-
PENGELOLAAN LABORATORIUM IPA DI SMA
MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi
Strata II
Program Studi Administrasi Pendidikan
Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh :
TITIK LESTARI N I M : Q 100 140 152
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
-
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGELOLAAN LABORATORIUM IPA DI SMA
MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
TITIK LESTARI
N I M : Q 100 140 152
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan ke Ujian Tesis
Program Studi Administrasi Pendidikan
Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Menyetujui
Pembimbing Pendamping Pembimbing Utama
Dr.Suyatmini,M.Si Dr.Sofyan Anif,M.Si
-
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGELOLAAN LABORATORIUM IPA DI SMA
MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN
Oleh :
TITIK LESTARI
N I M : Q 100 140 152
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Program Studi Administrasi Pendidikan
Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Rabu, 30 November 2016
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Dewan Penguji:
1. Prof. Dr. Sutama, M.Pd ( .. )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dr. Sofyan Anif, M.Si ( .. )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Dr. Suyatmini, M.Si ( .. )
(Anggota II Dewan Penguji)
Direktur,
Prof. Dr. Khudzaifah Dimyati
-
iii
PERNYATAAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Publikasi Ilmiah ini
tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
Magister
Administrasi Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta
dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau
diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan
dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya
di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 12 November 2016
Titik Lestari
NIM : Q100140152
-
1
PENGELOLAAN LABORATORIUM IPA DI SMA MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN
Abstrak
Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini mendiskripsikan
tentang: 1) pengadaan alat dan bahan laboratorium IPA di SMA
Muhammadiyah 1 Sragen; 2) penggunaan laboratorium IPA di SMA
Muhammadiyah 1 Sragen; dan 3) pemeliharaan alat dan bahan
laboratorium IPA di SMA Muhammadiyah 1 Sragen. Jenis penelitian
diskriptif kualitatif dengan pendekatan kualitatif fenomenologis.
Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam dan
dokumentasi. Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber data
yaitu kepala sekolah, wakil kepala bidang kurikulum dan sarana
prasarana, kepala laboratorium, laboran dan siswa. Menggunakan
analisis deskriptif kualitatif yaitu pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan
dari penelitian ini, bahwa laboratorium IPA di SMA Muhammadiyah 1
Sragen sudah mendekati ideal sesuai Standar Nasional Laboratorium,
antara lain: 1) Pengadaan alat dan bahan dilakukan mulai dari
perencanaan, pengadaan dan inventarisasi. Pengadaan sesuai anggaran
dari dana pengembangan dan BOS, yang melalui tiga tahap yaitu awal
tahun, kebutuhan mendesak dan bantuan pemerintah dan sudah
menggunakan SOP dalam perencanaan. 2) Penggunaan laboratorium IPA
sebagai tempat menanamkan sikap ilmiah siswa berjalan secara
optimal, mulai dari pengorganisasian, penyusunan jadwal,
pelaksanaan dan pengadministrasian oleh laboran. Walaupun laboran
merangkap sebagai guru tetapi terjalin koordinasi dan komunikasi
yang baik dalam pelaksanaan laboratorium. 3) Pemeliharaan alat dan
bahan dilakukan secara rutin dan berkala, untuk meminimalkan
terjadinya kerusakan. Yang dilanjutkan penyimpanan dan evaluasi
oleh laboran sehingga memudahkan dalam pengecekan, awet dan
memperlancar kegiatan praktikum selanjutnya. Kata kunci:
pengelolaan, laboratorium, pengadaan, penggunaan, pemeliharaan.
Abstract Objectives achieved in this study describe about: 1)
procurement of equipment
and materials science laboratories in SMA Muhammadiyah 1 Sragen;
2) the use of
science laboratories in SMA Muhammadiyah 1 Sragen; and 3)
maintenance of
tools and materials science laboratories in SMA Muhammadiyah 1
Sragen. Type
descriptive qualitative research with phenomenological
qualitative approach. The
technique of collecting data through observation, interview and
documentation.
This study uses the triangulation of data sources that the
principal, deputy head of
curriculum and infrastructure, head of the laboratory,
laboratory assistants and
students. Using descriptive qualitative analysis of data
collection, data reduction,
data presentation and conclusion or verification. The conclusion
of this study, that
the science laboratories in SMA Muhammadiyah 1 Sragen is already
close to the
ideal as per National Standards Laboratory, among others: 1)
Procurement of
equipment and materials made from planning, procurement and
inventory.
Procurement within the budget of development funds and BOS,
which through
three stages, beginning of the year, and the urgent need
government assistance and
-
2
have been using SOP in the planning. 2) The use of the science
lab as a place to
inculcate scientific attitude of students running optimally,
ranging from
organizing, scheduling, implementation and administration by the
laboratory.
