Top Banner

of 34

Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

Jul 07, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    1/34

     

     AKADEMIK DRAFT

    STRATEGI PEMBENTUKAN KESATUAN

    PENGELOLAAN HUTAN KONSERVASI

    (KPHK)

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    2/34

    DAFTAR ISI

    I. PENDAHULUAN

     A. Latar Belakang ..........................................................

    B. Tujuan ......................................................................

    C. Manfaat ....................................................................

    1

    2

    2

    II. LANDASAN HUKUM ..................................................... 3

    III. KRITERIA DAN PROSEDUR PEMBENTUKAN KPHK

     A. 

    Kriteria Pembentukan KPHK ........................................

    B.  Prosedur Pembentukan KPHK .....................................

    5

    6

    IV. STRATEGI PEMBENTUKAN KPHK

     A.  Aspek Kawasan ........................................................

    B.  Aspek Pengelolaan

    1. Penataan Kawasan dan Penyusunan RencanaPengelolaan ............................................................

    2. 

    Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan ...................

    3. Rehabilitasi dan Reklamasi Kawasan.................................................................

    4 Perlindungan dan Konservasi Alam

    8

    11

    16

    19

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    3/34

    I. PENDAHULUAN

     A. 

    Latar Belakang

    Sesuai pasal 4 UU 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dinyatakan

    bahwa semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk

    kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara

    untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Selanjutnya penguasaan

    hutan oleh negara tersebut memberi wewenang kepada pemerintah

    untuk:

    1.  mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan

    hutan, kawasan hutan dan hasil hutan,

    2.  menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau

    kawasan hutan sebagai bukan kawasan hutan,

    3.  mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara

    orang dengan hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hukum

    mengenai kehutanan.

    Pengurusan hutan tersebut di atas bertujuan untuk

    memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya serta serbaguna dan

    lestari untuk kemakmuran rakyat. Pengurusan tersebut meliputi

    kegiatan penyelenggaraan: 1) Perencananaan kehutanan, 2)

    Pengelolaan hutan, 3) Penelitian dan pengembangan, pendidikan dan

    latihan, serta penyuluhan kehutanan, dan 4) Pengawasan.

    Dalam menyelenggarakan pengelolaan hutan untuk mencapai

    kelestarian hutan dibutuhkan 2 (dua) hal yang sangat mendasar

    yakni: adanya unit-unit pengelolaan hutan atau Kesatuan Pengelolaan

    Hutan (KPH) dan dibentuknya organisasi pengelolanya di tingkat tapak

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    4/34

    efisien dan lestari. KPH terdiri dari KPH Konservasi (KPHK), KPH

    Lindung (KPHL) dan KPH Produksi (KPHP). KPH Konservasi (KPHK)

    adalah kesatuan pengelolaan hutan yang luas wilayahnya seluruhnya

    atau didominasi oleh kawasan hutan konservasi

    Pengelolaan hutan konservasi, yang meliputi Taman Nasional

    (TN), Cagar Alam (CA), Suaka Margasatwa (SM), Taman Wisata Alam

    (TWA), dan Taman Buru (TB) saat ini masih dikelola secara parsialoleh unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan

    Konservasi Alam (PHKA). Kawasan TN dikelola oleh Balai Besar/ Balai

    Taman Nasional, sedangkan kawasan CA, SM, TWA dan TB dikelola

    oleh Balai Besar/ Balai Konservasi Sumberdaya Alam. Khusus Taman

    Hutan Raya (TAHURA), sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 62 tahun

    1998 tentang Penyerahan Sebagian Urusan di Bidang Kehutanan

    Kepada Daerah, TAHURA dikelola oleh pemerintah propinsi.

    Untuk mewujudkan pengelolaan hutan konservasi yang efisien

    dan lestari sebagaimana diamanatkan oleh Permenhut No. 6 /Menhut-

    II/ 2009 maka perlu dibangun Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi

    (KPHK). Berkenaan dengan hal tersebut maka perlu dirumuskan suatu

    strategi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan

    pembentukan KPHK.

    B.  Tujuan

    Merumuskan strategi pembentukan KPHK yang didasarkan atas

    analisis terhadap ketentuan yang berkaitan dengan Kesatuan

    Pengelolaan Hutan (KPH) dan kondisi pengelolaan kawasan konservasi

    saat ini.

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    5/34

     

    II. 

    LANDASAN HUKUM

    Peraturan perundangan yang menjadi landasan hukum dalam

    analisis dan perumusan strategi pembangunan KPHK adalah :

    1)  Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

    Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.2)  Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

    3)  Paraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan

    Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan

    Raya, dan Taman Wisata Alam.

    4)  Peraturan Pemerintah Nomor 62 tahun 1998 tentang Penyerahan

    Sebagian Urusan di Bidang Kehutanan Kepada Daerah

    5)  Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka

     Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

    6)  Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan

    dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaaatan Hutan

    dan Penggunaan Kawasan Hutan. 

    7)  Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan

    Kehutanan

    8)  Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Jo PP Nomor 3 tahun

    2008 tentang Tata Hutan, Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan,

    serta Pemanfaatan Hutan

    9)  Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

    Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah

    Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    6/34

    12)  Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 02 Tahun 2007 tentang

    Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi

    Sumberdaya Alam.

    13)  Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 03 Tahun 2007 tentang

    Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional.

    14)  Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P 6/ Menhut-II/2009 tentang

    Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    7/34

    III.  KRITERIA DAN PROSEDUR PEMBENTUKAN KPHK

     A. 

    Kriteria Pembentukan KPHK

    Berdasarkan Pasal 5 Permenhut No. 6 /Menhut-II/ 2009, kriteria

    pembentukan wilayah KPH adalah :

    1.  Kepastian wilayah kelola, indikatornya adalah :

    a. Berada dalam kawasan hutan tetap setelah tahap penunjukan atau

    penataan batas, atau penetapan kawasan hutan

    b. Mempunyai letak, luas dan batas yang jelas dan relatif permanen

    c. Setiap areal unit pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan

    wajib meregister arealnya dalam wilayah KPH

    d. Batas wilayah KPH sejauh mungkin mengikuti batas-batas alam

    2.  Kelayakan ekologi, indikatornya adalah :

    a. Posisi dan letak wilayah KPH mempertimbangkan kesesuaian

    terhadap DAS atau Sub Das

    b. Mempertimbangkan homogenitas geomorfologi dan tipe hutan

    c. Bentuk areal mengarah ke ideal dari aspek ekologi (kompak,

    memanjang)

    3.  Kelayakan pengembangan kelembagaan pengelolaan hutan,

    indikatornya adalah :

    a. Luas wilayah KPH dalam batas rentang kendali yang optimum

    b. Mempertimbangkan keutuhan batas izin pemanfaatan hutan dan

    penggunaan kawasan hutan.

