ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 6, No. 2 , Juli – Desember 2020 86 PENGELOLAAN PIUTANG PASIEN RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROJO MAGELANG Siti Maghfiroh 1 , Octavia Lhaksmi Pramudyastuti 2 1 S1 Akuntansi, Universitas Tidar Magelang Jawa Timur Email: [email protected]2 S1 Akuntansi, Universitas Tidar Magelang Email: [email protected]Abstract The purpose of this study is to evaluate the application of the inpatient receivables management system in the mental hospital prof. dr. Magelang Soerojo. The research methodology used a qualitative method, intended to describe and analyze the management of receivable accounts at the hospital prof. dr. Magelang Soerojo. The data used are primary data obtained from interviews with the Accounts Receivable Section Staff of RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. The results of this study indicate that Prof. Mental Hospital Dr. Soerojo Magelang has good management of inpatient accounts. Judging from the policy taken by the RSJ Prof.dr Soerojo Magelang in repatriating public patients with status of public patient receivables and recording of accounts receivable management of accounts receivable collection is carried out systematically and optimally. Suggestions for this research to the obstacles that are still faced by the manager of receivables are the renewal of the receivables card so as not to cause differences in the files received with the accounts receivable application. Renewal of the data responsible for the debt to simplify the process of collecting receivables and submission of receivables files on the same day the occurrence of receivables. Keywords: Hospital, Management of receivables, inpatient PENDAHULUAN Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan rawat inap, pelayanan rawat jalan, dan pelayanan gawat darurat. Rumah sakit didirikan dan diselenggarakan dengan tujuan utama memberikan pelayanan berupa jasa kesehatan dalam bentuk perawatan, tindakan medis dan diagnostik serta upaya rehabilitasi medis untuk memenuhi kebutuhan pasien. Namun rumah sakit tidak hanya memberikan pelayanan medis saja tetapi juga non menis seperti pendidikan dan penelitian. Rumah sakit menentukan tarif terhadap pelayanan yang diberikan berbanding lurus dengan pelayanan yang didapat oleh masyarakat. Tarif rumah sakit telah ditetapkan oleh pemerintah yang tertuang dalam SK Menteri Kesehatan atau Peraturan Daerah. Sumber pendapatan rumah sakit umumnya berasal dari pelayanan rawat jalan dan pelayanan rawat inap. Saat ini pendapatan rumah sakit tidak hanya dalam bentuk tunai saja (hard cash) melainkan juga dalam bentuk kredit/piutang yang dijamin pihak ketiga atau ditanggung sendiri akibat ketidak mampuan membayar keseluruhan tagihan. Sehingga pengelolaan pembayaran dalam bentuk kredit/piutang haruslah dilakukan sebaik mungkin karena mengingat dalam pengelolaanya menimbulkan biaya-biaya seperti biaya pembelanjaan piutang, biaya administrasi, biaya penagihan (Collection) serta kemungkinan piutang tersebut menjadi piutang tak tertagih (Sarwoko,1995 dalam Basuki, 2004). Piutang pasien merupakan sebagian besar harta lancar (Current asset) rumah sakit. Piutang memiliki sifat yang cukup likuid, dapat diartikan bahwa ketika pasien membayar kewajibannya tepat waktu tanpa tertunda, maka pihak manajemen rumah sakit dinilai sukses jika dapat menjaga kesinambungan modal kerja yang dapat digunakan untuk kelangsungan hidup rumah sakit tersebut. Artinya bila proporsi piutang pasien yang tertagih tepat waktu jumlahnya besar, maka kelangsungan operasional rumah sakit tidak akan terhambat, dan perputaran modal kerja tidak terganggu. (Hallatu,2000 dalam Eka Maesaroh, 2010).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 6, No. 2 , Juli – Desember 2020
86
PENGELOLAAN PIUTANG PASIEN RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT JIWA
PROF. DR. SOEROJO MAGELANG
Siti Maghfiroh
1, Octavia Lhaksmi Pramudyastuti
2
1S1 Akuntansi, Universitas Tidar Magelang Jawa Timur
The purpose of this study is to evaluate the application of the inpatient receivables
management system in the mental hospital prof. dr. Magelang Soerojo. The research methodology used a qualitative method, intended to describe and analyze the management of receivable accounts
at the hospital prof. dr. Magelang Soerojo. The data used are primary data obtained from interviews
with the Accounts Receivable Section Staff of RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. The results of this study indicate that Prof. Mental Hospital Dr. Soerojo Magelang has good management of inpatient
accounts. Judging from the policy taken by the RSJ Prof.dr Soerojo Magelang in repatriating public
patients with status of public patient receivables and recording of accounts receivable management of accounts receivable collection is carried out systematically and optimally. Suggestions for this
research to the obstacles that are still faced by the manager of receivables are the renewal of the
receivables card so as not to cause differences in the files received with the accounts receivable
application. Renewal of the data responsible for the debt to simplify the process of collecting receivables and submission of receivables files on the same day the occurrence of receivables.
