Page 1
PENGARUH VARIABEL SOSIAL EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN
(Studi Pada Rumah Tangga Nelayan di Pesisir Pantai Kelurahan Mayangan, Kecamatan
Mayangan, Kota Probolinggo, Jawa Timur)
JURNAL ILMIAH
Disusun Oleh:
Waridlatur Rahmah
105020113111015
KONSENTRASI EKONOMI SUMBER DAYA
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN
2017
Page 2
1
LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan Judul:
PENGARUH VARIABEL SOSIAL EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN
(Studi Pada Rumah Tangga Nelayan di Pesisir Pantai Kelurahan Mayangan, Kecamatan
Mayangan, Kota Probolinggo, Jawa Timur)
Yang disusun oleh:
Nama : Waridlatur Rahmah
Nim : 105020113111015
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan
dewan penguji pada tanggal 06 Februari 2017.
Malang, 06 Februari 2017
Dosen Pembimbing
Dr. Sri Muljaningsih, SE.,MSP
NIP. 196104111986012001
Page 3
1
Pengaruh Variabel Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Nelayan (Studi Pada Rumah
Tangga Nelayan di Pesisir Pantai Kelurahan Mayangan, Kecamatan Mayangan, Kota
Probolinggo, Jawa Timur)
Waridlatur Rahmah
Dr. Sri Muljaningsih,SE.,MSP
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang
Email : [email protected]
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel sosial ekonomi terhadap
pendaptan nelayan kelurahan Mayangan Kota Probolinggo. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif deskriptif dengan model regresi linier berganda. Semua uji statistik yang
dilakukan pada penelitian ini menggunakan software spss 16. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dengan jumlah responden 43 nelayan. variabel dalam penelitian
ini adalah modal kerja, umur, tingkat pendidikan, pengalaman melaut, dan peralatan tangkap /
teknologi sebagai variabel independen dan pendapatan sebagai variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel modal kerja, umur, tingkat pendidikan,
pengalaman melaut dan peralatan tangkap/teknologi secara simultan berpengaruh terhadap
pendapatan nelayan di Kelurahan Mayangan Kota Probolinggo. Selanjutnya secara parsial
variabel-variabel yang signifikan mempengaruhi pendapatan nelayan Kelurahan Mayangan Kota
Probolinggo antara lain adalah umur, tingkat pendidikan dan pengalaman melaut. Sedangkan
variabel modal dan peralatan tangkap/teknologi secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan nelayan Kelurahan Mayangan.
Kata Kunci: Pendapatan, Nelayan, Sosial Ekonomi, Kelurahan Mayangan.
ABSTRACT
This study tries to identify the influence of social economic variables on the income of
fishermen of sub-district Mayangan in the city of Probolinggo. The study uses descriptive
quantitative approach with multiple linear regression model. All statistical tests in this research are
done using SPSS 16. The data used in this study are primary data obtained from 43 fishermen as
the respondents. The independent variables are working capital, age, level of education, fishing
experience, and fishing tools/technology, while the dependent variable is income.
The results show that working capital, age, level of education, fishing experience, and
fishing tools/technology simultaneously affect the income of fishermen of Mayangan in the city of
Probolinggo. Partially, variables significant in influencing the income of fishermen in the sub-
district of Mayangan in the city of Probolinggo are age, level of education, and fishing experience.
Capital and fishing tools/technology partially do not give significant influence on the income of
fishermen in the sub-district of Mayangan.
Keywords: income, fishermen, social economy, sub-district of Mayangan
A. LATAR BELAKANG
Sumber daya perikanan sebenarnya secara potensial dapat di manfaatkan untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan, namun kenyataanya masih cukup banyak
nelayan yang berada pada kondisi ekonomi yang kurang baik bahkan kondisi ekonomi mereka
berada di bawah garis kemiskinan karena tidak dapat meningkatkan hasil tangkapannya, sehingga
menyebab pendapatan mereka rendah Sujarno (2008).
Kemiskinan yang di dera oleh masyarakat nelayan bersumber dari faktor-faktor sebagai
berikut: Pertama: faktor alamiah, yakni yang berkaitan dengan fluktuasi musim-musim
penangkapan dan struktur alamiah sumber daya ekonomi. Kedua: faktor non alamiah, yakni
Page 4
2
berhubungan dengan keterbatasan daya jangkau teknologi penangkapan, ketimpangan dalam
sistem bagi hasil dan tidak adanya jaminan sosial tenaga kerja yang pasti, lemahnya penguasaan
jaringan pemasaran dan belum berfungsinya lembaga koperasi nelayan yang ada serta dampak
negatif kebijakan modernisasi perikanan yang telah berlangsung sejak seperempat abat terakhir
Kusnadi (2003). Selain itu, beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan menurut
Sujarno (2008) meliputi faktor sosial ekonomi yang terdiri dari tingkat Modal, pendidikan, umur,
peralatan tangkap dan pengalaman melaut.
Muldiyarto (2007), pemandangan yang sering di jumpai di perkampungan nelayan adalah
lingkungan hidup yang kumuh serta rumah-rumah yang sangat sederhana. Walaupun ada rumah
yang menunjukkan tanda-tanda kemakmuran, rumah tersebut umumnya dimiliki oleh pemilik
kapal, pemodal, atau rentenir yang jumlahnya tidak signifikan dan kontribusinya kepada
kesejahteraan komunitas sangat tergantung kepada individu yang bersangkutan.
Rumah tangga nelayan memiliki persoalan yang lebih komplek dibandingkan dengan
rumah tangga pertanian. Rumah tangga nelayan memiliki ciri-ciri khusus seperti penggunaan
wilayah pesisir dan lautan (common property) sebagai faktor produksinya. Pekerjaan nelayan
hanya bisa di lakukan oleh lelaki saja karena menjadi nelayan penuh dengan resiko sehingga tidak
memungkinkan bagi seorang wanita dapat melakukannya (Purwanti, 2010).
Rumah tangga nelayan memilki pendapatan yang penuh dengan ketidakpastian. Menurut
Kusnadi (2002) dalam krisnawati (2004) persoalan yang mendasar adalah bagaimana cara
mengelola sumber daya ekonomi yang di miliki secara efektif dan efisien agar mereka dapar
melangsungkan hidup.
Kelurahan Mayangan merupakan salah satu Kelurahan di Kota Probolinggo yang
memiliki daerah tepi pantai dan di huni oleh masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan baik itu
nelayan budidaya maupun nelayan tangkap. Meskipun ada masyarakat yang berprofesi lain namun
yang mendominasi di Kelurahan Mayangan adalah penduduk yang berprofesi sebagai nelayan,
ironisnya penghasilan yang di peroleh belum mampu untuk memenuhi semua kebutuhan konsumsi
karena pendapatan yang di peroleh dari hasil melaut sangat terbatas (Hendra, 2013).
