Modul 1 Pengertian Dasar dan Kebutuhan Presentasi dan Komunikasi dalam PWK Ridwan Sutriadi, S.T., M.T., Ph.D. Dr. Ir. Iwan Kustiwan, M.T. ahap awal yang akan dibahas dalam Buku Materi Pokok (BMP) ini adalah mengenai pengantar dasar teknik presentasi dan komunikasi, serta kebutuhan presentasi dan komunikasi bagi mahasiswa program studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK). Komunikasi merupakan aktivitas yang terjadi dalam kehidupan sehari- hari sebagai proses penyampaian informasi, baik secara formal maupun tidak. Aktivitas komunikasi merupakan proses transformasi informasi dalam hal ini terdapat pihak yang menyampaikan informasi dan pihak yang menerima informasi. Informasi yang baik perlu disampaikan melalui media penyampaian yang tepat. Hal ini pada dasarnya menyangkut cara atau teknik presentasi, mulai dari hal yang paling sederhana sampai hal yang paling canggih. Dewasa ini sudah berkembang berbagai teknik dan media presentasi yang memegang peranan penting hampir di semua bidang untuk meningkatkan efektivitas komunikasi. Berkomunikasi secara efektif dipandang tidak hanya sekedar memberi informasi tetapi lebih jauh lagi dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan antusiasme penerima informasi atau bahkan bersifat persuasif. Presentasi kini dipandang lebih dari sekedar sarana komunikasi secara fungsional semata. Demikian halnya di bidang Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) informasi atau data merupakan hal yang selalu dihadapi dalam setiap proses dan tahapan kegiatannya. Dalam proses perencanaan, data atau informasi mempunyai peranan penting karena perencanaan pada dasarnya merupakan pengambilan keputusan secara rasional yang harus didukung dengan informasi. Data akan menjadi lebih informatif jika disajikan dengan baik sesuai dengan tujuannya. Analisis dapat dilakukan dengan lebih sistematis jika didukung dengan teknik presentasi yang baik. Demikian pula produk T PENDAHULUAN
54
Embed
Pengertian Dasar dan Kebutuhan Presentasi dan Komunikasi … · 2016-10-21 · PWKL4107/MODUL 1 1.3 Kegiatan Belajar 1 Pengertian Dasar Teknik Presentasi dan Komunikasi resentasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Modul 1
Pengertian Dasar dan Kebutuhan Presentasi dan Komunikasi dalam PWK
Ridwan Sutriadi, S.T., M.T., Ph.D.
Dr. Ir. Iwan Kustiwan, M.T.
ahap awal yang akan dibahas dalam Buku Materi Pokok (BMP) ini
adalah mengenai pengantar dasar teknik presentasi dan komunikasi, serta
kebutuhan presentasi dan komunikasi bagi mahasiswa program studi
Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK).
Komunikasi merupakan aktivitas yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari sebagai proses penyampaian informasi, baik secara formal maupun tidak.
Aktivitas komunikasi merupakan proses transformasi informasi dalam hal ini
terdapat pihak yang menyampaikan informasi dan pihak yang menerima
informasi. Informasi yang baik perlu disampaikan melalui media
penyampaian yang tepat. Hal ini pada dasarnya menyangkut cara atau teknik
presentasi, mulai dari hal yang paling sederhana sampai hal yang paling
canggih.
Dewasa ini sudah berkembang berbagai teknik dan media presentasi
yang memegang peranan penting hampir di semua bidang untuk
meningkatkan efektivitas komunikasi. Berkomunikasi secara efektif
dipandang tidak hanya sekedar memberi informasi tetapi lebih jauh lagi dapat
dimanfaatkan untuk membangkitkan antusiasme penerima informasi atau
bahkan bersifat persuasif. Presentasi kini dipandang lebih dari sekedar sarana
komunikasi secara fungsional semata.
Demikian halnya di bidang Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)
informasi atau data merupakan hal yang selalu dihadapi dalam setiap proses
dan tahapan kegiatannya. Dalam proses perencanaan, data atau informasi
mempunyai peranan penting karena perencanaan pada dasarnya merupakan
pengambilan keputusan secara rasional yang harus didukung dengan
informasi. Data akan menjadi lebih informatif jika disajikan dengan baik
sesuai dengan tujuannya. Analisis dapat dilakukan dengan lebih sistematis
jika didukung dengan teknik presentasi yang baik. Demikian pula produk
T PENDAHULUAN
1.2 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
rencana pada akhirnya memerlukan pula sarana untuk dapat dikomunikasikan
secara efektif. Teknik presentasi yang baik akan menjadi sarana komunikasi
tidak saja bagi perencana dengan sesama perencana atau profesional lain,
tetapi juga menjadi sarana komunikasi antara perencana dengan masyarakat
luas dan berbagai pihak lain yang berkaitan dengan aktivitas perencanaan
yang dilakukannya.
Modul 1 dari BMP Teknik Presentasi dan Komunikasi ini terdiri atas
3 kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1 akan membahas tentang pengertian
dasar teknik presentasi dan komunikasi, sedangkan pada Kegiatan Belajar 2
kita dapat mempelajari peran teknik presentasi dan komunikasi dalam PWK.
Pada Kegiatan Belajar 3 mahasiswa dapat mempelajari peran teknik
pemanfaatan berbagai teknik presentasi dan komunikasi.
Selamat mempelajari modul ini!
PWKL4107/MODUL 1 1.3
Kegiatan Belajar 1
Pengertian Dasar Teknik Presentasi dan Komunikasi
resentasi secara umum, berarti aktivitas berkomunikasi yang dilakukan
untuk menyampaikan atau menunjukkan sesuatu kepada orang lain
dengan cara atau menggunakan media tertentu. Teknik presentasi adalah
segala hal yang berkaitan dengan cara, metode, media, yang dapat
meningkatkan kemampuan presentasi secara efisien dan efektif.
Berdasarkan bentuk atau media penyajiannya, teknik presentasi sebagai
sarana komunikasi dalam PWK pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam
3 bentuk presentasi:
1. grafis (visual),
2. tulisan,
3. lisan (oral).
A. PRESENTASI GRAFIS
Presentasi secara grafis atau visual dilakukan dengan memanfaatkan
media visual dalam hal ini indera pandang dipergunakan secara maksimal.
Dalam hal ini, tercakup berbagai bentuk presentasi dengan pemanfaatan alat
bantu atau media grafis; baik dalam bentuk 2 dimensi maupun 3 dimensi;
menggunakan media proyeksi atau nonproyeksi. Presentasi visual ini
misalnya adalah dalam bentuk diagram/grafik/chart, peta, sketsa, foto, slide,
serta maket (lihat Gambar 1.1 sampai dengan 1.8). Ditinjau dari sisi penerima
informasi, teknik presentasi visual ini dapat meningkatkan kemampuan daya
serap mereka secara signifikan.
