PENGASUHAN ANAK DARI KELUARGA WANITA PEDAGANG DI PASAR PULOGADUNG (Studi Deskriptif Pengasuhan Anak di Wilayah Jakarta Timur, Pulogadung) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: Vemily Yuni NIM: 1110044200002 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M
98
Embed
PENGASUHAN ANAK DARI KELUARGA WANITA PEDAGANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42154/1/VEMILY YUNI... · hanya kepada alam yang dapat ditoleransi karena ketika
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGASUHAN ANAK DARI KELUARGA WANITA
PEDAGANG DI PASAR PULOGADUNG
(Studi Deskriptif Pengasuhan Anak di Wilayah Jakarta Timur, Pulogadung)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
Vemily Yuni NIM: 1110044200002
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ABSTRAK
Vemily Yuni. NIM 1110044200002. PENGASUHAN ANAK DARI KELUARGA
WANITA PEDAGANG DI PASAR PULOGADUNG (STUDI DESKRIPTIF
PENGASUHAN ANAK DI WILAYAH JAKARTA TIMUR, PULOGADUNG) Program
Studi Hukum Keluarga, Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam, Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1438/2017 M, ix -+ 66
halaman + 2 halaman lampiran
Skripsi ini menyimpulkan pokok permasalahan yaitu bagaimana pola pengasuhan anak
dari keluarga wanita pedagang di pasar Pulogadung? Dan selanjutnya, bagaimana cara wanita
pedagang di pasar Pulogadung membangun keluarga harmonis di pasar Pulogadung? Skripsi
ini pun bertujuan untuk menjawab setiap pertanyaan pola pengasuhan anak dari keluarga
wanita pedagang di pasar Pulogadung dan cara wanita pedagang di pasar Pulogadung
membangun keluarga harmonis di pasar Pulogadung. Pada penelitian ini penulis memilih
objek penelitian di wilayah Jakarta Timur, Pulogadung. Penulis ingin mengetahui
pelaksanaan dalam mengasuh anak serta cara yang dipraktekan dalam rumah tangga
pedagang.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif analisis deskriptif dengan menggunakan
kuesioner sebanyak 5 responden dan dipilih secara acak, dimana kuesioner yang dijadikan
objek penelitian ini merupakan pedagang di Jalan Palad, Kecamatan Pulogadung Kelurahan
Pulogadung Jakarta Timur. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan
kuesioner kepada 5 responden dengan menanyakan seputar pengetahuan mereka tentang
pengasuhan anak, wanita pedagang dan kiat dalam berumah tangga yang selama ini para
pedagang pasar di Pulogadung.
Hasil penelitian ini pengasuhan anak berdasarkan data yang peneliti temukan dilapangan
dapat diambil kesimpulan bahwa pengasuhan anak di pasar Pulogadung yaitu kedua informan
menitipkan anaknya kepada nenek dengan lama waktu yang berbeda-beda diantaranya, setiap
hari dititipkan kepada nenek dan pulang kerja di ambil dan serta informan ketiga dengan cara
selama satu minggu penuh dititipkan ke nenek dan keempat informan dititipkan keneneknya
dari kecil sampai dewasa. Adapun juga informan kelima menitipkan kepada tetangga
samping rumahnya.Sedangkan cara membangun ke harmonisan rumah tangga bagi wanita
pedagang pada umumnya informan menyatakan bahwa sebagai suami isteri saling menjaga
komunikasi dengan baik. Selain itu juga saling menjaga perasaan suami isteri serta saling
percaya antara suami isteri. Demikian juga suami saling memberikan dukungan kepada isteri.
Kata kunci : Keluarga harmonis, Wanita Pedagang, Pengasuhan Anak
Pembimbing : Dr. Moh. Ali Wafa, S.H., S.Ag., M.Ag
Daftar Pustaka : Tahun 1974 s.d Tahun 2016
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT telah memberikan rahmat,
hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.Shalawat
serta salam tercurahkan bagi Nabi kita Nabi Muhammad saw beserta keluarga,
para sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa tantangan
dan hambatan yang terus menerus dating silih berganti. Berkat bantuan dan
motivasi dari berbagai pihak maka segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat
diatasi dan tentunya dengan izin Allah SWT, serta dengan wujud yang
berbeda-beda dapat diminimalisir dengan adanya nasihat dan dukungan yang
diberikan oleh keluarga dan teman-teman penulis.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan teimakasih tiada
terhingga untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun
materil sehingga terselesaikan skripsi ini.Tentunya kepada;
1. Bapak Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, MA, Selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta
wakil Dekan I, II, III Fakultas Syariah dan Hukum.
2. Bapak Dr. H. Abdul Halim, M.Ag selaku Ketua Program Studi Hukum
Keluarga serta Bapak Arip Purqon, M.Ag selaku sekretaris Program Studi
Hukum Keluarga yang telah bekerja dengan maksimal.
3. Bapak Dr. Moh. Ali Wafa, S.H., S.Ag.,M.Ag., Menjadi pembimbing
skripsi yang telah banyak membimbing, memberikan masukan serta
pencerahan, motivasi semangat dan ilmunya kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan
ilmu-ilmu yang tak ternilai harganya, seluruh staff dan karyawan
Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Perpustakaan Utama UIN
vi
Syarif Hidayatullah Jakarta dan bagian tatausaha Fakultas Syariah yang
telah memberikan pelayanan yang terbaik.
5. Teristimewa untuk orang tua penulis yaitu ayahanda Indra Dedi Anas (alm)
ibunda Yeni Lismaini yang telah memberikan motivasi serta arahan yang
tak pernah putus serta tiada henti mendoakan penulis dalam menempuh
pendidikan. Dan juga kepada adik-adik penulis Fajar Rizky Arrahman dan
Muhammad Farhan Indrasyah, selalu memberikan
doa, dukungan dan semangat kepada penulis. Tak luput juga tante dan
sanak saudara yang selalu mengingatkan dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman sewaktu di organisasi IMM kepada hasnah, fenny, serta
teman-teman seangkatan di IMM yang tak dapat disebutkan satu persatu
oleh penulis, serta adik-adik yang selalu mendukung penulis untuk
menyemangati penulis menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman sewaktu berwirausaha Ayam Monyet tak luput juga kepada Lutfi,
Ismail, Badrun, Mas Agung, Kak Rani serta anggota lainnya.
8. Teman-teman program studi Al-Ahwalul Syakhsyiyah angkatan 2010 yang
telah memberikan saran dan motivasi kepada penulis.
9. Para pedagang pasar Pulogadung serta warga Cipinang yang telah
membantu penulis untuk menyelesaikan penelitian penulis.
10. Sahabat, teman ataupun teman dekat penulis yang selalu berusaha
mengingatkan ataupun membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
dan juga para rekan karyawan serta guru-guru TK Aisyiyah 88 Pulogadung
yang selalu mendukung penulis dan memberikan semangat penulis untuk
menyelesaikan studi S1.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan banyak
yang perlu diperbaiki lebih dalam.Oleh karena itu, saran dan kritik penulis
harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat
vii
bermanfaat bagi penulis khususnya dan setiap pembaca dan umumnya serta
menjadi amal baik di sisi Allah SWT. Semoga setiap bantuan do’a, motivasi yang
telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Wassalamu’alaikumWr,Wb.
Jakarta, 6 Juni 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………….………...………….. ii
LEMBAR PERNYATAAN …………………………………...……….…....… iii
ABSTRAK …………………………………………..………………….…...…. iv
KATA PENGANTAR ………………………………………...…….….……… v
DAFTAR ISI ……………………………………….………………………… viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................…................... 7
D. Metode Penelitian .............................................................. 11
E. Study Review Terdahulu …............................................... 11
F. Pedoman Penulis ............................................................... 12
G. Sistematika Penulisan ........................................................ 13
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG PENGASUHAN ANAK
DARI KELUARGA WANITA PEDAGANG (WANITA
KARIER) DI PASAR PULOGADUNG
A. Pengasuhan Anak ..........................………........................ 14
B. Keluarga Wanita Pedagang (Wanita Karier) .......….....… 26
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. 1. Jumlah Penduduk laki-laki dan perempuan .................... 38
4.Tingkat pendidikan .......................... ................................50
B. 1. Wanita Pedagang di Pulogadung .............….......….........51
2. Jumlah Wanita Pedagang di Pulogadung ................…... 52
3. Rata-rata pekerjaan wanita di Pulogadung ...…..........….54
BAB IV POLA PENGASUHAN ANAK DAN MEMBANGUN
KELUARGA HARMONIS BAGI KELUARGA WANITA
PEDAGANG DI PASAR PULOGADUNG
A. Pola Pengasuhan Anak ........................................................ 56
B. Cara Membangun Keluarga Harmonis ………………….. 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 66
B. Rekomendasi........................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. WAWANCARA
2. FOTO DOKUMENTASI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih
sayang sebagai sebuah rahmat dari Nya. Manusia memang sejak dahulu lebih
dewasa ini, saat nilai-nilai luhur tidak jarang dikaburkan oleh nilai-nilai material
sangat membutuhkan pengetahuan dan perhatian. Kalau saja dahulu perhatiannya
hanya kepada alam yang dapat ditoleransi karena ketika itu manusia merasa
sangat terancam oleh sekian banyak hal yang belum dia ketahui, kini dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengetahuan tentang alam dan
ancaman yang datang darinya sudah banyak diketahui dan dapat dihindari.