Kehidupan di Kelurahan Mayangan bisa di identikkan dengan kehidupan masyarakat
golongan ekonomi menengah ke bawah, bahkan sebagian besar berada di bawah garis kemiskinan.
Hal ini di tunjukkan oleh banyaknya masyarakat pesisir khususnya nelayan yang belum mampu
memenuhi kebutuhan harian, baik itu kebutuhan sandang, pangan, maupun papan, sehingga sering
didapatkan masyarakat nelayan yang kekurangan gizi, pendidikan rendah, dan masalah kesehatan
yang berdampak kepada produktivitas nelayan yang rendah, pendapatan rendah sehingga tingkat
kesejahteraan menjadi rendah (Tuwo, 2011).
Rendahnya produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
rendahnya pendapatan nelayan khususnya nelayan yang ada di daerah pesisir pantai Kelurahan
Mayangan. Jika nelayan tidak bekerja maka nelayan tersebut tidak akan mendapatkan penghasilan
untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari (Todaro,2002).
Kurangnya modal usaha juga merupakan hal yang mempengaruhi rendahnya pendapatan
nelayan. dengan tidak tersedianya modal yang memadai maka nelayan tidak akan mampu
meningkatkan produksi karena nelayan tidak bisa membeli perahu, alat tangkap, dan peralatan
yang lainnya, serta biaya operasional juga tidak akan terpenuhi dan akan menjadikan produktifitas
nelayan menurun (Jhingan, 1983).
Kurangnya pengetahuan tentang teknologi modern juga merupakan salah satu hal yang
menghambat peningkatan pendapatan nelayan. Dengan terbatasnya waktu dan tenaga yang di
miliki oleh para nelayan maka di butuhkan teknologi untuk membantu meningkatkan produksi
karena dengan adanya teknologi maka proses produksi menjadi lebih efektif dan efisien sehingga
output yang di peroleh lebih berkualitas (Satria,2002).
Berdasarkan uraian yang telah di paparkan pada latar belakang masalah di atas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Pengaruh Variabel Sosial Ekonomi
(Modal Kerja, Umur, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Melaut dan Peralatan Tangkap/Teknologi)
Terhadap Pendapatan Nelayan Di Kelurahan Mayangan, Kecamatan Mayangan, Kota
Probolinggo?
B. KAJIAN PUSTAKA
Teori Produksi Produksi merupakan hasil akhir dan proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan
beberapa masukan atau input. Menurut Putong (2002) produksi atau memproduksi menambah
Page 5
3
kegunanan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan
manfaat atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan
dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang
minimum (Joesros dan Fathorrozi, 2003).
Teori Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil yang didapat dari kegiatan usaha seseorang sebagai imbalan
atas kegiatan yang di lakukan. Untuk menghitung pendapatan dapat di gunakan rumus sebagai
berikut:
Biaya yang di maksud adalah pengorbanan sumber ekonomi yang di ukur dalam satuan
yang di keluarkan saat proses produksi berlangsung, demi untuk menghasilkan suatu produk
tertentu (Mulyadi, 1990) dalam Permanasari (2010). Biaya ini merupakan pengorbanan yang
secara ekonomis tidak dapat di hindari dalam proses produksi.
Perikanan Tangkap Indonesia
Perikanan tangkap merupakan salah satu potensi wiraswata yang dapat dilakukan oleh
semua masyarakat indonesia khususnya, yang berdomisili di pesisir pantai. Luasnya laut indonesia
dan panjangnya garis pantai indonesia menjadi alasan utama besarnya potensi perikanan tangkap
di indonesia. Potensi sumbr daya ikan (SDI) laut indonesia sekitar 6,4 juta ton per-tahun atau 7
persen dari total potensi lestari sumber daya ikan laut dunia. Melihat potensi yang di miliki laut
indonesia bukan tidak mungkin masyarakat indonesia tidak dapat tersejahterahkan dari hasil laut
khususnya sumber daya ikan. Tingkat pemanfaatan ikan baru mencapai 4,4 juta ton per-tahun, oleh
karena itu masih banyak peluang untuk mengembangkan usaha perikanan tangkap di daerah-
daerah yang sumber daya ikannya masih belum optimal pemanfaatannya Apridar (2010).
Rumah Tangga Nelayan
Rumah tangga nelayan menghadapi persoalan yang komplek dalam hubungannya dengan
produksi, konsumsi, dan alokasi tenaga kerja. Hal ini menyebabkan analisis yang hanya melihat
dari satu sisi untuk melihat tingkah laku ekonomi mereka yang sangat lemah. Rumah tangga
nelayan sangat tergantung kepada hasil perolehan ikan dari melaut, pendapatan rumah tangga
mereka tidak selalu mencukupi kebetuhan hidupnya, karena adanya kendala khusus terutama dari
lingkungan fisik (gangguan alam) dan lingkungan sosial budaya, seperti kerusakan perahu dan
peralatan tangkap ikan, tiadanya umpan dan gangguan kesehatan nelayan itu sendiri yang
mengakibatkan nelayan tidak dapat selalu melaut (Aryani, 1994).
Variabel Sosial Ekonomi Menurut Sujarno (2008) variabel sosial ekonomi adalah usia, pendidikan, pengalaman,
peralatan, keikutsertaan dalam organisasi nelayan, dan musim. Usia mempengaruhi pendapatan
nelayan karena seseorang yang telah berumur 15 tahun ke atas yang dapat disebut nelayan.
Pendidikan yang ditempuh nelayan juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan
nelayan. Pengalaman menentukan keterampilan nelayan dalam melaut, semakin terampil nelayan
maka hasil tangkapan cenderung semakin baik. Faktor kepemilikan peralatan yang digunakan
nelayan apakah nelayan memiliki peralatan sendiri atau tidak. Apabila nelayan tidak memiliki
peralatan sendiri dan hanya menerima gaji, maka dikatakan buruh nelayan. Keberadaan organisasi
dan keikutsertaan nelayan dalam organisasi diharapkan dapat memberi dampak positif bagi
pendapatan nelayan.
Variabel Modal Kerja
Modal adalah salah satu faktor produksi yang menyumbang pada hasil produksi, hasil
produksi dapat meningkat karena di gunakannya alat-alat mesin produksi yang efisien, ketika hasil
produksi meningkat maka pendapatan juga akan meningkat (Todaro,1998).
