BAB I PENGERTIAN DAN HUKUM DASAR PENDIDIKAN Sesungguhnya yang dimaksud dengan dasar-dasar kependidikan ialah uraian ringkas asas-asas atau pengantar kependidikan. Uraian ini didasarkan atas pendekatan yang lebih mendasar dan praktis. Artinya, uraian tentang teori pendidikan secara teoritis hanya bersifat mendasar sekedar memberikan wawasan tentang arti, ruang lingkup, fungsi, tujuan dan sistematika atau komponen- komponen pendidikan. A. Konsepsi dan Ruang Lingkup Pendidikan Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan pada hakekatnya ialah usaha manusia melestarikan hidupnya. Sekedar memperjelas pengertian, berikutini kita kutip beberapa definisi : 1. Tinjauan Etimologis Istilah pendidikan ini menurut Carter V. Good dalam "Dictionary of Education" dijelaskan sebagai berikut : a. Pedagogy (1) Seni, praktek, atau profesi sebagai pengajar (pengajaran) (2) Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid. . Menurut Carter, Education berarti : 1) Proses perkembangan pribadi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENGERTIAN DAN HUKUM DASAR PENDIDIKAN
Sesungguhnya yang dimaksud dengan dasar-dasar kependidikan ialah uraian ringkas
asas-asas atau pengantar kependidikan. Uraian ini didasarkan atas pendekatan yang lebih
mendasar dan praktis. Artinya, uraian tentang teori pendidikan secara teoritis hanya bersifat
mendasar sekedar memberikan wawasan tentang arti, ruang lingkup, fungsi, tujuan dan
sistematika atau komponen-komponen pendidikan.
A. Konsepsi dan Ruang Lingkup Pendidikan
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai
dengan nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan pada hakekatnya ialah usaha
manusia melestarikan hidupnya. Sekedar memperjelas pengertian, berikutini kita kutip beberapa
definisi :
1. Tinjauan Etimologis
Istilah pendidikan ini menurut Carter V. Good dalam "Dictionary of Education"
dijelaskan sebagai berikut :
a. Pedagogy (1) Seni, praktek, atau profesi sebagai pengajar (pengajaran)
(2) Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan
metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid.
b. Menurut Carter, Education berarti :
(1) Proses perkembangan pribadi
(2) Proses social
(3) Profesional course
(4) Seni untuk membuat dan memahami ilmu pengetahuan yang tersusun atau dikembangkan
masa lampau oleh tiap generasi bangsa.
2. Menurut buku "Higher Education for American Democracy"
Pendidikan ialah suatu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat yang beradap, tetapi tujuan
pendidikan tidaklah sama setiap masyarakat.
3. Menurut Prof. Richey dalam buku "Planning for Teaching, an Introduction to Education"
Istilah "pendidikan" berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan
kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi muda)
bagi penunaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat. Pendidikan adalah suatu
aktivitas dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat yang kompleks modern, fungsi pendidikan
ini mengalami proses spealisasi dan melembaga.
4. Menurut Brubachet dalam bukunya "Modern Philosophies of Education"
Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik di tiap pribadi manusia dalam
penyesuaian dirinya dengan alam, teman dan dengan alam semesta.
B. Hukum-hukum Dasar dalam Pendidikan
Usaha pendidikan dilakukan manusia berdasar keyakinan tertentu. Keyakinan ini
didasarkan atas suatu pandangan baik filosofis maupun teoritis (ilmiah). Keyakinan ini disebut
para ahli sebagai hukum-hukum dasar atau teori-teori pendidikan. Teori ini dipandang sebagai
ide-ide dalam filsafat pendidikan yang meliputi :
1. Teori (hukum) empirisme
Ajaran filsafat empirisme yang dipelopori oleh John Locke (1632-1704) mengajarkan
bahwa perkembangan pribadi ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan terutama pendidikan.
2. Teori (hukum) nativisme
Tokoh nativisme ini Arthur Scopenhouer (1788-1860) menganggap faktor pembawaan
yang bersifat kodrati dari kelahiran, yang tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar atau
pendidikan itulah kepribadian manusia. Ajakan nativisme ini dapat dianggap aliran yang
pesimistis, karena menerima kepribadian sebagaimana adanya, tanpa kepercayaan, adanya nilai
pendidikan untuk merubah kepribadian.
