-
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS
PMR (PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK)
DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS KELAS V
MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL IKHSAN KOTA JAMBI
TESIS
Diajukan Sebagai SalahSatu Persyaratan Memperoleh Gelar
MagisterTeknologi Pendidikan
Oleh:
EKA SARTIKA PRAMONO SIMANJUNTAK MTP. 14.2.2172
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
-
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SULTHAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI
Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi
Jambi, 18 Juni 2020 Nama Pembimbing I : Prof. Dr. H. Martinis
Yamin, M.Pd Nama Pembimbing II : Dr. H. Kasful Anwar US. M.Pd
Alamat: Pascasarjana UIN STS Jambi Kepada Yth,
Jln. Arief Rahman Hakim Bapak Direktur Telanaipura Jambi
Pascasarjana UIN
STS Jambi di-
Jambi
NOTA DINAS
Assalamualaikum wr, wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan
persyaratan yang berlaku di pascasarjana UIN STS Jambi, maka
kami
berpendapat bahwa tesis saudara Eka Sartika Pramono dengan
judul
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS PMR
(PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK) DALAM MENINGKATKAN
KREATIFITAS KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL IKHSAN KOTA
JAMBI telah dapat diajukan untuk dimunaqasyahkan sebagai salah
satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister S2 Program Studi Pendidikan
Islam
Konsentrasi Teknologi Pendidikan Islam pada pascasarjana UIN STS
Jambi.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak, semoga
bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalamualaikum, wr, wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd Dr. H. Kasful Anwar US.
M.Pd
NIP. 196011031989031002 NIP. 19681204199403100
ii
-
iii
-
iv
-
v
PENGESAHAN PERBAIKAN UJIAN TESIS
Tesis dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Matematika
Berbasis PMR (Pembelajaran Matematika Realistik) Dalam
Meningkatkan
Kreativitas Belajar Siswa Kelas V MI Nurul Ikhsan Kota Jambi”
yang
dimunaqasyahkan oleh sidang Pascasarjana UIN STS Jambi pada:
Hari : Juma‟t
Tanggal : 11 Juni 2020
Jam : 20.00 s/d selesai
Tempat : Ruang Sidang Pascasarjana UIN STS Jambi
Nama : Eka Sartika Pramono Simanjuntak
NIM : MTP. 14.2.2172
Judul : Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis PMR
(Pembelajaran Matematika Realistik) Dalam Meningkatkan
Kreativitas
Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi.
Telah diperbaiki sebagaimana hasil sidang di atas dan telah
diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh
gelar
magister dalam konsentrasi Tekno logi Pendidikan Islam pada
Pascasarjana UIN STS Jambi.
PENGESAHAN PERBAIKAN UJIAN TESIS
No Nama Tanda tangan Tanggal
1 Dr. Mohd. Arifullah, M.Fil.I (Ketua Sidang)
2 Prof. Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd (Pembimbing I)
3 Dr. H. Kasful Anwar Us, M.Pd (Pembimbing II)
4 Dr.H. Syamsul Huda, M.Pd (Penguji I)
5 Dr. Shalahuddin, M.Pd.I (Penguji II)
P A S C A S A R J A N A UNIVERSITAS AGAMA ISLAM NEGERI (UIN)
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
Jl. Arif Rahman Hakim Telanai Pura Jambi
-
vi
MOTTO
Artinya :
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila
kamu
telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh
(urusan) yang lain.
vii
-
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, Atas Rahmat dan Hidayah-Nya Telah Tercapai
Cita-Cita
dan Segenggam Keberhasilan. Tiada Kata yang Terindah kecuali
Rasa
Syukur Kepada-Mu Ya Allah. Saya Persembahkan Tesis Ini Dengan
Hati
Yang Tulus Dan Ikhlas, Kepada:
Kedua Orang Tua Ayahanda Bahrum Simanjuntak dan Ibunda Erni
Pohan S.Pd. yang kusayangi dan kubanggakan, yang selalu
sabar
membimbing, mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih
sayang.
Suamiku tersayang Hamdan, yang sangat aku hormati dan aku
cintai, selalu mendampingi dan memberikan kekuatan dalam suka
dan
duka. Selalu sabar dalam segala usaha. Anakku tersayang Almira
Shazfa
dan Zidna Najifa sebagai kekuatan dan buah hati yang selalu
memberikan
semangat dan inspirasi. Dalam menyelesaikan tulisan ini.
Abang tercinta, Dr. Sumarto Pohan S.sos.I, M.Pd yang selalu
memberikan motivasi dan semangat sehingga penulis selalu
terpacu
untuk menyelesaikan penelitian ini.
-
ABSTRAK
viii
Eka Sartika Pramono, PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS
PMR (PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK) DALAM MENINGKATKAN
KREATIFITAS KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL IKHSAN KOTA JAMBI,
Tesis, Pendidikan Islam/Teknologi Pendidikan Islam, Pascasarjana
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi, 2020.
Pencapaian tujuan pembelajaran dalam praktiknya bukanlah
merupakan
hal yang mudah dicapai, terutama yang berkaitan dengan hasil
belajar (values). Hal terpenting yang harus dipelajari oleh guru
adalah bagaimana menyampaikan materi pembelajaran yang dapat
menarik minat dan motivasi siswa untuk mempelajarinya. Dengan
merasakan materi pembelajaran yang berarti dan bermakna, muncul
rasa ingin mempelajari atau mengetahui. Munculnya keinginan itu
dapat meningkatkan kreativitas siswa untuk mepelajari.
Penelitian ini merupakan penelitian pendidikan dan pengembangan
Research & Development (R&D) adalah penelitian kualitatif
dan kuantitatif yang dilaksanakan di MI Nurul Ikhsan Kota Jambi.
Teknik penarikan sampel menggunakan teknik validity dan reability
dengan jumlah sampel 3 guru dan 25 siswa. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah (1) Materi bangun ruang terpisah dengan
menghitung volume kubus dan balok; (2) jarak antara pembahasan
bangun datar dan bangun ruang sangat jauh; (3) contoh materi yang
digunakan dalam pembahasan bangun ruang harus relevan dengan
kehidupan nyata peserta didik; (4) gambar pada bangun ruang
tersebut tidak berwarna. Pengujian hipotesis menggunakan analisis
jalur dengan batas KKM 70.
Penelitian ini menghasilkan sebanyak 25 orang siswa,
memperolehnilaitertinggi 85, terendah 74, dengan rata-rata nilai
79,4 sedangkanpersentasekenaikannilaiadalah 15,4 %. Uji coba
perorangan dilakuan dengan mewawancarai 3 orang guru dan 3 orang
siswa.Uji coba lapangan dilakukan dengan melaksanakan tatap muka
pembelajaran sebanyak 10 kali pertemuan, yang diawali dengan
pre-test, dan diakhiri dengan post test, maka buku ajar mata
pelajaran Matematika berbasis Pembelajaran Matematika Realistik
(PMR) untuk kelasV semester I MI Nurul Ihsan tersebut efektif.
-
ABSTRACT
ix
EkaSartikaPramono, DEVELOPMENT OF MATH MATERIAL MATERIALS
BASED ON PMR (LEARNING MATHEMATICS REALISTIC) IN
IMPROVING CREATIVITY OF CLASS V MADRASAH IBTIDAIYAH
NURUL IKHSAN CITY OF JAMBI, Thesis, Islamic Education /
Islamic
Education Technology, Pascasarjana, UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi,
2020.
Achieving learning objectives in practice is not an easy thing
to achieve,
especially those related to learning outcomes (values). The most
important thing
that must be learned by the teacher is how to deliver learning
material that can
attract students' interest and motivation to learn it. By
feeling meaningful and
meaningful learning material, a sense of wanting to learn or
know arises. The
emergence of that desire can increase student creativity to
learn.
This research is an educational research and development
Research &
Development (R&D) is a qualitative and quantitative research
conducted at MI
NurulIkhsan, Jambi City. The sampling technique uses validity
and reliability
techniques with a sample size of 3 teachers and 25 students. The
hypotheses in
this study are (1) Material to build separate spaces by
calculating the volume of
cubes and beams; (2) the distance between the discussion of flat
shape and
space build is very far; (3) examples of material used in the
discussion of space
construction must be relevant to the real life of students; (4)
the images in the
room are colorless. Hypothesis testing uses path analysis with a
KKM limit of 70.
This study produced 25 students, obtained the highest score of
85, the
lowest 74, with an average score of 79.4 while the percentage
increase in value
was 15.4%. Individual trials were conducted by interviewing 3
teachers and 3
students. Field trials conducted by conducting face-to-face
learning as many as
10 meetings, beginning with pre-test, and ending with a post
test, the textbooks
of Mathematics based on Realistic Mathematics Learning (PMR) for
class V
semester I MI NurulIhsan were effective.
-
x
KATA PENGANTAR
Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan
untuk memperoleh gelar Magister (S2) konsentrasi Teknologi
Pendidikan
Islam (TPI) Program Studi Pendidikan Islam Pascasarjana
Universitas
Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
Penulisan tesis ini, dilandasi beberapa kajian literatur
yang
berhubungan dengan pengembangan bahan ajar matematika. Tesis
ini
ditulis berdasarkan pada penelitian dalam kurun waktu tiga
bulan, yang
dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ikhsan kota Jambi,
yang
bertempat di Jalan Masjid Nurul Ihsan Kelurahan Pematang
Sulur
kecamatan Telanaipura Kota Jambi, dengan judul: PENGEMBANGAN
BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS PMR (PEMBELAJARAN
MATEMATIKA REALISTIK) DALAM MENINGKATKAN KREATIFITAS
KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL IHSAN KOTA JAMBI.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak
yang
telah membantu demi kelancaran dalam penyelesaian tesis ini,
terutama
kepada yang terhormat.
Tesis ini disususn untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Magister (S2) Pendidikan Islam Konsentrasi
Teknologi
Pendidikan Islam pada PPs UIN STS Jambi. Selama proses
penyelesaian
tesis ini, banyak pihak yang telah memberikan kontribusi baik
langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Rektor UIN STS Jambi Bapak Prof Dr.H.Su‟aidi,M.A,PH.D.
2. Bapak Prof. Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd dan bapak Dr. H.
Kasful
Anwar US. M.Pd selaku Pembimbing I dan Pembimbing II
3. Para segenap dosen pengampu mata kuliah dan seluruh
civitas
akademika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan dan penyelesaian tesis ini.
