makalah dampak pengolahan sampah
BAB ILATAR BELAKANG DAN TUJUAN1.1 Latar BelakangSampah merupakan
masalah yang selalu muncul di lingsungan kita. Karena setiap hari
manusia selalu menghasilkan sampah. Permasalahan sampah ini bukan
hanya terjadi di Indonesia tetapi terjadi pada setiap negara. Oleh
karena itu setiap negara mempunyai cara masing-masing untuk
meminimalisir sampah yang ada, bahkan memanfaatkan sampah
tersebut.Pemanfaatan sampah tersebut sangatlah beragam. Contohnya
dari sampah organik dapat dibuat pupuk yang bermanfaat untuk
tumbuhan. Sampah organik ini apabila dibiarkan begitu saja akan
membusuk dan akan mengganggu masyarakat.Sampah anorganik adalah
sampah yang tidak dapat di urai. Dan sampah anorganik ini dapat
dimanfaatkan menjadi karya seni atau di daur ulang.1.2 TujuanDalam
makalah ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui definisi dari
sampah dan memaparkan penelusuran yang berkaitan dengan sampah.
Selain itu penulis memiliki hasrat untuk memberi informasi dan
mengajak pembaca untuk menyadari dampak sampah di bumi ini.Rumusan
MasalahDalam makalah ini penulis merumuskan :1. Apa yang disebut
dengan sampah2. Apa dampak dari sampah3. Bagaimana cara pengolahan
sampah
BAB IIDAMPAK DAN PENGELOLAAN SAMPAH2.1 Pengertian SampahSebagai
makhluk hidup, kita pasti menghasilkan sisa yang kita kenal sebagai
sampah . Menurut Kamus Istilah Lingkungan Sampah adalah bahan yang
tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau
utama dalam pembuatnan atau pemakaian barang rusak atau bercacat
dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak
atau buangan. Sedangkan menurut Dr. Tandjung, M.Sc. , Sampah adalah
sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau
pemakai semula.Jenis Sampah Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat
digolongkan sebagai:1. Sampah OrganikSampah Organik terdiri dari
bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau
dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain.
Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah
tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah
organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit
buah, dan daun.2. Sampah AnorganikSampah Anorganik berasal dari
sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau
dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di
alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara
keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian
lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah
jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, botol
plastik, tas plastik, dan kaleng.
2.2 Dampak dari Sampah Berikut ini merupakan dampak yang
ditimbulkan akibat masalah sampah :1.Perkembangan vektor
penyakitWadah sampah merupakan tempat yang sangat ideal bagi
pertumbuhan vektor penyakit terutama lalat dan tikus. Hal ini
disebabkan dalam wadah sampah tersedia sisa makanan dalam jumlah
yang besar. Tempat Penampungan Sementara / Container juga merupakan
tempat berkembangnya vektor tersebut karena alasan yang sama. Sudah
barang tentu akan menurunkan kualitas kesehatan lingkungan
sekitarnya.Vektor penyakit terutama lalat sangat potensial
berkembangbiak di lokasi TPA. Hal ini terutama disebabkan oleh
frekwensi penutupan sampah yang tidak dilakukan sesuai ketentuan
sehingga siklus hidup lalat dari telur menjadi larva telah
berlangsung sebelum penutupan dilaksanakan. Gangguan akibat lalat
umumnya dapat ditemui sampai radius 1-2 km dari lokasi
TPA2.Pencemaran UdaraSampah yang menumpuk dan tidak segera
terangkut merupakan sumber bau tidak sedap yang memberikan efek
buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti permukiman,
perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkali
terjadi pada sumber dan lokasi pengumpulan terutama bila terjadi
penundaan proses pengangkutan sehingga menyebabkan kapasitas tempat
terlampaui. Asap yang timbul sangat potensial menimbulkan gangguan
bagi lingkungan sekitarnya.Sarana pengangkutan yang tidak tertutup
dengan baik juga sangat berpotensi menimbulkan masalah bau di
sepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat bercecerannya air
lindi dari bak kendaraan.Pada instalasi pengolahan terjadi berupa
pelepasan zat pencemar ke udara dari hasil pembuangan sampah yang
tidak sempurna; diantaranya berupa : partikulat, SO x, NO x,
hidrokarbon, HCl, dioksin, dan lain-lain. Proses dekomposisi sampah
di TPA secara kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini akan
dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4,H2S, dan lain-lain
yang secara langsung akan mengganggu komposisi gas alamiah di
udara, mendorong terjadinya pemanasan global, disamping efek yang
merugikan terhadap kesehatan manusia di sekitarnya.Pembongkaran
sampah dengan volume yang besar dalam lokasi pengolahan berpotensi
menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat mungkin terjadi
pencemaran berupa asap bila sampah dibakar pada instalasi yang
tidak memenuhi syarat teknis.Seperti halnya perkembangan populasi
lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul akibat penutupan sampah
yang tidak dilaksanakan dengan baik. Asap juga seringkali timbul di
TPA akibat terbakarnya tumpukan sampah baik secara sengaja maupun
tidak. Produksi gas metan yang cukup besar dalam tumpukan sampah
menyebabkan api sulit dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan
sangat mengganggu daerah sekitarnya.3.Pencemaran AirPrasarana dan
sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial menghasilkan lindi
terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau tanah
sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran.Instalasi
pengolahan berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang cukup
besar pula sehingga potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga
cukup potensial untuk menimbulkan pencemaran air dan tanah di
sekitarnya.Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari
lingkungan sekitarnya baik berupa rembesan dari dasar TPA yang
mencemari air tanah di bawahnya. Pada lahan yang terletak di
kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi sehingga
dimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur penduduk yang trerletak
pada elevasi yang lebih rendah. Pencemaran lindi juga dapat terjadi
akibat efluen pengolahan yang belum memenuhi syarat untuk dibuang
ke badan air penerima. Karakteristik pencemar lindi yang sangat
besar akan sangat mempengaruhi kondisi badan air penerima terutama
air permukaan yang dengan mudah mengalami kekurangan oksigen
terlarut sehingga mematikan biota yang ada.4.Pencemaran
TanahPembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di
lahan kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan
menyebabkan lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya
sampah organik dan mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya
(B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat
lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut.