Variabel Umur
Pada saat seseorang berusia lanjut terdapat satu alasan untuk tetap meneruskan
pekerjaannya atau tidak, karena setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda. Hal ini dapat
𝜋 = TR − TC
Page 6
4
terjadi di karenakan pekerja yang lebih muda cenderung rendah pengalaman kerjanya jika di
bandingkan dengan pekerja yang lebih tua, lebih stabil, lebih matang dan mempunyai pandangan
yang lebih seimbang terhadap kehidupan sehingga tidak mudah mengalami tekanan mental atau
ketidakberdayaan dalam pekerjaan Miller (2000).
Gambar 1. Pola Pendapatan Riil
Pendapatan
tahunan
(riil)
18 25 35 45 50 55 60 65 Usia
Sumber: Miller dan Melners (2000).
Gambar yang di peroleh dari (Miller dan Melners, 2000) pada gambar 1 tersebut merupakan profil
usia dan pendapatan sampai batas tertentu, pendapatan meningkat seiring dengan bertambahnya
usia dan masa kerja seseorang. Lewat dari batas itu, pertambahan usia di iringi dengan penurunan
pendapatan. Batas atas titik puncak di perkirakan ada pada usia 45 sampai 55 tahun.
Variabel Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pebelajaran agar peserta didik secara mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, akhlaq mulia, serta keterampilan yang di
perlukan dirinya dan masyarakat.
Variabel Pengalaman Melaut
Rofi (2012), pengalaman kerja di definisikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang
pernah di alami oleh seseorang ketika mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengalaman kerja merupakan modal utama seseorang untuk terjun dalam bidang tertentu.
Pengalaman melaut nelayan juga menentukan pendapatan nelayan, dengan pengalaman melaut
maka nelayan akan dengan mudah mengetahui di mana letak rumpun atau tempat ikan berkumpul
sehingga para nelayan yang berpengalaman dengan mudah menangkap ikan, sehingga pendapatan
nelayan meningkat dan akan mendapatkan tingkat pendapatan yang lebih tinggi.
Variabel Peralatan Tangkap/Teknologi
Satria (2002), nelayan di kategorikan sebagai seseorang yang pekerjaannya menangkap
ikan dengan menggunakan alat tangkap yang sederhana, mulai dari pancing, jala, jaring, pukat,
dan lain sebagainya. Namun dalam perkembangannya di kategorikan sebagai seorang yang
berprofesi sebagai nelayan menangkap ikan dengan alat yang lebih modern yaitu kapal ikan
dengan alat tangkap modern. semakin canggih alat tangkap yang di gunakan nelayan maka akan
semakin meningkatkan produktifitas dan akan lebih meningkatkan produksi, yang di dalamnya
tersirat kesimpulan bahwa nelayan akan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi.
Page 7
5
C. METODE PENELITIAN
Populasi Penelitian dan Metode Pengumpulan Data
Bungin (2011), Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk
menjelaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat
yang menjadi obyek penelitian itu di dasarkan kepada apa yang terjadi .
Populasi adalah keseluruhan anggota dari suatu objek yang menjadi penelitian. Objek
merupakan suatu benda, apakah benda itu hidup atau mati. Sedangkan sampel adalah sebagian
anggota dari suatu populasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sampel adalah bagian dari
populasi (Kountur, 2006). Dalam penelitian ini besarnya populasi diperkirakan sebanyak 425
orang nelayan yang berada di Kelurahan Mayangan Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo,
yang terdiri dari 6 (RW) dan 34 (RT).
Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik insidental sampling.
Menurut Bungin (2011), Incidental Sampling adalah teknik sampling yang akan menghasilkan
sampel yang respresentif, hal yang disebabkan oleh sifat “kebetulan” dalam menentukan sampel.
Dalam menentukan jumlah sampel yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu Gay (dalam Sevilla,
2006) menawarkan ukuran sampel yang minimum, untuk penelitian deskriptif maka jumlah
sampel yang di butuhkan yaitu 10 persen dari populasi. Jumlah populasi nelayan yang ada di
Kelurahan Mayangan Kota Probolinggo di perkirakan berjumlah 425 orang nelayan. Sehingga
jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sejumlah 42,5 di bulatkan menjadi 43 Nelayan
atau 10% dari jumlah populasi penelitian.
Terdapat tiga teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini. Teknik
pengumpulan data tersebut antara lain:
1. Wawancara
Bungin (2005) mengatakan bahwa wawancara atau interview adalah sebuah proses untuk
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan responden atau orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman wawancara.
2. Observasi (Pengamatan)
Jenis observasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah observasi secara langsung.
Menurut Bungin (2005) observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti
telinga, hidung, mulut dan kulit. Dalam observasi ini peneliti akan melihat langsung ke lapangan
untuk memperoleh data yang akurat.
3. Dokumentasi
Bungin (2011) mengatakan bahwa metode dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data yang di gunakan dalam metodologi penelitian sosial. Metode dokumentasi di
gunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia atau teah di sediakan oleh pihak lain.
Metode Analisis
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis regresi berganda. Analisis
regresi di lakukan untuk menentukan peningkatan Pendapatan Nelayan (Y) yang di sebabkan oleh
variabel bebas yaitu Variabel Sosial Ekonomi (X).
Y= C + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e
Page 8
6
Keterangan:
Y = Pendapatan Nelayan Kelurahan Mayangan
C = Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5 = Koefisien Regresi
X1 = Modal Kerja (Rupiah)
X2 = Umur (Tahun)
X3 = Tingkat Pendidikan (Tahun)
X4 = Pengalaman melaut (Tahun)
X5 = Peralatan Tangkap/Teknologi (Rupiah)
e = Error (Variabel bebas lain diluar model regresi)
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Pendapatan
Tingkat pendapatan yang diperoleh oleh nelayan kelurahan Mayangan dalam sekali
melaut sangat bervariasi, perbedaan pendapatan diantara nelayan sangat dipengaruhi oleh
produktifitas nelayan itu sendiri. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor atau variabel bebas
dalam model penelitian. Berikut data pendapatan nelayan Kelurahan Mayangan yang di peroleh
dari hasil observasi.
