Copyright @ 2021, Media Akuakultur, p-ISSN 1907-6762; e-ISSN 2502-9460 21 Media Akuakultur, 16 (1), 2021, 21-31 # Korespondensi: Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan. Jl. Singaraja - Gilimanuk, Banjar Dinas Gondol, Penyabangan, Gerokgak Kabupaten Buleleng, Bali 81155, Indonesia E-mail: [email protected]Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma doi: 10.15578/ma.16.1.2021.21-31 PENGARUH PENGAYAAN Artemia sp. DENGAN SUMBER DHA YANG BERBEDA TERHADAP SINTASAN LARVA LOBSTER PASIR (Panulirus homarus) Zeny Widiastuti # , Fahruddin, dan I Gusti Ngurah Permana Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Jl. Singaraja - Gilimanuk, Banjar Dinas Gondol, Penyabangan, Gerokgak Kabupaten Buleleng, Bali 81155 (Naskah diterima: 5 April 2021; Revisi final: 10 Juni 2021; Disetujui publikasi: 10 Juni 2021) ABSTRAK Kegiatan pembenihan lobster masih dikembangkan di Indonesia. Sintasan yang rendah dan pakan yang sesuai masih menjadi masalah utama dalam kegiatan pembenihan lobster. Artemia sebagai pakan utama diduga belum mencukupi kebutuhan nutrisi larva lobster. Upaya pemberian bahan pengaya sebagai alternatif untuk meningkatkan nutrisi diharapkan dapat meningkatkan sintasan larva lobster. Pemberian bahan pengaya yang mengandung asam lemak dokosa heksanoid acid (DHA) ke Artemia dianggap penting bagi pertumbuhan dan sintasan pada krustasea. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui performa larva lobster berdasarkan tingkat sintasan maupun perkembangan larva dengan pemberian pakan artemia yang diperkaya dengan DHA. Perlakuan yang diberikan meliputi Artemia yang baru menetas (A), Artemia yang diperkaya dengan plankton Isochrysis galbana strain Tahiti konsentrasi (1-1,5 x 10 6 sel/mL) (B), DHA selco dosis 0,6 g/ L (C), dan Artemia inkubasi 18 jam tanpa pengayaan (D). Pemeliharaan larva dilakukan pada bak 100 L dengan sistem air stagnan. Perkembangan larva yang mampu dicapai pada semua perlakuan adalah stadia- IIIa. Pemberian Artemia yang diperkaya dengan DHA selco menunjukkan hasil sintasan yang lebih baik pada pemeliharaan enam hari pertama namun tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Pada masa pemeliharaan sampai 20 hari terjadi penurunan sintasan (SR) mencapai hanya 1%. Hal ini disebabkan adanya bakteri dan protozoa seperti jenis protozoa Zoothamnium sp. dan bakteri berfilamen teramati menempel pada tubuh larva sehingga mengganggu pergerakan dan kemampuan larva dalam menangkap mangsa. Berdasarkan penelitian ini maka penggunaan pakan Artemia yang diperkaya DHA Selco dapat menjadi alternatif pakan larva lobster namun tetap diperlukan kontrol kualitas air yang baik. KATA KUNCI: Artemia; DHA selco; Isochrysis; phyllosoma ABSTRACT: The effects of different sources of DHA-enriched Artemia sp. on survival rate of spiny lobster, (Panulirus homarus) larvae. By: Zeny Widiastuti, Fahruddin, and I Gusti Ngurah Permana Efforts to culture spiny lobster, Panulirus homarus larvae are still being developed in Indonesia. One of the main challenges in lobster hatcheries is to find an appropriate feed and improving larval survival. Artemia has been used as the main feed and considered to have insufficient nutritional ingredient for lobster larvae. Enrichment of feed to improve its nutrient contents is expected to increase the larval survival. DHA- enriched feed is considered essential for growth and survival of crustaceans. The aim of this study was to determine the survival and development of larvae fed with DHA-enriched Artemia. The treatments consisted of newly hatched Artemia (A), enriched Artemia with phytoplankton, Isochrysis galbana strain Tahiti at a density of 1-1.5 x 10 6 cells/mL (B), enriched Artemia with DHA selco at a dose of 0.6 g/L (C), and Artemia incubated for 18 hours without DHA enrichment (D). Each Artemia enrichment was performed for 18 hours. Larval rearing was carried out in a 00 L tank with static water system. The achieved larval developmental stage in all treatments was stage-IIIa. Administration of enriched Artemia with DHA selco
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 21
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Korespondensi Balai Besar Riset Budidaya Laut danPenyuluhan PerikananJl Singaraja - Gilimanuk Banjar Dinas Gondol PenyabanganGerokgak Kabupaten Buleleng Bali 81155 IndonesiaE-mail zeny23astgmailcom
Tersedia online di httpejournal-balitbangkkpgoidindexphpma
doi 1015578ma161202121-31
PENGARUH PENGAYAAN Artemia sp DENGAN SUMBER DHA YANG BERBEDATERHADAP SINTASAN LARVA LOBSTER PASIR (Panulirus homarus)
Zeny Widiastuti Fahruddin dan I Gusti Ngurah Permana
Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan PerikananJl Singaraja - Gilimanuk Banjar Dinas Gondol Penyabangan Gerokgak Kabupaten Buleleng Bali 81155
(Naskah diterima 5 April 2021 Revisi final 10 Juni 2021 Disetujui publikasi 10 Juni 2021)
ABSTRAK
Kegiatan pembenihan lobster masih dikembangkan di Indonesia Sintasan yang rendah dan pakan yangsesuai masih menjadi masalah utama dalam kegiatan pembenihan lobster Artemia sebagai pakan utamadiduga belum mencukupi kebutuhan nutrisi larva lobster Upaya pemberian bahan pengaya sebagai alternatifuntuk meningkatkan nutrisi diharapkan dapat meningkatkan sintasan larva lobster Pemberian bahanpengaya yang mengandung asam lemak dokosa heksanoid acid (DHA) ke Artemia dianggap penting bagipertumbuhan dan sintasan pada krustasea Tujuan penelitian ini untuk mengetahui performa larva lobsterberdasarkan tingkat sintasan maupun perkembangan larva dengan pemberian pakan artemia yang diperkayadengan DHA Perlakuan yang diberikan meliputi Artemia yang baru menetas (A) Artemia yang diperkayadengan plankton Isochrysis galbana strain Tahiti konsentrasi (1-15 x 106 selmL) (B) DHA selco dosis 06 gL (C) dan Artemia inkubasi 18 jam tanpa pengayaan (D) Pemeliharaan larva dilakukan pada bak 100 Ldengan sistem air stagnan Perkembangan larva yang mampu dicapai pada semua perlakuan adalah stadia-IIIa Pemberian Artemia yang diperkaya dengan DHA selco menunjukkan hasil sintasan yang lebih baikpada pemeliharaan enam hari pertama namun tidak memberikan pengaruh yang signifikan Pada masapemeliharaan sampai 20 hari terjadi penurunan sintasan (SR) mencapai hanya 1 Hal ini disebabkanadanya bakteri dan protozoa seperti jenis protozoa Zoothamnium sp dan bakteri berfilamen teramatimenempel pada tubuh larva sehingga mengganggu pergerakan dan kemampuan larva dalam menangkapmangsa Berdasarkan penelitian ini maka penggunaan pakan Artemia yang diperkaya DHA Selco dapatmenjadi alternatif pakan larva lobster namun tetap diperlukan kontrol kualitas air yang baik
KATA KUNCI Artemia DHA selco Isochrysis phyllosoma
ABSTRACT The effects of different sources of DHA-enriched Artemia sp on survival rate of spinylobster (Panulirus homarus) larvae By Zeny Widiastuti Fahruddin and I Gusti NgurahPermana
Efforts to culture spiny lobster Panulirus homarus larvae are still being developed in Indonesia One of themain challenges in lobster hatcheries is to find an appropriate feed and improving larval survival Artemiahas been used as the main feed and considered to have insufficient nutritional ingredient for lobster larvaeEnrichment of feed to improve its nutrient contents is expected to increase the larval survival DHA-enriched feed is considered essential for growth and survival of crustaceans The aim of this study was todetermine the survival and development of larvae fed with DHA-enriched Artemia The treatments consistedof newly hatched Artemia (A) enriched Artemia with phytoplankton Isochrysis galbana strain Tahiti at adensity of 1-15 x 106 cellsmL (B) enriched Artemia with DHA selco at a dose of 06 gL (C) and Artemiaincubated for 18 hours without DHA enrichment (D) Each Artemia enrichment was performed for 18hours Larval rearing was carried out in a 00 L tank with static water system The achieved larvaldevelopmental stage in all treatments was stage-IIIa Administration of enriched Artemia with DHA selco
22 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
showed a better larval survival during the first six days of larval rearing But it did not give any significanteffect The survival was then decreased to only 1 on day-20 This was due to the presence of bacteria andprotozoa which decreased water quality Protozoa Zoothamnium sp and filamentous bacteria wereobserved attaching to the body of the larvae disrupting the movement and ability of larvae in capturingprey Based on this research the use of Artemia enriched with DHA selco as an alternative for lobster larvaefeed but better water quality control is still needed
KEYWORDS Artemia DHA selco Isochrysis phyllosoma
Larva lobster memiliki lima tingkatan stadiaPenanda paling mudah untuk menentukan stadia larvaadalah dengan menghitung bulu (setae) pada periopod(kaki renang) ke-1 dan 2 Pada stadia-I jumlah setaepada periopod ke-1 dan 2 berjumlah lima pasangJumlah setae terus bertambah dengan meningkatnyastadia Jumlahnya berturut-turut adalah sebagaiberikut stadia-II jumlah enam pasang stadia-IIIasebanyak tujuh pasang stadia-IIIb sebanyak delapanpasang stadia-IVa sebanyak sembilan pasang Stadia-IVb sebanyak 10 pasang stadia-IVc sebanyak 11 pasangstadia-IVd sebanyak 12 pasang dan stadia-V sebanyak13 pasang (Abrunhosa et al 2008)
Abrunhosa et al (2008) juga menyebutkan bahwalarva lobster (P echinatus) yang diberikan pakanArtemia dan gonad kerang mampu melewati fasemoulting delapan kali Di Indonesia dilaporkan upayapembenihan lobster pernah dilakukan denganpemberian kombinasi jenis pakan dari Chaetocerossp Tetraselmis sp dan Artemia salina Padapemeliharaan tersebut larva mampu melewati stadia-IIIa dengan waktu pemeliharaan 27 hari (Junaidi et al2011) Vijayakumaran et al (2014) juga menggunakanArtemia yang baru menetas sebagai pakan utama dalampemeliharaan larva lobster Ketika larva memasukistadia-III diberikan Artemia yang baru menetas danArtemia umur 2-3 hari dengan pakan campuranfitoplankton
Pemberian pakan Artemia saja dalam pemeliharaanjangka panjang mengakibatkan menurunnya sintasanlarva dan sulit untuk mencapai perkembangan stadiaberikutnya Spesies Artemia yang tersedia secarakomersil memiliki profil nutrisi yang kurang optimalkarena memberikan sedikit sumber asam lemakesensial rantai panjang (Matsuda et al 2009) Karenaasam lemak dapat menjadi cadangan energi yang sangatpenting dalam keberhasilan perkembangan danmetamorfosis larva lobster (Conland et al 2014)Artemia dapat diperkaya sebagai salah satu upayameningkatkan profil nutrisinya sehingga menjadipakan berkualitas tinggi yang diperlukan dalamperkembangan larva (Matsuda et al 2009) Olehkarena itu pada penelitian ini diujicobakan dua jenisbahan pengaya untuk meningkatkan kandungan asam
PENDAHULUAN
Lobster merupakan krustasea yang harganya mahaldibandingkan jenis udang-udangan yang lainnya Menulobster jarang ditemukan diwarung makan biasaHidangan ini lebih banyak dijumpai di restoran mewahPermintaan lobster tidak hanya untuk memenuhi pasardalam negeri namun juga pasar luar negeri dengannilai yang cukup menjanjikan Harga jual per kilogramlobster pada size 500 g untuk lobster mutiara Pornatus Rp90000000 lobster bambu Rp75000000lobster batik Rp80000000 dan lobster pasir sebesarRp70000000 (Elvantra 2021) Besarnya permintaanpasar mengakibatkan tingginya penangkapan lobsterdi alam dan dikhawatirkan akan menyebabkanpenangkapan berlebih (over fishing) Salah satu upayauntuk mencukupi kebutuhan pasar dan mengurangikegiatan penangkapan adalah dengan melakukan usahapembudidayaan lobster
Kegiatan pembudidayaan lobster di Indonesia dimulai pada awal tahun 2000-an di Pulau LombokIndustri akuakultur di sana mengembangkan tekniksendiri untuk menangkap puerulus atau lebih dikenalbenih bening lobster (BBL) dan kemudianmenumbuhkannya hingga ukuran yang dapat dipasarkan(Priyambodo et al 2015 Priyambodo et al 2020)Selain di Pulau Lombok budidaya lobster di Indone-sia juga sudah dilakukan di Aceh Nusa Tenggara Timurdan Sulawesi Selatan (Mustafa 2013) Namun sampaisaat ini kegiatan budidaya lobster masih mengandalkanbenih hasil tangkapan alam karena benih hasil daribudidaya belum berhasil dikembangkan Salah satukendala dalam pembenihan lobster adalah belumdiketahuinya secara pasti jenis pakan dan teknologipemeliharaan yang sesuai Selain itu waktu yangdibutuhkan pada stadia phyllosoma yang merupakansebutan bagi larva lobster hingga berubah menjadiBBL membutuhkan waktu lama Stadia planktonik lob-ster mutiara P ornatus berkisar 4-6 bulan (Ikeda etal 2011) Sedangkan stadia larva jenis P argusmembutuhkan waktu 45-8 bulan (Goldstein et al2008) Durasi stadia larva planktonik yang cukup lamamenyebabkan sampai saat ini belum ada usahapembenihan lobster yang berhasil memenuhikebutuhan usaha budidaya
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 23
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
lemak pada Artemia yaitu DHA selco dan Isochrysisgalbana strain Tahiti Penggunaan bahan-bahantersebut didasarkan pada Vijayakumaran et al (2014)yang menyebutkan beberapa bahan pengaya alternatifyaitu shark liver oil minyak cumi cod liver oil danmedia pengaya komersil ldquosuper selco (inve inc Bel-gium) dapat digunakan untuk memperkaya highly un-saturated fatty acid (HUFA) dari Artemia yang barumenetas Produk selco tersebut memiliki kandunganDHA sebesar 25 mg g-1 (Prusinska et al 2020) Selainproduk komersil tersebut jenis marine microalga yangbanyak digunakan sebagai bahan pengkaya dalambudidaya perikanan adalah jenis Isochrysis galbana yangkaya akan sumber lemak Kandungan DHA padaIsochrysis galbana berkisar antara 359-637bergantung pada pH mikronutrien dan vitamin padamedia kulturnya (Grima et al 1992) Tingginyakandungan asam lemak DHA tersebut dapat dijadikansebagai sumber DHA alternatif yang potensial
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiperforma larva lobster pasir (P homarus) baik sintasanmaupun tingkat perkembangannya dengan pakan yangdiperkaya DHA selco dan Isochrysis galbana strainTahiti dalam kegiatan pembenihan Selain itu denganpemberian bahan pengaya diharapkan nilai nutrisiArtemia menjadi lebih tinggi sehingga mampumencukupi kebutuhan larva untuk mencapai stadiaperkembangan selanjutnya
BAHAN DAN METODE
Seleksi Induk Lobster
Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni2017 Induk-induk lobster yang digunakan padapenelitian ini merupakan induk lobster hasil budidayaberukuran 150-200 g berjumlah 259 ekor Indukdipelihara secara massal dengan diberikan pakanberupa ikan rucah dan cumi segar Pemberian pakandilakukan setiap hari dengan dosis 5 dari bobotinduk Induk-induk yang membawa telur diseleksisetiap dua hari sekali dengan memperhatikan warnatelur untuk menentukan kesiapan induk mendekatiproses penetasan Telur yang berwarna orange ataukuning menandakan telur masih muda dan telurberwarna kecoklatan atau bening kehitamanmenunjukkan telur telah siap untuk menetas Indukyang mendekati periode penetasan telur dipisahkandalam bak kerucut satu volume ton
Penetasan Telur dan Pemanenan Larva
Induk yang mendekati waktu penetasan dalam baksatu ton diberikan pakan tiga hari sekali Dosis pakanyang diberikan hanya 1 pada pagi hari dan pada sorehari induk dipindahkan pada bak berisi air baru Hal
ini bertujuan agar larva yang menetas dalam kondisibersih dan kualitas air terjaga dari sisa pakan Seleksilarva dilakukan dengan memisahkan larva yang aktifberenang di permukaan Sementara larva yangmengendap di dasar bak dibuang Larva yangdigunakan dalam penelitian ini berasal dari satu indukyang sama Larva yang telah dipanen didesinfeksidengan iodine 100 mgL selama 10 menit Selanjutnyadilakukan pencucian dengan air laut dan di-samplingsesuai jumlah kepadatan larva yang dibutuhkan di setiapbak perlakuan (50 ekorliter)
Pengayaan Artemia
Cyste Artemia yang telah dikultur selama 18 jamdipanen dan didesinfeksi dengan iodine Selanjutnyaditambahkan bahan pengaya DHA selco (dosis 06 gmL) sesuai saran pada kemasan produk dan Isochrysisgalbana strain Tahiti dengan kepadatan 1-15 x 106 selmL Pengayaan dilakukan selama 18 jam kemudiandilakukan pemanenan pada keesokan harinya
Pemeliharaan Larva
Larva hasil seleksi dipelihara dalam bak 100 Ldengan sistem air stagnan Air laut bersalinitas 35ppt disaring menggunakan membran filter berukuran05 mikron Volume air pada setiap bak di awalpemeliharaan sebanyak 80 L dan ditambahkan air dalamjumlah sedikit pada awal pemeliharaan yaitu 10 L setiapharinya untuk mengurangi stres pada larva danmenurunkan konsentrasi metabolit pada air mediaPada saat mencapai volume 100 L dilakukanpenggantian air sebanyak 20 hingga akhirpemeliharaan
Penelitian ini menggunakan tiga perlakuan dengansatu kontrol dan dilakukan pengulangan sebanyak tigakali pada masing-masing perlakuan Larva diberikanpakan Artemia dengan masing-masing perlakuansebagai berikut
- Perlakuan A Artemia yang baru menetas tanpapengayaan (kontrol)
- Perlakuan B Artemia yang baru menetas diberibahan pengaya DHA selco
- Perlakuan C Artemia yang baru menetas diberibahan pengaya Isochrysis galbana strain Tahiti
- Perlakuan D Artemia yang diinkubasi selama 18jam tanpa pengayaan
Jumlah Artemia yang diberikan pada setiap bakdiketahui dengan menghitung jumlah larva dan sisaArtemia di dalam bak secara sampling volumetrikDosis Artemia yang diberikan adalah dua individuArtemia per satu ekor larva lobster Dosis pakanmeningkat pada hari selanjutnya disesuaikan dengantingkat konsumsi larva yang meningkat dengan
24 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
bertambahnya umur Sampling sisa Artemia dilakukansetiap hari untuk mengontrol jumlah Artemia dalambak Sintasan larva dihitung dengan melakukan sam-pling setiap enam hari sekali dan dihitung secara to-tal pada akhir penelitian sedangkan parameter kualitasair meliputi salinitas dan pH diukur lima hari sekali
Kultur Bakteri Media Pemeliharaan
Pengukuran total bakteri dan Vibrio pada air me-dia pemeliharaan dilakukan setiap minggu sekalisebagai kontrol kualitas air media Kultur bakteridilakukan dengan mengambil 1 mL air media dandikultur pada media marine agar (MA) denganpengenceran 100x dan tanpa pengenceran pada me-dia TCBS agar Hal ini bertujuan untuk mengetahuikelimpahan total bakteri dan Vibrio pada mediapemeliharaan terhadap pengaruh pengayaan
Analisis Data
Data sintasan total bakteri dan total Vibrioditampilkan dalam nilai rata-rata Analisis data dalampenelitian ini menggunakan uji statistik denganmetode one-way ANOVA karena data yang diperolehmemenuhi asumsi sebaran normal Pengujian statistikmenggunakan program SPSS ver16 dengan nilaisignifikansi Plt005
HASIL DAN BAHASAN
Sintasan Larva
Pengayaan Artemia dengan menggunakan DHAselco menunjukkan hasil sintasan (SR) lebih baik dariperlakuan lainnya pada enam hari awal pemeliharaanNilai SR yang ditunjukkan oleh perlakuan Artemia yangdiperkaya selco adalah sebesar 946 dengan jumlahrata-rata larva 4732 ekor lebih banyak dibandingkanperlakuan lainnya (kontrol 0 H 3044 ekor Artemia18 H 4244 ekor Isochrysis 4310 ekor) dan terusmenurun hingga pemeliharaan 20 hari dengan SRhanya mencapai 11 (Gambar 1) dengan jumlah larvayang mampu bertahan hidup pada perlakuan DHA selcoIsochrysis dan Artemia kontrol berturut-turut yaitu54 53 dan 68 ekor Analisis data sintasan larva denganmenggunakan uji statistik dengan metode one wayANOVA diperoleh hasil yang tidak berbeda dengan nilaiP value gt 005
Salah satu faktor penentu sintasan larva adalahpakan yang sesuai Pakan sebagai sumber nutrisiberperan penting bagi pertumbuhan dan sintasan larvaLaju akumulasi penyimpanan nutrisi selama stadia awalhingga pertengahan pada larva P ornatus menjadikomponen vital untuk sintasan dan kesuksesan tahapmetamorfosis (Wu et al 2011 Fitzgibbon et al2014) Salah satu komponen nutrisi yang vital adalah
lemak Di alam akumulasi lemak oleh larva berasaldari mangsa zooplankton (Wang et al 2015) Padapenelitian ini analisis kadar lemak dari pakanperlakuan (Tabel 1) diperoleh nilai kadar lemaktertinggi terdapat pada perlakuan pengayaan denganDHA selco (2116) sehingga pengayaan dengan selcolebih berpotensi mampu mencukupi kebutuhan lemaklarva lobster Lemak memainkan peran utama sebagaicadangan energi selama pertumbuhan danperkembangan larva krustasea Ia memanfaatkansejumlah lemak sebagai sumber energi selama prosesmetamorfosis (Jensen et al 2013) Komponen asamlemak tersebut salah satunya adalah DHA yangmerupakan komponen penting untuk pertumbuhandan sintasan larva DHA berperan dalam meningkatkanaktivitas enzim dan fluiditas membrane selulermemfasilitasi aktivitas metabolisme dan membantuproses osmoregulasi yang diperlukan dalammeningkatkan densitas larva ketika proses tansisi daripelagis menjadi bentik (Gendron et al 2013)
Komponen nutrisi penting lainnya adalah proteinProtein merupakan bagian integral untukpertumbuhan perbaikan dan pemeliharaan sel sertaasam amino elemen penting untuk semua makhlukhidup Protein terhidrolisis yang diformulasikan dalampakan komersial sangat potensial dalam meningkatkanpertumbuhan larva lobster P ornatus (Gamble et al2015) Sedangkan dalam penelitian ini nilai proksimatuntuk kadar protein sebagai salah satu nutrisi yangberperan dalam pertumbuhan menunjukkan bahwa padaArtemia yang baru menetas telah memiliki kadar pro-tein yang cukup tinggi (516) perlakuan pengayaandengan fitoplankton Isochrysis memberikan sedikitpeningkatan kadar protein Artemia (5255) namunpada perlakuan lain menunjukkan penurunan kadarprotein setelah dilakukan inkubasi selama 18 jamPenurunan ini diduga karena adanya pemanfaatan pro-tein untuk metabolisme Artemia selama masainkubasi
Pengamatan Bakteri Media Pemeliharaan
Menurunnya sintasan pada pemeliharaan D-12 danD-20 dapat disebabkan oleh penurunan kualitas airmedia pemeliharaan dengan jumlah bakteri yangmeningkat pada pengamatan D-18 (Gambar 2)Peningkatan bakteri disebabkan adanya sisa Artemiayang mati dan mengendap serta lumut yang mulaimenempel di permukaan bak Keberadaan bakteri padamedia pemeliharaan dapat mengganggu menginfeksimaupun menjadi penyebab kematian larva Penyiponansisa pakan sulit dilakukan karena terdapat larva yangberenang pada bagian dasar bak Sedangkan hasilpengukuran kualitas air media (pH dan salinitas) tidakada perubahan yang signifikan (Tabel 2)
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 25
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Gambar 1 Persentase sintasan larva lobsterFigure 1 Survival rate of lobster larvae
947
150
11
862
5711
849
157
27
609
136
1400
200
400
600
800
1000
1200
D6 D12 D20
Sint
asan
(Sur
viva
l rat
e) (
)
Umur pemeliharaan (Rearing time)
Selco
Isochrysis
Artemia 18 H
Kontrol (Control) 0 H
Tabel 1 Hasil uji proximat pakan alami ArtemiaTable 1 Result of Artemia proximate analysis
Gambar 2 Jumlah total bakteri dan total Vibrio pada media pemeliharaan larvaFigure 2 Total number of bacteria and Vibrio during the experiment
Kontrol 0 jam setelah menetasControl 0 hour after hatching
Total bakteri D-7D-7 bacteria totalTotal Vibrio D-7D-7 Vibrio total
Total bakteri D-18D-18 bacteria totalTotal Vibrio D-18D-18 Vibrio total
Selco
Isochrysis
Artemia 18 H
Kontrol (Control) 0H
26 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
Perkembangan Larva
Larva lobster memberikan respons positif denganpemberian Artemia sebagai pakan awal Hal iniditunjukkan dengan organ pencernaan berwarnaoranye yang terisi penuh oleh makanan (Gambar 3a)dan kemampuan larva dalam menangkap Artemia(Gambar 3b) dengan menggunakan kaki palingbelakang (periopod ke-3) yang di bagian ujungnyamemiliki bentuk berduri (Gambar 3c) Larva lobstermulai makan segera setelah menetas dengan sedikitketergantungan pada cadangan kuning telur (Ikeda etal 2011) Larva lobster makan Artemia dengan caramenombak menggunakan terminal dactyl pada kakinyakemudian mangsa di arahkan ke mulut denganmaxilipeds Artemia dicabik-cabik dan material cairdari tubuh Artemia disedot ke dalam usus bagiandepan Karapas Artemia seringkali dibuang setelahdikosongkan (Wang et al 2014)
Larva yang baru menetas berwarna transparandilengkapi empat pasang kaki (periopod) yangbertangkai seperti kipas dengan bulu (setae) yangdigunakannya untuk berenang Perkembangan larvalobster dari stadia-I ke stadia berikutnya ditandaidengan penambahan umbai-umbai dan bulu (setae)serta perubahan selubung kepala (cephalic shield)(Abrunhosa et al 2008) Pada larva stadia-I ini organyang digunakan untuk berenang terdapat padaperiopod 1-2 dengan jumlah setae sebanyak limapasang Sedangkan pada periopod ke-3 belumberkembang (Gambar 4a) Hal paling mudah untukmembedakan setiap stadia larva diketahui dari jumlahsetae yang bertambah Pada penelitian ini karena larvahanya mampu bertahan pada umur 20 hari (hanyamampu mencapai larva stadia-IIIa) dengan setaeberjumlah tujuh pasang (Gambar 4c) Pada semuaperlakuan mampu mencapai stadia-IIIa pada 20 haripemeliharaan
Tabel 2 Kualitas air media pemeliharaan larvaTable 2 Water quality of rearing tank during the experiment
Gambar 3 Larva lobster P homarus dengan organ pencernaan penuh makanan berwarna oranye
(a) larva membawa Artemia (b) larva memiliki periopod yang berduri untukmenangkap Artemia (c)
Figure 3 Lobster larvae of P homarus with fully digestive organs indicated by orange colour(a) larvae eating Artemia (b) larvae with spine in periopod to catch artemia (c)
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 27
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Selain jumlah setae yang berbeda pada setiap sta-dia perkembangan larva juga dapat dilihat dengan jelasdari jumlah setae pada periopod ketiga Pada larvastadia-1 dan 2 setae pada periopod ketiga belumberkembang Pada stadia-II setae tersebut masih danberbentuk seperti duri yang sedikit memanjangSedangkan pada larva stadia-III setae pada periopodketiga telah berjumlah tiga pasang (Gambar 5) Padaperkembangan tangkai mata stadia-I berbentuk sedikitmembulat dan belum bersegmen Sedangkan pada sta-dia-II dan III tangkai mata telah bersegmen dan terlihatadanya ruas membentuk tangkai Pada selubung kepalaberbentuk bulat pada larva stadia-I dan menjadilonjong pada stadia berikutnya (Gambar 6)
Artemia terbukti mampu diterima sebagai pakanawal larva lobster Pemberian pakan Artemia saja telahmampu mencukupi kebutuhan larva lobster mencapaiperkembangan stadia-IIIa dengan morfologi sesuaiAbrunhosa et al (2008) Pemberian bahan pengaya padaArtemia sebagai pakan utama lobster memberikan hasilyang tidak berbeda nyata pada sintasan larva (P valuegt 005) Pada pemeliharaan enam hari pertamapengayaan dengan selco menunjukkan sintasan yanglebih tinggi (SR= 946) dibandingkan denganperlakuan lain Hal ini didukung dengan hasil analisisproksimat pengayaan dengan selco memiliki nilaikadar lemak yang paling tinggi yaitu 2116 DHA selcomampu memperkaya Artemia setelah 24 jam
Gambar 6 Bentuk selubung kepala cs dan tangkai mata tm pada larva stadia-I (a) stadia-II (b) stadia-IIIa (c)
Figure 6 Cephalic shield cs dan eyes stalk tm in stage-I (a) stage-II (b) stage-IIIa (c)
Gambar 5 Bentuk periopod ke-4 pada stadia-I (a) stadia-II (b) stadia-IIIa (c)Figure 5 Shape of periopod 4 in stage-I (a) stage-II (b) stage-IIIa (c)
Gambar 4 Jumlah setae stadia-I lima pasang (a) II enam pasang (b) IIIa tujuh pasang (c)Figure 4 Setae number in stage-I five pairs (a) II six pairs (b) IIIa seven pairs (c)
28 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
