Page 1
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT
DIVISION (STAD) TERHADAP KEMAMPUAN
MENGEVALUASI DAN MENARIK KESIMPULAN SISWA
KELAS V SD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Eriene Denis Karina
NIM: 151134035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 2
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 3
iii
HALAMAN PENGESAHAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 4
iv
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menjadi tempatku mengeluh sekaligus
memberikanku kekuatan.
2. Papa dan mama tercinta yang telah mencurahkan darah dan keringatnya untuk
membuatku menjadi manusia yang hebat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 5
v
MOTTO
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku.” (Filipi 4:13)
“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu
akan menerimanya.” (Matius 21:22)
“I wasn’t born with anything, my weapon is hard work and determination.”
(Winner’s Seunghoon Lee)
“Love what you do, not the love you get for doing it.” (Tablo)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 6
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 29 Januari 2019
Peneliti
Eriene Denis Karina
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 7
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Eriene Denis Karina
Nomor Mahasiswa : 151134035
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP
KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENARIK KESIMPULAN
SISWA KELAS V SD”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 29 Januari 2019
Yang menyatakan
Eriene Denis Karina
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 8
viii
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP
KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENARIK KESIMPULAN
SISWA KELAS V SD
Eriene Denis Karina
Universitas Sanata Dharma
2019
Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya
tingkat literasi IPA siswa Indonesia pada penelitian PISA tahun 2012 dan 2015.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan mengevaluasi dan
menarik kesimpulan pada materi sistem pernapasan hewan kelas V di salah satu
SD swasta di Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah quasi experimental tipe pretest posttest
nonequivalent group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V
di salah satu SD swasta di Yogyakarta sebanyak 46 siswa. Sampel penelitian ini
terdiri dari 22 siswa kelas VB sebagai kelompok kontrol dan 24 siswa kelas VA
sebagai kelompok eksperimen. Treatment yang diterapkan di kelompok
eksperimen adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Ada enam langkah
dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu penyampaian tujuan dan
motivasi, pembagian kelompok, presentasi dari guru, kegiatan belajar dalam tim,
kuis, dan penghargaan prestasi tim .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) model pembelajaran kooperatif
tipe STAD berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Rerata selisih skor
pretest - posttest I kelompok eksperimen (M = 0,58; SE = 0,09) lebih tinggi
daripada kelompok kontrol (M = -0,01; SE = 0,13). Perbedaan tersebut signifikan
dengan harga t(44) = -3,62; p = 0,01 (p < 0,05). Besar pengaruh r = 0,47 setara
dengan 22% yang masuk kategori efek menengah; 2) model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap kemampuan menarik kesimpulan.
Rerata selisih skor pretest - posttest I kelompok eksperimen (M = 0,31; SE = 0,08)
lebih tinggi daripada kelompok kontrol (M = 0,00; SE = 0,08). Perbedaan tersebut
signifikan dengan harga t(44) = -2,67, p = 0,01 (p < 0,05). Besar pengaruh r =
0,37 setara dengan 13,69% yang masuk kategori efek menengah
Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, kemampuan
mengevaluasi, kemampuan menarik kesimpulan, kemampuan berpikir kritis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 9
ix
ABSTRACT
THE EFFECT OF THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE
LEARNING MODEL WITH STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION
(STAD) TYPE ON THE ABILITY TO EVALUATE AND CONCLUDE FOR
THE FIFTH GRADE STUDENTS
Eriene Denis Karina
Sanata Dharma University
2019
The background of this research is related to the low science concern of
the Indonesian students, which have done by PISA in 2012 and 2015. The purpose
of the research to discover the effect of cooperative learning model with Student
Team Achievement Division (STAD) type towards the ability to evaluating and
concluding in animal respiratory system material of fifth grade on one of
elementary school at Yogyakarta.
This research used quasi experimental research with pretest and posttest
nonequivalent group design type. The population that is used in this research is
all of the fifth grade on one of elementary shool at Yogyakarta, which is 46
students. The sample of this research consists of two groups from VB, which is 22
students as the control group and VA, which is 24 students as the experiment
group the treatment that is applied to the experiment group is cooperative
learning with STAD type which has six steps, deliver the goals and motivation,
form team for study and practice, present the concept, learning team, individual
quizzes, recognize winning team.
The result of this tudy shows that 1) cooperative learning model with
STAD type affects on the ability to evaluating. The average o differences score of
experimentl group (M = 0,58; SE = 0,09) is higher than the average of differences
score of control group (M = -0,01; SE = 0,13). Those differences is significant
t(44) = -3,62; p = 0,01 (p < 0,05). The effect size r = 0,47 is equal to 22% in the
category of medium effect 2) cooperative learning model with STAD type affects
on the ability to concluding. The average o differences score of experimentl group
(M = 0,31; SE = 0,08) is higher than the average of differences score of control
group (M = 0,00; SE = 0,08). Those differences is significant t(44) = -2,67; p =
0,01 (p < 0,05). The effect size r = 0,37 is equal to 13,69% in the category of
medium effect
Keywords: Cooperative learning model with Student Team Achievement Division
type, ability to evaluate, ablity to conclude, critical thinking skills.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 10
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.
Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP KEMAMPUAN
MENGEVALUASI DAN MENARIK KESIMPULAN SISWA KELAS V SD”
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Dosen Pembimbing I
yang telah membimbing dengan sabar dan bijaksana.
5. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing
II yang telah membimbing dengan sabar dan bijaksana.
6. Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Penguji III yang telah
memberikan masukan pada penelitian ini.
7. Anna Maria Wahyuni, S.Pd. selaku Kepala Sekolah Dasar yang telah
memberikan izin melakukan penelitian.
8. Rosalia Septi Wulansari, S.Pd. selaku guru mitra yang telah membantu
pelaksanaan penelitian sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.
9. G. Tri Teguh Rahayu, S.Pd. selaku guru kelas V B yang telah memberikan
izin untuk melakukan penelitian di kelas tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 11
xi
10. Siswa kelas V A dan V B Sekolah Dasar Tahun Pelajaran 2018/2019 yang
bersedia terlibat dalam penelitian.
11. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
membantu proses perijinan penelitian skripsi.
12. Papa dan mamaku, Tjakra Krisna Takariana dan Isti Yunani yang tidak pernah
berhenti mendoakan dan mengusahakan segala yang kubutuhkan.
13. Kakakku, Emmanuel Dian Kharisma yang berjuang bersama untuk
menyelesaikan skripsi.
14. Sahabat seperjuangan dan tempat berkeluh kesah, Felisitas Laurina Christi dan
Melsaria Permatasari.
15. Sahabat Zuperghenxz Indonesia, Karin, Galang, Inge, Manes, Lala, dan Yuka
yang dengan tulus mendoakan, mendukung dan memberi semangat.
16. Teman-teman EXO-L, NCTzen, dan Inner Circle yang selalu memberikan
keceriaan dan penghiburan di kala bosan.
17. Teman-teman PPL, Sindhi, Sekar, Antonia, Rossa, Wulan, dan Elza yang
mendukung dan memberi semangat.
18. Teman-teman kelas VII A angkatan 2015 yang sama-sama berjuang meraih
gelar sarjana pendidikan.
19. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan
kemampuan peneliti. Maka peneliti mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi menyempurnakan skripsi ini. Peneliti berharap, semoga skripsi
ini dapat berguna bagi semua pihak.
Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 12
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS........................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7
1.5 Definisi Operasional ...................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 9 2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................... 9
2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ............................................................................... 9
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ..................................................................... 9
2.1.1.2 Teori Perkembangan Kognitif menurut Piaget ..................................... 10
2.1.1.3 Teori Sosiokultural menurut Vygotsky ................................................ 12
2.1.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif ........................................................... 14
2.1.1.5 Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) .... 15
2.1.1.6 Kemampuan Berpikir Kritis ................................................................. 19
2.1.1.7 Kemampuan Mengevaluasi .................................................................. 20
2.1.1.8 Kemampuan Menarik Kesimpulan ....................................................... 20
2.1.1.9 Materi Pembelajaran ............................................................................. 21
2.1.2 Penelitian-penelitian Terdahulu yang Relevan .............................................. 23
2.1.2.1 Penelitian Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ....................... 23
2.1.2.2 Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis ................................................ 24
2.1.2.3 Literature Map ...................................................................................... 27
2.3 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 31 3.1 Jenis penelitian ............................................................................................ 31
3.2 Setting Penelitian ......................................................................................... 32
3.2.1 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 13
xiii
3.2.2 Waktu Penelitian ..................................................................................... 33
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................... 34
3.3.1 Populasi ................................................................................................... 34
3.3.2 Sampel..................................................................................................... 34
3.4 Variabel Penelitian....................................................................................... 35
3.4.1 Variabel Independen ............................................................................... 35
3.4.2 Variabel Dependen.................................................................................. 36
3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 36
3.6 Instrumen Penelitian .................................................................................... 38
3.7 Teknik Pengujian Instrumen ........................................................................ 39
3.7.1 Uji Validitas ............................................................................................ 39
3.7.1.1 Validitas Permukaan ............................................................................. 39
3.7.1.2 Validitas Isi ........................................................................................... 40
3.7.1.3 Validitas Konstruk ................................................................................ 41
3.7.2 Uji Reliabilitas ........................................................................................ 42
3.8 Teknik Analisis Data ................................................................................... 43
3.8.1 Uji Pengaruh Perlakuan .......................................................................... 43
3.8.1.1 Uji Asumsi ............................................................................................ 43
3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ........................................................ 44
3.8.1.3 Uji Signifikasi Pengaruh Perlakuan ...................................................... 45
3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan .............................................................. 46
3.8.2 Analisis Lebih Lanjut .............................................................................. 48
3.8.2.1 Uji Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ...................... 48
3.8.2.2 Besar Efek Peningkatan ........................................................................ 49
3.8.2.3 Uji Korelasi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ......................... 50
3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Posttest I ke Posttest II ..................... 51
3.8.2.5 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Pretest ke Possttest II ....................... 52
3.9 Ancaman terhadap Validitas Internal Penelitian ......................................... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 59 4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 59
4.1.1 Implementasi Penelitian .......................................................................... 59
4.1.1.1 Deskripsi Sampel Penelitian ................................................................. 59
4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ................................................. 60
4.1.2 Deskripsi Sebaran Data ........................................................................... 67
4.1.2.1 Kemampuan Mengevaluasi .................................................................. 67
4.1.2.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan ....................................................... 68
4.1.3 Uji Hipotesis Penelitian I ........................................................................ 70
4.1.3.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ........................................................ 70
4.1.3.2 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan .................................................... 72
4.1.3.3 Uji Besar Pengaruh Perlakuan .............................................................. 76
4.1.3.4 Analisis Lebih Lanjut ........................................................................... 76
4.1.4 Uji Hipotesis Penelitian II ....................................................................... 83
4.1.4.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ........................................................ 84
4.1.4.2 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan .................................................... 86
4.1.4.3 Uji Besar Pengaruh Perlakuan .............................................................. 90
4.1.4.4 Analisis Lebih Lanjut ........................................................................... 90
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 14
xiv
4.2.1 Analisis terhadap Ancaman Validitas Internal Penelitian ...................... 97
4.2.2 Analisis Pengaruh Kemampuan Mengevaluasi .................................... 100
4.2.3 Analisis Pengaruh Kemampuan Menarik Kesimpulan ......................... 104
4.2.4 Analisis Hasil Penelitian terhadap Teori............................................... 106
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 110 5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 110
5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 110
5.3 Saran .......................................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 112
CURRICULUM VITAE ..................................................................................... 214
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 15
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kemampuan Berpikir Kritis Facione .................................................. 19
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ................................................................... 34
Tabel 3.2 Matriks Pengembangan Instrumen...................................................... 39
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Intrumen ............................................................... 41
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen .......................................................... 42
Tabel 3.5 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan ..................................................... 47
Tabel 4.1 Sebaran Data Mengevaluasi Kelompok Kontrol ................................ 67
Tabel 4.2 Sebaran Data Mengevaluasi Kelompok Eksperimen .......................... 68
Tabel 4.3 Sebaran Data Menarik Kesimpulan Kelompok Kontrol ..................... 68
Tabel 4.4 Sebaran Data Menarik Kesimpulan Kelompok Eksperimen .............. 69
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data .................................................. 71
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Varian ............................................................ 72
Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................................. 72
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Selisih Skor Pretest-Posttest I . 73
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Varian Selisih Skor Pretest-Posttest I ........... 74
Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ....................................... 74
Tabel 4.11 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan ................................................. 76
Tabel 4.12 Hasil Ui Normalitas Distribusi Data Skor Pretest-Posttest I ............ 77
Tabel 4.13 Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I .......................................... 77
Tabel 4.14 Hasil Uji Besar Pengaruh Peningkatan Pretest ke Posttest I ............ 79
Tabel 4.15 Hasil Uji Korelasi Rerata skor Pretest-Posttest I.............................. 80
Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Selisih Skor Posttest I dan
Posttest II ............................................................................................................ 82
Tabel 4.17 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Posttest I ke Posttest II ........ 86
Tabel 4.18 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Pretest ke Posttest II ............ 83
Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data ................................................ 85
Tabel 4.20 Hasil Uji Homogenitas Varian .......................................................... 85
Tabel 4.21 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal ........................................... 86
Tabel 4.22 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Selisih Skor Pretest-Posttest I 87
Tabel 4.23 Hasil Uji Homogenitas Varian Selisih Skor Pretest-Posttest I ......... 87
Tabel 4.24 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ....................................... 88
Tabel 4.25 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan ................................................. 90
Tabel 4.26 Hasil Ui Normalitas Distribusi Data Skor Pretest-Posttest I ............ 91
Tabel 4.27 Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I .......................................... 96
Tabel 4.28 Hasil Uji Besar Pengaruh Peningkatan Pretest ke Posttest I ............ 93
Tabel 4.29 Hasil Uji Korelasi Rerata skor Pretest-Posttest I.............................. 94
Tabel 4.30 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Selisih Skor Posttest I dan
Posttest II ............................................................................................................ 95
Tabel 4.31 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Posttest I ke Posttest II ........ 96
Tabel 4.32 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Pretest ke Posttest II ............ 97
Tabel 4.33 Ancaman dalam Penelitian................................................................ 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 16
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.5 Literature Map ................................................................................ 27
Gambar 3.1 Rumus Pengaruh Perlakuan ............................................................ 32
Gambar 3.2 Desain Penelitian ............................................................................. 32
Gambar 3.3 Variabel Penelitian .......................................................................... 36
Gambar 3.4 Rumus Besar Pengaruh Perlakuan Distribusi Data Normal ............ 47
Gambar 3.5 Rumus Besar Pengaruh Perlakuan Distribusi Data Tidak Normal . 48
Gambar 3.6 Rumus Persentase Pengaruh............................................................ 48
Gambar 3.7 Rumus Persentase Peningkatan Pretest ke Posttest I ...................... 48
Gambar 3.8 Rumus Gain Score .......................................................................... 49
Gambar 3.9 Rumus Besar Efek Peningkatan Distribusi Data Normal................ 49
Gambar 3.10 Rumus Besar Efek Peningkatan Distribusi Data Tidak Normal ... 50
Gambar 3.11 Rumus Persentase Besar Pengaruh ............................................... 50
Gambar 3.12 Rumus Persentase Uji Retensi....................................................... 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 17
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Signifikansi Pengaruh Perlakuan ....................................................... 75
Grafik 4.2 Perbandingan Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I ......................... 75
Grafik 4.3 Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ........................................... 77
Grafik 4.4 Gain Score ......................................................................................... 78
Grafik 4.5 Perbandingan Skor Pretest, Posttest I, dan Posttest II ...................... 82
Grafik 4.6 Signifikansi Pengaruh Perlakuan ....................................................... 89
Grafik 4.7 Perbandingan Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I ......................... 89
Grafik 4.8 Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ........................................... 91
Grafik 4.9 Gain Score ......................................................................................... 92
Grafik 4.10 Perbandingan Skor Pretest, Posttest I, dan Posttest II .................... 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 18
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Surat Izin Penelitian...................................................................... 117
Lampiran 1.2 Surat Izin Validitas Soal ............................................................... 118
Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen .................................................... 119
Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol ........................................................... 122
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ....... 125
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol.............. 137
Lampiran 2.5 Lembar Kerja Siswa ..................................................................... 147
Lampiran 3.1 Soal Uraian ................................................................................... 153
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban .............................................................................. 158
Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian ........................................................................... 163
Lampiran 3.4 Hasil Pekerjaan Siswa .................................................................. 167
Lampiran 3.5 Hasil Rekap Expert Judgement..................................................... 172
Lampiran 3.6 Hasil Uji Validasi oleh Expert Judgement ................................... 173
Lampiran 3.6.1 Hasil Uji Validasi oleh Dosen ................................................... 173
Lampiran 3.6.2 Hasil Uji Validasi oleh Guru ..................................................... 176
Lampiran 3.7 Data Uji Validitas Instrumen ........................................................ 182
Lampiran 3.8 Hasil SPSS Uji Validitas .............................................................. 183
Lampiran 3.8.1 Hasil Uji Validitas Setiap Item Soal .......................................... 183
Lampiran 3.9 Hasil SPSS Uji Reliabilitas........................................................... 185
Lampiran 4.1 Data Hasil Penelitian untuk Kemampuan Mengevaluasi ............. 186
Lampiran 4.2 Data Hasil Penelitian untuk Kemampuan Menarik Kesimpulan .. 187
Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Distribusi Data ................................. 188
Lampiran 4.3.1 Kemampuan Mengevaluasi ....................................................... 188
Lampiran 4.3.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan ............................................ 188
Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Homogenitas Varian Kemampuan Awal ........... 189
Lampiran 4.4.1 Kemampuan Mengevaluasi ....................................................... 189
Lampiran 4.4.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan ............................................ 189
Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................. 190
Lampiran 4.5.1 Kemampuan Mengevaluasi ....................................................... 190
Lampiran 4.5.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan ............................................ 190
Lampiran 4.6 Hasil SPSS Uji Homogenitas Varian Selisih Pretest ke Posttest
I ........................................................................................................................... 192
Lampiran 4.6.1 Kemampuan Mengevaluasi ....................................................... 192
Lampiran 4.6.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan ............................................ 192
Lampiran 4.7 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan .................................. 193
Lampiran 4.7.1 Kemampuan Mengevaluasi ....................................................... 193
Lampiran 4.7.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan ............................................ 193
Lampiran 4.8 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan .......................... 195
Lampiran 4.9 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I 196
Lampiran 4.9.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest
I ........................................................................................................................... 196 Lampiran 4.9.2 Hasil SPSS Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I................ 197
Lampiran 4.9.2.1 Kemampuan Mengevaluasi .................................................... 197
Lampiran 4.9.2.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan ......................................... 198
Lampiran 4.9.3 Perhitungan Persentase Gain Score ........................................... 200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 19
xix
Lampiran 4.9.3.1 Tabulasi Gain Score Kemampuan Mengevaluasi .................. 200
Lampiran 4.9.3.2 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 0,00 Kemampuan
Mengevaluasi ...................................................................................................... 200
Lampiran 4.9.3.3 Tabulasi Gain Score Kemampuan Menarik Kesimpulan ....... 201
Lampiran 4.9.3.4 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 0,33 Kemampuan
Menarik ............................................................................................................... 201
Lampiran 4.10 Hasil Perhitungan Manual Peningkatan Rerata Pretest ke
Posttest I .............................................................................................................. 202
Lampiran 4.10.1 Kemampuan Mengevaluasi ..................................................... 202
Lampiran 4.10.1.1 Perhitungan Manual Peningkatan Rerata Pretest ke
Posttest I .............................................................................................................. 202
Lampiran 4.10.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan .......................................... 202
Lampiran 4.10.2.1 Perhitungan Manual Peningkatan Rerata Pretest ke
Posttest I .............................................................................................................. 202
Lampiran 4.11 Hasil SPSS Uji Korelasi Antara Rerata Pretest ke Posttest I ..... 204
Lampiran 4.11.1 Kemampuan Mengevaluasi ..................................................... 204
Lampiran 4.11.1.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol ........................................... 204
Lampiran 4.11.1.2 Uji Korelasi Kelompok Eksperimen..................................... 204
Lampiran 4.11.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan .......................................... 204
Lampiran 4.11.2.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol ........................................... 204
Lampiran 4.11.2.2 Uji Korelasi Kelompok Eksperimen..................................... 205
Lampiran 4.12 Hasil Uji Retensi Perlakuan ........................................................ 206
Lampiran 4.12.1 Kemampuan Mengevaluasi ..................................................... 206
Lampiran 4.12.1.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan Posttest I dan Possttest
II .......................................................................................................................... 206
Lampiran 4.12.1.2 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Posttest I dan
Posttest II ............................................................................................................ 207
Lampiran 4.12.1.3 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan Pretest ke Posttest II ..... 207
Lampiran 4.12.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan .......................................... 209
Lampiran 4.12.2.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan Posttest I dan Posttest II 209
Lampiran 4.12.2.2 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Posttest I dan
Posttest II ............................................................................................................ 210
Lampiran 4.12.2.3 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan Pretest ke Posttest II ..... 210
Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ................................................. 212
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ................................. 213
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Berpikir kritis memiliki peranan yang cukup penting dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika Santrock (dalam Desmita, 2007:
161) menempatkan pemikiran kritis sebagai salah satu aspek penting dalam
penalaran sehari-hari. Para ahli psikologi dan pendidikan menyadari bahwa anak-
anak di sekolah tidak hanya harus mengingat atau menyerap secara pasif berbagai
informasi baru, melainkan mereka perlu berbuat lebih banyak dan belajar
bagaimana berpikir secara kritis (Desmita, 2007: 162). Anak kelas V Sekolah
Dasar berusia antara 10-11 tahun dan berada pada tahap operasional konkret
berdasarkan tahapan perkembangan kognitif Piaget. Anak sudah mulai berpikir
secara logis dan mampu menyelesaikan masalah yang bersifat konkret.
