Top Banner
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS PMR (PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK) DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL IKHSAN KOTA JAMBI TESIS Diajukan Sebagai SalahSatu Persyaratan Memperoleh Gelar MagisterTeknologi Pendidikan Oleh: EKA SARTIKA PRAMONO SIMANJUNTAK MTP. 14.2.2172 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019
205

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS PMR …repository.uinjambi.ac.id/4356/1/MTP1422172 JUDUL... · 2020. 7. 29. · PMR (PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK) DALAM MENINGKATKAN

Feb 07, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS

    PMR (PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK)

    DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS KELAS V

    MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL IKHSAN KOTA JAMBI

    TESIS

    Diajukan Sebagai SalahSatu Persyaratan Memperoleh Gelar MagisterTeknologi Pendidikan

    Oleh:

    EKA SARTIKA PRAMONO SIMANJUNTAK MTP. 14.2.2172

    PASCASARJANA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2019

  • PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi

    Jambi, 18 Juni 2020 Nama Pembimbing I : Prof. Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd Nama Pembimbing II : Dr. H. Kasful Anwar US. M.Pd

    Alamat: Pascasarjana UIN STS Jambi Kepada Yth,

    Jln. Arief Rahman Hakim Bapak Direktur Telanaipura Jambi Pascasarjana UIN

    STS Jambi di-

    Jambi

    NOTA DINAS

    Assalamualaikum wr, wb.

    Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan

    persyaratan yang berlaku di pascasarjana UIN STS Jambi, maka kami

    berpendapat bahwa tesis saudara Eka Sartika Pramono dengan judul

    PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS PMR

    (PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK) DALAM MENINGKATKAN

    KREATIFITAS KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL IKHSAN KOTA

    JAMBI telah dapat diajukan untuk dimunaqasyahkan sebagai salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar Magister S2 Program Studi Pendidikan Islam

    Konsentrasi Teknologi Pendidikan Islam pada pascasarjana UIN STS Jambi.

    Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak, semoga

    bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.

    Wassalamualaikum, wr, wb.

    Pembimbing I Pembimbing II

    Prof. Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd Dr. H. Kasful Anwar US. M.Pd

    NIP. 196011031989031002 NIP. 19681204199403100

    ii

  • iii

  • iv

  • v

    PENGESAHAN PERBAIKAN UJIAN TESIS

    Tesis dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Matematika

    Berbasis PMR (Pembelajaran Matematika Realistik) Dalam Meningkatkan

    Kreativitas Belajar Siswa Kelas V MI Nurul Ikhsan Kota Jambi” yang

    dimunaqasyahkan oleh sidang Pascasarjana UIN STS Jambi pada:

    Hari : Juma‟t

    Tanggal : 11 Juni 2020

    Jam : 20.00 s/d selesai

    Tempat : Ruang Sidang Pascasarjana UIN STS Jambi

    Nama : Eka Sartika Pramono Simanjuntak

    NIM : MTP. 14.2.2172

    Judul : Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis PMR

    (Pembelajaran Matematika Realistik) Dalam Meningkatkan Kreativitas

    Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi.

    Telah diperbaiki sebagaimana hasil sidang di atas dan telah

    diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar

    magister dalam konsentrasi Tekno logi Pendidikan Islam pada

    Pascasarjana UIN STS Jambi.

    PENGESAHAN PERBAIKAN UJIAN TESIS

    No Nama Tanda tangan Tanggal

    1 Dr. Mohd. Arifullah, M.Fil.I (Ketua Sidang)

    2 Prof. Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd (Pembimbing I)

    3 Dr. H. Kasful Anwar Us, M.Pd (Pembimbing II)

    4 Dr.H. Syamsul Huda, M.Pd (Penguji I)

    5 Dr. Shalahuddin, M.Pd.I (Penguji II)

    P A S C A S A R J A N A UNIVERSITAS AGAMA ISLAM NEGERI (UIN)

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    Jl. Arif Rahman Hakim Telanai Pura Jambi

  • vi

    MOTTO

    Artinya :

    Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu

    telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

    (urusan) yang lain.

    vii

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Alhamdulillah, Atas Rahmat dan Hidayah-Nya Telah Tercapai Cita-Cita

    dan Segenggam Keberhasilan. Tiada Kata yang Terindah kecuali Rasa

    Syukur Kepada-Mu Ya Allah. Saya Persembahkan Tesis Ini Dengan Hati

    Yang Tulus Dan Ikhlas, Kepada:

    Kedua Orang Tua Ayahanda Bahrum Simanjuntak dan Ibunda Erni

    Pohan S.Pd. yang kusayangi dan kubanggakan, yang selalu sabar

    membimbing, mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang.

    Suamiku tersayang Hamdan, yang sangat aku hormati dan aku

    cintai, selalu mendampingi dan memberikan kekuatan dalam suka dan

    duka. Selalu sabar dalam segala usaha. Anakku tersayang Almira Shazfa

    dan Zidna Najifa sebagai kekuatan dan buah hati yang selalu memberikan

    semangat dan inspirasi. Dalam menyelesaikan tulisan ini.

    Abang tercinta, Dr. Sumarto Pohan S.sos.I, M.Pd yang selalu

    memberikan motivasi dan semangat sehingga penulis selalu terpacu

    untuk menyelesaikan penelitian ini.

  • ABSTRAK

    viii

    Eka Sartika Pramono, PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS PMR (PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK) DALAM MENINGKATKAN KREATIFITAS KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL IKHSAN KOTA JAMBI, Tesis, Pendidikan Islam/Teknologi Pendidikan Islam, Pascasarjana UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi, 2020.

    Pencapaian tujuan pembelajaran dalam praktiknya bukanlah merupakan

    hal yang mudah dicapai, terutama yang berkaitan dengan hasil belajar (values). Hal terpenting yang harus dipelajari oleh guru adalah bagaimana menyampaikan materi pembelajaran yang dapat menarik minat dan motivasi siswa untuk mempelajarinya. Dengan merasakan materi pembelajaran yang berarti dan bermakna, muncul rasa ingin mempelajari atau mengetahui. Munculnya keinginan itu dapat meningkatkan kreativitas siswa untuk mepelajari.

    Penelitian ini merupakan penelitian pendidikan dan pengembangan Research & Development (R&D) adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif yang dilaksanakan di MI Nurul Ikhsan Kota Jambi. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik validity dan reability dengan jumlah sampel 3 guru dan 25 siswa. Hipotesis dalam penelitian ini adalah (1) Materi bangun ruang terpisah dengan menghitung volume kubus dan balok; (2) jarak antara pembahasan bangun datar dan bangun ruang sangat jauh; (3) contoh materi yang digunakan dalam pembahasan bangun ruang harus relevan dengan kehidupan nyata peserta didik; (4) gambar pada bangun ruang tersebut tidak berwarna. Pengujian hipotesis menggunakan analisis jalur dengan batas KKM 70.

    Penelitian ini menghasilkan sebanyak 25 orang siswa, memperolehnilaitertinggi 85, terendah 74, dengan rata-rata nilai 79,4 sedangkanpersentasekenaikannilaiadalah 15,4 %. Uji coba perorangan dilakuan dengan mewawancarai 3 orang guru dan 3 orang siswa.Uji coba lapangan dilakukan dengan melaksanakan tatap muka pembelajaran sebanyak 10 kali pertemuan, yang diawali dengan pre-test, dan diakhiri dengan post test, maka buku ajar mata pelajaran Matematika berbasis Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) untuk kelasV semester I MI Nurul Ihsan tersebut efektif.

  • ABSTRACT

    ix

    EkaSartikaPramono, DEVELOPMENT OF MATH MATERIAL MATERIALS

    BASED ON PMR (LEARNING MATHEMATICS REALISTIC) IN

    IMPROVING CREATIVITY OF CLASS V MADRASAH IBTIDAIYAH

    NURUL IKHSAN CITY OF JAMBI, Thesis, Islamic Education / Islamic

    Education Technology, Pascasarjana, UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi,

    2020.

    Achieving learning objectives in practice is not an easy thing to achieve,

    especially those related to learning outcomes (values). The most important thing

    that must be learned by the teacher is how to deliver learning material that can

    attract students' interest and motivation to learn it. By feeling meaningful and

    meaningful learning material, a sense of wanting to learn or know arises. The

    emergence of that desire can increase student creativity to learn.

    This research is an educational research and development Research &

    Development (R&D) is a qualitative and quantitative research conducted at MI

    NurulIkhsan, Jambi City. The sampling technique uses validity and reliability

    techniques with a sample size of 3 teachers and 25 students. The hypotheses in

    this study are (1) Material to build separate spaces by calculating the volume of

    cubes and beams; (2) the distance between the discussion of flat shape and

    space build is very far; (3) examples of material used in the discussion of space

    construction must be relevant to the real life of students; (4) the images in the

    room are colorless. Hypothesis testing uses path analysis with a KKM limit of 70.

    This study produced 25 students, obtained the highest score of 85, the

    lowest 74, with an average score of 79.4 while the percentage increase in value

    was 15.4%. Individual trials were conducted by interviewing 3 teachers and 3

    students. Field trials conducted by conducting face-to-face learning as many as

    10 meetings, beginning with pre-test, and ending with a post test, the textbooks

    of Mathematics based on Realistic Mathematics Learning (PMR) for class V

    semester I MI NurulIhsan were effective.

  • x

    KATA PENGANTAR

    Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan

    untuk memperoleh gelar Magister (S2) konsentrasi Teknologi Pendidikan

    Islam (TPI) Program Studi Pendidikan Islam Pascasarjana Universitas

    Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

    Penulisan tesis ini, dilandasi beberapa kajian literatur yang

    berhubungan dengan pengembangan bahan ajar matematika. Tesis ini

    ditulis berdasarkan pada penelitian dalam kurun waktu tiga bulan, yang

    dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ikhsan kota Jambi, yang

    bertempat di Jalan Masjid Nurul Ihsan Kelurahan Pematang Sulur

    kecamatan Telanaipura Kota Jambi, dengan judul: PENGEMBANGAN

    BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS PMR (PEMBELAJARAN

    MATEMATIKA REALISTIK) DALAM MENINGKATKAN KREATIFITAS

    KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL IHSAN KOTA JAMBI.

    Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang

    telah membantu demi kelancaran dalam penyelesaian tesis ini, terutama

    kepada yang terhormat.

