ABSTRAK
Sebuah hasil produk atau benda kerja dapat dikatakan sama dengan
yang kita inginkan apabila sudah dilakukan pengukuran dan hasilnya
tidak melebihi daerah toleransi. Pengukuran ini dapat berupa
pengukuran panjang, massa, sudut, dan lain-lain. Oleh karena itulah
pengukuran ini dilakukan untuk lebih memahami cara-cara pengukuran
dan jenis-jenis alat ukur serta cara pembacaan pada skala alat ukur
ini.
Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan empat jenis alat ukur
yaitu micrometer, jangka sorong, dial indicator, dan bevel
protactor. Pada alat ukur micrometer untuk mengukur diameter luar.
Jangka sorong untuk mengukur diameter dalam dan kedalaman. Bevel
protactor untuk mengukur sudut. Dial indicator untuk mengukur
toleransi perbedaan kerataan. Pengukuran ini dilakukan sebanyak
lima kali percobaan.
Setelah praktikum ini, maka hasil yang diharapkan adalah berupa
nilai dari diameter luar, diameter dalam, kedalaman, sudut, dan
kedataran.BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan industri yang semakin pesat sekarang ini,
masalah-masalah yang muncul juga semakin kompleks. Agar industri
dapat menyelesaikan masalah yang muncul di industri perlu
ketersediaan peralatan pengukuran yang sekaligus ditunjang oleh SDM
yang mampu mengoperasikan peralatan pengukuran dengan baik dan
sesuai standar penggunaan alat.
Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum pengukuran teknik ini
untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa agar mampu
menggunakan dan melakukan pengukuran pada beberapa alat ukur
seperti micrometer, jangka sorong, dial indicator dan bevel
protactor.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun Perumusan masalah dalam praktikum pengukuran teknik ini
adalah:
1. Bagaimana mampu menggunakan berbagai jenis alat ukur yaitu
micrometer, jangka sorong, dial indicator dan bevel protector
dengan baik dan benar.
2. Bagaimana mampu menetapkan ukuran benda ukur berdasarkan
hasil pengukuran dengan berbagai jenis alat ukur yaitu micrometer,
jangka sorong, dial indicator dan bevel protector.1.3 Tujuan
Percobaan
Tujuan dari praktikum pengukuran teknik adalah :
1. Mampu menggunakan berbagai jenis alat ukur yaitu micrometer,
jangka sorong, dial indicator dan bevel protector dengan baik dan
benar.
2. Mampu menetapkan ukuran benda ukur berdasarkan hasil
pengukuran dengan berbagai jenis alat ukur yaitu micrometer, jangka
sorong, dial indicator dan bevel protector.1.4 Manfaat
Percobaan
Batasan masalah dari praktikum pengukuran teknik adalah :
1. Peralatan atau alat ukur telah dikalibrasi dengan baik
2. Suhu ruangan dianggap sesuai dan tidak mempengaruhi hasil
pengukuran
3. Meja yang digunakan pada saat pengukuran dianggap rata
4. Tidak ada getaran yang mempengaruhi hasil pengukuran1.5
Sistematika Laporan
Adapun Sistematika Laporan Pengukuran Teknik ini adalah Bab
IPendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, batasan masalah, tujuan praktikum, manfaat praktikum, dan
sistematika laporan. Bab II Dasar Teori berisi teori-teori
pengukuran, sifat-sifat alat ukur, faktor kesalahan pengukur, dan
perbedaan presisi dan akurasi. Selanjutnya Bab III Metodologi
Percobaan berisi tentang peralatan yang digunakan dan
langkah-langkah percobaan. Kemudian Bab IVAnalisa Data dan
Pembahasan berisi tentang data acuan, data praktikan, contoh
perhitungan standar deviasi dan rata-rata, dan pembahasan. Dan yang
terakhir Bab V Kesimpulan dan Saran berisi tentang kesimpulan dan
saran.BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengukuran
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran
standart. Alat yang digunakan pada proses pengukuran disebut alat
ukur. Jenis alat ukur yang dikenal dalam metrologi industri amat
beraneka ragam, mulai dari yang umum penggunaanya sampai dengan
yang khusus dibuat untuk tujuan pengukuran tertentu.