Although laboratory serves as a teacher but intertwined
coordination and good
communication in the implementation of the laboratory. 3)
Maintenance of tools
and materials is done routinely and periodically, to minimize
the damage.
Followed by storage and laboratory evaluation to facilitate the
checking, durable
and facilitate further practical activities.
Keywords: management, laboratory, supply, use, maintenance.
1. PENDAHULUAN
Belajar merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan terjadinya
perubahan
tingkah laku karena adanya reaksi terhadap suatu situasi
tertentu atau karena
proses yang terjadi secara internal di dalam diri seseorang.
Proses pembelajaran
akan berlangsung lebih optimal apabila terdapat suatu tempat
yang dapat
menunjang, yaitu sekolah. Sekolah merupakan sarana utama dalam
pendidikan
untuk dapat mengembangkan segenap potensi, daya kreasi dan
aktualisasi diri.
Sekolah yang dapat berfungsi dengan baik diperlukan sarana dan
prasarana yang
menunjang, diantaranya adalah laboratorium sains.
Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
Pasal 42 ayat (2) yaitu setiap satuan pendidikan wajib memiliki
saran dan
prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan
satuan pendidikan,
ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang
unit kerja, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat olah
raga, tempat ibadah,
tempat bermain, tempat rekreasi dan tempat/ruang lainnya yang
diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Dan menurut
Pasal 43 ayat (1) yaitu standar keragaman jenis peralatan
laboratorium Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), laboratorium bahasa, laboratorium
komputer, dan
peralatan pembelajaran lain pada satuan pendidikan dinyatakan
dalam daftar yang
berisi jenis minimal peralatan yang harus tersedia, dan ayat (2)
menyebutkan
standar jumlah peralatan sebagaimana dimaksud ayat (1)
dinyatakan dalam rasio
minimal jumlah peralatan perpeserta didik. Dari PP tersebut
untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi, laboratorium harus dikelola dan
dimanfaatkan dengan
baik. Sebagus dan selengkap apapun suatu laboratorium tidak akan
berarti apa-apa
jika tidak ditunjang oleh manajemen yang baik.
Yurnani (2010:95) menyatakan bahwa kegiatan laboratorium
merupakan
kegiatan yang sangat berperan dalam menunjang keberhasilan
proses belajar
mengajar IPA. Sehubungan dengan hal tersebut, maka semua unsur
yang terlibat
dalam pengelolaan laboratorium IPA harus memiliki kompetensi,
yaitu
kemampuan sikap dan keterampilan, yang harus dimiliki dan mampu
diterapkan
-
3
oleh pengelola laboratorium IPA sebagai tenaga kependidikan
dalam pelaksanaan
tugas pengelolaan laboratorium. Pemanfaatan dan pengelolaan
laboratorium IPA
sebagai fasilitas sekolah harus memperhatikan faktor kondisi dan
mutu fasilitas,
karena kedua faktor tersebut dapat berpengaruh secara langsung
terhadap proses
pendidikan (Mahiruddin, 2008:3).
SMA Muhammadiyah 1 Sragen dalam proses pembelajaran sudah
dirancang dengan baik, menerapkan sesuai kurikulum 2013,
dilengkapi fasilitas
yang menunjang dan perbaikan kualitas guru sesuai dengan
ketentuan yang diatur
oleh Direktorat Jenderal Mendikdasmen Kementerian Pendidikan
Nasional.
Berdasarkan observasi awal, SMA Muhammadiyah 1 Sragen telah
memiliki tiga
laboratorium IPA ( fisika, kimia dan biologi). Laboratorium IPA
sudah digunakan
sebagai kegiatan pembelajaran maupun praktikum, secara umum alat
dan bahan
yang dimiliki laboratorium tersebut sudah lengkap dan memadai,
serta didukung
dengan pengelolaan yang optimal.
Apabila pengelolaan laboratorium IPA kurang optimal
menimbulkan
berbagai permasalahan yang menghambat siswa dalam melakukan
praktikum,
permasalahan tersebut antara lain: 1) penataan layout ruang
laboratorium yang
belum sesuai, 2) alat dan bahan praktikum yang belum lengkap dan
belum
diinventarisasi, menimbulkan ketidakdisiplinan dalam menggunakan
alat dan
bahan, 3) pengelola laboratorium yang belum bekerja optimal
dalam mewujudkan
penggunaan laboratorium, 4) masih kurangnya pemeliharan alat dan
bahan serta
prosedur keselamatan kerja di laboratorium. Hal inilah
menyebabkan kegiatan
praktikum di laboratorium menjadi terhambat dan proses
pembelajaran di
laboratorium menjadi kurang efektif dan efisien. Dari uraian
tersebut penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengelolaan
Laboratorium IPA di
SMA Muhammadiyah 1 Sragen.
