Top Banner
LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI PERTANIAN DI PROVINSI BENGKULU (7 Teknologi : padi, sawit-sapi, jeruk gerga, pengendalian PBK, jagung, kedelai) UMI PUDJI ASTUTI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2015 No. Kode:26/1801.018/011/B/RODHP/2015
111

PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

Jul 10, 2019

Download

Documents

trinhphuc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

LAPORAN AKHIR

PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHANDALAM PERCEPATAN PENYEBARAN

INOVASI PERTANIANDI PROVINSI BENGKULU

(7 Teknologi : padi, sawit-sapi, jeruk gerga,pengendalian PBK, jagung, kedelai)

UMI PUDJI ASTUTI

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULUBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

2015

No. Kode:26/1801.018/011/B/RODHP/2015

Page 2: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

LAPORAN AKHIR

PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHANDALAM PERCEPATAN PENYEBARAN

INOVASI PERTANIANDI PROVINSI BENGKULU

(7 Teknologi : padi, sawit-sapi, jeruk gerga,pengendalian PBK, jagung, kedelai)

Umi Pudji AstutiYesmawati

Bunaiyah HonoritaLinda HartaSanusi Musa

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULUBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

2015

No. Kode:26/1801.018/011/B/RODHP/2015

Page 3: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-

Nya, sehingga Laporan Akhir Tahun kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluh,

Peneliti dalam Percepatan Penyebaran Inovasi Pertanian di Provinsi Bengkulu

dapat tersusun. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban

terhadap hasil pelaksanaan kegiatan tahun 2015.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelenggaraan kegiatan

dan penyusunan laporan masih banyak ditemui berbagai kendala dan

kekurangan. Kritik dan saran yang sifatnya membangun akan kami jadikan

sumber perbaikan, mudah-mudahan dapat member manfaat bagi kita semua.

Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu pelaksanaan

kegiatan ini, diucapkan terimakasih. Semoga hasil kegiatan ini dapat memberikan

manfaat bagi percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian di Propinsi Bengkulu.

Bengkulu, Desember 2015PenanggungJawab

Dr. Ir. Umi Pudji Astuti, MPNIP. 19610531 199003 2 001

Page 4: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

iii

LEMBAR PENGESAHAN

1. JudulRDHP : Peningkatan Kapasitas Penyuluhan DalamRangka Percepatan Penyebaran InovasiPertanian di Provinsi Bengkulu

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi PertanianBengkulu

3. Alamat Unit Kerja : Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu4. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu TA. 20155. Status Penelitian (L/B) Lama6. Penanggung Jawab :

a. Nama : Dr. Ir. Umi Pudji Astuti, MPDDb. Pangkat / Golongan : Pembina TK I/ IV.bc. Jabatan : Penyuluh Pertanian Madya

7. Lokasi : Provinsi Bengkulu8. Agroekosistem : -9. Tahun Mulai : 201410. Tahun Selesai : 201511. Output Tahunan : 1. Meningkatnya peran peneliti dan

penyuluh dalam mempercepat prosesperluasan adopsi inovasi pertanianmelalui kegiatan demplot dandemcara di BP3K/BPP.

2. Terdiseminasikannya 7 teknologi hasilkajian BPTP kepada petani, KTNA danpenyuluh di wilayah BP3K/BPP.

12. Output Akhir : Meningkatnya kapasitas komunikasi/penyuluhan Dalam Rangka PercepatanInovasi Pertanian di Provinsi Bengkulu

13. Biaya : Rp. 120.820.000,00 (Seratus dua puluhjuta delapan ratus dua puluh ribu rupiah)

Koordinator Program,

Dr. Wahyu Wibawa, MPNIP.19690427 199803 1 001

Penanggungjawab Kegiatan

Dr. Ir. Umi Pudji Astuti, MPNIP.19610531 199003 2 001

Mengetahui,Kepala BBP2TP,

Dr. Ir.Abdul Basit, MSNIP .19610929 198603 1 003

Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MPNIP. 19590206 198603 1 002

Page 5: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

iv

DAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTAR.................................................................................... iiLEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iiiDAFTAR ISI.............................................................................................. vDAFTAR TABEL......................................................................................... viDAFTAR LAMPIRAN................................................................................... viiRINGKASAN ............................................................................................. viiiSUMMARY................................................................................................ x

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 11.1. Latar Belakang............................................................................. 11.2. Tujuan ........................................................................................ 21.3. Keluaran yang diharapkan ............................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 32.1.KerangkaTeoritis .......................................................................... 32.2.Hasil Pengkajian Terdahulu ........................................................... 3

III. PROSEDUR ....................................................................................... 103.1. Metode Pelaksanaan..................................................................... 103.2. Waktu dan lokasi ......................................................................... 103.3. Pelaksanaan kegiatan................................................................... 10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 13

V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 31KINERJA HASIL PENGKAJIAN..................................................................... 32JADUAL KERJA………………………………………………………………… ...................... 33PEMBIAYAAN ……………………………………………………………………..................... 34DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 36PERSONALIA………………………………………………… ………………… ..................... 38

Page 6: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

v

DAFTAR TABEL

Halaman1. Penerbitan dan Penyebaran bahan informasi inovasi hasil

pengkajian ke BP4K dan BP3K Tahun 2015........................................... 14

2. Rekapitulasi kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelakuinovasi :petani, penyuluh lapang dan kontak tani tahun 2015................. 15

3. Evaluasi penerapan metoda penyuluhan dalam rangka peningkatankapasitas penyuluh dan petani di Provinsi Bengkulu Tahun 2015 ............ 16

4. Rekapitulasi Demplot Kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluh diProvinsi Bengkulu tahun 2015 ............................................................. 19

5. Kompenen Hasil Budidaya Padi di Lahan Sawah Kecamatan SingaranPatih Kota Bengkulu, Mei-September 2015 ........................................... 21

6. Kelayakan Usahatani PTT Padi Sawah di Kelurahan Panorama,Kecamatan Singaran Patih, Kota Bengkulu Tahun 2015 ......................... 22

7. Kompenen Hasil Budidaya Kedelai di Lahan Sub Optimal di BP3KTabeak Blau Kabupaten Lebong, April-Juli 2015. ................................... 24

8. Pengetahuan penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai diBP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong tahun 2015................................. 25

9. Sikap Kognitif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelaidi BP3K Tabeak Blau Kabupaten LebongTahun 2015 ............................. 25

10. Sikap afektif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai diBP3K Tabeak Blau Kabupaten LebongTahun 2015 …………………….. ........ 26

11. Komponen Hasi Tanaman Jagung di Lahan Sub Optimal KecamatanMuara Bangka Hulu Kota Bengkulu Tahun 2015 ………………................... 27

12. Peningkatan pengetahuan petani dan penyuluh sebelum dan setelahmengikuti Demonstrasi Cara pembuatan kompos dan Fermentasipelepah daun kelapa sawit sebagai pakan ternak sapi di DesaJayakarta Kecamatan Talang IV Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun2015 ................................................................................................. 28

13. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Ternak yang beri pakanFermentasi Pelepah Daun Kelapa Sawit ................................................ 30

Page 7: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman1. Dokumentasi kegiatan demplot jagung di Kabupaten Bengkulu

Selatan ............................................................................................. 39

2. Dokumentasi kegiatan demplot padi di Kota Bengkulu ........................... 43

3. Dokumentasi kegiatan demplot jagung di Kota Bengkulu ....................... 45

4. Dokumentasi kegiatan demplot kedelai di Kabupaten Lebong................. 46

5. Dokumentasi kegiatan demplot Jeruk di Kabupaten Lebong ................... 49

6. Susunan Acara Kegiatan Pertemuan Apresiasi Teknologi antarPelaku Inovasi yaitu Petani, Penyuluh Lapang dan Kontak TaniTahun 2015 ....................................................................................... 51

7. Dokumentasi kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelakuInovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontak tani di DesaSukarami Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu SelatanTahun 2015 ....................................................................................... 52

8. Petunjuk teknis teknologi budidaya padi ............................................... 54

9. Petunjuk teknis teknologi budidaya jagung secara tumpangsari.............. 64

10. Petunjuk teknis teknologi kedelai ......................................................... 82

11. Petunjuk teknis teknologi budidaya jagung secara monokultur ............... 91

Page 8: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

vii

RINGKASAN

1 Judul : Peningkatan Kapasitas penyuluh, penelitidalam percepatan Penyebaran InovasiPertanian di Bengkulu (7 teknologi)

2 Unit kerja : BPTP Bengkulu3 Tujuan : 1.Meningkatkan peran penelitidan penyuluh

dalam mempercepat proses perluasan adopsiinovasi pertanian melalui kegiatan demplot diBP3K/BPP.

2.Mendiseminasikan 7 teknologi hasil kajianBPTP kepada petani, KTNA dan penyuluh diwilayah BP3K/BPP.

4 Keluaran : 1.Meningkatnya peran penelitidan penyuluhdalam percepatan proses perluasan adopsiinovasi pertanian melalui kegiatan 7 unitdemplot dan demcara di wilayah kerja BP3K .

2.Terdiseminasikannya 7 teknologi hasil kajianBPTP kepada petani, KTNA dan penyuluh di 6wilayah BP3K/BPP.

5 ProsedurPelaksanaan : 1. Kegiatan Peningkatan KapasitasPenyuluhan/Komunikasi Dalam RangkaPercepatan Inovasi Pertanian Di ProvinsiBengkulu dilaksanakan pada bulan Januari– Desember 2015.

2. Pendekatan kegiatan desiminasi meliputi :Pertemuan langsung, On farm trial melaluidemplot dan demcara di lapangan(BP3K/BPP),Partisipatif, dan spesifik lokasi.

3. Lingkup kegiatan desiminasi :a. Pertemuan intern dan stekeholdersb. Penyusunan bahan inovasi hasil

pengkajian berupa petunjuk teknisteknologi budidaya padi, budidayajagung, budidaya kedelai, dan budidayatumpang sari jagung-kacang tanahbertujuan untuk meningkatkan peranpeneliti, dan penyuluh (BPTP danlapangan).

c. Menyusun bahan informasi berupaleaflet tentang teknologi pengendalianPenggerek buah Kakao, fermentasipelepah dan daun kelapa sawit untukpakan ternak, serta teknologipembuatan kompos kotoran sapi dengantujuan untuk mempercepatpenyampaian inovasi kepada pengguna

d. Kegiatan pertemuan Apresiasi Teknologiantar pelaku inovasi yaitu Peneliti,penyuluh lapangan dan Kontak Tani.

Page 9: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

viii

Tujuan dari kegiatan tersebut adalahuntuk (i) Mengkomunikasikan hasil-hasilpenelitian, pengkajian, ide dan gagasandalam rangka meningkatkan kinerjausahatani, (ii) Mendapatkan umpan balikdari implemantasi inovasi pertanian dilapang.

e. Melaksanakan Demonstrasi Plot diwilayah kerja BP3K.

f. Narasumber di BPP (menyiapkan LPM,sinopsis, dan makalah), tentangteknologi padi, integrasi sawit-sapi, jerukgerga, jagung, kedelai, pengendalianPenggerek buah Kakao), maupun caramenyusun KTI penyuluh.

g. Data dananalisis data,h. Menyusun KTI berupa informasi

teknologi yang didokumentasikan diperpustakaan BPTP dan BP3K sebanyak3 judul

4. Metode desiminasi : demplot/on farm trial,demcara, pertemuan melalui apresiasiteknologi, pertemuan sebagai nara sumber,dan penyampaian leaflet dan brosur.

6 Capaian : 1. Diketahuinya 7 teknologi hasil kajian BPTPoleh petani, KTNA dan penyuluh di 6wilayah BP3K/BPP di 4 Kabupaten danKota.

2. Tersampaikannya cara penulisan KTI bagipenyuluh di lapangan di 15 BP3K di 4Kabupaten dan Kota

3. Tersusunnya KTI sebanyak 4 judul makalahdan 3 KTI berupa buku yangdidokumentasikan di perpustakaan

7 Manfaat : 1. Tersebarnya inovasi pertanian secara cepatkepada pengguna (petani, KTNA danpenyuluh di wilayah BP3K/BPP).

2. Tersedianya bahan informasi berbasisinovasi pertanian spesifik lokasi bagipenyuluh, KTNA dan petani di Daerah.

8 Dampak : 1. Mempercepat peningkatan produktivitaspertanian

2. Meningkatnya kesejehteraan petani diDaerah

9 Jangka Waktu : Satu Tahun10 Biaya : Rp. 120.820.000,00 (Seratus dua puluh juta

delapan ratus dua puluh ribu rupiah)

Page 10: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

ix

SUMMARY

1 Title : The Improvement of the Extensionist, ReseacherCapacity in The Accerelaration of AgricultureInnovation Development in Bengkulu Province (7Technologies)

2 Implementing Unit : AIAT Bengkulu3 Objectives : Bengkulu Province4 Purpose : 1. To improve the role of researcher and

extensionist in accelerating the expansionprocess of agricultural innovations adoptionthrough demonstration plot activities inBP3K/BPP.

2. To disseminate 7 technologies of AIAT’s studyresults to farmers, KTNA and extensionist inthe region of BP3K/ BPP.

5 Output : 1. The improvement of the role of researcher andextensionist in accelerating the expansionprocess of agricultural innovations adoptionthrough demonstration plot activities inBP3K/BPP.

2. The dissemination of 7 technologies of AIAT’sstudy results to farmers, KTNA andextensionist in the region of BP3K/ BPP.

5 Methodology : 1. The activity of the improvement ofextension/communication capacity in order toaccelerate the innovation of agriculture inBengkulu Provincy was held in January -December 2015.

2. The Approach of dissemination activitiesinclude: meeting directly, on farm trial throughdemonstration plot and demonstration way inthe field (BP3K/BPP), participatory and specificlocation.

3. The scope of dissemination activities are:1) Internal and stekeholders meeting.2) The preparation of materials innovation

assessment results (rice technology,integration of plantation oil-cow, gergacitrus, corn, soybeans, cocoa fruit borercontrol techonologyes) aimed to improvethe role of the researcher and extensionist(AIAT and field).

3) The arrangement of information materials:the control of cocoa fruit borers, fermentedpalm fronds and leaves for animal feed,compost production technology aimed toaccelerate innovation delivery to the users.

4) The activity of Technology Appreciationmeeting among innovation actors:

Page 11: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

x

researcher, extensionist, and contactfarmers. The aim of this activity are: (i) tocommunicate the assessment result, ideaand concept to improve farmingperformance, (ii) to gain the feedback ofagriculture innovation implementation inthe field.

5) To Implement Demonstration Plot in theworking area of BP3K.

6) Speakers at BPP (The preparation of LPM,synopsis, and paper) about rice technology,integration of plantation oil-cow, gergacitrus, corn, soybeans, cocoa fruit borercontrol techonologies).

7) Data and analysis of data.8)To prepare of scientific papers like

technology information that documented inthe library of BPTP and BP3K as many as 3titles

4. Dissemination method: demonstration plot/onfarm trial, demonstration way, meetingthrough technology appreciation, speaker, anddelivery leaflets and brochures.

6 Achievement : 1. Knowing of 7 technologies of AIAT study resultby farmers, extensionist in the region ofBP3K/BPP in 4 districts.

2. Dissemination the way of scientific paperwriting to extensionist in 15 BP3K in 4districts.

3. The completion of scientific papers as many as4 titles of paper and 3 titles of scientific paperin the form book that documented in thelibrary.

7 Benefit : 1. The spread of agricultural innovation quickly tousers (farmers, KTNA and extensionist in theregion of BP3K/BPP).

2. The availability of information materials basedon specific location of agricultural innovationsfor extensionist, KTNA and farmers in theregion.

8 Impact : 1. The acceleration of agricultural productivityincreasing.

2. The increasing of farmers welfare in theregion.

9 Duration : Annualy10 Budget : IDR. 120.820.000,00

Page 12: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerapan teknologi hasil litkaji diharapkan dapat mendorong

pembangunan pertanian di daerah, sehingga sektor pertanian mampu berfungsi

sebagai mesin penggerak perekonomian nasional. Output kegiatan litkaji yang

layak akan ditindaklanjuti dengan kegiatan desiminasi. Output litkaji disebut

“layak” apabila hasil litkaji merupakan output yang berpotensi untuk memberikan

outcome, benefit, dan dampak kepada pengguna. Selain output tersebut, kinerja

perluasan dan percepatan suatu inovasi pertanian juga sangat dipengaruhi

oleh(i) ketepatan (efektif dan efisien) strategi pemasyarakatan inovasi pertanian,

(ii) sinergi hubungan antar pelaku inovasipertanian (peneliti, penyuluh, petani,

penentu kebijakan, swasta), dan (iii) sinergi hubungan kelembagaan antar

institusi yang terkait dengan pembangunan pertanian.

Kinerja sistem alih teknologi akan berhasil dan berdaya guna apabila

mendapat dukungan dari tiga kelembagan yang saling terkait yaitu (i)

kelembagaan penelitian dan pengembangan, (ii) kelembagaan penyuluhan, dan

(iii) kelembagaan petani. Ketiga lembaga tersebut merupakan satu rangkaian

yang saling mendukung dan terkait dalam suatu sistem alih teknologi dan tidak

dapat bekerja sendiri-sendiri.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai unit pelaksana teknis

Badan Litbang Pertanian di daerah, melalui pelaksanaan fungsi informasi,

komunikasi dan diseminasi diharapkan menjadi roda penggerak dalam

mempercepat dan memperluas pemanfaatan berbagai inovási pertanian hasil

penelitian dan pengkajian (litkaji) oleh pengguna (pelaku utama dan pelaku

usaha sektor pertanian). Diseminasi adalah cara dan proses penyebarluasan

inovasi/teknologi hasil-hasil litkaji kepada masyarakat atau pengguna untuk

diketahui dan dimanfaatkan. Kegiatan diseminasi hasil litkaji dapat dimaknai juga

sebagai upaya scalling up hasil litkaji (Kasryno, 2006). Untuk itu, perlu strategi

atau mekanisme yang efisien dan efektif.

Tuntutan pencapaian tujuan pembangunan pertanian saat ini cukup berat

(pencapaian swasembada pangan), sehingga bekal kemampuan teknis harus

dikuasai oleh petugas di lapangan.Materi penyuluhan oleh penyuluh di lapangan

sangat terbatas, di lain pihak, BPTP sebagai unit pelaksanan teknis Balitbangtan

Page 13: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

2

memiliki berbagai inovasi/ teknologi baru yang cukup banyak dan siap

didiseminasikan kepada penyuluh di lapangan.Inovasi BPTP masih terbatas

sampai di pengguna, sehingga perlu upaya mempercepat penyampaian

inovasi/teknologi baru melalui berbagai metode, saluran dan media penyuluhan

yang lebih banyak.

Jumlah penyuluh pertanian di Provinsi Bengkulu sebanyak 579 PNS dan

367 THL, jumlah ini belum sebanding dengan jumlah Desa yang harus

didampingi yaitu sebanyak 1.517 (Bakorluh Provinsi, 2015). Demikian halnya

dengan jumlah institusi penyuluhan (BP3K) di Provinsni Bengkulu belum sesuai

UU no.16 yang mengamanatkan setiap kecamatan memiliki 1 lembaga

penyuluhan BP3K. Jumlah BP3K saat ini berjumlah 100 dari 127 Kecamatan

sehingga 1 BP3K memiliki wilayah kerja sampai 2 Kecamatan. Melihat kondisi

penyuluhan di Provinsi Bengkulu yang sangat terbatas maka perlu adanya upaya

dari Pemerintah Pusat untuk meningkatkan dan memperkuat penyuluh di

lapangan.

Melalui kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluhan Dalam Rangka

Percepatan Penyebaran Inovasi Pertanian Di Provinsi Bengkulu diharapkan

mampu membantu dan memperlengkapi penyuluh di lapangan dalam teknologi

serta menumbuhkan kembali berbagai kegiatan dan metode penyuluhan yang

efektif sesuai kebutuhan pengguna.

1.2. Tujuan

1. Meningkatkan peran peneliti dan penyuluh dalam mempercepat proses

perluasan adopsi inovasi pertanian melalui kegiatan demplot di BP3K/BPP.

2. Mendiseminasikan 7 teknologi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan

penyuluh di wilayah BP3K/BPP.

1.3. Keluaran yang diharapkan

1. Meningkatnya peran peneliti dan penyuluh dalam mempercepat proses

perluasan adopsi inovasi pertanian melalui kegiatan demplot di BP3K/BPP.

2. Terdiseminasikannya 7 teknologi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan

penyuluh di wilayah BP3K/BPP.

3.

