Pengolahan Sampah Kota Pekanbaru
BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSampah merupakan masalah
klasik yang terlihat sepele. Walaupun, terlihat sepele akan tetapi
sampah dapat berakibat buruk bagi kesehatan manusia maupun
kelestarian alam. Kebiasaan membuang sampah sembarangan baik di
jalan, sungai atau di tempat-tempat lain menunjukkan bahwa sampah
masih menjadi salah satu permasalahan yang tak kunjung teselesaikan
sampai sekarang.
Banyaknya aktivitas di perkotaan banyak menghasilkan limbah
padat berupa sampah. Sampah dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik yaitu sampah
yang mudah diuraikan dalam proses alami. Terdiri dari bahan-bahan
penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan
dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lainnya. Sampah
anorganik adalah sampah yang berasal dari sumber daya alam yang
tidak diperbaharui seperti botol kaca, kaleng dan plastik, atau
yang diuraikan dalam jangka waktu yang relatif lama seperti kayu,
tulang dan kertas (Suprihatin,et al, 1996 dalam Ika, 2006).
Peningkatan aktivitas perkotaan yang berbanding lurus dengan
peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan konsumsi semakin tinggi.
Konsumsi yang tinggi juga mengakibatkan semakin tingginya produksi
sampah. Pertambahan sampah di perkotaan tidak dibarengi dengan
adanya suatu sistem pengolahan sampah yang baik, sehigga selain
kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya, terjadi juga penumpukan sampah.
Tumpukan sampah yang tidak diolah dengan baik,merupakan sumber
bibit-bibit penyakit dan mengakibatkan polusi udara. Pembuangan
sampah di sembarang tempat terutama seperti di sungai atau selokan
dapat mengakibatkan air tersumbat sehinngga ketika hujan datang
tidak jarang terjadi banjir yang kita sebut dengan banjir
bandang.
Pengelolaan sampah saat ini hanya sebatas 3P
(pengumpulan,pengangkutan dan pembuangan). Padahal sampah-sampah
tersebut dapat dimafaatkan agar lebih bernilai guna dengan
menjadikan sampah-sampah organik menjadi kompos atau dengan
melakukan daur ulang sampah-sampah anorganik. Sehingga sampah tidak
lagi menjadi sumber penyakit dan berdampak negatif bagi lingkungan
melainkan dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang dikemukakan
diatas, terdapat beberapa permasalahan utama yang akan dikaji dalam
makalah ini, antara lain sebagai berikut:
1. Bagaimana komposisi sampah perkotaan bogor?
2. Apakah dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah perkotaan
yang tidak dikelola dengan baik dan dibuang secara sembarangan?
3. Bagaimanakah sistem pengelolaan sampah perkotaan yang baik
agar tidak memberikan dampak negatif bagi alam dan manusia serta
pemanfaatannya?
1.3 TujuanBerdasarkan permasalahan-permasalahan pokok yang
terdapat dalam makalah ini, maka ada beberapa tujaun yang ingin
dicapai, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan komposisi sampah perkotaan
2. Menjelaskan dampak negatif apa yang ditimbulkan oleh sampah
perkotaan yang tidak dikelola dengan baik dan dibuang sembarangan
terhadap lingkungan dan manusia.
3. Menjelaskan bagaimana sistem pengelolaan sampah perkotaan
yang baik
4. Menjelaskan .bagaimana pemanfaatan sampah perkotaan agar
lebih memiliki nilai guna.
1.4 ManfaatMakalah ini diharapkan dapat menambah kemampuan
penulis untuk menulis dan menambah pengetahuan penulis, makalah ini
juga dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan diantaranya:
1. Akademis. Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sumber data,
informasi atau literature bagi kegiatan-kegiatan penulisan ilmiah
yang terkait dengan pengelolaan sampah perkotaan
2. Masyarakat. Diharapkan makalah ini dapat memberikan pengaruh
positif bagi masyarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang lingkungan untuk tidak membuang sampah sembarangan.
3. Pemerintah. Makalah ini dapat berguna sebagai rujukan dalam
membuat kebijakan dalam prengelolaan sampah perkotaan sehingga
tercipta lingkungan perkotaan yang sehat dan lestari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian SampahSampah adalah bahan yang
tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau
utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat
dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak
atau buangan.Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang
dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum
memiliki nilai ekonomis. (Istilah Lingkungan untuk Manajemen,
Ecolink, 1996).Berangkat dari pandangan tersebut sehingga sampah
dapat dirumuskan sebagai bahan sisa dari kehidupan sehari-hari
masyarakat. Sampah yang harus dikelola tersebut meliputi sampah
yang dihasilkan dari:1. Rumah tangga2. kegiatan komersial: pusat
perdagangan, pasar, pertokoan, hotel, restoran, tempat hiburan.3.
fasilitas sosial: rumah ibadah, asrama, rumah tahanan/penjara,
rumah sakit, klinik, puskesmas4. fasilitas umum: terminal,
pelabuhan, bandara, halte kendaraan umum, taman, jalan,5.