4. Bapak Kesbanglinmas Provinsi Jambi dan Kepala Dinas Bina
Kesbang Provinsi Jambi yang telah memberikan Izin penelitian
-
xi
5. Kepala MI Nurul Ikhsan kota Jambi, Ibu Endang Susilawati
S.Pd.I
6. Para guru, staf, dan siswa kelas V MI Nurul Ikhsan kota
Jambi
7. Bapak Bahrum Pohan dan Ibu Erni Siahaan selaku orangtua
penulis
8. Suami saya (Hamdan) dan kedua putri saya (Almira Shazfa dan
Zidna
Najifa)
9. Dr. Sumarto Pohan, S.Sos.I, M.Pd.I dan Dr. Emmi
Nurkholilah
Harahap M.Pd.I selaku abang dan kakak ipar saya
10. Teman-teman seperjuangan Pascasarjana UIN STS Jambi
11. Semua yang tidak dapat peneliti sampaikan satu persatu.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan, saran dan
tanggapan
guna penyempurnaan tesis ini, akan penulis terima, semoga tesis
ini
dapat berguna bagi pembaca sekalian. Akhirnya penulis
ucapkan
terima kasih.
Jambi, 18 Juni 2020
Penulis
Eka Sartika Pramono
NIM.MTP.14.2.2172
-
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
.......................................................................................
i
Halaman Logo
........................................................................................
ii
Nota Dinas
.............................................................................................
iii
Persetujuan Pembimbing
.......................................................................
iv
Pernyataan Orisinalitas Tesis
................................................................
v
Pengesahan Perbaikan Tesis
................................................................
vi
Motto
......................................................................................................
vii
Persembahan.........................................................................................
viii
Abstrak Indonesia
..................................................................................
ix
Abstract Inggris
......................................................................................
x
Kata Pengantar
......................................................................................
ix
Daftar Isi
.................................................................................................
xi
Daftar Tabel
...........................................................................................
xiv
Daftar Gambar
.......................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah Produk dan Kondisi Awal Siswa
........... 13
C. Rumusan Masalah
.................................................................
13
D. Batasan Pengembangan Produk dan Fokus Penelitian .......
14
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
.......................................... 15
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori, Konstruks dan Indikator
............................. 17
B. Model Produk yang Dikembangkan (Model Pengembangan
Produk Dari Ahli)
....................................................................
43
C. Desain Spesifikasi Pengembangan Produk, Karakter dan
Kondisi yang Diharapkan
...................................................... 49
D. Penelitian yang Relevan
........................................................ 50
BAB III METODE PENELITIAN
-
xiii
A. Pendekatan Penelitian Pengembangan (Teori Metode
Penelitian Pengembangan)
................................................... 54
B. Populasi dan Sampel Penelitian Pengembangan Model
(Produk).
.................................................................................
54
C. Jenis dan Sumber Data
.......................................................... 60
D. Teknik Pengumpulan Data
..................................................... 60
E. Teknik Analisis Data atau Uji Keterpercayaan Data
.............. 63
F. Prosedur Pengembangan Produk
.......................................... 67
1. Studi Pendahuluan
............................................................ 67
2. Pengembangan Produk
.................................................... 68
3. Uji Coba, Evaluasi dan Revisi Produk
.............................. 75
4. Difusi Produk
.....................................................................
77
G. Rencana dan Waktu Penelitian
.............................................. 78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
...................................................... 80
B. Hasil Studi Pendahuluan
....................................................... 81
C. Hasil Pengembangan Model
................................................. 82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
............................................................................
124
B. Implikasi
.................................................................................
125
C. Rekomendasi
.........................................................................
129
D. Saran
.....................................................................................
130
Bagian Akhir
Daftar Pustaka
Lampiran
a. Sintetis dan Indikator Sesuai Tema Penelitian
b. Pedoman Observasi
-
xiv
c. Pedoman Wawancara
d. Catatan Lapangan Hasil Observasi
e. Catatan Lapangan Hasil Wawancara
f. Data Dokumen dan Pendukung
g. Hasil Analisis Data
-
DAFTAR GAMBAR
xv
Halaman
Gambar 1 Bangun Datar Persegi Panjang
.................................................. 40
Gambar 2 Bangun Datar Persegi
................................................................
41
Gambar 3 Bangun Ruang Kubus
................................................................
41
Gambar 4 Bangun Ruang Balok
..................................................................
42
Gambar 5 Tahapan Model Pengembangan Sistem Pembelajaran
(Instructional System Development/ISD)
................................... 44
Gambar 6 Langkah-Langkah Riset Evaluasi Formatif
................................. 62
Gambar 7 Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan
........................... 63
Gambar 8 Skenario Pengembangan Buku Ajar Matematika Berbasis
Kreativitas
...................................................................................
67
-
DAFTAR TABEL
xvi
Halaman
Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen Kreativitas Belajar Siswa
................................... 30
Tabel 2 Kriteria Kualifikasi Penilaian dan Skor Nilai
...................................... 56
Tabel 3 Jadwal Penelitian Tesis
....................................................................
70
Tabel 4 Biodata Ahli Materi
............................................................................
82
Tabel 5 Biodata Ahli Desain
..........................................................................
85
Tabel 6 Identitas Responden Guru (Teman Sejawat)
................................... 87
Tabel 7 Identitas Responden Siswa
..............................................................
88
Tabel 8 Hasil Uji Coba Kelompok Kecil (Small Group)
.................................. 92
Tabel 9 Lembar Penilaian Proses (Observasi Aktivitas Siswa)
..................... 95
Tabel 10 Penilaian Hasil Test Siswa Kelas V
................................................ 97
Tabel 11 Lembar Penilaian Proses Observasi Aktivitas Diskusi
Siswa ........ 99
Tabel 12 Penilaian Terhadap Proses Pembelajaran
..................................... 101
Tabel 13 Lembar Penilaian Perhatian, Keaktifan, dan Kemandirian
Siswa .. 102
Tabel 14 Lembar Penilaian Uraian Singkat
................................................... 103
Tabel 15 Lembar Penilaian Essay Test Kubus
.............................................. 104
Tabel 16 Lembar Penilaian Essay Test Balok
............................................... 106
Tabel 17 Daftar Hasil Nilai Belajar
.................................................................
108
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakikatnya adalah proses pematangan kualitas
hidup. Melalui pendidikan manusia diharapkan dapat memaknai
hakikat
hidup, serta untuk apa dan bagaimana menjalankan tugas hidup
dan
kehidupan yang benar.1 Pendidikan di arahkan untuk meningkatkan
harkat
dan martabat manusia serta kualitas sumber daya manusia
Indonesia.
Peningkatan kualitas pendidikan harus dipenuhi melalui
peningkatan
kualitas pendidikan dan tenaga kependidikan lainnya.
Disamping
pembaharuan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta penyediaan sarana dan
prasarana
Pendidikan yang memadai. Usaha ini perlu didukung oleh
peningkatan
kualitas pendidikan secara bertahap, disertai keterpaduan
efisiensi
pelaksanaannya sehingga mampu memenuhi tuntutan dan
kebutuhan
pembangunan.
Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat
pancasila dan pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh
realita
permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini. Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasionanal (RPJPN) tahun 2005-2015,
di
mana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk
mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan
masyarakat
berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
berdasarkan
falsafah pancasila.
Terkait dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter
sebagaimana yang diamanatkan dalam RPJPN, sesungguhnya hal
yang
dimaksud itu sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan
nasional,
yaitu “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan
membentuk
1 Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing,
(Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2012, hal. 2
1
-
2
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta
bertanggung jawab” (Undang-undang Republik Indonesia Nomor
20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional-UUSPN).
Dengan demikian , RPJPN dan UUSPN merupakan landasan yang
kokoh untuk melaksanakan secara operasional pendidikan budaya
dan
karakter bangsa sebagai prioritas program Kementrian
Pendidikan
Nasional 2010-2014, yang dituangkan dalam rencana aksi
nasional
Pendidikan Karakter (2010), pendidikan karakter disebutkan
sebagai
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,
pendidkan
watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik
untuk
memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik
dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan
sepnuh
hati.2
Pengembanagn nialai-nilai pendidkan karakter disetiap mata
pelajaran dapat dilakuakan dengan mengintegrasikan nilai-nilai
pendidikan
karakter ke dalam kompetensi dasar (KD) yang sesuai yang
terdapat
dalam standar isi (Permendiknas No.22 tahun 2006). Jumlh KD
disetiap
mata pelajaran yang dapat diintegrasikan nilai-nilai pendidikan
karakter
tentu berbeda, ada yang banyak dan ada yang sedikit.
Selanjutnya
kompetensi dasar yang dapat diintegrasikan nilai-nilai
pendidikan karakter
tersebut dikembangkan pada silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
Pencapaian tujuan pembelajaran dalam praktiknya bukanlah
merupakan hal yang mudah dicapai, terutama yang berkaitan
dengan
hasil belajar (values). Hal terpenting yang harus dipelajari
oleh guru
adalah bagaimana menyampaikan materi pembelajaran yang dapat
2 Drs. Daryanto, Pengembangan Perangkat
Pembelajaran,(Yogyakarta: Gava Media,
2014), hal. 38.
-
3
menarik minat dan motivasi siswa untuk mempelajarinya.
Materi-materi
pembelajaran yang berkaitan dengan segi-segi kehidupan yang
bersitat
praktis pada umumnya menarik perhatian siswa untuk
mempelajarinya.
Pembelajaran yang prosesnya dilandasi oleh rasa ingin tahu,
akan
memberi warna kepada upaya guru, baik dalarn menyajikan
stimulus,
memberi bimbingan, arahan, maupun dorongan. Upaya
membangkitkan
kreativitas itu diantaranya dapat dilakukan dengan penyampaian
buku ajar
yang menarik minat siswa. Dengan merasakan materi pembelajaran
yang
berarti dan bermakna, muncul rasa ingin mempelajari atau
mengetahui.
Munculnya keinginan itu dapat meningkatkan kreativitas siswa
untuk
mepelajari.
Selain buku ajar yang menarik, metode yang digunakan oleh
guru
dalarn menyajikan buku ajar tersebut juga harus tepat.