pengayaan dengan nilai konsentrasi DHA 154dibandingkan dengan pengayaan menggunakan algayang hanya 02 (Phleger et al 2001)
Nilai sintasan tertinggi pada akhir penelitian dicapaipada Artemia yang diinkubasi selama 18 jam tanpadiberikan bahan pengaya Hal ini diduga karena padaperlakuan pemberian bahan pengaya dan Artemia yangbaru menetas memiliki nilai nutrisi yang lebih tinggidibandingkan dengan perlakuan kontrol 18 jam (Tabel1) sehingga menjadi sarana media yang baik bagipertumbuhan bakteri yang ditunjukkan dengan nilaitotal bakteri dan total Vibrio yang relatif lebih tinggiPemberian nauplii Artemia yang diperkaya dapatbertindak sebagai vektor bagi masuknya bakteripatogen (Hacheacute amp Plante 2011) Beberapa strainbakteri yang diisolasi dari produksi nauplii Artemiaantara lain dari genus Vibrio Pseudomonas Micro-coccus Brevundimonas Spingomonas dan Rhizobium(Hoj et al 2009)
Kegiatan pembenihan lobster di berbagai negaramasih terus dikembangkan sampai saat ini Sintasanyang rendah menjadi kendala utama keberhasilanpembenihan Pada kegiatan pembenihan larvaCarribean lobster (Panulirus argus) di Florida diperolehnilai SR 47 pada D-30 36 pada D-60 28 pada D-100 dan 23 pada D-150 Total terdapat 13 larva yangberhasil bermetamorfosis menjadi BBL pada 151-311hari pemeliharaan (Goldstein et al 2008) Hasilpenelitian mereka lebih baik dari penelitian ini didugakarena tingkat kepadatan yang lebih rendah yaitumenggunakan bak berukuran 40 L dengan jumlah larva550 ekorbak Selain itu tindakan preventif akanintroduksi penyakit juga dilakukan denganmenggunakan sistem air membrane filtrasi 02 mdengan pemberian antibiotik chloramphenicol 10 mgL selama 24 jam setiap minggu (Goldstein et al 2008)
Pada penelitian ini dalam masa pemeliharaan banyakditemukan larva yang berkerumun di dasar bakterutama pada siang hari Hal diduga menjadi penyebabbanyaknya kematian larva pada keesokan harinyaSebagian besar larva pada stadia-II dan seterusnyacenderung berada di bagian bawah bak pemeliharaandan kebanyakan ikut terbawa saat penyiponan dasarbak untuk mengurangi kotoran dan larva yang mati(Vijayakumaran et al 2014) Stres pada saatpenanganan berkerumunnya larva dan tingginyajumlah Vibrio pada perkembangan stadia menjadibeberapa penyebab kematian (Vijayakumaran et al2014)
Agen utama penyakit pada larva cukup umumditemui seperti pada budidaya lainnya meliputi vi-rus bakteri jamur protozoadan metazoa (Shield2011) Organisme ini ditemukan banyak terdapat pada
air laut Oleh karenanya perlu perhatian khusus padakualitas air laut yang masuk utamanya pada tempatpenetasan karena ini dapat menyebabkan kematianyang signifikan melalui induksi tertentu yangmenyebabkan larva stres penurunan aktivitasperubahan warna perilaku makan yang tergangguperubahan bentuk tubuh dan pernapasan Apabilatanda-tanda klinis tersebut telah teramati makamungkin sudah terlambat untuk melakukan tindakandalam mengurangi kematian massal (Hall et al 2013)
Pada penelitian ini penyebab lain yang didugamenjadi penghambat dalam pemeliharaan larva lob-ster adalah mudahnya bagian tubuh Artemia menjadikotor (Gambar 7a) akibat adanya penempelan olehprotozoa Penempelan kotoran biasa pada tubuh larvalobster sebenarnya mampu dibersihkan oleh maxil-liped ketiga maupun kaki pertama hingga kelima(Kamio et al 2015) Namun penempelan protozoapada kaki-kaki tersebut sulit dibersihkan danmengganggu pergerakan serta aktivitas larva untukmenangkap mangsa Larva yang tubuhnya kotor danberenang lesu merupakan ciri larva yang tidak sehat(Matsuda et al 2012) Pada akhirnya akan menjadisalah satu penyebab kematian Beberapa jenis proto-zoa yang ditemukan menyerang larva pada masapemeliharaan diduga adalah dari jenis Zoothamniumsp (Gambar 7b) dan filamentous bacterium (Gambar7c) Vijayakumaran et al (2014) menyebutkan bahwaprotozoa yang umum ditemukan adalah jenisZoothamnium sp filamentous bacterium danLeucotrix sp sementara Acinata sp Ephistylis spdan vorticella tercatat sesekali menyerang larva
Pada penelitian pendahuluan juga ditemukan pro-tozoa jenis Zoothamnium sp maupun filamentousbacterium pada larva lobster bahkan pada telur Infeksijamur pada telur juga dilaporkan terjadi pada lobstermutiara yang mengakibatkan perubahan warna telur(Yap et al 2020) Infeksi jamur menjadi penyebabutama kegagalan dan kematian massal dalam produksibenih krustasea (Hatai 2012) Selain itu jenis siliatayang juga sering teramati menempel pada lobsterdewasa maupun embrio telur yang berasal dari GenusVorticella dan Zoothamnium Acineta EphelotaCyanobacteria dan diatom Dampak akibatpenempelan ini berakibat pada kematian larva akibatgangguan respirasi (Shields et al 2006) Tindakanpreventif dalam mencegah munculnya parasit ini harusdilakukan sejak pemeliharaan induk maupun sebelumpenebaran larva Perendaman selama 10 menit denganmalachite green (10 mgL) formalin (25 mgL) strep-tomycin (05-1 mgL) dapat digunakan sebagai treat-ment untuk mendesinfeksi induk dan larva dari jenisprotozoa tersebut (Vijayakumaran et al 2014)Namun penggunaan beberapa desinfektan tersebut
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 29
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
tidak disarankan untuk kegiatan budidaya terutamapada penggunaan antibiotik streptomycin bahkanmalachite green termasuk salah satu jenis obat ikandan udang yang dilarang dalam Permen KP No39 tahun2015 Oleh sebab itu dalam penelitian ini digunakaniodine yang merupakan desinfektan yang tidaktercantum pada peraturan tersebut
Keberhasilan pembenihan larva lobster sangatditentukan oleh kesesuaian jenis pakan yang mampuditangkap oleh larva lobster dan kandungan nutrisiyang diperlukannya Sedangkan kualitas mediapemeliharaan yang baik dengan bebas dari bakteri danprotozoa menjadi salah satu kunci pertumbuhan dansintasan larva Francis et al (2014) menyebutkankeberhasilan pemenuhan kebutuhan nutrisi dari larvalobster terkait erat dengan beberapa aspek khususdari persyaratan biologis larva Khususnya untukpertumbuhan dan sintasan yang maksimalKeseimbangan yang baik antara nutrisi dan kualitasair harus dijaga termasuk kontrol mikrobiologi danhidrodinamik Fluktuasi dan sub optimal kualitas airdapat menyebabkan eksoskeleton menjadi kotorsehingga berpengaruh pada pergerakan dankemampuan menangkap makananan secara efektif
Pengaruh lain dari fluktuasi kualitas air termasukdeformity (kecacatan) pada saat moulting (bergantikulit) Larva membutuhkan kebebasan dalam kolomair sehingga dapat secara maksimal menangkapmakanan sementara itu perlu menjaga kontak mini-mal antar individu agar tidak saling terpaut di dalambak pemeliharaan (Francis et al 2014)
Kualitas air pemeliharaan yang baik dan nutrisiserta jenis pakan yang tepat menjadi faktor yangpenting bagi perkembangan larva lobster untukmampu melewati fase larva yang panjang hinggaberubah menjadi BBL
KESIMPULAN
Perkembangan larva lobster yang mampu dicapaipada penelitian ini adalah perkembangan stadia IIIadengan waktu pemeliharaan larva 20 hari pada semuaperlakuan Pengayaan artemia dengan DHA selcomemberikan hasil sintasan tertinggi dibandingkanperlakuan lain pada enam hari pertama pemeliharaanlarva Pemberian pakan artemia yang diperkaya denganDHA selco akan menjadi lebih efektif bila kualitas airdikontrol dengan baik selama pemeliharaan
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis sangat berterima kasih pada Ir Sari BudiMoria Sembiring MBiotech Sudewi MSi dan staflaboratorium kimia Balai Besar Riset PerikananBudidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Baliatas dukungan dan bantuannya dalam penelitian ini
DAFTAR ACUAN
Abrunhosa FA Santiago AP amp Abrunhosa JP(2008) The early phyllosoma stages of spiny lob-ster Panulirus echinatus Smith 1869 (DecapodaPalinuridae) reared in the laboratoryOs primeirosestagios de filosoma da lagosta Panulirus echinatus(Decapoda Palinuridae) cultivados em laboratorioBrazilian Journal of Biology 68(1) 187-195
Elvantra (2021) Harga terbaru lobster air laut dantawar hari ini lokal dan ekspor Maret 2021Diakses pada 7 Juni 2021 dari httpselvantrablogspotcom202001harga-lobsterhtml
Conland JA Jones PL Turchini GM Hall MRamp Francis DS (2014) Changes in the nutritionalcomposition of captive early-mid stage Panulirusornatus phyllosoma over ecdysis and larval devel-opment Aquaculture 434 159-170
Gambar 7 Penempelan pada bagian tubuh larva lobster tubuh larva yang kotor (a) Zoothamnium sp(b) filamentous bacterium (c)
Figure 7 Microorganisme attaching to the body part of larvae (a) Zoothamnium sp (b) filamen-tous bacterium (c)
30 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
Fitzgibbon QP Jeffs AG amp Battaglene SC (2014)The Achilles heel for spiny lobsters the energet-ics of the non-feeding post-larval stage Fish Fish15 312-326
Francis DS Salmon ML Kenway MJ amp Hall MR(2014) Palinurid lobster aquaculture Nutritionalprogress and considerations for successful larvalrearing Reviews in Aquaculture 6 180-203
Gamble S Pirozzi I Hall MR Zeng C ConlanJA amp Francis DS (2015) The effect of pre-di-gested protein source on the performance of earlyndash mid stage Panulirus ornatus phyllosoma Aquac-ulture 440 17-24
Gendron L Tremblay R Belvin S Geacutenard BMotnikar S amp Cocircteacute J (2013) Condition sur-vival and growth in situ of hatchery-reared stageIV lobster (Homarus americanus) fed Artemia andlipid-rich wild zooplankton Aquaculture 416-417380-389
Goldstein JS Matsuda H Takenouchi T amp ButlerMJ (2008) The complete development of larvalcaribbean spiny lobster Panulirus argus (Latreille1804) in culture Journal of Crustacean Biology28(02) 306-327
Grima EM Peacuterez JAS Saacutenchez JLG CamachoaFG amp Alonso DL (1992) EPA from Isochrysisgalbana Growth conditions and productivity Pro-cess Biochemistry 27 299-305
Hacheacute R amp Plante S (2011) The relationship be-tween enrichment fatty acid profiles and bacte-rial load in cultured rotifers (Brachionus plicatilisL-strain) and Artemia (Artemia salina strainFranciscana) Aquaculture 311 201-208
Hall MR Kenway M Salmon M Francis DGoulden EF amp Hoslashj L (2013) Palinurid lobsterlarval rearing for closed-cycle hatchery productionAustralian Institute of Marine Science (AIMS)Australia Woodhead Publishing Limited 2013DOI 10153397808570974602289
Hatai K (2012) Diseases of fish and shellfish causedby marine fungi In Raghukumar C (Ed) Biologyof Marine Fungi Springer p 15-52
Hoslashj L Bourne DG amp Hall MR (2009) Localisationabundanceand community structure of bacteriaassociated with Artemia effects of nauplii enrich-ment and antimicrobial treatmentAquaculture293 278ndash285 Growth Conditions and Productiv-ity Process Biochemistry 27 299-305
Ikeda T Smith G McKinnon AD amp Hall M (2011)Metabolism and chemical composition ofphyllosoma larvae with special reference to the
tropical rock lobster Panulirus ornatus (DecapodaPalinuridae) Journal of Experimental Marine Biol-ogy and Ecology 405 80-86
Jensen MA Carter CG Adams LR amp FitzgibbonQP (2013) Growth and biochemistry of the spinylobster Sagmariasus verreauxi cultured at low andhigh density from hatch to puerulus Aquaculture376-379 162-170
Junaidi M Cokrowati N amp Abidin Z (2011)Tingkah laku induk betina selama prosespengeraman telur dan perkembangan larva lobsterpasir (Panulirus homarus Linneaus 1785) JurnalAkuatika 2(1) 1-10
Kamio M Furukawa D Wakabayashi K Hiei KYano H Sato H Yosie-Stark Y Akiba T ampTanaka Y (2015) Grooming behavior by elongatedthird maxillipeds of phyllosoma larvae of thesmooth fan lobster riding on jellyfishes Journalof Experimental Marine Biology and Ecology 463115-124
Matsuda H Takenouchi T Tanaka S amp WatanabeS (2009) Relative contribution of Artemia andmussel as food for cultured middle-stage Panulirusjaponicus phyllosomata as determined by stablenitrogen isotope analysis New Zealand Journalof Marine and Freshwater Research 43 217-224
Matsuda H Abe F amp Tanaka S (2012) Effect ofphotoperiod on metamorphosis from phyllosomalarvae to puerulus postlarvae in the Japanese spinylobster Panulirus japonicus Aquaculture 326-329136-140
Mustafa A (2013) Budidaya lobster Panulirus sp diVietnam dan aplikasinya di Indonesia MediaAkuakultur 8(2) 73-84
Phleger CF Nelson MM Nichols PD Ritar AJSmith GG Hart PR amp Jeffs AG (2001) Lip-ids and nutrition of the southern rock lobsterJasus edwardsii from hatch to puerulus Marineand Freshwater Research 52 1475-1486
Priyambodo B (2015) Study tour of Indonesian farm-ers to Vietnam lobster aquaculture industry in2013 Chapter 58 In Jones CM (Ed) Spiny lob-ster aquaculture development in Indonesia Viet-nam and Australia Proceedings of the InternationalLobster Aquaculture Symposium Held in LombokIndonesia 22-25 April 2014 Australian Centre forInternational Agricultural Research CanberraAustralia p 136-141
Priyambodo B Jones CM amp Sammut J (2020)Assessment of the lobster puerulus (Panulirushomarus and Panulirus ornatus Decapoda
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 31
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Palinuridae) resource of Indonesia and its poten-tial for sustainable harvest for aquaculture Aquac-ulture 528 735563
Prusinska M Nowasad J Jarmosup3owicz SMikiewicz M Duda A Wiszniewski G SikoraM amp Kucharczyk D (2020) Effect of feed-ing barbel larvae (Barbus barbus (L 1758)) Artemiasp nauplii enriched with PUFAs on their growthand survival rate blood composition alimentarytract histological structure and body chemical com-position Aquaculture Reports 18 100492 httpsdoiorg101016jaqrep2020100492
Shields JD Stephens FJ amp Jones B (2006) Patho-gens parasites and other symbionts Lobster Bi-ology management aquaculture and fisheriesBlackwell Publishing Ltd Chapter 5 146-204
Shields JD (2011) Diseases of spiny lobsters A re-viewrsquo J Invertr Pathol 106 79-91
Vijayakumaran M Maharajan A Rajalakshmi SJayagopal P amp Remani MC (2014) Early larvalstages of the spiny lobsters Panulirus homarusPanulirus versicolor and Panulirus ornatus cultured
under laboratory conditions International Jour-nal of Development Research 4(2) 377-383
Wang M OrsquoRorke R Nodder SD amp Jeffs AG(2014) Nutritional composition of potential zoop-lankton prey of the spiny lobster phyllosoma (Jasusedwardsii) Mar Freshw Res 64 1-13
Wang M Mackenzie AD amp Jeffs AG ( 2015) Lipidand fatty acid composition of likely zooplanktonprey of spiny lobster (Jasus edwardsii) phylosomasAquaculture Nutritition 21 385-400
Wu X Smith G amp Hall M (2011) Patterns of larvalgrowth lipid composition and fatty acid deposi-tion during early to mid stages of developmentin Panulirus ornatus phyllosoma Aquaculture 330-333 63-73
Yap SY Hamasaki K Maran BAV Tuzan ADChrsquong CL amp Lal TM (2020) First report of plantfungal pathogen Zasmidium musae associatedwith moribund eggs of ornate spiny lobster(Panulirus ornatus) in Sabah Aquaculture Reports18 100500
22 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
showed a better larval survival during the first six days of larval rearing But it did not give any significanteffect The survival was then decreased to only 1 on day-20 This was due to the presence of bacteria andprotozoa which decreased water quality Protozoa Zoothamnium sp and filamentous bacteria wereobserved attaching to the body of the larvae disrupting the movement and ability of larvae in capturingprey Based on this research the use of Artemia enriched with DHA selco as an alternative for lobster larvaefeed but better water quality control is still needed
KEYWORDS Artemia DHA selco Isochrysis phyllosoma
Larva lobster memiliki lima tingkatan stadiaPenanda paling mudah untuk menentukan stadia larvaadalah dengan menghitung bulu (setae) pada periopod(kaki renang) ke-1 dan 2 Pada stadia-I jumlah setaepada periopod ke-1 dan 2 berjumlah lima pasangJumlah setae terus bertambah dengan meningkatnyastadia Jumlahnya berturut-turut adalah sebagaiberikut stadia-II jumlah enam pasang stadia-IIIasebanyak tujuh pasang stadia-IIIb sebanyak delapanpasang stadia-IVa sebanyak sembilan pasang Stadia-IVb sebanyak 10 pasang stadia-IVc sebanyak 11 pasangstadia-IVd sebanyak 12 pasang dan stadia-V sebanyak13 pasang (Abrunhosa et al 2008)
Abrunhosa et al (2008) juga menyebutkan bahwalarva lobster (P echinatus) yang diberikan pakanArtemia dan gonad kerang mampu melewati fasemoulting delapan kali Di Indonesia dilaporkan upayapembenihan lobster pernah dilakukan denganpemberian kombinasi jenis pakan dari Chaetocerossp Tetraselmis sp dan Artemia salina Padapemeliharaan tersebut larva mampu melewati stadia-IIIa dengan waktu pemeliharaan 27 hari (Junaidi et al2011) Vijayakumaran et al (2014) juga menggunakanArtemia yang baru menetas sebagai pakan utama dalampemeliharaan larva lobster Ketika larva memasukistadia-III diberikan Artemia yang baru menetas danArtemia umur 2-3 hari dengan pakan campuranfitoplankton
Pemberian pakan Artemia saja dalam pemeliharaanjangka panjang mengakibatkan menurunnya sintasanlarva dan sulit untuk mencapai perkembangan stadiaberikutnya Spesies Artemia yang tersedia secarakomersil memiliki profil nutrisi yang kurang optimalkarena memberikan sedikit sumber asam lemakesensial rantai panjang (Matsuda et al 2009) Karenaasam lemak dapat menjadi cadangan energi yang sangatpenting dalam keberhasilan perkembangan danmetamorfosis larva lobster (Conland et al 2014)Artemia dapat diperkaya sebagai salah satu upayameningkatkan profil nutrisinya sehingga menjadipakan berkualitas tinggi yang diperlukan dalamperkembangan larva (Matsuda et al 2009) Olehkarena itu pada penelitian ini diujicobakan dua jenisbahan pengaya untuk meningkatkan kandungan asam
PENDAHULUAN
Lobster merupakan krustasea yang harganya mahaldibandingkan jenis udang-udangan yang lainnya Menulobster jarang ditemukan diwarung makan biasaHidangan ini lebih banyak dijumpai di restoran mewahPermintaan lobster tidak hanya untuk memenuhi pasardalam negeri namun juga pasar luar negeri dengannilai yang cukup menjanjikan Harga jual per kilogramlobster pada size 500 g untuk lobster mutiara Pornatus Rp90000000 lobster bambu Rp75000000lobster batik Rp80000000 dan lobster pasir sebesarRp70000000 (Elvantra 2021) Besarnya permintaanpasar mengakibatkan tingginya penangkapan lobsterdi alam dan dikhawatirkan akan menyebabkanpenangkapan berlebih (over fishing) Salah satu upayauntuk mencukupi kebutuhan pasar dan mengurangikegiatan penangkapan adalah dengan melakukan usahapembudidayaan lobster
Kegiatan pembudidayaan lobster di Indonesia dimulai pada awal tahun 2000-an di Pulau LombokIndustri akuakultur di sana mengembangkan tekniksendiri untuk menangkap puerulus atau lebih dikenalbenih bening lobster (BBL) dan kemudianmenumbuhkannya hingga ukuran yang dapat dipasarkan(Priyambodo et al 2015 Priyambodo et al 2020)Selain di Pulau Lombok budidaya lobster di Indone-sia juga sudah dilakukan di Aceh Nusa Tenggara Timurdan Sulawesi Selatan (Mustafa 2013) Namun sampaisaat ini kegiatan budidaya lobster masih mengandalkanbenih hasil tangkapan alam karena benih hasil daribudidaya belum berhasil dikembangkan Salah satukendala dalam pembenihan lobster adalah belumdiketahuinya secara pasti jenis pakan dan teknologipemeliharaan yang sesuai Selain itu waktu yangdibutuhkan pada stadia phyllosoma yang merupakansebutan bagi larva lobster hingga berubah menjadiBBL membutuhkan waktu lama Stadia planktonik lob-ster mutiara P ornatus berkisar 4-6 bulan (Ikeda etal 2011) Sedangkan stadia larva jenis P argusmembutuhkan waktu 45-8 bulan (Goldstein et al2008) Durasi stadia larva planktonik yang cukup lamamenyebabkan sampai saat ini belum ada usahapembenihan lobster yang berhasil memenuhikebutuhan usaha budidaya
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 23
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
lemak pada Artemia yaitu DHA selco dan Isochrysisgalbana strain Tahiti Penggunaan bahan-bahantersebut didasarkan pada Vijayakumaran et al (2014)yang menyebutkan beberapa bahan pengaya alternatifyaitu shark liver oil minyak cumi cod liver oil danmedia pengaya komersil ldquosuper selco (inve inc Bel-gium) dapat digunakan untuk memperkaya highly un-saturated fatty acid (HUFA) dari Artemia yang barumenetas Produk selco tersebut memiliki kandunganDHA sebesar 25 mg g-1 (Prusinska et al 2020) Selainproduk komersil tersebut jenis marine microalga yangbanyak digunakan sebagai bahan pengkaya dalambudidaya perikanan adalah jenis Isochrysis galbana yangkaya akan sumber lemak Kandungan DHA padaIsochrysis galbana berkisar antara 359-637bergantung pada pH mikronutrien dan vitamin padamedia kulturnya (Grima et al 1992) Tingginyakandungan asam lemak DHA tersebut dapat dijadikansebagai sumber DHA alternatif yang potensial
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiperforma larva lobster pasir (P homarus) baik sintasanmaupun tingkat perkembangannya dengan pakan yangdiperkaya DHA selco dan Isochrysis galbana strainTahiti dalam kegiatan pembenihan Selain itu denganpemberian bahan pengaya diharapkan nilai nutrisiArtemia menjadi lebih tinggi sehingga mampumencukupi kebutuhan larva untuk mencapai stadiaperkembangan selanjutnya
BAHAN DAN METODE
Seleksi Induk Lobster
Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni2017 Induk-induk lobster yang digunakan padapenelitian ini merupakan induk lobster hasil budidayaberukuran 150-200 g berjumlah 259 ekor Indukdipelihara secara massal dengan diberikan pakanberupa ikan rucah dan cumi segar Pemberian pakandilakukan setiap hari dengan dosis 5 dari bobotinduk Induk-induk yang membawa telur diseleksisetiap dua hari sekali dengan memperhatikan warnatelur untuk menentukan kesiapan induk mendekatiproses penetasan Telur yang berwarna orange ataukuning menandakan telur masih muda dan telurberwarna kecoklatan atau bening kehitamanmenunjukkan telur telah siap untuk menetas Indukyang mendekati periode penetasan telur dipisahkandalam bak kerucut satu volume ton
Penetasan Telur dan Pemanenan Larva
Induk yang mendekati waktu penetasan dalam baksatu ton diberikan pakan tiga hari sekali Dosis pakanyang diberikan hanya 1 pada pagi hari dan pada sorehari induk dipindahkan pada bak berisi air baru Hal
ini bertujuan agar larva yang menetas dalam kondisibersih dan kualitas air terjaga dari sisa pakan Seleksilarva dilakukan dengan memisahkan larva yang aktifberenang di permukaan Sementara larva yangmengendap di dasar bak dibuang Larva yangdigunakan dalam penelitian ini berasal dari satu indukyang sama Larva yang telah dipanen didesinfeksidengan iodine 100 mgL selama 10 menit Selanjutnyadilakukan pencucian dengan air laut dan di-samplingsesuai jumlah kepadatan larva yang dibutuhkan di setiapbak perlakuan (50 ekorliter)
Pengayaan Artemia
Cyste Artemia yang telah dikultur selama 18 jamdipanen dan didesinfeksi dengan iodine Selanjutnyaditambahkan bahan pengaya DHA selco (dosis 06 gmL) sesuai saran pada kemasan produk dan Isochrysisgalbana strain Tahiti dengan kepadatan 1-15 x 106 selmL Pengayaan dilakukan selama 18 jam kemudiandilakukan pemanenan pada keesokan harinya
Pemeliharaan Larva
Larva hasil seleksi dipelihara dalam bak 100 Ldengan sistem air stagnan Air laut bersalinitas 35ppt disaring menggunakan membran filter berukuran05 mikron Volume air pada setiap bak di awalpemeliharaan sebanyak 80 L dan ditambahkan air dalamjumlah sedikit pada awal pemeliharaan yaitu 10 L setiapharinya untuk mengurangi stres pada larva danmenurunkan konsentrasi metabolit pada air mediaPada saat mencapai volume 100 L dilakukanpenggantian air sebanyak 20 hingga akhirpemeliharaan
Penelitian ini menggunakan tiga perlakuan dengansatu kontrol dan dilakukan pengulangan sebanyak tigakali pada masing-masing perlakuan Larva diberikanpakan Artemia dengan masing-masing perlakuansebagai berikut
- Perlakuan A Artemia yang baru menetas tanpapengayaan (kontrol)
- Perlakuan B Artemia yang baru menetas diberibahan pengaya DHA selco
- Perlakuan C Artemia yang baru menetas diberibahan pengaya Isochrysis galbana strain Tahiti
- Perlakuan D Artemia yang diinkubasi selama 18jam tanpa pengayaan
Jumlah Artemia yang diberikan pada setiap bakdiketahui dengan menghitung jumlah larva dan sisaArtemia di dalam bak secara sampling volumetrikDosis Artemia yang diberikan adalah dua individuArtemia per satu ekor larva lobster Dosis pakanmeningkat pada hari selanjutnya disesuaikan dengantingkat konsumsi larva yang meningkat dengan
24 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
bertambahnya umur Sampling sisa Artemia dilakukansetiap hari untuk mengontrol jumlah Artemia dalambak Sintasan larva dihitung dengan melakukan sam-pling setiap enam hari sekali dan dihitung secara to-tal pada akhir penelitian sedangkan parameter kualitasair meliputi salinitas dan pH diukur lima hari sekali
Kultur Bakteri Media Pemeliharaan
Pengukuran total bakteri dan Vibrio pada air me-dia pemeliharaan dilakukan setiap minggu sekalisebagai kontrol kualitas air media Kultur bakteridilakukan dengan mengambil 1 mL air media dandikultur pada media marine agar (MA) denganpengenceran 100x dan tanpa pengenceran pada me-dia TCBS agar Hal ini bertujuan untuk mengetahuikelimpahan total bakteri dan Vibrio pada mediapemeliharaan terhadap pengaruh pengayaan
Analisis Data
Data sintasan total bakteri dan total Vibrioditampilkan dalam nilai rata-rata Analisis data dalampenelitian ini menggunakan uji statistik denganmetode one-way ANOVA karena data yang diperolehmemenuhi asumsi sebaran normal Pengujian statistikmenggunakan program SPSS ver16 dengan nilaisignifikansi Plt005
HASIL DAN BAHASAN
Sintasan Larva
Pengayaan Artemia dengan menggunakan DHAselco menunjukkan hasil sintasan (SR) lebih baik dariperlakuan lainnya pada enam hari awal pemeliharaanNilai SR yang ditunjukkan oleh perlakuan Artemia yangdiperkaya selco adalah sebesar 946 dengan jumlahrata-rata larva 4732 ekor lebih banyak dibandingkanperlakuan lainnya (kontrol 0 H 3044 ekor Artemia18 H 4244 ekor Isochrysis 4310 ekor) dan terusmenurun hingga pemeliharaan 20 hari dengan SRhanya mencapai 11 (Gambar 1) dengan jumlah larvayang mampu bertahan hidup pada perlakuan DHA selcoIsochrysis dan Artemia kontrol berturut-turut yaitu54 53 dan 68 ekor Analisis data sintasan larva denganmenggunakan uji statistik dengan metode one wayANOVA diperoleh hasil yang tidak berbeda dengan nilaiP value gt 005
Salah satu faktor penentu sintasan larva adalahpakan yang sesuai Pakan sebagai sumber nutrisiberperan penting bagi pertumbuhan dan sintasan larvaLaju akumulasi penyimpanan nutrisi selama stadia awalhingga pertengahan pada larva P ornatus menjadikomponen vital untuk sintasan dan kesuksesan tahapmetamorfosis (Wu et al 2011 Fitzgibbon et al2014) Salah satu komponen nutrisi yang vital adalah
lemak Di alam akumulasi lemak oleh larva berasaldari mangsa zooplankton (Wang et al 2015) Padapenelitian ini analisis kadar lemak dari pakanperlakuan (Tabel 1) diperoleh nilai kadar lemaktertinggi terdapat pada perlakuan pengayaan denganDHA selco (2116) sehingga pengayaan dengan selcolebih berpotensi mampu mencukupi kebutuhan lemaklarva lobster Lemak memainkan peran utama sebagaicadangan energi selama pertumbuhan danperkembangan larva krustasea Ia memanfaatkansejumlah lemak sebagai sumber energi selama prosesmetamorfosis (Jensen et al 2013) Komponen asamlemak tersebut salah satunya adalah DHA yangmerupakan komponen penting untuk pertumbuhandan sintasan larva DHA berperan dalam meningkatkanaktivitas enzim dan fluiditas membrane selulermemfasilitasi aktivitas metabolisme dan membantuproses osmoregulasi yang diperlukan dalammeningkatkan densitas larva ketika proses tansisi daripelagis menjadi bentik (Gendron et al 2013)