    4.  Kelayakan pengembangan pemanfaatan hutan, indikatornya adalah:

    a. Mempertimbangkan kemungkinan pemanfaatan potensi

    sumberdaya hutan

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    8/34

    Sampai saat ini Pemerintah telah menetapkan dan mengelola

    kawasan konservasi sebanyak 521 unit dengan luas 27,206.729 hektar,

    yang terdiri dari cagar alam (CA), suaka margasatwa (SM), taman nasional

    (TN), taman hutan raya (Tahura), dan taman wisata alam (TWA).

    Untuk membentuk KPHK perlu dibuat kriteria kawasan konservasi

    yang akan diusulkan menjadi calon KPHK. Mempertimbangkan ketentuan

    tentang kriteria pembentukan wilayah KPH sebagaimana diatur pada Pasal

    5 Permenhut No. 6 /Menhut-II/ 2009 dan ketentuan pengelolaan KSA dan

    KPA sebagaimana diatur pada PP No. 28 Tahun 2011, maka kriteria

    pemilihan kawasan konservasi sebagai calon KPHK, sebagai berikut :

    a.  Telah ditetapkan oleh Menteri Kehutanan sebagai kawasan konservasi

    (kejelasan status dan tujuan penetapan)

    b.  Mempunyai letak, luas dan batas yang jelas dan relatif permanen.

    c.  Zonasi sudah disusun dan ditetapkan

    d.  Rencana pengelolaan sudah disusun dan disyahkan

    e.  Sudah dibagi ke dalam wilayah kerja resort (implementasi sistem

    pengelolaan berbasis resort)

    f.  Sistem perlindungan kawasan dan konservasi jenis relatif baik

    (implementasi sistem pengelolaan berbasis resort)

    g.  Pemanfaatan potensi kawasan tinggi (wisata alam dan jasa

    lingkungan)

    h.  Mengembangkan kegiatan pembinaan daerah penyangga

    i.  Kelembagaan relatif mantap (Organisasi, SDM, Sarpras, Anggaran)

     j.   Adanya dukungan dari mitra kerja (Pemda, pengusaha, dan/atau

    masyarakat)

    B Prosedur Pembentukan KPHK

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    9/34

    dan 4) penetapan wilayah KPHK. Uraian masing-masing tahapan sebagai

    berikut:

    1.  Rancang bangun KPHK disusun dengan tahapan sebagai berikut:

    a) mengidentifikasi kawasan hutan dengan mempelajari peta-peta,

    b) mendeliniasi wilayah KPHK dalam bentuk peta dengan memberikan

    batas luar dan nama KPHK,

    c) peta deliniasi wilayah KPHK dideskripsikan secara lengkap dalam

    bentuk buku,

    d) peta deliniasi wilayah dan buku deskripsi KPHK merupakan

    dokumen rancang bangun KPHK,

    e) dalam hal hutan produksi dan hutan lindung akan dimasukkan ke

    dalam wilayah KPHK perlu mendapat rekomendasi Gubernur.

    Rancang bangun KPHK disusun oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis

    Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) dengan dukungan data dan

    informasi dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan dan pemangku

    kepentingan. Rancang bangun KPHK disampaikan oleh Kepala UPT

    KSDA kepada Direktur Jenderal PHKA.

    Direktur Jenderal PHKA menelaah dan menyampaikan Rancang

    Bangun KPHK kepada Menteri Kehutanan untuk mendapatkan arahan

    pencadangan dengan tembusan disampaikan kepada Direktur Jenderal

    Planologi Kehutanan.

    2.  Menteri menugaskan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan untuk

    menyusun arahan pencadangan KPHK. Direktur Jenderal PlanologiKehutanan menyusun arahan pencadangan KPHK dengan melibatkan

    Eselon 1 terkait.

    3.  Direktur Jenderal Planologi Kehutanan menyampaikan arahan

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    10/34

    IV.  STRATEGI PEMBENTUKAN KPHK

    Pada dasarnya suatu KPH terbangun atas 3 (tiga) unsur yakni;

    adanya wilayah pengelolaan, adanya aktifitas pengelolaan, dan adanya

    lembaga pengelola. Untuk itu maka strategi pembentukan KPHK dibagi

    kedalam 3 (tiga) aspek, yakni: aspek kawasan, aspek pengelolaan , dan

    aspek kelembagaan.

     A.   Aspek Kawasan

    Ketentuan Mengenai Pengelolaan KPH

    Berdasarkan PP No. 6 Tahun 2007 dan Permenhut No. 6 /Menhut-II/

    2009, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah wilayah pengelolaan

    hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya  yang dapat  dikelola

    secara efisien dan lestari.

    KPH terdiri dari KPH Konservasi (KPHK), KPH Lindung (KPHL) dan KPH

    Produksi (KPHP). KPH Konservasi (KPHK) adalah kesatuan pengelolaan

    hutan yang luas wilayahnya seluruhnya atau didominasi oleh kawasan

    hutan konservasi. KPH dietapkan dalam satu atau lebih fungsi pokok

    hutan dan satu wilayah administrasi atau lintas wilayah administrasi

    pemerintahan (Pasal 6 PP No. 6 Thaun 2007)

    Sedangkan ditinjau dari status kawasannya, berdasarkan Permenhut No. 6

     /Menhut-II/ 2009 tersebut terdapat tiga kemungkinan bentuk KPHK, yaitu:

    1.  KPHK yang wilayahnya terdiri dari satu unit kawasan konservasi,

    2.  KPHK yang wilayahnya terdiri dari beberapa unit kawasan konservasi,

    3.  KPHK yang wilayahnya terdiri dari kawasan konservasi dan hutan

    dengan fungsi lain (hutan lindung dan hutan produksi) dimana

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    11/34

    berdasarkan kriteria dan standar yang ditetapkan oleh Menteri.