Selama waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh
buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.5.Gangguan
EstetikaLahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan
kesan pandangan yang sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika
lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat terjadi baik di lingkungan
permukiman atau juga lahan pembuangan sampah lainnya.Proses
pembongkaran dan pemuatan sampah di sekitar lokasi pengumpulan
sangat mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak segera
diatasi akan menyebabkan gangguan lingkungan. Demikian pula dengan
ceceran sampah dari kendaraan pengangkut sering terjadi bila
kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup yang memadai.Di TPA
ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran yang
tertiup angin atau ceceran dari kendaraan pengangkut. Pembongkaran
sampah di dalam area pengolahan maupun ceceran sampah dari truk
pengangkut akan mengurangi estetika lingkungan sekitarnya. Sarana
pengumpulan dan pengangkutan yang tidak terawat dengan baik
merupakan sumber pandangan yang tidak baik bagi daerah yang
dilalui.Lokasi TPA umumnya didominasi oleh ceceran sampah baik
akibat pengangkutan yang kurang baik, aktivitas pemulung maupun
tiupan angin pada lokasi yang sedang dioperasikan. Hal ini
menimbulkan pandangan yang tidak menyenangkan bagi masyarakat yang
melintasi / tinggal berdekatan dengan lokasi tersebut.6.Kemacetan
Lalu lintasLokasi penempatan sarana / prasarana pengumpulan sampah
yang biasanya berdekatan dengan sumber potensial seperti pasar,
pertokoan, dan lain-lain serta kegiatan bongkar muat sampah
berpotensi menimbulkan gangguan terhadap arus lalu lintas.Arus lalu
lintas angkutan sampah terutama pada lokasi tertentu seperti
transfer station atau TPA berpotensi menjadi gerakan kendaraan
berat yang dapat mengganggu lalu lintas lain; terutama bila tidak
dilakukan upaya-upaya khusus untuk mengantisipasinya.Arus kendaraan
pengangkut sampah masuk dan keluar dari lokasi pengolahan akan
berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas di sekitarnya
terutama berupa kemacetan pada jam-jam kedatangan. Pada TPA besar
dengan frekwensi kedatangan truck yang tinggi sering menimbulkan
kemacetan pada jam puncak terutama bila TPA terletak berdekatan
dengan jalan umum.7.Gangguan KebisinganKebisingan akibat lalu
lintas kendaraan berat / truck timbul dari mesin-mesin, bunyi rem,
gerakan bongkar muat hidrolik, dan lain-lain yang dapat mengganggu
daerah-daerah sensitif di sekitarnya.Di instalasi pengolahan
kebisingan timbul akibat lalu lintas kendaraan truk sampah
disamping akibat bunyi mesin pengolahan (tertutama bila digunakan
mesin pencacah sampah atau shredder). Kebisingan di sekitar lokasi
TPA timbul akibat lalu lintas kendaraan pengangkut sampah menuju
dan meninggalkan TPA; disamping operasi alat berat yang
ada.8.Dampak SosialHampir tidak ada orang yang akan merasa senang
dengan adanya pembangunan tempat pembuangan sampah di dekat
permukimannya. Karenanya tidak jarang menimbulkan sikap menentang /
oposisi dari masyarakat dan munculnya keresahan. Sikap oposisi ini
secara rasional akan terus meningkat seiring dengan peningkatan
pendidikan dan taraf hidup mereka, sehingga sangat penting untuk
mempertimbangkan dampak ini dan mengambil langkah-langkah aktif
untuk menghindarinya.Setelah kita mengetahui pengertian dan dampak
yang ditimbulkan dari sampah tersebut, tentunya ini meripakan
masalah yang harus kita tanggulangi bersama.
2.3 Pengelolaan SampahPengelolaan sampah adalah pengumpulan ,
pengangkutan , pemrosesan , pendaur-ulangan , atau pembuangan dari
material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah
yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk
mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan.
Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam
. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat , cair , gas , atau
radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing
jenis zat.Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara Negara
maju dan negara berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan
dengan daerah pedesaan , berbeda juga antara daerah perumahan
dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari
pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area
komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah
sampah.Pengolahan sampah ini bertujuan untuk menjadikan sampah
menjadi suatu barang yang memiliki nilai lebih, dan juga ttidak
berbahaya lagi bagi lingkungan.Adapun konsep dari pengolahan
sampah, yaitu : Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah
yang berbeda dalam penggunaannya, antara negara-negara atau daerah.
Beberapa yang paling umum, banyak-konsep yang digunakan adalah :
Hirarki Sampah - hirarki limbah merujuk kepada " 3 M " mengurangi
sampah, menggunakan kembali sampah dan daur ulang, yang
mengklasifikasikan strategi pengelolaan sampah sesuai dengan
keinginan dari segi minimalisasi sampah. Hirarki limbah yang tetap
menjadi dasar dari sebagian besar strategi minimalisasi sampah.