Komponen nutrisi penting lainnya adalah proteinProtein merupakan bagian integral untukpertumbuhan perbaikan dan pemeliharaan sel sertaasam amino elemen penting untuk semua makhlukhidup Protein terhidrolisis yang diformulasikan dalampakan komersial sangat potensial dalam meningkatkanpertumbuhan larva lobster P ornatus (Gamble et al2015) Sedangkan dalam penelitian ini nilai proksimatuntuk kadar protein sebagai salah satu nutrisi yangberperan dalam pertumbuhan menunjukkan bahwa padaArtemia yang baru menetas telah memiliki kadar pro-tein yang cukup tinggi (516) perlakuan pengayaandengan fitoplankton Isochrysis memberikan sedikitpeningkatan kadar protein Artemia (5255) namunpada perlakuan lain menunjukkan penurunan kadarprotein setelah dilakukan inkubasi selama 18 jamPenurunan ini diduga karena adanya pemanfaatan pro-tein untuk metabolisme Artemia selama masainkubasi
Pengamatan Bakteri Media Pemeliharaan
Menurunnya sintasan pada pemeliharaan D-12 danD-20 dapat disebabkan oleh penurunan kualitas airmedia pemeliharaan dengan jumlah bakteri yangmeningkat pada pengamatan D-18 (Gambar 2)Peningkatan bakteri disebabkan adanya sisa Artemiayang mati dan mengendap serta lumut yang mulaimenempel di permukaan bak Keberadaan bakteri padamedia pemeliharaan dapat mengganggu menginfeksimaupun menjadi penyebab kematian larva Penyiponansisa pakan sulit dilakukan karena terdapat larva yangberenang pada bagian dasar bak Sedangkan hasilpengukuran kualitas air media (pH dan salinitas) tidakada perubahan yang signifikan (Tabel 2)
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 25
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Gambar 1 Persentase sintasan larva lobsterFigure 1 Survival rate of lobster larvae
947
150
11
862
5711
849
157
27
609
136
1400
200
400
600
800
1000
1200
D6 D12 D20
Sint
asan
(Sur
viva
l rat
e) (
)
Umur pemeliharaan (Rearing time)
Selco
Isochrysis
Artemia 18 H
Kontrol (Control) 0 H
Tabel 1 Hasil uji proximat pakan alami ArtemiaTable 1 Result of Artemia proximate analysis
Gambar 2 Jumlah total bakteri dan total Vibrio pada media pemeliharaan larvaFigure 2 Total number of bacteria and Vibrio during the experiment
Kontrol 0 jam setelah menetasControl 0 hour after hatching
Total bakteri D-7D-7 bacteria totalTotal Vibrio D-7D-7 Vibrio total
Total bakteri D-18D-18 bacteria totalTotal Vibrio D-18D-18 Vibrio total
Selco
Isochrysis
Artemia 18 H
Kontrol (Control) 0H
26 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
Perkembangan Larva
Larva lobster memberikan respons positif denganpemberian Artemia sebagai pakan awal Hal iniditunjukkan dengan organ pencernaan berwarnaoranye yang terisi penuh oleh makanan (Gambar 3a)dan kemampuan larva dalam menangkap Artemia(Gambar 3b) dengan menggunakan kaki palingbelakang (periopod ke-3) yang di bagian ujungnyamemiliki bentuk berduri (Gambar 3c) Larva lobstermulai makan segera setelah menetas dengan sedikitketergantungan pada cadangan kuning telur (Ikeda etal 2011) Larva lobster makan Artemia dengan caramenombak menggunakan terminal dactyl pada kakinyakemudian mangsa di arahkan ke mulut denganmaxilipeds Artemia dicabik-cabik dan material cairdari tubuh Artemia disedot ke dalam usus bagiandepan Karapas Artemia seringkali dibuang setelahdikosongkan (Wang et al 2014)
Larva yang baru menetas berwarna transparandilengkapi empat pasang kaki (periopod) yangbertangkai seperti kipas dengan bulu (setae) yangdigunakannya untuk berenang Perkembangan larvalobster dari stadia-I ke stadia berikutnya ditandaidengan penambahan umbai-umbai dan bulu (setae)serta perubahan selubung kepala (cephalic shield)(Abrunhosa et al 2008) Pada larva stadia-I ini organyang digunakan untuk berenang terdapat padaperiopod 1-2 dengan jumlah setae sebanyak limapasang Sedangkan pada periopod ke-3 belumberkembang (Gambar 4a) Hal paling mudah untukmembedakan setiap stadia larva diketahui dari jumlahsetae yang bertambah Pada penelitian ini karena larvahanya mampu bertahan pada umur 20 hari (hanyamampu mencapai larva stadia-IIIa) dengan setaeberjumlah tujuh pasang (Gambar 4c) Pada semuaperlakuan mampu mencapai stadia-IIIa pada 20 haripemeliharaan
Tabel 2 Kualitas air media pemeliharaan larvaTable 2 Water quality of rearing tank during the experiment
Gambar 3 Larva lobster P homarus dengan organ pencernaan penuh makanan berwarna oranye
(a) larva membawa Artemia (b) larva memiliki periopod yang berduri untukmenangkap Artemia (c)
Figure 3 Lobster larvae of P homarus with fully digestive organs indicated by orange colour(a) larvae eating Artemia (b) larvae with spine in periopod to catch artemia (c)
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 27
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Selain jumlah setae yang berbeda pada setiap sta-dia perkembangan larva juga dapat dilihat dengan jelasdari jumlah setae pada periopod ketiga Pada larvastadia-1 dan 2 setae pada periopod ketiga belumberkembang Pada stadia-II setae tersebut masih danberbentuk seperti duri yang sedikit memanjangSedangkan pada larva stadia-III setae pada periopodketiga telah berjumlah tiga pasang (Gambar 5) Padaperkembangan tangkai mata stadia-I berbentuk sedikitmembulat dan belum bersegmen Sedangkan pada sta-dia-II dan III tangkai mata telah bersegmen dan terlihatadanya ruas membentuk tangkai Pada selubung kepalaberbentuk bulat pada larva stadia-I dan menjadilonjong pada stadia berikutnya (Gambar 6)
Artemia terbukti mampu diterima sebagai pakanawal larva lobster Pemberian pakan Artemia saja telahmampu mencukupi kebutuhan larva lobster mencapaiperkembangan stadia-IIIa dengan morfologi sesuaiAbrunhosa et al (2008) Pemberian bahan pengaya padaArtemia sebagai pakan utama lobster memberikan hasilyang tidak berbeda nyata pada sintasan larva (P valuegt 005) Pada pemeliharaan enam hari pertamapengayaan dengan selco menunjukkan sintasan yanglebih tinggi (SR= 946) dibandingkan denganperlakuan lain Hal ini didukung dengan hasil analisisproksimat pengayaan dengan selco memiliki nilaikadar lemak yang paling tinggi yaitu 2116 DHA selcomampu memperkaya Artemia setelah 24 jam
Gambar 6 Bentuk selubung kepala cs dan tangkai mata tm pada larva stadia-I (a) stadia-II (b) stadia-IIIa (c)
Figure 6 Cephalic shield cs dan eyes stalk tm in stage-I (a) stage-II (b) stage-IIIa (c)
Gambar 5 Bentuk periopod ke-4 pada stadia-I (a) stadia-II (b) stadia-IIIa (c)Figure 5 Shape of periopod 4 in stage-I (a) stage-II (b) stage-IIIa (c)
Gambar 4 Jumlah setae stadia-I lima pasang (a) II enam pasang (b) IIIa tujuh pasang (c)Figure 4 Setae number in stage-I five pairs (a) II six pairs (b) IIIa seven pairs (c)
28 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
pengayaan dengan nilai konsentrasi DHA 154dibandingkan dengan pengayaan menggunakan algayang hanya 02 (Phleger et al 2001)
Nilai sintasan tertinggi pada akhir penelitian dicapaipada Artemia yang diinkubasi selama 18 jam tanpadiberikan bahan pengaya Hal ini diduga karena padaperlakuan pemberian bahan pengaya dan Artemia yangbaru menetas memiliki nilai nutrisi yang lebih tinggidibandingkan dengan perlakuan kontrol 18 jam (Tabel1) sehingga menjadi sarana media yang baik bagipertumbuhan bakteri yang ditunjukkan dengan nilaitotal bakteri dan total Vibrio yang relatif lebih tinggiPemberian nauplii Artemia yang diperkaya dapatbertindak sebagai vektor bagi masuknya bakteripatogen (Hacheacute amp Plante 2011) Beberapa strainbakteri yang diisolasi dari produksi nauplii Artemiaantara lain dari genus Vibrio Pseudomonas Micro-coccus Brevundimonas Spingomonas dan Rhizobium(Hoj et al 2009)
Kegiatan pembenihan lobster di berbagai negaramasih terus dikembangkan sampai saat ini Sintasanyang rendah menjadi kendala utama keberhasilanpembenihan Pada kegiatan pembenihan larvaCarribean lobster (Panulirus argus) di Florida diperolehnilai SR 47 pada D-30 36 pada D-60 28 pada D-100 dan 23 pada D-150 Total terdapat 13 larva yangberhasil bermetamorfosis menjadi BBL pada 151-311hari pemeliharaan (Goldstein et al 2008) Hasilpenelitian mereka lebih baik dari penelitian ini didugakarena tingkat kepadatan yang lebih rendah yaitumenggunakan bak berukuran 40 L dengan jumlah larva550 ekorbak Selain itu tindakan preventif akanintroduksi penyakit juga dilakukan denganmenggunakan sistem air membrane filtrasi 02 mdengan pemberian antibiotik chloramphenicol 10 mgL selama 24 jam setiap minggu (Goldstein et al 2008)
Pada penelitian ini dalam masa pemeliharaan banyakditemukan larva yang berkerumun di dasar bakterutama pada siang hari Hal diduga menjadi penyebabbanyaknya kematian larva pada keesokan harinyaSebagian besar larva pada stadia-II dan seterusnyacenderung berada di bagian bawah bak pemeliharaandan kebanyakan ikut terbawa saat penyiponan dasarbak untuk mengurangi kotoran dan larva yang mati(Vijayakumaran et al 2014) Stres pada saatpenanganan berkerumunnya larva dan tingginyajumlah Vibrio pada perkembangan stadia menjadibeberapa penyebab kematian (Vijayakumaran et al2014)
Agen utama penyakit pada larva cukup umumditemui seperti pada budidaya lainnya meliputi vi-rus bakteri jamur protozoadan metazoa (Shield2011) Organisme ini ditemukan banyak terdapat pada
air laut Oleh karenanya perlu perhatian khusus padakualitas air laut yang masuk utamanya pada tempatpenetasan karena ini dapat menyebabkan kematianyang signifikan melalui induksi tertentu yangmenyebabkan larva stres penurunan aktivitasperubahan warna perilaku makan yang tergangguperubahan bentuk tubuh dan pernapasan Apabilatanda-tanda klinis tersebut telah teramati makamungkin sudah terlambat untuk melakukan tindakandalam mengurangi kematian massal (Hall et al 2013)
Pada penelitian ini penyebab lain yang didugamenjadi penghambat dalam pemeliharaan larva lob-ster adalah mudahnya bagian tubuh Artemia menjadikotor (Gambar 7a) akibat adanya penempelan olehprotozoa Penempelan kotoran biasa pada tubuh larvalobster sebenarnya mampu dibersihkan oleh maxil-liped ketiga maupun kaki pertama hingga kelima(Kamio et al 2015) Namun penempelan protozoapada kaki-kaki tersebut sulit dibersihkan danmengganggu pergerakan serta aktivitas larva untukmenangkap mangsa Larva yang tubuhnya kotor danberenang lesu merupakan ciri larva yang tidak sehat(Matsuda et al 2012) Pada akhirnya akan menjadisalah satu penyebab kematian Beberapa jenis proto-zoa yang ditemukan menyerang larva pada masapemeliharaan diduga adalah dari jenis Zoothamniumsp (Gambar 7b) dan filamentous bacterium (Gambar7c) Vijayakumaran et al (2014) menyebutkan bahwaprotozoa yang umum ditemukan adalah jenisZoothamnium sp filamentous bacterium danLeucotrix sp sementara Acinata sp Ephistylis spdan vorticella tercatat sesekali menyerang larva
Pada penelitian pendahuluan juga ditemukan pro-tozoa jenis Zoothamnium sp maupun filamentousbacterium pada larva lobster bahkan pada telur Infeksijamur pada telur juga dilaporkan terjadi pada lobstermutiara yang mengakibatkan perubahan warna telur(Yap et al 2020) Infeksi jamur menjadi penyebabutama kegagalan dan kematian massal dalam produksibenih krustasea (Hatai 2012) Selain itu jenis siliatayang juga sering teramati menempel pada lobsterdewasa maupun embrio telur yang berasal dari GenusVorticella dan Zoothamnium Acineta EphelotaCyanobacteria dan diatom Dampak akibatpenempelan ini berakibat pada kematian larva akibatgangguan respirasi (Shields et al 2006) Tindakanpreventif dalam mencegah munculnya parasit ini harusdilakukan sejak pemeliharaan induk maupun sebelumpenebaran larva Perendaman selama 10 menit denganmalachite green (10 mgL) formalin (25 mgL) strep-tomycin (05-1 mgL) dapat digunakan sebagai treat-ment untuk mendesinfeksi induk dan larva dari jenisprotozoa tersebut (Vijayakumaran et al 2014)Namun penggunaan beberapa desinfektan tersebut
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 29
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
tidak disarankan untuk kegiatan budidaya terutamapada penggunaan antibiotik streptomycin bahkanmalachite green termasuk salah satu jenis obat ikandan udang yang dilarang dalam Permen KP No39 tahun2015 Oleh sebab itu dalam penelitian ini digunakaniodine yang merupakan desinfektan yang tidaktercantum pada peraturan tersebut
Keberhasilan pembenihan larva lobster sangatditentukan oleh kesesuaian jenis pakan yang mampuditangkap oleh larva lobster dan kandungan nutrisiyang diperlukannya Sedangkan kualitas mediapemeliharaan yang baik dengan bebas dari bakteri danprotozoa menjadi salah satu kunci pertumbuhan dansintasan larva Francis et al (2014) menyebutkankeberhasilan pemenuhan kebutuhan nutrisi dari larvalobster terkait erat dengan beberapa aspek khususdari persyaratan biologis larva Khususnya untukpertumbuhan dan sintasan yang maksimalKeseimbangan yang baik antara nutrisi dan kualitasair harus dijaga termasuk kontrol mikrobiologi danhidrodinamik Fluktuasi dan sub optimal kualitas airdapat menyebabkan eksoskeleton menjadi kotorsehingga berpengaruh pada pergerakan dankemampuan menangkap makananan secara efektif
Pengaruh lain dari fluktuasi kualitas air termasukdeformity (kecacatan) pada saat moulting (bergantikulit) Larva membutuhkan kebebasan dalam kolomair sehingga dapat secara maksimal menangkapmakanan sementara itu perlu menjaga kontak mini-mal antar individu agar tidak saling terpaut di dalambak pemeliharaan (Francis et al 2014)
Kualitas air pemeliharaan yang baik dan nutrisiserta jenis pakan yang tepat menjadi faktor yangpenting bagi perkembangan larva lobster untukmampu melewati fase larva yang panjang hinggaberubah menjadi BBL
KESIMPULAN
Perkembangan larva lobster yang mampu dicapaipada penelitian ini adalah perkembangan stadia IIIadengan waktu pemeliharaan larva 20 hari pada semuaperlakuan Pengayaan artemia dengan DHA selcomemberikan hasil sintasan tertinggi dibandingkanperlakuan lain pada enam hari pertama pemeliharaanlarva Pemberian pakan artemia yang diperkaya denganDHA selco akan menjadi lebih efektif bila kualitas airdikontrol dengan baik selama pemeliharaan
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis sangat berterima kasih pada Ir Sari BudiMoria Sembiring MBiotech Sudewi MSi dan staflaboratorium kimia Balai Besar Riset PerikananBudidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Baliatas dukungan dan bantuannya dalam penelitian ini
DAFTAR ACUAN
Abrunhosa FA Santiago AP amp Abrunhosa JP(2008) The early phyllosoma stages of spiny lob-ster Panulirus echinatus Smith 1869 (DecapodaPalinuridae) reared in the laboratoryOs primeirosestagios de filosoma da lagosta Panulirus echinatus(Decapoda Palinuridae) cultivados em laboratorioBrazilian Journal of Biology 68(1) 187-195
Elvantra (2021) Harga terbaru lobster air laut dantawar hari ini lokal dan ekspor Maret 2021Diakses pada 7 Juni 2021 dari httpselvantrablogspotcom202001harga-lobsterhtml
Conland JA Jones PL Turchini GM Hall MRamp Francis DS (2014) Changes in the nutritionalcomposition of captive early-mid stage Panulirusornatus phyllosoma over ecdysis and larval devel-opment Aquaculture 434 159-170
Gambar 7 Penempelan pada bagian tubuh larva lobster tubuh larva yang kotor (a) Zoothamnium sp(b) filamentous bacterium (c)
Figure 7 Microorganisme attaching to the body part of larvae (a) Zoothamnium sp (b) filamen-tous bacterium (c)
30 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
Fitzgibbon QP Jeffs AG amp Battaglene SC (2014)The Achilles heel for spiny lobsters the energet-ics of the non-feeding post-larval stage Fish Fish15 312-326
Francis DS Salmon ML Kenway MJ amp Hall MR(2014) Palinurid lobster aquaculture Nutritionalprogress and considerations for successful larvalrearing Reviews in Aquaculture 6 180-203
Gamble S Pirozzi I Hall MR Zeng C ConlanJA amp Francis DS (2015) The effect of pre-di-gested protein source on the performance of earlyndash mid stage Panulirus ornatus phyllosoma Aquac-ulture 440 17-24
Gendron L Tremblay R Belvin S Geacutenard BMotnikar S amp Cocircteacute J (2013) Condition sur-vival and growth in situ of hatchery-reared stageIV lobster (Homarus americanus) fed Artemia andlipid-rich wild zooplankton Aquaculture 416-417380-389
Goldstein JS Matsuda H Takenouchi T amp ButlerMJ (2008) The complete development of larvalcaribbean spiny lobster Panulirus argus (Latreille1804) in culture Journal of Crustacean Biology28(02) 306-327
Grima EM Peacuterez JAS Saacutenchez JLG CamachoaFG amp Alonso DL (1992) EPA from Isochrysisgalbana Growth conditions and productivity Pro-cess Biochemistry 27 299-305
Hacheacute R amp Plante S (2011) The relationship be-tween enrichment fatty acid profiles and bacte-rial load in cultured rotifers (Brachionus plicatilisL-strain) and Artemia (Artemia salina strainFranciscana) Aquaculture 311 201-208
Hall MR Kenway M Salmon M Francis DGoulden EF amp Hoslashj L (2013) Palinurid lobsterlarval rearing for closed-cycle hatchery productionAustralian Institute of Marine Science (AIMS)Australia Woodhead Publishing Limited 2013DOI 10153397808570974602289
Hatai K (2012) Diseases of fish and shellfish causedby marine fungi In Raghukumar C (Ed) Biologyof Marine Fungi Springer p 15-52
Hoslashj L Bourne DG amp Hall MR (2009) Localisationabundanceand community structure of bacteriaassociated with Artemia effects of nauplii enrich-ment and antimicrobial treatmentAquaculture293 278ndash285 Growth Conditions and Productiv-ity Process Biochemistry 27 299-305
Ikeda T Smith G McKinnon AD amp Hall M (2011)Metabolism and chemical composition ofphyllosoma larvae with special reference to the
tropical rock lobster Panulirus ornatus (DecapodaPalinuridae) Journal of Experimental Marine Biol-ogy and Ecology 405 80-86
Jensen MA Carter CG Adams LR amp FitzgibbonQP (2013) Growth and biochemistry of the spinylobster Sagmariasus verreauxi cultured at low andhigh density from hatch to puerulus Aquaculture376-379 162-170
Junaidi M Cokrowati N amp Abidin Z (2011)Tingkah laku induk betina selama prosespengeraman telur dan perkembangan larva lobsterpasir (Panulirus homarus Linneaus 1785) JurnalAkuatika 2(1) 1-10
Kamio M Furukawa D Wakabayashi K Hiei KYano H Sato H Yosie-Stark Y Akiba T ampTanaka Y (2015) Grooming behavior by elongatedthird maxillipeds of phyllosoma larvae of thesmooth fan lobster riding on jellyfishes Journalof Experimental Marine Biology and Ecology 463115-124
Matsuda H Takenouchi T Tanaka S amp WatanabeS (2009) Relative contribution of Artemia andmussel as food for cultured middle-stage Panulirusjaponicus phyllosomata as determined by stablenitrogen isotope analysis New Zealand Journalof Marine and Freshwater Research 43 217-224
Matsuda H Abe F amp Tanaka S (2012) Effect ofphotoperiod on metamorphosis from phyllosomalarvae to puerulus postlarvae in the Japanese spinylobster Panulirus japonicus Aquaculture 326-329136-140
Mustafa A (2013) Budidaya lobster Panulirus sp diVietnam dan aplikasinya di Indonesia MediaAkuakultur 8(2) 73-84
Phleger CF Nelson MM Nichols PD Ritar AJSmith GG Hart PR amp Jeffs AG (2001) Lip-ids and nutrition of the southern rock lobsterJasus edwardsii from hatch to puerulus Marineand Freshwater Research 52 1475-1486
Priyambodo B (2015) Study tour of Indonesian farm-ers to Vietnam lobster aquaculture industry in2013 Chapter 58 In Jones CM (Ed) Spiny lob-ster aquaculture development in Indonesia Viet-nam and Australia Proceedings of the InternationalLobster Aquaculture Symposium Held in LombokIndonesia 22-25 April 2014 Australian Centre forInternational Agricultural Research CanberraAustralia p 136-141
Priyambodo B Jones CM amp Sammut J (2020)Assessment of the lobster puerulus (Panulirushomarus and Panulirus ornatus Decapoda
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 31
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Palinuridae) resource of Indonesia and its poten-tial for sustainable harvest for aquaculture Aquac-ulture 528 735563
Prusinska M Nowasad J Jarmosup3owicz SMikiewicz M Duda A Wiszniewski G SikoraM amp Kucharczyk D (2020) Effect of feed-ing barbel larvae (Barbus barbus (L 1758)) Artemiasp nauplii enriched with PUFAs on their growthand survival rate blood composition alimentarytract histological structure and body chemical com-position Aquaculture Reports 18 100492 httpsdoiorg101016jaqrep2020100492
Shields JD Stephens FJ amp Jones B (2006) Patho-gens parasites and other symbionts Lobster Bi-ology management aquaculture and fisheriesBlackwell Publishing Ltd Chapter 5 146-204
Shields JD (2011) Diseases of spiny lobsters A re-viewrsquo J Invertr Pathol 106 79-91
Vijayakumaran M Maharajan A Rajalakshmi SJayagopal P amp Remani MC (2014) Early larvalstages of the spiny lobsters Panulirus homarusPanulirus versicolor and Panulirus ornatus cultured
under laboratory conditions International Jour-nal of Development Research 4(2) 377-383
Wang M OrsquoRorke R Nodder SD amp Jeffs AG(2014) Nutritional composition of potential zoop-lankton prey of the spiny lobster phyllosoma (Jasusedwardsii) Mar Freshw Res 64 1-13
Wang M Mackenzie AD amp Jeffs AG ( 2015) Lipidand fatty acid composition of likely zooplanktonprey of spiny lobster (Jasus edwardsii) phylosomasAquaculture Nutritition 21 385-400
Wu X Smith G amp Hall M (2011) Patterns of larvalgrowth lipid composition and fatty acid deposi-tion during early to mid stages of developmentin Panulirus ornatus phyllosoma Aquaculture 330-333 63-73
Yap SY Hamasaki K Maran BAV Tuzan ADChrsquong CL amp Lal TM (2020) First report of plantfungal pathogen Zasmidium musae associatedwith moribund eggs of ornate spiny lobster(Panulirus ornatus) in Sabah Aquaculture Reports18 100500
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 23
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
lemak pada Artemia yaitu DHA selco dan Isochrysisgalbana strain Tahiti Penggunaan bahan-bahantersebut didasarkan pada Vijayakumaran et al (2014)yang menyebutkan beberapa bahan pengaya alternatifyaitu shark liver oil minyak cumi cod liver oil danmedia pengaya komersil ldquosuper selco (inve inc Bel-gium) dapat digunakan untuk memperkaya highly un-saturated fatty acid (HUFA) dari Artemia yang barumenetas Produk selco tersebut memiliki kandunganDHA sebesar 25 mg g-1 (Prusinska et al 2020) Selainproduk komersil tersebut jenis marine microalga yangbanyak digunakan sebagai bahan pengkaya dalambudidaya perikanan adalah jenis Isochrysis galbana yangkaya akan sumber lemak Kandungan DHA padaIsochrysis galbana berkisar antara 359-637bergantung pada pH mikronutrien dan vitamin padamedia kulturnya (Grima et al 1992) Tingginyakandungan asam lemak DHA tersebut dapat dijadikansebagai sumber DHA alternatif yang potensial
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiperforma larva lobster pasir (P homarus) baik sintasanmaupun tingkat perkembangannya dengan pakan yangdiperkaya DHA selco dan Isochrysis galbana strainTahiti dalam kegiatan pembenihan Selain itu denganpemberian bahan pengaya diharapkan nilai nutrisiArtemia menjadi lebih tinggi sehingga mampumencukupi kebutuhan larva untuk mencapai stadiaperkembangan selanjutnya
BAHAN DAN METODE
Seleksi Induk Lobster
Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni2017 Induk-induk lobster yang digunakan padapenelitian ini merupakan induk lobster hasil budidayaberukuran 150-200 g berjumlah 259 ekor Indukdipelihara secara massal dengan diberikan pakanberupa ikan rucah dan cumi segar Pemberian pakandilakukan setiap hari dengan dosis 5 dari bobotinduk Induk-induk yang membawa telur diseleksisetiap dua hari sekali dengan memperhatikan warnatelur untuk menentukan kesiapan induk mendekatiproses penetasan Telur yang berwarna orange ataukuning menandakan telur masih muda dan telurberwarna kecoklatan atau bening kehitamanmenunjukkan telur telah siap untuk menetas Indukyang mendekati periode penetasan telur dipisahkandalam bak kerucut satu volume ton
Penetasan Telur dan Pemanenan Larva
Induk yang mendekati waktu penetasan dalam baksatu ton diberikan pakan tiga hari sekali Dosis pakanyang diberikan hanya 1 pada pagi hari dan pada sorehari induk dipindahkan pada bak berisi air baru Hal
ini bertujuan agar larva yang menetas dalam kondisibersih dan kualitas air terjaga dari sisa pakan Seleksilarva dilakukan dengan memisahkan larva yang aktifberenang di permukaan Sementara larva yangmengendap di dasar bak dibuang Larva yangdigunakan dalam penelitian ini berasal dari satu indukyang sama Larva yang telah dipanen didesinfeksidengan iodine 100 mgL selama 10 menit Selanjutnyadilakukan pencucian dengan air laut dan di-samplingsesuai jumlah kepadatan larva yang dibutuhkan di setiapbak perlakuan (50 ekorliter)
Pengayaan Artemia
Cyste Artemia yang telah dikultur selama 18 jamdipanen dan didesinfeksi dengan iodine Selanjutnyaditambahkan bahan pengaya DHA selco (dosis 06 gmL) sesuai saran pada kemasan produk dan Isochrysisgalbana strain Tahiti dengan kepadatan 1-15 x 106 selmL Pengayaan dilakukan selama 18 jam kemudiandilakukan pemanenan pada keesokan harinya
Pemeliharaan Larva
Larva hasil seleksi dipelihara dalam bak 100 Ldengan sistem air stagnan Air laut bersalinitas 35ppt disaring menggunakan membran filter berukuran05 mikron Volume air pada setiap bak di awalpemeliharaan sebanyak 80 L dan ditambahkan air dalamjumlah sedikit pada awal pemeliharaan yaitu 10 L setiapharinya untuk mengurangi stres pada larva danmenurunkan konsentrasi metabolit pada air mediaPada saat mencapai volume 100 L dilakukanpenggantian air sebanyak 20 hingga akhirpemeliharaan
Penelitian ini menggunakan tiga perlakuan dengansatu kontrol dan dilakukan pengulangan sebanyak tigakali pada masing-masing perlakuan Larva diberikanpakan Artemia dengan masing-masing perlakuansebagai berikut
- Perlakuan A Artemia yang baru menetas tanpapengayaan (kontrol)
- Perlakuan B Artemia yang baru menetas diberibahan pengaya DHA selco
- Perlakuan C Artemia yang baru menetas diberibahan pengaya Isochrysis galbana strain Tahiti
- Perlakuan D Artemia yang diinkubasi selama 18jam tanpa pengayaan
Jumlah Artemia yang diberikan pada setiap bakdiketahui dengan menghitung jumlah larva dan sisaArtemia di dalam bak secara sampling volumetrikDosis Artemia yang diberikan adalah dua individuArtemia per satu ekor larva lobster Dosis pakanmeningkat pada hari selanjutnya disesuaikan dengantingkat konsumsi larva yang meningkat dengan
24 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
bertambahnya umur Sampling sisa Artemia dilakukansetiap hari untuk mengontrol jumlah Artemia dalambak Sintasan larva dihitung dengan melakukan sam-pling setiap enam hari sekali dan dihitung secara to-tal pada akhir penelitian sedangkan parameter kualitasair meliputi salinitas dan pH diukur lima hari sekali
Kultur Bakteri Media Pemeliharaan
Pengukuran total bakteri dan Vibrio pada air me-dia pemeliharaan dilakukan setiap minggu sekalisebagai kontrol kualitas air media Kultur bakteridilakukan dengan mengambil 1 mL air media dandikultur pada media marine agar (MA) denganpengenceran 100x dan tanpa pengenceran pada me-dia TCBS agar Hal ini bertujuan untuk mengetahuikelimpahan total bakteri dan Vibrio pada mediapemeliharaan terhadap pengaruh pengayaan
Analisis Data
Data sintasan total bakteri dan total Vibrioditampilkan dalam nilai rata-rata Analisis data dalampenelitian ini menggunakan uji statistik denganmetode one-way ANOVA karena data yang diperolehmemenuhi asumsi sebaran normal Pengujian statistikmenggunakan program SPSS ver16 dengan nilaisignifikansi Plt005
HASIL DAN BAHASAN