Oleh sebab itu Allah SWT, menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan.
Keberpasangan mengandung dalam arti persamaan sekaligus perbedaan arti
maksud. Persamaan dan perbedaan itu harus diketahui agar manusia dapat
bekerja sama menuju cita-cita kemanusian. Harus diakui bahwa selama ini ada
kepincangan dalam kenyataan di masyarakat. Lelaki sering kali memperoleh
kesempatan dalam segala hal dibanding dengan perempuan. Perhatikanlah segala
bidang yang dapat terjangkau oleh pandangan. Bahkan dalam memilih
pendamping hidup, walaupun keduanya saling membutuhkan. Lelaki dan
perempuan keduanya berkewajiban menciptakan situasi harmonis dalam
masyarakat.Ini berarti bahwa kita dituntut untuk mengetahui keistimewaan dan
kekurangan masing-masing, serta perbedaan-perbedaan antar-keduanya.1
Sejak Islam mulai menyebarluaskan ajarannya pada 14 abad yang lampau,
telah dihapuskan diskriminasi antara pria dan wanita. Bahkan wanita itu
dipandang sebagai mitra sejajar dengan pria menjadi satu kesatuan yang
1M. Quraish Shihab, Perempuan Seri 3, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 1-3
2
harmonis. Tidak ada perbedaan kedudukan pria dan wanita, baik sebagai
individu atau hamba Allah SWT, sebagai anggota keluarga, maupun sebagai
anggota masyarakat.2
Islam merupakan aturan yang sesuai dengan fitrah manusia sejalan
dengan kepentingan kehidupannya.Islam memperhatikan moralitas manusia,
memelihara kebersihan masyarakat serta tidak mentoleransi timbulnya
matrerialisme yang mendorong terjadinya kerusakan akhlak dalam
masyarakat.Allah SWT menjadikan usrah (keluarga) sebagai tonggak
kehidupan, kaidah pembangunan, asas pertumbuhan sosial kemasyarakatan,
dan perkembangan peradaban.3
Wanita sebagai pasangan pria mempunyai status, hak dan kewajiban yang
sama. Meskipun ada perbedaan, itu hanyalah karena fungsi dan tugas utama
yang dibebankan Tuhan kepada masing-masing pihak. Perbedaan yang ada,
tidak mengakibatkan yang satu merasa memiliki kelebihan atas yang lain,
dimana fungsi dan tugas utama mereka itu sama pentingnya dan semua
dibutuhkan. Sebaliknya perbedaan tersebut dapat saling melengkapi dan
saling menyempurnakan serta bantu membantu dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya.4
Persamaan antara hak dan kewajiban antara pria dan wanita ini banyak
tercantum dalam Al-Quran dan Hadits. Salah satu persamaannya antara pria
dan wanita adalah pria dan wanita mendapatkan kesempatan yang sama untuk
berusaha mencari penghasilan yang sama. Sesuai dengan surat dalam Al-
Quran yang berbunyikan;
2Huzaemah Tahido Yanggo MA, Fiqih Perempuan Kontemporer, (Jakarta: Al-Mawardi
Prima, 2001), h. 105 3Beni Ahmad Saebani, Perkawinan Dalam Hukum Islam dan Undang-undang, (Bandung:
CV. Pustaka Setia, 2008), h. 13 4Susiloningsih Kuntowijoyo, Kiprah Wanita Islam Dalam Keluarga, Karier dan
Masyarakat-Waniat Islam Dalam Karier dan Rumah Tangga, (Jakarta: PT. Pustaka Antara, 1996),
h. 103
3
Artinya :“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. Karena
bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi wanita
ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah
sebagahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah mengetahui segala
sesuatu.” (An-Nisa 32)
Sebagai seorang wanita yang telah menikah ia mempunyai peran dalam
keluarga inti sebagai isteri, ibu dan pengurus rumah tangga. Ini adalah pada
umumnya yang dirasakan sebagai tugas utama dari seorang wanita yang
terikat oleh perkawinan. Dalam tiga peran tersebut di atas ia memberikan diri
sepenuhnya kepada keluarganya demi kesejahteraan keluarga.5
Dalam fiqih, telah menggaris bawahi bahwa nikah berfungsi sebagai suatu
akibat hukum yaitu kehalalan dalam bersetubuh atau berjima, maksudnya
adalah sebuah jalan alami dan biologis untuk menyalurkan dan memuaskan
seksual.Dan dapat berdampak pada kesehatan bagi jiwa, mata terpelihara
ataupun kenikmatan karena kehalalan.6
Dimana semua itu bertujuan agar manusia dapat saling berkasih sayang,
antara laki-laki dan perempuan sebagai makhluk-Nya, dan juga merupakan
cara untuk mengembangkan keturunan yang bisa meneruskan perjuangan
5Utami Munandar, Kiprah Wanita Islam Dalam Keluarga, Karier dan Masyarakat –
Peran Ganda Wanita Dalam Keluarga, (Jakarta: PT Pustaka Antara, 1996), h. 116 6Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Kairo: Daar al-fath, 2000), cet 1, jilid 2
4
mereka. Dengan adanya perbedaan jenis ini dimungkinkan adanya keturunan
yang bisa meneruskan perjuangan mereka.
Sedangkan arti perkawinan itu sendiri menurut Undang-Undang No. 1
tahun 1974 tentang perkawinan adalah “Ikatan lahir batin antara seorang
pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke Tuhanan
Yang Maha Esa”.7
Dengan adanya perbedaan jenis ini, dimungkinkan adanya keturunan,
sehingga manusia sebagai salah satu spesies tidak musnah.Setiap manusia
yang terlahir, padanya tersemat kewajiban menjaga kelestarian spesies tidak
musnah. Setiap manusia yang terlahir, padanya tersemat kewajiban menjaga
kelestarian spesiesnya melalui proses reproduksi.8 Sebagaimana telah
diabadikan oleh firman Allah SWT dalam Al-Qur’an;
Artinya :”Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri
dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu, anak-anak dan cucu-cucu,
dan memberimu rizki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka
beriman pada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?.(Ar-ruum 21)
Perkawinan merupakan suatu perjanjian yang suci kuat dan kokoh untuk
hidup bersama secara sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan
membentuk keluarga yang kekal santun menyantuni, kasih mengasihi,
7Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, (Yogyakarta:
Liberty, 1986), cet II, h. 9 8Hasanuddin, Perkawinan dalam Perspektif Al-Quran, Nikah, Talak, Cerai, Ruju’,
(Jakarta: Nusantara Damai Pres, 2011), h.13
5
tentram dan bahagia. Dalam membentuk keluarga yang bahagia berkaitan
dengan keturunan, yang merupakantujuan perkawinan, pemeliharaan dan
pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua.
Menurut agama dijelaskan bahwa perkawinan itu untuk memenuhi
petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera
dan bahagia.Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota
keluarga, sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan
terpenuhinya keperluan hidup lahir dan batinnya, sehingga timbulah
kebahagiaan, yakni kasih sayang antar anggota keluarga.9
Dalam kehidupan modern era pembangunan dewasa ini, wanita dituntut
dan sering juga termotivasi untuk memberikan sumbangan yang lebih. Tidak
terbatas pada pelayanan terhadap suami, perawatan anak dan urusan rumah
tangga.Banyak wanita yang merasa tidak puas dengan adanya ketiga peran
tersebut diatas. Akan tetapi seiring berjalannya waktu dalam menjalani
bahtera rumah tangga guna mewujudkan keluarga sakinah mawadah
warahmah, adakalanya terjadi benteran-benturan yang kadang sering muncul
menjadi batu sandungan dalam keharmonisan rumah tangga, hal tersebut bisa
saja terjadi.Sering juga keadaan ekonomi keluarga, politik ataupun
pendidikan yang tinggi menuntut ia untuk bekerja diluar, baik untuk
menambah penghasilan maupun untuk mengamalkan ilmu yang telah
didapatnya.10
Dengan adanya keleluasaan pada kaum wanita untuk berkarier
berwirausaha ini, terdapat halnya nyaris menggeser kedudukan yang
didominasi oleh kaum laki-laki. Maka tidak aneh jika ada wanita karier
menggantikan kedudukan laki-laki sebagai penanggung jawab dalam nafkah
rumah tangga.
9Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003), cet 1, h. 22
10Abdullah A. Djawas, Dilema Wanita Karier-Menuju Keluarga Sakinah, (Yogyakarta:
Ababil, 1996), h. 37
6
Berdasarkan realita tersebut, pada satu sisi kaum wanita telah dapat
berbangga karena kaumnya sudah maju. Akan tetapi dari sisi lain, kemajuan
tersebut dapat menimbulkan dampak negative bukan saja kepada kalangan
wanita, tetapi juga kalangan suami dan anak-anaknya sebagai anggota
keluarga.
