LAPORAN PRAKTIKUMTEKNIK PENGAWETAN TANAH DAN AIR(11. Pengukuran
Erosi di Lapangan Menggunakan Plot Erosi)
Oleh:Kelompok: 01Kelas/Hari/Tanggal: A2/Jumat/14 Juni 2013Nama
dan NPM: 1. Eggi Egebrella (240110100002) 2. Yoga Prabowo
(240110100016) 3. Andita Mega P.(240110100030) 4. Ahyat Hartono
(240110100032) 5. M. Hanifan Ginggi S. (240110100051) 6. Oki Ahmad
Luthfi H.(240110090071)Asisten: Grace Yolanda Monika E. Sitompul M.
Sulaeman Rizky Patria Dewaner
LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIRJURUSAN TEKNIK DAN
MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
PERTANIANUNIVERSITAS PADJADJARAN 2013BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangKebutuhan akan lahan untuk berbagai
kepentingan manusia semakin lamasemakin meningkat. Seiring dengan
semakin meningkatnya populasi manusia. Dengan kata lain semakin
bertambahnya penduduk akan makin menuntut perubahan penggunaan
lahan dari pertanian ke non pertanian. Dalam perubahan penggunaan
lahan tersebut seringkali aktivitas manusia cenderung merusak
lingkungan tanpa memperhatikan keseimbangan dan kelestarian
alam.Pemanfaataan lahan yang secara besar-besaran sering
mengabaikan kelestariantanah sebagai elati penyusun lahan, sehingga
kerusakan tanah dan kerusakanlahan semakin bertambah besarErosi
adalah hilangnya sejumlah tanah karena adanya pengaruh air maupun
angin baik yang terjadi secara alami ataupun yang terjadi sebagai
akibat tindakan manusia (erosi yang dipercepat). Erosi yang
dipercepat muncul sejak manusia mengenal budidaya pertanian dan
menjadi masalah sejak pengelolaan lahan dilakukan secara lebih
intensif untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan dan
lainnya yang sejalan dengan pesatnya pertambahan jumlah penduduk.
Sejak beberapa elati yang lalu erosi diakui secara luas sebagai
suatu permasalahan global yang serius. United Nations Environmental
Program dalam Lal (1994) menyatakan bahwa produktivitas lahan
seluas 20 juta ha setiap tahun mengalami penurunan ke tingkat nol
atau menjadi tidak ekonomis lagi disebabkan oleh erosi atau
degradasi yang disebabkan oleh erosi.Dampak dari erosi dapat berupa
on site effect seperti penurunan produktifitas lahan dan off site
effect seperti sedimentasi sungai, waduk, jaringan irigasi dan
berbagai kerusakan lainnya, sebagai gambaran di elati maju seperti
Amerika kerusakan akibat erosi jika dihitung secara nominal adalah:
untuk kerusakan yang bersifat on-site berkisar antara US$ 500
juta-US$1,2 milyar dan off-site berkisar antara US$3,4 milyar US$13
milyar (Colacicco et al., 1989), dimana kerugian yang ditimbulkan
oleh erosi tersebut sangat besar dari aspek financial maupun
lingkungan. Untuk elati tropis seperti Indonesia, dimana potensi
erosi begitu besar, baik karena elati alami maupun karena aspek
pengelolaan lahan, kerugian yang diakibatkan oleh erosi tidak akan
kalah besarnya dengan yang terjadi di elati subtropika
tersebut.Dalam perencanaan dan pengelolaan tanah, sangatlah
diperlukan informasiakurat yang akan digunakan oleh pengambil
keputusan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan atau
langkah-langkah dalam upaya pelestarian. Salah satu perangkat
penyajian data atau informasi yang berkaitan dengan proses
terjadinya erosi adalah dengan menggunakan elati plot erosi dan
klimatologi yang terjadi di suatu daerah. Dengan kemampuan yang
dimilikinya, plot erosi dan klimatologi yang didapat dapat
digunakan untuk menganalisis dan menstransformasi data-data yang
kompleks dari berbagai macam sumber dalam perhitungan dugaan erosi
yang akan terjadi nantinya. Plot erosi dan klimatologi yang kami
kerjakan berada di Jatinangor, tepatnya di Kampus Universitas
Padjadjaran.