Tabel 1 . Pendapatan Nelayan Dalam Satu Kali Melaut
Pendapatan Jumlah Responden Persentase %
Rp 0-35.000 0 0%
Rp 36.000-45.000 1 2%
Rp 46.000-55.000 16 37%
Rp 56.000-65.000 17 40%
Rp 66.000-75.000 9 21%
Jumlah 43 100%
Sumber: Data Primer Diolah 2016
Berdasarkan tabel 1 di ketahui bahwa pendapatan nelayan dalam satu kali melaut dapat
bervariasi. Pendapatan nelayan sebesar Rp 0 sampai Rp 35.000 terdapat 0 nelayan atau 0% dari
responden. pada jumlah pendapatan sebesar Rp 36.000 sampai Rp 45.000 terdapat 1 nelayan atau
dengan persentase sebesar 2% dari jumlah responden. Pada jumlah pendapatan sebesar Rp 46.000
sampai Rp 55.000 terdapat 16 nelayan atau dengan jumlah persentase sebesar 37% dari jumlah
responden. Pada jumlah pendapatan sebesar Rp 56.000 sampai Rp 65.000 terdapat 17 nelayan atau
dengan persentase sebesar 40% dari jumlah responden. Sedangkan pada jumlah pendapatan
sebesar Rp 66.000 sampai Rp 75.000 terdapat 9 nelayan atau dengan persentase sebesar 21% dari
jumlah responden.
Page 9
7
Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Modal
Modal mempunyai peran penting dalam kegiatan nelayan untuk bisa melaut. Setiap
nelayan mempunyai modal yang berbeda-beda tergantung kebutuhan setiap nelayan dalam
menjalankan pekerjaannya.
Tabel 2 . Modal Nelayan Kelurahan Mayangan Dalam Sekali Melaut
Modal Jumlah Persentase %
Rp 10.000 – Rp 20.000 0 0%
Rp 21.000 – Rp 30.000 13 30%
Rp 31.000 – Rp 40.000 29 68%
Rp 41.000 – Rp 50.000 1 2%
Jumlah 43 100%
Sumber: Data Primer Diolah 2016
Dari penyajian data pada tabel 2 diatas responden mengeluarkan modal sebesar Rp
10.000 sampai Rp 20.000 terdapat 0 nelayan atau dengan persentase sebesar 0%, sedangkan modal
dengan jumlah Rp 21.000 sampai Rp 30.000 terdapat 13 nelayan atau dengan persentase sebesar
30%, dan modal dengan jumlah Rp 31.000 sampai Rp 40.000 terdapat 29 nelayan atau dengan
persentase sebesar 68%, dan modal dengan jumlah Rp 41.000 sampai Rp 50.000 terdapat 1
nelayan atau dengan persentase sebesar 2% dari jumlah responden.
Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Umur
Pada saat seseorang berusia lanjut terdapat suatu alasan untuk terus melanjutkan
pekerjaannya atau tidak. Umur nelayan dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan, hal
tersebut di dukung dengan kurangnya pengalaman melaut nelayan muda sehingga berkurangnya
hasil tangkapan sehingga pendapatannya rendah.
Tabel 3 . Umur Nelayan Kelurahan Mayangan
Umur/Tahun Jumlah Persentase %
20 – 30 9 21%
31 – 40 14 33%
41 – 50 10 23%
51 – 60 10 23%
61 – 70 0 0%
Jumlah 43 100%
Sumber: Data Primer Diolah 2016
Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukkan kelompok umur nelayan di Kelurahan
Mayangan Kota Probolinggo. Pada kelompok umur 20 – 30 tahun terdapat 9 responden atau
dengan persentase sebesar 21%, sedangkan di kelompok umur 31 – 40 tahun terdapat 14
responden dengan persentase sebesar 33%. Pada kelompok umur 41 – 50 tahun terdapat 10
responden dengan persentase sebesar 23% dan di kolompok umur 51 – 60 tahun terdapat 10
Page 10
8
responden dengan persentase sebesar 23%. Sedangkan di kelompok umur 61 – 70 tahun terdapat 0
responden dengan persentase sebesar 0%.
Karakter Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
keterampilan kerja yang mempunyai dampak terhadap kemampuan dalam melakuakn sebuah
pekerjaan.
Tabel 4 . Tingkat Pendidikan Nelayan Kelurahan Mayangan
Tingkat
Pendidikan/Tahun
Jumlah Persentase %
1-5 12 28%
6 18 42%
7-8 6 14%
9 7 16%
10-12 0 0%
Jumlah 43 100%
Sumber: Data Primer Diolah 2016
Dari tabel 4 di atas menunjukkan tingkat pendidikan nelayan di Kelurahan Mayangan.
Nelayan yang menempuh pendidikan dari kelas 1 - kelas 5 sekolah dasar atau tidak lulus sebanyak
12 nelayan dengan persentase sebesar 28%, dan nelayan yang menempuh pendidikan sampai lulus
sekolah dasar atau 6 tahun sebanyak 18 nelayan dengan pesentase sebesar 42%dari jumlah
responden sedangkan nelayan yang pernah menempuh pendidikan sampai kelas 7 – 8 Sekolah
Menengah Pertama (SMP) sebanyak 6 nelayan dengan persentase sebanyak 14% dari responden
dan nelayan yang berhasil menyelesaikan pendidikan 9 tahun hanya sebanyak 7 nelayan dengan
persentase 16% dari responden. Sedangkan yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu di
kelas 10 – 12 atau di bangku Sekolah Menengah Atas adalah 0 nelayan atau dengan persentase
0%.
Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Pengalaman melaut nelayan juga menentukan pendapatan nelayan, dengan pengalaman
melaut maka nelayan akan dengan mudah mengetahui di mana letak rumpun atau tempat ikan
berkumpul sehingga para nelayan yang berpengalaman dengan mudah menangkap ikan, sehingga
pendapatan nelayan meningkat dan akan mendapatkan tingkat pendapatan yang lebih tinggi.
Page 11
9
Tabel 5 : Pengalaman Melaut/Kerja Nelayan Kelurahan Mayangan
Pengalaman
Melaut/Tahun
Jumlah Persentase %
1 – 10 13 30%
11 – 20 15 35%
21 – 30 13 30%
31 - 40 2 5%
Jumlah 43 100%
Sumber: Data Primer Diolah 2016
Dari keterangan tabel 5 diketahui bahwa terdapat 13 responden yang memiliki
pengalaman kerja selama 1-10 tahun dengan persentase sebesar 30% dari responden, sedangkan
sebanyak 15 responden memilikipengalaman kerja 11-20 tahun ddengan persentase 35%, dan
terdapat 13 responden dengan pengalaman kerja selama 21-30 tahun dengan persentase sebanyak
30%, selanjutnya terdapat 2 responden yang memiliki pengalaman kerja selama 31-40 tahun
dengan persentase sebanyak 5% dari responden.
Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Peralatan Tangkap/Teknologi
Peralatan tangkap nelayan adalah alat yang di gunakan nelayan untuk mencari ikan dilaut
diantaranya adalah sampan/perahu, jaring kecil, jala, pukat maupun pancing. Semakin
berkembangnya teknologi peralatan yang digunakan nelayan semakin canggih pula.