Alat ukur dapat diterangkan dari segi pemakaiannya, maka secara
garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Alat ukur linier langsung (direct linier measuring
instrument)
2. Alat ukur linier tak langsung (indirect linier measuring
instrument)
3. Alat ukur sudut (angle measuring instrument)
4. Alat ukur kedataran (horizontal aligment), kelurusan
(straighness) dan kerataan (flatness)
5. Metrologi ulir (screw thread metrology)
6. Metrologi roda gigi (gear metrology)
7. Alat ukur kebulatan (roundness) dan beberapa kesalahan bentuk
(form deviation)
8. Alat ukur kekasaran permukaan (surface roughness measuring
instrument)
2.1.1 Alat Ukur dan Bagian-bagiannya
Sesuai dengan jenis pengukurannya, maka dikenal dua jenis alat
ukur linier. Yaitu alat ukur linier langsung dan alat ukur linier
tak langsung. Alat ukur linier langsung adalah alat ukur yang hasil
pengukurannya dapat langsung dibaca pada bagian penunjuk (skala)
dari alat ukur tersebut. Berikut adalah jenis-jenis dari alat ukur
linier langsung :2.1.1.1 Jangka sorong
Prinsip dari jangka sorong sama seperti mistar ukur yaitu dengan
adanya skala linier pada batangnya. Terdapat rahang ukur tetap dan
rahang ukur gerak yang berfungsi sebagai sensor untuk menjepit
benda ukur sewaktu melakukan pengukuran. Permukaan kedua rahang
ukur ini dibuat sejajar dan relative kecil untuk menghindari
kesalahan ukur. Batang ukurnya dibuat kaku dengan permukaan yang
keras sehingga tidak mudah melentur dan tahan aus. Sebab rahang
ukur gerak harus menggeser pada batang ini. Pembacaan skala linier
atau skala utama dilakukan melalui garis indeks yang terletak pada
peluncur (yang bersatu dengan rahang ukur gerak) dan kecermatan
pembacaannya dapat lebih baik dari mistar ukur (lebih kecil dari
0,5 mm) karena dibantu dengan skala nonius.
Gambar 2.1 Bagian-bagian Jangka Sorong
Bagian-bagian jangka sorong adalah terdiri dari :
1. Kunci peluncur
2. Kunci penggerak halus
3. Skala utama
4. Batang ukur
5. Penggerak halus
6. Lidah pengukur kedalaman
7. Peluncur
8. Sensor gerak (rahang ukur gerak)
9. Sensor tetap (rahang ukur tetap)
10. nonius
Pada jenis pertama, untuk pengukurannya dimensi dalam maka harga
yang dibaca pada skala linier harus ditambah dengan tebal dari
ujung kedua rahang ukur. Biasanya dengan mistar ingsut ini
mempunyai kapasitas ukur sampai dengan 150 mm. Sedangkan untuk
jenis yang besar dapat sampai 1000 mm. Kecermatan pembacaan
tergantung dari skala nonius nya, dalam hal ini adalah 0,1 ; 0,05
atau 0,02 mm.
Benda ukur ditahan pada salah satu sisi/permukaannya oleh rahang
ukur tetap, kemudian peluncur digeserkan sehingga rahang ukur gerak
menempel pada sisi lainnya. Pada saat benda ukur dijepit seperti
ini pengukur dapat membaca posisi garis indeks pada skala ukur(atau
lebih dahulu mistar ingsut dikeluarkan dari benda ukur dengan
hati-hati tanpa mengubah posisi rahang ukur tetap, bila perlu
dikunci, kemudian baru dibaca hasil pengukurannya. Karena dipakai
dengan cara seperti ini, permukaan batang ukur harus relatif keras
dan tahan aus dan dirancang dengan ketelitian geometrik yang
tinggi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat memakai jangka sorong
adalah:
Rahang ukur gerak(peluncur) harus dapat meluncur pada batang
ukur dengan baik tanpa bergoyang
Periksa kedudukan nol serta kesejajaran permukaan kedua rahang
dengan cara mengatupkan rahang
Benda ukur sedapat mungkin jangan diukur hanya dengan
menggunakan ujung rahang ukur(harus agak kedalam)
Tekanan pengukuran jangan terlampau kuat yang bisa melenturkan
rahang ukur ataupun lidah ukur
Pembacaan skala nonius mungkin dilakukan setelah mistar ingsut
diangkat dari objek ukur dengan hati-hati (setelah peluncur
dimatikan)
2.1.1.2 Mikrometer
Mikrometer merupakan alat ukur linier yang mempunyai kecermatan
yang lebih baik daripada jangka sorong. Pada micrometer mempunyai
kecermatan sampai 0,01 mm. Kadang adapula yang dibuat dengan
kecermatan 0,0005 mm; 0,002 mm; 0,001 mm dan bahkan sampai
0,0005mm, meskipun demikian karena keterbatasan dari ketelitian
pembuatan ulir yang merupakan komponen utama dari sistem pengubah
ini, maka derajat kepercayaan atau hasil pengukuran akan turun
apabila mikrometer tersebut mempunyai kecermatan yang lebih kecil
dari 0,005 mm.