    Berdasarkan usulan tersebut Menteri menetapkan arahan pencadanganunit pengelolaan hutan konservasi (Pasal 29 PP. 4 Tahun 2004).

    Ketentuan Mengenai Pengelolaan KK

    Berdasarkan PP No. 28 Tahun 2011, Kawasan Suaka Alam (KSA) yang

    terdiri atas cagar alam (CA), suaka margasatwa (SM), dan Kawasan

    Pelestarian Alam (KPA) yang terdiri atas taman nasional (TN), taman

    hutan raya (Tahura), dan taman wisata alam (TWA) ditetapkan  oleh

    Menteri. Suatu wilayah ditetapkan sebagai KSA dan KPA apabila

    memenuhi kriteria.

    Pemerintah telah menetapkan 521 unit kawasan konservasi dengan luas

    keseluruhan mencapai 27,206.729 hektar. Sebagian besar (lebih dari 57

    persen) dari luasan kawasan konservasi tersebut adalah Taman Nasional

    (TN). Secara geografis, kawasan konservasi tersebut menyebar di seluruh

    wilayah nusantara dari Sabang sampai Meraoke, mulai dari dasar laut

    sampai ke puncak gunung. Dengan demikian maka tidak semua kawasan

    konservasi wilayahnya berupa hutan/ daratan. Sebagian kawasankonservasi seluruh wilayahnya berupa perairan/ lautan (seperti: TN.

    Kepulauan Seribu, TN. Wakatobi, TN. Karimun Jawa dll.), dan sebagian

    lagi merupakan gabungan antara daratan (hutan) dan perairan (seperti :

    TN. Ujungkulon, TN. Alas Purwo, TN. Sembilang dll).

    Selain itu, kawasan konservasi mempunyai luas yang sangat beragam

    mulai dari puluhan hektar hingga lebih dari satu juta hektar. Demikian

    pula, ditinjau dari batas administrasi pemerintahan, sebagian kawasan

    konservasi berada pada suatu wilayah kabupaten saja, tetapi sebagian

    kawasan konservasi lainnya berada pada lintas kabupaten dan lintas

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    12/34

    telah ditetapkan sebagai KPHK tersebut adalah: TN Berbak; TN Ujung

    Kulon; TN Halimun Salak; TN Tanjung Puting; TN Kutai; TN Meru Betiri;TN Alas Purwo; TN Bali Barat; TN Gunung Rinjani; TN Bunaken

    (ditetapkan tahun 2010) , TN Way Kambas, TN Gunung Merapi, TN

    Laiwangi Wanggameti, TN Danau Sentarum, TN Bogani Nani Wartabone,

    TN Bantimurung Bulusaraung, TN Baluran, TN Manupeu Tana Daru, TN

    Bukit Dua Belas, dan TN Gunung Palung. 

    S t r a t e g i

    Strategi yang perlu dilakukan dalam pembentukan KPHK baru adalah

    pemilihan calon KPHK yang memenuhi kriteria sebagaimana diuraikan

    pada Sub Bab III A, dengan skala prioritas sebagai berikut:

    Prioritas Pertama

    adalah calon KPHK yang wilayahnya terdiri dari satu unit kawasan taman

    nasional.

    Prioritas Kedua

    adalah calon KPHK yang wilayahnya terdiri dari dua atau lebih kawasan

    taman nasional yang lokasinya berdekatan, misalnya TN Gunung GedePangrango dan TN. Gunung Halimun Salak. Diprioritaskannya kawasan

    taman nasional sebagai KPHK karena relatif lebih siap dibandingkan

    kawasan konservasi lainnya, baik ditinjau dari aspek kelembagaan,

    kemantapan batas kawasan, luas- kekompakan, dan penataaan kawasan,

    serta rencana pengelolaan.

    Prioritas Ketiga

    adalah calon KPHK yang wilayahnya terdiri dari satu unit kawasan taman

    nasional dan satu/ beberapa unit kawasan konservasi non taman nasional,

    seperti TN Siberut dan SM Laut Teluk Saibi Sarabua

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    13/34

    Prioritas Kelima 

    adalah calon KPHK yang wilayahnya terdiri dari beberapa kawasankonservasi non taman nasional yang berada pada satu kesatuan wilayah

    DAS atau kelompok hutan.

    Prioritas Keenam 

    adalah calon KPHK yang wilayahnya terdiri dari kawasan konservasi dan

    kawasan hutan dengan fungsi lain (hutan lindung dan hutan produksi).

    Dalam hal hutan produksi dan hutan lindung akan dimasukkan ke dalam

    wilayah KPHK perlu mendapat rekomendasi Gubernur (Pasal 8 Permenhut

    No. P 6/Menhut-II/ 2009).

    B.   Aspek Pengelolaan

    Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran

    Negara Nomor 3888); sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

    Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

    Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas

    Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadiUndang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

    Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412);

    Semua hutan di wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang

    terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya

    kemakmuran rakyat. Dalam rangka penguasaan tersebut negara memberi

    wewenang kepada Pemerintah untuk mengatur dan mengurus segala

    sesuatu yang berkaitan dengan hutan (Pasal 4). Pengurusan hutan 

    bertujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya serta

    serbaguna dan lestari untuk kemakmuran rakyat yang meliputi (Pasal

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    14/34

    Berdasarkan Pasal 21 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999, ruang

    lingkup pengelolaan hutan meliputi kegiatan:1) tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,

    2) pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan,

    3) rehabilitasi dan reklamasi hutan, dan

    4) perlindungan hutan dan konservasi alam.