Tabel 6 : Peralatan Tangkap/Teknologi Nelayan Kelurahan Mayangan
Berdasarkan Jenis Harga
Harga Peralatan
Tangkap/Teknologi
Jumlah Persentase
Rp 5.000.000-10.000.000 1 2%
Rp 10.500.000-12.000.000 17 40%
Rp 12.500.000-14.000.000 21 49%
Rp 14.500.000-17.000.000 4 9%
Jumlah 43 100%
Sumber: Data Primer Diolah 2016
Dari keterangan tabel 6 diatas diketahui bahwa terdapat 1 responden yang menggunakan
peralatan tangkap/teknologi dengan harga Rp 5.000.000-10.000.000 dengan persentase sebesar
2%, sedangkan yang menggunakan peralatan tangkap/teknologi dengan harga Rp 10.500.000-
12.000.000 terdapat 17 responden dengan persentase sebesar 40%, dan terdapat 21 responden yang
menggunakan peralatan tangkap/teknologi dengan harga Rp 12.500.000-14.000.000 dengan
persentase sebesar 49%, sedangkan terdapat 4 responden yang menggunakan peralatan
tangklap/teknologi dengan harga 14.500.000-17.000.000 dengan persentase 9%. Oleh karena itu
dapat di simpulkan bahwa peralatan tangkap/teknologi dengan harga Rp 12.500.000-14.000.000
juta rupiah merupakan peralatan tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan di Kelurahan
Page 12
10
Mayangan, sedangkan peralatan tangkap dengan harga Rp 5.000.000-10.000.000 juta rupiah
adalah peralatan tangkap/teknologi yang paling sedikit yang di miliki oleh responden.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu
(residual) berdistribusi normal atau tidak. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak dapat dilihat mellui uji Kolmogorov-Smirnov. Residual dinyatakan normal apabila nilai
signifikansi uji lebih besar dari alpha yang digunakan. Hasil pengujian disajikan pada tabel 4.4
berikut ini:
Tabel 7 : Hasil Uji Normalitas One-SampleKolmogorov-Smirnov Test
Model Kolmogorov-Smirnov Z
Pendapatan 1.137
Modal 0,973
Umur 0,651
Tingkat Pendidikan 1,384
Pengalaman Melaut 0,886
Peralatan
Tangkap/Teknologi
0,703
Sumber: Data Primer Diolah,2016
Pengujian asumsi normalitas yang di tunjukkan pada tabel 7 yang menggunakan uji
kolmogorov-smirnov, asumsi ini terpenuhi jika nilai signifikansi kolmogorov-smirnov residual
model lebih besar dari α=5%. Dari hasil pengujian kolmogorov-smirnov diatas adalah:
1. X1=0,973, nilai kolmogorov-smirnov > α=5% (0,973>0,05) maka dapat di katakan
bahwa asumsi normalitas dari X1 terpenuhi.
2. X2=0,651, nilai kolmogorov-smirnov > α=5% (0,651>0,05) maka dapat di katakan
bahwa asumsi normalitas dari X2 terpenuhi.
3. X3=1.384 nilai kolmogorov-smirnov > α=5% (1,384>0,05) maka dapat di katakan bahwa
asumsi normalitas dari X3 terpenuhi.
4. X4=0,886 nilai kolmogorov-smirnov > α=5% (0,886>0,05) maka dapat di katakan bahwa
asumsi normalitas dari X4 terpenuhi.
5. X5=0,703 nilai kolmogorov-smirnov > α=5% (0,703>0,05) maka dapat di katakan bahwa
asumsi normalitas dari X5 terpenuhi.
4.4.1.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel
bebas. Harapan dari asumsi ini adalah antar variabel bebas tidak saling berhubungan. Uji
multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika nilai VIF < 10 maka model
dinyatakan tidak terdapat multikolinieritas, jika nilai VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas. Jika
di lihat dari nilai tolerance maka nilai tolerance > 0,10 maka tidak terjadi multikolinieritas dan jika
nilai tolerance < 0,10 maka terjadi multikolinieritas. Hasil pengujian asumsi multikolinieritas
dapat diketahui melalui tabel berikut.
Page 13
11
Tabel 8 : Hasil Uji Multikolinieritas Variance Inflation Factor (VIF)
Variabel Independen
Collinearitas Statistics
Tolerance VIF
Modal kerja (X1) 0.896 1.117
Umur (X2) 0.118 8.475
Tingkat Pendidikan (X3) 0.538 1.858
Pengalaman Melaut (X4) 0.129 7.778
Peralatan
Tangkap/Teknologi (X5)
0.882 1.133
Sumber: Data Primer diolah, 2016
Berdasarkan hasil pengujian asumsi multikolinieritas pada tabel 8 bahwa nilai tolerance
dari modal kerja (X1) mempunyai nilai tolerance sebesar 0,896 maka nilai tolerance dari modal >
0,10 dan nilai VIF sebesar 1,117 < 10,00. Dapat disimpulkan bahwa modal (X1) tidak terjadi
multikolinieritas. Variabel umur mempunyai nilai tolerance sebesar 0,118 > 0,10 dan nilai VIF
sebesar 8,475 < 10,00, jadi variabel umur tidak terjadi multikolinieritas. Variabel tingkat
pendidikan mempunyai nilai tolerance sebesar 0,538 > 0,10 dan nilai VIF sebesar 1,858 < 10,00
maka variabel tingkat pendidikan tidak terjadi multikolinieritas. Variabel pengalaman melaut
mempunyai nilai tolerance sebesar 0,129 > 0,10 dan nilai VIF sebesar 7,778 < 10,00 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel pengalaman melaut tidak terjadi multikolinieritas. Sedangkan variabel
peralatan tangkap/teknologi mempunyai nilai toleran sebesar 0,882 > 0,10 dan nilai VIF sebesar
1,133 < 10,00 maka variabel peralatan tangkap/teknologi tidak terjadi multikolinieritas. Dari
semua variabel mempunyai nilai VIF (Variance Inflation Factor) yang lebih kecil dari 10,00 dan
nilai Toleran lebih besar dari 0,10 sehingga model regresi yang terbentuk tidak terdapat
multikolinieritas.
4.4.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. jika variance dari
residual satu ke pengamatan yang lain sama maka disebut homokedastisitas, jika berbeda maka
disebut heteroskedastisitas. Pengujian asumsi heteroskedastisitas dapat dilihat melalui Glejser test.
Kriteria pengujian mengatakan jika semua nilai signifikansi (probabilitas) > α=5% (0,05) maka
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Page 14
12
Tabel 9 : Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel T Sig.