Keywords: Hospital, Management of receivables, inpatient
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu unit
pelayanan kesehatan yang menyediakan
pelayanan rawat inap, pelayanan rawat jalan, dan pelayanan gawat darurat. Rumah sakit
didirikan dan diselenggarakan dengan tujuan
utama memberikan pelayanan berupa jasa kesehatan dalam bentuk perawatan, tindakan
medis dan diagnostik serta upaya rehabilitasi
medis untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Namun rumah sakit tidak hanya memberikan pelayanan medis saja tetapi juga non menis
seperti pendidikan dan penelitian. Rumah sakit
menentukan tarif terhadap pelayanan yang diberikan berbanding lurus dengan pelayanan
yang didapat oleh masyarakat. Tarif rumah
sakit telah ditetapkan oleh pemerintah yang tertuang dalam SK Menteri Kesehatan atau
Peraturan Daerah.
Sumber pendapatan rumah sakit
umumnya berasal dari pelayanan rawat jalan dan pelayanan rawat inap. Saat ini pendapatan
rumah sakit tidak hanya dalam bentuk tunai saja
(hard cash) melainkan juga dalam bentuk kredit/piutang yang dijamin pihak ketiga atau
ditanggung sendiri akibat ketidak mampuan membayar keseluruhan tagihan. Sehingga
pengelolaan pembayaran dalam bentuk
kredit/piutang haruslah dilakukan sebaik
mungkin karena mengingat dalam pengelolaanya menimbulkan biaya-biaya
seperti biaya pembelanjaan piutang, biaya
administrasi, biaya penagihan (Collection) serta kemungkinan piutang tersebut menjadi piutang
tak tertagih (Sarwoko,1995 dalam Basuki,
2004).
Piutang pasien merupakan sebagian besar harta lancar (Current asset) rumah sakit.
Piutang memiliki sifat yang cukup likuid, dapat
diartikan bahwa ketika pasien membayar kewajibannya tepat waktu tanpa tertunda, maka
pihak manajemen rumah sakit dinilai sukses
jika dapat menjaga kesinambungan modal kerja yang dapat digunakan untuk kelangsungan
hidup rumah sakit tersebut. Artinya bila
proporsi piutang pasien yang tertagih tepat
waktu jumlahnya besar, maka kelangsungan operasional rumah sakit tidak akan terhambat,
dan perputaran modal kerja tidak terganggu.
(Hallatu,2000 dalam Eka Maesaroh, 2010).
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 6, No. 2 , Juli – Desember 2020
87
Sehingga pengelolaan piutang yang
baik, efesien dan efektif sangat dibutuhkan bahkan menjadi perhatian rumah sakit agar
rumah sakit mendapat pendapatan atau arus kas
yang digunakan untuk kelancaran operasional rumah sakit guna menunjang kualitas pelayanan
yang akan diberikan kepada masyarakat. Ada
tiga langkah utama yang dapat digunakan untuk mengelola piutang secara tepat, denagn
didukung oleh sistem informasi yang handal.
Langkah pertama selalu melakukan pencatatan
transaksi secara up to date digunakan untuk mengontrol dan mengendalikan piutang.
Langkah kedua adalah membuat surat tagihan
beserta kelengkapan dokumen tepat waktu dan akurat. Dan langkah ketiga, tagihan yang telah
dikirim wajib untuk dimonitor dan dilakukan
tindak lanjut penagihan dengan target waktu
sampai pembayaran terealisasi. Dengan mengambil sikap proaktif dan melakukan
proses yang tepat dalam pengelolaan piutang,
akan membantu manajemen dalam membuat keputusan yang tepat (Mehta,1977 dalam
Meijani Wibowo,2010).
