LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI DAN MESIN PERTANIAN ( TPT 2021 ) ACARA KE V LATIHAN PENGOLAHAN TANAH SERTA PENGUKURAN KAPASITAS DAN EFISIENSI KERJA LAPANGAN DISUSUN OLEH : NAMA : Tunjung Bayu Hernawan NIM : 10/300816/TP/09883 Gol : Senin Co.Ass : 1. Jhonny Sigiro 2. Fajar Tsani R. LABORATORIUM ENERGI DAN MESIN PERTANIAN JURUSAN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
49
Embed
LATIHAN PENGOLAHAN TANAH SERTA PENGUKURAN KAPASITAS DAN EFISIENSI KERJA LAPANGAN
LATIHAN PENGOLAHAN TANAH SERTA PENGUKURAN KAPASITAS DAN EFISIENSI KERJA LAPANGAN
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM
ENERGI DAN MESIN PERTANIAN
( TPT 2021 )
ACARA KE V
LATIHAN PENGOLAHAN TANAH SERTA PENGUKURAN KAPASITAS
DAN EFISIENSI KERJA LAPANGAN
DISUSUN OLEH :
NAMA : Tunjung Bayu Hernawan
NIM : 10/300816/TP/09883
Gol : Senin
Co.Ass : 1. Jhonny Sigiro
2. Fajar Tsani R.
LABORATORIUM ENERGI DAN MESIN PERTANIAN
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mekanisasi pertanian adalah pengenalan dan penggunaan alat mekanis
untuk melaksanakan operasi pertanian. Yang dimaksud dengan alat mekanis
adalah semua peralatan yang digerakkan dengan sumber tenaga manusia, hewan,
motor listrik, angin, air, dan diartikan sebagai penerapan ilmu-ilmu teknik untuk
mengembangkan, mengorganisir, dan mengatur semua operasi dalam usaha
pertanian. Alat dan mesin pertanian terdiri dari berbagai macam dan jenis, baik
yang tradisional maupun semi-mekanis sampai dengan yang modern. Begitu juga
yang dibutuhkan dalam proses pengolahan tanah.
Pengolahan tanah dapat kita pahami sebagai usaha manusia untuk
merubah sifat-sifat tanah, baik secara fisik, kimiawi maupun secara biologis
untuk memperoleh suatu kedalaman tertentu agar sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Seiring dengan berkembangnya teknologi yang ada, maka
perkembangan alat dan mesin pengolah tanah juga semakin baik. Adanya alat dan
mesin pengolah tanah dapat memaksimalkan kinerja manusia menjadi lebih
efektif dan efisien, karena berbagai kendala yang ada telah dapat diatasi dengan
adanya alat dan mesin pengolah tanah, seperti misalnya lahan yang luas, dapat
diolah dalam waktu yang lebih singkat dengan menggunakan mesin dibandingkan
hanya mengandalkan tenaga manusia. Dalam menggunakan alat atau mesin
tersebut membutuhkan analisa, baik dari segi teknis maupun segi ekonomis.
Analisis teknis dan juga ekonomis dinilai cukup penting dalam menentukan alat
dan mesin pengolahan tanah mana yang akan digunakan untuk kegiatan
pengolahan tanah. Dengan adanya analisis teknis, maka akan dapat ditentukan
jenis dan ukuran alat dan mesin pertanian yang sesuai untuk dikembangkan di
wilayah tersebut. Kemudian dengan dilakukannya analisis kapasitas dan effisiensi
kerja dari alat dan mesin terpilih, akan dapat ditentukan jumlah penyediaan alat
dan mesin pertanian tersebut guna memenuhi kebutuhan pada suatu wilayah.
Dengan adanya praktikum ini, praktikan diharapakn dapat melakukan latihan
pengolahan tanah, serta melakukan pengukuran kapasitas dan effisiensi kerja
lapang.
Praktikum pada acara kali ini sangat erat hubungannya dengan studi
praktikan. Hal ini karena nantinya praktikan akan menemui peralatan maupun
mesin-mesin tersebut di dalam kehidupan kerjanya. Dengan mempelajari
praktikum kali ini, praktikan diharapkan akan mendapatkan pengetahuan yang
lebih mengenai kedua jenis traktor tersebut sehingga tidak akan mengalami
kesulitan ketika nantinya sudah bekerja di bidang teknologi pertanian. Selain itu
praktikan juga akan mendapatkan ilmu yang lebih, sehingga dalam masa
perkuliahannya akan semakin mudah menyelesaikan masalah-masalah yang ada.
