No. Uraian NilaiTeknologi PTT Non PTT
1.
2.3.4.5.6.
Biaya total (Rp/ha/MT)- Tenaga kerja- Benih- Pupuk- Pestisida- Sewa traktorProduksi (kg/ha/MT)Harga jual (Rp/kg)Penerimaan (Rp/ha/MT)Pendapatan (Rp/ha/MT)R/C
10.093.7507.733.750
175.000975.000508.000720.000
4.7704.000
19.080.0008.986.250
1,89
8.611.0007.142.500
112.500366.000270.000720.000
3.0604.000
12.240.0003.629.000
1,427.8.9.
Marginal Keuntungan PTT – non PTTMarginal Biaya PTT – non PTTMB/C = (6)/(7)
5.357.2501.482.750
3,61Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Tabel 6 menunjukkan bahwa usahatani padi sawah dengan pendekatan
PTT memberikan produktivitas dan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan usahatani yang biasa dilakukan oleh petani. Produktivitas padi melalui
penerapan PTT adalah sebesar 4,77 ton/ha sedangkan produktivitas padi yang
biasa dilakukan oleh petani adalah 3,06 ton/ha. Hal ini berarti bahwa penerapan
teknologi PTT meningkatkan produktivitas padi sebesar 55,88%. Meskipun
penanaman dilakukan pada saat musim kemarau, ada banyak faktor yang
mendukung lebih tingginya produktivitas padi melalui pendekatan teknologi PTT
dibandingkan dengan sistem budidaya yang biasa diterapkan oleh petani. Faktor-
faktor tersebut di antaranya adalah penggunaan varietas unggul, benih bermutu
dan berlabel, waktu pemupukan dan kesesuaian dengan status hara dan
23
kebutuhan tanaman, serta yang paling utama adalah penggunan sistem tanam
jajar legowo 2:1.
Setyanto dan Kartikawati (2008) menyebutkan bahwa dengan sistem
tanam jajar legowo semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir
tanaman yang biasanya memberikan hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir).
Adanya barisan kosong (legowo) menyebabkan penyerapan nutrisi oleh akar
menjadi lebih sempurna sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
tanaman padi yang dihasilkan.
Dilihat dari pendapatan yang diterima petani, usahatani dengan
pendekatan teknologi PTT lebih besar 147,62% jika dibandingkan dengan
usahatani yang biasa dilakukan oleh petani dengan margin pendapatan sebesar
Rp. 5.357.250/ha. Hal ini disebabkan karena lebih tingginya produktivitas padi
melalui penerapan PTT padi sawah meskipun total biaya yang dikeluarkan lebih
tinggi dibandingkan dengan budidaya yang biasa dilakukan oleh petani, namun
keuntungan yang diperoleh masih lebih tinggi. Dari Tabel 5 juga dapat dihitung
nilai perbandingan marginal keuntungan dan biaya yang dikeluarkan petani
(MB/C) sebesar 3,61 yang menunjukkan bahwa apabila biaya pendekatan PTT
(demplot) meningkat dengan kondisi eksternal yang sama masih memberikan
keuntungan 3,61 kali lipat.
Menurut Hidayat, Y, dkk (2012), penerapan model PTT padi sawah
dengan menggunakan VUB oleh petani kooperator di Kabupaten Halmahera
Tengah mampu memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan penerapan
teknologi yang biasa digunakan petani di lokasi pengkajian. Pendapat ini juga
didukung oleh hasil penelitian Asnawi, R (2014) bahwa produktivitas rata-rata
padi sawah pada lokasi SLPTT LL VUB lebih tinggi dari lokasi SLPTT LL non VUB
dan non SLPTT. Rata-rata pendapatan usahatani padi pada lokasi SLPTT LL VUB
adalah Rp.17.410.000,-/ha (R/C=3,15), lokasi SLPTT LL non VUB Rp.
13.488.806,-/ha (R/C=2,46) dan lokasi non SLPTT Rp.9.885.625,-/ha
(R/C=2,34).
Demplot Budidaya Kedelai dengan Pendekatan Pengelolaan TanamanTerpadu (PTT)
Desiminasi teknologi budidaya kedelai dengan pendekatan PTT dilakukan
melalui demplot di lahan BP3K Tabeak Blau Kecamatan Lebong Atas Kabupaten
24
Lebong. Komponen PTT kedelai yang dilaksanakan adalah penggunaan varietas
unggul, benih bermutu dan berlabel, pengolahan dan penyiapan lahan,
penanaman, pemupukan, pemberian amelioren dan kapur, pengendalian hama
dan penyakit, panen dan pasca panen. Dari pelaksanaan demplot dilakukan
pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Komponen
hasil yang diamati pada kegiatan demplot kedelai yang dilakukan pada lahan
BP3K Tabeak Blau Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong meliputi tinggi
tanaman (cm), jumlah cabang (cabang), umur berbunga (HST), jumlah
polong/rumpun, berat 100 biji (gram), persentase biji rusak (%) dan produksi
(ton/ha). Dari hasil pengamatan dan pengukuran diperoleh komponen hasil
budidaya kedelai yang disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Kompenen Hasil Budidaya Kedelai di Lahan Sub Optimal BP3K TabeakBlau Kabupaten Lebong, April-Juli 2015.
Uraian Hasil Pengukuran
Tinggi Tanaman 66 cm
Jumlah Cabang 6 cabang
Umur Berbunga 36 HST
Jumlah polong/rumpun 141 polong
Jumlah biji/polong 2 biji
Berat 100 biji 90 gram
% biji rusak 20 %
Produksi 0,4 ton/ha
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Tabel 7. menunjukkan bahwa keragaan tanaman kedelai yang cukup,
belum menunjukkan keragaan yang bagus karena penanaman kedelai pada
musim kemarau. Pada awal pelaksanaan penanaman demplot kedelai kondisi
tanah masih dalam keaadan lembab, namun pada saat tanaman mulai umur 2
minggu tanaman kedelai tidak mendapatkan air yang cukup untuk
pertumbuhannya. Dengan kondisi kekeringan atau curah hujan yang sangat
rendah tanaman kedelai masih mampu bertahan dengan tinggi tanaman
mencapai 66 cm, jumlah cabang 6 cabang perbatang, umur berbunga 36 hari
setelah tanam (HST), jumlah polong 141 polong per rumpun hanya saja dengan
jumlah biji per polong hanya 2 biji dan kondisi pertanaman tidak mendapatkan
25
air yang cukup serta persentase biji rusak yang cukup tinggi (20%) sehingga
produksi hanya 0,4 ton/ha biji kering.
Respon Penyuluh dan Petani Terhadap Teknologi PTT Kedelai
Respon penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di wilayah
kerja BP3K Tabeak Blau dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner kepada penyuluh dan petani wilayah kerja BP3K Tabeak Blau yang
berjumlah 21 orang. Respon penyuluh dan petani dilihat dari tingkat
pengetahuan dan sikap (kognitif dan afektif) penyuluh dan petani wilayah kerja
BP3K Tabeak Blau terhadap teknologi PTT kedelai seperti pada Tabel 8,9 dan 10.