Beberapa bentuk presentasi grafis/visual dewasa ini sudah dapat
dilakukan dengan alat bantu komputer dengan segala keandalan dan
kelebihannya sehingga presentasi dapat dilakukan dengan lebih baik dan
atraktif. Dalam era teknologi informasi dewasa ini, tentu saja kemampuan
presentasi dengan menggunakan alat bantu komputer menjadi tantangan
tersendiri bagi para profesional, termasuk para perencana, untuk
memanfaatkannya secara maksimal.
P
1.4 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
Gambar 1.1
Contoh Diagram
Gambar 1.2 Contoh Bagan Alir
PWKL4107/MODUL 1 1.5
Gambar 1.3 Contoh Peta
Gambar 1.4 Contoh Bagan Alir dan Peta
1.6 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
Gambar 1.5 Contoh Sketsa
Gambar 1.6 Contoh Foto
PWKL4107/MODUL 1 1.7
Gambar 1.7 Contoh Slide
Gambar 1.8 Contoh Maket
B. PRESENTASI TULISAN
Presentasi dengan tulisan dilakukan dalam bentuk esai/paper, artikel,
laporan, dan bentuk lainnya. Dalam hal ini informasi (dalam bentuk verbal)
yang termuat di dalamnya tentu saja baru dapat dipahami dengan baik jika
bahan-bahan tertulis tersebut mempunyai sistematika yang baik, serta
menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhannya.
Teknik presentasi dengan tulisan ini (lazim disebut juga dengan teknik
1.8 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
penulisan ilmiah atau penulisan akademik) dimaksudkan terutama untuk
tujuan deskripsi, analisis, evaluasi, definisi, klarifikasi, serta interpretasi.
Contoh Esai (1)
Identifikasi Karakteristik Guna Lahan dan Kegiatan di Kota Bandung
A. Latar Belakang
Proses perkembangan kota pada dasarnya memiliki dua bentuk dasar seperti yang dikemukakan oleh Doxiadis (1968), yaitu pertumbuhan dan transformasi. Pertumbuhan berbeda dengan transformasi yang menunjukkan perubahan yang terus menerus bagian-bagian permukiman perkotaan maupun perdesaan untuk meningkatkan nilai dan tingkat efisiensi penghuninya (Doxiadis, 1968:448). Proses transformasi melalui tahapan seperti penetrasi, yaitu penerobosan fungsi baru ke dalam suatu fungsi yang homogeny, kemudian invasi, yang merupakan serbuan fungsi baru yang lebih besar dari tahap penetrasi tetapi belum mendominasi fungsi lama, kemudian dominasi yang menunjukkan perubahan dominasi proporsi fungsi, dari fungsi lama ke fungsi baru akibat besarnya perubahan ke fungsi baru, dan terakhir adalah suksesi dimana terjadi pergantian sama sekali dari fungsi lama ke baru.
Proses transformasi ini sering menjadi persoalan di dalam masyarakat karena pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat sering sekali tidak sesuai dengan rencana tata ruang kota. Dampak yang dihasilkannya pun tidak kecil akibat tidak sesuainya pembangunan oleh masyarakat. Ketidaksesuaian atau pun transformasi ini sangat berpengaruh terhadap penduduk perkotaan baik hal tersebut berpengaruh pada kehidupan sosial, budaya, ekologi, perubahan struktur kota, dan sangat dirasakan hasilnya adalah perubahan ekonomi masyarakat perkotaan. Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut dapat menimbulkan dampak negatif yang besar maka peran politik menata guna lahan dari pemerintah sangat berperan untuk menghasilkan tingkat efisiensi masyarakat dan social benefit maksimal dapat tercapai.
Begitu banyaknya kegiatan atas guna lahan di perkotaan maka diperlukan suatu identifikasi karakteristik guna lahannya untuk memudahkan melihat proses transformasi tersebut. Guna lahan sering dipahami sebagai fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang ditetapkan pada suatu kawasan sedangkan kegiatan tersebut merujuk pada aktivitas (pemanfaatan ruang) pada suatu persil. Kegiatan-kegiatan penduduk suatu perkotaan dalam memanfaatkan lahan dapat dikelompokkan sebagian besar menjadi blok perumahan, komersial, industri, ruang terbuka hijau, kawasan lindung, campuran dan lainnya. Tidak semua wilayah perkotaan memiliki lahan yang berfungsi seperti fungsi yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dari itu diperlukan identifikasi karakteristik guna lahan dan kegiatan dalam hal ini khususnya Kota Bandung.
PWKL4107/MODUL 1 1.9
B. Tujuan dan Sasaran Tujuan survei ini adalah untuk mengkaji kesesuaian antara guna lahan dan
kegiatan melalui pemahaman sistem dan karakteristik guna lahan dan variasi serta karakteristik kegiatan yang berkembang di dalamnya.
Sasaran kegiatan ini yaitu: diidentifikasinya karakteristik guna lahan di Kota Bandung; diidentifikasinya karakteristik variasi kegiatan dalam suatu guna lahan di Kota Bandung; dan diidentifikasinya karakteristik kegiatan yang berkembang di dalam guna lahan di Kota Bandung.
C. Keluaran yang Diharapkan
Keluaran yang diharapkan berupa satu laporan hasil survei yang siap pakai bagi kepentingan tahapan proses perencanaan selanjutnya.
D. Lingkup Kegiatan
Kegiatan survei dilakukan di Kota Bandung yang dibagi menjadi enam Wilayah Pengembangan (WP). Kegiatan ini akan dilaksanakan selama 1 semester.
E. Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan adalah sebagai berikut: sebelum melaksanakan kegiatan survei sangat diperlukan pemahaman dan perumusan masalah mengenai topik ini agar nantinya kegiatan survei dapat berjalan dengan baik; merumuskan kebutuhan data; merumuskan populasi dan sampel; memilih, menyusun, dan menggunakan perangkat survei; menentukan target area untuk disurvei; melakukan survei dan etika survei; mengolah dan menampilkan data; melakukan interpretasi sederhana dari data yang didapat.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengorganisasikan kegiatan agar nantinya dapat berjalan dengan efektif dan efisien adalah: membuat organisasi tim; membuat proposal kegiatan; membahas kegiatan; pola kebutuhan dan jenis data; pencarian data; perkiraan biaya; dan mengurus perizinan ke pihak yang terkait.
Contoh Esai (2)
Evaluasi Bentuk Perkotaan yang Berkelanjutan: Komparasi antara Pengembangan Kawasan Coklat dan Kawasan Hijau
di Wilayah Cekungan Bandung
RINGKASAN
Secara fisik-spasial, pertumbuhan perkotaan ini, terutama di kota-kota metropolitan, ditandai dengan pertumbuhan pesat kawasan pinggiran kota yang dikenal sebagai proses suburbanisasi yang cenderung menjadikan kawasan perkotaan secara fisik meluas secara liar/terpencar (urban sprawl). Fenomena
1.10 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
urban sprawl yang ditandai dengan ekspansi kawasan terbangun yang lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk ini pada umumnya tidak diikuti oleh desentralisasi pusat kegiatan/lokasi tempat kerja secara proporsional. Oleh karena itu, jarak pergerakan yang harus dilakukan oleh penduduk kota semakin panjang. Dalam konteks inilah kemudian masalah yang terkait dengan tata ruang perkotaan, sistem transportasi dan lingkungan muncul: kebutuhan lahan untuk pengembangan perumahan yang menyebabkan urban sprawl, ketergantungan pada kendaraan bermotor yang semakin tinggi, kemacetan lalu lintas, peningkatan konsumsi energi, serta pencemaran udara.