B. Tujuan
Untuk mempelajari kinerja (permorfance) alat dan mesin pengolah
tanah secara mekanis ditinjau dari aspek teknik kerekayasaan, teknik operasional,
dan aspek ekonominya.
C. Manfaat
Dengan adanya kegiatan praktikum acara kelima ini, diharapkan agar
mahasiswa dapat mempelajari kinerja (performance) alat mesin pengolah
tanah secara mekanis dan dapat melakukan kegiatan pengolahan tanah secara
mekanis dengan menggunakan traktor mini dan mampu mengukur kapasitas
dan efisiensi lapang dari alat dan mesin pertanian serta dapat menganalisa
lebih lanjut mengenai alat mana yang lebih menguntungkan ditinjau dari aspek
operasional dan aspek ekonomisnya.
BAB II
DASAR TEORI
Pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia
untuk mengubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah agar sesuai dengan
kebutuhan yang dikehendaki manusia. Di dalam usaha pertanian, pengolahan
tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kondisi fisik, khemis, dan
biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman tertentu agar sesuai untuk
pertumbuhan tanaman. Pengenalan mengenai alat dan mesin pengolahan tanah
dinilai sangat penting dalam bidang teknik pertanian, namun tidak terbatas pada
itu saja, analisis dari segi teknis dan ekonomis mengenai bberbagai peralatan
yang digunakan dalam kegiatan pengolahan tanah juga merupakan suatu hal yang
tidak kalah pentingnya (Fahmi, 1994).
Pengolahan tanah / penanaman mengikuti garis kontur dilakukan pada
lahan miring untuk mengurangi erosi dan aliran permukaan. Garis kontur adalah
suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang tingginya sama dan
berpotongan tegak lurus dengan arah kemiringan lahan. Bangunan dan tanaman
dibuat sepanang garis kontur dan disesuaikan dengan keadaan permukaan lahan.
Penanaman pada garis kontur dapat mencakup pula pembuatan perangkap tanah,
teras bangku atau teras guludan, atau penanaman larikan. Pengolahan tanah dan
penanaman mengikuti kontur banyak dipromosikan di berbagai daerah di
Indonesia dalam mengembangkan pertanian yang berkelanjutan. Beberapa
kelebihan sistem penanaman dengan mengikuti garis kontur adalah dapat
mengurangi aliran permukaan dan erosi, mengurangi kehilangan unsur hara,
mempercepat pengolahan tanah apabila menggunakan tenaga ternak atau traktor
karena luku atau alat pengolah tanah yang lain. Sedangkan kelemahannya adalah
dalam penentuan garis kontur yang kurang tepat dapat memperbesar resiko
terjadinya erosi, karena itu diperlukan ketrampilan khusus yang memadai untuk
menentukan garis kontur, membutuhkan pengerahan tenaga kerja yang cukup
intensif (Hardjosentono, 1996).
Apabila ditinjau dari aspek wilayah serta aspek sosial budaya, alat
dan mesin pertanian sudah dipandang layak untuk dikembangkan pada suatu
wilayah tertentu. Selanjutnya perlu dilakukan analisis dari segi teknis dan
ekonomis bagi alat dan mesin pertanian yang mempunyai peluang untuk dipilih
dan dikembangkan pada wilayah tersebut. Dengan analisis teknis akan dapat
ditentukan jenis dan ukuran alat mesin pertanian yang sesuai untuk
dikembangkan di wilayah tersebut. Kemudian dengan dilakukannya analisis
kapasitas dan efisiensi kerja dari alat dan mesin yang terpilih, akan dapat
ditentukan jumlah penyediaan alat dan mesin pertanian tersebut guna memenuhi
kebutuhan pada suatu wilayah (Ciptohadidjoyo, 2003).
Traktor diartikan sebagai mesin bersumber daya mekanis untuk
penggerak/penarik beban. Di lapangan pertanian, selain digunakan untuk
penggerak/penarik alat dan mesin pengolah tanah, traktor juga digunakan sebagai
penggerak/penarik alat dan mesin peanam, alat dan mesin pemeliharaan tanaman
(pompa air, sprayer), alat dan mesin pemanen, alat pengangkut, juga dapat
digunakan sebagai penggerak alat dan mesin pengolahan hasil pertanian (Rustam,
2003).
