PENGARUH TINGKAT PROTEIN PAKAN DAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP KINERJA ENTOG (Cairina muschata) JANTAN STARTER SKRIPSI Oleh : AGUS FITRIYANTO 0001053002-51 JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2007 PENGARUH TINGKAT PROTEIN PAKAN DAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP KINERJA ENTOG (Cairina muschata) JANTAN STARTER
63
Embed
Pengaruh Tingkat Protein Pakan Dan Frekuensi Pemberian Pakan Terhadap Kinerja Entog [Cairina Muschata] Jantan Starter
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH TINGKAT PROTEIN PAKAN DAN FREKUENSI
PEMBERIAN PAKAN TERHADAP KINERJA ENTOG (Cairina
muschata) JANTAN STARTER
SKRIPSI
Oleh :
AGUS FITRIYANTO
0001053002-51
JURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2007PENGARUH TINGKAT PROTEIN PAKAN DAN FREKUENSI
PEMBERIAN PAKAN TERHADAP KINERJA ENTOG (Cairina
muschata) JANTAN STARTER
SKRIPSI
Oleh :
AGUS FITRIYANTO
0001053002-51
Mengetahui Menyetujui :
Universitas Brawijaya Dosen Pembimbing Utama
FakultasPeternakan
Jurusan Produksi Ternak
Ketua,
Prof. Dr. Ir. Acmanu Zakaria Ir. Wiharto, MS
Tanggal ……………………… Tanggal ……………….
Dosen Pembimbing Pembantu
Ir. Edhy Sudjarwo, MS
Tanggal ………………..
PENGARUH TINGKAT PROTEIN PAKAN DAN FREKUENSI
PEMBERIAN PAKAN TERHADAP KINERJA ENTOG (Cairina
muschata) JANTAN STARTER
SKRIPSI
Oleh :
AGUS FITRIYANTO
0001053002-51
Menyetujui :
Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pembantu
Ir. Wiharto, MS Ir. Edhy Sudjarwo, MS
Tanggal ………………. Tanggal ……………….
PENGARUH TINGKAT PROTEIN PAKAN DAN FREKUENSI PEMBERIAN
PAKAN TERHADAP KINERJA ENTOG (Cairina muschata) JANTAN
STARTER
Laporan Skripsi
Oleh AGUS FITRIYANTO
0001053002-51
Menyetujui MenyetujuiDosen Pebimbing Utama Dosen Penguji
Ir. Wiharto, MS Ir. Muharlien, MPTanggal : …….. Tanggal : ………
starter dipelihara sebagai ternak potong setelah berumur 2 bulan. Untuk itu perlu
management pakan dan frekuensi pemberian pakan yang efektif sebagai entog potong.
Selanjutnya perlu diadakannya penelitian tentang pemberian tingkat protein pakan dan
frekuensi pemberian pakan terhadap kinerja entog jantan starter.
Hipotesis
Terdapat interaksi dan pengaruh tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian
pakan terhadap kinerja entog jantan starter berbeda nyata.
TINJAUAN PUSTAKA
Cairina muschata
Entog merupakan unggas pedaging. Entog berasal dari kawasan Brazil-Amerika
Selatan yang populer dengan sebutan Pato. Komoditas ini masuk ke Indonesia lewat
Manila sehingga dikenal dengan sebutan itik manila (Srigandono, 2000).
Taxon entog (Cairina muschata):
Kingdom : Animal
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Anseriformes
Family : Anatidae
Genus : Cairina
Spesies : Cairina muschata
(Wiharto, 1999).
Srigandono (1986) bahwa karakteristik yang dimiliki entog adalah memiliki
karankula yang berwarna merah-hitam yang menutupi sebagian dari muka serta pangkal
paruh bagian dorsal dan varietas yang dikenal adalah warna bulu seperti biru-putih, putih,
biru, bronze dan hitam sayap putih. Karakteristik fisik entog ini sangat bervariasi.
Berjalan dengan badan horisontal, berbadan besar, jalan lambat, kepala besar, padat,
kasar, paruhnya agak pendek, bila berjalan mempunyai bunyi yang spesifik (Rasyaf,
1992).
Pemeliharaan entog di desa-desa bobot hidup dapat mencapai 2,7 kg per ekornya.