Sedangkan, pandangan Vygotsky menekankan pentingnya pola sosiokultural di
mana individu menjadi salah satu unsurnya, yaitu interaksi sosial memainkan
peran fundamental dalam perkembangan kognisi (Salkind, 2009: 371).
Proses fundamental pembelajaran berlangsung melalui interaksi anak
dengan seseorang yang berpengetahuan, entah itu orang dewasa (seperti orang tua
atau guru) atau teman sebaya (Salkind, 2009: 373). Vygotsky berpendapat bahwa
perkembangan anak bergantung pada interaksi anak dengan orang lain dan dengan
sarana-sarana tertentu (seperti bahasa) yang disediakan oleh kultur dan membantu
pandangan dunia anak (Salkind, 2009: 373). Tokoh pendidikan kritis
berkebangsaan Brazil, Paulo Freire menjelaskan bahwa untuk mengembangkan
kesadaran berpikir kritis anak di dalam proses pendidikan, guru dan murid harus
berperan sebagai pemain bersama (Desmita, 2007: 162).
Facione (2011) menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah membuat
penilaian untuk tujuan tertentu yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi,
dan menarik kesimpulan atas dasar bukti, konsep, metode, kriteria, atau konteks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 21
2
tertentu yang digunakan untuk menilai. Terdapat enam dimensi kognitif dari
kemampuan berpikir kritis yang dikemukakan oleh Facione (2011). Enam
dimensi kognitif tersebut adalah kemampuan menginterpretasi, menganalisis,
mengevaluasi, menarik kesimpulan, mengeksplanasi, dan meregulasi diri.
Kemampuan mengevaluasi menurut Facione (2011) adalah kemampuan untuk
menilai kredibilitas suatu pernyataan atau argumen dan menilai bobot logika suatu
kesimpulan, sedangkan kemampuan menarik kesimpulan menurut Facione (2011)
adalah mengidentifikasi dan memastikan elemen-elemen yang dibutuhkan untuk
menarik kesimpulan yang masuk akal, merumuskan dugaan dan hipotesis,
mempertimbangkan informasi yang relevan dan memperkirakan konsekuensi-
konsekuensi yang timbul dari data, pernyataan, bukti, prinsip, penilaian,
kepercayaan, pertanyaan, dan konsep.
Facione (2011) menjelaskan bahwa kemampuan mengevaluasi akan
tampak ketika siswa dapat memunculkan dua unsur dalam kegiatan pembelajaran,
yaitu yang pertama adalah menilai sah tidaknya klaim-klaim, seperti menilai
faktor-faktor yang relevan yang dapat digunakan untuk menguji kredibilitas
sumber informasi dan menilai penerimaan kebenaran dari suatu pernyataan, dan
yang kedua adalah menilai sah tidaknya argumen-argumen, seperti menilai
kebenaran suatu argumen yang diambil secara induktif atau deduktif dan menilai
relevansi suatu argumen untuk suatu permasalahan. Kemampuan menarik
kesimpulan akan tampak ketika siswa dapat memunculkan tiga unsur dalam
kegiatan pembelajaran, yaitu yang pertama adalah menguji bukti-bukti, seperti
menilai premis-premis yang memerlukan dukungan informasi tambahan dan
menguji informasi-informasi yang relevan untuk membuat kesimpulan, yang
kedua adalah menerka alternatif-alternatif, seperti merumuskan berbagai alternatif
untuk memecahkan suatu permasalahan dan memproyeksikan berbagai
konsekuensi yang mungkin dari keputusan, teori, kepercayaan, kebijakan, atau
posisi tertentu, dan yang ketiga adalah menarik kesimpulan, seperti membuat
eksperimen dan menerapkan teknik yang relevan untuk menguji benar tidaknya
suatu hipotesis dan menentukan kesimpulan-kesimpulan mana yang paling kuat
menjamin suatu bukti dan mana yang harus ditolak karena tidak memadai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 22
3
Salah satu mata pelajaran yang membutuhkan kemampuan berpikir kritis
adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan pengetahuan yang
diperoleh melalui suatu metode tertentu (Wonorahardjo, 2010: 12). Program for
International Student Assessment (PISA) mendefinisikan literasi sains sebagai
kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan,
dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta dan data, memahami alam semesta,
dan membuat keputusan dari dampak yang terjadi karena aktivitas manusia.
Hasil belajar siswa Sekolah Dasar pada mata pelajaran IPA di Indonesia
masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan beberapa negara lainnya. Hal
ini terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Program for International Student
Assessment (PISA) yang bernaung pada sebuah organisasi bernama Organization
Economic Cooperation Development (OECD). PISA melakukan survei setiap tiga
tahun sekali, untuk mengetahui sistem pendidikan dan hasil belajar siswa di
berbagai negara dengan fokus mata pelajaran IPA, membaca, dan matematika.
Pada tahun 2012 Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara dengan hasil
skor literasi IPA sebesar 382 (OECD, 2013: 5). Pada tahun 2015, Indonesia
berada pada peringkat 62 dari 70 negara dengan hasil skor literasi IPA sebesar 403
(OECD, 2016: 5). Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil skor
literasi IPA dari 382 menjadi 403, namun peringkat Indonesia masih berada di 10
besar terbawah dari 70 negara peserta PISA tahun 2015. Peringkat tersebut
menunjukkan bahwa para siswa di Indonesia mengalami kesulitan pada
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang melibatkan aspek kognitif karena soal-
soal yang digunakan pada PISA memerlukan penalaran dan pemecahan masalah.
Kesulitan tersebut bisa disebabkan karena pembelajaran yang diterima oleh siswa
kurang mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, yang merupakan salah
satu kemampuan berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan model
pembelajaran yang inovatif agar siswa dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis, serta dapat mengembangkan interaksi sosial siswa, salah satunya
adalah pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).
Dari berbagai model pembelajaran, model pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Division (STAD) menjadi alternatif yang baik untuk
digunakan dalam penelitian ini. Model pembelajaran STAD merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 23
4
pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yang mengacu kepada
belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap
minggu menggunakan presentasi verbal atau teks (Shoimin, 2014: 185). Ciri
terpenting dari model pembelajaran STAD ini adalah kegiatan belajar dalam tim
(Rusman, 2013: 215). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan
enam langkah, yaitu penyampaian tujuan dan motivasi, pembagian kelompok,
presentasi dari guru, kegiatan belajar dalam tim, kuis, dan penghargaan prestasi
tim (Rusman, 2013: 215). Model pembelajaran ini dipilih peneliti karena siswa-
siswi di kelas V SD ini termasuk ke dalam kategori beragam, baik dalam hal
kemampuan, jenis kelamin hingga suku. Hal tersebut sesuai dengan komponen
dari model pembelajaran STAD, yaitu membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5
siswa yang heterogen dengan jenis kelamin yang berbeda, berasal dari berbagai
suku, dan memiliki kemampuan yang berbeda (Shoimin, 2014: 186). Slavin
(dalam Rusman, 2013: 214) mengemukakan bahwa gagasan utama di belakang
STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain
untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Melalui kegiatan belajar
dalam tim, siswa-siswi kelas V SD ini diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan mengevaluasi dan menarik kesimpulan.
Berbagai jurnal penelitian tentang penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) diterbitkan.
Penelitian dilakukan oleh Sukmayani, Parmiti, dan Wibawa (2015) yang meneliti
tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap motivasi
dan hasil belajar IPS siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD membawa pengaruh yang positif terhadap
motivasi belajar dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD. Sudiarpa, Renda, dan
Rati (2015) meneliti pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD terhadap hasil belajar IPA kelas IV SDN 3 Songan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh
terhadap hasil belajar IPA siswa. Juraini, Taufik, dan Gunada (2016) meneliti
pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode
eksperimen terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar fisika pada siswa
SMA Negeri 1 Labuapi tahun pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 24
5
bahwa terdapat pengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa saat pembelajaran
kooperatif tipe STAD diterapkan.
Berbagai jurnal penelitian untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa juga diterbitkan. Penelitian dilakukan oleh Fitriani, Indrowati, dan Karyanto
(2015) yang meneliti pengaruh penerapan Accelerated Learning terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada pelajaran Biologi siswa kelas X SMA
Negeri Karangpandan Karanganyar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan Accelerated Learning berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa. Widura, Karyanto, dan Ariyanto (2015) melakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh model Guided Discovery Learning terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri 8 Surakarta. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapaan model pembelajaran Guided Discovery Learning
berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Usdalifat,
Ramadhan, dan Suleman (2016) meneliti pengaruh penerapan model
pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses
siswa pada mata pelajaran IPA Biologi kelas VII SMP Negeri 19 Palu. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses siswa.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, model pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Division (STAD) berpengaruh terhadap berbagai
kemampuan siswa. Peneliti belum menemukan penelitian tentang penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
untuk mengetahui pengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi dan menarik
kesimpulan menurut Facione. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah quasi experimental tipe pretest posttest nonequivalent group
design. Penelitian dilaksanakan di salah satu SD swasta di Yogyakarta pada 19
September – 4 Oktober 2018. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V di
salah satu SD swasta di Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2018/2019.
Sampel penelitian yang digunakan, yaitu kelas VB yang berjumlah 22 siswa
sebagai kelompok kontrol dan kelas VA yang berjumlah 24 siswa sebagai
kelompok eksperimen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 25
6
(STAD) dan variabel dependen yang digunakan adalah dua dimensi kognitif dari
kemampuan berpikir kritis, yaitu kemampuan mengevaluasi dan menarik
kesimpulan.
Penelitian ini dibatasi hanya pada pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan mengevaluasi dan
menarik kesimpulan menurut Facione siswa kelas V di salah satu SD swasta di
Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2018/2019. Penelitian ini dikhusukan
pada materi Tema 2, yaitu “Udara Bersih bagi Kesehatan” dengan Subtema 1
“Cara Tubuh Mengolah Udara Bersih” Pembelajaran 1 yang terfokus pada mata
pelajaran IPA dengan materi sistem pernapasan hewan dengan kompetensi dasar
3.2 menjelaskan organ pernapasan dan fungsinya pada hewan dan manusia, serta
cara memelihara kesehatan organ pernapasan manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD) berpengaruh terhadap kemampuan
mengevaluasi siswa kelas V SD?
1.2.2 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD) berpengaruh terhadap kemampuan menarik
kesimpulan siswa kelas V SD?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Division (STAD) terhadap kemampuan
mengevaluasi siswa kelas V SD.
1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Division (STAD) terhadap kemampuan
menarik kesimpulan siswa kelas V SD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 26
7
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Siswa
Siswa mendapatkan pengalaman belajar dengan menggunakan model
pembelajaran yang berkelompok, yaitu model pembelajaran Student Team
Achievement Division (STAD) dan dapat berpengaruh terhadap
kemampuan mengevaluasi dan menarik kesimpulan.
1.4.2 Bagi Guru
Guru memiliki pengalaman langsung menerapkan model pembelajaran
Student Team Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran di kelas
dan dapat berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi dan menarik
kesimpulan.
1.4.3 Bagi Sekolah
Sekolah memiliki referensi dan pengetahuan baru mengenai penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD) dapat berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi dan
menarik kesimpulan siswa.
1.4.4 Bagi Peneliti
Peneliti dapat menggunakan hasil penelitian sebagai acuan untuk
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD) pada pembelajaran terhadap kemampuan
mengevaluasi dan menarik kesimpulan.
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berisi
kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil yang
mendorong siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman
belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun kelompok.
1.5.2 Model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD) adalah model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana
yang mengacu kepada belajar kelompok siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 27
8
1.5.3 Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir untuk
menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, menarik kesimpulan,
eksplanasi, dan regulasi diri.
1.5.4 Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan untuk menilai kredibilitas
suatu pernyataan dan menilai bobot logika suatu kesimpulan.
1.5.5 Kemampuan menarik kesimpulan adalah kemampuan untuk
mengidentifikasi dan memastikan elemen-elemen yang dibutuhkan untuk
menarik kesimpulan yang masuk akal, merumuskan dugaan dan hipotesis,
konsekuensi yang timbul dari data, pernyataan, bukti, prinsip, penilaian,
kepercayaan, pertanyaan, dan konsep.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 28
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini berisi kajian pustaka, penelitian terdahulu yang relevan, kerangka
berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka membahas teori-teori yang
mendukung dalam pelaksanaan penelitian. Hasil penelitian terdahulu berisi
pengalaman penelitian yang pernah ada yang dirumuskan dalam kerangka berpikir
dan hipotesis penelitian yang berisi dugaan sementara dari rumusan masalah
penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori-teori yang Mendukung
Teori yang mendukung merupakan teori yang melandasi penelitian ini.
Pada bagian ini akan dibahas teori perkembangan anak, model pembelajaran
kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD), kemampuan berpikir kritis, kemampuan mengevaluasi dan
menarik kesimpulan, dan materi tentang sistem pernapasan pada hewan.
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak
Perkembangan anak adalah suatu perubahan fungsional yang bersifat
kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil
keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan. Perkembangan ditunjukkan dengan
perubahan yang bersifat sistematis, progresif, dan berkesinambungan. Istilah
perkembangan merupakan sebuah konsep yang cukup rumit dan kompleks.
Perkembangan tidak terbatas pada pengertian perubahan secara fisik, melainkan di
dalamnya juga terkandung serangkaian perubahan secara terus-menerus dari
fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju tahap
kematangan, melalui pertumbuhan dan belajar (Desmita, 2007: 4). Perkembangan
berhubungan dengan keseluruhan kepribadian individu, karena kepribadian
individu membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Terdapat beberapa aspek
utama kepribadian, yaitu aspek fisik dan motorik, aspek intelektual, aspek sosial,
aspek bahasa, aspek emosi, dan aspek moral dan keagamaan. Secara khusus aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 29
10
intelektual atau kognitif dari Piaget dan aspek sosial atau sosiokultural dari
Vygotsky. Kedua tokoh tersebut memiliki teori konstruktivisme dan telah
digunakan di beragam penelitian. Piaget dengan teori perkembangan kognitif dan
Vygotsky dengan teori sosiokultural.
2.1.1.2 Teori Perkembangan Kognitif menurut Piaget
Jean Piaget (1896-1980) merupakan seorang psikolog penting di abad ke
20 (Naisaban, dalam Ibda, 2105: 28). Piaget mengawali serangkaian studi penting
mengenai tingkah laku kognitif bayi kepada ketiga anaknya (Crain, 2014: 169).
Risetnya memberikan kontribusi yang jelas menuju sebuah teori pentahapan yang
tunggal dan terintegrasikan (Crain, 2014: 170). Piaget menyatakan bahwa anak-
anak harus berinteraksi dengan lingkungannya untuk berkembang dan
membangun struktur-struktur kognitif baru dalam dirinya. Perkembangan
merupakan proses konstruktif yang aktif, di mana anak-anak membangun
struktur-struktur kognitif yang semakin berbeda dan komprehensif melalui
aktivitas-aktivitas mereka sendiri (Crain, 2014: 173).
Perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berpikir secara logis dari
masa bayi hingga dewasa. Perkembangan kognitif anak-anak berjalan melalui
sebuah rangkaian tetap. Pola operasi yang dapat dilakukan anak-anak dapat
dikatakan sebagai sebuah level atau tahapan. Masing-masing level atau tahapan
ditentukan oleh bagaimana anak-anak melihat dunia mereka (Piaget, dalam
Schunk, 2012: 332). Piaget meyakini jika proses perkembangan kognitif terutama
berkenaan dengan skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, dan keseimbangan
(Santrock, 2014: 43). Piaget menyatakan bahwa ketika anak berusaha membangun
pemahaman mengenai dunia, otak berkembang membentuk skema (schema).