Komponen terpenting dari mikrometer adalah ulir utama. Dengan
memutar silinder putar satu kali maka poros ukur akan bergerak
linier sepanjang satu kisar sesuai dengan kisar(pitch) dari ulir
utama(biasanya 0,5 mm). Meskipun ulir utama ini dibuat dengan
teliti akan tetapi kesalahan selalu ada. Untuk membatasi kesalahan
komulatif kisar maka biasanya panjang dari ulir utama(jarak gerak
dari poros ukur) hanya dibuat sampai 25mm.
Gambar 2.2 Bagian-bagian Micrometer
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sewaktu menggunakan
mikrometer adalah sebagai berikut :
1. Permukaan benda ukur dan mulut ukur dari mikrometer harus
dibersihkan terlebih dahulu.
2. Sebelum dipakai kedudukan nol dari mikrometer harus
diperiksa
3. Bukalah mulut ukur sampai sedikit melebihi dimensi objek
ukur. Apabila dimensi tersebut cukup lebar maka poros ukur dapat
digerakkan dengan cara menggelindingkan silinder putar
4. Benda ukur dipegang dengan tangan kiri dan mikrometer dengan
tangan kanan
5. Pada waktu mengukur, maka penekanan poros ukur pada benda
ukur tidak boleh terlalu keras sehingga memungkinkan adanya
deformasi dari benda ukur maupun alat ukurnya sendiri
Mikrometer dibuat dalam berbagai bentuk yang masing-masing
mempunyai kegunaan tertentu. Beberapa jenis mikrometer adalah
sebagai berikut :
1. Mikrometer luar (outside micrometer)
2. Mikrometer indicator (indicating micrometer)
3. Mikrometer batas (limit micrometer)
4. Mikrometer bangku (bench micrometer)
5. Mikrometer dalam (inside mikrometer)
6. Dan lain-lain
2.1.1.3 Dial Indicator (Jam Ukur)
Dial indikator(jam ukur) merupakan alat ukur pembanding yang
banyak digunakan dalam industri permesinan, bagian produks maupun
pada bagian pengukuran. Prinsip kerjanya adalah secara mekanis,
dimana gerakan linier dari sensor dirubah menjadi gerakan putaran
dari jarum penunjuk pada piringan yang berskala dengan perantaraan
batang bergigi dan susunan roda gigi.
Gambar 2.3 Dial Indicator dan Bagian-bagiannyaPegas koil
berfungsi sebagai penekan batang bergigi sehingga sensor selalu
menekan kebawah, sedangkan pegas spiral berfungsi sebagai penekan
sistem tranmisi roda gigi sehingga permukaan gigi yang berpasangan
selalu menekan pada sisi yang sama untuk kedua arah putaran guna
menghindari backlash yang terjadi karena profil gigi yang tidak
sempurna atau karena keausan.
Kecermatan pembacaan skala adalah 0,01 ; 0,005 atau 0,002 mm
dengan kapasitas ukur yang berbeda, misalnya 20, 10, 5, 2 atau 1
mm. Untuk kapasitas ukur yang besar biasanya dilengkapi dengan jam
kecil pada piringan jam yang besar, dimana satu putaran penuh dari
jarum yang besar adalah sesuai dengan satu angka dari jam yang
kecil.