Industri6. hasil pembersihan saluran terbuka umum, seperti sungai,
danau, pantai.Sampah padat pada umumnya dapat di bagi menjadi dua
bagian :1. Sampah Organiksampah organik (biasa disebut sampah
basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah Organik terdiri
dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam
atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain.
Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah
tangga sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya sampah dari
dapur, sisa tepung, sayuran dll.2. Sampah AnorganikSampah Anorganik
berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan
minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini
tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat
anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam,
sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang
sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya
berupa botol, botol, tas plsti. Dan botol kalengKertas, koran, dan
karton merupakan pengecualian. Berdasarkan asalnya, kertas, koran,
dan karton termasuk sampah organik. Tetapi karena kertas, koran,
dan karton dapat didaur ulang seperti sampah anorganik lain
(misalnya gelas, kaleng, dan plastik), maka dimasukkan ke dalam
kelompok sampah anorganik.2.1 Dampak Sampah bagi Manusia dan
lingkunganSudah kita sadari bahwa pencemaran lingkungan akibat
perindustrian maupun rumah tangga sangat merugikan manusia, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Melalui kegiatan
perindustrian dan teknologi diharapkan kualitas kehidupan dapat
lebih ditingkatkan. Namun seringkali peningkatan teknologi juga
menyebabkan dampak negatif yang tidak sedikit.1. Dampak bagi
kesehatanLokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai
(pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang
cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang
seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.Potensi
bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai
berikut:Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena
virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat
bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever)
dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan
sampahnya kurang memadai.Penyakit jamur dapat juga menyebar
(misalnya jamur kulit).Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai
makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang
dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk
ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa
sisa makanan/sampah.Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di
Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan
yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari
sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai
dan akumulator.2. Dampak Terhadap LingkunganCairan rembesan sampah
yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air.
Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa
spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem
perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan
menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana.
Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat
meledak.3. Dampak terhadap keadaan sosial dan ekonomi Pengelolaan
sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang
menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan
yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.Memberikan dampak
negatif terhadap kepariwisataan.Pengelolaan sampah yang tidak
memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal
penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung
(untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung
(tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).Pembuangan sampah
padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan
dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,
drainase, dan lain-lain.Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi
oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya
yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan
sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang
sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering
dibersihkan dan diperbaiki.2.3 Prinsip-prinsip Produksi Bersih
adalah prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian,
misalnya, dengan menerapkan Prinsip 4R, yaitu:1. Reduce
(Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau
material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan
material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.2. Re-use (Memakai
kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai
kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali
pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang
sebelum ia menjadi sampah.3. Recycle (Mendaur ulang); sebisa
mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur
ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah
banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang
memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Teknologi daur ulang,
khususnya bagi sampah plastik, sampah kaca, dan sampah logam,
merupakan suatu jawaban atas upaya memaksimalkan material setelah
menjadi sampah, untuk dikembalikan lagi dalam siklus daur ulang
material tersebut.4. Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita
pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai
sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar
kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan,
Misalnya, ganti kantong keresek kita dnegan keranjang bila
berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini
tidak bisa didegradasi secara alami.Selain itu, untuk menunjang
pembangunan yang berkelanjutan ( sustainable development ), saat
ini mulai dikembangkan penggunaan pupuk organik yang diharapkan
dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia yang harganya kian
melambung. Penggunaan kompos telah terbukti mampu mempertahankan
kualitas unsur hara tanah, meningkatkan waktu retensi air dalam
tanah, serta mampu memelihara mikroorganisme alami tanah yang ikut
berperan dalam proses adsorpsi humus oleh tanaman.Penggunaan kompos
sebagai produk pengolahan sampah organik juga harus diikuti dengan
kebijakan dan strategi yang mendukung. Pemberian insentif bagi para
petani yang hendak mengaplikasikan pertanian organik dengan
menggunakan pupuk kompos, akan mendorong petani lainnya untuk
menjalankan sistem pertanian organik. Kelangkaan dan makin
membubungnya harga pupuk kimia saat ini, seharusnya dapat
dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengembangkan sistem pertanian
organik.2.4 Peran Pemerintah dalam Menangani SampahDari
perkembangan kehidupan masyarakat dapat disimpulkan bahwa
penanganan masalah sampah tidak dapat semata-mata ditangani oleh
Pemerintah Daerah (Pemerintah Kabupaten/Kota). Pada tingkat
perkembangan kehidupan masyarakat dewasa ini memerlukan pergeseran
pendekatan ke pendekatan sumber dan perubahan paradigma yang pada
gilirannya memerlukan adanya campur tangan dari
Pemerintah.Pengelolaan sampah meliputi kegiatan pengurangan,
pemilahan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, pengolahan.