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1)
Mendeskripsikan
pengadaan alat dan bahan laboratorium IPA di SMA Muhammadiyah 1
Sragen; 2)
Mendeskripsikan penggunaan laboratorium IPA di SMA Muhammadiyah
1
Sragen; dan 3) Mendeskripsikan pemeliharaan alat dan bahan
laboratorium IPA di
SMA Muhammadiyah 1 Sragen.
2. METODE
Penelitian ini diklasifikasikan sebagai penelitian diskriptif
kualitatif.
Penelitian diskriptif yaitu penelitian yang mendiskripsikan
suatu keadaan atau
fenomena-fenomena apa adanya (Sutama, 2015: 38). Penelitian ini
berusaha
melihat realitas sosial tentang pengelolaan laboratorium IPA di
SMA
Muhammadiyah 1 Sragen. Desain penelitian yang digunakan adalah
penelitian
kualitatif fenomenologis. Pengumpulan data melalui observasi,
wawancara
mendalam dan dokumentasi. Observasi merupakan suatu metode
penelitian yang
-
4
dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi yang berasal
dari hasil
menyaksikan, melihat dan mendengarkan baik sebelum, menjelang,
ketika dan
sesudahnya (Hamidi, 2004: 74). Dari pendapat Moleong (2015: 186)
wawancara
merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Dalam percakapan
ini dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang memberikan pertanyaan
dan
terwawancara yang memberikan jawaban. Sesuai pendapat Sugiyono
(2015: 82)
dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber data yaitu kepala
sekolah,
wakil kepala bidang kurikulum dan sarana prasarana, pengelola
laboratorium dan
siswa. Menurut Moleong (2015: 330) menyatakan bahwa triangulasi
merupakan
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain diluar
data itu untuk keperluan pengecekan data atau sebagai pembanding
terhadap data
tersebut. Dalam menganalisis hasil penelitian ini, digunakan
analisis deskriptif
kualitatif yang terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan
data sekaligus reduksi
data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi (Milles dan
Hiberman dalam
Suryana, 2015: 274).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengadaan alat dan bahan laboratorium IPA di SMA
Muhammadiyah 1
Sragen
Pengadaan alat dan bahan laboratorium IPA yang dilakukan oleh
SMA
Muhammadiyah 1 Sragen dapat diperoleh informasi bahwa sekolah
ini
senantiasa melakukan perencanaan dan pengadaan alat dan
bahan
laboratorium IPA. Hal ini terlihat dari perencanaan dana untuk
kebutuhan alat
dan bahan praktik. Untuk kondisi sekarang atau saat ini untuk
perencanaan
dana tersebut masih mengandalkan dari uang pengembangan sekolah
dan dana
BOS yang diberikan oleh pemerintah, karena dana yang dimiliki
sekolah
sendiri untuk pengadaan alat dan bahan praktik laboratorium
belum cukup
sehingga perlu ditambahkan dengan bantuan dari pemerintah/dana
BOS.
Sekolah menganggarkan secara khusus dana untuk laboratorium IPA
maupun
sarana dan prasaran yang lain. Hal ini relevan dengan jurnal
internasional dari
Adeyemi (2008), yang menyatakan bahwa kualitas output yang
terbaik terjadi
di sekolah-sekolah yang memiliki laboratorium di tiga mata
pelajaran sains
(Fisika, Kimia dan Biologi). Atas dasar temuan, direkomendasikan
bahwa
pemerintah harus segera memberikan laboratorium di tiga mata
pelajaran sains
di sekolah yang kekurangan laboratorium sains.
Dalam proses perencanaan dan pengadaan alat di laboratorium IPA
juga
menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) dan tata tertib
penggunaan alat
di Laboratorium. Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP)
dan tata
tertib ini bekerja sama dengan penanggung jawab program standar
nasional
-
5
sekolah dan didampingi oleh penanggung jawab laboratorium.
Penggunaan
Standar Operasional Prosedur (SOP) dan tata tertib di
laboratorium ini telah
disesuaikan dengan standar yang ada. Yaitu telah menetapkan
tugas dan fungsi
kepala laboratorium, menyusun tata tertib laboratorium,
menentukan
mekanisme pelaksanaan praktikum, peminjaman alat, pemeliharaan
alat dan
menyusun sangsi penggunaan laboratorium. Relevan dengan
jurnal
internasional dari Bello Theodora Olufunke (2012), yang
menunjukkan bahwa
pemanfaatan secara optimal peralatan laboratorium fisika sangat
efektif dalam
pengajaran fisika. Kesimpulannya bahwa laboratorium yang
memiliki
peralatan yang memadai dapat menentukan kualitas output dari
pelajaran
fisika di sekolah menengah atas.