Padahal dalam tatalaksana yang baik entog dapat mencapai bobot hidup 4,5 kg per
ekornya. Untuk entog sebaiknya dipotong tidak terlalu tua, usia yang baik sekitar 7
hingga 8 minggu atau kurang sedikit dari usia itu (Samosir 1983).
Tingkat Protein
Semakin tinggi energi, semakin tinggi pula protein di dalam pakan dan jumlah
pakan yang dikonsumsikan semakin sedikit. Entog umur 0 hingga 3 minggu
membutuhkan energi sebesar 2850 kkal/kg hingga 2900 kkal/kg, dengan jumlah energi
ini diharapkan karkas entog ini lebih menarik. Sumber energi diambil dari jagung kuning,
dedak padi, dedak gandum atau bekatul. Kandungan protein yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan ternak entog pada periode starter adalah sebesar 22% (Rasyaf, 1992).
NRC (1984) bahwa pada periode starter protein yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan 22% dan energi sebesar 2900 kkal/kg. Kebutuhan protein entog jantan
umur 0-3 minggu adalah 20%, sedangkan umur 4-6 minggu adalah 19% (Rasyaf, 1992).
Frekuensi Pemberian Pakan
Pakan diberikan 4 kali sehari dan tiap pemberian 25% dari jatah bertujuan agar
sekali makan, pakan langsung habis. Dengan demikian burung, siput, atau tikus tidak
akan mendapatkan bagian dari sisa-sisa pakan. Terutama burung yang kemungkinan
besar membawa bibit penyakit atau parasit dengan cara menyebarkan pada bak pakan
ketika makan sisa-sisa pakan (Rasyaf, 1992).
Usahakan agar pengisian tempat pakan tidak melebihi setengah dari tempat pakan
yang tersedia, sehingga pakan yang tercecer dan pengotoran kandang dapat dihindari.
Dengan demikian maka jatah pemberian pakan dalam satu hari tak boleh diberikan
sekaligus melainkan harus diatur untuk diberikan sampai empat kali sehari. Keuntungan
pemberian pakan dengan cara tersebut adalah: menghemat pakan karena kemungkinan
pakan itu tercecer bisa dihindari, menghindari kandang menjadi cepat kotor, menambah
nafsu makan jika pakan diberikan sedikit demi sedikit maka ternak akan lebih bernafsu
akan tetapi apabila jatah pakan satu hari diberikan sekaligus akan membawa akibat ternak
kurang tertarik untuk mengkonsumsi pakan yang diberikan, praktek pemberian pakan
seperti tersebut di atas sekaligus dapat mengontrol keadaan air minum dan keadaan
ternak (Anonymous, 1991).
Konsumsi Pakan
Wahyu (1992): konsumsi pakan ialah banyaknya pakan yang diberikan dikurangi
dengan pakan yang tersisa. Banyak sedikitnya konsumsi pakan sangat tergantung pada
ukuran tubuh ternak, sifat genetik, suhu lingkungan, tingkat produksi, perkandangan,
tempat pakan perekor, keadaan air minum, kualitas dan kuantitas pakan serta adanya
penyakit. Esminger (1980) bahwa setiap kebutuhan zat-zat pakan tergantung dari fungsi
produksinya seperti pertumbuhan, penggemukan dan reproduksi. Konsumsi pakan
merupakan faktor penunjang terpenting untuk mengetahui penampilan reproduksi
(Asworo, 1995).
Anggorodi (1985) bahwa bobot badan, laju pertumbuhan, kandungan zat-zat
pakan yang diberikan dapat mempengaruhi konsumsi pakan. North (1978) bahwa
konsumsi pakan akan meningkat dengan meningkatnya bobot badan sehingga konsumsi
pakan setiap minggu lebih banyak dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Kandungan
energi dalam pakan yang rendah dapat meningkatkan konsumsi pakan atau dengan kata
lain ternak dapat mengkonsumsi pakan lebih banyak (Wahyu, 1978).
Tabel 1. Kebutuhan Pakan Per 10 Ekor Entog Jantan Umur 1-7,5 Minggu.
Minggu ke Kg1 1,52 3,13 4,04 6,15 7,86 8,07 9,5
7,5 10,0Keterangan: angka 1-7,5 minggu menunjukkan umur entog jantan starter (minggu), angka 1,5-10,0 kg menunjukkan jumlah pakan yang dikonsumsi entog jantan starter per minggu (kg).Sumber: Purbawati, 1995.