Berangkat dari pengertian pengelolaan sampah dapat disimpulkan
adanya dua aspek, yaitu penetapan kebijakan (beleid, policy)
pengelolaan sampah, dan pelaksanaan pengelolaan sampah.]Kebijakan
pengelolaan sampah harus dilakukan oleh Pemerintah Pusat karena
mempunyai cakupan nasional. Kebijakan pengelolaan sampah ini
meliputi :1. Penetapan instrumen kebijakan:a. instrumen regulasi:
penetapan aturan kebijakan (beleidregels), undang-undang dan hukum
yang jelas tentang sampah dan perusakan lingkunganb. instrumen
ekonomik: penetapan instrumen ekonomi untuk mengurangibeban
penanganan akhir sampah (sistem insentif dan disinsentif)
danpemberlakuan pajak bagi perusahaan yang menghasilkan sampah,
sertamelakukan uji dampak lingkunganc. Mendorong pengembangan upaya
mengurangi (reduce), memakai kembali (re-use), dan mendaur-ulang
(recycling) sampah, dan mengganti (replace);d. Pengembangan produk
dan kemasan ramah lingkungan;e. Pengembangan teknologi, standar dan
prosedur penanganan sampah:2. Penetapan kriteria dan standar
minimal penentuan lokasi penanganan akhir sampah;a. penetapan
lokasi pengolahan akhir sampah;b. luas minimal lahan untuk lokasi
pengolahan akhir sampah;c. penetapan lahan penyangga.2.5 Kompos,
Alternatif Problem SampahSampah terdiri dari dua bagian, yaitu
bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik
sampah mencapai 80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif
penanganan yang sesuai. Pengomposan dapat mengendalikan bahaya
pencemaran yang mungkin terjadi dan menghasilkan
keuntungan.Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara
aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa bahan
tambahan.Pengomposan merupakan penguraian dan pemantapan
bahan-bahan organik secara biologis dalam temperatur thermophilic
(suhu tinggi) dengan hasil akhir berupa bahan yang cukup bagus
untuk diaplikasikan ke tanah. Pengomposan dapat dilakukan secara
bersih dan tanpa menghasilkan kegaduhan di dalam maupun di luar
ruangan.Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara
aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan
tambahan yang biasa digunakan Activator Kompos seperti Green
Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganism)
atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost).
Keunggulan dari proses pengomposan antara lain teknologinya yang
sederhana, biaya penanganan yang relatif rendah, serta dapat
menangani sampah dalam jumlah yang banyak (tergantung luasan
lahan).Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena
mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol
proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh
mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara.
Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme
yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik.Hasil
akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan
untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya
untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga
produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari
pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan
kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan
kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA,
eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta
mengurangi penggunaan pupuk kimia.Bahan baku pengomposan adalah
semua material organik yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti
kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah
industri pertanian.2.6 Ciri-ciri SampahSoewedo (1983) mengungkapkan
beberapa ciri-ciri sampah, yaitu:
1. Sampah adalah bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak
digunakan maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya.
2. Dari segi sosial ekonomis, sampah adalah bahan yang sudah
tidak ada harganya.
3. Dari segi lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak
berguna dan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan pada
kelestarian lingkungan.
2.7 Penggolongan SampahSoewedo (1983) menggolongkan sampah
menjadi beberapa golongan. Adapun penggolongannya yaitu sebagai
berikut, berdasarkan asalnya (sampah dari kegiatan rumah tangga,
sampah dari kegiatan industry/pabrik, sampah dari kegiatan
perdagangan,sampah dari hasil kegiatan pertanian, sampah dari hasil
pembangunan, dan sampah jalan raya), berdasarkan komposisinya
(sampah yang seragam, dan sampah yang tidak seragam), berdasarkan
bentuknya (padatan, cairan, gas), berdasarkan lokasinya (sampah
kota dan sampah daerah), berdasarkan proses terjadinya (sampah
alami dan sampah non alami), berdasarkan sifatnya (organik dan
anorganik), dan berdasarkan jenisnya (sampah makanan, sampah
kebun/pekarangan, sampah kertas, sampah plastik,kertas, kulit,
kain, kayu, logam, gelas dan keramik, abu dan debu). Wied (1998)
menggolongkan sampah ke dalam empat kelompok, antara lain:
1. Human excreta yaitu bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh
manusia, meliputi tinja (faeces) dan air kencing (urine).
