PENGARUH PERAYAAN VAISAKHI TERHADAP KEBERAGAMAAN KAUM SIKH (Studi Kasus Gurdwara Pasar Baru Jakarta) Skripsi Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Wahid Muhammad NIM: 1113032100068 PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020 M
98
Embed
PENGARUH PERAYAAN VAISAKHI TERHADAP KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52036... · 2020. 8. 25. · Agama Sikh, perayaan musim panen yang pada awalnya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH PERAYAAN VAISAKHI TERHADAP KEBERAGAMAAN
KAUM SIKH (Studi Kasus Gurdwara Pasar Baru Jakarta)
Skripsi
Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Wahid Muhammad
NIM: 1113032100068
PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PERAYAAN VAISAKHI TERHADAP KEBERAGAMAAN
KAUM SIKH (STUDI KASUS: GURDWARA PASAR BARU JAKARTA)
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh
Wahid Muhammad
NIM: 1113032100068
PRODI STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “PENGARUH PERAYAAN VAISAKHI TERHADAP
KEBERAGAMAAN KAUM SIKH (Studi Kasus Gurdwara Pasar Baru
Jakarta)”. Telah diujikan dalam sidang munaqashah Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 Juli 2020.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Agama (S. Ag) Program Strata Satu (S-1) pada Jurusan Studi Agama-agama.
Jakarta, 29 Juli 2020
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Syaiful Azmi, MA
NIP. 19710310 199703 1 005
Lisfa Sentosa Aisyah, MA
NIP. 1975050506 200501 2 003
Anggota,
Penguji I Penguji II
Siti Nadroh, MA
NUPN. 9920112687 Zaenal Muttaqin, MA
NUPN. 9920112756
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Wahid Muhammad
Fakultas : Ushuluddin
Jurasan/Prodi : Studi Agama-agama
Judul Skripsi : Pengaruh Perayaan Vaisakhi terhdap Keberagamaan
Kaum Sikh (Studi Kasus Gurdwara Pasar Baru Jakarta)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain maka, saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Juli 2020
Wahid Muhammad
v
ABSTRAKSI
Wahid Muhammad
Pengaruh Perayaan Vaisakhi terhadap Keberagamaan Kaum Sikh.
Perayaan Vaisakhi merupakan salah satu hari besar dalam keyakinan
Agama Sikh, perayaan musim panen yang pada awalnya tidak ada sangkut
pautnya dengan agama Sikh, namun sejak tahun 1699, bertepatan dengan
perayaan tersebut, Guru Gobind Singh, mendirikan sebuah ikatan persaudaraan
abadi dalam keyakinan Sikh yang kemudian dikenal dengan nama Khalsa, karena
inisiasi ke dalam Khalsa merupakan puncak evolusi spiritual dalam agama Sikh,
hal itu membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh seputar Khalsa tersebut.
Di dalam penelitian ini penulis akan memaparkan mengenai sejarah dan makna
dari perayaan Vaisakhi terhadap keberagamaan Kaum Sikh khususnya para jemaat
di Gurdwara Pasar Baru Jakarta.
Penelitian ini adalah sebuah penelitian kualitatif dengan menggunakan
teori grounded, dimana metode yang berdasarkan fakta dan data yang ada di
lapangan. Penelitian kualitatif dengan menggunakan teori grounded bersifat
konseptual yang menghasilkan teori hasil pemikiran induktif dari data penelitian
mengenai suatu fenomena. Dengan kata lain, teori dibentuk dari data atau
informasi suatu fenomena lalu dianalisis dengan cara induktif, bukan merupakan
hasil pengembangan teori yang telah ada. Selain itu, penelitian ini juga
menggunakan pendekatan Historis dan Fenomenologis, karena dinilai paling
relevan dengan penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Perayaan Vaisakhi bukan hanya
sebatas perayaan musim panen biasa, karena perayaan ini juga sekaligus
bermakna sebagai hari lahirnya Khalsa, karena lahirnya Khalsa menandai akan
sebuah era baru bagi kaum Sikh, karena Khalsa membuat keimanan seorang
jemaat Sikh menjadi sempurna, karena Khalsa membuat agama Sikh memiliki
sebuah aturan yang khas dan membuat kaum Sikh memiliki identitas sendiri,
karena Khalsa agama Sikh memiliki sebuah visi agama baru, dan karena Khalsa
Pula yang membuat hidup para kaum Sikh menjadi lebih baik lagi.
Kata Kunci : Sikh, Vaisakhi, Kualitatif, Khalsa.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil al-a‟lamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan nikmat Iman, Islam, dan melimpahkan rahmat serta hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai tugas
akhir untuk mendapatkan gelar sarjana.
Shalawat serta salam ditujukan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad
SAW, sebagai suri tauladan yang baik serta manusia paling sempurna yang
ditunjuk oleh Allah SWT untuk memberikan jalan yang lurus kepada umatnya.
Alhamdulillah penulisan skripsi ini dapat terselesaikan denga baik,
meskipun banyak kendala dan rintangan yang dihadapi dalam proses penyelesaian
penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa selama masa penyelesaian skripsi
banyak mendapat bimbingan, bantuan serta motivasi berbagai pihak baik moril
maupun materil.
Dengan demikian sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ahmad Ridho DESA., selaku dosen pembimbing penulis yang
telah memberikan arahan, saran serta perhatiannya kepada penulis dan
dengan sangat membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi
ini.
2. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Endang Sutisna dan Ibu Siti
Mulyani, atas segala kasih sayang, perhatian dan dorongannya.