Tilman (1997) bahwa keragaman kapasitas produksi ternak disebabkan oleh
pakan dan paling utama disebabkan oleh konsumsinya. Yasin (1988) menambahkan
bahwa penggunaan lemak dalam pakan akan meningkatkan palatabilitas dan
melenyapkan sifat berdebu pada pakan. Pada umumnya semakin tinggi serat kasar yang
terkandung dalam bahan pakan maka akan menurunkan daya cerna bahan pakan tersebut
(Anggorodi, 1985).
Pertambahan Bobot Badan
Hafez dan Dyer (1969) bahwa pengukuran bobot badan pada unggas biasanya
dilakukan seminggu sekali, pertambahan bobot badan digunakan untuk menilai respon
pertumbuhan respon ternak terhadap berbagai jenis pakan, lingkungan serta tatalaksana.
Pertumbuhan merupakan ukuran panjang, volume atau bobot tubuh yang didasarkan pada
waktu tertentu (Winantea ,1985).
Jull (1982) bahwa kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh genetik, strain, jenis
kelamin, lingkungan, kualitas pakan yang dikonsumsi. Kurva pertumbuhan sangat
tergantung pada tingkat pakan, jika pakan mengandung nutrisi yang tinggi maka ternak
akan dapat mencapai bobot tertentu pada umur yang lebih muda (McDonald, Edward and
Greenhalgh,1986).
Wahyu (1992) bahwa unggas pada kondisi biasa akan mendapatkan kesulitan
dalam meningkatkan pertumbuhan yang optimum. Pada fase pertumbuhan batas energi
terendah adalah 2900 kkal/kg sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan yang baik pada
unggas muda dan selama protein dipertahankan dalam imbangan yang optimum dengan
energi. Pertambahan bobot badan dipengaruhi empat faktor yaitu genetik dari unggas,
jumlah konsumsi pakan, kandungan nutrisi dalam pakan dan tatalaksana pemeliharaan
(Soeparno, 1992).
Kecepatan pertumbuhan entog paling cepat adalah pada umur 1-6 minggu dan
pada umur lebih dari 7 minggu masih dapat tumbuh dengan baik bila diberi ransum yang
baik (Purbawati, 1995).
Konversi Pakan
Rasyaf (1994) bahwa konversi pakan merupakan pembagian antara bobot badan
yang dicapai pada minggu tertentu dengan konsumsi pakan pada minggu itu pula.
Semakin rendah nilai konversi pakan berarti nilai penggunaan pakan semakin tinggi
(Nesheim, Austic dan Card, 1979)
Wahyu (1992) menyatakan bahwa pakan yang mengandung energi tinggi
menghasilkan perbaikan efisiensi penggunaan pakan dibandingkan dengan pakan yang
mengandung energi rendah. Kecepatan pertumbuhan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi konversi pakan, apabila semakin rendah pertambahan bobot badan
mengakibatkan peningkatan konversi pakan (Jull, 1982). Dengan kondisi lingkungan
yang baik, konversi pakan dapat mencapai 2,7, bobot hidup entog betina 2,4 kg pada
umur 70 hari dan bobot hidup entog jantan mencapai 4,3 kg pada umur 84 hari. Bobot
hidup entog betina dewasa 3,2 kg, sedangkan entog jantan dewasa 4,5 kg (Anonymous,
1991).
MATERI DAN METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Sumbersekar Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya Malang mulai 28 Oktober 2006 sampai tanggal 28 Desember
2006.
Materi Penelitian
1. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1). Anak entog jantan starter (Day
Old Duckling) umur 1-5 hari sebanyak 72 ekor yang diperoleh di Desa Modopuro,
Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, 36 kandang entog jantan starter, yang
digunakan adalah kandang brooder berbentuk sangkar (cage) yang terbuat dari kayu,
bambu dan kawat kasa. Ukuran tiap kandang adalah panjang, lebar dan tinggi
berurutan 45 cm, 45 cm dan 45 cm.
Perlengkapan dan alat kandang:
a. Wadah pakan terbuat dari bambu dan wadah air minum terbuat dari plastik.
b. Lampu brooder (sebagai pemanas) pada periode starter ditempatkan pada setiap
sangkar.