Sintasan Larva
Pengayaan Artemia dengan menggunakan DHAselco menunjukkan hasil sintasan (SR) lebih baik dariperlakuan lainnya pada enam hari awal pemeliharaanNilai SR yang ditunjukkan oleh perlakuan Artemia yangdiperkaya selco adalah sebesar 946 dengan jumlahrata-rata larva 4732 ekor lebih banyak dibandingkanperlakuan lainnya (kontrol 0 H 3044 ekor Artemia18 H 4244 ekor Isochrysis 4310 ekor) dan terusmenurun hingga pemeliharaan 20 hari dengan SRhanya mencapai 11 (Gambar 1) dengan jumlah larvayang mampu bertahan hidup pada perlakuan DHA selcoIsochrysis dan Artemia kontrol berturut-turut yaitu54 53 dan 68 ekor Analisis data sintasan larva denganmenggunakan uji statistik dengan metode one wayANOVA diperoleh hasil yang tidak berbeda dengan nilaiP value gt 005
Salah satu faktor penentu sintasan larva adalahpakan yang sesuai Pakan sebagai sumber nutrisiberperan penting bagi pertumbuhan dan sintasan larvaLaju akumulasi penyimpanan nutrisi selama stadia awalhingga pertengahan pada larva P ornatus menjadikomponen vital untuk sintasan dan kesuksesan tahapmetamorfosis (Wu et al 2011 Fitzgibbon et al2014) Salah satu komponen nutrisi yang vital adalah
lemak Di alam akumulasi lemak oleh larva berasaldari mangsa zooplankton (Wang et al 2015) Padapenelitian ini analisis kadar lemak dari pakanperlakuan (Tabel 1) diperoleh nilai kadar lemaktertinggi terdapat pada perlakuan pengayaan denganDHA selco (2116) sehingga pengayaan dengan selcolebih berpotensi mampu mencukupi kebutuhan lemaklarva lobster Lemak memainkan peran utama sebagaicadangan energi selama pertumbuhan danperkembangan larva krustasea Ia memanfaatkansejumlah lemak sebagai sumber energi selama prosesmetamorfosis (Jensen et al 2013) Komponen asamlemak tersebut salah satunya adalah DHA yangmerupakan komponen penting untuk pertumbuhandan sintasan larva DHA berperan dalam meningkatkanaktivitas enzim dan fluiditas membrane selulermemfasilitasi aktivitas metabolisme dan membantuproses osmoregulasi yang diperlukan dalammeningkatkan densitas larva ketika proses tansisi daripelagis menjadi bentik (Gendron et al 2013)
Komponen nutrisi penting lainnya adalah proteinProtein merupakan bagian integral untukpertumbuhan perbaikan dan pemeliharaan sel sertaasam amino elemen penting untuk semua makhlukhidup Protein terhidrolisis yang diformulasikan dalampakan komersial sangat potensial dalam meningkatkanpertumbuhan larva lobster P ornatus (Gamble et al2015) Sedangkan dalam penelitian ini nilai proksimatuntuk kadar protein sebagai salah satu nutrisi yangberperan dalam pertumbuhan menunjukkan bahwa padaArtemia yang baru menetas telah memiliki kadar pro-tein yang cukup tinggi (516) perlakuan pengayaandengan fitoplankton Isochrysis memberikan sedikitpeningkatan kadar protein Artemia (5255) namunpada perlakuan lain menunjukkan penurunan kadarprotein setelah dilakukan inkubasi selama 18 jamPenurunan ini diduga karena adanya pemanfaatan pro-tein untuk metabolisme Artemia selama masainkubasi
Pengamatan Bakteri Media Pemeliharaan
Menurunnya sintasan pada pemeliharaan D-12 danD-20 dapat disebabkan oleh penurunan kualitas airmedia pemeliharaan dengan jumlah bakteri yangmeningkat pada pengamatan D-18 (Gambar 2)Peningkatan bakteri disebabkan adanya sisa Artemiayang mati dan mengendap serta lumut yang mulaimenempel di permukaan bak Keberadaan bakteri padamedia pemeliharaan dapat mengganggu menginfeksimaupun menjadi penyebab kematian larva Penyiponansisa pakan sulit dilakukan karena terdapat larva yangberenang pada bagian dasar bak Sedangkan hasilpengukuran kualitas air media (pH dan salinitas) tidakada perubahan yang signifikan (Tabel 2)
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 25
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Gambar 1 Persentase sintasan larva lobsterFigure 1 Survival rate of lobster larvae
947
150
11
862
5711
849
157
27
609
136
1400
200
400
600
800
1000
1200
D6 D12 D20
Sint
asan
(Sur
viva
l rat
e) (
)
Umur pemeliharaan (Rearing time)
Selco
Isochrysis
Artemia 18 H
Kontrol (Control) 0 H
Tabel 1 Hasil uji proximat pakan alami ArtemiaTable 1 Result of Artemia proximate analysis
Gambar 2 Jumlah total bakteri dan total Vibrio pada media pemeliharaan larvaFigure 2 Total number of bacteria and Vibrio during the experiment
Kontrol 0 jam setelah menetasControl 0 hour after hatching
Total bakteri D-7D-7 bacteria totalTotal Vibrio D-7D-7 Vibrio total
Total bakteri D-18D-18 bacteria totalTotal Vibrio D-18D-18 Vibrio total
Selco
Isochrysis
Artemia 18 H
Kontrol (Control) 0H
26 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
Perkembangan Larva
Larva lobster memberikan respons positif denganpemberian Artemia sebagai pakan awal Hal iniditunjukkan dengan organ pencernaan berwarnaoranye yang terisi penuh oleh makanan (Gambar 3a)dan kemampuan larva dalam menangkap Artemia(Gambar 3b) dengan menggunakan kaki palingbelakang (periopod ke-3) yang di bagian ujungnyamemiliki bentuk berduri (Gambar 3c) Larva lobstermulai makan segera setelah menetas dengan sedikitketergantungan pada cadangan kuning telur (Ikeda etal 2011) Larva lobster makan Artemia dengan caramenombak menggunakan terminal dactyl pada kakinyakemudian mangsa di arahkan ke mulut denganmaxilipeds Artemia dicabik-cabik dan material cairdari tubuh Artemia disedot ke dalam usus bagiandepan Karapas Artemia seringkali dibuang setelahdikosongkan (Wang et al 2014)
Larva yang baru menetas berwarna transparandilengkapi empat pasang kaki (periopod) yangbertangkai seperti kipas dengan bulu (setae) yangdigunakannya untuk berenang Perkembangan larvalobster dari stadia-I ke stadia berikutnya ditandaidengan penambahan umbai-umbai dan bulu (setae)serta perubahan selubung kepala (cephalic shield)(Abrunhosa et al 2008) Pada larva stadia-I ini organyang digunakan untuk berenang terdapat padaperiopod 1-2 dengan jumlah setae sebanyak limapasang Sedangkan pada periopod ke-3 belumberkembang (Gambar 4a) Hal paling mudah untukmembedakan setiap stadia larva diketahui dari jumlahsetae yang bertambah Pada penelitian ini karena larvahanya mampu bertahan pada umur 20 hari (hanyamampu mencapai larva stadia-IIIa) dengan setaeberjumlah tujuh pasang (Gambar 4c) Pada semuaperlakuan mampu mencapai stadia-IIIa pada 20 haripemeliharaan
Tabel 2 Kualitas air media pemeliharaan larvaTable 2 Water quality of rearing tank during the experiment
Gambar 3 Larva lobster P homarus dengan organ pencernaan penuh makanan berwarna oranye
(a) larva membawa Artemia (b) larva memiliki periopod yang berduri untukmenangkap Artemia (c)
Figure 3 Lobster larvae of P homarus with fully digestive organs indicated by orange colour(a) larvae eating Artemia (b) larvae with spine in periopod to catch artemia (c)
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 27
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Selain jumlah setae yang berbeda pada setiap sta-dia perkembangan larva juga dapat dilihat dengan jelasdari jumlah setae pada periopod ketiga Pada larvastadia-1 dan 2 setae pada periopod ketiga belumberkembang Pada stadia-II setae tersebut masih danberbentuk seperti duri yang sedikit memanjangSedangkan pada larva stadia-III setae pada periopodketiga telah berjumlah tiga pasang (Gambar 5) Padaperkembangan tangkai mata stadia-I berbentuk sedikitmembulat dan belum bersegmen Sedangkan pada sta-dia-II dan III tangkai mata telah bersegmen dan terlihatadanya ruas membentuk tangkai Pada selubung kepalaberbentuk bulat pada larva stadia-I dan menjadilonjong pada stadia berikutnya (Gambar 6)
Artemia terbukti mampu diterima sebagai pakanawal larva lobster Pemberian pakan Artemia saja telahmampu mencukupi kebutuhan larva lobster mencapaiperkembangan stadia-IIIa dengan morfologi sesuaiAbrunhosa et al (2008) Pemberian bahan pengaya padaArtemia sebagai pakan utama lobster memberikan hasilyang tidak berbeda nyata pada sintasan larva (P valuegt 005) Pada pemeliharaan enam hari pertamapengayaan dengan selco menunjukkan sintasan yanglebih tinggi (SR= 946) dibandingkan denganperlakuan lain Hal ini didukung dengan hasil analisisproksimat pengayaan dengan selco memiliki nilaikadar lemak yang paling tinggi yaitu 2116 DHA selcomampu memperkaya Artemia setelah 24 jam
Gambar 6 Bentuk selubung kepala cs dan tangkai mata tm pada larva stadia-I (a) stadia-II (b) stadia-IIIa (c)
Figure 6 Cephalic shield cs dan eyes stalk tm in stage-I (a) stage-II (b) stage-IIIa (c)
Gambar 5 Bentuk periopod ke-4 pada stadia-I (a) stadia-II (b) stadia-IIIa (c)Figure 5 Shape of periopod 4 in stage-I (a) stage-II (b) stage-IIIa (c)
Gambar 4 Jumlah setae stadia-I lima pasang (a) II enam pasang (b) IIIa tujuh pasang (c)Figure 4 Setae number in stage-I five pairs (a) II six pairs (b) IIIa seven pairs (c)
28 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
pengayaan dengan nilai konsentrasi DHA 154dibandingkan dengan pengayaan menggunakan algayang hanya 02 (Phleger et al 2001)
Nilai sintasan tertinggi pada akhir penelitian dicapaipada Artemia yang diinkubasi selama 18 jam tanpadiberikan bahan pengaya Hal ini diduga karena padaperlakuan pemberian bahan pengaya dan Artemia yangbaru menetas memiliki nilai nutrisi yang lebih tinggidibandingkan dengan perlakuan kontrol 18 jam (Tabel1) sehingga menjadi sarana media yang baik bagipertumbuhan bakteri yang ditunjukkan dengan nilaitotal bakteri dan total Vibrio yang relatif lebih tinggiPemberian nauplii Artemia yang diperkaya dapatbertindak sebagai vektor bagi masuknya bakteripatogen (Hacheacute amp Plante 2011) Beberapa strainbakteri yang diisolasi dari produksi nauplii Artemiaantara lain dari genus Vibrio Pseudomonas Micro-coccus Brevundimonas Spingomonas dan Rhizobium(Hoj et al 2009)
Kegiatan pembenihan lobster di berbagai negaramasih terus dikembangkan sampai saat ini Sintasanyang rendah menjadi kendala utama keberhasilanpembenihan Pada kegiatan pembenihan larvaCarribean lobster (Panulirus argus) di Florida diperolehnilai SR 47 pada D-30 36 pada D-60 28 pada D-100 dan 23 pada D-150 Total terdapat 13 larva yangberhasil bermetamorfosis menjadi BBL pada 151-311hari pemeliharaan (Goldstein et al 2008) Hasilpenelitian mereka lebih baik dari penelitian ini didugakarena tingkat kepadatan yang lebih rendah yaitumenggunakan bak berukuran 40 L dengan jumlah larva550 ekorbak Selain itu tindakan preventif akanintroduksi penyakit juga dilakukan denganmenggunakan sistem air membrane filtrasi 02 mdengan pemberian antibiotik chloramphenicol 10 mgL selama 24 jam setiap minggu (Goldstein et al 2008)
Pada penelitian ini dalam masa pemeliharaan banyakditemukan larva yang berkerumun di dasar bakterutama pada siang hari Hal diduga menjadi penyebabbanyaknya kematian larva pada keesokan harinyaSebagian besar larva pada stadia-II dan seterusnyacenderung berada di bagian bawah bak pemeliharaandan kebanyakan ikut terbawa saat penyiponan dasarbak untuk mengurangi kotoran dan larva yang mati(Vijayakumaran et al 2014) Stres pada saatpenanganan berkerumunnya larva dan tingginyajumlah Vibrio pada perkembangan stadia menjadibeberapa penyebab kematian (Vijayakumaran et al2014)
Agen utama penyakit pada larva cukup umumditemui seperti pada budidaya lainnya meliputi vi-rus bakteri jamur protozoadan metazoa (Shield2011) Organisme ini ditemukan banyak terdapat pada
air laut Oleh karenanya perlu perhatian khusus padakualitas air laut yang masuk utamanya pada tempatpenetasan karena ini dapat menyebabkan kematianyang signifikan melalui induksi tertentu yangmenyebabkan larva stres penurunan aktivitasperubahan warna perilaku makan yang tergangguperubahan bentuk tubuh dan pernapasan Apabilatanda-tanda klinis tersebut telah teramati makamungkin sudah terlambat untuk melakukan tindakandalam mengurangi kematian massal (Hall et al 2013)
Pada penelitian ini penyebab lain yang didugamenjadi penghambat dalam pemeliharaan larva lob-ster adalah mudahnya bagian tubuh Artemia menjadikotor (Gambar 7a) akibat adanya penempelan olehprotozoa Penempelan kotoran biasa pada tubuh larvalobster sebenarnya mampu dibersihkan oleh maxil-liped ketiga maupun kaki pertama hingga kelima(Kamio et al 2015) Namun penempelan protozoapada kaki-kaki tersebut sulit dibersihkan danmengganggu pergerakan serta aktivitas larva untukmenangkap mangsa Larva yang tubuhnya kotor danberenang lesu merupakan ciri larva yang tidak sehat(Matsuda et al 2012) Pada akhirnya akan menjadisalah satu penyebab kematian Beberapa jenis proto-zoa yang ditemukan menyerang larva pada masapemeliharaan diduga adalah dari jenis Zoothamniumsp (Gambar 7b) dan filamentous bacterium (Gambar7c) Vijayakumaran et al (2014) menyebutkan bahwaprotozoa yang umum ditemukan adalah jenisZoothamnium sp filamentous bacterium danLeucotrix sp sementara Acinata sp Ephistylis spdan vorticella tercatat sesekali menyerang larva
Pada penelitian pendahuluan juga ditemukan pro-tozoa jenis Zoothamnium sp maupun filamentousbacterium pada larva lobster bahkan pada telur Infeksijamur pada telur juga dilaporkan terjadi pada lobstermutiara yang mengakibatkan perubahan warna telur(Yap et al 2020) Infeksi jamur menjadi penyebabutama kegagalan dan kematian massal dalam produksibenih krustasea (Hatai 2012) Selain itu jenis siliatayang juga sering teramati menempel pada lobsterdewasa maupun embrio telur yang berasal dari GenusVorticella dan Zoothamnium Acineta EphelotaCyanobacteria dan diatom Dampak akibatpenempelan ini berakibat pada kematian larva akibatgangguan respirasi (Shields et al 2006) Tindakanpreventif dalam mencegah munculnya parasit ini harusdilakukan sejak pemeliharaan induk maupun sebelumpenebaran larva Perendaman selama 10 menit denganmalachite green (10 mgL) formalin (25 mgL) strep-tomycin (05-1 mgL) dapat digunakan sebagai treat-ment untuk mendesinfeksi induk dan larva dari jenisprotozoa tersebut (Vijayakumaran et al 2014)Namun penggunaan beberapa desinfektan tersebut
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 29
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
tidak disarankan untuk kegiatan budidaya terutamapada penggunaan antibiotik streptomycin bahkanmalachite green termasuk salah satu jenis obat ikandan udang yang dilarang dalam Permen KP No39 tahun2015 Oleh sebab itu dalam penelitian ini digunakaniodine yang merupakan desinfektan yang tidaktercantum pada peraturan tersebut
Keberhasilan pembenihan larva lobster sangatditentukan oleh kesesuaian jenis pakan yang mampuditangkap oleh larva lobster dan kandungan nutrisiyang diperlukannya Sedangkan kualitas mediapemeliharaan yang baik dengan bebas dari bakteri danprotozoa menjadi salah satu kunci pertumbuhan dansintasan larva Francis et al (2014) menyebutkankeberhasilan pemenuhan kebutuhan nutrisi dari larvalobster terkait erat dengan beberapa aspek khususdari persyaratan biologis larva Khususnya untukpertumbuhan dan sintasan yang maksimalKeseimbangan yang baik antara nutrisi dan kualitasair harus dijaga termasuk kontrol mikrobiologi danhidrodinamik Fluktuasi dan sub optimal kualitas airdapat menyebabkan eksoskeleton menjadi kotorsehingga berpengaruh pada pergerakan dankemampuan menangkap makananan secara efektif
Pengaruh lain dari fluktuasi kualitas air termasukdeformity (kecacatan) pada saat moulting (bergantikulit) Larva membutuhkan kebebasan dalam kolomair sehingga dapat secara maksimal menangkapmakanan sementara itu perlu menjaga kontak mini-mal antar individu agar tidak saling terpaut di dalambak pemeliharaan (Francis et al 2014)
Kualitas air pemeliharaan yang baik dan nutrisiserta jenis pakan yang tepat menjadi faktor yangpenting bagi perkembangan larva lobster untukmampu melewati fase larva yang panjang hinggaberubah menjadi BBL
KESIMPULAN
Perkembangan larva lobster yang mampu dicapaipada penelitian ini adalah perkembangan stadia IIIadengan waktu pemeliharaan larva 20 hari pada semuaperlakuan Pengayaan artemia dengan DHA selcomemberikan hasil sintasan tertinggi dibandingkanperlakuan lain pada enam hari pertama pemeliharaanlarva Pemberian pakan artemia yang diperkaya denganDHA selco akan menjadi lebih efektif bila kualitas airdikontrol dengan baik selama pemeliharaan
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis sangat berterima kasih pada Ir Sari BudiMoria Sembiring MBiotech Sudewi MSi dan staflaboratorium kimia Balai Besar Riset PerikananBudidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Baliatas dukungan dan bantuannya dalam penelitian ini
DAFTAR ACUAN
Abrunhosa FA Santiago AP amp Abrunhosa JP(2008) The early phyllosoma stages of spiny lob-ster Panulirus echinatus Smith 1869 (DecapodaPalinuridae) reared in the laboratoryOs primeirosestagios de filosoma da lagosta Panulirus echinatus(Decapoda Palinuridae) cultivados em laboratorioBrazilian Journal of Biology 68(1) 187-195
Elvantra (2021) Harga terbaru lobster air laut dantawar hari ini lokal dan ekspor Maret 2021Diakses pada 7 Juni 2021 dari httpselvantrablogspotcom202001harga-lobsterhtml
Conland JA Jones PL Turchini GM Hall MRamp Francis DS (2014) Changes in the nutritionalcomposition of captive early-mid stage Panulirusornatus phyllosoma over ecdysis and larval devel-opment Aquaculture 434 159-170
Gambar 7 Penempelan pada bagian tubuh larva lobster tubuh larva yang kotor (a) Zoothamnium sp(b) filamentous bacterium (c)
Figure 7 Microorganisme attaching to the body part of larvae (a) Zoothamnium sp (b) filamen-tous bacterium (c)
30 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
Fitzgibbon QP Jeffs AG amp Battaglene SC (2014)The Achilles heel for spiny lobsters the energet-ics of the non-feeding post-larval stage Fish Fish15 312-326
Francis DS Salmon ML Kenway MJ amp Hall MR(2014) Palinurid lobster aquaculture Nutritionalprogress and considerations for successful larvalrearing Reviews in Aquaculture 6 180-203
Gamble S Pirozzi I Hall MR Zeng C ConlanJA amp Francis DS (2015) The effect of pre-di-gested protein source on the performance of earlyndash mid stage Panulirus ornatus phyllosoma Aquac-ulture 440 17-24
Gendron L Tremblay R Belvin S Geacutenard BMotnikar S amp Cocircteacute J (2013) Condition sur-vival and growth in situ of hatchery-reared stageIV lobster (Homarus americanus) fed Artemia andlipid-rich wild zooplankton Aquaculture 416-417380-389
Goldstein JS Matsuda H Takenouchi T amp ButlerMJ (2008) The complete development of larvalcaribbean spiny lobster Panulirus argus (Latreille1804) in culture Journal of Crustacean Biology28(02) 306-327
Grima EM Peacuterez JAS Saacutenchez JLG CamachoaFG amp Alonso DL (1992) EPA from Isochrysisgalbana Growth conditions and productivity Pro-cess Biochemistry 27 299-305
Hacheacute R amp Plante S (2011) The relationship be-tween enrichment fatty acid profiles and bacte-rial load in cultured rotifers (Brachionus plicatilisL-strain) and Artemia (Artemia salina strainFranciscana) Aquaculture 311 201-208
Hall MR Kenway M Salmon M Francis DGoulden EF amp Hoslashj L (2013) Palinurid lobsterlarval rearing for closed-cycle hatchery productionAustralian Institute of Marine Science (AIMS)Australia Woodhead Publishing Limited 2013DOI 10153397808570974602289
Hatai K (2012) Diseases of fish and shellfish causedby marine fungi In Raghukumar C (Ed) Biologyof Marine Fungi Springer p 15-52
Hoslashj L Bourne DG amp Hall MR (2009) Localisationabundanceand community structure of bacteriaassociated with Artemia effects of nauplii enrich-ment and antimicrobial treatmentAquaculture293 278ndash285 Growth Conditions and Productiv-ity Process Biochemistry 27 299-305
Ikeda T Smith G McKinnon AD amp Hall M (2011)Metabolism and chemical composition ofphyllosoma larvae with special reference to the
tropical rock lobster Panulirus ornatus (DecapodaPalinuridae) Journal of Experimental Marine Biol-ogy and Ecology 405 80-86
Jensen MA Carter CG Adams LR amp FitzgibbonQP (2013) Growth and biochemistry of the spinylobster Sagmariasus verreauxi cultured at low andhigh density from hatch to puerulus Aquaculture376-379 162-170
Junaidi M Cokrowati N amp Abidin Z (2011)Tingkah laku induk betina selama prosespengeraman telur dan perkembangan larva lobsterpasir (Panulirus homarus Linneaus 1785) JurnalAkuatika 2(1) 1-10
Kamio M Furukawa D Wakabayashi K Hiei KYano H Sato H Yosie-Stark Y Akiba T ampTanaka Y (2015) Grooming behavior by elongatedthird maxillipeds of phyllosoma larvae of thesmooth fan lobster riding on jellyfishes Journalof Experimental Marine Biology and Ecology 463115-124
Matsuda H Takenouchi T Tanaka S amp WatanabeS (2009) Relative contribution of Artemia andmussel as food for cultured middle-stage Panulirusjaponicus phyllosomata as determined by stablenitrogen isotope analysis New Zealand Journalof Marine and Freshwater Research 43 217-224
Matsuda H Abe F amp Tanaka S (2012) Effect ofphotoperiod on metamorphosis from phyllosomalarvae to puerulus postlarvae in the Japanese spinylobster Panulirus japonicus Aquaculture 326-329136-140
Mustafa A (2013) Budidaya lobster Panulirus sp diVietnam dan aplikasinya di Indonesia MediaAkuakultur 8(2) 73-84
Phleger CF Nelson MM Nichols PD Ritar AJSmith GG Hart PR amp Jeffs AG (2001) Lip-ids and nutrition of the southern rock lobsterJasus edwardsii from hatch to puerulus Marineand Freshwater Research 52 1475-1486
Priyambodo B (2015) Study tour of Indonesian farm-ers to Vietnam lobster aquaculture industry in2013 Chapter 58 In Jones CM (Ed) Spiny lob-ster aquaculture development in Indonesia Viet-nam and Australia Proceedings of the InternationalLobster Aquaculture Symposium Held in LombokIndonesia 22-25 April 2014 Australian Centre forInternational Agricultural Research CanberraAustralia p 136-141
Priyambodo B Jones CM amp Sammut J (2020)Assessment of the lobster puerulus (Panulirushomarus and Panulirus ornatus Decapoda
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 31
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Palinuridae) resource of Indonesia and its poten-tial for sustainable harvest for aquaculture Aquac-ulture 528 735563
Prusinska M Nowasad J Jarmosup3owicz SMikiewicz M Duda A Wiszniewski G SikoraM amp Kucharczyk D (2020) Effect of feed-ing barbel larvae (Barbus barbus (L 1758)) Artemiasp nauplii enriched with PUFAs on their growthand survival rate blood composition alimentarytract histological structure and body chemical com-position Aquaculture Reports 18 100492 httpsdoiorg101016jaqrep2020100492
Shields JD Stephens FJ amp Jones B (2006) Patho-gens parasites and other symbionts Lobster Bi-ology management aquaculture and fisheriesBlackwell Publishing Ltd Chapter 5 146-204
Shields JD (2011) Diseases of spiny lobsters A re-viewrsquo J Invertr Pathol 106 79-91
Vijayakumaran M Maharajan A Rajalakshmi SJayagopal P amp Remani MC (2014) Early larvalstages of the spiny lobsters Panulirus homarusPanulirus versicolor and Panulirus ornatus cultured
under laboratory conditions International Jour-nal of Development Research 4(2) 377-383
Wang M OrsquoRorke R Nodder SD amp Jeffs AG(2014) Nutritional composition of potential zoop-lankton prey of the spiny lobster phyllosoma (Jasusedwardsii) Mar Freshw Res 64 1-13
Wang M Mackenzie AD amp Jeffs AG ( 2015) Lipidand fatty acid composition of likely zooplanktonprey of spiny lobster (Jasus edwardsii) phylosomasAquaculture Nutritition 21 385-400
Wu X Smith G amp Hall M (2011) Patterns of larvalgrowth lipid composition and fatty acid deposi-tion during early to mid stages of developmentin Panulirus ornatus phyllosoma Aquaculture 330-333 63-73
Yap SY Hamasaki K Maran BAV Tuzan ADChrsquong CL amp Lal TM (2020) First report of plantfungal pathogen Zasmidium musae associatedwith moribund eggs of ornate spiny lobster(Panulirus ornatus) in Sabah Aquaculture Reports18 100500
24 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
bertambahnya umur Sampling sisa Artemia dilakukansetiap hari untuk mengontrol jumlah Artemia dalambak Sintasan larva dihitung dengan melakukan sam-pling setiap enam hari sekali dan dihitung secara to-tal pada akhir penelitian sedangkan parameter kualitasair meliputi salinitas dan pH diukur lima hari sekali
Kultur Bakteri Media Pemeliharaan
Pengukuran total bakteri dan Vibrio pada air me-dia pemeliharaan dilakukan setiap minggu sekalisebagai kontrol kualitas air media Kultur bakteridilakukan dengan mengambil 1 mL air media dandikultur pada media marine agar (MA) denganpengenceran 100x dan tanpa pengenceran pada me-dia TCBS agar Hal ini bertujuan untuk mengetahuikelimpahan total bakteri dan Vibrio pada mediapemeliharaan terhadap pengaruh pengayaan
Analisis Data
Data sintasan total bakteri dan total Vibrioditampilkan dalam nilai rata-rata Analisis data dalampenelitian ini menggunakan uji statistik denganmetode one-way ANOVA karena data yang diperolehmemenuhi asumsi sebaran normal Pengujian statistikmenggunakan program SPSS ver16 dengan nilaisignifikansi Plt005
HASIL DAN BAHASAN
Sintasan Larva
Pengayaan Artemia dengan menggunakan DHAselco menunjukkan hasil sintasan (SR) lebih baik dariperlakuan lainnya pada enam hari awal pemeliharaanNilai SR yang ditunjukkan oleh perlakuan Artemia yangdiperkaya selco adalah sebesar 946 dengan jumlahrata-rata larva 4732 ekor lebih banyak dibandingkanperlakuan lainnya (kontrol 0 H 3044 ekor Artemia18 H 4244 ekor Isochrysis 4310 ekor) dan terusmenurun hingga pemeliharaan 20 hari dengan SRhanya mencapai 11 (Gambar 1) dengan jumlah larvayang mampu bertahan hidup pada perlakuan DHA selcoIsochrysis dan Artemia kontrol berturut-turut yaitu54 53 dan 68 ekor Analisis data sintasan larva denganmenggunakan uji statistik dengan metode one wayANOVA diperoleh hasil yang tidak berbeda dengan nilaiP value gt 005
Salah satu faktor penentu sintasan larva adalahpakan yang sesuai Pakan sebagai sumber nutrisiberperan penting bagi pertumbuhan dan sintasan larvaLaju akumulasi penyimpanan nutrisi selama stadia awalhingga pertengahan pada larva P ornatus menjadikomponen vital untuk sintasan dan kesuksesan tahapmetamorfosis (Wu et al 2011 Fitzgibbon et al2014) Salah satu komponen nutrisi yang vital adalah
lemak Di alam akumulasi lemak oleh larva berasaldari mangsa zooplankton (Wang et al 2015) Padapenelitian ini analisis kadar lemak dari pakanperlakuan (Tabel 1) diperoleh nilai kadar lemaktertinggi terdapat pada perlakuan pengayaan denganDHA selco (2116) sehingga pengayaan dengan selcolebih berpotensi mampu mencukupi kebutuhan lemaklarva lobster Lemak memainkan peran utama sebagaicadangan energi selama pertumbuhan danperkembangan larva krustasea Ia memanfaatkansejumlah lemak sebagai sumber energi selama prosesmetamorfosis (Jensen et al 2013) Komponen asamlemak tersebut salah satunya adalah DHA yangmerupakan komponen penting untuk pertumbuhandan sintasan larva DHA berperan dalam meningkatkanaktivitas enzim dan fluiditas membrane selulermemfasilitasi aktivitas metabolisme dan membantuproses osmoregulasi yang diperlukan dalammeningkatkan densitas larva ketika proses tansisi daripelagis menjadi bentik (Gendron et al 2013)
Komponen nutrisi penting lainnya adalah proteinProtein merupakan bagian integral untukpertumbuhan perbaikan dan pemeliharaan sel sertaasam amino elemen penting untuk semua makhlukhidup Protein terhidrolisis yang diformulasikan dalampakan komersial sangat potensial dalam meningkatkanpertumbuhan larva lobster P ornatus (Gamble et al2015) Sedangkan dalam penelitian ini nilai proksimatuntuk kadar protein sebagai salah satu nutrisi yangberperan dalam pertumbuhan menunjukkan bahwa padaArtemia yang baru menetas telah memiliki kadar pro-tein yang cukup tinggi (516) perlakuan pengayaandengan fitoplankton Isochrysis memberikan sedikitpeningkatan kadar protein Artemia (5255) namunpada perlakuan lain menunjukkan penurunan kadarprotein setelah dilakukan inkubasi selama 18 jamPenurunan ini diduga karena adanya pemanfaatan pro-tein untuk metabolisme Artemia selama masainkubasi