Kegiatan inventaris alat dan bahan di laboratorium IPA dilakukan
oleh
laboran dan sudah berjalan cukup baik. Berdasarkan hasil
observasi pada
tanggal 14 Juni 2016, laboransudah melakukan pengklasifikasian
barang di
buku daftar inventaris alat yang disesuaikan antara kimia,
fisika dan biologi
serta melakukan pencatatan bila ada alat yang rusak. Data
dokumentasi buku
induk inventaris yang berfungsi untuk mencatat keseluruhan alat
dan bahan
milik sekolah/negara yang berada dalam lingkungan sekolah. Buku
golongan
inventaris yang dapat membantu laboran dalam mencatat alat dan
bahan
berdasarkan golongannya. Program invetarisai dilakukan secara
manual yaitu
dengan cara mencatat dalam buku induk antara barang yang baru,
baik dan
yang rusak. Inventarisasi ini dapat dibuat pada suatu buku atau
secara
komputasi sebagai daftar induk. Menurut Wirjosoemarto et al.
(2004:65) hal-
hal yang perlu diperhatikan pada inventarisasi mencakup: 1) kode
alat dan
bahan, 2) nama alat/bahan, 3) spesifikasi alat/bahan (merk, tipe
dan pabrik
pembuat alat), 4) sumber pemberi alat dan tahun pengadaannya, 5)
tahun
penggunaan, 6) jumlah atau kuantitas, 7) kondisi alat, baik atau
rusak.
Dari penelitian pengadaan alat dan bahan diatas dapat
disimpulkan
bahwa pengadaan alat dan bahan labotarorium IPA di SMA
Muhammadiyah 1
Sragen berjalan baik mulai dari perencanaa, pengadaan alat dan
bahan serta
inventarisasi. Dalam pengadaan alat bahan menggunakan skala
prioritas mana
yang harus diutamakan pengadaannya yang diperoleh dari dana
pengembangan dan dana BOS sesuai dengan program kerja dan
pengembangan sekolah. Program Standar Operasional Prosedur (SOP)
sangat
diperlukan dalam perencanaan pengadaan alat dan bahan
laboratorium IPA.
3.2 Penggunaan laboratorium IPA di SMA Muhammadiyah 1 Sragen
Penanggungjawab laboratorium IPA sudah bekerja dengan baik
tetapi
ada beberapa hal yang perlu diperbaiki oleh penanggungjawab
laboratorium
yaitu pada administrasi masih sedikit ada kekurangan, hal ini
karena
kesibukan penanggungjawab yang juga merangkap sebagai guru.
Tugas guru
-
6
sudah dijalankan dengan baik, selalu merencanakan kebutuhan
bahan dan alat
yang diperlukan dan sebelum praktikum guru selalu memberikan
pretes.
Teknisi untuk laboratorium IPA telah bekerja dengan baik karena
mampu
menguasai berbagai peralatan laboratorium. Peran laboran di
laboratorium
IPA sudah berjalan baik, karena laboran selalu membuat hasil
laporan yang
berkaitan dengan laboratorium kemudian melaporkannya kepada
kepala
sekolah untuk ditindak lanjuti. Kepala laboratorium belum
mempunyai
sertifikat kepala laboratorium yang dikeluarkan dari perguruan
tinggi atau
lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah, serta jumlah laboran
dan teknisi
laboratorium hanya satu orang yang akan mengurusi tiga
laboratorium IPA
yang merangkap sebagai guru dan tenaga kependidikan. Diklat
untuk laboran
dan teknisi jarang dilakukan sehingga peran laboratorium kurang
maksimal.
Dan sesuai dengan standar SSN dari Direktorat Pembinaan
Sekolah
Menengah Pertama yaitu untuk laboran harus memiliki sertifikat
laboran serta
bidang pendidikan IPA/teknik.
Serta didukung oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tanggal 11 juni 2008 tentang
Standar Tenaga
Laboratorium Sekolah/Madrasah menjelaskan bahwa standar
tenaga
laboratorium sekolah/madrasah mencakup kepala laboratorium,
teknisi
laboratorium dan laboran sekolah/madrasah. Salah satu tenaga
laboratorium
sekolah adalah kepala laboratorium menurut Permendiknas harus
memiliki
kualifikasi kepala laboratorium sekolah/madrasah, untuk jalur
guru adalah 1)
berpendidikan minimal S1; 2) berpengalaman minimal tiga tahun;
3) memiliki
sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan
tinggi atau
lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah.