1.2 Tujuan PraktikumTujuan praktikum kali ini dalam Plot Erosi
dan Klimatologi adalah : Mahasiswa dapat memahami cara pengukuran
erosi dilapangan Mahasiswa dapat memahami cara pengukuran volume
aliran permukaan (Run Off) secara langsung.
1.3 Metodologi Pengamatan dan Pengukuran1.3.1 Alat 1. Theodolite
digital.2. Meteran roll 50 meter.3. Ember berkapasitas 80 liter4.
Stopwatch5. Penakar hujan6. Gelas ukur7. Plastik 0,5 kg dan 5 kg8.
Timbangan9. Oven10. Cawan alumunium11. Kanebo
1.3.2 Bahan1. Plastik2. Bambu3. Benih jagung4. Rumput akar
wangi5. Mulsa jerami6. Pupuk kandang7. Pupuk kimia (Urea, KCL, dan
SP 36)
1.3.3 Prosedur praktikum1. Pengukuran jumlah tanah tererosiCara
menetukan banyaknya tanah tererosi dari suatu kejadian dapat
dilakukan sebagai berikut:a. Air yang masuk ke dalam bak dan drum
penampung diendapkan.b. Tanah yang mengendap dipisahkan,
masing-masing dikering udarakan selama satu hari kemudian ditimbang
beratnya, misal berat tanah pada bak (A1) kg dan pada drum (A2)
kg.c. Dari masing-masing tanah tersebut diambil sampel sebanyak
berat tertentu (B1) kg dari (A1) dan (B2) kg dari (A2), kemudian
dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC sampai beratnya konstan,
misal (C1) dari (B1) dan (C2) dari (B2).d. Berat tanah tererosi
dalam bak (E1) dan berat tanah tererosi dalam drum (E2) dengan
jumlah lubang sebanyak n adalah:(kg/plot)
............................................(1)(kg/plot).............................................(2)e.
Berat total tanah tererosi pada kejadian hujan tersebut adalah:
(kg/plot).......................................(3)
2. Pengukuran volume aliran permukaan (runn off)Volume aliran
permukaan diukur dari setiap kejadian hujan yang menimbulkan aliran
permukaan. Dari setiap petak ditetapkan dengan mengukur volume air
dalam bak penampung (V1) dan drum (V2) dengan volume tanah yang
mengendap (V1). Volume aliran permukaan dapat ditentukan sebagai
berikut: ......................................................(4)
.....................................................(5) .......(6)
(7)3. Pengukuran BD tanah (gram/cm3)a. Praktikan mengambil tanah
kering mutlak, misal beratnya adalah A gram.b. Praktikan memasukan
kedalam gelas ukur berisi air sehingga terbaca perubahan volum air
().c. BD tanah (gram/cm3).4. Mengisi tabel pengamatan.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Erosi Tanah Erosi adalah peristiwa pengikisan tanah oleh
angin, air atau es. Erosi juga dapat diartikan bawha Erosi adalah
peristiwa pindahnya / terangkutnya tanah / bagian bangian tanah ke
suatu tempat atau ketempat lain oleh media alami. Erosi dapat
terjadi karena sebab alami atau disebabkan oleh aktivitas manusia.
Penyebab alami erosi antara lain adalah karakteristik hujan,
kemiringan lereng, tanaman penutup dan kemampuan tanah untuk
menyerap dan melepas air ke dalam lapisan tanah dangkal. Erosi yang
disebabkan oleh aktivitas manusia umumnya disebabkan oleh adanya
penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan
perladangan.Erosi tanah merupakan elati utama penyebab
ketidak-berlanjutan kegiatan usahatani di wilayah hulu. Walaupun
masih diperdebatkan, penggunaan lahan yang intensif di wilayah hulu
khususnya untuk kegiatan pertanian telah menyebabkan terjadinya
peningkatan erosi yang sangat nyata dari tahun ke tahun.