2. Pakan yang digunakan adalah campuran konsentrat, jagung dan bekatul. Masing-
masing bahan pakan dicampur sampai konsentrasi protein menjadi 16%, 18%, 20%
dan 22%. Untuk mengetahui kandungan nutrisi dalam ransum maka dilakukan analisa
proximat yang dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Pangan, Fakultas Tegnologi
Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
lampiran 9.
Metode penelitian
Metode penelitian ini menggunakan 2 faktor:
Faktor I adalah Frekuensi Pemberian Pakan yaitu :
FA = Frekuensi pemberian pakan 1 hari 2 kali
FB = Frekuensi pemberian pakan 1 hari 3 kali
FC = Frekuensi pemberian pakan 1 hari 4 kali
Faktor II adalah Tingkat Protein Pakan yaitu :
P1 = Pemberian pakan dengan pakan berkadar protein 16%
P2 = Pemberian pakan dengan pakan berkadar protein 18%
P3 = Pemberian pakan dengan pakan berkadar protein 20%
P4 = Pemberian pakan dengan pakan berkadar protein 22%
Dari kedua faktor diatas terdapat 12 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan
sehingga dibutuhkan 36 petak kandang. Setiap petak kandang di isi 2 ekor entog jantan
starter.
Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan:
a. Mempersiapkan kandang dan perlengkapannya.
b. Mencucihamakan sangkar dan ruang kandang:
1 Sangkar dan ruang kandang disemprot dengan formalin 40%.
2 Lantai kandang disiram dengan air kapur.
c. Memberikan kode pada masing-masing unit percobaan sesuai dengan denah yang
telah ditentukan secara acak sebagaimana terdapat di bawah ini :
P1FA P1FB P1FC P1FB P1FA P1FC P1FA P1FB P1FC
P2FA P2FB P2FC P2FB P2FA P2FC P2FA P2FB P2FC
P3FA P3FB P3FC P3FB P3FA P3FC P3FA P3FB P3FC
P4FA P4FB P4FC P4FB P4FA P4FC P4FA P4FB P4FC
2. Tahap Pelaksanaan:
• Memasukkan DOD (Day Old Duckling) umur 1-5 hari secara acak pada
kombinasi perlakuan yang telah disiapkan, masing-masing kombinasi perlakuan
di isi 2 ekor entog jantan starter dan ditempatkan secara acak.
• Menimbang bobot awal DOD (Day Old Duckling) dan menghitung koefisien
keragaman.
• Mempersiapkan brooder.
• Memberikan pakan pada setiap kombinasi perlakuan sesuai dengan perlakuan.
• Menimbang pakan yang akan diberikan dan menimbang sisa pakan setiap hari.
• Bobot badan ditimbang setiap minggu.
Variabel Pengamatan
Variabel bebas :
1. Tingkat Protein.
2. Frekuensi Pemberian pakan.
Variabel Tergantung:
1. Konsumsi pakan.
2.Pertambahan bobot badan.
3. Konversi pakan.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis statistik sidik Peragam dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial Peragam (RAL pola Faktorial Peragam) karena
materi yang digunakan entog jantan starter heterogen atau entog jantan starter
mempunyai koefisien keragaman lebih dari 15%. Hasil analisa menunjukan perbedaan
yang nyata maka dilanjutkan Uji Jarak Duncan (UJD) (Yitnosumarto, 1993).
Batasan Istilah
1. Tingkat protein pakan adalah jumlah kandungan protein yang ada dalam bahan pakan
(tingkat protein pakan dalam penelitian ini dibagi menjadi empat tingkatan yaitu
tingkat protein pakan 16%, tingkat protein pakan 18%, tingkat protein pakan 20%,
tingkat protein pakan 22%.
2. Frekuensi pemberian pakan adalah banyaknya pakan yang diberikan pada entog
jantan starter setiap harinya (frekuensi pemberian pakan dalam penelitian ini dibagi
menjadi tiga bagian yaitu pemberian pakan 1 hari 2 kali, 1 hari 3 kali, 1 hari 4 kali).
3. Konsumsi pakan ialah banyaknya pakan yang diberikan dikurangi dengan pakan yang
tersisa (Wahyu,1992).