Tujuan limbah hirarki adalah untuk mengambil keuntungan maksimum
dari produk-produk praktis dan untuk menghasilkan jumlah minimum
limbah. Perpanjangan tanggungjawab penghasil sampah / Extended
Producer Responsibility (EPR).(EPR) adalah suatu strategi yang
dirancang untuk mempromosikan integrasi semua biaya yang berkaitan
dengan produk-produk mereka di seluruh siklus hidup (termasuk
akhir-of-pembuangan biaya hidup) ke dalam pasar harga produk.
Tanggung jawab produser diperpanjang dimaksudkan untuk menentukan
akuntabilitas atas seluruh Lifecycle produk dan kemasan
diperkenalkan ke pasar. Ini berarti perusahaan yang manufaktur,
impor dan / atau menjual produk diminta untuk bertanggung jawab
atas produk mereka berguna setelah kehidupan serta selama
manufaktur. prinsip pengotor membayar - prinsip pengotor membayar
adalah prinsip di mana pihak pencemar membayar dampak akibatnya ke
lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan limbah, ini umumnya
merujuk kepada penghasil sampah untuk membayar sesuai dari
pembuanganCara atau teknis pengolahan sampah dibagi menjadi 2
macam, yaitu cara tradisional atau umum dan cara modern atau
pengolahan dengan menggunakan teknologi khusus (daur ulang)2.3.1
Cara tradisional1. Penguburan sampah : Pembuangan sampah pada
penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah, metode
ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya
dilakukan di tanah yg ditinggalkan , lubang bekas pertambangan ,
atau lubang lubang dalam. Sebuah situs penimbunan darat yg di
desain dan di kelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan
sampah yang hiegenis dan murah. Sedankan penimbunan darat yg tidak
dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai
masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah , menarik
berkumpulnya Hama , dan adanya genangan air sampah. Efek samping
lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang juga
sangat berbahaya. (di bandung kandungan gas methan ini meledak dan
melongsorkan gunung sampah). Karakter desain dari penimbunan darat
yang modern diantaranya adalah metode pengumpulan air sampah
menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik.Sampah biasanya
dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup
untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan
samapah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang terpasang untuk
mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan
keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara pemabakar atau
dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.2.
Pembakaran sampah : Pembakaran adalah metode yang melibatkan
pembakaran zat sampah. Pengkremasian dan pengelolaan sampah lain yg
melibatkan temperatur tinggi biasa disebut "Perlakuan panas".
kremasi merubah sampah menjadi panas, gas, uap dan
abu.Pengkremasian dilakukan oleh perorangan atau oleh industri
dalam skala besar. Hal ini bisa dilakukan untuk sampah padat , cari
maupun gas. Pengkremasian dikenal sebagai cara yang praktis untuk
membuang beberapa jenis sampah berbahaya, contohnya sampah medis
(sampah biologis). Pengkremasian adalah metode yang kontroversial
karena menghasilkan polusi udara.Pengkremasian biasa dilakukan
dinegara seperti jepang dimana tanah begitu terbatas ,karena
fasilitas ini tidak membutuhkan lahan seluas penimbunan
darat.[[Sampah menjadi energi (waste-to-energy)|Sampah menjadi
energi atau energi dari sampah adalah terminologi untuk menjelaskan
samapah yang dibakar dalam tungku dan boiler guna menghasilkan
panas/uap/listrik.Pembakaran pada alat kremasi tidaklah selalu
sempurna , ada keluhan adanya polusi mikro dari emisi gas yang
keluar cerobongnya. Perhatian lebih diarahkan pada zat dioxin yang
kemungkinan dihasilkan di dalam pembakaran dan mencemari lingkungan
sekitar pembakaran. Dilain pihak , pengkremasian seperti ini
dianggap positif karena menghasilkan listrik , contoh di Indonesia
adalah rencana PLTSa Gede Bage di sekitar kota Bandung.
2.3.2 Cara Modern ( daur ulang sampah )1. Pengolahan kembali
secara fisik : Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur
ulang , yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang
dibuang , contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali
untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah
yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah
khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.Sampah yang biasa
dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum , kaleng baja
makanan/minuman, Botol HDPE dan PET , botol kaca , kertas karton,
koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE,
PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur ulang dari produk yang
komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena harus
bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis
bahannya. 2. Pengolahan kembali secara biologis : Material sampah
organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa
diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau
dikenal dengan istilah pengkomposan.Hasilnya adalah kompos yang
bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan
untuk membangkitkan listrik.Contoh dari pengelolaan sampah
menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program (program
tong hijau) di Toronto, Kanada, dimana sampah organik rumah tangga
, seperti sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan di kantong
khusus untuk di komposkan.3. Pemulihan energi : Kandungan energi
yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara
mengolahnya menajdi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara
"perlakuan panas" bervariasi mulai dari menggunakannya sebakai
bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk
memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik dari
turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua bentuk
perlakukan panas yang berhubungan , dimana sampah dipanaskan pada
suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya
dilakukan di wadah tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari
sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat padat , gas, dan
cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi
atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa
dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan
Gasifikasi busur plasma yang canggih digunakan untuk mengkonversi
material organik langsung menjadi Gas sintetis (campuran antara
karbon monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk
menghasilkan listrik dan uap.4. Metode penghindaran dan pengurangan
: Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah
pencegahan zat sampah terbentuk , atau dikenal juga dengan
"pengurangan sampah". Metode pencegahan termasuk penggunaan kembali
barang bekas pakai , memperbaiki barang yang rusak , mendesain
produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali (seperti
tas belanja katun menggantikan tas plastik ), mengajak konsumen
untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas
tissue) ,dan mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih
sedikit untuk fungsi yang sama (contoh, pengurangan bobot kaleng
minuman).Beberapa pendekatan dan teknologi pengelolaan dan
pengolahan sampah yang telah dilaksanakan akhir-akhir ini antara
lain adalah:1. Teknologi Komposting Pengomposan adalah salah satu
cara pengolahan sampah, merupakan proses dekomposisi dan
stabilisasi bahan secara biologis dengan produk akhir yang cukup
stabil untuk digunakan di lahan pertanian tanpa pengaruh yang
merugikan (Haug, 1980). Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2008)
menemukan bahwa pengomposan dengan menggunakan metode yang lebih
modern (aerasi) mampu menghasilkan kompos yang memiliki butiran
lebih halus, kandungan C, N, P, K lebih tinggi dan pH, C/N rasio,
dan kandungan Colform yang lebih rendah dibandingkan dengan
pengomposan secara konvensional. 2. PLTSPengolahan sampah menjadi
listrik. Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar dan Tabanan telah
melakukan kerjasama dalam usaha pengelolaan sampah secara terpadu
yang berorientasi pada teknologi dalam suatu Badan Bersama yaitu
SARBAGITA. Teknologi yang direncanakan yaitu teknologi GALFAD
(gasifikasi landfill dan anaerobic digestion). Pengelolaan sampah
dengan pendekatan teknologi diharapkan penanganan sampah lebih
cepat, efektif dan efisien serta dapat memberikan manfaat lain.3.