3. Bapak Syaiful Azmi, MA ketua Jurusan Studi Agama-agama Fakultas
Ushuluddin dan Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, MA selaku sekretaris
vii
Jurusan Studi Agama-agama. Serta seluruh dosen dan staf akademik
Fakultas Ushuluddin, khususnya Jurusan Studi Agama-agama yang
telah membagikan waktu, tenaga dan ilmu pengetahuan juga
pengalaman berharga kepada penulis.
4. Bapak Ghoul Raj, selaku pengurus Gurdwara Pasar Baru Jakarta,
Bapak Ram Singh, selaku rohaniawan di Gurdwara Pasar Baru Jakarta,
dan terima kasih juga kepada Prem Singh, selaku Tokoh pemuda
agama Sikh di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Serta seluruh Keluarga
Besar Gurdwara Pasar Baru Jakarta yang telah memberikan banyak
sumber utama dalam skripsi ini serta meluangkan waktunya kepada
penulis untuk dapat berdiskusi secara langsung sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
5. Kakakku Neng Rani serta saudaraku Wulan Maulida dan Muhammad
Ariffudin Wahid.
6. Kepada semua teman-teman SAA angkatan 2013 khususnya HIMTI
(Himpunan Mahasiswa Tholol Indonesia), Imam Wahyudi, M
Najibbudin, M Abudzar, Irfan Santoso, Muhammad Firmanullah, Nur
Fitri Barliana, Qaffa Tahqiq dan Shahwin Bugi Pangestu. Sehat dan
Bahagia selalu Guys...
7. Keluarga besar PEPELING ZISKOM. Tetap semangat menebar
kebaikan
8. Kepada pihak-pihak yang turut membantu dan berperan dalam proses
penyelesaian skripsi ini, namun luput untuk penulis sebutkan, tanpa
mengurangi rasa terima kasih penulis.
viii
Penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari berbagai kekurangan, baik
dalam penulisan maupun penyusunanya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan demi perbaikan penulisan.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT. Penulis berserah diri, mudah-
mudahan bentuk perhatian, bantuan dan partisipasi yang sudah diberikan
mendapat pahala yang setimpal dari-Nya. Harapan penulis semoga skripsi ini
sedikit banyak dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya dalam bidang Studi Agama-agama.
Jakarta, 11 Juli 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .................... .......................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
ABSTRAK .......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 9
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 9
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 15
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 15
D. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 16
E. Metode Penelitian...................................................................................... 17
F. Sistematika Penulisan ............................................................................... 23
BAB II. GURDWARA PASAR BARU JAKARTA ........................................ 25
A. Pengertian dan Fungsi Gurdwara .............................................................. 25
B. Sejarah Berdirinya Gurdwara Pasar Baru Jakarta ..................................... 34
C. Gambaran Umum Gurdwara Pasar Baru Jakarta ...................................... 36
BAB III. PERAYAAN VAISAKHI DI GURDWARA PASAR BARU
JAKARTA ........................................................................................................... 38
A. Asal-Usul Perayaan Vaisakhi ................................................................... 38
B. Waktu Pelaksanaan Perayaan Vaisakhi ................................................... 44
C. Apa itu Khalsa?.........................................................................................45
D. Sikh Amrithdari dan Sikh Sahajdari.........................................................53
BAB IV. SIGNIFIKANSI PERAYAAN VAISAKHI TERHADAP
KEBERAGAMAAN KAUM SIKH .................................................................. 60
A. Definisi Keberagamaan.............................................................................60
x
B. Gambaran Umum Perayaan Vaisakhi ....................................................... 62
C. Pengaruh Khalsa terhadap keberagamaan Kaum Sikh ............................. 65
BAB V. PENUTUP ............................................................................................. 70
A. Kesimpulan .............................................................................................. 70
B. Saran ......................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. ............................
Vaisakhi atau juga dikenal sebagai Baisakhi, perayaan ini adalah pesta panen
musim semi di wilayah negara bagian Punjab. Secara tradisional, perayaan ini
dirayakan sebagai rasa suka cita karena melimpahnya hasil panen, ditambah
sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Tuhan atas hasil panen yang baik dan
mengharapkan agar hasil panen yang lebih baik lagi di tahun-tahun yang akan
datang, perayaan ini merupakan salah satu peristiwa besar bagi masyarakat
Punjab. Sebenarnya perayaan ini pada awalnya tidak ada sangkut pautya dengan
Agama Sikh karena hanya sebatas perayaan musim panen biasa dimana pada
perayaan itu dirayakan dengan suka cita oleh masyarakat Punjab saat itu.
Namun ternyata pada tahun 1657, Menurut tradisi Agama Sikh, sejak era
Guru Amar Das52
, perayaan Vaisakhi ditambah peranannya jadi tidak sekedar
perayaan musim panen saja tapi pada hari itu juga dijadikan oleh Guru sebagai
sarana bagi para Kaum Sikh untuk berkumpul, mendengarkan khotbah, dan
mengharapkan keberkahan dari Sang Guru.53
Bisa dikatakan pada saat itu, Guru Amar memanfaatkan sebuah momen
dimana pada saat itu para petani yang mayoritasnya adalah pengikut agama Sikh
untuk berkumpul dan beribadah kepada Tuhan atas melimpahnya hasil panen.
52
Guru Amar Das adalah guru ketiga dalam keyakinan Agama Sikh, Lihat. H.S. Singha,
Sikh Studies (Hemkunt Press, 2005, h.101. 53
Owen Cole and Piara Singh Sambhi, The Sikhs: Their Religious Beliefs and practices
(New Delhi: Piatalla Press, 1978), h. 54.