Modal (X1) -0.431 0.669
Umur (X2) -0.415 0.681
Pendidikan (X3) 0.137 0.892
Pengalaman Kerja (X4) 0.302 0.764
Peralatan Tangkap/Teknologi
(X5)
-0.026 0.980
Sumber: Data Primer diolah,2016
Hasil uji heteroskedastisitas menggunakan Glesjer test pada tabel 9 dapat diketahui
bahwa semua variabel bebas yaitu modal (X1), umur (X2), tingkat pendidikan (X3), pengalaman
melaut (X4), dan peralatan tangkap (X5) menghasilkan signifikansi (probabiliti) lebih besar dari
α=5% (0,05), sehingga residual dinyatakan memiliki ragam yang homogen atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Dengan demikian asumsi heteroskedastisitas terpenuhi.
Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah
α=5% (0,05). Pengambilan keputusan dalam uji F adalah: jika nilai Fhitung > Ftabel maka variabel
bebas (X) berpengaruh terhadap variabel terikat (Y). Sebaliknya jika nilai Fhitung < Ftabel maka
variabel bebas (X) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (Y). Sedangkan berdasarkan nilai
signifikansi dari hasil output adalah: Jika nilai sig < 0,05 maka variabel bebas (X) berpengaruh
terhadap variabel terikat (Y). Sebaliknya jika nilai sig > 0,05 maka variabel bebas (X) tidak
berpengaruh terhadap variabel terikat (Y). Hasil dari uji F dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 10 : Hasil Estimasi Uji F (Anova)
Model F Sig
Regression 5,256 0,001
Sumber: Data Primer Diolah,2016
Dari tabel 10 diketahui bahwa hasil pengujian menunjukkan nilai F dalam tabel tersebut
adalah 5.256 (Fhitung) selanjutnya Fhitung dibandingkan dengan Ftabel. Caranya dengan rumus sebagai
berikut:
k = Banyaknya variabel bebas dan terikat
n = Banyaknya sampel
df1 = 6 - 1 = 5
df2 = 43 - 6 = 37
jadi bila di lihat pada distribusi Ftabel di peroleh angka sebesar 2.47 (Ftabel), maka Fhitung > Ftabel
yakni 5.256 > 2.47, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel bebas dan variabel terikat. Sedangan di lihat dari nilai signifikansi (probabilitas) yang di
df1 = k-1
df2= n-k
Page 15
13
hasilkan adalah 0,001, karena nilai signifikansi (probabilitas) lebih kecil dari pada nilai α=5%
(0,001 < 0,05) maka uji F dalam penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel
bebas yang di gunakan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
4.5.2 Uji T
Uji t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel. Hasil uji t dapat di
lihat pada coefficients, pada kolom sig jika nilai probabilitas nilai t atau sig < 0,05 (5%) maka
dapat dipastkan terdapat pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel bebas dan
terikat. Jika nilai sig > 0,05 maka variabel bebas dan terikat tidak ada pengaruhnya. Hasil estimasi
uji t dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Tabel 11 : Hasil Estimasi Pengaruh Variabel Modal, Umur, Tingkat Pendidikan,
PengalamanMelaut dan Peralatan Tangkap/Teknologi Terhadap
Pendapatan.
Model T Sig
(constant) 1.082 0.286
Modal -0.214 0.832
Umur 4.008 0.000
Tingkap pendidikan 3.013 0.005
Pengalaman melaut -2.112 0.041
Peralatan tangkap/teknologi -0.824 0.415
Sumber:Data Primer Diolah,2016
Dari tabel 11 diatas di dapatkan hasil dari uji t. Selanjutnya nilai t hitung di bandinghkan
dengan t tabel. Untuk mengetahui nilai t tabel dapat di peroleh dengan cara menggunakan rumus
berikut:
keterangan:
n = banyaknya sampel penelitian
k = banyaknya variabel bebas dan terikat
jadi df = 43 – 6 = 37 maka nilai t tabel adalah 1,68709. Dari uraian tersebut nilai t hitung yang
didapat dari X1 yakni modal sebesar -0,214, maka -0,214 < 1,68709 (t tabel) dan nilai signifikansi
(probabilitas) sebasar 0,832, dari hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar
dari pada α=5% (0,832>0,05) maka H0 diterima. Hal ini berarti modal (X1) tidak terdapat
pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan (Y) nelayan. Variabel X2 yaitu umur memiliki nilai
t hitung sebesar 4,008, dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Dapat disimpulkan bahwa nilai t
hitung>t tabel yakni 4,008>1,68709 dan nilai signifikansi lebih kecil daripada α=5% yakni
0,000<0,005, maka H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat pengaruh signifikan antara umur (X2)
dengan pendapatan (Y). Variabel X3 yaitu tingkat pendidikan memperoleh nilai t hitung sebesar
3,013, maka 3,013>1,68709 dengan signifikansi sebesar 0,005 dan nilai signifikansi lebih kecil
dari pada α=5% yakni 0,005<0,05. Maka H0 ditolak, hal ini berati terdapat pengaruh yang
signifikan antara tingkat pendidikan (X3) dan pendapatan (Y). Selanjutnya variabel X4 yaitu
pengalaman melaut memperoleh nilai t hitung sebesar -2,112 dan tingkat signifikansi sebesar
0,041 maka nilai signifikansi lebih kecil dari α=5% yakni 0,041<0,05. Maka H0 ditolak, hal ini
df = n-k
Page 16
14
berati terdapat pengaruh yang signifikan antara pengalaman melaut (X4) dan pendapatan (Y).
Variabel X5 yakni peralatan tangkap/teknologi mempunyai nilai t hitung sebesar -0,824 dan nilai
signifikansi sebesar 0,415 maka 0,415>0,05 dan H0 diterima, hal ini berarti peralatan
tangkap/teknologi (X5) tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan (Y) nelayan
di Kelurahan Mayangan Kota Probolinggo.
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinas akan menjelaskan seberapa besar kemampuan variabel bebas untuk
berkontribusi terhadap variabel tetapnya dalam satuan persentase. Jika hasil mendekati angka 0
berarti kmampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel sangat terbatas.