Pengelolaan sampah mandiriPengolahan sampah mandiri adalah
pengolahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat di lokasi sumber
sampah seperti di rumah-rumah tangga. Masyarakat perdesaan yang
umumnya memiliki ruang pekarangan lebih luas memiliki peluang yang
cukup besar untuk melakukan pengolahan sampah secara mandiri. Model
pengelolaan sampah mandiri akan memberikan manfaat lebih baik
terhadap lingkungan serta dapat mengurangi beban TPA. Pemilahan
sampah secara mandiri oleh masyarakat di Kota Denpasar masih
tergolong rendah yakni baru mencapai 20% (Nitikesari, 2005).4 .
Pengelolaan sampah berbasis masyarakat1) Berbagai masalah yang
dihadapi masyarakat dalam pengelolaan sampah pemukiman kota yang
ada di Desa Seminyak, Sanur Kauh dan Sanur Kaja, dan Desa Temesi
Gianyar, yaituyang memadai, produksi kompos yang masih rendah,
sulit dan terbatasnya pemasaran kompos sehingga secara ekonomi
pengelola cendrung mengalami defisit. 2) Model pengelolaan sampah
pemukiman kota yang berbasis sosial kemasyarakatan dapat dilakukan
secara adaptif dengan memperhatikan aspek karakteristik sosial dan
budaya masyarakat, aspek ruang (lingkungan), volume, dan jenis
sampah yang dihasilkan.
Pola pengelolaan sampah berbasis masyarakat sebaiknya dilakukan
secara sinergis (terpadu) dari berbagai elemen (Desa, pemerintah,
LSM, pengusaha/swasta, sekolah, dan komponen lain yang terkait)
dengan menjadikan komunitas lokal sebagai objek dan subjek
pembangunan, khususnya dalam pengelolaan sampah untuk menciptakan
lingkungan bersih, aman, sehat, asri, dan lestari
Pokok-pokok pikiran RUU tentang Pengelolaan Sampah a. Prinsip
tanggung jawab pengelolaan sampah menjadi urusan Kabupaten/Kota dan
merupakan bentuk pelayanan publik. Hal ini berkaitan pula dengan
pelaksanaan dari Pasal 28 H UUD 1945, yaitu prinsip pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan dan jaminan kesehatan bagi masyarakat.
Sampah, apabila tidak dikelola dengan baik, baik secara langsung
maupun tidak langsung akan dapat merugikan kesehatan masyarakat. b.
Batasan pengertian yang dimaksud ?sampah? yang dumaksud dalam RUU
ini adalah sampah padat atau setengah padat dari kegiatan
sehari-hari (Limbah Domestik). Selain itu, cakupan pengelolaannya
meliputi dari hulu sampai hilir, pengumpulan, pemilahan,
pengangkutan, dan pengolahan. Batasan pengertian/cakupan ini
berangkat dari hasil studi, pendapat para ahli, referensi beberapa
undang-undang tentang sampah (antara lain Filipina, Jepang dan
Inggris) serta hasil dari beberapa pertemuan seperti Konsultasi
Publik. c. Di dalam pokok-pokok RUU tentang Pengelolaan Sampah akan
memuat penjabaran tentang: 1. Asas Tanggung Jawab Pemerintah
(mengatur/regulator), melayani kepentingan umum, melindungi
masyarakat, dan penegakan hukum; 2. Manfaat ekonomi yang dapat
meningkatkan investasi, pendanaan, lapangan kerja, pemanfaatan
teknologi); 3. Manfaat ( benefit ) sosial yaitu, mengubah perilaku,
pemberdayaan masyarakat dan pembudayaan; 4. Asas Subsidiaritas,
meliputi pembagian kewenangan secara proporsional, mencegah konflik
kewenangan, penyelarasan hubungan antara Pemerintah, Provinsi,
Kabupaten/Kota, dan pendayagunaan manajemen yang efektif dan
efisien; 5. Desentralisasi (Perda, perizinan, dan penegakan hukum
melalui pengawasan dan penerapan sanksi); 6. Berwawasan
ekologi/lingkungan hidup dengan mendayagunakan pendekatan 4 R (
replace , reduce, reuse, dan recycle ); 7. Penggunaan teknologi
yang ramah lingkungan; 8. Pengembangan kelembagaan yang efektif dan
responsif dengan didukung oleh sumber daya manusia yang handal,
kompeten dan jujur. d. Pengelolaan sampah merupakan urusan
Pemerintah dengan berbagai permasalahan dan kompleksitas masalahnya
yang bahkan melampaui urusan skala Kabupaten/Kota dan Provinsi,
sehingga perlu diatur dengan undang-undang. Di dalam RUU ini akan
diatur perubahan paradigma yang antara lain waste to energy , hak
dan kewajiban masyarakat termasuk dunia usaha, peran serta
masyarakat, hubungan kelembagaan Pemerintah, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota, insentif dan dis-insentif baik secara tangible
maupun intangible dalam pengelolaan sampah, peran sektor informal
yang bergerak dalam pengelolaan sampah, pemilihan bahan baku
sehingga dapat menghasilkan sampah yang dapat dimanfaatkan lagi dan
