PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM ASAM BASA DI SMP NEGERI 3 KLATEN Disusun Untuk Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Administrasi Pendidikan Program Studi Adiministrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh ARUM KUSUMAWATI Q100160074 MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM ASAM
BASA DI SMP NEGERI 3 KLATEN
Disusun Untuk Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Administrasi
Pendidikan Program Studi Adiministrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh
ARUM KUSUMAWATI
Q100160074
MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM ASAM BASA
DI SMP NEGERI 3 KLATEN
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh
ARUM KUSUMAWATI
Q100160074
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing I
Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si
Dosen Pembimbing II
Dr. Wafrotur Rohmah, M.M
ii
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
.
Surakarta, 6 Mei 2020
Penulis,
DANI SETYA PEMUDANA
1
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM ASAM BASA
DI SMP NEGERI 3 KLATEN
Abstrak
Tujuan penelitian ini mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
praktikum asam basa di SMP Negeri 3 Klaten. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Teknik pengumpulan
data dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Keabsahan data dalam penelitian dengan triangulasi sumber dan teknik. Model
analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif dari Miles dan
Hubermen. Analisis data melalui tahap pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah perencanaan
praktikum asam basa diawali dengan pertemuan guru IPA dengan tingkat kelas
yang sama untuk menyiapkan alat dan bahan satu minggu sebelum pelaksanaan
praktikum karena ketiadaan laboran. Guru juga membuat LKS sebagai panduan
siswa dalam melakukan praktikum; Pelaksanaan praktikum asam basa dilakukan
dalam tiga tahap, yaitu tahap awal praktikum, tahap inti praktikum dan tahap
akhir praktikum. Pada tahap awal praktikum guru memberikan apersepsi dan
motivasi. Pada tahap inti guru mengkoordinir langsung kegiatan praktikum. Pada
tahap akhir bersama-sama membuat kesimpulan terkait dengan kegiatan
praktikum yang telah dilaksanakan; Evaluasi praktikum asam basa dilakukan
ketika praktikum berlangsung dan setelah praktikum selesai. Evaluasi pada
pelaksanaan praktikum dilakukan guru dengan mengamati langsung cara kerja
siswa pada saat melakukan praktikum. Evaluasi setelah kegiatan praktikum
dilakukan dengan menilai hasil dari LKS yang telah diisi oleh siswa. Evaluasi
dilakukan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan praktikum yang dilakukan
dan juga sebagai acuan untuk perbaikan proses praktikum selanjutnya.
Kata kunci: pengelolaan, praktikum, asam basa.
Abstract
The purpose of this study is to describe the planning, implementation, and
evaluation of acid-base practice in SMP Negeri 3 Klaten. This research using
qualitative research with etnograph approach. The data collection used interview
method, observation, and documentation. Validity of the data with triangulasi of
sources and technique. The data analysis model used is an interactive data
analysis model from Miles and Hubermen. Data analysis through data collection
phase, data reduction, data presentation, and conclusion. The result of this
research is acid-base practice planning begins with a meeting with the cognate
teacher. The teacher prepares on his own of the tools and materials because there
is no the laboratory. Teachers also create student’s sheet activity (LKS) to guide
students in doing practice The implementation of the acid-base practice was done
in 3 steps, those are early practice, core practice, and final practice. At the early
practice stage, the teacher gave appperception and motivation. At the core stage,
the teacher directly facilitates the activity. The evaluation of Science practice is
conducted when it is in progress and after it is finished. The evaluation of the
conduct of the practice performed by teachers by observing directly students'
methods when conducting the practice. The evaluation after practice activities are
done by assessing the result of student’s sheet activity (LKS) which has been
2
filled up by the students. Evaluation is carried out in order to measure how
successful the practice done by the students and as a guidance to improve the
following practice.
Keywords: management, practice, acid-base.
1. PENDAHULUAN
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu
negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah
pendidikan bangsa.
Di sekolahlah segala aspek pembelajaran atau pendidikan bertemu dan
berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar
belakang dan sifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan segala
komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok
bahasannya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari
pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas.
Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan baik, professional,
dan harus terus-menerus.