Sebagaimana
disebutkan oleh Martinis Yamin bahwa "metode pembelajaran
merupakan
bagian dari strategi instruksional, metode pembelajaran
berfungsi sebagai
cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan
memberi
iatihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu".3 Dalam
Islam,
metode mengajar dilakukan dengan hikmah dan bijaksana. Allah
berfiman
dalam surat An-Nahl ayat 125 :
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesanguhnya Dialah Tuhanmu yang maha mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalanya dan Dialah yang mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk".4
3 Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan
Pendidikan (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2009), hal. 145. 4 Anonim, Al-Qur’an dan
terjemahannya, (Proyek Pengadaan Kitab Suci AI-Qur'an),
(Jakarta: Departemen Agama RI,2003), hal. 116
-
4
5 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,
(Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2012), hal. 30.
Uraian di atas dapat dipahami, guru dalam menyampaikan
materi
pembelajaran haruslah dapat menarik minat dan kreativitas siswa
untuk
mempelajarinya. Guru sepatutnya berusaha membangkitkan minat
dan
krativitas belajar siswa secara umum untuk mempelajari
materi
pembelajaran matematika.
Menurut Dimyati (2006), pembelajaran adalah kegiatan guru
secara
terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siawa
belajar
secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar.
Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar
yang
dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir
siswa yang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru
sebagai
upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi
matematika.
Psikologi Kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori
"Gestalt".
Peletak dasar psikologi Gestalt adalah Mex Wertheimer
(1886-1943) yang
meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Aliran
Kognitivistik,
pembelajaran merupakan cara guru memberikan kesempatan
kepada
siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang
sedang
dipelajari. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses
belajar
daripada hasil belajarnya, dimana belajar merupakan perubahan
persepsi
dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah
laku
yang nampak.5 Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan
suatu
proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan
informasi,
emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.
Menurut Bell-Gredler (Dalam Martinis Yamin), strategi
kognitif
merupakan suatu proses berpikir induktif, yaitu membuat
generalisasi dari
fakta, konsep, dan prinsip dari apa yang diketahui seseeorang.
Strategi
kognitif tidak berkaitan dengan ilmu yang dimiliki sesorang,
melainkan
suatu kemampuan berpikir internal yang dimiliki seseorang dan
dapat
http://at.as/
-
5
6 Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2011),
hal 16-20
diterapkan dalarn berbagai ilmu yang dimiliki sesorang. Namun
latar
belakang pradidikan formal sangat memepengaruhi keterampilan
berpikir
seseorang, karena mereka telah dibekali dengan analisis,
sintesis, dan
evaluasi. Dengan kemampuan berpikir ini, peserta didik dapat
mandiri,
mampu menganalisa dan mernecahkan masalah, serta mengambil
keputusan dari fenomena-fenomena di sekitar mereka.
Sementara itu Gagne (Dalam Martinis Yamin) menyatakan bahwa
strategi kognitif ini serupa dengan perilaku pengelolaan diri.
Contoh dari
strategi kognitif adalah proses inferensi atau induksi. Berbeda
dengan
informasi verbal dan keterampilan intelek yang ada kaitannya
langsung
dengan isi. Objek strategi kognitif adalah proses berpikif
peserta didik
sendiri. Maka dalam teori kognitif ini, proses pembelajaran
bukan semata-
mata proses penyampaian materi bidang ilmu tertentu saja,
sebaliknya
yang lebih penting adalah proses pengembangan kemampuan
strategi
kognitif peserta didik.
Secara lebih komprehensif, belajar menurut teori
konstruktivisme6
memberikan penekanan utama agar lebih memberikan tempat
kepada
siswa/subjek didik dalam proses pembelajaran daripada garu.
Hakikat dari
paradigma konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus
menjadikan
informasi. Siswa ideal menurut paradigma ini adalah pelajar yang
memiliki
kemampuan mengatur dirinya sendiri (self-regulatcd learner).
Self-
regulated learner adalah seseorang yang memiliki pengetahuan
tentang
strategi belajar yang efektif, atau biasa disebut academic
learning skiil,
yang dipadu dengan kontrol diri dan motivasi yang tetap
terpelihara.
Selama proses refleksi seseorang akan berusaha memahami apa
yang terjadi serta apa yang dialaminya. Refieksi ini menjadi
dasar proses
konseptualisasi didalam memahami dam mengaplikasikan
pengalaman
yang didapat pada situasi dan konteks yang lain. Proses
implementasi
-
6
merupakan situasi dan konteks yang memungkinkan penerapan
konsep
yang sudah dikuasai seseorang. Proses pengalaman dan
refleksi
dikelompokkan sebagai proses penemuan, sedangkan proses
konseptualisasi dan implementasi dapat dikelompokkan dalam
proses
penerapan (taking action). Proses ini terjadi berulang-ulang
sehingga
setiap tindakan yang dilakukan seseorang merupakan hasil
refleksi dari
pengalaman atau kejadian dari masa lalu yang telah dialami.
Konsep dasar pernbelajaran konstruktivistik sebagaimana
diungkapkan Harold F. O'Neil Jr. & Ray. S. Perez, The
conceptions of
constructivist learning has important implications for
instrutionsl
tecnology.7 Prinsip dasar korstruktivistik menurut Martinis
Yamin8 proses
belajar dilakukan untuk menciptakan peserta didik belajar
untuk
mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning
to do),
belajar untuk menjadi dirinya sendiri (learning to he) dan
belajar untak
hidup bersama-sama (learning to life together). Dalam Usaha
menemukan
pemahaman ini, individu menghubungkan pengetahuan baru
dengan
pengetahuan sebelumnya dan mengkontruksikan makna baru.
Tujuan pembelajaran konstruktivisme adalah membangun
penafsiran
diri terhadap dunia nyata melalui pengalaman-pengalarnan dan
interaksi,
dimana pelajar adalah merupakan proses aktif untuk
membangunkan
pengetahuan, pengajaran adalah satu proses membangunkan
pengetahuan dan mengkomunikasikan pengetahnan, belajar
terstruktur
tidah merupakan suatu tugas, tetapi meminta peserta didik
mempergunakan piranti secara aktual dalam situasi dunia nyata,
belajar
aktif yang harus dilaksanakan secara autentik dan berpusat pada
masalah
atau teka teki yang dirasakan oleh peserta didik, fokus
pembelajaran pada
proses tidak pada hasil, dan peran pembelajar sebagai seorang
mentor
mendorong berpikir reflektif dan meningkatkan kecakapan belajar,
serta
penilaian yang mendorong memunculkan gagasan dan cara
pandang.
7 Harold F. O'Neil Jr. & Ray. S. Perez, Tekhnology
Aplications In Education: A Learning
View, (London: Lawrence Erlbaum Associates, 2003), hal. 128 8
Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, hal. 22-23
-
7
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disintesiskan bahwa
belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku akibat interaksi
individu
dengan lingkungannya. Belajar disini merupakan aktivitas yang
dilakukan
seseorang untuk memperoleh perubahan yang positif dalam
segala
aspek, baik itu perubahan dalam tingkah laku pemikiran dan
pemahaman,
ataupun sikap. Jadi perubahan perilaku adalah hasil dari
belajar, artinya
seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan
sesuatu yang
tidak dapat dilakukan sebelumnya. Kesulitan dihadapi guru,
karena para
pendidik masa sekarang harus mempersiapkan anak didik untuk
kehidupan masa depan yang berbeda sekali dengan keadaan
sekarang.
Menurut Gibson et. Al, komponen-komponen yang mempengaruhi
kinerja
guru berupa kemampuan, keterampilan, latarbelakang,
demografis,
persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi, dan psikologis
peserta
didik.9
Matematika sudah mulai dipelajari sejak dini, tetapi masih
ditemukan
prestasi belajar matematika siswa di madrasah belum memuaskan,
ini
merupakan dampak dari berbagai masalah dalam proses
pembelajaran.
Salah satu masalah tersebut adalah kurangnya kemampuan dasar
siswa
dalam memahami konsep dan materi matematika.
Sebelum mengadakan uji coba produk, penulis mengamati di kelas
V
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi, selama ini guru
belum
merancang pembelajaran secara baik untuk mengembangkan
kreativitas
belajar siswa dalam memecahkan permasalahan materi
pembelajaran
matematika, memahami konsep dan materi matematika.
Pembelajaran
matematika di sekolah selama ini masih dipengaruhi pandangan
bahwa
matematika adalah ilmu alat yang siap pakai. Pandangan ini
mendorong
guru bersikap cenderung mengajarkan konsep/teori dan cara
menggunakannya. Guru cenderung mentrasfer ilrnu pengetahuan
yang
dimiiiki kepikiran siswa dan siswa menerimanya secara pasif dan
tidak
produktif dalarn mengembangkannya. Adakalanya siswa menjawab
soal
9 Dr. Supardi, M.Pd, Kinerja Guru, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2013), hal. 20
-
8
dengan benar namun mereka tidak dapat mengungkapkan alasan
atas
jawaban mereka. Siswa dapat mengungkapkan rumus tetapi tidak
tahu
darimana asalnya rumus itu dan mengapa rumus itu digunakan.
Keadaan
demikian terjadi karena di dalam proses pembelajaran siswa
kurang diberi
kesempatan dalam mengungkapkan ide dan alasan jawaban mereka
sehingga siswa kurang kreatif untuk mengungkapkan ide atau
alasan dari
jawabannya.
Pemahaman konsep awal memegang peranan penting dalam
matematika, setiap orang yang berkepentingan dengan matematika
akan
memerlukan pemahaman konsep awal dalam pemahaman materi yang
lebih banyak, karena jika kita hendak meraih secara penuh tujuan
materi
matematika maka syarat untuk mencapai sasaran hasil bidang
pendidikan
haruslah memiliki pemahaman kensep awal yang lebih baik.
Paradigma baru pendidikan sekarang ini lebih menekankan pada
peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk
belajar dan
berkembang. Siswa harus kreatif dalam pencarian dan
pengembangan
pengetahuan. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan dikelas,
siswa
lebih aktif berdiskusi, kreatif dalam belajar, serta berani
menyampaikan
gagasan dan dapat menerima ide orang lain oleh sebab itu
dalam
pembelajaran matematika guru hendaknya mampu merancang
aktivitas
pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas siswa
dalam
belajar, memecahkan masalah dan mengkomunikasikan gagasan.