4. Pertambahan bobot badan digunakan untuk menilai respon pertumbuhan respon
ternak terhadap berbagai jenis pakan, lingkungan serta tatalaksana (Hafez dan
Dyer,1969).
5. Konversi pakan merupakan pembagian antara bobot badan yang dicapai pada minggu
tertentu dengan konsumsi pakan pada minggu itu pula. (Rasyaf , 1994).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot awal rata-rata DOD entog jantan starter umur 1-5 hari dalam penelitian ini
adalah 60.7472 gram dan Koefisien Keragamannya 15,5435%, (Lampiran 1). Entog
jantan starter yang digunakan dalam penelitian ini adalah heterogen maka data yang
diperoleh dianalisis statistik sidik peragam dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap pola Faktorial Peragam (RAL pola Faktorial Peragam). Yitnosumarto (1993)
menyatakan bahwa besarnya koefisien keragaman dikategorikan dalam taraf homogen
adalah tidak lebih 15%.
Terdapat interaksi dari faktor tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian
pakan terhadap konsumsi pakan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01).
Kombinasi perlakuan faktor tingkat protein pakan 16% dan frekuensi pemberian pakan 2
kali sehari menunjukkan konsumsi pakan yang tertinggi (4453.54 gram). Tidak terdapat
interaksi dari faktor tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan terhadap
pertambahan bobot badan. Cenderung tingkat pretein pakan 20% memberikan
pertambahan bobot badan yang tertinggi (924.004 gram) dan frekuensi pemberian pakan
3 kali sehari memberikan pertambahan bobot badan yang tertinggi (912.4057 gram).
Terdapat interaksi dari faktor tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan
terhadap konversi pakan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01).
Kombinasi perlakuan faktor tingkat protein pakan 22% dan frekuensi pemberian pakan 4
kali sehari menunjukkan konversi pakan yang baik (4.59 gram).
Konsumsi Pakan
Hasil analisa statistik pada Lampiran 5 dan kombinasi tingkat protein pakan dan
frekuensi pemberian pakan terhadap konsumsi pakan entog jantan starter pada Tabel 2,
menunjukkan bahwa tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan memberikan
perbedaan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi pakan.
Tabel 2. Kombinasi Tingkat Protein Pakan dan Frekuensi Pemberian Pakan Terhadap Konsumsi Pakan Entog Jantan Starter.
Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan adanya perbedaan pengaruh yang sangat nyata ( P<0,01).
Dari hasil analisa statistik pada Lampiran 7 dan Tabel 4 menunjukkan bahwa
tingkat protein 22% mempunyai nilai yang lebih rendah (konversi semakin baik) dan
frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari juga mempunyai nilai yang lebih rendah
(konversi semakin baik), sedangkan kombinasi tingkat protein dan frekuensi pemberian
pakan semakin tinggi juga semakin baik (rendah) hal ini menunjukkan bahwa efisiensi
penggunaan pakan sangat baik atau entog jantan starter mengkonsumsi ransum dalam
jumlah sedikit menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi dan peningkatan
konversi pakan ini berhubungan dengan kemampuan entog jantan starter dalam
mengubah serat kasar menjadi produk. Serat kasar sulit dicerna oleh saluran pencernaan
entog jantan starter, karena pakan yang seharusnya dapat diserap keluar bersama feses
pada akhirnya dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Siregar (1981) dan Rasyaf (1995) yang menyatakan bahwa angka konversi
pakan yang rendah menunjukkan penggunaan pakan yang efisien. Angka konversi pakan
yang tinggi menunjukkan pengunaan pakan yang kurang efisien dan sebaliknya angka
yang mendekati berarti semakain efisien. Nesheim, Austic dan Card (1979) menyatakan
bahwa semakin rendah nilai konversi pakan berarti nilai penggunaan pakan semakin
tinggi. Wahyu (1992) berpendapat bahwa pakan yang mengandung energi tinggi
menghasilkan perbaikan efisiensi penggunaan pakan dibandingkan dengan ransum yang
mengandung energi tinggi.