Permasalahan yang ditemukan pada proses pembelajaran, dipandang
sebagai fenomena yang memberikan kesadaran bagi guru untuk selalu
memberikan inovasi-inivasi dalam pemilihan dan penggunaan model dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan guru hendaknya tidak
hanya menyampaikan informasi terhadap siswa, tetapi juga dapat menciptakan
suasana kondusif sehingga siswa tertarik dan dapat belajar. Harapan yang
diinginkan dari mengajar itu sendiri merupakan segala upaya yang disengaja
dalam rangka memberikan motivasi, bimbingan, pengarahan, dan semangat
kepada siswa agar terjadi proses pembelajaran. (Mulyasa, 2007)
Demikian pula selama proses pembelajaran, guru diharapkan mampu
menumbuhkan, meningkatan, dan mempertahankan motivasi belajar siswa.
Tanpa adanya motivasi belajar siswa yang tinggi, kiranya sulit bagi guru untuk
mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu, guru harus mampu
menerapkan strategi motivasional dalam tindak pembelajarannya. Hamalik
3
dalam Arsyad (2000) mengemukakan bahwa ‘Pengajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar
bahkan membawa pengaruh psikologi terhadap siswa’.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang banyak kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA di SMP bertujuan agar siswa
dapat menguasai konsep-konsep sains, sehingga dalam proses pembelajarannya
siswa dapat diajak berpikir tentang sains dalam kehidupannya. Proses
pembelajaran ini disebut dengan pembelajaran keterampilan proses sains. Pada
faktanya, selama ini guru belum melatihkan keterampilan proses sains dalam
proses penemuan konsep, sehingga keterampilan proses sains pada siswa masih
rendah.
Sesuai dengan materi pokok dalam penelitian ini, salah satu metode
yang dapat digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan
keterampilan proses sains siswa adalah metode eksperimen atau praktikum.
Pembelajaran IPA tidak akan terpisahkan dari kegiatan praktikum. Woolnough
dan Allsop (dalam Rustaman, 2003) mengemukakan empat alasan pentingnya
kegiatan praktikum IPA, yaitu : Pertama, praktikum dapat membangkitkan
motivasi belajar IPA. Kedua, praktikum mengembangkan ketrampilan dasar
melakukan eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan
ilmiah dan keempat, praktikum menunjang materi pelajaran. Tujuan pengajaran
akan tercapai secara maksimal jika disesuaikan dengan kegiatan belajar
mengajar yang diterapkan (Djamarah, 2002). Melalui kegiatan praktikum,
siswa diharapkan dapat mempelajari sains dengan pengamatan langsung
terhadap gejala-gejala maupun proses sains, dapat mengalami atau melakukan
sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan. Siswa juga diharapkan memperoleh
pengetahuan berdasarkan praktikum yang mereka lakukan sendiri, sehingga
siswa tidak hanya cenderung menghafal semua materi yang telah diajarkan,
tetapi siswa dapat lebih memahami konsep-konsep asam, basa dan garam dan
dapat menerapkannya dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan.
SMP Negeri 3 Klaten adalah salah satu SMP yang berada di
kecamatan Klaten Tengah, kabupaten Klaten dan merupakan salah satu sekolah
4
yang mampu bersaing diantara sekolah-sekolah setingkat yang berada di
sekitarnya. SMP tersebut sangat memperhatikan proses pembelajaran untuk
menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Dalam pelajaran IPA siswa tidak
hanya diberikan teori saja tetapi juga melakukan praktek langsung guna
menguji teori yang ada. Dengan pengelolaan pembelajaran tersebut diharapkan
siswa benar-benar memahami materi yang diajarkan sehingga tujuan dari
pembelajaran tercapai.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, diperoleh informasi
bahwa dalam struktur organisasi laboratorim IPA SMP Negeri 3 Klaten tidak
memiliki seorang laboran. M. Pranjoto Utomo (2009) menyatakan bahwa
untuk memperlancar kualitas praktikum diperlukan: 1) pengelolaan praktikum
yang baik; 2) pertemuan awal antar pengelola laboratorium (kepala
laboratorium, guru pengampu praktikum dan laboran); 3) perumusan jenis
praktikum, penanggung jawab praktikum, rencana dan mata acara praktikum.