Penulis akan mengulas dalam judul skripsi “PENGASUHAN ANAK
DARI KELUARGA WANITA PEDAGANG DI PASAR
PULOGADUNG (Studi Deskriptif Pengasuhan Anak di Wilayah Jakarta
Timur, Pulogadung)”.
A. Pembatasan dan Rumusan masalah
1. Pembatasan Masalah
Dikarenakan perceraian yang terjadi sebagai wanita bekerja diluar
rumah bisa dikatakan sebagai wanita bekerja (wanita karier) salah satunya
sebagai pedagang, maka saya sebagai penulis membatasi permasalahan
yang akan saya teliti, yaitu
a. Penelitian dilakukan warga yang telah menikah, wanita karir yaitu
yang diambil berwirausaha, berkeluarga, yang telah mempunyai anak.
b. Penelitian waktu, tempat dan dana yang terbatas maka dari itu
penelitian hanya di wilayah Pulogadung tepatnya Pasar Pulogadung
dekat dengan Kawasan Industri dan Terminal Pulogadung kelurahan
Pulogadung Kecamatan Pulogadung.
2. Perumusan Masalah
Menurut hukum yang berlaku, persamaan di depan hukum atau
equal before the law serta persamaan hak harus ditegakkan, namun
kenyataannya komentar sumbang dan pandangan sosial normative yang
negative tak kunjung usai dalam permasalahan pengasuhan anak di dalam
keluarga wanita pedagang ini.
7
Berdasarkan latar belakang dan batasan permasalahan di atas, maka
pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana Pola pengasuhan anak dari keluarga pengusaha
wanita di Pasar Pulogadung?
2. Bagaimana cara pengusaha wanita di pasar Pulogadung
membangun keluarga harmonis di Pasar Pulogadung?
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sebagaimana rumusan masalah di atas, maka maksud dan tujuan
penelitian yang penulis teliti ini adalah menjawab setiap pertanyaan untuk
mengetahui pola pengasuhan anak dari keluarga wanita pedagang di pasar
Pulogadung dan mengetahui cara wanita pedagang di pasar Pulogadung
membangun keluarga harmonis.
2. Manfaat Penelitian
1. Bagi mahasiswa
Penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan serta meluaskan cakrawala berfikir mahasiswa. Selain itu,
agar penelitian ini dapat dijadikan referensi jika ada mahasiswa yang
akan meneliti jauh lebih luas wanita karier pada kesempatan
selanjutnya.
2. Bagi masyarakat
Menunjukan bahwa wanita karier itu juga merupakan sesosok
wanita yang mampu menjalani hidupnya dengan bekerja keras di luar
sana dan mampu membangun dengan sendirinya, menyandang sebagai
istri yang mandiri walaupun terkadang pasangan hidup lebih menelaah
terhadap negative pasangannya, ataukah sebagai dampak buruk dalam
masyarakat ataupun pandangan sepihak.
8
C. Metodelogi Penelitian
Penelitian merupakan penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf
keilmuan. Seseorang akan yakin bahwa ada sebab bagi setiap akibat dari
setiap gejala yang tampak dapat dicari penjelasannya secara ilmiah. Penelitian
bersifat objektif, karena kesimpulan yang diperoleh hanya akan ditarik
apabila dilandasi dengan bukti-bukti yang meyakinkan dan dikumpulkan
melalui prosedur yang jelas, sistematis dan terkontrol.11
Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode penelitian
kualitatif. Menurut moleong (2005) penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenome tentang apa yang dialami oleh
subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-
lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah. Metode kualitatif juga dapat
memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit
diungkapkan oleh metode kuantitatif.Penggunaan metode ini diharapkan bisa
menghasilkan pemecahan permasalahan yang diharapakan sesuai dengan
tujuan permasalahan.Disamping itu juga karena metode ini dapat digunakan
untuk menganalisis realitas sosial secara mendalam.Pemilihan lokasi dalam
penelitian ini dilakukan didalam sebuah tempat perkembangan perekonomian
wilayah Jakarta Timur. Di dalam wilayah Jakarta Timur peneliti akan
mengambil informasi dari berbagai pengusaha di sekitar wilayah Jakarta
Timur tepatnya di Pulogadung. Alasan peneliti karena penelitian ini agar
lebih difokuskan khususnya di wilayah Jakarta Timur saja.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan jenis penelitian, yaitu penelitian
lapangan, serta penelitian pustaka, yang penulis peroleh melalui:
11
Bambang sunggono, “Metode Penelitian Hukum”, Cet 6, (Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2003), h. 32
9
1. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data primer
dalam penelitian ini adalah perangkat kelurahan setempat yang
memberikan informasi mengenai subjek yang akan diteliti dan peneliti
juga melakukan penyebaran angket dan wawancara terhadap pelaku
ibu yang bekerja diluar rumah serta menjadi seorang istri dan memiliki
anak.
b. Data Sekunder
Data sukender merupakan data yang diambil dari sumber kedua,
dengan kata lain data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya.
Dalam hal ini peneliti memperoleh informasi dari buku-buku panduan,
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan fokus penelitian serta
berbagai literatur yang relevan dengan pembahasan penelitian.Peneliti
juga menggunakan teknik pengumpulan data melalui data sekunder
yang diperoleh dari buku, jurnal, internet, skripsi, thesis, maupun
laporan penelitian yang berisi tentang konsep, teori, dan data-data
mengenai pengasuhan anak pada keluarga wanita karier ataupun
mengenai kriteria ataupun seluk beluk pengusaha wanita.
c. Populasi dan Sampel
a. Populasi dari studi ini adalah masyarakat sekitar wilayah
Pulogadung, daerah perdagangan Pulogadung.
b. Sampel dari studi ini diambil 5 informan dari 10 informan dengan
menggunakan random sampling.
Informasi merupakan sumber informasi yang memberikan data-data yang
sesuai dengan apa yang diperlukan oleh peneliti. Menurut spradley (1997),
informan merupakan pembicara asli (native speaker). Dalam proses penelitian
ini, teknik yang digunakan dalam menentukan informasi menggunakan teknik
10
pengambilan sampel purposive (purposive sampling), yakni dengan
mempertimbangkan bahwa orang-orang yang menjadi informan dianggap
benar-benar tahu serta mempunyai hubungan dengan permasalahan yang akan
diteliti. Sehingga peneliti memilih informan berdasarkan beberapa kriteria
yang berhubungan dengan topik yang akan diteliti.
2. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data secara kualitatif yaitu
melalui pengamatan atau observasi dan wawancara.Pengamatan dilakukan
untuk mendapat informasi yang lebih terperinci tentang kegiatan, perilaku
subyek penelitian. Dalam melakukan pengamatan tidak semua informan
mendapatkan perlakuan yang sama karena hal ini sangat tergantung situasi
dan kondisi lapangan.
Metode pengumpulan data dalam penelitian lazimnya dikenal tiga jenis
pengumpulan data, yaitu observasi, interview dan studi dokumentasi.
Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu objek dengan
sistematika fenomena yang diselidiki, sedangkan menurut
Koentjaraningrat pengamatan merupakan metode yang pertama
digunakan dalam melakukan penelitian ilmiah. Dalam hal ini peneliti
mengadakan observasi terhadap istri yang berwanita karier dalam
membentuk keluarga sakinah, mengasuh anak hingga proses dewasa
dengan menggunakan instrument angket.
b. Interview / wawancara
Selain itu pengumpulan data juga dilakukan melalu
wawancara.Wawancara mendalam secara langsung dan terbuka
dengan menggunakan pedoman wawancara yang sebelumnya sudah
11
dipersiapkan oleh peneliti dan berisi beberapa pertanyaan.Tujuan
wawancara ini agar peneliti dapat memperoleh informasi dari
informan mengenai permasalahan yang sudah dijelaskan dalam
rumusan masalah.Selain itu wawancara mendalam juga dapat
membina hubungan baik antara peneliti dengan informan. Selama
proses berlangsungnya wawancara mendalam dan dicatat secara
sistematis. Wawancara dilakukan secara terbuka agar peneliti dapat
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada informan untuk
menjawab dan menjelaskan pertanyaan yang diajukan sehingga akan
timbul kesan tidak kaku dan informal.
Interview adalah suatu proses tanya jawab lisan terdiri dari dua
orang atau lebih berhadapan secara fisik serta dapat melihat muka dan
mendengar dengan telinga sendiri dan suaranya. Dalam interview
dapat diketahuiekspresi muka, gerak gerik tubuh yang dapat dilihat
dengan pertanyaan verbal.Dengan interview dapat diketahui tingkat
penguasaan.
Setelah peneliti menggali data dengan berbagai teknik tersebut,
selanjutnya peneliti akan menganalisis data. Menurut Moleong (2005)
analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data kedalam pola kategori satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja.