Untak
mewujudkan itu semua guru harus dapat memilih suatu strategi
pembelajaran yang tepat yang popular saat ini. Strategi
pembelajaran
tersebut bisa didapatkan didalam buka-buku desain pendidikan
dan
strategi pembelaiaran.
Berdasarkan survey penulis di kelas V Madrasah Ibtidaiyah
Nurul
Ihsan Kota Jambi, penulis mengamati guru matematika belum
memahami
pendekatan dan strategi belajar matematika yang tepat agar
dapat
meningkatkan kreativitas belajar siswa. Selama ini guru
hanya
menggunakan buku paket matematika secara menoton dan siswa
hanya
-
9
diajarkan tentang cara memahami matematika secara konten
tanpa
memberikan pemahaman kepada mereka tentang bagaimana cara
yang
tepat menguasai konsep materi pelajaran matematika secara
utuh.
Diantara cara mengembangkan kreativitas belajar siswa dengan
memberikan pemahaman kepada siswa tentang berbagai
pendekatan
pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi yang
tepat,
sehingga diharapkan dapat mengembangkan kreativitas belajar
siswa
ketika belajar di sekolah. Strategi ini merupakan rangkaian
aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah
yang dihadapi secara ilmiah. Melalui strategi pembelajaran yang
tepat
siswa akan kreatif berfikir, berkomunikasi,mencari,dan mengolah
data
serta akhirnya menyimpulkan.
Pengembangan materi ajar matematika berbasis PMR
(pembelajaran matematika realistik) dalam meningkatkan
kreativitas
siswa, dapat membuat proses pembelajaran menjadi tidak
membosankan
dan siswa tertarik serta bersemangat untuk mengikuti
pelajaran
matematika dengan sunguh-sungguh. Produk buku ajar ini sangat
menarik
sehingga dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa. Siswa
menjadi
kreatif dan mandiri dalam belajar matematika. Pembelajaran
matematika
realistik di kelas berorientasi pada karakteristik-karakteristik
Realistic
Mathematics Education (RME), sehingga siswa mempunyai
kesempatan
untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika atau
pengetahuan
matematika formal.Selanjutnya, siswa diberi kesempatan
mengaplikasikan
konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari
atau
masalah dalam bidang lain.
Pembelajaran matematika yang diajarkan kepada siswa di
Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi pada kenyataannya belum
sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan beberapa
faktor
antara lain:
-
10
1. Materi bangun ruang terpisah dengan menghitung volume
kubus
dan balok.
2. Jarak antara pembahasan bangun datar dan bangun ruang
sangat jauh.
3. Contoh materi yang digunakan dalam pembahasan bangun
ruang
harus relevan dengan kehidupan nyata peserta didik.
4. Gambar pada bangun ruang tersebut tidak berwarna.
Pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Agar
dapat menarik minat belajar, sehingga kualitas pembelajaran
dapat
menciptakan sekolah yang berprestasi. Salah satu
pengembangan
pembelajaran yang dapat dilakukan adalah pengembangan buku
ajar
berbasis PMR (pembelajaran matematika realistik) yang merupakan
salah
satu strategi pembelajaran yang berasosiasi dengan
pembelajaran
kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada suatu masalah,
yang
kemudian melalui pemecahan masalah tersebut siswa dapat
memiliki
keterampilan-keterampilan yang lebih kreatif.
Proses pembelajaran siswa di sekolah difasilitasi oleh guru
profesional yang tugasnya mendidik mengarahkan dan
membimbing
siswa. Dalam arti kata guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator,
manajemen berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa.
Seorang
guru harus mampu memberikan sugesti dan menjadi sumber ilmu
pengetahuan bagi siswanya. Hal ini sebagaimana diungkapkan
John
Macbeath, "One teacher suggested the list should be put up on
the
class room wall as a reference point for both the teacher and
her
student”.10
Ketika mengikuti pembelajaran di sekolan banyak siswa yang
gagal
dalam belajar, hal ini disebabkan oleh siswa belajar yang tidak
teratur,
10 Peak Performance Success in College and Beyond, (London &
New york: Routledge,
1999), hal. 54
-
11
kurang adanya motivasi belajar dalam diri siswa tersebut,
suasana belajar
di sekolah yang kurang menyenangkan; buku ajar yang digunakan
guru
kurang menarik sehingga mengakibatkan proses pembelajaran
tidak
berjalan dengan efektif dan efesien. Hal ini dipengaruhi oleh
macam-
macam faktor psikoiogi yang diperlukan dalam kegiatan belajar.
Menurut
Thomas F. Stwion yaitu motivasi, konsentrasi, reaksi,
organisasi,
pemahaman dan ulangan.
Penulis mengembangkan buku ajar matematika berbasis PMR
(Pembelajaran Matematika Realistik) dalam peningkatan
kreativitas
belajar siswa dengan tujuan; 1) menyedikan buku ajar yang
sesuai
dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan
siswa,
yakni buku yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau
lingkungan
sosial siswa, 2) membantu siswa dalam memperoleh alternatif buku
ajar
disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh, 3)
memudahkan
guru dalam pembelajaran. Sedangkan keuggualan dan manfaat dari
buku
ajar yang akan dikembangkan yakni ; a) diperoleh buku ajar yang
sesuai
tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, b)
tidak
lagi tergantung kepada buka teks yang terkadang sulit untuk
diperoleh, c)
buku ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan
menggunakan
berbagai referensi, d) menambah khasanah pengetahuan dan
pengalaman guru dalam menulis buku ajar, e) buku ajar ini akan
mampu
membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru
dengan
siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada garunya,
f)
dilengkapi langkahlangkah kerja urutan-urutan kerja,
lembaran-lembaran
kerja yang signifikan.
Pengembangan buku ajar perlu dilakukan guna memperbaiki dan
mengembangkan buku ajar pembelajaran matematika di madrasah,
agar
lebih menarik, efektif, dan sesuai dengan tuntutan kurikuium
dan
meningkatkan kreativitas belajar. Analisis kebutuhan tersebut,
selain
melihat dari adanya masalah, keberadaan potensi juga menjadi
-
12
pertimbangan penting. Sebab menurut Sugiyono,11 tahapan
analisis
kebutuhan dilihat dari potensi dan masalah yang ada di lapangan.
Potensi
merupakan sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai
tambah.
Potensi yang ditemukan di lapangan selama ini adalah
keberadan
siswa di madrasah sangat potensial dalam mengembangkan aspek
kognitif, afektif dan psikomotarik. Sehingga bila aspek-aspek
tersebut
dapat dikembangkan secara optimal, maka hasil yang dicapaipun
akan
optimal. Dengan pertimbangan tersebut, maka perlu diadakan
perbaikan
buku ajar berbasis kreativiras yang dapat meningkatkan prestasi
belajar
siswa agar tejuan pembelajaran matematika khususnya di
Madrasah
Nurul Ihsan Kota jambi, dapat tercapai secara optimal.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa salah satu cara
untuk
dapat memperbaiki dan meningkatkan kreativitas belajar siswa
dalam
proses pembelajaran adalah dengan memenuhi dan melengkapi buku
ajar
yang sistematis, menyenangkan, disertai dengan menggunakan
strategi
dan metode yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan temuan lapangan di atas, maka dalam peneliitian
ini
penulis berusaha mengembangkan buku ajar matematika berbasis
kreativitas dalam meningkatan prestasi belajar siswa dengan
tujuan: 1)
menyediakan buku ajar yang sesuai tuntutan kurikulum, dengan
mempertimbangkan kebutuhan siswa, yaitu buku ajar harus
sesuai
dengan karakteristik, kemampuan, dan setting atau lingkungan
sosial
siswa; 2) membantu siswa untuk memperoleh alternatif buku ajar
di
samping buku-buku teks yang memang sulit diperoleh dan 3)
memudahkan guru dalam pembelajaran.
Melalui pengembangan buku ajar matematika berbasis PMR ini,
diharapkan akan dapat meningkatkan kreativitas, dan kompetensi
siswa
dalam mempelajari pembelajaran matematika, dimana kompetensi
utama
11 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 409
-
13
yang harus dimiliki oleh siswa adalah mampu memahami,
menjelaskan,
cara kerja rumus matematika secara baik dan benar.
Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian
dan
menuliskannya dalam sebuah tesis dengan judul :"Pengembangan
Materi
Ajar Matematika Berbasis PMR (Pembelajaran Matematika
Realistik)
Dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah
Nurul
Ihsan Kota Jambi".
B. Identifikasi Masalah Produk dan Kondisi Awal Siswa
Derdasarkan laiar belakang masalah di atas dapat
diidentifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Guru matematika belum memahami pendekatan dan strategi
mengajar
matematika yang tepat yang dapat meningkatkan kreativitas
belajar
siswa.
2. Siswa MI Nurul Ihsan Kota Jambi hanya diajarkan tentang
cara
memahami matematika secara content tanpa memberikan
pemahaman tentang cara yang tepat menguasai konsep materi
pembelajaran matematika secara utuh.
3. Buku ajar matematika yang ada dalam buku paket siswa selama
ini
monoton, menjenuhkan, kurang memenuhi standar kurikulum dan
kurang menarik minat siswa untak mempelajarinya.
5. Guru belum mengembangkan berbagai strategi pembelajaran
berbasis
kreativitas dalam proses pembelajaran matematika di MI Nurul
Ihsan
Kota Jambi.
6. Pemanfaatkan buku ajar matematika belum sesuai dengan
perkembangan peserta didik di MI Nurul Ihsan Kota Jambi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
-
14
1. Bagaimana mengembangkan materi ajar matematika berbasis
PMR
(Pembelajaran Matematika Realistik) dalam meningkatan
kreativitas
belajar siswa kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota
Jambi?
2. Apakah pengembangan materi ajar matematika berbasis PMR
(Pembelajaran Matematika Realistik) dapat meningkatkan
kreativitas
belajar siswa di MI Nurul Ihsan Kota Jambi?
D. Batasan Peagembangan Produk dan Fokus Penelitian
1. Batasan Pengembangan Produk
Penelitian pengembangan ini berupa produk pengembangan buku
ajar pada pembelajaran matematika. Penelitian ini dibatasi
pada
pengembangan teori dan praktik.
a. Keterbatasan Teori.