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. SOEROJO Magelang yang terletak di kota Magelang Jawa
Tengah merupakan Unit Pelaksana Teknis di
Lingkungan Kementrian Kesehatan yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jendral Pelayanan Kesehtan
Kementrian Kesehtan RI. Meskipun sebagai
Rumah Sakit “Pusat Rujukan Nasional” dibidang “Kesehtan Jiwa”, sejak 2009 telah
membuka palayanan kesehatan untuk pasien
umum (non jiwa) yang dilayani oleh dokter spesoalis dan sunspesilais. Hal ini tentu
membuat tingkat kunjungan pasien tinggi hal
ini pula akan berpengaruh terhadap jumlah
pendapatan rumah sakit. Rumah Sakit Prof. DR. SOEROJO
Magelang tidak menerapkan kebijakan
pembayaran uang muka untuk semua golongan masyarakat baik itu pelayanan jiwa
maupun non jiwa, terutama pasien jiwa dimana
memerlukan pelayanan dalam jangka waktu
yang lama, dan tidak semua pasien dalam kondisi ekonomi mampu dan ada yang tidak
memiliki anggota keluarga. Kebijakan terkait
persyaratan piutang tidak dilakukan dari awal berdirinya rumah sakit tentu akan berpengaruh
terhadap besarnya piutang di masa ini, dan
pencatatan piutang (manual) yang dilakukan sebelum digunakanya fitur piutang
menimbulkan kesulitan dalam pencarian data
yang menghambat proses penagihan yang
berakibat pada piutang tidak tertagih.
Pengurusan piutang ke Kantor pelayanan keuangan Negara dan lelang (KPKNL)
memerlukan proses yang panjang dan tidak
semua nilai nominal piutang dapat dilimpahkan, hanya nilai nominal yang tidak melebihi biaya
yang ditimpulkan saja. Kepengurusan piutang
macet dari tahun 2001-2017 tercatat 131 piutang yang terhapuskan mutlak dari 1000
sekian piutang macet. Hal ini tentu
berpengaruh terhadap piutang rumah sakit,
namun setatus rumah sakit sebagai Badan Layanan Umum (BLU) yang tidak boleh
menolak pasien dan dituntut untuk
memberikan layanan yang tinggi. Dari latar belakang yang telah di uraikan diatas peneliti
ingin mengevaluasi bagaimana penerapan
sistem pengelolaan piutang rumah sakit, mulai
dari proses terjadinya piutang, mekanisme kebijakan rumah sakit untuk pemulangan pasien
yang masih memiliki tanggungan, proses
penagihan, penghapusan piutang, dan pembukuan piutang.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas
adapun rumusan masalah pada penelitian ini
adalah bagaimanakah pengelolaan piutang
pasien rawat inap pada Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimanakah pengelolaan
piutang pasien rawat inap pada Rumah
Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang.
TINJAUAN LITERATUR
Rumah Sakit
Definisi rumah sakit menurut UU No 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.
Manajemen Piutang Rumah Sakit Manajemen piutang rumah sakit
merupakan proses dari mendata,
mengumpulkan, dan menagih piutang atas terjadinya pelayanan yang telah diberikan
kepada pasien ruamh sakit. Manajem piutang
yang baik sangat penting agar terhindar dari
piutang yang macet.
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 6, No. 2 , Juli – Desember 2020
88
Definisisi Piutang dan Perilaku Piutang
Menurut Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI (2002),
piutang merupakan hak yang mucul dari
penyerahan pelayanan jasa atau penyerahan uang, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara rumah sakit dan pihak lain, yang
mewawajibkan pihak lain tersebut untuk melunasi pembayaran atau jasa yang telah
diterimanya atau hutangnya setelah jangka
waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.
Perilaku piutang dapat memberikan gambaran kepada manajemen mengenai
kegiatan-kegiatan yang terkait dengan
terjadinya piutang. Informasi ini dapat memberikan masukan yang berharga bagi
pengambilan keputusan. Dimulai dari kebijakan
piutang yang dibuat untuk memberikan
pedoman kerja bagi pengelolaan piutang. Perencanaan merupakan tahap lanjutan dari
kebijakan yang menetapkan besar dan waktu
pengumpulan piutang terkait dengan arus kas rumah sakit. Siklus piutang menggambarkan
proses terjadinya piutang sampai dengan
pelunasan piutang, tahap ini dapat mendeteksi keterlambatan yang terjadi. Tahap berikutnya,
pengumpulan dan penagihan piutang perlu
mendapat perhatian khusus karena dibutuhkan
kesabaran dan upaya maksimal untuk mencapai target. Sedangkan penilaian piutang dapat
memberikan gambaran jumlah piutang yang tak
tertagih karena kebijakan yang terlalu longgar atau kemampuan penagihan yang kurang
maksimal (Sabarguna, 2007).