    Tesis ini disususn untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

    memperoleh gelar Magister (S2) Pendidikan Islam Konsentrasi Teknologi

    Pendidikan Islam pada PPs UIN STS Jambi. Selama proses penyelesaian

    tesis ini, banyak pihak yang telah memberikan kontribusi baik langsung

    maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

    mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

    1. Rektor UIN STS Jambi Bapak Prof Dr.H.Su‟aidi,M.A,PH.D.

    2. Bapak Prof. Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd dan bapak Dr. H. Kasful

    Anwar US. M.Pd selaku Pembimbing I dan Pembimbing II

    3. Para segenap dosen pengampu mata kuliah dan seluruh civitas

    akademika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis

    selama mengikuti perkuliahan dan penyelesaian tesis ini.

    4. Bapak Kesbanglinmas Provinsi Jambi dan Kepala Dinas Bina

    Kesbang Provinsi Jambi yang telah memberikan Izin penelitian

  • xi

    5. Kepala MI Nurul Ikhsan kota Jambi, Ibu Endang Susilawati S.Pd.I

    6. Para guru, staf, dan siswa kelas V MI Nurul Ikhsan kota Jambi

    7. Bapak Bahrum Pohan dan Ibu Erni Siahaan selaku orangtua penulis

    8. Suami saya (Hamdan) dan kedua putri saya (Almira Shazfa dan Zidna

    Najifa)

    9. Dr. Sumarto Pohan, S.Sos.I, M.Pd.I dan Dr. Emmi Nurkholilah

    Harahap M.Pd.I selaku abang dan kakak ipar saya

    10. Teman-teman seperjuangan Pascasarjana UIN STS Jambi

    11. Semua yang tidak dapat peneliti sampaikan satu persatu.

    Penulis menyadari masih terdapat kekurangan, saran dan tanggapan

    guna penyempurnaan tesis ini, akan penulis terima, semoga tesis ini

    dapat berguna bagi pembaca sekalian. Akhirnya penulis ucapkan

    terima kasih.

    Jambi, 18 Juni 2020

    Penulis

    Eka Sartika Pramono

    NIM.MTP.14.2.2172

  • xii

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul ....................................................................................... i

    Halaman Logo ........................................................................................ ii

    Nota Dinas ............................................................................................. iii

    Persetujuan Pembimbing ....................................................................... iv

    Pernyataan Orisinalitas Tesis ................................................................ v

    Pengesahan Perbaikan Tesis ................................................................ vi

    Motto ...................................................................................................... vii

    Persembahan......................................................................................... viii

    Abstrak Indonesia .................................................................................. ix

    Abstract Inggris ...................................................................................... x

    Kata Pengantar ...................................................................................... ix

    Daftar Isi ................................................................................................. xi

    Daftar Tabel ........................................................................................... xiv

    Daftar Gambar ....................................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

    B. Identifikasi Masalah Produk dan Kondisi Awal Siswa ........... 13

    C. Rumusan Masalah ................................................................. 13

    D. Batasan Pengembangan Produk dan Fokus Penelitian ....... 14

    E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................... 15

    BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

    A. Landasan Teori, Konstruks dan Indikator ............................. 17

    B. Model Produk yang Dikembangkan (Model Pengembangan

    Produk Dari Ahli) .................................................................... 43

    C. Desain Spesifikasi Pengembangan Produk, Karakter dan

    Kondisi yang Diharapkan ...................................................... 49

    D. Penelitian yang Relevan ........................................................ 50

    BAB III METODE PENELITIAN

  • xiii

    A. Pendekatan Penelitian Pengembangan (Teori Metode

    Penelitian Pengembangan) ................................................... 54

    B. Populasi dan Sampel Penelitian Pengembangan Model

    (Produk). ................................................................................. 54

    C. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 60

    D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 60

    E. Teknik Analisis Data atau Uji Keterpercayaan Data .............. 63

    F. Prosedur Pengembangan Produk .......................................... 67

    1. Studi Pendahuluan ............................................................ 67

    2. Pengembangan Produk .................................................... 68

    3. Uji Coba, Evaluasi dan Revisi Produk .............................. 75

    4. Difusi Produk ..................................................................... 77

    G. Rencana dan Waktu Penelitian .............................................. 78

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Hasil Penelitian ...................................................... 80

    B. Hasil Studi Pendahuluan ....................................................... 81

    C. Hasil Pengembangan Model ................................................. 82

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................ 124

    B. Implikasi ................................................................................. 125

    C. Rekomendasi ......................................................................... 129

    D. Saran ..................................................................................... 130

    Bagian Akhir

    Daftar Pustaka

    Lampiran

    a. Sintetis dan Indikator Sesuai Tema Penelitian

    b. Pedoman Observasi

  • xiv

    c. Pedoman Wawancara

    d. Catatan Lapangan Hasil Observasi

    e. Catatan Lapangan Hasil Wawancara

    f. Data Dokumen dan Pendukung

    g. Hasil Analisis Data

  • DAFTAR GAMBAR

    xv

    Halaman

    Gambar 1 Bangun Datar Persegi Panjang .................................................. 40

    Gambar 2 Bangun Datar Persegi ................................................................ 41

    Gambar 3 Bangun Ruang Kubus ................................................................ 41

    Gambar 4 Bangun Ruang Balok .................................................................. 42

    Gambar 5 Tahapan Model Pengembangan Sistem Pembelajaran

    (Instructional System Development/ISD) ................................... 44

    Gambar 6 Langkah-Langkah Riset Evaluasi Formatif ................................. 62

    Gambar 7 Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan ........................... 63

    Gambar 8 Skenario Pengembangan Buku Ajar Matematika Berbasis

    Kreativitas ................................................................................... 67

  • DAFTAR TABEL

    xvi

    Halaman

    Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen Kreativitas Belajar Siswa ................................... 30

    Tabel 2 Kriteria Kualifikasi Penilaian dan Skor Nilai ...................................... 56

    Tabel 3 Jadwal Penelitian Tesis .................................................................... 70

    Tabel 4 Biodata Ahli Materi ............................................................................ 82

    Tabel 5 Biodata Ahli Desain .......................................................................... 85

    Tabel 6 Identitas Responden Guru (Teman Sejawat) ................................... 87

    Tabel 7 Identitas Responden Siswa .............................................................. 88

    Tabel 8 Hasil Uji Coba Kelompok Kecil (Small Group) .................................. 92

    Tabel 9 Lembar Penilaian Proses (Observasi Aktivitas Siswa) ..................... 95

    Tabel 10 Penilaian Hasil Test Siswa Kelas V ................................................ 97

    Tabel 11 Lembar Penilaian Proses Observasi Aktivitas Diskusi Siswa ........ 99

    Tabel 12 Penilaian Terhadap Proses Pembelajaran ..................................... 101

    Tabel 13 Lembar Penilaian Perhatian, Keaktifan, dan Kemandirian Siswa .. 102

    Tabel 14 Lembar Penilaian Uraian Singkat ................................................... 103

    Tabel 15 Lembar Penilaian Essay Test Kubus .............................................. 104

    Tabel 16 Lembar Penilaian Essay Test Balok ............................................... 106

    Tabel 17 Daftar Hasil Nilai Belajar ................................................................. 108

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan pada hakikatnya adalah proses pematangan kualitas

    hidup. Melalui pendidikan manusia diharapkan dapat memaknai hakikat

    hidup, serta untuk apa dan bagaimana menjalankan tugas hidup dan

    kehidupan yang benar.1 Pendidikan di arahkan untuk meningkatkan harkat

    dan martabat manusia serta kualitas sumber daya manusia Indonesia.

    Peningkatan kualitas pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan

    kualitas pendidikan dan tenaga kependidikan lainnya. Disamping

    pembaharuan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi serta penyediaan sarana dan prasarana

    Pendidikan yang memadai. Usaha ini perlu didukung oleh peningkatan

    kualitas pendidikan secara bertahap, disertai keterpaduan efisiensi

    pelaksanaannya sehingga mampu memenuhi tuntutan dan kebutuhan

    pembangunan.

    Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat

    pancasila dan pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita

    permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini. Rencana

    Pembangunan Jangka Panjang Nasionanal (RPJPN) tahun 2005-2015, di

    mana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk

    mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan masyarakat

    berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan

    falsafah pancasila.

    Terkait dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter

    sebagaimana yang diamanatkan dalam RPJPN, sesungguhnya hal yang

    dimaksud itu sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional,

    yaitu “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk

    1 Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: Remaja Rosda

    Karya, 2012, hal. 2

    1

  • 2

    watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

    mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

    potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

    kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

    kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

    bertanggung jawab” (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20

    Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional-UUSPN).

    Dengan demikian , RPJPN dan UUSPN merupakan landasan yang

    kokoh untuk melaksanakan secara operasional pendidikan budaya dan

    karakter bangsa sebagai prioritas program Kementrian Pendidikan

    Nasional 2010-2014, yang dituangkan dalam rencana aksi nasional

    Pendidikan Karakter (2010), pendidikan karakter disebutkan sebagai

    pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidkan

    watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk

    memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik dan

    mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepnuh

    hati.2

    Pengembanagn nialai-nilai pendidkan karakter disetiap mata

    pelajaran dapat dilakuakan dengan mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan

    karakter ke dalam kompetensi dasar (KD) yang sesuai yang terdapat

    dalam standar isi (Permendiknas No.22 tahun 2006). Jumlh KD disetiap

    mata pelajaran yang dapat diintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter

    tentu berbeda, ada yang banyak dan ada yang sedikit. Selanjutnya

    kompetensi dasar yang dapat diintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter

    tersebut dikembangkan pada silabus dan rencana pelaksanaan

    pembelajaran (RPP).

    Pencapaian tujuan pembelajaran dalam praktiknya bukanlah

    merupakan hal yang mudah dicapai, terutama yang berkaitan dengan

    hasil belajar (values). Hal terpenting yang harus dipelajari oleh guru

    adalah bagaimana menyampaikan materi pembelajaran yang dapat

    2 Drs. Daryanto, Pengembangan Perangkat Pembelajaran,(Yogyakarta: Gava Media,

    2014), hal. 38.

  • 3

    menarik minat dan motivasi siswa untuk mempelajarinya. Materi-materi

    pembelajaran yang berkaitan dengan segi-segi kehidupan yang bersitat

    praktis pada umumnya menarik perhatian siswa untuk mempelajarinya.