Masalah substantif dalam penelitian ini adalah pengembangan kawasan perkotaan secara horizontal yang berlangsung ekspansif dan sprawl mengarah pada ketidak-berlanjutan. Dalam kaitannya dengan kota-kota di Indonesia yang sedang mengalami pertumbuhan pesat, baik secara demografis, ekonomi, dan fisik-spasial, menjadi penting untuk mempertanyakan keterkaitan antara bentuk perkotaan (urban form) dan keberlanjutannya, baik secara lingkungan, sosial maupun ekonomi. Bertolak dari hasil kajian empirik di negara-negara maju yang menunjukkan keterkaitan antara bentuk perkotaan dengan keberlanjutannya, sejauh mana hal ini juga berlaku di kota-kota di Indonesia sehingga dapat dijadikan landasan untuk menjawab persoalan kecenderungan perkembangan fisik kota di Indonesia yang bersifat ekspansif dan menunjukkan gejala urban sprawl yang semakin tidak terkendali dengan berbagai dampaknya secara lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Dalam konteks perkembangan perkotaan di Indonesia yang ditandai oleh masih terkonsentrasinya perkembangan tersebut di kota-kota besar dan metropolitan, konsekuensinya adalah tidak terkendalinya perkembangan fisik-spasial secara ekspansif dan sprawl yang semakin mengancam tingkat keberlanjutan dan kelayakhunian. Oleh sebab itu, kebijakan perkotaan yang salah satunya diarahkan pada pengelolaan pertumbuhan kota besar dan metropolitan dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan, harus diikuti dengan strategi pengembangan kawasan perkotaan yang dapat mengurangi kecenderungan urban sprawl yang semakin tidak terkendali. Dalam hal ini adanya berbagai strategi pengembangan kawasan perkotaan yang mengacu pada prinsip-prinsip kota yang berkelanjutan harus tetap disesuaikan dengan karakteristik spesifik kota-kota di Indonesia. Berbagai kajian empirik merekomendasikan solusi preskriptif compact city atau kompaksi perkotaan yang diyakini lebih berkelanjutan karena mengurangi kebutuhan perjalanan dengan kendaraan bermotor, mengurangi pemborosan lahan di kawasan perdesaan, meningkatkan kesetaraan sosial, menghidupkan kembali kawasan pusat kota yang terlantar, serta berkontribusi pada vitalitas perkotaan dalam konteks keberlanjutan jangka panjang. Dalam konteks inilah kemudian berbagai manfaat potensial kompaksi perkotaan dijadikan dasar pertimbangan promosi gagasan ini untuk diterapkan, terutama dalam: (1) pengurangan ketergantungan terhadap kendaraan bermotor sehingga menimbulkan emisi yang lebih rendah sekaligus mengurangi konsumsi
PWKL4107/MODUL 1 1.11
energi; (2) peningkatan pelayanan transportasi umum yang lebih baik; (3) peningkatan aksesibilitas; (4) penggunaan kembali prasarana dan lahan yang telah dibangun; (5) regenerasi kawasan perkotaan; (6) peningkatan kualitas hidup; dan (7) perlindungan terhadap ruang terbuka hijau. Dalam implementasinya, kompaksi perkotaan dapat dilakukan pada kawasan dalam kota (inner city, dalam bentuk infill development atau brownfield development). Infill development adalah praktik pembangunan pada lahan kosong atau kapling yang belum terbangun di dalam bagian lama kawasan perkotaan. Brownfield development: adalah praktik pemanfaatan kembali lahan di kawasan dalam kota (misalnya bekas lahan peruntukan industri) untuk pembangunan baru, untuk membedakannya dengan greenfield development: yang merupakan pembangunan pada kawasan yang sebelumnya belum terbangun (kawasan pertanian) yang biasanya berada di pinggiran kota.
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pola pengembangan kawasan perkotaan yang lebih berkelanjutan, dengan melakukan komparasi terhadap pola pengembangan pada kawasan hijau dan kawasan coklat. Untuk mencapai tujuan tersebut, sasaran penelitian adalah (1) mengidentifikasi perbedaan pola pengembangan kawasan perkotaan yang dilakukan pada kawasan hijau dengan kawasan coklat, dalam kaitannya dengan keberlanjutan secara sosial, ekonomi, dan lingkungan; (2) menganalisis potensi penerapan kompaksi perkotaan pada kawasan coklat (borwnfield develepment) sebagai alternatif pengembangan kawasan perkotaan yang lebih berkelanjutan; dan (3) merumuskan strategi pengembangan kawasan coklat secara spasial yang dapat mewujudkan pola ruang kawasan perkotaan yang lebih berkelanjutan sesuai dengan karakteristik spesifik kota.
Riset yang akan dilakukan mengambil kasus kawasan perkotaan Bandung (Kota Bandung dan sekitarnya). Riset yang akan dilakukan pada dasarnya merupakan riset dasar (basic research) yang terkait dengan bentuk perkotaan berkelanjutan (sustainable urban form). Dalam kaitan ini hasil penelitian yang menyangkut keterkaitan antara bentuk perkotaan (urban form) dengan keberlanjutannya, diharapkan dapat memperluas khazanah pengetahuan yang didasarkan pada kajian empirik kota-kota di Indonesia yang dapat dijadikan dasar bagi perencanaan tata ruang perkotaan yang berkelanjutan.
Riset yang akan dilakukan pada dasarnya mengisi program riset utama Kelompok Perencanaan dan Perancangan Kota (KK-PPK)–Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, yang salah satu temanya adalah lingkungan perkotaan (urban environment).
Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Memasuki dekade kedua di abad 21 ini, penduduk perkotaan di Indonesia proporsinya diperkirakan melampaui 50%. Apabila pada tahun 1995 proporsi penduduk perkotaannya 35,9% maka pada tahun 2005 proporsinya meningkat
1.12 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
menjadi 48,3%. Diperkirakan pada tahun 2025, 68,3% penduduk Indonesia akan mendiami kawasan perkotaan (Bappenas, 2006). Secara fisik-spasial, pertumbuhan perkotaan, terutama di kota-kota metropolitan, ditandai dengan pertumbuhan pesat kawasan pinggiran kota yang dikenal sebagai proses suburbanisasi yang cenderung menjadikan kawasan perkotaan secara fisik meluas secara liar/terpencar (urban sprawl). Fenomena urban sprawl yang ditandai dengan ekspansi kawasan terbangun yang lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk ini pada umumnya tidak diikuti oleh desentralisasi pusat kegiatan/lokasi tempat kerja secara proporsional. Oleh karena itu, jarak pergerakan yang harus dilakukan oleh penduduk kota semakin panjang. Pengembangan perumahan terutama bagi masyarakat berpendapatan rendah di kawasan pinggiran kota yang semakin jauh dari lokasi tempat kerja dan pusat kegiatan lainnya menimbulkan dampak terhadap peningkatan biaya transportasi yang sangat besar. Demikian pula pengembangan perumahan bagi masyarakat berpendapatan menengah–tinggi di kawasan pinggiran cenderung meningkatkan ketergantungan terhadap pergerakan dengan kendaraan bermotor pribadi. Dalam konteks inilah kemudian masalah yang terkait dengan tata ruang perkotaan, sistem transportasi, dan lingkungan muncul: kebutuhan lahan untuk pengembangan perumahan yang menyebabkan urban sprawl, ketergantungan pada kendaraan bermotor yang semakin tinggi, kemacetan lalu lintas, peningkatan konsumsi energi, serta pencemaran udara.