Skema adalah pembuatan bangunan blok pengetahuan (Tung, 2015: 49). Ini
merupakan tindakan atau representasi mental yang mengatur pengetahuan. Skema
bayi disusun melalui tindakan sederhana yang bisa dilakukan terhadap objek-
objek, seperti menyedot, melihat dan menggenggam, sedangkan anak yang lebih
tua mempunyai skema yang meliputi strategi dan rencana untuk menyelesaikan
masalah (Santrock, 2014: 43-44).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 30
11
Piaget memberikan konsep asimilasi dan akomodasi untuk menjelaskan
bagaimana anak menggunakan dan menyesuaikan skema mereka. Asimilasi
(assimilation) terjadi ketika anak memasukkan informasi baru ke dalam skema
mereka yang sudah ada sebelumnya. Akomodasi (accomodation) terjadi ketika
anak menyesuaikan skema mereka agar sesuai dengan informasi dan pengalaman
baru yang mereka dapatkan (Santrock, 2014: 44). Selanjutnya anak mengatur
pengalaman mereka secara kognitif untuk mengartikan dunia mereka. Organisasi
(organization) adalah pengelompokan perilaku dan pikiran yang terisolasi ke
dalam susunan sistem yang lebih tinggi. Ekuilibrasi (equilibration) adalah
mekanisme yang diajukan Piaget untuk menjelaskan bagaimana anak beralih dari
satu tahap pemikiran ke tahap berikutnya. Peralihan ini terjadi ketika anak
mengalami konflik kognitif atau mengalami disekuilibrium dalam memahami
dunia. Akhirnya, mereka menyelesaikan konflik tersebut dan mencapai
keseimbangan atau ekuilibrium pemikiran (Santrock, 2014: 44).
Piaget berpendapat bahwa hasil dari proses asimilasi, akomodasi,
ekuilibrium, dan organisasi, anak tersebut melalui empat tahap perkembangan.
Setiap tahapan Piaget berkaitan dengan usia dan terdiri atas cara pikir yang
berbeda-beda (Santrock, 2014: 45), yaitu:
1. Tahap Sensorimotor (Usia 0 - 2 tahun)
Tahap sensorimotor adalah tahap yang menempati dua tahun pertama dalam
kehidupan. Selama periode ini, anak mengatur alamnya dengan indera (sensori)
dan tindakannya (motor), serta anak tidak mempunyai pemahaman tentang konsep
objek permanen.
2. Tahap Praoperasional (Usia 2 – 7 tahun)
Tahap ini disebut praoperasional karena pada usia ini, anak belum mampu
untuk melaksanakan operasi mental, seperti menambah, mengurangi, dan lain-
lain. Selain itu, anak pada tahap praoperasional tidak mempunyai kemampuan
untuk memecahkan masalah yang memerlukan berpikir reversibel tetapi anak
pada tahap praoperasional dapat berpikir irreversibel. Karakteristik lainnya adalah
anak memiliki sifat egosentris, yang berarti anak mempunyai kesulitan untuk
menerima pendapat orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 31
12
3. Tahap Operasional Konkret (7 – 11 tahun)
Tahap ini merupakan permulaan untuk anak dapat berpikir rasional. Hal ini
berarti anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada
masalah-masalah yang konkret. Cara berpikir anak pada tahap operasional
konkret tidak lagi didominasi oleh persepsi. Anak dapat menggunakan
pengalaman-pengalaman mereka sebagai acuan dan tidak bingung dengan apa
yang mereka pahami.
4. Tahap Operasional Formal (Usia > 11 tahun)
Pada tahap ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk
membentuk operasi yang lebih kompleks. Kemajuan utama pada anak selama
tahap ini adalah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda atau peristiwa
konkret, karena ia telah mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak.
Tahapan-tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget ini sangat
membantu dalam proses pembelajaran, khususnya bagi guru dalam memberikan
perlakuan yang tepat untuk siswa sesuai dengan usia dan tahapan perkembangan
kognitifnya. Siswa kelas lima sekolah dasar berusia antara 10-11 tahun dan berada
pada tahap operasional konkret berdasarkan tahapan perkembangan kognitif
Piaget. Pada tahap operasional konkret, siswa mulai menunjukkan perilaku belajar
sebagai berikut: (1) mulai memandang dunia secara objektif; bergeser dari satu
aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara
serentak; (2) mulai berpikir secara operasional; (3) mempergunakan cara berpikir
operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda; (4) membentuk dan
mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan
mempergunakan hubungan sebab akibat; dan (5) memahami konsep substansi,
volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat (Majid, 2014: 9).
2.1.1.3 Teori Sosiokultural menurut Vygotsky
Lev Semyonovich Vygotsky (1896-1934) adalah seorang psikolog asal
Rusia yang dikenal atas kontribusinya dalam teori perkembangan anak.
Pandangan Vygotsky menekankan pentingnya pola sosiokultural di mana individu
menjadi salah satu unsurnya, maksudnya yaitu interaksi sosial memainkan peran
fundamental dalam perkembangan kognisi (Salkind, 2009: 371). Proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 32
13
fundamental pembelajaran berlangsung melalui interaksi anak dengan seseorang
yang berpengetahuan, entah itu orang dewasa (seperti orang tua atau guru) atau
teman sebaya (Salkind, 2009: 373). Vygotsky menganggap bahwa lingkungan
sosial sangat penting bagi pembelajaran dan berpikir bahwa interaksi-interaksi
sosial mengubah atau mentransformasi pengalaman-pengalaman belajar (Schunk,
2012: 339). Pandangan Vygotsky merupakan bentuk konstruktivisme dialektikal
(kognitif) karena ia menyoroti interaksi antara orang-orang dan lingkungan-
lingkungan mereka (Schunk, 2012: 340).
Terdapat dua konsep penting dalam teori sosiokultural menurut Vygotsky
yaitu Zone of Proximal Development atau ZPD dan Scaffolding. Dalam teorinya,
Vygotsky menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja
menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada
dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zona perkembangan
proksimal atau ZPD. Pada zona ini terletak antara tingkat perkembangan anak saat
ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah
bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Nur &
Wikandari, dalam Hosnan, 2014: 35). ZPD merupakan jarak antara tingkat
perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan
masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan
sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau
melalui kerja sama dengan teman sejawat yang lebih mampu (Vygotsky dalam
Schunk, 2012: 341). Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada
peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi
bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar setelah ia dapat melakukannya. Scaffolding merupakan bantuan
sementara yang diberikan kepada peserta didik untuk belajar dan memecahkan
masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan,
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh,
dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan peserta didik itu belajar mandiri.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa menurut pandangan konstruktivisme
sosial, pengetahuan itu diperoleh secara individu yaitu dengan mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya dari proses interaksi dengan objek yang dihadapinya serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 33
14
pengalaman sosial. Salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif yang memfasilitasi peserta didik
untuk dapat bekerja dalam kelompok untuk diterapkan dalam pembelajaran di
kelas.
2.1.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berisi kegiatan
belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil yang mendorong siswa belajar
dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal, baik
pengalaman individu maupun kelompok (Johnson, dalam Rofiq, 2010: 3). Model
pembelajaran kooperatif diterapkan melalui kelompok kecil pada semua mata
pelajaran dan tingkat umur disesuaikan dengan kondisi dan situasi pembelajaran.
Keanggotaan kelompok terdiri dari siswa yang berbeda (heterogen) baik dalam
kemampuan akademik, jenis kelamin, etnis, latar belakang sosial dan ekonomi.
Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran kooperatif biasanya
terdiri dari satu orang berkemampuan tinggi, dua orang dengan kemampuan
sedang, dan satu yang lainnya adalah orang dengan kemampuan akademis yang
kurang. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengkomunikasikan siswa
belajar, menghindari sikap persaingan dan rasa individualitas siswa, khususnya
bagi siswa yang berprestasi rendah dan tinggi.
Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai pembelajaran
kooperatif (Roger dan Johnson, dalam Rofiq, 2010: 5). Untuk memperoleh
manfaat yang diharapkan dari implementasi pembelajaran kooperatif, Roger dan
Johnson menganjurkan lima unsur penting yang harus dibangun dalam aktivitas
instruksional, yaitu:
1. Saling Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya.
Untuk mencipatakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan
tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 34
15
2. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Interaction)
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
3. Tanggung Jawab Individual (Individual Accountability)
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan
pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap
siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
4. Keterampilan Sosial (Social Skill)
Keterampilan sosial yang dimaksud di sini adalah keterampilan dalam
berkomunikasi dalam kelompok. Sebelum menugaskan siswa ke dalam kelompok,
pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi.
5. Evaluasi Proses Kelompok (Group Debrieving)
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa manfaat yang
dikemukakan oleh (Hill & Hill, dalam Rofiq, 2010: 9), yaitu: (1) meningkatkan
prestasi siswa; (2) memperdalam pemahaman siswa; (3) menyenangkan siswa; (4)
mengembangkan sikap kepemimpinan; (5) mengembangkan sikap positif siswa;
(6) mengembangkan sikap menghargai diri sendiri; (7) membuat belajar secara
inklusif; (8) mengembangkan rasa saling memiliki; dan (9) mengembangkan
keterampilan untuk masa depan. Terdapat beberapa tipe dalam model
pembelajaran kooperatif, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation (Investigasi
Kelompok), Numbered Head Together (NHT), Think Pair Share (TPS), dan
sebagainya.
2.1.1.5 Model Pembelajaran STAD
Penelitian ini menggunakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif,
yaitu tipe STAD. Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin
dan koleganya di Universitas Johns Hopkins (Shoimin, 2014: 185). Model
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 35
16
pembelajaran STAD merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana yang mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi
akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau
teks (Shoimin, 2014: 185). Model pembelajaran STAD merupakan variasi
pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti (Slavin, dalam Rusman, 2013:
213). Model ini juga sangat mudah diadaptasi dan telah digunakan dalam
beberapa mata pelajaran, seperti matematika, IPA, IPS, dan bahasa Inggris pada
tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
1. Komponen Pembelajaran STAD
STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, kerja
kelompok (tim), kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi (penghargaan)
kelompok (Slavin, dalam Shoimin, 2014: 186).
a. Presentasi Kelas (Class Presentation)
Pembelajaran STAD diawali dengan menyampaikan materi pelajaran
dengan presentasi kelas. Bentuk presentasi kelas yang biasa digunakan yaitu
pembelajaran langsung atau diskusi kelas yang dipandu oleh guru. Selama
presentasi kelas, siswa harus benar-benar memerhatikan karena dapat membantu
mereka dalam mengerjakan kuis individu yang juga akan menentukan nilai
kelompok.
b. Kerja Kelompok (Team Works)
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa yang
heterogen dengan jenis kelamin yang berbeda, berasal dari berbagai suku, dan
memiliki kemampuan yang berbeda. Fungsi utama dari kelompok adalah
menyiapkan anggota kelompok agar mereka dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Setelah guru menjelaskan materi, setiap anggota kelompok mempelajari dan
mendiskusikan LKS, membandingkan jawaban dengan teman kelompok, dan
saling membantu antaranggota jika ada yang mengalami kesulitan. Tugas guru
adalah mengingatkan dan menekankan pada setiap kelompok agar setiap anggota
melakukan yang terbaik untuk kelompoknya serta pada kelompok itu sendiri agar
melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 36
17
c. Kuis (Quizzes)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi
yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja
masing-masing kelompok. Aturan dari kuis ini adalah siswa tidak diperbolehkan
membantu satu sama lain selama kuis berlangsung. Hal tersebut dilakukan untuk
menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam
memahami materi yang telah disampaikan.
d. Peningkatan Nilai Individu (Individual Improvement Score)
Peningkatan nilai individu dilakukan untuk memberikan tujuan prestasi
yang ingin dicapai jika siswa dapat berusaha keras dan hasil presentasi yang lebih
baik dari yang telah diperoleh sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan
nilai maksimum pada kelompoknya dan setiap siswa mempunyai skor dasar yang
diperoleh dari rata-rata tes atau kuis sebelumnya.
e. Penghargaan Kelompok (Team Recognation)
Kelompok akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lain jika rata-
rata skor kelompok melebihi criteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga
digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran STAD
Model pembelajaran STAD memiliki enam langkah, yaitu: (a)
penyampaian tujuan dan motivasi; (b) pembagian kelompok; (c) presentasi dari
guru; (d) kegiatan belajar dalam tim; (e) kuis; dan (f) pengahrgaan prestasi tim
(Rusman, 2013: 215).
a. Penyampaian Tujuan dan Motivasi
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran
tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
b. Pembagian Kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya
terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas
dalam prestasi akademik, jenis kelamin, ras ataupun etnik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 37
18
c. Presentasi dari Guru
Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan dibantu oleh media,
demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan
dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara
mengerjakannya.
d. Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan
lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota
menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru
melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila
diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari model pembelajaran
STAD.
e. Kuis (Evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi
yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja
masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak
dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara
individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar
tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60,
75, 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.
f. Penghargaan Prestasi Tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan
angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas
keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-
tahapan sebagai berikut: (1) menghitung skor individu; (2) menghitung skor
kelompok; dan (3) pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok.
3. Manfaat Model Pembelajaran STAD
Adapun beberapa manfaat positif dari penerapan model pembelajaran STAD
seperti yang dikemukakan dalam (Shoimin, 2014: 189), sebagai berikut: (a) siswa
bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma
kelompok; (b) siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 38
19
bersama; (c) siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilan kelompok; (d) interaksi antarsiswa seiring dengan peningkatan
kemampuan mereka dalam berpendapat; (e) meningkatkan kecakapan individu
dan kelompok; dan (f) tidak bersifat kompetitif.
2.1.1.6 Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan membuat penilaian untuk
tujuan tertentu yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan kesimpulan
atas dasar bukti, konsep, metode, kriteria, atau konteks tertentu yang digunakan
untuk menilai (Facione, 2011). Karena itu, berpikir kritis merupakan alat
penelitian yang sangat mendasar. Kecakapan berpikir kritis mencakup dua
dimensi, yaitu disposisi afektif dan dimensi kognitif.
Ciri-ciri ideal dari orang yang memiliki kecakapan berpikir kritis tampak
dalam disposisi afektif yang dikemukakan oleh Facione (2011) sebagai berikut:
(1) rasa ingin tahu yang tinggi terhadap berbagai permasalahan; (2) berusaha
untuk selalu mendapatkan informasi yang baik; (3) sadar untuk menggunakan
daya pikir kritis; (4) mengedepankan proses penelitian yang masuk akal; (5)
percaya akan kemampuan diri sendiri untuk bernalar; (6) pikiran terbuka terhadap
kenyataan pandangan yang bereda-beda; (7) fleksibiltas untuk mempertimbangkan
alternatif; (8) memahami opini orang lain; (9) menghargai penalaran; (10) jujur
dalam menghadapi prasangka, bias, stereotip, dan kecendurungan egosentris atau
sosiosentris; (11) hati-hati dalam menangguhkan, membuat, atau mengubah
penilaian; dan (12) kesediaan untuk meninjau ulang pandangan sendiri jika
refleksi yang jujur menyarankan demikian.
Dimensi kognitif dari kemampuan berpikir kritis yang dikemukakan oleh
Facione (2011) dapat dilihat dari tabel yang berada di bawah ini.
Tabel 2.1 Kemampuan Berpikir Kritis Facione
No Skills Sub-skills
1 Menginterpretasi Membuat kategori
Memahami arti
Menjelaskan makna
2 Menganalisis Menguji gagasan-gagasan
Mengidentifikasi argumen-argumen
Menganalisis argument-argumen
3 Mengevaluasi Menilai sah tidaknya klaim-klaim
Menilai sah tidaknya argumen-argumen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 39
20
No Skills Sub-skills
4 Menarik kesimpulan Menguji bukti-bukti
Menerka alternatif-alternatif
Menarik kesimpulan
5 Mengeksplanasi Menjelaskan hasil penalaran
Membenarkan prosedur yang digunakan
Memaparkan argumen-argumen yang digunakan
6 Meregulasi diri Refleksi diri
Koreksi diri
2.1.1.7 Kemampuan Mengevaluasi
Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan untuk menilai kredibilitas
suatu pernyataan atau argumen dan menilai bobot logika suatu kesimpulan
Facione (2011). Kemampuan mengevaluasi terdiri dari dua unsur, yaitu yang
pertama adalah menilai sah tidaknya klaim-klaim, seperti: (1) menilai faktor-
faktor yang relevan yang dapat digunakan untuk menguji kredibilitas sumber
informasi; (2) menilai apakah suatu prinsip dapat diterapkan untuk situasi tertentu;
(3) menilai apakah suatu klaim itu bisa dibenarkan atau tidak atas dasar
pengetahuan yang dimiliki; (4) menilai relevansi pertanyaan, prinsip, aturan, arah;
dan (5) menilai penerimaan kebenaran dari suatu pernyataan. Yang kedua adalah
menilai sah tidaknya argumen-argumen, seperti: (1) menilai kebenaran suatu
argumen yang diambil secara induktif atau deduktif; (2) menilai apakah suatu
kesimpulan ditarik dari premis-premis yang benar; (3) menemukan apakah
terhadap kekeliruan-kekeliruan dalam penalaran; (4) menilai bobot logis suatu
keberatan; (5) mengantisipasi keberatan-keberatan terhadap suatu argumen; (6)
menilai apakah suatu argumen didasarkan atas pemikiran hipotetis atau sebab-
akibat; (7) menilai apakah suatu argumen didasarkan atas asumsi yang benar; (8)
menilai relevansi suatu argumen untuk suatu permasalahan; dan (9) melihat
apakah informasi-informasi tambahan atau baru dapat memperkuat atau
memperlemah suatu argumen.
