PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP JUMLAH DAN UKURAN HASIL
TANGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN TELUK PALABUHANRATU JAWA
BARAT
abstrakMario Limbong. Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap
Jumlah dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat. Dibimbing oleh Domu Simbolon
Penentuan daerah penangkapan ikan dapat diduga dari kondisi
perairan yang merupakan habitat dari suatu spesies. Kondisi
perairan biasanya digambarkan dengan parameter oseanografi. Salah
satu indikator untuk mengetahui keberadaan suatu spesies ikan yaitu
suhu permukaan laut. Keberadaan ikan cakalang sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor oseanografi, salah satunya yaitu suhu permukaan
laut.
Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu, tahap pertama di
perairan Teluk Palabuhanratu dengan basis operasi di PPN
Palabuhanratu (Agustus-Oktober 2007). Penelitian ini menggunakan
metode survei, sedangkan pengambilan data melalui eksperimental
fishing dengan cara purposive sampling, sebanyak 10 kapal payang.
Suhu permukaan laut diperoleh dengan men-download dari internet
(http://oceancolor.gsfc.nasa.gov).
Suhu permukaan laut di perairan Teluk Palabuhanratu pada bulan
Agustus, SPL berkisar 22oC 29oC dengan SPL dominan antara
26oC-29oC. Kisaran SPL pada bulan September yaitu antara 21oC 27oC
dengan SPL dominan antara 24oC 27oC. Kisaran SPL pada bulan Oktober
adalah 20oC-31oC dengan suhu dominan pada kisaran 24oC-29oC. Ikan
cakalang banyak tertangkap pada kisaran suhu 25oC-29oC. Daerah
penangkapan ikan cakalang pada bulan Agustus sampai Oktober 2007
terdapat di perairan Teluk Ciletuh, Ujung Karangbentang, Cimaja,
Teluk Cikepuh, Ujung Genteng dan Gedogan. Suhu permukaan laut (SPL)
tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan cakalang di
perairan Teluk Palabuhanratu. Kata kunci: Suhu Permukaan Laut,
Cakalang dan
Palabuhanratu=========================================================================
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Singkam pada tanggal 6 Maret 1986 dari
pasangan J. Limbong dan E. Sitanggang. Penulis adalah anak ke tiga
dari enam bersaudara. Tahun 1992 mengawali pendidikan di SD N
173783 Singkam dan pada tahun 1998 penulis melanjutkan ke Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Sianjur Mula-Mula. Pada tahun
2001 penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Umum
Kartika I-2 Medan.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004
melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan terdaftar
sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program
studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Selama menjadi mahasiswa,
penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Penulis pernah
menjabat sebagai anggota Departemen Informasi dan Komunikasi
HIMAFARIN 2005-2006, Ketua Persekutuan Fakultas FPIK, Anggota Unit
Kegiatan Mahasiswa PMK tahun 2004 sampai sekarang.
Pada tahun 2007 penulis melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah dan Ukuran Hasil
Tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan
pada Program studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan.==========================================================================
PENDAHULUAN Latar BelakangPerikanan merupakan salah satu sektor
ekonomi potensial yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan manusia
yang semakin sulit. Peningkatan pertumbuhan manusia tidak sebanding
dengan peningkatan sumber daya alam yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Hal ini mendorong sektor perikanan untuk
meningkatkan hasil tangkapannya. Indonesia merupakan negara
perairan yang masih memiliki kendala dalam bidang penangkapan ikan.