Fenomena urban sprawl terjadi di Kota Bandung sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia menunjukkan perkembangan yang pesat dalam berbagai aspek, terutama sejak perluasan wilayah administrasi Kota pada tahun 1987 dari 8.098 Ha menjadi 18.730 Ha. Dari luas wilayah Kota Bandung, 11.980 Ha (63,96%) merupakan kawasan terbangun (2004). Dewasa ini penduduk Kota Bandung sudah mencapai 2.270.969 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata 144 jiwa/Ha. (BPS Kota Bandung, 2005). Dengan laju pertumbuhan penduduk yang pesat dan perkembangan berbagai kegiatan ekonomi perkotaan yang menjadi fungsi utama Kota Bandung maka perkembangan fisik-spasial Kota Bandung cenderung meluas secara ekspansif, bahkan jauh melampaui batas administrasi kota, merupakan kawasan terbangun. Dewasa ini telah terjadi konurbasi antara kawasan terbangun Kota Bandung dengan Kota Cimahi serta perkembangan pesat di kawasan pinggiran Kota Bandung, yakni kecamatan-kecamatan yang secara administrasi termasuk wilayah Kabupaten Bandung. Perkembangan kawasan perkotaan yang pesat ini terjadi dalam konteks Kawasan Cekungan Bandung atau sering disebut juga wilayah metropolitan Bandung (Bandung Metropolitan Area, BMA).
Berkaitan dengan fenomena perkembangan kawasan pinggiran di Kota Bandung, implikasi langsung yang dihadapi saat ini adalah orientasi pola pergerakan menuju pusat Kota Bandung yang masih tetap tinggi, serta semakin meningkatnya pemanfaatan sumber daya alam yang ada, terutama sumber daya lahan dan air. Keduanya menimbulkan masalah yang serius bagi kota Bandung dan wilayah sekitarnya, karena perkembangan kawasan pinggiran secara acak
PWKL4107/MODUL 1 1.13
(urban sprawl) menimbulkan masalah transportasi/kemacetan lalu lintas serta penurunan daya dukung lingkungan.
Kawasan perkotaan Bandung yang semakin meluas, membentuk konfigurasi spasial yang menyebar ke segala arah secara acak (urban sprawl). Perkembangan kawasan terbangun yang sangat cepat ini terutama dipacu oleh perkembangan perumahan baru dalam dua dekade terakhir ini. Ditinjau dari polanya secara spasial, perkembangan kawasan perumahan mengikuti perkembangan jaringan jalan dan ketersediaan lahan. Dari perubahan penggunaan lahan di Kota Bandung dan sekitarnya dalam kurun dua dekade terakhir tampak bahwa kawasan pinggiran mengalami laju pertumbuhan penggunaan lahan perumahan, industri, komersial dan jasa yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kawasan pusatnya. Namun adanya keterbatasan pembiayaan pemerintah daerah mengakibatkan terjadinya kesenjangan pelayanan infrastruktur sebagai kebutuhan dasar antara kawasan pusat/dalam kota dengan pinggiran. Sebagai dampak dari adanya kesenjangan perkembangan, terjadi pemusatan kegiatan di kawasan dalam/pusat Kota Bandung. Kota-kota satelit yang seyogianya dikembangkan secara fungsional belum terbentuk sehingga mengakibatkan bertambah panjang perjalanan para pekerja/commuter dari kota-kota kecamatan di Kabupaten Bandung ke Kota Bandung.
Masalah yang timbul sebagai akibat dari meluasnya kawasan perkotaan secara ekspansif adalah pada sistem transportasi sebagai turunan dari perkembangan berbagai kegiatan perkotaan yang mengalami segregasi secara spasial. Semakin jauh jarak lokasi tempat tinggal ke tempat kerja dan kegiatan harian lainnya menyebabkan ketergantungan kepada kendaraan bermotor semakin tinggi. Dengan adanya keterbatasan prasarana jalan serta kesamaan pola lokasi tujuan dan waktu pergerakan, peningkatan yang luar biasa dalam penggunaan kendaraan bermotor ini kemudian menimbulkan kemacetan pada berbagai titik menuju pusat/dalam kota sebagai pusat. Bentuk perkotaan yang cenderung meluas dan bersifat sprawl mempengaruhi pola pergerakan orang dan kendaraan. Pertumbuhan kendaraan yang pesat di Kota Bandung mencerminkan kurang memadainya sistem transportasi umum perkotaan. Banyak penduduk di kawasan pinggiran terdorong untuk menggunakan kendaraan pribadi dan sepeda motor karena ketiadaan transportasi umum yang nyaman, aman, dan tepat waktu. Volume pergerakan orang dan kendaraan yang tinggi antara Kota Bandung dan wilayah sekitarnya (Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi) telah memberikan kontribusi yang signifikan pada kepadatan lalu lintas di pusat-pusat kegiatan di Kota Bandung. Kendaraan pribadi kemudian mengambil porsi transportasi jalan yang lebih besar dibandingkan moda transportasi lainnya, bahkan untuk perjalanan pendek sekalipun. Ketergantungan kawasan pinggiran dan kota-kota kecil di sekitar Kota Bandung terhadap kawasan pusat Kota Bandung yang masih tetap tinggi selain memperpanjang perjalanan pada akhirnya juga memberikan implikasi pada kebutuhan pengembangan prasarana jalan yang semakin tidak dapat dipenuhi, ketergantungan pada kendaraan bermotor yang semakin meningkat, kendala bagi upaya penghematan energi untuk transportasi
1.14 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
perkotaan, serta memberikan kontribusi terhadap penurunan kualitas udara sebagai akibat pencemaran udara karena peningkatan emisi gas buang kendaraan bermotor.