ramah lingkungan, akses pasar bagi dunia usaha yang mengelola
sampah, extended producers responsibility, kerja sama antar-daerah,
kerja sama antar-daerah dengan Badan Usaha Pengelola Sampah (dalam
bentuk kontraktual), penyelesaian sengketa dan sanksi bagi
pelanggarnya. e. Keberhasilan dalam pengelolan sampah sangat
tergantung dari peran pemerintah, keterlibatan dunia usaha dan
masyarakat. Oleh karena itu, tata keterkaitannya perlu diatur dalam
suatu UU. f. Penentuan lokasi TPA dalam RTRW Daerah sangat
menentukan. Oleh karena itu, wajib dicantumkan secara tegas
berdasarkan standar, persyaratan, dan kriteria yang telah
ditentukan di dalam RTRW Daerah masing-masing. Untuk lokasi TPA
juga harus ditentukan buffer zone yang lokasinya harus terbebas
dari berbagai kegiatan/pemukiman, sehingga lokasi tersebut aman
dari berbagai aspek. g. Di dalam RUU ini akan diatur apa yang
menjadi wewenang pemerintah, Provinsi, dan Kabupa ten/Kota.
Artinya, RUU dibatasi terhadap hal-hal yang bersifat policy,
standar, pedoman, dan kriteria sebagai dasar atau rambu bagi
Provinsi, Kabupaten/Kota. Untuk menindak lanjutinya diperlukan
peran daerah sampai pada tingkat PERDA dan Peraturan Kepala Daerah.
Proses Penyusunan RUU Pengelolaan Sampah Dalam proses penyusunan
RUU tentang Pengelolaan Sampah didahului dengan : (a) hasil kajian
JICA; (b) hasil kajian Fak.Hukum Universitas Indonesia dan beberapa
referensi seperti Undang-Undang tentang Sampah di Philipina; (c)
kajian tim perumus; (d) pertemuan teknis tentang pengelolaan sampah
di beberapa daerah antara lain (Yogyakarta, Bandung, Solo, dan
Surabaya) dan; (e) pertemuan dengan beberapa pakar di Bandung.
Selanjutnya, berdasarkan proses yang telah dilakukan seperti
tersebut di atas dituangkan ke dalam background paper dan
pokok-pokok pikiran penyusunan RUU tentang Pengelolaan Sampah yang
kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan konsultasi publik
di beberapa daerah baik dari aspek teknis maupun aspek hukum. Untuk
konsultasi publik RUU dilakukan di beberapa daerah, yaitu
Yogyakarta, Balikpapan, dan Pekanbaru (serentak pada tanggal 25
Oktober 2005), Denpasar (tanggal 26 Oktober 2005) dan Surabaya
(tanggal 28 Oktober 2005). Putaran terakhir konsultasi publik ini
dilakukan di DKI Jakarta dengan mengundang wakil dari beberapa
daerah se-Jabodetabek pada hari ini tanggal 14 Nopember 2005.
Masukan RUU tentang Pengelolaan Sampah selain diterima melalui
konsultasi publik, draf RUU sejak tanggal 28 Oktober 2005 dapat
diakses melalui Web-Site Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan
menyampaikan saran masukannya melalui email [email protected]
atau [email protected] . Hal ini penting agar memberikan ruang yang
cukup bagi pelibatan publik dalam penyusunan RUU. Hal ini penting
dalam rangka pemenuhan persyaratan sebagaimana diatur di dalam
Pasal 5 huruf g yang menjamin asas keterbukaan dalam penyusunan
Rancangan Undang-Undang sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. Hasil dari konsultasi publik tersebut sejauh
ini sudah diolah datanya dan sekarang menjadi Draf RUU: R-8
/11/11/2005 dan akan terus dikembangkan sesuai dengan hasil
konsultasi publik. Namun demikian, karena target RUU ini harus
sudah diserahkan kepada DPR-RI paling lambat akhir Desember 2005,
maka apabila ada masukan hendaknya dapat disampaikan dalam waktu
paling lambat akhir Nopember 2005. Pengen berbagi sedikit cerita
nih mengenai pengelolaan sampah di kampus kita..Mudah2an temen2 mau
membaca tulisan yang amburadul dan sperti ceker ayam ini..Ada yang
tau ga, kalo sampah di kampus kita setelah dibuang di tempat sampah
yang warna item-putih , terus dikemanain yaa?Dari hasil survey
terhadap 350 responden, TERNYATA OH TERNYATA hanya 26% mahasiswa
ITB yang tau kalo sampah kita diangkut dan diolah di PPS
SABUGA..Weleh Weleh..hmm.Mungkin ini yang ngebuat pada males
memilah sampah kali ya? karena byk yg berpendapat, toh entar juga
sampah nya disatuin lagi..Bener Ga sih? yuk kita telusuri
perjalanan sampah di kampus kita..Cekidot!!Alur Perjalanan Sampah
dikampus kita gimana sih?Tempat Sampah Terpilah >>>>
Pengangkutan oleh mobil pengangkut sampah >> Pusat Pengolahan
Sampah Sabuga
Hmm..lalu di Pusat Pengolahan Sampah (PPS) Sabuga diapain aja
sih sampahnya?