    Pembelajaran yang prosesnya dilandasi oleh rasa ingin tahu, akan

    memberi warna kepada upaya guru, baik dalarn menyajikan stimulus,

    memberi bimbingan, arahan, maupun dorongan. Upaya membangkitkan

    kreativitas itu diantaranya dapat dilakukan dengan penyampaian buku ajar

    yang menarik minat siswa. Dengan merasakan materi pembelajaran yang

    berarti dan bermakna, muncul rasa ingin mempelajari atau mengetahui.

    Munculnya keinginan itu dapat meningkatkan kreativitas siswa untuk

    mepelajari.

    Selain buku ajar yang menarik, metode yang digunakan oleh guru

    dalarn menyajikan buku ajar tersebut juga harus tepat. Sebagaimana

    disebutkan oleh Martinis Yamin bahwa "metode pembelajaran merupakan

    bagian dari strategi instruksional, metode pembelajaran berfungsi sebagai

    cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi

    iatihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu".3 Dalam Islam,

    metode mengajar dilakukan dengan hikmah dan bijaksana. Allah berfiman

    dalam surat An-Nahl ayat 125 :

    pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesanguhnya Dialah Tuhanmu yang maha mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanya dan Dialah yang mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk".4

    3 Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta:

    Gaung Persada Press, 2009), hal. 145. 4 Anonim, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Proyek Pengadaan Kitab Suci AI-Qur'an),

    (Jakarta: Departemen Agama RI,2003), hal. 116

  • 4

    5 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.Raja Grafindo

    Persada, 2012), hal. 30.

    Uraian di atas dapat dipahami, guru dalam menyampaikan materi

    pembelajaran haruslah dapat menarik minat dan kreativitas siswa untuk

    mempelajarinya. Guru sepatutnya berusaha membangkitkan minat dan

    krativitas belajar siswa secara umum untuk mempelajari materi

    pembelajaran matematika.

    Menurut Dimyati (2006), pembelajaran adalah kegiatan guru secara

    terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siawa belajar

    secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

    Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang

    dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang

    dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat

    meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai

    upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika.

    Psikologi Kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori "Gestalt".

    Peletak dasar psikologi Gestalt adalah Mex Wertheimer (1886-1943) yang

    meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Aliran Kognitivistik,

    pembelajaran merupakan cara guru memberikan kesempatan kepada

    siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang

    dipelajari. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar

    daripada hasil belajarnya, dimana belajar merupakan perubahan persepsi

    dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku

    yang nampak.5 Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu

    proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi,

    emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.

    Menurut Bell-Gredler (Dalam Martinis Yamin), strategi kognitif

    merupakan suatu proses berpikir induktif, yaitu membuat generalisasi dari

    fakta, konsep, dan prinsip dari apa yang diketahui seseeorang. Strategi

    kognitif tidak berkaitan dengan ilmu yang dimiliki sesorang, melainkan

    suatu kemampuan berpikir internal yang dimiliki seseorang dan dapat

    http://at.as/

  • 5

    6 Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2011),

    hal 16-20

    diterapkan dalarn berbagai ilmu yang dimiliki sesorang. Namun latar

    belakang pradidikan formal sangat memepengaruhi keterampilan berpikir

    seseorang, karena mereka telah dibekali dengan analisis, sintesis, dan

    evaluasi. Dengan kemampuan berpikir ini, peserta didik dapat mandiri,

    mampu menganalisa dan mernecahkan masalah, serta mengambil

    keputusan dari fenomena-fenomena di sekitar mereka.

    Sementara itu Gagne (Dalam Martinis Yamin) menyatakan bahwa

    strategi kognitif ini serupa dengan perilaku pengelolaan diri. Contoh dari

    strategi kognitif adalah proses inferensi atau induksi. Berbeda dengan

    informasi verbal dan keterampilan intelek yang ada kaitannya langsung

    dengan isi. Objek strategi kognitif adalah proses berpikif peserta didik

    sendiri. Maka dalam teori kognitif ini, proses pembelajaran bukan semata-

    mata proses penyampaian materi bidang ilmu tertentu saja, sebaliknya

    yang lebih penting adalah proses pengembangan kemampuan strategi

    kognitif peserta didik.

    Secara lebih komprehensif, belajar menurut teori konstruktivisme6

    memberikan penekanan utama agar lebih memberikan tempat kepada

    siswa/subjek didik dalam proses pembelajaran daripada garu. Hakikat dari

    paradigma konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menjadikan

    informasi. Siswa ideal menurut paradigma ini adalah pelajar yang memiliki

    kemampuan mengatur dirinya sendiri (self-regulatcd learner). Self-

    regulated learner adalah seseorang yang memiliki pengetahuan tentang

    strategi belajar yang efektif, atau biasa disebut academic learning skiil,

    yang dipadu dengan kontrol diri dan motivasi yang tetap terpelihara.

    Selama proses refleksi seseorang akan berusaha memahami apa

    yang terjadi serta apa yang dialaminya. Refieksi ini menjadi dasar proses

    konseptualisasi didalam memahami dam mengaplikasikan pengalaman

    yang didapat pada situasi dan konteks yang lain. Proses implementasi

  • 6

    merupakan situasi dan konteks yang memungkinkan penerapan konsep

    yang sudah dikuasai seseorang. Proses pengalaman dan refleksi

    dikelompokkan sebagai proses penemuan, sedangkan proses

    konseptualisasi dan implementasi dapat dikelompokkan dalam proses

    penerapan (taking action). Proses ini terjadi berulang-ulang sehingga

    setiap tindakan yang dilakukan seseorang merupakan hasil refleksi dari

    pengalaman atau kejadian dari masa lalu yang telah dialami.

    Konsep dasar pernbelajaran konstruktivistik sebagaimana

    diungkapkan Harold F. O'Neil Jr. & Ray. S. Perez, The conceptions of

    constructivist learning has important implications for instrutionsl

    tecnology.7 Prinsip dasar korstruktivistik menurut Martinis Yamin8 proses

    belajar dilakukan untuk menciptakan peserta didik belajar untuk

    mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do),

    belajar untuk menjadi dirinya sendiri (learning to he) dan belajar untak

    hidup bersama-sama (learning to life together). Dalam Usaha menemukan

    pemahaman ini, individu menghubungkan pengetahuan baru dengan

    pengetahuan sebelumnya dan mengkontruksikan makna baru.

    Tujuan pembelajaran konstruktivisme adalah membangun penafsiran

    diri terhadap dunia nyata melalui pengalaman-pengalarnan dan interaksi,

    dimana pelajar adalah merupakan proses aktif untuk membangunkan

    pengetahuan, pengajaran adalah satu proses membangunkan

    pengetahuan dan mengkomunikasikan pengetahnan, belajar terstruktur

    tidah merupakan suatu tugas, tetapi meminta peserta didik

    mempergunakan piranti secara aktual dalam situasi dunia nyata, belajar

    aktif yang harus dilaksanakan secara autentik dan berpusat pada masalah

    atau teka teki yang dirasakan oleh peserta didik, fokus pembelajaran pada

    proses tidak pada hasil, dan peran pembelajar sebagai seorang mentor

    mendorong berpikir reflektif dan meningkatkan kecakapan belajar, serta

    penilaian yang mendorong memunculkan gagasan dan cara pandang.

    7 Harold F. O'Neil Jr. & Ray. S. Perez, Tekhnology Aplications In Education: A Learning

    View, (London: Lawrence Erlbaum Associates, 2003), hal. 128 8 Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, hal. 22-23

  • 7

    Berdasarkan teori-teori di atas dapat disintesiskan bahwa belajar

    merupakan proses perubahan tingkah laku akibat interaksi individu

    dengan lingkungannya. Belajar disini merupakan aktivitas yang dilakukan

    seseorang untuk memperoleh perubahan yang positif dalam segala

    aspek, baik itu perubahan dalam tingkah laku pemikiran dan pemahaman,

    ataupun sikap. Jadi perubahan perilaku adalah hasil dari belajar, artinya

    seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang

    tidak dapat dilakukan sebelumnya. Kesulitan dihadapi guru, karena para

    pendidik masa sekarang harus mempersiapkan anak didik untuk

    kehidupan masa depan yang berbeda sekali dengan keadaan sekarang.

    Menurut Gibson et. Al, komponen-komponen yang mempengaruhi kinerja

    guru berupa kemampuan, keterampilan, latarbelakang, demografis,

    persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi, dan psikologis peserta

    didik.9

    Matematika sudah mulai dipelajari sejak dini, tetapi masih ditemukan

    prestasi belajar matematika siswa di madrasah belum memuaskan, ini

    merupakan dampak dari berbagai masalah dalam proses pembelajaran.

    Salah satu masalah tersebut adalah kurangnya kemampuan dasar siswa

    dalam memahami konsep dan materi matematika.

    Sebelum mengadakan uji coba produk, penulis mengamati di kelas V

    Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi, selama ini guru belum

    merancang pembelajaran secara baik untuk mengembangkan kreativitas

    belajar siswa dalam memecahkan permasalahan materi pembelajaran

    matematika, memahami konsep dan materi matematika. Pembelajaran

    matematika di sekolah selama ini masih dipengaruhi pandangan bahwa

    matematika adalah ilmu alat yang siap pakai. Pandangan ini mendorong

    guru bersikap cenderung mengajarkan konsep/teori dan cara

    menggunakannya. Guru cenderung mentrasfer ilrnu pengetahuan yang

    dimiiiki kepikiran siswa dan siswa menerimanya secara pasif dan tidak

    produktif dalarn mengembangkannya. Adakalanya siswa menjawab soal

    9 Dr. Supardi, M.Pd, Kinerja Guru, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hal. 20

  • 8

    dengan benar namun mereka tidak dapat mengungkapkan alasan atas

    jawaban mereka. Siswa dapat mengungkapkan rumus tetapi tidak tahu

    darimana asalnya rumus itu dan mengapa rumus itu digunakan. Keadaan

    demikian terjadi karena di dalam proses pembelajaran siswa kurang diberi

    kesempatan dalam mengungkapkan ide dan alasan jawaban mereka

    sehingga siswa kurang kreatif untuk mengungkapkan ide atau alasan dari

    jawabannya.

    Pemahaman konsep awal memegang peranan penting dalam

    matematika, setiap orang yang berkepentingan dengan matematika akan

    memerlukan pemahaman konsep awal dalam pemahaman materi yang

    lebih banyak, karena jika kita hendak meraih secara penuh tujuan materi

    matematika maka syarat untuk mencapai sasaran hasil bidang pendidikan

    haruslah memiliki pemahaman kensep awal yang lebih baik.