Tabel 8. Pengetahuan penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai diBP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong tahun 2015
Tingkat Pengetahuan Nilai %
Terendah (nilai=3) 3 4,76
Tertinggi (nilai=8) 8 4,76
Rata-rata Nilai 5,6
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Dari Tabel 8. diketahui bahwa tingkat pengetahuan penyuluh dan petani
terendah adalah 3 dan tertinggi adalah 8 masing-masing 4,76%. Rata-rata
pengetahuan penyuluh dan petani bernilai 5,6 sedangkan 61,90%
pengetahuannya berada di atas rata-rata. Melihat kondisi pengetahuan petani
maupun penyuluh di wilayah BP3K masih tergolong rendah maka masih
diperlukan peningkatan pengetahuan teknis budidaya kedelai melalui berbagai
metode penyuluhan di wilayah kerja BP3K Tabeak Blau.
Selanjutnya sikap kognitif penyuluh dan petani di wilayah kerja BP3K
Tabeak Blau terhadap teknologi PTT kedelai merupakan respon penyuluh dan
petani. Sikap kognitif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai
disajikan pada Tabel 9.
26
Tabel 9. Sikap kognitif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di BP3KTabeak Blau Kabupaten Lebong Tahun 2015
Dari Tabel. 10 terlihat bahwa pertanyaan no 1 dan 2 seluruh responden
setuju dan sangat setuju tentang pelaksanaan demplot untuk menambah
pengetahuannya, demikian halnya dengan komponen budidaya yang tidak
terbiasa dilakukan petani, 61,90% responden menyatakan tidak setuju dan
sangat tidak setuju artinya responden senang dengan teknologi yang diterapkan.
Demplot Budidaya Jagung dengan Pendekatan Pengelolaan TanamanTerpadu (PTT) di Lahan Sub Optimal
Komponen pertumbuhan vegetatif yang diamati selama pertumbuhan
adalah tinggi tanaman, dan komponen hasil meliputi panjang tongkol, lingkar
27
tongkol, jumlah baris per tongkol, jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol,
bobot 100 butir dan hasil produksi (melalui ubinan). Komponen hasil yang
diamati secara rinci tersaji pada Tabel 11.
Tabel 11. Komponen Hasi Tanaman Jagung di Lahan Sub Optimal KecamatanMuara Bangka Hulu Kota Bengkulu Tahun 2015
Uraian Hasil PengukuranPanjang tongkol 17,17 cmLingkar tongkol 15,27 cmJumlah baris per tongkol 14 barisJumlah biji per tongkol 473 bijiBerat biji per tongkol 161,47 gramBobot 100 butir 34 gramProduksi (ubinan) 6,67 t/ha pipilan kering
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Dari Tabel 11. menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman jagung
sukmaraga dalam kondisi iklim yang panas masih menunjukkan pertumbuhan
yang baik. Dimana produksi ubinan yaitu 6,67 t/ha pipilan kering jika
dibandingkan dengan diskripsi tanaman jagung sukmaraga rata – rata hasil yaitu
6 t/ha pipilan kering. Rata –rata jumlah baris yaitu 14 baris, jumlah baris ini
berada pada kisaran jumlah baris jika dilihat berdasarkan diskripsi tanaman
jagung sukmaraga yaitu 12-16 baris. Peningkatan produktifitas tanaman, selain
dipengaruhi oleh pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh faktor genotif
dan lingkungan juga ditentukan oleh pemilihan varietas dan teknologi yang
digunakan. Menurut Subandi dan Ibrahim (1990) dan Subandi dan Zubachtirodin
(2005) keberhasilan peningkatan produksi jagung sangat bergantung pada
kemampuan penyediaan dan penerapan inovasi teknologi meliputi varietas
unggul dan penyediaan benih bermutu, serta teknologi budidaya yang
tepat. Varietas unggul merupakan salah satu faktor penting dalam usaha
meningkatkan produktivitas tanaman jagung. Menurut Suprapto (1992) varietas
unggul umumnya mempunyai produktivitas yang lebih tinggi bila dibandingkan
varietas lokal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa varietas jagung sukmarga
dapat menjadi salah satu alternatif varietas yang bisa digunakan pada saat
musim kemarau (kering).
28
Demonstrasi Pembuatan Kompos dan Fermentasi Pelepah Kelapa Sawit
Demonstrasi pembuatan kompos dan fermentasi pelepah kelapa sawit
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh dan
memperluas adopsi inovasi Integrasi tanaman Kelapa Sawit dan Sapi yang telah
dilakukan oleh BPTP Bengkulu. Hasil pengamatan terhadap responden yang
menghadiri kegiatan demonstrasi cara seperti Tabel 12. berikut.
Tabel 12. Peningkatan pengetahuan petani dan penyuluh sebelum dan setelahmengikuti Demonstrasi Cara pembuatan kompos dan Fermentasipelepah daun kelapa sawit sebagai pakan ternak sapi di DesaJayakarta Kecamatan Talang IV Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun2015.
Kegiatan Petani Penyuluhsebelum sesudah Beda Sebelum sesudah Beda
Fermentasi pelepahdaun Kelapa Sawit
5,47 5,9 0,43 6,94 7,43 0,49
PembuatanKompos
6,21 6,21 0 7,35 8,57 1,22
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Tabel 12 menunjukkan bahwa demonstrasi cara mampu meningkatkan
pengetahuan penyuluh dan petani dari 6,94 menjadi 7,43 meningkat sebesar
0,49% dan 5,47 menjadi 5,9 sebesar 0,43%. Pengetahuan penyuluh tentang
pembuatan pakan fermentasi pelepah daun kelapa sawit masih dalam katagori
sedang. Hal ini dapat diduga bahwa selama ini penyuluh lapang sudah
mengetahui bahwa pelepah daun kelapa sawit bisa digunakan sebagai pakan
ternak sapi. Begitu juga dengan petani meskipun terjadi peningkatan tetapi
dalam katagori rendah. Pada kelompok yang sama dulu pernah dilakukannya
pengkajian tentang pelepah daun sawit untuk pakan ternak tetapi tingkat
pengetahuan petani masih belum signifikan meningkat. Artinya disini petani
dalam proses adopsi teknologi masih berada pada tahapan sadar dan minat
belum sampai pada tahapan menilai, mencoba dan menerapkan. Sehingga masih
dipandang perlu dilakukannya pendampingan pengolahan pakan yang berasal
dari pelepah daun sawit baik itu pada petani maupun penyuluh lapang.
Untuk pembuatan kompos, pengetahuan penyuluh dan petani dalam
katagori tinggi dan sedang dari 7,35 menjadi 8,57 meningkat sebesar 1,22% dan
6,22 menjadi 6,22. Untuk pengetahuan petani tidak terjadi peningkatan. Hal ini
dapat diasumsikan bahwa petani sudah memahami mengenai pembuatan
29
kompos dari kotoran ternak. Hal ini diduga disebabkan oleh pengalaman petani
yang sudah cukup lama dalam memanfaatkan kotoran ternak yang digunakan
sebagai pupuk tanaman mereka.
Peningkatan pengetahuan petani merupakan bagian yang penting dalam
proses adopsi inovasi. Seperti yang dikemukakan oleh Sudarta (2005) bahwa
dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian
mempunyai arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan
dalam mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi
dan individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian,
maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada
akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas
maupun kualitas. Syafruddin, dkk (2006) menyatakan bahwa setiap individu
memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal
tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut.
Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian
dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Dengan
meningkatnya pengetahuan petani, diharapkan proses transfer teknologi
pembuatan pakan pelepah daun kelapa sawit untuk pakan ternak dan
pembuatan kompos dapat dengan cepat diterapkan dan mengurangi dalam
penggunaan pupuk kimiawi, sehingga dapat meningkatkan produktifitas ternak
dan dapat meningkatkan perekonomian petani. Pengetahuan sebagai alat
jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari
pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas
pengetahuan akan lebih berkembang dibandingkan dengan tanpa didasari
pengetahuan.
Aplikasi Fermentasi Pelepah Sawit Ke Ternak
Fermentasi pelepah daun kelapa sawit dari hasil demontrasi cara
diaplikasikan langsung keternak. Tujuan dari aplikasi tersebut adalah untuk
melihat pertambahan bobot badan harian (PBBH) ternak yang diberi pakan dari
pelepah daun sawit dengan menggunakan teknologi fermentasi. Pemberian
fermentasi pelepah daun kelapa sawit dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap
pertama, tahap uji coba yang bertujuan untuk membiasakan ternak
mengkonsumsi fermentasi pelepah daun sawit, yang dilakukan selama 10 hari
30
dan tahap kedua, tahap pengamatan yang dilakukan selama 30 hari. Ternak
diberi pakan fermentasi pelepah daun kelapa sawit sebanyak 5 kg/hari/ekor.
PBBH ternak tertuang dalam Tabel 13.
Tabel 13. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Ternak yang beri pakanFermentasi Pelepah Daun Kelapa Sawit.
5 BelanjaPerjalanan Biasa- Perjalanan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan44.876.200 99,73 100
6 Belanja Perjalanan Dinasdalam Kota- Perjalanan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan500.000 100 100
Jumlah 120.583.200 99,80 % 100 %
36
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Agustina. 2008. Peranan Penyuluhan dan Kelompok Tani Ternakuntuk Meningkatkan Adopsi Teknologi dalam Peternakan Sapi Potong.Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong, 24 November 2008. Palu.
Abu Hasan, O., M. Ishida and Z. Ahmad Tajuddin. 1995. Oil palm fronds.technology transfer and acceptance a sustainable utilization for animalfeeding Proc. 17th Ann. Conf. MSAP, Penang, Malaysia.
Astuti,UP dan Ruswendi, 2013. Makalah Seminar Nasional : Berbagai MetodeDiseminasi Teknologi Jeruk RGL di Kabupaten Lebong.
Astuti, UP, 2013. Laporan Akhir Tahun : Efektifitas Berbagai Metode Diseminasidalam Mendukung MP3MI berbasis Jeruk di Kabupaten Lebong
Badan Litbang Pertanian. 2005. Panduan Umum Pelaksanaan Pengkajian sertaProgram Informasi, Komunikasi, dan Diseminasi di BPTP. Badan LitbangPertanian, Jakarta.
Badan Litbang Pertanian. 2004. Prosiding Lokakarya Sinkronisasi Program HasilPenelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian,Jakarta.
Badri.M. 2008. Kontribusi Teori-teori Komunikasi dalam Komunikasi Inovasi,www.teori difusi.
Batubara, L.P. 2002a. Potensi biologis daun sawit sebagai pakan basal dalamransum sapi potong. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan danVeteriner, 30 September–1 Oktober, Ciawi, Bogor. Pusat PenelitianPengembangan Peternakan.
Batubara, L.P. 2003. Potensi Integrasi Peternakan dengan Perkebunan KelapaSawit sebagai Simpul Agribisnis Ruminan. Wartazoa Vol.13 No.3
Gardner, P, F, R, B, Perace, dan R, I, Michell. 1991. Fisiologi TanamanBudidaya. Terjemahan Oleh H, Susilo. Universitas Indonesia Press.Jakarta.
Hidayat, Y, Saleh, Y, dan Waraiya, M. 2012. Kelayakan Usahatani Padi VarietasUnggul Baru Melalui PTT di Kabupaten Halmahera Tengah. JurnalPenelitian Pertanian Tanaman Pangan Vo. 31 No.3 2012.
Hubies.S.A.V. Pengaruh Desain Pesan Video Instruksional terhadap PeningkatanPengetahuan Petani tentang Pupuk Agrodyke. Jurnal Agro Ekonomi,Volume 25 No.1, Mei 2007 : 1 – 10.
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas MaretUniversity Press. Solo.
Risna, Rosni, M, dan Mariani. 2012. Peran Penyuluhan Pertanian TerhadapPengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Padi Berdasarkan KelasKemampuan Kelompok Tani di Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten
37
Hulu Sungai Tengah. Jurnal Agribisnis Perdesaan Volume 02 Nomor 03September 2012.
Sadono, Dwi. 2008. Pemberdayaan Petani : Paradigma Baru PenyuluhanPertanian di Indonesia. Jurnal Penyuluhan Maret 2008, Vol. 4 No.1.
Saridewi, T.R dan Siregar, A.N. 2010.Hubungan antara Peran Penyuluh danAdopsi Teknologi oleh Petani Terhadap Peningkatan Produksi Padi diKabupaten Tasikmalaya.Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 5 No. 1.
Setyanto, P dan R. Kartikawati.2008. Sistem Pengelolaan Tanaman Padi RendahEmisi Gas Metan. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan, Vol 27 (3): 154-163.
Shawwal, S.M dan Asyraf Muhammad. 2012. Kontribusi Penyuluhan TerhadapPeningkatan Produksi dan Pendapatan Petani (Kasus Petani Padi) diKabupatenLuwuUtara:http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/43f06187dabb
751 10dd804a1b697e186.pdf.
Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia.Jakarta.
Sudarta, W. 2005. Pengetahuan dan Sikap Petani Terhadap Pengendalian HamaTanaman Terpadu (Online). http: //ejournal .unud. ac.id/ abstrak /(6)%20soca-sudarta-pks%20pht(2).pdf diakses 30 Desember 2009.
Syafruddin, dkk. 2006. Hubungan Sejumlah Karakteristik Petani Mete denganPengetahuan Mereka dalam Usahatani Mete di Kabupaten Bombana,Sulawesi Tenggara. Jurnal Penyuluhan Juni 2006, Vol. 2 No.2.
Suprapto, H.S. 1992. Bertanam Jagung. Cetakan IX. Penerbit Penebar Swadaya.Jakarta.
Subandi , Ibrahim, M. 1990. Penelitian dan Teknologi Peningkatan ProduksiJagung di Indonesia. Balitbangtan. Deptan. Jakarta.
Subandi dan Subachtirodin. 2005. Teknologi Budidaya jagung Berdaya SaingGlobal. Makalah Disampaikan pada Pertemuan Pengembangan KoordinasiAgribisnis jagung. 1-2 Agustus 2005 di Bogor.
Wijianto, Arip. 2008. Hubungan antara Peranan Penyuluh dengan PartisipasiAnggota dalam Kegiatan Kelompok Tani di Kecamatan BanyudonoKabupaten Boyolali. Agritexts No. 24.