Salah satu kendala yang dihadapi oleh nelayan-nelayan Indonesia
adalah keterbatasan pengetahuan dalam penentuan posisi penangkapan
yang efisien atau daerah penangkapan ikan yang potensial. Perairan
Palabuhanratu yang terletak di selatan Jawa Barat, merupakan salah
satu daerah perikanan yang potensial di Indonesia. Nelayan di
Palabuhanratu melakukan penangkapan ikan hanya berdasarkan
pengalaman untuk menentukan daerah penangkapan sehingga mereka
memerlukan biaya yang besar dan waktu yang lama. Jenis-jenis ikan
yang terdapat di Palabuhanratu sangat banyak sehingga daerah ini
merupakan tempat yang strategis bagi nelayan lokal maupun nelayan
yang datang dari luar Palabuhanratu. Cakalang merupakan salah satu
jenis ikan yang paling banyak tertangkap oleh alat tangkap payang
dan gillnet di Palabuhanratu. Musim penangkapan cakalang
berlangsung antara Juni sampai Oktober dan puncaknya terjadi pada
Agustus sampai September. Informasi tentang keberadaan cakalang
tersebut masih sulit diperoleh secara pasti di Palabuhanratu.
Daerah penangkapan cakalang di perairan Teluk Palabuhanratu
seyogianya dapat diketahui dengan memperhatikan parameter
oseanografi, seperti suhu permukaan laut. Hal ini disebabkan karena
setiap spesies ikan memiliki kisaran suhu tertentu yang sesuai
dengan kebiasaan hidupnya yang dapat ditoleransi oleh tubuhnya
sehingga dapat mempengaruhi penyebaran ikan di suatu perairan.
Dengan cara membandingkan keberadaan ikan yang tertangkap dengan
suhu permukaan laut yang disukainya, keberadaan ikan cakalang dan
jenis ikan lain dapat diketahui.
Pengamatan suhu permukaan laut untuk mendeteksi keberadaan ikan
cakalang sangat tepat karena cakalang merupakan spesies yang
lapisan renangnya terdapat pada lapisan atas dekat permukaan.
Laevastu dan Hayes (1981) mengemukakan bahwa suhu berpengaruh
terhadap penyebaran ikan cakalang. Suhu optimum untuk ikan cakalang
di Pasifik Timur Laut sebesar 20 26oC, sedangkan di Pasifik
Tenggara berada pada kisaran 20-28oC. Untuk Indonesia menurut
Gunarso (1985) cakalang dapat ditemukan pada kisaran suhu antara
28-29oC.
Gunarso (1985) mengatakan bahwa kebiasaan cakalang bergerombol
sewaktu dalam keadaan aktif mencari makan. Jumlah cakalang dalam
suatu gerombolan berkisar beberapa ekor sampai ribuan ekor.
Individu suatu schooling cakalang mempunyai ukuran yang relatif
sama. Ikan yang berukuran lebih besar berada pada lapisan yang
lebih dalam dengan schooling yang kecil, sedangkan ikan yang
berukuran kecil berada pada lapisan permukaan dengan kepadatan yang
besar (Waldrom diacu dalam Irawan, 1995). Apakah faktor oseanografi
berpengaruh terhadap penyebaran ukuran ikan cakalang? Ikan cakalang
ukuran besar berbeda kemampuan adaptasinya dengan ikan cakalang
ukuran kecil dalam mengatasi perubahan lingkungan. Dengan
mengetahui ukuran ikan cakalang, maka dapat melihat sebagian
sifat-sifatnya dalam mengatasi perubahan lingkungan.
Untuk mengetahui parameter oseanografi suhu permukaan laut (SPL)
perairan Indonesia yang sangat luas maka metode konvensional sangat
sulit dilakukan karena membutuhkan biaya yang sangat besar dan
waktu yang lama. Hal ini mendorong untuk memanfaatkan teknologi
satelit dalam pengamatan fenomena oseanografi khususnya suhu
permukaan laut. Satelit ini mampu menentukan nilai SPL optimum yang
disukai ikan, termasuk ikan cakalang. Dengan mengetahui penyebaran
SPL optimum ikan cakalang, maka nelayan dapat memprediksi daerah
penangkapan sehingga menghemat waktu, biaya dan tenaga untuk
melakukan operasi penangkapan. Oleh karena itu penelitian tentang
pengaruh SPL terhadap jumlah dan ukuran hasil tangkapan ikan
cakalang di peraiaran Teluk Palabuhanratu ini perlu dilakukan.