2. Sewage, merupakan air limbah yang dibuang oleh pabrik maupun
rumah tangga. Contonya adalah air bekas cucian pakaian yang masih
mengandung larutan diterjen.
3. Refuse, merupakan bahan pada sisa proses industri atau hasil
sampingan kegiatan rumah tangga yang disebut selama ini dengan
sampah. Contohnhya panci bekas, botol bekas, kertas bekas, atau
barang-barang lain yang kerap kali dilihat menggunung di
tempat-tempat sampah.
4. Industrial waste yaitu bahan-bahan buangan dari sisa proses
Industri. Contohnya whey, pulp, kulit biji sawit dan lainnya.
2.8 Pemanfaatan SampahLimbah padat dan pemanfaatanya (Wardhana,
1995 dalam Ika, 2006)
1. Kertas dapat dimanfaatkan menjadi pulp untuk kertas,
cardboard, dan produk-produk kertas lainnya. Dihancurkan untuk
dipakai sebagai bahan pengisi, bahan isolasi. Diinsenerasi sebagai
penghasil panas.
2. Bahan organik dapat dimanfaatkan menjadi kompos untuk pupuk
tanaman. Diinserensi sebagai penghasil panas.
3. Tekstil/ pakaian bekas dapat dimanfaatkan dengan
menghancurkannya sebagai bahan pengisi, bahan isolasi. Disumbangkan
kepada yang memerlukan.
4. Gelas dapat dimanfaatkan dengan membersihkannya dan dipakai
lagi. Dihancurkan sebagai bahan gelas yang baru. Dihancurkan dan
dicampur aspal untuk pengeras jalan. Dihancurkan dan dicampur pasir
dan batu untuk pembuatan bata semen.
5. Logam dapat dimanfaatkan dengan dicor untuk pembuatan logam
baru yang dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan.atau dapat
langsung digunakan bila keadaan baik dan memungkinkan.
6. Karet, kulit, plastik dapat dimanfaatkan dengan dihancurkan
untuk dipakai sebagai bahan pengisi dan isolasi
BAB IIIPEMBAHASAN3.1. Komposisi Sampah PerkotaanSetiap bidang
tertentu memiliki pengertian yang berbeda terhadap kata sampah.
Seorang ibu rumah tangga yang selalu berkecimpung didapur akan
mengatakan sampah itu sisa-sisa makanan, bungkus plastik, kaleng,
kertas,daun pembungkus. Bagi para peternak sampah berupa sisa-sisa
makanan dan kotoran hewan. Terdapat perbedaan yang dimaksud sampah
antara pedagang dan ibu rumah tangga. Sehingga sampah sulit untuk
diartikan dengan rangkain kata yang defenitif agar mendapatkan
gambaran yang jelas.
Terdapat beberapa ciri yang sama yang membarikan defenisi
terhadap sampah. Walaupun dalam bentuk yang berbeda sesuai dengan
bidang pekerjaannya. Soewedo (1983) mengungkapkan beberapa
ciri-ciri sampah, yaitu:
1. Sampah adalah bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak
digunakan maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya.
2. Dari segi sosial ekonomis, sampah adalah bahan yang sudah
tidak ada harganya.
3. Dari segi lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak
berguna dan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan pada
kelestarian lingkungan.
Sehingga secara definitif dapat diartikan sampah adalah sisa
bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik diambil bagian
utamanya, pengolahan yang sudah tidak ada manfaatnya dan dapat
menimbulkan pencemaran atau gangguan pada lingkungan.
Sampah dalam bahasa inggrisnya waste diartikan sebagai zat-zat
atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi baik yang berasal
dari rumahtangga maupun pabrik sebagai sisa industri. Secara lebih
lanjut Wied (1998) menggolongkannya ke dalam empat kelompok, antara
lain:
1. Human excreta yaitu bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh
manusia, meliputi tinja (faeces) dan air kencing (urine).
2. Sewage, merupakan air limbah yang dibuang oleh pabrik maupun
rumah tangga. Contonya adalah air bekas cucian pakaian yang masih
mengandung larutan diterjen.
3. Refuse, merupakan bahan pada sisa proses industri atau hasil
sampingan kegiatan rumah tangga yang disebut selama ini dengan
sampah. Contohnhya panci bekas, botol bekas, kertas bekas, atau
barang-barang lain yang kerap kali dilihat menggunung di
tempat-tempat sampah.
4. Industrial waste yaitu bahan-bahan buangan dari sisa proses
Industri. Contohnya whey, pulp, kulit biji sawit dan lainnya.
