PENGAWASAN TERHADAP PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI DINAS KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG SKRIPSI Oleh : RIKI NOPIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018
PENGAWASAN TERHADAP PROGRAM KELUARGA BERENCANA
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG
SKRIPSI
Oleh :
RIKI NOPIAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
SUPERVISION OF FAMILY PLANNING PROGRAMS IN THE HEALTH
OFFICE OF LAMPUNG PROVINCE
By
Riki Nopian
Family Planning (KB) is a government program designed to balance needs and
population. Family planning program by the government is for the family as the
smallest unit of life of the nation is expected to accept Norma Keluarga Keluarga
Bahagia and Sejahtera (NKKBS) which is oriented to balanced growth. The
purpose of this research is to know the role of Health Office in Supervision about
family planning program in Lampung Province and to analyze health department
authority to Supervision of family planning program in Lampung Province.
The research method used in this research is normative juridical, by studying
norm or rule of law, review of role of Health Office in Supervision about family
planning program in Lampung Province. The method of analysis is qualitatively
and inferred by inductive thought.
The results showed the effectiveness of the implementation of family planning
programs in Lampung Province is quite effective. Where the implementor of the
Family Planning Program is sufficient to have a high level of compliance in
carrying out the assigned tasks and simply adhere to routine procedures
established in the implementation of family planning programs. Compliance of the
implementor is demonstrated by the ability to perform the tasks and functions
provided in an effort to realize the objectives and the implementation of the family
planning program.
Suggestion, for Lampung Provincial Health Office expected to socialization of
family planning program need to consider effectiveness of target. Leaders to
invite their staff can make socialization programs with various innovative
activities that can support talk shows, public service ads and counseling made
more interesting and creative so that the target is realized and targeted optimally.
Keywords: Role, Office of Health, Oversight, Family Planning
ABSTRAK
PENGAWASAN TERHADAP PROGRAM KELUARGA BERENCANA
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG
Oleh
Riki Nopian
Keluarga Berencana (KB)merupakan suatu program pemerintah yang dirancang
untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program
keluarga berencana olehpemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil
kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi padapertumbuhan yang seimbang. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui peran Dinas Kesehatan dalam Pengawasan
tentang program keluarga berencana di Provinsi Lampung dan
menganalisiskewenangan dinas kesehatan terhadap Pengawasan program keluarga
berencana di Provinsi Lampung.
Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif,
dengan mempelajari norma atau kaidah hukum, tinjauan atas peran Dinas
Kesehatan dalam Pengawasan tentang program keluarga berencana di Provinsi
Lampung. Metode analisis secara kualitatif dan disimpulkan dengan cara pikir
induktif.
Hasil penelitian menunjukkanefektivitas pelaksanaan program KB di Provinsi
Lampung sudah cukup efektif. Dimana pihak implementor program KB sudah
cukup memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan dan cukup mematuhi prosedur rutinitas yang ditetapkan dalam
pelaksanaan program KB. Kepatuhan implementor ditunjukkan dengan adanya
kemampuan untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang diberikan dalam upaya
mewujudkan tujuan dan sasara pelaksanaan program KB yang ditetapkan.
Saran, bagi Dinas Kesehatan Provinsi Lampung diharapkan pelaksanaan
sosialisasi program KB perlu untuk mempertimbangkan efektivitas sasaran.
Pimpinan untuk mengajak jajarannya bisa membuat program-program sosialisasi
dengan berbagai inovasi kegiatan yang mendukung bisa talk show, iklan layanan
masyarakat dan penyuluhan dibuat lebih menarik dan kreatif sehingga sasaran
menyadari dan tepat sasaran dengan optimal.
Kata Kunci:Peran, Dinas Kesehatan, Pengawasan, Keluarga Berencana
PENGAWASAN TERHADAP PROGRAM KELUARGA BERENCANA
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG
Oleh :
RIKI NOPIAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Administrasi Negara
Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sungkai Selataa pada Tanggal 06November 1994, sebagai
anak pertama dari duabersaudara dari pasangan Bapak Istiqomi dan Ibu
Dahlia.Jenjang pendidikan penulis diawali pada Sekolah Dasar (SD)PG Bunga
Mayang dan lulus pada tahun 2007.Pada tahun 2007, penulis kembali melanjutkan
pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN)02 Bunga Mayang dan
lulus pada tahun 2010, lalu diteruskan pada Sekolah Menengah Atas (SMA)YP
Unila Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2013. Pada tahun 2013, penulis
terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung dan memilih
Bagian Hukum Administrasi Negara sebagai pilihan minatnya.
MOTTO
„‟Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.‟‟
(Q.S. Ar-Ra‟du: 11)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(Q.S.Al-Insyirah: 5-6)
“Kau tak akan pernah mampu menyebrangi lautan sampai kau berani berpisah dengan daratan.”
(Christoper Columbus)
“Hidup ini seperti sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak.”
(Albert Einstein)
“Segala sesuatu yang bisa kau bayangkan adalah nyata.”
(Pablo Picaso)
“Ubahlah cara berpikir anda maka hidup anda akan berubah”
(Riki Nopian)
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya kecil berupa skripsiku ini kepada :
Ayahanda Istiqomidan Ibunda Dahliakalian berdua adalah sosok terhebat dalam
hidupku yang terus berjuang dan berkorban membesarkan, membimbing, dan
menafkahi aku dan kakakku dengan penuh kesabaran, ketulusan dan kasih sayang
serta keridhoan tiada henti.
Keluarga besarku tercinta,kalian merupakan sosok berharga yang ku miliki dan ku
sayangi selalu memberikan doa, semangat dan kebahagian serta keceriaan dalam
hidupku.mudah-mudahan kita dapat membahagiakan orang tua dunia dan akhirat.
Para Pendidikku
Para sahabatku tersayang, dan
Almamaterku tercinta, Universitas Lampung
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamiin. Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul ‘Pengawasan TerhadapProgram Keluarga
Berencana di Dinas Kesehatan Provinsi Lampung’’ ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini, yaitu sebagai salah satu
syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Lampung.
Segala kemampuan, baik tenaga maupun pikiran telah penulis curahkan demi
penyelesaian skripsi ini, namun skripsi ini masih memiliki kekurangan atau jauh
dari kata sempurna, baik dari segi penulisan mupun isi. Untuk itu, segala kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini bukanlah berasal dari jerih payah
sendiri, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga
penulisan skripsi dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus datang dari
lubuk hati penulis kepada :
1. Bapak Armen Yasir, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
2. IbuSri Sulastuti, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi
Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung.