Dengan ketiadaan laboran pastinya akan mempengaruhi sistem pengelolaan
praktikum sehingga bisa mengurangi kualitas pelaksanaan praktikum yang
mana pastinya akan mempengaruhi juga motivasi dan minat siswa dalam
belajar.
Materi pokok asam, basa, dan garam terdiri dari sub materi sifat
asam, basa, dan garam, skala keasaman, indikator asam basa, dan reaksi
netralisasi. Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa diantaranya adalah
mengelompokkan larutan asam, larutan basa, dan larutan garam melalui alat
dan indikator yang tepat dan melakukan percobaan sederhana dengan bahan-
bahan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan kompetensi
dasar tersebut, proses pembelajaran asam, basa dan garam seharusnya disertai
dengan praktikum. Dalam praktikum asam basa banyak sekali alat dan bahan
yang harus disiapkan. Dengan ketiadaan laboran guru banyak berperan dalam
proses persiapan praktikum. Untuk itulah peneliti melakukan penelitian dengan
judul Pengelolaan Pembelajaran Praktikum Asam Basa di SMP Negeri 3
Klaten.
5
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pengelolaan
pembelajaran praktikum asam basa di SMP Negeri 3 Klaten. Meliputi
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya.
2. METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor
(dalam Prastowo, 2011), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Pada penelitian ini menggunakan
pendekatan etnografi. Etnografi merupakan sebuah budaya dalam mengkaji
kebudayaan. Etnografi terdiri dari batang pengetahuan (body of knowledge)
yang meliputi teknik-teknik penelitian, teori etnografi dan sejumlah deskripsi
kebudayaan (Mantja, 2008:32).
Lokasi penelitian ini berlangsung di SMP Negeri 3 Klaten. Waktu
penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) bulan terhitung sejak persiapan
penelitian hingga laporan pertanggungjawaban ilmiah dari Bulan Februari 2018
sampai dengan Bulan Juli 2018. Teknik pengumpulan data melalui wawancara
mendalam, observasi dan dokumentasi.
Pada penelitian ini untuk memperoleh keabsahan data menggunakan
triangulasi sumber dan teknik. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara
mengecek data yang diperoleh dari beberapa sumber, sedangkan triangulasi
teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber dengan teknik
yang berbeda.
Teknik analisis data dilakukan dengan cara data yang diperoleh dari
penelitian dianalisis dengan mereduksi data yang hanya meyajikan pokok-
pokok temuan yang penting, kemudian menyusun sajian data yang berupa
cerita sistimatis yang logis. Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir,
peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan berdasar semua hal
yang terdapat dalam reduksi maupun sajian datanya.
6
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Perencanaan Pelaksanaan Praktikum Asam Basa di SMP Negeri 3
Klaten
Perencanaan merupakan tahap awal yang perlu dilakukan oleh
guru. Perencanaan pelaksanaan praktikum asam basa ini sesuai dengan
hasil observasi dan wawancara selama di lapangan dimana guru membuat
perencanaan dengan rinci dan jelas. Perencanaan yang terperinci sangat
membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Kubilinskiene dan Dagiene (2009) yang menyimpulkan bahwa
perencanaan kegiatan harus dibuat secara rinci dengan memperhatikan
beberapa komponen seperti KI, KD, materi ajar lainnya. Ini bermakna
bahwa perencanaan yang baik itu harus dibuat rinci agar pelaksanaannya
sesuai dengan yang diharapkan dan tujuan pembelajaran juga dapat
tercapai.
Pembelajaran yang merupakan proses yang diatur dalam bentuk
langkah-langkah yang sistematis, sehingga guru dalam melakukan
tugasnya sebagai pendidik harus lebih dahulu membuat perencanaan
pembelajaran agar proses pembelajarannya dapat berjalan dengan baik.