Wiriatmadja. 1977. Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian. C.V. Yasaguna. Jakarta
Yetti, H dan Ardian.2010. Pengaruh Penggunaan Jarak Tanam TerhadapPertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.)Varietas IR 42dengan Metode SRI (System of Rice Intensification). SAGU, Maret
2010 Vol. 9 No.1: 21-27.
38
PERSONALIA
NO Nama/NIP JabatanFungsional/
BidangKeahlian
Uraian Tugas AlokasiWaktu(Jam/
Minggu)1 Dr. Umi
Pudji Astuti,MP
PenyuluhMadya/SosialEkonomiPertanian
- Penanggung jawab kegiatan- Membuat RODHP- Mengadakan rapat perencanaan
dengan tim- Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan- Melakukan koordinasi tim dan pihak
terkait- Menyusun laporan bulanan, triwulan,
tengah tahun dan laporan akhir.- Membuat KTI bidang Sosek dan
penyuluhan
15
2 Yesmawati,SP
PenelitiPertama/SosialEkonomiPertanian
- Menyusun rancangan demplot- Menyusun indikator pengukuran
demplot- Mengkoordinir penyuluh lapangan
dalam pengukuran komponen hasil- Tabulasi dan análisis data kelayakan
teknis, dan ekonomis- Membuat KTI bidang SOSEK
10
3 BunaiyahHonorita,SP
PenyuluhPertama/Penyuluhan
- Menyusun daftar pertanyaanperubahan PSK
- Bersama petugas lapangan mengukurperubahan PSK
- Melakukan tabulasi, dan análisis data- Membantu menyiapkan laporan- Membuat KTI perubahan prilaku
10
4 LindaHarta, S.Pt
PenyuluhPertama/Nutrisimakananternak
- Menyusun daftar pertanyaanperubahan PSK
- Bersama petugas lapangan mengukurperubahan PSK
- Melakukan tabulasi, dan análisis data- Membantu menyiapkan laporan- Membuat KTI perubahan prilaku
10
5 SanusiMusa
Administrasikeuangan
- Menyiapkan administrasi keuangan(RPD, Rencana pengajuan bahan danmemproses ke PUMK)
- Membantu kegiatan tim di lapangan
5
39
Lampiran 1. Dokumentasi demplot jagung di Kabupaten Bengkulu Selatan
Gambar 1. Peninjauan calon lokasidemplot
Gambar 2. Penyusunan Petunjuk TeknisBersama penyuluh yang ada diBP3K
Gambar 3. Pengolahan lahan Gambar 4. Pembersihan rumput
Gambar 5. Lahan siap ditanam Gambar 6. Pembuatan tugal
40
Gambar 7. Perendaman benih kacangtanah
Gambar 8. Penamanan kacang tanah
Gambar 9. Perendaman benih jagung Gambar 10. Pembuatan lubang tanam
Gambar 11. Penanaman jagung Gambar 12. Pencampuran pupuk
41
Gambar 13. Pemupukan tanaman jagung dan kacang tanah
Gambar 14. Penyiangan gulma
Gambar 15. Jagung siap panen Gambar 16. Panen
42
Gambar 17. Pemipilan jagung Gambar 18. Penjemuransecara modern
43
Lampiran 2. Dokumentasi demplot padi di Kota Bengkulu
Gambar 1. Olah tanah
Gambar 3. Lokasi persemaian
Gambar 2. Pengambilan sampel tanah
Gambar 4. Penanaman
Gambar 5. Pemupukan Gambar 6. Pengambilan dataUbinan
44
Gambar 7. Panen Gambar 8. Kegiatan Apresiasi Teknologi
Gambar 9. Pembukaan dan Kata Gambar 10. Penyampaian teknologiSambutan dari Kepala BP4K yang diterapkan
Gambar 11. Kunjungan lapangan Gambar 12. Pengisian kuesioner
45
Lampiran 3. Dokumentasi demplot jagung di Kota Bengkulu
Gambar1.Peninjauan calon lokasidemplot jagung
Gambar 2. Penanaman benih jagung
Gambar 3. Tanaman jagung umur 7hari
Gambar 4. Pemupukan tanamanjagung
Gambar 5. Panen jagung
46
Lampiran 4. Dokumentasi demplot kedelai di Kabupaten lebong
Gambar 1. Pembuatan bedeng tanam Gambar 2. Pemberian pupuk kandangdan kapur
Gambar 3. Pembuatan lubang tanamdengan ditugal
Gambar 4. Penanaman kedelai
Gambar 5. Tanaman kedelai umur 20HST
Gambar 6. Tanaman kedelai umur 40HST
46
Lampiran 4. Dokumentasi demplot kedelai di Kabupaten lebong
Gambar 1. Pembuatan bedeng tanam Gambar 2. Pemberian pupuk kandangdan kapur
Gambar 3. Pembuatan lubang tanamdengan ditugal
Gambar 4. Penanaman kedelai
Gambar 5. Tanaman kedelai umur 20HST
Gambar 6. Tanaman kedelai umur 40HST
46
Lampiran 4. Dokumentasi demplot kedelai di Kabupaten lebong
Gambar 1. Pembuatan bedeng tanam Gambar 2. Pemberian pupuk kandangdan kapur
Gambar 3. Pembuatan lubang tanamdengan ditugal
Gambar 4. Penanaman kedelai
Gambar 5. Tanaman kedelai umur 20HST
Gambar 6. Tanaman kedelai umur 40HST
47
Gambar 7. Pertanaman kedelai menjelangpanen
Gambar 8. Pertanaman kedelai siappanen
Gambar 9. Pemanenan kedelai Gambar 10. Pengeringan kedelai
Gambar 11. Perontokan biji kedelaidengan tresher
Gambar 12. Pembersihan kedelai darikulit dan kotoran
48
Gambar 13. Biji kedelai yang sudah dibersihkan
49
Lampiran 5. Dokumentasi demplot jeruk di Kabupaten Lebong
Gambar 1. Peninjauan lokasi demplotjeruk lahan BP3K GunungAlam
Gambar 2. Peninjauan lokasi demplotjeruk lahan BP3K TabeakBlau
Gambar 3. Penyerahan bibit jeruk Gambar 4. Penyiapan lubang tanamjeruk
Gambar. 5. Penyiapan lubang jeruk Gambar 6. Lubang tanam jeruk
50
Gambar 7. Penanaman jeruk Gambar 8. Penimbunan lubang jeruk
51
Lampiran 6. Susunan acara dan petugas kegiatanpertemuan apresiasi teknologiantar pelaku inovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontaktaniTahun 2015.
Waktu Uraian Acara Petugas
10.00 – 10.15 Pembukaan Yesmawati, SP
10.15 – 10.40 Sambutan – sambutan
1. Kepala Desa Sukarami Midian Efendi
2. BPTP Bengkulu Dr. Ir. Umi Pudji Astuti,
MP
3. Kepala BP4K BengkuluSelatan
10.40 – 11.10 Budidaya Jagung Linda Harta, S.Pt
11.10 – 11.40 Kiat – kiat mendapatkan angkakredit dari kegiatan demplot
Lampiran 7. Dokumentasi kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelakuinovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontak tani di DesaSukarami Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun2015.