Penggunaan laboratorium IPA di SMA Muhammadiyah 1 Sragen
sangat
diperlukan. Agar laboratorium dapat digunakan secara merata dan
efisien oleh
semua siswa yang memerlukan maka ada koordinasi yang sangat baik
antara
pengelola laboratorium, pembuat jadwal/bagian kurikulum dan
semua pihak
yang terkait.
Hal ini relevan dengan jurnal internasional dari Khwanjai
Wangkahat
Somboon Nookhai Vallerut Pobkeerree (2012) di Faculty of Public
Health,
Mahidol, Bangkok, Thailand yang menunjukkan bahwa sistem
manajemen
mutu laboratorium dengan menggunakan analisis SWOT menemukan
peluang, dan menghasilkan kekuatan yang baik dalam
peningkatan
manajemen mutu laboratorium.
Pelaksanaan kegiatan di laboratorium IPA dapat berjalan baik
karena
adanya kerja sama antara guru, laboran dan siswa. Semua pihak
harus saling
membantu agar dalam penggunaan pelaksanaan laboratorium dapat
berjalan
dengan lancar dan kondusif. Pelaksanaankegiatan di laboratorium
IPA sangat
-
7
penting dalam peningkatan pemahaman pembelajaran IPA, siswa
dapat
mencari, menemukan, memecahkan masalah dan melatih dirinya
sendiri
sehingga meningkatkan penguasaan pengetahuan, kemampuan,
ketrampilan,
pengembangan sikap ilmiah. Yang akan menghasilkan siswa aktif,
kreatif,
inspiratif, inovatif, mandiri, jujur, teliti dan lebih bertaqwa
pada Tuhan Yang
Maha Esa.
Relevan dengan jurnal internasional dari Norman Reid dan Iqbal
Shah
(2007), bahwa di laboratorium lebih banyak mendapatkan
pengetahuan dan
pengalaman dengan melakukan eksperimen.
Keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium sangat penting
guna
menunjang kenyamanan pelaksaana kegiatan dilaboratorium. Semua
pihak
mulai dari pengelola laboratorium, laboran, guru dan siswa
harus
bertanggungjawab menjaga agar kegiatan praktikum dapat terhindar
dari
kecelakaan, dengan cara selalu mentaati semua tata tertib dan
peraturan yang
ada di laboratorium. Untuk dapat mencegah terjadinya kecelakaan
diperlukan
pengetahuan tentang jenis-jenis kecelakaan yang mungkin terjadi
di dalam
laboratorium IPA, beserta pengetahuan tentang penyebabnya.
Hal ini relevan dengan jurnal internasional dari John Dennehy
(2004),
yang melakukan penelitian tentang aspek keselamatan di
laboratorium
sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam aspek
keselamatan di
laboratorium sekolah guru memiliki tugas perawatan, untuk
bertanggung
jawab dengan keselamatan siswa. Pemenuhan tugas ini termasuk
menarik
perhatian murid mereka untuk setiap bahaya yang berkaitan dengan
aktivitas
tertentu. Dalam konteks ini guru harus akrab dengan pedoman yang
relevan
pada keselamatan laboratorium, khususnya, Keselamatan di Sekolah
Science
dan Keselamatan di Laboratorium Sekolah. Secara umum, guru harus
berhati-
hati setiap saat untuk mengamati prosedur keselamatan standar
ketika
melakukan kegiatan praktis di laboratorium.
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan
laboratorium di SMA Muhammadiyah 1 Sragen sudah berjalan baik,
mulai
dari pengorganisasian, penyusunan jadwal, penggunaan
laboratorium IPA,
keselamatan dan keamanan kerja. Walaupun ada kekurangan bahwa
pengelola
laboratorium belum memilik sertifikat kepala laboratorium dan
ada peran
ganda pada kepala laboratorium dan laboran yang merangkap
sebagai guru
sehingga kurang optimal dalam tugasnya, laboran masih kurang
karena
bertanggungjawab tiga laboratorium (fisika, kimia dan
biologi).
3.3 Pemeliharaan alat dan bahan laboratorium IPA di SMA
Muhammadiyah
1 Sragen
Pemeliharaan dan perawatan alat dan bahan sangat penting
sekali
dilakukan untuk menjaga agar alat dan bahan tidak cepat rusak,
awet dan
-
8
apabila ada kerusakan alat dan bahan maka ada tindakan secara
cepat sehingga
tidak mengganggu kegiatan praktikum selanjutnya. Pemeliharaan
dilakukan
secara rutin dan berkala sehingga peralatan laboratorium siap
untuk dipakai
setiap ada kegiatan di laboratorium. Perawatan alat dan bahan
laboratorium
IPA di SMA Muhammadiyah 1 Sragen berjalan cukup baik, karena
perawatan
yang dilakukan ini rutin yaitu setiap hari sabtu. Perawatan alat
tersebut
dilakukan oleh laboran dengan dibantu oleh guru dan siswa,
serta
pemeliharaan khusus dilakukan oleh laboran.