Peningkatan erosi tersebut disebabkan karena petani melakukan
kegiatan usahatani secara subsisten dengan menerapkan
praktek-praktek usahatani yang menyebabkan erosi yang sangat tinggi
(Garrity, 1991). Disamping menyebabkan ketidak-berlanjutan
usahatani di wilayah hulu, kegiatan usahatani tersebut juga
menyebabkan kerusakan sumberdaya lahan dan lingkungan di wilayah
hilir yang sekaligus menyebabkan ketidak-berlanjutan beberapa
kegiatan usaha ekonomi produktif di wilayah hilir akibat terjadinya
pengendapan sedimen, kerusakan sarana irigasi, bahaya banjir dan
lain-lain.Secara alami, sebagian besar tanah di Indonesia mempunyai
tingkat kesuburan tanah yang rendah seperti tanah Ultisols dan
Oxisols dengan tingkat produktivitas lahan yang juga tergolong
rendah. Erosi yang intensif di lahan pertanian menyebabkan semakin
menurunnya produktivitas usahatani, dimana penurunan produktivitas
usahatani secara linier akan diikuti oleh penurunan kesejahteraan
petani. Oleh karena itu, pengendalian erosi di lahan usahatani
mutlak harus dilakukan agar kelestarian sumberdaya lahan dan
lingkungan dapat dipertahankan sehingga kesejahteraan petani
(khususnya) dapat ditingkatkan.2.1.1 Macam Erosi tanah1. Erosi
Lembar (Sheet Erosion)Erosi lemabar (sheet erosion) adalah
pengangkutan lapisan yang merata tebalnya dari suatu permukaan
bidang tanah.2. Erosi Alur( Riil Erosion)Erosi alur (riil erosioan)
adalah suatu proses erosi yang terkonsentrasi dan mengalir pada
tempat- tempat tertentu dipermukaan tanah sehingga pemindahan tanah
lebih banyak terjadi pada tempat tersebut.3. Erosi Parit ( Gully
Erosion)Erosi parit (gully erosion) adalah proses erosi yang hampir
sama dengan proses erosi alur, tetapi saluran saluran yang
terbentuk sudah sedemikian dalamnya sehingga tidak dapat
dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.Tabel Klassifikasi Laju
Erosi
2.1.2 Dampak erosi Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan
permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya
kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah
menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi).
Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah
akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan
banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh
aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai
(sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan
mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan mempengaruhi
kelancaran jalur pelayaran.Menyadari dampak kerusakan yang
ditimbulkan akibat erosi (on site dan off site effect),
pengendalian erosi dan aliran permukaan di lahan pertanian dan
kehutanan telah dilakukan sejak tahun 70-an. Berbagai kegiatan
penelitian mekanisme erosi, teknik konservasi tanah dan air (KTA)
untuk mengendalikan erosi dan aliran permukaan, serta penerapan
teknik KTA di lapangan telah dilakukan dengan sasaran utama
masyarakat petani yang tinggal di wilayah hulu. Berdasarkan fakta
lapangan hasil monitoring dan evaluasi pengelolaan DAS diketahui
bahwa kegiatan pengendalian erosi dan aliran permukaan belum
memberikan hasil yang memuaskan. Selain disebabkan karena
pendekatan pelaksanaan kegiatan bersipat proyek dan top down (belum
melibatkan partisipasi masyarakat), kekurang-berhasilan
pengendalian erosi di lapangan, juga berkaitan pemilihan teknik KTA
yang diterapkan di lahan petani kurang tepat baik dari sisi
kelayakan fisik-teknis maupun elati ekonomi.
2.1.3 Penanggulangan erosiPemilihan teknik KTA secara teknis
dilakukan dengan menggunakan model penduga erosi USLE. Model
tersebut juga digunakan untuk memprediksi erosi dari suatu wilayah
(DAS) yang kemudian dikalibrasi dengan nilai sediment delivery
ratio (SDR). Karena model penduga erosi USLE dikembangkan skala
plot, maka erosi wilayah hasil dugaannya mengalami deviasi yang
cukup besar. Dengan demikian kebijakan konservasi yang didasarkan
atas model tersebut keakuratannya belum cukup memuaskan. Salah satu
yang dapat dilakukan apabila erosi telah terjadi yaitu dengan
perbaikan erosi. Perbaikan erosi adalah kegiatan memperbaiki
kerusakan yang terjadi karena erosi pada unsure-unsur daerah milik
jalan. Perbaikan erosi dapat dilaksanakan dengna 2 (dua) macam
kegiatan, yaitu :1. Pemeliharaan untuk kerusakan-kerusakan kecil,
dan2. Rehabilitasi untuk kerusakan-kerusakan yang lebih besar,
sehingga dalam perbaikannya memerlukan peralatan berat.Pemeliharaan
antara lain dilakukan pada :1. Bahu jalan yang terbuang,2.