40
Lalu sejak tahun 1699, peran perayaan Vaisakhi dimodifikasi lagi oleh Guru
Gobind Singh, karena bertepatan dengan perayaan musim panen tersebut, Sang
Guru menemukan sebuah kesempatan untuk menciptakan sebuah tatanan yang
menandakan lahirnya sebuah era baru yang di dedikasikan untuk membela mereka
yang selama ini tertindas dan memperjuangkan kesetaraan khususnya bagi para
pengikut ajaran Sikh yang kemudian dikenal dengan Khalsa (orang-orang
suci/persaudaraan abadi di dalam agama Sikh). Karena pada saat itu di wilayah
Punjab, kezaliman sedang merajalela dimana-mana. Ditambah pada saat itu di
dalam ajaran Agama Sikh tidak ada aturan tentang bagaimana cara menghadapi
kezaliman tersebut.54
Selain itu, proses lahirnya Khalsa yang bertepatan dengan perayaan Vaisakhi
itu menandakan akan terjadinya sebuah akulturasi budaya, dimana sebelumnya
perayaan Vaisakhi hanya sebuah kebudayaan masyarakat Punjab mengenai pesta
panen musim semi, lalu oleh Guru Gobind Singh diadopsi menjadi sebuah hari
besar keagamaan dalam agama Sikh.
Menurut Raam Singh, sebenarnya ada banyak perayaan digelar dalam
agama Sikh, baik yang sifatnya insidental maupun rutin. Yang insidental, bila ada
jemaat yang menginginkan untuk memberi sedekah (santunan) atau mengadakan
bakti sosial yang bersifat spontanitas, maka panitia Gurdwara akan menyiapkan
segala kebutuhan acaranya.
Sedangkan, untuk yang perayaan rutin biasanya digelar besar-besaran
karena sudah sudah berlangsung ratusan tahun yang lalu dan tercantum di dalam
54
Harkirat S. Hansra, Liberty at Stake, Sikhs: the Most Visible (iUniverse, 2007), h. 28.
41
kalender agama Sikh. Sebut saja misalnya, hari kelahiran Guru, hari mengenang
kepergian Guru, hari Diwali, dan tentu saja hari Vaisakhi.
Akan tetapi yang disebut terakhir biasanya dirayakan secara spesial, selain
karena bertepatan dengan perayaan musim panen yang sudah pasti dirayakan
dengan meriah dan diisi dengan berbagai macam kegiatan, baik yang bersifat
ritual maupun sosial budaya. Dan yang terpenting adalah lahirnya Khalsa, karena
pada perayaan Vaisakhi tahun 1699, telah terjadi sebuah peristiwa besar dan
bersejarah, dimana Guru Gobind Singh telah menginisiasi lima orang pengikutnya
yang telah berhasil menempuh ujian berat untuk masuk ke dalam Khalsa. Lima
orang itu kemudian disebut Guru Gobind sebagai orang-orang yang teguh
kepercayaannya, kuat imannya dan siap berkorban demi kebenaran. Kelima orang
itu terdiri dari Daya Rham Khatri, Dharam Ras, Mukham Chand, Shahib Chand,
dan Himmat Rai. Mereka kemudian diberi gelar Panj Piare (lima orang suci
tercinta). Dan sejak saat itu perayaan Vaisakhi menandakan lahirnya Khalsa dan
berdirinya Panj Piare. Dan membuat perayaan musim panen ini masuk ke dalam
salah satu perayaan utama dalam kalender Agama Sikh.55
Seperti yang sudah dipaparkan diatas, bahwa perayaan ini merupakan
salah satu perayaan utama dalam kalender Sikh karena memperingati kelahiran
Khalsa. Sebuah tatanan resmi atau ikatan persaudaraan abadi yang didalamnya
terdapat komitmen dari para penganut agama Sikh untuk menjalani kehidupan
dengan semangat persatuan, kesetaraan dan penuh kasih sayang. Dan yang
terpenting dari tatanan ini adalah sebagai sarana untuk menentang penindasan atas
55
Wawancara Pribadi dengan Raam Singh, (Salah Satu Jemaat Gurdwara Pasar Baru
Jakarta), Pasar Baru 25 Mei 2018.
42
nama agama yang sering terjadi pada para jemaat Sikh waktu itu, menghilangkan
perbedaan antara masyarakat kasta atas dan bawah, karena pada saat itu perbedaan
kasta menjadi sumber permasalahan yang menyebabkan banyak masyarakat
menderita.56
Pada perayaan ini semua jemaat Sikh akan berkumpul di gurdwara untuk
melaksanakan ibadah seperti melantunkan Kirtan, mendengarkan Khotbah,
membaca Guru Granth Sahib dan yang terpenting adalah Upacara Amrit, dimana
pada upacara itu seorang jemaat Sikh akan diinisiasi ke dalam Khalsa. Selain itu,
ada pula yang bertugas di ruang makan kuil untuk menghidangkan makanan
kepada jemaat lain karena sudah menjadi tradisi dalam agama Sikh bila selesai
melakukan sembahyang maka dilanjutkan dengan makan bersama-sama. Disini
para jemaat Sikh tidak hanya disibukan dengan ibadah kepada Tuhan melainkan
juga sebagai ibadah terhadap sesama manusia, ibadah kepada manusia disini
dimaksudkan yaitu dengan menyebarkan kebaikan kepada sesama tanpa pamrih,
oleh karena itu, para relawan berlomba-lomba dalam menyediakan makanan
terbaik kepada para jemaat karena mereka percaya bahwa kebaikan yang selama
ini mereka lakukan akan menghasilkan kebaikan pula di masa yang akan datang
dan akan mendapat keberkahan dari Tuhan.57
Sebetulnya kegiatan bermula dengan pembacaan kitab suci Guru Granth
Sahib selama 48 jam nonstop oleh para Granthi, yaitu pada 12-14 April karena
sudah menjadi tradisi bahwa jika setiap tiba hari besar keagamaan, maka
56
Sushil Mittal And Gene Thursby, Religions of South Asia An Introduction (New York:
First Published, 2006), h. 68. 57
Theodore M. Ludwig, The Sacred Paths of The East (New Delhi: Prentice Hall Press,
2001), h.36.
