-
EKONOMI ! f e ; i i
Volume 3, No. 3 Th. 2000
P E N G E M B A N G A N USA H A KF.CIL DAI AM
P E R S P E K T IF K E W IR A 0 S A H A A N
l'ifUvllli : I ' i i i
SA M PL IN G YANG M EM ADAI AGAR GENERALISAS1
M E N U JU POPULASI M E N J A p I M AKSIM AI.
Nuriviyanta !
A U D I! S E K T O R PUBLIK : V ALUE FO R MOtSEY A U DIT
DALAM R A N G K A OTO N O M I DAERAH
| i : I
DAN PEM ANFAATANNYA DI PER U SA H A A N
1 M e v i i l i n d a A . F .iim i!
FIT A N D P R O P E R T E S T BAGI PEJABAT
P E R B A N K A N DI IN D O N E SIA
i \
-
> w
I K O N O M I J A N A V I S I
Pelindung Dok in l-akullas H konom i Dr H llasri, MM
k e lu a lll D ts S uqad in ian . MM
Jsw ab K elua D ivisi P & P |>r* V anuar Saksono, MM
D r w an R edaksi l'tt'V ( I M ) Sied|.Ui> Stisrodthardjo ,
SU , M A
Ih n M S upan n o k o . M A , Pli I)
R edaksi Pelaksana Dt* W innuadji, M A
Dt* II H itm rolic H arun, M Sc De* Suiiidi. Akt
Sekretaris Artel la d la su lu d ie n , SH
I vi (.iravitiani, SH
I lu lnm gan M asyarakat Kelua
D rs D anang W ahyudi
Anggota :Dra K artinah
iiu rhanud in , SH Rini R aharti, SH
M cyulinda A Hlim, SH
DI I I Rltl I KAN D IV ISI P AL- P PI N tikA JIAN DAN PI N(l M
IJAN .AN I KOMOMI
I A K III I AS I KDNDMI I INIVI RSI I AS IANAIIM)R
-
JURNAL EKONOMI JANAVISI
VOLUME 3 NO. 3, 2000
DAFTARISINAMA HAL JUDUL
Ridwan 1 - 8 Pengembangan Usaha Kecil Dai ain Perspektif
Kewirausahaan
Nurwiyanta 9 - 2 4 Sampling yang Memadai Agar Generalisasi
Menuju Populasi Menjadi Maksimal
Attaulah 2 5 -4 4 Audit Sektor Publik: Value For Money Audit
Dalam Rangka Otonomi Daerah
Meyulinda A. Elim 4 5 -5 6 Pengembangan Teknologi 1 n formasi
Dan Pemanfaatannya di Perusahaan
Koestomo Koesno 5 7 -6 6 Fit and Proper Test Bagi Pejabat
Perbankan di Indonesia
Prajoto 6 7 -7 6 Yayasan Sebagai Subyek Pajak
Didit Welly Udjianto 7 7 -9 2 Pajak Daerah Dalam Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman
(1995 - 1999)
-
SKKAPUR SIRIII
Waktu terus berlalu daii berjalan kedopan, banyak orang
berpengharapan lup senang, bahagia dan berkecukupan selama-lamanya
atau abadi, tapi realita i>{< ubmb adalah perubahan, dan
perubahan itu sendiri yang membuat manusia c*ii)di multi-kotomi
dalam ruang, status sosial-ekonomi, jenjang, golongan, lompok dan
lainnya akibat un-certainty dan un-predictable waktu yang masih
tcprt
l'emenuhan kebutuhan-kebutuhan (needs) dan mewujudkan keinginan-
lltgman (wants) dibutuhkan kemampuan visionary on the future,
perencanaan
yang realitas, fleksibilitas yang dinamis terukur dan
mengakomodasi rbfigm kepentingan secara proporsional (democracy),
untuk itu kita berusaha ih* (o he a good economic man tapi juga
dilandasi law-politic-culture-ideology- foty soclo- based yang
inter-linkage, sehingga dapat to be a leader o f the Mrttfi'.dalatn
memimpin, berinteraksi dan berhubungan dengan sesama yang tftnniiat
bagi lingkungan.