    Mengingat kawasan konservasi wilayahnya tidak hanya

    berupa kawasan hutan  tetapi ada yang merupakan perpaduan antara

    kawasan hutan dengan wilayah perairan, bahkan ada yang secara

    keseluruhan berupa wilayah perairan, maka ruang lingkup pengelolaan

    hutan dalam konsteks KPHK perlu disesuaikan menjadi pengelolaan

    kawasan,  dengan ruang lingkup sebagai berikut:

    1) penataan kawasan dan penyusunan rencana pengelolaan,

    2) pemanfaatan dan penggunaan kawasan,

    3) rehabilitasi dan reklamasi kawasan, dan

    4) perlindungan dan konservasi alam.

    1. 

    Penataan Kawasan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan

    a. 

    Penataan Kawasan

    Ketentuan Mengenai Pengelolaan KPH

    Tata hutan adalah suatu kegiatan untuk mengorganisasikan areal kerja

    KPH sesuai dengan karakteristik KPH dan hak-hak masyarakat sehingga

    perencanaan dan kegiatan pengelolaan KPH dapat dilaksanakan secaraefektif dan efisien (Penjelasan Pasal 11 PP No. 6 Tahun 2007). Tata hutan

    dilaksanakan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan yang lebih intensif

    untuk memperoleh manfaaat yang lebih optimal dan lestari.

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    15/34

    Ketentuan Mengenai Pengelolaan KK

    Berdasarkan PP. No. 28 Tahun 2011, perencanaan KSA dan KPA meliputi;inventarisasi potensi kawasan, penataan kawasan, dan penyusunan

    rencana pengelolaan (Pasal 14). Penataan KSA dan KPA meliputi:

    penyusunan zonasi atau blok pengelolaan dan penataan wilayah

    kerja. Zonasi pengelolaan dilakukan pada kawasan taman nasional,

    sedangkan blok pengelolaan dilakukan pada KSA dan KPA selain taman

    nasional (Pasal 16). Penetapan zonasi atau blok pengelolaan dilakukan

    oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk (Pasal 17). Zonasi pengelolaan

    taman nasional terdiri dari: zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan,

    dan/atau zona lain sesuai dengan keperluan (Pasal 18). Sedangkan blok

    pengelolaan pada KSA dan KPA selain TN terdiri dari: blok perlindungan,

    blok pemaanfaatan, dan blok lainnya (Pasal 19).

    Penataan wilayah kerja KSA dan KPA meliputi; 1) pembagian wilayah

    kerja ke dalam unit pengelola dan seksi wilayah kerja, dan 2) pembagian

    seksi wilayah kerja ke dalam unit yang lebih kecil (Pasal 20)

    Sampai saat ini dari 521 unit kawasan konservasi sebagaian telah

    ditatabatas temu gelang, sedangkan sebagian lainnya masih belum

    ditatabatas temu gelang.

    Berdasarkan Pasal 15 PP. No. 28 Tahun 2011, untuk memperoleh data

    dan informasi potensi kawasan, unit pengelola KSA dan KPA melakukan

    inventarisasi potensi kawasan. Sampai saat ini belum seluruh kawasan

    konservasi telah dilakukan inventarisasi potensi.Dari 50 unit kawasan taman nasional, 27 unit telah ditetapkan zonasinya,

    11 unit sedang disusun zonasinya, dan 12 unit belum disusun zonasinya.

    Untuk efektifitas pengelolaan, seluruh kawasan taman nasional telah

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    16/34

    Berdasarkan hasil tata batas, inventarisasi potensi, penataan zonasi dan

    blok, dan pembagian wilayah kerja, selanjutnya dibuat peta tematiksesuai dengan keperluan, misalnya peta tata batas, peta zonasi/blok, peta

    potensi flora dan penyebaran satwa, dll.

    S t r a t e g i

    Penataan kawasan KPHK perlu dilakukan dengan strategi sebagai berikut :

    1)  Melakukan percepatan penataan batas kawasan taman nasional yang

    telah ditetapkan sebagai KPHK (20 lokasi).

    2)  Melakukan percepatan penataan batas calon KPHK sesuai skala

    prioritas yang telah ditetapkan. Dalam hal ini perlu adanya

    dukungan dari BPKH untuk memprioritaskan penataan batas

    kawasan hutan calon KPHK.

    3)  Melakukan percepatan penyusunan dan penetapan zonasi untuk

    KPHK yang telah ditetapkan dan penyusunan dan penetapan zonasi/

    blok untuk calon KPHK. Dalam hal ini UPT perlu terus didorong

    untuk segera mempercepat proses penyusunannya.

    4) 

    Melakukan pembagian wilayah KPHK ke dalam wilayah kerja resortsebagai unit pengelolaan terkecil (implementasi sistem pengelolaan

    berbasis resort). Dalam hal ini wilayah kerja resort identik dengan

    petak dan anak petak pada KPHP dan KPHL.

    5)  Melakukan inventarisasi hutan pada KPHK dan calon KPHK yang

    belum pernah dilakukan inventarisasi atau untuk meng-up date  hasil

    inventarisasi yang pernah dilakukan sebelumnya.

    6)  Mengintensifkan pembuatan peta tematik, seperti peta tata batas

    kawasan, peta zonasi/ blok, peta vegetasi, peta penyebaran satwa,

    dan lain-lain sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    17/34

    b.  Penyusunan Rencana Pengelolaan

    Ketentuan Mengenai Pengelolaan KPH

    Berdasarkan hasil inventarisasi penataan hutan maka disusun rencana

    pengelolaan hutan KPH. Rencana pengelolaan hutan KPH terdiri dari

    rencana pengelolaan hutan jangka panjang dan rencana pengelolaan

    hutan jangka pendek. Rencana pengelolaan hutan jangka panjang

    disusun oleh Kepala KPH dan disyahkan oleh Menteri atau pejabat yangditunjuk, sedangkan rencana pengelolaan hutan jangka pendek disusun

    oleh pejabat yang ditunjuk oleh Kepala KPH dan disyahkan oleh Kepala

    KPH (Pasal 13 dan 14 PP No. 3 Tahun 2008) 

    Ketentuan Mengenai Pengelolaan KK

    Berdasarkan PP 28 Tahun 2011 unit pengelola menyusun rencana

    pengelolaan KSA dan KPA yang didasarkan atas hasil inventarisasi data

    dan informasi (Pasal 21). Rencana pengelolaan KSA dan KPA terdiri dari

    rencana jangka panjang untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun dan

    rencana jangka pendek untuk jangka waktu 1 ( satu) tahun (Pasal 22).