    Paradigma baru pendidikan sekarang ini lebih menekankan pada

    peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan

    berkembang. Siswa harus kreatif dalam pencarian dan pengembangan

    pengetahuan. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan dikelas, siswa

    lebih aktif berdiskusi, kreatif dalam belajar, serta berani menyampaikan

    gagasan dan dapat menerima ide orang lain oleh sebab itu dalam

    pembelajaran matematika guru hendaknya mampu merancang aktivitas

    pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas siswa dalam

    belajar, memecahkan masalah dan mengkomunikasikan gagasan. Untak

    mewujudkan itu semua guru harus dapat memilih suatu strategi

    pembelajaran yang tepat yang popular saat ini. Strategi pembelajaran

    tersebut bisa didapatkan didalam buka-buku desain pendidikan dan

    strategi pembelaiaran.

    Berdasarkan survey penulis di kelas V Madrasah Ibtidaiyah Nurul

    Ihsan Kota Jambi, penulis mengamati guru matematika belum memahami

    pendekatan dan strategi belajar matematika yang tepat agar dapat

    meningkatkan kreativitas belajar siswa. Selama ini guru hanya

    menggunakan buku paket matematika secara menoton dan siswa hanya

  • 9

    diajarkan tentang cara memahami matematika secara konten tanpa

    memberikan pemahaman kepada mereka tentang bagaimana cara yang

    tepat menguasai konsep materi pelajaran matematika secara utuh.

    Diantara cara mengembangkan kreativitas belajar siswa dengan

    memberikan pemahaman kepada siswa tentang berbagai pendekatan

    pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi yang tepat,

    sehingga diharapkan dapat mengembangkan kreativitas belajar siswa

    ketika belajar di sekolah. Strategi ini merupakan rangkaian aktivitas

    pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah

    yang dihadapi secara ilmiah. Melalui strategi pembelajaran yang tepat

    siswa akan kreatif berfikir, berkomunikasi,mencari,dan mengolah data

    serta akhirnya menyimpulkan.

    Pengembangan materi ajar matematika berbasis PMR

    (pembelajaran matematika realistik) dalam meningkatkan kreativitas

    siswa, dapat membuat proses pembelajaran menjadi tidak membosankan

    dan siswa tertarik serta bersemangat untuk mengikuti pelajaran

    matematika dengan sunguh-sungguh. Produk buku ajar ini sangat menarik

    sehingga dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa. Siswa menjadi

    kreatif dan mandiri dalam belajar matematika. Pembelajaran matematika

    realistik di kelas berorientasi pada karakteristik-karakteristik Realistic

    Mathematics Education (RME), sehingga siswa mempunyai kesempatan

    untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika atau pengetahuan

    matematika formal.Selanjutnya, siswa diberi kesempatan mengaplikasikan

    konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau

    masalah dalam bidang lain.

    Pembelajaran matematika yang diajarkan kepada siswa di Madrasah

    Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi pada kenyataannya belum sesuai

    dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor

    antara lain:

  • 10

    1. Materi bangun ruang terpisah dengan menghitung volume kubus

    dan balok.

    2. Jarak antara pembahasan bangun datar dan bangun ruang

    sangat jauh.

    3. Contoh materi yang digunakan dalam pembahasan bangun ruang

    harus relevan dengan kehidupan nyata peserta didik.

    4. Gambar pada bangun ruang tersebut tidak berwarna.

    Pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Agar

    dapat menarik minat belajar, sehingga kualitas pembelajaran dapat

    menciptakan sekolah yang berprestasi. Salah satu pengembangan

    pembelajaran yang dapat dilakukan adalah pengembangan buku ajar

    berbasis PMR (pembelajaran matematika realistik) yang merupakan salah

    satu strategi pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran

    kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada suatu masalah, yang

    kemudian melalui pemecahan masalah tersebut siswa dapat memiliki

    keterampilan-keterampilan yang lebih kreatif.

    Proses pembelajaran siswa di sekolah difasilitasi oleh guru

    profesional yang tugasnya mendidik mengarahkan dan membimbing

    siswa. Dalam arti kata guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator,

    manajemen berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa. Seorang

    guru harus mampu memberikan sugesti dan menjadi sumber ilmu

    pengetahuan bagi siswanya. Hal ini sebagaimana diungkapkan John

    Macbeath, "One teacher suggested the list should be put up on the

    class room wall as a reference point for both the teacher and her

    student”.10

    Ketika mengikuti pembelajaran di sekolan banyak siswa yang gagal

    dalam belajar, hal ini disebabkan oleh siswa belajar yang tidak teratur,

    10 Peak Performance Success in College and Beyond, (London & New york: Routledge,

    1999), hal. 54

  • 11

    kurang adanya motivasi belajar dalam diri siswa tersebut, suasana belajar

    di sekolah yang kurang menyenangkan; buku ajar yang digunakan guru

    kurang menarik sehingga mengakibatkan proses pembelajaran tidak

    berjalan dengan efektif dan efesien. Hal ini dipengaruhi oleh macam-

    macam faktor psikoiogi yang diperlukan dalam kegiatan belajar. Menurut

    Thomas F. Stwion yaitu motivasi, konsentrasi, reaksi, organisasi,

    pemahaman dan ulangan.

    Penulis mengembangkan buku ajar matematika berbasis PMR

    (Pembelajaran Matematika Realistik) dalam peningkatan kreativitas

    belajar siswa dengan tujuan; 1) menyedikan buku ajar yang sesuai

    dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa,

    yakni buku yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan

    sosial siswa, 2) membantu siswa dalam memperoleh alternatif buku ajar

    disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh, 3) memudahkan

    guru dalam pembelajaran. Sedangkan keuggualan dan manfaat dari buku

    ajar yang akan dikembangkan yakni ; a) diperoleh buku ajar yang sesuai

    tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, b) tidak

    lagi tergantung kepada buka teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, c)

    buku ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan

    berbagai referensi, d) menambah khasanah pengetahuan dan

    pengalaman guru dalam menulis buku ajar, e) buku ajar ini akan mampu

    membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan

    siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada garunya, f)

    dilengkapi langkahlangkah kerja urutan-urutan kerja, lembaran-lembaran

    kerja yang signifikan.

    Pengembangan buku ajar perlu dilakukan guna memperbaiki dan

    mengembangkan buku ajar pembelajaran matematika di madrasah, agar

    lebih menarik, efektif, dan sesuai dengan tuntutan kurikuium dan

    meningkatkan kreativitas belajar. Analisis kebutuhan tersebut, selain

    melihat dari adanya masalah, keberadaan potensi juga menjadi

  • 12

    pertimbangan penting. Sebab menurut Sugiyono,11 tahapan analisis

    kebutuhan dilihat dari potensi dan masalah yang ada di lapangan. Potensi

    merupakan sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah.

    Potensi yang ditemukan di lapangan selama ini adalah keberadan

    siswa di madrasah sangat potensial dalam mengembangkan aspek

    kognitif, afektif dan psikomotarik. Sehingga bila aspek-aspek tersebut

    dapat dikembangkan secara optimal, maka hasil yang dicapaipun akan

    optimal. Dengan pertimbangan tersebut, maka perlu diadakan perbaikan

    buku ajar berbasis kreativiras yang dapat meningkatkan prestasi belajar

    siswa agar tejuan pembelajaran matematika khususnya di Madrasah

    Nurul Ihsan Kota jambi, dapat tercapai secara optimal.

    Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa salah satu cara untuk

    dapat memperbaiki dan meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam

    proses pembelajaran adalah dengan memenuhi dan melengkapi buku ajar

    yang sistematis, menyenangkan, disertai dengan menggunakan strategi

    dan metode yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan.

    Berdasarkan temuan lapangan di atas, maka dalam peneliitian ini

    penulis berusaha mengembangkan buku ajar matematika berbasis

    kreativitas dalam meningkatan prestasi belajar siswa dengan tujuan: 1)

    menyediakan buku ajar yang sesuai tuntutan kurikulum, dengan

    mempertimbangkan kebutuhan siswa, yaitu buku ajar harus sesuai

    dengan karakteristik, kemampuan, dan setting atau lingkungan sosial

    siswa; 2) membantu siswa untuk memperoleh alternatif buku ajar di

    samping buku-buku teks yang memang sulit diperoleh dan 3)

    memudahkan guru dalam pembelajaran.

    Melalui pengembangan buku ajar matematika berbasis PMR ini,

    diharapkan akan dapat meningkatkan kreativitas, dan kompetensi siswa

    dalam mempelajari pembelajaran matematika, dimana kompetensi utama

    11 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

    Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 409

  • 13

    yang harus dimiliki oleh siswa adalah mampu memahami, menjelaskan,

    cara kerja rumus matematika secara baik dan benar.

    Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian dan

    menuliskannya dalam sebuah tesis dengan judul :"Pengembangan Materi

    Ajar Matematika Berbasis PMR (Pembelajaran Matematika Realistik)

    Dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Nurul

    Ihsan Kota Jambi".

    B. Identifikasi Masalah Produk dan Kondisi Awal Siswa

    Derdasarkan laiar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi

    masalah sebagai berikut :

    1. Guru matematika belum memahami pendekatan dan strategi mengajar

    matematika yang tepat yang dapat meningkatkan kreativitas belajar

    siswa.

    2. Siswa MI Nurul Ihsan Kota Jambi hanya diajarkan tentang cara

    memahami matematika secara content tanpa memberikan

    pemahaman tentang cara yang tepat menguasai konsep materi

    pembelajaran matematika secara utuh.

    3. Buku ajar matematika yang ada dalam buku paket siswa selama ini

    monoton, menjenuhkan, kurang memenuhi standar kurikulum dan

    kurang menarik minat siswa untak mempelajarinya.

    5. Guru belum mengembangkan berbagai strategi pembelajaran berbasis

    kreativitas dalam proses pembelajaran matematika di MI Nurul Ihsan

    Kota Jambi.

    6. Pemanfaatkan buku ajar matematika belum sesuai dengan

    perkembangan peserta didik di MI Nurul Ihsan Kota Jambi.

    C. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka

    rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

  • 14

    1. Bagaimana mengembangkan materi ajar matematika berbasis PMR

    (Pembelajaran Matematika Realistik) dalam meningkatan kreativitas

    belajar siswa kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi?