C. Lembaga-lembaga Pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan itu meliputi :
(1) Keluarga atau rumah tangga atau orang tua, sebagaimana wujud kehidupan sosial yang asasi,
sebagai unit kehidupan bersama manusia terkecil.
(2) Masyarakat, yakni lingkungan sosial yang ada di sekitar keluarga itu, kampug, desa, warga
ataupun pulau.
1. Lembaga keluarga
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terbentuk berdasar sukarela dan cinta yang asasi
antara subyek manusia (suami-istri)
2. Lembaga sekolah
Lembaga ini meneruskan pembinaan yang telah diletakkan dasar-dasarnya dalam lingkungan
keluarga, sekolah menerima tanggung jawab pendidikan berdasarkan kepercayaan keluarga.
3. Lembaga masyarakat
Masyarakat dapat diartikan sebagai suatu bentuk tata kehidupan sosial dengan tata nilai dan tata
budaya sendiri. Masyarakat dalam arti organisasi ialah lembaga atau perwujudan pengelola dan
kepemimpinan bersama (berasas demokrasi).
D. Tanggung Jawab Lembaga-lembaga Pendidikan
1. Tanggung jawab keluarga
a. Dorongan/motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak.
b. Dorongan/motivasi kewajiban moral sebagai konsekwensi kedudukan orang tua terhadap
keturunannya.
c. Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga yang pada gilirannya juga menjadi bagian
dari masyarakat, bangsa dan negaranya bahkan kemanusiaan.
2. Tanggung jawab sekolah
a. Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut
ketentuan-ketentuan yang berlaku (UU Pendidikan).
b. Tanggung jawab keilmuan berdasar bentuk, isi, tujuan dan tingkat pendidikan yang dipercayakan
kepadanya oleh masyarakat dan negara.
c. Tanggung jawab fungsional ialah tanggung jawab professional pengelola dan pelaksana
pendidikan yang menerima ketetapan ini berdasar ketentuan-ketentuan jabatannya.
3. Tanggung jawab pemerintah
a. Tanggung jawab kenegaraan dan kemasyarakatan yang wujudnya motivasi untuk melestarikan
tegaknya kemerdekaan bangsa dan negara.
b. Tanggung jawab strukturnya kelembagaan yakni sebagai wujud tata kelembagaan negara dengan
masing-masing aspek dan tanggung jawabnya.
BAB II
ILMU PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN
Menurut sistemnya ilmu pengetahuan dibedakan sebagai berikut ;
1. Ilmu-ilmu murni berhadapan dengan ilmu pengalaman (empiri). Ilmu-ilmu murni berdiri sendiri
lepas dari empiri, misalnya matematika.
2. Ilmu-ilmu pengalaman, berdasarkan pengalaman jadi obyeknya ialah gejala kehidupan
umpamanya : alam, gejala-gejala hidup atau situasi pendidikan.
A. Ilmu Pendidikan sebagai Ilmu yang Normatif
Mengapa ilmu pendidikan bersifat normatif ? karena memang ilmu pendidikan bercorak
normatif. Ilmu pendidikan itu selalu berurusan dengan soal siapakah "manusia" itu. Pembahasan
mengenai siapakah manusia biasanya termasuk bidang filsafat, yaitu filsafat antropologi. Karena
pandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik
atau suatu bangsa yang melaksanakan pendidikan. nilai yang dijunjung tinggi ini dijadikan
norma untuk menentukan cirri-ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktek pendidikan.
Untuk menjelaskan sistem nilai menjadi norma bagi pendidikan maka di bawah ini
disajikan beberapa uraian sebagai berikut :
1. Mengapa di Yunani kuno orang sangat mementingkan tujuan pendidikan yaitu pembentukan
warga negara yang kuat. Jadi yang utama adalah pendidikan jasmani, karena dalam tubuh yang
sehat terdapat jiwa yang sehat (mensana incorporore sano).
2. Bila kita melihat pada abad 17, 18, dan 19 di Eropa Barat nampak pengaruh rasionalisme
yang sangat kuat. Mereka memandang manusia adalah makhluk berfikir (homo sapien). Orang
sangat menjunjung tinggi akal, baik akal teoritis dan praktis. Dengan akal manusia menghasilkan
pengetahuan. Dan dengan pengetahuan manusia dapat berbuat baik dalam pengertian sempurna.
Dengan demikian ilmu pendidikan diarahkan pada perbuatan mendidik yang bertujuan.