Tujuan1) Menentukan penyebaran SPL di perairan Palabuhanratu2)
Menentukan komposisi (jumlah dan ukuran) hasil tangkapan cakalang3)
Memprediksi pengaruh SPL terhadap jumlah dan ukuran panjang (size)
hasil tangkapan cakalang Manfaat1) Nelayan dapat melakukan
penangkapan ikan cakalang secara produktif dengan mengetahui
penyebaran daerah penangkapan ikan yang potensial2) Memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan, khususnya penerapan berbagai
penginderaan jauh dalam pendeteksian daerah penangkapan ikan
=========================================================================
METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah
tahap pengumpulan data di perairan Teluk Palabuhanratu dengan
pendaratan di PPN Palabuhanratu, Kecamatan Sukabumi (Gambar 3) yang
dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2007. Tahap kedua
dilaksanakan pada bulan Desember sampai Januari 2007 dengan
men-download citra suhu permukaan laut dari internet
(http://oceancolor.gsfc.nasa.gov).Gambar Peta daerah
penelitian.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer diperoleh melalui penangkapan ikan yaitu
posisi dan waktu penangkapan, jumlah hasil tangkapan cakalang,
ukuran panjang cakalang. Sedangkan data sekunder yang digunakan
adalah citra SPL, jumlah alat tangkap, jumlah kapal dan jumlah
nelayan di Palabuhanratu. Tabel Sumber sumber data primer dan
sekunderNoJenis DataSumber
I 1 2 3II 1 2 3 4Data PrimerPosisi dan waktu penangkapan
cakalangJumlah hasil tangkapan cakalangUkuran panjang cakalangData
SekunderCitra SPLJumlah alat tangkap di PalabuhanratuJumlah kapal
di PalabuhanratuJumlah nelayan di PalabuhanratuNelayan kapal
sampelNelayan kapal sampelNelayan kapal
sampelhttp://oceancolor.gsfc.nasa.govKantor PPN Palabuhanratu
2006Kantor PPN Palabuhanratu 2006Kantor PPN Palabuhanratu 2006
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Metode survei merupakan penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh
fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan yang
aktual (Nazir, 1998). Untuk penentuan sampel kapal pada kegiatan
penangkapan ikan dilakukan secara sengaja atau purposive sampling
yaitu kapal payang sebanyak 10 unit dengan pertimbangan sebagai
berikut : sampel kapal beroperasi di Perairan Teluk Palabuhanratu,
sampel kapal layak beroperasi, sampel kapal terpilih dapat mewakili
seluruh jenis unit penangkapan dengan tujuan utama penangkapannya
adalah ikan cakalang. Pada setiap kapal sampel dicatat waktu
operasi penangkapan ikan, posisi penangkapan, jumlah dan ukuran
panjang cakalang.
Jumlah hasil tangkapan dari kapal sampel yang telah ditentukan
dicatat pada kuisioner dalam bentuk fishing log yang telah
disediakan pada setiap posisi setting. Fishing log dibagikan kepada
enumerator yang ada pada kapal sampel pada saat mereka melaut. Di
samping jumlah hasil tangkapan pada setiap setting, enumerator juga
mencatat (menandai) posisi lintang dan bujur penangkapan (setting)
pada peta daerah penangkapan ikan yang telah dibagikan karena
kapal-kapal sampel tidak dilengkapai dengan GPS. Peta daerah
penangkapan ikan dibagi menjadi beberapa pixel dengan luasan 4.63
km x 4.63 km. Ukuran panjang cakalang dicatat dalam fishing log
pada setiap setting. Ikan cakalang diambil secara acak yang lebih
dekat dengan nelayan tanpa memperhatikan kriteria lain dan diukur
panjang total. Data kegiatan penangkapan ini juga diperoleh melalui
wawancara terhadap sejumlah responden di samping melalui
eksperimental fishing. Responden ditetapkan secara purposive
sampling, yaitu terhadap ABK, nahkoda atau pemilik kapal sampel.