Dalam pemakaiannya, jam ukur dipasangkan pada dudukan. Tinggi
sensor disesuaikan dengan tinggi nominal dari produk yang akan
diperiksa dimensinya. Dalam proses produksi, jam ukur dapat
dipasang pada mesin perkakas pada tempat dan posisi tertentu
sedemikian rupa sehingga pada saat permesinan hampir berakhir maka
melalui jam ukur gerakan perkakas potong relaif terhadap benda
kerja dapat dibaca oleh operator sehingga proses permesinan dapat
dihentikan tepat pada waktunya.
2.1.1.4 Bevel Protector (Busur Bilah)
Bevel protector adalah alat ukur sudut antara dua permukaan
benda ukur dengan kecermatan lebih kecil dari satu derajat.
Gambar 2.4 Bevel Protractor dan Bagian-bagiannyaBagian-bagian
utama dari bevel protector adalah :
Badan atau piringan dasar. Berupa lingkaran penuh berdiameter +-
55mm. Permukaan bawahnya rata dan tepi permukaan atasnyaterdapat
skala 0o 90o ; 0o 90o (skala kiri dan skala kanan)
Pelat dasar, bersatu dengan piringan dasar. Panjang, lebar dan
tebalnya +- 90x15x7mm. Sisi kerjanya diatas dan lurus serta
toleransi kerataan 0,01mm
Piringan indeks. Titik pusat putarannya berhimpit dengan pusat
piringan dasar. Terdapat garis indeks dan skala nonius, biasanya
dengan kecermatan sampai 5menit, kadang dilengkapi pemutar
halus.
Bilah Utama. Dapat diatur kedudukannya dengan kunci yang ada
pada piringan indeks. Dimensi +- 150/300x13x12mm. Kedua ujungnya
menyudut 45o dan 60o, kedua tepi dibuat lurus dan toleransi
kerataan 0,02 ; 0,03 mm untuk seluruh panjang
Piringan indeks dapat berputar bersama-sama dengan bilah utama
dan dapat dikunci kedudukannya terhadap piringan dasar untuk
memudahkan pembacaan skala. Busur bilah universal mempunyai bilah
bantu yang dipasang tegak lurus, sehingga memudahkan pengukuran.
Jenis yang lain memakai sistem optis untuk pembacaan skala,
sehingga kecermatannya sampai 2menit.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian bevel protector
:
1. Permukaan benda ukur dan permukaan kerja bevel protector
harus bersih
2. Bidang dari bevel protector harus berimpit atau sejajar sudut
yang diukur
3. Sisi kerja dari pelat dasar dan salah satu sisi dari bilah
utama harus betul-betul berimpit dengan permukaan benda ukur
Harga sudut dibaca pada kedudukan bilah utama berimpit dengan
permukaan ukur, atau kunci terlebih dahulu piringan indeks kemudian
baru dibaca harga sudut dengan cara memiringkan busur bilah untuk
mempermudah pembacaan skala noniusnya.
Pemakaian bevel protector(busur bilah) adalah sebagai berikut
:
Posisi bilah utama terhadap pelat dasar adalah tegak lurus
Diputar kebalikan jarum jam
Digunakan skala nonius kanan
Sudut yang terbaca adalah dari bilah utama ke pelat dasar
kebalikan jarum jam
Sudut pelurus adalah dari pelat dasar ke bilah utama, kebalikan
jarum jam
Diputar searah jarum jam
Digunakan skala nonius kiri
Induk yang terbaca adalah dari bilah utama ke pelat dasar,
searah jarum jam
Sudut pelurus adalah dari pelat dasar ke bilah utama, searah
jarum jam
2.2 Sifat-sifat Alat Ukur
Setiap alat ukur mempunyai sifat yang bermacam-macam, dibawah
ini ada beberapa sifat yang umum dimiliki oleh alat ukur, antara
lain :
1. Tracebility (mampu ukur)/ kalibrasi
Kalibrasi/ peneraan mencocokkan harga-harga(bukan satu harga)
yang tercantum pada alat ukur dengan harga-harga yang
standart(harga sebenarnya)
Kalibrasi diwajibkan bagi alat ukur yang :
Baru selesai dibuat(baru sama sekali)
Telah lama dipakai (karena aus)
2. Sensitivity
Kemampuan alat ukur untuk merasakan dan menunjukkan suatu
perbedaan yang relatif kecil dari harga yang diukur (yang dideteksi
sensor)
3. Readibility (kemudahan baca)
Kemampuan alat ukur (bagian penunjuk) untuk menunjukkan harga
dengan jelas dan berarti sehingga menghindarkan salah baca.