Dan tujuan itu ditentukan oleh nilai yang dijunjung tinggi oleh seseorang sedang nilai itu sendiri
merupakan ukuran yang bersifat normative maka dapat ita tegaskan bahwa ilmu pendidikan
masalah ilmu yang bersifat normatif.
B. Ilmu Pendidikan sebagai Ilmu yang Bersifat Teoritis/Praktis
Pada umumnya ilmu mendidik tidak hanya mencari pengetahuan deskriptif tentang obyek
didiknya. Jadi dilihat dari maksud dan tujuannya, ilmu mendidik boleh disebut ilmu yang praktif,
sebab ditujukan kepada praktek dan kepada perbuatan yang mempengaruhi anak didik.
Tetapi dalam ilmu mendidik secara teoritis para cerdik pandai mengatur dan
mensistemkan di dalam swa pikirnya yang tersusun sebagai pola pemikiran pendidikan.
pemikiran teoritis ini disusun dalam satu sistem pendidikan dan biasanya disebut ilmu mendidik
teoritis.
Para pendidik Genial itu sebenarnya juga menggunakan teorinya sendiri. Walaupun teori
itu belum disistematiskan, seorang maha guru ilmu mendidik Jra Guming pernah berkata : "teori
tanpa praktek adalah baik bagi kaum cerdik cendikiawan dan praktek tanpa teori hanya terdapat
pada orang gila dan para penjahat".
1. Bidang yang menyangkut tujuan pendidikan
Gambaran manusia bagi bangsa Indonesia ialah manusia Indonesia seutuhnya atau
manusia Pancasilais. Untuk mewujudkan tujuan itu maka melalui pendidikan formal disekolah
didirikan berbagai tingkat sekolah. Tiap tingkat sekolah mempunyai tujuan tersendiri dalam
rangka mencapai tujuan nasional. Biasanya rumusan tujuan terdapta dalam kurikulum tiap
tingkat sekolah dan disebut institusional. Setelah dirumuskan tujuan institusional, maka ada
tujuan kurikuler. Jabaran tujuan kurikuler itu menjadi tujuan instruksional umum.
2. Anak didik
Yang terpenting dalam uraian ini ialah pengenalan tentnag anak. Bahwa setiap anam
mempunyai persamaan tetapi juga perbedaan. Anak itu merupakan suatu kesatuan yang tak
terpisahkan. Dan ada pada anak itu kemungkinan untuk dididik. Sebagai contoh : bagaimana kita
dapat mempelajari proses pengidentifikasian dari seorang anak pada umur 3 tahun sampai masa
dewasa. Pengelolaan tentang anak sangat diperlukan dalam mempelajari ilmu pendiidikan.
3. Pengetahuan tentang diri pendidik sendiri
Saloman seorang tokoh pendidikan zaman percetakan (aufklarung) menuturkan dalam
bukunya yang bernama "Buku Kepiting" terlihat suatu gambar pada halaman buku seekor induk
kepiting dan anaknya yang sedang mengikuti induknya. Induk berkata pada anaknya : "Nak,
jalan ikut ibu", anak menjawab : "Ya, Bu, saya memang mengikuti jalannya Ibu, karena ibu
berjalan begitu maka saja juga berjalan demikian".
Dari anecdote ini ini dapat belajar untuk mendidik, bahwa contoh si pendidik sangat
besar pengaruhnya dalam proses didik. Oleh karena itu si pendidikan itu perlu mempunyai
pengetahuan tentang dirinya sendiri.
4. Pengetahuan tentang alat pendidikan
Alat pendidikan adalah segala usaha atau tindakan yang dengan sengaja digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan itu sangat perlu dipelajari karena ia merupakan
salah satu pembantu proses didik.
5. Pengetahuan tentang lingkungan
Penelitian terhadap lingkungan dan penciptaaan lingkungan yang memungkinkan
berlangsungnya proses didik adalah satu tugas ilmu pendidikan karena lingkungan juga ikut
membentuk pribadi anak didik.
BAB III
DASAR-DASAR FILOSOFIS KEPENDIDIKAN
Apabila orang tua menyarankan anaknya agar melanjutnya ke IKIP, maka mereka
berharap agar anaknya menjadi seorang guru yang baik. Oleh sebab pekerjaan guru adalah
pekerjaan paling mulya. Sesuai dengan filsafat hidupnya yang menjunjung tinggi nilai sikap
pengabdian, yaitu memberikan pelayanan jasa pada masyarakat dan kemanusiaan.