1) Pengembangan buku ajar berbasis PMR (Pembelajaran
Matematika Realistik) dalam peningkatan Kreativitas belajar
siswa
pada mata pembelajaran matematika.
2) Pengembangan buka ajar berbasis PMR (Pembelajaran
Matematika Realistik) dibatasi pada materi : Bangun Ruang,
(Balok
dan Kubus)
b. Keterbatasan Praktik.
1) Secara praktik penelitian ini dibatasi pada pembelajaran
matematika untuk siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Nurul
Ihsan
Kota Jambi.
2) Subjek kelas uji coba dalam pengembangan buku ajar ini
adalah
siswa kelas V MI Nurul Ihsan Kota Jambi.
2. Fokus Penelitian
Untuk menjawab permasalahan yang diteliti, dan mengatasi
-
15
keterbatasan waktu dan kemampuan maka penelitian ini
difokuskan
pada:
a. Buku ajar yang dikembangkan adalah buku ajar matematika
berbasis
PMR (Pembelajaran Matematika Realistik) yang sesuai dengan
kebutuhan siswa, dan dapat meningkatkan kreativitas belajar
siswa.
b. Buku ajar sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar
dan
indikator pencapaian kompetensi matematika, karena
berpedoman
pada standar isi yang ditetapkan untuk meningkatkan prestasi
belajar
siswa Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi.
c. Pengembangan buku ajar matematika berbasis PMR
(Pembelajaran
Matematika Realistik) dapat meningkatkan kreativitas belajar
siswa
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi, lebih efektif dan
efisien.
d. Meningkatkan prestasi belajar matematika siswa di kelas V
Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi dengan mengembangkan buku
ajar
berbasis PMR yang menarik, efektif dan efisien.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk :
a. Mengembangkan buku ajar matematika berbasis PMR
(Pembelajaran
Matematika Realistik) dalam meningkatkan kreativitas belajar
siswa
kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi.
b. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran
matematika dengan mengembangkan buku ajar berbasis PMR
sehingga dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa pada
pembelajaran matematika di madrasah dan menghasilkan buku
ajar
yang menarik, efektif dan efsien, bagi siswa kelas V
Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi.
http://dikemba.ng/
-
16
2. Kegunaan Penelitian
Secara teori dan praktik, penelitian ini akan berguna untuk
mendeskripsikan karakteristik buku ajar yang digunakan
khususnya
buku ajar berbasis PMR dalam meningkatkan kreativitas belajar
pada
pembelajaran matematika siswa di MI Nurul Ihsan Kota Jambi.
c. Kegunaan Teoritis
1) Sebagai sumbangan penting yang dapat memperluas wawasan
bagi
kajian Teknologi Pendidikan Islam sehingga dapat dijadikan
sebagai
rujukan untuk Pengembangan penelitian Tekhnologi Pendidikan
Islam
pada masa yang akan datang.
2) Memberikan sumbangan penting dan memperluas kajian
'Tekhnologi
Pendidikan Islam yang menyangkut pembelajaran matematika di
Madrasah Ibtidaiyah (MI).
3) Menambah khazanah pengetahuan yang dapat dijadikan
sebagai
bahan rujukan penelitian lebih lanjut bagi pengembangan
pembelajaran matematika di madrasah.
b. Kegunaan Praktis
1) Hasil penelitian pengembangan ini berupa produk buku ajar
berbasis
PMR(Pembelajaran Matematika Realistik) yang dapat dijadikan
sumbangan bagi Madrasah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran
di Madrasah Ibtidaiyah (MI).
2) Hasil penelitian pengembangan ini menghasilkan buku ajar
yang
menarik, efektif dan efisien untuk pembelajaran matematika bagi
siswa
Madrasah Ibtidaiyah (MI).
3) Hasil penelitian pengembangan ini dapat meningkatkan
prestasi
belajar siswa pada pembelajaran matematika di Madrasah
Ibtidaiyah
(MI).
-
17
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori, Konstruks dan Indikator
1. Kreativitas Belajar
Salah satu konsep mengenai kreativitas Menurut Semiawan
dalam
Yeni Rachmawati (2005:16) mengemukakan bahwa kreativitas
merupakan
kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya
dalam
pemecahan masalah. Denagn memberikan gagasan baru maka
seseorang yang apabila menggunakan semua bakat dan talentanya
untuk
menjadi apa yang ia mampu mengaktualisasikan atau mewujudkan
potensinya.1
Kreativitas merupakan hak yang sangat penting dalam
pembelajaran,
dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan
proses
kreativitas tersebut. Kreativitas merupakan sesuatu yang
bersifat universal
dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita.
Kreativitas
ditandai oleh adanya kegiatan menciptakain seuatu yang
sebelumnya
tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya
kecendrungan
untuk menciptakan sesuatu.
Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas
merupakan yang universal dan oleh karenanya semua
kegiatannya
ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Dia
sendiri
adalah orang kreator dan motivator, yang berada di pusat
proses
pendidikan. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha
untuk
menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik,
sehingga
peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan
tidak
melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukan
bahwa apa
yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang
telat,
1 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. (Pusat
Pembukuan
Depdiknas dan PT. Rinekas Cipta: Jakarta, 2004), hal. 18.
17
http://melaya.ni/
-
18
dikerjakan sebelumnya dan apa yang dikerjakan di masa mendatang
lebih
baik dari sekarang.2
Dalam proses pembelajaran peserta didik perlu diupayakan
pengembangan aktivitas, kreatifitas, dan motivasi dalam
proses
pembelajaran. Dengan mengutip pemikiran Gibbs, E. Mulyasa
(2003)
mengemukakan hal-hal yang diperlukan agar siswa lebih aktif dan
kreatif
dalam belajarnya:
1. Dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan
mengurangi
rasa takut.
2. Memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk
berkomunikasi ilmiah secara bebas terarah.
3. Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan
evaluasinya.
4. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak
otoriter.
5. Melibatkan peserta didik secara aktif dan kreatif dalam
proses
pembelajaran secara keseluruhan.3
Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunan disegala bidang, yang memerlukan jenis-jenis
keahlian dan
keterampilan serta dapat meningkatkan kreativitas,
produktivitas, mutu,
dan efisiensi kerja. Perilaku kreatif adalah hasil pemikiran
kreatif Karena
itu sistem pendidikan henduaknya dapat merangsang pemikiran
sikap,
dan perilaku kreatif produktif, disamping pernikiran logis dan
penalaran.
Para ahli psikologi membuat pola-pola tes untuk mengukur
beberapa
aspek kreativitas. Salah satu tes tersebut dengan sebuah objek
yang
sangat umum.Namun dalam kenyataannya masih sedikit sekolah
yang
menyelenggarakan upaya menyelenggarakan kreativitas dan bakat
anak.
Hal ini disebabkan antara lain oleh masih sangat langkanya
literature yang
2 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan
Menyenangkan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005). Cet. II,
hal, 52 3 Dr. Iskandar, M.Pd. Psikologi Pendidikan. (Jakarta
Selatan : Tim ELN, 2012), hal. 95
-
19
membahas secara menyeluruh dan terinci mengenai kreativitas.
Berikut
penulis akan menjelaskan secara singkat faktor pendorong
Kreativitas,
ciri-ciri kreativitas belajar,dan fakta: pendorong kreativitas
di sekolah/
madarasah.
a. Pengertian dan Ciri-ciri Kreativitas Belajar
1) Pengertian Kreativitas Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia4, kreativitas adalah
kemampuan untuk mencipta, perihal berkreasi dan kekreatifan.
Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru, wujudnya adalah tindakan manusia (Barron dan Harrington,
1981).5
Kreativitas adalah suatu proses adanya sesuatu yang baru
apakah
itu gagasan atau benda dalam bentuk atau rangkaian yang baru
dihasilkan. Penekanan pada tindakan menghasilkan ketimbang pada
hasil
akhir tindakan tersebut merupakan inti konsep kreativitas.6
Menurut Adler mengenai kreativitas jelas menggambarkan
pandangannya yang anti mekanistik, manusia bukan penerima
pengalaman secara pasif tetapi manusia adalah aktor dan
inisiator tingkah
laku. Manusia mempunyai kekuatan kreatif untuk mengontrol
kehidupan
dirinya, dan kreatif itu membuat setiap manusia menjadi manusia
bebas,
bergerak menuju tujuan yang terarah.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, kreatif berarti memiliki daya
cipta
atau kemampuan untuk mencipta. Menurut Reni Akbar (dalam
Syaiful
Bahri Djamarah) kreativitas merupakan kemampuan seseorang
melahirkan sesuatu yang baru atau kombinasi hal yang sudah
ada
sehingga terkesan baru.
4 Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gita Media
Press, 2006), hal. 599
5 Dr.H.Oding Supriadi, M.Pd. Perkembangan Peserta
Didik.(Yogyakarta:Kurnia kalam
semesta, 2010).hal.136 6 Elizabeth B.Hurlock, Perkembangan Anak
Jilid 2 (Jakarta : Pt Gelora Aksara Pratama.
2010) hal.2.
-
20
Cipta. 2010). hal. 373-374.
Pembelajaran kreatif menekankan pada pengembangan
kreatifitas,
baik pengembangan imajinasi dan daya cipta (mengarang,
membuat
kerajinan tangan, mempraktekkan kesenian, maupun
pengembangan
berfikir kreatif). Pengembangan kemapuan berfikir kreatif
haruslah
seimbang dengan kemampuan rasional logis.
Pembelajaran kreatif menurut M. Mukhtar (dalam Syaitul Bahri
Djarnarah) merupakan pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun
di
luar kelas dengan memanfaatkan semua potensi yang ada. Jadi
pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang rnampu
menciptakan
siswa lebih aktif, berani menyampaikan pendapat dan
berargumen,
menyampaikan masalah atau solusi serta memberdayakan semua
potensi yang ada.7
Kreativitas seringkali dianggap sebagai sesuatu keterampilan
yang
didasarkan pada bakat alam, dimana hanya mereka yang berbakat
saja
yang bisa menjadi kreatif. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya
benar,
walaupun dalam kenyataannya terlihat bahwa orang tertentu
rnemiliki
kemampuan untuk menciptakan ide baru dengan cepat dan beragam
al-
Qur'an sendiri pun mendorong pembacanya untuk berpikir kreatif
Firman
Allah :
Artinya: “Orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan)
Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
kami, dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik. (Q.S. Al-Ankabut : 69)
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa sebenarnya Islam
mendorong manusia untuk melakukan kreativitas dan Allah SWT
memberikan petunjuk kepada jalan umatnya untuk berkreasi dengan
akal
pikirannya dan dengan hati nuraninya (qalbunya) dalam
menyelesaikan
persoalan-persoalan hidup didalamnya.