Usahanya antara lain :
Garis skala, garis indeks, jarum penunjuk dipertipis
Pemakaian skala linier, skala nonius
Jarak garis skala cukup terpisah dengan jelas
4. Floating (pengambangan)
Jarum berubah-ubah posisinya dengan cepat ( angka paling akhir
penunjuk digital berubah-ubah) karena adanya gangguan pada sensor
(getaran) dan noise pada sistem getaran. Proses pengukuran harus
bebas getaran (sangat berpengaruh pada komparator peka)
5. Histerisis
Perbedaan harga(sistematik) hasil proses pengukuran yang
dilakukan secara kontinu/berurutan dalam dua arah yang berbeda
(dari skala nol ( maksimum ( nol)
6. Passivity, kelambatan reaksi
Keterlambatan reaksi, sensor berubah posisi(kecil) tetapi jarum
penunjuk tetap diam(benda ukur berubah) atau sensor berubah posisi,
tetapi jarum penunjuk terlambat bereaksi
7. Zero stability
Kestabilan nol, kemampuan jarum penunjuk untuk kembali ke posisi
semula bila benda ukur diambil
8. Kepresisian
Ketepatan, hasil pengukuran yang didapatkan sama setelah diulang
secara identik
9. Keakuratan
Ketika diukur ulang nilainya hampir sama.
2.3 Faktor Kesalahan PengukuranPada saat proses pengukuran,
tidak selalu hasil yang didapatkan itu akurat. Hal ini biasanya
disebabkan karena adanya kesalahan rambang, yaitu ditentukan dengan
melakukan pengukuran berulang-ulang. Kesalahan rambang ini misalnya
adalah :
1. Penyimpangan yang berasal dari benda ukur
Peralatan belum dikalibrasi dengan baik, kerataan dan
kesejajaran sensor
2. Penyimpangan yang berasal dari posisi pengukuran
Kesalahan kosinus: karena pengambilan posisi pengukuran yang
salah, garis pengukuran membuat sudut terhadap garis dimensi
3. Penyimpangan yang berasal dari kondisi lingkungan Misalnya:
cahaya, kotor/debu, getaran, temperatur2.4 Perbedaan Presisi dan
Akurasi2.4.1. Presisi
Presisi adalah istilah untuk menggambarkan tingkat kebebasan
alat ukur dari kesalahan acak. Jika pengukuran individual Dilakukan
berulang-ulang, maka sebran hasil pembacaan akan berubah-ubah
disekitar nilai rata-ratanya. Presisi tinggi dari alat ukur tidak
mempunyai implikasi terhadap akurasi pengukuran. Alat ukur yang
mempunyai presisi tinggi belum tentu alat ukur tersebut mempunyai
akurasi tinggi. Akurasi rendah dari alat ukur yang mempunyai
presisi tinggi pada umum nya disebabkan oleh bias dari pengukuran,
yang bisa dihilangkan dengan kalibrasi. Dua istilah yang mempunyai
arti mirip dengan presisi adalah repeatability dan reproducibility.
Repeability digunakan untukmenggambarkan kedekatan (closeness)
keluaran pembacaan bila dimasukkan yang sama digunakan secara
berulang-ulang pada periode waktu yang singkat pada kondisi dan
lokasi pengukuran yang sama, dan dengan alat ukur yang sama.
Reproducibility digunakan untuk menggambar kedekatan (closeness)
keluaran pembacaan bila masukan yang sama digunakan secara
berulangulang. Persamaa pada keduanya adalah menggambarkan sebaran
keluaranpembacaan induvidual untuk masukan yang sama. Sebaran
akanmengacu pada repeatability bila kondisi pengukurannya tetap,
danakan mengacu reproducibility kondisi pengukurannya
berubah.Derajat repeatability dan reproducibility dlm. pengukuran
hanyamerupakan alternatif untuk mengekspresikan presisi dari sebuah
alat ukur.2.4.2 Akurasi
Akurasi pengukuran atau pembacaan adalah istilah yang sangat
relatif. Akurasi didefinisikan sebagai beda atau kedekatan
(closeness) antara nilai yang terbaca dari alat ukur dengan nilai
sebenarnya. Dalam eksperiman, nilai sebenarnya yang tidak pernah
diketahui diganti dengan suatu nilai standar yang diakui secara
konvensional. Secara umum akurasi sebuah alat ukur ditentukan
dengan cara kalibrasi pada kondisi operasi tertentu dandapat
diekspresikan dalam bentuk plus-minus atau presentasi dalam skala
tertentu atau pada titik pengukuran yang spesifik. Semua alat ukur
dapat diklasifikasikan dalam tingkat atau kelas yang berbeda-beda,
tergantung pada akurasinya. Sedang akurasi dari sebuah sistem
tergantung pada akurasi Individual elemen pengindra primer, elemen
skunder dan alat manipulasi Yang lain.