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa konversi pakan terendah adalah 4,59 dan
tertinggi adalah 5,24 angka konversi pakan ini lebih tinggi dari pada pendapat
Anonymous (1991), hal ini dikarenakan kemungkinan ada kekeliruan dalam menimbang
pakan dan bobot badan entog jantan starter, bentuk fisik pakan, lingkungan tempat
pemeliharaan, perbedaan ukuran tubuh entog jantan starter yang mencolok, faktor
genetik, adanya pakan yang tumpah dan adanya penyakit. Anonymous (1991)
berpendapat bahwa dengan kondisi lingkungan yang baik, konversi pakan 2,7
menghasilkan bobot hidup betina 2,4 kg pada umur 70 hari, bobot hidup entog jantan
starter 4,3 kg umur 84 hari dan bobot hidup entog jantan starter dewasa 4,5 kg.
Gambar 3. Grafik konversi pakan.
Gambar 3 menunjukkan bahwa perlakuan P4FC (4,59) mempunyai konversi
pakan yang paling rendah karena pada perlakuan ini entog entog jantan starter
mengkonsumsi pakan dengan tingkat protein tinggi dan pemberian pakan diberikan 4 kali
sehari. Hal-hal yang menyebabkan konversi pakan berbeda dari setiap perlakuan adalah
bentuk fisik pakan, bobot badan, kandungan nutrisi ransum, lingkungan tempat
pemeliharaan, strain dan jenis kelamin. Jull (1982) berpendapat bahwa selain pakan yang
mengandung energi tinggi dan jumlah pakan yang dikonsumsi faktor lain yang
mempengaruhi konversi pakan adalah bentuk fisik pakan, bobot badan, kandungan nutrisi
ransum, lingkungan tempat pemeliharaan, strain dan jenis kelamin dan Nesheim, Austic
dan Card (1979) menambahkan bahwa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
konversi pakan adalah suhu yang kurang nyaman, penyakit dan penyediaan pakan atau
air minum yang terbatas, faktor genetik, tatalaksana pemeliharaan, temperatur
lingkungan, kualitas pakan dan kepadatan kandang.
Tabel 5. Hasil Analisa Perlakuan Yang Terbaik Disetiap Perlakuan.Perlakuan Konversi Pakan Pertambahan Bobot
BadanKonsumsi Pakan
P4FC a ak
P4FB ab s,tor g ene ti k,alaks ana p em
i
haraan, temperatur lingkungan, kualitas pakan dan kepadatan kandang.Tabel 5. Ha
sil Analisa Perlakuan Yang Terbaik Disetiap Perlakuan.��PerlakuanKonversi Paka
ambahan Bobot Badan�Konsumsi Pakan����P4FC
a
p
a
k
a
n
a
t
a
u
a
i
r
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Terdapat interaksi dari faktor tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian
pakan terhadap konsumsi pakan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01).
Kombinasi perlakuan faktor tingkat protein pakan 16% dan frekuensi pemberian pakan 2
kali sehari menunjukan konsumsi pakan yang tertinggi (4453.54 gram). Tidak terdapat
interaksi dari faktor tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan terhadap
pertambahan bobot badan, cenderung tingkat protein pakan 20% memberikan
pertambahan bobot badan yang tertinggi (924.004 gram) dan frekuensi pemberian pakan
1 hari 3 kali memberikan pertambahan bobot badan yang tertinggi (912.4057 gram).
Terdapat interaksi dari faktor tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan
terhadap konversi pakan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01),
kombinasi perlakuan faktor tingkat protein pakan 22% dan frekuensi pemberian pakan 4
kali sehari menunjukan konversi pakan yang tertinggi (4,59 gram).
Saran
Untuk dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi (>912.4057
gram), waktu pemeliharaan tidak lebih dari 7 minggu dengan konversi pakan rendah
(4.66 gram) maka direkomendasikan menggunakan pakan dengan tingkat protein pakan
22% dan frekuensi pemberian pakan 1 hari 3 kali.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Anonymous, 1991. Itik Manila Menghasilkan Daging Sebagai Sumber Protein Hewani. Media Peternakan Edisi. 15. No 21. Dinas Peternakan. Propinsi Daerah Tingkat I. Kalimantan.
Asworo, D. 1995. Mari Beternak Itik. CV. Perintis Grapic Art. Surabaya.
Ensminger, M. E. 1980. Poultry Science. The Intersate printer And Publisher. Inc. Danville.