Klasifikasi Piutang Jenis-jenis piutang meliputi piutang
usaha, piutang wesel, dan piutang lain-lain.
Piutang usaha (Account Receivable) merupakan
piutang yang diakibatkan oleh kegiatan usaha misalnya penjualan secara kredit, piutang usaha
umumnya dilakukan penagihan antara 30-60
hari. Piutang wesel (Notes Receivable) terjadi karena adanya transaksi penjualan secara kredit
dan pemberian pinjaman uang kepada individu
atau perusahaan dengan menerbitkan surat
utang formal. Piutang lain-lain (Other Receivable) merupakan piutang yang tidak
termasuk kategori piutang usaha piutang wesel,
contohnya seperti uang muka pembelian, piutang deviden dan lain-lain.
Penggolongan piutang dan umur
piutang meliputi piutang lancar, piutang tidak lancar, piutang yang dihapuskan, dan piutang
yang dicadangkan. Piutang lancar merupakan
piutang dengan jangka waktu kurang dari satu
tahun dalam satu periode akuntansi sudah bisa
menjadi kas. Piutang tidak lancar merupakan piutang dengan jangka waktu lebih dari satu
tahun bisa mejadi kas. Piutang yang dihapuska
merupakan piutang yang tidak bisa ditagih karena pelanggan mengalami kebangkrutan.
Piutang yang dicadangkan dimaksudkan untuk
meminimalisir terjadinya piutang tak tertagih. Piutang dirumah sakit berdasarkan
sumber terjadinya piutang dikelompokan
menjadi dua jenis, yaitu piutang pelayanan dan
piutang lain-lain. Piutang pelayanan adalah piutang yang timbul karena penyerahan
pelayanan atau jasa dalam rangka kegiatan
rumah sakit, seperti piutang kepada pasien rawat inap dan rawat jalan. Piutang pelayanan
dialui pada saat pelayanan medis telah
diberikan tetapi belum menerima pembayaran
dari penggunaan jasa yang bersangkutan. Piutang pelayanan meliputi piutang asuransi,
piutang jaminan kesehatan, piutang jaminan
perorangan, dan piutang pelayanan lainya. Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul di
luar kegiatan pelayanan medis, seperti piutang
karyawan dan piutang sewa. Piutang lain-lain diakui pada saat sewa telah diberikan kepada
penyewa atau uang pijaman telah diberikan
kepada karyawan.
Siklus Piutang Siklus piutang dirumah sakit
merupakan tahapan perlakuan dari proses
penerimaan adanya piutang sampai dengan adanya penutupan piutang. Siklus tersebut
sebagai berikut:
1. Siklus pertama adalah pendaftaran Tahap ini di diperlukan data pasien dan
penanggung jawab pasien secara lengkap
dan detail melaui wawancara secara
langsung oleh petugas yang terdidik dan menguasai peraturan rumah sakit. Data ini
digunakan untuk mentukan penggolongan
pasien. Ada tiga penggolongan bentuk pembiayaan pasien yaitu pasien dijamin
pihak ketiga, pasien gratis, dan pasien tanpa
jaminan atau membayar sendiri. Pasien yang
dijamin oleh pihak ketiga artinya biaya rumah sakit dibayarkan oleh pihak ketiga,
misalnya asuransi kesehatan dari tempat
kerja, BPJS, dan asuransi lainya. Pasien geratis artinya pasien tidak dibebankan akan
biaya atas pelayanan yang sudah digunakan.
Pasien tanpa jaminan atau membayar sendiri artinya pasien tidak ditanggung oleh
siapapun sehingga harus membayar biaya
atas pelayanannya
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 6, No. 2 , Juli – Desember 2020
89
2. Siklus kedua adalah pembebanan
Selama pasien dalam perawatan semua biaya pelayanan rutin maupun khusus yang telah
diberikan dicatat dan dimasukkan kedalam
rekening pasien. Semua biaya tersebut dimasukkan tepat waktu dan akurat sehingga
beban biaya dapat diketahui setiap saat, dan
saat itu pula terjadi pembebanan biaya kepada pasien.