Hal ini sesuai pendapat Kertiasa (2006:36) bahwa pengelolaan
suatu
laboratorium meliputi empat kegiatan pokok, pada kegiatan ketiga
dijelaskan :
mengupayakan agar peralatan laboratorium terpelihara dengan
baik, sehingga
dapat digunakan dalam waktu yang lama dan selalu siap
digunakan.
Penyimpanan alat dan bahan laboratorium sangat berpengaruh
terhadap
pengelolaan laboratorium. Hal ini bertujuan agar aman, terhindar
dari
kerusakan dan kecelakaan, mudah dalam pengecekan, dan
memudahkan
dalam pelaksanaan kegiatan praktikum berikutnya. Penyimpanan
alat dan
bahan praktik di SMA Muhammadiyah 1 Sragen dilakukan dengan
baik. Hal
ini karena selain laboran juga terdapat teknisi laboratorium
yang membantu
dalam penyimpanan alat dan bahan praktik
Sesuai dengan penelitian dari Luluk Hidayatul Mukaromah,
Nurul
Afifah dan Eti Meirina Brahmana (2016), yang menunjukkan
bahwa
pengelolaan Laboratorium IPA Terpadu (Biologi) di 4 SMP Negeri
se
Kecamatan Pagaran Tapah Darussalam dipengaruhi oleh: 1)
pengelolaan
Laboratorium, 2) pelaksanaan Laboratorium, 3) keadaan
Laboratorium dan,
4) penyimpanaan alat dan bahan Laboratorium.
Evaluasi di laboratorium sangat diperlukan untuk menilai
program
kegiatan laboratorium sudah tercapai atau belum. Pada saat
melakukan
evaluasi, kita akan tahu apakah terjadi ketidaksesuaian antara
kegiatan dengan
program kerja, apabila ada ketidaksesuaian maka harus ada
tindakan yang
diperlukan untuk meluruskannya, dan segera melakukan diskusi
dengan
pengelola laboratorium untuk memecahkan masalah yang ada,
sehingga tahu
akan kelebihan dan kekurangan keadaan laboratorium yang dimiliki
untuk
pembenahan berikutnya. Pengevaluasian kegiatan laboratorium
adalah suatu
kegiatan yang ditujukan untuk mengevaluasi program kegiatan
laboratorium.
Evaluasi terhadap kegiatan laboratorium dilakukan oleh kepala
sekolah pada
tiap jangka waktu tertentu. Salah satu cara melakukan evaluasi
adalah dengan
memeriksa kesesuaian antara program dengan bukti pelaksanaan
kegiatan.
Evaluasi yang dilakukan di SMA Muhammadiyah 1 Sragen adalah
tiap
semester dan tiap akhir tahun pelajaran. Ada juga evaluasi dari
kepala sekolah
yang bersifat insidental seperti pada saat mendadak melihat,
akhirnya
-
9
langsung diadakan evaluasi yang sifatnya mengarah pada evaluasi
diri.
Evaluasi yang dilakukan mulai dari pengadaan alat dan bahan
praktik,
penggunaan laboratorium dan pemeliharaan alat dan bahan
laboratorium.
Hal ini relevan dengan penelitian dari Retna Sundari (2008),
yaitu
melakukan penelitian tentang evaluasi pemanfaatan
laboratorium
pembelajaran biologi di Madrasah Aliyah Negeri se-Kabupaten
Sleman. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa evaluasi pemanfaatan
laboratorium
dipengaruhi oleh: (1) dukungan kepala madrasah terhadap program
kegiatan
laboratorium, (2) ketersediaan sarana prasarana, (3) pengelolaan
laboratorium,
(4) pemanfaatan laboratorium, (5) kendala-kendala yang dihadapi
guru, (6)
minat siswa terhadap kegiatan laboratorium dan manfaat
kegiatan
laboratorium bagi siswa.
Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan alat
dan
bahan laboratorium IPA di SMA Muhammadiyah 1 Sragen berjalan
baik,
mulai dari perawatan, pengecekan dan penyimpanan. Perawatan
dan
pemeliharaan dilakukan secara rutin dan berkala. Penyimpanan
dilakukan agar
alat dan bahan aman, terhindar dari kerusakan dan kecelakaan,
mudah dalam
pengecekan dan memperlancar kegiatan praktikum berikutnya.