Berbagai langkah-langkah penelitian diatas merupakan proses
untuk melakukan penelitian terhadap suatu masalah sosial di
masyarakat dan diharapkan dengan menggunakan langkah-langkah
tersebut, peneliti dapat menyajikan data dengan baik dan benar.
D. Pedoman Penulisan
Sedangkan dalam penyusunan skripsi ini, teknik penulisan berpedoman
pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah, terbitan tahun 2017.
12
E. Study Review Terdahulu
Banyak buku-buku, artikel, dan jurnal yang membahas tentang peran
wanita dalam membangun negara, khususnya di Indonesia baik itu di wilayah
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.
1. Sebagai contoh skripsi yang disusun oleh Heri Purwanto yang berjudul
“Wanita Karir dan Keluarga (Studi Atas Pandangan Para Anggota Dewan
Perwaklian Rakyat Daerah di Kota Yogyakarta Tahun 2004-2009)”.
2. Kemudian skripsi yang dibuat oleh Amalia Taufik yang berjudul
“Equalitas Laki-Laki dan Perempuan (Kajian Historis Atas Pemikiran
Riffat Hasan)”, serta skripsi yang ditulis oleh Ziadatun Ni’mah yang
berjudul “Wanita Karir dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Pandangan
K.H Husein Muhammad)”.
3. Skripsi tersebut berkesimpulan bahwa wanita diperbolehkan bekerja
dengan syarat mampu, cakap, dan bisa mengatur waktu antara bekerja
dan mengurusi pekerjaan rumah tangga.
4. Skripsi keempat ditulis oleh Nabila Alhalabi berjudul hak dan kewajiban
istri bagi wanita karier di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta tahun 2015
berkesimpulan bahwa membandingkan bagaimana hak dan kewajiban
dalam prinsip hukum Islam dan prinsip hukum di Indonesia.
F. Sistematika Penulisan
Secara sistematis, dalam penyusunan skripsi ini penulis membaginya
kedalam lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab.
Oleh karena itu penulis mengklasifikasikan permasalahan dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:
Pada bab satu, menjelaskan beberapa permasalahan yang
melatarbelakangi serta urgensi dilakukannya penelitian. Dalam bab ini juga
berisi latar belakang, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodelogi penelitian, pedoman penulisan, study review terdahulu,
dan sistematika penulisan.
13
Pada bab dua, menjelaskan kajian teoritis tentang pengasuhan anak dari
keluarga wanita pedagang (wanita karir) di Pasar Pulogadung, terdiri dari sub
bab yaitu pengasuhan anak,kiat-kiat membentuk keluarga idaman, keluarga
wanita pedagang (wanita karier).
Pada bab tiga, menjelaskan tentang gambaran umum lokasi penelitian
yang terdiri dari beberapa sub bab yaitu jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan, rata-rata penghasilan, rata-rata pekerjaan, tingkat pendidikan,
wanita pedagang di Pulogadung, Jumlah wanita pedagang di Pulogadung,
rata-rata pekerjaan wanita di Pulogadung.
Pada bab empat, menjelaskan analisis mengenai pola pengasuhan anak
dan membangun keluarga harmonis bagi keluarga wanita pedagang di pasar
Pulogadung terdiri dari sub bab pola pengasuhan, cara membangun keluarga
harmonis. Sedangkan pada bab lima, merupakan bab penutup pembahasan
yang berupa terdiri dari Kesimpulan dan Rekomendasi.
14
BAB II
KAJIAN TEORITIS TENTANG PENGASUHAN ANAK DARI KELUARGA
WANITA PEDAGANG (WANITA KARIR) DI PASAR PULOGADUNG
A. Pengasuhan Anak
Berbicara masalah pemeliharaan anak, maka timbul apa yang dinamakan
kewajiban bagi orang tua yang menyebabkan adanya anak tersebut, yaitu adalah
kedua orang tuanya. Hal ini dimaksudkan agar, kehidupan anak dapat sejahtera
baik lahir maupun batin. Kewajiban yang dimaksud meliputi pemeliharaan
sekaligus menyusui serta pendidikannya.
Hadhanah berasal dari bahasa Arab dari kata hadhanah adalah dari kata
hadhnu ashshabiy, atau mengasuh atau memelihara anak. Mengasuh (hadhn)
dalam pengertian ini tidak dimaksudkan dengan menggendongnya dibagian
samping dan dada atau lengan.1 Sedangkan secara terminologi hadhanah
merawat dan mendidik seseorang yang belum mumayyiz atau yang kehilangan
kecerdasaannya, karena mereka tidak bisa memenuhi keperluannya sendiri. 2
Apabila anak yang belum mumayyiz itu tidak diasuh tentulah akan
membahayakan keselamatannya. Oleh karena itu orang tua harus mengasuh
anaknya yang sewajarnya, harus dijaga dengan baik sebagai amanah Allah yang
dititipkan kepadanya. Bagi seorang anak yang masih kecil, ibunyalah yang lebih
layak mengasuhnya, karena sifat seorang ibu lebih sesuai untuk itu, lebih sabar
dan tekun membelai anak. Sebaliknya, anak pun merasa lebih akrab dengan
ibunya dan ibu lebih banyak merasakan apa yang sedang dirasakan anak.3
1Abi, Yazid, Hadhanah (Hak Asuh Anak), artikel diakses 26 April 2017 dari
https://abiyazid.wordpress.com/2008/02/27/hadhanah-hak-asuh-anak/ 2Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoepe, 1999), h.
415 3Daly, Peunoh, HukumPerkawinan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), h. 400
15
Menurut imam Taqiyuddin hadhanah ialah ibarat menjalankan untuk
menjaga orang (anak) yang belum mumayyiz atau tidak berakal dan
mengajarkannya akan kebaikan serta menjaganya dari sesuatu yang sangat
membahayakan.4
Para ulama sepakat hukum hadhanah, mendidik dan merawat anak adalah
wajib. Tetapi mereka berbeda dalam hal itu, apakah hak hadhanah ini menjadi
hak orang tua (terutama ibu) atau hak anak. Ulama mazhab hanafi dan Maliki
misalnya berpendapat bahwa hak hadhanah itu menjadi hak ibu sehingga ia
dapat saja menggugurkan haknya.
Tetapi, menurut jumhur ulama, hadhanah itu menjadi hak bersama antara
orang tua dan anak. Bahkan menurut Wahbah al-Zuhaily, hak hadhanah adalah
hak bersyarikat antara ibu, ayah dan anak. Jika terjadi pertengkaran maka yang
didahulukan adalah hak atau kepentingan si anak. 5
Para ulama menetapkan bahwa pemeliharaan anak itu hukumnya adalah
wajib, sebagaimana wajib memelihara selama berada dalam perkawinan. Adapun
dasar hukumnya tentang kewajiban orang tua dalam memelihara seorang anak,
dalam firman Allah (surat Al-Baqarah ayat: 233) yaitu;
4Abi Bakar Ibn, Muhammad al-Husaini, Imam Taqiyudin, Kifayatul Akhyar, (Beirut Dar: al-
fikr, 1994), h. 49 5 Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoepe, 1999).
16
Artinya :“Para ibu hendaklah menyusukan ank-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang
ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya,
dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih
(sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan. Maka
tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan orang
lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran
menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Baqarah: 233)
Menurut Muhammad Quraish Shihab, surat Al-Baqarah ayat 233 merupakan
rangkaian pembicaraan tentang keluarga. Setelah berbicara tentang suami istri,
kini pembicaraan tentang anak yang lahir dari hubungan suami istri itu. Di sisi
lain, ia masih berbicara tentang wanita-wanita yang ditalaq, yakni mereka yang
memiliki bayi. 6
Sejak kelahiran hingga dua tahun penuh, para ibu diperintahkan untuk
menyusukan anak-anaknya. Dua tahun adalah batas maksimal dari kesempurnaan
penyusuan.
Penyusuan yang selama dua tahun itu, walaupun diperintahkan, tetapi
bukanlah kewajiban. Ini dipahami dan penggalan ayat yang menyatakan, bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Namun demikian, ia adalah anjuran
yang sangat ditekankan, seakan-akan ia adalah perintah wajib. Jika ibu bapak
sepakat untuk mengurangi masa tersebut, maka tidak mengapa. Tetapi hendaknya
6M. Quraish Shihab, Perempuan Seri 3, (Jakarta. Lentera Hati, 2005), h. 1-3
17
jangan berlebih dari dua tahun, karena dua tahun telah dinilai sempurna oleh
Allah.
Al-Biqa’i berpendapat, bahwa ayat 233 yang berbicara tentang penyusuan
anak, sengaja ditempatkan antara uraian tentang perceraian akibat talaq dan
perceraian akibat kematian, karena pernikahan yang disebut pada awal kelompok
ayat-ayat ini dapat membuahkan anak, ini mengundang pembicaraan tentang
penyusuan. Selanjutnya, karena perceraian akibat talaq lebih banyak dari pada
perceraian akibat kematian, maka pembicaraan tentang anak ditampilkan antara
uraian tentang masa tunggu akibat talaq dan akibat wafat. Ini untuk memberikan
lebih besar kepada anak serta mencurahkan lebih banyak kasih sayang
kepadanya, karena ibu yang dicerai bisa jadi mengabaikan anaknya.