3. Siklus ketiga adalah penagihan
Tahap penagihan merupakan proses untuk
mendapatkan pembayaran penuh atas pelayanan yang telah diberikan kepada
pasien. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam penagihan diantaranya identifikasi sumber pembiayaan, mengirim
tagihan awal, dan merancang prosedur
tagihan lanjutan. Sumber pembiayaan pasien
bisa dari asuransi pihak ketiga yamg membayar rumah sakit untuk klien mereka
berdasarkan atas pre-determine basis,
perusahaan asuransi swasta yang membayar tagihan klien mereka berdasarkan kontrak
antara klien dan perusahaan, membayar
sendiri baik itu dari teman atau pihak yang bertanggung jawan, dan sumber dari
organisasi yang membayar sebagian biaya
klien. Pengiriman tagihan awal dimaksudkan
untuk mendapatkan pembayaran secara keseluruhan, pengiriman tagihan harus
disertakan rincian biaya pada setiap jenis
pelayanan yang telah diberikan dan tanggal kesepakatan pembayaran yang telah
disetujui. Perancangan prosedur tagihan
lanjutan terjadi apabila pada tagihan awal baru sebagian biaya yang dilunasi atau
bahkan belum adanya pembayaran, oleh
karena itu dirancang prosedur lanjutan.
4. Tahap keempat adalah proses pembayaran Proses pembayaran dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Apabila pembayaran
dilakukan tanpa menggunakan asuransi maka pasien atau penanggung jawab dapat
melalukan pembayaran sesuai dengan aturan
rumah sakit, misalnya langsung datang ke
bagian kasir rumah sakit dengan menunjukan surat tagihan, melalui bank
yang telah ditunjuk oleh rumah sakit. Jika
pembayaran dijamin oleh pihak ketiga atau asuransi maka pihak rumah sakit akan
menerima pembayaran dari pihak ketiga
tersebut atas klaim yang telah dirimkan rumah sakit atas nama pasien yang
bersangkutan
5. Tahap kelima adalah penerimaan
pembayaran Tahap ini rumah sakit telah menerima
pembayaran atas pelayanan yang telah
diberikan atas klaim yang telah dikirimkan kepada pihak terkaiit. Penerimaan
pembayaran ini bisa berupa bentuk kas, cek,
maupun transfer dana melalui media elektronik
6. Tahap keenam adalah menutup piutang
Setelah terjadi penerimaan pembayaran atas
tagihan kepada pasien maupun pihak ketiga maka akan di jurnal oleh petugas
administrasi piutang per nama pasien.
Apabila tagihan tidak dibayarkan maka diakui sebagai piutang tak tertagih. Ketika
piutang tak tertagih suatu ketika ada
pembayaran akan diakui sebagai pendaptan
piutang tak tertagih.
Pengelolaan Piutang
Piutang merupakan aset yang cukup material. Sehingga diperlukan manajemen
pengelolaan piutang yang efektif dan efisien
agar jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang sesuai dengan tingkat kemampuan
perusahaan sehingga tidak mengganggu aliran
kas. Kebijakan pengelolaan piutang meliputi
pengambilan keputusan-keputusan sebagai berikut: Standar kredit, syarat kredit, Kebijakan
kredit dan pengumpulan piutang. Standar kredit
merupakan kualitas minimal kelayakan pemohon kredit yang dapat diterima oleh
perusahaan atau organisasi. Rumah sakit akan
menentukan kualitas kelayakan kredit agar tidak terjadi piutang tak tertagih berlebihan.
Syarat kedit merupakan ketentuan atau syarat-
syarat yang diberikan rumah sakit ketika timbul
piutang. Kebijakan kredit dan pengumpulan piutang mencakup kualitas jumlah piutang yang
diterima, periode kredit yang diberikan,
persyaratan khusus, dan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pengumpulan piutang.
Piutang yang dikelola dengan baik
merupakan sumber pemasukan atau aliran
masuk bagi rumah sakit (Miler, 1981 Kitzing, 1981). Dengan demikian rumah sakit tidak
dapat mengabaikan piutang yang dimiliki
karena fungsi sosialnya. Piutang sendiri sangat mempengaruhi arus kas rumah sakit, hal ini
karena rumah sakit mempunyai kewajiban
jangka pendek yang harus dibayarkan kepada pihak lain. Oleh karenanya pengelolaan piutang
menjadi bagian yang penting dari pengelolaan
keuangan secara umum. Piutang yang tidak
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 6, No. 2 , Juli – Desember 2020
90
dikelola dengan baik akan menjadi piutang
yang tidak tertagih, yaitu sejumlah tagihan atas pelayanan yang tidak/belum dibayar dalam
jangka waktu satu tahun atau lebih.