    2. Apakah pengembangan materi ajar matematika berbasis PMR

    (Pembelajaran Matematika Realistik) dapat meningkatkan kreativitas

    belajar siswa di MI Nurul Ihsan Kota Jambi?

    D. Batasan Peagembangan Produk dan Fokus Penelitian

    1. Batasan Pengembangan Produk

    Penelitian pengembangan ini berupa produk pengembangan buku

    ajar pada pembelajaran matematika. Penelitian ini dibatasi pada

    pengembangan teori dan praktik.

    a. Keterbatasan Teori.

    1) Pengembangan buku ajar berbasis PMR (Pembelajaran

    Matematika Realistik) dalam peningkatan Kreativitas belajar siswa

    pada mata pembelajaran matematika.

    2) Pengembangan buka ajar berbasis PMR (Pembelajaran

    Matematika Realistik) dibatasi pada materi : Bangun Ruang, (Balok

    dan Kubus)

    b. Keterbatasan Praktik.

    1) Secara praktik penelitian ini dibatasi pada pembelajaran

    matematika untuk siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan

    Kota Jambi.

    2) Subjek kelas uji coba dalam pengembangan buku ajar ini adalah

    siswa kelas V MI Nurul Ihsan Kota Jambi.

    2. Fokus Penelitian

    Untuk menjawab permasalahan yang diteliti, dan mengatasi

  • 15

    keterbatasan waktu dan kemampuan maka penelitian ini difokuskan

    pada:

    a. Buku ajar yang dikembangkan adalah buku ajar matematika berbasis

    PMR (Pembelajaran Matematika Realistik) yang sesuai dengan

    kebutuhan siswa, dan dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa.

    b. Buku ajar sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar dan

    indikator pencapaian kompetensi matematika, karena berpedoman

    pada standar isi yang ditetapkan untuk meningkatkan prestasi belajar

    siswa Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi.

    c. Pengembangan buku ajar matematika berbasis PMR (Pembelajaran

    Matematika Realistik) dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa

    Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi, lebih efektif dan efisien.

    d. Meningkatkan prestasi belajar matematika siswa di kelas V Madrasah

    Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi dengan mengembangkan buku ajar

    berbasis PMR yang menarik, efektif dan efisien.

    E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk :

    a. Mengembangkan buku ajar matematika berbasis PMR (Pembelajaran

    Matematika Realistik) dalam meningkatkan kreativitas belajar siswa

    kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi.

    b. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran

    matematika dengan mengembangkan buku ajar berbasis PMR

    sehingga dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa pada

    pembelajaran matematika di madrasah dan menghasilkan buku ajar

    yang menarik, efektif dan efsien, bagi siswa kelas V Madrasah

    Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi.

    http://dikemba.ng/

  • 16

    2. Kegunaan Penelitian

    Secara teori dan praktik, penelitian ini akan berguna untuk

    mendeskripsikan karakteristik buku ajar yang digunakan khususnya

    buku ajar berbasis PMR dalam meningkatkan kreativitas belajar pada

    pembelajaran matematika siswa di MI Nurul Ihsan Kota Jambi.

    c. Kegunaan Teoritis

    1) Sebagai sumbangan penting yang dapat memperluas wawasan bagi

    kajian Teknologi Pendidikan Islam sehingga dapat dijadikan sebagai

    rujukan untuk Pengembangan penelitian Tekhnologi Pendidikan Islam

    pada masa yang akan datang.

    2) Memberikan sumbangan penting dan memperluas kajian 'Tekhnologi

    Pendidikan Islam yang menyangkut pembelajaran matematika di

    Madrasah Ibtidaiyah (MI).

    3) Menambah khazanah pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai

    bahan rujukan penelitian lebih lanjut bagi pengembangan

    pembelajaran matematika di madrasah.

    b. Kegunaan Praktis

    1) Hasil penelitian pengembangan ini berupa produk buku ajar berbasis

    PMR(Pembelajaran Matematika Realistik) yang dapat dijadikan

    sumbangan bagi Madrasah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

    di Madrasah Ibtidaiyah (MI).

    2) Hasil penelitian pengembangan ini menghasilkan buku ajar yang

    menarik, efektif dan efisien untuk pembelajaran matematika bagi siswa

    Madrasah Ibtidaiyah (MI).

    3) Hasil penelitian pengembangan ini dapat meningkatkan prestasi

    belajar siswa pada pembelajaran matematika di Madrasah Ibtidaiyah

    (MI).

  • 17

    BAB II

    LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

    A. Landasan Teori, Konstruks dan Indikator

    1. Kreativitas Belajar

    Salah satu konsep mengenai kreativitas Menurut Semiawan dalam

    Yeni Rachmawati (2005:16) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan

    kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam

    pemecahan masalah. Denagn memberikan gagasan baru maka

    seseorang yang apabila menggunakan semua bakat dan talentanya untuk

    menjadi apa yang ia mampu mengaktualisasikan atau mewujudkan

    potensinya.1

    Kreativitas merupakan hak yang sangat penting dalam pembelajaran,

    dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses

    kreativitas tersebut. Kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat universal

    dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas

    ditandai oleh adanya kegiatan menciptakain seuatu yang sebelumnya

    tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecendrungan

    untuk menciptakan sesuatu.

    Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas

    merupakan yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya

    ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Dia sendiri

    adalah orang kreator dan motivator, yang berada di pusat proses

    pendidikan. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk

    menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga

    peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak

    melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukan bahwa apa

    yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telat,

    1 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. (Pusat Pembukuan

    Depdiknas dan PT. Rinekas Cipta: Jakarta, 2004), hal. 18.

    17

    http://melaya.ni/

  • 18

    dikerjakan sebelumnya dan apa yang dikerjakan di masa mendatang lebih

    baik dari sekarang.2

    Dalam proses pembelajaran peserta didik perlu diupayakan

    pengembangan aktivitas, kreatifitas, dan motivasi dalam proses

    pembelajaran. Dengan mengutip pemikiran Gibbs, E. Mulyasa (2003)

    mengemukakan hal-hal yang diperlukan agar siswa lebih aktif dan kreatif

    dalam belajarnya:

    1. Dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan mengurangi

    rasa takut.

    2. Memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk

    berkomunikasi ilmiah secara bebas terarah.

    3. Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan

    evaluasinya.

    4. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak

    otoriter.

    5. Melibatkan peserta didik secara aktif dan kreatif dalam proses

    pembelajaran secara keseluruhan.3

    Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan

    pembangunan disegala bidang, yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan

    keterampilan serta dapat meningkatkan kreativitas, produktivitas, mutu,

    dan efisiensi kerja. Perilaku kreatif adalah hasil pemikiran kreatif Karena

    itu sistem pendidikan henduaknya dapat merangsang pemikiran sikap,

    dan perilaku kreatif produktif, disamping pernikiran logis dan penalaran.

    Para ahli psikologi membuat pola-pola tes untuk mengukur beberapa

    aspek kreativitas. Salah satu tes tersebut dengan sebuah objek yang

    sangat umum.Namun dalam kenyataannya masih sedikit sekolah yang

    menyelenggarakan upaya menyelenggarakan kreativitas dan bakat anak.

    Hal ini disebabkan antara lain oleh masih sangat langkanya literature yang

    2 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

    Menyenangkan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005). Cet. II, hal, 52 3 Dr. Iskandar, M.Pd. Psikologi Pendidikan. (Jakarta Selatan : Tim ELN, 2012), hal. 95

  • 19

    membahas secara menyeluruh dan terinci mengenai kreativitas. Berikut

    penulis akan menjelaskan secara singkat faktor pendorong Kreativitas,

    ciri-ciri kreativitas belajar,dan fakta: pendorong kreativitas di sekolah/

    madarasah.

    a. Pengertian dan Ciri-ciri Kreativitas Belajar

    1) Pengertian Kreativitas Belajar

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia4, kreativitas adalah

    kemampuan untuk mencipta, perihal berkreasi dan kekreatifan.

    Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang

    baru, wujudnya adalah tindakan manusia (Barron dan Harrington, 1981).5

    Kreativitas adalah suatu proses adanya sesuatu yang baru apakah

    itu gagasan atau benda dalam bentuk atau rangkaian yang baru

    dihasilkan. Penekanan pada tindakan menghasilkan ketimbang pada hasil

    akhir tindakan tersebut merupakan inti konsep kreativitas.6

    Menurut Adler mengenai kreativitas jelas menggambarkan

    pandangannya yang anti mekanistik, manusia bukan penerima

    pengalaman secara pasif tetapi manusia adalah aktor dan inisiator tingkah

    laku. Manusia mempunyai kekuatan kreatif untuk mengontrol kehidupan

    dirinya, dan kreatif itu membuat setiap manusia menjadi manusia bebas,

    bergerak menuju tujuan yang terarah.

    Menurut Syaiful Bahri Djamarah, kreatif berarti memiliki daya cipta

    atau kemampuan untuk mencipta. Menurut Reni Akbar (dalam Syaiful

    Bahri Djamarah) kreativitas merupakan kemampuan seseorang

    melahirkan sesuatu yang baru atau kombinasi hal yang sudah ada

    sehingga terkesan baru.

    4 Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gita Media Press, 2006), hal. 599

    5 Dr.H.Oding Supriadi, M.Pd. Perkembangan Peserta Didik.(Yogyakarta:Kurnia kalam

    semesta, 2010).hal.136 6 Elizabeth B.Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2 (Jakarta : Pt Gelora Aksara Pratama.

    2010) hal.2.

  • 20

    Cipta. 2010). hal. 373-374.

    Pembelajaran kreatif menekankan pada pengembangan kreatifitas,

    baik pengembangan imajinasi dan daya cipta (mengarang, membuat

    kerajinan tangan, mempraktekkan kesenian, maupun pengembangan

    berfikir kreatif). Pengembangan kemapuan berfikir kreatif haruslah

    seimbang dengan kemampuan rasional logis.