Jumlah ABK sebanyak 5 orang dan nahkoda sebanyak 5 orang. Data suhu
permukaan laut diperoleh dengan cara men-download citra SPL yang
bebas awan dari internet (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov). Citra
SPL ini dipilih sesuai dengan waktu dan posisi operasi penangkapan
ikan. Jenis citra SPL yang digunakan adalah citra Aqua MODIS level
2 karena citra ini khusus untuk keperluan kelautan dan perikanan.
Dengan memilih level 2 pada citra Aqua MODIS, maka tampilan warna
perairan di Teluk Palabuhanratu dapat dilihat dengan baik sehingga
pengamatan perbedaan suhu permukaaan luat dapat dilihat dengan
jelas.
Data tambahan diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Sukabumi, tempat pelelangan ikan dan instansi-instansi
terkait lainnya yang erat kaitannya dengan penelitian ini. Data ini
meliputi kondisi umum lokasi penelitian, data produksi bulanan dan
tahunan, spesifikasi dan perkembangan unit penangkapan ikan
cakalang (nelayan, kapal dan alat tangkap), informasi lainnya yang
erat kaitannya dengan topik penelitian. Analisis Data Hasil
tangkapan
Data hasil tangkapan yang meliputi komposisi berat hasil
tangkapan dan ukuran spesies hasil tangkapan dianalisis menurut
skala ruang (posisi lintang dan bujur daerah penangkapan) dan skala
waktu (periode waktu operasi penangkapan). Jumlah tangkapan
cakalang yang dikelompokkan dalam periode harian dan bulanan
dikonversi dalam bentuk CPUE (kg/unit), kemudian disajikan dalam
bentuk grafik. Selanjutnya penyebaran jumlah hasil tangkapan
tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu banyak, sedang dan
sedikit. Pengelompokan ini didasarkan pada hasil tangkapan bulanan
pada tahun 2005 - 2006 dengan alat tangkap payang. Hasil tangkapan
bulanan tahun 2005 - 2006 dibagi menjadi 3 kelas melalui penentuan
rata-ratanya dan selanjutnya dijadikan kategori untuk pembagian
jumlah hasil tangkapan.
Frekuensi ukuran panjang cakalang yang tertangkap menurut
periode waktu (bulanan dan harian) disajikan dalam bentuk grafik.
Selanjutnya penyebaran ukuran panjang tersebut dikelompokkan
menjadi dua, yaitu ukuran besar dan ukuran kecil. Ukuran ikan
dikelompokkan berdasarkan ukuran ikan yang sudah dewasa yaitu mulai
ukuran 40 cm (Matsumoto, 1984). Suhu permukaan laut
Data suhu permukaan laut diketahui dengan melakukan analisis
digital terhadap citra satelit Aqua MODIS level 2 yang diperoleh
dengan men-download citra suhu permukaan laut dari internet
(http://oceancolor.gsfc.nasa.gov) yang mempunyai akstensi file
*.bz2 kemudian ditampilkan dalam bentuk JPG. Konsentrasi suhu
permukaan laut pada daerah penangkapan ikan pada saat trip operasi
penangkapan dapat dihitung dengan menggunakan software SeaDAS 4.7
yang dioperasikan dengan program linux. Langkah-langkah pemrosesan
citra dan SPL adalah sebagai berikut :1. Import dataLangkah pertama
adalah mengimpor data satelit yang sudah diekstrak. MODIS
ditampilkan dalam bentuk produk sst karena yang diolah adalah
SPL.2. Pemotongan citra (cropping). Perekaman oleh sensor satelit
mencakup daerah rekaman yang sesuai dengan sapuan sensor, oleh
karena itu perlu dilakukan pembatasan wilayah pada citra agar citra