Hai ini mendukung hasil penelitian Kubilinskiene dan Dagiene (2009)
yang menjelaskan bahwa untuk mempersiapkan pembelajaran pendidik
harus membuat perencanaan. Hal ini dapat dimaknai, bahwa perencanaan
merupakan komponen penting dalam sebuah proses pembelajaran yang
perlu disiapkan sebelum pembelajaran dimulai karena perencanaan
merupakan pengarah jalannya pembelajaran.
Perencanaan praktikum yang baik akan memberikan proses
praktikum yang baik pula. Perencanaan praktikum merupakan kegiatan
yang penting dalam praktikum, sehingga praktikum harus didesain yang
baik dan juga sistematis dalam menentukan tujuan dengan
mempertimbangkan karakter siswanya, bagaimana menentukan proses
praktikum yang tepat agar materi dapat mudah diserap oleh siswa. Hal ini
sesuai dengan penelitian Kubilinskiene dan Dagiene (2009) yang
menjelaskan bahwa keberhasilan pendidik dalam mengelola pembelajaran
7
tergantung pada perencanaan yang sudah dibuat, karena perencanaaan
yang dibuat telah memilih metode yang tepat yang akan dterapkan dalam
pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini mengandung makna bahwa
kesuksesan proses pembelajaran tergantung pada baik dan tidaknya
perencanaan yang telah dibuat. Sama seperti yang disampaikan
Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian Lenski dan Caskey
(2009) yang menjelaskan bahwa keberhasilan pendidik dalam mengelola
pembelajaran tergantung pada perencanaan yang telah dibuatnya, karena
dalam perencanaan telah dipilih metode yang sesuai untuk diterapkan
dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran
bergantung pada kemampuan pendidik dalam merencanakan dan
mengelola kegiatan pembelajaran, sehingga pendidik dituntut untuk
mengerti dan memahami cara penyusunan perencanaan yang baik guna
tercapainya tujuan pembelajaran.
3.2.Pelaksanaan Pembelajaran Praktikum Asam Basa di SMP Negeri 3
Klaten
Berdasarkan pengamatan di lapangan selama proses praktikum
asam basa di laboratorium, diperoleh gambaran bahwa pelaksanaan
praktikum dilaksanakan seringkali tidak sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat oleh guru Hal ini sesuai hasil penelitian M. Pranjoto Utomo
(2009) yang menjelaskan untuk memperlancar kualitas praktikum
diperlukan : 1) pengelolaan praktikum yang baik; 2) pertemuan awal antar
pengelola laboratorium (kepala laboratorium, guru pengampu praktikum,
laboran); 3) perumusan jenis praktikum, penanggung jawab praktikum,
rencana dan mata acara praktikum. Hal ini dapat dimaknai, bahwa
perencanaan harus dibuat jelas dan dapat memberikan gambaran rinci
tentang pelaksanaan praktikum. Dari perencanaan yang dibuat oleh guru
SMPN 3 Klaten terlihat bahwa tidak adanya laboran akan mengurangi
kualitas dari perencanaan praktikum seperti yang dikemukakan dalam
penelitian oleh M. Pranjoto Utomo (2009) yang menyatakan bahwa
pelaksanaan praktikum harus melibatkan laboran seperti pertemuan awal
8
antar pengelola laboratorium (kepala laboratorium, guru pengampu
praktikum, laboran).
Pembelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak
bisa disampaikan hanya dengan metode ceramah saja, namun siswa harus
melakukan pengamatan secara langsung melalui praktikum. Hal tersebut
pula yang dilakukan oleh guru di SMP Negeri 3 Klaten yang selalu
berusaha memberikan pengalaman langsung kepada siswanya. Hal ini
mendukung penelitian Xiuli (2011) yang menyatakan bahwa praktikum
merupakan jembatan bagi kesenjangan antara praktek dan teori, yang
merupakan dua hal yang saling terhubung tetapi tetap dunia yang sangat
berbeda. Hasil penelitian ini bermakna, bahwa praktikum penting dalam
mendukung proses pembelajaran, khususnya pembelajaran mata pelajaran
yang materinya tidak bisa disampaikan hanya dengan teori saja melainkan
harus melalui praktikum agar siswa dapat secara langsung membuktikan
teori yang telah mereka dapat.