Hafez, E., S. E dan A, I, Dyer. 1969. Animal Growth and Nutrition. Lea and Febinger. Philadelphia.
Jull, M., A. 1982. Poultry Husbandry. Tata Mc Grow Hill Publishing Company Ltd. New York.
McDonald, P., R. A. Edward and J. F. D. Greenhalgh. 1986. Animal Nutrition 4th
Edition. University Of Nothinghom School Of Agriculture. Longman London.
North, M., O. 1978. Commercial Chicken. Production Manuaaal. Third Edition. AVI Publishing Co. Inc. Wesport. Connecticut.
National Research Council. 1984. Nutritien Requerement Of Poultry. Eighth Revised Edition. National Academy Press. Washington Dc.
Nesheim, M., O. R., E. Austic dan L, E., Card. 1979. Poultry Production. 12 nd Edition. Lea and Febinger. Philadelphia.
Purbowati. E. 1995. Peternakan Indonesia. Dirjen Peternakan Bekerja Sama Dengan PDHI, ISPI dan GKSI Berdasarkan SK. No. 1037/Kpts/Dddeptan. Jakarta.
…………1992. Produksi dan Pemberian Ransum Unggas. Penerbit KANISIUS (Anggota IKAPI). Yogyakarta.
…………1994. Beternak Ayam Kampung. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
…………1995. Beternak Ayam Petelur. Edisi Revisi. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Samosir. D., J.1983. Ilmu Ternak Itik. PT Gramedia. Anggota IKAPI. Jakarta.
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknik Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Srigandono, B. 1986. Ilmu Unggas Air. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
……………….. 2000. Beternak Unggas Pedaging. Penerbit PT Trubus Agriwidya. Anggota muda IKAPI. Jakarta.
Steel, R., G. D and J, H., Torrie. 1990. Principle and Procedure Of Statistic Biochemical Appoach. Mc Graw Hill Book Company. New York.
Tilman. A., D. Hartadi. H., Reksohadiprodjo. S. Prawirokusumo. S dan Ubdosokojo. S. 1988. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Ke Enam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Wahyu, J. 1978. Kebutuhan Zat-Zat Makanan Untuk Unggas. Cetakan Ketiga. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
…………..1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Wiharto. 1999. Pengantar Ilmu Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.
Winantea.1985. Biologi Proses Pertumbuhan, Terjemahan Biology Van De Dierjke Produktive. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.
Yasin. S. 1988. Fungsi dan Peranan Zat-Zat Gizi Dalam ransum. Mediarama Sarana Perkasa. Jakarta.
Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan Perancangan, Analisis dan Interprestasinya. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Zakaria, A. 1997. Ilmu Ternak Itik. Lembaga Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Lampiran 1. Data Bobot Badan Entog Jantan Starter (gram) Pada Awal Penelitian
Umur 1 Hari dan Perhitungan Koefisien Keragaman.
NO Bobot Awal ( χ ) Simpangan ( χ - χ )Kuadrat Simpangan
Lampiran 3. Data Pertambahan Bobot Badan Entog Jantan Starter (gram) Selama Penelitian
Pertambahan Bobot Badan (gram)
Pertambah an Bobot Bad an (gram)��Minggu Ke 1�Ming gu Ke 2 �Mingg u Ke 3gu Ke 4� ���P1 FA U1 104.85 �193.6.35�206.4 5���� P2 FA U1�95.3 �131.04.4�102.4 ���� P3 FA U 1�88.95 �132.3.16�174.3 �����P4 FA U1 98.2�1 02.23