43
sebelumnya akan diadakan pembacaan Guru Granth Sahib selama 48 jam
nonstop, hal itu bertujuan untuk selalu mengingat Gurbani,58
lalu setelahnya para
jemaat datang mengenakan pakaian tradisional sambil membawa bunga dan hadir
ke Gurdwara pada pagi hari sekitar pukul 07.00.
Menurut Prem Singh, fokus dari perayaan ini adalah unuk mendidik atau
memberi pencerahan bagi para jemaat khususnya anak-anak untuk mengingat dan
meneladani atas apa yang telah dilakukan oleh Guru Gobind Singh, karena selama
periode sekitar 1650-an, negara bagian di sekitar Punjab berada dalam kekacauan,
para penguasa hari itu banyak berbuat korup, tidak ada aturan hukum, hak-hak
orang biasa dikerdilkan bahkan dihilangkan sama sekali, keadilan menjadi barang
langka bahkan sulit untuk dapat ditemukan, yang kuat memaksakan kehendak dan
jalan mereka tanpa perundingan terlebih dahulu, yang lemah menderita secara
konstan dan diam-diam, terjadi kesengsaraan di mana-mana.
Dalam keadaan seperti inilah Guru membuat sebuah gebrakan baru dengan
membuat Khalsa. Guru sedang mencari orang-orang terpilih di dalam komunitas
Sikh yang siap akan menerima tantangan dan mengatasi kesewenang-wenangan,
menjadi kuat dan tak kenal takut, bersiap untuk menghadapi tantangan-tantangan
sebesar dan seberat apapun tanpa keberatan, siap untuk menegakkan keadilan,
bahkan rela untuk mengorbankan semua yang ia miliki termasuk nyawanya
sendiri. Oleh karena itu, signifikansi dari perayaan Vaisakhi merupakan lahirnya
Khalsa.59
58
Gurbani merupakan ayat-ayat suci yang terdapat di dalam Guru Granth Sahib. Lihat, Puran Singh, Spirit of The Sikh, Vol 1 (Patiala, India: Punjabi University Press, 1982), h. 13.
59 Wawancara Pribadi dengan Prem Singh, (tokoh pemuda Agama Sikh di Wilayah
Jakarta ), Jakarta, 11 Juli 2018.
44
Puncak dari perayaan Vaisakhi adalah Upacara Amrit atau Amrit Sanchar
yaitu merupakan upacara inisiasi atau pembaptisan dalam keyakinan Agama Sikh.
Praktek ini sebenarnya telah ada sejak era Guru Pertama yaitu Guru Nanak Dev
(1469-1539). Selama periode waktu itu, upacara ini dikenal sebagai Charan
Amrit, kata-kata Charan menandakan kaki guru. Selama periode waktu itu, Guru
akan menyentuhkan kakinya ke dalam wadah di mana sudah berisi dengan air dan
para inisiat (calon anggota bisa juga para peserta upacara) akan minum air itu.
Jadi para inisiat saat itu meminum air basuhan kaki Guru dengan tujuan
mengharapkan keberkahan dan sebagai wujud komitmen untuk mentaati semua
ajaran dari sang Guru.
Prosesi upacara ini terus berlangsung yang dimulai dari era Guru Ke-1
sampai Guru ke-9, lalu sejak era Guru ke-10 yaitu Guru Gobind Singh, Sang Guru
mengubah tata cara pelaksanaan upacara Amrit saat itu, yang pada awalnya para
inisiat harus meminum air basuhan kaki Guru, lalu diubah menjadi meminum air
yang dicipratkan oleh Guru ke kepala meliputi rambut dan mata para inisiat. Dan
jika pada era Guru ke-1 sampai dengan ke-9, upacara Amrit hanya untuk
bertujuan mengharapkan keberkahan dari sang Guru pada saat itu, maka sejak era
Guru ke-10, selain mengharapkan berkah dari sang Guru, dengan dilaksanakannya
upacara Amrit, maka para inisiat juga telah resmi menjadi bagian dari Khalsa
yang membuat mereka menjadi seorang pengikut Sikh sejati.60
Lalu setelah Upacara Amrit dilaksanakan maka dilanjutkan kegiatan
Perarakan atau parade disekitar gurdwara, dalam kegiatan perarakan atau parade
60 Wawancara Pribadi dengan Raam Singh, Jakarta, 19 Juli 2018 pukul 11.23.
45
biasanya para jemaat Sikh mengenakan pakaian tradisional yang berwarna orange
dan kuning, warna khas dari para jemaat Sikh.
Bukan hal yang aneh jika di dalam parade diisi dengan nyanyian dan
tarian, tarian yang biasa dipentaskan pada saat parade perayaan Vaisakhi adalah
Bhangra dan Gidda. Bhangra sendiri merupakan tarian tradisional dari Punjab
yang biasa dilakukan oleh para pria, sedangkan Gidda tarian tradisional yang
biasa dilakukan oleh para wanita dengan iringan musik drum bernama Dhol.