2.1.1.8 Kemampuan Menarik Kesimpulan
Kemampuan menarik kesimpulan adalah mengidentifikasi dan
memastikan elemen-elemen yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan yang
masuk akal, merumuskan dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan informasi
yang relevan dan memperkirakan konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari data,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 40
21
pernyataan, bukti, prinsip, penilaian, kepercayaan, pertanyaan, dan konsep
Facione (2011). Kemampuan menarik kesimpulan terdiri dari tiga unsur, yaitu
yang pertama adalah menguji bukti-bukti, seperti: (1) menilai premis-premis yang
memerlukan dukungan informasi tambahan dan (2) menguji informasi-informasi
yang relevan untuk membuat kesimpulan. Yang kedua adalah menerka alternatif-
alternatif, seperti: (1) merumuskan berbagai alternatif untuk memecahkan suatu
permasalahan, mengembangkan berbagai rencana berbeda untuk mencapai suatu
tujuan; (2) memproyeksikan berbagai konsekuensi yang mungkin dari keputusan,
teori, kepercayaan, kebijakan, atau posisi tertentu; dan (3) memperkirakan
kesulitan-kesulitan sekaligus keuntungan-keuntungan yang akan muncul kalau
skala prioritas tertentu digunakan. Yang ketiga adalah menarik kesimpulan,
seperti: (1) membuat eksperimen dan menerapkan teknik yang relevan untuk
menguji benar tidaknya suatu hipotesis; (2) menguji pandangan-pandangan yang
berbeda dan bertentangan, mengumpulkan data-data yang relevan, dan
merumuskan kesimpulan kita sendiri mengenai suatu permasalahan; (3)
menerapkan cara yang sesuai untuk menentukan posisi dan cara pandang yang
harus diambil terhadap suatu permasalahan; (4) menggunakan berbagai cara
berpikir yang mendukung penarikan kesimpulan (misalnya cara berpikir analogis,
aritmetis, dialektis, dan ilmiah); dan (5) menentukan kesimpulan-kesimpulan
mana yang paling kuat menjamin suatu bukti dan mana yang harus ditolak karena
tidak memadai.
2.1.1.9 Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran pada penelitian ini diambil dari Buku Siswa Kelas V
Kurikulum 2013 Revisi tahun 2017 Tema 2 yaitu “Udara Bersih bagi Kesehatan”
dengan subtema 1 “Cara Tubuh Mengolah Udara Bersih” pada kelas V SD.
Penelitian ini berdasarkan kompetensi dasar dalam subtema 1 pada kelas V, yaitu
3.2 menjelaskan organ pernapasan dan fungsinya pada hewan dan manusia, serta
cara memelihara kesehatan organ pernapasan manusia (Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2017: 2-12). Cakupan materi pada penelitian ini adalah sistem
pernapasan hewan pada vermes, insecta, pisces, amphibi, reptile, aves, dan
mamalia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 41
22
Seperti manusia, hewan juga bernapas untuk mengambil oksigen dan
membuang karbon dioksida. Sistem pernapasan pada hewan berbeda dari
manusia. Bahkan, sistem pernapasan pada hewan pun berbeda-beda sesuai
jenisnya. Berikut adalah sistem pernapasan pada beberapa hewan.
1. Alat dan Sistem Pernapasan pada Cacing Tanah (Vermes)
Cacing bernapas melalui permukaan kulit. Saat udara masuk melalui kulit,
oksigen diikat oleh darah. Pada darah cacing terkandung hemoglobin sehingga
mampu mengikat oksigen. Oksigen yang diikat oleh hemoglobin lalu diedarkan ke
seluruh tubuh.
2. Alat dan Sistem Pernapasan pada Serangga (Insecta)
Alat pernapasan serangga berupa trakea. Udara memasuki trakea melalui pori-
pori kecil di permukaan tubuh serangga yang disebut spirakel. Selanjutnya udara
beredar melalui pembuluh udara kecil. Sel-sel tubuh mengambil oksigen langsung
dari pembuluh udara kecil itu.
3. Alat dan Sistem Pernapasan pada Ikan (Pisces)
Ikan bernapas menggunakan insang. Pertama-tama tutup insang menutup.
Secara bersamaan mulut terbuka dan dinding mulut mengembang. Saat itulah air
terisap masuk. Kedua, rongga mulut menyempit dan mulut menutup. Secara
bersamaan tutup insang terbuka. Akibatnya air keluar dari mulut dan melewati
insang. Saat itulah oksigen dari dalam air terserap dan karbon dioksida
dikeluarkan.
4. Alat dan Sistem Pernapasan pada Katak (Amphibi)
Katak termasuk hewan amfibi, yaitu hewan yang hidup di darat dan di air.
Saat masih berupa kecebong, katak hidup di dalam air dan bernapas menggunakan
insang. Sedangkan katak dewasa bernapas menggunakan paru-paru dan
permukaan kulit. Selain dengan paru-paru, katak juga bernapas melalui kulit.
5. Alat dan Sistem Pernapasan pada Reptile
Reptile bernapas mengunakan paru-paru. Udara masuk melalui hidung, lalu ke
batang tenggorokan, lalu ke paru-paru.
6. Alat dan Sistem Pernapasan pada Burung (Aves)
Burung bernapas dengan sepasang paru-paru. Udara yang mengandung
oksigen masuk melalui lubang hidung pada pangkal paruh sebelah atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 42
23
Selanjutnya udara masuk ke pembuluh udara yang disebut trakea. Dari trakea,
udara sebagian masuk ke paru-paru dan sebagian lagi masuk ke kantong udara.
7. Alat dan Sistem Pernapasan pada Mamalia
Ada dua jenis mamalia, yaitu mamalia darat dan mamalia air. Alat pernapasan
mamalia darat terdiri atas hidung, pangkal tenggorok, batang tenggorok, dan paru-
paru. Pada mamalia air, hidungnya dilengkapi dengan katup. Saat mamalia
tersebut menyelam, katup akan menutup. Sebaliknya, saat mamalia tersebut
muncul ke permukaan air, katup terbuka.
2.1.2 Penelitian-penelitian Terdahulu yang Relevan
2.1.2.1 Penelitian Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Sukmayani, Parmiti, dan Wibawa (2015) melakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap
motivasi belajar dan hasil belajar IPS siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen semu dengan desain penelitian nonequivalent posttest only control
group design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD
Gugus IV Kecamatan Klungkung. Dalam penelitian sampel digunakan teknik
random sampling, didapatkan SDN 1 Semapura Klod, kelas IV B sebagai
kelompok kontrol dan kelas IV A sebagai kelompok eksperimen. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang dignifikan motivasi belajar dan
hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
konvensional (F = 73,425 dan Sig. = 0,000). Jadi dapat disimpulkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD membawa pengaruh yang positif terhadap
motivasi belajar dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD.
Sudiarpa, Renda, dan Rati (2015) melakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil
belajar IPA kelas IV SDN 3 Songan. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment
dengan desain posttest only control group design. Populasi pada penelitian ini
adalah siswa kelas IV SDN 3 Songan semester genap tahun pelajaran 2013/2014
yang berjumlah 79 siswa. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik random
sampling, didapatkan Kelas IV A sebagai kelompok kontrol dan kelas IV B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 43
24
sebagai kelompok eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
keseluruhan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen,
yaitu 13,69 lebih tinggi daripada rata-rata skor hasil belajar IPA siswa pada
kelompok kontrol, yaitu 11,73. Hasil uji-t pada taraf signifikansi 5% diperoleh
thitung = 2,1024, sementara ttabel = 1,9913. Dengan demikian thitung > ttabel, maka
terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.
Juraini, Taufik, dan Gunada (2016) melakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan metode eksperimen terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar
fisika pada siswa SMA Negeri 1 Labuapi tahun pelajaran 2015/2016. Jenis
penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain penelitian
untreated control group design with pretest and posttest. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah random sampling, didapatkan kelas X A dengan
jumlah 19 orang sebagai kelas kontrol dan siswa kelas X D dengan jumlah 20
orang sebagai kelas eksperimen. Hasil analisis uji hipotesis diperoleh nilai thitung >
ttabel, yaitu 2,63 > 2,03, sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif
diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terhadap hasil belajar
fisika siswa saat pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan.
2.1.2.2 Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis
Fitriani, Indrowati, dan Karyanto (2015) melakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh penerapan Accelerated Learning terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada pelajaran Biologi siswa kelas X SMA Negeri
Karangpandan Karanganyar. Penelitian ini termasuk quasi experimental dengan
desain penelitian posttest only with nonequivalent group design. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri Karangpandan tahun
pelajaran 2012/2013. Teknik pengambilan sampel dengan cluster sampling.
Sampel yang ditetapkan kelas X6 sebagai kelas eksperimen dan X5 sebagai kelas
kontrol. Hasil analisis uji tes menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel, yaitu 7.899 >
1.66691 dan Sig. < 0,05 yaitu 0,000 sehingga dapat diambil keputusan bahwa Hnull
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 44
25
ditolak, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara pembelajaran
accelerated learning dan pembelajaran ceramah bervariasi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa penerapan Accelerated Learning berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa.
Widura, Karyanto, dan Ariyanto (2015) melakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh model Guided Discovery Learning terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri 8 Surakarta. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen semu
(Quasi Experimental Research). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
MIA 2 dan siswa kelas X MIA 4 SMA Negeri 8 Surakarta semester genap tahun
pelajaran 2014/2015 yang masing masing berjumlah 26 siswa dan 24 siswa.
Berdasarkan hasil analisis statistik uji-t menunjukkan bahwa model pembelajaran
Guided Discovery Learning berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa. Penyataan tersebut didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa yang menunjukkan Hnull ditolak, karena
probabilitas signifikansinya 0,035 (<0,05). Hal ini berarti bahwa perolehan nilai
rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen
berbeda secara signifikan dimana nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis kelas
eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Nilai rata-rata kemampuan berpikir
kritis siswa lebih tinggi pada kelas eksperimen daripada kelas kontrol
membuktikan bahwa penerapaan model pembelajaran Guided Discovery Learning
berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
Usdalifat, Ramadhan, dan Suleman (2016) melakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap
kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses siswa pada mata pelajaran
IPA Biologi kelas VII SMP Negeri 19 Palu. Penelitian ini dirancang dengan
menggunakan eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas
VII SMP Negeri 19 Palu tahun ajaran 2015/2016. Teknik sampling yang
digunakan adalah teknik simple random sampling. Subjek penelitian terdiri dari 2
kelas yaitu kelas VII A menggunakan metode konvensional dengan jumlah siswa
28 orang atau sebagai kelas kontrol dan kelas VII B menggunakan model
pembelajaran Inkuiri atau sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 45
26
orang. Berdasarkan analisis data dengan Anova untuk hipotesis pertama yaitu
pengaruh model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel yaitu 31,003 > 4,02 dengan nilai
signifikan 0,000 < 0,05. Sedangkan dari analisis data dengan Anova untuk
pengaruh model pembelajaran inkuiri dengan ketrampilan proses siswa
menunjukkan bahwa nilai signifikansi Fhitung > dari Ftabel yaitu 22,666 > 4,02
dengan nilai signifikansi 0,001 < 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan proses siswa.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap minat belajar dan hasil
belajar siswa. Ada beberapa penelitian terdahulu yang juga meneliti tentang
peningkatan kemampuan berpikir kritis secara umum. Berdasarkan beberapa
penelitian terdahulu tersebut, peneliti dapat melihat bahwa belum banyak
penelitian terdahulu yang meneliti tentang peningkatan kemampuan berpikir kritis
menurut Facione, khususnya kemampuan mengevaluasi dan menarik kesimpulan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di tingkat
sekolah dasar. Oleh karena itu, peneliti mengadakan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh kemampuan mengevaluasi dan menarik kesimpulan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 46
27
2.1.2.3 Literature Map
Penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.5 Literature Map
Model Pembelajaran Koperatif
tipe Student Team
Achievement Division (STAD)
Kemampuan Berpikir Kritis
Sukmayani, Parmiti, &
Wibawa (2015)
STAD – Motivasi dan hasil
belajar
Sudiarpa, Renda, & Rati
(2015)
STAD – Hasil belajar
Fitriani, Indrowati, &
Karyanto (2015)
Accelerated Learning –
Kemampuan berpikir kritis
Widura, Karyanto, &
Ariyanto (2015)
Guided Discovery Learning –
Kemampuan berpikir kritis
Usdalifat, Ramadhan, &
Suleman (2016)
Model pembelajaran inkuiri –
kemampuan berpikir kritis
Juraini, Taufik, dan Gunada
(2016)
STAD – Hasil belajar
Yang akan diteliti:
Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD –
Kemampuan mengevaluasi
dan menarik kesimpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 47
28
2.2 Kerangka Berpikir
Berlandaskan beberapa teori yang mendukung yang telah dijelaskan
sebelumnya, yaitu yang pertama adalah teori perkembangan kognitif menurut
Piaget, dapat dikatakan bahwa siswa kelas V SD yang berusia 10-11 tahun berada
pada tahap operasional konkret. Pada tahap operasional konkret, siswa mulai
menunjukkan perilaku belajar secara lebih objektif dan mulai berpikir secara
rasional. Yang kedua adalah teori sosiokultural menurut Vygotsky terdapat dua
konsep penting dalam teori Vygotsky, yaitu Zone of Proximal Development
(ZPD) dan scaffolding. Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak
antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai
kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan
potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah
bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih
mampu. Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada peserta didik
selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan
memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin
besar setelah ia dapat melakukannya.
Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget dan teori sosiokultural
Vygotsky, penelitian ini menggunakan model pembelajaran Student Team
Achievement Division (STAD) yang memiliki ciri khas bekerja di dalam tim,
sehingga model pembelajaran STAD sangat membantu siswa dalam bekerja
dengan tim. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan enam
langkah, yaitu penyampaian tujuan dan motivasi, pembagian kelompok, presentasi
dari guru, kegiatan belajar dalam tim, kuis, dan penghargaan prestasi tim. Model
pembelajaran STAD memiliki beberapa manfaat, yaitu: (a) siswa bekerja sama
dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok; (b)
siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama; (c) siswa
aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan
kelompok; (d) interaksi antarsiswa seiring dengan peningkatan kemampuan
mereka dalam berpendapat; (e) meningkatkan kecakapan individu dan kelompok;
dan (f) tidak bersifat kompetitif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 48
29
Saat ini, berpikir kritis memiliki peranan yang cukup penting dalam
kehidupan sehari-hari. Terdapat enam dimensi kognitif dari kemampuan berpikir
kritis yang penting untuk dikuasai, yaitu kemampuan menginterpretasi,
menganalisis, mengevaluasi, menarik kesimpulan, mengeksplanasi, dan
meregulasi diri. Khususnya dalam penelitian ini adalah kemampuan mengevaluasi
dan menarik kesimpulan. Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan untuk
menilai kredibilitas suatu pernyataan dan menilai bobot logika suatu kesimpulan,
yang terdiri dari dua unsur, yaitu menilai sah tidaknya klaim-klaim dan menilai
sah tidaknya argumen-argumen. Sedangkan, kemampuan menarik kesimpulan
adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan memastikan elemen-elemen yang
dibutuhkan untuk menarik kesimpulan yang masuk akal, merumuskan dugaan dan
hipotesis, konsekuensi yang timbul dari data, pernyataan, bukti, prinsip, penilaian,
kepercayaan, pertanyaan, dan konsep, yang terdiri dari tiga unsur, yaitu menguji
bukti-bukti, menerka alternatif-alternatif, dan menarik kesimpulan.
Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) dengan materi sistem pernapasan pada hewan yang ada pada tema 2 yaitu
“Udara Bersih bagi Kesehatan” dengan subtema 1 “Cara Tubuh Mengolah Udara
Bersih” pada kelas V SD. Penelitian ini berdasarkan kompetensi dasar dalam
subtema 1 pada kelas V, yaitu 3.2 menjelaskan organ pernapasan dan fungsinya
pada hewan dan manusia, serta cara memelihara kesehatan organ pernapasan
manusia.
Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) sesuai dengan teori sosiokultural menurut Vygotsky yang
mengemukakan pendapatnya tentang Zone of Proximal Development (ZPD),
bahwa siswa akan dapat memecahkan masalah di bawah bimbingan orang dewasa
atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu. Selain itu,
pemilihan model pembelajaran ini juga disesuaikan dengan kondisi siswa yang
heterogen, baik dari jenis kelamin maupun prestasi akademik. Jika model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
diterapkan, model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap
kemampuan mengevaluasi dan menarik kesimpulan pada materi sistem
pernapasan pada hewan siswa kelas V SD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 49
30
2.3 Hipotesis Penelitian
2.3.1 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi siswa
kelas V SD.
2.3.2 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) berpengaruh terhadap kemampuan menarik kesimpulan
siswa kelas V SD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 50
31
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas metode penelitian yang digunakan peneliti. Metode
penelitian memuat jenis penelitian, setting penelitian, populasi dan sampel
penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengujian
instrumen, teknik analisis data, dan ancaman terhadap validitas internal.
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi
experimental design tipe pretest posttest nonequivalent group design. Quasi
experimental adalah penelitian eksperimental yang tidak memberikan kontrol
penuh terhadap variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen
(Johnson & Christensen, 2008: 319). Jenis penelitian ini merupakan jenis
penelitian eksperimental yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan. Peneliti
memilih jenis penelitian quasi experimental karena keterbatasan penelitian yang
tidak memungkinkan peneliti untuk memilih subjek penelitiannya secara random.
Peneliti menggunakan jenis penelitian quasi experimental design tipe pretest
posttest non-equivalent group design yang terdiri dari dua kelompok, yaitu
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol adalah kelompok
yang tidak menerima treatment, sedangkan kelompok eksperimen adalah
kelompok yang menerima treatment (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 66).
Penentuan kelompok tidak dilakukan secara acak, tetapi menggunakan kelas yang
sudah ada. Kedua kelompok diberikan pretest dan posttest. Pretest diberikan
untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran dan posttest
diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah pembelajaran.
Pengaruh perlakuan dihitung dengan menggunakan tiga langkah, yaitu 1)
pada kelompok eksperimen skor posttest dikurangi skor pretest, 2) pada kelompok
kontrol skor posttest dikurangi skor pretest, 3) skor 1 dikurangi skor 2. Dengan
mengadaptasi rumus dari Campbell dan Stanley (1963), pengaruh perlakuan
dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Cohen, Manion, & Morrison, 2007:
276-277).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 51
32
Gambar 3.1 Rumus Pengaruh Perlakuan
Jika hasil perhitungan bernilai lebih besar dari nol, maka ada perbedaan.
Apakah perbedaannya signifikan, dianalisis dengan program SPSS. Jika
perbedaannya signifikan maka ada pengaruh. Jika perbedaannya tidak signifikan
maka tidak ada pengaruh. Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai
berikut.
Gambar 3.2 Desain Penelitian
Keterangan:
O1 = rerata skor pretest kelompok eksperimen
O2 = rerata skor postest kelompok eksperimen
O3 = rerata skor pretest kelompok kontrol
O4 = rerata skor postest kelompok kontrol
X = treatment atau perlakuan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD
Garis putus-putus pada gambar desain penelitian menunjukkan cara
penentuan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak dilakukan secara
acak, tetapi dengan mengambil kelas yang sudah ada. Selain itu, garis putus-putus
berfungsi sebagai pemisah antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
yang disebut dengan pretest posttest nonequivalent group design (Cohen, Manion,
& Morrison, 2007: 283).