iumal-jumal ekonomi seperti janavisi ini hanya sebagai salah
satu wahana piimhuman wacana pencapaian dan mewujudkan_a high
quality o f life luixtisnya manusia-manusia indonesia baik sebagai
warga bangsa maupun warga egtti'n. untuk itu harapan redaksi adalah
jagalah, peliharalah, tumbuhkanlah dan cmbangk^nlah media ini oleh
kita ,bukan hanya saya ,kami atau dia tetapi kita tvtfas akademika
khususnya lingkungan ekonomi sebagai co-determinant cbcrhasilan
REDAKSI
-
PENGEM BANGAN USAHA KECIL DALAM PERSPEKTIF KEWIRAUSAHAAN
Ridwan
ABSTRAK
Sektor usaha kecil diyakini menjadi katup pengaman di saat
krisis ekonomi melanda Indonesia. Sementara industri menengah dan
besar satu persatu ambruk, usaha kecil dapat bertahan menghadapi
terpaan badai krisis. Namun demikian berbagai kendala masih
dihadapi usaha kecil dalam upaya pengembangannya. Program ekonomi
yang diluncurkan pemerintah belum sepenuhnya memihak pada upaya
pengembangan usaha kecil. Selain itu /aktor internal (antara lain:
faktor kewirausahaan) juga masih menjadi penghalang berkembangnya
usaha kecil di Indonesia. Faktor kewirausahaan pengusaha kecil
sangat menentukan keberhasilan pengembangan usaha kecil. Potensi
kemampuan kewirausahaan dinilai berdasarkan kemampuan pengusaha
kecil dalam membuat keputusan, kemandirian, keberanian mengambil
risiko, kemampuan beradaptasi, kemampuan dalam menghadapi
tantangan, penghargaan terhadap waktu, orientasi ke depan,
penghargaan terhadap pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
ketekunan dan orientasi pada tujuan. Diperlukan program yang
komprehensif dan bersifat langsung dalam upaya pemberdayaan usaha
kecil.
Kata kunci : usaha kecil, katup pengaman, kewirausahaan, program
yang kom prehensif
PEN DAHULUANFenomena yang dihadapi usaha kecil tidak terlepas
dari fenomena
proses pembangunan nasional. Dalam menganalisis permasalahan
usaha kecil haruslah menyentuh aspek-aspek mendasar dari
perekonomian nasional, karena dalam banyak hal kelancaran usaha
mereka juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan makro ekonomi dan
konstelasi politik di tanah air.
Pada umumnya usaha kecil tidak mampu untuk berkembang dinamis
sehingga bisa mencapai laba yang lebih besar menjadi usaha menengah
dan
IV Vnt No l, Desember 2000 -----
-------------------------------------- 1
-
>mt Sebaliknya, untuk menjadi usaha besar tidak perlu
bersusah payah rangkak dari usaha kecil Sehingga yang terjadi
proses pertumbuhan usaha m# terhambat, bukan proses yang kontinum,
melainkan terpatah-patah peili a nak langga. Sebagai akibatnya,
terjadilah kekosongan yang besar di ngah (hollow middle) (Faisal
Basri, 1995). Fenomena ini terjadi karena ibagai taktor seperti
struktur proteksi yang berlaku di industri Indonesia ing berat
kepada industri besar dan kendala sosio-kultural yang cenderung
Mghambat dinamika kewirausahaan.
Hingga kini pemerintah memang telah menempuh serangkaian upaya
tng memungkinkan usaha kecil untuk bertumbuh. Namun dalam
elitksanaan program-program tersebut masih dijumpai sejumlah
cnmasalahan yang menyebabkan tujuan dari upaya-upaya tersebut tidak
akan ircapai secara optimal.
I lal tersebut antara lain disebabkan oleh pengenalan atau
pemahaman srhiulap usaha kecil yang masih terkotak-kotak atau belum
komprehensif, dahal dinamika di dalam perekonomian Indonesia
ditandai oleh peran yang dttk bisa diabaikan dari usaha kecil ini.
Perkembangan terakhir menunjukkan hwii efisiensi usaha kecil secara
keseluruhan menunjukkan peningkatan, ttn sebaliknya, industri besar
dan menengah justru mengalami penurunan ^fwltth juga merupakan
fakta bahwa output industri besar dan menengah yang ttekspor
mengalami penurunan. Dilihat dari komposisi ekspor Indonesia, ung
menunjukkan semakin dominannya produk-produk unskilled labor
ntensive, jelas bahwa hal tersebut merupakan satu pertanda
bahwasanya cranan usaha kecil dalam ekspor cenderung meningkat dan
tidak bisa liabaikan Dalam hal ini mereka bahkan lebih unggul dan
lebih pantas nendapat perhatian daripada usaha besar dan
menengah.