Tetapi jika hasil mendekati angka 1 maka variabel-variabel bebas memberikan hampir semua
informasi yang di butuhkan untuk memprediksi variabel-variabel terikat. Hasil analisis R2 dapat di
lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 12 : Hasil estimasi determinasi (Uji R2)
Model R Square
1 0,415
Sumber: Data primer Diolah,2016
Dari tabel 12 di atas menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat,
nilai R2 sebesar 0,415 menunjukkan bahwa 41,5% variabel bebas mampu menjelaskan variabel
terikat. Sedangkan seberapa besar kualitas model regresi berganda yang terbentuk dapat dilihat
dari nilai adjusted R-square, yakni sebesar 0,336. Nilai tersebut menunjukkan informasi bahwa
33,6% nilai dari besarnya pendapatan (Y) telah bisa dijelaskan oleh data modal (X1), umur (X2),
tingkat pendidikan (X3), pengalaman melaut (X4), dan peralatan tangkap/teknologi (X5).
Sedangkan sisanya sebesar 66,6% di pengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.
Model Persamaan Regresi Linier Berganda
Persamaan regresi linier berganda dari hasil pengujian adalah:
Y= C + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e
Y = 17.825 - 0,059 X1 + 1,247 X2 + 2,317 X3 - 0,716 X4 – 0,796 X5 + e
Persamaan ini menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
C = 17,825 : Besarnya konstanta 17,825 menyatakan apabila variabel modal (X1), umur (X2),
tingkat pendidikan (X3), pengalaman melaut (X4), dan peralatan tangkap/teknologi (X5), bernilai
konstan/tetap maka laju perubahan variabel pendapatan (Y) sebesar Rp 17,825 .
β1 = - 0,059 : besarnya koefisien – 0,059 dan bertanda negatif menyatakan bahwa terjadinya
peningkatan modal (X1) nelayan di Kelurahan Mayangan Kota Probolinggo maka dapat
menurunkan pendapatan (Y) sebesar Rp 0,059 ribu rupiah. Akan tetapi pada pembahasan
sebelumnya modal telah dinyatakan tidak berpengaruh terhadap pendapatan nelayan. Dengan
demikian meningkat atau menurunnya modal maka tidak akan mengubah pendapatan nelayan di
Kelurahan Mayangan Kota Probolinggo.
β2 = 1,247 : Besarnya koefisien 1,247 dan bertanda positif menyatakan bahwa meningkatnya 1
tahun umur (X2) nelayan di Kelurahan Mayangan Kota Probolinggo maka dapat meningkatkan
pendapatan (Y) sebesar 1,247 ribu rupiah atau dapat di jelaskan bahwa peningkatan umur akan
meningkatkan pendapatan.
β3 = 2,317 : Besarnya koefisien 2,317 dan bertanda positif menyatakan bahwa meningkatnya 1
tahun tingkat pendidikan (X3) nelayan di Kelurahan Mayangan Kota Probolinggo maka dapat
Page 17
15
meningkatkan pendapatan (Y) sebesar 2,317 ribu rupiah atau dapat di jelaskan bahwa peningkatan
tingkat pendidikan akan meningkatkan pendapatan.
β4 = - 0,716 : Besarnya koefisien - 0,716 dan bertanda negatif menyatakan bahwa menurunnya 1
tahun pengalaman melaut (X4) nelayan di Kelurahan Mayangan Kota Probolinggo maka dapat
menurunkan pendapatan (Y) sebesar Rp 0,716 ribu rupiah.
β5 = - 0, 796 : Besarnya koefisien - 0,796 dan bertanda negatif menyatakan bahwa meningkatnya
Rp 1 juta harga peralatan tangkap/teknologi (X5) nelayan di Kelurahan Mayangan Kota
Probolinggo maka dapat menurunkan pendapatan (Y) sebesar Rp 0,796 ribu rupiah. Akan tetapi
pada pembahasan sebelumnya pengalaman melaut telah dinyatakan tidak berpengaruh terhadap
pendapatan nelayan. Dengan demikian meningkat atau menurunnya peralatan tangkap/teknologi
maka tidak akan mengubah pendapatan nelayan di Kelurahan Mayangan Kota Probolinggo.
Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat
Dari hasil regresi yang di peroleh dapat diketahui pengaruh masing-masing variabel bebas
(modal (X1), umur (X2), tingkat pendidikan (X3), pengalaman melaut (X4), peralatan
tangkap/teknologi (X5)), terhadap variabel terikat (pendapatan (Y) ). Adapun penjelasan dari
setiap variabel bebas terhadap variabel terikat adalah sebagai berikut:
Pengaruh Modal (X1) Terhadapa Pendapatan (Y)
Modal merupakan variabel bebas yang secara parsial tidak mempengaruhi pendapatan
nelayan Kelurahan Mayangan. Hal ini dikarenakan variabel modal memiliki nilai signifikansi yang
lebih besar dari nilai alpha yakni 0,832>0,05 dan mempunyai nilai koefisien sebesar -0,059. Hasil
penelitian ini tidak sesuai dengan teori Case dan Fair dalam prinsip-prinsip ekonomi menyatakan
bahwa modal merupakan faktor penting dalam melakukan usaha, sebab modal mempunyai
hubungan yang sangat kuat dengan berhasilnya atau tidak suatu usaha yang di jalani, atau
pengertian modal secara klasik adalah modal mengandung pengertian hasil produksi yang
digunakan untuk memproduksi lebih lanjut atau dapat juga dijelaskan bahwa jika suatu usaha
menambahkan modal berarti usaha tersebut dapat dikatakan mengalami peningkatan sehingga
peningkatan modal dapat mempengaruhi pendapatan. Sedangkan dari hasil penelitian di Kelurahan
Mayangan Kota Probolinggo, semakin tinggi modal maka akan semakin mengurangi pendapatan
karena pendapatan yang di peroleh hari ini sebagian akan digunakan sebagai modal hari esok,
sehingga pendapatan nelayan semakin berkurang.
Pengaruh Umur (X2) Terhadap Pendapatan (Y)
Pada model regresi diketahui bahwa umur merupakan variabel bebas yang secara parsial
berpengaruh positif terhadap pendapatan nelayan. hal ini dikarenakan nilai signifikansi lebih kecil
dari pada alpha yakni sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai koefisien sebesar 1,247. Hasil penelitian ini
sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Roger Miller dan Roger E. Meiners yang menyatakan
bahwa pendapatan meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan masa kerja seseorang.
Lewat dari batas itu, pertambahan usia di iringi dengan penurunan pendapatan. Batas atas titik
puncak di perkirakan ada pada usia 45 sampai 55 tahun.