4. PENUTUP
Pengadaan alat dan bahan laboratorium IPA yang dilakukan di
SMA
Muhammadiyah 1 Sragen dilakukan mulai dari perencanaan,
pengadaan alat
dan bahan laboratorium IPA dan inventarisasi. Program
perencanaan dilakukan
oleh pengelola laboratorium yang bekerja sama dengan guru IPA,
pengadaan
alat dan bahan laboratorium berdasarkan skala prioritas sesuai
anggaran yang
ada karena dalam perencanaan diperlukan dana sekitar
RP.8.500.000,- tetapi
dari anggaran sekolah hanya tersedia RP.6.000.000,- sehingga
dalam
pengadaan alat dan bahan menggunakan skala prioritas. Hal ini
sesuai dengan
Permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan
prasarana
laboratorium IPA, yaitu ruang laboratorium IPA merupakan ruang
untuk
pembelajaran secara praktik yang memerlukan peralatan khusus
yang
dilengkapi sarana lengkap. Program inventarisasi alat dan bahan
dilakukan tiap
tahun untuk bahan pelaporan. Dalam peningkatan kualitas
laboratorium,
program pengembangan dilakukan melalui dua tahap yaitu jangka
pendek dan
jangka panjang. Agar terwujud pelayanan yang professional dalam
kegiatan
praktikum IPA, sesuai dengan telah ditetapkannya sebagai
Rintisan Sekolah
Standar Nasional maka dalam perencanaan pengadaan alat dan bahan
telah
mnyusun SOP dan tata tertib dalam perencanaan pengadaannya.
-
10
Penggunaan laboratorium di SMA Muhammadiyah 1 Sragen sudah
berjalan dengan baik. Seluruh komponen pengelola laboratorium
sudah bekerja
secara optimal. Peralatan yang ada sudah memenuhi standar dan
sesuai dengan
kurikulum yang berlaku serta alat dan bahan praktik yang ada
juga sudah
disertakan petunjuk pemakaiannya ditambah pada saat praktek guru
juga
memberikan petunjuk kepada siswa secara lisan tentang
bahan-bahan yang
berbahaya seperti asam sulfat, asam klorida, natrium hidroksida
dan bahan
lainnya, hal ini bertujuan agar siswa jelas dalam melaksanakan
praktik dan
untuk meminimalisir kesalahan dan kecelakaan yang terjadi pada
saat
praktikum dilakukan. Penyusunan jadwal kegiatan praktik dan
pelaksanaan
kegiatan praktik di laboratorium sudah berjalan dengan baik
karena sudah ada
3 laboratorium yang digunakan oleh 19 rombel. Menurut Arikunto
dan Yuliana
(2015:177) bahwa satu ruang laboratorium cukup untuk 10 rombel,
berarti satu
hari hanya dapat melakukan praktik untuk dua rombel. Padahal di
SMA
Muhammadiyah 1 Sragen ada 3 laboraorium yang dapat digunakan
untuk 30
rombel sedangkan rombelnya hanya 19 sehingga pelaksanan kegiatan
dapat
berjalan baik. Semua komponen yang terlibat dalam pengelolaan
laboratorium
bekerja sesuai tupoksinya.Walaupun pelatihan tentang
laboratorium jarang
dilakukan, tapi kalau semua dikerjakan bersama dan saling
membantu maka
pelaksanaan penggunaan laboratorium dapat berjalan baik.
Pengelola
laboratorium belum ada yang memiliki sertifikat laboratorium.
Sesuai
Permendiknas nomor 26 Tahun 2008 tanggal 11 juni 2008 tentang
Standar
Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah menjelaskan bahwa standar
tenaga
laboratorium sekolah/madrasah mencakup kepala laboratorium,
teknisi
laboratorium dan laboran sekolah/madrasah. Salah satu tenaga
laboratorium
sekolah adalah kepala laboratorium, harus memiliki kualifikasi
sebagai berikut
: 1) berpendidikan minimal S1; 2) berpengalaman minimal tiga
tahun; 3)
memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari
perguruan tinggi
atau lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pemeliharaan alat dan bahan laboratorium di SMA Muhammadiyah
1
Sragen berjalan cukup baik, mulai perawatan yang dilakukan
secara rutin dan
berkala. Perawatan alat tersebut dilakukan oleh laboran dengan
dibantu oleh
teknisi, guru dan siswa, serta pemeliharaan khusus dilakukan
oleh laboran.
Sesuai Permendiknas nomor 26 tahun 2008 bahwa laboran
bertanggungjawab
atas pemeliharaan alat dan bahan yang ada dalam laboratorium
serta
menyimpan alat dan bahan sesuai dengan fungsi, kegunaan dan
pengamanannya. Pemeliharan alat dan bahan meliputi perawatan
alat dan
bahan, pengecekan dan penyimpanan alat dan bahan yang bertujuan
untuk
menghindari dari kerusakan, awet dan memudahkan dalam pemakaian
alat dan
-
11
bahan pada kegiatan praktikum selanjutnya sesuai dengan sifat
alat dan bahan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adeyami. 2008. Science Laboratories and Quality of Output from
Secondary
Schools in Ondo State, Nigeria. Asian Journal of Information
Management. Vol. 2 (1): 23-30.