Kinerja yang telah dicapai oleh sektor usaha kecil seperti telah
lisebutkan di atas menunjukkan potensi dinamik mereka yang sangat
besar adahal, mereka tidak memperoleh proteksi sebagaimana usaha
besar dan nenengah dalam bentuk proteksi terhadap barang impor
Ditambah lagi lengan peranannya sebagai penyerap tenaga kerja
terbesar, semakin nenunjukkan bahwa memang usaha kecil perlu
memperoleh perhatian yang ebih besar dalam rangka pembinaannya.
Tidak dapat dipungkiri pula bahwasanya perkembangan suatu
konsekuensi logis dari mekanisme ekonom i ynag berlangsung dengan
berbagai arah kebijakan yang kerapkali tidak rasional secara
ekonomis.
IV Vol 1, No l, Desember ?.(M)() J
-
PERANAN IISAIIA K E C ILTidak terlalu mengejutkan jika jumlah
pengusaha kecil relatil' banyak,
tetapi hanya menguasai sebagaian kecil aset produktif' dan
menyumbang sebagian kecil dari produksi nasional. Data BPS tahun
1998 menunjukkan bahwa 61,1% dari produksi nasional dibentuk oleh
0,2% dari seluruh perusahaan yang ada di Indonesia Jumlah tersebut
sama dengan 66 428 perusahaan. Sementara itu, 98,8% sisanya, atau
sekitar 33,4 juta perusahaan yang ada di Indonesia hanya menguasai
sekitar 38,9% dari produksi nasional Kelompok 0,2% adalah kelompok
usaha besar dan sangat besar. Sedangkan 98,8% adalah kelompok usaha
kecil dan kecil sekali. Sementara itu struktm dunia usaha
menunjukkan skala usaha kecil-mikro menyumbang lapangan kerja 99,4%
dan menyerap tenaga kerja sampai 84%, namun hanya menyumbang PDB
sekitar 14%.
Kesenjangan tersebut menunjukkan struktur usaha nasional yang
timpang. Kondisi ini amat rentan dalam menghadapi persaingan dengan
negara luar. Dalam era globalisasi persaingan tidak dapat ditopang
oleh perusahaan besar saja, tetapi perlu dukungan perusahaan kecil
yang andai Hal-hal seperti inilah yang menjadi tantangan kita pada
masa-masa mendatang dalam meningkatkan kemajuan usaha kecil menjadi
satu kaitai dengan usaha besar yang menjadi dasar pembangunan
nasional yang kukuh
KEW IRAUSAHAAN PENGUSAHA KECILTelah disadari oleh kita bahwa
yang mempunyai peranan penting dalan
sebuah unit usaha adalah sumberdaya manusia. Bukan saja berapa
banyal manusia yang terlibat dalam unit usaha itu, tetapi yang
terpenting adala fungsi dan peranan manusia itu dalam mengelola
usaha tersebut Denga demikian, kita dibawa pada persoalan seberapa
jauh kemampuan, keahlia dan kreatifitas sang manusia itu dalam
usahanya menciptakai mengembangkan dan mempertahankan sebuah
usaha
Usaha kecil yang merupakan salah satu bagian dari sektor usaha
yar dominan di Indonesia, tidak lepas dari permasalahan sumberdaya
manusi Persoalan utama yang dihadapi usaha kecil adalah kurangnya
jiv kewirausahaan para pemiliknya (baca: pengelola). Apabila kita
menempatk; kewirausahaan dalam konteks usaha kecil, maka yang
menjadi penting di si adalah dapatkah kila menemukenali lungsi dan
peranan kcwirausaha; pengusaha kecil dalam wawasan kebangsaan
Yakni, yang secara konleksli
IV Vol l Mo
-
lutlgsi dan peranan itu berhadapan dengan problema sosial
ekonomi musyarakat Indonesia. Terutama, dalam perspektif
menyongsong era Indonesia Baru
Masalah kewirausahaan pengusaha kecil banyak mengundang
(KMdebutan di Indonesia. Hal ini dimulai ketika Boeke (Anne Booth,
1990) mengemukakan teori dualismenya dengan mengatakan bahwa orang
Indonesia asi i, setidak-tidaknya orang Jawa, jarang menjadi
wirausahawan yang baik karena mereka kurang peka terhadap
rangsangan-rangsangan ekonomi, kurang berani mengambil resiko dan
kurang menghargai imbalan- imbalan kebendaan. Digambarkan pula
bahwa perkembangan usaha wirausahawan Indonesia dipengaruhi oleh
pengertian mengenai tingkat kesejahteraan tradisonal yang
ditentukan oleh faktor-faktor budaya. ditambah dengan berbagai
akibat negatif dari kebijaksanaan pemerintah dan perkembangan
perusahaan-perusahaan konglomerasi, telah mengakibatkan
terhambatnya perkembangan usaha wirausahawan Indonesia ini . Dengan
lain perkataan, golongan wirausahawan Indonesia (baca: pribumi)
terhambat pertumbuhannya oleh faktor-faktor dan sikap budaya
tradisional dan juga oleh peikembangan perusahaan-perusahaan
konglomerasi yang lebih besar dan lebih ellsien serta akibat
kebijaksanaan pemerintah sendiri yang kurang membantu pertumbuhan
yang sehat bagi sektor usaha swasta (kecil) Indonesia.