Longsoran bahu jalan akibat gerusan aliran air selokan samping,3.
Gerusan pada dasarnya selokan akibat derasnya aliran air,4. Gerusan
pada sisi luar selokan akibat golokan air karena sisi selokan
dalamnya telah diperkuat dengan pasangan. Perubahan bentuk selokan
akibat derasnya arus aliran air.Erodibilitas tanah menunjukkan
tingkat kepekaan tanah terhadap daya rusak hujan. Erodibilitas
tanah dipengaruhi oleh tekstur (pasir sangat halus, debu, dan
liat), struktur tanah, permeabilitas, dan kandungan bahan elativ
tanah (Wischmeier et al., 1971). Nilai K dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus Hammer (1978), yaitu:K = 2,713 M1,14 (10-4) (12
a) + 3,25 (b 2) + 2,5 (c 3).....(1)dimana:K = erodibilitas tanahM=
(% debu + % pasir sangat halus) (100 - % liat)a = % bahan elativ (%
C elativ x 1,724)b = kode struktur tanahc = kode permeabilitas
tanahErosivitas hujan I dapat dihitung dengan menggunakan peta
Iso-erodent (Bols, 1978) untuk Pulau Jawa dan Madura atau
menggunakan data curah hujan. Data curah hujan (bulanan) digunakan
untuk menghitung nilai RM dengan rumus: RM = 2.21 (Rain)m 1.36
....(2)
dimana:RM = erositas hujan bulanan(Rain)m= curah hujan bulanan
(cm).Pada metode USLE, prakiraan besarnya erosi adalah dalam kurun
waktu tahunan sehingga angka rata-rata factor R dihitung dari data
curah hujan tahunan sebanyak mungkin dengan persamaan sebagai
berikut :
.....(3)
.....(4)
....(5)dimana Lo = panjang lereng (m)
diman s = kemiringan lereng (%)Diman,R = Erosivitas hujan
rata-rataN = Jumlah kejadian hujan dalam kurun waktu satu tahun
(musim hjan)X = Jumlah tahun atau musm hujan yang digunakanE =
Energi kineticK = ErodibilitasL = KemiringanS = SlopeC= Tanaman
PenutupP = Faktor konservasi tanahUntuk mencarai indeks erosivitas
hujan, dapat menggunakan rumus Bolls (1978) sebagai berikut :
.....(6)Dimana,Rm= Erosivitas curah hujan bulan rata-rataRAINm=
Jumlah curah hujam bulanan (cm)DAYm= Jumlah hari hujan bulanan
rata-rata pada bulan tertentuMAXPm= jumlah hujan maxsimum selama 24
jam pada bulan terentu
2.2 Erosivitas hujan Erosivitas hujan adalah besarnya tenaga
kinetik hujan yang menyebabkan terkelupas dan terangkutnya
partikel-partikel tanah ke tempat yang lebih rendah. Erosivitas
hujan sebagian besar terjadi karena pengaruh jatuhan butir-butir
hujan langsung di atas tanah dan sebagian lagi karena aliran air di
atas permukaan tanah. Faktor erosivitas hujan merupakan hasil
perkalian antara energi kinetic (E) dari satu kejadian hujan
maksimum 30 menit (I30). Kehilangan tanah karena erosi percikan,
erosi lembar dan erosi alur berhubungan erat dengan EI 30.
Penggunaan Intensatas hujan 30 menit maksimum menunjukkan bahwa
tidak seluruh hujan berpengaruh nyata terhadap jumlah tanah yang
hilang. Hujan dengan intensitas kecil berpengaruh sangat kecil
terhadap hilangnya tanah dari suatu tempat.
2.3 Kemiringan lahanKemiringan lahan adalah besaran yang
dinyatakan dalam derajat/persen (%) yang menunjukkan sudut yang
dibentuk oleh perbedaan tinggi tempat. Kemiringan lahan dapat
digolongkan kedalam beberapa golongan yaitu sebagai berikut:Tabel
1. Golongan Kemiringan LahanKemiringan %Kelas kemiringan
0