Page 14: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

Dalam konteks transfer teknologi, Badan Litbang Pertanian telah

menggunakan berbagai media sebagai wahana promosi teknologi yang dihasilkan

baik itu diseminasi hasil-hasil litkaji kepada petani-peternak, pihak swasta dan

pengguna lain perlu dilakukan melalui media yang tepat dan secara

berkelanjutan. Kegiatan diseminasi bukan sekedar penyebarluasan informasi dan

teknologi pertanian, tetapi petani diharapkan mampu mengadopsi dan

menerapkan hasil litkaji tersebut dalam usaha pertanian, sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraannya. Menurut Fauzia (2002), ilmu pengetahuan dan

teknologi yang dihasilkan BPTP akan bermanfaat apabila dapat menjangkau dan

diterapkan oleh pihak-pihak yang membutuhkan (khalayak pengguna). Untuk itu,

BPTP memerlukan suatu sistem informasi dan komunikasi serta diseminasi yang

efektif dan efisien agar khalayak penggunanya dapat memperoleh informasi

teknologi yang dibutuhkannya dengan mudah dan relatif cepat.

Sebagai terjemahan dari hal “extension”, penyuluhan dapat diartikan

sebagai proses penyebarluasan yang dalam ini merupakan penyebarluasan

informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan oleh

perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan praktis (Mardikanto dalam

Risna, dkk,2012). Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah

(non formal), bagi petani dan keluarganya agar berubah perilakunya untuk

bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better

bussines), hidup lebih sejahtera (better living) dan bermasyarakat lebih baik

(better community ) serta menjaga kelestarian lingkungannya (better

environment ). Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau

teknik penyampaian materi penyuluhan oleh para penyuluh kepada para petani

beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung, agar mereka

tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi/teknologi baru (Wiriatmadja, 1976;

Mardikanto, 1993). Sedangkan teknik penyuluhan pertanian dapat didefinisikan

sebagai keputusan-keputusan yang dibuat oleh sumber atau penyuluh dalam

memilih serta menata simbul dan isi pesan menentukan pilihan cara dan

frekuensi penyampaian pesan serta menentukan bentuk penyajian pesan.

Page 15: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

4

Kegiatan penyuluhan sebagai suatu sistem pendidikan non formal

dimaksudkan agar penerima manfaat utama penyuluhan yaitu petani dan

keluarganya bersedia merubah perilaku mereka yang meliputi perubahan pada

aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga mereka mampu

memecahkan masalah yang dihadapi dan dapat menolong dirinya sendiri untuk

memperbaiki taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraannya. Dalam hal ini

peran penyuluh pertanian dirasa sangat penting, karena penyuluh bertugas

melaksanakan kegiatan penyuluhan di wilayah kerjanya dan berhubungan

langsung dengan petani sehingga penyuluh dapat mengenali masalah-masalah

yang dihadapi petani serta membantu mencari cara pemecahan masalah-

masalah tersebut. Untuk mewujudkan keberhasilan penyuluhan, diperlukan

tenaga-tenaga penyuluh yang handal dan profesional agar dapat melaksanakan

kegiatan penyuluhan seperti yang direncanakan (Wijianto, Arip, 2008). Peran

utama bagi penyuluh pertanian adalah penyuluh sebagai penasehat/advisor,

penyuluh sebagai teknisi, penyuluh sebagai penghubung/middleman, penyuluh

sebagai organisatoris dan penyuluh sebagai agen pembaharuan (Marzuki dalam

Saridewi dan Siregar, 2010).

Mardikanto (1993) menyatakan bahwa merujuk pada pemahaman

penyuluhan pertanian sebagai proses pembelajaran, maka prinsip-prinsip dalam

penyuluhan pertanian sebagai berikut:

1. Mengerjakan artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin

melibatkan masyarakat untuk menerapkan sesuatu.

2. Akibat artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang memberi

pengaruh baik.

3. Asosiasi artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan

kegiatanlainnya. Misalnya apabila seorang petani berjalan di sawahnya

kemudian melihat tanaman padinya terserang hama, maka ia akan berupaya

untuk melakukan tindakan pengendalian.

Lebih lanjut Dahama dan Bhatnagar dalam Mardikanto (1993)

mengemukakan bahwa yang mencakup prinsip-prinsip penyuluhan pertanian :

1. Minat dan kebutuhan artinya penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu

kepada minat dan kebutuhan masyarakat, utamanya masyarakat tani.

2. Organisasi masyarakat bawah artinya penyuluhan akan efektif jika mampu

melibatkan organisasi masyarakat bawah dari setiap keluarga petani.

Page 16: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

5

3. Keraguan budaya artinya penyuluhan harus memperhatikan adanya

keragaman budaya.

4. Perubahan budaya artinya setiap penyuluhan akan mengakibatkan

perubahan budaya.

5. Kerjasama dan partisipasi artinya penyuluhan hanya akan efektif jika

menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam

melaksanakan program-program penyuluhan yang telah dicanangkan.

6. Demokrasi dalam penerapan ilmu artinya dalam penyuluhan harus selalu

memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menawar setiap

alternatif.

7. Belajar sambil bekerja artinya dalam kegiatan penyuluhan pertanian harus

diupayakan agar masyarakat dapat belajar sambil berbuat, atau belajar dari

pengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan.

8. Penggunaan metode yang sesuai artinya penyuluhan harus dilakukan

dengan penerapan metode yang selalu disesuaikan dengan kondisi

lingkungan fisik, kemampuan ekonomi dan nilai sosial budaya.

9. Kepemimpinan artinya penyuluh tidak melakukan kegiatan yang hanya

bertujuan untuk kepuasan sendiri, tetapi harus mampu mengembangkan

kepemimpinan.

10. Spesialis yang terlatih artinya penyuluh harus benar-benar orang yang telah

mengikuti latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan

fungsinya sebagai penyuluh.

11. Segenap keluarga artinya penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagai

satu kesatuan dari unit sosial.

Page 17: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

6

Model diseminasi yang dikembangkan Badan Litbang Pertanian adalah

melalui berbagai channel (Gambar.1).

Gambar 1. Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC)(Badan Litbang Pertanian ,2011)

Falsafah di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran bagi petani

haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana/aplikatif dan partisipatif

dengan mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing secara

partisipatif merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak

hanya mendengar ataupun melihat, tetapi lebih ditekankan untuk mampu

melaksanakan, mengevaluasi/membuat penilaian (menemukan), menentukan

pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi. Melaui cara

ini diharapkan petani lebih kreatif dan inovatif yang dapat berperan seperti

halnya seorang peneliti dan penyuluh. Peran BPTP pada kegiatan Balai

Penyuluhan di Kecamatan atau BP3K cukup strategis seperti pada bagan berikut.

Page 18: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

7

Sumber: presentasi pusluhtan di Bakorluh, februari 2015

2.2. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Rogers dan Beal (1960) dalam Badri.M (2008) berkaitan

dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut:

1) saluran komunikasi massa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan

saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi;

2) saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal

relatif lebih penting pada tahap persuasi; 3) saluran media masa relatif lebih

penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early

adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter); dan 4) saluran

kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran lokal bagi bagi

adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).

Hasil pengkajian Astuti dan Ruswendi (2013) tentang Berbagai Metode

Diseminasi Teknologi Jeruk Rimo Gerga Lebong (RGL) Di Kabupaten Lebong

Provinsi Bengkulu menunjukkan bahwa untuk meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan dalam mengembangkan agribisnis jeruk di Kabupaten Lebong, petani

7

Sumber: presentasi pusluhtan di Bakorluh, februari 2015

2.2. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Rogers dan Beal (1960) dalam Badri.M (2008) berkaitan

dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut:

1) saluran komunikasi massa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan

saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi;

2) saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal

relatif lebih penting pada tahap persuasi; 3) saluran media masa relatif lebih

penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early

adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter); dan 4) saluran

kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran lokal bagi bagi

adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).

Hasil pengkajian Astuti dan Ruswendi (2013) tentang Berbagai Metode

Diseminasi Teknologi Jeruk Rimo Gerga Lebong (RGL) Di Kabupaten Lebong

Provinsi Bengkulu menunjukkan bahwa untuk meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan dalam mengembangkan agribisnis jeruk di Kabupaten Lebong, petani

7

Sumber: presentasi pusluhtan di Bakorluh, februari 2015

2.2. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Rogers dan Beal (1960) dalam Badri.M (2008) berkaitan

dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut:

1) saluran komunikasi massa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan

saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi;

2) saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal

relatif lebih penting pada tahap persuasi; 3) saluran media masa relatif lebih

penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early

adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter); dan 4) saluran

kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran lokal bagi bagi

adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).

Hasil pengkajian Astuti dan Ruswendi (2013) tentang Berbagai Metode

Diseminasi Teknologi Jeruk Rimo Gerga Lebong (RGL) Di Kabupaten Lebong

Provinsi Bengkulu menunjukkan bahwa untuk meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan dalam mengembangkan agribisnis jeruk di Kabupaten Lebong, petani

Page 19: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

8

membutuhkan media informasi berupa film pertanian, klinik tani (TVRI), siaran

pedesaan, pertemuan kelompok, dan koran. Sedangkan petugas/penyuluh

lapangan membutuhkan media berupa buku saku, berita TV, berita radio,

kursus/pelatihan, anjangsana, demonstrasi, pertemuan kelompok, temu

lapang/temu teknis dan gelar teknologi. Persepsi petani terhadap pengembangan

jeruk menunjukkan 64,29% petani memiliki persepsi yang baik,dan 35,71%

petani memiliki persepsi yang kurang baik. Media cetak lebih efektif digunakan

dalam proses diseminasi teknologi usahatani jeruk RGL dibandingkan dengan

media audiovisual.

Hasil kajian efektifitas metode diseminasi Jeruk di Kabupaten Lebong

disimpulkan bahwa Media cetak (leaflet, liptan, buku saku) lebih efektif

digunakan dalam proses diseminasi teknologi usahatani jeruk RGL dibandingkan

dengan media audiovisual (film dan presentasi). Secara statistik penggunaan

media cetak dapat meningkatkan tingkat pengetahuan petani; sedangkan temu

lapang dapat meningkatkan pengetahuan petani sebesar 74,19%, sedangkan

pelatihan teknologi meningkatkan ketrampilan petani sebesar 40% (Astuti, et all

2013)

Hasil pengkajian Wijianto (2008) tentang Hubungan Antara Peran Penyuluh

dengan Partisipasi Anggota dalam Kegiatan Kelompok Tani di Kecamatan

Banyudono Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara peranan penyuluh dengan partisipasi anggota dalam kegiatan

kelompok tani. Hal ini berarti setiap kenaikan nilai pada variabel peranan

penyuluh akan diikuti oleh kenaikan nilai pada variabel partisipasi anggota.

Demikian juga sebaliknya, setiap penurunan nilai pada variabel peranan penyuluh

akan diikuti oleh menurunnya nilai pada variabel partisipasi anggota dalam

kegiatan kelompok tani.

Risna, et all. (2012) dalam pengkajiannya tentang Peran Penyuluh

Pertanian Terhadap Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Padi

Berdasarkan Kelas Kemampuan Kelompok Tani di Kecamatan Labuan Amas

Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah menyimpulkan bahwa permasalahan

dalam peran penyuluhan pertanian yaitu belum melaksanakan peran sebagai

supervisi, pemantauan, dan evaluasi terhadap pengendalian hama terpadu pada

kelompok tani.

Page 20: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

9

Pengkajian oleh Abdullah,et all. (2008) mengenai Peranan Penyuluhan dan

kelompok Tani Ternak untuk Meningkatkan Adopsi Teknologi dalam Peternakan

Sapi Potong menunjukkan bahwa penyuluhan sangat memiliki peranan penting

dalam pengembangan peternakan khususnya dalam penguatan kelompok tani

dan peningkatan proses adopsi teknologi peternakan kepada peternak.

Keberhasilan penyuluhan sangat ditentukan oleh model penyuluhan yang sesuai

dengan kebutuhan peternak, yaitu ketepatan materi, metode dan media yang

digunakan.

Berdasarkan hasil penelitian Shawwal,et all. (2012) mengenai penyuluhan

terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani (kasus petani padi) di

Kabupaten Luwa Utara menunjukan bahwa kontribusi penyuluhan berpengaruh

nyata terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani padi, sedangkan

pendidikan, pengalaman berusahatani, kontak dengan penyuluh, jumlah

tanggungan keluarga, luas lahan dan biaya usahatani memberikan kontribusi

positif.

Page 21: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

10

III. PROSEDUR

3.1. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kegiatan diseminasi meliputi : demplot/on farm trial,

pertemuan dan apresiasi teknologi, pertemuan sebagai narasumber dan

penyampaian leaflet dan brosur.

3.2. Lokasi dan Waktu pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan di 10 Kabupaten/Kota, dimulai bulan Januari –

Desember 2015. Kegiatan demplot, peningkatan kapasitas penyuluh lapangan

dilaksanakan di 3 Kabupaten dan Kota di wilayah kerja BP3K Kabupaten

Bengkulu Selatan, Bengkulu Tengah, Lebong dan BP3K Kota Bengkulu.

3.3. Pelaksanaan Kegiatan

3.3.1. Persiapan

1) Pertemuan Tim/penajaman RODHP. RODHP disusun sebagai penjabaran dan

perincian dari RDHP. RODHP disusun lebih rinci dan operasional, baik dari

aspek administrasi/keuangan dan kegiatan yang akan dilaksanakan. RODHP

selanjutnya diturunkan dan dirinci lagi menjadi petunjuk teknis kegiatan

diseminasi misalnya demplot.

2) Koordinasi dengan stakeholders. Koordinasi dilakukan dengan BP4K untuk

memberitahukan dilaksanakannya kegiatan desiminasi melalui demplot dan

meminta masukkan wilayah mana yang mempunyai potensi untuk

pengembangan komoditi tanaman pangan.

3) Hunting lokasi BP3K, sebelum dilakukan hunting lokasi terlebih dahulu

berkoordinasi dengan BP3K/BPP untuk memberitahuakan adanya kegiatan

desiminasi melalui demplot yang akan digunakan sebagai ajang

pembelajaran bagi petugas penyuluh lapangan. Kemudian dilanjutkan

dengan peninjauan langsung ke beberapa calon lokasi demplot.

4) Identifikasi inovasi yang akan didiseminasikan, penyusunan daftar

pertanyaan dan parameter pengukuran.

3.3.2. Pelaksanaan Kegiatan

1) Pertemuan peneliti, penyuluh BPTP untuk menentukan 7 inovasi teknologi

yang didiseminasikan. Hasil diskusi ditentukan 7 inovasi yang

Page 22: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

11

didesiminasikan tahun 2015 adalah: teknologi Padi, Jagung, Kedelai, Jeruk

Gerga, Pengendalian Hama Buah Kakao (PBK), Kelapa Sawit dan Sapi.

Dari 7 Inovasi yang didesiminasikan dilakukan melalui penerbitan dan

penyebaran bahan informasi berupa leaflet, banner, buku dan

Demplot/demcara

2) Pertemuan dengan stekeholders

3) Penyusunan bahan inovasi hasil pengkajian berupa petunjuk teknis teknologi

budidaya padi, budidaya jagung, budidaya kedele, dan budidaya tumpang

sari jagung-kacang tanah bertujuan untuk meningkatkan peran peneliti, dan

penyuluh (BPTP dan lapangan).

4) Menyusun bahan informasi berupa leaflet tentang teknologi pengendalian

Penggerek buah Kakao, fermentasi pelepah dan daun kelapa sawit untuk

pakan ternak, serta teknologi pembuatan kompos kotoran sapi dengan

tujuan untuk mempercepat penyampaian inovasi kepada pengguna

5) Kegiatan pertemuan Apresiasi Teknologi antar pelaku inovasi yaituPeneliti,

penyuluh lapangan dan Kontak Tani. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah

untuk (i) Mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian, pengkajian, ide dan

gagasan dalam rangka meningkatkan kinerja usahatani, (ii) Mendapatkan

umpan balik dari implemantasi inovasi pertanian di lapang.

6) Melaksanakan Demonstrasi Plot dan demonstrasi cara di wilayah kerja BP3K.

7) Narasumber di BPP (menyiapkan LPM, sinopsis, dan makalah), tentang

teknologi padi, integrasi sawit-sapi, jeruk gerga, jagung, kedele,

pengendalian Penggerek buah Kakao), maupun cara menyusun KTI

penyuluh.

8) Menyusun KTI berupa informasi teknologi yang didokumentasikan di

perpustakaan BPTP dan BP3K sebanyak 3 judul

9) Data dan analisis data meliputi :

Data yang diperlukan dalam kegiatan diseminasi ini Antara lain : data

sekunder dari SKPD terkait berupa keragaan dan profil wilayah dan data

primer dari petani, penyuluh, petugas sebagai sasaran diseminasi berupa

pengetahuan, sikap (motivasi,respon, minat) dan ketrampilan.

Indikator yang diukur :

1. Perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan (PSK) penyuluh maupun petani

pada setiap kegiatan diseminasi.

Page 23: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

12

2. Peran penyuluh pertanian pada kegiatan Demplot/demcara.

3. Jumlah penerima informasi melalui demplot/demcara maupun pertemuan.

4. Jumlah KTI yang tersusun

Page 24: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Meningkatkan Kapasitas Penyuluh, Peneliti dalam PercepatanPenyebaran Inovasi Pertanian di Provinsi Bengkulu (7 Teknologi).

Untuk mencapai tujuan meningkatkan kapasitas penyuluh, peneliti dalam

penyebaran 7 inovasi pertanian dilakukan melalui kegiatan:

1. Menyusun petunjuk teknis budidaya padi dengan pendekatan PTT, petunjuk

teknis bududaya Jagung di lahan sub optimal, teknis budidaya kedele dan

teknis tumpang sari jagung – kacang tanah spesifik Bengkulu

Petunjuk teknis budidaya disusun oleh peneliti, penyuluh BPTP dan penyuluh

lapangan, dengan tujuan memberikan acuan bagi penyuluh di lapangan dan

petani dalam pelaksanaan demplot yang akan dilaksanakan. Petunjuk teknis

ini selanjutnya dibuat dalam bentuk buku dan didokumentasikan di BP4K,

BP3K dan BPTP

2. Menyusun daftar pengamatan dan daftar pertanyaan

3. Untuk mempercepat penyampaian inovasi kepada pengguna dilakukan

melalui kegiatan:

- Penyebaran bahan informasi inovasi hasil pengkajian ke BP3K setempat

dan ke 4 BP4K berupa leaflet 7 judul, banner 5 judul, buku hasil kegiatan

3 judul, buku sekilas diseminasi inovasi teknologi dan media elektronik

berupa DVD sebanyak 1 judul

- Pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu peneliti,

penyuluh lapangan dan kontak tani dilakukan di lokasi demplot dan BP3K

sebanyak 4 kali

- Menjadi narasumber di BP3K dan melakukan bimbingan dalam penulisan

KTI dari kegiatan demplot.

Penyusunan bahan informasi inovasi hasil pengkajian bertujuan untuk

mempercepat penyampaian inovasi kepada pengguna, yaitu berupa bahan cetak

dan DVD. Penyusunan bahan informasi inovasi yang sudah dilakukan yaitu

berupa bahan cetak dan dilakukan bersama – sama dengan penyuluh lapang

yang dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan

(BP3K) tempat lokasi demplot. Bahan cetak dan elektronik yang dibuat seperti

pada Tabel.1 berikut.

Page 25: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

14

Tabel.1. Penerbitan dan Penyebaran bahan informasi inovasi hasil pengkajian keBP4K dan BP3K Tahun 2015

No Bentuk Media Judul Jumlah(exp)

1 Leaflet 1. Fermentasi Daun dan Pelepah KelapaSawit Sebagai Pakan Ternak Sapi

2. Pengendalian Hama PBK

100

100

2 Banner 1. Budidaya Padi Sawah Spesifik KotaBengkulu

2. Tumpangsari Jagung Dan Kacang TanahDi Lahan Kering Spesifik Kecamatan AirNipis

3. Budidaya Kedelai di Lahan KeringSpesifik Kabupaten Lebong

4. Budidaya Jagung di Lahan Sub optimalSpesifik Kota Bengkulu

5. Integrasi Tanaman Kelapa Sawit-Sapi

2

2

2

2

2

3 Buku SelayangPandang

Sekilas Diseminasi Inovasi Teknologi 30

4 Buku yangdidokumentasikandi perpustakaanBPTP danBP3K

1. Teknologi Budidaya Padi Spesifik Lokasidi Kota Bengkulu

2. Teknologi Budidaya Kedelai SpesifikLokasi Lahan Kering di KabupatenLebong

3. Teknologi Budidaya Jagung SpesifikLokasi Lahan Sub Optimal

5

5

5

5 DVD Teknologi Integrasi Tanaman KelapaSawit-Ternak

30

KTI yang berupa buku yang didokumentasikan di perpustakaan merupakan

kumpulan hasil pelaksanaan demonstrasi plot yang dilakukan peneliti, penyuluh

BPTP bersama dengan penyuluh lapangan dan petani.

Kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu peneliti,

penyuluh lapangan dan kontak tani bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil-

hasil penelitian, pengkajian, ide dan gagasan dalam rangka meningkatkan kinerja

usahatani dan mendapatkan umpan balik dari implemantasi inovasi pertanian di

lapang. Kegiatan ini dilaksanakan di lokasi demplot pada 4 Kabupaten dan Kota.

Kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu peneliti,

penyuluh lapangan dan kontak tani telah dilaksanakan di lokasi demplot maupun

di BP3K seperti pada Tabel.2

Page 26: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

15

Tabel 2. Rekapitulasi kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasiyaitu petani, penyuluh lapang dan kontak tani tahun 2015.

No Kegiatan Tanggalpelaksanaan

TempatPelaksanaan

Jumlah Peserta

1 ApresiasiTeknologiTumpang SariJagung-KacangTanah

29 Juni2015

Lahan DemplotDesa SukaramiKecamatan AirNipis KabupatenBengkuluSelatan

31 orang (BP4K Kab.BS, penyuluh se BP3KAir Nipis, Penyuluh +peneliti BPTP, PetaniDesa Sukarami)

2 ApresiasiTeknologiBudidaya Kedelai

04 Juli 2015 BP3K TabeakBlau Kec.Lebong AtasKab. Lebong

31 orang (BP4K Kab.Lebong, PenyuluhBP3K Tabeak Blau,Penyuluh+PenelitiBPTP, Petani Kec.Lebong Atas)

3 ApresiasiTeknologi PadiSawah

01 Sept2015

Lokasi DemplotPadi KelurahanPanorama,KecamatanSingaran PatihKota Bengkulu

30 Orang (Ka BP4KKota, penyuluh BP3KSingaran Patih, danPetani Kel. Panorama)

4 DemonstrasiCara IntegrasiKelapa sawit-sapi

17 Sept2015

LokasiKelompok TaniJayakarta, Kab.BengkuluTengah

44 Orang (PenyuluhBP3K Jayakarta,Petani dan PeternakDesa Jayakarta)

Sumber: laporan perjalanan dinas pelaksanaan kegiatan

Tabel 2.menunjukan bahwa kegiatan apresiasi teknologi antar pelaku

inovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontak tani mendapat respon yang

positif dari peserta maupun dari BP4K. Hal ini dapat dilihat dari antusiasnya

peserta kegiatan apresiasi teknologi dengan banyaknya pertanyaan yang

disampaikan setelah melihat langsung lokasi demplot.

Dalam pelaksanaan penerapan metode penyuluhan dilakukan juga evaluasi

terhadap pelaksanaan metode penyuluhan seperti pada Tabel 3.

Page 27: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

16

Tabel 3. Evaluasi penerapan metoda penyuluhan dalam rangka peningkatankapasitas penyuluh dan petani di Provinsi Bengkulu Tahun 2015

KegiatanKarakteristik

PengetahuanUmur PendidikanPetani Penyuluh Petani Penyuluh Petani Penyuluh

DemplotTumpangsariJagung-KacangTanah

38 41 SMA SMA Meningkat83,33 %

Meningkat84,17%

Demplot Kedelai 35 33 SMP SMASkor 1,17;

KriteriaSedang

Skor 1,15;KriteriaSedang

Demplot PadiSawah

51 43 SMP S1meningkat

8,49%Meningkat11,53%

DemcaraFermentasipelepah kelapasawit-Kompossapi

39 42 SD S1 Meningkat43%

0%

Meningkat49%

122%

Sumber : data terolah 2015

Kegiatan demplot tumpang sari jagung-kacang tanah dan demplot padi

sawah dengan pendekatan Pengeloaan Tanaman Terpadu (PTT) dapat

meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh. Pengetahuan petani

meningkat sebesar 83,33 % dan penyuluh sebesar 84,17% setelah

dilaksanakannya/ diterapkannya teknologi budidaya tumpangsari jagung-kacang

tanah. Melalui penerapan demplot padi sawah dengan pendekatan PTT juga

meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh sebesar 8,49% dan 11,53%.

Hal ini menunjukkan bahwa demplot menjadi salah satu metode

penyuluhan/diseminasi yang efektif untuk menyampaikan atau mentransfer

inovasi teknologi ke pengguna. Penerapan demplot bertujuan agar petani dapat

belajar, melihat, dan mempraktekan secara langsung teknologi yang disuluhkan.

Metode penyuluhan ini memberikan manfaat dan sesuai dengan karakteristik

sasaran dengan tingkat pendidikan dan umur yang beragam.

Peningkatan pengetahuan petani dan penyuluh sebagaimana tersaji pada

Tabel 3 mencerminkan tingkat kesadaran mereka untuk mencari dan menerima

informasi inovasi teknologi. Artinya, pengetahuan yang tinggi dimiliki oleh

individu yang mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi pula. Pendapat ini

Page 28: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

17

didukung oleh pandangan bahwa individu petani dan penyuluh sebagai orang

dewasa telah mempunyai konsep diri, pengalaman belajar, dan kesiapan belajar

(Apps dalam Sadono D, 2008) sehingga sisi manusianya dan proses belajarnya

perlu dikedepankan. Pengetahuan merupakan tahap awal dari persepsi yang

kemudian mempengaruhi sikap dan pada gilirannya melahirkan perbuatan atau

tindakan (keterampilan). Dengan adanya wawasan petani yang baik tentang

suatu hal, akan mendorong terjadinya sikap yang pada gilirannnya mendorong

terjadinya perubahan perilaku. Pengetahuan mencerminkan tingkat kesadaran

petani untuk mencari dan menerima informasi inovasi teknologi. Artinya,

pengetahuan yang tinggi dimiliki oleh petani yang mempunyai tingkat kesadaran

yang tinggi pula. Kesadaran yang tinggi mendorong petani untuk lebih

memberdayakan diri mereka sendiri dengan meningkatkan pengetahuannya.

Pengetahuan dan pemahaman petani terhadap suatu inovasi teknologi

dapat ditingkatkan melalui peningkatan frekuensi penyuluhan dengan berbagai

metode penyuluhan (seperti display/demplot, temu lapang, dan pertemuan/

anjangsana) dan media penyuluhan (seperti folder, leaflet, poster, dan buku).

Peningkatan pengetahuan petani mengenai suatu inovasi teknologi pertanian

merupakan bagian yang penting dalam proses adopsi inovasi dan pemberdayaan

petani. Dimana petani diberi kuasa, kekuatan, dan motivasi untuk meningkatkan

pengetahunnya. Seperti yang dikemukakan oleh Sudarta (2005) bahwa dalam

akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian mempunyai

arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan dalam

mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi dan

individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka

penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya

akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun

kualitas.

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan petani sebagai

bagian dari perilaku penerapan inovasi. Faktor-faktor tersebut di antaranya

adalah faktor dari dalam diri petani seperti umur, pendidikan, status sosial, pola

hubungan sikap terhadap pembaharuan, keberanian mengambil resiko, fatalisme,

aspirasi dan dogmatis (sistem kepercayaan tertutup) dan faktor lingkungan

seperti kosmopolitan, jarak ke sumber informasi, frekuensi mengikuti

Page 29: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

18

penyuluhan, keadaan prasarana dan sarana dan proses memperoleh sarana

produksi.

Syafruddin, dkk (2006) menyatakan bahwa setiap individu memiliki

kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut

disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter

yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku

tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat jaminan

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman,

dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan

akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan.

Hanafi (1987) mengemukakan bahwa kerumitan suatu inovasi

berhubungan negatif dengan kecepatan adopsi yang berarti semakin rumit suatu

inovasi bagi seseorang, maka akan semakin lambat pengadopsiannya.

Ditambahkan oleh Soekartawi (2005), bahwa bila memang benar teknologi baru

akan memberikan keuntungan yang relatif besar dari teknologi lama, maka

kecepatan proses adopsi inovasi akan berjalan lebih cepat. Makin mudah

teknologi baru tersebut dipraktekkan, maka makin cepat pula proses adopsi yang

dilakukan petani. Oleh karena itu, agar proses adopsi inovasi dapat berjalan

cepat, maka penyajian inovasi baru tersebut harus lebih sederhana.

Pengetahuan yang dimaksud juga memiliki berbagai level. Menurut

Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain pengetahuan

mempunyai enam tingkatan yakni: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis

dan evaluasi. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau objek yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima (pengalaman).Memahami

diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek

yang telah diketahui. Oleh karena itu ada ungkapan dalam penyuluhan: Saya

dengar, maka saya lupa; Saya lihat, maka saya ingat; Saya mencoba, maka saya

tahu; Saya mencoba berulang-ulang maka saya paham.

Dari kegiatan demplot tersebut penyuluh yang ada di BP3K dapat

membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) berdasarkan kegiatan yang ada di demplot

dan pengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan tanaman dan kreatifitas

dalam penyusunan angka kredit.

Page 30: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

19

Kegiatan peningkatan kapasitas peneliti, penyuluh dalam percepatan

penyebaran inovasi pertanian di Provinsi Bengkulu juga berperan aktif dalam

kegiatan Pekan Daerah (PEDA) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) XV yang

dilaksanakan di Kabupaten Kepahiang sebagai narasumber, juri dan panitia

dibeberapa kegiatan antara lain :

- Sebagai narasumber pada kegiatan Temu teknologi. Materi yang

disampaikan yaitu okulasi jeruk

- Sebagai narasumber pada kegiatan Temu profesi. Materi yang disampaikan

yaitu peningkatan profesionalisme penyuluh.

- Sebagai juri dan panitia pelaksana pada kegiatanTemu karya

- Sebagai juri dan tim pembuatan soal perlombaan pada kegiatan Asah

terampil.

4.2. Mendiseminasikan 7 Teknologi Hasil Kajian BPTP Kepada Petani,KTNA dan Penyuluh di Wilayah BP3K/BPP.

Untuk menyebarluaskan inovasi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan

penyuluh melalui media demonstrasi plot dan penyebaran leaflet.Ada 7 demplot

kegiatan yang tertuang dalam tabel 4. Kegiatan demplot dilakukan di wilayah

kerja BP3K dan yang melakukan pendampingan dan pengamatan dilakukan oleh

penyuluh yang ada di BP3K tersebut.

Tabel 4. Rekapitulasi Demplot Kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluh diProvinsi Bengkulu tahun 2015

No Komoditas Lokasi Teknologi Budidaya Luas(ha)

1 PadiSawah

Wilayah BP3KSingaran PatihKota BengkuluKelompok TaniGambung jaya

- Tenologi yang digunakan PTTpadi

- Menggunakan sistem pertanamanjajar legowo 2:1

- Varietas yang digunakan cigeulis- Dosis pemupukan dengan

menggunakan kalender tanam- Dilakukan pengamatan tanaman

dari awal pertumbuhan sampaidengan pemanenan.

- Umur tanaman (panen): 105 hari- Produksi Padi = 8,77 ton/ha

(hasil ubinan)

0,5

2 Kedelai Wilayah BP3KJayakartaKabupaten

- Teknologi yang digunakan PTTkedelai

- Varietas yang digunakan yaitu

0,25

Page 31: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

20

BengkuluTengah

Anjasmoro- Lokasi demplot sudah diolah dan

siap untuk ditanam benih kedelaitetapi terkendala dengan tidakadanya hujan sehingga lahanmengalami kekeringan. Sehinggatidak dapat dilanjutkan.

- Berita acara terlampirWilayah BP3KTabeak BlauKab. Lebong

- Teknologi yang digunakan PTTkedelai

- Varietas yang digunakan yaituAnjasmoro

- Pengolahan dan penanamandilakukan bersama – samadengan petani calon penerimaprogram GPPTT kedelai

- Umur tanaman (banen): 81 hari- Produksi =0,4 ton biji kering /ha

0,3

3 Jagung :1. Tumpan

gsarijagungdengankacangtanah

Wilayah BP3KAir NipisKabupatenBengkuluSelatandi lahananggotaKelompokWanita TaniMekarsari DesaSukarami

- Teknologi yang digunakan yaituberdasarkan hasil pengkajianpemanfaatan lahan keringmasam dengan tumpangsarijagung dan kacang tanah diProvinsi Bengkulu tahun 2014dan PTT jagung dan kedelai

- Varietas yang digunakan yaitujagung menggunakan varietassukmaraga, kacang tanahmenggunakan varietas tuban dantalam.

- Dilakukan uji tanah denganmenggunakan perangkat ujitanah kering (PUTK).

- Umur tanaman (panen) jagung:120 hari, kacang tanah : 85 hari

- Produksi Jagung =- Kacang tanah = - (kekeringan,

polong tidak berisi)

0,5

2. Jagungsecaramonokultur

Wilayah BP3KMuaraBangkahuluKota BengkuluLahan BP3K

- Teknologi yang digunakan yaituPTT jagung

- Varietas yang digunakan yaitusukmaraga.

- Umur tanaman (panen): 90 hari- Produksi : 6,67 t/ha pipilan

kering

0,5

4 Jeruk Lahan BP3KGunung AlamdanLahan BP3K

- Teknologi yang digunakan yaitupengelolaan terpadu kebun jeruksehat (PTKJS).

- Umur tanaman : 6 bulan

0,3

Page 32: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

21

Tabeak Blau - Pemupukan dilakukan 2 kali saattanam (bulan Mei 2015 ) danumur 6 bulan (November 2015)

5 IntegrasitanamanKelapaSawit-Sapi

Wilayah BP3KJayakartaKabupatenBengkuluTengah

- Demonstrasi cara FermentasiPelepah kelapa sawit sebagaipakan termak

- Demonstrasi cara pembuatankompos dari kotoran padat sapi

- Hasil = berat badan sapi- Kompos telah dikemas dalam

karung dan dijual

Penyuluhdanpetani

Demplot Budidaya Padi Sawah dengan Pendekatan PengelolaanTanaman Terpadu (PTT) di Kota Bengkulu

Komponen Hasil Selama Pengamatan

Komponen hasil yang diamati selama penanaman adalah tinggi tanaman,

jumlah rumpun per hektar, jumlah anakan per rumpun, jumlah malai per

rumpun, berat 1000 butir serta produksi (hasil ubinan). Komponen hasil yang

diamati secara rinci tersaji pada Tabel 5.

Tabel.5 Kompenen Hasil Budidaya Padi di Lahan Sawah Kecamatan SingaranPatih Kota Bengkulu, Mei-September 2015.

Uraian Hasil Pengukuran

Tinggi tanaman 92 cm

Jumlah rumpun/ha 333.333 rumpun

Jumlah anakan/rumpun 34 anakan

Jumlah anakan produktif 15

Berat 1000 butir 103 gram

Produksi (ubinan) 8,77 ton/ha

Sumber : Data Primer (diolah), 2015.

Tabel 5. menunjukkan keragaan tanaman yang cukup, belum

menunjukkan keragaan yang bagus karena penanaman dilaksanakan pada

musim kemarau (bulan Juni – September 2015). Padi membutuhkan air dalam

jumlah yang cukup. Selama musim tanam, Menurut Yetti, H dan Ardian (2010),

pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genotip dan lingkungan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Gardner (1991) yang mengatakan bahwa pertumbuhan

dan perkembangan tanaman dikendalikan oleh genotip dan lingkungan. Anakan

Page 33: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

22

produktif yang dihasilkan merupakan gambaran dari jumlah anakan maksimum

yang dihasilkan sebelumnya.

Kelayakan Usahatani Teknologi PTT Padi Sawah

Kelayakan usahatani teknologi PTT padi sawah diukur dengan

membandingkan dan melihat perbedaan (selisih) pendapatan antara penerapan

teknologi PTT padi sawah dengan penerapan budidaya yang biasa dilakukan di

tingkat petani. Kelayakan usahatani teknologi PTT secara rinci tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6. Kelayakan Usahatani PTT Padi Sawah di Kelurahan Panorama,Kecamatan Singaran Patih, Kota Bengkulu Tahun 2015

No. Uraian NilaiTeknologi PTT Non PTT

1.

2.3.4.5.6.

Biaya total (Rp/ha/MT)- Tenaga kerja- Benih- Pupuk- Pestisida- Sewa traktorProduksi (kg/ha/MT)Harga jual (Rp/kg)Penerimaan (Rp/ha/MT)Pendapatan (Rp/ha/MT)R/C

10.093.7507.733.750

175.000975.000508.000720.000

4.7704.000

19.080.0008.986.250

1,89

8.611.0007.142.500

112.500366.000270.000720.000

3.0604.000

12.240.0003.629.000

1,427.8.9.

Marginal Keuntungan PTT – non PTTMarginal Biaya PTT – non PTTMB/C = (6)/(7)

5.357.2501.482.750

3,61Sumber : Data Primer (diolah), 2015.

Tabel 6 menunjukkan bahwa usahatani padi sawah dengan pendekatan

PTT memberikan produktivitas dan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan usahatani yang biasa dilakukan oleh petani. Produktivitas padi melalui

penerapan PTT adalah sebesar 4,77 ton/ha sedangkan produktivitas padi yang

biasa dilakukan oleh petani adalah 3,06 ton/ha. Hal ini berarti bahwa penerapan

teknologi PTT meningkatkan produktivitas padi sebesar 55,88%. Meskipun

penanaman dilakukan pada saat musim kemarau, ada banyak faktor yang

mendukung lebih tingginya produktivitas padi melalui pendekatan teknologi PTT

dibandingkan dengan sistem budidaya yang biasa diterapkan oleh petani. Faktor-

faktor tersebut di antaranya adalah penggunaan varietas unggul, benih bermutu

dan berlabel, waktu pemupukan dan kesesuaian dengan status hara dan

Page 34: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

23

kebutuhan tanaman, serta yang paling utama adalah penggunan sistem tanam

jajar legowo 2:1.

Setyanto dan Kartikawati (2008) menyebutkan bahwa dengan sistem

tanam jajar legowo semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir

tanaman yang biasanya memberikan hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir).

Adanya barisan kosong (legowo) menyebabkan penyerapan nutrisi oleh akar

menjadi lebih sempurna sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi

tanaman padi yang dihasilkan.

Dilihat dari pendapatan yang diterima petani, usahatani dengan

pendekatan teknologi PTT lebih besar 147,62% jika dibandingkan dengan

usahatani yang biasa dilakukan oleh petani dengan margin pendapatan sebesar

Rp. 5.357.250/ha. Hal ini disebabkan karena lebih tingginya produktivitas padi

melalui penerapan PTT padi sawah meskipun total biaya yang dikeluarkan lebih

tinggi dibandingkan dengan budidaya yang biasa dilakukan oleh petani, namun

keuntungan yang diperoleh masih lebih tinggi. Dari Tabel 5 juga dapat dihitung

nilai perbandingan marginal keuntungan dan biaya yang dikeluarkan petani

(MB/C) sebesar 3,61 yang menunjukkan bahwa apabila biaya pendekatan PTT

(demplot) meningkat dengan kondisi eksternal yang sama masih memberikan

keuntungan 3,61 kali lipat.

Menurut Hidayat, Y, dkk (2012), penerapan model PTT padi sawah

dengan menggunakan VUB oleh petani kooperator di Kabupaten Halmahera

Tengah mampu memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan penerapan

teknologi yang biasa digunakan petani di lokasi pengkajian. Pendapat ini juga

didukung oleh hasil penelitian Asnawi, R (2014) bahwa produktivitas rata-rata

padi sawah pada lokasi SLPTT LL VUB lebih tinggi dari lokasi SLPTT LL non VUB

dan non SLPTT. Rata-rata pendapatan usahatani padi pada lokasi SLPTT LL VUB

adalah Rp.17.410.000,-/ha (R/C=3,15), lokasi SLPTT LL non VUB Rp.

13.488.806,-/ha (R/C=2,46) dan lokasi non SLPTT Rp.9.885.625,-/ha

(R/C=2,34).

Demplot Budidaya Kedelai dengan Pendekatan Pengelolaan TanamanTerpadu (PTT)

Desiminasi teknologi budidaya kedelai dengan pendekatan PTT dilakukan

melalui demplot di lahan BP3K Tabeak Blau Kecamatan Lebong Atas Kabupaten

Page 35: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

24

Lebong. Komponen PTT kedelai yang dilaksanakan adalah penggunaan varietas

unggul, benih bermutu dan berlabel, pengolahan dan penyiapan lahan,

penanaman, pemupukan, pemberian amelioren dan kapur, pengendalian hama

dan penyakit, panen dan pasca panen. Dari pelaksanaan demplot dilakukan

pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Komponen

hasil yang diamati pada kegiatan demplot kedelai yang dilakukan pada lahan

BP3K Tabeak Blau Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong meliputi tinggi

tanaman (cm), jumlah cabang (cabang), umur berbunga (HST), jumlah

polong/rumpun, berat 100 biji (gram), persentase biji rusak (%) dan produksi

(ton/ha). Dari hasil pengamatan dan pengukuran diperoleh komponen hasil

budidaya kedelai yang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Kompenen Hasil Budidaya Kedelai di Lahan Sub Optimal BP3K TabeakBlau Kabupaten Lebong, April-Juli 2015.

Uraian Hasil Pengukuran

Tinggi Tanaman 66 cm

Jumlah Cabang 6 cabang

Umur Berbunga 36 HST

Jumlah polong/rumpun 141 polong

Jumlah biji/polong 2 biji

Berat 100 biji 90 gram

% biji rusak 20 %

Produksi 0,4 ton/ha

Sumber : Data Primer (diolah), 2015.