Bhangra sendiri sudah ada sejak abad ke-14, ketika itu para petani di Punjab
menari untuk merayakan hasil panen mereka, kemudian seiring berjalannya
waktu, tarian ini kemudian menjadi salah satu hal yang tidak bisa dilewatkan bila
perayaan Vaisakhi berlangsung. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pagelaran
seni bela diri Sikh yaitu Gatka, perayaan yang dirayakan dengan penuh
kenikmatan dan kebahagiaan ini ditutup dengan kegiatan bakti sosial dengan
warga sekitar yang ada di lingkungan Gurdwara, hal ini dilakukan karena
merupakan salah satu bentuk ungkapan rasa syukur atas kelahiran Khalsa.61
B. Waktu Pelaksanaan Perayaan Vaisakhi
Perayaan Vaisakhi biasanya dirayakan setiap tahun pada bulan April jika
menggunakan kalender Gregorian (Masehi) atau hari pertama pada bulan Vaisakh
jika disesuaikan dengan penanggalan pada kalender Nanaksakhi.62
karena jatuh
61
Jagraj Singh, A Complete Guide to Sikhism (Unistar Books, 2009), h. 311. 62
Merupakan kalender universal umat Sikh yang diambil dari nama Guru Nanak, Pendiri
Sikhisme. Umat Sikh melihat adopsi kalender baru sebagai langkah maju yang besar untuk
identitas Sikh, dan akan membantu menghilangkan kesan bahwa Sikhisme adalah cabang dari
agama lain. Lihat Kristina Myrvold, Inside The Guru’s Gate (Lund: Lund University, 2008), h. 90.
46
pada bulan Vaisakh maka perayaan ini dinamakan Vaisakhi, perayaan Vaisakhi
tahun ini dirayakan pada tanggal 14 April.63
Banyak yang menggangap bahwa perayaan Vaisakhi menandakan sebagai
tahun baru dalam kalender agama Sikh. Namun ternyata hal itu tidak tepat, seperti
yang dipaparkan oleh Balwant Singh, kepercayaan yang selama ini dipegang
secara luas itu tidak benar, karena Tahun Baru Sikh jatuh pada bulan Chet, itu
karena bulan pertama pada kalender Nanakshahi adalah Chet, sementara bulan
Vaisakh merupakan bulan kedua dalam kalender agama Sikh.
Anggapan bahwa tahun baru Sikh jatuh pada bulan Vaisakh bermula
ketika berlangsungnya musim panen bagi para petani di Punjab saat itu, karena
bagi para petani datangnya musim panen berarti tahun baru dimulai atau
menandakan akan ada segera pergantian Tahun, memang betul bahwa mayoritas
petani di Punjab saat itu merupakan para jemaat Sikh tapi biarpun begitu tradisi
para petani saat itu tidak ada sangkut pautnya dengan tahun baru dalam agama
Sikh.64
Sekarang perayaan Vaisakhi dirayakan dengan lebih banyak energi,
semangat kebersamaan dan kemeriahan karena telah menjadi hari suci untuk
menandai kelahiran Khalsa. Hubungan antara Vaisakhi dan Khalsa itu ibarat 2 sisi
mata koin yang saling terkait, karena jika tidak ada perayaan Vaisakhi mungkin
Guru Gobind Singh tidak akan pernah membuat sebuah gebrakan besar dalam
keyakinan Agama Sikh, dan jika seandainya Khalsa tidak ada, mungkin para
Kaum Sikh hanya akan berpegang teguh dengan prinsip mereka selama ini yaitu
63
Ernest Trumpp, The Ādi Granth or the Holy Scriptures of the Sikh (Munshiram
Manoharlal Publishers, 2004), h. 76-77. 64
Wawancara Pribadi dengan Balwant Singh, Jakarta 28 Juli 2018 pukul 08.39
47
menyebar kebenaran dan tidak akan pernah tahu bagaimana cara menghadapi
kezaliman saat itu, atau agama Sikh tidak akan memiliki sebuah visi agama
baru.65
C. Apa itu Khalsa?
Ada dua pendapat tentang asal usul kata Khalsa. Yang pertama
menyebutkan bahwa Khalsa berasal dari bahasa Arab yaitu Khalis yang berarti
bersih, murni, asli dan otentik, dan pendapat kedua Khalsa berasal dari bahasa
Persia karena pada saat itu Guru Gobind Singh menaruh hormat kepada bangsa
Persia ditambah asal kata Punjab, yang dimana merupakan asal dari Agama Sikh
sendiri berasal dari bahasa Persia.66
Tapi terlepas dari perdebatan kedua pendapat
diatas, Menurut Bapak Ghoul Raj, Khalsa sendiri merupakan sebuah ikatan
persaudaraan abadi dalam agama Sikh yang bersifat murni, suci dan bersih.
Terserah orang bila ada yang mengganggap bahwa khalsa berasal dari bahasa arab
atau bahasa persia, karena itu hal yang lumrah bila berbeda pendapat apalagi
dalam dunia akademis, tapi saya lebih condong dengan Khalsa berasal dari bahasa
arab, karena serangkaian makna kata yang dibawanya dan ditambah pada saat itu
Guru ke-10 juga telah bisa berbahasa arab.67
Menurut sejarah Agama Sikh, pembentukan Khalsa adalah salah satu
peristiwa penting terutama pada masa guru terakhir. Peristiwa ini muncul sebagai
65
Pashaura Singh and Louis Fenech, The Oxford handbook of Sikh studies (UK: Oxford
University Press, 2014), h. 236–237. 66
Pashaura Singh, The Oxford Handbook of Sikh Studies (Oxford: Oxford University
Press, 2014), h. 76. 67
Wawancara Pribadi dengan Ghoul Raj (Salah satu pengurus Gurdwara Pasar Baru
Jakarta) pada tanggal 14 April 2019.
48
respon atas sikap kesewenang-wenangan Kekaisaran Mughal, dibawah pimpinan
Aurangzeb68
. Ditambah pada tahun 1675 guru ke-9 dalam agama Sikh sekaligus
Ayahanda Guru Gobind yaitu Guru Teg Bahadur harus gugur karena konflik yang
terjadi diantara kelompok Sikh dan Kekaisaran Mughal pada saat itu, konflik
antara kekaisaran Mughal dan kaum Sikh disebabkan oleh pihak Mughal yang
meminta upeti kepada kaum non-muslim sebagai bentuk penyerahan diri kepada
pihak kekaisaran, namun, itu semua kemudian mendapat pertetangan dari kaum
non-muslim dan pada akhirnya konflik bersenjata pun tidak bisa dihindarkan.