Pengaruh Tingkat Pendidikan (X3) Terhadap Pendapatan (Y)
Tingkat pendidikan merupakan variabel bebas yang secara parsial berpengaruh positif
terhadap pendapatan nelayan. Hal ini dikarenakan nilai signifikansi lebih kecil dari pada alpha
yakni sebesar 0,005<0,05 dan mempunyai nilai koefisien sebesar 2,317. Hasil penelitian ini sesuai
dengan asumsi dasar teori human capital bahwa seseorang dapat meningkatkan pendapatannya
melalui peningkatan pendidikan. Karena pendidikan tidak saja menambah pengetahuan akan tetapi
juga akan meningkatkan keterampilan bekerja, dimana setiap pemanbahan 1 tahun sekolah berarti
satu pihak akan menunda pendapatan selama 1 tahun dalam mengikuti sekolah tersebut. Dengan
demikian pendidikan di pandang sebagai investasi yang imbalannya dapat diperoleh beberapa
tahun kemudian dalam bentuk pertambahan hasil kerja.
Page 18
16
Pengaruh Pengalaman Melaut (X4) Terhadap Pendapatan (Y)
Pada model regresi diketahui bahwa pengalaman melaut berpengaruh negatif -0,716
namun signifikan (0,041 < 0,05) terhadap pendapatan nelayan yang artinya hubungan variabel
pengalaman melaut tidak searah. Maka setiap ada penambahan pengalaman melaut sebesar 1 tahun
maka akan menyebabkan penurunan pendapatan sebesar -0,716. Hal tersebut tidak sesuai dengan
teori Masioch (1982) dalam suhartati (2003) pekerja lebih muda cenderung mengalami
ketidakberdayaan yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengalaman melaut berpengaruh negatif terhadap pendapatan
karena nelayan di Kelurahan Mayangan dengan pengalaman melaut di atas 10 tahun mayoritas
telah memasuki usia produktif sehingga tenaga nelayan tidak sebugar waktu muda dulu.
Pengaruh Peralatan Tangkap/Teknologi (X5) Terhadap Pendapatan (Y)
Peralatan tangkap/teknologi merupakan variabel bebas yang secara parsial tidak
mempengaruhi pendapatan nelayan Kelurahan Mayangan Kota Probolinggo. Hal ini dikarenakan
variabel peralatan tangkap memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari nilai alpha yakni 0,415
> 0,05 dan mempunyai nilai koefisien sebesar -0,796. Berarti dalam penelitian ini jika terjadi
peningkatan peralatan tangkap/teknologi sebesar Rp 1 juta rupiah maka dapat mengurangi
pendapatan sebesar -0,796. Sebab jika nelayan membeli peralatan tangkap dengan pendapatan
yang di peroleh selama melaut maka hal tersebut akan mengurangi pendapatan nelayan. Hal
tersebut tidak sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh satria (2002) yaitu semakin canggih alat
tangkap yang di gunakan nelayan maka akan semakin meningkatkan produktifitas dan akan lebih
meningkatkan produksi, yang di dalamnya tersirat kesimpulan bahwa nelayan akan memperoleh
penghasilan yang lebih tinggi jika peralatan tangkap yang digunakan semakin canggih.
Kesimpulan
Dari hasil analisis didapatkan beberapa kesimpulan yang berhubungan dengan hasil dan
pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Selanjutnya peneliti berusaha
memberikan beberapa hubungan yang erat kaitannya dengan temuan hasil analisis regresi linier
berganda dengan menggunakan SPSS 16. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang
pengaruh modal, umur, tingkat pendidikan, pengalaman melaut dan peralatan tangkap/teknologi
terhadap pendapatan nelayan di Kelurahan Mayangan Kota Probolinggo dapat di peroleh
kesimpulan yaitu variabel umur secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pendapatan nelayan, karena semakin bertambahnya umur maka akan berpengaruh terhadap
pendapatan nelayan, variabel tingkat pendidikan secara parsial juga berpengaruh terhadap
pendapatan nelayan, karena setiap penambahan satu tahun sekolah maka dapat meningkatkan
pendapatan karena seseorang dapat meningkatkan keterampilannya dan dapat menambah wawasan
pengetahuan, variabel pengalaman melaut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan
nelayan. Semakin lama pengalaman seseorang maka akan semakin ahli pula keterampilan yang di
milikinya. Dari semua variabel independen, variabel umur merupakan variabel yang paling
dominan yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kelurahan Mayangan Kota Probolinggo. Hal
ini menyatakan bahwa pada dasarnya bahwa pendapatan meningkat seiring dengan bertambahnya
umur dan masa kerja seseorang dengan batasan tertentu.
Saran
Berdasarkan pembahasan dan hasil temuan dilapangan mengenai pendapatan nelayan di
Kelurahan Mayangan Kota Probolinggo, maka saran yang dapat di berikan antara lain: Bagi
pemerintah Kota Probolinggo sebaiknya selalu memberikan arahan dan mengupayakan
peningkatan pendidikan formal maupun non formal lewat rembukan desa, rapat di tingkat RW/RT,
dan di adakan sosialisasi tentang betapa pentingnya pendidikan agar masyarakat nelayan paham
dan sadar akan pendidikan. Bagi nelayan, untuk kedepannya agar dapat meningkatkan tingkat
pendidikan putra-putri meraka agar stasus sosial di masyarakat nelayan dapat meningkat dan kelak
mampu mensejahterakan keluarga dan dapat meningkatkan pendapatannya. Bagi peneliti
selanjutnya di harapkan agar lebih memperbanyak variabel-variabel independen penelitian yang
berkaitan dengan pendapatan nelayan karena dalam penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu
Page 19
17
nilai dari R Square (R2) < 50 %, sehingga variabel independen masih kurang berpengaruh terhadap
variabel dependen.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu sehingga panduan
ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih kami smpaikan kepada asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi
Universitas Brawijaya dan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya yang emungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA
Appidar. 2010. Ekonomi Kelautan Dan Pesisir. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Bungin, Burhan. 2011 Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta. Fajar Interpratama ofset.
Hendra Failasuf Herman, 2013, Penataan Pemukiman di Pantai Mayangan. Probolinggo.
Jhingan, ML. 1983. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Edisi Ke enambelas.
Joesran dan Fathorrozi, 2003. Teori Ekonomi Mikro, Jakarta: Salemba Empat.
Kountor, Ronny, 2006. Statistik Praktis Penyusunan Skripsi dan Tesis. Jakarta PPM.
Kusnadi, 2003. Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta: LKIS.
Miller, Roger LeRoy dan Melner, Roger E, 2000, Teori Mikro ekonomi Jakarta: Intermediete.
Rofi, 2012. Pengaruh Disiplin Kerja dan Pengalaman Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan
Pada Departemen Produksi Pt. Leo Agung Raya Semarang. Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi. Semarang, Totalwin.
Sujarno. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Trend Nelayan di Kabupaten
Langkat. Tesis. Medan . Sekolah Pascasarjana USU.