Tabel 7. menunjukkan bahwa keragaan tanaman kedelai yang cukup,

belum menunjukkan keragaan yang bagus karena penanaman kedelai pada

musim kemarau. Pada awal pelaksanaan penanaman demplot kedelai kondisi

tanah masih dalam keaadan lembab, namun pada saat tanaman mulai umur 2

minggu tanaman kedelai tidak mendapatkan air yang cukup untuk

pertumbuhannya. Dengan kondisi kekeringan atau curah hujan yang sangat

rendah tanaman kedelai masih mampu bertahan dengan tinggi tanaman

mencapai 66 cm, jumlah cabang 6 cabang perbatang, umur berbunga 36 hari

setelah tanam (HST), jumlah polong 141 polong per rumpun hanya saja dengan

jumlah biji per polong hanya 2 biji dan kondisi pertanaman tidak mendapatkan

Page 36: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

25

air yang cukup serta persentase biji rusak yang cukup tinggi (20%) sehingga

produksi hanya 0,4 ton/ha biji kering.

Respon Penyuluh dan Petani Terhadap Teknologi PTT Kedelai

Respon penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di wilayah

kerja BP3K Tabeak Blau dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan

kuesioner kepada penyuluh dan petani wilayah kerja BP3K Tabeak Blau yang

berjumlah 21 orang. Respon penyuluh dan petani dilihat dari tingkat

pengetahuan dan sikap (kognitif dan afektif) penyuluh dan petani wilayah kerja

BP3K Tabeak Blau terhadap teknologi PTT kedelai seperti pada Tabel 8,9 dan 10.

Tabel 8. Pengetahuan penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai diBP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong tahun 2015

Tingkat Pengetahuan Nilai %

Terendah (nilai=3) 3 4,76

Tertinggi (nilai=8) 8 4,76

Rata-rata Nilai 5,6

Sumber : Data Primer (diolah), 2015.

Dari Tabel 8. diketahui bahwa tingkat pengetahuan penyuluh dan petani

terendah adalah 3 dan tertinggi adalah 8 masing-masing 4,76%. Rata-rata

pengetahuan penyuluh dan petani bernilai 5,6 sedangkan 61,90%

pengetahuannya berada di atas rata-rata. Melihat kondisi pengetahuan petani

maupun penyuluh di wilayah BP3K masih tergolong rendah maka masih

diperlukan peningkatan pengetahuan teknis budidaya kedelai melalui berbagai

metode penyuluhan di wilayah kerja BP3K Tabeak Blau.

Selanjutnya sikap kognitif penyuluh dan petani di wilayah kerja BP3K

Tabeak Blau terhadap teknologi PTT kedelai merupakan respon penyuluh dan

petani. Sikap kognitif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai

disajikan pada Tabel 9.

Page 37: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

26

Tabel 9. Sikap kognitif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di BP3KTabeak Blau Kabupaten Lebong Tahun 2015

Pertanyaan% Sikap Kognitif Responden

SangatSetuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju

1 66,67 33,332 42,86 52,38 4,763 38,10 61,904 33,33 38,10 28,575 19,05 19,04 51,91 106 23,81 47,62 21,57 7

Sumber : Data Primer (diolah), 2015.

Dari Tabel 9 terlihat bahwa sikap kognitif penyuluh dan petani di wilayah

kerja BP3K Tabeak Blau tentang Informasi teknologi budidaya kedelai sangat

dibutuhkan oleh 66,67%, sedangkan hanya 38,10% responden setuju bahwa

penerapan teknologi budidaya kedelai terkendala oleh sistem budidaya yang

diterapkan oleh petani dan penyuluh dan selebihnya 61,91% responden tidak

setuju. Sikap afektif penyuluh dan petani disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Sikap afektif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai diBP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong Tahun 2015

Pertanyaan% Sikap Kognitif RespondenSangatSetuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju

1 57,14 42,862 42,86 57,143 28,57 47,62 23,814 14,29 54,38 31,335 19,05 19,05 61,90

Sumber : Data Primer (diolah), 2015.

Dari Tabel. 10 terlihat bahwa pertanyaan no 1 dan 2 seluruh responden

setuju dan sangat setuju tentang pelaksanaan demplot untuk menambah

pengetahuannya, demikian halnya dengan komponen budidaya yang tidak

terbiasa dilakukan petani, 61,90% responden menyatakan tidak setuju dan

sangat tidak setuju artinya responden senang dengan teknologi yang diterapkan.

Demplot Budidaya Jagung dengan Pendekatan Pengelolaan TanamanTerpadu (PTT) di Lahan Sub Optimal

Komponen pertumbuhan vegetatif yang diamati selama pertumbuhan

adalah tinggi tanaman, dan komponen hasil meliputi panjang tongkol, lingkar

Page 38: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

27

tongkol, jumlah baris per tongkol, jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol,

bobot 100 butir dan hasil produksi (melalui ubinan). Komponen hasil yang

diamati secara rinci tersaji pada Tabel 11.

Tabel 11. Komponen Hasi Tanaman Jagung di Lahan Sub Optimal KecamatanMuara Bangka Hulu Kota Bengkulu Tahun 2015

Uraian Hasil PengukuranPanjang tongkol 17,17 cmLingkar tongkol 15,27 cmJumlah baris per tongkol 14 barisJumlah biji per tongkol 473 bijiBerat biji per tongkol 161,47 gramBobot 100 butir 34 gramProduksi (ubinan) 6,67 t/ha pipilan kering

Sumber : Data Primer (diolah), 2015.

Dari Tabel 11. menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman jagung

sukmaraga dalam kondisi iklim yang panas masih menunjukkan pertumbuhan

yang baik. Dimana produksi ubinan yaitu 6,67 t/ha pipilan kering jika

dibandingkan dengan diskripsi tanaman jagung sukmaraga rata – rata hasil yaitu

6 t/ha pipilan kering. Rata –rata jumlah baris yaitu 14 baris, jumlah baris ini

berada pada kisaran jumlah baris jika dilihat berdasarkan diskripsi tanaman

jagung sukmaraga yaitu 12-16 baris. Peningkatan produktifitas tanaman, selain

dipengaruhi oleh pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh faktor genotif

dan lingkungan juga ditentukan oleh pemilihan varietas dan teknologi yang

digunakan. Menurut Subandi dan Ibrahim (1990) dan Subandi dan Zubachtirodin

(2005) keberhasilan peningkatan produksi jagung sangat bergantung pada

kemampuan penyediaan dan penerapan inovasi teknologi meliputi varietas

unggul dan penyediaan benih bermutu, serta teknologi budidaya yang

tepat. Varietas unggul merupakan salah satu faktor penting dalam usaha

meningkatkan produktivitas tanaman jagung. Menurut Suprapto (1992) varietas

unggul umumnya mempunyai produktivitas yang lebih tinggi bila dibandingkan

varietas lokal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa varietas jagung sukmarga

dapat menjadi salah satu alternatif varietas yang bisa digunakan pada saat

musim kemarau (kering).

Page 39: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

28

Demonstrasi Pembuatan Kompos dan Fermentasi Pelepah Kelapa Sawit

Demonstrasi pembuatan kompos dan fermentasi pelepah kelapa sawit

dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh dan

memperluas adopsi inovasi Integrasi tanaman Kelapa Sawit dan Sapi yang telah

dilakukan oleh BPTP Bengkulu. Hasil pengamatan terhadap responden yang

menghadiri kegiatan demonstrasi cara seperti Tabel 12. berikut.

Tabel 12. Peningkatan pengetahuan petani dan penyuluh sebelum dan setelahmengikuti Demonstrasi Cara pembuatan kompos dan Fermentasipelepah daun kelapa sawit sebagai pakan ternak sapi di DesaJayakarta Kecamatan Talang IV Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun2015.

Kegiatan Petani Penyuluhsebelum sesudah Beda Sebelum sesudah Beda

Fermentasi pelepahdaun Kelapa Sawit

5,47 5,9 0,43 6,94 7,43 0,49

PembuatanKompos

6,21 6,21 0 7,35 8,57 1,22

Sumber : Data Primer (diolah), 2015.

Tabel 12 menunjukkan bahwa demonstrasi cara mampu meningkatkan

pengetahuan penyuluh dan petani dari 6,94 menjadi 7,43 meningkat sebesar

0,49% dan 5,47 menjadi 5,9 sebesar 0,43%. Pengetahuan penyuluh tentang

pembuatan pakan fermentasi pelepah daun kelapa sawit masih dalam katagori

sedang. Hal ini dapat diduga bahwa selama ini penyuluh lapang sudah

mengetahui bahwa pelepah daun kelapa sawit bisa digunakan sebagai pakan

ternak sapi. Begitu juga dengan petani meskipun terjadi peningkatan tetapi

dalam katagori rendah. Pada kelompok yang sama dulu pernah dilakukannya

pengkajian tentang pelepah daun sawit untuk pakan ternak tetapi tingkat

pengetahuan petani masih belum signifikan meningkat. Artinya disini petani

dalam proses adopsi teknologi masih berada pada tahapan sadar dan minat

belum sampai pada tahapan menilai, mencoba dan menerapkan. Sehingga masih

dipandang perlu dilakukannya pendampingan pengolahan pakan yang berasal

dari pelepah daun sawit baik itu pada petani maupun penyuluh lapang.

Untuk pembuatan kompos, pengetahuan penyuluh dan petani dalam

katagori tinggi dan sedang dari 7,35 menjadi 8,57 meningkat sebesar 1,22% dan

6,22 menjadi 6,22. Untuk pengetahuan petani tidak terjadi peningkatan. Hal ini

dapat diasumsikan bahwa petani sudah memahami mengenai pembuatan

Page 40: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

29

kompos dari kotoran ternak. Hal ini diduga disebabkan oleh pengalaman petani

yang sudah cukup lama dalam memanfaatkan kotoran ternak yang digunakan

sebagai pupuk tanaman mereka.

Peningkatan pengetahuan petani merupakan bagian yang penting dalam

proses adopsi inovasi. Seperti yang dikemukakan oleh Sudarta (2005) bahwa

dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian

mempunyai arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan

dalam mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi

dan individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian,

maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada

akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas

maupun kualitas. Syafruddin, dkk (2006) menyatakan bahwa setiap individu

memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal

tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut.

Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian

dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Dengan

meningkatnya pengetahuan petani, diharapkan proses transfer teknologi

pembuatan pakan pelepah daun kelapa sawit untuk pakan ternak dan

pembuatan kompos dapat dengan cepat diterapkan dan mengurangi dalam

penggunaan pupuk kimiawi, sehingga dapat meningkatkan produktifitas ternak

dan dapat meningkatkan perekonomian petani. Pengetahuan sebagai alat

jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari

pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas

pengetahuan akan lebih berkembang dibandingkan dengan tanpa didasari

pengetahuan.

Aplikasi Fermentasi Pelepah Sawit Ke Ternak

Fermentasi pelepah daun kelapa sawit dari hasil demontrasi cara

diaplikasikan langsung keternak. Tujuan dari aplikasi tersebut adalah untuk

melihat pertambahan bobot badan harian (PBBH) ternak yang diberi pakan dari

pelepah daun sawit dengan menggunakan teknologi fermentasi. Pemberian

fermentasi pelepah daun kelapa sawit dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap

pertama, tahap uji coba yang bertujuan untuk membiasakan ternak

mengkonsumsi fermentasi pelepah daun sawit, yang dilakukan selama 10 hari

Page 41: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

30

dan tahap kedua, tahap pengamatan yang dilakukan selama 30 hari. Ternak

diberi pakan fermentasi pelepah daun kelapa sawit sebanyak 5 kg/hari/ekor.

PBBH ternak tertuang dalam Tabel 13.

Tabel 13. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Ternak yang beri pakanFermentasi Pelepah Daun Kelapa Sawit.

Ternak Berat Awal Berat selama 40hari

PBBH(gr/ekor/hari)

1 191,32 205,76 352,12 340 349 219,53 169,03 174,35 129,7

Rata – rata 233,77Sumber : Data Primer (diolah), 2015.

Dari Tabel 13 diketahui bahwa pertambahan bobot badan harian rata –

rata 233,77 gr/ekor/hari. Pertambahan bobot badan ternak tersebut masih

tergolong rendah. Menurut Jelan et al (1991) dalam Batubara (2003) sapi yang

diberi bungkil inti sawit (50%) dan silase pelepah sawit (50%) memberikan

pertambahan bobot badan harian sebesar 450 gr/ekor/hari. BATUBARA (2002a)

menyatakan bahwa penggunaan daun sawit segar sebagai pengganti hijauan

dalam konsentrat yang mengandung 30% BIS, memberikan pertambahan bobot

badan 760 g/ekor/hari dengan R/C–ratio 1,5 pada sapi hasil persilangan.

Penggunaan daun sawit dibatasi oleh tinggi kadar lignin, sehingga perlu

dilakukan pengolahan untuk meningkatkan daya cerna melalui perlakuan fisik,

senyawa kimia, biologis atau kombinasi. ABU HASAN et al. (1995), mengatakan

bahwa pemberian daun sawit dan pelepah sawit dalam bentuk segar atau silase,

tidak memberikan hasil yang berbeda dibanding hijauan sebagai ransum basal.

Page 42: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

31

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Kegiatan demplot di wilayah kerja BP3K mampu meningkatkan kapasitas

peneliti dan penyuluh dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI)

2. Kegiatan demplot dan demcara mampu meningkatkan pengetahuan petani

serta memberikan respon yang baik kepada petani dan penyuluh di lapangan

3. Penyebaran bahan informasi teknologi (tercetak dan elektronik) maupun

demplot dan demcara di wilayah kerja BP3K mempercepat sampainya

informasi teknologi kepada petani, KTNA Kecamatan dan penyuluh di

lapangan.

5.2. Saran

Begitu bermanfaatnya kegiatan Demplot di wilayah kerja BP3K dalam

transfer teknologi kepada penyuluh dan petani, diharapkan dalam pelaksanaan

demplot di BP3K yang difasilitasi oleh Bakorluh dapat menerapkan tahapan yang

telah dilakukan oleh BPTP.

Page 43: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

32

KINERJA HASIL PENGKAJIAN

1. Diketahuinya 7 teknologi hasil kajian BPTP oleh petani, KTNA dan penyuluh

di 6 wilayah BP3K/BPP di 4 Kabupaten dan Kota.

2. Tersampaikannya cara penulisan KTI bagi penyuluh di lapangan di 15 BP3K

di Kabupaten dan Kota.

3. Tersusunnya KTI sebanyak 4 judul makalah (1 judul telah dipresentasikan),

3 judul KTI dalam bentuk buku yang didokumentasikan di Perpustakaan

BPTP dan BP3K.

Page 44: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

33

JADWAL KERJA

No. Uraian KegiatanBulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

I Persiapan :

1. Perbaikan RDHP

2. Penyusunan/pembahasanperbaikan RODHP(2 kegiatan)

3. Koordinasi

II Pelaksanaan :

4. Pengadaan ATK

5. Penentuan petani Demplot,

6. Persiapan, Pertemuan dilapangan

7. Pelaksanaan Demplot,demcara

8. Penyusunan bahan cetakandan elektronik

9. Pertemuan petani, penyuluhlapangan di BP3K

10 Field day

III Evaluasi :7. Laporan bulanan8 Analisis Data9 Laporan tengah tahun, akhir

tahun10 Seminar Hasil11 Penyusunan KTI

Page 45: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

34

PEMBIAYAAN

A. Rencana Anggaran Belanja (RAB)

No. Jenis Pengeluaran Volume HargaSatuan

JumlahBiaya

(Rp.000) (Rp.000)1 Belanja Bahan : 61.070

- Bahan saprodi demplot di BPP- Bahan pendukung pertemuan- Bahan informasi (modul, brosur,

leaflet, CD, buku)- ATK, Komputer Suplies- Konsumsi dalam rangka

pertemuan

7 paket31

197

5.0002.00012.00

3.22050

35.0006.000

12.000

3.2204.850

2 Honor Output Kegiatan- Honor petugas lapang- UHLpetani Kooperator

40150

10035

9.2504.0005.250

3 BelanjaJasaProfesi 5.000- Honor narasumber, pengarah,

evaluator10 500 5.000

4 BelanjaPerjalanan Biasa 45.000

5

- Perjalanan dalam rangkapelaksanaan kegiatan (berkisarantara Rp. 365.000 s/d Rp.5.000.000)

Belanja Perjalanan Dinas dalam Kota- Perjalanan dalam rangka

pelaksanaan kegiatan

9 OP

5 OH

5.000

100

45.000

500

500

Jumlah 120.820

Page 46: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

35

B. Realisasi Anggaran

No Jenis Pegeluaran RealisasiAnggaran

(Rp)

PersentaseKeuangan

(%)

PersentaseFisik (%)

1 Belanja Bahan :- ATK dan komputer

supplies3.470.000 100 100

- Bahan pendukungpertemuan

5.937.000 98,95 100

- Bahan saprodi- Bahan Informasi

35.000.00012.000.000

100100

100100

2 - Konsumsi Pertemuan 4.850.000 100 1003 Honor Output Kegiatan

- Honor petugas lapang 5.000.000 100 100- UHL petani kooperator 7.000.000 100 100

4 BelanjaJasaProfesi- Narasumber, pengarah,

evaluator1.950.000 97,5 100

5 BelanjaPerjalanan Biasa- Perjalanan dalam rangka

pelaksanaan kegiatan44.876.200 99,73 100

6 Belanja Perjalanan Dinasdalam Kota- Perjalanan dalam rangka

pelaksanaan kegiatan500.000 100 100

Jumlah 120.583.200 99,80 % 100 %

Page 47: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

36

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Agustina. 2008. Peranan Penyuluhan dan Kelompok Tani Ternakuntuk Meningkatkan Adopsi Teknologi dalam Peternakan Sapi Potong.Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong, 24 November 2008. Palu.

Abu Hasan, O., M. Ishida and Z. Ahmad Tajuddin. 1995. Oil palm fronds.technology transfer and acceptance a sustainable utilization for animalfeeding Proc. 17th Ann. Conf. MSAP, Penang, Malaysia.

Azwar.S, 2013. Penyusunan Skala Psikologi (Edisi 2). Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Astuti,UP dan Ruswendi, 2013. Makalah Seminar Nasional : Berbagai MetodeDiseminasi Teknologi Jeruk RGL di Kabupaten Lebong.

Astuti, UP, 2013. Laporan Akhir Tahun : Efektifitas Berbagai Metode Diseminasidalam Mendukung MP3MI berbasis Jeruk di Kabupaten Lebong

Badan Litbang Pertanian. 2005. Panduan Umum Pelaksanaan Pengkajian sertaProgram Informasi, Komunikasi, dan Diseminasi di BPTP. Badan LitbangPertanian, Jakarta.

Badan Litbang Pertanian. 2004. Prosiding Lokakarya Sinkronisasi Program HasilPenelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian,Jakarta.

Badri.M. 2008. Kontribusi Teori-teori Komunikasi dalam Komunikasi Inovasi,www.teori difusi.

Batubara, L.P. 2002a. Potensi biologis daun sawit sebagai pakan basal dalamransum sapi potong. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan danVeteriner, 30 September–1 Oktober, Ciawi, Bogor. Pusat PenelitianPengembangan Peternakan.

Batubara, L.P. 2003. Potensi Integrasi Peternakan dengan Perkebunan KelapaSawit sebagai Simpul Agribisnis Ruminan. Wartazoa Vol.13 No.3

Gardner, P, F, R, B, Perace, dan R, I, Michell. 1991. Fisiologi TanamanBudidaya. Terjemahan Oleh H, Susilo. Universitas Indonesia Press.Jakarta.

Hanafi, Abdillah. 1987. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Penerbit UsahaNasional : Surabaya.

Hidayat, Y, Saleh, Y, dan Waraiya, M. 2012. Kelayakan Usahatani Padi VarietasUnggul Baru Melalui PTT di Kabupaten Halmahera Tengah. JurnalPenelitian Pertanian Tanaman Pangan Vo. 31 No.3 2012.

Hubies.S.A.V. Pengaruh Desain Pesan Video Instruksional terhadap PeningkatanPengetahuan Petani tentang Pupuk Agrodyke. Jurnal Agro Ekonomi,Volume 25 No.1, Mei 2007 : 1 – 10.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas MaretUniversity Press. Solo.

Risna, Rosni, M, dan Mariani. 2012. Peran Penyuluhan Pertanian TerhadapPengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Padi Berdasarkan KelasKemampuan Kelompok Tani di Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten

Page 48: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

37

Hulu Sungai Tengah. Jurnal Agribisnis Perdesaan Volume 02 Nomor 03September 2012.

Sadono, Dwi. 2008. Pemberdayaan Petani : Paradigma Baru PenyuluhanPertanian di Indonesia. Jurnal Penyuluhan Maret 2008, Vol. 4 No.1.