Pengamatan Bakteri Media Pemeliharaan
Menurunnya sintasan pada pemeliharaan D-12 danD-20 dapat disebabkan oleh penurunan kualitas airmedia pemeliharaan dengan jumlah bakteri yangmeningkat pada pengamatan D-18 (Gambar 2)Peningkatan bakteri disebabkan adanya sisa Artemiayang mati dan mengendap serta lumut yang mulaimenempel di permukaan bak Keberadaan bakteri padamedia pemeliharaan dapat mengganggu menginfeksimaupun menjadi penyebab kematian larva Penyiponansisa pakan sulit dilakukan karena terdapat larva yangberenang pada bagian dasar bak Sedangkan hasilpengukuran kualitas air media (pH dan salinitas) tidakada perubahan yang signifikan (Tabel 2)
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 25
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Gambar 1 Persentase sintasan larva lobsterFigure 1 Survival rate of lobster larvae
947
150
11
862
5711
849
157
27
609
136
1400
200
400
600
800
1000
1200
D6 D12 D20
Sint
asan
(Sur
viva
l rat
e) (
)
Umur pemeliharaan (Rearing time)
Selco
Isochrysis
Artemia 18 H
Kontrol (Control) 0 H
Tabel 1 Hasil uji proximat pakan alami ArtemiaTable 1 Result of Artemia proximate analysis
Gambar 2 Jumlah total bakteri dan total Vibrio pada media pemeliharaan larvaFigure 2 Total number of bacteria and Vibrio during the experiment
Kontrol 0 jam setelah menetasControl 0 hour after hatching
Total bakteri D-7D-7 bacteria totalTotal Vibrio D-7D-7 Vibrio total
Total bakteri D-18D-18 bacteria totalTotal Vibrio D-18D-18 Vibrio total
Selco
Isochrysis
Artemia 18 H
Kontrol (Control) 0H
26 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
Perkembangan Larva
Larva lobster memberikan respons positif denganpemberian Artemia sebagai pakan awal Hal iniditunjukkan dengan organ pencernaan berwarnaoranye yang terisi penuh oleh makanan (Gambar 3a)dan kemampuan larva dalam menangkap Artemia(Gambar 3b) dengan menggunakan kaki palingbelakang (periopod ke-3) yang di bagian ujungnyamemiliki bentuk berduri (Gambar 3c) Larva lobstermulai makan segera setelah menetas dengan sedikitketergantungan pada cadangan kuning telur (Ikeda etal 2011) Larva lobster makan Artemia dengan caramenombak menggunakan terminal dactyl pada kakinyakemudian mangsa di arahkan ke mulut denganmaxilipeds Artemia dicabik-cabik dan material cairdari tubuh Artemia disedot ke dalam usus bagiandepan Karapas Artemia seringkali dibuang setelahdikosongkan (Wang et al 2014)
Larva yang baru menetas berwarna transparandilengkapi empat pasang kaki (periopod) yangbertangkai seperti kipas dengan bulu (setae) yangdigunakannya untuk berenang Perkembangan larvalobster dari stadia-I ke stadia berikutnya ditandaidengan penambahan umbai-umbai dan bulu (setae)serta perubahan selubung kepala (cephalic shield)(Abrunhosa et al 2008) Pada larva stadia-I ini organyang digunakan untuk berenang terdapat padaperiopod 1-2 dengan jumlah setae sebanyak limapasang Sedangkan pada periopod ke-3 belumberkembang (Gambar 4a) Hal paling mudah untukmembedakan setiap stadia larva diketahui dari jumlahsetae yang bertambah Pada penelitian ini karena larvahanya mampu bertahan pada umur 20 hari (hanyamampu mencapai larva stadia-IIIa) dengan setaeberjumlah tujuh pasang (Gambar 4c) Pada semuaperlakuan mampu mencapai stadia-IIIa pada 20 haripemeliharaan
Tabel 2 Kualitas air media pemeliharaan larvaTable 2 Water quality of rearing tank during the experiment
Gambar 3 Larva lobster P homarus dengan organ pencernaan penuh makanan berwarna oranye
(a) larva membawa Artemia (b) larva memiliki periopod yang berduri untukmenangkap Artemia (c)
Figure 3 Lobster larvae of P homarus with fully digestive organs indicated by orange colour(a) larvae eating Artemia (b) larvae with spine in periopod to catch artemia (c)
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 27
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Selain jumlah setae yang berbeda pada setiap sta-dia perkembangan larva juga dapat dilihat dengan jelasdari jumlah setae pada periopod ketiga Pada larvastadia-1 dan 2 setae pada periopod ketiga belumberkembang Pada stadia-II setae tersebut masih danberbentuk seperti duri yang sedikit memanjangSedangkan pada larva stadia-III setae pada periopodketiga telah berjumlah tiga pasang (Gambar 5) Padaperkembangan tangkai mata stadia-I berbentuk sedikitmembulat dan belum bersegmen Sedangkan pada sta-dia-II dan III tangkai mata telah bersegmen dan terlihatadanya ruas membentuk tangkai Pada selubung kepalaberbentuk bulat pada larva stadia-I dan menjadilonjong pada stadia berikutnya (Gambar 6)
Artemia terbukti mampu diterima sebagai pakanawal larva lobster Pemberian pakan Artemia saja telahmampu mencukupi kebutuhan larva lobster mencapaiperkembangan stadia-IIIa dengan morfologi sesuaiAbrunhosa et al (2008) Pemberian bahan pengaya padaArtemia sebagai pakan utama lobster memberikan hasilyang tidak berbeda nyata pada sintasan larva (P valuegt 005) Pada pemeliharaan enam hari pertamapengayaan dengan selco menunjukkan sintasan yanglebih tinggi (SR= 946) dibandingkan denganperlakuan lain Hal ini didukung dengan hasil analisisproksimat pengayaan dengan selco memiliki nilaikadar lemak yang paling tinggi yaitu 2116 DHA selcomampu memperkaya Artemia setelah 24 jam
Gambar 6 Bentuk selubung kepala cs dan tangkai mata tm pada larva stadia-I (a) stadia-II (b) stadia-IIIa (c)
Figure 6 Cephalic shield cs dan eyes stalk tm in stage-I (a) stage-II (b) stage-IIIa (c)
Gambar 5 Bentuk periopod ke-4 pada stadia-I (a) stadia-II (b) stadia-IIIa (c)Figure 5 Shape of periopod 4 in stage-I (a) stage-II (b) stage-IIIa (c)
Gambar 4 Jumlah setae stadia-I lima pasang (a) II enam pasang (b) IIIa tujuh pasang (c)Figure 4 Setae number in stage-I five pairs (a) II six pairs (b) IIIa seven pairs (c)
28 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
pengayaan dengan nilai konsentrasi DHA 154dibandingkan dengan pengayaan menggunakan algayang hanya 02 (Phleger et al 2001)
Nilai sintasan tertinggi pada akhir penelitian dicapaipada Artemia yang diinkubasi selama 18 jam tanpadiberikan bahan pengaya Hal ini diduga karena padaperlakuan pemberian bahan pengaya dan Artemia yangbaru menetas memiliki nilai nutrisi yang lebih tinggidibandingkan dengan perlakuan kontrol 18 jam (Tabel1) sehingga menjadi sarana media yang baik bagipertumbuhan bakteri yang ditunjukkan dengan nilaitotal bakteri dan total Vibrio yang relatif lebih tinggiPemberian nauplii Artemia yang diperkaya dapatbertindak sebagai vektor bagi masuknya bakteripatogen (Hacheacute amp Plante 2011) Beberapa strainbakteri yang diisolasi dari produksi nauplii Artemiaantara lain dari genus Vibrio Pseudomonas Micro-coccus Brevundimonas Spingomonas dan Rhizobium(Hoj et al 2009)
Kegiatan pembenihan lobster di berbagai negaramasih terus dikembangkan sampai saat ini Sintasanyang rendah menjadi kendala utama keberhasilanpembenihan Pada kegiatan pembenihan larvaCarribean lobster (Panulirus argus) di Florida diperolehnilai SR 47 pada D-30 36 pada D-60 28 pada D-100 dan 23 pada D-150 Total terdapat 13 larva yangberhasil bermetamorfosis menjadi BBL pada 151-311hari pemeliharaan (Goldstein et al 2008) Hasilpenelitian mereka lebih baik dari penelitian ini didugakarena tingkat kepadatan yang lebih rendah yaitumenggunakan bak berukuran 40 L dengan jumlah larva550 ekorbak Selain itu tindakan preventif akanintroduksi penyakit juga dilakukan denganmenggunakan sistem air membrane filtrasi 02 mdengan pemberian antibiotik chloramphenicol 10 mgL selama 24 jam setiap minggu (Goldstein et al 2008)
Pada penelitian ini dalam masa pemeliharaan banyakditemukan larva yang berkerumun di dasar bakterutama pada siang hari Hal diduga menjadi penyebabbanyaknya kematian larva pada keesokan harinyaSebagian besar larva pada stadia-II dan seterusnyacenderung berada di bagian bawah bak pemeliharaandan kebanyakan ikut terbawa saat penyiponan dasarbak untuk mengurangi kotoran dan larva yang mati(Vijayakumaran et al 2014) Stres pada saatpenanganan berkerumunnya larva dan tingginyajumlah Vibrio pada perkembangan stadia menjadibeberapa penyebab kematian (Vijayakumaran et al2014)
Agen utama penyakit pada larva cukup umumditemui seperti pada budidaya lainnya meliputi vi-rus bakteri jamur protozoadan metazoa (Shield2011) Organisme ini ditemukan banyak terdapat pada
air laut Oleh karenanya perlu perhatian khusus padakualitas air laut yang masuk utamanya pada tempatpenetasan karena ini dapat menyebabkan kematianyang signifikan melalui induksi tertentu yangmenyebabkan larva stres penurunan aktivitasperubahan warna perilaku makan yang tergangguperubahan bentuk tubuh dan pernapasan Apabilatanda-tanda klinis tersebut telah teramati makamungkin sudah terlambat untuk melakukan tindakandalam mengurangi kematian massal (Hall et al 2013)
Pada penelitian ini penyebab lain yang didugamenjadi penghambat dalam pemeliharaan larva lob-ster adalah mudahnya bagian tubuh Artemia menjadikotor (Gambar 7a) akibat adanya penempelan olehprotozoa Penempelan kotoran biasa pada tubuh larvalobster sebenarnya mampu dibersihkan oleh maxil-liped ketiga maupun kaki pertama hingga kelima(Kamio et al 2015) Namun penempelan protozoapada kaki-kaki tersebut sulit dibersihkan danmengganggu pergerakan serta aktivitas larva untukmenangkap mangsa Larva yang tubuhnya kotor danberenang lesu merupakan ciri larva yang tidak sehat(Matsuda et al 2012) Pada akhirnya akan menjadisalah satu penyebab kematian Beberapa jenis proto-zoa yang ditemukan menyerang larva pada masapemeliharaan diduga adalah dari jenis Zoothamniumsp (Gambar 7b) dan filamentous bacterium (Gambar7c) Vijayakumaran et al (2014) menyebutkan bahwaprotozoa yang umum ditemukan adalah jenisZoothamnium sp filamentous bacterium danLeucotrix sp sementara Acinata sp Ephistylis spdan vorticella tercatat sesekali menyerang larva
Pada penelitian pendahuluan juga ditemukan pro-tozoa jenis Zoothamnium sp maupun filamentousbacterium pada larva lobster bahkan pada telur Infeksijamur pada telur juga dilaporkan terjadi pada lobstermutiara yang mengakibatkan perubahan warna telur(Yap et al 2020) Infeksi jamur menjadi penyebabutama kegagalan dan kematian massal dalam produksibenih krustasea (Hatai 2012) Selain itu jenis siliatayang juga sering teramati menempel pada lobsterdewasa maupun embrio telur yang berasal dari GenusVorticella dan Zoothamnium Acineta EphelotaCyanobacteria dan diatom Dampak akibatpenempelan ini berakibat pada kematian larva akibatgangguan respirasi (Shields et al 2006) Tindakanpreventif dalam mencegah munculnya parasit ini harusdilakukan sejak pemeliharaan induk maupun sebelumpenebaran larva Perendaman selama 10 menit denganmalachite green (10 mgL) formalin (25 mgL) strep-tomycin (05-1 mgL) dapat digunakan sebagai treat-ment untuk mendesinfeksi induk dan larva dari jenisprotozoa tersebut (Vijayakumaran et al 2014)Namun penggunaan beberapa desinfektan tersebut
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 29
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
tidak disarankan untuk kegiatan budidaya terutamapada penggunaan antibiotik streptomycin bahkanmalachite green termasuk salah satu jenis obat ikandan udang yang dilarang dalam Permen KP No39 tahun2015 Oleh sebab itu dalam penelitian ini digunakaniodine yang merupakan desinfektan yang tidaktercantum pada peraturan tersebut
Keberhasilan pembenihan larva lobster sangatditentukan oleh kesesuaian jenis pakan yang mampuditangkap oleh larva lobster dan kandungan nutrisiyang diperlukannya Sedangkan kualitas mediapemeliharaan yang baik dengan bebas dari bakteri danprotozoa menjadi salah satu kunci pertumbuhan dansintasan larva Francis et al (2014) menyebutkankeberhasilan pemenuhan kebutuhan nutrisi dari larvalobster terkait erat dengan beberapa aspek khususdari persyaratan biologis larva Khususnya untukpertumbuhan dan sintasan yang maksimalKeseimbangan yang baik antara nutrisi dan kualitasair harus dijaga termasuk kontrol mikrobiologi danhidrodinamik Fluktuasi dan sub optimal kualitas airdapat menyebabkan eksoskeleton menjadi kotorsehingga berpengaruh pada pergerakan dankemampuan menangkap makananan secara efektif
Pengaruh lain dari fluktuasi kualitas air termasukdeformity (kecacatan) pada saat moulting (bergantikulit) Larva membutuhkan kebebasan dalam kolomair sehingga dapat secara maksimal menangkapmakanan sementara itu perlu menjaga kontak mini-mal antar individu agar tidak saling terpaut di dalambak pemeliharaan (Francis et al 2014)
Kualitas air pemeliharaan yang baik dan nutrisiserta jenis pakan yang tepat menjadi faktor yangpenting bagi perkembangan larva lobster untukmampu melewati fase larva yang panjang hinggaberubah menjadi BBL
KESIMPULAN
Perkembangan larva lobster yang mampu dicapaipada penelitian ini adalah perkembangan stadia IIIadengan waktu pemeliharaan larva 20 hari pada semuaperlakuan Pengayaan artemia dengan DHA selcomemberikan hasil sintasan tertinggi dibandingkanperlakuan lain pada enam hari pertama pemeliharaanlarva Pemberian pakan artemia yang diperkaya denganDHA selco akan menjadi lebih efektif bila kualitas airdikontrol dengan baik selama pemeliharaan
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis sangat berterima kasih pada Ir Sari BudiMoria Sembiring MBiotech Sudewi MSi dan staflaboratorium kimia Balai Besar Riset PerikananBudidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Baliatas dukungan dan bantuannya dalam penelitian ini
DAFTAR ACUAN
Abrunhosa FA Santiago AP amp Abrunhosa JP(2008) The early phyllosoma stages of spiny lob-ster Panulirus echinatus Smith 1869 (DecapodaPalinuridae) reared in the laboratoryOs primeirosestagios de filosoma da lagosta Panulirus echinatus(Decapoda Palinuridae) cultivados em laboratorioBrazilian Journal of Biology 68(1) 187-195
Elvantra (2021) Harga terbaru lobster air laut dantawar hari ini lokal dan ekspor Maret 2021Diakses pada 7 Juni 2021 dari httpselvantrablogspotcom202001harga-lobsterhtml
Conland JA Jones PL Turchini GM Hall MRamp Francis DS (2014) Changes in the nutritionalcomposition of captive early-mid stage Panulirusornatus phyllosoma over ecdysis and larval devel-opment Aquaculture 434 159-170
Gambar 7 Penempelan pada bagian tubuh larva lobster tubuh larva yang kotor (a) Zoothamnium sp(b) filamentous bacterium (c)
Figure 7 Microorganisme attaching to the body part of larvae (a) Zoothamnium sp (b) filamen-tous bacterium (c)
30 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
Fitzgibbon QP Jeffs AG amp Battaglene SC (2014)The Achilles heel for spiny lobsters the energet-ics of the non-feeding post-larval stage Fish Fish15 312-326
Francis DS Salmon ML Kenway MJ amp Hall MR(2014) Palinurid lobster aquaculture Nutritionalprogress and considerations for successful larvalrearing Reviews in Aquaculture 6 180-203
Gamble S Pirozzi I Hall MR Zeng C ConlanJA amp Francis DS (2015) The effect of pre-di-gested protein source on the performance of earlyndash mid stage Panulirus ornatus phyllosoma Aquac-ulture 440 17-24
Gendron L Tremblay R Belvin S Geacutenard BMotnikar S amp Cocircteacute J (2013) Condition sur-vival and growth in situ of hatchery-reared stageIV lobster (Homarus americanus) fed Artemia andlipid-rich wild zooplankton Aquaculture 416-417380-389
Goldstein JS Matsuda H Takenouchi T amp ButlerMJ (2008) The complete development of larvalcaribbean spiny lobster Panulirus argus (Latreille1804) in culture Journal of Crustacean Biology28(02) 306-327
Grima EM Peacuterez JAS Saacutenchez JLG CamachoaFG amp Alonso DL (1992) EPA from Isochrysisgalbana Growth conditions and productivity Pro-cess Biochemistry 27 299-305
Hacheacute R amp Plante S (2011) The relationship be-tween enrichment fatty acid profiles and bacte-rial load in cultured rotifers (Brachionus plicatilisL-strain) and Artemia (Artemia salina strainFranciscana) Aquaculture 311 201-208
Hall MR Kenway M Salmon M Francis DGoulden EF amp Hoslashj L (2013) Palinurid lobsterlarval rearing for closed-cycle hatchery productionAustralian Institute of Marine Science (AIMS)Australia Woodhead Publishing Limited 2013DOI 10153397808570974602289
Hatai K (2012) Diseases of fish and shellfish causedby marine fungi In Raghukumar C (Ed) Biologyof Marine Fungi Springer p 15-52
Hoslashj L Bourne DG amp Hall MR (2009) Localisationabundanceand community structure of bacteriaassociated with Artemia effects of nauplii enrich-ment and antimicrobial treatmentAquaculture293 278ndash285 Growth Conditions and Productiv-ity Process Biochemistry 27 299-305
Ikeda T Smith G McKinnon AD amp Hall M (2011)Metabolism and chemical composition ofphyllosoma larvae with special reference to the
tropical rock lobster Panulirus ornatus (DecapodaPalinuridae) Journal of Experimental Marine Biol-ogy and Ecology 405 80-86
Jensen MA Carter CG Adams LR amp FitzgibbonQP (2013) Growth and biochemistry of the spinylobster Sagmariasus verreauxi cultured at low andhigh density from hatch to puerulus Aquaculture376-379 162-170
Junaidi M Cokrowati N amp Abidin Z (2011)Tingkah laku induk betina selama prosespengeraman telur dan perkembangan larva lobsterpasir (Panulirus homarus Linneaus 1785) JurnalAkuatika 2(1) 1-10
Kamio M Furukawa D Wakabayashi K Hiei KYano H Sato H Yosie-Stark Y Akiba T ampTanaka Y (2015) Grooming behavior by elongatedthird maxillipeds of phyllosoma larvae of thesmooth fan lobster riding on jellyfishes Journalof Experimental Marine Biology and Ecology 463115-124
Matsuda H Takenouchi T Tanaka S amp WatanabeS (2009) Relative contribution of Artemia andmussel as food for cultured middle-stage Panulirusjaponicus phyllosomata as determined by stablenitrogen isotope analysis New Zealand Journalof Marine and Freshwater Research 43 217-224
Matsuda H Abe F amp Tanaka S (2012) Effect ofphotoperiod on metamorphosis from phyllosomalarvae to puerulus postlarvae in the Japanese spinylobster Panulirus japonicus Aquaculture 326-329136-140
Mustafa A (2013) Budidaya lobster Panulirus sp diVietnam dan aplikasinya di Indonesia MediaAkuakultur 8(2) 73-84
Phleger CF Nelson MM Nichols PD Ritar AJSmith GG Hart PR amp Jeffs AG (2001) Lip-ids and nutrition of the southern rock lobsterJasus edwardsii from hatch to puerulus Marineand Freshwater Research 52 1475-1486
Priyambodo B (2015) Study tour of Indonesian farm-ers to Vietnam lobster aquaculture industry in2013 Chapter 58 In Jones CM (Ed) Spiny lob-ster aquaculture development in Indonesia Viet-nam and Australia Proceedings of the InternationalLobster Aquaculture Symposium Held in LombokIndonesia 22-25 April 2014 Australian Centre forInternational Agricultural Research CanberraAustralia p 136-141
Priyambodo B Jones CM amp Sammut J (2020)Assessment of the lobster puerulus (Panulirushomarus and Panulirus ornatus Decapoda
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 31
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Palinuridae) resource of Indonesia and its poten-tial for sustainable harvest for aquaculture Aquac-ulture 528 735563
Prusinska M Nowasad J Jarmosup3owicz SMikiewicz M Duda A Wiszniewski G SikoraM amp Kucharczyk D (2020) Effect of feed-ing barbel larvae (Barbus barbus (L 1758)) Artemiasp nauplii enriched with PUFAs on their growthand survival rate blood composition alimentarytract histological structure and body chemical com-position Aquaculture Reports 18 100492 httpsdoiorg101016jaqrep2020100492
Shields JD Stephens FJ amp Jones B (2006) Patho-gens parasites and other symbionts Lobster Bi-ology management aquaculture and fisheriesBlackwell Publishing Ltd Chapter 5 146-204
Shields JD (2011) Diseases of spiny lobsters A re-viewrsquo J Invertr Pathol 106 79-91
Vijayakumaran M Maharajan A Rajalakshmi SJayagopal P amp Remani MC (2014) Early larvalstages of the spiny lobsters Panulirus homarusPanulirus versicolor and Panulirus ornatus cultured
under laboratory conditions International Jour-nal of Development Research 4(2) 377-383
Wang M OrsquoRorke R Nodder SD amp Jeffs AG(2014) Nutritional composition of potential zoop-lankton prey of the spiny lobster phyllosoma (Jasusedwardsii) Mar Freshw Res 64 1-13
Wang M Mackenzie AD amp Jeffs AG ( 2015) Lipidand fatty acid composition of likely zooplanktonprey of spiny lobster (Jasus edwardsii) phylosomasAquaculture Nutritition 21 385-400
Wu X Smith G amp Hall M (2011) Patterns of larvalgrowth lipid composition and fatty acid deposi-tion during early to mid stages of developmentin Panulirus ornatus phyllosoma Aquaculture 330-333 63-73
Yap SY Hamasaki K Maran BAV Tuzan ADChrsquong CL amp Lal TM (2020) First report of plantfungal pathogen Zasmidium musae associatedwith moribund eggs of ornate spiny lobster(Panulirus ornatus) in Sabah Aquaculture Reports18 100500
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 25
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Gambar 1 Persentase sintasan larva lobsterFigure 1 Survival rate of lobster larvae
947
150
11
862
5711
849
157
27
609
136
1400
200
400
600
800
1000
1200
D6 D12 D20
Sint
asan
(Sur
viva
l rat
e) (
)
Umur pemeliharaan (Rearing time)
Selco
Isochrysis
Artemia 18 H
Kontrol (Control) 0 H
Tabel 1 Hasil uji proximat pakan alami ArtemiaTable 1 Result of Artemia proximate analysis
Gambar 2 Jumlah total bakteri dan total Vibrio pada media pemeliharaan larvaFigure 2 Total number of bacteria and Vibrio during the experiment
Kontrol 0 jam setelah menetasControl 0 hour after hatching
Total bakteri D-7D-7 bacteria totalTotal Vibrio D-7D-7 Vibrio total
Total bakteri D-18D-18 bacteria totalTotal Vibrio D-18D-18 Vibrio total
Selco
Isochrysis
Artemia 18 H
Kontrol (Control) 0H
26 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
Perkembangan Larva
Larva lobster memberikan respons positif denganpemberian Artemia sebagai pakan awal Hal iniditunjukkan dengan organ pencernaan berwarnaoranye yang terisi penuh oleh makanan (Gambar 3a)dan kemampuan larva dalam menangkap Artemia(Gambar 3b) dengan menggunakan kaki palingbelakang (periopod ke-3) yang di bagian ujungnyamemiliki bentuk berduri (Gambar 3c) Larva lobstermulai makan segera setelah menetas dengan sedikitketergantungan pada cadangan kuning telur (Ikeda etal 2011) Larva lobster makan Artemia dengan caramenombak menggunakan terminal dactyl pada kakinyakemudian mangsa di arahkan ke mulut denganmaxilipeds Artemia dicabik-cabik dan material cairdari tubuh Artemia disedot ke dalam usus bagiandepan Karapas Artemia seringkali dibuang setelahdikosongkan (Wang et al 2014)
Larva yang baru menetas berwarna transparandilengkapi empat pasang kaki (periopod) yangbertangkai seperti kipas dengan bulu (setae) yangdigunakannya untuk berenang Perkembangan larvalobster dari stadia-I ke stadia berikutnya ditandaidengan penambahan umbai-umbai dan bulu (setae)serta perubahan selubung kepala (cephalic shield)(Abrunhosa et al 2008) Pada larva stadia-I ini organyang digunakan untuk berenang terdapat padaperiopod 1-2 dengan jumlah setae sebanyak limapasang Sedangkan pada periopod ke-3 belumberkembang (Gambar 4a) Hal paling mudah untukmembedakan setiap stadia larva diketahui dari jumlahsetae yang bertambah Pada penelitian ini karena larvahanya mampu bertahan pada umur 20 hari (hanyamampu mencapai larva stadia-IIIa) dengan setaeberjumlah tujuh pasang (Gambar 4c) Pada semuaperlakuan mampu mencapai stadia-IIIa pada 20 haripemeliharaan
Tabel 2 Kualitas air media pemeliharaan larvaTable 2 Water quality of rearing tank during the experiment
Gambar 3 Larva lobster P homarus dengan organ pencernaan penuh makanan berwarna oranye
(a) larva membawa Artemia (b) larva memiliki periopod yang berduri untukmenangkap Artemia (c)
Figure 3 Lobster larvae of P homarus with fully digestive organs indicated by orange colour(a) larvae eating Artemia (b) larvae with spine in periopod to catch artemia (c)
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 27
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Selain jumlah setae yang berbeda pada setiap sta-dia perkembangan larva juga dapat dilihat dengan jelasdari jumlah setae pada periopod ketiga Pada larvastadia-1 dan 2 setae pada periopod ketiga belumberkembang Pada stadia-II setae tersebut masih danberbentuk seperti duri yang sedikit memanjangSedangkan pada larva stadia-III setae pada periopodketiga telah berjumlah tiga pasang (Gambar 5) Padaperkembangan tangkai mata stadia-I berbentuk sedikitmembulat dan belum bersegmen Sedangkan pada sta-dia-II dan III tangkai mata telah bersegmen dan terlihatadanya ruas membentuk tangkai Pada selubung kepalaberbentuk bulat pada larva stadia-I dan menjadilonjong pada stadia berikutnya (Gambar 6)
Artemia terbukti mampu diterima sebagai pakanawal larva lobster Pemberian pakan Artemia saja telahmampu mencukupi kebutuhan larva lobster mencapaiperkembangan stadia-IIIa dengan morfologi sesuaiAbrunhosa et al (2008) Pemberian bahan pengaya padaArtemia sebagai pakan utama lobster memberikan hasilyang tidak berbeda nyata pada sintasan larva (P valuegt 005) Pada pemeliharaan enam hari pertamapengayaan dengan selco menunjukkan sintasan yanglebih tinggi (SR= 946) dibandingkan denganperlakuan lain Hal ini didukung dengan hasil analisisproksimat pengayaan dengan selco memiliki nilaikadar lemak yang paling tinggi yaitu 2116 DHA selcomampu memperkaya Artemia setelah 24 jam
Gambar 6 Bentuk selubung kepala cs dan tangkai mata tm pada larva stadia-I (a) stadia-II (b) stadia-IIIa (c)
Figure 6 Cephalic shield cs dan eyes stalk tm in stage-I (a) stage-II (b) stage-IIIa (c)
Gambar 5 Bentuk periopod ke-4 pada stadia-I (a) stadia-II (b) stadia-IIIa (c)Figure 5 Shape of periopod 4 in stage-I (a) stage-II (b) stage-IIIa (c)
Gambar 4 Jumlah setae stadia-I lima pasang (a) II enam pasang (b) IIIa tujuh pasang (c)Figure 4 Setae number in stage-I five pairs (a) II six pairs (b) IIIa seven pairs (c)
28 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
pengayaan dengan nilai konsentrasi DHA 154dibandingkan dengan pengayaan menggunakan algayang hanya 02 (Phleger et al 2001)
Nilai sintasan tertinggi pada akhir penelitian dicapaipada Artemia yang diinkubasi selama 18 jam tanpadiberikan bahan pengaya Hal ini diduga karena padaperlakuan pemberian bahan pengaya dan Artemia yangbaru menetas memiliki nilai nutrisi yang lebih tinggidibandingkan dengan perlakuan kontrol 18 jam (Tabel1) sehingga menjadi sarana media yang baik bagipertumbuhan bakteri yang ditunjukkan dengan nilaitotal bakteri dan total Vibrio yang relatif lebih tinggiPemberian nauplii Artemia yang diperkaya dapatbertindak sebagai vektor bagi masuknya bakteripatogen (Hacheacute amp Plante 2011) Beberapa strainbakteri yang diisolasi dari produksi nauplii Artemiaantara lain dari genus Vibrio Pseudomonas Micro-coccus Brevundimonas Spingomonas dan Rhizobium(Hoj et al 2009)
Kegiatan pembenihan lobster di berbagai negaramasih terus dikembangkan sampai saat ini Sintasanyang rendah menjadi kendala utama keberhasilanpembenihan Pada kegiatan pembenihan larvaCarribean lobster (Panulirus argus) di Florida diperolehnilai SR 47 pada D-30 36 pada D-60 28 pada D-100 dan 23 pada D-150 Total terdapat 13 larva yangberhasil bermetamorfosis menjadi BBL pada 151-311hari pemeliharaan (Goldstein et al 2008) Hasilpenelitian mereka lebih baik dari penelitian ini didugakarena tingkat kepadatan yang lebih rendah yaitumenggunakan bak berukuran 40 L dengan jumlah larva550 ekorbak Selain itu tindakan preventif akanintroduksi penyakit juga dilakukan denganmenggunakan sistem air membrane filtrasi 02 mdengan pemberian antibiotik chloramphenicol 10 mgL selama 24 jam setiap minggu (Goldstein et al 2008)