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa hadhanah adalah salah satu
kewajiban bagi kedua orang tua yang mendapatkan hak tersebut, pengabaian
terhadap anak adalah suatu penganiayaan terhadap anak tersebut.
Mengasuh anak yang masih kecil hukumnya wajib, sebab mengabaikannya
berarti anak-anak yang masih kecil kepada bahaya kebinasaan. Hadhanah
merupakan hak bagi anak-anak yang masih kecil, karena ia membutuhkan
pengawasan, penjagaan, pelaksanaan urusannya, dan orang yang mendidiknya.7
Hadhanah yang dimaksud dalam diskursus ini adalah kewajiban orang tua
untuk memelihara dan mendidik anak mereka dengan sebaik-baiknya.
Pemeliharaan ini mencakup masalah ekonomi, pendidikan, dan segala sesuatu
yang menjadi kebutuhan pokok anak.
Pemeliharaan anak juga mengandung arti sebuah tanggung jawab orang tua
untuk mengawasi, memberi pelayanan yang semestinya serta mencukupi
kebutuhan hidup dari seorang anak oleh orang tua. Selanjutnya, tanggung jawab
7Ghazali, Abd. Rahman, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 177
18
pemeliharaan berupa pengawasan dan pelayanan serta pencukupan nafkah anak
tersebut bersifat kontinu sampai anak tersebut mencapai batas umur yang legal
sebagai orang dewasa yang telah mampu berdiri sendiri.8
a. Dasar Hukum Hadhanah
Para ulama menetapkan bahwa pemeliharaan anak itu hukumnya wajib,
sebagaimana wajib memeliharanya selama berada dalam ikatan perkawinan.
Adapun dasar hukumnya mengikuti umum perintah Allah untuk membiayai
anak dan istri dalam firman Allah;
Artinya :“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban
ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf.
seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan
jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
8Harahap, M. Yahya, Hukum Perkawinan Nasional, (Medan: Zahir Trading, 1975).
19
bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat
apa yang kamu kerjakan.(Al-Baqarah :233)
Kewajiban membiayai anak yang masih kecil bukan hanya berlaku
selama ayah dan ibu masih terkait dalam tali perkawinan saja, namun juga
berlanjut setelah terjadinya perceraian.9
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS. At-tahrim: 6)
Pada ayat ini orang tua diperintahkan Allah SWT untuk memilihara
keluarganya dari api neraka, dengan berusaha agar seluruh anggota
keluarganya itu melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larang-larang
Allah, termasuk anggota keluarga dalam ayat ini adalah anak. Kewajiban
membiayai anak yang masih kecil bukan hanya berlaku selama ayah dan ibu
masih terikat dalam tali perkawinan saja, namun juga berlanjut setelah
perceraian.10
Untuk memelihara, merawat dan mendidik anak kecil diperlukan
kesabaran, kebijaksanaan, pengertian, dan kasih sayang, sehingga seseorang
tidak dibolehkan mengeluh dalam menghadapi berbagai persoalan mereka;
9Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,(Jakarta : Kencana, 2014), Cet Ke
V, h. 328 10
Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h. 328
20
bahkan Rasulullah saw sangat mengencam orang-orang yang merasa bosan
dan kecewa dengan tingkah laku anak-anak mereka. 11
b. Syarat-syarat sebagai Pemegang Hak Hadhanah
Seorang hadhanah atau hadhin yang menangi dan menyelenggarakan
kepentingan anak kecil yang diasuhnya, yaitu adanya kecukupan dan
kecakapan yang memerlukan syarat-syarat tertentu. Jika syarat-syarat itu
tidak terpenuhi satu saja maka gugurlah kebolehan menyelenggarakan
hadhanah.
Adapun syarat-syarat antara lain:
1. Baligh dan berakal sehat; hak hadhanah anak diberikan kepada orang
yang berakal sehat dan tidak mengganggu ingatannya, sebab hadhanah
itu merupakan pekerjaan yang penuh bertanggung jawab. Oleh karena
itu, seorang ibu yang mendapat gangguan jiwa atau gangguan ingatan
tidak layak melakukan tugas hadhanah. Imam Ahmad bin Hambali
menambahkan agar yang melakukan hadhanah tidak mengidap penyakit
menular.12
2. Dewasa; sebab anak kecil sekalipun tergolong mumayyiz, tetap
bergantung pada orang lain yang mengurus dan mengasuhnya, sehingga
tidak layak mengasuh orang lain.13
3. Mampu mendidik
4. Amanah dan berakhlak, sebab orang yang curang, tidak dapat dipercaya
menunaikan kewajibannya dengan baik. Bahkan dikhawatirkan bila
11
Fauzan M dan Andi Syamsu Alam, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, (Jakarta:
Kencana, 2008), Cet I h. 115-116 12
Zein M, Satria Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Jakarta:
Kencana, 2005), h. 172 13
Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah Jilid II, (Jakarta: Al-I’tishom,2008), h. 533
21
nanti si anak dapat meniru atau berkelakuan seperti kelakuan orang yang
curang ini.14
5. Beragama Islam. Disyaratkan oleh kalangan mazhab Syafi’iyah dan
Hanabilah. Karena itu, bagi seorang kafir tidak ada hak untuk mengasuh
anak yang muslim, karena akan ditakutkan akan membahayakan aqidah
anak tersebut. Selain itu, agama anak dikhawatirkan terpengaruh oleh
pengasuh, karena tentu akan berusaha keras mendekatkan anak tersebut
dan mendidiknya berdasarkan ajaran agamanya. Akibatnya, dikemudian
hari anak akan sulit melepaskan diri darinya. Inilah bahaya terbesar
mengancam anak.15
6. Merdeka.
7. Wanita yang mengasuh itu tidak bersuamikan dengan seorang laki-laki
yang bukan mahram dari anak yang diasuh, dikhawatirkan wanita
tersebut sibuk melayani keperluan suaminya sehingga tidak ada waktu
untuk mengasuh anak tersebut.16
Adapun syarat untuk anak yang diasuh (mahdhun) itu adalah :
1. Si anak masih dalam usia kanak-kanak dan belum dapat berdiri sendiri
dalam mengurus hidupnya sendiri.
2. Si anak berada dalam keadaan tidak sempurna akalnya. Oleh karena itu,
dapat berbuat sendiri, meskipun telah dewasa seperti orang yang cacat
mental. Orang yang telah dewasa dan sehat sempurna akalnya tidak
boleh dibawah pengasuh apapun.17
c. Upah hadhanah
14
Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah Jilid II, h. 531 15
Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah Jilid II, h. 533 16
Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah Jilid II, h. 241 17
Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah Jilid II, h. 242
22
Menurut islam biaya hidup anak merupakan tanggung jawab bapaknya,
baik selama perkawinan maupun berlangsungnya setelah perceraian. Apabila
setelah perceraian, anak yang masih kecil dan menyusui berada di bawah
pemeliharaan ibunya, sedangkan masa iddahnya telah habis, maka ibu
berhak mendapatkan upah atas pemeliharaan dan penyusuan tersebut. Hal ini
karena tidak lagi menerima nafkah dari bapak anak tersebut. Upah tersebut
wajib diberikan baik diminta ataupun tidak. Sebagaiman firman Allah swt;
Artinya :“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah
ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya
hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu
untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah
di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui
kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.”
(At-Thalaaq:6)
Adapun besar biaya yang ditanggung oleh bapak untuk naknya
disesuaikan dengan kemampuan si bapak, sesuai dengan firman Allah swt :
23
Artinya :“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya, dan orang yang disempitkan rezkinyahendaklah memberi
nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan
beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan
kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.
(QS.At-Thalak:7)
Akan tetapi jika bapak tidak mampu, karena ia orang susah, dan
berpenghasilan rendah serta anak itu tidak mempunyai harta, sedangkan si
ibu menolak untuk mengasuhnya kecuali dengan upah dan tiada seorang pun
diantara kamu kerabat yang mau mengasuhnya secara mutlak. Dan biaya
pemeliharaan atau rawatan itu tetap menjadi hutang suami yang tidak gugur,
kecuali dengan ditunaikan. Kewajiban tersebut dapat ditanggung oleh
kerabat ahli waris yang terdekat yang mampu. Tetapi apabila ada orang lain
yang dengan suka rela mendidik anak itu tanpa ongkos, maka hal tersebut
dapat diserahkan kepada pendidik suka rela tersebut.18
Sedangkan apabila bapak dengan sengaja menelantarkan anaknya
dengan tidak membiayai keperluan hidupnya padahal bapak mampu untuk
melakukannya, maka hal itu tidak dibenarkan dan merupakan perbuatan
dosa.