Saridewi, T.R dan Siregar, A.N. 2010.Hubungan antara Peran Penyuluh danAdopsi Teknologi oleh Petani Terhadap Peningkatan Produksi Padi diKabupaten Tasikmalaya.Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 5 No. 1.

Setyanto, P dan R. Kartikawati.2008. Sistem Pengelolaan Tanaman Padi RendahEmisi Gas Metan. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan, Vol 27 (3): 154-163.

Shawwal, S.M dan Asyraf Muhammad. 2012. Kontribusi Penyuluhan TerhadapPeningkatan Produksi dan Pendapatan Petani (Kasus Petani Padi) diKabupatenLuwuUtara:http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/43f06187dabb

751 10dd804a1b697e186.pdf.

Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia.Jakarta.

Sudarta, W. 2005. Pengetahuan dan Sikap Petani Terhadap Pengendalian HamaTanaman Terpadu (Online). http: //ejournal .unud. ac.id/ abstrak /(6)%20soca-sudarta-pks%20pht(2).pdf diakses 30 Desember 2009.

Syafruddin, dkk. 2006. Hubungan Sejumlah Karakteristik Petani Mete denganPengetahuan Mereka dalam Usahatani Mete di Kabupaten Bombana,Sulawesi Tenggara. Jurnal Penyuluhan Juni 2006, Vol. 2 No.2.

Suprapto, H.S. 1992. Bertanam Jagung. Cetakan IX. Penerbit Penebar Swadaya.Jakarta.

Subandi , Ibrahim, M. 1990. Penelitian dan Teknologi Peningkatan ProduksiJagung di Indonesia. Balitbangtan. Deptan. Jakarta.

Subandi dan Subachtirodin. 2005. Teknologi Budidaya jagung Berdaya SaingGlobal. Makalah Disampaikan pada Pertemuan Pengembangan KoordinasiAgribisnis jagung. 1-2 Agustus 2005 di Bogor.

Wijianto, Arip. 2008. Hubungan antara Peranan Penyuluh dengan PartisipasiAnggota dalam Kegiatan Kelompok Tani di Kecamatan BanyudonoKabupaten Boyolali. Agritexts No. 24.

Wiriatmadja. 1977. Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian. C.V. Yasaguna. Jakarta

Yetti, H dan Ardian.2010. Pengaruh Penggunaan Jarak Tanam TerhadapPertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.)Varietas IR 42dengan Metode SRI (System of Rice Intensification). SAGU, Maret

2010 Vol. 9 No.1: 21-27.

Page 49: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

38

PERSONALIA

NO Nama/NIP JabatanFungsional/

BidangKeahlian

Uraian Tugas AlokasiWaktu(Jam/

Minggu)1 Dr. Umi

Pudji Astuti,MP

PenyuluhMadya/SosialEkonomiPertanian

- Penanggung jawab kegiatan- Membuat RODHP- Mengadakan rapat perencanaan

dengan tim- Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan- Melakukan koordinasi tim dan pihak

terkait- Menyusun laporan bulanan, triwulan,

tengah tahun dan laporan akhir.- Membuat KTI bidang Sosek dan

penyuluhan

15

2 Yesmawati,SP

PenelitiPertama/SosialEkonomiPertanian

- Menyusun rancangan demplot- Menyusun indikator pengukuran

demplot- Mengkoordinir penyuluh lapangan

dalam pengukuran komponen hasil- Tabulasi dan análisis data kelayakan

teknis, dan ekonomis- Membuat KTI bidang SOSEK

10

3 BunaiyahHonorita,SP

PenyuluhPertama/Penyuluhan

- Menyusun daftar pertanyaanperubahan PSK

- Bersama petugas lapangan mengukurperubahan PSK

- Melakukan tabulasi, dan análisis data- Membantu menyiapkan laporan- Membuat KTI perubahan prilaku

10

4 LindaHarta, S.Pt

PenyuluhPertama/Nutrisimakananternak

- Menyusun daftar pertanyaanperubahan PSK

- Bersama petugas lapangan mengukurperubahan PSK

- Melakukan tabulasi, dan análisis data- Membantu menyiapkan laporan- Membuat KTI perubahan prilaku

10

5 SanusiMusa

Administrasikeuangan

- Menyiapkan administrasi keuangan(RPD, Rencana pengajuan bahan danmemproses ke PUMK)

- Membantu kegiatan tim di lapangan

5

Page 50: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

39

Lampiran 1. Dokumentasi demplot jagung di Kabupaten Bengkulu Selatan

Gambar 1. Peninjauan calon lokasidemplot

Gambar 2. Penyusunan Petunjuk TeknisBersama penyuluh yang ada diBP3K

Gambar 3. Pengolahan lahan Gambar 4. Pembersihan rumput

Gambar 5. Lahan siap ditanam Gambar 6. Pembuatan tugal

Page 51: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

40

Gambar 7. Perendaman benih kacangtanah

Gambar 8. Penamanan kacang tanah

Gambar 9. Perendaman benih jagung Gambar 10. Pembuatan lubang tanam

Gambar 11. Penanaman jagung Gambar 12. Pencampuran pupuk

Page 52: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

41

Gambar 13. Pemupukan tanaman jagung dan kacang tanah

Gambar 14. Penyiangan gulma

Gambar 15. Jagung siap panen Gambar 16. Panen

Page 53: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

42

Gambar 17. Pemipilan jagung Gambar 18. Penjemuransecara modern

Page 54: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

43

Lampiran 2. Dokumentasi demplot padi di Kota Bengkulu

Gambar 1. Olah tanah

Gambar 3. Lokasi persemaian

Gambar 2. Pengambilan sampel tanah

Gambar 4. Penanaman

Gambar 5. Pemupukan Gambar 6. Pengambilan dataUbinan

Page 55: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

44

Gambar 7. Panen Gambar 8. Kegiatan Apresiasi Teknologi

Gambar 9. Pembukaan dan Kata Gambar 10. Penyampaian teknologiSambutan dari Kepala BP4K yang diterapkan

Gambar 11. Kunjungan lapangan Gambar 12. Pengisian kuesioner

Page 56: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

45

Lampiran 3. Dokumentasi demplot jagung di Kota Bengkulu

Gambar1.Peninjauan calon lokasidemplot jagung

Gambar 2. Penanaman benih jagung

Gambar 3. Tanaman jagung umur 7hari

Gambar 4. Pemupukan tanamanjagung

Gambar 5. Panen jagung

Page 57: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

46

Lampiran 4. Dokumentasi demplot kedelai di Kabupaten lebong

Gambar 1. Pembuatan bedeng tanam Gambar 2. Pemberian pupuk kandangdan kapur

Gambar 3. Pembuatan lubang tanamdengan ditugal

Gambar 4. Penanaman kedelai

Gambar 5. Tanaman kedelai umur 20HST

Gambar 6. Tanaman kedelai umur 40HST

46

Lampiran 4. Dokumentasi demplot kedelai di Kabupaten lebong

Gambar 1. Pembuatan bedeng tanam Gambar 2. Pemberian pupuk kandangdan kapur

Gambar 3. Pembuatan lubang tanamdengan ditugal

Gambar 4. Penanaman kedelai

Gambar 5. Tanaman kedelai umur 20HST

Gambar 6. Tanaman kedelai umur 40HST

46

Lampiran 4. Dokumentasi demplot kedelai di Kabupaten lebong

Gambar 1. Pembuatan bedeng tanam Gambar 2. Pemberian pupuk kandangdan kapur

Gambar 3. Pembuatan lubang tanamdengan ditugal

Gambar 4. Penanaman kedelai

Gambar 5. Tanaman kedelai umur 20HST

Gambar 6. Tanaman kedelai umur 40HST

Page 58: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

47

Gambar 7. Pertanaman kedelai menjelangpanen

Gambar 8. Pertanaman kedelai siappanen

Gambar 9. Pemanenan kedelai Gambar 10. Pengeringan kedelai

Gambar 11. Perontokan biji kedelaidengan tresher

Gambar 12. Pembersihan kedelai darikulit dan kotoran

Page 59: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

48

Gambar 13. Biji kedelai yang sudah dibersihkan

Page 60: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

49

Lampiran 5. Dokumentasi demplot jeruk di Kabupaten Lebong

Gambar 1. Peninjauan lokasi demplotjeruk lahan BP3K GunungAlam

Gambar 2. Peninjauan lokasi demplotjeruk lahan BP3K TabeakBlau

Gambar 3. Penyerahan bibit jeruk Gambar 4. Penyiapan lubang tanamjeruk

Gambar. 5. Penyiapan lubang jeruk Gambar 6. Lubang tanam jeruk

Page 61: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

50

Gambar 7. Penanaman jeruk Gambar 8. Penimbunan lubang jeruk

Page 62: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

51

Lampiran 6. Susunan acara dan petugas kegiatanpertemuan apresiasi teknologiantar pelaku inovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontaktaniTahun 2015.

Waktu Uraian Acara Petugas

10.00 – 10.15 Pembukaan Yesmawati, SP

10.15 – 10.40 Sambutan – sambutan

1. Kepala Desa Sukarami Midian Efendi

2. BPTP Bengkulu Dr. Ir. Umi Pudji Astuti,

MP

3. Kepala BP4K BengkuluSelatan

10.40 – 11.10 Budidaya Jagung Linda Harta, S.Pt

11.10 – 11.40 Kiat – kiat mendapatkan angkakredit dari kegiatan demplot

Dr. Ir. Umi Pudji Astuti,

MP

11.40 – 12.20 Kunjungan lapang Tim Kegiatan

12.20 – 13.00 Istirahat dan sholat Pembawa acara

13.00 – 14.30 Diskusi Pembawa acara

14.30 – 15.00 Pendampingan pengisian Bunaiyah Honorita, SP

15.00 - 15.30 Do’aPenutup

EngkosPembawa acara

Page 63: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

52

Lampiran 7. Dokumentasi kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelakuinovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontak tani di DesaSukarami Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun2015.

Gambar 1. Regristrasi peserta apresiasi Gambar 2. Pembukaan acara

Gambar 3. Kata sambutan dari KepalaDesa Air Nipis

Gambar 4. Kata sambutan dari BP4K

Gambar 5.Penyampaian materibudidaya jagung

Gambar 6. Penyampaian materi kiat –kiat mendapatkan angka kredit danpemanduan dalam pengisian kuesioner

Page 64: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

53

Gambar 7. Peninjauan kelokasi demplot Gambar 8. Diskusi yang dipandu olehKorluh BP3K Air Nipis

Gambar 7 dan 8. Pertanyaan yang disampaikan penyuluh dan petani

Page 65: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

54

Lampiran 8. Petunjuk teknis teknologi budidaya padi

PETUNJUK TEKNIS DEMPLOT BUDIDAYA PADIDI KOTA BENGKULU

1. Judul RODHP : Peningkatan Kapasitas Penyuluhan dalam RangkaPercepatan Penyebaran Inovasi Pertanian di ProvinsiBengkulu

2. Jenis Kegiatan : Diseminasi

3. Lokasi Kegiatan : Kota Bengkulu

4. Tujuan : 1. Meningkatkan peran peneliti dan penyuluh dalammempercepat proses adopsi inovasi teknologi budidayapadi.

2. Mendiseminasikan teknologi budidaya padi kepadapetani dan penyuluh di wilayah BPP Singaran Patih.

3. Mengetahui minat dan respon petani dan penyuluhterhadap inovasi teknologi budidaya padi.

5. Tahapan Pelaksanaan :

5.1. Penentuan Lokasi Demplot

Lahan Kelompok Tani Gambung Jaya Kelurahan Panorama Kecamatan Singaran

Patih dipilih sebagai lokasi demplot budidaya padi untuk memberikan

percontohan langsung kepada petani dan penyuluh di Kecamatan Singaran Patih

dan sekaligus memberdayakan BPP sebagai pusat informasi pembangunan

pertanian di kecamatan dengan luas lahan demplot sebesar 0,5 ha.

5.2. Penentuan Petani Kooperator/Penyuluh Pelaksana

Yang akan bertanggung jawab terhadap kegiatan demplot adalah Ketua

Kelompok Tani Gambung Jaya Kelurahan Panorama Kecamatan Singaran Patih,

Bapak Syahabudin dengan didampingi oleh Koordinator Penyuluh BP3K Singaran

Patih dan penyuluh pelaksana Desi Anita, SP.

5.3. Implementasi Demplot oleh Petani Kooperator atau Pelaksana Demplot yang

Ditunjuk dan Penyuluh Lapangan

Demplot budidaya padi dilaksanakan oleh petani kooperator yang telah

disepakati oleh penyuluh sebagai pendamping di lapangan.

Page 66: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

55

5.4. Pengumpulan Data oleh Penyuluh Lapangan

Data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan demplot budidaya padi terdiri dari

data agronomi dan sosial ekonomi. Data agronomi meliputi tinggi tanaman,

jumlah rumpun, jumlah anakan, umur berbunga, produktivitas hasil ubinan, dan

komponen hasil (jumlah anakan produktiv, panjang malai, jumlah gabah per

malai, dan berat 1000 butir. Data sosial berupa pengetahuan dan persepsi

petani dan penyuluh terhadap inovasi teknologi budidaya padi yang diterapkan

serta data ekonomi meliputi analisis kelayakan perubahan teknologi (penerapan

sistem tanam jajar legowo 2:1 dan pemupukan).

5.5. Diskusi/Pertemuan di Lahan atau di BPP Singaran patih

Diskusi dan pertemuan dilaksanakan di lahan dan BPP Singaran patih sebanyak 3

kali, yaitu: 1) Awal pelaksanaan sekaligus penjelasan teknis budidaya padi; 2)

Pengamatan dan diskusi rencana pengumpulan dan pengolahan data; 3)

Pertemuan dalam rangka penulisan KTI hasil demplot.

6. Metode pelaksanaan

Pelaksanaan demplot budidaya padi dilaksanakan dengan 1 perlakuan yang

merupakan hasil kajian BPTP tahun sebelumnya, dilaksanakan secara partisipatif

dimulai bulan Mei-September 2015 di BP3K Singaran patih. Teknologi budidaya

padi yang akan dilaksanakan adalah:

Varietas unggul

Pengolahan Lahan

Persemaian

Penanaman

Pemupukan

Pengairan

Penyiangan

Pengendalian hama dan penyakit tanaman

Panen dan pasca panen

Page 67: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

56

7. Produktivitas hasil ubinan

Tinggi tanaman, jumlah rumpun, jumlah anakan, jumlah malai, dan umur

berbunga akan diamati secara periodik setiap 2 minggu sekali. Data sosial yang

diambil meliputi data profil wilayah pengkajian, pengetahuan dan sikap petani

dan penyuluh terhadap teknologi budidaya padi. Data ekonomi yang diambil

adalah usahatani padi (penggunaan input berupa benih, pupuk, pestisida, tenaga

kerja; serta produksi dan harga).

8. Petunjuk Teknis Budidaya Padi

a. Varietas unggul.

Varietas yang digunakan adalah Cigeulis, dengan deskripsi sebagai berikut:

Dilepas tahun : 2002Tetua : Persilangan Ciliwung/Cikapundung/IR64Rataan Hasil : 5 – 8 ton/ha gabah kering bersihUmur Tanaman : 115 – 125 hariBentuk Tanaman : TegakTinggi Tanaman : 100 – 110 cmAnakan Produktif : 14 – 16 malaiWarna Kaki : HijauWarna Batang : HijauWarna Daun Telinga : PutihWarna Lidah Daun : PutihWarna Daun : HijauMuka Daun : Agak KasarPosisi Daun : TegakDaun Bendera : TegakBentuk Gabah : Ramping PanjangWarna Gabah : Kuning BersihKerontokan : SedangKerebahan : SedangTekstur Nasi : PulenBobot 1000 butir : 28 – 29 gramKadar AmilosaKetahanan Terhadap Hama

Ketahanan TerhadapPenyakitAnjuran

::

:

:

23%Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2dan 3Tahan terhadap bakteri hawar daun strainIVDapat ditanam pada musim penghujandan kemarau dan cocok ditanam padalokasi 600 m dpl

Page 68: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

57

b. Pengolahan Lahan

Tanah diolah hingga berlumpur dan rata.

Pengolahan tanah dilakukan dengan traktor, menggunakan bajak singkal

dengan kedalaman olah >20 cm. Tunggul jerami, gulma, dan bahan organik

yang telah dikomposkan dibenamkan ke dalam tanah bersamaan dengan

pengolahan tanah pertama.

Pembajakan dilakukan dua kali, selanjutnya penggaruan untuk perataan lahan

dan pelumpuran.

c. Persemaian

Buat bedengan dengan tinggi 5-10 cm, lebar 110 cm serta panjang sesuaikan

dengan kebutuhan. Luas persemaian adalah 5 % dari luas areal pertanaman

atau sekitar 500 m untuk tiap hektar pertanaman.

Pupuk kompos secukupnya dan pupuk kimia yang digunakan untuk

persemaian adalah Urea, SP -36 dan KCL masing masing dengan takaran 15

g/m. Persemaian diberikan karbufuran untuk menghindari hama burung,

orong-orong dan semut.

Sebelum disebar benih direndam terlebih dahulu selama 24 jam, kemudian

diperam selama 24 jam.

Benih yang mulai berkecambah ditabur di persemaian dengan kerapatan 25-

50 g/m atau 0,5 – 1 kg per 20 m. Kebutuhan benih 25 kg/ha.

Penanaman

Dilakukan pada saat bibit muda (15 – 21 HSS).

1-3 bibit perlubang.

Page 69: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

58

Sistem tanam legowo Legowo 2:1 (Jarak tanam 20 x 10 x 40 cm = pop. tan

33 rumpun/m2).

Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam, dengan bibit dari varietas dan

umur yang sama.

d. Pemupukan

Pemupukan dilakukan 3 x selama 1 musim tanam yaitu: pemupukan I =7-14

HST, II = 21 – 25 HST dan III = 35 – 40HST dengan dosis pupuk spesifik

lokasi.

Acuan rekomendasi pemupukan N, P dan K didasarkan pada inovasi Kalender

Tanam (KATAM) Terpadu .

Rekomendasi dosis pemupukan untuk demplot seluas 0,5 ha adalah sebagai

berikut:

Waktu Pemupukan Dosis Pupuk (kg)Urea NPK Phonska

Umur 7 – 14 HST 20 62Umur 21 – 25 HST 30 63Umur 35 – 40 HST 37,5 -Jumlah 87,5 125

Page 70: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

59

e. Pengairan

Selesai tanam ketinggian air 3 cm selama 3 hari.

Setelah periode tersebut, air pada petak pertanaman dibuang sampai kondisi

macak-macak selama 10 hari.

Fase pembentukan anakan s/d fase primordia bunga lahan digenangi air

setinggi 3 cm.

Menjelang pemupukan susulan pertama dilakukan drainase dan sekaligus

penyiangan.

Fase primordia bunga s/d fase bunting lahan digenagi air setinggi 5 cm untuk

menekan pertumbuhan anakan baru.

Selama fase bunting s/d fase berbunga lahan pertanaman diari 5 cm dan

dikeringkan (2 hari) secara bergantian.

Fase pengisian biji ketinggian air pertahankan 3 cm.

Seminggu menjelang panen lahan dikeringkan.

f. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk membebaskan tanaman dari gangguan gulma dan

kemungkinan tercampurnya biji gulma dalam benih yang akan dihasilkan.

Penyiangan gulma perlu dilakukan menjelang 21 hari setelah tanam agar

ramah lingkungan, hemat tenaga kerja, meningkatkan jumlah udara dalam

tanah, dan merangsang pertumbuhan akar lebih baik.

Penyiangan dilakukan dua atau tiga kali tergantung keadaan gulma.

Penyiangan dilakukan pada saat pemupukan susulan pertama atau kedua. Ini

dimaksudkan agar pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi,

jika gulma sudah dikendalikan.

Page 71: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

60

g. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit menggunakan konsep PHPT (Pengendalian

Hama dan Penyakit Tanaman Terpadu).

h. Panen Tepat Waktu

Panen harus memperhatikan: umur tanaman padi, cara pemanenan serta

tinggi pemotongan tanaman (sebaiknya ketinggian pemotongan sekitar 20

cm dari permukaan tanah dengan maksud jerami yang diangkut dari lahan

tidak terlalu banyak sehingga dapat dibuat kompos).

Waktu panen yang tepat dapat di dasarkan :

1. Umur varietas yang tercantum di dalam deskripsi varietas Landak Gasrok

Panen tepat waktu (90-95% gabah telah berisi dan menguning).

2. Kadar air 21-26%,

3. Pada saat 30-35 hari setelah berbunga, dan

4. Kenampakan malai 90-95% gabah telah berwarna kuning.

i. Perontokan Gabah Sesegera Mungkin

Perontokan gabah sesegera mungkin, paling lama 1-2 hari setelah panen. Cara

perontokan:Diiles/diinjak-injak, dipukul, dibanting, disisir, kombinasi disisir dan

dibanting, dan penggunaan alat/mesin perontok.

j. Ubinan

Ubinan merupakan cara pendugaan hasil panen yang dilakukan dengan

menimbang hasil tanaman contoh pada plot panen.