Pada penelitian ini dalam masa pemeliharaan banyakditemukan larva yang berkerumun di dasar bakterutama pada siang hari Hal diduga menjadi penyebabbanyaknya kematian larva pada keesokan harinyaSebagian besar larva pada stadia-II dan seterusnyacenderung berada di bagian bawah bak pemeliharaandan kebanyakan ikut terbawa saat penyiponan dasarbak untuk mengurangi kotoran dan larva yang mati(Vijayakumaran et al 2014) Stres pada saatpenanganan berkerumunnya larva dan tingginyajumlah Vibrio pada perkembangan stadia menjadibeberapa penyebab kematian (Vijayakumaran et al2014)
Agen utama penyakit pada larva cukup umumditemui seperti pada budidaya lainnya meliputi vi-rus bakteri jamur protozoadan metazoa (Shield2011) Organisme ini ditemukan banyak terdapat pada
air laut Oleh karenanya perlu perhatian khusus padakualitas air laut yang masuk utamanya pada tempatpenetasan karena ini dapat menyebabkan kematianyang signifikan melalui induksi tertentu yangmenyebabkan larva stres penurunan aktivitasperubahan warna perilaku makan yang tergangguperubahan bentuk tubuh dan pernapasan Apabilatanda-tanda klinis tersebut telah teramati makamungkin sudah terlambat untuk melakukan tindakandalam mengurangi kematian massal (Hall et al 2013)
Pada penelitian ini penyebab lain yang didugamenjadi penghambat dalam pemeliharaan larva lob-ster adalah mudahnya bagian tubuh Artemia menjadikotor (Gambar 7a) akibat adanya penempelan olehprotozoa Penempelan kotoran biasa pada tubuh larvalobster sebenarnya mampu dibersihkan oleh maxil-liped ketiga maupun kaki pertama hingga kelima(Kamio et al 2015) Namun penempelan protozoapada kaki-kaki tersebut sulit dibersihkan danmengganggu pergerakan serta aktivitas larva untukmenangkap mangsa Larva yang tubuhnya kotor danberenang lesu merupakan ciri larva yang tidak sehat(Matsuda et al 2012) Pada akhirnya akan menjadisalah satu penyebab kematian Beberapa jenis proto-zoa yang ditemukan menyerang larva pada masapemeliharaan diduga adalah dari jenis Zoothamniumsp (Gambar 7b) dan filamentous bacterium (Gambar7c) Vijayakumaran et al (2014) menyebutkan bahwaprotozoa yang umum ditemukan adalah jenisZoothamnium sp filamentous bacterium danLeucotrix sp sementara Acinata sp Ephistylis spdan vorticella tercatat sesekali menyerang larva
Pada penelitian pendahuluan juga ditemukan pro-tozoa jenis Zoothamnium sp maupun filamentousbacterium pada larva lobster bahkan pada telur Infeksijamur pada telur juga dilaporkan terjadi pada lobstermutiara yang mengakibatkan perubahan warna telur(Yap et al 2020) Infeksi jamur menjadi penyebabutama kegagalan dan kematian massal dalam produksibenih krustasea (Hatai 2012) Selain itu jenis siliatayang juga sering teramati menempel pada lobsterdewasa maupun embrio telur yang berasal dari GenusVorticella dan Zoothamnium Acineta EphelotaCyanobacteria dan diatom Dampak akibatpenempelan ini berakibat pada kematian larva akibatgangguan respirasi (Shields et al 2006) Tindakanpreventif dalam mencegah munculnya parasit ini harusdilakukan sejak pemeliharaan induk maupun sebelumpenebaran larva Perendaman selama 10 menit denganmalachite green (10 mgL) formalin (25 mgL) strep-tomycin (05-1 mgL) dapat digunakan sebagai treat-ment untuk mendesinfeksi induk dan larva dari jenisprotozoa tersebut (Vijayakumaran et al 2014)Namun penggunaan beberapa desinfektan tersebut
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 29
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
tidak disarankan untuk kegiatan budidaya terutamapada penggunaan antibiotik streptomycin bahkanmalachite green termasuk salah satu jenis obat ikandan udang yang dilarang dalam Permen KP No39 tahun2015 Oleh sebab itu dalam penelitian ini digunakaniodine yang merupakan desinfektan yang tidaktercantum pada peraturan tersebut
Keberhasilan pembenihan larva lobster sangatditentukan oleh kesesuaian jenis pakan yang mampuditangkap oleh larva lobster dan kandungan nutrisiyang diperlukannya Sedangkan kualitas mediapemeliharaan yang baik dengan bebas dari bakteri danprotozoa menjadi salah satu kunci pertumbuhan dansintasan larva Francis et al (2014) menyebutkankeberhasilan pemenuhan kebutuhan nutrisi dari larvalobster terkait erat dengan beberapa aspek khususdari persyaratan biologis larva Khususnya untukpertumbuhan dan sintasan yang maksimalKeseimbangan yang baik antara nutrisi dan kualitasair harus dijaga termasuk kontrol mikrobiologi danhidrodinamik Fluktuasi dan sub optimal kualitas airdapat menyebabkan eksoskeleton menjadi kotorsehingga berpengaruh pada pergerakan dankemampuan menangkap makananan secara efektif
Pengaruh lain dari fluktuasi kualitas air termasukdeformity (kecacatan) pada saat moulting (bergantikulit) Larva membutuhkan kebebasan dalam kolomair sehingga dapat secara maksimal menangkapmakanan sementara itu perlu menjaga kontak mini-mal antar individu agar tidak saling terpaut di dalambak pemeliharaan (Francis et al 2014)
Kualitas air pemeliharaan yang baik dan nutrisiserta jenis pakan yang tepat menjadi faktor yangpenting bagi perkembangan larva lobster untukmampu melewati fase larva yang panjang hinggaberubah menjadi BBL
KESIMPULAN
Perkembangan larva lobster yang mampu dicapaipada penelitian ini adalah perkembangan stadia IIIadengan waktu pemeliharaan larva 20 hari pada semuaperlakuan Pengayaan artemia dengan DHA selcomemberikan hasil sintasan tertinggi dibandingkanperlakuan lain pada enam hari pertama pemeliharaanlarva Pemberian pakan artemia yang diperkaya denganDHA selco akan menjadi lebih efektif bila kualitas airdikontrol dengan baik selama pemeliharaan
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis sangat berterima kasih pada Ir Sari BudiMoria Sembiring MBiotech Sudewi MSi dan staflaboratorium kimia Balai Besar Riset PerikananBudidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Baliatas dukungan dan bantuannya dalam penelitian ini
DAFTAR ACUAN
Abrunhosa FA Santiago AP amp Abrunhosa JP(2008) The early phyllosoma stages of spiny lob-ster Panulirus echinatus Smith 1869 (DecapodaPalinuridae) reared in the laboratoryOs primeirosestagios de filosoma da lagosta Panulirus echinatus(Decapoda Palinuridae) cultivados em laboratorioBrazilian Journal of Biology 68(1) 187-195
Elvantra (2021) Harga terbaru lobster air laut dantawar hari ini lokal dan ekspor Maret 2021Diakses pada 7 Juni 2021 dari httpselvantrablogspotcom202001harga-lobsterhtml
Conland JA Jones PL Turchini GM Hall MRamp Francis DS (2014) Changes in the nutritionalcomposition of captive early-mid stage Panulirusornatus phyllosoma over ecdysis and larval devel-opment Aquaculture 434 159-170
Gambar 7 Penempelan pada bagian tubuh larva lobster tubuh larva yang kotor (a) Zoothamnium sp(b) filamentous bacterium (c)
Figure 7 Microorganisme attaching to the body part of larvae (a) Zoothamnium sp (b) filamen-tous bacterium (c)
30 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
Fitzgibbon QP Jeffs AG amp Battaglene SC (2014)The Achilles heel for spiny lobsters the energet-ics of the non-feeding post-larval stage Fish Fish15 312-326
Francis DS Salmon ML Kenway MJ amp Hall MR(2014) Palinurid lobster aquaculture Nutritionalprogress and considerations for successful larvalrearing Reviews in Aquaculture 6 180-203
Gamble S Pirozzi I Hall MR Zeng C ConlanJA amp Francis DS (2015) The effect of pre-di-gested protein source on the performance of earlyndash mid stage Panulirus ornatus phyllosoma Aquac-ulture 440 17-24
Gendron L Tremblay R Belvin S Geacutenard BMotnikar S amp Cocircteacute J (2013) Condition sur-vival and growth in situ of hatchery-reared stageIV lobster (Homarus americanus) fed Artemia andlipid-rich wild zooplankton Aquaculture 416-417380-389
Goldstein JS Matsuda H Takenouchi T amp ButlerMJ (2008) The complete development of larvalcaribbean spiny lobster Panulirus argus (Latreille1804) in culture Journal of Crustacean Biology28(02) 306-327
Grima EM Peacuterez JAS Saacutenchez JLG CamachoaFG amp Alonso DL (1992) EPA from Isochrysisgalbana Growth conditions and productivity Pro-cess Biochemistry 27 299-305
Hacheacute R amp Plante S (2011) The relationship be-tween enrichment fatty acid profiles and bacte-rial load in cultured rotifers (Brachionus plicatilisL-strain) and Artemia (Artemia salina strainFranciscana) Aquaculture 311 201-208
Hall MR Kenway M Salmon M Francis DGoulden EF amp Hoslashj L (2013) Palinurid lobsterlarval rearing for closed-cycle hatchery productionAustralian Institute of Marine Science (AIMS)Australia Woodhead Publishing Limited 2013DOI 10153397808570974602289
Hatai K (2012) Diseases of fish and shellfish causedby marine fungi In Raghukumar C (Ed) Biologyof Marine Fungi Springer p 15-52
Hoslashj L Bourne DG amp Hall MR (2009) Localisationabundanceand community structure of bacteriaassociated with Artemia effects of nauplii enrich-ment and antimicrobial treatmentAquaculture293 278ndash285 Growth Conditions and Productiv-ity Process Biochemistry 27 299-305
Ikeda T Smith G McKinnon AD amp Hall M (2011)Metabolism and chemical composition ofphyllosoma larvae with special reference to the
tropical rock lobster Panulirus ornatus (DecapodaPalinuridae) Journal of Experimental Marine Biol-ogy and Ecology 405 80-86
Jensen MA Carter CG Adams LR amp FitzgibbonQP (2013) Growth and biochemistry of the spinylobster Sagmariasus verreauxi cultured at low andhigh density from hatch to puerulus Aquaculture376-379 162-170
Junaidi M Cokrowati N amp Abidin Z (2011)Tingkah laku induk betina selama prosespengeraman telur dan perkembangan larva lobsterpasir (Panulirus homarus Linneaus 1785) JurnalAkuatika 2(1) 1-10
Kamio M Furukawa D Wakabayashi K Hiei KYano H Sato H Yosie-Stark Y Akiba T ampTanaka Y (2015) Grooming behavior by elongatedthird maxillipeds of phyllosoma larvae of thesmooth fan lobster riding on jellyfishes Journalof Experimental Marine Biology and Ecology 463115-124
Matsuda H Takenouchi T Tanaka S amp WatanabeS (2009) Relative contribution of Artemia andmussel as food for cultured middle-stage Panulirusjaponicus phyllosomata as determined by stablenitrogen isotope analysis New Zealand Journalof Marine and Freshwater Research 43 217-224
Matsuda H Abe F amp Tanaka S (2012) Effect ofphotoperiod on metamorphosis from phyllosomalarvae to puerulus postlarvae in the Japanese spinylobster Panulirus japonicus Aquaculture 326-329136-140
Mustafa A (2013) Budidaya lobster Panulirus sp diVietnam dan aplikasinya di Indonesia MediaAkuakultur 8(2) 73-84
Phleger CF Nelson MM Nichols PD Ritar AJSmith GG Hart PR amp Jeffs AG (2001) Lip-ids and nutrition of the southern rock lobsterJasus edwardsii from hatch to puerulus Marineand Freshwater Research 52 1475-1486
Priyambodo B (2015) Study tour of Indonesian farm-ers to Vietnam lobster aquaculture industry in2013 Chapter 58 In Jones CM (Ed) Spiny lob-ster aquaculture development in Indonesia Viet-nam and Australia Proceedings of the InternationalLobster Aquaculture Symposium Held in LombokIndonesia 22-25 April 2014 Australian Centre forInternational Agricultural Research CanberraAustralia p 136-141
Priyambodo B Jones CM amp Sammut J (2020)Assessment of the lobster puerulus (Panulirushomarus and Panulirus ornatus Decapoda
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 31
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Palinuridae) resource of Indonesia and its poten-tial for sustainable harvest for aquaculture Aquac-ulture 528 735563
Prusinska M Nowasad J Jarmosup3owicz SMikiewicz M Duda A Wiszniewski G SikoraM amp Kucharczyk D (2020) Effect of feed-ing barbel larvae (Barbus barbus (L 1758)) Artemiasp nauplii enriched with PUFAs on their growthand survival rate blood composition alimentarytract histological structure and body chemical com-position Aquaculture Reports 18 100492 httpsdoiorg101016jaqrep2020100492
Shields JD Stephens FJ amp Jones B (2006) Patho-gens parasites and other symbionts Lobster Bi-ology management aquaculture and fisheriesBlackwell Publishing Ltd Chapter 5 146-204
Shields JD (2011) Diseases of spiny lobsters A re-viewrsquo J Invertr Pathol 106 79-91
Vijayakumaran M Maharajan A Rajalakshmi SJayagopal P amp Remani MC (2014) Early larvalstages of the spiny lobsters Panulirus homarusPanulirus versicolor and Panulirus ornatus cultured
under laboratory conditions International Jour-nal of Development Research 4(2) 377-383
Wang M OrsquoRorke R Nodder SD amp Jeffs AG(2014) Nutritional composition of potential zoop-lankton prey of the spiny lobster phyllosoma (Jasusedwardsii) Mar Freshw Res 64 1-13
Wang M Mackenzie AD amp Jeffs AG ( 2015) Lipidand fatty acid composition of likely zooplanktonprey of spiny lobster (Jasus edwardsii) phylosomasAquaculture Nutritition 21 385-400
Wu X Smith G amp Hall M (2011) Patterns of larvalgrowth lipid composition and fatty acid deposi-tion during early to mid stages of developmentin Panulirus ornatus phyllosoma Aquaculture 330-333 63-73
Yap SY Hamasaki K Maran BAV Tuzan ADChrsquong CL amp Lal TM (2020) First report of plantfungal pathogen Zasmidium musae associatedwith moribund eggs of ornate spiny lobster(Panulirus ornatus) in Sabah Aquaculture Reports18 100500
26 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
Perkembangan Larva
Larva lobster memberikan respons positif denganpemberian Artemia sebagai pakan awal Hal iniditunjukkan dengan organ pencernaan berwarnaoranye yang terisi penuh oleh makanan (Gambar 3a)dan kemampuan larva dalam menangkap Artemia(Gambar 3b) dengan menggunakan kaki palingbelakang (periopod ke-3) yang di bagian ujungnyamemiliki bentuk berduri (Gambar 3c) Larva lobstermulai makan segera setelah menetas dengan sedikitketergantungan pada cadangan kuning telur (Ikeda etal 2011) Larva lobster makan Artemia dengan caramenombak menggunakan terminal dactyl pada kakinyakemudian mangsa di arahkan ke mulut denganmaxilipeds Artemia dicabik-cabik dan material cairdari tubuh Artemia disedot ke dalam usus bagiandepan Karapas Artemia seringkali dibuang setelahdikosongkan (Wang et al 2014)
Larva yang baru menetas berwarna transparandilengkapi empat pasang kaki (periopod) yangbertangkai seperti kipas dengan bulu (setae) yangdigunakannya untuk berenang Perkembangan larvalobster dari stadia-I ke stadia berikutnya ditandaidengan penambahan umbai-umbai dan bulu (setae)serta perubahan selubung kepala (cephalic shield)(Abrunhosa et al 2008) Pada larva stadia-I ini organyang digunakan untuk berenang terdapat padaperiopod 1-2 dengan jumlah setae sebanyak limapasang Sedangkan pada periopod ke-3 belumberkembang (Gambar 4a) Hal paling mudah untukmembedakan setiap stadia larva diketahui dari jumlahsetae yang bertambah Pada penelitian ini karena larvahanya mampu bertahan pada umur 20 hari (hanyamampu mencapai larva stadia-IIIa) dengan setaeberjumlah tujuh pasang (Gambar 4c) Pada semuaperlakuan mampu mencapai stadia-IIIa pada 20 haripemeliharaan
Tabel 2 Kualitas air media pemeliharaan larvaTable 2 Water quality of rearing tank during the experiment
Gambar 3 Larva lobster P homarus dengan organ pencernaan penuh makanan berwarna oranye
(a) larva membawa Artemia (b) larva memiliki periopod yang berduri untukmenangkap Artemia (c)
Figure 3 Lobster larvae of P homarus with fully digestive organs indicated by orange colour(a) larvae eating Artemia (b) larvae with spine in periopod to catch artemia (c)
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 27
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Selain jumlah setae yang berbeda pada setiap sta-dia perkembangan larva juga dapat dilihat dengan jelasdari jumlah setae pada periopod ketiga Pada larvastadia-1 dan 2 setae pada periopod ketiga belumberkembang Pada stadia-II setae tersebut masih danberbentuk seperti duri yang sedikit memanjangSedangkan pada larva stadia-III setae pada periopodketiga telah berjumlah tiga pasang (Gambar 5) Padaperkembangan tangkai mata stadia-I berbentuk sedikitmembulat dan belum bersegmen Sedangkan pada sta-dia-II dan III tangkai mata telah bersegmen dan terlihatadanya ruas membentuk tangkai Pada selubung kepalaberbentuk bulat pada larva stadia-I dan menjadilonjong pada stadia berikutnya (Gambar 6)
Artemia terbukti mampu diterima sebagai pakanawal larva lobster Pemberian pakan Artemia saja telahmampu mencukupi kebutuhan larva lobster mencapaiperkembangan stadia-IIIa dengan morfologi sesuaiAbrunhosa et al (2008) Pemberian bahan pengaya padaArtemia sebagai pakan utama lobster memberikan hasilyang tidak berbeda nyata pada sintasan larva (P valuegt 005) Pada pemeliharaan enam hari pertamapengayaan dengan selco menunjukkan sintasan yanglebih tinggi (SR= 946) dibandingkan denganperlakuan lain Hal ini didukung dengan hasil analisisproksimat pengayaan dengan selco memiliki nilaikadar lemak yang paling tinggi yaitu 2116 DHA selcomampu memperkaya Artemia setelah 24 jam
Gambar 6 Bentuk selubung kepala cs dan tangkai mata tm pada larva stadia-I (a) stadia-II (b) stadia-IIIa (c)
Figure 6 Cephalic shield cs dan eyes stalk tm in stage-I (a) stage-II (b) stage-IIIa (c)
Gambar 5 Bentuk periopod ke-4 pada stadia-I (a) stadia-II (b) stadia-IIIa (c)Figure 5 Shape of periopod 4 in stage-I (a) stage-II (b) stage-IIIa (c)
Gambar 4 Jumlah setae stadia-I lima pasang (a) II enam pasang (b) IIIa tujuh pasang (c)Figure 4 Setae number in stage-I five pairs (a) II six pairs (b) IIIa seven pairs (c)
28 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
pengayaan dengan nilai konsentrasi DHA 154dibandingkan dengan pengayaan menggunakan algayang hanya 02 (Phleger et al 2001)
Nilai sintasan tertinggi pada akhir penelitian dicapaipada Artemia yang diinkubasi selama 18 jam tanpadiberikan bahan pengaya Hal ini diduga karena padaperlakuan pemberian bahan pengaya dan Artemia yangbaru menetas memiliki nilai nutrisi yang lebih tinggidibandingkan dengan perlakuan kontrol 18 jam (Tabel1) sehingga menjadi sarana media yang baik bagipertumbuhan bakteri yang ditunjukkan dengan nilaitotal bakteri dan total Vibrio yang relatif lebih tinggiPemberian nauplii Artemia yang diperkaya dapatbertindak sebagai vektor bagi masuknya bakteripatogen (Hacheacute amp Plante 2011) Beberapa strainbakteri yang diisolasi dari produksi nauplii Artemiaantara lain dari genus Vibrio Pseudomonas Micro-coccus Brevundimonas Spingomonas dan Rhizobium(Hoj et al 2009)
Kegiatan pembenihan lobster di berbagai negaramasih terus dikembangkan sampai saat ini Sintasanyang rendah menjadi kendala utama keberhasilanpembenihan Pada kegiatan pembenihan larvaCarribean lobster (Panulirus argus) di Florida diperolehnilai SR 47 pada D-30 36 pada D-60 28 pada D-100 dan 23 pada D-150 Total terdapat 13 larva yangberhasil bermetamorfosis menjadi BBL pada 151-311hari pemeliharaan (Goldstein et al 2008) Hasilpenelitian mereka lebih baik dari penelitian ini didugakarena tingkat kepadatan yang lebih rendah yaitumenggunakan bak berukuran 40 L dengan jumlah larva550 ekorbak Selain itu tindakan preventif akanintroduksi penyakit juga dilakukan denganmenggunakan sistem air membrane filtrasi 02 mdengan pemberian antibiotik chloramphenicol 10 mgL selama 24 jam setiap minggu (Goldstein et al 2008)
Pada penelitian ini dalam masa pemeliharaan banyakditemukan larva yang berkerumun di dasar bakterutama pada siang hari Hal diduga menjadi penyebabbanyaknya kematian larva pada keesokan harinyaSebagian besar larva pada stadia-II dan seterusnyacenderung berada di bagian bawah bak pemeliharaandan kebanyakan ikut terbawa saat penyiponan dasarbak untuk mengurangi kotoran dan larva yang mati(Vijayakumaran et al 2014) Stres pada saatpenanganan berkerumunnya larva dan tingginyajumlah Vibrio pada perkembangan stadia menjadibeberapa penyebab kematian (Vijayakumaran et al2014)
Agen utama penyakit pada larva cukup umumditemui seperti pada budidaya lainnya meliputi vi-rus bakteri jamur protozoadan metazoa (Shield2011) Organisme ini ditemukan banyak terdapat pada
air laut Oleh karenanya perlu perhatian khusus padakualitas air laut yang masuk utamanya pada tempatpenetasan karena ini dapat menyebabkan kematianyang signifikan melalui induksi tertentu yangmenyebabkan larva stres penurunan aktivitasperubahan warna perilaku makan yang tergangguperubahan bentuk tubuh dan pernapasan Apabilatanda-tanda klinis tersebut telah teramati makamungkin sudah terlambat untuk melakukan tindakandalam mengurangi kematian massal (Hall et al 2013)
Pada penelitian ini penyebab lain yang didugamenjadi penghambat dalam pemeliharaan larva lob-ster adalah mudahnya bagian tubuh Artemia menjadikotor (Gambar 7a) akibat adanya penempelan olehprotozoa Penempelan kotoran biasa pada tubuh larvalobster sebenarnya mampu dibersihkan oleh maxil-liped ketiga maupun kaki pertama hingga kelima(Kamio et al 2015) Namun penempelan protozoapada kaki-kaki tersebut sulit dibersihkan danmengganggu pergerakan serta aktivitas larva untukmenangkap mangsa Larva yang tubuhnya kotor danberenang lesu merupakan ciri larva yang tidak sehat(Matsuda et al 2012) Pada akhirnya akan menjadisalah satu penyebab kematian Beberapa jenis proto-zoa yang ditemukan menyerang larva pada masapemeliharaan diduga adalah dari jenis Zoothamniumsp (Gambar 7b) dan filamentous bacterium (Gambar7c) Vijayakumaran et al (2014) menyebutkan bahwaprotozoa yang umum ditemukan adalah jenisZoothamnium sp filamentous bacterium danLeucotrix sp sementara Acinata sp Ephistylis spdan vorticella tercatat sesekali menyerang larva
Pada penelitian pendahuluan juga ditemukan pro-tozoa jenis Zoothamnium sp maupun filamentousbacterium pada larva lobster bahkan pada telur Infeksijamur pada telur juga dilaporkan terjadi pada lobstermutiara yang mengakibatkan perubahan warna telur(Yap et al 2020) Infeksi jamur menjadi penyebabutama kegagalan dan kematian massal dalam produksibenih krustasea (Hatai 2012) Selain itu jenis siliatayang juga sering teramati menempel pada lobsterdewasa maupun embrio telur yang berasal dari GenusVorticella dan Zoothamnium Acineta EphelotaCyanobacteria dan diatom Dampak akibatpenempelan ini berakibat pada kematian larva akibatgangguan respirasi (Shields et al 2006) Tindakanpreventif dalam mencegah munculnya parasit ini harusdilakukan sejak pemeliharaan induk maupun sebelumpenebaran larva Perendaman selama 10 menit denganmalachite green (10 mgL) formalin (25 mgL) strep-tomycin (05-1 mgL) dapat digunakan sebagai treat-ment untuk mendesinfeksi induk dan larva dari jenisprotozoa tersebut (Vijayakumaran et al 2014)Namun penggunaan beberapa desinfektan tersebut
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 29
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
tidak disarankan untuk kegiatan budidaya terutamapada penggunaan antibiotik streptomycin bahkanmalachite green termasuk salah satu jenis obat ikandan udang yang dilarang dalam Permen KP No39 tahun2015 Oleh sebab itu dalam penelitian ini digunakaniodine yang merupakan desinfektan yang tidaktercantum pada peraturan tersebut
Keberhasilan pembenihan larva lobster sangatditentukan oleh kesesuaian jenis pakan yang mampuditangkap oleh larva lobster dan kandungan nutrisiyang diperlukannya Sedangkan kualitas mediapemeliharaan yang baik dengan bebas dari bakteri danprotozoa menjadi salah satu kunci pertumbuhan dansintasan larva Francis et al (2014) menyebutkankeberhasilan pemenuhan kebutuhan nutrisi dari larvalobster terkait erat dengan beberapa aspek khususdari persyaratan biologis larva Khususnya untukpertumbuhan dan sintasan yang maksimalKeseimbangan yang baik antara nutrisi dan kualitasair harus dijaga termasuk kontrol mikrobiologi danhidrodinamik Fluktuasi dan sub optimal kualitas airdapat menyebabkan eksoskeleton menjadi kotorsehingga berpengaruh pada pergerakan dankemampuan menangkap makananan secara efektif
Pengaruh lain dari fluktuasi kualitas air termasukdeformity (kecacatan) pada saat moulting (bergantikulit) Larva membutuhkan kebebasan dalam kolomair sehingga dapat secara maksimal menangkapmakanan sementara itu perlu menjaga kontak mini-mal antar individu agar tidak saling terpaut di dalambak pemeliharaan (Francis et al 2014)
Kualitas air pemeliharaan yang baik dan nutrisiserta jenis pakan yang tepat menjadi faktor yangpenting bagi perkembangan larva lobster untukmampu melewati fase larva yang panjang hinggaberubah menjadi BBL
KESIMPULAN
Perkembangan larva lobster yang mampu dicapaipada penelitian ini adalah perkembangan stadia IIIadengan waktu pemeliharaan larva 20 hari pada semuaperlakuan Pengayaan artemia dengan DHA selcomemberikan hasil sintasan tertinggi dibandingkanperlakuan lain pada enam hari pertama pemeliharaanlarva Pemberian pakan artemia yang diperkaya denganDHA selco akan menjadi lebih efektif bila kualitas airdikontrol dengan baik selama pemeliharaan
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis sangat berterima kasih pada Ir Sari BudiMoria Sembiring MBiotech Sudewi MSi dan staflaboratorium kimia Balai Besar Riset PerikananBudidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Baliatas dukungan dan bantuannya dalam penelitian ini
DAFTAR ACUAN
Abrunhosa FA Santiago AP amp Abrunhosa JP(2008) The early phyllosoma stages of spiny lob-ster Panulirus echinatus Smith 1869 (DecapodaPalinuridae) reared in the laboratoryOs primeirosestagios de filosoma da lagosta Panulirus echinatus(Decapoda Palinuridae) cultivados em laboratorioBrazilian Journal of Biology 68(1) 187-195
Elvantra (2021) Harga terbaru lobster air laut dantawar hari ini lokal dan ekspor Maret 2021Diakses pada 7 Juni 2021 dari httpselvantrablogspotcom202001harga-lobsterhtml
Conland JA Jones PL Turchini GM Hall MRamp Francis DS (2014) Changes in the nutritionalcomposition of captive early-mid stage Panulirusornatus phyllosoma over ecdysis and larval devel-opment Aquaculture 434 159-170
Gambar 7 Penempelan pada bagian tubuh larva lobster tubuh larva yang kotor (a) Zoothamnium sp(b) filamentous bacterium (c)
Figure 7 Microorganisme attaching to the body part of larvae (a) Zoothamnium sp (b) filamen-tous bacterium (c)
30 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
Fitzgibbon QP Jeffs AG amp Battaglene SC (2014)The Achilles heel for spiny lobsters the energet-ics of the non-feeding post-larval stage Fish Fish15 312-326
Francis DS Salmon ML Kenway MJ amp Hall MR(2014) Palinurid lobster aquaculture Nutritionalprogress and considerations for successful larvalrearing Reviews in Aquaculture 6 180-203
Gamble S Pirozzi I Hall MR Zeng C ConlanJA amp Francis DS (2015) The effect of pre-di-gested protein source on the performance of earlyndash mid stage Panulirus ornatus phyllosoma Aquac-ulture 440 17-24
Gendron L Tremblay R Belvin S Geacutenard BMotnikar S amp Cocircteacute J (2013) Condition sur-vival and growth in situ of hatchery-reared stageIV lobster (Homarus americanus) fed Artemia andlipid-rich wild zooplankton Aquaculture 416-417380-389
Goldstein JS Matsuda H Takenouchi T amp ButlerMJ (2008) The complete development of larvalcaribbean spiny lobster Panulirus argus (Latreille1804) in culture Journal of Crustacean Biology28(02) 306-327
Grima EM Peacuterez JAS Saacutenchez JLG CamachoaFG amp Alonso DL (1992) EPA from Isochrysisgalbana Growth conditions and productivity Pro-cess Biochemistry 27 299-305