Jadi di PPS SABUGA sendiri ada beberapa alur pengolahan,yaitu
:PENGOMPOSANDi PPS SAbuga, sampah yang dapat mudah membusuk
(potongan rumput, dedaunan kering, sisa makanan kantin,dll) akan
dikomposkan menjadi pupuk Organik dengan produk KOMPOS
GANESHA..Wah, mantap tuh!yang butuh kompos, beli aja kompos
Ganesha..
Pengomposan di PPS SabugaDIJUAL KE BANDARNah, lalu yang sulit
membusuk seperti kertas,kardus, botol, logam,dan barang lain nya
yang memiliki nilai ekonomis (laku utk dijual ke Bandar) akan
dikumpulkan dan disalurkan tersendiri.
Sampah yang terpilah untuk di jual ke BandarINSENERASILalu,
sampah yang tidak memiliki nilai ekonomis diapain? ternyata ITB
membuat sebuah mesin pembakar (insenerator) yang dibakar pada suhu
yang relatif tinggi dan juga dilengkapi dengan alat pengendali
pencemaran udara yang bernama Cyclone.
Pembakaran sampah dengan teknologi InseneratorDari pembakaran
ini, akan diperoleh debu atau abu sisa pembakaran yang dapat
digunakan sebagai bahan bangunan seperti batako, pot bunga,
dll.
Abu hasil pembakaran insenerator jadi BATAKO cap ITB..hehePesan
dari Direktorat Sarpras : Hindari Pemakaian Kemasan Makanan dari
Bahan Styrofoam! Hal tsb karena keterbatasan kemampuan dr sarana
pengolahan sampah saat ini belum mampu untuk mengolah sampah yang
berasal dr bahan styrofoam, dan juga styrofoam tidak baik untuk
kesehatan (karsinogenik). Oleh karena itu, diharapkan agar warga
kampus ITB tidak memesan makanan yang dikemas dgn menggunakan
kemasan styrofoam Membantu Memilah sampah dari sumber (mudah
membusuk dan sulit membusuk) Seluruh Civitas akademika dapat
berpastisipasi dengan memilah sampah sesuai jenisnya karena akan
sangant membantu proses pengelolaan selanjutnya.Nah, Sahabat2
Kampus ITB yang cerdas2, gimana setelah mengetahui pengelolaan
sampah kampus kita? ternyata sistem pengelolaannya sudah ada
yah..Mudah2an menjawab dan memberi sedikit informasi, kalau SAMPAH
di ITB tuh ada sistemnya loh.Tapi sayang nih, pada kenyataannya
kondisi kampus kita seperti berikut (jangan takut ya melihat gambar
dibawah ini, hehe) :
ini waktu tahun 2009 akhir, di tempat sampah deket altim,
sekarang udah pake bak yang lebih besar sih..Tapi lita coba yang
mengesalkannya..itu Sampah styrofoam nya maakkkjaangg..
Nah, ini salah satu contoh buruk perilaku anak2 ITB di RUang 32
CC barat ..Buang SAmPAH pada tempatnya AJA GA BISA! Ini yah yang
katanya anak2 TERBAIK NEGERI INI? GA yakin tuh..
Pemesanan Konsumsi untuk kegiatan masih banyak nih yang pake
Styrofoam..ckckckJadi Kalo LO ANAK ITB! Bantu dong bapak2 yang
setiap hari harus mengolah sampah kita biar lebih lancar
pekerjaannya. Kasian kan kalo mereka Waktu kerja nya harus nambah
lagi untuk memilah sampah di PPS SABUGA.(duh, ,maaf-maaf, kebawa
esmosii nih gara2 kasian ngeliat kerjaan bapak2 disana yg milah2
teruuuzz.) Tapi di Balik itu SemuaTernyata temen2 lembaga baik
himpunan dan unit pun membuat suatu program yang dapat mendukung
sistem pengelolaan sampah di kampus ITB. Mau tau apa aja kegiatan
yg dilakukan teman2 lembaga yang concern banget nih ke pelestarian
lingkunganJeng Jeng Jeng,,siapakah merekaaa???Mereka adalaah. HMTL
(Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan)di HMTL ternyata sudah ada 6
jenis pemilahan sampah di dalam himpunaan dan juga tempat sampah
khusus untuk kertas di seluruh sudut gedung Teknik Lingkungan.
6 jenis pemilahan sampah di HMTL (kertas,Tetrapak,bungkus
kemasan,sampah organik,anorganik, dan botol plastik)..Gambar2.
Tempat pemilahan sampah kertas, untuk di daur ulang atau dipakai
lagi yang sisi nya masih kosongSelain itu, sistem perkuliahan di
TL, terutama untuk laporan praktikum, dan juga draft Tugas Akhir
untuk bimbingan, menggunakan kertas bekas yang sisinya masih kosong
(REUSE PAPER). IMA-G (Himpunan Mahasiswa Arisitektur)Himpunan
Mahasiswa Arsitektur pun membangun suatu sistem pemilahan sampah
untuk kertas dan botol plastik yang dilakukan oleh tim SAMANTHA
(Sebuah kelompok minat yang ada di IMA-G).
Pemilahan sampah di Gedung arsitekturSelain itu , himpunan
mahasiswa arsitektu juga sangat concern terhadap tertib publikasi
dengan sistem One Paper One Board,
Kampanye One Paper One Boarddengan salah satu tujuannya
mengurangi sampah kertas dari publikasi acara (REDUCE PAPER).