Dengan demikian masa pembiayaan anak akan berakhir yaitu bagi anak
laki-laki apabila ia dewasa, dapat bekerja dan berdiri sendiri. Sedangkan
bagi perempuan sampai ia kawin, ketika anak perempuan telah kawin maka
nafkahnya menjadi kewajiban suaminya.19
Ibu tidak berhak atas upah hadhanah, seperti upah menyusui, selama ia
masih menjadi istri dari ayah anak kecil itu, atau masih dalam iddah. Karena
18
Muchtar, Kamal, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,
1974), Cet I h. 135 19
Hamid, Zahri, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan di
Indonesia, (Yogyakarta: Bina Cipta,1978), Cet I h. 106
24
dalam keadaan tersebut ia masih mempunyai nafkah sebagai istri atau nafkah
masa iddah.Allah swt berfirman dalam surat Al-Baqarah 233 ;
Artinya :“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban
ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf.
seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan
jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat
apa yang kamu kerjakan.(Al-Baqarah :233)
Adapun sesudah habis masa iddahnya maka ia berhak atas upah itu
sepertihaknya kepada upah menyusui. Allah swt berfirman :
25
Artinya :“Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka
bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anakmu) untukmu, maka
berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawaralah diantara kamu
(segala sesuatu)dengan baik, dan jika kamu menemui kesulitan maka
perempuan lain boleh menyusukan (anak itu)untuknya.”(Qs. At-Thalak:6)
Perempuan selain ibunya boleh menerima upah hadhanah sejak ia
menangani hadhanahnya, seperti halnya perempuan penyusu yang bekerja
menyusui anak kecil dengan bayaran upah.
Upah pengasuhan adalah utang dan tidak gugur, kecuali dengan melunasi
atau membebaskannya. Yang wajib membayar upah pengasuhan menurut
syara’ adalah orang yang wajib memberi nafkah anak kecil itu. Karena
pengasuhan termasuk nafkah. Maka wajib dibayar oleh ayah atau wali anak
itu.20
Seorang ayah wajib membayar upah penyusuan dan hadhanah, juga wajib
membayar ongkos sewa rumah atau perlengkapan jika sekiranya si ibu tidak
memiliki rumah sendiri sebagai tempat mengasuh anak kecilnya. Ia juga
wajib membayar gaji pembantu rumah tangga atau menyediakan pembantu
tersebut jika si ibu membutuhkannya, dan ayah memiliki kemampuan untuk
itu. Hal ini bukan termasuk dalam bagian nafkah khusus bagi anak kecil,
seperti; makan, minum, tempat tidur, obat-obatan dan keperluan lain yang
20
Al-Jamal, Ibrahim Muhammad, Fiqih Muslimah; Ibadat Mu’amalat, (Jakarta: Pustaka
Amani, 1999), Cet III h. 346
26
pokok yang sangat dibutuhkannya. Tetapi gaji ini menjadi utang yang
ditanggung oleh ayah serta ibu bias lepas dari tanggungan ini kalau dilunasi
atau dibebankan.
Jika diantara kerabat anak kecil ada orang yang pandai mengasuhnya dan
melakukannya dengan sukarela, sedangkan ibunya sendiri tidak mau kecuali
dibayar, jika ayahnya mampu, dia boleh dipaksa untuk membayar upah
kepada ibunya tersebut dan ia tidak boleh menyerahkan kepada kerabatnya
perempuan yang mau mengasuhnya dengan sukarela, bahkan si anak kecil
harus tetap pada ibunya. Sebab asuhan ibunya lebih baik untuknya apabila
ayahnya mampu membayar untuk upah ibunya. Tetapi kalau ayahnya tidak
mampu, ia boleh menyerahkan anak kecil itu kepada kerabatnya yang
perempuan untuk mengasuhnya dengan sukarela, dengan syarat perempuan
ini dari kalangan kerabat sia anak kecil dan pandai mengasuhnya.
Hal ini berlaku apabila nafkah itu wajib ditanggung oleh ayah. Adapun
apabila anak kecil itu sendiri memiliki harta untuk membayar nafkahnya,
maka anak kecil inilah yang membayar kepada pengasuh sukarelanya.
Disamping untuk menjaga hartanya juga karena ada salah seorang
kerabatnya yang menjaga dan mengasuhnya. Tetapi jika ayahnya tidak
mampu, si anak kecil sendiri juga tidak memiliki harta, sedangkan ibunya
tidak mau mengasuhnya kecuali kalau dibayar, dan tidak seorang kerabat
pun yang mau mengasuhnya, sedangkan upah (bayarannya) menjadi hutang
yang wajib dibayar oleh ayah, dan bisa gugur kalau telah dibayar atau
dibebaskan.
B. Pengertian dan Kategori WanitaKarir (Wanita Pedagang)
27
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan jabatan atau pekerjaan
yang memberikan harapan untuk maju.21
Dari berbagai prestasi yang mereka capai nyata bahwa wanita-wanita ini
mempunyai tingkat energi yang tinggi dan pada umumnya menikmati kesehatan
yang baik.Ciri-ciri yang nampak paling konsisten pada wanita-wanita lain
iniialah ketetapan hati, dorongan yang kuat dan keuletan, kendatipun
menghadapi rintangan yang berat dan yang cukup lama.22
Ternyata hubungan-hubungan marital dari wanita amat kreatif beragam
sehingga sulit untuk menarik satu kesimpulan.Tetapi yang jelas ialah tidak
benar bahwa wanita yang mencapai keunggulan kreatif biasanya tidak stabil
dalam hubungan marital.Pada umumnya justru sebaliknya.Mereka sadar bahwa
hubungan yang bertahan dan harmonis merupakan jaminan yang paling bagi
ketenangan jiwa mereka butuhkan agar dapat berfokus pada kinerja kreatif
mereka.23
Sebenarnya karir wanita pun masih terbatas.Belum semua aspek kehidupan
dapat dijadikan lapangan kerja tempat wanita meniti karir.Secara lebih spesifik
didalam masyarakat kita masih ada anggapan bahwa kaum ibu bekerja di rumah
sementara pria di luar rumah. Semua urusan rumah tangga dikerjakan oleh
wanita, sementara pria sama sekali tidak terlibat dalam kehidupan rumah
tangga. Masyarakat mengharapkan peran wanita sebagai istri dan ibu yang
mengharuskan mereka mengurus rumah tangga.
Pandangan ini kemudian, menurut Brunetta (1989) ditentang oleh para
pembaru kaum wanita dengan gambaran baru pula seperti langsing, agresif,
21
Moeliono, Anton M, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1988), Cet ke
I, h. 391 22
Mudzar, Atho,dkk, Wanita Dalam Masyarakat Indonesia, (Yogyakarta: Sunan Kalijaga
PRESS,2001), h. 303 23
Mudzar, Atho, dkk, Wanita Dalam Masyarakat Indonesia, h. 306
28
gampang marah dan bermusuhan terhadap pria, acak-acakan, penuh cita-cita
dan bertindak selaku pelopor. Bahkan dikatakan untuk menghilangkan
anggapan tradisional kaum wanita harus berbadab kuat, tidak terlalu
menghiraukan hal-hal, tidak terlalu berkeras hati dalam menyelesaikan tugas,
berani bersaing, bersedia mengambil resiko, meningkatkan karir dan lebih
obyektif dalam hubungan dengan orang lain.
Di era modernisasi ini, lebih dari masa-masa sebelumnya, peluang untuk
berkembang bagi wanita lebih berkembang bagi wanita lebih terbuka.Tidak
sedikit kita dapat menunjuk contoh, wanita yang sukses dalam berbagai bidang
profesi, bahkan sebagai pucuk pimpinan.24
Pandangan optimis dalam melihat karir wanita di masa depan
mengandaikan bahwa berbeda dengan dunia-dunia industry yang didominasi
kaum pria maka era informasi kini masa depan adalah milik kaum wanita.