Hacheacute R amp Plante S (2011) The relationship be-tween enrichment fatty acid profiles and bacte-rial load in cultured rotifers (Brachionus plicatilisL-strain) and Artemia (Artemia salina strainFranciscana) Aquaculture 311 201-208
Hall MR Kenway M Salmon M Francis DGoulden EF amp Hoslashj L (2013) Palinurid lobsterlarval rearing for closed-cycle hatchery productionAustralian Institute of Marine Science (AIMS)Australia Woodhead Publishing Limited 2013DOI 10153397808570974602289
Hatai K (2012) Diseases of fish and shellfish causedby marine fungi In Raghukumar C (Ed) Biologyof Marine Fungi Springer p 15-52
Hoslashj L Bourne DG amp Hall MR (2009) Localisationabundanceand community structure of bacteriaassociated with Artemia effects of nauplii enrich-ment and antimicrobial treatmentAquaculture293 278ndash285 Growth Conditions and Productiv-ity Process Biochemistry 27 299-305
Ikeda T Smith G McKinnon AD amp Hall M (2011)Metabolism and chemical composition ofphyllosoma larvae with special reference to the
tropical rock lobster Panulirus ornatus (DecapodaPalinuridae) Journal of Experimental Marine Biol-ogy and Ecology 405 80-86
Jensen MA Carter CG Adams LR amp FitzgibbonQP (2013) Growth and biochemistry of the spinylobster Sagmariasus verreauxi cultured at low andhigh density from hatch to puerulus Aquaculture376-379 162-170
Junaidi M Cokrowati N amp Abidin Z (2011)Tingkah laku induk betina selama prosespengeraman telur dan perkembangan larva lobsterpasir (Panulirus homarus Linneaus 1785) JurnalAkuatika 2(1) 1-10
Kamio M Furukawa D Wakabayashi K Hiei KYano H Sato H Yosie-Stark Y Akiba T ampTanaka Y (2015) Grooming behavior by elongatedthird maxillipeds of phyllosoma larvae of thesmooth fan lobster riding on jellyfishes Journalof Experimental Marine Biology and Ecology 463115-124
Matsuda H Takenouchi T Tanaka S amp WatanabeS (2009) Relative contribution of Artemia andmussel as food for cultured middle-stage Panulirusjaponicus phyllosomata as determined by stablenitrogen isotope analysis New Zealand Journalof Marine and Freshwater Research 43 217-224
Matsuda H Abe F amp Tanaka S (2012) Effect ofphotoperiod on metamorphosis from phyllosomalarvae to puerulus postlarvae in the Japanese spinylobster Panulirus japonicus Aquaculture 326-329136-140
Mustafa A (2013) Budidaya lobster Panulirus sp diVietnam dan aplikasinya di Indonesia MediaAkuakultur 8(2) 73-84
Phleger CF Nelson MM Nichols PD Ritar AJSmith GG Hart PR amp Jeffs AG (2001) Lip-ids and nutrition of the southern rock lobsterJasus edwardsii from hatch to puerulus Marineand Freshwater Research 52 1475-1486
Priyambodo B (2015) Study tour of Indonesian farm-ers to Vietnam lobster aquaculture industry in2013 Chapter 58 In Jones CM (Ed) Spiny lob-ster aquaculture development in Indonesia Viet-nam and Australia Proceedings of the InternationalLobster Aquaculture Symposium Held in LombokIndonesia 22-25 April 2014 Australian Centre forInternational Agricultural Research CanberraAustralia p 136-141
Priyambodo B Jones CM amp Sammut J (2020)Assessment of the lobster puerulus (Panulirushomarus and Panulirus ornatus Decapoda
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 31
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Palinuridae) resource of Indonesia and its poten-tial for sustainable harvest for aquaculture Aquac-ulture 528 735563
Prusinska M Nowasad J Jarmosup3owicz SMikiewicz M Duda A Wiszniewski G SikoraM amp Kucharczyk D (2020) Effect of feed-ing barbel larvae (Barbus barbus (L 1758)) Artemiasp nauplii enriched with PUFAs on their growthand survival rate blood composition alimentarytract histological structure and body chemical com-position Aquaculture Reports 18 100492 httpsdoiorg101016jaqrep2020100492
Shields JD Stephens FJ amp Jones B (2006) Patho-gens parasites and other symbionts Lobster Bi-ology management aquaculture and fisheriesBlackwell Publishing Ltd Chapter 5 146-204
Shields JD (2011) Diseases of spiny lobsters A re-viewrsquo J Invertr Pathol 106 79-91
Vijayakumaran M Maharajan A Rajalakshmi SJayagopal P amp Remani MC (2014) Early larvalstages of the spiny lobsters Panulirus homarusPanulirus versicolor and Panulirus ornatus cultured
under laboratory conditions International Jour-nal of Development Research 4(2) 377-383
Wang M OrsquoRorke R Nodder SD amp Jeffs AG(2014) Nutritional composition of potential zoop-lankton prey of the spiny lobster phyllosoma (Jasusedwardsii) Mar Freshw Res 64 1-13
Wang M Mackenzie AD amp Jeffs AG ( 2015) Lipidand fatty acid composition of likely zooplanktonprey of spiny lobster (Jasus edwardsii) phylosomasAquaculture Nutritition 21 385-400
Wu X Smith G amp Hall M (2011) Patterns of larvalgrowth lipid composition and fatty acid deposi-tion during early to mid stages of developmentin Panulirus ornatus phyllosoma Aquaculture 330-333 63-73
Yap SY Hamasaki K Maran BAV Tuzan ADChrsquong CL amp Lal TM (2020) First report of plantfungal pathogen Zasmidium musae associatedwith moribund eggs of ornate spiny lobster(Panulirus ornatus) in Sabah Aquaculture Reports18 100500
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 27
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Selain jumlah setae yang berbeda pada setiap sta-dia perkembangan larva juga dapat dilihat dengan jelasdari jumlah setae pada periopod ketiga Pada larvastadia-1 dan 2 setae pada periopod ketiga belumberkembang Pada stadia-II setae tersebut masih danberbentuk seperti duri yang sedikit memanjangSedangkan pada larva stadia-III setae pada periopodketiga telah berjumlah tiga pasang (Gambar 5) Padaperkembangan tangkai mata stadia-I berbentuk sedikitmembulat dan belum bersegmen Sedangkan pada sta-dia-II dan III tangkai mata telah bersegmen dan terlihatadanya ruas membentuk tangkai Pada selubung kepalaberbentuk bulat pada larva stadia-I dan menjadilonjong pada stadia berikutnya (Gambar 6)
Artemia terbukti mampu diterima sebagai pakanawal larva lobster Pemberian pakan Artemia saja telahmampu mencukupi kebutuhan larva lobster mencapaiperkembangan stadia-IIIa dengan morfologi sesuaiAbrunhosa et al (2008) Pemberian bahan pengaya padaArtemia sebagai pakan utama lobster memberikan hasilyang tidak berbeda nyata pada sintasan larva (P valuegt 005) Pada pemeliharaan enam hari pertamapengayaan dengan selco menunjukkan sintasan yanglebih tinggi (SR= 946) dibandingkan denganperlakuan lain Hal ini didukung dengan hasil analisisproksimat pengayaan dengan selco memiliki nilaikadar lemak yang paling tinggi yaitu 2116 DHA selcomampu memperkaya Artemia setelah 24 jam
Gambar 6 Bentuk selubung kepala cs dan tangkai mata tm pada larva stadia-I (a) stadia-II (b) stadia-IIIa (c)
Figure 6 Cephalic shield cs dan eyes stalk tm in stage-I (a) stage-II (b) stage-IIIa (c)
Gambar 5 Bentuk periopod ke-4 pada stadia-I (a) stadia-II (b) stadia-IIIa (c)Figure 5 Shape of periopod 4 in stage-I (a) stage-II (b) stage-IIIa (c)
Gambar 4 Jumlah setae stadia-I lima pasang (a) II enam pasang (b) IIIa tujuh pasang (c)Figure 4 Setae number in stage-I five pairs (a) II six pairs (b) IIIa seven pairs (c)
28 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
pengayaan dengan nilai konsentrasi DHA 154dibandingkan dengan pengayaan menggunakan algayang hanya 02 (Phleger et al 2001)
Nilai sintasan tertinggi pada akhir penelitian dicapaipada Artemia yang diinkubasi selama 18 jam tanpadiberikan bahan pengaya Hal ini diduga karena padaperlakuan pemberian bahan pengaya dan Artemia yangbaru menetas memiliki nilai nutrisi yang lebih tinggidibandingkan dengan perlakuan kontrol 18 jam (Tabel1) sehingga menjadi sarana media yang baik bagipertumbuhan bakteri yang ditunjukkan dengan nilaitotal bakteri dan total Vibrio yang relatif lebih tinggiPemberian nauplii Artemia yang diperkaya dapatbertindak sebagai vektor bagi masuknya bakteripatogen (Hacheacute amp Plante 2011) Beberapa strainbakteri yang diisolasi dari produksi nauplii Artemiaantara lain dari genus Vibrio Pseudomonas Micro-coccus Brevundimonas Spingomonas dan Rhizobium(Hoj et al 2009)
Kegiatan pembenihan lobster di berbagai negaramasih terus dikembangkan sampai saat ini Sintasanyang rendah menjadi kendala utama keberhasilanpembenihan Pada kegiatan pembenihan larvaCarribean lobster (Panulirus argus) di Florida diperolehnilai SR 47 pada D-30 36 pada D-60 28 pada D-100 dan 23 pada D-150 Total terdapat 13 larva yangberhasil bermetamorfosis menjadi BBL pada 151-311hari pemeliharaan (Goldstein et al 2008) Hasilpenelitian mereka lebih baik dari penelitian ini didugakarena tingkat kepadatan yang lebih rendah yaitumenggunakan bak berukuran 40 L dengan jumlah larva550 ekorbak Selain itu tindakan preventif akanintroduksi penyakit juga dilakukan denganmenggunakan sistem air membrane filtrasi 02 mdengan pemberian antibiotik chloramphenicol 10 mgL selama 24 jam setiap minggu (Goldstein et al 2008)
Pada penelitian ini dalam masa pemeliharaan banyakditemukan larva yang berkerumun di dasar bakterutama pada siang hari Hal diduga menjadi penyebabbanyaknya kematian larva pada keesokan harinyaSebagian besar larva pada stadia-II dan seterusnyacenderung berada di bagian bawah bak pemeliharaandan kebanyakan ikut terbawa saat penyiponan dasarbak untuk mengurangi kotoran dan larva yang mati(Vijayakumaran et al 2014) Stres pada saatpenanganan berkerumunnya larva dan tingginyajumlah Vibrio pada perkembangan stadia menjadibeberapa penyebab kematian (Vijayakumaran et al2014)
Agen utama penyakit pada larva cukup umumditemui seperti pada budidaya lainnya meliputi vi-rus bakteri jamur protozoadan metazoa (Shield2011) Organisme ini ditemukan banyak terdapat pada
air laut Oleh karenanya perlu perhatian khusus padakualitas air laut yang masuk utamanya pada tempatpenetasan karena ini dapat menyebabkan kematianyang signifikan melalui induksi tertentu yangmenyebabkan larva stres penurunan aktivitasperubahan warna perilaku makan yang tergangguperubahan bentuk tubuh dan pernapasan Apabilatanda-tanda klinis tersebut telah teramati makamungkin sudah terlambat untuk melakukan tindakandalam mengurangi kematian massal (Hall et al 2013)
Pada penelitian ini penyebab lain yang didugamenjadi penghambat dalam pemeliharaan larva lob-ster adalah mudahnya bagian tubuh Artemia menjadikotor (Gambar 7a) akibat adanya penempelan olehprotozoa Penempelan kotoran biasa pada tubuh larvalobster sebenarnya mampu dibersihkan oleh maxil-liped ketiga maupun kaki pertama hingga kelima(Kamio et al 2015) Namun penempelan protozoapada kaki-kaki tersebut sulit dibersihkan danmengganggu pergerakan serta aktivitas larva untukmenangkap mangsa Larva yang tubuhnya kotor danberenang lesu merupakan ciri larva yang tidak sehat(Matsuda et al 2012) Pada akhirnya akan menjadisalah satu penyebab kematian Beberapa jenis proto-zoa yang ditemukan menyerang larva pada masapemeliharaan diduga adalah dari jenis Zoothamniumsp (Gambar 7b) dan filamentous bacterium (Gambar7c) Vijayakumaran et al (2014) menyebutkan bahwaprotozoa yang umum ditemukan adalah jenisZoothamnium sp filamentous bacterium danLeucotrix sp sementara Acinata sp Ephistylis spdan vorticella tercatat sesekali menyerang larva
Pada penelitian pendahuluan juga ditemukan pro-tozoa jenis Zoothamnium sp maupun filamentousbacterium pada larva lobster bahkan pada telur Infeksijamur pada telur juga dilaporkan terjadi pada lobstermutiara yang mengakibatkan perubahan warna telur(Yap et al 2020) Infeksi jamur menjadi penyebabutama kegagalan dan kematian massal dalam produksibenih krustasea (Hatai 2012) Selain itu jenis siliatayang juga sering teramati menempel pada lobsterdewasa maupun embrio telur yang berasal dari GenusVorticella dan Zoothamnium Acineta EphelotaCyanobacteria dan diatom Dampak akibatpenempelan ini berakibat pada kematian larva akibatgangguan respirasi (Shields et al 2006) Tindakanpreventif dalam mencegah munculnya parasit ini harusdilakukan sejak pemeliharaan induk maupun sebelumpenebaran larva Perendaman selama 10 menit denganmalachite green (10 mgL) formalin (25 mgL) strep-tomycin (05-1 mgL) dapat digunakan sebagai treat-ment untuk mendesinfeksi induk dan larva dari jenisprotozoa tersebut (Vijayakumaran et al 2014)Namun penggunaan beberapa desinfektan tersebut
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 29
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
tidak disarankan untuk kegiatan budidaya terutamapada penggunaan antibiotik streptomycin bahkanmalachite green termasuk salah satu jenis obat ikandan udang yang dilarang dalam Permen KP No39 tahun2015 Oleh sebab itu dalam penelitian ini digunakaniodine yang merupakan desinfektan yang tidaktercantum pada peraturan tersebut
Keberhasilan pembenihan larva lobster sangatditentukan oleh kesesuaian jenis pakan yang mampuditangkap oleh larva lobster dan kandungan nutrisiyang diperlukannya Sedangkan kualitas mediapemeliharaan yang baik dengan bebas dari bakteri danprotozoa menjadi salah satu kunci pertumbuhan dansintasan larva Francis et al (2014) menyebutkankeberhasilan pemenuhan kebutuhan nutrisi dari larvalobster terkait erat dengan beberapa aspek khususdari persyaratan biologis larva Khususnya untukpertumbuhan dan sintasan yang maksimalKeseimbangan yang baik antara nutrisi dan kualitasair harus dijaga termasuk kontrol mikrobiologi danhidrodinamik Fluktuasi dan sub optimal kualitas airdapat menyebabkan eksoskeleton menjadi kotorsehingga berpengaruh pada pergerakan dankemampuan menangkap makananan secara efektif
Pengaruh lain dari fluktuasi kualitas air termasukdeformity (kecacatan) pada saat moulting (bergantikulit) Larva membutuhkan kebebasan dalam kolomair sehingga dapat secara maksimal menangkapmakanan sementara itu perlu menjaga kontak mini-mal antar individu agar tidak saling terpaut di dalambak pemeliharaan (Francis et al 2014)
Kualitas air pemeliharaan yang baik dan nutrisiserta jenis pakan yang tepat menjadi faktor yangpenting bagi perkembangan larva lobster untukmampu melewati fase larva yang panjang hinggaberubah menjadi BBL
KESIMPULAN
Perkembangan larva lobster yang mampu dicapaipada penelitian ini adalah perkembangan stadia IIIadengan waktu pemeliharaan larva 20 hari pada semuaperlakuan Pengayaan artemia dengan DHA selcomemberikan hasil sintasan tertinggi dibandingkanperlakuan lain pada enam hari pertama pemeliharaanlarva Pemberian pakan artemia yang diperkaya denganDHA selco akan menjadi lebih efektif bila kualitas airdikontrol dengan baik selama pemeliharaan
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis sangat berterima kasih pada Ir Sari BudiMoria Sembiring MBiotech Sudewi MSi dan staflaboratorium kimia Balai Besar Riset PerikananBudidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Baliatas dukungan dan bantuannya dalam penelitian ini
DAFTAR ACUAN
Abrunhosa FA Santiago AP amp Abrunhosa JP(2008) The early phyllosoma stages of spiny lob-ster Panulirus echinatus Smith 1869 (DecapodaPalinuridae) reared in the laboratoryOs primeirosestagios de filosoma da lagosta Panulirus echinatus(Decapoda Palinuridae) cultivados em laboratorioBrazilian Journal of Biology 68(1) 187-195
Elvantra (2021) Harga terbaru lobster air laut dantawar hari ini lokal dan ekspor Maret 2021Diakses pada 7 Juni 2021 dari httpselvantrablogspotcom202001harga-lobsterhtml
Conland JA Jones PL Turchini GM Hall MRamp Francis DS (2014) Changes in the nutritionalcomposition of captive early-mid stage Panulirusornatus phyllosoma over ecdysis and larval devel-opment Aquaculture 434 159-170
Gambar 7 Penempelan pada bagian tubuh larva lobster tubuh larva yang kotor (a) Zoothamnium sp(b) filamentous bacterium (c)
Figure 7 Microorganisme attaching to the body part of larvae (a) Zoothamnium sp (b) filamen-tous bacterium (c)
30 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
Fitzgibbon QP Jeffs AG amp Battaglene SC (2014)The Achilles heel for spiny lobsters the energet-ics of the non-feeding post-larval stage Fish Fish15 312-326
Francis DS Salmon ML Kenway MJ amp Hall MR(2014) Palinurid lobster aquaculture Nutritionalprogress and considerations for successful larvalrearing Reviews in Aquaculture 6 180-203
Gamble S Pirozzi I Hall MR Zeng C ConlanJA amp Francis DS (2015) The effect of pre-di-gested protein source on the performance of earlyndash mid stage Panulirus ornatus phyllosoma Aquac-ulture 440 17-24
Gendron L Tremblay R Belvin S Geacutenard BMotnikar S amp Cocircteacute J (2013) Condition sur-vival and growth in situ of hatchery-reared stageIV lobster (Homarus americanus) fed Artemia andlipid-rich wild zooplankton Aquaculture 416-417380-389
Goldstein JS Matsuda H Takenouchi T amp ButlerMJ (2008) The complete development of larvalcaribbean spiny lobster Panulirus argus (Latreille1804) in culture Journal of Crustacean Biology28(02) 306-327
Grima EM Peacuterez JAS Saacutenchez JLG CamachoaFG amp Alonso DL (1992) EPA from Isochrysisgalbana Growth conditions and productivity Pro-cess Biochemistry 27 299-305
Hacheacute R amp Plante S (2011) The relationship be-tween enrichment fatty acid profiles and bacte-rial load in cultured rotifers (Brachionus plicatilisL-strain) and Artemia (Artemia salina strainFranciscana) Aquaculture 311 201-208
Hall MR Kenway M Salmon M Francis DGoulden EF amp Hoslashj L (2013) Palinurid lobsterlarval rearing for closed-cycle hatchery productionAustralian Institute of Marine Science (AIMS)Australia Woodhead Publishing Limited 2013DOI 10153397808570974602289
Hatai K (2012) Diseases of fish and shellfish causedby marine fungi In Raghukumar C (Ed) Biologyof Marine Fungi Springer p 15-52
Hoslashj L Bourne DG amp Hall MR (2009) Localisationabundanceand community structure of bacteriaassociated with Artemia effects of nauplii enrich-ment and antimicrobial treatmentAquaculture293 278ndash285 Growth Conditions and Productiv-ity Process Biochemistry 27 299-305
Ikeda T Smith G McKinnon AD amp Hall M (2011)Metabolism and chemical composition ofphyllosoma larvae with special reference to the
tropical rock lobster Panulirus ornatus (DecapodaPalinuridae) Journal of Experimental Marine Biol-ogy and Ecology 405 80-86
Jensen MA Carter CG Adams LR amp FitzgibbonQP (2013) Growth and biochemistry of the spinylobster Sagmariasus verreauxi cultured at low andhigh density from hatch to puerulus Aquaculture376-379 162-170
Junaidi M Cokrowati N amp Abidin Z (2011)Tingkah laku induk betina selama prosespengeraman telur dan perkembangan larva lobsterpasir (Panulirus homarus Linneaus 1785) JurnalAkuatika 2(1) 1-10
Kamio M Furukawa D Wakabayashi K Hiei KYano H Sato H Yosie-Stark Y Akiba T ampTanaka Y (2015) Grooming behavior by elongatedthird maxillipeds of phyllosoma larvae of thesmooth fan lobster riding on jellyfishes Journalof Experimental Marine Biology and Ecology 463115-124
Matsuda H Takenouchi T Tanaka S amp WatanabeS (2009) Relative contribution of Artemia andmussel as food for cultured middle-stage Panulirusjaponicus phyllosomata as determined by stablenitrogen isotope analysis New Zealand Journalof Marine and Freshwater Research 43 217-224
Matsuda H Abe F amp Tanaka S (2012) Effect ofphotoperiod on metamorphosis from phyllosomalarvae to puerulus postlarvae in the Japanese spinylobster Panulirus japonicus Aquaculture 326-329136-140
Mustafa A (2013) Budidaya lobster Panulirus sp diVietnam dan aplikasinya di Indonesia MediaAkuakultur 8(2) 73-84
Phleger CF Nelson MM Nichols PD Ritar AJSmith GG Hart PR amp Jeffs AG (2001) Lip-ids and nutrition of the southern rock lobsterJasus edwardsii from hatch to puerulus Marineand Freshwater Research 52 1475-1486
Priyambodo B (2015) Study tour of Indonesian farm-ers to Vietnam lobster aquaculture industry in2013 Chapter 58 In Jones CM (Ed) Spiny lob-ster aquaculture development in Indonesia Viet-nam and Australia Proceedings of the InternationalLobster Aquaculture Symposium Held in LombokIndonesia 22-25 April 2014 Australian Centre forInternational Agricultural Research CanberraAustralia p 136-141
Priyambodo B Jones CM amp Sammut J (2020)Assessment of the lobster puerulus (Panulirushomarus and Panulirus ornatus Decapoda
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 31
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Palinuridae) resource of Indonesia and its poten-tial for sustainable harvest for aquaculture Aquac-ulture 528 735563
Prusinska M Nowasad J Jarmosup3owicz SMikiewicz M Duda A Wiszniewski G SikoraM amp Kucharczyk D (2020) Effect of feed-ing barbel larvae (Barbus barbus (L 1758)) Artemiasp nauplii enriched with PUFAs on their growthand survival rate blood composition alimentarytract histological structure and body chemical com-position Aquaculture Reports 18 100492 httpsdoiorg101016jaqrep2020100492
Shields JD Stephens FJ amp Jones B (2006) Patho-gens parasites and other symbionts Lobster Bi-ology management aquaculture and fisheriesBlackwell Publishing Ltd Chapter 5 146-204
Shields JD (2011) Diseases of spiny lobsters A re-viewrsquo J Invertr Pathol 106 79-91
Vijayakumaran M Maharajan A Rajalakshmi SJayagopal P amp Remani MC (2014) Early larvalstages of the spiny lobsters Panulirus homarusPanulirus versicolor and Panulirus ornatus cultured
under laboratory conditions International Jour-nal of Development Research 4(2) 377-383
Wang M OrsquoRorke R Nodder SD amp Jeffs AG(2014) Nutritional composition of potential zoop-lankton prey of the spiny lobster phyllosoma (Jasusedwardsii) Mar Freshw Res 64 1-13
Wang M Mackenzie AD amp Jeffs AG ( 2015) Lipidand fatty acid composition of likely zooplanktonprey of spiny lobster (Jasus edwardsii) phylosomasAquaculture Nutritition 21 385-400
Wu X Smith G amp Hall M (2011) Patterns of larvalgrowth lipid composition and fatty acid deposi-tion during early to mid stages of developmentin Panulirus ornatus phyllosoma Aquaculture 330-333 63-73
Yap SY Hamasaki K Maran BAV Tuzan ADChrsquong CL amp Lal TM (2020) First report of plantfungal pathogen Zasmidium musae associatedwith moribund eggs of ornate spiny lobster(Panulirus ornatus) in Sabah Aquaculture Reports18 100500
28 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
pengayaan dengan nilai konsentrasi DHA 154dibandingkan dengan pengayaan menggunakan algayang hanya 02 (Phleger et al 2001)
Nilai sintasan tertinggi pada akhir penelitian dicapaipada Artemia yang diinkubasi selama 18 jam tanpadiberikan bahan pengaya Hal ini diduga karena padaperlakuan pemberian bahan pengaya dan Artemia yangbaru menetas memiliki nilai nutrisi yang lebih tinggidibandingkan dengan perlakuan kontrol 18 jam (Tabel1) sehingga menjadi sarana media yang baik bagipertumbuhan bakteri yang ditunjukkan dengan nilaitotal bakteri dan total Vibrio yang relatif lebih tinggiPemberian nauplii Artemia yang diperkaya dapatbertindak sebagai vektor bagi masuknya bakteripatogen (Hacheacute amp Plante 2011) Beberapa strainbakteri yang diisolasi dari produksi nauplii Artemiaantara lain dari genus Vibrio Pseudomonas Micro-coccus Brevundimonas Spingomonas dan Rhizobium(Hoj et al 2009)
Kegiatan pembenihan lobster di berbagai negaramasih terus dikembangkan sampai saat ini Sintasanyang rendah menjadi kendala utama keberhasilanpembenihan Pada kegiatan pembenihan larvaCarribean lobster (Panulirus argus) di Florida diperolehnilai SR 47 pada D-30 36 pada D-60 28 pada D-100 dan 23 pada D-150 Total terdapat 13 larva yangberhasil bermetamorfosis menjadi BBL pada 151-311hari pemeliharaan (Goldstein et al 2008) Hasilpenelitian mereka lebih baik dari penelitian ini didugakarena tingkat kepadatan yang lebih rendah yaitumenggunakan bak berukuran 40 L dengan jumlah larva550 ekorbak Selain itu tindakan preventif akanintroduksi penyakit juga dilakukan denganmenggunakan sistem air membrane filtrasi 02 mdengan pemberian antibiotik chloramphenicol 10 mgL selama 24 jam setiap minggu (Goldstein et al 2008)
Pada penelitian ini dalam masa pemeliharaan banyakditemukan larva yang berkerumun di dasar bakterutama pada siang hari Hal diduga menjadi penyebabbanyaknya kematian larva pada keesokan harinyaSebagian besar larva pada stadia-II dan seterusnyacenderung berada di bagian bawah bak pemeliharaandan kebanyakan ikut terbawa saat penyiponan dasarbak untuk mengurangi kotoran dan larva yang mati(Vijayakumaran et al 2014) Stres pada saatpenanganan berkerumunnya larva dan tingginyajumlah Vibrio pada perkembangan stadia menjadibeberapa penyebab kematian (Vijayakumaran et al2014)
Agen utama penyakit pada larva cukup umumditemui seperti pada budidaya lainnya meliputi vi-rus bakteri jamur protozoadan metazoa (Shield2011) Organisme ini ditemukan banyak terdapat pada
air laut Oleh karenanya perlu perhatian khusus padakualitas air laut yang masuk utamanya pada tempatpenetasan karena ini dapat menyebabkan kematianyang signifikan melalui induksi tertentu yangmenyebabkan larva stres penurunan aktivitasperubahan warna perilaku makan yang tergangguperubahan bentuk tubuh dan pernapasan Apabilatanda-tanda klinis tersebut telah teramati makamungkin sudah terlambat untuk melakukan tindakandalam mengurangi kematian massal (Hall et al 2013)
Pada penelitian ini penyebab lain yang didugamenjadi penghambat dalam pemeliharaan larva lob-ster adalah mudahnya bagian tubuh Artemia menjadikotor (Gambar 7a) akibat adanya penempelan olehprotozoa Penempelan kotoran biasa pada tubuh larvalobster sebenarnya mampu dibersihkan oleh maxil-liped ketiga maupun kaki pertama hingga kelima(Kamio et al 2015) Namun penempelan protozoapada kaki-kaki tersebut sulit dibersihkan danmengganggu pergerakan serta aktivitas larva untukmenangkap mangsa Larva yang tubuhnya kotor danberenang lesu merupakan ciri larva yang tidak sehat(Matsuda et al 2012) Pada akhirnya akan menjadisalah satu penyebab kematian Beberapa jenis proto-zoa yang ditemukan menyerang larva pada masapemeliharaan diduga adalah dari jenis Zoothamniumsp (Gambar 7b) dan filamentous bacterium (Gambar7c) Vijayakumaran et al (2014) menyebutkan bahwaprotozoa yang umum ditemukan adalah jenisZoothamnium sp filamentous bacterium danLeucotrix sp sementara Acinata sp Ephistylis spdan vorticella tercatat sesekali menyerang larva
Pada penelitian pendahuluan juga ditemukan pro-tozoa jenis Zoothamnium sp maupun filamentousbacterium pada larva lobster bahkan pada telur Infeksijamur pada telur juga dilaporkan terjadi pada lobstermutiara yang mengakibatkan perubahan warna telur(Yap et al 2020) Infeksi jamur menjadi penyebabutama kegagalan dan kematian massal dalam produksibenih krustasea (Hatai 2012) Selain itu jenis siliatayang juga sering teramati menempel pada lobsterdewasa maupun embrio telur yang berasal dari GenusVorticella dan Zoothamnium Acineta EphelotaCyanobacteria dan diatom Dampak akibatpenempelan ini berakibat pada kematian larva akibatgangguan respirasi (Shields et al 2006) Tindakanpreventif dalam mencegah munculnya parasit ini harusdilakukan sejak pemeliharaan induk maupun sebelumpenebaran larva Perendaman selama 10 menit denganmalachite green (10 mgL) formalin (25 mgL) strep-tomycin (05-1 mgL) dapat digunakan sebagai treat-ment untuk mendesinfeksi induk dan larva dari jenisprotozoa tersebut (Vijayakumaran et al 2014)Namun penggunaan beberapa desinfektan tersebut
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 29
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
tidak disarankan untuk kegiatan budidaya terutamapada penggunaan antibiotik streptomycin bahkanmalachite green termasuk salah satu jenis obat ikandan udang yang dilarang dalam Permen KP No39 tahun2015 Oleh sebab itu dalam penelitian ini digunakaniodine yang merupakan desinfektan yang tidaktercantum pada peraturan tersebut