Peristiwa yang terjadi pada 14 April 1699 atau tepat pada perayaan
Vaisakhi, di sebuah tempat bernama Takht Sri Keshgarh Sahib yang terletak di
kota Anandpur Sahib. Disinilah upacara pembaptisan yang dilakukan oleh Guru
Gobind Singh berlangsung. Pada upacara tersebut, para jemaat Sikh dari seluruh
India diundang untuk hadir.
Menurut tradisi Sikh, ketika ribuan orang telah berkumpul untuk
mendengar khotbah dan berharap keberberkahan dari sang Guru, Guru Gobind
Singh keluar dari tenda dengan membawa pedang yang terhunus, dia memberikan
pidato yang kuat untuk menanamkan akan pentingnya keberanian diantara
sesama. Di akhir pidatonya ia mengatakan bahwa setiap perbuatan besar didahului
dengan pengorbanan yang sama besarnya dan menutupnya dengan sebuah
68
Cath Senker, My Sikh Year ( The Rosen Publishing, 2007), h. 10.
49
permintaan yang menakutkan yaitu menuntut siapa pun yang siap untuk
menyerahkan kepalanya untuk maju.69
Sambil berteriak dia memanggil para jemaat Sikh yang berani untuk
memenuhi panggilannya, tapi tidak ada yang menjawab, lalu Dia mengulangi
panggilan itu, tapi tetap mendapat respon yang sama. Hingga pada panggilan
Ketiga, akhirnya lelaki berusia empat puluh tahun bernama Daya Ram Khatri
berdiri dan mengajukan diri. Sang guru membawa Daya Ram untuk masuk ke
dalam tenda dan tak berselang lama Guru kembali sendirian setelah beberapa
waktu, pedangnya meneteskan darah. Merasa belum puas, lalu dia mengulangi
seruannya untuk mencari sukarelawan lainnya hingga empat kali lagi, hingga pada
akhirnya ada empat jemaat lagi yang telah memenuhi kehendak Sang Guru.
Mereka adalah Dharam Das, seorang Penggembala domba dari Delhi, Mukham
Chand, seorang tukang cuci dari Dwarka, Sahib Chand seorang tukang cukur dari
Bidar, dan Himmat Rai, Seorang pengangkut air dari Jagannatha. Masing-masing
dari mereka pergi secara bergantian bersamanya ke dalam tenda dan setiap keluar
dari tenda Sang Guru keluar selalu sendirian dengan pedangnya yang berlumuran
darah.70
Para jemaat Sikh banyak yang heran dan kaget kenapa Guru mereka bisa
menjadi begitu sadis dengan membunuh pengikutnya sendiri, bahkan ada sebagian
jemaat yang mengganggap Sang Guru telah kehilangan akal sehatnya. Akan
tetapi, nyatanya Bercak Darah yang menempel dan menetes pada pedang sang
69
Arvind Pal Singh, Sikhism: A Guide for the Perplexed (Bloomsburry Acedemic, 2013),
h.53-54. 70
Puran Singh, Spirit of the Sikh, Vol. II (New Delhi: Punjabi University Press, 1982), h.
317.
50
Guru bukan merupakan darah para pengikutnya tadi, itu merupakan darah hewan
sejenis kambing, Guru Gobind Singh sebenarnya tidak membunuh pengikutnya
tetapi menggunakan mereka sebagai contoh keberanian untuk menginspirasi para
jemaat Sikh lainnya, kemudian kelima orang tadi keluar dari tenda dengan
pakaian baru berwarna kunyit yang di atasnya ditutupi sorban yang diikat rapi
dengan warna yang sama tanpa terluka sedikit pun.
Guru Gobind Singh akhirnya memperjelas niatnya, dia memberikan
semacam ujian kepada pengikutnya untuk menguji seberapa jauh kesetiaan,
loyalitas, kepatuhan, dan kerelaan mereka untuk selalu mentaatinya, hal yang
sama juga pernah dilakukan oleh Guru Nanak sewaktu dia menguji para
pengikutnya, hingga pada akhirnya hanya ada satu jemaatnya yang lulus, pria itu
bernama Lehna, yang kemudian dikenal sebagai Guru Angad, Guru kedua dalam
agama Sikh.
Selain itu, ia ingin mendirikan tatanan baru dalam agama Sikh, sebuah
tatanan yang terdiri dari pria dan wanita yang memiliki keberanian, dedikasi dan
moralitas tinggi. Para anggota tatanan baru ini tidak akan pernah gentar dalam
menjalankan tugas mereka sebagai murid dari Guru, sama seperti kelima orang
Sikh tadi yang dengan suka rela menawarkan hidup mereka kepada Sang Guru.
Lalu kemudian, lima orang tadi yang terdiri dari Daya Ram, Dharam Das,
Himmat Rai, Mukham Chand, dan Sahib Chand diberi gelar Panj Piare yang
berarti “lima orang yang dicintai”. Selain diberi gelar mereka juga mengganti
nama mereka atas wejangan dari sang Guru yaitu menjadi Bhai Daya Singh, Bhai
51
Mukham Singh, Bhai Sahib Singh, Bhai Dharam Singh, dan Bhai Himmat
Singh.71
Panj Piare merupakan sekumpulan orang suci yang berdedikasi tinggi,
berani, dan kuat untuk memimpin para jemaat Sikh di masa yang akan datang,
Panj Piare secara resmi merupakan anggota Khalsa pertama yang telah diinisiasi
oleh Guru Gobind Singh. Kemudian Guru berkata: “Di mana ada Panj Piare,
maka disana ada Aku, mereka adalah yang paling suci diantara yang suci”.