7 Syaiful Bahri Djamarah. Guru & Anak Didik Dalam Interaksi
ldukatif, (Jakarta : Rineka
http://beraga.rn.al/
-
21
semesta, 2010).hal.138
Sesungguhnya kemampuan berpikir kreatif pada dasarnya
dimiliki
semua orang. Kreatifitas merupakan salah satu modal yang harus
dimiliki
siswa untuk mencapai prestasi belajar. Kreativitas siswa tidak
seharusnya
diartikan sebagai kemampuan menciptakan sesuatu yang
benar-benar
baru, akan tetapi kecerdasan yang dimiliki siswa dalam
memandang
ketentuan dimana masih perlu adanya bimbingan, pemahaman.
"Anak
kreatif kadang-kadang memang menjengkelkan orang lain. Akan
tetapi
guru harus mengerti akan hal itu. Para siswa itu mungkin kreatif
di bidang
mesin, listrik, gambar, seni musik, dan lain-lain.
Secara konseptuan, Amabile (1983), melukiskan bahwa suatu
produk
dinilai kreatif apabila:
1. Produk tersebut bersifat baru, unik, berguna, benar, atau
bernilai
dilihat dari segi kebutuhan tertentu.
2. Lebih bersifat heuristik, yaitu menampilkan metode yang
masih
belum pernah atau jarang dilakukan oleh orang lain
sebelumnya.8
Berdasarkan definisi di atas, maka peneliti menyimpulkan
bahwa
kreativitas adalah potensi daya kseatif yang dimiliki individu
sebagai
bentuk pemikiran dalam menemukan hubungan antara unsur yang
sudah
ada atau cara baru dalam menghadapi masalah yang datang dari
diri
sendiri berupa hasrat dan motivasi yang kuat untak
berkreasi.
2) Ciri-ciri kreatifitas belajar
Menurut hasil studi Utami munandar, ciri-ciri siswa kreatif
adalah :
a. terbuka terhadap pengalarnan baru.
b. kelenturan dalam sikap
c. kebebasan dalam ungkapan diri
d. menghargai fantasi
e. minat dalam kegiatan kreatif.
8Dr.H.Oding Supriadi, M.Pd. Perkembangan Peserta
Didik.(Yogyakarta:Kurnia kalam
-
22
f. memiliki tingkat kepecayaan diri terhadap gagasan sendiri
g. mandiri dan menunjukan inisiatif.
h. kemandirian dalam memberi pertimbangan.9
Berdasarkan survei kepustakaan, Dedi Supriadi (1994)
mengidentifikasi 24 ciri kepribadian kreatif yang ditemukandalam
berbagai
studi, yaitu;10 ciri-ciri kepribadian yang kreatif yaitu: 1)
Terbuka terhadap
pengalaman baru, 2) Fleksibel dalam berfikir dan merespon, 3)
Bebas
dalam menyatakan pendapat dan perasaan; 4) Menghargai Fantasi,
5)
Tertarik pada kegiatan kreatif, 6) Mempunyai mendapat sendiri
dan tidak
terpengaruh oleh orang lain, 7) Mempunyai rasa ingin tahu yang
besar, 8)
Toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak
pasti, 9)
Berani mengambil resiko yang diperhitungkan, 10)Percaya diri
dan
mandiri, 11 ) Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas,
12)
Tekun dan tidak mudah bosan, 13) Tidak kehabisan akal dalam
memecahkan masalah, 14) Kaya akan inisiatif, 15) Peka terhadap
situasi
lingkungan, 16) Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan
dari
masa yang lalu, 17) Memiliki citra diri dan stabilitas diri yang
baik, 18)
Tertarik kepada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistis dan
mengandung
tekateki, 19) Memiliki gagasan yang orisinal 20) Mempunyai minat
yang
luas, 21) Menggunakan waktu luang untak kegiatan yang bermanfaat
dan
konstruktif bagi pengembangan diri, 22) Kritis terhadap Pedapat
orang
lain, 23) Senang mengajukan pertanyaan yang baik, 24)
Memiliki
kesadaran etika-moral dan estetik yang tinggi.
Hawadi (dalam Munirul Abidin), mengemunakan ada dua belas
ciri
orang kreatif yaitu :
1. Memiliki rasa ingin tahu yang mendalam.
2. Sering mengujukan pertanyaan yang berbobot.
9 Utami Munandar, Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi
Mewujudkan potensi Kreatif
dan Bakat 10
Dr.H.Oding Supriadi, M.Pd. Perkembangan Peserta
Didik.(Yogyakarta:Kurnia kalam semesta, 2010).hal.154-155
-
23
3. Memberikan banyak gagasan, usul-usul terhadap suatu
masalah.
4. Mampu rnenyatakan pendapat secara spontan dan tidak
malu-malu.
5. Mempunyai menghargai rasa keindahan.
6. Menonjol dalam satu atau lebih bidang studi.
7. Dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai segi.
8. Mempunyai rasa humor.
9. Mempunyai rasa imajinasi (unisalnya meminirkan hal-hal yang
dan
tidak biasa).
10. Mampu mengajukan gagasan pemecahan masalah dengan orang
lain
(orisinil).
11. Kelancaran dalam menghasilkan bermacam-macam gagasan.
12. Mampupu menghadapi masalah dari beragai sudut
pandangan11.
Peneliti menyimpulkan ciri-ciri kreativitas secara umum
adalah
pribadi yang selalu memiliki rasa ingin tahu, memiliki minat
yang sangat
luas, dan suka melakukan aktivitas yang kreatif, lebih
berani
mengemukakan pendapat, memiliki rasa humor tinggi, berani
mengambil
resiko serta memiliki kemampuan untuk menciptakan ide baru,
konsep
atau keinginan yang diimajinasikan menjadi berbagai penemuan
karya
seni atau sastra. Guilford (dalam S.T. Alisyahbana), mengatakan
bahwa
bila penelitian menggunakan faktor analisa, maka sifat-sifat
berikut ini
muncul sebagai faktor-faktor yang penting dalarn perencanaan
dan
kemampuan yang dipandang sebagai karakteristik orang kreatif
:
1. Fluency, kelancaran; kesigapan, kemampuan untuk
menghasilkan
banyak gagasan.
2. Fleksibilitas, kemarnpuan untuk menggunakan
bermacam-macam
pendekatan dalam mengatasi persoalan.
3. Originalitas, kemammuan untuk mencetuskan gagasan- gagasan
asli
dan baru.
11 Munirul Abidin, Menjadi Kreatif Dengan Menulis, (Malang :
UIN-Maliki Press, 2010),
hal. 9
-
24
4. Elaborasi, kemampuan melakukan hal-hal secara detail
terperinci.
5. Redefinition, kemampuan untuk refleksi dan merumuskan
kembali
batasan-batasan dengan melihat dari sudut lain.12
Berdasarkan pendapat di atas diketahui ciri-ciri atau
karakteristik
kreativitas pada umumnya dapat dijadikan sebagai tolak ukur
untuk
menentukan kemampuan kreatif dari seseorang. Ciri-ciri
kreativitas
seseorang dapat dilihat dari aspek berpikir, dan aspek dorongan
atau
motivasi. Aspek berpikir kreatif ditunjukan oleh sifat-sifat
kelancaran
(fluencvy), kelenturan (frexibility), keaslian (originality),
dan penguraian
(elaboration). Aspek dorongan atau motivasi ditunjukan oleh
sifat-sifat
karakter, seperti sikap, percaya diri tidak konversional, dan
aspirasi
keindahan.
3) Faktor-faktor yang meghambat kreativitas
Teori kreativitas sebagai produk mental diawali sejak studi
modern
mengenai intelegensi diperkenalkan oleh Sir Fancis Galton
(10822-1911)
dan Alfred Binet (1857-1911) yang akhirnya memunculkan tes
intelegensi.
Selanjutnnya melalui pendekatarn psikomotorik J.P. Guilford dan
Paul
Torrance (1950) menghasilkan "Struktur of inteliect model. "
Guilford
mengidentifilkasikan tiga dimensi utama yang meliputi operations
(aktivitas
ketika pemroses informasi, baik secara konvergen dan divergen);
content
(unntuk informasi yang diproses); dan product (kemampuan
yang
dihasilkan). Menurut teori ini, produk konvergen merupakan
penyesuaian
dengan informasi yang telah dimiliki dalam memori agar memacu
logis
dan dapat diterima (merupakan penyempitan jawaban). Sementara
itu
produk divergen dianggap sebagai produk yang diperoleh atas
dasar
pengembangan informasi yang sudah ada dalam memori.
Adapun faktor-faktor yang menghambat kreativitas adalah:13 a.
Alat-
alat ukur (tes) yang biasa dipakai sekolah yaitu berupa tes
intelegensi
12 Drs. ahmadSusanto,Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta :
Kencana, 2013). Hal.
102 13
Utami Munandar, Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi
Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat, hal. 67-70
-
25
tradisional yang mengukur kemampuan siswa untuk belajar dan
tes
prestasi belajar yang menilai kerajian siswa selama program
pendidikan.
Baik tes intelegensi maupun tes prestasi belajar kebanyakan
hanya
meliputi tugas-tugas yang hams dicari satu jawaban yang benar
(berfikir
kovergen). Kemampuan berfikir divergen dan kreatif menjajaki
berbagai
kemungkinanjawaban atau suatu masalah yang jarang diukur. b.
Keterbatasan penggunaan modal yang membangkitkan stimulus
dalam
teori belajar terhadap kreativitas. c. Tuntutan akan alat-alat
ukur yang
mudah digunakan dan obyektif untuk mengukur kemampuan kreatif.
d.
Kurangnya perhatian dunia pendidikan dan psikologi terhadap
kreativitas
yang terletak pada kesulitan merumuskan konsep kreativitas itu
sendiri.