Legowo 2 : 1

Ukuran Ubinan untuk legowo 2 : 1 dapat digunakan 2,4 x 2,4 m atau lebih.

Untuk ukuran petak ubinan legowo 2x 1 m, terdapat 192 tanaman.Dalam 1

ha terdapat 1.736.111 petak ubinan.

Konversi hasil ubinan ke dalam Gabah Kering Giling (GKG) dihitung dengan

menggunakan rumus berikut:

Hasil GKG 14% = ((100 - Ka) / 86) x GKP

Keterangan:

Ka : Kadar air (%)

GKP : Gabah Kering Panen

GKG : Gabah Kering Giling

Page 72: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

61

9. Nama dan Luas Display Kota Bengkulu

No. Nama

Luas

Lahan

(hektar)

Varietas

Dosis Pupuk

Phonska Urea

1. Syahabuddin 0,5 Cigeulis 125 87,5

10. Tahapan Pelaksanaan

No Waktu Uraian RencanaPelaksanaan

TanggalPelaksanaan Keterangan

1 Pengolahan Tanah Mei 2015 10 Mei 20152 < 20 hss Persemaian Mei 2015 15 Mei 2015 -3 0 hst Penanaman

Pengendalian Keong 2 Juni 2015 3 Juni 2015

4 7 – 14hst

Pemupukan ke 1(62 kg Phonska dan20 kg Urea)

10 Juni 2015

5 < 21 hst Penyiangan ke 1 22 Juni 20156 21 – 25

hstPemupukan ke 2(63 kg Phonska dan30 kg Urea)

24 Juni 2015

7 < 40 hst Penyiangan ke 2 6 Juli 20158 35 – 40

hstPemupukan ke 3(37,5 kg Urea) 8 Juli 2015

9 Penyemprotan ke 110 Penyemprotan ke 211 70 hst Penyemprotan Score 12 Agustus

201512 Penyemprotan ke 313 Penyemprotan ke 414 Penyemprotan ke 515 Panen 30 September

201516 Hasil Ubinan 1

(......... kg )Hasil Ubinan 1(......... kg )Hasil Ubinan 1(.........kg )

Page 73: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

62

11. Rencana Pelaksanaan

No Uraian Kegiatan BULAN1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Koordinasi antar instansi(Dinas Pertanian dan BPTP)

2 Persiapan lahan/Pengolahanlahan

3. Persemaian4. Penanaman5. Pemupukan I (20 HST)6. Pemupukan II (40 HST)7. Pemupukan III (50 HST)8. Pengairan9. Penyiangan10. Pengendalian OPT (hama dan

penyakit)11. Pengamatan12. Panen13. Perontokkan14. Pengangkutan hasil panen15. Penjemuran

Page 74: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

63

12. Tabel Pengamatan Demplot Teknologi Budidaya Padi

No. Uraian

Minggu ke-2 4 6 8 10 12 14

Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal

1. Tinggi tanaman2. Jumlah rumpun3. Jumlah anakan4. Jumlah malai5. Umur berbunga

6.Produksi hasilubinan

7. Berat 1000 butir

Page 75: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

64

Lampiran 9. Petunjuk teknis teknologi budidaya jagung secara tumpangsari

PETUNJUK TEKNIS DEMPLOT BUDIDAYA BUDIDAYA JAGUNG SECARATUMPANGSARI DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN

1. Judul RDHP : Peningkatan Kapasitas Penyuluh, Peneliti dalam

Percepatan Penyebaran Inovasi Pertanian di Provinsi

Bengkulu.

2. Jenis Kerja : Desiminasi

3. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Bengkulu Selatan

4. Tujuan : 1. Meningkatkan peran peneliti dan penyuluh dalam

percepatan proses adopsi inovasi pertanian melalui

kegiatan demplot di wilayah kerja BP3K.

2. Mendiseminasikan teknologi budidaya tumpangsari

jagung dengan kacang tanah kepada petani, KTNA

dan penyuluh di Kabupaten Bengkulu Selatan.

3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

penyuluh dan petani di Kabupaten Bengkulu Selatan

5. Tahapan Pelaksanaan:

5.1. Penentuan Calon Lokasi Demplot :

Wilayah pengembangan jagung/potensi pengembangan jagung

Penyuluh dan petani kooperatif

Tersedia lahan garapan

5.2. Penentuan Lokasi

Kemudahan akses ke lokasi Demplot/strategis untuk dikunjungi,

memenuhi kondisi fisik lokasi

5.3. Persiapan Lahan

Siapkan cangkul atau traktor dan sarana penunjang lainnya.

Olah tanah dengan cara dicangkul atau dibajak 1 – 2 kali hingga gembur

sambil diratakan.

Buang rumput – rumput liar atau pepohonan yang tidak berguna,

kemudian tampung pada suatu pembuangan limbah pertanian.

Tambahkan pupuk kandang, kemudian dibalik dan dicampur merata

dengan tanah lapisan atas.

Buat parit setiap 10 m dengan arah timur – barat

Page 76: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

65

Gambar 1 dan 2. Pengolahan lahan

Gambar 3 dan 4. Pemberian pupuk kandang

5.4. PenanamanPenanaman kacang tanah dan jagung dilakukan dengan cara ditugal.

Penanaman kacang tanah dan jagung tidak dilakukan secara serentak

namun kacang tanah ditanam 7 – 10 hari lebih dahulu daripada

jagung.Tumpangsari yang dilakukan dalam pengkajian ini adalah

tumpangsari jalur atau Strip-intercropping, dua jalur jagung diikiuti 8 jalur

kacang tanah.Jarak tanam kacang tanah adalah 40 cm X 15 cm, jarak tanam

jagung 40 cm X 40 cm.

5.4.1. Persiapan Penanaman

Membuat lubang tanam menggunakan tugal.Tugal dibuat dari batang

kayu yang salah satu ujungnya diruncingkan atau berbentuk baji.

Keuntungan menggunakan mata tugal pada penanaman atau pemupukan

adalah :

1. Tugal mudah diusahakan dengan biaya relatif lebih murah

2. Kedalaman lubang tanam jangan terlalu dalam ± 5 cm

3. Memudahkan dalam pembuatan lubang tanam maupun pemupukan

Cara pembuatan lubang tanaman

1. Rentangkan tali rafia mulai dari sisi petakan dan ikatkan pada ajir

Page 77: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

66

2. Lakukan penugalan lubang tanam pertama sejauh 20 cm (setengah jaraktanam) dari sisi petakan.

3. Lakukan penugalan untuk membuat lubang tanaman berikutnya denganmenggunakan tugal bermata tunggal.

Gambar 5. Pemasangan tali untukjalur tanam

Gambar 6. Penugalan untuklubang tanam

5.4.2. Penanaman

a. kacang tanah

1. kebutuhan benih kacang tanah yang ditanam dengan metode tumpangsari

jalur dengan perbandingan jumlah benih yang digunakan 80%. Benih yang

diperlukan untuk 1 ha sebanyak 64 kg dari 80 kg. Benih kacang tanah

dibasahi air hingga merata di tempat yang teduh, kemudian direndam

dengan campuran air dan insektisida berbahan aktif karbofuran (merk

dagang : furadan, darmafur dll) dengan konsentrasi 1 gr/10 ml air untuk

setiap 1 kg benih.

2. Masukkan 1 butir benih kacang tanah ke dalam lubang yang telah dibuat.

Tutup lubang dengan tanah tipis.

b. Jagung

1. Kebutuhan benih jagung yang ditanam dengan metode tumpangsari jalur

dengan perbandingan jumlah benih yang digunakan 40%. untuk 1 ha benih

jagung sebanyak 6 kg dari 15 kg. Benih jagung dibasahi air hingga merata

di tempat yang teduh, kemudian direndam dengan campuran air,

insektisida berbahan aktif karbofuran (merk dagang : furadan, darmafur

dll) dengan konsentrasi 1 gr/10 ml air dan fungisida berbahan aktif

metalaksil (merk dagang cruser, ridomil, saromyl dll) 1,25 gr/10 ml air

untuk setiap 1 kg benih.

2. Masukkan benih jagung 1 butir kedalam lubang yang telah dibuat. Tutup

lubang dengan tanah tipis.

Page 78: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

67

Gambar 7. Benih jagung Gambar 8. Benih kacang

Gambar 9. Penanaman benih jagung Gambar 10. Penanaman benihkacang

5.4.3. Pemupukan

Dosis pupuk yang digunakan berdasarkan hasil uji tanah dengan

menggunakan perangkat uji tanah kering (PUTK).Dari hasil uji diperoleh

kandungan unsur hara tanah yaitu Phospor dengan status sedang, Kalium

dengan status sedang, PH tanah dengan status agak masam dan C

organic dengan status sedang.

1. Pemupukan dilakukan dengan cara membuat larikan dengan jarak 5 – 7

cm dari baris tanaman. Larikan tersebut diisi dengan pupuk kemudian

segera ditutup dengan tanah kembali.

2. Pemupukan Kacang Tanah

a. Pemupukan kacang tanah dilakukan pada saat tanaman berumur 10 –

15 hari setelah tanam sebanyak 280 kg/ha pupuk urea, 140 kg/ha SP-

36, 60 kg/ha KCl.

Page 79: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

68

3. Pemupukan Jagung

a. Pemupukan jagung dilakukan pada saat tanaman berumur 10 – 15 hari

setelah tanam sebanyak 49 kg/ha pupuk Urea, 70 kg/ha SP-36, 30

kg/ha KCl

b. Pemupukan susulan kedua jagung dilakukan saat jagung berusia 35 –

40 HST dengan dosis pupuk 91 kg/ha Urea.

4. Pemberian kapur pertanian dilakukan bersamaan dengan pemupukan

pertama kacang tanah. Pemberian kapur dilakukan dengan cara membuat

larikan berjarak 5 – 7 cm dari tanaman. Pada larikan tersebut

ditambahkan kapur pertanian dengan dosis 600 kg/ha.Larikan diisi

dengan kapur dan segera ditutup dengan tanah.

5. Pemberian pupuk kandang dilakukan pada saat olah lahan. Pupuk

kandang diberikan sebanyak 2 ton/ha.

6. Pemberian karbofuran dilakukan pada saat tanaman kacang tanah

berumur 28 – 30 HST.

Gambar 11. Pemupukan kacang

tanah

Gambar 12. Pemupukan jagung

5.5. Pemeliharaan Tanaman

5.5.1. Penyulaman

1). Benih kacang tanah dan jagung akan tumbuh 3 – 7 HST. Apabila

dalam waktu tersebut ada benih yang tidak tumbuh, harus segera

disulam.

2). Penyulaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam baru pada

bekas lubang tanam terdahulu. Kemudian tiap lubang diisi 1 benih

Page 80: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

69

kacang tanah dan benih jagung yang baru, selanjutnya benih tersebut

ditutup dengan tanah tipis.

3). Penyulaman bertujuan untuk mempertahankan jumlah populasi

optimal persatuan luas lahan.

4). Penyulaman yang terlambat akan berpengaruh terhadap benih atau

tanaman hasil sulaman dan menyulitkan pemeliharaan tanaman

selanjutnya.

5.5.2. Penyiangan dan Pembubunan

Rumput liar (gulma) yang tumbuh dilahan penanaman menjadi

pesaing tanaman pokok dalam hal kebutuhan air, unsur hara dan sinar

matahari. Disamping itu gulma sering menjadi sarang hama atau

penyakit. Oleh karena itu, gulma harus dibersihkan (disiangi).Penyiangan

dilakukan berbarengan dengan pemupukan tanaman.

1). Penyiangan pertama dilakukan pada waktu tanaman kacang tanah

berumur 10 - 15 hari setelah tanam (HST).

2). Penyiangan kedua dilakukan bersamaan dengan pemupukan pertama

jagung pada saat Kacang tanah berumur 20 -25 HST atau jagung

berumur 10 – 15 HST.

3). Penyiangan ketiga dilaksanakan bersamaan dengan pemupukan

kedua jagung pada saat Kacang tanah berumur 45 -50 HST atau

jagung berumur 35 – 40 HST.

4). Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan rumput liar

(gulma) secara hati – hati agar tidak menggangu perakaran tanaman.

5). Alat bantu penyiangan dapat berupa kored atau parang. Pada waktu

penyingan kedua, dilakukan pembubunan, yaitu tanah digemburkan,

kemudian ditimbunkan didekat pangkal batang tanaman.

6). Pembubunan memudahkan bakal buah (gynofora) menembus

permukaan tanah, sehingga pertumbuhannya optimal.

5.5.3. Pengairan

1). Pada fase awal pertumbuhan tanaman kacang tanah dan jagung

membutuhkan pengairan yang memadai terutama di musim kemarau.

2). Kebutuhan optimal air harus dipertahankanhingga tanaman berumur

3 minggu.

Page 81: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

70

3). Pengairan dihentikan 10 hari sebelum panen untuk memudahkan

pemanenan. Waktu pengairan yang paling baik adalah pagi atau sore

hari.

4). Air berlebihan harus segera dibuang (dialirkan)kepetakan lain. Tanah

yang becek atau menggenang akan mengganggu pertumbuhan

tanaman.

5.5.4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Organisme penggangu tanaman (OPT) merupakan salah satu faktor

pembatas produksi dalam budidaya tanaman. OPT meliputi hama,

penyakit dan gulma. Hama adalah serangga atau hewan mamalia yang

keberadaannya menimbulkan kerusakan pada tanaman budidaya atau

produknya yang menimbulkan kerugian ekonomi.Penyakit adalah

cendawan, bakteri, virus yang keberadaannya menimbulkan kerusakan,

namun sangat sulit diketahui saat datang dan awal gejalanya.Gulma

adalah tumbuhan yang tidak dinginkan dan kehadirannya dapat

menurunkan keuntungan usaha tani.

Salah satu penyakit paling berbahaya pada jagung adalah penyakit

bulai. Penyakit ini mengakibatkan tanaman menjadi terhambat

pertumbuhannya dan pembentukan tongkol terganggu sampai tidak

bertongkol sama sekali. Untuk mencegah penyakit bulai pada tanaman

jagung diberikan insektisida karbofuran saat tanaman berbunga. Untuk

mencegah serangan hama pada kacang tanah, saat tanaman mulai

berbunga diberikan insektisida sistemik berbahan dasar karbofuran.

Beberapa OPT yang dominan pada tanaman kacang tanah dan

jagung antara lain :

A. Kacang tanah

1. Thirps

Gejala : warna putih keperak-perakan pada permukaan daun,

serangan berat pada permukaan daun, serangan berat pada

musim kemarau

2. Pengendalian : pergiliran tanaman, tanam serempak dan

penyemprotan pestisida

3. Kutu daun

Page 82: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

71

Gejala : kutu daun hidup bergerombol pada pucuk tanaman,

kuncup bunga atau batang muda. Kutu juga berperan sebagai

vector virus.

Pengendalian : penanaman serentak dan penyemprotan

insektisida

4. Penyakit bercak daun

Penyebabnya jamur cercoospora personata dan cercoospora

arachidicola. Gejalanya timbul bercak berukuran 1 – 5 mm,

berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang.

5. Penyakit karat

Penyakit : jamur puccina arachidis speg

Gejala : pada daun terdapat bercak – bercak berwarna coklat

muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum

waktunya.

Pengendalian : gunakan varietas yang resisten, tanaman yang

terserang dicabut dan dibakar.

B. Jagung

1. Hama penggerek batang

Gejala : kerusakan pada setiap bagian tanaman jagung yang

terserang yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada

batang, bunga jantan atau pangkal tongkol serta batang mudah

patah. Kehilangan hasil akibat serangan dapat mencapai 80%.

Pengendalian : waktu tanam yang tepat, tumpangsari jagung

dengan kedelai atau kacang tanah, pemotongan sebagian bunga

jantan.

2. Hama kutu daun

Gejala langsung apabila populasi tinggi helaian daun menguning

dan mengering. Gejala tidak langsung sebagai vector virus

menimbulkan mosaic ataupun garis – garis klorose sejajar tulang

daun

Pengendalian : musuh alami, parasit, insektisida sistematik

karbofuran (merk dagang : furadan, darmafur dll)diberikan melalui

pucuk pada stadia vegetatif.

Page 83: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

72

3. Bercak daun

Gejala pada daun tampak bercak memanjang dan teratur

berwarna kuning serta dikelilingi warna coklat. Bercak berkembang

dan meluas dari ujung hingga pangkal daun.

Pengendalian : pergiliran tanaman, mengatur kelembaban laham

agar kondisi lahan tidak lembab, menggunakan pestisida.

5.6. Panen dan Pascapanen

1. Kacang Tanah

Panen polong kacang tanah yang belum tua menyebabkan penurunan

produksi dan kualitas biji, yaitu berat polong turun drastis dan biji –

bijinya menjadi keriput setelah dikeringkan.

Panen polong yang terlalu tua menyebabkan banyak biji tumbuh dan

polong tertinggal dalam tanah pada waktu dicabut.

Ciri – ciri kacang tanah siap panen untuk benih dan bahan baku industri

makanan adalah :

1. Sebagian besar daun menguning dan gugur (rontok).

2. Tanaman berumur 85 – 110 hari, tergantung pada varietasnya.

3. Sebagian besar polongnya (80%) telah tua.

4. Kulit polong cukup keras dan berwarna coklat kehitaman.

5. Kulit biji tipis dan mengkilap.

6. Rongga polong terisi penuh.

Setelah dicabut dari tanah dengan hati-hati, batang kacang tanah

dipotong dari bagian pangkal tanaman ± 10cm. Polong kacang tanah

dibersihkan dari tanah yang melekat. Dilanjutkan dengan pemipilan dan

perontokan polong.

Pengeringan dengan cara menebarkan polong kacang tanah diatas

anyaman bambu atau tikar dan dijemur dibawah terik sinar matahari

sampai kering (kadar air 9% -12%).

Kacang tanah dapat disimpan dalam bentuk polong kering atau biji

kering.

2. Jagung

Page 84: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

73

Panen dilakukan apabila kelobot tongkol telah mengering atau berwarna

coklat, biji telah mengeras dan telah terbentuk lapisan hitam (Black layer)

minimal 50% disetiap baris biji.

Panen terlalu awal kadar air masih tinggi dapat berakibat biji keriput,

warna kusam dan bobot biji lebih ringan.

Panen terlalu lambat terlebih saat masih hujan dapat menimbulkan

tumbuhnya jamur, bahkan biji dapat berkecambah.

Tongkol yang sudah dipanen segera dijemur atau dianginkan jika kondisi

hujan.

Disarankan tidak menyimpan tongkol dalam keadaan basah dalam karung

karena dapat menyebabkan tumbuhnya jamur.

Pemipilan dilakukan setelah tongkol kering (kadar air biji ± 20%) dengan

alat pemipil.

Jagung pipil dikeringkan lagi sampai kadar air biji mencapai sekitar 14%.

Jika cuaca hujan pengeringan dilakukan dengan mesin pengering, tidak

dianjurkan menyimpan biji jagung dalam kondisi kadar air > 14% dalam

karung untuk waktu lebih dari 1 bulan.

5.7. Parameter yang diamati

5.7.1. Komponen pertumbuhan vegetatif dan Komponen hasil

1. Jagung

a. Pertumbuhan vegetatif

IndikatorHari pengamatan

14 HST 28 HST 42 HST 56 HSTTinggi tanamanSerangan OPT

Keterangan : HST : hari setelah tanam OPT : organisme pengganggu

tanaman

b. Komponen hasil

Indikator Hasil Pengamatan Keterangan

Tinggi tongkol (cm) Setelah panenPanjang tongkol (cm) Setelah panenLingkar tongkol (cm) Setelah panenJumlah biji/tongkol (biji) Setelah panenBerat biji/tongkol (gram) Setelah keringJumlah produksi (kg/ha) Setelah kering

Page 85: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

74

Komponen pertumbuhan vegetatif yang diamati adalah tinggi tanaman.

Tinggi tanaman diukur tegak lurus tanah hingga bagian tertinggi tanaman

jagung. Komponen hasil jagung yang diamati meliputi tinggi tongkol,

panjang tongkol, lingkar tongkol, jumlah biji/ tongkol dan hasil produksi

tanaman jagung. Tinggi tongkol diukur dengan cara mengukur tegak lurus

dari tanah hingga pangkal tongkol tumbuh. Panjang tongkol diukur dengan

mengukur panjang tongkol jagung dari pangkal tongkol hingga ujung

tongkol jagung. Lingkar tongkol diukur dengan cara mengukur diameter

tongkol yang telah dipipil pada 3 titik dan nilainya dirata- ratakan sebagai

diameter tongkol. Jumlah biji/ tongkol diukur dengan cara memipil biji

jagung dari tongkolnya dan diukur jumlah biji jagung. Hasil produksi

tanaman jagung diukur dengan cara mengambil sampel produksi tanaman

melalui ubinan.