    Rencana jangka panjang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk

    (Pasal 23).

    Sampai saat ini dari 50 unit taman nasional, 40 unit telah disusun rencana

     jangka panjangnya, 2 unit dalam proses review , dan 8 unit dalam proses

    penyusunan.

    S t r a t e g i

    Penyusunan rencana pengelolaan KPHK perlu dilakukan dengan strategi

    sebagai berikut :

    • KPHK yang wilayahnya terdiri dari satu unit kawasan konservasi tidak

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    18/34

    (hutan produksi dan hutan lindung), maka perlu dibuat Rencana

    Pengelolaan baru. Hal tersebut karena adanya perbedaan tujuanpengelolaan, kondisi kelembagaan, dan kewenangan pengelola,

    antara sebelum dan setelah ditetapkan sebagai KPHK.

    2. 

    Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan

    a.  Pemanfaatan Kawasan

    Ketentuan Mengenai Pengelolaan KPH

    Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,

    memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan

    bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara

    optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga

    kelestariannya (Pasal 1 PP. Nomor 6 Tahun 2007). Pada hutan

    konservasi, pemberian ijin pemanfaatan harus sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan (Pasal 12 PP. Nomor 6 Tahun 2007).

    Ketentuan Mengenai Pengelolaan KK

    Pemanfaatan KSA dan KPA dapat dilakukan pada semua KSA dan KPA.

    Pemanfaatan KSA dan KPA dapat dilakukan dengan tidak merusak

    bentang alam dan mengubah fungsi KSA dan KPA. Kegiatan pemanfaatan

    KSA dan KPA terdiri atas: 1) Pemanfaatan kondisi lingkungan, 2)

    Pemanfaaatan jenis tumbuhan dan satwa liar (Pasal 32 PP. Nomor 28

    Tahun 2011).Jenis-jenis kegiatan pemanfaatan yang dapat dilakukan pada KSA dan KPA

    diatur pada Pasal 33 sampai dengan Pasal 37 PP. Nomor 28 Tahun 2011. 

    Pemanfaatan KSA dan KPA hanya dapat dilakukan setelah memperoleh

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    19/34

    Setiap pemegang izin pemanfaatan KSA dan KPA wajib membayar iuran

    izin usaha dan pungutan atas hasil pemanfaatan kondisi lingkungan. Iurandan pungutan pemanfaatan KSA dan KPA merupakan penerimaan negara

    bukan pajak (Pasal 39 PP. Nomor 28 Tahun 2011).

    S t r a t e g i

    Pemanfaatan kawasan KPHK perlu dilakukan dengan strategi sebagai

    berikut :

    1)  Perlu adanya terobosan untuk menciptakan peluang agar pengelola

    taman nasional dan pemerintah daerah mendapatkan kontribusi

    secara langsung dari hasil pemanfaatan kawasan konservasi. Dengan

    adanya kontribusi langsung pengelolaan kawasan konservasi terhadap

    penerimaan daerah, diharapkan pemerintah daerah akan semakin

    memberikan dukungannya terhadap pengelolaan kawasan konservasi,

    misalnya dalam bentuk pembangunan sarana-prasarana jalan,

    transportasi, akomodasi, komunikasi dll. Untuk merealisasikan hal

    tersebut maka perlu adanya penyempurnaan dan/atau pembuatan

    peraturan perundangan baru yang membuka peluang bagi pengelola

    kawasan konservasi dan pemerintah daerah mendapatkan kontribusi

    langsung hasil pemanfaatan kawasan.

    2)  Mengusulkan KPHK yang mempunyai nilai PNBP tinngi dari hasil

    pemanfaatan kawasan untuk menjadi Badan Layanan Umum (BLU).

    Penerapan sistem pengelolaan keuangan BLU pada kawasan

    konservasi, secara jangka panjang akan mengarah pada perwujudan

    pengelolaan kawasan konservasi mandiri.

    b.  Penggunaan Kawasan

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    20/34

    Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar

    kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutanproduksi dan kawasan hutan lindung (Pasal 38 UU 41 tahun 1999)

    Ketentuan Mengenai Pengelolaan KK

    Dengan mengacu pada Pasal 38 UU 41 tahun 1999, berarti pada kawasan

    konservasi tidak dapat dilakukan penggunaan kawasan. Namun

    mengingat pada beberapa lokasi kawasan konservasi terdapat adanya

    kepentingan pembangunan strategis yang tidak dapat dielakan, maka

    sebagai solusinya adalah dilakukannya kerjasama (MoU) kedua belah

    pihak. Hal ini sesuai Pasal 43 PP 28 Tahun 2011 bahwa penyelenggaraan

    KSA dan KPA dapat dikerjasamakan dengan badan usaha, lembaga

    internasional, atau pihak lainnya.

    Sedangkan berdasarkan Permenhut Nomor P 19/Menhut-II/2004

    dinyatakan bahwa kolaborasi dalam rangka pengelolaan KSA dan KPA

    adalah proses kerjasama yang dilakukan oleh para pihak yang bersepakat

    atas dasar prinsip-prinsip saling menghormati, saling menghargai, saling

    percaya, dan saling memberikan kemanfaatan.

    S t r a t e g i

    Penggunaan kawasan KPHK perlu dilakukan dengan strategi sebagai

    berikut :

    1)  Mengacu pada surat Ketua Mahkamah Agung Nomor 164/KMAIX/2007

    tanggal 10 September 2007 bahwa terhadap persetujuan/perjanjian

    penggunaan kawasan konservasi yang diterbitkan sebelum

    ditetapkannya UU 41 tahun 1999 dan saat ini masih berjalan, dapat

    dilakukan perpanjangan ijin.

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    21/34

    3)  Pemberian ijin terhadap permohonan dan/atau perpanjangan ijin

    penggunaan kawasan dalam wilayah KPHK harus mempertimbangkanrencana pengelolaan KPHK

    4)  Kepala KPHK wajib melaksanakan pembinaan, pemantauan dan

    evaluasi atas pelaksanaan izin penggunaan kawasan di wilayahnya.