Adapun kendala-kendala lain yang dapat menghambat
kreativitas
adalah sebagai berikut :
1. Hadiah
Kebanyakan orang pecaya bahwa memberi hadiah akan
memperbaiki meningkatkan perilaku tersebut. Ternyata tidak
demikian,
pemberian hadiah dapat merusak motivasi intrinsik dan
mematikan
kreativitas.14
Anak senang menerima hadiah dan kadang-kadang melakukan
segala sesuatu untuk memperolehnya, dan itu masalahnya. Hadiah
yang
terbaik untuk pekerjaan yang baik adalah yang tidak berupa
materi, tapi
hendaknya berkaitan erat dengan kegiatannya, misalnya dengan
memberikan kesempatan untuk menampilkan dan mempresentasikan
pekerjaannya sendiri, atau bisa juga dengan memberikan pujian
yang bisa
memotivasi untuk berkreasi.
2. Persaingan (Kompetisi)
Biasanya persaingan terjadi apabila siswa merasa bahwa
pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa lain dan
bahwa yang
terbaik akan menerima hadiah. Hal ini terjadi dalam kehidupan
sehari-hari
14 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat,
hal.224
-
26
dan sayangnya dapat mematikan kreativitas.
3. Lingkungan yang membatasi
Albert Einstein yakin bahwa belajar dan kreativitas tidak
dapat
ditingkatkan dengan paksaan, sebagai anak ia mempunyai
pengalaman
mengikuti sekolah yang sangat menekankan pada disiplin dan
hafalan
semata-mata. Ia selalu diberitahu apa yang harus dipelajari,
bagaimana
mempelajarinya dan pada ujian yang harus dapat mengulanginya
dengan
tepat, pengalamanyang biasanya amat menyakitkan dan
menghilangkan
minatnya terhadap ilmu, meskipun hanya untuk sementara.
4. Keluarga
Tidak jarang karena keinginan orang tua membantu anak
berprestasi
sebaik mungkin, mereka mendorong dalam bidang-bidang yang
tidak
diminati anak. Akibatnya ialah, meskipun anak berprestasi cukup
baik
menurut ukuran standar, mencapai nilai tinggi, mendapat
penghargaan,
tetapi mereka tidak menyukai kegiatan tersebut sehingga
tidak
menghasilkan sesuatu yang betul-betul kreatif.15
b. Faktor Pendorong Kreatifitas
Menurut Gardner, faktor yang menunjang munculnya kreativitas
meliputi tiga elemen pokok yanhg saling terkait. Ketiga elemen
tersebut
adalah kemampuan tertentu, hubungan individu tersebut dengan
pekerjaannya, serta interaksi antara individu dengan orang lain
baik
saudara, maupun kelompoknya.16
Mendidik anak merupakan tugas orang tua, dan pendidikan
merupakan proses seumur hidup yang berlangsung di lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat.
15 Utami Munandar, Kreativitas dan Keberbakatan, hal.
224-227
16 Gardner, Howard, Creating minds, An Anatomy of Creativity,
(New York: Basic Books,
1993), hal. 8-9
-
27
Beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas anak adalah
sebagai
berikut :
1) Kedekatan emosi
Berkembangnya kreativitas anak sangat bergantung pada
kedekatan
emosi dari orang tua. Suasana emosi yang mencerminkan rasa
permusuhan, penolakan, atau terpisah sangat menghambat
perkembangan kreativitas anak.
2) Kebebasan dan respek
Anak kreatif biasanya memiliki orang tua yang menghormatinya
sebagai individu, mempercayai kemampuan yang dimiliki,
adanya
keunikan serta memberi kebebasan kepada anak tidak otoriter,
tidak
selalu mengawasi atau terlalu membatasi kegiatan anak
3) Menghargai prestasi dan kreativitas
Orang tua anak kreatif biasanya selalu mendorong anaknya
untuk
selalu berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan karya yang baik,
tidak
menekankan pada hasil akan tetapi proses. Spontanitas, kejujuran
dan
imajinasi dianggap penting bagi perkembangan kreatif anak.
c. Pengembangan kreatifitas dalam pembelajaran
Gordon dalam Joice and Weill (Dalam E. Mulyasa) mengemukakan
empat prinsip dasar sinektik yang menentang pandangan lama
tentang
kreativitas.
Pertama, kreativitas merupakan sesuatu yang penting dalam
kegiatan sehari-hari. Hampir semua manusia berhubungan dengan
proses
kreativitas, yang dikembangkan melalui seni atau
pertemuan-pertemuan
baru. Model Gordon dirancang untuk meningkatkan kapasitas
pemecahan
masalah, ekspresi kreatif, empati dan hubungan social. Ia
juga
menekankan bahwa ide-ide yang bermakna dapat ditingkatkan
melalui
aktivitas kreatif untuk memperkaya pemikiran.
Kedua, proses kreatif bukanlah sesuatu yang misterius. Hal
tersebut
dapat dideskripsikan dan mungkin membantu orang secara
langsung
-
28
untuk meningkatkan kreativitasnya. Gordon memandang bahwa
kreativitas didorong oleh kesadaran yang memberi petunjuk
untuk
mendeskripsikan dan menciptakan prosedur latihan yang dapat
diterapkan
di sekolah atau lingkungan lain.
Ketiga, penemuan keratif sama dalam semua bidang, baik dalam
bidang seni, ilmu maupun dalam rekayasa. Gordon menunjukkan
adanya
hubungan antara perkembangan berpikir dalam seni dan ilmu yang
sangat
erat.
Keempat, asumsi Gordon yang keempat menunjukkan bahwa
berpikir kreatif baik secara individu maupun kelompok, adalah
sama.
Individu dan kelompok menurunkan ide-ide dan produk dalam
berbagai
hal. Hal ini menentang pandangan yang mengemukakan bahwa
kreativitas adalah pengalaman pribadi.17
Gibbs (dalam E. Mulyasa) berdasarkan berbagai penelitiannya
menyimpulkan bahwa kreativitas dapat dikembangkan dengan
memberi
kepercayaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri dan
pengawasan
yang tidak terlalu ketat. Hasil penelitian tersebut dapat
diterapkan atau
ditransfer dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peserta
didik akan
lebih kreatif jika:
a. dikembangkan rasa percaya diri pada peserta didik dan tidak
ada perasaan takut
b. diberi kesempatan untuk berkomuniaksi ilmiah secara bebas dan
terarah
c. dilibatkan dalam menentukan tujuan dan evaluasi belajar d.
diberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter,
serta e. dilibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran secara
keseluruhan.18
Apa yang dikemukakan di atas nampaknya sulit untuk
dilakukan.
Namun paling tidak guru harus dapat menciptakan suasana belajar
yang
kondusif, yang mengarah pada situasi di atas, misalnya
dengan
mengembangkan modul yang heuristic dan hipotetik. Kendatipun
17 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, hal. 163
18 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, hal. 165
-
29
demikian, kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh aktivitas
dan
kreativitas guru, disamping kompetensi-kompetensi
profesionalnya.
Namun, dalam kegiatan belajar melalui modul, hal ini bias
dikurangi,
karena guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator.
Pengembangan kreativitas dalam proses pembelajaran dapat
dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Mengembangkan keberanian dan rasa percaya diri peserta didik,
serta mengurangi perasaan-perasaan yang kurang menyenangkan
2. Memberi kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk
berkomunikasi secara aktif dan terarah
3. Melibatkan peserta didik dalam menentukan tujuan belajar dan
penilaian hasilnya
4. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak
otoriter 5. Melibatkan mereka secara aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan
dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.19
Dengan demikian, dalam proses pembelajaran mengandung dua
aktivitas penting, yaitu belajar dan mengajar. Hasil
pembelajaran tidaklah
bersifat instant, melainkan berproses secara sistematis untuk
membentuk
makna bagi kedua belah pihak, baik siswa sebagai learner maupun
guru
sebagai teacher. Keharmonisan interaksi diantara keduanya
akan
membangun suasana belajar yang menyenangkan, sehingga pada
saatnya akan menumbuh-suburkan semangat untuk berkarya
secara
kreatif. Kehadiran guru professional yang kreatif akan memicu
lahirnya
inovasi proses dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi.
Dari beberapa definisi menurut para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kerativitas belajar adalah kemampuan siswa
menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa
kemampuan
mengembangkan/ kemampuan formasi yang diperoleh dari guru
dalam
proses pembelajaran sehingga siswa dapat membuat kombinasi
yang
baru dalam belajarnya serta dapat memecahkan masalah yang
dihadapi
dalam belajar.
19 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
(Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2010). Hal. 188
-
30
Yang dimaksud dengan kreativitas belajar siswa dalampenelitian
ini
adalah total skor yang diperoleh setiap responden dalam
menjawab
angket kreativitas belajar siswa dengan berdasarkan indicator:
(1)
menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yangbervariasi,
(2)
Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda
(3)
Mencari banyak alternative atau arah yang berbeda-beda, (4)
Mampu
melahirkan ungkapan yang baru dan unik, (5) Memikirkan cara yang
tidak
lazim untuk mengungkapkan diri (6) Mempunyai kemauan keras
untuk
menyelesaikan soal-soal matematika, (7) Menanggapi
pertanyaan-
pertanyaan secara bergairah, aktif dan bersemangat
dalammenyelesaikan
tugas-tugas, (8) Berani menerima atau melaksanakan tugas berat.
(9)
Senang mencari cara atau metode yang praktis dalam belajar, (10)
Kritis
dalam memeriksa hasil pekerjaan (11) Agresip bertanya, (12)
Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah
atau
pertanyaan (13) Mandiri dalam belajar matematika.