HIMATEK (Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia)Himpunan Mahasiswa Teknik
Kimia dengan tim Eco-Che nya telah membangun suatu sistem
pengelolaan sampah di Program studi nya, dengan menambahkan tempat
sampah khusus tetrapak (aseptik) selain tempat sampah yg mudah
membusuk dan sulit membusuk.
tempat sampah di gedung Teknik Kimia UGREENTeman2 U-Green juga
concern dalam mengkampanyekan sistem pengelolaan sampah di kampus
dan setiap anggotanya untuk memilah sampah. Salah satu program
U-Green adalah WARUNG KERTAS. Sebuah kegiatan Daur Ulang terhadap
sampah kertas untuk diproduksi menjadi kertas kembali (RECYCLE
PAPER).
recycle paperLuar Biasa yah apa yang dilakukan oleh temen2
lembaga tersebut. Mudah2an gerakan mereka dapat terus kontinu
(berkelanjutan).Pengelolaan sampah di kampus kita tidak akan
berjalan dengan baik, jika tidak didukung oleh seluruh civitas
akademika ITB itu sndiri, terutama oleh mahasiswa2nya..Ternyata
Percuma jika Infrastruktur dan PERATURANnya sudah GREEN tetapi
PERILAKU/ATTITUDE kita masih tidak tertib. Untuk itu dibutuhkan
suatu gerakan bersama dalam membangun GREEN ATTITUDE tersebut,
mulai dari berbagai hal kecil, tetapi berdampak besar.hmm..Apa yah
contohnyaa???ADa beberapa hal yang bisa banget nih kita
lakukan..Misalnya : Yuk Kita mengganti KULTUR PERANG AIR saat
wisudaan, yang ternyata satu himpunan saja bisa sampai 8000
plastik, dan membuang air bersih begitu saja. Mari Kita TIDAK lagi
MENGGUNAKAN STYROFOAM di setiap acara yang kita bikin. Sudah
saatnya kita membawa BOTOL MINUM dan TEMPAT MAKAN SENDIRI untuk
mengurangi pembelian botol plastik air kemasan, dan juga bungkus
plastik untuk makanan Dan tentu sudah saatnya pula kita mengurangi
konsumsi Kantong KRESEK dengan cara memakai kembali kantong kresek
yang sudah kita simpan, atau dengan membawa tas yang praktis dan
dapat menjadi wadah pengganti kantong kresek. Yuk kita Memilah
sampah,cuma dua jenis ko, ga suliitt,, Ayo kita mengurangi
publikasi dengan media kertas, karena kertas dari pohon, dan
deforestasi semakin meningkat di Indonesia. Ganti yuk dengan media
maya.sekarang lebih trend loh.. (bisa contoh tuh publikasi nya
M-FEST HMM, dan juga BIOFRONT nya NyMPHAEA..PAPER LESS banget loh
booooo..heheJadiiiiiisudah saatnya kita semua berperan,
berkolaborasi, dan bergerak..Untuk Kampus yang kita cintaii, untuk
lingkungan sekitar, dan untuk alam bumi ini..A small thing, will
give a big impact..Lets think Globally, and Act LocallyWalau usaha
sekecil apapun,temen2 sudah menjadi orang yang bermanfaat untuk
orang lain,,karena menjaga lingkungan itu simple sih..intinya
gimana supaya kita ga berlebihan, agar alam ini dapat tetap
mensupport untuk kehidupan anak cucu kita kelak..Pengelolaan sampah
adalah pengumpulan , pengangkutan , pemrosesan , pendaur-ulangan ,
atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu
pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan
biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya alam . Pengelolaan sampah bisa melibatkan
zat padat , cair , gas , atau radioaktif dengan metoda dan keahlian
khusus untuk masing masing jenis zat.Praktek pengelolaan sampah
berbeda beda antara Negara maju dan negara berkembang , berbeda
juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan , berbeda juga
antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah
yg tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area
metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah,
sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya
ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.Metode pengelolaan sampah
berbeda beda tergantung banyak hal , diantaranya tipe zat sampah ,
tanah yg digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area
Minggu, 06 Februari 2011Warga Keluhkan Penanganan Sampah di
Rantepao
TCN -- Warga kota Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, mengeluh
soal sampah dan mengingatkan pemerintah serius menangani sampah. Di
wilayah pasar Bolu di Tallunglipu misalnya, tumpukan sampah
terlihat di mana-mana. Selain mengotori kota juga berpotensi
mengganggu kesehatan. Pemda minta kerjasama warga.
"Kasihan sekali kami ini, tinggal di depan tempat sampah. Ini
sangat mengganggu aktivitas jual beli di tempat kami," ujar Yarman,
salah seorang pemilik toko di kawasan pasar Bolu, Tallunglipu,
Sabtu pekan lalu.
Menurutnya, tumpukan sampah di depan tokonya sudah berlangsung
cukup lama dan belum dibersihkan mobil sampah milik pemerintah atau
pengelolah pasar.Yarman, yang mengaku rajin membayar rekening
kebersihan ini, juga mengeluh karena keberadaan Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) sampah di depan tokonya, selain merusak
pemandangan, juga menimbulkan aroma tak sedap dan lalat.
"Orang yang mau belanja terlihat tidak tenang, terus menutupi
mulut dengan tangan, gara-gara bau dari sampah itu," tegasnya
sambil menunjuk TPS di depan jualannya.
Sesuai pantauan Palopo Pos di area Pasar Bolu, terdapat beberapa
TPS dengan pemandangan yang hampir sama. Sampah terlihat berserakan
di sekitar TPS. Hal ini bisa jadi karena TPS yang ada terlalu kecil
sehingga tidak bisa menahan volume sampah yang besar.Selain itu,
juga diduga karena truk sampah tidak melakukan pengangkutan secara
rutin. Padahal, volume sampah di tempat itu cukup tinggi.Selain di
pasar Bolu, sampah yang berserakan terlihat di beberapa tempat di
Rantepao, seperti pasar pagi, pasar soreh, dan beberapa tempat
lainnya. Di beberapa tempat sampah yang berada di sepanjang jalur
jalan dari Rantepao ke Makale, juga terlihat tumpukan sampah yang
belum diangkut.