P2 FB U1 99.05 138.95 104.15 221.2P3 FB U1 87.05 176.7 42.6 245.74P4 FB U1 101 176.09 110.39 101.22P1 FC U1 101.8 131.05 85.35 150.55P2 FC U1 100.2 115 86.95 181.85P3 FC U1 112.75 175.25 177.74 121.45P4 FC U1 116.35 109.3 104.85 196.75P1 FA U2 109.65 169.9 53.1 153.35P2 FA U2 89.4 115.05 128.85 199.35P3 FA U2 91.6 89.4 142.85 129.9P4 FA U2 85.5 146.95 109.65 153P1 FB U2 99.45 125.3 111.03 173.55P2 FB U2 91.9 98.85 92.5 199.6P3 FB U2 106.25 106.05 95.9 140.55P4 FB U2 111.2 146.85 92.57 160.35P1 FC U2 104.8 127.25 108.6 158.43P2 FC U2 98.35 118.15 82 165.3P3 FC U2 81.5 140.1 92.68 153.45P4 FC U2 93.55 166.4 56.55 167.25P1 FA U3 114 177.4 33.55 121.04P2 FA U3 85.95 90.55 84.35 172.6P3 FA U3 89.65 158.35 106.3 162.1P4 FA U3 94.25 177.5 63.55 123.5P1 FB U3 80.1 129.85 141.3 124.75P2 FB U3 100.85 187.1 115.5 157.4P3 FB U3 100.55 166.95 118.8 169.1P4 FB U3 105.25 144.5 106.12 226.05P1 FC U3 116.7 68.45 118.65 151.7P2 FC U3 98 112.7 109.95 170.61P3 FC U3 103.35 131.15 36.4 188.69P4 FC U3 101.4 81.65 104.5 181.8
Lampiran 4. Data Konversi Pakan Entog Jantan Starter (gram) Selama Penelitian.Perlakuan Konversi PakanP1 FA U1 5.25P2 FA U1 4.72P3 FA U1 4.96P4 FA U1 3.77P1 FB U1 4.87P2 FB U1 4.86P3 FB U1 4.7P4 FB U1 4.66P1 FC U1 5.09P2 FC U1 4.85
P3 FC U1 4.15P4 FC U1 4.64P1 FA U2 5.23P2 FA U2 4.75P3 FA U2 4.71P4 FA U2 4.72P1 FB U2 4.63P2 FB U2 4.8P3 FB U2 5.12P4 FB U2 4.69P1 FC U2 4.98P2 FC U2 4.8P3 FC U2 4.8P4 FC U2 4.54P1 FA U3 5.25P2 FA U3 4.76P3 FA U3 4.7P4 FA U3 4.64P1 FB U3 4.76P2 FB U3 5.1P3 FB U3 4.5P4 FB U3 4.65P1 FC U3 4.7P2 FC U3 4.79P3 FC U3 4.9P4 FC U3 4.56
Lampiran 5. Analisa Statistik Tingkat Protein dan Frekuensi Pemberian Pakan Terhadap Konsumsi Pakan Ternak Entog Jantan (starter).
Analisa Peragam84 67��= -7,87 91 . A na li sa Peragam
JK dan JH JHK���� JHK��� dan JHK ,8467�= -7,879 .Anal isa P erag
7 �= -7,8 91.An alisa P eragam� �= -7,879 1.Ana lisa Pera84 67��= 8791. Analis Perag m � 7 �= -7, 791.Ana lisa Pera7� = -7,879 .Anal isa Per gam� �� �JK dan JH K g a�� -7,8791 Anali sa Pera g a m � ,
67��= -7,8791.Analisa Peragam��8791.Analisa Peragam�����JK dan JHK������
�������F tabel������xx�yy�xy����
����5%�1%���Prot3369.3594�0.6424�10.08810.
2755�10.3668�20.
1
8341.5020�3
.01�4.72����
Frek251.52
790.0619�1
.55140.04
67�1
.0152�1 0.0 152 3.07
.40�5.61����PF6 497. 0144 0.282
84670.1238�10.1589 50.031 73.897 6**�2.53
7����Gala t241226.4930,0 991�-7,
�0, 0506 1
85 23�- �-
�� Total 35
4.3 95�1,0 86
4
,6071����������Keterangan: ** Berbeda Sangat Nyata (p<0.01).�Kesimpulan : Protein
akan da n fr ekue nsi erian pakan yang diber ikan membe
n pengaruh yang sanga t nyata terhad ap konv
Perlakuan Rata-rata (gram) NotasiFB 4.75 aFC 4.755 aFA 4.84 a
3. UJD PF Pakan
SE = √ KT PF r
SE = √0.0317 3= 0.1028
Selang 0 % 1 % 2 %Nilai Tabel UJD 3.96 4.15 4.26
SE x Nilai Tabel UJD 0.4071 0.4266 0.4379
Tabel 4. Kombinasi Tingkat Protein dan frekuensi Pemberian Pakan Terhadap Konversi Pakan Entog Jantan Starter.