Traktor merupakan sumber tenaga atau alat tarik mekanis yang
umumnya digunakan dalam bidang pengubahan tanah. Traktor kecil adalah
traktor beroda dua yang digerakkan oleh motor penggerak, menggunakan bahan
bakar bensin atau solar atau kerosin, dapat digunakan sebagai sumber tenaga
pengolah tanah (Wijanarko, 1995).
Pengujian mesin, merupakan suatu proses untuk menyelidiki,
mencoba, atau membuktikan, yang memungkinkan kita untuk mengevaluasi atau
bahkan menetapkan nilai dari mesin yang diuji. Sedangkan evaluasi merupakan
langkah lanjut dari pengujian untuk mengetahui, menilai, dan menetapkan nilai
mesin tersebut, bukan hanya didasarkan atas data mesin yang diperoleh, tetapi
juga didasarkan atas keterangan-keterangan tentang keadaan lahan, keadaan iklim
tanaman, keadaan sosial ekonomi masyarakat, dan lain-lain dari keadaan luar
mesin itu sendiri. Baik produsen maupun konsumen harus mengetahui kinerja
daripada suatu mesin yang akan digunakan dengan benar, jika ingin
menggunakan modal yang serba terbatas secara efektif. Masing-masing harus
mengetahui apakah mesin tersebut menguntungkan atau tidak. Oleh karena itu
pengujian dan evaluasi yang tepat dan obyektif perlu dilakukan terhadap alat dan
mesin pengolahan yang akan digunakan, tidak hanya untuk menetapkan kinerja
teknik dari suatu mesin, namun juga untuk mengetahui kinerja dari segi
ekonomisnya (Irwanto, 1980).
Dalam menentukan tata cara pengujian mesin di lapangan, terdapat
banyak pertimbangan yang dinilai perlu untuk dilakukan. Hal ini mengingat
karena banyak faktor yang kelak akan memengaruhi hasil pengujian mesin
dengan cara-cara yang berbeda pula. Suatu tata cara atau metode pengujian yang
diciptakan untuk suatu jenis mesin pada suatu daerah atau keadaan mungkin tidak
cocok untuk suatu keadaan di daerah lain. Beberapa parameter yang harus
dipenuhi dalam tata cara pegujian suatu mesin adalah sebagai berikut (Fahmi,
1994) :
1. Tata cara pengujian harus luwes, hal ini untuk memungkinkan
penyesuaian dengan sifat-sifat lingkungan dan perubahan yang
ada. Hasil pengujian yang diperoleh dari suatu daerah mungkin
juga akan dapat digunakan untuk menentukan penyesuaian suatu
mesin untuk daerah lain yang sesuai.
2. Tata cara pengujian harus handal, untuk memperoleh data khusus
pengujian, keterangan-keterangan tentang lahan, keadaan iklim,
keadaan tanaman, dan faktor-faktor lapangan lainnya. Dalam
melaksanakan pengujian lapang, petani atau masyarakat juga
harus diikutsertakan, dan dengan menggunakan metode
pengumpulan data secara tepat.
3. Tata cara pengujian harus disesuaikan dengan faktor manusia dan
sosial ekonomi daerah yang bersangkutan. Untuk itu perlu
dilakukan evaluasi yang menndalam dari data-data dan informasi
yang diperolah. Pengujian yang dikerjakan dalam keadaan lokal,
kemampuan pelaksana, dan ketersediaan peralatan juga mungkin
menjadi faktor pembatas, untuk itu tata cara pengujian untuk
keadaan lokal harus dibuat lebih sederhana.
4. Periode tata cara pengujian yang dilakukan harus cukup panjang.
Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang memadai,
khususnya yang berkaitan dengan ketahanan mesin. Tahapan ini
dapat dilakukan dengan menyerahkan mesin tersebut langsung
pada pemakai untuk digunakan selama periode waktu tertentu
dengan perawatan mesin yang minimum, kemudian dilakukan
pemantauan pada waktu-waktu tertentu.