Hal tersebut juga mendukung hasil penelitian Macy dan Squires
(2009), yang menyimpulkan bahwa pelajar harus memiliki pengalaman
lapangan yang empiris dan otentik yang menemani dan melengkapi
mereka. Sesuai juga dengan penelitian Sadjati dan Pertiwi (2013) yang
menyatakan bahwa praktikum merupakan salah satu langkah yang
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memperoleh
pengalaman yang nyata dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang
teori atau penguasaan keterampilan tertentu yang berkaitan pengetahuan
atau mata kuliah. Hasil penelitian ini bermakna, bahwa dalam pemberian
pengalaman langsung kepada siswa, guru harus bisa menggunakan
multimetode dalam penyampaian materi belajar, agar proses pembelajaran
dapat berlangsung optimal, sehingga siswa benar-benar memahami materi
yang diajarkan.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa sebelum
pelaksanaan praktikum, materi ajar disampaikan terlebih dahulu di kelas
bertujuan untuk memotivasi siswa dalam memahami materi yang akan
dipraktekkan. Hal ini sesuai dengan penelitian Atok Miftachul Hudha
9
(2011) yang menyatakan bahwa materi praktikum tidak sinergis dengan
teori di kelas, dimana materi praktikum dilaksanakan namun teori belum
disampaikan, sehingga berakibat rendahnya penguasaan materi praktikum.
Penelitian ini bermakna bahwa dengan materi praktikum disampaikan
terlebih dahulu sebelum praktikum dilaksanakan dapat mempermudah
siswa dalam memahami atau menguasai materi yang diajarkan.
Dari hasil pengamatan dengan tidak adanya laboran mengakibatkan
guru masih banyak terlibat dalam proses persiapan maupun akhir
praktikum. Guru harus memastikan kesiapan peralatan dan bahan dimana
seharusnya guru tinggal membuat pengajuan saja ke laboran. Selain itu
juga guru harus memastikan bahwa peralatan yang digunakan sudah
kembali bersih sampai dengan proses penyimpanan. Hal ini relevan
dengan penelitian Hermina Manlea (2016) yang menyatakan bahwa
manajemen laboratorium IPA sekolah belum dilaksanakan oleh semua
sekolah secara baik. Sebagian besar sekolah memiliki struktur organisasi
laboratorium IPA tetapi belum memiliki deskripsi tugas yang jelas dan
komprehensif. Penelitian ini bermakna bahwa struktur organisasi
laboratorium IPA dengan deskripsi tugas yang jelas dapat meningkatkan
pengelolaan pembelajaran praktikum IPA.
Pengamatan di lapangan yaitu tujuan pelaksanaan praktikum asam
basa dilakukan untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa
mengenai teori dari materi yang sudah diberikan sebelum pelaksanaan
praktikum. Akan tetapi dengan keterbatasan alat ukur PH yaitu kertas
lakmus dan mortar maupun ruangan laboratorium yang tidak kondusif,
maka tujuan dari pelaksanaan praktikum tidak tercapai secara keseluruhan
karena tidak semua siswa bisa mendapat kertas lakmus untuk mengukur
PH asam basa suatu senyawa atau zat dan tidak semua siswa bisa membuat
larutan indikator alami.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, guru melaksanakan
praktikum agar siswa tidak bosan dengan materi yang diajarkan hanya
dengan teori saja tapi pada pelaksanaannya di laboratorium karena
terbatasnya alat maka siswa juga hanya bisa melihat dan tidak bisa
10
melakukan ujicoba sendiri untuk mengukur PH suatu senyawa dan
membuat larutan indikator alami menggunakan mortar. Karena praktikum
yang sifatnya berkelompok membuat siswa yang tidak kebagian kertas
lakmus serta kurangnya mortar tidak aktif untuk menjawab pertanyaan dari
guru tentang analisis hasil praktikum asam basa.
Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian Hari Putranto
(2016) yang menyimpulkan bahwa kualitas pendidikan akan terwujud jika
proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Penunjang pembelajaran di
laboratorium diantaranya adalah: 1. pengadaan peralatan yang memadai; 2.
Pemeliharaan peralatan yang maksimal; 3. penggunaan maupun