Soewedo (1983) menggolongkan sampah menjadi beberapa golongan.
Adapun penggolongannya yaitu sebagai berikut, berdasarkan asalnya (
sampah dari kegiatan rumah tangga, sampah dari kegiatan
industry/pabrik, sampah dari kegiatan perdagangan,sampah dari hasil
kegiatan pertanian, sampah dari hasil pembangunan, dan sampah jalan
raya), berdasarkan komposisinya (sampah yang seragam, dan sampah
yang tidak seragam), berdasarkan bentuknya (padatan, cairan, gas),
berdasarkan lokasinya (sampah kota dan sampah daerah ), berdasarkan
proses terjadinya (sampah alami dan sampah non alami), berdasarkan
sifatnya (organik dan anorganik), dan berdasarkan jenisnya (sampah
makanan, sampah kebun/pekarangan, sampah kertas, sampah
plastik,kertas, kulit, kain, kayu, logam, gelas dan keramik, abu
dan debu).
Sampah kota terdiri dari sampah organik dan sampah anorganik
(Butler, 2002 dalam Ika, 2006). Sampah kota terdiri dari sampah
organik dan sampah anorganik. Sampah organic yang terdiri atas
daun-daunan, kayu, kertas, karton, tulang, sisa-sisa makanan
ternak, sayur, buah. Sampah organik adalah sampah yang mengandung
senyawa-senyawa organik, dan oleh karenanya tersusun oleh
unsur-unsur karbon, hydrogen, dan oksigen. Bahan-bahan ini mudah
didegradasi oleh mikrobia Sampah anorganik, yang terdiri atas
kaleng, plastic,besi dan logam-logam lainnya, gelas, mika atau
bahan-bahan yang tidak tersusun oleh senyawa-senyawa organik.
Sampah ini tidak dapat didegradasi oleh mikrobia (Hadiwiyoto,
1983)
Perkembangan sampah di kota yang maju dengan kota yang sedang
berkembang berbeda. Pada tabel 1 disajikan komposisi sampah umumya
dengan variasi bobot yang memungkinkan (J.S. JERIS and R.REGAN,
1975:247 dalam Hadiwiyoto, 1983:26. )
Tabel 1. Komposisi Umum Sampah Kota Tahun 1975
KomposisiBobot
Serat kasar41-61%
Lemak3-9%
Abu ( mineral)4-20%
Air30-60%
Ammonia0,5-1,4 mg/g sampah
Senyawa nitrogen organic4,8-14 mg/g sampah
Total nitrogen7-17 mg/g sampah
Protein3,1-9,3 %
PH5-8
Sumber : J.S. JERIS and R.REGAN, 1975:247 dalam Hadiwiyoto,
1983:26.
3.2. Dampak Negatif Sampah Perkotaan yang Tidak Dikelola dengan
Baik dan Dibuang Sembarangan Terhadap Lingkungan dan ManusiaSeiring
dengan pertambahan penduduk yang meningkat dengan cepat dan
berkembangnya Industri di perkotaan memberikan dampak positif
maupunn negative. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah
peningkatan produksi sampah. Namun, peningkatan sampah tidak
diseimbangkan dengan adanya suatu sistem pengelolaan yang baik yang
menyebabkan adanya penumpukan sampah seperti dapat dilihat pada
gambar 1. Tumpukan sampah merupakan sumber penyakit karena dapatt
mendatangkan tikus dan serangga (lalat, lipas, kecoa, nyamuk, kutu
dan lain-lain) yang membawa kuman penyakit.
Lalat dapat menjadi pembawa utama dari kuman bakteri yang
menyebabkan diare karena dengan mudah dapat hinggap di makanan atau
peralatan makan. Tikus diketahui dapat membawa penyakit seperti
tipus, leptospirosis, salmonellosis, pes dan lain-lain. Nyamuk akan
beranak-pinak di air yang tidak bergerak disekitar sampah yang
tercecer dan dapat menyebabkan malaria bahkan demam berdarah.
Sampah yang tidak diolah dengan baik ini juga akan mengganggu
keseimbangan lingkungan dan pencemaran. Kelestarian lingkungan dan
pencemaran merupakan dua hal yang selalu berhubungan satu dengan
yang lainnya. Membuang sampah sembarangan pada sungai atau pada
selokan dapat mengakibatkan bencana alam berupa banjir. embuang
sampah sembarangan pada sungai atau pada selokan dapat
mengakibatkan bencana alam berupa banjir.
Sampah yang menyangkut di selokan lama kelamaan akan semakin
bertambah banyak sehingga dapat menghalang kelancaran air. Apabila
terjadi hujan, air meluap dan keluar dari selokan dan terjadilah
banjir.