3. Bapak Syamsir Samsu, S.H., M.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum
Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung.
4. BapakCharles Jackson., S.H.,M.H., selaku Pembimbing 1 yang dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan memberikan bimbingan, kritik, dan saran kepada
penulis demi penyelesaian dan kesempurnaan skripsi ini.
5. Ibu Nurmyani, S.H., M.H., selaku pembimbing II yang dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan memberikan bimbingan, kritik, dan saran kepada
penulis demi penyelesaian dan kesempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku pembahas 1 yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan kritik dan saran kepada penulis demi
penyelesaian dan kesempurnaan skripsi ini.
7. BapakFathoni, S.H., M.H., selaku pembahas II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan kritik dan saran kepada penulis demi
penyelesaian dan kesempurnaan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu dan telah memberikan ilmu pengetahuan yang
berguna bagi penulis.
9. SeluruhStaf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung, yang telah
membantu kelancaran seluruh urusan akademik penulis.
Tidak ada yang dapat penulis berikan sebagai imbalan, kecuali hanya permohonan
kepada Allah SWT semoga apa yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan
balasan yang lebih baik.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bandar Lampung, Oktober 2018
Penulis
Riki Nopian
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian.................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Program Keluarga Berencana (KB) ........................................ 7
B. Tujuan Program Keluarga Berencana (KB) .............................................. 9
C. Sasaran Program Keluarga Berencana (KB) ............................................. 10
D. Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana (KB) ................................ 11
E. Strategi Pendekatan Program Keluarga Berencana (KB) .................. 11
F. Dampak Program Keluarga Berencana (KB) ............................................ 13
G. Pengaruh Program Keluarga Berencana (KB) .......................................... 14
H. Manfaat Program Keluarga Berencana (KB) ............................................ 15
I. Cara Operasional Program Keluarga Berencana (KB) ............................. 18
J. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Keluarga Berencana (KB) ........ 19
K. Optimalisasi Peran Program Keluarga Berencana (KB)…………………21
L. Landasan Yuridis Kelurga Berencana (KB)……………………………...22
M. Pengawasan………………………………………………………………26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah .................................................................................. 30
B. Sumber Data .............................................................................................. 31
C. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................................... 32
D. Prosedur Pengolahan Data ........................................................................ 33
E. Analisis Data ............................................................................................. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Provinsi Lampung ....................................................... 35
B. Kondisi Topografi ..................................................................................... 36
C. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Provinsi Lampung ........................... 37
D. Pengawasan Dinas Kesehatan Terhadap Program Keluarga Berencana
Di Provinsi Lampung ................................................................................ 41
E. Pelaksanaan Program KB di Provinsi Lampung ....................................... 42
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program KB ................ 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 54
B. Saran .......................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB)merupakan suatu program pemerintah yang dirancang
untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.Program keluarga
berencana olehpemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan
bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS) yang berorientasi padapertumbuhan yang seimbang. Gerakan Keluarga
Berencana Nasional Indonesia telah berumur sangat lama yaitu pada tahun 70-an dan
masyarakat dunia menganggap berhasil menurunkan angka kelahiran yang
bermakna.Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan
dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti
kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.1
Adapun beberapa jenis alat kontrasepsi, antara lain:
1. Pil (biasa dan menyusui) yang mempunyai manfaat tidak mengganggu hubungan
seksual dan mudah dihentikan setiap saat. Terhadap kesehatan risikonya sangat
kecil.
1Surat Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan / Kepala BKKBN No.74/HK.010
/B5/2001 tahun 2001 tentang Tata Kerja BKKBN Provinsi dan kabupaten/Kota
2
2. Suntikan (1 Bulan dan 3 Bulan) sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100
perempuan) selama tahun pertama penggunaan. Alat kontrasepsi suntikan juga
mempunyai keuntungan seperti klien tidak perlu menyimpan obat suntik dan
jangka pemakaiannya bias dalam jangka panjang.
3. Implan (susuk) yang merupakan alat kontrasepsi yang digunakan dilengan atas
bawah kulit dan sering digunakan pada tangan kiri. Keuntungannya daya guna
tinggi, tidak mengganggu produksi ASI dan pengembalian tingkat kesuburan
yang cepat setelah pencabutan.
4. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) merupakan alat kontrasepsi yang
digunakan dalam rahim. Efek sampingnya sangat kecil dan mempuyai
keuntungan efektivitas dengan proteksi jangka panjang 5 tahun dan kesuburan
segera kembali setelah AKDR diangkat.
5. Kondom, merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi
hewani) yang dipasang pada alat vital laki-laki saat berhubungan seksual.
Manfaatnya kondom sangat efektif bila digunakan dengan benar dan murah atau
dapat dibeli secara umum.
6. Tubektomi adalah prosedur bedah mini untuk memotong, mengikat atau
memasang cincin pada saluran tuba fallopi untuk menghentikan fertilisasi
(kesuburan) seorang perempuan. Manfaatnya sangat efektif, baik bagi klien
3
apabila kehamilan akan terjadi risiko kesehatan yang serius dan tidak ada efek
samping dalam jangka panjang.2
Pelaksanaan KB pria di Lampung dalam dua tahun terakhir dikategorikan berhasil
dibandingkan dengan pelaksanaan KB pria di provinsi lain di Indonesia. Angka
keikutsertaan KB pria di Lampung tercatat tertinggi di Indonesia.Kepala Seksi
Peningkatan Partisipasi Pria Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Lampung Putra Alam, Rabu (5/8), mengatakan, sebelum 2007, angka
partisipasi pria dalam ber-KB tetap atau disebut vasektomi sangat kurang, bahkan nol
persen. Akan tetapi, mulai 2007 sampai dengan 2009 angka keikutsertaan KB pria di
Lampung meningkat pesat.