    5)  Kepala KPHK bertanggung jawab atas pengamanan bekas areal kerja

    pemegang izin penggunaan kawasan yang telah hapus atau berakhir.

    3.  Rehabilitasi dan Reklamasi Kawasan

    Ketentuan Mengenai Pengelolaan KPH

    Rehabilitasi kawasan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan,

    dan meningkatkan fungsi kawasan sehingga daya dukung, produktifitas

    dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap

    terjaga. Rehabilitasi kawasan diselenggarakan melalui reboisasi,

    penghijauan, pemeliharaan, pengayaan tanaman, atau penerapan teknis

    konservasi tanah secara vegetatif dan sipil teknis, pada lahan kritis dan

    tidak produktif. Rehabilitasi kawasan dapat dilakukan pada semua hutan

    kecuali cagar alam dan zona inti taman nasional. Rehabilitasi kawasan

    dilaksanakan berdasarkan kondisi spesifik biofisik dan melalui pendekatan

    partisipatif.

    Reklamasi kawasan adalah upaya untuk memperbaiki atau memulihkan

    kembali kawasan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai

    dengan peruntukannya. Kegiatan reklamasi kawasan meliputi inventarisasi

    lokasi, penetapan lokasi, perencanaan, dan pelaksanaan reklamasi.

    Pihak-pihak yang menggunakan kawasan hutan untuk kepentingan di luar

    kegiatan kehutanan yang mengakibatkan perubahan permukaan dan

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    22/34

    Ketentuan Mengenai Pengelolaan KK

    Salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan KSA dan KPA adalahpengawetan. Pemulihan ekosistem merupakan salah satu bentuk kegiatan

    pengawetan. Pemulihan ekosistem dilakukan untuk memulihkan struktur,

    fungsi, dinamika populasi, serta keanekaragaman hayati dan

    ekosistemnya. Pemulihan ekosistem dilakukan melalui; 1) mekanisme

    alam, 2) rehabilitasi, dan 3) restorasi.

    Mekanisme alam dilakukan dengan menjaga dan melindungi ekosistem

    agar proses pemulihan ekosistem berlangsung secara alami.

    Rehabilitasi  dilakukan melalui penanaman atau pengkayaan jenis

    dengan jenis tanaman asli atau pernah tumbuh secara alami di lokasi

    tersebut. Restorasi  dilakukan melalui kegiatan pemeliharaan,

    perlindungan, penanaman, pengkayaan jenis tumbuhan dan satwa liar,

    atau pelepasliaran satwa liar hasil penangkaran atau relokasi satwa liar

    dari lokasi lain.

    S t r a t e g i

    Rehabilitasi dan reklamasi kawasan KPHK perlu dilakukan dengan strategi

    sebagai berikut :

    1)  Rehabilitasi dan reklamasi kawasan KPHK harus tetap berorientasi

    pada upaya pemulihan ekosistem, dengan tujuan memulihkan

    struktur, fungsi, dinamika populasi, serta keanekaragaman hayati dan

    ekosistemnya.2)  Pengelola KPHK harus membuat skala prioritas areal yang akan

    direhabilitasi berdasarkan tingkat urgensinya di lapangan, dan

    melakukan rehabilitasi secara terintegrasi dengan kegiatan lainnya.

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    23/34

    4.  Perlindungan dan Konservasi Alam

    a. 

    PerlindunganKetentuan Mengenai Pengelolaan KPH

    Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi

    kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh

    perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan

    penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara,

    masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan,

    investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. 

    Ketentuan Mengenai Pengelolaan KK

    Perlindungan KSA dan KPA dilakukan melalui:

    1)  Pencegahan, penanggulangan, dan pembatasan kerusakan yangdisebabkan oleh manusia, ternak, alam, spesies invasif, hama, dan

    penyakit;

    2)  Melakukan penjagaan dan pengamanan kawasan secara efektif

    S t r a t e g i

    Pelaksanaan perlindungan KPHK dilakukan baik   secara pre-emtif,

    preventif, maupun represif. Pengamanan pre-emtif, dilakukan melalui

    pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat, Pengamanan preventif,

    dilakukan melalui kegiatan penjagaan dan patroli (rutin dan mendadak),

    sedangkan pengamanan represif, dilakukan melalui operasi: intelijen,

    represif, rehabilitasi, dan operasi khusus.

    Implementasi sistem pengelolaan berbasis resort merupakan strategi

    untuk memperkuat upaya perlindungan KPHK pada tingkat tapak.

    Dengan diimplementasikannya sistem pengelolaan berbasis resort

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    24/34

    diimplementasikannya sistem pengelolaan berbasis resort maka

    permasalahan kawasan akan diketahui secara lebih dini sehingga petugasdapat secara proaktif melakukan upaya pencegahan atau melakukan

    tindakan represif ketika permasalahan belum terlanjur membesar.

    b.  Konservasi Alam

    Ketentuan Mengenai Pengelolaan KPH

    Konservasi sumberdaya alam hayati adalah pengelolaan sumberdaya alam

    hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin

    kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan

    meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Konservasi

    sumberdaya alam hayati dilaksanakan melalui: perlindungan ekosistem,

    pengawetan jenis flora dan fauna, serta pemanfaatan sumberdaya alam

    secara lestari.

    Ketentuan Mengenai Pengelolaan KK

    Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya

     Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);

    Pasal 3 menyebutkan bahwa, konservasi sumber daya alam hayati dan

    ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber

    daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih

    mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu

    kehidupan manusia.

    Selanjutnya pada Pasal 5 menyebutkan bahwa konservasi sumber daya

    alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui:

    1) Perlindungan sistem penyangga kehidupan;

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    25/34

    Perlindungan sistem penyangga kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya

    proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untukmeningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia

    (Pasal 7). Sedangkan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa

    beserta ekosistemnya, dilaksanakan dengan menjaga keutuhan kawasan

    suaka alam agar tetap dalam keadaan asli (Pasal 12). Adapun

    pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

    sesuai dengan Pasal 26 dilakukan melalui kegiatan: 1) Pemanfaatan

    kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam; dan 2) Pemanfaatan jenis

    tumbuhan dan satwa liar.