Selama ini wanita lebih banyak menekuni bidang kerja penyantunan dan
membantu orang lain, maka di masa depan ruang lingkupnya akan meluas
sebanding dengan kemajuan dunia informatika yang didukung oleh perangkat
keras dan lunak sesuai dengan kehalusan wanita. 25
a. Wanita Karir dalam Perspektif Hukum Islam
Di zaman sekarang ini sudah tampak bahwa perempuan telah berkiprah
di berbagai lapangan, baik sosial kemasyarakatan maupun
politik.Perempuan telah membuktikan bahwa mereka mampu mengemban
tugas dengan baik dan sukses dalam karirnya, namun masalahnya
kemudian adalah bagaimana pandangan Islam terhadap keterlibatan
24
Ray, Sitoresmi Prabuninggrat, Sosok Wanita Muslimah; Pandangan Seorang Aktris,
(Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1997), Cet ke II, h.27 25
Ray, Sitoresmi Prabuninggrat, Sosok Wanita Muslimah; Pandangan Seorang Aktris, h.59
29
perempuan diberbagai sektor di luar rumah, sedangkan perempuan
mempunyai tugas utama sebagai ibu rumah tangga.26
Sehubungan dengan hal tersebut, kalau kita mengkaji ajaran Islam,
maka kita menemukan bahwasanya Islam dengan segala konsepnya yang
universal selalu memberikan motivasi-motivasi terhadap laki-laki dan
perempuan untuk mengaktualisasi diri secara aktif, antara lain disebutkan
dalam Al-Quran;
Artinya :”Barang siapa yang mengajarkan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan
kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl:97)
Ayat diatas secara terang benderang memberikan leluasa kepada laki-
laki dan perempuan untuk aktif dalam berbagai kegiatan.Bukan hanya laki-
laki yang diberi keleluasaanuntuk berkarir, tetapi juga kaum perempuan
dituntut untuk aktif bekerja dalam semua lapangan pekerjaan yang sesuai
dengan kodratnya.Kaum perempuan merupakan bagian dari masyarakat
yang memiliki potensi yang cukup besar untuk ikut memajukan masyarakat
dalam memperoleh kehidupan yang sejahtera dan makmur.Oleh sebab itu,
dalam berbagai aspek kehidupan, partisipasi kaum perempuan sangat
diharapkan. Tidak turutnya perempuan dalam proses pembangunan suatu
negara akan mengakibatkan negara tersebut menjadi mundur karena
26
Yanggo, Huzaemah Tahido, Fikih Perempuan Kontemporer, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2010), h.65-66
30
sebagian dari potensi manusia di negara itu tidak berdaya guna dan berhasil
guna.
Syarat-syarat wanita karir meliputi;
1. Memiliki kesiapan mental
a. Wawasan yang memadai tentang bidang yang digelutinya beserta
kaitannya dengan aspek-aspek yang lain,
b. Keberanian memikul tanggung jawab dan tidak bergantung pada
orang lain,
c. Kebiasaan bekerja keras, tekun dan disiplin.
2. Kesiapan jasmani, seperti kesehatan jasmani, serta stamina yang
memadai untuk menekuni bidang pekerjaan tertentu.
3. Kesiapan sosial
a. Mampu mengembangkan keharmonisan antara karir dan
kegiatan rumah tangga,
b. Mampu menumbuhkan saling pengertian dengan keluarga dekat
dan tetangga,
c. Memiliki pergaulan yang luas tetapi dapat menjaga martabat diri
sehingga terhindar dari fitnah dan gosip,
d. Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang terkait.
4. Memiliki kemampuan untuk selalu meningkatkan prestasi kerja demi
kelangsungan karir di masa depan
5. Menggunakan peluang dan kesempatan dengan baik
6. Mempunyai pendamping yang mendukung dengan gagasan baru.27
Dalam islam, kaum perempuan mendapat kebebasan bekerja, selama
mereka memenuhi syarat, dan mempunyai hak untuk dalam bidang apa saja
27
Ray, Sitoresmi Prabuninggrat, Sosok Wanita Muslimah: Pandangan Seorang Aktris, h.56-
57
31
yang dihalalkan. Terbuktu di masa Nabi, kaum perempuan banyak terjun
dalam berbagai bidang usaha, seperti Khadijah binti Khuwailid (istri nabi)
yang dikenal sebagai komisaris perusahaan, Zainab binti Jahsy yang
berprofesi sebagai penyamak kulit binatang, Ummu Salim binti Malhan
yang menekuni bidang tata rias pengantin, istri Abdullah ibn Mas’ud dan
Qillat Ummi Bani Ammar dikenal sebagai wiraswastawan yang sukses, al-
Syifa’ yang berprofesi sebagai sekretaris dan pernah ditugasi oleh Khalifah
Umar ibn al-Khattab sebagai petugas yang menangani pasar kota Madinah,
dan lain-lain.28
Perempuan terjun dalam dunia karir dalam suatu dimensi cukup
menggembirakan, tetapi dimensi lain, akses yang timbul dari kemajuan
tersebut sangat memprihatinkan, kadang timbul akses yang cenderung
bersifat negative. Menurut ajaran islam, apapun peranan yang dipegang
oleh perempuan, utamanya sebagai ibu rumah tangga tidak boleh
dilupakan, agar kemungkinan-kemungkinan timbulnya akses negative
dapat terhindar. Jadi, perhatian serius dari perempuan untuk membina
keluarganya sangat di perlukan karena tugas tersebut merupakan terpenting
dari usaha pembinaan masyarakat secara luas.Tegak dan runtuhnya
masyarakat suatu negara sangat erat kaitannya dengan keadaan satuan-
satuan keluarga yang secara totalitas membentuk masyarakat suatu
Negara.Islam membolehkan perempuan bekerja diluar rumah selagi
perempuan bisa menempatkan dirinya sesuai dengan kodrat
keperempuannya.
Menurut islam bekerja yang tampaknya bernuansa duniawi dapat
bernilai ibadah apabila dilakukan dengan tujuan yang benar; yaitu mencari
28
Nasaruddin, Umar, Kodrat Perempuan Dalam Islam, (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan
Jender, 1999), h.32
32
ridha Allah swt dan mendapatkan keutamaan dari hasil kerjanya. Hal ini
dengan firman Allah swt, dalam (surat Al-Jum’ah:62;10);
Artinya : “Apabila telah ditunaikan shalat. Maka bertebarlah kamu
dimuka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.
Seorang wanita dapat dikatakan wajib terjun kedunia profesi (karir)
untuk menanggung biaya hidupnya beserta keluarganya karena
sipenanggung jawab sudah tiada/ tidak berdaya. Sementara dalam
kesempatan lain seorang wanita disunnahkan melakukan kegiatan profesi.
29
Setelah mencermati berbagai motif berkarir bagi wanita maka
penelusuran selanjutnya diarahkan pada pandangan islam terhadap karir
wanita. Sebagaimana termaktub dalam uraian-uraian terdahulu bahwa
wanita mempunyai hak , kewajiban yang sama denga pria, wanita juga
mempunyai peluang berkarir sebagaiman pria. Ayat Al-Quran yang
memberikan pemahaman esensial, bahwa Islam mendorong wanita maupun
pria untuk berkarir. Dalam surat An-nisa:32, Allah swt berfirman;
29
Muriah, Siti, Wanita Karir dalam Bingkai Islam, (Bandung: Angkasa,2004), h.190
33
Artinya :“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang di karuniakan
Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. Karena
bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan,
dan bagi para wanita pun ada bahagian dari apa yang mereka usahakan,
dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.(An-Nisa’:32)
Ayat Al-Quran tersebut cukup menjadi bukti bahwa ajaran Islam
menjujung tinggi hak-hak wanita. Islam memberikan motivasi yang kuat
agar para muslimah mampu berkarir disegala bidang sesuai dengan kodrat
dan martabatnya.Islam membebaskan wanita dari belenggu kebodohan,
ketertinggalan dan perbudakan. Dengan demikian islam memang agm
pembebasan dari perbudakan antar manusia maupun hawa nafsunya.
Konsep ini selaras dengan prinsip kebebasan yang dianut Barat.Hanya saja,
melalui Islam manusia dituntut hidup bebas yang sesuai dengan tuntunan
Tuhan.
b. Peran Wanita Karir Dalam Keluarga
Wanita karir memiliki peran rangkap, yaitu peran yang melekat pada
kodrat dirinya yang berkaitan dengan rumah tangga dan hakikat
keibuannya serta peran di dalam pekerjaannya di luar rumah.Dengan
demikian seorang wanita karir harus memenuhi berbagai persyaratn dan
tidak mungkin dimiliki oleh setiap wanita.30
Peran wanita karir dalam menjaga keharmonisan rumah tangga akan
terkait dengan berbagai masalah berikut ini.
1. Karir bagi wanita hanya terbatas pada upay aktualisasi diri. Artinya
karir jangan sampai mengorbankan martabat dan harga diri pribadi
maupun keluarga.Dngan demikian seyogyanya dapat membentengi
30
Ray, Sitoresmi Prabuninggrat, Sosok Wanita Muslimah: Pandangan Seorang Aktris, h. 56
34
diri dengan hati nuraninya sendiri agar tidak diombang-ambingkan
oleh keadaan.
2. Erat talinya dengan prisip peran pertama diatas, dalam rangka
mengejar karir, wanita juga hendaknya mampu menunjukan
kemampuan yang relative sebanding dengan pria-pria. Pada
dasarnya semua pekerjaan dapat dilakukan wanita. Keterbatasan
memang ada, tapi tidak sebesar seperti apa yang digembor-
gemborkan orang. Kendala fisik kini dapat diatasi dengan keahlian
atau dengan pemikiran.
3. Menunjukan cara kerja yag tertib, efisien dan baik.
4. Meningkatkan karir harus sebanding dengan upaya menjaga harga
diri.
5. Keharmonisan keluarga tidak hanya di lihat dari pihak wanita saja
tetapi juga banyak ditentukan oleh pengertian anggota keluarga
lainnya. Terhadap keberadaannya diluar rumah tangga.
Tugas wanita dalam mengharmoniskan rumah tangga jangan sampai
memenjarakan wanita dengan melarang mereka mengerjakan sesuatu di
luar rumah tangga.