Putra Alam menyebutkan, pada tahun 2007 angka keikutsertaan KB pria mencapai
298 orang, tahun 2008 dengan target pencapaian keikutsertaan sebanyak 380 orang
dan tercapai 633 orang. Adapun pada tahun 2009, dengan target pencapaian
keikutsertaan KB pria sebanyak 1.372 orang, sampai dengan Juni 2009 sudah
sebanyak 1.388 orang pria tercatat ikut KB pria. Pengaturan tentang program
keluarga berencana diatur dalam Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 tentang
program keluarga berencana dimana Sebagaimana peraturan atau norma yang telah
disepakati oleh warga Negara Indonesia bahwa hak dan kewajiban setiap warga
Negara atau penduduk berhak mendapat pelayanan kesehatan dan keluarga yang
sejahtera dan mengikuti persyaratan yang telah ditentukan. Meski kelihatannya
sepele, kesehatan dan program Keluarga Berencana (KB) merupakan unsur penting
2 Surat Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan / Kepala BKKBN No.10/HK.010
/B5/2001 tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BKKBN Pusat
4
dalam perkembangan dan pertumbuhan penduduk, alasannya adalah karena
menyangkut legitimasi seseorang sebagai penduduk, dan sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yaitu mengatur hak reproduksi
dan Keluarga Berencana (KB). Peranan dinas kesehatan dalam melakukan
pengawasan terhadap program keluarga berencana yang diatur dalam undang-undang
nomor 36 tahun 2009 pasal Pasal 3 tersebut menyatakan “Pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis.” Karena undang-undang tersebut memuat ketentuan
yang menyatakan bahwa bidang kesehatan yang diserahkan kepada daerahnya
masing-masing yang setiap daerahnya diberi kewenangan mengelola dan
menyelengarakan seluruh aspek kesehatan yaitu oleh dinas kesehatan.
Kewenangan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dalam melakukan pengawasan
pelaksanaa program keluarga berencana diprovinsi lampung didasarkan pada standar
pelayanan minimum (SPM) yang merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman penyelengaraan
program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga,serta perda provinsi lampung
Nomor 5 Tahun 1995 Tentang organisasi tata kerja dan dinas kesehatan provinsi
daerah Provinsi Tingkat I Lampung Pasal 23 yang menyatakan bahwa Sub Dinas
Bina Kesehatan Keluarga mempunyai tugas melakukan pembinaan usaha-usaha
pemeriksaan, peningkatan kesehatan Ibu dan Anak, kegiatan Keluarga Berencana
5
serta peningkatan gizi keluarga. Sedangkan dalam teknis pelaksanaan lapangan
menjadi kewenangan BKKBN Provinsi Lampung.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakahpengawasan terhadap Program Keluarga Berencana di Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung?
2. Bagaimanakah kewenangan Dinas Kesehatan dalam pengawasan terhadap
program keluarga berencana di Provinsi Lampung?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengawasan terhadap Program Keluarga Berencana di Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung
2. Untuk menganalisiskewenangan dinas kesehatan terhadap Pengawasan program
keluarga berencana di Provinsi Lampung.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Diharapkan memberi sumbangan pemikiran dalam pengetahuan ilmu hukum,
khususnya berkaitan dengan peran dinas kesehatan dalam Pengawasan Tentang
program keluarga berencana, serta guna menambah literatur dan bahan-bahan
informasi ilmiah.
6
2. Kegunaan Praktis
a. Sebagai upaya pengembangan kemampuan dan pengetahuan hukum bagi
Penulis khususnya mengenai peran dinas kesehatan dalam Pengawasan
Tentang program keluarga berencana.
b. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan khususnya bagi
mahasiswa Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
c. Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana Fakultas Hukum
Universitas Lampung.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Program Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana(Family Planning, Planned Parenthood) merupakan suatu usaha
untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarakkehamilandengan
memakaikontrasepsi.Diambil dari Dasar Undang-Undang Nomor 52 Tahun2009
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga
Berencana itu adalah upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak dan jumlah anak
melalui suatu cara promosi kepada masyarakat untuk mewujudkan suatu kondisi
keluarga yang sejahtera dan berkualitas. 3
Menurut World Health Organization (WHO) Expert Commite (1970) dalam Suratun
dkk adalah suatu tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kehamilan yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkn, mengatur
interval diantara kehamilan, mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dengan
suami istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.4
3 Undang-undang No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera 4 Suratun dkk, Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi. Trans Info Media,
Jakarta, 2008, hlm, 45.
8
Keluarga Berencana (KB) juga dapat diartikan sebagai upaya peningkatan
kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia
sejahtera.Keluarga Berencana ialah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.Dalam
sejarah peradaban manusia, keluarga dikenal sebagai suatu persekutuan (unit)
terkecil, pertama dan utama dalam masyarakat. Dari persekutuan inilah manusia
berkembang biak menjadi suatu komunitas masyarakat dalam wujud marga, puak,
kabilah dan suku yang seterusnya menjadi umat dan bangsa-bangsa yang bertebaran
dimuka bumi. Keluarga adalah inti dari jiwa dari suatu bangsa, kemajuan dan
keterbelakangan suatu bangsa menjadi cermin dari keadaan keluarga-keluarga yang
hidup pada bangsa tersebut.
KB (Keluarga Berencana) ialah membatasi jumlah anak, hanya dua, tiga dan
lainnya.Keluarga Berencana yang dibolehkan oleh syariat adalah suatu usaha
pengaturan/ penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas
kesepakatan suami istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan
keluarga, masyarakat maupun negara. Dengan demikian KB mempunyai arti yang
sama dengan pengaturan keturunan. Penggunaan istilah “Keluarga Berencana” juga
sama artinya dengan istilah yang umum yang dipakai didunia Internasional yakni
family planningatau plannedparenthood, seperti yang digunakan oleh international
planned parenthood federation (IPPF), nama sebuah organisasi KB Internasional
yang berkedudukan di London.5
5 Suratun dkk, Op Cit, hlm, 45.
9
KB juga berarti suatu tindakan perencanaan pasangan suami istri untuk mendapatkan
kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan menentukan jumlah anak
sesuai dengan kemampuannya serta sesuai situasi masyarakat dan negara.Dengan
demikian, KB berbeda dengan birth control, yang artinya pembatasan/penghapusan
kelahiran (tahdid al-nasl), istilah birth control dapat berkonotasi negatif karena bisa
berarti aborsi dan strerilisasi (pemandulan).6
Perencanaan keluarga merujuk kepada penggunaan metode-metode kontrasepsi oleh
suami istri atas persetujuan bersama di antara mereka, untuk mengatur kesuburan
mereka dengan tujuan untuk menghindari kesulitan kesehatan, kemasyarakatan, dan
ekonomi, dan untuk memungkinkan mereka memikul tanggung jawab terhadap anak-
anaknya dan masyarakat
B. Tujuan Program Keluarga Berencana (KB)
Tujuan umum adalah membentukkeluargakecil sesuai dengan kekutan
sosialekonomisuatukeluarga dengan cara pengaturankelahirananak, agar diperoleh
suatukeluargabahagiadan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tujuan lain meliputi pengaturankelahiran, pendewasaan usia perkawinan,
peningkatan ketahanan dan kesejahteraankeluarga.