2. Kacang Tanah

a. Pertumbuhan vegetatif

Indikator Hari pengamatan14 HST 28 HST 42 HST 56 HST

Tinggi tanamanJumlah cabangUmur 50% tanaman berbungaSerangan OPT

b. Komponen hasil

Indikator Hasil Pengamatan Keterangan

Jumlah polong/tanaman Setelah panenJumlah biji/polong Setelah panenJumlah biji/tanaman Setelah panenBerat biji/tongkol (gram) Setelah keringJumlah produksi (kg/ha) Setelah kering

Komponen pertumbuhan vegetatif yang diamati adalah tinggi tanaman dan

jumlah cabang. Tinggi tanaman diukur tegak lurus tanah hingga titik

tumbuh tanaman tertinggi. Titik tumbuh tanaman terletak pada bagian

pucuk tanaman.Komponen hasil kacang tanah yang diamati meliputi jumlah

polong/ tanaman, jumlah biji/ polong, jumlah biji/ tanaman dan hasil

produksi tanaman. Jumlah biji/ polong diukur dengan cara mengupas biji

Page 86: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

75

kacang tanah pada setiap polong tanaman sampel dan mencatat hasilnya.

Jumlah biji tanaman dihitung dengan cara mengupas biji kacang tanah pada

tanaman sampel. Hasil produksi tanaman diukur dengan cara mengambil

sampel produksi tanaman melalui ubinan.

5.7.2. Perkembangan OPT

Perkembangan yang akan diamati meliputi hama dan penyakit pada

tanaman jagung dan kacang tanah. Pengamatan dilakukan secara periodik.

Lampiran 1. Deskripsi Jagung Varietas Sukmaraga

Dilepas tahun : 14 Februari 2013Umur 50% keluar rambut : ± 58 hariMasak fisiologis : ± 105 – 110 hariBatang : TegapWarna batang : HijauTinggi tanaman : ± 195 cm (180 – 220 cm)Daun : Panjang dan lebarKeragaman tanaman : Agak seragamWarna rambut : Coklat keunguanBentuk tongkol : Panjang dan silindrisTinggi tongkol : ± 195 cm (90 – 100 cm)Kelobot : Tertutup baik (85%)Tipe biji : Semi mutiara (semi flint)Warna biji : Kuning tuaBaris biji : Lurus dan rapatJumlah baris/tongkol : 12 – 16 barisBobot 1000 biji : ± 270 gRata-rata hasil : 6,0 t/ha pipilan keringPotensi hasil : 8,5 t/ha pipilan keringKetahanan penyakit : Cukup tahan terhadap penyakit bulai (P.

maydis), penyakit bercak daun (H. maydis),dan penyakit karat daun (Puccinia sp.)

Daerah sebaran : Dataran rendah sampai 800 m dpl, adaptiftanah masam

Page 87: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

76

Lampiran 2. Deskripsi Kacang Tanah

A. Diskripsi Kacang Tanah Varietas Tuban

Dilepas tahun : 7 Agustus 2003SK Mentan : 398/Kpts/SR.120/8/2003Nomor induk : MLG 7547Kode galur : GH 7547Asal : Seleksi galur dan massa dari populasi varietas

lokal Tuban asal SemandingHasil rata-rata : 2,0 t/ha polong keringPotensi hasil : 3,2 t/ha polong keringTipe pertumbuhan : TegakPercabangan : TegakWarna batang : UnguWarna daun : HijauWarna bunga : Pusat bendera : kuning mudaMatahari : ungu kemerahanWarna ginofor : Rose (merah muda)Bentuk polong : BerpinggangJaring kulit polong : Tidak nyataBentuk biji : BulatTinggi tanaman : 45–60 cmJumlah polong/tanaman : 15–20 buahJumlah biji/polong : 2 / 1 / 3Umur berbunga : 28–31 hariUmur panen : 90–95 hariBobot 100 biji : 35–38 gBobot 100 polong : 80–85 gKadar protein : 21,4%Kadar lemak : 42,5%Ketahanan thd penyakit : Tahan layu, toleran karat dan bercak daun dan

agak tahan A. flavusToleransi abiotik : Toleran kekeringan, toleran kahat Fe dan adaptif

di Alfisol alkalisPemulia : Astanto Kasno, Joko Purnomo, Novita

Nugrahaeni, Trustinah, Mujiono, dan A. MunipEkofisiologis : Abdullah TaufikFitopatologis : Nasir Saleh, Sumartini

Page 88: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

77

B. Diskripsi Kacang Tanah Varietas Talam

Dilepas tahun : 30 Nopember 2010SK Mentan : 3794/Kpts/SR.120/11/2010Nomor induk : MLG 0512Nama galur : No. 16 (J/912283-99-C-90-8)Asal : Silangan antara varietas Jerapah (J)dengan

varietas tahan A. FlavusICGV 1283Hasil rata-rata : 2,3 t/ha polong keringPotensi hasil : 3,2 t/ha polong keringTipe pertumbuhan : Tegak (Sapinsh)Rata – rata tinggitanaman

: ± 42 cm

Bentuk batang : BulatWarna batang : HijauWarna daun : HijauWarna bunga : Pusat bendera : Berwarna kuning mudaMatahari : Merah tuaWarna ginofor : Hijau-keunguanBentuk polong : BerpinggangKontruksi polong : DangkalJaring kulit polong : SedangPelatuk : KecilBentuk biji : BulatWarna biji : Merah muda (tan)Jumlah polong/tanaman : ±27 polongJumlah biji/polong : 2/1/3 polongWarna polong muda : PutihWarna polong tua : Putih gelapPosisi polong : Miring ke bawahUmur berbunga : 28–31 hariUmur panen : 90–95 hariBobot 100 biji : ±50,3 gramKadar protein : ±26,3%Kadar lemak : ±45,4%Kadar lemak esensial : ±44,0% dari lemak totalKetahanan thd hama : Berindikasi agak tahan hama kutu kebul (Bemisia

tabaci)Ketahanan thd penyakit : Tahan terhadap penyakit layu bakteri,agak tahan

karat daun, agak tahan bercak daun dan tahan A.Flavus(hingga 3 bulan setelah panen)

Keterangan : Agak tahan lahan masam (pH 4,5–5,6) dengankejenuhan Al 30–35%

Pemulia : Astanto Kasno, Trustinah, Joko Purnomo, NovitaN

Patologis : SumarsiniAgronomis : Abdullah TaufiqPengusul : Balai Penelitian Tanaman Kacang kacangan dan

Umbi-umbian, Malang

Page 89: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

78

Lampiran 4. Catatan Harian/Farm Record Keeping Demplot Tumpangsari antaraJagung dengan Kacang Tanah.

No Kegiatan Pelaksanaan Keterangan jumlahyang mengerjakan

Mulai Selesai Laki-laki Perempuan1

- Mengolah lahan- Membuat bedengan- Membuat lubang tanam

2 Penanaman- Penanaman kacang tanah- Penanaman jagung

3 Pemupukan- Kacang Tanah 10-15 HST- Jagung 10-15 HST- Pemberian kapur pertanian 10-15 HST- Pemberian darmafuran 28-30 HST

4 Pemeliharaan tanaman- Penyulaman :

1. Kacang Tanah2. Jagung

- Penyiangan danpembubunan :1. Pertama2. Kedua3. Ketiga

10-15 HST20-25 HST45-50 HST

5 PengamatanA. Jagung1. Tinggi tanaman2. Panjang tongkol3. Lingkar tongkol4. Tinggi tongkol5. Jumlah biji/tongkol6. Hasil produksi tanaman7. Umur panenB. Kacang Tanah1. Tinggi tanaman2. Mulai berbunga3. Jumlah polong/tanamn4. Jumlah biji/polong5. Jumlah biji/tanaman6. Hasil produksi tanaman7. Umur panen

Page 90: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

79

Lampiran 5. Kegiatan Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah

No Uraian Tanggal Keterangan

1. Tanam Kacang tanah (n)

2. Penyulaman Kacang tanah (n) s.d. (n + 3)

3. Penanaman Jagung (n+ 10)

4. Pemupukan Kacang tanahPenyiangan gulma

(n+ 10) s.d (n+ 15)

5. Penyulaman Jagung (n+10) s.d (n+13)

6. Pemupukan susulan JagungPenyiangan gulma

(n+20) s.d (n+25)

7. Pemupukan susulan JagungPenyiangan gulma

(n+45) s.d (n+50)

8. Panen Kacang Tanah (n+85) s.d (n+110)

9. Panen Jagung (n+120) s.d (n+125)

Page 91: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

80

Lampiran 6. Rancangan Demplot Denah Penanaman Tumpangsari Jagung danKacang Tanah

Keterangan :Jagung (40cm X 40cm) Kacang tanah (40cm X 15cm)

Lampiran 7. Komposisi Pupuk berdasarkan hasil uji tanah dengan menggunakanPUTK

1. Kacang TanahHara yang ditambahkan Waktu aplikasi (HST)***

10 – 15Urea 280 kg/haSP-36 140 kg/haKCl 60 kg/ha

Catatan :***) Nilai persentase dari takaran pupuk yang harus diaplikasikan sesuai umurtanaman.Jika menggunakan pupuk majemuk, takaran unsur N, P dan K disetarakandengan pupuk tunggal.

2. JagungHara yangditambahkan

Takaran * (kg/ha) Waktu aplikasi (HST)***10 – 15 35 – 40

Urea 125 – 350 49 kg/ha 91 kg/haSP-36 100 – 200 70 kg/ha -KCl 50 – 200 30 kg/ha -

Catatan :*) Takaran pupuk dapat diubah disesuaikan dengan ketersediaan hara dalam tanah darihasil analisis tanah atau rekomendasi setempat.**) Nilai persentase dari takaran pupuk yang harus diaplikasikan sesuai umurtanaman.Jika menggunakan pupuk majemuk, takaran unsur N, P dan K disetarakandengan pupuk tunggal.***) Dosis pupuk berdasarkan hasil uji tanah dengan menggunakan PUTK

3. Pupuk kompos sebanyak 2 ton/ha4. Kapur pertanian sebanyak 500 kg/ha

Page 92: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

81

Lampiran 8. Jenis Insektisida dan Fungisida yang Digunakan

1. Tanaman Jagungc. Karbofuran (merk dagang : furadan, darmafur) : 16 kg/had. Metalaksil (merk dagang : rindomil, saromyl) : 50 ml/ha

2. Tanaman kacang tanaha. Karbofuran (merk dagang : furadan, darmafur) : 16 kg/ha

Lampiran 9. Form pengamatan

Tabel 1. Tabel pengamatan JagungNo. Keterangan Tinggi Tanaman Tinggi

TongkolProduksiTanaman

Tabel 2. Tabel Pengamatan Kacang TanahNo. Keterangan Tinggi Tanaman Jumlah Cabang Produksi

Tanaman

Tabel 3. Tabel Pengamatan Komponen Hasil JagungNo. Keterangan Panjang

TongkolLingkarTongkol

Jumlah Biji/ tongkol

Tabel 4. Tabel Pengamatan Komponen Hasil JagungNo. Keterangan Jumlah polong/

tanamanJumlah biji/ tanaman

Page 93: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

82

Lampiran 10. Petunjuk teknis teknologi budidaya kedelai

PETUNJUK TEKNIS DEMPLOT BUDIDAYA KEDELAIDI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

1. Judul RODHP : Peningkatan Kapasitas Penyuluhan dalam Rangka

Percepatan Penyebaran Inovasi Pertanian di

Provinsi Bengkulu

2. Jenis Kegiatan : Diseminasi

3. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Bengkulu Tengah

4. Tujuan : 1. Meningkatkan peran peneliti dan penyuluh dalam

mempercepat proses adopsi inovasi teknologi

budidaya kedelai.

2. Mendiseminasikan teknologi budidaya

kedelaikepada KTNA dan penyuluh di wilayah

BP3K Jayakarta.

3. Mengetahui minat dan respon KTNA dan

penyuluh terhadap inovasi teknologi budidaya

kedelai.

5.Tahapan Pelaksanaan :

5.1. Penentuan Lokasi Demplot

Lahan BP3K Jayakarta dipilih sebagai lokasi demplot budidaya kedelai untuk

memberikan percontohan langsung kepada KTNA dan penyuluh di

Kecamatan Talang Empat dan sekaligus memberdayakan BP3K sebagai

pusat informasi pembangunan pertanian di kecamatan.

5.2. Penentuan Petani Kooperator/Penyuluh Pelaksana

Yang akan bertanggung jawab terhadap kegiatan demplot adalah

koordinator penyuluh BP3K Jayakarta. Koordinator penyuluh akan menunjuk

penyuluh sebagai pendamping lapangan petani.

5.3. Implementasi Demplot oleh Petani Kooperator atau Pelaksana Demplot yang

Ditunjuk dan Penyuluh Lapangan

Demplot budidaya kedelai dilaksanakan oleh petani kooperator atau

pelaksana demplot yang ditunjuk dan telah disepakati dengan penyuluh

sebagai pendamping di lapangan.

Page 94: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

83

5.4. Pengumpulan Data oleh Penyuluh Lapangan

Data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan demplot budidaya kedelai terdiri

dari data agronomi dan sosial ekonomi. Data agronomi meliputi tinggi

tanaman (cm), berat polong (gram), berat brangkasan (gram), kandungan

unsur hara dalam tanah (N, P, K, dan Ca)pada saat awal dan akhir

percobaan. Data sosial berupa pengetahuan, persepsi, dan respon petani

dan penyuluh terhadap inovasi teknologi budidaya kedelai.Sedangkan data

ekonomi meiputi analisis kelayakan perubahan teknologi.

5.5. Diskusi/Pertemuan di Lahan atau di BP3K Jayakarta

Diskusi dan pertemuan dilaksanakan di lahan atau BP3K Jayakarta sebanyak

3 kali, yaitu: 1) Awal pelaksanaan sekaligus penjelasan teknis budidaya

kedelai;2)Pengamatan dan diskusi rencana pengumpulan dan pengolahan

data; 3) Pertemuan dalam rangka penulisan KTI hasil demplot.

6. Metode pelaksanaan:

Pelaksanaan demplot budidaya kedelai dilaksanakan dengan 1 perlakuan

yang merupakan hasil kajian BPTP tahun sebelumnya, dilaksanakan secara

partisipatif dimulai bulan Januari s/d Desember 2015 di BP3K Jayakarta.

Teknologi budidaya kedelai yang akan dilaksanakan adalah:

Varietas unggul

Benih bermutu dan berlabel

Penyiapan lahan

Penanaman

Pemupukan

Pemberian bahan organik dan ameliorant

Pengendalian hama dan penyakit tanaman

Panen dan pasca panen

7. Data yang Diambil

Data yang diambil dalam pelaksanaan demplot teknologi budidaya

kedelai mulai dari awal sampai dengan akhir pelaksanaan meliputi data

agronomi dan data sosial ekonomi. Data agronomi yang diambil terdiri dari:

1. Tinggi tanaman

2. Jumlah cabang

3. Umur berbunga

Page 95: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

84

4. Jumlah polong per rumpun

5. Jumlah biji per polong

6. Berat 100 biji

7. Produktivitas hasil ubinan

8. Persentase biji yang rusak

Tinggi tanaman, jumlah cabang, dan umur berbunga akan diamati secara

periodik setiap 2 minggu sekali.

Data sosial yang diambil meliputi data profil wilayah pengkajian,

pengetahuan dan sikap penyuluh terhadap teknologi budidaya kedelai. Data

ekonomi yang diambil adalah usahatani kedelai (penggunaan input berupa

benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja; produksi dan harga).

8. Petunjuk Teknis Budidaya Kedelai

A. Varietas unggul.

Varietas yang digunakan adalah Anjasmoro, dengan deskripsi sebagai

berikut:

Dilepas tahun : 22 Oktober 2001Daya hasil : 2,03–2,25 t/haWarna hipokotil : UnguWarna epikotil : UnguWarna daun : HijauWarna bulu : PutihWarna bunga : UnguWarna kulit biji : KuningWarna polong masak : Coklat mudaWarna hilum : Kuning kecoklatanBentuk daun : OvalUkuran daun : LebarTipe tumbuh : DeterminitUmur berbunga : 35,7–39,4 hariUmur polong masak : 82,5–92,5 hariTinggi tanaman : 64 - 68 cmPercabangan : 2,9–5,6 cabangJml. buku batang utama : 12,9–14,8Bobot 100 biji : 14,8–15,3 gKandungan protein : 41,8–42,1%Kandungan lemak : 17,2–18,6%Kerebahan : Tahan rebahKetahanan thd penyakit : Moderat terhadap karat daunSifat-sifat lain : Polong tidak mudah pecah

84

4. Jumlah polong per rumpun

5. Jumlah biji per polong

6. Berat 100 biji

7. Produktivitas hasil ubinan

8. Persentase biji yang rusak

Tinggi tanaman, jumlah cabang, dan umur berbunga akan diamati secara

periodik setiap 2 minggu sekali.

Data sosial yang diambil meliputi data profil wilayah pengkajian,

pengetahuan dan sikap penyuluh terhadap teknologi budidaya kedelai. Data

ekonomi yang diambil adalah usahatani kedelai (penggunaan input berupa

benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja; produksi dan harga).

8. Petunjuk Teknis Budidaya Kedelai

A. Varietas unggul.

Varietas yang digunakan adalah Anjasmoro, dengan deskripsi sebagai

berikut:

Dilepas tahun : 22 Oktober 2001Daya hasil : 2,03–2,25 t/haWarna hipokotil : UnguWarna epikotil : UnguWarna daun : HijauWarna bulu : PutihWarna bunga : UnguWarna kulit biji : KuningWarna polong masak : Coklat mudaWarna hilum : Kuning kecoklatanBentuk daun : OvalUkuran daun : LebarTipe tumbuh : DeterminitUmur berbunga : 35,7–39,4 hariUmur polong masak : 82,5–92,5 hariTinggi tanaman : 64 - 68 cmPercabangan : 2,9–5,6 cabangJml. buku batang utama : 12,9–14,8Bobot 100 biji : 14,8–15,3 gKandungan protein : 41,8–42,1%Kandungan lemak : 17,2–18,6%Kerebahan : Tahan rebahKetahanan thd penyakit : Moderat terhadap karat daunSifat-sifat lain : Polong tidak mudah pecah

84

4. Jumlah polong per rumpun

5. Jumlah biji per polong

6. Berat 100 biji

7. Produktivitas hasil ubinan

8. Persentase biji yang rusak

Tinggi tanaman, jumlah cabang, dan umur berbunga akan diamati secara

periodik setiap 2 minggu sekali.

Data sosial yang diambil meliputi data profil wilayah pengkajian,

pengetahuan dan sikap penyuluh terhadap teknologi budidaya kedelai. Data

ekonomi yang diambil adalah usahatani kedelai (penggunaan input berupa

benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja; produksi dan harga).

8. Petunjuk Teknis Budidaya Kedelai

A. Varietas unggul.

Varietas yang digunakan adalah Anjasmoro, dengan deskripsi sebagai

berikut:

Dilepas tahun : 22 Oktober 2001Daya hasil : 2,03–2,25 t/haWarna hipokotil : UnguWarna epikotil : UnguWarna daun : HijauWarna bulu : PutihWarna bunga : UnguWarna kulit biji : KuningWarna polong masak : Coklat mudaWarna hilum : Kuning kecoklatanBentuk daun : OvalUkuran daun : LebarTipe tumbuh : DeterminitUmur berbunga : 35,7–39,4 hariUmur polong masak : 82,5–92,5 hariTinggi tanaman : 64 - 68 cmPercabangan : 2,9–5,6 cabangJml. buku batang utama : 12,9–14,8Bobot 100 biji : 14,8–15,3 gKandungan protein : 41,8–42,1%Kandungan lemak : 17,2–18,6%Kerebahan : Tahan rebahKetahanan thd penyakit : Moderat terhadap karat daunSifat-sifat lain : Polong tidak mudah pecah

Page 96: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

85

B. Benih Bermutu dan Berlabel

Benih memiliki tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>85%).

Diperoleh dari benih berlabel yang sudah lulus proses sertifikasi.

C. Penyiapan Lahan

Olah tanah secara intensifyaitu dua kali bajak dan sekali digaru.

Taburkan bahan organik (pupuk kompos) pada lahan yang telah diolah

sebanyak 3 ton/hektar.

D. Penanaman

Tugal lahan yang telah diolah dan siap dengan kedalaman 2 – 3 cm.

Buat jarak tanam 20 X 20 cm x 40 cm, 2-3 biji/lubang tanamagar tidak

terjadi akumulasi serangan hama penyakit serta kekurangan air.

Jumlah populasi tanaman antara 350.000-500.000 tanaman/ha dengan

kebutuhan benih 40-60 kg/ha, tergantung pada ukuran biji.

E. Pemupukan

Pupuk tanaman dengan menggunakan pupuk urea, SP-36, dan KCl dengan

dosis sebagai berikut:

Waktu Pemupukan Dosis Pupuk (kg/ha)Urea SP-36 KCl

Saat Tanam 50 40 50Umur 14 HST 50 35 50

F. Amelioran pada lahan kering masam

pH 4,5-5,3 sebanyak 2 ton kapur/ha

pH 5,3-5,5 sebanyak 1 ton kapur/ha

pH 5,5-6,0 sebanyak 0,5 ton kapur/ha

85

B. Benih Bermutu dan Berlabel

Benih memiliki tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>85%).