Sasaran utama dari pengujian kinerja teknik dari suatu alat dan mesin
pengolahan tanah secara mekanis adalah untuk mempertimbangkan atau
memperhitungkan kkapasitas kerja, kualitas kerja, serta effisiensi kerja dari alat
dan mesin tersebut. Dan kemudian dibandingkan dengan hasil kerja peralatan
tradisional yang umumnya digunakan pada suatu daerah. Sedangkan sasaran
utama dari pengujian ekonomis suatu alat dan memsin pengolahan tanah secara
mekanis adalah untuk memperhitungkan besarmya biaya opersi (Rp/Jam) atau (Rp/Ha)
dari alat dan mesin tersebut, serta kemudian dibandingkan dengan biaya operasi
yang dibutuhkan jika menggunakan peralatan tradisional seperti yang umum
digunakan, termasuk menghitung besarnya keuntungan yang mungkin dapat
diperoleh dari penggunaan peralatan mekanis tersebut (Pratomo, 1983).
Pengolahan tanah intensif memerlukan biaya yang tinggi, disamping
mempercepat kerusakan sumber daya tanah. Pada umumnya saat dilakukan
pengolahan tanah, lahan dalam keadaan terbuka, tanah dihancurkan oleh alat
pengolah, sehingga agregat tanah mempunyai kemantapan rendah. Jika pada saat
tersebut terjadi hujan, tanah dengan mudah dihancurkan dan terangkut bersama
air permukaan (erosi). Untuk jangka panjang, pengolahan tanah yang terus-
menerus mengakibatkan pemadatan pada lapisan tanah bagian bawah lapisan
olah, hal demikian menghambat pertumbuhan akar. Untuk mengatasi kerusakan
karena pengolahan tanah, akhir-akhir ini diperkenalkan sistim pengolahan tanah
minimum (Minimum Tillage) yang diikuti oleh pemberian mulsa dapat
meningkatkan produksi pertanian. Pengolahan tanah minimum (Minimum
Tillage) adalah pengolahan tanah yang dilakukan secara terbatas atau seperlunya
tanpa melakukan pengolahan tanah pada seluruh areal lahan. (Daywin, 1978).
Terdapat dua istilah yang perlu diketahui dalam membicarakan atau
membahas mengenai kapasitas kerja suatu alat dan mesin pengolahan tanah, yaitu
: pengertian kapasitas kerja teoritis (Kt), dan kapasitas kerja aktual atau efektif
(Ka). Kapasitas kerja teoritis (Kt) dari suatu alat dan mesin pengolahan tanah
adalah kelajuan kerja yang dicapai didasarkan atas perhitungan apabila alat atau
mesin pengolah tanah dapat bekerja memnuhi fungsinya 100% dari seluruh
waktu yang tersedia, dengan kecepatan dan lebar kerja 100% pula. Sedangkan
kapasitas kerja aktual (Ka) dari suatu alat dan mesin pengolahan tanah adalah
kelajuan kerja yang dapat dicapai oleh suatu alat atau mesin pengolahan tanah
tersebut, didasarkan atas luas total yang dicapai perwaktu total yang digunakan,
dan dinyatakan dalam satuan luas per satuan waktu (Ha/Jam), serta merupakan
kemampuan rata-rata yang aktual (Anonim 1983).
Kapasitas kerja yang aktual dari suatu alat dan mesin pengolahan
tanah merupakan fungsi dari lebar kerja yang aktual, kecepatan jalan aktual, serta
waktu efektif yang terpakai selama bekerja. Besarnya lebar kerja aktual
ditentukan oleh terjadinya tumpang tindih (overlapping) hasil kerja pengolahan
tanah, yang disebabkan pengaruh keterampilan operator, sistem penggandengan
peralatan, kecepatan kerja, serta beberapa kondisi lahan lainnya. Besarnya
kecepatan aktual ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain besarnya slip roda
yang harganya dipengaruhi oleh sistem rancangan roda, besarnya daya, jenis dan
kondisi tanah, keterampilan operator, serta kecepatan kerja maksimumnya.
Waktu efektif, merupakan waktu terpakai selama bekerja, yang besarnya sangat
ditentukan oleh besarnya kerugian waktu yang tidak efektif atau biasanya disebut
sebagai waktu hilang selama bekerja. Waktu hilang, merupakan ubahan yang
sukar dinilai dalam menentukan kapasitas kerja. Waktu pelerjaan lapang dari
suatu alat dan mesin pengolahan tanah dapat hilang karena untuk pengaturan,
mengatasi kemacetan, atau kerusakan-kerusakan kecil, untuk belok diujung
lapangan, dan lain sebagainya. Untuk perawatan harian, pemasangan atau
kerusakan berat tidak dimasukkan dalam kategori waktu hilang. Sedangkan
waktu yang digunakan untuk pengangkutan dari dan ke lapangan juga tidak
dimasukkan dalam perhitungan untuk menentukan ongkos kerja alat dan mesin
pengolahan tersebut (Rustam, 2003).