Secara spasial, perkembangan kawasan perkotaan telah melebar dari Kota Bandung dan Cimahi ke arah Lembang di Bandung Utara, Padalarang di arah Barat, Tanjungsari, Rancaekek, dan Cicalengka di arah Timur, serta Soreang, Banjaran, dan Majalaya di arah Selatan. Padahal kawasan perkotaan Bandung secara fisik terletak di Kawasan Cekungan Bandung yang secara hidrologis berada pada suatu sistem Daerah Aliran Sungai Citarum bagian Hulu, yang sebenarnya mempunyai banyak limitasi ekosistem untuk dapat berkembang. Dampak yang dapat terasakan saat ini adalah semakin menurunnya daya dukung lingkungan, yang diindikasikan dengan meningkatnya perubahan fungsi lahan (dari lindung ke budi daya), kelangkaan air baku dan air bersih pada saat musim kemarau, banjir rutin pada musim hujan, tingginya sedimentasi pada beberapa ruas sungai utama, dampak pencemaran udara, dan rendahnya kualitas air permukaan akibat pencemaran air sungai oleh industri dan domestik, serta perubahan iklim mikro. Berkaitan dengan perubahan iklim mikro, suhu udara dewasa ini dirasakan semakin panas. Peningkatan suhu udara Bandung juga terjadi akibat efek rumah kaca yang diakibatkan pencemaran udara yang semakin tinggi intensitasnya, yang dipicu oleh kegiatan transportasi dan industri.
Masalah-masalah lingkungan yang terkait dengan perkembangan kawasan perkotaan di atas menjadi tantangan ke depan apabila dikaitkan dengan fungsi Kota Bandung, yakni pemerintahan, perdagangan, industri, jasa, pendidikan tinggi, pariwisata, penelitian, dan pengembangan. Dalam konteks pembangunan perkotaan berkelanjutan, timbul pertanyaan besar: sejauh manakah pengembangan fungsi-fungsi di atas dapat terus dilakukan apabila dikaitkan dengan keterbatasan daya dukung lingkungan? Ditinjau dari aspek fisik-spasial, struktur dan pola ruang kawasan perkotaan Bandung yang cenderung bersifat ekspansif dan menunjukkan gejala urban sprawl yang semakin tidak terkendali pada dasarnya berlawanan dengan prinsip kota yang berkelanjutan, yang menekankan keseimbangan antara kegiatan (pembangunan) yang dilakukan dengan daya dukung lingkungan.
Ditinjau dari aspek spasial, struktur dan pola ruang kawasan perkotaan yang cenderung bersifat ekspansif dan menunjukkan gejala urban sprawl yang semakin tidak terkendali pada dasarnya berlawanan dengan konsep dan prinsip-prinsip compact city yang di negara-negara maju diyakini mencerminkan bentuk perkotaan yang berkelanjutan. Mengacu pada UN Habitat II City Summit di Istanbul Tahun 1996, sasaran kota berkelanjutan adalah bentuk kota yang kompak; preservasi ruang terbuka hijau dan ekosistem-ekosistem yang sensitif; mengurangi penggunaan kendaraan bermotor; mengurangi limbah dan polusi, penggunaan kembali dan daur ulang material; penciptaan lingkungan yang berorientasi pada komunitas; pengalokasian perumahan yang layak dan terjangkau; peningkatan pemerataan sosial; dan pengembangan ekonomi lokal yang bersifat restoratif (Wheeler, 2000).
PWKL4107/MODUL 1 1.15
Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan pada bagian terdahulu, yang menjadi masalah substantif dalam penelitian ini adalah pengembangan kawasan perkotaan secara horizontal yang berlangsung ekspansif dan sprawl menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan hidup pada wilayah yang lebih luas sehingga mengarah pada ketidakberlanjutan. Dalam kaitannya dengan kota-kota di Indonesia yang sedang mengalami pertumbuhan pesat, baik secara demografis, ekonomi, dan fisik-spasial, menjadi penting untuk mempertanyakan keterkaitan antara bentuk perkotaan (urban form) dan keberlanjutannya, baik secara lingkungan, sosial, maupun ekonomi. Bertolak dari hasil kajian empirik di negara-negara maju yang menunjukkan keterkaitan antara bentuk perkotaan dengan keberlanjutannya, sejauh mana hal ini juga berlaku di kota-kota di Indonesia sehingga dapat dijadikan landasan untuk menjawab persoalan kecenderungan perkembangan fisik kota di Indonesia yang bersifat ekspansif dan menunjukkan gejala urban sprawl yang semakin tidak terkendali dengan berbagai dampaknya secara lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Dalam konteks perkembangan perkotaan di Indonesia yang ditandai oleh masih terkonsentrasinya perkembangan tersebut di kota-kota besar dan metropolitan, konsekuensinya adalah tidak terkendalinya perkembangan fisik-spasial secara ekspansif dan sprawl yang semakin mengancam tingkat keberlanjutan dan kelayakhunian. Oleh sebab itu, kebijakan perkotaan yang salah satunya diarahkan pada pengelolaan pertumbuhan kota besar dan metropolitan dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan, harus diikuti dengan strategi pengembangan kawasan perkotaan yang dapat mengurangi kecenderungan urban sprawl yang semakin tidak terkendali. Dalam hal ini adanya berbagai strategi pengembangan kawasan perkotaan yang mengacu pada prinsip-prinsip kota yang berkelanjutan harus tetap disesuaikan dengan karakteristik spesifik kota-kota di Indonesia.
Berbagai kajian empirik merekomendasikan solusi preskriptif compact city atau kompaksi perkotaan yang diyakini lebih berkelanjutan karena mengurangi kebutuhan perjalanan dengan kendaraan bermotor, mengurangi pemborosan lahan di kawasan perdesaan, meningkatkan kesetaraan sosial, menghidupkan kembali kawasan pusat kota yang terlantar, serta berkontribusi pada vitalitas perkotaan dalam konteks keberlanjutan jangka panjang. Secara internasional, kompaksi perkotaan telah diimplementasikan di berbagai negara maju dengan berbagai bentuk, mulai dari yang menekankan pemanfaatan lahan terlantar dan peremajaan atau pembangunan kawasan pusat kota di Eropa, sampai dengan menciptakan batas pertumbuhan perkotaan (urban containment) dan berkembangnya New Urbanism dan Smart Growth di Amerika Serikat, promosi perumahan berkepadatan sedang di Australia dan New Zealand, serta urban redevelopment yang lebih menekankan pembangunan kembali kawasan pusat kota di Jepang. Adanya variasi penerapan kompaksi perkotaan ini menunjukkan bagaimana tiap negara mengadaptasikan konsep compact city ke dalam kondisi lokal dan dengan demikian dapat berkontribusi terhadap keberlanjutan perkotaan dalam cara yang dapat diterima sekaligus layak dalam lingkungan lokalnya
1.16 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
masing-masing. Dalam konteks inilah kemudian berbagai manfaat potensial kompaksi perkotaan dijadikan dasar pertimbangan promosi gagasan ini untuk diterapkan, terutama dalam: (1) pengurangan ketergantungan terhadap kendaraan bermotor sehingga menimbulkan emisi yang lebih rendah sekaligus mengurangi konsumsi energi; (2) peningkatan pelayanan transportasi umum yang lebih baik; (3) peningkatan aksesibilitas; (4) penggunaan kembali prasarana dan lahan yang telah dibangun; (5) regenerasi kawasan perkotaan; (6) peningkatan kualitas hidup; dan (7) perlindungan terhadap ruang terbuka hijau.