Diperoleh dari benih berlabel yang sudah lulus proses sertifikasi.

C. Penyiapan Lahan

Olah tanah secara intensifyaitu dua kali bajak dan sekali digaru.

Taburkan bahan organik (pupuk kompos) pada lahan yang telah diolah

sebanyak 3 ton/hektar.

D. Penanaman

Tugal lahan yang telah diolah dan siap dengan kedalaman 2 – 3 cm.

Buat jarak tanam 20 X 20 cm x 40 cm, 2-3 biji/lubang tanamagar tidak

terjadi akumulasi serangan hama penyakit serta kekurangan air.

Jumlah populasi tanaman antara 350.000-500.000 tanaman/ha dengan

kebutuhan benih 40-60 kg/ha, tergantung pada ukuran biji.

E. Pemupukan

Pupuk tanaman dengan menggunakan pupuk urea, SP-36, dan KCl dengan

dosis sebagai berikut:

Waktu Pemupukan Dosis Pupuk (kg/ha)Urea SP-36 KCl

Saat Tanam 50 40 50Umur 14 HST 50 35 50

F. Amelioran pada lahan kering masam

pH 4,5-5,3 sebanyak 2 ton kapur/ha

pH 5,3-5,5 sebanyak 1 ton kapur/ha

pH 5,5-6,0 sebanyak 0,5 ton kapur/ha

85

B. Benih Bermutu dan Berlabel

Benih memiliki tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>85%).

Diperoleh dari benih berlabel yang sudah lulus proses sertifikasi.

C. Penyiapan Lahan

Olah tanah secara intensifyaitu dua kali bajak dan sekali digaru.

Taburkan bahan organik (pupuk kompos) pada lahan yang telah diolah

sebanyak 3 ton/hektar.

D. Penanaman

Tugal lahan yang telah diolah dan siap dengan kedalaman 2 – 3 cm.

Buat jarak tanam 20 X 20 cm x 40 cm, 2-3 biji/lubang tanamagar tidak

terjadi akumulasi serangan hama penyakit serta kekurangan air.

Jumlah populasi tanaman antara 350.000-500.000 tanaman/ha dengan

kebutuhan benih 40-60 kg/ha, tergantung pada ukuran biji.

E. Pemupukan

Pupuk tanaman dengan menggunakan pupuk urea, SP-36, dan KCl dengan

dosis sebagai berikut:

Waktu Pemupukan Dosis Pupuk (kg/ha)Urea SP-36 KCl

Saat Tanam 50 40 50Umur 14 HST 50 35 50

F. Amelioran pada lahan kering masam

pH 4,5-5,3 sebanyak 2 ton kapur/ha

pH 5,3-5,5 sebanyak 1 ton kapur/ha

pH 5,5-6,0 sebanyak 0,5 ton kapur/ha

Page 97: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

86

G. Pengendalian hama dan penyakit

Beberapa hama utama pada tanaman kedelai yang perlu diwaspadai dan

dikendalikan adalah: Lalat bibit (Ophiomyia phaseoli), Pengisap polong

(Riptortus linearis), Ulat grayak (Spodoptera litura), Penggerek polong

(Etielia zincekenella). Teknik pengendaliannya yaitu:

1. Pengendalian hama dilakukan berdasarkan pemantauan. Jika populasi

hama tinggi atau kerusakan daun 12,5 % dan kerusakan polong 2,5 %,

tanaman perlu disemprot dengan insektisida efektif.

2. Pengendalian secara kultur teknis antara lain penggunaan mulsa jerami,

pergiliran tanaman dan tanam serentak dalam satu hamparan, serta

penggunaan tanaman perangkap jagung dan kacang hijau yang ditanam

pada pematang sawah.

3. Penyakit utama pada kedelai adalah karat daun (Pakopsora pachyrhizl),

hawar daun (Pseudomonas syringae) dikendalikan dengan Mancozep dan

virus yang belum dapat dikendalikan dengan pestisida. Pengendalian

virus dilakukan dengan mengendalikan vektornya yaitu serangga hama

kutu dengan insektisida Decis. Waktu pengendalian adalah pada saat

tanaman berumur 14, 28 dan 42 hari atau menyemprot berdasarkan

populasi hama/vektornya.

Hama Ulat Grayak Hama Penggerek Polong

Page 98: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

87

H. Panen dan Pasca Panen

Panen dilakukan pada umur 82,5–92,5 hari, saat biji mencapai fase

masak yang ditandai dengan95 % polong telah berwarna coklat atau

kehitaman dan sebagian besar daun pada tanaman sudah rontok. Panen

dilakukan dengan cara memotong pangkal batang.

Brangkasan kedelai hasil panen langsung dihamparkan dibawah sinar

matahari dengan ketebalan 25 cm selama 2-3 hari (tegantung cuaca)

menggunakan alas. Pengeringan dilakukan hingga kadar air mencapai

14%.

Hindari menumpuk brangkasan basah lebih dari 2 hari sebab akan

menjadikan benih berjamur dan mutunya rendah. Brangkasan kedelai

yang telah kering (kadar air sekitar 14%) secepatnya dirontokkan baik

secara manual maupun mekanis (threser).

Hama Penggerek Pucuk Penyakit Hawar Daun

Page 99: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

88

2.3. Rencana Pelaksanaan

No Uraian Kegiatan Bulan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Koordinasi antar instansi(Dinas Pertanian danBPTP)

2 Pemesanan Benih ke BBIKelobak Kepahiang

3. Persiapanlahan/Pengolahan lahan

4. Pembuatan SaluranDrainase

5. Penanaman6. Pemupukan (0-14 HST)7. Penyiangan gulma ke-18. Penyiangan gulma ke-29. Pengairan10. Pengendalian OPT (hama

dan penyakit)11. Pengamatan12. Panen14. Penjemuran15. Perontokkan16. Pengangkutan hasil

panen17. Pengemasan

Page 100: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

89

2.4. Jadwal Palang

No Uraian Kegiatan Pelaksanaan KeteranganRencana Realisasi

1. Koordinasi antar instansi(Dinas Pertanian vs BPTP)

2 Pemesanan Benih ke BBIKelobak Kepahiang

3. Persiapan lahan/Pengolahanlahan

4. Penanaman5. Pemupukan (0-14 HST)6. Penyiangan gulma ke-17. Penyiangan gulma ke-28. Pengendalian OPT (hama

dan penyakit)9. Pengamatan I10. Pengamatan II11. Pengamatan III12. Pengamatan IV13. Pengamatan V14. Pengamatan VI15. Pengamatan VII16. Panen17. Penjemuran18. Perontokkan19. Pengangkutan hasil panen

Page 101: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

90

2.5. Tabel Pengamatan Demplot Teknologi Budidaya Kedelai

No. Uraian

Minggu ke-

2 4 6 8 10 12 14

Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal

1. Tinggi tanaman

2. Jumlah cabang

3. Umur berbunga

4.Jumlahpolong/rumpun

5.Jumlahbiji/polong

6. Berat 100 biji

7.Produksi hasilubinan

9. % biji rusak

Page 102: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

91

Lampiran 11. Petunjuk teknis teknologi budidaya jagung

PETUNJUK TEKNIS DEMPLOT BUDIDAYA JAGUNGDI KOTA BENGKULU

1. Judul RODHP : Peningkatan Kapasitas Penyuluhan dalam RangkaPercepatan Penyebaran Inovasi Pertanian di ProvinsiBengkulu

2. Jenis Kegiatan : Kota Bengkulu3. Tujuan : 1. Meningkatkan peran peneliti dan penyuluh dalam

mempercepat proses adopsi inovasi teknologibudidaya jagung.

2. Mendiseminasikan teknologi budidayajagungkepada KTNA dan penyuluh di wilayahBP3K Muara Bangkahulu.

3. Mengetahui minat dan respon KTNA danpenyuluh terhadap inovasi teknologi budidayajagung.

4. Tahapan Pelaksanaan :

1. Penentuan Lokasi Demplot

Lahan BP3K Muara Bangkahulu dipilih sebagai lokasi demplot budidaya

jagung untuk memberikan percontohan langsung kepada KTNA dan

penyuluh di Kecamatan Muara Bangkahulu dan sekaligus

memberdayakan BP3K sebagai pusat informasi pembangunan pertanian

di kecamatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan

pertimbangan:

BP3K memiliki lahan yang cukup untuk pelaksanaan demplot.

Lahan sudah sering digarap untuk ditanami tanaman jagung hibrida

dan sayuran.

Rekomendasi dari BKP3 Kota Bengkulu.

Penyuluh sangat kooperatif.

2. Penentuan Petani Kooperator/Penyuluh Pelaksana

Yang akan bertanggung jawab terhadap kegiatan demplot adalah

Koordinator Penyuluh BP3K Muara Bangkahulu. Koordinator penyuluh

akan menunjuk penyuluh sebagai pendamping lapangan untuk petani.

a. Implementasi Demplot oleh Petani Kooperator atau Pelaksana Demplot

yang Ditunjuk dan Penyuluh Lapangan

Page 103: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

92

Demplot budidaya jagung dilaksanakan oleh petani kooperator yang

telah disepakati dengan penyuluh sebagai pendamping di lapangan.

b. Pengumpulan Data oleh Penyuluh Lapangan

Data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan demplot budidaya jagung

terdiri dari data agronomi dan sosial ekonomi. Data agronomi meliputi

tinggi tanaman (cm), jumlah anakan, jumlah rumpun, umur berbunga,

produksi hasil ubinan, dan komponen hasil (jumlah anakan

produktif,panjang malai, jumlah gabah per malai, dan berat 1000 butir).

Data sosial berupa pengetahuan, persepsi, dan respon petani dan

penyuluh terhadap inovasi teknologi budidaya jagung.Sedangkan data

ekonomi meiputi analisis kelayakan perubahan teknologi (penggunaan

benih, jarak tanam, dan pemupukan).

c. Diskusi/Pertemuan di Lahan atau di BP3K Muara Bangkahulu

Diskusi dan pertemuan direncanakan akan dilaksanakan di lahan atau

BP3K Muara Bangkahulu sebanyak 3 kali, yaitu: 1) Awal pelaksanaan

sekaligus penjelasan teknis budidaya jagung; 2) Pengamatan dan diskusi

rencana pengumpulan dan pengolahan data; dan 3) Pertemuan dalam

rangka penulisan KTI hasil demplot.

3. Metode pelaksanaan:

Pelaksanaan demplot budidaya jagung dilaksanakan dengan 1 perlakuan

yang merupakan hasil kajian BPTP tahun sebelumnya, dilaksanakan secara

partisipatif dimulai bulan April s/d September 2015 di BP3K Muara

Bangkahulu.Teknologi budidaya jagung yang akan dilaksanakan adalah:

Varietas unggul

Benih bermutu dan berlabel

Penyiapan lahan

Penanaman

Pemupukan

Pembuatan saluran drainase

Pengendalian hama dan penyakit tanaman

Pengendalian gulma

Panen dan pasca panen

Page 104: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

93

4. Data yang Diambil

Data yang diambil dalam pelaksanaan demplot teknologi budidaya

jagung mulai dari awal sampai dengan akhir pelaksanaan meliputi data

agronomi dan data sosial ekonomi. Data agronomi yang diambil terdiri dari:

1. Tinggi tanaman

2. Panjang tongkol

3. Tinggi tongkol

4. Lingkar tongkol

5. Jumlah biji per tongkol

6. Berat biji per tongkol

7. Produksi per hektar

Tinggi tanaman akan diamati secara periodik setiap 2 minggu sekali dan

komponen hasil (panjang tongkol, tinggi tongkol, lingkar tongkol, jumlah biji per

tongkol, berat biji per tongkol, dan produksi per hektar) diamati setelah panen.

Data sosial yang diambil meliputi data profil wilayah pengkajian,

pengetahuan dan sikap penyuluh terhadap teknologi budidaya jagung. Data

ekonomi yang diambil adalah usahatani jagung (penggunaan input berupa benih,

pupuk, pestisida, tenaga kerja; produksi dan harga).

5. Petunjuk Teknis Budidaya Jagung

a. Varietas unggul.

Varietas yang digunakan adalah Sukmaraga, dengan deskripsi sebagai

berikut:

Dilepas tahun : 14 Februari 2013

Umur 50% keluar rambut : ± 58 hariMasak fisiologis : ± 105 – 110 hariBatang : TegapWarna batang : HijauTinggi tanaman : ± 195 cm (180 – 220 cm)Daun : Panjang dan lebarKeragaman tanaman : Agak seragamWarna rambut : Coklat keunguanBentuk tongkol : Panjang dan silindrisTinggi tongkol : ± 195 cm (90 – 100 cm)Kelobot : Tertutup baik (85%)Tipe biji : Semi mutiara (semi flint)Warna biji : Kuning tuaBaris biji : Lurus dan rapatJumlah baris/tongkol : 12 – 16 baris

Page 105: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

94

Bobot 1000 biji : ± 270 gRata-rata hasil : 6,0 t/ha pipilan keringPotensi hasil : 8,5 t/ha pipilan keringKetahanan penyakit : Cukup tahan terhadap penyakit

bulai (P. maydis), penyakit bercakdaun (H. maydis), dan penyakitkarat daun (Puccinia sp.)

Daerah sebaran : Dataran rendah sampai 800 m dpl,adaptif tanah masam

4. Benih Bermutu dan Berlabel

Benih memiliki tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>95%).

Benih dicampur dengan fungisida berbahan aktif metalaksil dengan

takaran 2 g per kg benih. Fungisida metalaksil dibasahi terlebih dahulu

dengan air sebanyak 10 ml untuk setiap 2 g metalaksil.

Benih yang digunakan sebanyak 15 – 20 kg per hektar.

5. Penyiapan Lahan

Lahan dibersihkan dari gulma

setelah hujan mulai turun atau

sebelum hujan turun.

Tanah diolah dengan bajak/traktor

dan digaru hingga rata. Tanah

juga dapat diolah dengan

dicangkul.

6. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara

konvensional dengan cara ditugal

dari kayu untuk membuat lubang

tanam benih.

Jarak tanam 75 cm x 40 cm, dua

benih per lubang tanam.

Benih yang telah dimasukkan ke

lubang tanam, ditutup dengan

pupuk kandang.

Page 106: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

95

7. Pemupukan

Rekomendasi dosis pupuk yang digunakan menggunakan inovasi Kalender

Tanam (KATAM) Terpadu. Pupuk tanaman yang digunakan adalah pupuk

urea, SP-36, dan KCl dengan dosis sebagai berikut:

Waktu Pemupukan Dosis Pupuk (kg/ha)

Urea SP-36 KCl

Umur 7 – 10 HST 162 50 55

Umur 28 – 30 HST 163 50

Cara pemberian pupuk:

Pupuk dicampur merata dan diaplikasikan dengan cara ditugal sedalam 5 –

10 cm dengan jarak 5 – 10 cm di samping tanaman.

Lubang pupuk ditutup kembali dengan tanah.

8. Pengendalian hama dan penyakit

Hama

Hama yang seringkali merusak tanaman jagung adalah lalat bibit,

penggerek batang, dan penggerek tongkol.

Page 107: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

96

Lalat bibit umumnya menyerang tanaman pada awal pertumbuhan.

Pengendalian harus dilakukan sejak saat tanam dengan insektisida

karbofuran.

Untuk penggerek batang, pengendalian disarankan dengan

menggunakan insektisida karbofuran dengan takaran 3 – 4 butir per

tanaman, jika gejala serangan telah mulai terlihat. Diaplikasikan melalui

pucuk tanaman yang terserang.

Penyakit

Penyakit utama tanaman jagung adalah bulai yang disebabkan oleh

jamur Peronosderospora sp.

Penyakit bulai dapat dikendalikan dengan perlakuan benih (seed

treatment) yaitu mencampur benih dengan fungisida metalaksil secara

merata dengan takaran 2 g metalaksil untuk setiap kg benih.

Penyakit lainnya adalah bercak daun yang disebabkan oleh jamur

Helminthosporium sp. Penyakit ini merusak daun yang sudah tua.

Pengendalian dilakukan dengan membuang daun yang telah mengering.

9. Penyiangan Gulma

Dapat dilakukan dengan bajak atau sekaligus dengan pembuatan saluran

drainase pada saat tanaman berumur 14 – 20 HST.

96

Lalat bibit umumnya menyerang tanaman pada awal pertumbuhan.

Pengendalian harus dilakukan sejak saat tanam dengan insektisida

karbofuran.

Untuk penggerek batang, pengendalian disarankan dengan

menggunakan insektisida karbofuran dengan takaran 3 – 4 butir per

tanaman, jika gejala serangan telah mulai terlihat. Diaplikasikan melalui

pucuk tanaman yang terserang.

Penyakit

Penyakit utama tanaman jagung adalah bulai yang disebabkan oleh

jamur Peronosderospora sp.

Penyakit bulai dapat dikendalikan dengan perlakuan benih (seed

treatment) yaitu mencampur benih dengan fungisida metalaksil secara

merata dengan takaran 2 g metalaksil untuk setiap kg benih.

Penyakit lainnya adalah bercak daun yang disebabkan oleh jamur

Helminthosporium sp. Penyakit ini merusak daun yang sudah tua.

Pengendalian dilakukan dengan membuang daun yang telah mengering.

9. Penyiangan Gulma

Dapat dilakukan dengan bajak atau sekaligus dengan pembuatan saluran

drainase pada saat tanaman berumur 14 – 20 HST.

96

Lalat bibit umumnya menyerang tanaman pada awal pertumbuhan.

Pengendalian harus dilakukan sejak saat tanam dengan insektisida

karbofuran.

Untuk penggerek batang, pengendalian disarankan dengan

menggunakan insektisida karbofuran dengan takaran 3 – 4 butir per

tanaman, jika gejala serangan telah mulai terlihat. Diaplikasikan melalui

pucuk tanaman yang terserang.

Penyakit

Penyakit utama tanaman jagung adalah bulai yang disebabkan oleh

jamur Peronosderospora sp.

Penyakit bulai dapat dikendalikan dengan perlakuan benih (seed

treatment) yaitu mencampur benih dengan fungisida metalaksil secara

merata dengan takaran 2 g metalaksil untuk setiap kg benih.

Penyakit lainnya adalah bercak daun yang disebabkan oleh jamur

Helminthosporium sp. Penyakit ini merusak daun yang sudah tua.

Pengendalian dilakukan dengan membuang daun yang telah mengering.

9. Penyiangan Gulma

Dapat dilakukan dengan bajak atau sekaligus dengan pembuatan saluran

drainase pada saat tanaman berumur 14 – 20 HST.

Page 108: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

97

Penyiangan kedua, bergantung pada kondisi gulma. Dapat dilakukan

dengan cara manual atau menggunakan herbisida kontak paraquat

dengan takaran 1,0 – 1,5 liter per hektar.

Jika menggunakan herbisida, nozzle penyemprotan sebaiknya diberi

pelindung agar tidak mengenai daun dan posisi nozzle ± 20 cm di atas

permukaan tanah.

10. Panen dan Pasca Panen

Panen dilakukan pada saat cuaca cerah, kadar air biji ± 30%, kelobot

mulai mengering atau berwarna coklat, biji telah mengeras dan telah

membentuk lapisan hitam (black layer) minimal 50% di setiap barisan

biji.

Tongkol yang sudah dipanen segera dijemur. Jika kadar air biji selama

pengeringan telah mencapai ± 20%, jagung dipipil.

Jagung yang telah dipipil dijemur kembali hingga kadar air 14% dan siap

dipasarkan.

Page 109: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

98

2.3. Rencana Pelaksanaan

No Uraian KegiatanBULAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Koordinasi antar instansi(Dinas Pertanian, BKP3,BPP dan BPTP)

2. Pemesanan Benih

3. Persiapanlahan/Pengolahan lahan

4. Penanaman

5. Pemupukan ke I (7-10HST)

6. Pemupukan ke II (28-30HST)

7. Pembuatan salurandrainase

8. Penyingan ke I

9. Penyingan ke II

10. Pengendalian hama danpenyakit (HPT) tanaman

11. Pengamatan

12. Panen

13. Penjemuran

14. Pemipilan

Page 110: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

99

2.4. Jadual Palang

No. Uraian KegiatanPelaksanaan

KeteranganRencana Realisasi1. Koordinasi antar instansi (Dinas

Pertanian, BKP3, BPP dan BPTP)2 Pemesanan Benih3. Persiapan lahan/Pengolahan lahan4. Penanaman5. Pemupukan ke I (7 – 10 HST)6. Pemupukan ke II (28 – 30 HST)7. Pembuatan saluran drainase8. Penyingan ke I9. Penyingan ke II10. Pengendalian hama dan penyakit

(HPT) tanaman11. Pengamatan12. Panen13. Penjemuran14. Pemipilan

Page 111: PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... · LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN INOVASI

103