Kesimpulan dari tujuanprogramKBadalah:
a. Memperbaikikesehatandan kesejahteraan ibu,anak,keluargadan bangsa
b. Mengurangi angkakelahiranuntuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa
6 Ibid, hlm, 46.
10
c. Memenuhi permintaan masyarakat akanpelayananKBdan KR yang berkualitas,
termasuk upaya-upaya menurunkan angkakematian ibu,bayi, dananakserta
penanggulangan masalahkesehatan reproduksi.
TujuanKBberdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:
a. Keluargadengananakideal
b. Keluargasehat
c. Keluargaberpendidikan
d. Keluargasejahtera
e. Keluargaberketahanan
f. Keluargayang terpenuhi hak-hak reproduksinya
g. Penduduk tumbuhseimbang(PTS)
C. Sasaran Program Keluarga Berencana (KB)
SasaranprogramKBtertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:
a. Menurunnya rata-rata lajupertumbuhanpenduduk menjadi sekitar 1,14 persen per
tahun.
b. Menurunnya angkakelahirantotal (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
c. MenurunnyaPUS yang tidak ingin punyaanaklagi dan ingin
menjarangkankelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai
alat/carakontrasepsi(unmet need) menjadi 6%.
d. Meningkatnya peserta KBlaki-lakimenjadi 4,5 persen.
e. Meningkatnya penggunaan metodekontrasepsiyang rasional, efektif, dan efisien.
f. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.
11
g. Meningkatnya partisipasikeluargadalam pembinaantumbuh kembanganak.
h. Meningkatnya jumlahkeluargaprasejahtera dankeluargasejahtera-1
yangaktifdalam usahaekonomiproduktif.
i. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam
penyelenggaraanpelayananProgramKBNasional.
D. Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana (KB)
Ruang lingkupKBantara lain:
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksiremaja
c. Ketahanan dan pemberdayaankeluarga
d. Penguatan pelembagaankeluargakecil berkualitas
e. Keserasiankebijakankependudukan
f. Pengelolaan SDM aparatur
g. Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
h. Peningkatanpengawasandan akuntabilitas aparaturnegara.
E. Strategi Pendekatan Program Keluarga Berencana (KB)
Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara lain:
1. Pendekatan kemasyarakatan (community approach).
Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat
(kepedulian) yang dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.
12
2. Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach).
Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan pembangunan
keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai kekuatan
yang sinergik dalam mencapai tujuan dengan menerapkan kemitraan sejajar.
3. Pendekatan integrative (integrative approach)
Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat mendorong dan
menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat sehingga dapat
menguntungkan dan memberi manfaat pada semua pihak.
4. Pendekatan kualitas (quality approach).
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan (provider)
dan penerima pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.
5. Pendekatan kemandirian (self rellant approach)
Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan masyarakat yang
telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan program KB nasional.
6. Pendekatan tiga dimensi (three dimension approach).
Strategi tiga dimensi program KB sebagai pendekatan program Kb nasional.
Strategi ini diterapkan atas dasar survei terhadap kecenderungan respon pasangan
usia subur (PUS) di Indonesia terhadap ajakan (KIE) untuk berKB. Berdasarkan
hasil survei tersebut respon pus terhadap KIE Kb terbagi dalam 3 kelompok
a. 15% PUS langsung merespon ya untuk ber Kb.
b. 15% - 55% PUS merespon ragu-ragu untuk ber Kb.
c. 30% PUS merespon tidak untuk ber KB.
13
Strategi 3 dimensi ini juga diterapkan untuk merespon kemendesakkannya untuk
scepatnya menurunkaj TFR dan membudayakan NKKBS sebagai normaprogram
KBN.Selain itu,StrategiprogramKBterbagi dalam dua hal yaitu:strategidasar dan
strategi operasional.
Strategi Dasar
a. Meneguhkan kembaliprogramdi daerah
b. Menjamin kesinambunganprogram
Strategi operasional
a. Peningkatan kapasitas sistempelayananProgramKBNasional
b. Peningkatankualitasdan prioritasprogram
c. Penggalangan dan pemantapan komitmen
d. Dukunganregulasi dankebijakan
e. Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitaspelayanan
F. Dampak Program Keluarga Berencana (KB)
Programkeluarga berencanamemberikandampakyaitu:
a. Penurunan angkakematian ibudananak
b. Penanggulangan masalahkesehatan reproduksi
c. Peningkatan kesejahteraankeluarga
d. Peningkatan derajatkesehatan
e. Peningkatan mutu dan layananKB-KR
f. Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM
14
g. Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan
kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.
G. Pengaruh Program Keluarga Berencana (KB)
Program Keluarga Berencana merupakan usaha langsung yang bertujuan untuk
mengurangi tingkat kelahiran melalui penggunaan alat kntrasepsi. Berhasil atau
tidaknya PelaksanaanProgram Keluarga Berencana akan menetukan pula berhasil
atau tidaknya usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Pertambahan penduduk yang cepat, tidak seimbang dengan peningkatan produksi
akan mengakibatkan ketegangan-ketegangan sosial dengan segala akibat yang luas.
1. Pengaruh positif Program KB
Dengan adanya program KB maka laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan
untuk menghindari terjadinya peledakan penduduk yang luar biasa, karena
diperkirakan jika angka persentase kesetaraan jumlah penduduk yang ber-KB
dapat dinaikkan 1 % per tahun, maka diprediksikan jmlah penduduk Indonesia
pada tahun 2015 sekitar 237,8 juta jiwa, ini masih di bawah dari angka proyeksi
penduduk tahun 2015 yang diperkirakan sekitar 248 juta jiwa.Dengan adanya
kebijakan pemerintah unutk pengaturan laju pertumbuhan penduduk dan
pengaturan jumlah kelahiran di Indonesia merupakan bagian dari kebijakan
kependudukan nasional, yang dalam hal ini pelaksanaan program KB di daerah
pada era otonomi perlu ditentukan sasaran kinerja program untuk mewujudkan
keserasian kependudukan di berbagai bidang pembangunan. Dengan
15
terkendalinya jumlah penduduk, maka akan tercipta generasi yang berkualitas,
sehingga dapat meneruskan pembangunan Indonesia yang berkualiatas.
2. Pengaruh negatif Program KB
Selain mendatangkan pengaruh yang positif, program KB juga memiliki pengruh
yang kurang menguntungkan, ini dilihat dari semakin meningkatnya partisipasi
masyarakat dalam ber-KB, maka penggunaan metode KB berupa penggunaan
AKDR, implant, suntik KB, pil KB juga semakin meningkat, maka biaya yang
harus di keluarkan pemerintah untuk pengadaan alat-alat dan obat untuk
kontrasepsi di Indonesia dapat dikatakan cukup tinggi.