Dengan pengelolaan piutang yang baik diharapkan terjadi pembayaran yang penuh
terhadap semua pelayanan yang telah diberikan
oleh rumah sakit. Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar
dari aktiva lancar, oleh karena itu perlu
mendapat perhatian yang cukup serius agar
diperkirakan piutang ini dapat dikelola dengan cara yang seefisien mungkin (Syamsuddin,
1995).
Piutang rumah sakit merupakan harta lancar terbesar pada organisasi kesehatan dan
berdampak pada dana investasi. Kegagalan
pengelolaan piutang di rumah sakit akan
mengganggu arus kas masuk (cash flow) dan kelangsunagn kegiatan operasional rumah sakit.
Piutang rumah sakit timbul karena adanya
penyerahan pelayanan (jasa) dalam rangka kegiatan rumah sakit, seperti pelayanan kepada
pasien rawat jalan dan rawat inap. Peran
pengelolaan piutang di rumah sakit penting karena dua hal yaitu piutang merupakan sumber
pendapatan dan perlu penanganan yang baik
agar tidak menjadi piutang tak tertagih
Flowchar Sistem Pengelolaan Piutang Pasien
Rawat Inap Menurut Krismiajai (2010) Flowchart
atau bagan alir merupakan teknik analitis yang
digunakan untuk menjelaskan aspek-aspek sistem informasi secara jelas, tepat, dan logis.
Flowchart dapat membantu guna memberikan
solusi terhadap masalah yang mungkin bisa
terjadi dalam membangun sebuah sistem, flowchar digambarkan dengan simbol dimana
masing-masing simbol memiliki makna atau
arti yang menggambrkan sebuah proses. Simbol bagan alir (Flowchart) terdiri tiga kelompok
yaitu: Flow Direction Symbols, processing
Symbols, simbol Input atau Output. Dengan
flowchart setiap urutan proses dapat digambarkan dengan jelas sehingga dapat
mudah dipahami dan mudah dilihat berdasarkan
urutan langkah dari suatu proses. Berikut ini flowcaht yang menggambarkan sistem
pengelolaan piutang rawat inap di rumah sakit
jiwa prof. Dr. Soerojo Magelang.
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 6, No. 2 , Juli – Desember 2020
91
Flowchart Pengelolaan Piutang Pasien Rawat Inap
Bagian Bangsal Bangian Kasir
Keterangan:
HP : Hasil pemeriksaan
PM : Diagnosis masuk
IP : Indikasi Pasien
KP : Kartu piutang
SP : Surat perjanjian
Pasien
Gambar 1
Flowchart Pengelolaan Piutang Pasien Rawat Inap
Melengkapi dokumen
kepulangan
1
Identitas
pasien
HP
Mulai 1
HP
PM&TS
Identitas
pasien
Penataan rekening
tagihan
Rekening
tagihan
Membayar
lunas
Proses pembuatan KP
& SP
SP&KP 1
1
SP&KP 2
2 2
Kuwintansi
pelunasan SP&KP
3
2 3
PM&IP
Identitas pasien
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 6, No. 2 , Juli – Desember 2020
92
Gambar 2 Flowchart Pengelolaan Piutang Pasien Rawat Inap (Lanjutan)
Bagian Pengelola Piutang
Ya Ya Tidak
Keterangan: SP : Surat perjanjian KP : Kartu Piutang ST: Surat Tagihan RLPP : Laporan Rekapitulasi Pembayaran Piutang
2
SP & KP 1
Rekap piutang
Penyisihan piutang
Laporan Piutang
Bulanan
Membuat
surat
tagihan
ST 1 ST 2 ST 3
DIKIRIM
ST VIA
POS
Konfirmasi
pemabayaran
Bayar
Menerima
pembayaran
&mecocoka
n dengan
ST
Melakukan kunjungan ke
rumah pasien
Bayar
Menerima
pembayara n& mecocokan dengan
ST
Piutang
tidak
tertagih
4
4
Jumlah piutang
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 6, No. 2 , Juli – Desember 2020