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SD swasta di Yogyakarta.
Sekolah ini memiliki akreditasi A. Saat ini terdapat 18 guru yang mengajar, 1
kepala sekolah dan 1 staff tata usaha, sedangkan jumlah siswa yang menempuh
(O2 – O1) – (O4 - O3)
Eksperimen O1 X O2
- - - - - - - - - - - - -
Kontrol O3 O4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 52
33
pendidikan di sekolah ini mencapai kurang lebih 317 siswa. Sekolah ini
menggunakan kurikulum 2013 dalam menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar. Sekolah ini memiliki fasilitas yang terbilang cukup memadai untuk
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan media-media
pembelajaran yang dapat membantu anak dalam memahami materi pelajaran
sudah cukup baik, karena beberapa guru hanya akan menggunakan media untuk
mengajarkan beberapa materi baru untuk dapat menarik minat siswa untuk belajar,
akan tetapi pada pertemuan selanjutnya guru berhenti menggunakan media
tersebut. Metode yang digunakan guru cenderung bersifat ceramah dan meminta
siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat di buku paket siswa
maupun soal yang dibuat oleh guru sendiri.
Pemilihan subjek penilitian ini didasarkan pada beberapa hal, yaitu
pertama berdasarkan hasil belajarnya terutama kemampuan mengevaluasi dan
menarik kesimpulan yang masih kurang terlihat dalam pembelajaran, sehingga
perlu ditingkatkan. Alasan kedua berdasarkan keberagaman siswa di kelas V SD
ini, karena penelitian ini menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Division (STAD) yang memiliki ciri khas kelompok
yang heterogen dimana anggota kelompoknya terdiri dari siswa yang beragam,
mulai dari jenis kelamin hingga kemampuan akademiknya. Selain itu,
keberagaman latar belakang ekonomi siswa juga menjadi alasan lainnya. Kondisi
ekonomi siswa kelas V SD ini berada pada tingkat menengah ke atas.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2018/2019.
Pengambilan data dilaksanakan sesuai dengan kalender pendidikan di SD, pada
bulan Juli hingga bulan Oktober. Pelaksanaan penelitian dilakukan kurang lebih
dalam rentang 2 minggu. Penelitian dilakukan dalam waktu yang singkat untuk
mengendalikan ancaman terhadap validitas internal penelitian, yaitu sejarah,
maturasi, dan mortalitas. Berikut ini adalah tabel jadwal pengambilan data yang
dilakukan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 53
34
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data
Kelompok Alokasi Waktu Hari, tanggal Kegiatan
Kontrol 2 x 35 menit Rabu, 19 September 2018 Mengerjakan pretest
2 x 35 menit Jumat, 21 September 2018 Pertemuan I
(Sistem pernapasan pada
hewan mamalia)
2 x 35 menit Sabtu, 22 September 2018 Pertemuan II
(Sistem pernapasan pada
hewan pisces)
2 x 35 menit Senin, 24 September 2018 Pertemuan III
(Sistem pernapasan pada
hewan insecta)
2 x 35 menit Selasa, 25 September 2018 Pertemuan IV
(Amphibi, reptil, dan
cacing)
2 x 35 menit Jumat, 28 September 2018 Mengerjakan Posttest I
2 x 35 menit Kamis, 4 Oktober 2018 Mengerjakan Posttest II
Eksperimen 2 x 35 menit Rabu, 19 September 2018 Mengerjakan pretest
2 x 35 menit Jumat, 21 September 2018 Pertemuan I
(Sistem pernapasan pada
hewan mamalia)
2 x 35 menit Sabtu, 22 September 2018 Pertemuan II
(Sistem pernapasan pada
hewan pisces)
2 x 35 menit Senin, 24 September 2018 Pertemuan III
(Sistem pernapasan pada
hewan insecta)
2 x 35 menit Selasa, 25 September 2018 Pertemuan IV
(Amphibi, reptil, dan
cacing)
2 x 35 menit Jumat, 28 September 2018 Mengerjakan Posttest I
2 x 35 menit Senin, 4 Oktober 2018 Mengerjakan Posttest II
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010: 173).
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 117). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di salah satu SD swasta di
Yogyakarta tahun ajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa sebanyak 46 siswa.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:
174). Sugiyono (2010: 118) menjelaskan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 54
35
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu. Pemilihan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan teknik nonprobability dengan tipe convenience sampling.
Convenience sampling adalah penggunaan sampel yang sudah tersedia bagi
penelitian. Peneliti tidak memilih sampel secara acak, tetapi menggunakan kelas
yang sudah ada. Sampel ditentukan melalui penarikan undian yang dilakukan oleh
guru mitra untuk menetapkan kelas mana yang menjadi kelas kontrol dan kelas
mana yang menjadi kelas kontrol. Guru mitra dalam penelitian ini adalah guru
kelas V A. Berdasarkan hasil pengundian, didapatkan hasil kelas V B sebagai
kelompok kontrol dengan jumlah 22 siswa dan kelas V A sebagai kelompok
eksperimen dengan jumlah 24 siswa.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peniliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 2). Hatch dan
Farhady (dalam Sugiyono, 2008: 3) menjelaskan bahwa variabel dapat
didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek, yang mempunyai “variasi”
antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain. Dalam
penelitian, variabel mempunyai tiga ciri, yaitu mempunyai variasi nilai,
membedaan satu objek dengan objek yang lain dalam satu populasi, dan dapat
diukur (Widoyoko, 2015: 2). Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu
variabel independen dan variabel dependen.
3.4.1 Variabel Independen
Variabel independen atau dapat disebut juga dengan variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2008: 4). Variabel ini disebut variabel
bebas karena adanya tidak tergantung pada adanya yang lain atau bebas dari ada
atau tidaknya variabel lain (Widoyoko, 2015: 4). Variabel bebas adalah variabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 55
36
yang mempengaruhi atau menjadi penyebab terjadinya perubahan pada variabel
lain (Widoyoko, 2015: 4). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD).
3.4.2 Variabel Dependen
Variabel dependen atau dapat disebut juga dengan variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
independen (Sugiyono, 2008: 4). Variabel ini disebut variabel terikat karena
kondisi atau variasinya dipengaruhi oleh variabel bebas (Widoyoko, 2015: 5).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah dua dimensi kognitif dari
kemampuan berpikir kritis menurut Facione, yaitu kemampuan mengevaluasi dan
menarik kesimpulan pada siswa kelas V dengan materi sistem pernapasan hewan.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.3 Variabel Penelitian
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik tes. Tes adalah cara (yang dapat digunakan) atau prosedur (yang perlu
ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penelitian di bidang pendidikan, yang
berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-
pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan)
oleh testee (Taniredja & Mustafidah, 2011: 49). Tes pada umumnya digunakan
untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa (Taniredja & Mustafidah, 2011:
50). Widoyoko (2015: 57) menjelaskan bahwa tes merupakan salah satu alat untuk
melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik
suatu objek. Bentuk tes yang dipilih peneliti dalam penelitian ini adalah tes essay.
Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Student
Team Achievement Division
(STAD)
Kemampuan Mengevaluasi
Kemampuan Menarik Kesimpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 56
37
Tes essay adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan atau suatu
suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif
panjang. Bentuk-bentuk pertanyaan atau suruhan yang meminta kepada subjek
penelitian untuk menjelaskan, membandingkan, menginterpretasikan dan mencari
perbedaan (Taniredja & Mustafidah, 2011: 50). Ciri khas tes essay adalah jawaban
terhadap soal tersebut tidak disediakan oleh penyusun soal, tetapi harus disusun
oleh peserta tes (Widoyoko, 2015: 83). Tes essay menuntut kemampuan peserta
tes untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, dan menghubungkan pengertian-
pengertian yang dimiliki (Widoyoko, 2015: 83). Secara singkat peserta tes harus
dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai
daya kreativitas yang tinggi.
Sebagai alat pengukur hasil belajar siswa, bentuk tes essay mempunyai
beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tes essay antara lain: 1) Dapat
digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks, seperti kemampuan
megaplikasikan prinsip, kemampuan menginterpretasikan hubungan, kemampuan
merumuskan kesimpulan yang sahih dan sebagainya; 2) Meningkatkan motivasi
peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk tes objektif; 3) Mudah disiapkan
dan disusun, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama bagi guru untuk
mempersiapkannya; 4) Tidak banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-
untungan karena tidak ada alternatif jawaban yang disiapkan; 5) Mendorong
responden untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk
kalimat yang bagus (Widoyoko, 2015: 86).
Kekurangan tes essay antara lain: 1) reliabilitas tes rendah; 2)
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengoreksi lembar jawaban dan tidak
dapat diwakilkan kepada orang lain; 3) jawaban peserta tes kadang-kadang
disertai dengan bualan (hal lain yang tidak berhubungan dengan hal yang
ditanyakan) (Widoyoko, 2015: 88). Kekurangan tes essay tersebut dapat
diminimalisir dengan beberapa tindakan, antara lain: 1) indikator dan bahan ajar
yang dipilih untuk diteskan hendaknya berupa bahan utama yang dapat mewakili
indikator dan bahan ajar lain yang tidak diteskan yang dapat mewakili kompetensi
dasar yang diukur capaiannya; 2) pertanyaan hendaknya yang menuntut jawaban
tertentu artinya suatu jawaban dapat dinilai lebih tepat daripada jawaban yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 57
38
lain; dan 3) sebelum dilakukan penilaian, hendaklah disusun terlebih dahulu
kriteria tertentu yang dijadikan pedoman (Nurgiyantoro, 2010: 120).
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran (Widoyoko,
2015: 51). Penelitian ini adalah penelitian kolaboratif atau penelitian payung.
Penelitian ini menggunakan instrumen tes, dalam bentuk tes essay. Peneliti
membuat instrumen penelitian dengan menggunakan enam soal essay untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis menurut Facione, yaitu menganalisis,
menginterpretasi, mengevaluasi, menarik kesimpulan, mengeksplanasi, dan
meregulasi diri. Peneliti hanya akan meneliti dua kemampuan saja, yaitu
mengevaluasi dan menarik kesimpulan. Soal essay ini berisikan daftar pertanyaan
untuk materi IPA kelas V tentang sistem pernapasan hewan.
Soal essay tersebut digunakan oleh tiga peneliti yang masing-masing
meneliti dua kemampuan. Pembagian instrumen soal di antaranya adalah nomor
1a, 1b, 1c, 2a, 2b, dan 2c digunakan untuk mengukur kemampuan menganalisis
dan menginterpretasi, nomor 3a, 3b, 3c, 4a, 4b, dan 4c digunakan untuk mengukur
kemampuan mengevaluasi dan menarik kesimpulan, dan nomor 5a, 5b, 5c, 6a, 6b,
dan 6c digunakan untuk mengukur kemampuan mengeksplanasi dan meregulasi
diri. Peneliti hanya menggunakan instrumen soal untuk mengukur kemampuan
mengevaluasi dan menarik kesimpulan. Instrumen yang sama digunakan pretest
dan posttest untuk mengendalikan ancaman terhadap validitas internal penelitian
berupa instrumentasi. Berikut ini matriks pengembangan instrumen yang
digunakan peneliti untuk mengukur kemampuan mengevaluasi dan menarik
kesimpulan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 58
39
Tabel 3.2 Matriks Pengembangan Instrumen
Variabel Indikator Implementasi No. Soal
Mengevaluasi
Menilai sah tidaknya klaim-klaim Menerka akibat dari hewan
yang berada di tempat yang
tidak sesuai dengan organ
pernapasannya
3a
Menilai sah tidaknya argumen-argumen Menilai sah tidaknya
fungsi organ pernapasan
hewan sesuai dengan
tempat hidupnya
3b
Menilai sah tidaknya argumen-argumen Menilai sah tidaknya
perilaku manusia terhadap
hewan
3c
Menarik
Kesimpulan
Menguji bukti-bukti Mengemukakan alternatif
tindakan yang dapat
dilakukan oleh manusia
terhadap hewan
4a
Menerka alternatif-alternatif Menerka akibat yang akan
terjadi pada hewan
terhadap tindakan manusia
4b
Menarik kesimpulan Menyimpulkan akibat dari
perlakuan terhadap hewan
4c
3.7 Teknik Pengujian Instrumen
Pengujian instrumen ini bertujuan untuk mendapatkan instrumen yang
valid dan reliabel. Pengujian instrumen yang dilakukan peneliti, meliputi uji
validitas dan uji reliabilitas.
3.7.1 Uji Validitas
Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data
yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh
peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian (Sugiyono,
2010: 363). Validitas instrumen yang berupa tes harus memenuhi construct
validity (validitas konstruksi) dan content validity (validitas isi) (Sugiyono, 2016:
123). Oleh karena itu, validitas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi face
validity (validitas permukaan), content validity (validitas isi), dan construct
validity (validitas konstruk).
3.7.1.1 Validitas Permukaan
Validitas permukaan adalah validitas yang menunjukkan apakah alat
pengukuran atau instrumen penelitian dari segi rupanya tampak mengukur yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 59
40
ingin diukur atau tidak. Validitas ini lebih mengacu pada bentuk dan penampilan
instrumen (Siregar, 2013: 46). Validitas permukaan pada penelitian ini akan
digunakan untuk memvalidasi instrumen soal dan perangkat pembelajaran.
Validasi permukaan dilakukan oleh tiga ahli, yaitu guru kelas V SD, guru bidang
Biologi yang mengampu kelas III SD, dan dosen mata kuliah Biologi. Hasil
validasi instrumen soal teruji kelayakan instrumen dengan kategori instrumen
penelitian sangat layak diimplementasikan. Soal nomor 3 mendapatkan skor rerata
4 dari validator 1 dan 2 dan mendapatkan skor rerata 3,3 dari validator 3.
Sedangkan soal nomor 4 mendapatkan skor rerata 4 dari validator 1 dan 2 dan
mendapatkan skor 3 dari validator 3. Rerata skor untuk semua variabel dari
validator 1 sebesar 3,94, validator 2 sebesar 4, dan validator 3 sebesar 3,33. Hal
tersebut berarti semua validator memberikan penilaian dalam kategori instrumen
penelitian sangat layak diimplementasikan (lihat Lampiran 3.4).
3.7.1.2 Validitas Isi
Validitas isi adalah soal yang diujikan mencakup materi yang dituju
(Cohen Manion, & Morrison, 2007: 1562). Validitas isi berkenaan dengan isi dan
format dari instrumen yang kita kembangkan memuat semua materi yang hendak
diukur (Sanjaya, 2013: 254). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi (content
validity) apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau
isi pelajaran yang diberikan (Arikunto, 2005: 67). Validitas isi dicapai dengan
meminta para ahli atau expert judgement untuk melakukan penilaian (Creswell,
2015: 327). Validitas isi dalam penelitian ini diperoleh dari pendapat tiga ahli,
yaitu guru kelas V SD, guru bidang Biologi yang mengampu kelas III SD, dan
dosen mata kuliah Biologi. Soal nomor 3 mendapatkan skor rerata 4 dari validator
1 dan 2 dan mendapatkan skor rerata 3,3 dari validator 3. Sedangkan soal nomor 4
mendapatkan skor rerata 4 dari validator 1 dan 2 dan mendapatkan skor 3 dari
validator 3. Rerata skor untuk semua variabel dari validator 1 sebesar 3,94,
validator 2 sebesar 4, dan validator 3 sebesar 3,33 (lihat Lampiran 3.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 60
41
3.7.1.3 Validitas Konstruk
Validitas konstruk berkaitan dengan apakah tes yang kita kembangkan
dapat mengukur sifat subjek. Validitas konstruk merupakan salah satu kriteria
untuk dipertimbangkan (Sanjaya, 2013: 255). Validitas konstruk dilakukan
melalui uji empiris. Uji empiris dilakukan pada minimal 30 responden agar
mendapatkan distribusi data normal (Field, 2009: 42). Peneliti melakukan
pengujian instrumen penelitian kepada 45 siswa kelas V di salah satu SD Negeri
di Yogyakarta semester genap untuk memperoleh data validitas konstruk. Peneliti
memilih SD ini sebagai SD untuk uji validitas konstruk karena beberapa alasan,
yaitu: 1) SD ini memiliki akreditasi A; 2) SD ini memiliki kelas paralel; dan 3)
SD ini menerapkan kurikulum 2013. Siswa mengerjakan soal pada hari Rabu, 6
Juni 2018 selama 2 x 35 menit.
Setelah dilakukan uji empiris, soal dihitung untuk mengetahui validitasnya
menggunakan rumus korelasi Pearson. Uji validitas konstruk menggunakan
program komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows. Tingkat kepercayaan
yang digunakan, yaitu 95% dengan uji dua ekor (2-tailed). Kriteria yang
digunakan, yaitu jika harga p < 0,05 atau jika rhitung > rtabel, maka item termasuk
valid, sedangkan jika harga p > 0,05 atau jika rhitung < rtabel, maka item termasuk
tidak valid (Field, 2009: 177-178). Berikut ini adalah hasil uji validitas instrumen
(lihat Lampiran 3.7.1).
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen
No Item Soal Variabel Aspek rtabel rhitung p Keterangan
3a
Mengevaluasi
Menilai sah
tidaknya klaim-
klaim
0,2940 0,564 0,00 Valid
3b Menilai sah
tidaknya klaim-
klaim
0,2940 0,549 0,00 Valid
3c Menilai sah
tidaknya
argumen-
argumen
0,2940 0,543 0,00 Valid
4a
Menarik
Kesimpulan
Menguji bukti-
bukti
0,2940 0,571 0,00 Valid
4b Menerka
alternatif-
alternatif
0,2940 0,549 0,00 Valid
4c Menarik
kesimpulan
0,2940 0,543 0,00 Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 61
42
Berdasarkan hasil uji validitas, penelitian ini menggunakan dua variabel,
yaitu variabel mengevaluasi dan menarik kesimpulan dengan harga p < 0,05, atau
jika harga r hitung > r tabel. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa semua item soal
tersebut dinyatakan valid karena harga p sebesar 0,00 (p < 0,05) dan harga rhitung
dari setiap item soal tersebut lebih besar dari rtabel.
3.7.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan
dengan masalah ketetapan hasil tes. Instrumen tes yang baik adalah instrumen
yang dapat dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan kenyataan
(Arikunto, 2005: 86). Penelitian ini menggunakan instrumen soal tes berbentuk
uraian dalam pengumpulan data. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan
menggunakan progran komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows. Nunnally
(dalam Ghozali, 2009: 46) menyatakan bahwa suatu konstruk termasuk reliabel
jika harga Alpha Cronbach > 0,60.