Menurut penelitian, dengan peggunaan metode untuk ber-KB maka dapat
mempercepat penuaan pada akseptornya, sehingga dapat dikatakan jumlah usia lanjut
akan semakin bertambah setiap tahunnya, sehingga biaya yang juga harus
dikeluarkan pemerintah untuk kesejahteraan para usila juga meningkat.
H. Manfaat Program Keluarga Berencana (KB).
Berikut ini merupakan manfaat dari adanya program Keluarga Berencana (KB),
yaitu:
1. Menurunkan angka kematian maternal dengan adanya perencanaan kehamilan
yang aman,sehat dan diinginkan.
2. Mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium dengan mengkonsumsi pil
kontrasepsi.
16
3. Memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
kependudukan.Proggram keluarga berencana nasional adalah program untuk
membantu keluarga termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan
kehidupan berkeluarga yang baik sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas.
Dengan terbentuk keluarga berkualitas maka generasi mendatang sebagai sumber
daya manusia yang berkualitas akan dapat melanjutkan pembangunan.
Program keluarga berencana dalam pembangunan berkelanjutan yang
berwawasankependudukan dapat memberikan kontribusi dalam empat hal, yaitu:
a. Mengendalikan jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk juga dengan
peningkatan kualitas penduduk.
b. Peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya yang handal dilakukan
dengan mengarahkan pembangunan pada penurunan kematian ibu dan bayi
dengan menurunkan kelahiran atau kehamilan melalui penggunaan kontrasepsi.
c. Berusaha dan menjunjung tinggi perwujudan hak-hak asasi manusia dalam hal
kesehatan reproduksi pasangan usia subur untuk merencanakan kehidupan
berkeluarga.
d. Mendukung upaya pemberdayaan perempuan dengan menyadari sepenuhnya
akan hak dan kewajiban perempuan serta sebagai sumber daya manusia yang
tangguh.
Dengan mengikuti program KB sesuai anjuran pemerintah, para akseptor akan
mendapatkan tiga manfaat utama optimal baik untuk ibu, anak dan keluarga, antara
lain:
17
a. Manfaat Untuk Ibu:
b. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
c. Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu
d. Menjaga kesehatan ibu
e. Merencanakan kehamilan lebih terprogram
f. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali
dalam jangka waktu yang terlalu pendek.
g. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu
yang cukup untuk mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu luang serta
melakukan kegiatan lainnya.
1. Manfaat Untuk Anak:
a. Mengurangi risiko kematian bayi
b. Meningkatkan kesehatan bayi
c. Mencegah bayi kekurangan gizi
d. Tumbuh kembang bayi lebih terjamin
e. Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relatif dapat terpenuhi
f. Mendapatkan kualitas kasih sayang yang lebih maksimal
2. Manfaat Untuk Keluarga:
a. Meningkatkan kesejahteraan keluarga
b. Harmonisasi keluarga lebih terjaga
18
I. Cara Operasional Program Keluarga Berencana (KB).
1. Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan memberikan
penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok (penyuluhan) dan
penerangan massa melalui media cetak dan elektronik. Dengan penerangan,
motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan,
perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam berKB, melalui pendewasaan
usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
2. Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB.7
Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera.Para wanita baik sebagai
calon ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentan mempunyai
potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang tepat dan
benar dalam mempertahankan fungsi reproduksi. Reproduksi sehat sejahtera
adalah suatu keadaan sehat baik fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh
pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
reproduksi. Bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta
dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan material, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang
serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan
lingkungan.
7Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 1994 tentang penyelenggaraan Pembangunan keluarga Sejahtera
19
Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan yaitu:
pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga sehat
sejahtera dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS. Pengayoman, melalui program
ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana Indonesia), tujuan agar merasa aman
dan terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan.
3. Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah.
PSM ditonjolkan (pendekatan masyarakat) serta kerjasama institusi pemerintah
(Dinas Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).
4. Pendidikan KB.
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan, dokter
berupa pelatihan konseling dan keterampilan.
J. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Keluarga Berencana (KB)
Partisipasi masyarakat dalam mendukung program KB masih terlihat rendah.Hal ini
terutama tampak pada partisipasi pria/suami.Hal ini salah satunya disebabkan
minimnya akses laki-laki terhadap perolehan informasi, pelayanan KB, dan
kesehatan reproduksi.Menurut Peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan
(PSKK) UGM Issac Tri Oktaviatie, S.Ant, MSc, kurangnya promosi atau sosialiasi
tentang KB pria dikarenakan kebijakan KB di Indonesia yang masih berfokus pada
pencapaian target peserta KB perempuan. Perempuan masih tetap menjadi sasaran
utama sosialisasi program KB dengan harapan istri yang akan mengkomunikasikan
dan menegosiasikan pemakaian alat kontrasepsi (alkon) kepada suaminya.
20
Aspek sosial budaya masyarakat Indonesia, lanjutnya, juga menjadi faktor penyebab
rendahnya kesadaran pria untuk berperan menyukseskan program KB. Dari hasil
penelitian yang dilakukan di kabupaten Gunung Kidul, diketahui bahwa masyarakat
masih mempersepsikan KB merupakan tanggung jawab perempuan.Selain itu,
pemakaian alat kontrasepsi kondom mengurangi kenyamanan saat melakukan
hubungan seksual dengan pasangan dibanding jenis-jenis alat kontrasepsi perempuan
yang ada. Sementara metode vasektomi masih dipersepsikan sebagai bentuk
pengkebirian dan akan mengurangi kekuatan pria. Pandangan yang keliru tentang
vasektomi ini telah melahirkan stigma terhadap akseptor yang dianggap oleh
masyarakat sekitar sebagai pria takut isteri. Kekhawatiran juga muncul dari
perempuan yang beranggapan dengan vasektomi justuru akan meningkatkan peluang
suami untuk tidak setia pada pasangan karena tidak meninggalkan jejak.