Persoalan sampah ini pernah dikeluhkan Pejabat Bupati Toraja
Utara, Tautoto Tanaranggina, beberapa waktu lalu. Dikatakan
Tautoto, persoalan utama yang dihadapi Torut dalam menangani sampah
terutama disebabkan minimnya armada pengangkut sampah, tenaga
kerja, dan tidak adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA).Ketua DPRD
Torut, Sri Krisma Pirade, menyebut, alokasi dana pembangunan jalan
ke TPA dianggarkan di APBD 2010 Rp655 juta. Sayangnya, hingga saat
ini akses jalan menuju ke TPA belum tembus, sehingga sampah-sampah
yang dihasilkan warga Rantepao dan Tallunglipu dibuang di samping
lokasi pembangunan kantor Bupati Torut daerah Panga, Tondon.Tautoto
juga mengeluhkan perilaku warga Rantepao yang acuh tak acuh
terhadap kebersihan lingkungan. Warga kota, kata Tautoto, malas
membayar retribusi sampah."Ada kontainer di situ tapi kalian
(wartawan-red) lihat sendiri, masyarakat masih membuang sampah di
luar kontainer. Selain itu, mobil pengangkut sampah kita sudah
tua-tua semua, jadi cukup sulit menuju ke TPA yang kondisi jalannya
agak berat," bebernya.
Penanganan Sampah Terkendala TPA
RANTEPAO-- Pemerintah kabupaten Toraja Utara merasa kesulitan
mengatasi masalah sampah di kota Rantepao. Penyebab utamanya yakni
akses jalan menuju ke tempat pembuangan akhir (TPA) yang berlokasi
di Lembang Lilikira kecam Balusu, belum baik, sehingga mobil
pengangkut sampah mengalami kesulitan menjangkau lokasi TPA.Bukan
kita tidak mampu menangani sampah di kota tapi kesulitan kita
adalah akses jalan menuju ke lokasi TPA di Lilikira itu sangat
sulit sehingga waktu angkut mobil kita sangat terbatas, jelas
Pelaksana Tuga (Plt) kepala kantor Tata Ruang, Kebersihan, dan
Pemadam Kebakaran Toraja Utara, Daud Tandilintin kepada Palopo Pos,
kemarin.Diuraikan Daud, sejak lokasi TPA sementara di Panga tidak
beroperasi, pihaknya memang mengalami kesulitan mengatasi sampah
yang diproduksi penduduk kota Rantepao dan sekitarnya. Ya itu tadi,
kembali ke masalah jalan ke TPA, katanya.Dijelaskan, akses jalan
menuju ke TPA Lilikira masih berupa jalan tanah dan hanya sedikit
yang sudah tersentuh pengerasan. Ada enam lokasi pendakian yang
cukup terjal yang amat menyulitkan kendaraan sampah, yang rata-rata
sudah berusia tua itu. Kalau musim hujan, jalan itu sangat sulit
dilalui mobil pengangkut sampah. Jika kering, proses pengangkutan
sampah cukup lancar meski sopir dan karyawan kebersihan harus
bersusah payah. Kadang-kadang mereka harus saling tarik di jalan.
Biasa juga dibantu tenaga manusia, ujar Daud.Agar kota Rantepao
bisa bebas dari sampah, kata Daud, jalan ke TPA Lilikira harus
segera diperbaiki dengan aspal atau rabat beton. Selain itu, jumlah
armada harus ditambah, demikian pula dengan jumlah karyawan.Kita
mohon maaf kepada warga kota kalau merasa terganggu dengan tumpukan
sampah di beberapa tempat beberapa waktu terakhir ini. Hal itu
bukan karena kami tidak mau kerja, tetapi kondisi jalan ke TPA
memang sangat sulit, terangnya.Menurut catatan Palopo Pos, akses
jalan menuju ke TPA sudah dibiayai oleh APBD Toraja Utara selama
tahun 2010 sebesar Rp 655 juta dan tahun 2011. Meski begitu dana
itu belum cukup untuk membuat jalan menuju ke TPA layak untuk
dilalui mobil pengangkut sampah.Menurut pantauan Palopo Pos, sampah
memang menjadi pemandangan yang kurang mengenakkan mata saban hari
di kota Rantepao. Beberapa waktu terakhir ini, tumpukan sampah
makin bertambah, lokasinya pun makin tersebar. Di beberapa sudut
kota, seperti di pertokoan Rantepao, pasar soreh, pasar Bolu, dan
beberapa tempat lainnya, sampah nampak berserakan dan bertumpuk.
Jadwal pengangkutan sampah juga tidak teratur sehingga sampah
banyak menumpuk di sekitar kontainer yang disediakan pemerintah.
(mg3/ikh/d)
Rantepao adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Toraja Utara,
Sulawesi Selatan, Indonesia. Rantepao juga merupakan ibukota
Kabupaten Toraja Utara. Rantepao dikenal sebagai pusat budaya Suku
Toraja.Kota Rantepao dilalui oleh Sungai Sa'dan yang memberikan
sumber air bagi pertanian dan peternakan di Rantepo dan wilayah
sekitarnya.Manfaat sampah,pengelolaan sampah,kendala dalam
pengelolaan sampah di Indonesia,manfaat pengelolaan sampah yg
baik,kegunaan tpa dan kelemhan tpa