TAMBAH DIAGARAM RADAR!!!!!!!!!!!!!!!BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Peralatan Percobaan
Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Micrometer
2. Jangka sorong
3. Dial indicator
4. Bevel protector3.2 Langkah Percobaan
3.2.1 Micrometer
1. Alat ukur yang dipakai ditentukan ketelitiannya2. Permukaan
benda ukur dan mulut ukur harus dibersihkan terlebih dahulu
3. Kedudukan titik nol dari micrometer diperiksa, alat disetel
terlebih dahulu
4. Mulut ukur dibuka sampai melebihi dimensi benda ukur. Poros
ukur digunakan untuk membuka mulut ukur.5. Pada waktu mengukur,
penekanan poros ukur pada benda ukur tidak boleh terlalu keras.
Pembatas momen putar digunakan ke titik poros untuk mencapai benda
ukur6. Pengukuran dilakukan dan dicatat pada lembar data
7. Pengukuran dilakukan sampai 5 kali pengambilan data
3.2.2 Jangka Sorong
1. Kecermatan dari jangka sorong yang digunakan ditentukan
sebelum dilakukan pengukuran2. Jangka sorong dan benda yang akan
diukur dibersihkan sebelum dilakukan pengukuran
3. Sebelum jangka sorong digunakan dipastikan skala nonius dapat
bergeser dengan bebas
4. Angka 0 dipastikan pada kedua skala bertemu dengan tepat
5. Sewaktu mengukur benda yang diukur diusahakan sedekat mungkin
dengan skala utama. 6. Jangka sorong ditempatkan tegak lurus dengan
benda yang diukur
7. Tekanan pengukuran tidak boleh terlalu kuat, karena akan
menyebabkan terjadinya pembengkokan pada rahang ukur maupun pada
lidah pengukur kedalaman
8. Baut pengunci dikencangkan agar rahang tidak bergeser, tetapi
tidak boleh terlalu kuat karena bisa menimbulkan keruusakan alat
ukur9. Pengukuran diameter luar, diameter dalam dan kedalaman
dilakukan10. Hasil pengukuran dicatat pada lembar data
11. Langkah 10-11 diulangi sebanyak 5 kali untuk masing-masing
pengukuran3.2.3 Dial Indicator
Gambar 3.1 Skema Dial Indicator1. Alat diset seperti gambar
2. Pengukuran ketinggian benda ukur pada suatu titik dilakukan3.
Hasil pengukuran dicacat pada lembar data
4. Langkah 1-2 diulangi sebanyak 5 kali
3.2.4 Bevel Protector
Gambar 3.2 Bevel Protractor1. Pengukuran dilakukan seperti sudut
a pada benda seperti pada gambar
2. Hasil pengukuran dicacat pada lembar data
Langkah 1-2 diulangi sebanyak 5 kali
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN4.1 Data Acuan
Data acuan yang digunakan untuk melakukan analisa data dan
pembahasan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Acuan
NoJenis PengukuranData Acuan
1Jangka SorongDiameter luar 63.60 mm
Diameter dalam 56.45 mm
Kedalaman 41.00 mm
4MikrometerDiameter luar 5.43 mm
5Bevel Protractor140 50 = 140,83
6Dial Indicator670 m
4.2 Data Praktikan 4.2.1 Jangka Sorong
A. Diameter Luar
Tabel 4.2 Data Praktikan Jangka Sorong (diameter
luar)PraktikanDiameter luar
KhafidIgaEstyAlfonsRifqySariadiTaridata acuan
163.5563.763.663.5563.663.5563.5563.6
263.5563.763.763.763.5563.5563.5563.6
363.5563.863.5563.7563.663.5563.663.6
463.5563.863.763.863.663.5563.5563.6