Pendapat ahli lain mengatakan bahwa suatu tes yang reliabel akan
menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil dalam satu atau berbagai pengukuran,
dengan kata lain skor-skor tersebut dari berbagai pengukuran tidak menunjukan
penyimpangan atau perbedaan yang berarti. Berikut ini merupakan hasil dari uji
reliabilitas instrumen penelitian (lihat Lampiran 3.8).
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Cronbach’s Alpha N Keputusan
Uji Reliabilitas Instrumen 0,931 18 Reliabel
Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Alpha Cronbach, item soal
yang dinyatakan valid memiliki nilai Alpha Cronbach sebesar 0,931. Nilai Alpha
Cronbach 0,931 > 0,60, artinya isntrumen tersebut dikatakan reliabel atau
konsisten dan layak digunakan dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 62
43
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk menghitung data agar dapat disajikan secara
sistematis dan memperoleh interpretasi data (Priyatno, 2012: 1). Analisis data
merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber lain
terkumpul. Data dianalisis menggunakan analisis nonparametrik yang
mempertimbangkan distribusi data untuk mengetahui apakah data terdistribusi
normal atau tidak (Priyatno, 2012: 11). Teknik analisis data pada penelitian ini
menggunakan program komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan
tingkat kepercayaan 95% dan uji 2 ekor (2-tailed).
3.8.1 Uji Pengaruh Perlakuan
Sebelum melakukan langkah-langkah analisis statistik untuk menguji
hipotesis penelitian, diperlukan langkah-langkah pengujian awal untuk
memastikan syarat-syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu guna menentukan
jenis-jenis uji statistik yang sesuai untuk pengujian selanjutnya. Untuk itu
dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas distribusi data, uji homogenitas varian,
dan uji perbedaan kemampuan awal.
3.8.1.1 Uji Asumsi
1. Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas distribusi data digunakan untuk menentukan jenis uji statistik
dalam analisis selanjutnya (Field, 2009: 144). Uji normalitas dihitung dengan
menggunakan program komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan
tingkat kepercayaan 95% dan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov
Test.
Jika distribusi data normal, maka teknik uji statistik selanjutnya menggunakan
statistik parametrik dengan Independent samples t-test untuk data tidak tidak
berpasangan (Field, 2009: 326). Jika distribusi data tidak normal, maka teknik uji
statistik selanjutnya menggunakan statistik nonparametrik dengan Man-Whitney
U-test untuk data tidak berpasangan (Field, 2009: 345). Berikut adalah hipotesis
statistik uji normalitas distribusi data yang digunakan.
Hnull : Tidak ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas
Hi : Ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 63
44
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui normalitas distribusi data adalah
sebagai berikut.
a. Jika harga p < 0,05, Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya distribusi data
tidak normal.
b. Jika harga p > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya distribusi data
normal.
2. Uji Homogenitas Varian
Uji homogenitas varian dilakukan untuk memastikan apakah skor rerata dua
kelompok yang dibandingkan memiliki varian yang homogen. Kondisi dikatakan
ideal jika variannya homogen. Uji homogenitas varian menggunakan Levene’s
test. Jika data berdistribusi normal maka data yang digunakan adalah data pada
baris pertama dari output SPSS pada Independent samples t-test dengan
keterangan equal variances assumed (Field, 2009: 340). Jika varian tida homogen
maka data yang digunakan adalah data pada baris kedua dengan keterangan equal
variances not assumed. Berikut adalah hipotesis statistiknya.
Hnull : Tidak ada perbedaan varian yang signifikan antara rerata (skor pretest
dan selisih skor pretest-posttest) kelompok kontrol dan eksperimen.
Hi : Ada perbedaan varian yang signifikan antara rerata (skor pretest dan
selisih skor pretest-posttest) kelompok kontrol dan eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui homogenitas varian adalah sebagai
berikut.
a. Jika harga p < 0,05, Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan
varian yang signifikan. Dengan kata lain varian kedua kelompok tidak
homogen.
b. Jika harga p > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada
perbedaan varian yang signifikan. Dengan kata lain varian kedua
kelompok homogen.
3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan dengan menganalisis hasil
pretest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji perbedaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 64
45
kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengevaluasi
dan menarik kesimpulan, sehingga kemampuan dua kelompok dapat
dibandingkan. Uji ini dilakukan dengan menghitung rerata skor pretest kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Uji perbedaan kemampuan awal menggunakan
statistik parametrik Independent samples t-test untuk data berdistribusi normal,
sedangkan statistik nonparametrik Mann-Whitney U test untuk data berdistribusi
tidak normal. Berikut ini adalah hipotesis statistik uji perbedaan kemampuan
awal.
Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest pada kelompok
kontrol dan eksperimen
Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest pada kelompok
kontrol dan eksperimen
Kriteria untuk mengambil keputusan adalah sebagai berikut (Priyatno, 2012:
24 & Santoso, 2015: 264).
a. Jika harga p < 0,05, Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan
yang signifikan antara skor pretest pada kedua kelompok. Dengan kata
lain kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang tidak sama.
b. Jika harga p > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada
perbedaan yang signifikan antara skor pretest pada kedua kelompok,
Dengan kata lain kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama.
Kondisi dikatakan ideal jika antara kelompok kontrol dan eksperimen
memiliki kemampuan awal yang sama, sehingga kedua kelompok dapat
disandingkan.
3.8.1.3 Uji Signifikasi Pengaruh Perlakuan
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division berpengaruh terhadap
kemampuan mengevaluasi dan kemampuan menarik kesimpulan siswa. Uji
signifikansi pengaruh perlakuan dapat diketahui dengan membandingkan selisih
rerata pretest-posttest I kelompok kontrol dengan selisih rerata pretest-posttest I
kelompok eksperimen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 65
46
Uji signifikansi pengaruh perlakuan dapat dihitung menggunakan rumus
(O2-O1) – (O4-O3) (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 276-277). Jika hasilnya
lebih dari nol, maka ada perbedaan. Jika perbedaannya signifikan, maka ada
pengaruh perlakuan. Uji signifikansi pengaruh perlakuan dihitung dengan cara
sebagai berikut (Field, 2009: 325): 1) Jika data berdistribusi normal, maka uji
signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan statistik parametrik Independent
sample t-test; 2) Jika data berdistribusi tidak normal, maka uji signifikansi
pengaruh perlakuan menggunakan statistik nonparametrik Mann Whitney U test
(Field, 2009: 345). Analisis data uji signifikansi menggunakan hipotesis statistik
sebagai berikut.
Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih rerata pretest –
posttest I kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara selisih rerata pretest – posttest I
kelompok kontrol dan rerata pretest – postest kelompok eksperimen.
Berikut ini adalah pengambilan keputusan untuk uji signifikansi pengaruh
perlakuan (Priyatno, 2012: 24)
a. Jika p > 0,05 Hnull diterima dan Hi ditolak. Hal ini berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan antara selisih rerata pretest–posttest I kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan demikian penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division tidak
berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi dan kemampuan menarik
kesimpulan.
b. Jika p < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan
yang signifikan antara selisih rerata pretest–posttest I kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen. Dengan demikian penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi dan kemampuan menarik
kesimpulan.
3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh (effect size) perlakuan bertujuan untuk mengetahui
apakah pengaruh suatu perlakuan secara statistik signifikan tidak dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 66
47
sendirinya menunjukkan apakah pengaruh tersebut substantif atau penting (Field,
2009: 56). Untuk itu diperlukan teknik pengujian untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh suatu perlakuan (effect size). Teknik yang banyak digunakan
adalah teknik koefisien korelasi Pearson (r) yang menggunakan skala 0 (tidak ada
efek) dan 1 (efek sempurna). Teknik pengukuran efek ini merupakan teknik yang
berguna karena memberikan ukuran yang objektif untuk memastikan besarnya
efek dari suatu perlakuan.
Berikut merupakan kriteria yang digunakan untuk mengetahui besar
pengaruh perlakuan (Cohen, dalam Field, 2009: 57).
r = 0,10 : efek kecil atau setara dengan 1%.
r = 0,30 : efek menengah atau setara dengan 9%.
r = 0,50 : efek besar atau setara dengan 25%.
Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai kriteria besar
pengaruh perlakuan (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 253).
Tabel 3.5 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan
r (effect size) Interpretasi
0,00 – 0,40 Efek tidak penting secara praktis, bisa jadi masih penting secara teoretis untuk
membuat prediksi
0,41 – 0,60 Efek cukup besar secara praktis dan teoretis
0,61 – 0,80 Efek sangat penting tetapi jarang diperoleh dalam penelitian pendidikan
0,81 – 1,00 Kemungkinan terjadi kesalahan perhitungan, jika tidak, efeknya sangat besar
Untuk teknik pengujian besar pengaruh perlakuan, jika distribusi data
normal, digunakan rumus korelasi Pearson (Field, 2009: 332).
Gambar 3.4 Rumus Besar Pengaruh Perlakuan Distribusi Data Normal
Keterangan:
r : korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh (effect size)
t : harga uji t (dari output SPSS Independent Samples t-test)
df : harga derajat kebebasan (degree of freedom)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 67
48
Jika distribusi data tidak normal, digunakan rumus korelasi Pearson
berikut (Field, 2009: 550).
Gambar 3.5 Rumus Besar Pengaruh Perlakuan Distribusi Data Tidak Normal
Keterangan:
r : korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh (effect size)
Z : skor Z (dari output SPSS Mann-Whitney U test)
N : jumlah seluruh responden dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
Untuk mengubah harga r menjadi persen, digunakan koefisien determinasi
(R2) dikalikan 100% (Field, 2009: 179).
Gambar 3.6 Rumus Persentase Pengaruh
3.8.2 Analisis Lebih Lanjut
3.8.2.1 Uji Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Uji persentase peningkatan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dari kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Berikut merupakan rumus yang digunakan.
Gambar 3.7 Rumus Persentase Peningkatan Pretest ke Posttest I
Untuk mengetahui apakah peningkatan tersebut signifikan, digunakan
paired samples t test jika data terdistribusi dengan normal atau Wilcoxon signed
rank test jika data terdistribusi tidak normal. Uji statistik menggunakan SPSS 22
for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% untuk uji dua ekor atau Sig. (2-
tailed). Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.
Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest dan
posttest I
Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest dan posttest I
Persentase pengaruh = R2 x 100%
Persentase peningkatan = (𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝐼 – 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡)
𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑥 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 68
49
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui peningkatan adalah sebagai
berikut.
a. Jika harga p < 0,05, Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya jika rerata
posttest I > pretest, terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest
ke posttest 1.
b. Jika harga p > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya jika rerata
posttest I > pretest, terdapat peningkatan skor yang tidak signifikan dari
pretest ke posttest I.
Untuk uji persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I, data
diambil dari skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Berikut adalah cara untuk mengetahui peresentase selisih skor pretest
- posttest I (gain score).
Gambar 3.8 Rumus Gain Score
Frekuensi gain score yang diambil kurang lebih 50% dari skor tertinggi
selisih pretest - posttest I kedua kelompok. Grafik poligon pada gain score
menunjukkan perbandingan yang tepat pada rerata antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 250-251).
3.8.2.2 Besar Efek Peningkatan
Uji statistik ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar efek
peningkatan dari pretest ke posttest I baik pada kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen. Rumus yang digunakan kurang lebih sama dengan rumus
korelasi Pearson pada bagian sebelumnya dengan sedikit modifikasi.
Jika distribusi data normal, digunakan rumus korelasi Pearson berikut
(Field, 2009: 332).
Gambar 3.9 Rumus Besar Efek Peningkatan Distribusi Data Normal
Gain score =𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 x 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 69
50
Keterangan:
r : korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh (effect
size)
t : harga uji t (dari output SPSS Paired Samples t test)
df : harga derajat kebebasan (degree of freedom) yaitu (n-1)
Jika distribusi data tidak normal, maka digunakan rumus korelasi Pearson
berikut ini (Field, 2009: 550).
Gambar 3.10 Rumus Besar Efek Peningkatan Distribusi Data Tidak Normal
Keterangan:
r : korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh (effect
size)
Z : skor Z (dari output SPSS Wilcoxon signed rank test)
N : 2 x jumlah responden dalam 1 kelompok yang sama
Untuk mengubah harga r menjadi persen, digunakan koefisien determinasi
(R2) dikalikan 100% (Field, 2009: 179).
Gambar 3.11 Rumus Persentase Besar Pengaruh
3.8.2.3 Uji Korelasi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Uji korelasi rerata pretest dan posttest I dilakukan untuk mengetahui
apakah ada bias regresi statisik (statistical regression) yang bisa mengancam
validitas internal penelitian (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). Regresi
statistik terjadi apabila korelasinya negatif dan signifikan. Ancaman terhadap
validitas internal penelitian berupa bias regresi statistik, yaitu kecenderungan
siswa dengan hasil pretest yang sangat tinggi (mencapai skor tertinggi dala skala
pengukuran) biasanya memperoleh skor pretest yang lebih rendah dan sebaliknya
hasil pretest yang sangat rendah (mencapai skor terendah dalam skala pengukuran
biasanya memperoleh skor posttest yang lebih tinggi. Skor yang rendah pada
pretest akan cenderung naik mendekati mean pada posttest dan skor yang tinggi
pada pretest akan cenderung turun mendekati mean. Jika perubahan yang terjadi
Persentase pengaruh = R2 x 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 70
51
pada posttest diklaim sebagai hasil treatment penelitian, kesimpulan tersebut bisa
diragukan persis karena efek regresi statistik ini. Hasilnya bisa diragukan karena
hasil pretest dan posttest belum tentu memiliki korelasi yang sempurna (Johnson
& Christensen, 2008: 263).
Pada kelompok kontrol, skor pretest dikorelasikan dengan skor posttest I
dan pada kelompok eksperimen dilakukan langkah yang sama menggunakan uji
statistik berikut: 1) jika data terdistribusi dengan normal digunakan rumus
Bivariate correlation coefficients, yaitu Pearson’s correlation coefficient (Field,
2009: 177), 2) jika data terdistribusi tidak normal digunakan rumus Bivariate
correlation coefficients, yaitu Spearman’s correlation coefficient (Field, 2009:
179). Korelasi positif berarti jika skor pretest tinggi, skor posttest juga tinggi dan
jika skor pretest rendah, skor posttest juga rendah. Korelasi negatif berarti jika
skor pretest tinggi, skor posttest akan rendah, dan jika skor pretest rendah, skor
posttest akan tinggi. Kondisi dikatakan ideal jika korelasinya positif. Korelasi
negatif merupakan ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa regresi
statistik. Signifikan berarti hasil korelasi tersebut bisa digeneralisasi pada
populasi. Berikut adalah hipotesis statistiknya.
Hnull : Tidak ada perbedaan hasil korelasi pretest-posttest I dengan harga p <
0,05 dan r bernilai negatif
Hi : Ada perbedaan hasil korelasi pretest-posttest I dengan harga p < 0,05 dan
r bernilai negatif
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut.
a. Jika hasilnya bukan p < 0,05 dan r bernilai negatif, maka Hnull ditolak,
artinya ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa regresi
statistik bisa dikendalikan dengan baik.
b. Jika hasilnya p < 0,05 dan r bernilai negatif, maka Hnull diterima, artinya
ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa regresi statistik tidak
bisa dikendalikan dengan baik.
3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Posttest I ke Posttest II
Uji retensi pengaruh perlakuan posttest I ke posttest II dilakukan untuk
melihat apakah masih ada pengaruh perlakuan beberapa waktu setelah posttest I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 71
52
dengan dilakukan posttest II. Posttest II dilakukan untuk memastikan yang lebih
akurat kekuatan pengaruh perlakuan (Krathwohl, 2004: 546). Teknik statistik
menggunakan SPSS 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% untuk uji
dua ekor atau Sig. (2-tailed) untuk kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol. Uji menggunakan statistik parametrik Paired Samples t-test untuk data
berdistribusi normal, sedangkan statistik non-parametrik Wilcoxon Signed-rank
test untuk data berdistribusi tidak normal (Field, 2009: 345). Berikut adalah
hipotesis statistiknya.
Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan dari posttest I ke posttest II pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
Hi : Ada perbedaan yang signifikan dari posttest I ke posttest II pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
Berikut adalah kriteria untuk mengambil keputusan (Field, 2009: 53 &
Santoso, 2015: 396).
a. Jika harga p < 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada
perbedaan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II pada kelompok
kontrol dan eksperimen atau dengan kata lain ada penurunan skor yang
signifikan dari posttest I ke posttest II.
b. Jika harga p > 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya tidak ada
perbedaan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II pada kelompok
kontrol dan eksperimen atau dengan kata lain tidak ada penurunan skor
yang signifikan dari posttest I ke posttest II.
Berikut adalah rumus perhitungan persentase penurunan skor posttest I ke
posttest II.
Gambar 3.12 Rumus Persentase Uji Retensi
3.8.2.5 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Pretest ke Possttest II
Uji retensi pengaruh perlakuan pretest ke posttest II dilakukan untuk
melihat apakah masih ada pengaruh perlakuan setelah pretest, treatment, dan
posttest I dengan dilakukan posttest II. Uji menggunakan statistik parametrik
Persentase peningkatan = (𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝐼𝐼 – 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝐼)
𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑥 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 72
53
Paired samples t-test untuk data terdistribusi normal, sedangkat statistik
nonparametrik Wilcoxon signed-rank test untuk data terdistribusi tidak normal
(Field, 2009: 345). Berikut adalah hipostesis statistiknya.
Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan dari pretest ke posttest II pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
Hi : Ada perbedaan yang signifikan dari pretest ke posttest II pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen
Berikut adalah kriteria untuk mengambil keputusan (Field, 2009: 53 &
Santoso, 2015: 396).
a. Jika harga p < 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada
perbedaan skor yang signifikan dari pretest ke posttest II pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen.
b. Jika harga p > 0,05, maka Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada
perbedaan skor yang signifikan dari pretest ke posttest II pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen.
3.9 Ancaman terhadap Validitas Internal Penelitian
Setelah dianalisis menggunakan statistik dan memperoleh kesimpulan,
langkah selanjutnya adalah memastikan pengaruh yang terjadi pada variabel
dependen hanya disebabkan oleh variabel independen dan bukan karena pengaruh
dari variabel lain di luar variabel independen itu sendiri.
Ancaman-ancaman terhadap validitas penelitian sudah diidentifikasi oleh
Campbell dan Stanley (1963), Bacht dan Glass (1968), dan Lewis-Beck (1993).