Setelah itu, Guru Gobind Singh melanjutkan dengan menyelenggarakan
sebuah upacara, upacara yang sebenarnya telah ada sejak era Guru Pertama yaitu
Upacara Amrit atau Amrit Sanchar. Upacara ini dimulai dengan Guru yang
mencurahkan air ke dalam mangkuk besi, lalu Patasas (sejenis pemanis bisa gula
ataupun Madu) ditambahkan ke dalam air melambangkan simbol cinta dari Sang
Guru, kemudian diaduk menggunakan pedang bermata dua atau biasa disebut
dengan Khanda. Ramuan ini disebut Amrit, Sambil mengaduk air dengan Khanda,
Guru membaca Gurbani yang terdiri dari Lima Banis-Japji, Jaap Sahib, Anand
Sahib, Swayas, dan Chaupai (semuanya merupakan doa-doa yang termaktub di
dalam Guru Granth Sahib).
Lalu kemudian Guru melanjutkan dengan memercikan air suci tadi ke
kepala dan mata para inisiat, setelahnya air tersebut dibagikan ke telapak tangan
para inisiat untuk diminum. Sisa air suci yang terdapat dalam mangkuk besi
kemudian diminum secara bergantian oleh para inisiat, berbagi minuman dari
wadah yang sama merupakan sebuah simbol untuk melepaskan perbedaan kasta
71
Singha H. Singh, The Encyclopedia of Sikhism (New Delhi: Hemkunt Publishers,
2005), h.91-92.
52
dan status di antara mereka. Lalu setelahnya mereka diminta untuk memakan
Karah Parshad, makanan sejenis bubur yang terbuat dari gandum dan rempah-
rempah, kemudian Sang Guru mengatakan “Waheguru Ji Ka Khalsa, Waheguru Ji
Ki Fateh (Yang berarti: Khalsa milik Tuhan dan semua kemenangan bagi Nama-
Nya)” Yang kemudian diikuti oleh para inisiat sebagai tanda bahwa mereka
sekarang telah resmi menjadi bagian dari Khalsa.72
Kemudian Sang Guru berkata, “Bahwa kamu sekalian sekarang telah
menjadi bagian dari suatu tatanan yang baru, sebab itu kamu harus menganggap
saya sebagai bapak kamu dan istri saya (Sahib Devan) sebagai ibumu”. Dan
sebagai penutup dari serangkaian ritual, Panj Piare diwajibkan menggunakan
simbol yang menandakan bahwa ia adalah bagian dari Khalsa dan sebagai Ciri
khas bagi para jemaat Sikh agar tidak disamakan lagi dengan pengikut keyakinan
lainnya. Simbol ini merupakan barang-barang yaitu dimulai dengan huruf Punjabi
K yang kemudian dikenal dengan istilah 5K.
5K ini terdiri atas: Kesh (rambut) sebagai simbol spiritualitas, yang berarti
membiarkan rambutnya tidak dipotong, hal itu karena Rambut seseorang adalah
bagian dari ciptaan Tuhan, menjaga agar rambut tidak dipotong menandakan
bahwa seseorang mau menerima karunia Tuhan sebagaimana yang Tuhan
kehendaki. Namun, rambut itu harus dibungkus dengan menggunakan turban atau
serban (jika di Indonesia mirip seperti penutup kepala Pangeran Diponegoro),
Kangha (sisir) sebagai simbol kebersihan dan pentingnya untuk merawat tubuh
yang telah diciptakan Oleh Tuhan, Kirpan (pedang) sebagai simbol martabat dan
72
Surinder Singh Johar, Handbook on Sikhism (Delhi: Vivek Publishing Co, 1977), h.
105-106.
53
perjuangan Sikh melawan ketidakadilan, yang berarti untuk pertahanan diri dan
sebagai sarana untuk memelihara dan melindungi orang miskin, lemah dan
tertindas. Jangan pernah digunakan dalam kemarahan, Kacca (celana pendek)
yang berarti sebagai pengaman dan sebagai isyarat bahwa manusia tidak boleh
mengumbar aurat, dan Kara (gelang baja) sebagai tanda untuk mengingatkan
tentang perlunya menahan diri dan sebagai pengingat bahwa seorang jemaat Sikh
tidak boleh melakukan apa pun yang tidak disetujui oleh Guru, praktik ini
merupakan persyaratan penting karena melambangkan keyakinan mereka yang
sejati terhadap Sikh.73
Lalu sebagai pelengkap, Sang Guru mewartakan kepada Panj Piare untuk
menambahkan kata „Singh‟ yang berarti singa untuk para pria dan „Kaur‟ yang
berarti putri untuk para wanita, sebagai nama keluarga mereka dan sebagai tanda
bahwa dia telah termasuk ke dalam Khalsa.74
Kata Singh berarti Singa.
Maksudnya, orang yang sudah diinisiasi dan diberi nama belakang Singh adalah
para pemimpin Sikh yang memiliki keberanian layaknya keberanian singa
ditengah hutan.