Dalam implementasinya, kompaksi perkotaan dapat dilakukan pada kawasan dalam kota (inner city, dalam bentuk infill development atau brownfield development). Infill development adalah praktik pembangunan pada lahan kosong atau kapling yang belum terbangun di dalam bagian lama kawasan perkotaan. Brownfield development adalah praktik pemanfaatan kembali lahan di kawasan dalam kota (misalnya bekas lahan peruntukan industri) untuk pembangunan baru, untuk membedakannya dengan greenfield development: yang merupakan pembangunan pada kawasan yang sebelumnya belum terbangun (kawasan pertanian) yang biasanya berada di pinggiran kota.
C. PRESENTASI LISAN
Presentasi lisan dilakukan misalnya dalam bentuk pidato, ceramah atau
kuliah, yang semata-mata mengandalkan penggunaan indera dengar (audio)
untuk menangkap informasi yang disampaikan pembicara (presenter). Teknik
presentasi ini tentu saja lebih mengandalkan kemampuan presenter secara
verbal, bahkan kemampuan retorika (misalnya dalam pidato). Dalam
kaitannya dengan kemampuan daya serap oleh pendengar (audiens, pemirsa),
teknik presentasi ini justru berada pada tingkat paling rendah, sehingga dalam
prakteknya biasanya perlu ditunjang dengan teknik presentasi lain, dengan
menggunakan alat bantu atau media visual.
Tentu saja dalam prakteknya ketiga bentuk dan teknik presentasi (grafis,
tulisan, dan lisan) acap kali dilakukan secara bersama-sama atau sekaligus
sesuai dengan kebutuhan atau tujuan presentasi yang dilakukan. Dewasa ini
kita mengenal presentasi audio-visual atau bahkan berkembang pula apa yang
disebut presentasi multimedia.
Dalam presentasi (sejak disain, pembuatan bahan/materi, dan
pelaksanaannya) tentu saja lazim dipergunakan berbagai alat bantu agar
presentasi dapat dilakukan secara lebih efektif. Berdasarkan penggunaan alat
bantu ini maka teknik presentasi dapat dibedakan: (1) presentasi manual dan
(2) presentasi dengan komputer.
PWKL4107/MODUL 1 1.17
1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan teknik presentasi!
2) Sebutkan macam-macam teknik presetasi yang digunakan sebagai sarana
komunikasi dalam PWK!
3) Berikan contoh-contoh teknik presentasi grafis!
4) Buatlah satu tulisan esai mengenai suatu masalah atau isu pembangunan
perkotaan!
Presentasi secara umum berarti aktivitas berkomunikasi yang
dilakukan untuk menyampaikan atau menunjukkan sesuatu kepada orang
lain dengan cara atau menggunakan media tertentu. Teknik presentasi
adalah segala hal yang berkaitan dengan cara, metoda, media, yang dapat
meningkatkan kemampuan presentasi secara efisien dan efektif.
Berdasarkan bentuk atau media penyajiannya, teknik presentasi sebagai
sarana komunikasi dalam PWK pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam
3 bentuk, yaitu presentasi grafis (visual), presentasi tulisan, dan
presentasi lisan (oral).
1) Manakah di bawah ini yang bukan merupakan jenis-jenis dari teknik
presentasi ....
A. lisan
B. oral
C. audio
D. grafis
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
RANGKUMAN
TES FORMATIF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1.18 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
2) Manakah di bawah ini yang bukan termasuk teknik presentasi grafis atau
visual ....
A. diagram
B. esai
C. foto
D. peta
3) Manakah di bawah ini yang bukan termasuk bentuk presentasi tulisan ....
A. esai/paper
B. artikel
C. maket
D. laporan
4) Dari beberapa gambar berikut ini mana yang termasuk diagram ....
A.
B.
PWKL4107/MODUL 1 1.19
C.
D.
5) Manakah yang termasuk bentuk-bentuk presentasi lisan ....
A. pidato
B. kuliah
C. esai
D. diagram
6) Manakah bentuk presentasi visual di bawah ini yang bukan termasuk
bentuk dua dimensi (2D) ....
A. foto
B. sketsa
C. peta
D. maket
1.20 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
7) Teknik presentasi melalui tulisan dimaksudkan untuk tujuan-tujuan
berikut, kecuali ....
A. deskripsi
B. analisis
C. audio-visual
D. evaluasi
8) Berikut ini yang tidak termasuk alat bantu utama ketika melakukan
presentasi lisan secara audio visual ....
A. komputer
B. infocus
C. dokumen laporan
D. slide presentasi
9) Suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin atau salah satu
bentuk komunikasi disebut ....
A. observasi
B. analisis
C. informasi
D. presentasi
10) Data yang telah diolah dan dibentuk menjadi sesuatu yang lebih berguna
atau lebih berarti bagi penerimanya disebut .....
A. presentasi
B. komunikasi
C. informasi
D. observasi
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar
100%Jumlah Soal
PWKL4107/MODUL 1 1.21
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
1.22 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
Kegiatan Belajar 2
Peran Teknik Presentasi dan Komunikasi dalam PWK
alam bidang Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), data atau
informasi mempunyai peranan penting, karena perencanaan pada
dasarnya merupakan pengambilan keputusan secara rasional yang harus
didukung dengan informasi. Data akan menjadi lebih informatif jika disajikan
dengan baik sesuai dengan tujuannya. Analisis dapat dilakukan dengan lebih
sistematis jika didukung dengan teknik presentasi yang baik. Demikian pula
produk rencana pada akhirnya memerlukan pula sarana untuk dapat
dikomunikasikan secara efektif. Teknik presentasi yang baik akan menjadi
sarana komunikasi, tidak saja bagi perencana dengan sesama perencana atau
profesional lain, tetapi juga menjadi sarana komunikasi antara perencana
dengan masyarakat luas dan berbagai pihak lain yang berkaitan dengan
aktivitas perencanaan yang dilakukan, seperti terlihat pada Gambar 1.9.
Gambar 1.9 Pentingnya Komunikasi dalam Proses Perencanaan
D
Pada setiap tahapan di dalam proses perencanaan,
diperlukan adanya komunikasi dengan
berbagai stakeholder
PWKL4107/MODUL 1 1.23
Bidang Perencanaan Wilayah dan Kota dalam proses dan tahapan
kegiatannya senantiasa berhubungan dengan informasi. Informasi tersebut
pada umumnya berasal dari berbagai aspek (multi-sector) dan harus di
koordinasikan dengan berbagai pihak (multi-stakeholder). Oleh karena itu,
kemampuan komunikasi sangat diperlukan bagi seorang planner.
Penyampaian informasi pada masing-masing tahapan di atas
membutuhkan bentuk presentasi yang berbeda dengan memanfaatkan media
yang berbeda pula. Teknik penyampaian dan substansi presentasi juga perlu
dipertimbangkan berdasarkan audience yang akan hadir.