    Pembelajaran kreatif menurut M. Mukhtar (dalam Syaitul Bahri

    Djarnarah) merupakan pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di

    luar kelas dengan memanfaatkan semua potensi yang ada. Jadi

    pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang rnampu menciptakan

    siswa lebih aktif, berani menyampaikan pendapat dan berargumen,

    menyampaikan masalah atau solusi serta memberdayakan semua

    potensi yang ada.7

    Kreativitas seringkali dianggap sebagai sesuatu keterampilan yang

    didasarkan pada bakat alam, dimana hanya mereka yang berbakat saja

    yang bisa menjadi kreatif. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar,

    walaupun dalam kenyataannya terlihat bahwa orang tertentu rnemiliki

    kemampuan untuk menciptakan ide baru dengan cepat dan beragam al-

    Qur'an sendiri pun mendorong pembacanya untuk berpikir kreatif Firman

    Allah :

    Artinya: “Orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami, dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. Al-Ankabut : 69)

    Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa sebenarnya Islam

    mendorong manusia untuk melakukan kreativitas dan Allah SWT

    memberikan petunjuk kepada jalan umatnya untuk berkreasi dengan akal

    pikirannya dan dengan hati nuraninya (qalbunya) dalam menyelesaikan

    persoalan-persoalan hidup didalamnya.

    7 Syaiful Bahri Djamarah. Guru & Anak Didik Dalam Interaksi ldukatif, (Jakarta : Rineka

    http://beraga.rn.al/

  • 21

    semesta, 2010).hal.138

    Sesungguhnya kemampuan berpikir kreatif pada dasarnya dimiliki

    semua orang. Kreatifitas merupakan salah satu modal yang harus dimiliki

    siswa untuk mencapai prestasi belajar. Kreativitas siswa tidak seharusnya

    diartikan sebagai kemampuan menciptakan sesuatu yang benar-benar

    baru, akan tetapi kecerdasan yang dimiliki siswa dalam memandang

    ketentuan dimana masih perlu adanya bimbingan, pemahaman. "Anak

    kreatif kadang-kadang memang menjengkelkan orang lain. Akan tetapi

    guru harus mengerti akan hal itu. Para siswa itu mungkin kreatif di bidang

    mesin, listrik, gambar, seni musik, dan lain-lain.

    Secara konseptuan, Amabile (1983), melukiskan bahwa suatu produk

    dinilai kreatif apabila:

    1. Produk tersebut bersifat baru, unik, berguna, benar, atau bernilai

    dilihat dari segi kebutuhan tertentu.

    2. Lebih bersifat heuristik, yaitu menampilkan metode yang masih

    belum pernah atau jarang dilakukan oleh orang lain sebelumnya.8

    Berdasarkan definisi di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa

    kreativitas adalah potensi daya kseatif yang dimiliki individu sebagai

    bentuk pemikiran dalam menemukan hubungan antara unsur yang sudah

    ada atau cara baru dalam menghadapi masalah yang datang dari diri

    sendiri berupa hasrat dan motivasi yang kuat untak berkreasi.

    2) Ciri-ciri kreatifitas belajar

    Menurut hasil studi Utami munandar, ciri-ciri siswa kreatif adalah :

    a. terbuka terhadap pengalarnan baru.

    b. kelenturan dalam sikap

    c. kebebasan dalam ungkapan diri

    d. menghargai fantasi

    e. minat dalam kegiatan kreatif.

    8Dr.H.Oding Supriadi, M.Pd. Perkembangan Peserta Didik.(Yogyakarta:Kurnia kalam

  • 22

    f. memiliki tingkat kepecayaan diri terhadap gagasan sendiri

    g. mandiri dan menunjukan inisiatif.

    h. kemandirian dalam memberi pertimbangan.9

    Berdasarkan survei kepustakaan, Dedi Supriadi (1994)

    mengidentifikasi 24 ciri kepribadian kreatif yang ditemukandalam berbagai

    studi, yaitu;10 ciri-ciri kepribadian yang kreatif yaitu: 1) Terbuka terhadap

    pengalaman baru, 2) Fleksibel dalam berfikir dan merespon, 3) Bebas

    dalam menyatakan pendapat dan perasaan; 4) Menghargai Fantasi, 5)

    Tertarik pada kegiatan kreatif, 6) Mempunyai mendapat sendiri dan tidak

    terpengaruh oleh orang lain, 7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar, 8)

    Toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti, 9)

    Berani mengambil resiko yang diperhitungkan, 10)Percaya diri dan

    mandiri, 11 ) Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas, 12)

    Tekun dan tidak mudah bosan, 13) Tidak kehabisan akal dalam

    memecahkan masalah, 14) Kaya akan inisiatif, 15) Peka terhadap situasi

    lingkungan, 16) Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan dari

    masa yang lalu, 17) Memiliki citra diri dan stabilitas diri yang baik, 18)

    Tertarik kepada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistis dan mengandung

    tekateki, 19) Memiliki gagasan yang orisinal 20) Mempunyai minat yang

    luas, 21) Menggunakan waktu luang untak kegiatan yang bermanfaat dan

    konstruktif bagi pengembangan diri, 22) Kritis terhadap Pedapat orang

    lain, 23) Senang mengajukan pertanyaan yang baik, 24) Memiliki

    kesadaran etika-moral dan estetik yang tinggi.

    Hawadi (dalam Munirul Abidin), mengemunakan ada dua belas ciri

    orang kreatif yaitu :

    1. Memiliki rasa ingin tahu yang mendalam.

    2. Sering mengujukan pertanyaan yang berbobot.

    9 Utami Munandar, Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan potensi Kreatif

    dan Bakat 10

    Dr.H.Oding Supriadi, M.Pd. Perkembangan Peserta Didik.(Yogyakarta:Kurnia kalam semesta, 2010).hal.154-155

  • 23

    3. Memberikan banyak gagasan, usul-usul terhadap suatu masalah.

    4. Mampu rnenyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu.

    5. Mempunyai menghargai rasa keindahan.

    6. Menonjol dalam satu atau lebih bidang studi.

    7. Dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai segi.

    8. Mempunyai rasa humor.

    9. Mempunyai rasa imajinasi (unisalnya meminirkan hal-hal yang dan

    tidak biasa).

    10. Mampu mengajukan gagasan pemecahan masalah dengan orang lain

    (orisinil).

    11. Kelancaran dalam menghasilkan bermacam-macam gagasan.

    12. Mampupu menghadapi masalah dari beragai sudut pandangan11.

    Peneliti menyimpulkan ciri-ciri kreativitas secara umum adalah

    pribadi yang selalu memiliki rasa ingin tahu, memiliki minat yang sangat

    luas, dan suka melakukan aktivitas yang kreatif, lebih berani

    mengemukakan pendapat, memiliki rasa humor tinggi, berani mengambil

    resiko serta memiliki kemampuan untuk menciptakan ide baru, konsep

    atau keinginan yang diimajinasikan menjadi berbagai penemuan karya

    seni atau sastra. Guilford (dalam S.T. Alisyahbana), mengatakan bahwa

    bila penelitian menggunakan faktor analisa, maka sifat-sifat berikut ini

    muncul sebagai faktor-faktor yang penting dalarn perencanaan dan

    kemampuan yang dipandang sebagai karakteristik orang kreatif :

    1. Fluency, kelancaran; kesigapan, kemampuan untuk menghasilkan

    banyak gagasan.

    2. Fleksibilitas, kemarnpuan untuk menggunakan bermacam-macam

    pendekatan dalam mengatasi persoalan.

    3. Originalitas, kemammuan untuk mencetuskan gagasan- gagasan asli

    dan baru.

    11 Munirul Abidin, Menjadi Kreatif Dengan Menulis, (Malang : UIN-Maliki Press, 2010),

    hal. 9

  • 24

    4. Elaborasi, kemampuan melakukan hal-hal secara detail terperinci.

    5. Redefinition, kemampuan untuk refleksi dan merumuskan kembali

    batasan-batasan dengan melihat dari sudut lain.12

    Berdasarkan pendapat di atas diketahui ciri-ciri atau karakteristik

    kreativitas pada umumnya dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk

    menentukan kemampuan kreatif dari seseorang. Ciri-ciri kreativitas

    seseorang dapat dilihat dari aspek berpikir, dan aspek dorongan atau

    motivasi. Aspek berpikir kreatif ditunjukan oleh sifat-sifat kelancaran

    (fluencvy), kelenturan (frexibility), keaslian (originality), dan penguraian

    (elaboration). Aspek dorongan atau motivasi ditunjukan oleh sifat-sifat

    karakter, seperti sikap, percaya diri tidak konversional, dan aspirasi

    keindahan.

    3) Faktor-faktor yang meghambat kreativitas

    Teori kreativitas sebagai produk mental diawali sejak studi modern

    mengenai intelegensi diperkenalkan oleh Sir Fancis Galton (10822-1911)

    dan Alfred Binet (1857-1911) yang akhirnya memunculkan tes intelegensi.

    Selanjutnnya melalui pendekatarn psikomotorik J.P. Guilford dan Paul

    Torrance (1950) menghasilkan "Struktur of inteliect model. " Guilford

    mengidentifilkasikan tiga dimensi utama yang meliputi operations (aktivitas

    ketika pemroses informasi, baik secara konvergen dan divergen); content

    (unntuk informasi yang diproses); dan product (kemampuan yang

    dihasilkan). Menurut teori ini, produk konvergen merupakan penyesuaian

    dengan informasi yang telah dimiliki dalam memori agar memacu logis

    dan dapat diterima (merupakan penyempitan jawaban). Sementara itu

    produk divergen dianggap sebagai produk yang diperoleh atas dasar

    pengembangan informasi yang sudah ada dalam memori.

    Adapun faktor-faktor yang menghambat kreativitas adalah:13 a. Alat-

    alat ukur (tes) yang biasa dipakai sekolah yaitu berupa tes intelegensi

    12 Drs. ahmadSusanto,Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2013). Hal.

    102 13

    Utami Munandar, Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat, hal. 67-70

  • 25

    tradisional yang mengukur kemampuan siswa untuk belajar dan tes

    prestasi belajar yang menilai kerajian siswa selama program pendidikan.

    Baik tes intelegensi maupun tes prestasi belajar kebanyakan hanya

    meliputi tugas-tugas yang hams dicari satu jawaban yang benar (berfikir

    kovergen). Kemampuan berfikir divergen dan kreatif menjajaki berbagai

    kemungkinanjawaban atau suatu masalah yang jarang diukur. b.

    Keterbatasan penggunaan modal yang membangkitkan stimulus dalam

    teori belajar terhadap kreativitas. c. Tuntutan akan alat-alat ukur yang

    mudah digunakan dan obyektif untuk mengukur kemampuan kreatif. d.

    Kurangnya perhatian dunia pendidikan dan psikologi terhadap kreativitas

    yang terletak pada kesulitan merumuskan konsep kreativitas itu sendiri.