Dengan demikian, setiap tingkah laku manusia selalu didapatkan dan diwarnai oleh nilai-
nilai yang bersumber dari filsafat hidupnya dan selalu berusaha untuk menanamkan sistem nilai
tersebut pada orang lain. Itulah sebabnya setiap kegiatan mendidik dipandang sebagai kegiatan
yang bersifat normatif, yaitu proses menanamkan norma-norma kehidupan sesuai dengan dan
bersumber pada dasar-dasar filsafat yang dimilikinya.
A. Filsafat sebagai Ilmu dan Metode Berfikir
1. Anekdote ruang kuliah filsafat
a. Bahwa bahan filsafat memang sebenarnya ada, tetapi daya kemampuan berfikir
manusia sangat terbatas, sehingga tidak mampu mengadakan sambungan
pemikiran.
b. Bahwa bahan filsafat tidak dapat dipahami karena kesalahan dalam cara
bekerjanya pikiran mahasiswa, sehingga bahan ada tidak ditemukan.
c. Bahwa mungkin bahannya tidak ada karena hanya hasil spekulasi, tetapi
mahasiswa percaya bahwa bahan itu ada, sehingga dasarnya bukan pengertian
tetapi kepercayaan, paradok bukan, tetapi kenyataan memberikan bukti betapapun
benar kenyataan tentang sesuatu bila tidak dilandaskan kepercayaan menjadi tidak
benar.
d. Bahwa bahannya tidak ada, tetapi mahasiswa percaya ada dan benar, meskipun
salah, dan tidak ada memang.
2. Apakah filsafat dan metode filsafat
a. Definisi konsepsional filsafat
J.A. Leighton mendefinisikan filsafat sebagai "a word view, or reasoned conception of
the whole cosmos, and life view, or doctrine of the values, meanings, and purposes of human
life". Yang merupakan sistematika filsafat yaitu metafisika, ethika, dan logika yang artinya
secara berturut-turut adalah teori tentang kosmologi dan ontology, tentang nilai moral dan ajaran
berfikir filosofis, yaitu logika formal aristoteles dan logika materiak, instrumental dan logika
simbolis dari George Boole dkk.
Tentang nilai yang disebutkan sebagai ethos, maka definisi filsafat adalah "the symbolic
expression of culture", sebagai arti suatu konsep tidak mungkin berdiri sendiri dan selalu
dikaitkan dan berkaitan dengan latar belakang.
b. Definisi analisis operasional
Filsafat sebagai metode berpikir, salah satu daya jiwa manusia yang paling dapat
dipercaya dan yang telah menghasilkan ilmu filsafat adalah piker dan pikiran, tetapi dikenal
berbagai jenis dan tingkat pikir.
Filsafat sebagai sistem, sejalan dengan filsafat sebagai metode berpikir, maka filsafat
dalam pengertian sistem terdiri atas tiga aspek yang saling berkaitan. Tiga aspek kategori
metafisika yang menjawab masalah kosmologi dan ontology ethika yang menjawab persoalan
nilai agama atau tingkah laku dan kategori logika yang menjelaskan sumber, alat dan kriteria
ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir logis rasional.
Filsafat sebagai aliran dan atau teori, karena variasi teori tentang kategori-kategori
sistematika filsafat di atas, menyebabkan tumbuhnya bermacam-macam aliran filsafat seperti
idealisme, rasionalisme, realisme, empirisme, pragmatisme, materialisme, dan eksistensialisme.
3. Bahaya mempelajari filsafat
Setelah mempelajari sistem-sistem filsafat kita pada kenyataan terdapatnya sistem nilai
ganda. Artinya dikembangkan baik penegah hukum, maupun pelanggar hukum. Dengan kata lain
perbedaan antara kedua jenis manusia di atas tidak terletak pada tingkah lakunya, tapi ditentukan
oleh kenyataan sudut tinjaunya.
Kemudian bahaya kedua adalah deviasi filosofis memberikan akibat fatal dalam
kenyataan tingkah laku manusia baik sebagai individu atau warga negara. Bagi orang idealisme
yang absolut seperti Hegel martabat manusia hanya terealisir apabila manusia meluluhkan diri
pada sang absolut, yang transcendental, sedang Max (Marx) berpandangan bahwa manusia dapat
bergelar manusia selama mereka meluluhkan diri ke dalam organisme negara absolut dan
materialistis. Tetapi Dewey menentang semua deminasi apapun, dia berkeyakinan bahwa
manusia pada dasarnya bernilai absolut, artinya sangat menjunjung martabat individu.