Lebih jauh Boeke mengatakan bahwa sikap dasar penduduk asli
Indonesia dipengaruhi oleh pendapat bahwa kebutuhan manusia itu
terbatas (Imiited wants). Apabila kebutuhan yang terbatas ini sudah
terpenuhi maka tidak ada lagi keinginan untuk mendapatkan
penghasilan yang lebih besar, dan oleh karena itu tidak akan ada
sikap baru terhadap kesempatan ekonomi lainnya
Selanjutnya yang menjadi pertanyaan kita adalah apakah
kewirausahaan itu'> Siapakah mereka? Beberapa definisi yang
relevan dapat dikemukakan dis i n i
Tidak seorangpun yang tahu kapan pertama kali istilah
kewirausahaan diperkenalkan. Yang menarik, sejak Abad Pertengahan
hingga 1961, wirausahawan senantiasa diartikan sebagai pengambil
risiko (risk taker). Kecuali, pengertian yang dikenalkan Joseph
Schumpeter (dikutip dari Fadel Muhammad, 1992) yaitu dengan atribut
baru: inovator. Mengikuti jalan pikiran Schumpeter, Peter Drucker
mendefinisikan wirausahawan sebagai seseorang yang berfokus pada
peluang, bukan pada risiko Dan Drucker-lah
IV Vol t. No i, D ew m hn 2000 *
-
yang mengingatkan kita pertama kali bahwa wirausahawan bukanl;
pengambil risiko. melainkan penentu risiko.
Fadel M uhammad (1992) mengidentifikasi tujuh ciri-ciri pokok
yai merupakan identitas yang melekat pada sosok seseorang
wirausahawa Pertama, kepemimpinan. Faktor kunci kewirausahaan
adalah kepemimpiua yaitu memiliki orientasi hubungan personel dan
orientasi terhadap tujuan
-
dnlam pengertian pekerja keras. Itu menandakan cara kerja yang
efisien dan cfektif, atau dengan kata lain bekerja secara ekonomis
dengan mencapai hasil miiksimal
Keenam, visi masa depan. Seorang wirausahawan senantiasa
memiliki vixi masa depan. Visi pada hakekatnya merupakan
pencerminan komitmen- kompetcnsi-konsistensi. Yaitu, bahwa seorang
wirausahawan senantiasa setia pada komitmennya dengan melakukan
kegiatan-kegiatan yang hanya ada kompetensinya dengan pengembangan
dirinya. Dengan demikian, ia senantiasa tampil konsisten.
Ketujuh, sikap terhadap risiko. Seorang wirausahawan adalah
sebagai seseorang yang opportunity focused. Bukan risk focused,
atau pengambil usiko Mereka ketika menetapkan sebuah keputusan,
telah memahami secara sadar risiko yang bakal ia hadapi, dalam arti
risiko itu sudah dibatasi dan terukui Kemudian dengan inovasi demi
inovasi, kemungkinan munculnya liuiko itu diperkecil. Jadi, inovasi
merupakan usaha yang kreatif untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya risiko.
I.ANGKAH KONKRETSektor usaha kecil di Indonesia diharapkan dapat
menjadi katup
pengaman dalam mengatasi masalah pengangguran Jumlah tenaga
kerja yang terserap pada sektor usaha kecil cukup besar. Hal ini
dikarenakan ketid.ik-mampuan sektor industri menengah dan besar
menyerap tenaga kerja yang tersedia khususnya tenaga kerja kurang
terampil. Menjadi penting bahwa kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi
pemerintah haruslah lebih diarahkan untuk mengembangkan dan
memperbaiki sektor usaha - kecil dalam hubungannya dengan sektor
industri menengah dan besar.