Table 1. Kisi-kisi Instrumen Kreativitas Belajar Siswa
Kreativitas Belajar
Aspek Yang Diukur
INDIKATOR-INDIKATOR KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA
Fleksibilitas - Menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan
yang bervariasi
- Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang
berbeda-beda
Originalitas - Mampu melahirkan ungkapanyang baru dan unik
- Mempunyai kemauan keras untuk menyelesaikan soal-soal dan
mandiri dalam belajar matematika
Elaborasi - Menanggapi pertanyaan-pertanyaan secara bergairah,
aktif dan bersemangat dalam menyelesaikan tugas-tugas
Fluency - Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian
masalah atau pertanyaan
-
31
2. Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut Coburn dan Derry sebagaimana dikutip oleh Isjoni,
menyatakan bahwa konstruktivisme adalah cabang dari
kognitivisme. Bila
ditelusuri ke belakang, teori-teori kognitivisme didasarkan atas
teori Jean
Piaget dan Lev Vygotsky. Piaget dikenal sebagai Piaget
Constructivism
Cognitive (Aliran Konstruktivisme Piaget) dan Vygotsky dikenal
sebagai
Vygotsky Constructivism Social (Aliran Konstruktivisme
Vygotsky).20
Konstruktivisme merupakan suatu epistemologi tentang
perolehan
pengetahuan (knowledge acquisition) yang lebih memfokuskan
pada
pembentukan pengetahuan daripada penyampaian dan penyimpanan
pengetahuan. Dalam pandangan konstruktivisme, peserta didik
berperan
sebagai pembentuk (construct) dan pentransformasi
pengetahuan.
Adapun yang dimaksud dengan pembentukan pengetahuan
(construct
knowledge) dalam pandangan konstruktivisme meliputi tiga hal,
yaitu: (1)
exogenous constructivism, (2) endogenous constructivism, dan
(3)
dialectical constructivism.
Exogenous constructivism memiliki ciri yang sama dengan
filsafat
realisme, yaitu sesuatu dimulai dengan adanya realitas eksternal
yang
direkonstruksi menjadi pengetahuan. Oleh karena itu, struktur
mental
seseorang akan berkembang untuk merefleksikan keadaan dunia
luar
(realitas). Proses pembentukan pengetahuan dalam aliran
psikologi
kognitif menekankan pada cara pandang pembentukan
pengetahuan
(constructivism), yang dengannya skema dan alur (schemata
and
networks) pengetahuan didasarkan atas realitas eksternal yang
dialami.
Endogenous constructivism disebut juga konstruktivisme
kognitif
yang memfokuskan pada proses internal individu dalam membentuk
suatu
pengetahuan. Perspektif ini merupakan derivasi dari teori Jean
Piaget
(1896-1980) yang menekankan pada kemampuan individu
membangun
pengetahuan yang distimulus oleh konflik kognitif internal
sebagai cara
20 Prof. Dr.Aunurrahman, M.Pd. Belajar dan Pembelajaran.(
Jakarta: Alfabeta Bandung,
2014).hl.15-16.
-
32
untuk mengatasi mental. Intinya adalah bahwa anak atau orang
dewasa
harus mampu bernegosiasi dengan pengalaman dan fenomena yang
berbeda dengan skema pengetahuan yang mereka miliki. Dalam
dunia
pendidikan, para peserta didik harus mampu menciptakan
pengetahuan
mereka sendiri, mengembangkan struktur kognitif yang sudah
mereka
miliki dengan cara merevisi dan mengkreasi pengetahuan baru
selain dari
pengetahuan yang sudah ada pada struktur kognitif mereka.
Dialectical constructivism disebut juga konstruktivisme sosial
yang
memiliki pandangan bahwa sumber konstruksi pengetahuan
merupakan
bagian dari interaksi sosial yang meliputi berbagi informasi
(sharing),
melakukan pembandingan (comparing), dan melakukan debat
(debating)
antara peserta didik dan guru. Melalui proses interaksi yang
intensif,
lingkungan sosial pembelajaran akan terbentuk dan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk membentuk
pengetahuannya
secara mandiri. Perspektif ini merupakan pemikiran dari Vygotsky
(1978)
dalam teori belajar sosiokultural. Teori belajar tersebut
menitikberatkan
pada adanya bimbingan dari seorang guru yang dianggap mampu
melatih
peserta didik untuk memperoleh keterampilan dan pemahaman
yang
kompleks serta kompetensi yang mandiri. Pandangan
konstruktivisme
sosial murni berpendapat bahwa pembelajaran dapat berlangsung
melalui
interaksi sosial dengan melibatkan unsur budaya dan bahasa.
Ada empat karakteristik pembelajaran dalam teori
konstruktivisme.
a. Adanya pembelajaran yang dibentuk oleh para peserta didik
secara
mandiri.
b. Adanya hubungan antara pemahaman baru yang dimiliki para
peserta didik dengan pemahaman lama yang mereka miliki.
c. Adanya aturan yang jelas tentang interaksi sosial;
d. Adanya kebutuhan terhadap pembelajaran otentik untuk
mewujudkan pembelajaran yang bermakna (meaningful learning).
Konstruktivisme adalah satu pandangan bahwa peserta didik
membina sendiri pengetahuan (individual perception) atau konsep
secara
-
33
21 Prof.Dr.Nana Syaodih dan Dr. Erliana Syaodih.Kurikulum dan
Pembelajaran
Kompetensi.(Bandung: Refika Aditama,2912).hal.121.
aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada (prior
experience). Dalam proses ini, peserta didik akan
menyesuaikan
pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk
membina pengetahuan baru. Pembelajaran secara
konstruktivisme
berlaku di mana peserta didik membina pengetahuan dengan menguji
ide
dan pendekatan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang
ada,
kemudian mengimplikasikannya pada satu situasi baru dan
mengintegrasikan pengetahuan baru yang diperoleh dengan
binaan
intelektual yang akan diwujudkan.21
Dalam dunia pendidikan, konstruktivisme menunjukkan pada
teori
perolehan pengetahuan dan belajar. Teori-teori tersebut
menyatakan
bahwa pengetahuan itu dibentuk bukan diterima dari dari dunia
luar an
sich. Misalnya, pengetahuan tidak berada di dalam buku akan
tetapi lebih
pada pengetahuan yang diproses melalui kegiatan membaca.
Sehubungan dengan itu, ada beberapa ciri atau prinsip belajar
yang
dijelaskan sebagai berikut.
a. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh peserta
didik
dari apa yang mereka lihat, dengar, rasa, dan alami
b. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi
merupakan
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.
Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu
sendiri.
d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar
dengan dunia fisik lingkungannya.
e. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah
diketahui
si subjek belajar, tujuan, motivasi yang memengaruhi proses
-
34
22 Drs. Ahmad Susanto, M.Pd. Teori Belajar dan Pembelajaran.(
Jakarta:Kencana,2013).
Hal.205
2. PMR (Pembelajaran Matematika Realistic)
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dikembangkan
berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang berpendapat
bahwa
matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan
harus
dikaitkan dengan realitas. Berdasarkan pemikiran tersebut,
PMR
mempunyai ciri bahwa, dalam proses pembelajaran peserta didik
harus
diberikan kesempatan untuk menemukan kembali (to reinvent)
matematika melalui bimbingan guru dan penemuan kembali
(reinvention)
ide dan konsep matematika tersebut harus dimulai dari
penjelajahan
berbagai situasi dan persoalan „‟ dunia riil‟‟ (de
lange,1995).22
Realistic Mathematic Education (RME) merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran matematika yang berorientasi pada
matematisasi pengalaman sehari-hari dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Realistic Mathematic Education (RME)
merupakan
teori pembelajaran matematika yang dikembangkan di negeri
Belanda
oleh Freudhenthal pada tahun 1973. Menurut Freudhental
matematika
merupakan aktivitas manusia (mathematics as a human activity)
dan
harus dikaitkan dengan realita (de Lang, 1999; Gravemeijer,
1994).
Menurut Ahmad Fauzan (2003), pendekatan PMR dicirikan oleh
beberapa hal sebagai berikut:
1) Matematika dipandang sebagai kegiatan maniusia
sehari-hari
sehingga memecahkan masalah-masalah kontekstual merupakan
hal
yang esensial dalam pembelajaran.
2) Belajar matematika berarti bekerja dengan matematika
(doing
mathematics)
3) Siswa diberikan kesempatan untuk menemukan konsep-konse
matematika di bawah bimbingan orang dewasa (guru).
4) Proses pembelajaran berlangsung secara interaktif dimana
siswa
menjadi fokus dari semua aktivitas di kelas. Kondisi ini
mengubah
-
35
23 Drs. Daryanto. Inovasi pembelajaran Efektif. (Bandung; CV
Yrama Widya, 2013).
Hal.162
otoritas guru yang semula sebagai validator, menjadi seorang
pembimbing dan motivator.
Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
matematika realistik guru mengarahkan siswa untuk
menggunakan
berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali
konsep-
konsep matematika dengan caranya sendiri, konsep matematika
diharapkan muncul dari proses matematisasi, yaitu dimulai
dari
penyelasaian yang berkaitan dengan konteks dan secara perlahan
siswa
mengembangkan alat dan pemahaman matematik ke tingkat yang
lebih
tinggi. Konteks dalam PMR merujuk pada situasi dimana soal
ditempatkan, sedemikian hingga siswa dapat menciptakan
aktivitas
matematika dan melatih ataupun menerapkan pengetahuan
matematika
yang dimilikinya. Konteks dapat pula berupa matematika itu
sendiri,
sepanjang siswa dapat merasakannya sebagai hal riil.
Frans Moerland (2003) memvisualisasikan proses matematisasi
dalam pembelajaran matematika realistik sebagai proses
pembentukan
gunung es (iceberg). Proses pembentukan gunung es di laut
selalu
dimulai dari bagian dasar di bawah permukaan laut dan
setrusnya
akhirnya terbentuk puncak gunung es yang muncul di atas
permukaan
laut. Bagian dasar gunung es lebih luas dari pada puncaknya,
dengan
demikian konstruksi gunung es tersebut menjadi kokoh dan stabil.
Proses
ini diadopsi pada proses matematisasi dalam matematika
realistik, yaitu
dalam pembelajaran selalu diawali dengan matematisasi
horizontal
kemudian meningkat sampai matematisasi vertikal.
Matematisasi
horizontal lebih ditekankan untuk membentuk konstruksi
matematika yang
kokoh sehingga matematisasi vertical lebih bermakna bagi
siswa.23
Dalam prinsip-prinsip pembelajaran matematika realistik,
matematisasi horizontal terdiri tiga tingkatan, yaitu : (1)
mathematical
world orientation; (2) model material; (3) building stone number
relation.
-
36
Sedangkan matematisasi vertikal adalah kegiatan yang
menggunakan
notasi matematika formal.
Ketiga prinsip di atas oleh de Lang