Setelah ritual Amrit berakhir, Guru Gobind Singh kemudian berlutut di
depan Panj Piare dan meminta agar dirinya juga diinisiasi ke dalam Khalsa,
seperti yang ia lakukan kepada Panj Piare, hal ini membuat Panj Piare
tercengang karena tidak mungkin mereka melakukan ritual yang sama kepada
Guru mereka sendiri, tapi kemudian Sang Guru mengatakan “Bahwa Khalsa
73
Daljeet Singh, The Sikh Identity. Fundamental Issues in Sikh Studies (Chandigarh:
Institute of Sikh Studies, 1992), h. 77. 74
D. Field, The Religion of the Sikhs ( Delhi:Ess Publications, 1976), h. 84.
54
adalah perwujudan dari semua yang terbaik dalam agama Sikh maka perkenankan
saya untuk menjadi bagian dari Khalsa”. Disini sang Guru mengizinkan Panj
Piare untuk melakukan ritual pembaptisan yang sama padanya, hal ini menarik
karena sang Guru tidak hanya memposisikan dirinya sebagai seorang pemimpin
tapi beliau juga memposisikan dirinya sebagai seorang murid atau biasa disebut
dengan Aapey Gurchela, dan kemudian mengganti namanya menjadi Guru
Gobind Singh karena sebelumnya nama Guru adalah Gobind Rai.75
Ritual yang sama oleh diikuti oleh para pengikut lainnya, diperkirakan
lebih dari 20.000 jemaat Sikh dibaptis pada hari yang sama. Kemudian, dalam
beberapa hari, 80.000 orang telah dibaptis dan menjadikan Khalsa sebagai
identitas mereka. Ini dicapai dalam waktu singkat karena kelima Panj Piare
berasal dari berbagai daerah di India sehingga mereka dapat melakukan ritual
dengan cepat. Selain itu ada pula yang pergi ke Keshgarh untuk dibaptis secara
langsung oleh Guru Gobind Singh sendiri.76
Bagi mereka yang telah melewati prosesi upacara Amrit dan telah resmi
menjadi bagian dari Khalsa bisa disebut sebagai Sikh Amrithdari dan yang belum
disebut Sikh Sahajdari.
D. Sikh Amrithdari dan Sikh Sahajdari
a) Sikh Amrithdari
75
Darshan Singh, Sikh Community in Malaysia (Petaling Jaya: MPH Group Publishing,
2009), h.63-64. 76
Gopal Singh, The Religion of The Sikh (India: Asia Publishing House, 1971), h. 47-48.
55
Amrithdari terdiri dari dua kata yaitu Amrit yang secara harfiah berarti
nektar; namun umumnya merujuk pada seorang Sikh yang telah diinisiasi atau
dibaptis sebagai Khalsa dengan mengambil Amrit atau air nektar. Serta Dhari
yang berarti praktisi atau diberkahi atau telah mengambil. Jadi seorang Amritdhari
adalah orang yang telah menerima sumpah pembaptisan Khalsa yang diprakarsai
oleh Guru Gobind Singh (pada 14 April 1699) dan mengikuti Panj Kakari Raht
(aturan mengenakan 5K).77
Selain itu, seorang yang telah diinisiasi ke dalam Khalsa harus mengikuti
aturan dan kode etik yang didasarkan pada pedoman yang telah ditetapkan oleh
Guru Gobind Singh. Dalam Sikhisme, anak-anak tidak diinisiasi sejak lahir karena
inisiasi sejak lahir tidak ada dalam tradisi agama Sikh, bila mereka sudah cukup
mengerti tentang Khalsa, biar mereka sendiri yang menentukan kapan mereka
akan diinisiasi ke dalam Khalsa.
Oleh karena itu, setiap jemaat Sikh yang sehat secara mental dan fisik
(pria atau wanita) dapat menjalankan upacara inisiasi, dengan ketentuan bahwa ia
sendiri telah siap mengikuti proses upacara dan terus mengenakan 5K, yaitu
simbol-simbol suci agama Sikh. Semua anggota Khalsa harus mengikuti kode
disiplin yang sangat ketat selama sisa hidup mereka tanpa ada pelanggaran
(pengecualian diizinkan hanya jika orang itu sakit keras atau tidak sehat sehingga
tidak dapat beribadah ke Gurdwara). Karena inisiasi ke dalam Khalsa merupakan
77
Mewa Singh, Who is a Sikh? Abstracts of Sikh Studies (Chandigarh: Institute of Sikh
Studies, 2005), h.73.
56
langkah serius, hanya orang yang cukup dewasa untuk memahami dan menerima
cara hidup Khalsa yang harus melakukannya.78
Adapun kode etik Khalsa yang biasa disebut Raht Maryada, Merupakan
sebuah aturan atau mandat untuk kehidupan sehari-hari bagi para jemaat Sikh
yang sesuai dengan ajaran 10 Guru Sikh. Beberapa poin utama adalah:
A. Hanya percaya pada satu Tuhan
B. Seorang Sikh harus percaya hanya pada ajaran sepuluh Guru dan
Guru Granth Sahib
C. Doa pagi dan sore harus dibacakan setiap hari
D. setiap jemaat Sikh harus menghadiri ibadah umum di gurdwara
E. Tembakau dan minuman keras dilarang
F. Perzinahan dilarang
G. Memotong atau menghilangkan rambut dari bagian tubuh mana
pun itu merupakan dilarang keras
H. Tidak boleh memakan daging yang cara penyembelihanya yang
tidak sesuai dengan ketentuan
I. Obsesi dengan kekayaan materi juga tidak dianjurkan dalam
Sikhisme, Kehidupan yang tidak berorientasi pada keluarga
(Seorang Sikh didorong untuk tidak hidup sebagai pertapa)
J. mempelajari bahasa Punjab
K. membaca dan memahami Guru Granth Sahib
78
Nikky Sarinder, The Birth of the Khalsa (Washington Avenue: State University of New
York Press, 2005), h. 64.
57
L. Perhiasan atau tanda khusus yang terkait dengan kepercayaan lain
tidak boleh dikenakan
M. Tidak akan percaya pada buku agama lain selain Guru Suci Granth
Sahib, meskipun mereka dapat mempelajari buku-buku agama lain
untuk memperoleh pengetahuan dan untuk studi banding
N. Tidak akan percaya pada kasta, sihir, pertanda, jimat, astrologi,