Banjir tidak hanya dapat merusak jalan dnan menyebabkan
kemacetan tetapi juga membawa kotoran, kuman dan bibit penyakit
yang berasal dari air selokan masuk ke dalam rumah. Banjir
berkaitan dengan rusaknya kelestarian lingkungan karena pencemaran
air.
Sampah industri di perkotaan dapat memberikan mendampak negatif
secara langsung berupa pencemaran lingkungan yaitu udara, air dan
daratan (wardhana, 2001). Dampak dari pencemaran udara bukan hanya
terjadinya gangguan pernapasan tetapi dapat juga menyebabkan
terjadinya kerusakan ozon dan efek rumah kaca.
Hadiwiyoto juga mengungkapkan beberapa gangguan yang ditimbulkan
oleh sampah, yaitu kekurangan oksigen pada daerah pembuangan sampah
karena dalam perombakan senyawa sampah membutuhkan oksigen sehingga
dapat mengganggu ekologi daerah disekitar sampah. Secara estetika,
sampah tidaklah sesuatu pemandangan yang nyaman untuk
dinikmati.
Bagaimanakah sampah harus diperlakukan agar tidak menimbulkan
dampak-dampak negatif seperti yang sudah dipaparkan. Hal ini yang
akan di bahas di dalam sub bab berikutnya tentang bagaimana sampah
perkotaan dikelola agar bernilai guna.
3.3. Sistem pengelolaan sampah perkotaanPenanganan sampah adalah
perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan
masalah-masalah yang berdampak terhadap lingkungan. Penanganan
sampah dapat berbentuk semata-mata membuang sampah atau
mengembalikan (recycling) sampah menjadi bahan-bahan yang
bermanfaat. Tahap pertama dalam penanganan sampah adalah
pengumpulan sampah (Hadiwiyoto, 1983).
Pengumpulan sampah sudah menjadi salah satu kebiasaan bagi
setiap rumah tangga, sebelum sampah diangkut oleh petugas
kebersihan. Sampah-sampah dikumpulkan dalam berbagai jenis tempat
seperti kaleng bekas, plastik bekas, ada juga yang menggunakan bak
yang semen sebagai tempat sampah yang permanen.
Di kota-kota, untuk memudahkan pengumpulan sampah digunakan
tempat-tempat sampah berupa bak sampah, tong sampah, dan
kotak-kotak sampah. Sampah-sampah yang sudah dikumpulkan akan
diangkut ke tempat pembuangan atau pemanfaatan sampah.
Tahap yang selanjutnya yaitu tahap pemisahan dimana terjadi
penggolongan sampah untuk memisahkan jenis-jenis sampah. Pemisahan
ini perlu dilakukan terutama bagi sampah yang akan mengalami
pembakaran. Akan tetapi, untuk sampah yang akan ditimbun.
pemisahan ini tidak begitu perlu untuk dikerjakan. Pemisahan
sampah hendaknya dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama
memisahkan antara sampah yang organic dengan sampah anorganik.
Tahap kedua yaitu memisahkannya lagi berdasarkan jenisnya menurut
keperluan (Hadiwiyoto,1983).
Membakar sampah sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat karena
dinilai praktis. Namun, pembakaran yang asal-asalan menghasilkan
asap yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan dan mengotori
udara sisa sampah yang belum terbakar dengan sempurna. Pembakaran
yang baik dilakukan pada suatu instalasi pembakaran, karena dapat
diatur prosesnya sehingga tidak mengganggu lingkungan. Proses
pembakaran di dalam instalasi pembakaran (insenerator) perlu
memperhatikan beberapa hal (Hadiyato, 1983), yaitu karakteristik
sampah, besarnya energy yang diperlukan, jumlah udara yang
diperlukan,hasil pembakaran, suhu pembakaran, desain incinerator,
gudang penyimpanan sampah, preparasi, cemaran.Tahap yang terakhir
adalah pembuangan sampah yaitu menempatkan sampah pada suatu tempat
yang rendah, kemudian menimbunnya dengan tanah. dalam pengelolaan
sampah terdapat kelebihan dan kelemahan serta resiko teknis
teknologi pengelolaan sampah (Moenir,1983 dalam Ika, 2006) yang
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kelebihan dan Kelemahan Serta Resiko Teknis Teknologi
Pengolahan Sampah
Jenis teknologiMekanisme pengelolaanKelebihanKelemahanResiko
teknis
IncenerationSampah yang dibakar pada suhu yang sangat
tinggiSampah terbakar habis-Biaya investasi sangat mahal
-Penggunaan mesin yang sesuai standar (tidak boleh melebihi
kapasitas)
-Sampah yang mengandung cairan dapat menyebabkan kerusakan
mesin
-Suhu minimal agar sampah dapat terbakar habis seringkali tidak
dapat dicapai sehingga pembakaran menghasilkan pencemaran.