Bahaya ketiga adalah dengan selesainya mata kuliah filsafat, manusia merasa telah
memiliki "jiwa" ilmu filsafat, bahkan mengangkat diriya sebagai filosof. Oleh sebab semakin
manusia ahli teori ethika tambah tidak ethis secara filosofis.
B. Ilmu Filsafat Pendidikan
1. Ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif
Postulat di atas memberikan gambaran bagaimana hubungan antara agama, filsafat dan
kebudayaan yang dapat dijadikan atau mendasari pertimbangan dalam merumuskan pendidikan
dan tujuan-tujuan pendidikan yang secara umum merupakan pokok-pokok masalah dalam ilmu
filsafat pendidikan.
Untuk menjelaskan postulat di atas, dapat dibaca pokok-pokok pikiran di bawah ini :
a. Sebagai ilmu pengetahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah atau ukuran
tingkah laku perbuatan manusia.
b. Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan menanamkan norma perbuatan yang
didasarkan pada filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan.
c. Ilmu pengetahuan yang dapat dimasukkan ke dalam ilmu pengetahuan normatif meliputi agama,
filsafat dengan segala cabang yaitu metafisika, ethika, esthethika dan logika.
2. Mengapa filsafat pendidikan
Mengapa ilmu filsafat pendidikan harus dipelajari oleh setiap guru/pendidik. Pokok-
pokok pikiran tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bahwa setiap manusia individu harus bertindak secara sadar dan terarah tujuan yang pasti serta
atau keputusan batinnya sendiri.
b. Setiap individu harus bertanggung jawab, termasuk tanggung jawab dalam pendidikan yang
tinggi rendahnya nilai mutu tanggung jawab tersebut akan banyak ditentukan oleh sistem dasar
nilai norma yang melandasinya.
3. Pendekatan-pendekatan filsafat pendidikan
a. Pendekatan tradisional
1) Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah filsafat, sehingga untuk mempelajari filsafat pendidik
haruslah memiliki pengetahuan dasar tentang filsafat.
2) Bahwa kenyataan yang essensial baik dan benar adalah kenyataan yang tetap, kekal dan abadi.
3) Bahwa nilai norma yang benar adalah yang absolut, universal dan obyektif.
b. Pendekatan progresif
1) Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah sosiologi, atau filsafat sosial humanisme ilmiah yang
skeptis terhadap kenyataan yang bersifat metafisis transcendental.
2) Bahwa kenyataan adalah perubahan, artinya kenyataan hidup yang esensial adalah kenyataan
yang selalu berubah dan berkembang.
4. Nilai manfaat filsafat pendidilan
a. Bahwa "unexamined life is not worth while living", artinya hidup tanpa perenungan adalah suatu
kehidupan yang kurang bobot.
b. Bahwa berbuat salah tetapi tahu atau sadar akan kesahannya, lebih baik dari pada berbuat baik
tapi tidak tahu letak kebaikannya.
BAB IV
DASAR-DASAR SOSIAL PENDIDIKAN
Dasar-dasar sosial sebagai suatu rumpun masalah pendidikan merupakan bidang studi
sosiologi pendidikan. Nama lain untuk cabang ilmu pengetahuan ini adalah hubungan sekolah
dengan masyarakat, yang melandaskan diri pada dasar pemikiran bahwa sekolah tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat.
A. Hukum Hubungan Sekolah dan Masyarakat
1. Bahwa perubahan lingkungan fisik, sosial, politik, dan ekonomi akan menentukan atau
membawa perubahan konsepsi manusia tentang pendidikan.
2. Bahwa perubahan konsepsi manusia tentang kehidupan akan menentukan atau merubah konsepsi
manusia tentang pendidikan.
3. Bahwa perubahan dalam konsepsi dan tujuan merupakan akibat, ditentukan oleh atau sebagai
suatu usaha perubahan penyesuaian terhadap perubahan lingkungan dan tujuan hidup manusia.