Keberhasilan pembenihan larva lobster sangatditentukan oleh kesesuaian jenis pakan yang mampuditangkap oleh larva lobster dan kandungan nutrisiyang diperlukannya Sedangkan kualitas mediapemeliharaan yang baik dengan bebas dari bakteri danprotozoa menjadi salah satu kunci pertumbuhan dansintasan larva Francis et al (2014) menyebutkankeberhasilan pemenuhan kebutuhan nutrisi dari larvalobster terkait erat dengan beberapa aspek khususdari persyaratan biologis larva Khususnya untukpertumbuhan dan sintasan yang maksimalKeseimbangan yang baik antara nutrisi dan kualitasair harus dijaga termasuk kontrol mikrobiologi danhidrodinamik Fluktuasi dan sub optimal kualitas airdapat menyebabkan eksoskeleton menjadi kotorsehingga berpengaruh pada pergerakan dankemampuan menangkap makananan secara efektif
Pengaruh lain dari fluktuasi kualitas air termasukdeformity (kecacatan) pada saat moulting (bergantikulit) Larva membutuhkan kebebasan dalam kolomair sehingga dapat secara maksimal menangkapmakanan sementara itu perlu menjaga kontak mini-mal antar individu agar tidak saling terpaut di dalambak pemeliharaan (Francis et al 2014)
Kualitas air pemeliharaan yang baik dan nutrisiserta jenis pakan yang tepat menjadi faktor yangpenting bagi perkembangan larva lobster untukmampu melewati fase larva yang panjang hinggaberubah menjadi BBL
KESIMPULAN
Perkembangan larva lobster yang mampu dicapaipada penelitian ini adalah perkembangan stadia IIIadengan waktu pemeliharaan larva 20 hari pada semuaperlakuan Pengayaan artemia dengan DHA selcomemberikan hasil sintasan tertinggi dibandingkanperlakuan lain pada enam hari pertama pemeliharaanlarva Pemberian pakan artemia yang diperkaya denganDHA selco akan menjadi lebih efektif bila kualitas airdikontrol dengan baik selama pemeliharaan
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis sangat berterima kasih pada Ir Sari BudiMoria Sembiring MBiotech Sudewi MSi dan staflaboratorium kimia Balai Besar Riset PerikananBudidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Baliatas dukungan dan bantuannya dalam penelitian ini
DAFTAR ACUAN
Abrunhosa FA Santiago AP amp Abrunhosa JP(2008) The early phyllosoma stages of spiny lob-ster Panulirus echinatus Smith 1869 (DecapodaPalinuridae) reared in the laboratoryOs primeirosestagios de filosoma da lagosta Panulirus echinatus(Decapoda Palinuridae) cultivados em laboratorioBrazilian Journal of Biology 68(1) 187-195
Elvantra (2021) Harga terbaru lobster air laut dantawar hari ini lokal dan ekspor Maret 2021Diakses pada 7 Juni 2021 dari httpselvantrablogspotcom202001harga-lobsterhtml
Conland JA Jones PL Turchini GM Hall MRamp Francis DS (2014) Changes in the nutritionalcomposition of captive early-mid stage Panulirusornatus phyllosoma over ecdysis and larval devel-opment Aquaculture 434 159-170
Gambar 7 Penempelan pada bagian tubuh larva lobster tubuh larva yang kotor (a) Zoothamnium sp(b) filamentous bacterium (c)
Figure 7 Microorganisme attaching to the body part of larvae (a) Zoothamnium sp (b) filamen-tous bacterium (c)
30 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
Fitzgibbon QP Jeffs AG amp Battaglene SC (2014)The Achilles heel for spiny lobsters the energet-ics of the non-feeding post-larval stage Fish Fish15 312-326
Francis DS Salmon ML Kenway MJ amp Hall MR(2014) Palinurid lobster aquaculture Nutritionalprogress and considerations for successful larvalrearing Reviews in Aquaculture 6 180-203
Gamble S Pirozzi I Hall MR Zeng C ConlanJA amp Francis DS (2015) The effect of pre-di-gested protein source on the performance of earlyndash mid stage Panulirus ornatus phyllosoma Aquac-ulture 440 17-24
Gendron L Tremblay R Belvin S Geacutenard BMotnikar S amp Cocircteacute J (2013) Condition sur-vival and growth in situ of hatchery-reared stageIV lobster (Homarus americanus) fed Artemia andlipid-rich wild zooplankton Aquaculture 416-417380-389
Goldstein JS Matsuda H Takenouchi T amp ButlerMJ (2008) The complete development of larvalcaribbean spiny lobster Panulirus argus (Latreille1804) in culture Journal of Crustacean Biology28(02) 306-327
Grima EM Peacuterez JAS Saacutenchez JLG CamachoaFG amp Alonso DL (1992) EPA from Isochrysisgalbana Growth conditions and productivity Pro-cess Biochemistry 27 299-305
Hacheacute R amp Plante S (2011) The relationship be-tween enrichment fatty acid profiles and bacte-rial load in cultured rotifers (Brachionus plicatilisL-strain) and Artemia (Artemia salina strainFranciscana) Aquaculture 311 201-208
Hall MR Kenway M Salmon M Francis DGoulden EF amp Hoslashj L (2013) Palinurid lobsterlarval rearing for closed-cycle hatchery productionAustralian Institute of Marine Science (AIMS)Australia Woodhead Publishing Limited 2013DOI 10153397808570974602289
Hatai K (2012) Diseases of fish and shellfish causedby marine fungi In Raghukumar C (Ed) Biologyof Marine Fungi Springer p 15-52
Hoslashj L Bourne DG amp Hall MR (2009) Localisationabundanceand community structure of bacteriaassociated with Artemia effects of nauplii enrich-ment and antimicrobial treatmentAquaculture293 278ndash285 Growth Conditions and Productiv-ity Process Biochemistry 27 299-305
Ikeda T Smith G McKinnon AD amp Hall M (2011)Metabolism and chemical composition ofphyllosoma larvae with special reference to the
tropical rock lobster Panulirus ornatus (DecapodaPalinuridae) Journal of Experimental Marine Biol-ogy and Ecology 405 80-86
Jensen MA Carter CG Adams LR amp FitzgibbonQP (2013) Growth and biochemistry of the spinylobster Sagmariasus verreauxi cultured at low andhigh density from hatch to puerulus Aquaculture376-379 162-170
Junaidi M Cokrowati N amp Abidin Z (2011)Tingkah laku induk betina selama prosespengeraman telur dan perkembangan larva lobsterpasir (Panulirus homarus Linneaus 1785) JurnalAkuatika 2(1) 1-10
Kamio M Furukawa D Wakabayashi K Hiei KYano H Sato H Yosie-Stark Y Akiba T ampTanaka Y (2015) Grooming behavior by elongatedthird maxillipeds of phyllosoma larvae of thesmooth fan lobster riding on jellyfishes Journalof Experimental Marine Biology and Ecology 463115-124
Matsuda H Takenouchi T Tanaka S amp WatanabeS (2009) Relative contribution of Artemia andmussel as food for cultured middle-stage Panulirusjaponicus phyllosomata as determined by stablenitrogen isotope analysis New Zealand Journalof Marine and Freshwater Research 43 217-224
Matsuda H Abe F amp Tanaka S (2012) Effect ofphotoperiod on metamorphosis from phyllosomalarvae to puerulus postlarvae in the Japanese spinylobster Panulirus japonicus Aquaculture 326-329136-140
Mustafa A (2013) Budidaya lobster Panulirus sp diVietnam dan aplikasinya di Indonesia MediaAkuakultur 8(2) 73-84
Phleger CF Nelson MM Nichols PD Ritar AJSmith GG Hart PR amp Jeffs AG (2001) Lip-ids and nutrition of the southern rock lobsterJasus edwardsii from hatch to puerulus Marineand Freshwater Research 52 1475-1486
Priyambodo B (2015) Study tour of Indonesian farm-ers to Vietnam lobster aquaculture industry in2013 Chapter 58 In Jones CM (Ed) Spiny lob-ster aquaculture development in Indonesia Viet-nam and Australia Proceedings of the InternationalLobster Aquaculture Symposium Held in LombokIndonesia 22-25 April 2014 Australian Centre forInternational Agricultural Research CanberraAustralia p 136-141
Priyambodo B Jones CM amp Sammut J (2020)Assessment of the lobster puerulus (Panulirushomarus and Panulirus ornatus Decapoda
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 31
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Palinuridae) resource of Indonesia and its poten-tial for sustainable harvest for aquaculture Aquac-ulture 528 735563
Prusinska M Nowasad J Jarmosup3owicz SMikiewicz M Duda A Wiszniewski G SikoraM amp Kucharczyk D (2020) Effect of feed-ing barbel larvae (Barbus barbus (L 1758)) Artemiasp nauplii enriched with PUFAs on their growthand survival rate blood composition alimentarytract histological structure and body chemical com-position Aquaculture Reports 18 100492 httpsdoiorg101016jaqrep2020100492
Shields JD Stephens FJ amp Jones B (2006) Patho-gens parasites and other symbionts Lobster Bi-ology management aquaculture and fisheriesBlackwell Publishing Ltd Chapter 5 146-204
Shields JD (2011) Diseases of spiny lobsters A re-viewrsquo J Invertr Pathol 106 79-91
Vijayakumaran M Maharajan A Rajalakshmi SJayagopal P amp Remani MC (2014) Early larvalstages of the spiny lobsters Panulirus homarusPanulirus versicolor and Panulirus ornatus cultured
under laboratory conditions International Jour-nal of Development Research 4(2) 377-383
Wang M OrsquoRorke R Nodder SD amp Jeffs AG(2014) Nutritional composition of potential zoop-lankton prey of the spiny lobster phyllosoma (Jasusedwardsii) Mar Freshw Res 64 1-13
Wang M Mackenzie AD amp Jeffs AG ( 2015) Lipidand fatty acid composition of likely zooplanktonprey of spiny lobster (Jasus edwardsii) phylosomasAquaculture Nutritition 21 385-400
Wu X Smith G amp Hall M (2011) Patterns of larvalgrowth lipid composition and fatty acid deposi-tion during early to mid stages of developmentin Panulirus ornatus phyllosoma Aquaculture 330-333 63-73
Yap SY Hamasaki K Maran BAV Tuzan ADChrsquong CL amp Lal TM (2020) First report of plantfungal pathogen Zasmidium musae associatedwith moribund eggs of ornate spiny lobster(Panulirus ornatus) in Sabah Aquaculture Reports18 100500
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 29
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
tidak disarankan untuk kegiatan budidaya terutamapada penggunaan antibiotik streptomycin bahkanmalachite green termasuk salah satu jenis obat ikandan udang yang dilarang dalam Permen KP No39 tahun2015 Oleh sebab itu dalam penelitian ini digunakaniodine yang merupakan desinfektan yang tidaktercantum pada peraturan tersebut
Keberhasilan pembenihan larva lobster sangatditentukan oleh kesesuaian jenis pakan yang mampuditangkap oleh larva lobster dan kandungan nutrisiyang diperlukannya Sedangkan kualitas mediapemeliharaan yang baik dengan bebas dari bakteri danprotozoa menjadi salah satu kunci pertumbuhan dansintasan larva Francis et al (2014) menyebutkankeberhasilan pemenuhan kebutuhan nutrisi dari larvalobster terkait erat dengan beberapa aspek khususdari persyaratan biologis larva Khususnya untukpertumbuhan dan sintasan yang maksimalKeseimbangan yang baik antara nutrisi dan kualitasair harus dijaga termasuk kontrol mikrobiologi danhidrodinamik Fluktuasi dan sub optimal kualitas airdapat menyebabkan eksoskeleton menjadi kotorsehingga berpengaruh pada pergerakan dankemampuan menangkap makananan secara efektif
Pengaruh lain dari fluktuasi kualitas air termasukdeformity (kecacatan) pada saat moulting (bergantikulit) Larva membutuhkan kebebasan dalam kolomair sehingga dapat secara maksimal menangkapmakanan sementara itu perlu menjaga kontak mini-mal antar individu agar tidak saling terpaut di dalambak pemeliharaan (Francis et al 2014)
Kualitas air pemeliharaan yang baik dan nutrisiserta jenis pakan yang tepat menjadi faktor yangpenting bagi perkembangan larva lobster untukmampu melewati fase larva yang panjang hinggaberubah menjadi BBL
KESIMPULAN
Perkembangan larva lobster yang mampu dicapaipada penelitian ini adalah perkembangan stadia IIIadengan waktu pemeliharaan larva 20 hari pada semuaperlakuan Pengayaan artemia dengan DHA selcomemberikan hasil sintasan tertinggi dibandingkanperlakuan lain pada enam hari pertama pemeliharaanlarva Pemberian pakan artemia yang diperkaya denganDHA selco akan menjadi lebih efektif bila kualitas airdikontrol dengan baik selama pemeliharaan
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis sangat berterima kasih pada Ir Sari BudiMoria Sembiring MBiotech Sudewi MSi dan staflaboratorium kimia Balai Besar Riset PerikananBudidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Baliatas dukungan dan bantuannya dalam penelitian ini
DAFTAR ACUAN
Abrunhosa FA Santiago AP amp Abrunhosa JP(2008) The early phyllosoma stages of spiny lob-ster Panulirus echinatus Smith 1869 (DecapodaPalinuridae) reared in the laboratoryOs primeirosestagios de filosoma da lagosta Panulirus echinatus(Decapoda Palinuridae) cultivados em laboratorioBrazilian Journal of Biology 68(1) 187-195
Elvantra (2021) Harga terbaru lobster air laut dantawar hari ini lokal dan ekspor Maret 2021Diakses pada 7 Juni 2021 dari httpselvantrablogspotcom202001harga-lobsterhtml
Conland JA Jones PL Turchini GM Hall MRamp Francis DS (2014) Changes in the nutritionalcomposition of captive early-mid stage Panulirusornatus phyllosoma over ecdysis and larval devel-opment Aquaculture 434 159-170
Gambar 7 Penempelan pada bagian tubuh larva lobster tubuh larva yang kotor (a) Zoothamnium sp(b) filamentous bacterium (c)
Figure 7 Microorganisme attaching to the body part of larvae (a) Zoothamnium sp (b) filamen-tous bacterium (c)
30 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
Fitzgibbon QP Jeffs AG amp Battaglene SC (2014)The Achilles heel for spiny lobsters the energet-ics of the non-feeding post-larval stage Fish Fish15 312-326
Francis DS Salmon ML Kenway MJ amp Hall MR(2014) Palinurid lobster aquaculture Nutritionalprogress and considerations for successful larvalrearing Reviews in Aquaculture 6 180-203
Gamble S Pirozzi I Hall MR Zeng C ConlanJA amp Francis DS (2015) The effect of pre-di-gested protein source on the performance of earlyndash mid stage Panulirus ornatus phyllosoma Aquac-ulture 440 17-24
Gendron L Tremblay R Belvin S Geacutenard BMotnikar S amp Cocircteacute J (2013) Condition sur-vival and growth in situ of hatchery-reared stageIV lobster (Homarus americanus) fed Artemia andlipid-rich wild zooplankton Aquaculture 416-417380-389
Goldstein JS Matsuda H Takenouchi T amp ButlerMJ (2008) The complete development of larvalcaribbean spiny lobster Panulirus argus (Latreille1804) in culture Journal of Crustacean Biology28(02) 306-327
Grima EM Peacuterez JAS Saacutenchez JLG CamachoaFG amp Alonso DL (1992) EPA from Isochrysisgalbana Growth conditions and productivity Pro-cess Biochemistry 27 299-305
Hacheacute R amp Plante S (2011) The relationship be-tween enrichment fatty acid profiles and bacte-rial load in cultured rotifers (Brachionus plicatilisL-strain) and Artemia (Artemia salina strainFranciscana) Aquaculture 311 201-208
Hall MR Kenway M Salmon M Francis DGoulden EF amp Hoslashj L (2013) Palinurid lobsterlarval rearing for closed-cycle hatchery productionAustralian Institute of Marine Science (AIMS)Australia Woodhead Publishing Limited 2013DOI 10153397808570974602289
Hatai K (2012) Diseases of fish and shellfish causedby marine fungi In Raghukumar C (Ed) Biologyof Marine Fungi Springer p 15-52
Hoslashj L Bourne DG amp Hall MR (2009) Localisationabundanceand community structure of bacteriaassociated with Artemia effects of nauplii enrich-ment and antimicrobial treatmentAquaculture293 278ndash285 Growth Conditions and Productiv-ity Process Biochemistry 27 299-305
Ikeda T Smith G McKinnon AD amp Hall M (2011)Metabolism and chemical composition ofphyllosoma larvae with special reference to the
tropical rock lobster Panulirus ornatus (DecapodaPalinuridae) Journal of Experimental Marine Biol-ogy and Ecology 405 80-86
Jensen MA Carter CG Adams LR amp FitzgibbonQP (2013) Growth and biochemistry of the spinylobster Sagmariasus verreauxi cultured at low andhigh density from hatch to puerulus Aquaculture376-379 162-170
Junaidi M Cokrowati N amp Abidin Z (2011)Tingkah laku induk betina selama prosespengeraman telur dan perkembangan larva lobsterpasir (Panulirus homarus Linneaus 1785) JurnalAkuatika 2(1) 1-10
Kamio M Furukawa D Wakabayashi K Hiei KYano H Sato H Yosie-Stark Y Akiba T ampTanaka Y (2015) Grooming behavior by elongatedthird maxillipeds of phyllosoma larvae of thesmooth fan lobster riding on jellyfishes Journalof Experimental Marine Biology and Ecology 463115-124
Matsuda H Takenouchi T Tanaka S amp WatanabeS (2009) Relative contribution of Artemia andmussel as food for cultured middle-stage Panulirusjaponicus phyllosomata as determined by stablenitrogen isotope analysis New Zealand Journalof Marine and Freshwater Research 43 217-224
Matsuda H Abe F amp Tanaka S (2012) Effect ofphotoperiod on metamorphosis from phyllosomalarvae to puerulus postlarvae in the Japanese spinylobster Panulirus japonicus Aquaculture 326-329136-140
Mustafa A (2013) Budidaya lobster Panulirus sp diVietnam dan aplikasinya di Indonesia MediaAkuakultur 8(2) 73-84
Phleger CF Nelson MM Nichols PD Ritar AJSmith GG Hart PR amp Jeffs AG (2001) Lip-ids and nutrition of the southern rock lobsterJasus edwardsii from hatch to puerulus Marineand Freshwater Research 52 1475-1486
Priyambodo B (2015) Study tour of Indonesian farm-ers to Vietnam lobster aquaculture industry in2013 Chapter 58 In Jones CM (Ed) Spiny lob-ster aquaculture development in Indonesia Viet-nam and Australia Proceedings of the InternationalLobster Aquaculture Symposium Held in LombokIndonesia 22-25 April 2014 Australian Centre forInternational Agricultural Research CanberraAustralia p 136-141
Priyambodo B Jones CM amp Sammut J (2020)Assessment of the lobster puerulus (Panulirushomarus and Panulirus ornatus Decapoda
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 31
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Palinuridae) resource of Indonesia and its poten-tial for sustainable harvest for aquaculture Aquac-ulture 528 735563
Prusinska M Nowasad J Jarmosup3owicz SMikiewicz M Duda A Wiszniewski G SikoraM amp Kucharczyk D (2020) Effect of feed-ing barbel larvae (Barbus barbus (L 1758)) Artemiasp nauplii enriched with PUFAs on their growthand survival rate blood composition alimentarytract histological structure and body chemical com-position Aquaculture Reports 18 100492 httpsdoiorg101016jaqrep2020100492
Shields JD Stephens FJ amp Jones B (2006) Patho-gens parasites and other symbionts Lobster Bi-ology management aquaculture and fisheriesBlackwell Publishing Ltd Chapter 5 146-204
Shields JD (2011) Diseases of spiny lobsters A re-viewrsquo J Invertr Pathol 106 79-91
Vijayakumaran M Maharajan A Rajalakshmi SJayagopal P amp Remani MC (2014) Early larvalstages of the spiny lobsters Panulirus homarusPanulirus versicolor and Panulirus ornatus cultured
under laboratory conditions International Jour-nal of Development Research 4(2) 377-383
Wang M OrsquoRorke R Nodder SD amp Jeffs AG(2014) Nutritional composition of potential zoop-lankton prey of the spiny lobster phyllosoma (Jasusedwardsii) Mar Freshw Res 64 1-13
Wang M Mackenzie AD amp Jeffs AG ( 2015) Lipidand fatty acid composition of likely zooplanktonprey of spiny lobster (Jasus edwardsii) phylosomasAquaculture Nutritition 21 385-400
Wu X Smith G amp Hall M (2011) Patterns of larvalgrowth lipid composition and fatty acid deposi-tion during early to mid stages of developmentin Panulirus ornatus phyllosoma Aquaculture 330-333 63-73
Yap SY Hamasaki K Maran BAV Tuzan ADChrsquong CL amp Lal TM (2020) First report of plantfungal pathogen Zasmidium musae associatedwith moribund eggs of ornate spiny lobster(Panulirus ornatus) in Sabah Aquaculture Reports18 100500
30 Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460
Pengaruh pengayaan Artemia sp dengan sumber DHA (Zeny Widiastuti)
Fitzgibbon QP Jeffs AG amp Battaglene SC (2014)The Achilles heel for spiny lobsters the energet-ics of the non-feeding post-larval stage Fish Fish15 312-326
Francis DS Salmon ML Kenway MJ amp Hall MR(2014) Palinurid lobster aquaculture Nutritionalprogress and considerations for successful larvalrearing Reviews in Aquaculture 6 180-203
Gamble S Pirozzi I Hall MR Zeng C ConlanJA amp Francis DS (2015) The effect of pre-di-gested protein source on the performance of earlyndash mid stage Panulirus ornatus phyllosoma Aquac-ulture 440 17-24
Gendron L Tremblay R Belvin S Geacutenard BMotnikar S amp Cocircteacute J (2013) Condition sur-vival and growth in situ of hatchery-reared stageIV lobster (Homarus americanus) fed Artemia andlipid-rich wild zooplankton Aquaculture 416-417380-389
Goldstein JS Matsuda H Takenouchi T amp ButlerMJ (2008) The complete development of larvalcaribbean spiny lobster Panulirus argus (Latreille1804) in culture Journal of Crustacean Biology28(02) 306-327
Grima EM Peacuterez JAS Saacutenchez JLG CamachoaFG amp Alonso DL (1992) EPA from Isochrysisgalbana Growth conditions and productivity Pro-cess Biochemistry 27 299-305
Hacheacute R amp Plante S (2011) The relationship be-tween enrichment fatty acid profiles and bacte-rial load in cultured rotifers (Brachionus plicatilisL-strain) and Artemia (Artemia salina strainFranciscana) Aquaculture 311 201-208
Hall MR Kenway M Salmon M Francis DGoulden EF amp Hoslashj L (2013) Palinurid lobsterlarval rearing for closed-cycle hatchery productionAustralian Institute of Marine Science (AIMS)Australia Woodhead Publishing Limited 2013DOI 10153397808570974602289
Hatai K (2012) Diseases of fish and shellfish causedby marine fungi In Raghukumar C (Ed) Biologyof Marine Fungi Springer p 15-52
Hoslashj L Bourne DG amp Hall MR (2009) Localisationabundanceand community structure of bacteriaassociated with Artemia effects of nauplii enrich-ment and antimicrobial treatmentAquaculture293 278ndash285 Growth Conditions and Productiv-ity Process Biochemistry 27 299-305
Ikeda T Smith G McKinnon AD amp Hall M (2011)Metabolism and chemical composition ofphyllosoma larvae with special reference to the
tropical rock lobster Panulirus ornatus (DecapodaPalinuridae) Journal of Experimental Marine Biol-ogy and Ecology 405 80-86
Jensen MA Carter CG Adams LR amp FitzgibbonQP (2013) Growth and biochemistry of the spinylobster Sagmariasus verreauxi cultured at low andhigh density from hatch to puerulus Aquaculture376-379 162-170
Junaidi M Cokrowati N amp Abidin Z (2011)Tingkah laku induk betina selama prosespengeraman telur dan perkembangan larva lobsterpasir (Panulirus homarus Linneaus 1785) JurnalAkuatika 2(1) 1-10
Kamio M Furukawa D Wakabayashi K Hiei KYano H Sato H Yosie-Stark Y Akiba T ampTanaka Y (2015) Grooming behavior by elongatedthird maxillipeds of phyllosoma larvae of thesmooth fan lobster riding on jellyfishes Journalof Experimental Marine Biology and Ecology 463115-124
Matsuda H Takenouchi T Tanaka S amp WatanabeS (2009) Relative contribution of Artemia andmussel as food for cultured middle-stage Panulirusjaponicus phyllosomata as determined by stablenitrogen isotope analysis New Zealand Journalof Marine and Freshwater Research 43 217-224
Matsuda H Abe F amp Tanaka S (2012) Effect ofphotoperiod on metamorphosis from phyllosomalarvae to puerulus postlarvae in the Japanese spinylobster Panulirus japonicus Aquaculture 326-329136-140
Mustafa A (2013) Budidaya lobster Panulirus sp diVietnam dan aplikasinya di Indonesia MediaAkuakultur 8(2) 73-84
Phleger CF Nelson MM Nichols PD Ritar AJSmith GG Hart PR amp Jeffs AG (2001) Lip-ids and nutrition of the southern rock lobsterJasus edwardsii from hatch to puerulus Marineand Freshwater Research 52 1475-1486
Priyambodo B (2015) Study tour of Indonesian farm-ers to Vietnam lobster aquaculture industry in2013 Chapter 58 In Jones CM (Ed) Spiny lob-ster aquaculture development in Indonesia Viet-nam and Australia Proceedings of the InternationalLobster Aquaculture Symposium Held in LombokIndonesia 22-25 April 2014 Australian Centre forInternational Agricultural Research CanberraAustralia p 136-141
Priyambodo B Jones CM amp Sammut J (2020)Assessment of the lobster puerulus (Panulirushomarus and Panulirus ornatus Decapoda
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 31
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Palinuridae) resource of Indonesia and its poten-tial for sustainable harvest for aquaculture Aquac-ulture 528 735563
Prusinska M Nowasad J Jarmosup3owicz SMikiewicz M Duda A Wiszniewski G SikoraM amp Kucharczyk D (2020) Effect of feed-ing barbel larvae (Barbus barbus (L 1758)) Artemiasp nauplii enriched with PUFAs on their growthand survival rate blood composition alimentarytract histological structure and body chemical com-position Aquaculture Reports 18 100492 httpsdoiorg101016jaqrep2020100492
Shields JD Stephens FJ amp Jones B (2006) Patho-gens parasites and other symbionts Lobster Bi-ology management aquaculture and fisheriesBlackwell Publishing Ltd Chapter 5 146-204
Shields JD (2011) Diseases of spiny lobsters A re-viewrsquo J Invertr Pathol 106 79-91
Vijayakumaran M Maharajan A Rajalakshmi SJayagopal P amp Remani MC (2014) Early larvalstages of the spiny lobsters Panulirus homarusPanulirus versicolor and Panulirus ornatus cultured
under laboratory conditions International Jour-nal of Development Research 4(2) 377-383
Wang M OrsquoRorke R Nodder SD amp Jeffs AG(2014) Nutritional composition of potential zoop-lankton prey of the spiny lobster phyllosoma (Jasusedwardsii) Mar Freshw Res 64 1-13
Wang M Mackenzie AD amp Jeffs AG ( 2015) Lipidand fatty acid composition of likely zooplanktonprey of spiny lobster (Jasus edwardsii) phylosomasAquaculture Nutritition 21 385-400
Wu X Smith G amp Hall M (2011) Patterns of larvalgrowth lipid composition and fatty acid deposi-tion during early to mid stages of developmentin Panulirus ornatus phyllosoma Aquaculture 330-333 63-73
Yap SY Hamasaki K Maran BAV Tuzan ADChrsquong CL amp Lal TM (2020) First report of plantfungal pathogen Zasmidium musae associatedwith moribund eggs of ornate spiny lobster(Panulirus ornatus) in Sabah Aquaculture Reports18 100500
Copyright 2021 Media Akuakultur p-ISSN 1907-6762 e-ISSN 2502-9460 31
Media Akuakultur 16 (1) 2021 21-31
Palinuridae) resource of Indonesia and its poten-tial for sustainable harvest for aquaculture Aquac-ulture 528 735563
Prusinska M Nowasad J Jarmosup3owicz SMikiewicz M Duda A Wiszniewski G SikoraM amp Kucharczyk D (2020) Effect of feed-ing barbel larvae (Barbus barbus (L 1758)) Artemiasp nauplii enriched with PUFAs on their growthand survival rate blood composition alimentarytract histological structure and body chemical com-position Aquaculture Reports 18 100492 httpsdoiorg101016jaqrep2020100492
Shields JD Stephens FJ amp Jones B (2006) Patho-gens parasites and other symbionts Lobster Bi-ology management aquaculture and fisheriesBlackwell Publishing Ltd Chapter 5 146-204
Shields JD (2011) Diseases of spiny lobsters A re-viewrsquo J Invertr Pathol 106 79-91
Vijayakumaran M Maharajan A Rajalakshmi SJayagopal P amp Remani MC (2014) Early larvalstages of the spiny lobsters Panulirus homarusPanulirus versicolor and Panulirus ornatus cultured
under laboratory conditions International Jour-nal of Development Research 4(2) 377-383
Wang M OrsquoRorke R Nodder SD amp Jeffs AG(2014) Nutritional composition of potential zoop-lankton prey of the spiny lobster phyllosoma (Jasusedwardsii) Mar Freshw Res 64 1-13
Wang M Mackenzie AD amp Jeffs AG ( 2015) Lipidand fatty acid composition of likely zooplanktonprey of spiny lobster (Jasus edwardsii) phylosomasAquaculture Nutritition 21 385-400
Wu X Smith G amp Hall M (2011) Patterns of larvalgrowth lipid composition and fatty acid deposi-tion during early to mid stages of developmentin Panulirus ornatus phyllosoma Aquaculture 330-333 63-73
Yap SY Hamasaki K Maran BAV Tuzan ADChrsquong CL amp Lal TM (2020) First report of plantfungal pathogen Zasmidium musae associatedwith moribund eggs of ornate spiny lobster(Panulirus ornatus) in Sabah Aquaculture Reports18 100500