    S t r a t e g i

    Pelaksanaan konservasi alam dalam pengelolaan KPHK   perlu dilakukan

    dengan strategi sebagai berikut :

    1)  Pembentukan KPHK harus mampu meningkatkan kemampuan

    pengelola kawasan konservasi untuk menggali nilai penting ekosistem

    bagi kehidupan masyarakat. Untuk itu valuasi sda kawasan

    konservasi perlu terus diintensifkan dan hasilnya dipublikasikan ke

    stakeholder.

    2)  Pembentukan KPHK harus dapat meningkatkan upaya penjagaan

    keutuhan ekosistem kawasan konservasi. Untuk itu implementasi

    sistem pengelolaan berbasis resort sangat berperan dalam

    mewujudkan peningkatan penjagaan keutuhan ekosistem sampai

    pada tingkat tapak. 

    3)  Pembentukan KPHK harus mampu menumbuh-kembangkan iklim

    usaha pemanfaatan kondisi lingkungan dan jenis tumbuhan/satwa liar

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    26/34

    C.   Aspek Kelembagaan

    Ketentuan Mengenai Pengelolaan KPH

    Berdasarkan Pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2004

    tentang Perencanaan Kehutanan, Unit Pengelolaan Hutan terdiri dari: 1)

    Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK), 2) Kesatuan Pengelolaan

    Hutan Lindung (KPHL), dan 3) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi

    (KPHP).Pasal 32 ayat (1) Pada setiap Unit Pengelolaan Hutan dibentuk institusi

    pengelola. Institusi Pengelola bertanggung jawab terhadap

    penyelenggaraan pengelolaan hutan yang meliputi: perencanaan

    pengelolaan, pengorganisasian, pelaksanaan pengelolaan, dan

    pengendalian serta pengawasan.

    Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007 Jo Peraturan Pemerintah No. 3

    tahun 2008, Pasal 8 ayat (1) menyebutkan bahwa Menteri Menetapkan

    Organisasi KPHK, KPHL dan KPHP. Dalam penjelasannya Organisasi KPH

    mempunyai bentuk:

    a.  Sebuah organisasi pengelola hutan yang :

    1)  mampu menyelenggarakan pengelolaan yang dapat menghasilkan

    nilai ekonomi dari pemanfaatan hutan dalam keseimbangan dengan

    fungsi konservasi, perlindungan, dan sosial dari hutan;

    2)  mampu mengembangkan investasi dan menggerakkan lapangan

    kerja;

    3)  mempunyai kompetensi menyusun perencanaan dan

    monitoring/evaluasi berbasis spasial;

    4)  mempunyai kompetensi untuk melindungi kepentingan hutan

    (termasuk kepentingan publik dari hutan);

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    27/34

    a.  Organisasi yang merupakan cerminan integrasi (kolaborasi /

    sinergi) dari Pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

    b.  Pembentukan organisasi KPH tetap menghormati keberadaan

    unit-unit (izin-izin) pemanfaatan hutan yang telah ada.

    c.  Struktur organisasi dan rincian tugas dan fungsinya

    memberikan jaminan dapat memfasilitasi terselenggaranya

    pengelolaan hutan secara lestari.

    d.  Organisasi yang memiliki kelenturan (fleksibel) untuk

    menyesuaikan dengan kondisi/tipologi setempat serta

    perubahan lingkungan strategis yang berpengaruh terhadap

    pengelolaan hutan.

    Sedangkan sesuai pasal 9, Organisasi KPH mempunyai tugas dan

    fungsi:

    a.  Menyelenggarakan pengelolaan hutan yang meliputi:

    1).  Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan

    2).  Pemanfaatan hutan dalam hal pemantauan dan

    pengendalian terhadap pemegang ijin.

    3).  Penggunaan kawasan hutan dalam hal pemantauan dan

    pengendalian terhadap pemegang ijin.

    4).  Pemanfaatan hutan di wilayah tertentu.

    5).  Rehabilitasi hutan dan reklamasi.

    6).  Perlindungan hutan dan konservasi alam.

    b.  Menjabarkan kebijakan kehutanan nasional, provinsi, kab/kota

    untuk diimplementasikan.

    c.  Melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya mulai

    dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    28/34

    dan Pemerintah Kab/Kota sesuai kewenangannya bertanggung jawab

    terhadap pembangunan KPH dan infrastrukturnya. Selanjutnya ayat (2)

    menyebutkan Dana Pembangunan KPH bersumber dari: APBN, APBD

    dan/atau dana lain yang tidak mengikat sesuai peraturan perundangan 

    Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

    antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

    Terkait dengan KPH terdapat dalam Bidang AA Pembagian Urusan

    Pemerintah Bidang Kehutanan Sub Bidang 8 Pembentukan Wilayah

    Pengelolaan Hutan, dinyatakan bahwa pemerintah pusat bertanggung

     jawab terhadap penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)

    , dan pelaksanaan penetapan pembentukan wilayah pengelolaan hutan,

    penetapan wilayah pengelolaan dan institusi wilayah pengelolaan serta

    arahan pencadangan.

    Berdasarkan Pasal 8 PP 6 tahun 2007 Jo. PP 3 tahun 2008,  Menteri

    menetapkan organisasi KPHK, KPHL dan KPHP. Dalam penjelasan pasal

    tersebut, dinyatakan bahwa organisasi KPH mempunyai bentuk :

    a. Sebuah organisasi pengelola hutan yang :

    1)  mampu menyelenggarakan pengelolaan yang dapat menghasilkannilai ekonomi dari pemanfaatan hutan dalam keseimbangan

    dengan fungsi konservasi, perlindungan, dan sosial dari hutan;

    2)  mampu mengembangkan investasi dan menggerakkan lapangan

    kerja;

    3)  mempunyai kompetensi menyusun perencanaan dan

    monitoring/evaluasi berbasis spasial;

    4)  mempunyai kompetensi untuk melindungi kepentingan hutan

    (termasuk kepentingan publik dari hutan);

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    29/34

    b. Organisasi yang merupakan cerminan integrasi (kolaborasi / sinergi)

    dari pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

    c. Pembentukan organisasi KPH tetap menghormati keberadaan unit-unit

    (izin-izin) pemanfaatan hutan yang telah ada.

    d. Struktur organisasi dan rincian tugas dan fungsinya memberikan

     jaminan dapat memfasilitasi terselenggaranya pengelolaan hutan

    secara lestari.

    e. Organisasi yang memiliki kelenturan (fleksibel) untuk menyesuaikan

    dengan kondisi/tipologi setempat serta perubahan lingkungan

    strategis yang berpengaruh terhadap pengelolaan hutan.