Dengan demikian pendidikan adalah kegiatan sosial dan lembaga pendidikan merupakan
lembaga sosial, sehingga perubahan sosial di luar empat segi tembok gedung sekolah tidak dapat
dipisahkan dan selalu merupakan sebab dari perubahan penyesuaian di dalam tembok gedung
sekolah. Perubahan di luar tembok gedung sekolah merupakan akibat atau hasil perubahan
pengaruh dari perubahan lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan politik maupun
perkembangan industri dalam kehidupan ekonomi dalam suatu masyarakat.
B. Beberapa Konsep Pendidikan
1. Pendidikan adalah kegiatan memperoleh dan menyampaikan pengetahuan, sehingga
memungkinkan kita dari generasi yang satu kepada yang berikutnya.
2. Pendidikan adalah proses dimana individu diajar sikap setia dan taat beragama dengan mana
pikiran manusia ditata dan dibina.
3. Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan di mana individu diberi pertolongan untuk
mengembangkan kekuatan, bakat kemampuan dan minatnya.
4. Pendidikan adalah pembangunan kembali pengalaman, sehingga memperkaya arti
perbendaharaan pengalaman yang dapat meningkat kemampuan dalam menentukan arah tujuan
pengalaman selanjutnya.
5. Pendidikan adalah proses di mana seseorang diberi kesempatan menyesuaikan diri terhadap
aspek kehidupan lingkungan yang berkaitan dengan kehidupan modern, untuk mempersiapkan
agar berhasil dalam kehidupan orang dewasa.
C. Sumber-sumber Sosial Problema Pendidikan
1. Faktor-faktor sosial dari kemajuan murid
Hasil belajar murid, kemajuan atau kemunduran, ditentukan oleh beberapa faktor sosial,
baik yang terdapat dalam sekolah maupun yang di luar sekolah. Faktor kedua adalah keadaan
keluarga pelajar, seperti jumlah saudara, tingkat status sosial akademis dan ekonomis dan pola
pendidikan serta sikap orang tua terhadap pendidikan. Fktor ketiga adalah kelompok masyarakat
yang biasa disebut pergaulan, positif atau negative pengaruh yang diberikan oleh kelompok ini
terhadap kemajuan anak di sekolah banyak kaitannya dengan jenis dan jumlah kegiatan yang
dilakukan oleh mereka.
2. Faktor sosial dari kemajuan guru
Kemajuan guru ditentukan pula oleh faktor bagaimana kebijaksanaan dan pemberian
tuntunan oleh seorang guru serta relasi personalisasi administrative pendidikan dan ini meliputi
kelayakan tentang pertumbuhan jabatan guru, apakah didasarkan atas masa kerja atau hasil karya
mereka.
3. Faktor sosial dari kemajuan sekolah
Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri yaitu tidak ada 2 sekolah yang dapat
dikatakan sama, oleh sebab itu lingkungan di mana sekolah didirikan atau berperanan tidak
mungkin sama dan tentu bervariasi. Padahal keadaan sosial pada suatu ketika memberikan
pengaruh yang penting terhadap apa yang terdapat d dalam kelas dan sekolah.
BAB V
DASAR-DASAR PSIKOLOGIS DALAM PENDIDIKAN
A. Hukum-hukum Dasar Perkembangan Kejiwaan Manusian
Sejak proses terjadinya konsepsi sampai mati, anak akan mengalami perubahan karena
bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan itu bersifat jasmaiah maupun kejiwaannya. Proses
perubahan itu terjadi secara teratur dan terarah, yaitu kea rah kemajuan bukan kemunduran.
Pertumbuhan merupakan peralihan tingkah laku atau fungsi kejiwaan dari yang rendah ke tingkat
yang lebih tinggi. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang hukum-hukum dasar
perkembangan kejiwaan manusia agar tindakan pendidikan yang dilaksanakan berhasil guna dan
berdaya guna. Adapun hukum dasar yang perlu kita perhatikan dalam membimbing anak dalam
proses pendidikan.
1. Bahwa tiap-tiap anak itu memiliki sifat kepribadian yang unik, artinya anak memiliki sifat khas
yang dimiliki dirinya sendiri dan tidak dimiliki anak lain.
2. Bahwa tiap-tiap anak itu memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Mereka memiliki potensi-
potensi yang berbeda dan bervariasi meskipun mereka mempunyai usia kalender yang sama,
tetapi kemampuan mentalnya tidak sama.