Pengolahan sampah dengan cara ini menimbulkan polusi udara yang
tinggi.
KomposKompos adalah hasil pemecahan biokimia dari zat organic
dalam sampah yang dapat mempengaruhi karakteristik tanah. Proses
pemecahan kompos disebabkan oleh mikroorganisme dan tipe mikroflora
pada suhu yang sama dengan suhu sampah tersebut.Merupakan
pengelolaan sampah yang bersifat zero waste dan menghasilkan pupuk
komposMemerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi komposKarena
butuh yang lama, ada kemungkinan terjadi antrian sampah, hal ini
menyebabkan polusi
ATAD (Autogenous Thermophilic Aerobic Digestion)Teknologi ATAD
(Autogenous Thermophilic Aerobic Digestion) menggunakan bakteri
aerobic yang responsive pada suhu tertentu untuk memproses sampah
organic menjadi pupuk dalam bentuk pellet (padat) dan cair.
Teknologi ini sebenarnnya adalah untuk pengolahan air
limbahMerupakan pengelolaan sampah yang bersifat zero waste
sekaligus mengolah air limbahInvestasi yang dilakukan cukup tinggi
dan perlu ada uji coba dahulu karena belum pernah dilakukan di
IndonesiaBelum diketahui
Open dumpingSampah dibuang pada daerah lembah atau cekungan
tanpa ada pengolahan lebih lanjutTidak membutuhkan biaya pengolahan
sampahSampah menumpuk dan tidak terurai sebagaimana
mestinyaMenyebabkan sampah terus menumpuk polusi udara, air dan
tanah
Sanitary landfillPada metoda ini sampah dibuang ke daerah parit,
daerah cekungan atau daerah lereng, kemudian ditimbun dengan
lapisan tanah dan dipadatkan. Metoda ini mempunyai tiga macam cara
yaitu metoda Area, metoda trench, dan metoda depression- Merupakan
cara yang paling murah
- Tidak ada pemisahan sampah
- Investasi masih rendah- Memerlukan tanah yang luas, sehingga
untuk kota besar tidak memungkinkan
-Pengoperasian harus sesuai dengan standar
-Menimbulkan gas metana yang berbahayaJika tidak ada perawan
secara periodic akan berubah menjadi open dumping
Pengepakan
(Balling method)Berbagai jenis sampah dikumpulkan dan ditekan
dengan kekuatan + 2000psi sehingga menyerupai balokSampah dapat
digunakan sebagai penimbun jalan atau penimbun limbah lembah
terkontrol-Biaya investasi yang cukup mahal
-Jika tidak digunakan sebagai penimpun akan menyebabkan
penumpukan sampah (walaupun sudah dilakukan pengepakan)Cairan
sampah yang keluar pada saat pengepakan kemungkinan dapat mencemari
air tanh
Sumber: Moenir, 1983 dalam Ika, 2006
3.4. Pemanfaatan SampahBerbagai jenis sampah padat seperti
kertas, bahan organik, tekstil, gelas, logam dan karet dapat
dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Sampah-sampah yang masih dapat
diolah kembali, dipungut dan dikumpulkan. Limbah padat dan
pemanfaatanya (Wardhana, 1995 dalam Ika, 2006)
1. Kertas dapat dimanfaatkan menjadi pulp untuk kertas,
cardboard, dan produk-produk kertas lainnya. Dihancurkan untuk
dipakai sebagai bahan pengisi, bahan isolasi. Diinsenerasi sebagai
penghasil panas.
2. Bahan organik dapat dimanfaatkan menjadi kompos untuk pupuk
tanaman. Diinserensi sebagai penghasil panas.
3. Tekstil/ pakaian bekas dapat dimanfaatkan dengan
menghancurkannya sebagai bahan pengisi, bahan isolasi. Disumbangkan
kepada yang memerlukan.
4. Gelas dapat dimanfaatkan dengan membersihkannya dan dipakai
lagi. Dihancurkan sebagai bahan gelas yang baru. Dihancurkan dan
dicampur aspal untuk pengeras jalan. Dihancurkan dan dicampur pasir
dan batu untuk pembuatan bata semen.
5. Logam dapat dimanfaatkan dengan dicor untuk pembuatan logam
baru yang dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan.atau dapat
langsung digunakan bila keadaan baik dan memungkinkan.