Keterlibatan pria didefinisikan sebagai partisipasi dalam proses pengambilan
keputusan KB, pengetahuan pria tentang KB dan penggunaan kontrasepsi pria. Dari
defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi pria tidak hanya dalam hal
pemakaian alat kontrasepsi saja, tapi juga dalam hal pengambilan keputusan berKB
oleh istri ataupun dengan pengetahuan yang dimiliki oleh pria tentang KB digunakan
untuk membantu mensosialisasikan program-program KB.Keterlibatan pria dalam
KB diwujudkan melalui perannya berupa dukungan terhadap KB dan penggunaan
alat kontrasepsi serta merencanakan jumlah anak dalam keluarga. Untuk
merealisasikan tujuan terciptanya Keluarga Berkualitas 2015, Partisipasi pria dalam
Keluarga Berencana adalah tanggung jawab pria dalam kesertaan ber-KB, serta
berperilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangan atau
21
keluarganya.Dalam hal ini dinyatakan bahwa keterlibatan pria dalam program KB
dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Penggunaan metode kontrasepsi
pria merupakan satu bentuk partisipasi pria secara langsung, sedangkan keterlibatan
pria secara tidak langsung misalnya pria memiliki sikap yang lebih positif dan
membuat keputusan yag lebih baik berdasarkan sikap dan persepsi, serta
pengetahuan yang dimilikinya.
K. Optimalisasi Peran Program Keluarga Berencana (KB).
Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan berdampak pada kemiskinan dan
pengangguran. Karenanya, diperlukan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan
lembaga-lembaga terkait lainnya secara bersama-sama menanggulangi ledakan
penduduk sekaligus memberikan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya
perencanaan keluarga agar kualitas hidupnya lebih baik.Di sinilah kehadiran KB
menjadi kebutuhan yang sangat mendesak ketika ancaman ledakan penduduk
menimpa bangsa ini.
Soerjono Soekanto dalam bukunya, Sosiologi Sebuah Pengantar (2010) mengatakan,
bahwa masalah angka kelahiran akan dapat di atasi dengan melaksanakan program
keluarga berencana yang bertujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu-
ibu dan anak-anak maupun meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dengan
mengurangi angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk tidak melebihi
kapasitas produksi.8
8Soerjono Soekanto, Sosiologi Sebuah Pengantar, Rajawali Press, Jakarta, 2010, hlm. 56
22
Dengan demikian, program KB menjadi pilihan yang sangat tepat guna membatasi
jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum dan menunda masa perkawinan dini
agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi. Selain itu, cara lain yang
dapat dilakukan untuk mengimbangi ledakan jumlah penduduk adalah penambahan
dan penciptaan lapangan kerja, meningkatkan kesadaran dan pendidikan
kependudukan, mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi, dan
meningkatkan produksi.Dengan beberapa cara tersebut ancaman ledakan jumlah
penduduk bisa diminimalisir sehingga angka kemiskinan dan pengangguran dapat
ditekan seminimal mungkin. Jika angka kemiskinan dan pengangguran berkurang
otomatis kesempatan dan akses masyarakat terhadap kesehatan dan pendidikan
benar-benar dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia dan pada gilirannya
kesejahteraan yang dicita-citakan para pendiri bangsa ini akan terwujud.
L. Landasan Yuridis Keluarga Berencana
Pada awalnya pelaksanaan program KB hanya sekedar untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekuatan social ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran
anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Akan tetapi pelaksanaan program KB yang dilakukan hanya
sebagai membentuk keluarga kecil saja.Sampai akhirnya pemerintah mengeluarkan
Undang-Undang Nomor52 tahun 2009 Pasal 1 (8) dalam Arum dan Sujiantini
tentang perkembangan dan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera
adalah untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan mengatur
23
kehamilan, melalui promosi perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi
untuk m,mewujudkan keluarga berkualitas.9
Keluarga Berencana merupakan suatu tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami untuk mendapatkan objektifobjektif tertentu, menghindari kehamilan
yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan
denga suami istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga. Menurut Undang-
Undang Nomor10 Tahun 1992 Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya
peningktan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia
sejahtera.Keluarga Berencana juga merupakan suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Maksud dari ketetapan pemerintah yang mencanangkan pelaksanaan program KB
adalah bertujuan untuk antara lain:
1. Untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social ekonomi suatu
keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga
bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya pengaturan
kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningktana ketahanan dan
kesejahteraan keluarga.Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak,
keluarga dan bangsa, mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup
rakyat dan bangsa, memenuhi permnitaan masyarakat akan pelayanan KB dan
KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu,
9Arum dan Sujiantini, Perkembangan dan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera,
Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm. 79.
24
bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.Diambil dari
Dasar Undang-Undang Nomor 52 tahun2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana itu adalah
upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak dan jumlah anak melalui suatu cara
promosi kepada masyarakat untuk mewujudkan suatu kondisi keluarga yang
sejahtera dan berkualitas.
2. Tujuan Keluarga Berencana itu adalah, apabila kita lihat dari segi sosialnya itu
sangat bagus karena jumlah anak dibatasi sudah pasti kualitas pendidikan nya dan
kualitas si anak akan lebih terjamin. Jika dilihat dari segi ekonomi, pengeluaran
suatu keluarga itu akan berkurang dan tidak akan besar lagi dibandingkan dengan
yang punya anak banyak.
Selain itu landasan yuridis keluarga berencana lainya antara lain:
1. Tap MPR NomorIV/1999 tentang GBHN
2. Undang-UndangNomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara
3. Undang-UndangNomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
pembangunan Nasional
4. Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga
5. Peraturan Pemerintah Nomor87 tahun 2014tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan
SistemInformasi Keluarga
25
6. Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, dan susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen
7. Keputusan Presiden Nomor 09 tahun 2004 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, dan susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen
8. Keputusan Presiden Nomor 110 tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas
Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen.
9. Peraturan Presiden Nomor7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan jangka
Menengah Nasional (RPJM) 2004-2015
10. Surat Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan / Kepala BKKBN
Nomor10/HK.010 /B5/2001 tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
BKKBN Pusat
11. Surat Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan / Kepala BKKBN
Nomor74/HK.010 /B5/2001 tahun 2001 tentang Tata Kerja BKKBN Provinsi dan
kabupaten/Kota
12. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Kedudukan
Badan Kependudukan dan Keluaraga Berencana Nasional
13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
14. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2014 Tentang Tunjangan Jabatan
Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana
15. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2014 Tentang Hari Keluarga Nasional
26
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Standart Tarif
Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.