hanya memuat daerah penelitian perairan Teluk Palabuhanratu. Daerah
tersebut mempunyai batas geografis pada 06o97LS 07o03 LS dan
106o59BT 106o62 BT.3. KlasifikasiKlasifikasi dilakukan untuk
membedakan antara darat, awan dan laut. Laut yang dimaksudkan
disini yaitu nilai suhu permukaan laut. Pemberian warna (color lut)
berfungsi untuk memudahkan dalam pengamatan secara visual. . Pada
perairan terdapat color bar yang memiliki selang 4 oC dan setiap 1
oC memiliki warna yang berbeda sehingga dapat terlihat jelas
perbedaan konsentrasi suhu permukaan laut pada setiap daerah
penangkapan ikan. Suhu terendah pada color bar adalah -2 oC dan
tertinggi yaitu 35 oC.4.Menghitung Suhu Permukaan Laut
Perhitungan SPL dapat dilakukan dengan memakai fungsi cursor
position pada titik daerah penangkapan ikan. Cursor position
menampilkan nilai SPL, waktu pemotretan dan posisi. 5.Pembentukan
peta daerah penangkapan ikan
Pembuatan daerah penangkapan ikan dilakukan dengan menggunakan
program Photoshop CS2 dalam bentuk JPG.
6.Pembuatan layout
Pembuatan layout dilakukan di Arcview dengan menambahkan
legenda, skala dan arah utara.
Citra suhu permukaan laut yang telah dibuat dalam peta sebaran
suhu permukaan laut dianalisa secara visual dan diinterpretasikan
dengan melihat pola distribusi suhu permukaan laut. Data suhu
permukaan laut ini dapat dijadikan indikasi tentang keberadaan ikan
cakalang. Penyebaran SPL disajikan dalam bentuk citra, selanjutnya
dianalisis dengan program SeaDAS untuk memperoleh kisaran SPL, SPL
dominan, SPL rata-rata di setiap posisi setting yang selanjutnya
disajikan dalam bentuk tabel.
Hubungan hasil tangkapan dengan SPL
Hubungan antara hasil tangkapan dengan suhu permukaan laut pada
posisi dan waktu yang bersamaan dianalisis dengan cara menyajikan
diagram pencar. Kedua variabel tersebut juga disajikan dalam bentuk
persamaan matematis, yaitu persamaan regresi sederhana (Wallpole,
1995) sebagai berikut:Y = a + bxKeterangan:Y: Berat hasil tangkapan
ikan cakalang (kg)
x: Suhu permukaan laut ( oC )
a : Intersep
b: Koefisien regresi untuk suhu permukaan lautUntuk menentukan
derajat hubungan antara variabel hasil tangkapan dan variabel SPL
maka dilakukan analisis korelasi. Semakin tinggi nilai korelasi
maka hubungan antara kedua koefisien semakin erat. Analisis
korelasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak microsoft
excel dan SPSS ver. 13.0. Derajat hubungan dinyatakan dengan
koefisien korelasi (r) yang merupakan akar dari koefisien
determinasi (R2).
Dimana kisaran nilai koefisien korelasi adalah : -1 r +1Korelasi
erat jika : r 0.7 dan r - 0.6 , dan korelasi tidak erat jika : -0.6
< r < 0.73.4.4 Daerah penangkapan ikan potensial
Penentuan Daerah Penangkapan Ikan (DPI) potensial didasarkan
pada tiga indikator, yaitu jumlah hasil tangkapan, ukuran panjang,
serta profil suhu permukaan laut pada daerah penangkapan. Pada
ketiga indikator tersebut diberi nilai bobot dengan teknik skooring
dengan ketentuan sebagai berikut :1. Jika pada suatu DPI diperoleh
nilai CPUE yang masuk dalam kategori tinggi ( >300 kg/unit )
diberi bobot 5, CPUE sedang ( 100-300 kg/unit ) diberi bobot 3 dan
CPUE rendah ( 40 cm/ekor) diberi bobot 3, sedangkan ukuran kecil
(