Ancaman terjadi lebih besar pada penelitian kuasi eksperimental dibandingkan
eksperimental murni karena dalam eksperimental murni, seleksi sampel dilakukan
secara random dan lebih terkontrol. Berikut ini jenis-jenis ancaman terhadap
validitas internal penelitian dan cara pengendaliannya.
1. Sejarah (history)
Setiap kejadian atau perlakuan yang terjadi di antara pretest dan posttest pada
kelompok yang diteliti dapat mempengaruhi hasil posttest pada variabel dependen
(Johnson & Christensen, 2008: 260, Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 155).
Pengaruh sejarah bisa terjadi terhadap salah satu kelmpok yang diteliti, terutama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 73
54
jika penelitian dilakukan dalam jangka waktu yang lama, misalnya dalam
beberapa bulan atau tahun. Perubahan atau peningkatan hasil hasil pada salah satu
kelompok tersebut bisa jadi disebabkan bukan melulu karena treatment penelitian
tetapi oleh faktor lain di luar treatment. Dengan demikian, perubahan tidak bisa
diklaim murni sebagai pengaruh treatment penelitian. Hal ini biasa terjadi di sela
treatment misalnya ada kegiatan workshop, ekstrakurikuler, atau acara TV di
mana materinya sama dengan yang digunakan sebagai treatment penelitian. Maka
untuk mengendalikan ancaman validitas internal berupa sejarah, melaksanakan
penelitian dalam jangka waktu yang singkat yaitu kurang lebih 2 minggu. Serta
koordinasi dengan sekolah mitra berkaitan dengan event sekolah. Jika kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen sama-sama mengikuti acara tersebut,
pengaruhnya terhadap hasil posttest akan seimbang sehingga tingkat ancaman
terhadap validitas internal penelitiannya rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012:
283).
2. Difusi treatment atau kontaminasi (diffusion of treatment or contamination)
Ancaman ini terjadi ketika kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat
berkomunikasi tanpa sepengetahuan peneliti dan sama-sama mempelajari materi
dengan treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen (Creswell, 2015:
597). Maka untuk mengendalikan terhadap ancaman validitas internal berupa
difusi treatment atau kontaminasi, yaitu: 1) memberikan pengertian usai setiap
pembelajaran kepada kedua kelompok agar tidak saling memperlajari treatment
setiap kelompok dan 2) kedua kelompok dipisahkan dan berjanji untuk tidak
saling mempelajari treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen
(Neuman, 2013: 130). Jika diabaikan, ancaman terhadap validitas internal
penelitian rendah sampai menengah.
3. Perilaku kompensatoris
Ancaman ini terjadi ketika perlakuan yang diberikan di kelompok eksperimen
diketahui oleh kelompok kontrol. Keuntungan yang diperoleh oleh kelompok
eksperimen dirasa jauh lebih banyak dibanding kelompok kontrol. Dampaknya
kelompok kontrol bisa jadi berusaha menandingi kelompok eksperimen dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 74
55
belajar ekstra keras atau mengalami demoralisasi sehingga marah dan tidak
kooperatif (Neuman, 2013: 330). Maka untuk mengendalikan ancaman perilaku
kompensatoris, yaitu kelompok kontrol diberi pengertian bahwa sesudah
penelitian mereka juga akan mendapatkan treatment yang sama. Jika diabaikan,
tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian: rendah sampai menengah
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283).
4. Maturasi (maturation)
Setiap perubahan biologis atau psikologis yang terjadi sepanjang waktu
penelitian bisa berpengaruh terhadap posttest pada variabel dependen (Johnson &
Christensen, 2008: 261). Contoh dari kasus tersebut seperti perubahan yang terjadi
karena kebosanan, rasa lapar, rasa haus, kelelahan, atau tambahan pengalaman
belajar di luar penelitian. Ancaman akan semakin berbahaya, jika penelitian
dilakukan dalam jangka waktu yang lama atau dalam beberapa tahun. Maka untuk
mengendalikan terhadap ancaman validitas internal berupa maturasi yaitu
melaksanakan penelitian dalam rentang waktu singkat kurang lebih 2 minggu.
Krathwohl (2004: 547) menyarankan pada penelitian jenis eksperimental
dilakukan dalam waktu yang relatif singkat untuk menghindari ancaman terhadap
validitas internal penelitian akibat history, mortality, selection, dan maturation.
Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian rendah
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283).
5. Regresi Statistik (statistical regression)
Regresi statistik adalah kecenderungan responden memperoleh skor pretest
tinggi biasanya memperoleh skor posttest yang lebih rendah, jika skor pretest
rendah biasanya memperoleh skor posttest yang lebih tinggi. Ancaman ini akan
lebih besar terjadi jika ada siswa berkebutuhan khusus yaitu, slow learner dan
talented. Pada pretest kelompok slow learner akan mendapat skor yang sangat
rendah. Sesudah treatment, mereka akan mendapatkan skor yang lebih tinggi.
Sementara yang talented biasanya langsung mendapat skor yang sangat tinggi
pada pretest, tetapi akan mendapat skor yang lebih rendah pada posttest. Jika
perubahan yang terjadi pada posttest dijadikan sebagai hasil treatment maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 75
56
kesimpulan tersebut bisa diragukan karena efek regresi statistik. Hasilnya bisa
diragukan karena hasil pretest dan posttest belum tentu memiliki korelasi yang
sempurna (Johnson & Christensen, 2008: 263). Maka untuk mengantisipasi, perlu
kecermatan dalam mengamati responden dengan skor pretest yang sangat tinggi
atau sangat rendah dan membandingkannya dengan hasil posttest . Jika diabaikan,
ancaman terhadap validitas internal penelitian rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun,
2012: 283).
6. Mortalitas (mortality)
Mortalitas adalah perbedaan jumlah partisipan pada waktu pretest dan posttest
akibat mengundurkan diri dalam penelitian sehingga tidak ikut posttest dapat
berpengaruh terhadap validitas penelitian. Ancaman akan semakin berbahaya, jika
penelitian dilakukan dalam jangka waktu yang lama dalam beberapa bulan hingga
tahun. Hasil posttest dari responden yang tersisa bisa berbeda jika dikerjakan oleh
seluruh responden yang sama pada saat pretest. Maka solusinya adalah
menggunakan skor rerata untuk siswa yang tidak berangkat. Jika diabaikan,
tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian menengah (Fraenkel,
Wallen, & Hyun, 2012: 282).
7. Pengujian (testing)
Pretest pada awal penelitian bisa mempengaruhi hasil posttest sehingga hasil
posttest menjadi lebih tinggi dari jika tanpa ada pretest (Cohen, Manion, &
Morrison, 2007: 156). Dengan mengerjakan pretest, kelompok yang diteliti akan
tahu apa yang ditargetkan dan sudah memiliki pengalaman awal, sehingga jika
akan dilakukan posttest akan lebih fokus. Sesudah mengerjakan pretest, siswa bisa
saja menyadari kesalahan-kesalahan terdahulu dan mengantisipasi untuk
mengerjakan posttest lebih baik lagi. Jika demikian, skor posttest yang lebih
tinggi belum tentu sepenuhnya disebabkan oleh treatment penelitian. Jika
penelitian hanya dilakukan terhadap satu kelompok eksperimen saja, ancaman
terhadap validitas internal akan lebih tinggi (Johnson & Christensen, 2008: 262).
Maka solusi untuk mengurangi ancaman validitas internal tersebut adalah dengan
menggunakan kelompok kontrol yang sama-sama mengerjakan pretest. Jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 76
57
diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian: rendah
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283).
8. Instrumentasi (instrumentation)
Setiap perubahan atau perbedaan instrumen pretest dan posttest yang
digunakan untuk mengukur variabel dependen akan meningkatkan ancaman
terhadap validitas internal penelitian (Johnson & Christensen, 2008: 262).
Instrumen yang tidak valid dan tidak reliabel menjadi ancaman serius terhadap
hasil penelitian. Berikut adalah kategori ancaman validitas internal instrumentasi
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283).
a. Instrumen yang digunakan untuk mengukur mengalami kerusakan.
Solusinya yaitu dilakukan pemeriksaan instrumen sehingga kondisi
instrumen saat posttest sama dengan saat pretest. Jika diabaikan, tingkat
ancaman terhadap validitas internal penelitian rendah.
b. Karakteristik alat pengumpul data yang digunakan berbeda antara
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen atau untuk pretest dan
posttest. Solusinya karakteristik alat pengumpul data yang digunakan
harus sama untuk kedua kelompok dan untuk pretest dan posttest. Jika
diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian
menengah.
c. Bias alat pengumpul data dapat terjadi terutama jika menggunakan teknik
observasi. Observer dapat memiliki pandangan yang berbeda atau bias
ketika mengamati kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Tingkat
kelelahan dapat saat observasi bisa berpengaruh juga. Solusinya yaitu
melakukan pelatihan terhadap observer atau tidak diberi tahu mana
kelompok kontrol dan mana kelompok eksperimen sehingga lebih objektif.
Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian
tinggi.
9. Lokasi (location)
Ancaman validasi internal berupa lokasi dapat terjadi bila lokasi dilakukan
pretest, posttest, dan treatment di tempat yang berbeda (Fraenkel, Wallen, &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 77
58
Hyun, 2012: 282). Seperti ukuran ruang, kenyamanan ruang, kebisingan ruang,
dan sebagainya. Maka solusinya adalah menggunakan lokasi yang sama, hanya
saja kelas yang digunakan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
berbeda ruangan. Meskipun demikian, sarana dan prasarana kelas kurang lebih
sama. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian
menengah sampai tinggi (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282).
10. Karakteristik subjek (subject characteristics)
Karakteristik subjek yang berbeda antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen menjadi ancaman besar bagi validitas internal penelitian. Ancaman
validitas internal seperti kemampuan awal yang berbeda pada kedua kelompok
akan mempengaruhi hasil posttest. Maka solusinya, yaitu penentuan sampel
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan dengan pengundian.
Pengundian disaksikan oleh peneliti dan kedua guru dari kedua kelas. Untuk
mengetahui tingkat kemampuan awal kedua kelompok apakah sama atau tidak
dilakukan pretest. Jika hasil pretest kedua kelompok memiliki kemampuan awal
yang tidak berbeda, bias yang mungkin terjadi dianggap tidak ada (Neuman, 2013:
238). Jika diabaikan, ancaman terhadap validitas internal penelitian tinggi.
11. Impelementasi (implementation)
Perbedaan guru yang mengajar pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen bisa berpengaruh pada skor posttest karena berbedanya gaya mengajar
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 284). Maka solusinya adalah menggunakan
guru yang sama ketika menerapkan pembelajaran di kedua kelompok. Sebelum
penelitian, peneliti sudah memilih salah satu guru dari kedua kelas yang cocok
dan berkenan menjadi guru mitra. Pemilihan guru mitra telah disetujui oleh wali
kelas baik dari kelas VA dan VB. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap
validitas internal penelitian tinggi (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 284).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 78
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil penelitian dan hasil analisis data. Hasil penelitian ini
berisikan implementasi penelitian yang meliputi deskripsi populasi dan deskripsi
implementasi pembelajaran. Hasil analisis data berikut uji hipotesis penelitian I
dan uji hipotesis penelitian II yang meliputi pengaruh perlakuan dan analisis lebih
lanjut. Pada pembahasan diuraikan mengenai pengaruh perlakuan dan dampaknya.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Implementasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua kelas, yaitu kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Teknik pengambilan sampel menggunakan desain
nonprobability sampling tipe convenience sampling. Teknik tersebut biasa
digunakan untuk penelitian di bidang pendidikan yaitu menggunakan kelas yang
sudah ada karena keterbatasan peneliti untuk memilih secara acak (Best & Kahn,
2006: 18-19). Penentuan kelompok dilakukan dengan cara diundi yang disaksikan
oleh guru mitra dan wali kelas VB. Berdasarkan hasil pengundian, kelas VB
ditetapkan sebagai kelompok kontrol dan kelas VA ditetapkan sebagai kelompok
eksperimen. Selanjutnya akan dideskripsikan populasi penelitian dan
pembelajaran pada kedua kelompok.
4.1.1.1 Deskripsi Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD. Populasi terdiri
dari 46 siswa. Sampel penelitian ini adalah kelas VA dan VB. Kelas VB sebagai
kelompok kontrol sedangkan kelas VA sebagai kelompok eksperimen.
Sampel pertama adalah kelas VB sebagai kelompok kontrol. Jumlah siswa
kelas VB adalah 22 siswa yang terdiri dari 13 laki-laki dan 9 perempuan. Siswa
kelompok kontrol berasal dari berbagai latar belakang, sebagian besar berasal dari
ekonomi menengah hingga menengah atas. Data menunjukkan pekerjaan orang
tua siswa antara lain, pedagang, satpam, karyawan swasta, dan PNS. Ketika
dilakukan treatment, pretest, dan posttest semua siswa hadir di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 79
60
Sampel kedua adalah kelas VA sebagai kelompok eksperimen. Jumlah
siswa kelas VA adalah 24 siswa yang terdiri dari 12 laki-laki dan 12 perempuan.
Siswa kelompok eksperimen berasal dari berbagai latar belakang, sebagian besar
berasal dari ekonomi menengah hingga menengah atas. Data menunjukkan
pekerjaan orang tua siswa antara lain, pedagang, perawat, karyawan swasta, dan
PNS. Ketika pretest, treatment, dan posttest semua siswa hadir di kelas.
4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran
Penelitian diawali dengan pretest pada kelompok kontrol dan eksperimen.
Pretest bertujuan untuk melihat kemampuan awal siswa pada kedua kelompok.
Pretest dilaksanakan pada Rabu, 19 September 2018. Siswa mengerjakan 18 butir
soal uraian selama 2 jam pelajaran atau 2 x 35 menit dengan pendampingan guru
mitra. Siswa diberikan instruksi oleh guru tentang cara pengerjaan soal. Siswa
juga diberi kesempatan untuk bertanya mengenai soal yang kurang dipahami.
Pembelajaran di kelompok kontrol menggunakan metode ceramah,
sedangkan kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Division (STAD). Lama waktu pembelajaran di
kedua kelompok adalah 2 x 35 menit. Pembelajaran dilakukan sebanyak 4 kali
pertemuan di setiap kelompok. Guru yang mendampingi siswa selama pretest,
treatment, posttest I, dan posttest II adalah guru yang sama. Penggunaan guru
yang sama bertujuan untuk mengendalikan ancaman validitas internal yaitu
implementasi (implementation). Perbedaan guru yang mengajar pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen dapat berpengaruh terhadap skor posttest
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). Guru yang berbeda juga akan memiliki
gaya mengajar yang berbeda pula. Peneliti berperan sebagai observer,
mendokumentasikan kegiatan, dan menyiapkan alat dan bahan sebelum treatment.
Berikut deskripsi implementasi pembelajaran pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen.
1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol
Pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan metode ceramah.
Pembelajaran ini terdiri dari kegiatan awal kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 80
61
Kegiatan awal berisi apersepsi, motivasi, dan orientasi. Kegiatan inti dilakukan
dengan cara guru menjelaskan materi secara lisan, sedangkan siswa
memperhatikan penjelasan guru. Kegiatan akhir berisi penyimpulan materi,
pengerjaan soal evaluasi dan refleksi. Waktu yang dibutuhkan dalam
melaksanakan pembelajaran pada setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit dengan
materi pokok yang dipelajari adalah sistem pernapasan hewan. Pembelajaran
dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan dengan materi yang berbeda di setiap
pertemuan.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada Jumat, 21 September 2018, pukul 08.50
– 10.20 WIB dengan materi sistem pernapasan hewan mamalia. Pada kegiatan
awal, pembelajaran diawali dengan melakukan tepuk semangat sebagai motivasi,
dilanjutkan dengan apersepsi berupa melakukan tanya jawab mengenai hewan-
hewan mamalia, dan orientasi berupa penyampaian tujuan dan kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru. Pada kegiatan inti, guru
menjelaskan materi dengan bantuan tayangan power point. Selama guru
menjelaskan materi, siswa mendengarkan dan mencatat hal yang penting. Pada
kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari,
dilanjutkan dengan siswa mengerjakan soal evaluasi, dan refleksi yang dilakukan
secara lisan.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada Sabtu, 22 September 2018, pukul 08.50 –
10.20 WIB dengan materi sistem pernapasan hewan pisces. Pada kegiatan awal,
pembelajaran diawali dengan menyanyikan lagu “Kalau Kau Suka Hati” sebagai
motivasi, dilanjutkan dengan apersepsi berupa melakukan tanya jawab mengenai
hewan-hewan pisces, dan orientasi berupa penyampaian tujuan dan kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru. Pada kegiatan inti, guru
menjelaskan materi dengan bantuan tayangan power point. Selama guru
menjelaskan materi, siswa mendengarkan dan mencatat hal yang penting. Pada
kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari,
dilanjutkan dengan siswa mengerjakan soal evaluasi, dan refleksi yang dilakukan
secara lisan.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada Senin, 24 September 2018, pukul 11.50 –
13.00 WIB dengan materi sistem pernapasan hewan insecta. Pada kegiatan awal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 81
62
pembelajaran diawali dengan melakukan tepuk semangat sebagai motivasi,
dilanjutkan dengan apersepsi berupa melakukan tanya jawab mengenai hewan-
hewan insecta, dan orientasi berupa penyampaian tujuan dan kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru. Pada kegiatan inti, guru
menjelaskan materi dengan bantuan tayangan power point. Selama guru
menjelaskan materi, siswa mendengarkan dan mencatat hal yang penting. Pada
kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari,
dilanjutkan dengan siswa mengerjakan soal evaluasi, dan refleksi yang dilakukan
secara lisan.
Pertemuan keempat dilaksanakan pada Selasa, 25 September 2018, pukul
10.20 – 11.30 WIB dengan materi sistem pernapasan hewan amphibi, reptil, dan
cacing. Pada kegiatan awal, pembelajaran diawali dengan menyanyikan lagu
“Kalau Kau Suka Hati” sebagai motivasi, dilanjutkan dengan apersepsi berupa
melakukan tanya jawab mengenai hewan-hewan amphibi, reptil, dan cacing, dan
orientasi berupa penyampaian tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan oleh guru. Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi dengan bantuan
tayangan power point. Selama guru menjelaskan materi, siswa mendengarkan dan
mencatat hal yang penting. Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa
menyimpulkan materi yang telah dipelajari, dilanjutkan dengan siswa
mengerjakan soal evaluasi, dan refleksi yang dilakukan secara lisan.
Pada Jumat, 28 September 2018 pukul 08.50 – 09.50, kelompok kontrol
mengerjakan soal posttest I untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah
menerima pembelajaran dengan metode ceramah. Sekitar enam hari setelah
posstest I, yaitu hari Kamis, 4 Oktober 2018 pukul 11.50 – 13.00, siswa
mengerjakan soal posttest II. Posttest II bertujuan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa setelah beberapa hari belajar menggunakan metode ceramah.