563.5563.763.663.763.6563.5563.663.6
B. Diameter DalamTabel 4.3 Data Praktikan Jangka Sorong
(diameter dalam)PraktikanDiameter dalam
KhafidIgaEstyAlfonsRifqySariadiTaridata acuan
156.456.156.156.456.156.456.456.45
256.3556.156.256.156.256.3556.3556.45
356.256.256.255.356.256.456.556.45
456.3556.2556.156.556.456.456.456.45
556.3556.256.256.356.256.456.356.45
C. KedalamanTabel 4.3 Data Praktikan Jangka Sorong
(kedalaman)PraktikanKedalaman
KhafidIgaEstyAlfonsRifqySariadiTaridata acuan
140.8539.440.940.8540.7540.8540.7541
240.840.240.840.8540.640.941.1541
340.839.4540.840.940.740.854141
440.8540.2540.840.9540.7540.8540.8541
540.8539.4540.94140.7540.8540.8541
4.2.2 Mikrometer
Tabel 4.4 Data Praktikan Mikrometer Jangka Sorong (diameter
luar)PraktikanKhafidIgaEstyAlfonsRifqySariadiTaridata acuan
15.445.445.445.45.425.425.445.43
25.445.445.445.455.435.435.445.43
35.445.445.445.445.425.425.445.43
45.455.445.445.445.425.425.435.43
55.445.435.435.455.425.425.455.43
4.2.3 Bevel ProtactorTabel 4.5 Data Praktikan Bevel protactor
(sudut)PraktikanKhafidIgaEstyAlfonsRifqySariadiTaridata acuan
1140.5140.5140.75140.33140.5140.67140.42140.83
2140.16140.916140.67140.5140.5140.58140.5140.83
3140.5140.916140.75140.31140.58140.67140.5140.83
4140.16140.916140.75140.16140.5140.58140.33140.83
5140.16140.916140.67140.5140.41140.58140140.83
4.2.4 Dial Indikator
Tabel 4.6 Data Praktikan Dial
IndikatorPraktikanKhafidIgaEstyAlfonsRifqySariadiTaridata acuan
1675676678689682677665670
2678676676689674675665670
3677677677674681676664670
4674676678676680677668670
5678679678674681676670670
4.3 Contoh Perhitungan
Contoh perhitungan menggunakan data dari praktikan Iga 4.3.1
Percobaan jangka sorong 4.3.1.1 Diameter luarMean = x1 + x2 + x3 +
x4 + x5
n
= 63.7+ 63.7+ 63.8+ 63.8+ 63.7 5
= Standar Deviasi
= 0.07155
Ditulis lengkap4.4 Pembahasan4.4.1 Jangka Sorong
4.4.1.1 Diameter Luar
a. Grafik
b. One Sample T
Hipotesis
Ho : = data acuan
H1 : tidak sma dengan data acuan
c. One Way ANOVA
Hipotesis
Ho : 1 = 2= 3 = ke n
H1 : salah satu ada yang tidak sama
d. Pembahasan
Paragraph 1
pembahasan grafik (hasil grafik dibuat paragraph), axis name nya
pengukuran keberapa, ordinat namenya hasilParagraph 2
pembahasan b, mean dan standar deviasi dibuat paragraf,
hipotesis dibahas, siapa saja yang paling teliti dan paling tepat,
siapa saja yang paling tidak teliti dan tidak tepatParagraph 3
pembahsan c, P value dibuat paragraf, hipotesis dibahas, data
bisa dikatakan seragam atau tidak dilhat dari harga P
valueParagraph 4
Faktor-faktor kesalahan yang mungkin terjadi selama praktikum
(misalnya kenapa data tidak seragam?), pengertian Ho dan H1, nama
praktikan yg datanya diterima dan ditolak berdasarkan One Sample
TKeterangan
P< alfa maka Ho ditolak
P> alfa maka Ho diterima
Mean untuk acuan teliti atau tidak
Standar Deviasi acuan presisi atau tidak
One sample T pendekatan data praktikan dengan data acuan
ANOVA keseragaman data antara praktikan