Effisiensi kerja lapang (E), merupakan perbandingan antara kapasitas
kerja aktual terhadap kapasitas kerja teoritis, dan dinyatakan dalam persen (%).
Secara matematis perhitungan kapasitas kerja dari suatu alat dan mesin
pengolahan tanah disajikan sebagai berikut :
Kt=WxVx10−1
Ka=(WxVx 10−1 ) xE
E=KaKt
x 100%
Dalam pengujian lapang, besarnya nilai Ka dapat ditentukan dengan rumus :
Ka= AT
dimana, Kt = kapasitas kerja teoritis (Ha/Jam)
Ka = kapasitas kerja aktual (Ha/Jam)
W = lebar kerja (m)
V = kecepatan kerja (Km/Jam)
E = effisiensi kerja (%)
A = luas lahan total yang dikerjakan (Ha)
T = waktu total yang digunakan (Jam)
Disamping cara di atas, harga effisiensi kerja dapat dihitung dengan
memperhitungkan besarnya keseluruhan waktu yang hilang, yang mempengaruhi
besarnya harga lebar kerja aktual, kecepatan kerja aktual, serta besarnya waktu
efektif yang terpakai selama bekerja. Cara pendekatan perhitungan waktu hilang,
untuk digunakan sebagai dasar menentukan besarnya harga effisiensi kerja, dapat
dilakukan dengan menentukan harga-harga sebagai berikut(Ciptohadijoyo,
2003) :
a. Waktu hilang karena terjadinya tumpang tindih hasil kerja
pengolahan tanah (L1), dengan mengukur lebar kerja teoritis (W1)
dan lebar kerja aktual/efektif di lapangan (W2)
L1=W 1−W 2
W 1
x 100%
b. Waktu hilang karena slip roda (L2), dengan mengukur panjang
lintasan yang ditempuh traktor tanpa beban untuk 10 kali putaran
roda (M1) dan mengukur panjang lintasan yang ditempuh traktor
dengan beban untuk 10 kali putaran roda (M2)
L2=M 1−M 2
M 1
x100 %
Harga L2 dapat didekati dengan mengukur diameter roda belakang
traktr (D), ditentukan jarak lurus (M), kemudian traktor
dijalankan dengan beban sepanjang M, dengan menghitng putaran
roda (N)
L2=πDN −M
πDNx100 %
c. Waktu hilang untuk belok di ujung lapangan (L3), dihitung waktu
untuk belok di ujung lapangan, kemudian dijumlahkan (T1), juga
dihitung waktu total yang dipergunakan untuk bekerja di lapangan
(T)
L3=T1
Tx 100 %
Secara cuplikan (sampling), harga L3 dapat didekati dengan
mengukur rerata waktu belok di ujung lapangan, dimana
alat/mesin tidak digunakan secara aktif untuk mengolah tanah (t1),
dan mengukur rerat waktu untuk jalan lurus, dimana alat/mesin
secara aktif digunakan untuk mengolah tanah (t2)
L3=t1
t1+t 2
x100 %
d. Waktu hilang untuk pengaturan, mengatasi kemacetan atau
kerusakan-kerusakan kecil (L4), yaitu dengan menghitung total
waktu yang dipergunakan untuk pengaturan, mengatasi
kemacetan atau kerusakan-kerusakan kecil, dan sebagainya (T2)
L4=T 2
Tx100 %
dimana, T adalah waktu total yang dipergunakan untuk bekerja di
lapangan.
Dengan hasil pendekatan tersebut, perhitungan waktu hilang di atas effisiensi
kerja (E) dapat dihitung dengan rumus :
E=(1−L1 ) (1−L2 ) (1−L3−L4 ) x100 %
Besarnya biaya operasional alat dan mesin pengolahan tanah dapat
diperhitungkan dari besarnya jumlah biaya tetap (fixed cost) dan biaya kerja
(variabel cost). Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan, bunga modal,
pemeliharaan dan perbaikan, gudang, serta biaya pajak dan asuransi. Sedangkan
biaya kerja terdiri dari biaya bahan bakar, minyak pelumas, grease, upah operator
dan upah tenaga pembantu, serta biaya untuk pembelian ban. Perlu diperhatikan
bahwa dalam menentukan biaya kerja yang berkaitan dengan biaya bahan bakar,
minyak pelumas, dan grease, sebaiknya diperhitungkan atas dasar hasil pengujian
langsung di lapangan (Fahmi, 1994).