    Organisasi KPH mempunyai tugas dan fungsi (Pasal 9 PP 6 tahun 2007

    Jo. PP 3 tahun 2008) :

    1)  menyelenggarakan pengelolaan hutan (mulai dari tata hutan dan

    penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan,

    penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi hutan dan reklamasi,

    perlindungan hutan dan konservasi alam),

    2)  menjabarkan kebijakan kehutanan nasional, provinsi dan kabupaten /

    kota bidang kehutanan untuk diimplementasikan,3)  melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya (mulai dari

    perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta

    pengendalian),

    4)  melaksanakan pemantauan dan penilaian atas pelaksanaan kegiatan

    pengelolaan hutan di wilayahnya,

    5)  membuka peluang investasi guna mendukung tercapainya tujuan

    pengelolaan hutan

    Dana bagi pembangunan KPH bersumber dari: APBN, APBD, dan/atau

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    30/34

    Ketentuan Mengenai Pengelolaan KK  

    Sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang

    Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan, kelembagaan

    pengelolaan kawasan konservasi sebagai berikut:

    •  setiap unit TN dikelola oleh Balai Besar/ Balai Taman Nasional,

    •   jenis kawasan konservasi lain, yakni CA, SM, TWA, dan TB yang

    berada pada suatu wilayah provinsi dikelola oleh Balai Besar/ Balai

    Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA)

    •  khusus TAHURA dikelola oleh pemerintah provinsi.

    Dengan demikian kelembagaan pengelola kawasan konservasi saat ini

    bersifat struktural atau didasarkan atas kesamaan status kawasan.

     Artinya, Balai Besar/ Balai TN hanya mengelola kawasan TN saja,

    walaupun misalnya pada lokasi yang berdekatan atau pada wilayah DAS

    yang sama. terdapat kawasan konservasi lain (misal CA, SM, TWA, atau

    TB) atau kawasan hutan dengan fungsi lain (HP dan/atau HL).

    Dengan kondisi kelembagaaan yang ada saat ini pengelolaan taman

    nasional relatif lebih intensif karena dikelola oleh lembaga /UPT tersendiri,

    sedangkan kawasan konservasi lainnya (CA, SM, TWA dan TB) relatifkurang intensif karena kawasan-kawasan konservasi tersebut yang berada

    dalam satu wilayah propinsi hanya dikelola oleh satu lembaga (Balai

    Besar/Balai KSDA), sementara lembaga tersebut juga mengemban tugas

    dibidang konservasi jenis flora/fauna di luar KK dan pengendalian

    kebakaran hutan dan lahan di wilayah propinsi tersebut.

    Secara umum pengelolaan kawasan konservasi yang ada saat ini baik

    secara struktur organisasi , rincian tugas, maupun fungsinya belum

    memberikan jaminan dapat memfasilitasi terselenggaranya pengelolaan

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    31/34

    yang dapat menghasilkan nilai ekonomi yang secara langsung dapat

    dijadikan sebagai sumber dana pengelolaan. Sesuai PP 59 Tahun 1998

    Tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku

    pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan, seluruh pendapatan hasil

    pemanfaatan hutan pada kawasan konservasi disetorkan ke kas negara

    dalam bentuk penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

    S t r a t e g i

    Dalam rangka pembangunan kelembagaan KPHK perlu dilakukan dengan

    strategi sebagai berikut :

    1)  Untuk KPHK yang wilayahnya hanya terdiri dari satu unit taman

    nasional maka Balai Besar/ Balai TN setempat dapat ditetapkan

    sebagai lembaga pengelola KPHK taman nasional, Penetapan BalaiBesar/ Balai Taman Nasional sebagai KPHK Taman Nasional dengan

    surat keputusan Menteri Kehutanan. Penetapan diprioritaskan pada

    kawasan taman nasional yang telah ditetapkan sebagai KPHK (20

    lokasi)

    2)  Untuk KPHK yang wilayahnya terdiri dari: taman nasional, jenis

    kawasan konservasi lain (CA, SM, TWA, dan TB ), dan hutan dengan

    fungsi lain (HP dan HL), maka Balai Besar/ Balai TN setempat dapat

    ditetapkan sebagai lembaga pengelola KPHK tersebut. Perlu disusun

    tata hubungan kerja (tahubja) bagi KPHK Taman Nasional yang

    wilayahnya terdiri dari taman nasional dan hutan dengan fungsi lain

    (seperti hutan lindung, hutan produksi, dan hutan konservasi lain)

    3)  Untuk KPHK yang wilayahnya terdiri dari beberapa kawasan

    konservasi selain TN (CA, SM, TWA, dan TB ) dan hutan dengan

    fungsi lain (HP dan HL) maka perlu adanya penetapan lembaga baru

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    32/34

    b)  penetapan standart prosedur kerja petugas resort

    c)  penerapan Sistem Informasi Manajemen (SIM)

    d)  peningkatan SDM resort

    e)  peningkatan sarana-prasarana resort

    f)  peningkatan pendanaan resort

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    33/34

     

     V. 

    P E N U T U P

    Strategi pembentukan KPHK ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan

    dalam pelaksanaan pembentukan KPHK. Hal-hal yang secara teknis belum

    cukup diatur dalam strategi ini agar disesuaikan dengan ketentuan dalam

    peraturan perundangan yang terkait dengan pembentukan KPH dan

    pengelolaan KSA dan KPA.

  • 8/18/2019 Pengelolaan Kawasan Konservasi Modren

    34/34

      34