M. Pengawasan
1. Pengertian Pengawasan
Pengertian Pengawasan Menurut Para Pakar, sebagai berikut:Pengertian Pengawasan
menurut Victor M. Situmorang dan Jusuf Juhir adalah setiap usaha dan tindakan
dalam rangka untuk mengetahui sampai dimana pelaksanaan tugas yang
dilaksanakan menurut ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai.10
Menurut Sondang P. Siagian, pengertian Pengawasan adalah proses pengamatan dari
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang
sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.11
Rahardjo Adisasmita mengemukakan pengertian Pengawasan yaitu
salah satu fungsi manajemen untuk menjamin agar pelaksanaan kerja berjalan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan.Dengan pengawasan dapat
diketahui sampai dimana penyimpangan, penyalahgunaan, kebocoran, pemborosan,
penyelewengan, dan lain-lain kendala di masa yang akan datang. Jadi keseluruhan
dari pengawasan adalah kegiatan membandingkan apa yang sedang atau sudah
10
Victor M. Situmorang dan Jusuf Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat: Dalam Lingkungan
Aparatur Pemerintah, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 165 11
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT Gunung Agung, Jakarta, 2012, hlm, 64
27
dikerjakan dengan apa yang direncanakan sebelumnya, karena itu perlu kriteria,
norma, standar dan ukuran tentang hasil yang ingin dicapai.12
Berdasarka pengertian pengawasan di atas, terdapat hubungan yang erat antara
pengawasan dan perencanaan, karena pengawasan dianggap sebagai aktivitas untuk
menemukan, mengoreksi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan dan hasil
yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan. Dalam hubungan ini, Harold
Koontz dan Cyriel P. Donel berpendapat bahwa perencanaan dan pengawasan
merupakan dua sisi mata uang yang sama.Dengan demikian jelas bahwa tanpa
rencana, maka pengawasan tidak mungkin dapat dilaksanakan, karena tidak ada
pedoman atau petunjuk untuk melakukan pengawasan itu.Rencana tanpa pengawasan
akancenderung memberi peluang timbulnya penyimpangan-penyimpangan,
penyelewengan dan kebocoran tanpa ada alat untuk mencegah, oleh karena itu
diperlukan adanya pengawasan.Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen
yang sangat penting, sehingga berbagai ahli manajemen dalam memberikan
pendapatnya tentang fungsi manajemen selalu menempatkan unsur pengawasan
sebagai fungsi yang penting.Kasus-kasus yang terjadi dalam banyak organisasi
adalah tidak diselesaikannya suatu penugasan, tidak ditepatinya waktu dalam
penyelesaian suatu anggaran yang berlebihan dan kegiatan-kegiatan lain yang
menyimpang dari rencana.Begitu pentingnya pengawasan dalam suatu organisasi
sehingga keberhasilan atau kinerja suatu organisasi menjadi ukuran, sampai dimana
pelaksanaan pengawasan terhadap organisasi tersebut.Bahkan dalam praktek
12
Rahardjo Adisasmita, 2011. Pengelolaan Pendapatan & Anggaran Daerah. Penerbit Graha Ilmu :
Yogyakarta, 2011, hlm. 46
28
manajemen modern pengawasan tidak dapat lagi dipisahkan dengan fungsi-fungsi
manajemen lainnya.
2. Tujuan Pengawasan
Tujuan Pengawasan yaitu, sebagai berikut:
a. Menjamin ketetapan pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana tersebut,
kebijaksanaan dan perintah.
b. Melaksanakan koordinasi kegiatan-kegiatan.
c. Mencegah pemborosan dan penyelewengan.
d. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang dan jasa yang
dihasilkan.
e. Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan organisasi
(pemerintah).
3. Macam-Macam Pengawasan
Macam-Macam Pengawasan diantaranya adalah sebagai berikut:Pengawasan internal
dan eksternal: pengawasan internal merupakan suatu pengawasan yang dilaksanakan
oleh orang atau badan yang ada didalam lingkungan unit lembaga atau organisasinya.
Sedangkan pengawasan eksternal ialah pengawasan yang dilaksanakan oleh unit
pengawasan yang terdapat diluar unit lembaga atau organisasi yang diawasinya.
Pengawasan preventif represif: pengawasn preventif ialah suatu bentuk pengawasan
yang dilaksnakan pada kegiatan sebelum kegiatan tersebut dilakukan, sehingga
mampu mencegah terjadinya kegiatan yang melenceng. Contohnya: pengawasan
yang dilakukan pemerintah untuk menangkal penyimpangan pelaksanaan keuangan
29
negara yang berpotensi akan merugikan negara. Sedangkan pengawasan represif
ialah suatu bentuk pengawasan yang dilaksanakan pada kegiatan setelah kegiatan itu
sudah selesai dilakukan. Conthonya: pengawasan pada anggaran akhir tahun, dimana
anggaran yang telah ditentukan disampaikan laporannya.
Pengawasan aktif dan pasif: pengawasan aktif ialah merupakan suatu bentuk
pengawasan yang dilaksanakan ditempat kegiatan yang bersangkutan. Sedangkan
pengawasan pasif ialah merupakan suatu bentuk pengawasan yang dilaksanakan
melalui penelitian dan pengujian terhadap surat-surat ataupun laporan
pertanggungjawab yang disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan
pengeluaran.Pengawasan kebenaran formil: merupakan suatu bentuk pengawasan
menurut hak dan (rechtimatigheid) dan pemeriksaan kebenaran materi ihwal maksud
dan tujuan pengeluaran (doelmatigheid).
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan masalah dengan cara normatif
empiris. Suatu penelitian hukum normatif adalah pendekatan yang dilakukan
berdasarkan bahan hukum utama, menelaah hal-hal yang bersifat teoritis yang
menyangkut asas-asas hukum, konsepsi hukum, pandangan dan doktrin-doktrin
hukum, peraturan dan sistem hukum.13
Penelitian hukum empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lokasi
penelitian pada Dinas Kesehatan Provinsi Lampung serta untuk melihat secara
langsung penerapan peraturan perundang-undangan atau antara hukum yang
berkaitan dengan penegakan hukum, serta melakukan wawancara dengan beberapa
responden yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan
penegakan hukum tersebut.Penggunaan kedua macam pendekatan masalah tersebut
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas dan benar
terhadap permasalahan yang dibahas dalam penelitian guna penulisan skripsi ini.
13
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung:Citra Aditya Bakti, 2004, hlm.
135
31
B. Sumber Data
Sumber data penelitian ini berasal dari data lapangan dan data
kepustakaan.Sedangkan jenis data terdiri atas data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh dari hasil studi dan penelitian di lapangan. Data
primer ini akan diambil dari hasil wawancara kepada kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung
2. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber
yang telah ada, dengan mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang ada kaitannya dengan
permasalahan yang dibahas. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer,
sekunder, dan tersier. 14
a. Bahan hukum primer yang ada antara lain meliputi:
1) Undang-Undang Dasar 1945.
2) Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
3) Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera
5) Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga
14
Satjipto, Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni: Bandung, 1996, hlm. 4.