Gambar 1. Regristrasi peserta apresiasi Gambar 2. Pembukaan acara
Gambar 3. Kata sambutan dari KepalaDesa Air Nipis
Gambar 4. Kata sambutan dari BP4K
Gambar 5.Penyampaian materibudidaya jagung
Gambar 6. Penyampaian materi kiat –kiat mendapatkan angka kredit danpemanduan dalam pengisian kuesioner
53
Gambar 7. Peninjauan kelokasi demplot Gambar 8. Diskusi yang dipandu olehKorluh BP3K Air Nipis
Gambar 7 dan 8. Pertanyaan yang disampaikan penyuluh dan petani
54
Lampiran 8. Petunjuk teknis teknologi budidaya padi
PETUNJUK TEKNIS DEMPLOT BUDIDAYA PADIDI KOTA BENGKULU
1. Judul RODHP : Peningkatan Kapasitas Penyuluhan dalam RangkaPercepatan Penyebaran Inovasi Pertanian di ProvinsiBengkulu
2. Jenis Kegiatan : Diseminasi
3. Lokasi Kegiatan : Kota Bengkulu
4. Tujuan : 1. Meningkatkan peran peneliti dan penyuluh dalammempercepat proses adopsi inovasi teknologi budidayapadi.
2. Mendiseminasikan teknologi budidaya padi kepadapetani dan penyuluh di wilayah BPP Singaran Patih.
3. Mengetahui minat dan respon petani dan penyuluhterhadap inovasi teknologi budidaya padi.
5. Tahapan Pelaksanaan :
5.1. Penentuan Lokasi Demplot
Lahan Kelompok Tani Gambung Jaya Kelurahan Panorama Kecamatan Singaran
Patih dipilih sebagai lokasi demplot budidaya padi untuk memberikan
percontohan langsung kepada petani dan penyuluh di Kecamatan Singaran Patih
dan sekaligus memberdayakan BPP sebagai pusat informasi pembangunan
pertanian di kecamatan dengan luas lahan demplot sebesar 0,5 ha.
Yang akan bertanggung jawab terhadap kegiatan demplot adalah Ketua
Kelompok Tani Gambung Jaya Kelurahan Panorama Kecamatan Singaran Patih,
Bapak Syahabudin dengan didampingi oleh Koordinator Penyuluh BP3K Singaran
Patih dan penyuluh pelaksana Desi Anita, SP.
5.3. Implementasi Demplot oleh Petani Kooperator atau Pelaksana Demplot yang
Ditunjuk dan Penyuluh Lapangan
Demplot budidaya padi dilaksanakan oleh petani kooperator yang telah
disepakati oleh penyuluh sebagai pendamping di lapangan.
55
5.4. Pengumpulan Data oleh Penyuluh Lapangan
Data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan demplot budidaya padi terdiri dari
data agronomi dan sosial ekonomi. Data agronomi meliputi tinggi tanaman,
jumlah rumpun, jumlah anakan, umur berbunga, produktivitas hasil ubinan, dan
komponen hasil (jumlah anakan produktiv, panjang malai, jumlah gabah per
malai, dan berat 1000 butir. Data sosial berupa pengetahuan dan persepsi
petani dan penyuluh terhadap inovasi teknologi budidaya padi yang diterapkan
serta data ekonomi meliputi analisis kelayakan perubahan teknologi (penerapan
sistem tanam jajar legowo 2:1 dan pemupukan).
5.5. Diskusi/Pertemuan di Lahan atau di BPP Singaran patih
Diskusi dan pertemuan dilaksanakan di lahan dan BPP Singaran patih sebanyak 3
kali, yaitu: 1) Awal pelaksanaan sekaligus penjelasan teknis budidaya padi; 2)
Pengamatan dan diskusi rencana pengumpulan dan pengolahan data; 3)
Pertemuan dalam rangka penulisan KTI hasil demplot.
6. Metode pelaksanaan
Pelaksanaan demplot budidaya padi dilaksanakan dengan 1 perlakuan yang
merupakan hasil kajian BPTP tahun sebelumnya, dilaksanakan secara partisipatif
dimulai bulan Mei-September 2015 di BP3K Singaran patih. Teknologi budidaya
padi yang akan dilaksanakan adalah:
Varietas unggul
Pengolahan Lahan
Persemaian
Penanaman
Pemupukan
Pengairan
Penyiangan
Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Panen dan pasca panen
56
7. Produktivitas hasil ubinan
Tinggi tanaman, jumlah rumpun, jumlah anakan, jumlah malai, dan umur
berbunga akan diamati secara periodik setiap 2 minggu sekali. Data sosial yang
diambil meliputi data profil wilayah pengkajian, pengetahuan dan sikap petani
dan penyuluh terhadap teknologi budidaya padi. Data ekonomi yang diambil
adalah usahatani padi (penggunaan input berupa benih, pupuk, pestisida, tenaga
kerja; serta produksi dan harga).
8. Petunjuk Teknis Budidaya Padi
a. Varietas unggul.
Varietas yang digunakan adalah Cigeulis, dengan deskripsi sebagai berikut:
Dilepas tahun : 2002Tetua : Persilangan Ciliwung/Cikapundung/IR64Rataan Hasil : 5 – 8 ton/ha gabah kering bersihUmur Tanaman : 115 – 125 hariBentuk Tanaman : TegakTinggi Tanaman : 100 – 110 cmAnakan Produktif : 14 – 16 malaiWarna Kaki : HijauWarna Batang : HijauWarna Daun Telinga : PutihWarna Lidah Daun : PutihWarna Daun : HijauMuka Daun : Agak KasarPosisi Daun : TegakDaun Bendera : TegakBentuk Gabah : Ramping PanjangWarna Gabah : Kuning BersihKerontokan : SedangKerebahan : SedangTekstur Nasi : PulenBobot 1000 butir : 28 – 29 gramKadar AmilosaKetahanan Terhadap Hama
Ketahanan TerhadapPenyakitAnjuran
::
:
:
23%Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2dan 3Tahan terhadap bakteri hawar daun strainIVDapat ditanam pada musim penghujandan kemarau dan cocok ditanam padalokasi 600 m dpl
57
b. Pengolahan Lahan
Tanah diolah hingga berlumpur dan rata.
Pengolahan tanah dilakukan dengan traktor, menggunakan bajak singkal
dengan kedalaman olah >20 cm. Tunggul jerami, gulma, dan bahan organik
yang telah dikomposkan dibenamkan ke dalam tanah bersamaan dengan
pengolahan tanah pertama.
Pembajakan dilakukan dua kali, selanjutnya penggaruan untuk perataan lahan
dan pelumpuran.
c. Persemaian
Buat bedengan dengan tinggi 5-10 cm, lebar 110 cm serta panjang sesuaikan
dengan kebutuhan. Luas persemaian adalah 5 % dari luas areal pertanaman
atau sekitar 500 m untuk tiap hektar pertanaman.
Pupuk kompos secukupnya dan pupuk kimia yang digunakan untuk
persemaian adalah Urea, SP -36 dan KCL masing masing dengan takaran 15
g/m. Persemaian diberikan karbufuran untuk menghindari hama burung,
orong-orong dan semut.
Sebelum disebar benih direndam terlebih dahulu selama 24 jam, kemudian
diperam selama 24 jam.
Benih yang mulai berkecambah ditabur di persemaian dengan kerapatan 25-
50 g/m atau 0,5 – 1 kg per 20 m. Kebutuhan benih 25 kg/ha.
Penanaman
Dilakukan pada saat bibit muda (15 – 21 HSS).
1-3 bibit perlubang.
58
Sistem tanam legowo Legowo 2:1 (Jarak tanam 20 x 10 x 40 cm = pop. tan
33 rumpun/m2).
Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam, dengan bibit dari varietas dan
umur yang sama.
d. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 3 x selama 1 musim tanam yaitu: pemupukan I =7-14
HST, II = 21 – 25 HST dan III = 35 – 40HST dengan dosis pupuk spesifik
lokasi.
Acuan rekomendasi pemupukan N, P dan K didasarkan pada inovasi Kalender
Tanam (KATAM) Terpadu .