Dengan meluasnya bidang yang bisa ditangani wanita tersebut
semestinya kehidupan trumah tangga dapat makin harmonis.Berbagai
penelitian menunjukkan pekerjaan dapat mengurangi kemungkinan stres
wanita.Dengan demikian keharmonisan rumah tangga juga terletak pada
ada tidaknya pekerjaan kaum wanita.31
31
Ray, Sitoresmi Prabuninggrat, Sosok Wanita Muslimah: Pandangan Seorang Aktris, h. 59-
60
35
1. Wanita sebagai Ibu
Islam menghormati wanita dengan penghormatan yang
sangat luhur, mengangkat martabatnya dari sumber keburukan
dan kehinaan serta dari penguburan hidup-hidup dan perlakuan
buruk kedudukan yang terhormat dan mulia, sebab wanita itu
selaku ibu, di bawah kakinya terletak surga, wanita selaku istri
yang harus diperlakukan dengan kelembutan dan kehalusan
wanita itu selaku anak perempuan, dua anak perempuan atau tiga
anak perempuan akan bersama Rasulullah saw di surga seperti
jari telunjuk dan jari tengah (berdampingan), demikian yang
diisyaratkan beliau menunjukkan kedekatan.32
Peranan seorang ibu mendapatkan tempatnya disini.Bila
sekolah-sekolah sekarang pada umumnya hanya menekan ilmu
sekuler, maka tugas melengkapi dengan ilmu agama,
menanamkan ruh agama bagi keluarga, adalah menjadi tugas
utama seorang ibu.Betapapun sibuknya seorang ibu dalam ikut
berkiprah pada berbagai profesi, namun tugas utama fitrah
muslimah harus bisa dilaksanakan dengan baik.33
Dengan kemungkinan perencanaan keluarga dan kesempatan
karir yang lebih terbuka bagi wanita, jumlah wanita yang
menggabungkan karir dan peranan sebagai ibu makin meningkat.
Bagaimana pun kombinasi dengan tugas keibuan mau tidak mau
menghadapkan wanita dengan berbagai masalah seperti;34
32
Albar, Muhammad, Wanita Karir Dalam Timbangan Islam Kodrat Kewanitaan Emansipasi
dan Pelecehan Seksual, (Jakarta: Pustaka Azzam,1998), h. 16 33
Ray, Sitoresmi Prabuninggrat, Sosok wanita muslimah, h. 114 34
Mudzar, Atho, Wanita dalam Masyarakat Indonesia, h. 308
36
a. Peningkatan tanggung jawab yang menyita waktu dan
menimbulkan sterss fisik dan emosional;
b. Rasa bersalah karena kurang dapat memberikan perhatikan
dan waktu pada anak atau pada pekerjaan;
c. Kesempatan karir yang terbatas karena sikap atasan yang
meragukan komitmen penuh dari wanita terhadap pekerjaan
atau karena komitmen terhadap keluarga.
Wanita karir sebagai ibu mempunyai beberapa pilihan; 35
a. Bekerja penuh waktu dengan pengasuhan anak penuh waktu
melalui perusahaan, badan swasta atau melalui keluarga,
atau dengan nuansa babysister;
b. Bekerja paruh waktu dengan pengasuhan anak paruh waktu;
c. Bekerja pada kala waktu tertentu digabung misalnya dengan
pengasuhan anak sesudah sekolah, atau perawatan anak
secara temporer;
d. Sebagian waktu bekerja dilakukan dirumah.
Sehubungan dengan kebutuhan perawatan orang tua lanjut
usia dari wanita karir, tanggung jawab ini juga terutama menjadi
porsi istri yang bekerja. Wanita karir yang telah membuktikan
keberhasilan dalam pekerjaannya, berada dalam kedudukan
cukup kuat untuk memperoleh persetujuan atasannya.36
2. Wanita sebagai istri
Peran lain wanita dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai
istri. Suami dan istri adalah sepasang makhluk manusia yang atas
35
Mudzar, Atho,dkk, Wanita dalam masyarakat Indonesia, h. 308 36
Mudzar, Atho,dkk, Wanita dalam Masyarakat Indonesia, h. 309
37
dasar cinta kasih mengingat diri dalam jalinan nikah.Keduanya
saling melengkapi dan saling membutuhkan.
Antara suami istri kedekatannya dan fungsinya adalah
bagaikan pakaiana yang melekat tubuh pemakainya, saling
menutupi kekurangan pasangannya dan saling melindungi.Islam
memandang perkawinan melalui jalinan pernikahan dalam
rangka menyejahterakan manusia (baik pria maupun wanita)
serta menjamin kelangsungan hidup manusia melalui reproduksi
dan regenerasi dalam sistem sehat.37
Tugas utama seorang perempuan adalah memberikan
kedamaian kepada seorang suami, dan setiap perempuan pasti
mampu untuk melakukan selamanya. Mereka akan
menghadiahkan seluruh waktunya untuk memberikan segala
sesuatu yang dibutuhkan oleh suami dan anak-anaknya dan
mempersiapkan berbagai keperluan yang dapat seorang suami
merasa rileks sepulang dari bekerja, sehingga ketika seorang
suami pulang, ia akan merasakan suasana rumah dalam keadaan
tenang, damai dan menyenangkan.38
37
Muriah, Siti, Wanita Karir dalam Bingkai Islam, h. 147 38
Syaikh, Muttawalli As-Sya’rawi, Fikih Perempuan (Muslimah), Busana dan Perhiasan,
Penghormatan atas Perempuan, sampai wanita karir, (Jakarta:Amzah,2005), cet ke II h. 120
38
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. 1. Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan
Kategori Wilayah Jakarta Timur terdiri 95 % daratan dan selebihnya rawa
atau persawahan dengan ketinggian rata-rata 50 m dari permukaan air laut
serta dilewati oleh beberapa sungai kanal antara lain: Cakung Drain, Kali
Ciliwung, Kali Malang, Kali Sunter, Kali Cipinang. Letak geografis berada
di antara 1060
49'
35''
Bujur Timur dan 060 10
' 37
'' Lintang Selatan. Posisi
yang melengkapi wilayah ini dengan batas-batas:
Sebelah Utara Jakarta Pusat dan Jakarta Utara
Sebelah Barat Jakarta Selatan
Sebelah Selatan Kab. Daerah Tk.II Bogor
SebelahTimur Kab. Daerah Tk.II Bekasi.
Kecamatan Pulogadung memiliki batas wilayah antara lain, sebelah utara
dengan kecamatan Kelapa Gading Jakarta Utara, Sebelah Timur dengan
kecamatan Cakung Jakarta Timur, Sebelah Barat dengan Kecamatan
Matraman Jakarta Timur, Sebelah Selatan dengan Kecamatan Duren Sawit,
Jatinegara Jakarta Timur.
Table 1
Profil Kecamatan Pulogadung
KELURAHAN LUAS(Km2) KK RT RW
Kayu Putih 4,37 13.075 181 17
Rawamangun 2,60 11.954 167 15
Pisangan Timur 1,80 12.665 166 14
39
Sumber: Pulogadung Dalam Angka 2010
Table 2
Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelurahan
KELURAHAN LUAS(Km2) LakiLaki Perempuan Total
KayuPutih 4,37 27.255 24.824 52.079
Rawamangun 2,60 29.306 28.028 57.334
PisanganTimur 1,80 25.483 20.449 45.932
JatinegaraKaum 1,23 12.791 10.411 23.202
Pulogadung 1,92 9.749 11.139 20.888
Cipinang 1,54 23.830 22.658 46.488
Jati 2,16 16.087 17.597 33.684
TOTAL 15,62 144.501 135.106 279.607
Sumber: Pulogadung Dalam Angka 2010
JatinegaraKaum 1,23 5.572 79 8
Pulogadung 1,92 8.128 111 10
Cipinang 1,54 11.342 183 18
Jati 2,16 7.769 137 11
TOTAL 15,62 70.505 1.024 93
40
2.Rata-rata penghasilan
Secara administratif wilayah Jakarta Timur dibagi menjadi 10 Kecamatan,
65 Kelurahan, 673 Rukun Warga dan 7.513 Rukun Tetangga serta dihuni
oleh Penduduk sebanyak 1.959.022 jiwa terdiri dari 1.044.847 jiwa laki-laki
dan 914.175 jiwa Perempuan sampai dengan akhir Maret 1997 atau sekitar
10 % dari jumlah penduduk DKI Jakarta dengan kepadatan mencapai
10.445 jiwa per Km2. Pertumbuhan penduduk 2,4 persen per Tahun dengan
pendapatan per Kapita sebesar Rp. 5.057.040,00.
Kotamadya Jakarta Timur mempunyai beberapa karakteristik khusus antara
lain;
Memiliki beberapa kawasan industri, antara lain Pulogadung;
Memiliki beberapa pasar jenis induk, antara lain Pasar Sayur-mayur
Kramat Jati, Pasar Induk Cipinang;
Memiliki Bandara Halim Perdana Kusuma;
Memiliki obyek wisata antara lain TMII dan Lubang Buaya.