Bello Theodora Olufunke, 2012. Effectof Availability and
Utilization of Physics
Laboratory Equipment on Students Academic achievement in
Senior
Secondary School Phisics. World Journal of Education.
Vol.2.No.5
Hua Lv, Mei Ling Jiang and Cheng Shuang Han, 2005. Design of
Open Language
Laboratory Information System in Network Environment.
International
Journal of Smart Home. Vol.9.No.7,pp.85-90.
John Dennehy. 2004. Aspects of Safety in Science Laboratories in
Second Level
Schools. Department of Education and Science,Marlborough
Street.
Dublin.Vol.4. No.3
KhwanjaiWangkahat somboon Nookhai Vallerut Pobkeerree. 2012.
Public Health
laboratory quality Management In a developing country:
Internasional
Jurnal of Health care Quality Assurance, vol.25 lss 2 pp.150
160.
Linda M.Stroud, Clara Stalling, Todd J.Korbusieski, 2006.
Implementation of a
Science Laboratory Safety Program in North Carolina School.
North
Carolina State Board of Education.Vol.21.No.3
Louis Trudel dan Abdeljalil Mtioui. 2014. Impact of Prior
Discussion on The
Participation of Students in a High School Physics
Laboratory.
International Journal of Arts & Sciences,CD-ROM. ISSN:
1944-6934.
Luluk Hidayatul Mukaromah, Nurul Afifah dan Eti Meirina
Brahmana.
2016.Gambaran Pengelolaan Laboratorium IPA Terpadu (Biologi)
di
SMP N se Kecamatan Pagaran Tapah Darussalam Tahun
Pembelajaran
2015/2016. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Pasir
Pengaraian.
Mahiruddin, 2008, Pengaruh Fasilitas dan Kompetensi Pengelola
terhadap
Efektifitas Manajemen Laboratorium IPA SMA di Kabupaten
Konawe,
Konawe: Penelitian guru SMP Negeri 3 Abuki.
Miles, Matthew B and Huberman, A. Michael. 1992. Qualitative
Data Analysis.
Sage Publication. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rosidi.Tahun
2009.
Jakarta: Universitas Indonesia Perss.
-
12
Moleong, Lexy. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi
Revisi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Norman Reid and Iqbal Shah, 2007. The Role of Laboratory Work in
University
Chemistry. Centre for Science Education, University of
Glasgow.
Vol.8.No.2,pp.172-185.
Philip, Bell. 2004. The school science laboratory:
Considerations of learning,
technology, and scientific practice. Paper prepared for the
meeting:High
School Science Laboratories: Role and Vision. University of
Washington.Vol.3(2):45-52
Retna Sundari. 2008. Evaluasi Pemanfaatan Laboratorium dalam
Pembelajaran
Biologi di Madrasah Aliyah Negeri Sekabupaten Sleman.Jurnal
Penelitian
dan Evaluasi Pendidikan, Nomor 2, Tahun XII, 2008
Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian, Pendidikan &
Pengembangan.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Sissy S. Wong, Jonah B. Firestone, Julie A. Luft and Charles B.
Weeks. 2013.
Laboratory Practices of Beginning Secondary Science Teachers: A
Five-
Year Study. SUMMER 2013 VOL. 22, NO. 1.
Suyatman. 2016. Analisis Kebutuhan Pengembangan Laboratorium
PGMI dalam
Perkuliahan IPA. At Tarbawi. Vol. 1, No. 1.
Sugiyono. 2015. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Sutama, 2012.Metode penelitian pendidikan kuantitatif,
kualitatif, PTK, R&D.
Kartasura, Fairuz Media.
William Morton James Uhomoibhi. 2011. E-Laboratory Design
and
Implementation for Enhanced Science, Technology and
Engineering
Education : Campus-Wide Information system.vol. 28 lss 5 pp. 367
377.
Wirjosoemarto, Koesmadji, et.al., 2004. Teknik Laboratorium,
Bandung: Jurusan.
Pendidikan Biologi FMIPA UPI.
Yunna Rhee. 2008. Risk Communication Management a Case Study
on
Brookhaven National Laboratory: Journal of Communication
Management. Vol. 12 lss 3 pp. 224 242.
Yurnani, H., 2010, Pemanfaatan Laboratorium Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar
Biologi:Jurnal Tabularasa PPS Unimed, 7: 95-104