Rekomendasi dosis pemupukan untuk demplot seluas 0,5 ha adalah sebagai
Keterangan : HST : hari setelah tanam OPT : organisme pengganggu
tanaman
b. Komponen hasil
Indikator Hasil Pengamatan Keterangan
Tinggi tongkol (cm) Setelah panenPanjang tongkol (cm) Setelah panenLingkar tongkol (cm) Setelah panenJumlah biji/tongkol (biji) Setelah panenBerat biji/tongkol (gram) Setelah keringJumlah produksi (kg/ha) Setelah kering
74
Komponen pertumbuhan vegetatif yang diamati adalah tinggi tanaman.
Tinggi tanaman diukur tegak lurus tanah hingga bagian tertinggi tanaman
jagung. Komponen hasil jagung yang diamati meliputi tinggi tongkol,
panjang tongkol, lingkar tongkol, jumlah biji/ tongkol dan hasil produksi
tanaman jagung. Tinggi tongkol diukur dengan cara mengukur tegak lurus
dari tanah hingga pangkal tongkol tumbuh. Panjang tongkol diukur dengan
mengukur panjang tongkol jagung dari pangkal tongkol hingga ujung
tongkol jagung. Lingkar tongkol diukur dengan cara mengukur diameter
tongkol yang telah dipipil pada 3 titik dan nilainya dirata- ratakan sebagai
diameter tongkol. Jumlah biji/ tongkol diukur dengan cara memipil biji
jagung dari tongkolnya dan diukur jumlah biji jagung. Hasil produksi
tanaman jagung diukur dengan cara mengambil sampel produksi tanaman
melalui ubinan.
2. Kacang Tanah
a. Pertumbuhan vegetatif
Indikator Hari pengamatan14 HST 28 HST 42 HST 56 HST
Tinggi tanamanJumlah cabangUmur 50% tanaman berbungaSerangan OPT
b. Komponen hasil
Indikator Hasil Pengamatan Keterangan
Jumlah polong/tanaman Setelah panenJumlah biji/polong Setelah panenJumlah biji/tanaman Setelah panenBerat biji/tongkol (gram) Setelah keringJumlah produksi (kg/ha) Setelah kering
Komponen pertumbuhan vegetatif yang diamati adalah tinggi tanaman dan
jumlah cabang. Tinggi tanaman diukur tegak lurus tanah hingga titik
tumbuh tanaman tertinggi. Titik tumbuh tanaman terletak pada bagian
pucuk tanaman.Komponen hasil kacang tanah yang diamati meliputi jumlah
polong/ tanaman, jumlah biji/ polong, jumlah biji/ tanaman dan hasil
produksi tanaman. Jumlah biji/ polong diukur dengan cara mengupas biji
75
kacang tanah pada setiap polong tanaman sampel dan mencatat hasilnya.
Jumlah biji tanaman dihitung dengan cara mengupas biji kacang tanah pada
tanaman sampel. Hasil produksi tanaman diukur dengan cara mengambil
sampel produksi tanaman melalui ubinan.
5.7.2. Perkembangan OPT
Perkembangan yang akan diamati meliputi hama dan penyakit pada
tanaman jagung dan kacang tanah. Pengamatan dilakukan secara periodik.
Lampiran 1. Deskripsi Jagung Varietas Sukmaraga
Dilepas tahun : 14 Februari 2013Umur 50% keluar rambut : ± 58 hariMasak fisiologis : ± 105 – 110 hariBatang : TegapWarna batang : HijauTinggi tanaman : ± 195 cm (180 – 220 cm)Daun : Panjang dan lebarKeragaman tanaman : Agak seragamWarna rambut : Coklat keunguanBentuk tongkol : Panjang dan silindrisTinggi tongkol : ± 195 cm (90 – 100 cm)Kelobot : Tertutup baik (85%)Tipe biji : Semi mutiara (semi flint)Warna biji : Kuning tuaBaris biji : Lurus dan rapatJumlah baris/tongkol : 12 – 16 barisBobot 1000 biji : ± 270 gRata-rata hasil : 6,0 t/ha pipilan keringPotensi hasil : 8,5 t/ha pipilan keringKetahanan penyakit : Cukup tahan terhadap penyakit bulai (P.
maydis), penyakit bercak daun (H. maydis),dan penyakit karat daun (Puccinia sp.)
Daerah sebaran : Dataran rendah sampai 800 m dpl, adaptiftanah masam
76
Lampiran 2. Deskripsi Kacang Tanah
A. Diskripsi Kacang Tanah Varietas Tuban
Dilepas tahun : 7 Agustus 2003SK Mentan : 398/Kpts/SR.120/8/2003Nomor induk : MLG 7547Kode galur : GH 7547Asal : Seleksi galur dan massa dari populasi varietas
lokal Tuban asal SemandingHasil rata-rata : 2,0 t/ha polong keringPotensi hasil : 3,2 t/ha polong keringTipe pertumbuhan : TegakPercabangan : TegakWarna batang : UnguWarna daun : HijauWarna bunga : Pusat bendera : kuning mudaMatahari : ungu kemerahanWarna ginofor : Rose (merah muda)Bentuk polong : BerpinggangJaring kulit polong : Tidak nyataBentuk biji : BulatTinggi tanaman : 45–60 cmJumlah polong/tanaman : 15–20 buahJumlah biji/polong : 2 / 1 / 3Umur berbunga : 28–31 hariUmur panen : 90–95 hariBobot 100 biji : 35–38 gBobot 100 polong : 80–85 gKadar protein : 21,4%Kadar lemak : 42,5%Ketahanan thd penyakit : Tahan layu, toleran karat dan bercak daun dan
agak tahan A. flavusToleransi abiotik : Toleran kekeringan, toleran kahat Fe dan adaptif
di Alfisol alkalisPemulia : Astanto Kasno, Joko Purnomo, Novita
Nugrahaeni, Trustinah, Mujiono, dan A. MunipEkofisiologis : Abdullah TaufikFitopatologis : Nasir Saleh, Sumartini
- Penyiangan danpembubunan :1. Pertama2. Kedua3. Ketiga
10-15 HST20-25 HST45-50 HST
5 PengamatanA. Jagung1. Tinggi tanaman2. Panjang tongkol3. Lingkar tongkol4. Tinggi tongkol5. Jumlah biji/tongkol6. Hasil produksi tanaman7. Umur panenB. Kacang Tanah1. Tinggi tanaman2. Mulai berbunga3. Jumlah polong/tanamn4. Jumlah biji/polong5. Jumlah biji/tanaman6. Hasil produksi tanaman7. Umur panen
79
Lampiran 5. Kegiatan Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah
No Uraian Tanggal Keterangan
1. Tanam Kacang tanah (n)
2. Penyulaman Kacang tanah (n) s.d. (n + 3)
3. Penanaman Jagung (n+ 10)
4. Pemupukan Kacang tanahPenyiangan gulma
(n+ 10) s.d (n+ 15)
5. Penyulaman Jagung (n+10) s.d (n+13)
6. Pemupukan susulan JagungPenyiangan gulma
(n+20) s.d (n+25)
7. Pemupukan susulan JagungPenyiangan gulma
(n+45) s.d (n+50)
8. Panen Kacang Tanah (n+85) s.d (n+110)
9. Panen Jagung (n+120) s.d (n+125)
80
Lampiran 6. Rancangan Demplot Denah Penanaman Tumpangsari Jagung danKacang Tanah
Keterangan :Jagung (40cm X 40cm) Kacang tanah (40cm X 15cm)
Lampiran 7. Komposisi Pupuk berdasarkan hasil uji tanah dengan menggunakanPUTK
1. Kacang TanahHara yang ditambahkan Waktu aplikasi (HST)***
10 – 15Urea 280 kg/haSP-36 140 kg/haKCl 60 kg/ha
Catatan :***) Nilai persentase dari takaran pupuk yang harus diaplikasikan sesuai umurtanaman.Jika menggunakan pupuk majemuk, takaran unsur N, P dan K disetarakandengan pupuk tunggal.