Gambar 1.10
Ilustrasi Berbagai Media dan Teknik Presentasi
1.24 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
Teknik presentasi dan komunikasi sangat penting di dalam penyampaian
informasi, khususnya di bidang perencanaan wilayah dan kota karena
substansi pada umumnya bersifat multisector (tata ruang/aspek spasial, aspek
ekonomi, aspek lingkungan, aspek sosial budaya, aspek hukum, dan
sebagainya) serta harus dapat dimengerti oleh berbagai stakeholder, mulai
dari pemerintah, tokoh masyarakat, pihak swasta, masyarakat, akademisi
maupun kepada sesama planner. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman
mendasar mengenai beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam
mengomunikasikan atau mempresentasikan suatu informasi. Berikut akan
dijelaskan beberapa pemahaman mendasar mengenai hal-hal yang perlu
diperhatikan di dalam suatu komunikasi dan presentasi.
A. KOMUNIKASI
Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai proses penyampaian
informasi dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media
dan cara penyampaian informasi yang dipahami oleh kedua pihak, serta
saling memiliki kesamaan arti lewat transmisi pesan secara simbolik.
Komunikasi adalah proses memberi, menerima atau bertukar informasi,
pendapat, perasaan atau ide melalui perkataan, tulisan atau alat-alat peraga,
atau melalui kombinasi ketiganya.
Komunikasi memegang peranan penting bagi kita untuk membantu
mewujudkan hubungan yang sehat dan penuh penghargaan, baik di dunia
kerja, sosial, dan keluarga. Di bidang perencanaan wilayah dan kota,
komunikasi merupakan salah satu kunci yang paling penting untuk
menyampaikan berbagai usulan strategi, kebijakan, atau rencana tata ruang
(spasial). Oleh karena itu, diperlukan keahlian berkomunikasi yang baik dan
benar agar penyampaian informasi dan usulan rencana dapat dengan mudah
dipahami oleh berbagai pihak.
Sebagai suatu proses penyampaian informasi, para individu yang terlibat
dalam kegiatan komunikasi, khususnya komunikator perlu merancang dan
menyajikan informasi yang benar dan tepat sesuai setting komunikasi, dan
informasi tersebut disajikan dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan
situasi komunikasi dan tingkat nalar penerimaan lawan komunikasi. Dengan
kata lain, teknik maupun substansi presentasi perlu disesuaikan dengan
audiens yang akan hadir.
PWKL4107/MODUL 1 1.25
Rumusan suatu komunikasi pada dasarnya memiliki enam komponen
dasar yang meliputi komunikator, komunikan, pesan atau esensi komunikasi,
interaksi yang langsung maupun tidak langsung, penggunaan media
komunikasi yang benar dan tepat, dan pemahaman bersama akan esensi dan
tujuan komunikasi.
Dalam penerapannya, keberhasilan suatu komunikasi dinilai dari
ketercapaian tujuan komunikasi yang didukung oleh kepercayaan
komunikasi, daya tarik pesan dan kesesuaian pesan dengan kebutuhan
komunikan, pengalaman tentang isi pesan antara komunikator dan
komunikan, dan kemampuan komunikan menafsirkan pesan sesuai dengan
indera penerimaan pesan.
Untuk menyampaikan informasi dengan efektif dan efisien, komunikasi
perlu dilakukan dengan jelas, benar, penuh pertimbangan, lengkap, dan
singkat. Selain itu, di dalam berkomunikasi perlu diperhatikan unsur
5 W & 1H (Whom, Who, What, When, Where, and How).
1. Whom: Siapa yang diajak berkomunikasi.
2. Who: Siapa yang akan mengomunikasikan.
3. What: Apa isi yang tepat untuk dikomunikasikan
4. When: Kapan waktu yang tepat untuk berkomunikasi.
5. Where: Di mana lokasi yang tepat untuk mengomunikasikan pesan
tersebut.
6. How: Bahasa, media, teknik, style yang dipakai untuk berkomunikasi.
B. PRESENTASI
Secara harfiah, presentasi merupakan suatu kegiatan berbicara di
hadapan banyak hadirin, yang merupakan salah satu bentuk komunikasi,
umumnya merupakan kegiatan pengajuan suatu topik, pendapat atau
informasi kepada orang lain. Kemampuan presentasi merupakan
keterampilan yang dapat diasah, dipelajari dan ditingkatkan. Dengan
mempelajari teknik komunikasi dan presentasi ini paling tidak seseorang
sudah mulai memiliki kemauan untuk meningkatkan kompetensi diri menjadi
komunikator/presenter yang baik, khususnya bagi orang yang hendak
menekuni bidang perencanaan wilayah dan kota.
Presentasi merupakan komunikasi formal yang dilakukan orang dalam
sebuah forum untuk menginterpretasikan keinginan orang pertama. Presentasi
dapat dilakukan pada sebuah forum yang formal maupun nonformal.
1.26 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
Presentasi sendiri lebih mengedepankan pada apa yang dimiliki dan
keinginan presenter kepada pendengar agar pendengar tahu dan memberikan
respons atau tanggapan kepada presenter mengenai topik yang disampaikan.
Enam hal yang menjadi komponen di dalam presentasi adalah:
1. internal pribadi presenter,
2. bahan presentasi,
3. media presentasi,
4. audience (pendengar),
5. lingkungan.
Berikut ini beberapa tips umum untuk melakukan presentasi yang baik
dan benar.
1. Melakukan persiapan.
Beberapa persiapan yang perlu disediakan antara lain adalah bahan
presentasi, bahan yang akan dibagikan (jika ada), peralatan seperti laptop
atau infocus dan mempersiapkan mental. Jika semua kondisinya baik dan
aman dapat membuat presenter lebih percaya diri.
2. Materi presentasi.
Bedakan antara materi yang akan dipresentasikan dengan proposal yang
akan diberikan karena pada saat presentasi, presenter hanya menjelaskan
poin-poin utamanya saja, tidak perlu secara keseluruhan untuk dibahas
karena akan menghabiskan waktu dan membuat audiens merasa bosan.
3. Pada saat presentasi.
a. Usahakan datang lebih awal dari waktu yang ditentukan.
b. Gunakan waktu seefisien mungkin.
c. Gunakan pakaian yang sopan.
d. Kenali audiens atau peserta yang hadir, sehingga kita bisa lebih
akrab dengan menyebut namanya dan tahu jabatannya.
e. Bagi pandangan kita ke semua audiens dan perbanyak komposisi
pandangan kita kepada orang yang paling berpengaruh atau
pengambil keputusan.
f. Sebisa mungkin untuk tidak membicarakan hal yang tidak penting
atau hal-hal yang sekiranya tidak perlu atau tidak ingin didengar
audiens.
g. Berbicaralah dengan lugas dan sopan.
h. Atur intonasi suara, upayakan volume suara tidak terlalu besar atau
tidak terlalu kecil.
PWKL4107/MODUL 1 1.27
i. Jangan terlalu banyak bergerak karena akan mengganggu
konsentrasi peserta.
j. Pada beberapa kondisi, dapat dimunculkan beberapa joke atau
hiburan untuk mencairkan suasana agar tidak terlalu kaku atau
membosankan, namun jangan berlebihan.
4. Anggap saja audiens tidak mengerti mengenai materi yang akan
disampaikan, jadi bersikaplah dengan mengundang simpati dan rasa
kagum para audiens karena pengetahuan kita, tapi hindari kesan
menggurui.