Keberadaan usaha kecil di Indonesia yang sebagian besar
pengelolaan usahanya dijalankan oleh penduduk asli (baca: pribumi)
tidak lepas dari sikap budava yang melatar belakangi kehidupan
mereka Sikap cepat puas, tidak berorientasi pada kualitas, kurang
inovasi dan budaya ikut-ikutan merupakan ccrmin dari pengusaha
kecil Indonesia. Hal tersebut tentu saja dapat menjadi penghambat
bagi mereka dalam mengembangkan usahanya. Oleh karenanya diperlukan
upaya-upaya pembinaan yang kom prehensif dan terus-menerus berupa
pelatihan-pelatihan dan pendampingan kepada pengusaha kecil agar
sikap kewirausahaan pengusaha kecil dapat diperbaiki dan
ditingkatkan khususnya dalam hal keberanian mereka mengambil risiko
dan sikap hemat (baca pembentukan modal)
IV Vnl \ N o I I)t!neiitbi 2(MK)
-
Upaya yang perlu dirumuskan untuk pembinaan dan pemberdaya.
usaha kecil harus mengarah pada upaya yang bersifat langsung, yaitu
upa yang arah, penerapan serta dampaknya terkait langsung dengan
usaha kec Upaya ini dapat secara langsung memecahkan masalah
internal yang diluidi oleh usaha kecil. Upaya yang bersifat
langsung setidaknya meliputi langkti langkah: pemberian bantuan
pendanaan dan modal usaha stimulan, bantu pembinaan sumberdaya
manusia dan pendampingan, bantuan sarana d prasarana teknologi,
bantuan sistem informasi dan jaringan informasi u s (business
Information network), dan bantuan penguatan kelembag; masyarakat
dan aparat dalam menyelenggarakan kegiatan dalam lingkai
pemberdayaan usaha kecil.
Upaya tersebut perlu menjadi wadah langkah-langkah pembinaan usi
kecil, dalam rangka mengangkat derajat usaha kecil. Sementara itu,
upi untuk mengangkat derajat usaha kecil, harus berpijak dari
permasalahan ny yang kini dihadapi oleh usaha kecil, sejalan dengan
arah pembangii nasional. Langkah-langkah pembinaan usaha kecil
tersebut meliputi beber hal berikut: pemihakan dari pemberdayaan
bagi usaha kecil, menciptal akses bagi usaha kecil terhadap sumber
dana, menciptakan keterkaitan den usaha besar, serta menciptakan
lingkungan usaha dan bersaing yang adil sehat.
Dalam kaitan itu penting untuk dilakukan terhadap usaha kecil
adi bagaimana usaha kecil dapat memiliki bekal keterampilan bei
pembentukan j iwa kewirausahaan, pemahaman manajemen usaha,
pengua.' teknologi produksi, dan aspek pemasaran. Dengan kemampuan
ini usaha k dapat menjalankan usahanya secara efisien, produktif
dan sesuai der tuntutan pasar.
IV Vol t. No t, Desember 2(10(1
-
DAFTAR PUSTAKA
Annc, B & Peter M cCawley(eds), (1990), Ekonomi Orde Baru,
Jak a rta : LP3ES
lindan Pusat Statistik (1998), Statistik Ekonomi Indonesia,
Jakarta.
Bank Indonesia & PAU Ekonomi UGM (1999), Penelitian Dasar
Potensi Ekonomi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
litlsri, Eaisal, (1995), Perekonomian Indonesia Menjelang
AbadXXI, Distorsi l eluang Dan Kendala, Jakarta : Erlangga
Kfiendi.Tadjuddin Noer, (1993), Sumber Daya M anusia, Peluang
Kerja dan Kemiskinan, Yogyakarta: Tiara Wacana.
Uie, Kwik Kian, (1994), Anlisis Ekonomi Politik Indonesia,
Jakarta : ( iramedia Pustaka Utama.
Muhammad, Fadel, (1992), Industrial isas i & Wiraswasta:
Musyarakat Industri Belah Ketupat , Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Pandojo, Heijrahman Ranu, (1982), Wiraswasta Indonesia:
Sebuah
Renungan, Yogyakarta: BPFE-UGM
1 KJW Mi K