Pemilihan traktor yang baik dalam pengolahan tanah menjadi sangat
penting. Traktor yang baik akan menghasilkan pengolahan tanah yang lebih
efisien dan tidak menimbulkan kerugian waktu dalam pengoperasiannya. Oleh
karena itu ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan traktor,
antara lain merk/pabrik dari pembuat, sebaiknya yang telah terkenal, konstruksi
dan desain dari traktor, persediaan spare parts serta supply bahan-bahan yang
diperlukan yang dijamin oleh dealer-dealer traktor, type yang sesuai dengan
usaha pertanian, ukuran/tenaga yang dibutuhkan (Young, 1975).
Faktor-faktor pertimbangan dalam pemilihan penggunaan tenaga
dalam usaha bidang pertanian adalah (Daywin dkk, 1978):
1. Ukuran usaha pertanian
2. Topografi dan sifat-sifat tanah
3. Jenis pertanaman dan macam pertanian
4. Ukuran dari lapangan
Dalam analisa biaya, ongkos-ongkos penggunaan traktor pertanian
atau peralatan lainnya ditentukan oleh faktor-faktor, antara lain umur dari traktor
(dalam jam, hari atau tahun), lama penggunaan dalam jam atau hari, depresiasi
(penyusutan), bunga modal, penyimpanan, asuransi dan pajak, pemakaian bahan
bakar dan pelumas, pemeliharaan dan reparasi (Rustam, 2003).
Kapasitas mesin adalah faktor utama dalam memilih atau membeli
peralatan pertanian. Kapasitas dan ukuran dari mesin sering digunakan secara
sama. Dalam hal ini, kapasitas mesin digunakan untuk mengidentifikasi
performan/capaian rata-ratanya. Pernyataan seperti bungkus per jam, acre per jam
(ha/jam) dan beberapa unit lainnya digunakan untuk menyatakan kapasitas.
Ukuran diidentifikasi dengan satuan ukur lebar bagian alas pemotongan. Ukuran
dari mesin tidak dapat secara langsung digunakan untuk menandai kapasitasnya,
karena suatu mesin yang besar dapat bekerja lebih pelan dibanding yang lebih
kecil (Purwadi, 1990).
Penggunaan alat dan mesin pertanian di dalam suatu kegiatan usaha
tani dari segi ekonomi dianggap menguntungkan apabila manfaat
penggunaannya lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Atau setidak-tidaknya
alat dan mesin pertanian tersebut apabila digunakan haruslah dapat membayar
harganya sendiri (Ciptohadidjoyo, 2003).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1983. Mekanisasi Pertanian. Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian. Jakarta.
Ciptohadijoyo, Sunarto. 2003. Handout Mesin Produksi Pertanian. Jurusan Teknik Pertanian. FTP. UGM. Yogyakarta.
Daywin, F.J. Godfried Sitompul, Lapu Katu, Moeljarno Djoyomartono dan Siswandi Soeparjo. 1978. Motor Bakar dan Traktor Pertanian. Departemen Mekanisasi Pertanian. FATEMETA IPB. Bogor.
Fahmi, A. 1994. Unjuk Kerja Mesin Pertanian. Diakses tanggal: 16 desember 2011. URL : http://www.pustaka-deptan.go.id.pdf//
Hardjosentono. 1996. Mesin-mesin Pertanian. Cetakan Kedua. Bumi Aksara. Jakarta.
Irwanto, Kohar A. 1980. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian. Fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian. ITB. Bandung.
Pratomo, M., dkk. 1983. Alat dan Mesin Pertanian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Purwadi, Tri. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Rustam, Fadli. 2003. Mekanisasi Pertanian. Diakses tanggal : 16 desember 2011 URL:http: // www.dipertahorsumbar.web.id/Buku/MekanisasiPertanian.pdf
Wijanarko, Ibnu Rudi. 1995. Analisis Sistem Pemeliharaan dan Reparasi Traktor Tangan. Jurusan Mekanisasi Pertanian. FTP. UGM. Yogyakarta.
Young, P. E. 1975. A Machine to Increase Productivity of a Tillage Operation. ASAE Paper. ASAE St Joseph MI 49085.