    Adapun kendala-kendala lain yang dapat menghambat kreativitas

    adalah sebagai berikut :

    1. Hadiah

    Kebanyakan orang pecaya bahwa memberi hadiah akan

    memperbaiki meningkatkan perilaku tersebut. Ternyata tidak demikian,

    pemberian hadiah dapat merusak motivasi intrinsik dan mematikan

    kreativitas.14

    Anak senang menerima hadiah dan kadang-kadang melakukan

    segala sesuatu untuk memperolehnya, dan itu masalahnya. Hadiah yang

    terbaik untuk pekerjaan yang baik adalah yang tidak berupa materi, tapi

    hendaknya berkaitan erat dengan kegiatannya, misalnya dengan

    memberikan kesempatan untuk menampilkan dan mempresentasikan

    pekerjaannya sendiri, atau bisa juga dengan memberikan pujian yang bisa

    memotivasi untuk berkreasi.

    2. Persaingan (Kompetisi)

    Biasanya persaingan terjadi apabila siswa merasa bahwa

    pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa lain dan bahwa yang

    terbaik akan menerima hadiah. Hal ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari

    14 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, hal.224

  • 26

    dan sayangnya dapat mematikan kreativitas.

    3. Lingkungan yang membatasi

    Albert Einstein yakin bahwa belajar dan kreativitas tidak dapat

    ditingkatkan dengan paksaan, sebagai anak ia mempunyai pengalaman

    mengikuti sekolah yang sangat menekankan pada disiplin dan hafalan

    semata-mata. Ia selalu diberitahu apa yang harus dipelajari, bagaimana

    mempelajarinya dan pada ujian yang harus dapat mengulanginya dengan

    tepat, pengalamanyang biasanya amat menyakitkan dan menghilangkan

    minatnya terhadap ilmu, meskipun hanya untuk sementara.

    4. Keluarga

    Tidak jarang karena keinginan orang tua membantu anak berprestasi

    sebaik mungkin, mereka mendorong dalam bidang-bidang yang tidak

    diminati anak. Akibatnya ialah, meskipun anak berprestasi cukup baik

    menurut ukuran standar, mencapai nilai tinggi, mendapat penghargaan,

    tetapi mereka tidak menyukai kegiatan tersebut sehingga tidak

    menghasilkan sesuatu yang betul-betul kreatif.15

    b. Faktor Pendorong Kreatifitas

    Menurut Gardner, faktor yang menunjang munculnya kreativitas

    meliputi tiga elemen pokok yanhg saling terkait. Ketiga elemen tersebut

    adalah kemampuan tertentu, hubungan individu tersebut dengan

    pekerjaannya, serta interaksi antara individu dengan orang lain baik

    saudara, maupun kelompoknya.16

    Mendidik anak merupakan tugas orang tua, dan pendidikan

    merupakan proses seumur hidup yang berlangsung di lingkungan

    keluarga, sekolah dan masyarakat.

    15 Utami Munandar, Kreativitas dan Keberbakatan, hal. 224-227

    16 Gardner, Howard, Creating minds, An Anatomy of Creativity, (New York: Basic Books,

    1993), hal. 8-9

  • 27

    Beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas anak adalah sebagai

    berikut :

    1) Kedekatan emosi

    Berkembangnya kreativitas anak sangat bergantung pada kedekatan

    emosi dari orang tua. Suasana emosi yang mencerminkan rasa

    permusuhan, penolakan, atau terpisah sangat menghambat

    perkembangan kreativitas anak.

    2) Kebebasan dan respek

    Anak kreatif biasanya memiliki orang tua yang menghormatinya

    sebagai individu, mempercayai kemampuan yang dimiliki, adanya

    keunikan serta memberi kebebasan kepada anak tidak otoriter, tidak

    selalu mengawasi atau terlalu membatasi kegiatan anak

    3) Menghargai prestasi dan kreativitas

    Orang tua anak kreatif biasanya selalu mendorong anaknya untuk

    selalu berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan karya yang baik, tidak

    menekankan pada hasil akan tetapi proses. Spontanitas, kejujuran dan

    imajinasi dianggap penting bagi perkembangan kreatif anak.

    c. Pengembangan kreatifitas dalam pembelajaran

    Gordon dalam Joice and Weill (Dalam E. Mulyasa) mengemukakan

    empat prinsip dasar sinektik yang menentang pandangan lama tentang

    kreativitas.

    Pertama, kreativitas merupakan sesuatu yang penting dalam

    kegiatan sehari-hari. Hampir semua manusia berhubungan dengan proses

    kreativitas, yang dikembangkan melalui seni atau pertemuan-pertemuan

    baru. Model Gordon dirancang untuk meningkatkan kapasitas pemecahan

    masalah, ekspresi kreatif, empati dan hubungan social. Ia juga

    menekankan bahwa ide-ide yang bermakna dapat ditingkatkan melalui

    aktivitas kreatif untuk memperkaya pemikiran.

    Kedua, proses kreatif bukanlah sesuatu yang misterius. Hal tersebut

    dapat dideskripsikan dan mungkin membantu orang secara langsung

  • 28

    untuk meningkatkan kreativitasnya. Gordon memandang bahwa

    kreativitas didorong oleh kesadaran yang memberi petunjuk untuk

    mendeskripsikan dan menciptakan prosedur latihan yang dapat diterapkan

    di sekolah atau lingkungan lain.

    Ketiga, penemuan keratif sama dalam semua bidang, baik dalam

    bidang seni, ilmu maupun dalam rekayasa. Gordon menunjukkan adanya

    hubungan antara perkembangan berpikir dalam seni dan ilmu yang sangat

    erat.

    Keempat, asumsi Gordon yang keempat menunjukkan bahwa

    berpikir kreatif baik secara individu maupun kelompok, adalah sama.

    Individu dan kelompok menurunkan ide-ide dan produk dalam berbagai

    hal. Hal ini menentang pandangan yang mengemukakan bahwa

    kreativitas adalah pengalaman pribadi.17

    Gibbs (dalam E. Mulyasa) berdasarkan berbagai penelitiannya

    menyimpulkan bahwa kreativitas dapat dikembangkan dengan memberi

    kepercayaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri dan pengawasan

    yang tidak terlalu ketat. Hasil penelitian tersebut dapat diterapkan atau

    ditransfer dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik akan

    lebih kreatif jika:

    a. dikembangkan rasa percaya diri pada peserta didik dan tidak ada perasaan takut

    b. diberi kesempatan untuk berkomuniaksi ilmiah secara bebas dan terarah

    c. dilibatkan dalam menentukan tujuan dan evaluasi belajar d. diberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter, serta e. dilibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara

    keseluruhan.18

    Apa yang dikemukakan di atas nampaknya sulit untuk dilakukan.

    Namun paling tidak guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang

    kondusif, yang mengarah pada situasi di atas, misalnya dengan

    mengembangkan modul yang heuristic dan hipotetik. Kendatipun

    17 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, hal. 163

    18 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, hal. 165

  • 29

    demikian, kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh aktivitas dan

    kreativitas guru, disamping kompetensi-kompetensi profesionalnya.

    Namun, dalam kegiatan belajar melalui modul, hal ini bias dikurangi,

    karena guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator.

    Pengembangan kreativitas dalam proses pembelajaran dapat

    dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

    1. Mengembangkan keberanian dan rasa percaya diri peserta didik, serta mengurangi perasaan-perasaan yang kurang menyenangkan

    2. Memberi kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk berkomunikasi secara aktif dan terarah

    3. Melibatkan peserta didik dalam menentukan tujuan belajar dan penilaian hasilnya

    4. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter 5. Melibatkan mereka secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan

    dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.19

    Dengan demikian, dalam proses pembelajaran mengandung dua

    aktivitas penting, yaitu belajar dan mengajar. Hasil pembelajaran tidaklah

    bersifat instant, melainkan berproses secara sistematis untuk membentuk

    makna bagi kedua belah pihak, baik siswa sebagai learner maupun guru

    sebagai teacher. Keharmonisan interaksi diantara keduanya akan

    membangun suasana belajar yang menyenangkan, sehingga pada

    saatnya akan menumbuh-suburkan semangat untuk berkarya secara

    kreatif. Kehadiran guru professional yang kreatif akan memicu lahirnya

    inovasi proses dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi.

    Dari beberapa definisi menurut para ahli di atas maka dapat

    disimpulkan bahwa kerativitas belajar adalah kemampuan siswa

    menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan

    mengembangkan/ kemampuan formasi yang diperoleh dari guru dalam

    proses pembelajaran sehingga siswa dapat membuat kombinasi yang

    baru dalam belajarnya serta dapat memecahkan masalah yang dihadapi

    dalam belajar.

    19 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Jakarta: PT. Bumi

    Aksara, 2010). Hal. 188

  • 30

    Yang dimaksud dengan kreativitas belajar siswa dalampenelitian ini

    adalah total skor yang diperoleh setiap responden dalam menjawab

    angket kreativitas belajar siswa dengan berdasarkan indicator: (1)

    menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yangbervariasi, (2)

    Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda (3)

    Mencari banyak alternative atau arah yang berbeda-beda, (4) Mampu

    melahirkan ungkapan yang baru dan unik, (5) Memikirkan cara yang tidak

    lazim untuk mengungkapkan diri (6) Mempunyai kemauan keras untuk

    menyelesaikan soal-soal matematika, (7) Menanggapi pertanyaan-

    pertanyaan secara bergairah, aktif dan bersemangat dalammenyelesaikan

    tugas-tugas, (8) Berani menerima atau melaksanakan tugas berat. (9)

    Senang mencari cara atau metode yang praktis dalam belajar, (10) Kritis

    dalam memeriksa hasil pekerjaan (11) Agresip bertanya, (12)

    Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau

    pertanyaan (13) Mandiri dalam belajar matematika.