B. Proses Pendidikan Autoaktifitas
Manusia merupakan makhluk yang aktif, di dalam diri seseorang terdapat kekuatan yang
menjadi daya penggerak yang disebut motivasi. Proses pendidikan adalah salah satu aktivitas
manusia. Fungsi motivasi dalam proses pendidikan adalah membangkitkan dorongan untuk
melakukan aktivitas pendidikan.
C. Pendidikan, Pengajaran, Perubahan Tingkah Laku
Pendidikan merupakan proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan perubahan
tingkah laku yang diharapkan. Hasil pendidikan yang berupa perubahan tingkah laku meliputi
bentuk kemampuan yang menurut taksonomi Bloom diklasifikasikan dalam 3 domain :
1. Kemampuan kognitif, yang termasuk dalam kemampuan ini adalah mampu mengingat apa yang
dipelajari, mampu menangkap makna dari yang dipelajari, mampu menggunakan hal yang sudah
dipelajari, mampu merinci hal yang dipelajari supaya struktur, organisasinya dapat dimengerti,
mampu mengumpulkan bagian-bagian untuk membentuk kesatuan baru dan mampu menentukan
nilai yang dipelajari untuk tujuan tertentu (mengetahuan, memahami, mengetrapkan, mengalisis,
mensistesis, mengevaluasi).
2. Kemampuan afektif, yang termasuk dalam kemampuan ini antara lain :
a. Menerima : kesediaan untuk memperhatikan
b. Menanggapi : aktif berpartisipasi
c. Menghargai : penghargaan kepada benda, gejala, perbuatan tertentu
d. Membentuk : memadukan nilai-nilai yang berbeda menjadi nilai yang bersifat konsisten
e. Berpribadi : mempunyai nilai untuk mengendalikan perbuatan.
3. Kemampuan psikomitor, yang termasuk kategori ini adalah kemampuan menyangkut kegiatan
otot (fisik) secara singkat dapat dikatakan, bahwa kemampuan psikomotor ini menyangkut
kegiatan fisik yang meliputi kegiatn melempar, menekuk, mengangkat, berlari dan sebagainya.
BAB VI
KONSEP PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Pendidikan adalah lembaga dari usaha pembangunan bangsa dan watak bangsa.
Pendidikan yang demikian mencakup ruang lingkup yang amat komprehensif, yakni pendidikan
kemampuan, mental, piker, kepribadian manusia seutuhnya.
Konsepsi pendidikan seumur hidup (life long education) mulai dimasyarakat melalui
kebijakan negara (Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 JO Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978,
tantang GBHN) yang menetapkan prinsip-prinsi pembangunan nasional.
A. Pendidikan Manusia Seutuhnya
Teori ilmu jiwa mengajarkan bahwa kepribadian manusia merupakan satu kebulatan
antara potensi-potensi lahir bathin bahkan juga jasmani dan penampilannya. Kepribadian
manusia ialah suatu perwujudan keseluruhan bagi manusianya yang unik, lahir batih dan dalam
antar hubungannya dengan kehidupan sosial dan individualnya. Pengertian demikian tersirat
dalam ungkapan "ia tidak mempunyai kepribadian". Padahal istilah dan konsepsi kepribadian,
hanyalah suatu konsep kejiwaan yang belum diberikan persyarakatan dan predikat apapun.
Membahas pendidikan manusia seutuhnya, sebenarnya adalah menganalisa secara
konsepsional (teoritis dan praktis) apa dan bagaimana perwujudan manusia seutuhnya. Konsepsi
tradisional, seutuhnya (kebulatan) dimaksud ialah kebulatan atau integrasi antara aspek
jasmaniah dengan rohaniah, antara akal dengan keterampilan.
B. Dasar-dasar, Tujuan dan Implikasinya
1. Dasar-dasar
a. Dasar-dasar filosofis
Bahwa sesungguhnya secara filosofis (filsafat manusia) hakekat kodrat martabat manusia
merupakan kesatuan kesatuan integral potensi-potensi.
b. Dasar-dasar psikofisis
Dasar-dasra psikofisi adalah dasar-dasar kejiwaan dan kejasmanian manusia. Realitas
psikofisis manusia menunjukkan bahwa pribadi merupakan kesatuan antara beberapa potensi-
potensi.
c. Dasar-dasar sosio budaya
Segi-segi sosio budaya bangsa ini mencakup :
(1) Tata, nilai warisan budaya bangsa yang menjadi filsafat hidup rakyatnya seperti nilai ketuhanan,