Catatan :*) Takaran pupuk dapat diubah disesuaikan dengan ketersediaan hara dalam tanah darihasil analisis tanah atau rekomendasi setempat.**) Nilai persentase dari takaran pupuk yang harus diaplikasikan sesuai umurtanaman.Jika menggunakan pupuk majemuk, takaran unsur N, P dan K disetarakandengan pupuk tunggal.***) Dosis pupuk berdasarkan hasil uji tanah dengan menggunakan PUTK
3. Pupuk kompos sebanyak 2 ton/ha4. Kapur pertanian sebanyak 500 kg/ha
81
Lampiran 8. Jenis Insektisida dan Fungisida yang Digunakan
2.5. Tabel Pengamatan Demplot Teknologi Budidaya Kedelai
No. Uraian
Minggu ke-
2 4 6 8 10 12 14
Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal
1. Tinggi tanaman
2. Jumlah cabang
3. Umur berbunga
4.Jumlahpolong/rumpun
5.Jumlahbiji/polong
6. Berat 100 biji
7.Produksi hasilubinan
9. % biji rusak
91
Lampiran 11. Petunjuk teknis teknologi budidaya jagung
PETUNJUK TEKNIS DEMPLOT BUDIDAYA JAGUNGDI KOTA BENGKULU
1. Judul RODHP : Peningkatan Kapasitas Penyuluhan dalam RangkaPercepatan Penyebaran Inovasi Pertanian di ProvinsiBengkulu
2. Jenis Kegiatan : Kota Bengkulu3. Tujuan : 1. Meningkatkan peran peneliti dan penyuluh dalam
mempercepat proses adopsi inovasi teknologibudidaya jagung.
2. Mendiseminasikan teknologi budidayajagungkepada KTNA dan penyuluh di wilayahBP3K Muara Bangkahulu.
3. Mengetahui minat dan respon KTNA danpenyuluh terhadap inovasi teknologi budidayajagung.
4. Tahapan Pelaksanaan :
1. Penentuan Lokasi Demplot
Lahan BP3K Muara Bangkahulu dipilih sebagai lokasi demplot budidaya
jagung untuk memberikan percontohan langsung kepada KTNA dan
penyuluh di Kecamatan Muara Bangkahulu dan sekaligus
memberdayakan BP3K sebagai pusat informasi pembangunan pertanian
di kecamatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan
pertimbangan:
BP3K memiliki lahan yang cukup untuk pelaksanaan demplot.
Lahan sudah sering digarap untuk ditanami tanaman jagung hibrida
dan sayuran.
Rekomendasi dari BKP3 Kota Bengkulu.
Penyuluh sangat kooperatif.
2. Penentuan Petani Kooperator/Penyuluh Pelaksana
Yang akan bertanggung jawab terhadap kegiatan demplot adalah
Koordinator Penyuluh BP3K Muara Bangkahulu. Koordinator penyuluh
akan menunjuk penyuluh sebagai pendamping lapangan untuk petani.
a. Implementasi Demplot oleh Petani Kooperator atau Pelaksana Demplot
yang Ditunjuk dan Penyuluh Lapangan
92
Demplot budidaya jagung dilaksanakan oleh petani kooperator yang
telah disepakati dengan penyuluh sebagai pendamping di lapangan.
b. Pengumpulan Data oleh Penyuluh Lapangan
Data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan demplot budidaya jagung
terdiri dari data agronomi dan sosial ekonomi. Data agronomi meliputi
tinggi tanaman (cm), jumlah anakan, jumlah rumpun, umur berbunga,
produksi hasil ubinan, dan komponen hasil (jumlah anakan
produktif,panjang malai, jumlah gabah per malai, dan berat 1000 butir).
Data sosial berupa pengetahuan, persepsi, dan respon petani dan
penyuluh terhadap inovasi teknologi budidaya jagung.Sedangkan data
ekonomi meiputi analisis kelayakan perubahan teknologi (penggunaan
benih, jarak tanam, dan pemupukan).
c. Diskusi/Pertemuan di Lahan atau di BP3K Muara Bangkahulu
Diskusi dan pertemuan direncanakan akan dilaksanakan di lahan atau
BP3K Muara Bangkahulu sebanyak 3 kali, yaitu: 1) Awal pelaksanaan
sekaligus penjelasan teknis budidaya jagung; 2) Pengamatan dan diskusi
rencana pengumpulan dan pengolahan data; dan 3) Pertemuan dalam
rangka penulisan KTI hasil demplot.
3. Metode pelaksanaan:
Pelaksanaan demplot budidaya jagung dilaksanakan dengan 1 perlakuan
yang merupakan hasil kajian BPTP tahun sebelumnya, dilaksanakan secara
partisipatif dimulai bulan April s/d September 2015 di BP3K Muara
Bangkahulu.Teknologi budidaya jagung yang akan dilaksanakan adalah:
Varietas unggul
Benih bermutu dan berlabel
Penyiapan lahan
Penanaman
Pemupukan
Pembuatan saluran drainase
Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Pengendalian gulma
Panen dan pasca panen
93
4. Data yang Diambil
Data yang diambil dalam pelaksanaan demplot teknologi budidaya
jagung mulai dari awal sampai dengan akhir pelaksanaan meliputi data
agronomi dan data sosial ekonomi. Data agronomi yang diambil terdiri dari:
1. Tinggi tanaman
2. Panjang tongkol
3. Tinggi tongkol
4. Lingkar tongkol
5. Jumlah biji per tongkol
6. Berat biji per tongkol
7. Produksi per hektar
Tinggi tanaman akan diamati secara periodik setiap 2 minggu sekali dan
komponen hasil (panjang tongkol, tinggi tongkol, lingkar tongkol, jumlah biji per
tongkol, berat biji per tongkol, dan produksi per hektar) diamati setelah panen.
Data sosial yang diambil meliputi data profil wilayah pengkajian,
pengetahuan dan sikap penyuluh terhadap teknologi budidaya jagung. Data
ekonomi yang diambil adalah usahatani jagung (penggunaan input berupa benih,
pupuk, pestisida, tenaga kerja; produksi dan harga).
5. Petunjuk Teknis Budidaya Jagung
a. Varietas unggul.
Varietas yang digunakan adalah Sukmaraga, dengan deskripsi sebagai
berikut:
Dilepas tahun : 14 Februari 2013
Umur 50% keluar rambut : ± 58 hariMasak fisiologis : ± 105 – 110 hariBatang : TegapWarna batang : HijauTinggi tanaman : ± 195 cm (180 – 220 cm)Daun : Panjang dan lebarKeragaman tanaman : Agak seragamWarna rambut : Coklat keunguanBentuk tongkol : Panjang dan silindrisTinggi tongkol : ± 195 cm (90 – 100 cm)Kelobot : Tertutup baik (85%)Tipe biji : Semi mutiara (semi flint)Warna biji : Kuning tuaBaris biji : Lurus dan rapatJumlah baris/tongkol : 12 – 16 baris
94
Bobot 1000 biji : ± 270 gRata-rata hasil : 6,0 t/ha pipilan keringPotensi hasil : 8,5 t/ha pipilan keringKetahanan penyakit : Cukup tahan terhadap penyakit
bulai (P. maydis), penyakit bercakdaun (H. maydis), dan penyakitkarat daun (Puccinia sp.)