    Table 1. Kisi-kisi Instrumen Kreativitas Belajar Siswa

    Kreativitas Belajar

    Aspek Yang Diukur

    INDIKATOR-INDIKATOR KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA

    Fleksibilitas - Menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi

    - Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda

    Originalitas - Mampu melahirkan ungkapanyang baru dan unik

    - Mempunyai kemauan keras untuk menyelesaikan soal-soal dan mandiri dalam belajar matematika

    Elaborasi - Menanggapi pertanyaan-pertanyaan secara bergairah, aktif dan bersemangat dalam menyelesaikan tugas-tugas

    Fluency - Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan

  • 31

    2. Teori Belajar Konstruktivisme

    Menurut Coburn dan Derry sebagaimana dikutip oleh Isjoni,

    menyatakan bahwa konstruktivisme adalah cabang dari kognitivisme. Bila

    ditelusuri ke belakang, teori-teori kognitivisme didasarkan atas teori Jean

    Piaget dan Lev Vygotsky. Piaget dikenal sebagai Piaget Constructivism

    Cognitive (Aliran Konstruktivisme Piaget) dan Vygotsky dikenal sebagai

    Vygotsky Constructivism Social (Aliran Konstruktivisme Vygotsky).20

    Konstruktivisme merupakan suatu epistemologi tentang perolehan

    pengetahuan (knowledge acquisition) yang lebih memfokuskan pada

    pembentukan pengetahuan daripada penyampaian dan penyimpanan

    pengetahuan. Dalam pandangan konstruktivisme, peserta didik berperan

    sebagai pembentuk (construct) dan pentransformasi pengetahuan.

    Adapun yang dimaksud dengan pembentukan pengetahuan (construct

    knowledge) dalam pandangan konstruktivisme meliputi tiga hal, yaitu: (1)

    exogenous constructivism, (2) endogenous constructivism, dan (3)

    dialectical constructivism.

    Exogenous constructivism memiliki ciri yang sama dengan filsafat

    realisme, yaitu sesuatu dimulai dengan adanya realitas eksternal yang

    direkonstruksi menjadi pengetahuan. Oleh karena itu, struktur mental

    seseorang akan berkembang untuk merefleksikan keadaan dunia luar

    (realitas). Proses pembentukan pengetahuan dalam aliran psikologi

    kognitif menekankan pada cara pandang pembentukan pengetahuan

    (constructivism), yang dengannya skema dan alur (schemata and

    networks) pengetahuan didasarkan atas realitas eksternal yang dialami.

    Endogenous constructivism disebut juga konstruktivisme kognitif

    yang memfokuskan pada proses internal individu dalam membentuk suatu

    pengetahuan. Perspektif ini merupakan derivasi dari teori Jean Piaget

    (1896-1980) yang menekankan pada kemampuan individu membangun

    pengetahuan yang distimulus oleh konflik kognitif internal sebagai cara

    20 Prof. Dr.Aunurrahman, M.Pd. Belajar dan Pembelajaran.( Jakarta: Alfabeta Bandung,

    2014).hl.15-16.

  • 32

    untuk mengatasi mental. Intinya adalah bahwa anak atau orang dewasa

    harus mampu bernegosiasi dengan pengalaman dan fenomena yang

    berbeda dengan skema pengetahuan yang mereka miliki. Dalam dunia

    pendidikan, para peserta didik harus mampu menciptakan pengetahuan

    mereka sendiri, mengembangkan struktur kognitif yang sudah mereka

    miliki dengan cara merevisi dan mengkreasi pengetahuan baru selain dari

    pengetahuan yang sudah ada pada struktur kognitif mereka.

    Dialectical constructivism disebut juga konstruktivisme sosial yang

    memiliki pandangan bahwa sumber konstruksi pengetahuan merupakan

    bagian dari interaksi sosial yang meliputi berbagi informasi (sharing),

    melakukan pembandingan (comparing), dan melakukan debat (debating)

    antara peserta didik dan guru. Melalui proses interaksi yang intensif,

    lingkungan sosial pembelajaran akan terbentuk dan memberikan

    kesempatan kepada peserta didik untuk membentuk pengetahuannya

    secara mandiri. Perspektif ini merupakan pemikiran dari Vygotsky (1978)

    dalam teori belajar sosiokultural. Teori belajar tersebut menitikberatkan

    pada adanya bimbingan dari seorang guru yang dianggap mampu melatih

    peserta didik untuk memperoleh keterampilan dan pemahaman yang

    kompleks serta kompetensi yang mandiri. Pandangan konstruktivisme

    sosial murni berpendapat bahwa pembelajaran dapat berlangsung melalui

    interaksi sosial dengan melibatkan unsur budaya dan bahasa.

    Ada empat karakteristik pembelajaran dalam teori konstruktivisme.

    a. Adanya pembelajaran yang dibentuk oleh para peserta didik secara

    mandiri.

    b. Adanya hubungan antara pemahaman baru yang dimiliki para

    peserta didik dengan pemahaman lama yang mereka miliki.

    c. Adanya aturan yang jelas tentang interaksi sosial;

    d. Adanya kebutuhan terhadap pembelajaran otentik untuk

    mewujudkan pembelajaran yang bermakna (meaningful learning).

    Konstruktivisme adalah satu pandangan bahwa peserta didik

    membina sendiri pengetahuan (individual perception) atau konsep secara

  • 33

    21 Prof.Dr.Nana Syaodih dan Dr. Erliana Syaodih.Kurikulum dan Pembelajaran

    Kompetensi.(Bandung: Refika Aditama,2912).hal.121.

    aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada (prior

    experience). Dalam proses ini, peserta didik akan menyesuaikan

    pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk

    membina pengetahuan baru. Pembelajaran secara konstruktivisme

    berlaku di mana peserta didik membina pengetahuan dengan menguji ide

    dan pendekatan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada,

    kemudian mengimplikasikannya pada satu situasi baru dan

    mengintegrasikan pengetahuan baru yang diperoleh dengan binaan

    intelektual yang akan diwujudkan.21

    Dalam dunia pendidikan, konstruktivisme menunjukkan pada teori

    perolehan pengetahuan dan belajar. Teori-teori tersebut menyatakan

    bahwa pengetahuan itu dibentuk bukan diterima dari dari dunia luar an

    sich. Misalnya, pengetahuan tidak berada di dalam buku akan tetapi lebih

    pada pengetahuan yang diproses melalui kegiatan membaca.

    Sehubungan dengan itu, ada beberapa ciri atau prinsip belajar yang

    dijelaskan sebagai berikut.

    a. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh peserta didik

    dari apa yang mereka lihat, dengar, rasa, dan alami

    b. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.

    c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan

    pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.

    Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu

    sendiri.

    d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar

    dengan dunia fisik lingkungannya.

    e. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui

    si subjek belajar, tujuan, motivasi yang memengaruhi proses

  • 34

    22 Drs. Ahmad Susanto, M.Pd. Teori Belajar dan Pembelajaran.( Jakarta:Kencana,2013).

    Hal.205

    2. PMR (Pembelajaran Matematika Realistic)

    Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dikembangkan

    berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang berpendapat bahwa

    matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus

    dikaitkan dengan realitas. Berdasarkan pemikiran tersebut, PMR

    mempunyai ciri bahwa, dalam proses pembelajaran peserta didik harus

    diberikan kesempatan untuk menemukan kembali (to reinvent)

    matematika melalui bimbingan guru dan penemuan kembali (reinvention)

    ide dan konsep matematika tersebut harus dimulai dari penjelajahan

    berbagai situasi dan persoalan „‟ dunia riil‟‟ (de lange,1995).22

    Realistic Mathematic Education (RME) merupakan salah satu

    pendekatan pembelajaran matematika yang berorientasi pada

    matematisasi pengalaman sehari-hari dan menerapkannya dalam

    kehidupan sehari-hari. Realistic Mathematic Education (RME) merupakan

    teori pembelajaran matematika yang dikembangkan di negeri Belanda

    oleh Freudhenthal pada tahun 1973. Menurut Freudhental matematika

    merupakan aktivitas manusia (mathematics as a human activity) dan

    harus dikaitkan dengan realita (de Lang, 1999; Gravemeijer, 1994).

    Menurut Ahmad Fauzan (2003), pendekatan PMR dicirikan oleh

    beberapa hal sebagai berikut:

    1) Matematika dipandang sebagai kegiatan maniusia sehari-hari

    sehingga memecahkan masalah-masalah kontekstual merupakan hal

    yang esensial dalam pembelajaran.

    2) Belajar matematika berarti bekerja dengan matematika (doing

    mathematics)

    3) Siswa diberikan kesempatan untuk menemukan konsep-konse

    matematika di bawah bimbingan orang dewasa (guru).

    4) Proses pembelajaran berlangsung secara interaktif dimana siswa

    menjadi fokus dari semua aktivitas di kelas. Kondisi ini mengubah

  • 35

    23 Drs. Daryanto. Inovasi pembelajaran Efektif. (Bandung; CV Yrama Widya, 2013).

    Hal.162

    otoritas guru yang semula sebagai validator, menjadi seorang

    pembimbing dan motivator.

    Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

    matematika realistik guru mengarahkan siswa untuk menggunakan

    berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali konsep-

    konsep matematika dengan caranya sendiri, konsep matematika

    diharapkan muncul dari proses matematisasi, yaitu dimulai dari

    penyelasaian yang berkaitan dengan konteks dan secara perlahan siswa

    mengembangkan alat dan pemahaman matematik ke tingkat yang lebih

    tinggi. Konteks dalam PMR merujuk pada situasi dimana soal

    ditempatkan, sedemikian hingga siswa dapat menciptakan aktivitas

    matematika dan melatih ataupun menerapkan pengetahuan matematika

    yang dimilikinya. Konteks dapat pula berupa matematika itu sendiri,

    sepanjang siswa dapat merasakannya sebagai hal riil.

    Frans Moerland (2003) memvisualisasikan proses matematisasi

    dalam pembelajaran matematika realistik sebagai proses pembentukan

    gunung es (iceberg). Proses pembentukan gunung es di laut selalu

    dimulai dari bagian dasar di bawah permukaan laut dan setrusnya

    akhirnya terbentuk puncak gunung es yang muncul di atas permukaan

    laut. Bagian dasar gunung es lebih luas dari pada puncaknya, dengan

    demikian konstruksi gunung es tersebut menjadi kokoh dan stabil. Proses

    ini diadopsi pada proses matematisasi dalam matematika realistik, yaitu

    dalam pembelajaran selalu diawali dengan matematisasi horizontal

    kemudian meningkat sampai matematisasi vertikal. Matematisasi

    horizontal lebih ditekankan untuk membentuk konstruksi matematika yang

    kokoh sehingga matematisasi vertical lebih bermakna bagi siswa.23

    Dalam prinsip-prinsip pembelajaran matematika realistik,

    matematisasi horizontal terdiri tiga tingkatan, yaitu : (1) mathematical

    world orientation; (2) model material; (3) building stone number relation.

  • 36

    Sedangkan matematisasi vertikal adalah kegiatan yang menggunakan

    notasi matematika formal.

    Ketiga prinsip di atas oleh de Lang