32
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer
seperti buku hukum, makalah-makalah dan lain-lain yang berhubungan
dengan permasalahan yang diteliti.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan Hukum Tersier yaitu Bahan Hukum yang bersumber dari:
1) Kamus Besar Bahasa Indonesia
2) Media Massa, pendapat sarjana dan ahli hukum, surat kabar, dan website.
C. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk membantu dalam proses penelitian, maka peneliti menggunakan dua macam
teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara membaca,
mengutip literatur-literatur, mengkaji peraturan perundang-undangan, dokumen-
dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan melalui wawancara mendalam (in-depth
Interview).Wawancara mendalam adalah wawancara yang dilakukan dengan para
pihakyang terkait dengan pembahasan masalah penelitianuntuk mendapatkan
informasi.Wawancara dilakukan dengan pedoman wawancara yang telah
disiapkan peneliti, namun tidak menutup kemungkinan peneliti mengajukan
33
pertanyaan diluar pedoman wawancara.Hal ini guna menggali informasi lebih
dalam mengenai pembahasan penelitian.
D. Prosedur Pengolahan Data
Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik melalui studi kepustakaan dan
studi lapangan kemudian data diolah dengan cara mengelompokkan kembali data,
setelah itu di identifikasi sesuai dengan pokok bahasan. Setelah data yang dicari telah
diperoleh, maka peneliti melakukan kegiatan-kegiatan antara lain:
a. Pemeriksaan data yaitu memeriksa kembali mengenai kelengkapan, kejelasan dan
kebenaran data yang telah diterima serta relevansinya dalam penelitian.
b. Klasifikasi data yaitu pengelompokan data menurut pokok bahasan agar
memudahkan dalam mendeskripsikannya.
c. Penyusunan data yaitu data disusun menurut aturan yang sistematis sebagai hasil
penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang diajukan
dengan maksud memudahkan dalam menganalisa data tersebut.
E. Analisis Data
Untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang ada maka data tersebut
perlu dianalisis. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu
dengan mengangkat fakta keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi
selama penelitian dan menyajikan apa adanya. Analisis data yang dipergunakan
dalam penelitian yang bersifat sosial adalah analisis secara deskriptif kualitatif, yaitu
proses pengorganisasian dan mengurutkan ke dalam pola, kategori, dan satu uraian
34
dasar sehingga dapat dirumuskan sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan kata lain
analisis deskriptif kualitatif, yaitu tata cara penelitian yang menghasilkan data dalam
bentuk uraian kalimat.
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengawasan terhadap Program Keluarga Berencana di Dinas Kesehatan Provinsi
Lampungmemiliki peranan penting dalam melakukan pengawasan terhadapa
proses keberjalannya program keluaga berencana namun peran dinas kesehatan
hanya dalam pengawasan pembinaan selain dari teknis dilapangan yang menjadi
tangung jawab dari BKKBN, yang menjadi landasan Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung dalam melaksanakan pengawasan program keluarga berencana adalah
mengacu pada standar pelayanan minimal (SPM) yang diterbitkan keMenterian
kesehatan republik indonesia Nomor 43 tahun 2016 tentang pedoman standar
pelayanan minimum bidang kesehatan dan Peraturan Daerah
ProvinsiLampungNomor8Tahun2016TentangPembentukan Dan Susunan
Perangkat Daerah ProvinsiLampung.
2. Kewenangan Dinas Kesehatan dalam pengawasan terhadap program keluarga
berencana di Provinsi Lampung berdasarkan kementerian kesehatan republik
indonesia nomor 43 tahun 2016 tentang pedoman standar pelayanan minimum
bidang kesehatan. dan peraturan daerah Provinsi Lampung nomor 5 tahun 1995
tentang Organisasi dan Tatakerja Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Tingkat I
55
Lampung. tugas dan tangung jawab dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung
dalam melakukan kewajiban pengawasan terhadap program kesehatan diProvinsi
Lampung khususnya masalah kesehatan keluarga yaitu program Keluarga
Berencana yang juga menjadi tangung jawab dari BKKBN dalam hal teknis
lapangan.
B. Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Lampung diharapkan pelaksanaan sosialisasi
program KB perlu untuk mempertimbangkan efektivitas sasaran. Pimpinan untuk
mengajak jajarannya bisa membuat program-program sosialisasi dengan berbagai
inovasi kegiatan yang mendukung bisa talk show, iklan layanan masyarakat dan
penyuluhan dibuat lebih menarik dan kreatif sehingga sasaran menyadari dan
tepat sasaran dengan optimal. Sebagai calon akseptor untuk partisipasinya dan
mendukung program pembangunan dan terlibat dalam kegiatan tersebut.
2. Pelaksanaan program keluarga berencana di Provinsi Lampung, harus
memperhatikan faktor-faktor keberhasilan implementasi kebijakan dapat dilihat
dari komunikasi, sumber daya, disposisi (sikap) dan struktur birokrasi agar
palaksanaan program dapat berhasil.
56
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung:Citra Aditya
Bakti, 2004
Satjipto, Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni: Bandung, 1996
Rahardjo Adisasmita, 2011. Pengelolaan Pendapatan & Anggaran Daerah. Penerbit
Graha Ilmu: Yogyakarta.
Budiman, Nashir. 2001. Pengantar Kebijakan Publik. Penerbit Rajawali, Jakarta.
Dunn, N. William. 2003. Pengatar Analisis Kebijakan Publik. Gajah Mada
University, Yogyakarta.
Hassel, Nogi. 2003. Evaluasi Kebijakan Publik. Balairung & Co, Yogyakarta.
Nawawi, Hadari. 2003. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Riant Nugroho. 2003. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. PT.
Alex Media Komputindo, Jakarta.
B. UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN LAINNYA
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera
Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga
Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994 tentang penyelenggaraan Pembangunan
keluarga Sejahtera
57
Surat Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan / Kepala BKKBN
Nomor10/HK.010 /B5/2001 tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
BKKBN Pusat
Surat Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan / Kepala BKKBN
Nomor74/HK.010 /B5/2001 tahun 2001 tentang Tata Kerja BKKBN Provinsi
dan kabupaten/Kota
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Kedudukan Badan
Kependudukan dan Keluaraga Berencana Nasional
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2014 Tentang Tunjangan Jabatan Fungsional
Penyuluh Keluarga Berencana
Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2014 Tentang Hari Keluarga Nasional
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Standart Tarif
Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
C. SUMBER LAIN
http://biz.kompas.com/read/2009/08/06/05092312/lampung.berhasil.galakkan.kb.pria