6. Karet, kulit, plastik dapat dimanfaatkan dengan dihancurkan
untuk dipakai sebagai bahan pengisi dan isolasi
Lapangan pekerjaan dapat diciptakan pada pengelolaan sampah
terpadu (usaha sampingan pemulung untuk mengklasifikasikan sampah,
usaha penggemukan ternak, industri kecil pembuatan pupuk organik
dan pakan ternak, industri daur ulang logam, kertas plasti). Sistem
pertanian organik merupakan salah satu alternatif pemanfaatan
sampah organik karena sampah organik dapat dijadikan kompos yang
berperan sebagai pupuk organik dalam pertanian organik.
Menurut hadiwiyoto (1983:29) sampah dapat dimanfaatkan untuk
biogas, alkohol dan kompos. Biogas banyak dibuat dari sampah
hasilpeternakan, yaitu dari sisa-sisa makanan ternak dan kotoran
hewan. Tetapi biogas pada prinsipnya dapat dibuat dari segala jenis
sampah organik. Biogas merupakan sumber energi yang sangat
menguntungkan bagi rumah tangga dapat digunakan untuk memasak,
sumber penerangan atau diubah menjadi sumber tenaga listrik.
Metanol dan etanol pada dasarnya adalah senyawa yang tergolong
alkohol, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Sampah banyak
mengandung selulosa yang berarti merupakan sumber karbon, hidrogen
dan oksigen. Melalui pembakaran sampah akan dihasilkan gas-gas
antara lain antara lain karbon monoksida, karbon dioksida,
hidrogen, uap air, dan metana. Gas karbon monoksida dan gas
hidrogen selanjutnya dapat dipisahkan kemudian dikonversikan
menjadi metanol.
Kompos menurut Apriadji (1998) adalah pupuk alami yang terbuat
dari bahan hijaun dan bahan organik yang sengaja ditambahkan untuk
mempergiat proses pembusukan misalnya kotoran ternak. Sedangkan
menurut Hadiwiyoto (1983) kompos adalah hasil proses pengomposan,
yaitu suatu cara untuk mengkonversikan bahan-bahan organik menjadi
bahan yang telah dirombak lebih sederhana dengan menggunakan
aktivitas mikrobia, semacam perombakan yang terjadi pada bahan
organik dalam tanah oleh bakteria tanah
Pertanian Organik muncul kerena adanya pencemaran lingkungan
yang berpengaruh buruk terhadap lingkungan. Pertanian Organik
merupkan sistem pertanian yang menekankan pentingnya bahan organik
sebagai pengganti pupuk kimia dan pestisida yang bersifat merusak
lingkungan. Sampah kota dan kotoran ternak dapat menjadi alternatif
pupuk organik dengan mengolahnya menjadi kompos.
Bali merupakan salah satu pulau yang telah melakukan pengolahan
sampah dengan melakukan pemanfaatan sampah . Proses penyadaran
masyarakat dan advokasi kebijakan pemerintah untuk memperbaiki
proses pengelolaan sampah ini menjadi program pertama bagi Yayasan
Wisnu yang terletak di Bali. Awalnya dengan mempelajari
karakteristik sampahyang dihasilkan warga denpasar kemudian bekerja
sama dengan salah satu hotel untuk menjadi pihak pengelola
sampahnya. Sampah-sampah tersebut dimanfaatkan seperti sisa makanan
langsung dijual ke peternak babi, botol (platik dan kaca), kaleng,
aluminium, kardus, dijual ke pengumpul untuk diolah disurabaya,
kertas didaur ulang sendiri oleh Yayasan Wisnu sedangkan sisa kebun
dan sampah organik yang tidak terpakai dibikin kompos, dan dijual
kembali ke hotel.
BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN4.1. KesimpulanSampah perkotaan yang
semakin bertambah seiring dengan pertambahan industri dan jumlah
penduduk perkotaan dapat memperikan dampak yang negatif apabila
tidak dikelola dengan baik. Pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan merupakan dampak negatif dari sampah perkotaan yang
terdiri dari sampah organik dan sampah anorganik. Pengelolaan
sampah yang baik ketika sampah dapat dimanfaatkan sehingga dapat
menjadi lapangan kerja seperti usaha daur ulang, mebuat kompos,
alkohol atau biogas.
4.2 SaranPeningkatan sampah di perkotaan adalah masalah yang
serius karena apabila tidak dilakukan pengelolaan yang baik akan
berakibat buruk bagi lingkungan dan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKAApriadji, Wied Harry. 1998. Memproses Sampah.
Penebar Swadaya : Jakarta.
Hadiwiyoto, Soewedo. 1983. PENANGANAN dan PEMANFAATAN SAMPAH.
Yayasan Indayu : Jakarta
Nugroho, Asad. 2004. BERAWAL DARI MENGELOLA SAMPAH. PIRAMEDIA:
Jakarta.
Mustika, Ika.