Daerah sebaran : Dataran rendah sampai 800 m dpl,adaptif tanah masam
4. Benih Bermutu dan Berlabel
Benih memiliki tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>95%).
Benih dicampur dengan fungisida berbahan aktif metalaksil dengan
takaran 2 g per kg benih. Fungisida metalaksil dibasahi terlebih dahulu
dengan air sebanyak 10 ml untuk setiap 2 g metalaksil.
Benih yang digunakan sebanyak 15 – 20 kg per hektar.
5. Penyiapan Lahan
Lahan dibersihkan dari gulma
setelah hujan mulai turun atau
sebelum hujan turun.
Tanah diolah dengan bajak/traktor
dan digaru hingga rata. Tanah
juga dapat diolah dengan
dicangkul.
6. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara
konvensional dengan cara ditugal
dari kayu untuk membuat lubang
tanam benih.
Jarak tanam 75 cm x 40 cm, dua
benih per lubang tanam.
Benih yang telah dimasukkan ke
lubang tanam, ditutup dengan
pupuk kandang.
95
7. Pemupukan
Rekomendasi dosis pupuk yang digunakan menggunakan inovasi Kalender
Tanam (KATAM) Terpadu. Pupuk tanaman yang digunakan adalah pupuk
urea, SP-36, dan KCl dengan dosis sebagai berikut:
Waktu Pemupukan Dosis Pupuk (kg/ha)
Urea SP-36 KCl
Umur 7 – 10 HST 162 50 55
Umur 28 – 30 HST 163 50
Cara pemberian pupuk:
Pupuk dicampur merata dan diaplikasikan dengan cara ditugal sedalam 5 –
10 cm dengan jarak 5 – 10 cm di samping tanaman.
Lubang pupuk ditutup kembali dengan tanah.
8. Pengendalian hama dan penyakit
Hama
Hama yang seringkali merusak tanaman jagung adalah lalat bibit,
penggerek batang, dan penggerek tongkol.
96
Lalat bibit umumnya menyerang tanaman pada awal pertumbuhan.
Pengendalian harus dilakukan sejak saat tanam dengan insektisida
karbofuran.
Untuk penggerek batang, pengendalian disarankan dengan
menggunakan insektisida karbofuran dengan takaran 3 – 4 butir per
tanaman, jika gejala serangan telah mulai terlihat. Diaplikasikan melalui
pucuk tanaman yang terserang.
Penyakit
Penyakit utama tanaman jagung adalah bulai yang disebabkan oleh
jamur Peronosderospora sp.
Penyakit bulai dapat dikendalikan dengan perlakuan benih (seed
treatment) yaitu mencampur benih dengan fungisida metalaksil secara
merata dengan takaran 2 g metalaksil untuk setiap kg benih.
Penyakit lainnya adalah bercak daun yang disebabkan oleh jamur
Helminthosporium sp. Penyakit ini merusak daun yang sudah tua.
Pengendalian dilakukan dengan membuang daun yang telah mengering.
9. Penyiangan Gulma
Dapat dilakukan dengan bajak atau sekaligus dengan pembuatan saluran
drainase pada saat tanaman berumur 14 – 20 HST.
96
Lalat bibit umumnya menyerang tanaman pada awal pertumbuhan.
Pengendalian harus dilakukan sejak saat tanam dengan insektisida
karbofuran.
Untuk penggerek batang, pengendalian disarankan dengan
menggunakan insektisida karbofuran dengan takaran 3 – 4 butir per
tanaman, jika gejala serangan telah mulai terlihat. Diaplikasikan melalui
pucuk tanaman yang terserang.
Penyakit
Penyakit utama tanaman jagung adalah bulai yang disebabkan oleh
jamur Peronosderospora sp.
Penyakit bulai dapat dikendalikan dengan perlakuan benih (seed
treatment) yaitu mencampur benih dengan fungisida metalaksil secara
merata dengan takaran 2 g metalaksil untuk setiap kg benih.
Penyakit lainnya adalah bercak daun yang disebabkan oleh jamur
Helminthosporium sp. Penyakit ini merusak daun yang sudah tua.
Pengendalian dilakukan dengan membuang daun yang telah mengering.
9. Penyiangan Gulma
Dapat dilakukan dengan bajak atau sekaligus dengan pembuatan saluran
drainase pada saat tanaman berumur 14 – 20 HST.
96
Lalat bibit umumnya menyerang tanaman pada awal pertumbuhan.
Pengendalian harus dilakukan sejak saat tanam dengan insektisida
karbofuran.
Untuk penggerek batang, pengendalian disarankan dengan
menggunakan insektisida karbofuran dengan takaran 3 – 4 butir per
tanaman, jika gejala serangan telah mulai terlihat. Diaplikasikan melalui
pucuk tanaman yang terserang.
Penyakit
Penyakit utama tanaman jagung adalah bulai yang disebabkan oleh
jamur Peronosderospora sp.
Penyakit bulai dapat dikendalikan dengan perlakuan benih (seed
treatment) yaitu mencampur benih dengan fungisida metalaksil secara
merata dengan takaran 2 g metalaksil untuk setiap kg benih.
Penyakit lainnya adalah bercak daun yang disebabkan oleh jamur
Helminthosporium sp. Penyakit ini merusak daun yang sudah tua.
Pengendalian dilakukan dengan membuang daun yang telah mengering.
9. Penyiangan Gulma
Dapat dilakukan dengan bajak atau sekaligus dengan pembuatan saluran
drainase pada saat tanaman berumur 14 – 20 HST.
97
Penyiangan kedua, bergantung pada kondisi gulma. Dapat dilakukan
dengan cara manual atau menggunakan herbisida kontak paraquat
dengan takaran 1,0 – 1,5 liter per hektar.
Jika menggunakan herbisida, nozzle penyemprotan sebaiknya diberi
pelindung agar tidak mengenai daun dan posisi nozzle ± 20 cm di atas
permukaan tanah.
10. Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan pada saat cuaca cerah, kadar air biji ± 30%, kelobot
mulai mengering atau berwarna coklat, biji telah mengeras dan telah
membentuk lapisan hitam (black layer) minimal 50% di setiap barisan
biji.
Tongkol yang sudah dipanen segera dijemur. Jika kadar air biji selama
pengeringan telah mencapai ± 20%, jagung dipipil.
Jagung yang telah dipipil dijemur kembali hingga kadar air 14% dan siap
dipasarkan.
98
2.3. Rencana Pelaksanaan
No Uraian KegiatanBULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Koordinasi antar instansi(Dinas Pertanian, BKP3,BPP dan BPTP)
Pertanian, BKP3, BPP dan BPTP)2 Pemesanan Benih3. Persiapan lahan/Pengolahan lahan4. Penanaman5. Pemupukan ke I (7 – 10 HST)6. Pemupukan ke II (28 – 30 HST)7. Pembuatan saluran drainase8. Penyingan ke I9. Penyingan ke II10. Pengendalian hama dan penyakit