5. Pada saat tanya jawab, catat pertanyaan dan jawablah dengan lugas.
Keberhasilan dari sebuah presentasi adalah kita mengerti betul tentang
isi yang akan dipresentasikan sehingga pada saat menjelaskan tidak
terbata-bata atau kebingungan sendiri. Untuk itu, pahami betul
substansinya dan lakukan persiapan yang matang, karena tujuan dari
presentasi adalah untuk membuat para audiens mengerti dan memahami
serta tertarik dari isi presentasi yang ditawarkan.
1) Jelaskan menurut pendapat Anda, mengapa teknik komunikasi dan
presentasi sangat diperlukan di dalam perencanaan wilayah dan kota!
2) Sebutkan dan jelaskan sembilan tahapan di dalam proses perencanaan!
3) Jelaskan dan berikan contoh mengenai unsur 5W 1H dalam melakukan
komunikasi!
4) Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan saat presentasi agar
penyampaian informasi berjalan secara efektif dan efisien!
Perencanaan Wilayah dan Kota dalam proses dan tahapan
kegiatannya senantiasa berhubungan dengan informasi. Informasi
tersebut memiliki nilai yang sangat penting di dalam perumusan
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
RANGKUMAN
1.28 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
kebijakan atau dalam pengambilan keputusan yang rasional.
Penyampaian informasi akan lebih informatif jika data-data yang ada
disajikan dengan baik sesuai dengan tujuannya. Dalam peyampaian
informasi tersebut, teknik komunikasi dan presentasi merupakan kunci
utama agar maksud rencana yang diusulkan dapat dipahami, ditanggapi
dan diterima oleh berbagai pihak. Secara umum, tahapan di dalam proses
perencanaan dapat disederhanakan menjadi tiga bagian utama, yaitu
pengolahan data, analisis dan perumusan rencana. Penyampaian
informasi pada masing-masing tahapan berikut membutuhkan bentuk
presentasi yang berbeda-beda.
1) Informasi diperlukan sebagai pertimbangan untuk dapat menentukan
keputusan secara ....
A. hemat
B. rasional
C. visual
D. memihak
2) Tahapan berikut ini yang tidak termasuk ke dalam proses perencanaan
adalah ....
A. merumuskan persoalan
B. melakukan analisis
C. menyampaikan informasi secara tertutup
D. mengumpulkan data
3) Proses memberi, menerima atau bertukar informasi, baik secara lisan
maupun tulisan disebut....
A. pidato
B. analisis
C. komunikasi
D. observasi visual
4) Di dalam proses perencanaan, komunikasi merupakan proses yang
menjadi kunci penting di dalam hal-hal berikut, kecuali....
A. menyampaikan usulan strategi
B. menentang semua pihak yang terlibat
TES FORMATIF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
PWKL4107/MODUL 1 1.29
C. mendiskusikan perumusan kebijakan
D. proses penentuan atau pengambilan keputusan
5) Salah satu bentuk komunikasi berupa kegiatan berbicara di depan banyak
orang/hadirin disebut....
A. intonasi
B. observasi
C. verifikasi
D. presentasi
6) Hal-hal yang tidak perlu diperhatikan saat melakukan presentasi
adalah ....
A. audiens yang akan hadir
B. intonasi dan gaya bicara
C. hiburan yang berlebihan
D. penguasaan materi
7) Keberhasilan suatu presentasi dapat dilihat dari .....
A. media yang digunakan
B. munculnya debat antar pihak dalam proses diskusi
C. tempat diselenggarakannya presentasi
D. ketersampaian dan ketertarikan audiens terhadap materi
8) Saat melakukan presentasi, sebaiknya hindari ....
A. penggunaan bahasa yang lugas dan jelas
B. pakaian yang sopan
C. tatap muka dengan audiens
D. volume suara yang berlebihan
9) Yang bukan termasuk unsur utama di dalam suatu komunikasi adalah ....
A. komunikator dan komunikasi
B. pesan yang disampaikan
C. lamanya interaksi
D. media komunikasi
10) Di dalam perencanaan wilayah dan kota, penyampaian informasi bersifat
multistakeholder, artinya ....
A. mencakup berbagai aspek/bidang keilmuan
B. dapat disampaikan dengan melalui berbagai macam media
1.30 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
C. diselenggarakan di berbagai tempat
D. disampaikan kepada berbagai pihak (pemerintah, lembaga,
masyarakat, dan lain sebagainya)
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar
100%Jumlah Soal
PWKL4107/MODUL 1 1.31
Kegiatan Belajar 3
Peran dan Pemanfaatan Berbagai Teknik
Presentasi dan Komunikasi
ahapan dalam perencanaan wilayah dan kota secara teknis acap kali
disederhanakan dalam tiga kegiatan utama: pengumpulan data, analisis,
dan perumusan rencana. Sejalan dengan tahapan kegiatan ini maka teknik
penyajian yang dibutuhkan untuk dikembangkan dapat pula dipilah menurut
tiga kegiatan utama tersebut meskipun sesungguhnya berkaitan satu sama
lain. Tentu saja pada tiap tahap kegiatan dibutuhkan bentuk penyajian yang
berbeda dengan memanfaatkan media yang berbeda pula. Sebelum
pembahasan masing-masing kegiatan, pada bagian ini terlebih dahulu akan
diuraikan peranan data dalam perencanaan sebagai landasan, jenis atau
macamnya, serta kebutuhan penyajiannya.
A. DATA: PERANAN DAN JENISNYA
Tahap pengumpulan data mempunyai peranan yang sangat penting
dalam perencanaan karena perencanaan pada dasarnya merupakan suatu
proses pengambilan keputusan yang tidak dapat dilakukan tanpa dukungan
informasi yang memadai. Namun demikian, data yang dikumpulkan tersebut
tidak banyak gunanya jika tidak disajikan dengan baik.
Dalam perencanaan, data atau informasi diperlukan untuk tujuan utama,
yaitu:
1. identifikasi permasalahan dan perkembangan eksisting, sebagai dasar
bagi perumusan kebijaksanaan/rencana;
2. identifikasi dan evaluasi alternatif kebijaksanaan/rencana sebagai umpan
balik.
1. Jenis Data Menurut Kebutuhan dalam Perencanaan
Ada tiga tipe atau jenis informasi yang perlu dikumpulkan dan dianalisis
menurut kebutuhan dalam perencanaan.
a. Data yang memberikan informasi tentang distribusi (spatial distribution
dan aspatial distribution). Data ini memberikan informasi yang bersifat
deskriptif, yang dapat digunakan untuk membandingkan antar kelompok,
T
1.32 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
kegiatan, atau wilayah geografis yang berbeda, terutama dalam rangka
mengidentifikasikan potensi dan permasalahan pembangunan.
b. Data yang memberikan informasi tentang keterkaitan (relationship), baik
dalam bentuk spatial maupun aspatial.
c. Data indikator perkembangan, yang memberikan informasi yang
menunjukkan tingkat atau derajat perkembangan yang telah dicapai oleh