Soal yang dikerjakan pada posttest I dan posttest II adalah soal yang sama seperti
pretest yang telah dikerjakan oleh siswa sebelumnya. Soal nomor 3 digunakan
untuk meneliti variabel mengevaluasi yang terdiri dari 3 sub soal, yaitu nomor 1a,
1b, dan 1c. soal nomor 4 digunakan untuk meneliti variabel menarik kesimpulan
yang terdiri dari sub soal, yaitu nomor 4a, 4b, dan 4c.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 82
63
Penggunaan soal yang sama bertujuan untuk mengendalikan ancaman
validitas internal, yaitu instrumen. Jika suatu penelitian menggunakan instrumen
yang berbeda baik pada pretest dan posttest untuk mengukur variabel dependen
akan meningkatkan ancaman validitas internal penelitian (Johnson & Christensen,
2008: 262).
2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen
Pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Pembelajaran ini
meliputi kegatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal terdapat
langkah pertama model pembelajaran STAD, yaitu menyampaikan tujuan dan
motivasi yang berisi motivasi, apersepsi, dan orientasi. Pada kegiatan inti terdapat
5 langkah selanjutnya dari model pembelajaran STAD, yaitu pembagian
kelompok, presentasi dari guru, kegiatan belajar dalam tim, kuis, dan penghargaan
prestasi tim. Kegiatan akhir berisi penyimpulan materi dan refleksi. Waktu yang
dibutuhkan dalam melaksanakan pembelajaran pada setiap pertemuan adalah 2 x
35 menit dengan materi pokok yang dipelajari adalah sistem pernapasan hewan.
Pembelajaran dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan dengan materi yang
berbeda di setiap pertemuan. Guru yang mengajar di kelompok eksperimen sama
dengan guru di kelompok kontrol. Sebelum pembelajaran, guru membagi kelas
menjadi 4 kelompok yang beranggotakan 6 siswa yang heterogen jenis kelamin
dan prestasinya.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada Jumat, 21 September 2018, pukul 07.40
- 08.50 WIB dengan materi sistem pernapasan hewan mamalia. Pada kegiatan
awal, pembelajaran diawali dengan melakukan permainan “berhitung vs
bernapas” sebagai motivasi, dilanjutkan dengan apersepsi berupa tanya jawab
guru dengan siswa terkait dengan permainan yang dilakukan, dan orientasi berupa
penyampaian tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru.
Pada kegiatan inti, guru menyampaikan daftar nama kelompok dan meminta siswa
berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Kegiatan selanjutnya
adalah guru menjelaskan materi dengan bantuan tayangan power point, video, dan
juga media berupa memasangkan nama organ sesuai dengan gambar organ hewan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 83
64
yang dicoba langsung oleh siswa. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi kelompok
untuk mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan pembahasan LKS yang
dipimpin oleh guru. Kemudian para siswa mengerjakan kuis berjumlah 20 butir
soal yang dikerjakan secara individu, dilanjutkan dengan siswa yang saling
mengoreksi jawaban teman dalam satu kelompok. Lalu para siswa kembali
mengerjakan kuis berjumlah 15 soal. Soal tersebut diambil dari Kuis I.
Selanjutnya, para siswa menukarkan lembar jawabnya dengan teman yang
berbeda kelompok dan saling mengoreksi. Setelah itu, guru membagikan hasil
kuis setiap siswa dan membantu siswa menghitung total skor setiap siswa dalam
kelompok. Kelompok yang memiliki skor tertinggi mendapatkan penghargaan
dari guru berupa stiker yang ditempelkan pada papan penghargaan. Pada kegiatan
akhir, guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari, dilanjutkan
dengan refleksi yang dilakukan secara lisan.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada Sabtu, 22 September 2018, pukul 07.40 –
08.50 WIB dengan materi sistem pernapasan hewan pisces. Pada kegiatan awal,
pembelajaran diawali dengan melakukan permainan “tebak kata” sebagai
motivasi, dilanjutkan dengan apersepsi berupa tanya jawab guru dengan siswa
terkait dengan permainan yang dilakukan, dan orientasi berupa penyampaian
tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru. Pada kegiatan
inti, guru membacakan ulang daftar nama kelompok dan meminta siswa
berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Kegiatan selanjutnya
adalah guru menjelaskan materi dengan bantuan tayangan power point, video, dan
juga media berupa memasangkan nama organ sesuai dengan gambar organ hewan
yang dicoba langsung oleh siswa. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi kelompok
untuk mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan pembahasan LKS yang
dipimpin oleh guru. Kemudian para siswa mengerjakan kuis berjumlah 20 butir
soal yang dikerjakan secara individu, dilanjutkan dengan siswa yang saling
mengoreksi jawaban teman dalam satu kelompok. Lalu para siswa kembali
mengerjakan kuis berjumlah 15 soal. Soal tersebut diambil dari Kuis I.
Selanjutnya, para siswa menukarkan lembar jawabnya dengan teman yang
berbeda kelompok dan saling mengoreksi. Setelah itu, guru membagikan hasil
kuis setiap siswa dan membantu siswa menghitung total skor setiap siswa dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 84
65
kelompok. Kelompok yang memiliki skor tertinggi mendapatkan penghargaan
dari guru berupa stiker yang ditempelkan pada papan penghargaan. Pada kegiatan
akhir, guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari, dilanjutkan
dengan refleksi yang dilakukan secara lisan.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada Senin, 24 September 2018, pukul 09.50 –
10.55 WIB dengan materi sistem pernapasan hewan insecta. Pada kegiatan awal,
pembelajaran diawali dengan melakukan permainan “tebak kata” sebagai
motivasi, dilanjutkan dengan apersepsi berupa tanya jawab guru dengan siswa
terkait dengan permainan yang dilakukan, dan orientasi berupa penyampaian
tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru. Pada kegiatan
inti, guru membacakan ulang daftar nama kelompok dan meminta siswa
berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Kegiatan selanjutnya
adalah guru menjelaskan materi dengan bantuan tayangan power point, video, dan
juga media berupa memasangkan nama organ sesuai dengan gambar organ hewan
yang dicoba langsung oleh siswa. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi kelompok
untuk mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan pembahasan LKS yang
dipimpin oleh guru. Kemudian para siswa mengerjakan kuis berjumlah 20 butir
soal yang dikerjakan secara individu, dilanjutkan dengan siswa yang saling
mengoreksi jawaban teman dalam satu kelompok. Lalu para siswa kembali
mengerjakan kuis berjumlah 15 soal. Soal tersebut diambil dari Kuis I.
Selanjutnya, para siswa menukarkan lembar jawabnya dengan teman yang
berbeda kelompok dan saling mengoreksi. Setelah itu, guru membagikan hasil
kuis setiap siswa dan membantu siswa menghitung total skor setiap siswa dalam
kelompok. Kelompok yang memiliki skor tertinggi mendapatkan penghargaan
dari guru berupa stiker yang ditempelkan pada papan penghargaan. Pada kegiatan
akhir, guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari, dilanjutkan
dengan refleksi yang dilakukan secara lisan.
Pertemuan keempat dilaksanakan pada Selasa, 25 September 2018, pukul
07.40 – 08.50 WIB dengan materi sistem pernapasan hewan amphibi, reptil, dan
cacing. Pada kegiatan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan permainan
“rangkai kata” sebagai motivasi, dilanjutkan dengan apersepsi berupa tanya jawab
guru dengan siswa terkait dengan permainan yang dilakukan, dan orientasi berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 85
66
penyampaian tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru.
Pada kegiatan inti, guru membacakan ulang daftar nama kelompok dan meminta
siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Kegiatan
selanjutnya adalah guru menjelaskan materi dengan bantuan tayangan power
point, video, dan juga media berupa memasangkan nama organ sesuai dengan
gambar organ hewan yang dicoba langsung oleh siswa. Kegiatan dilanjutkan
dengan diskusi kelompok untuk mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan
pembahasan LKS yang dipimpin oleh guru. Kemudian para siswa mengerjakan
kuis berjumlah 20 butir soal yang dikerjakan secara individu, dilanjutkan dengan
siswa yang saling mengoreksi jawaban teman dalam satu kelompok. Lalu para
siswa kembali mengerjakan kuis berjumlah 15 soal. Soal tersebut diambil dari
Kuis I. Selanjutnya, para siswa menukarkan lembar jawabnya dengan teman yang
berbeda kelompok dan saling mengoreksi. Setelah itu, guru membagikan hasil
kuis setiap siswa dan membantu siswa menghitung total skor setiap siswa dalam
kelompok. Kelompok yang memiliki skor tertinggi mendapatkan penghargaan
dari guru berupa stiker yang ditempelkan pada papan penghargaan. Pada kegiatan
akhir, guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari, dilanjutkan
dengan refleksi yang dilakukan secara lisan.
Pada Jumat, 28 September 2018 pukul 07.40 – 08.50, kelompok eksperimen
mengerjakan soal posttest I untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah
menerima pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD). Sekitar enam hari setelah posstest I, yaitu hari
Kamis, 4 Oktober 2018 pukul 11.50 – 13.00, siswa mengerjakan soal posttest II.
Posttest II bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah beberapa
hari belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD). Soal yang dikerjakan pada posttest I dan posttest
II adalah soal yang sama seperti pretest yang telah dikerjakan oleh siswa
sebelumnya. Penggunaan soal yang sama bertujuan untuk mengendalikan
ancaman validitas internal, yaitu instrumen. Jika suatu penelitian menggunakan
instrumen yang berbeda baik pada pretest dan posttest untuk mengukur variabel
dependen akan meningkatkan ancaman validitas internal penelitian (Johnson &
Christensen, 2008: 262). Soal nomor 3 digunakan untuk meneliti variabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 86
67
mengevaluasi yang terdiri dari 3 sub soal, yaitu nomor 1a, 1b, dan 1c. soal nomor
4 digunakan untuk meneliti variabel menarik kesimpulan yang terdiri dari sub
soal, yaitu nomor 4a, 4b, dan 4c.
4.1.2 Deskripsi Sebaran Data
Pada deskripsi sebaran data, peneliti akan menunjukkan perbedaan data
yang diperoleh pada kelompok kontrol dengan data dari kelompok eksperimen
untuk setiap indikatornya.
4.1.2.1 Kemampuan Mengevaluasi
Hasil dari sebaran data dapat dilihat pada tabel berikut.
1. Kelompok Kontrol
Tabel 4.1 Sebaran Data Mengevaluasi Kelompok Kontrol
No Indikator Skor Pretest Skor Posttest I
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
1. Menerka akibat dari
hewan yang berada
di tempat yang tidak
sesuai dengan organ
pernapasannya
5 10 3 4 22 4 7 7 4 22
2. Menilai sah tidaknya
fungsi organ
pernapasan hewan
sesuai dengan
tempat hidupnya
3 14 3 2 22 5 8 4 5 22
3. Menilai sah tidaknya
perilaku manusia
terhadap hewan
3 5 3 11 22 4 8 5 5 22
Jumlah Frekuensi 11 29 9 17 66 13 23 16 14 66
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pengerjaan pretest kelompok kontrol
pada ketiga indikator diketahui jumlah frekuensi siswa yang mendapat skor 1
sebanyak 11 anak, yang mendapat skor 2 sebanyak 29 anak, yang mendapat skor 3
sebanyak 9 anak, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 17 anak. Hasil posttest I
diketahui jumlah frekuensi siswa yang mendapat skor 1 sebanyak 13 anak, yang
mendapat skor 2 sebanyak 23 anak, yang mendapat skor 3 sebanyak 16 anak, dan
yang mendapat skor 4 sebanyak 14 anak. Skor 1 dan 3 mengalami peningkatan
jumlah frekuensi, sedangkan skor 2 dan 4 mengalami penurunan jumlah frekuensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 87
68
2. Kelompok Eksperimen
Tabel 4.2 Sebaran Data Mengevaluasi Kelompok Eksperimen
No Indikator Skor Pretest Skor Posttest I
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
1. Menerka akibat dari
hewan yang berada di
tempat yang tidak
sesuai dengan organ
pernapasannya
4 9 5 6 24 1 5 10 8 24
2. Menilai sah tidaknya
fungsi organ
pernapasan hewan
sesuai dengan tempat
hidupnya
4 7 9 4 24 1 2 10 11 24
3. Menilai sah tidaknya
perilaku manusia
terhadap hewan
6 7 6 5 24 2 5 10 7 24
Jumlah Frekuensi 14 23 20 15 72 4 12 30 26 72
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pengerjaan pretest kelompok
eksperimen pada ketiga indikator diketahui jumlah frekuensi siswa yang mendapat
skor 1 sebanyak 14 anak, yang mendapat skor 2 sebanyak 23 anak, yang mendapat
skor 3 sebanyak 20 anak, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 15 anak. Hasil
posttest I diketahui jumlah frekuensi siswa yang mendapat skor 1 sebanyak 4
anak, yang mendapat skor 2 sebanyak 12 anak, yang mendapat skor 3 sebanyak 30
anak, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 26 anak. Skor 3 dan 4 mengalami
peningkatan jumlah frekuensi, sedangkan skor 1 dan 2 mengalami penurunan
jumlah frekuensi.
4.1.2.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan
1. Kelompok Kontrol
Tabel 4.3 Sebaran Data Menarik Kesimpulan Kelompok Kontrol
No Indikator Skor Pretest Skor Posttest I
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
1. Mengemukakan
alternatif tindakan
yang dapat
dilakukan oleh
manusia terhadap
hewan
4 6 11 1 22 3 6 11 2 22
2. Menerka akibat
yang akan terjadi
pada hewan
terhadap tindakan
manusia
0 10 11 1 22 4 8 9 1 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 88
69
3. Menyimpulkan
akibat dari
perlakuan terhadap
hewan
4 9 7 2 22 2 9 10 1 22
Jumlah Frekuensi 8 25 29 4 66 9 23 30 4 66
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pengerjaan pretest kelompok kontrol
pada ketiga indikator diketahui jumlah frekuensi siswa yang mendapat skor 1
sebanyak 8 anak, yang mendapat skor 2 sebanyak 25 anak, yang mendapat skor 3
sebanyak 29 anak, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 4 anak. Hasil posttest I
diketahui jumlah frekuensi siswa yang mendapat skor 1 sebanyak 9 anak, yang
mendapat skor 2 sebanyak 23 anak, yang mendapat skor 3 sebanyak 30 anak, dan
yang mendapat skor 4 sebanyak 4 anak. Skor 1 dan 3 mengalami peningkatan
jumlah frekuensi, skor 2 mengalami penurunan jumlah frekuensi, dan skor 4 tidak
mengalami peningkatan atau penurunan jumlah frekuensi.
2. Kelompok Eksperimen
Tabel 4.4 Sebaran Data Memahami Kelompok Eksperimen
No Indikator Skor Pretest Skor Posttest I
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
1. Mengemukakan
alternatif tindakan
yang dapat
dilakukan oleh
manusia terhadap
hewan
4 7 12 1 24 0 7 12 5 24
2. Menerka akibat yang
akan terjadi pada
hewan terhadap
tindakan manusia
4 6 7 7 24 5 `4 8 7 24
3. Menyimpulkan
akibat dari perlakuan
terhadap hewan
6 9 7 2 24 2 9 8 5 24
Jumlah Frekuensi 14 22 26 10 72 7 20 28 17 72
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pengerjaan pretest kelompok
eksperimen pada ketiga indikator diketahui jumlah frekuensi siswa yang mendapat
skor 1 sebanyak 14 anak, yang mendapat skor 2 sebanyak 22 anak, yang mendapat
skor 3 sebanyak 26 anak, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 10 anak. Hasil
posttest I diketahui jumlah frekuensi siswa yang mendapat skor 1 sebanyak 7
anak, yang mendapat skor 2 sebanyak 20 anak, yang mendapat skor 3 sebanyak 28
anak, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 17 anak. Skor 3 dan 4 mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 89
70
peningkatan jumlah frekuensi, sedangkan skor 1 dan 2 mengalami penurunan
jumlah frekuensi.
4.1.3 Uji Hipotesis Penelitian I
Hipotesis penelitian I adalah penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Division (STAD) berpengaruh terhadap
kemampuan mengevaluasi siswa kelas V SD. Variabel dependen pada hipotesis
penelitian ini adalah kemampuan mengevaluasi, sedangkan variabel
independennya adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Team Achievement Division (STAD). Instrumen yang digunakan untuk mengukur
variabel mengevaluasi terdiri dari 3 soal uraian, yaitu soal nomor 3a yang memuat
indikator menerka akibat dari hewan yang beraa di tempat yang tidak sesuai
dengan organ pernapasannya, soal nomor 3b yang memuat indikator menilai sah
tidaknya fungsi organ pernapasan hewan sesuai dengan tempat hidupnya, dan soal
nomor 3c yang memuat indikator menilai sah tidaknya perilaku manusia terhadap
hewan.
Hasil analisis secara keseluruhan dihitung menggunakan program
komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%.
Tahapan analisis data yang dilakukan adalah 1) uji normalitas data yang bertujuan
untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat dilakukan
analisis tahap selanjutnya menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik,
2) uji perbedaan kemampuan awal yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan
awal siswa pada kelompok kontrol dan eksperimen, 3) uji signifikansi pengaruh
perlakuan, dan 4) uji besar pengaruh perlakuan. Selanjutnya dilakukan analisis
lebih lanjut yang terdiri dari 1) perhitungan persentase peningkatan rerata pretest
ke posttest I, 2) uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest I, 3) uji
korelasi rerata pretest ke posttest, dan 4) uji retensi pengaruh perlakuan.
4.1.3.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan untuk mengetahui apakah
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang
sama terhadap kemampuan mengevaluasi. Data yang digunakan adalah rerata skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 90
71
pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sebelum melakukan uji
pebedaan kemampuan awal, perlu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi yang
dilakukan adalah uji normalitas data dan uji homogenitas varian.
1. Uji Asumsi
a. Uji Asumsi Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak yang nantinya digunakan untuk menentukan jenis
analisis statistik tahap selanjutnya (Field, 2009: 144). Data pada kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen diuji menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov
test. Data yang digunakan, yaitu skor pretest, posttest I, dan selisih dari pretest ke
posttest I. Kriteria yang digunakan untuk kesimpulan uji normalitas data, yaitu
jika harga p > 0,05 maka distribusi data normal, sehingga uji statistik selanjutnya
menggunakan statistik parametrik. (Field, 2009: 326), sedangkan jika harga p <
0,05, maka distribusi data tidak normal, sehingga uji statistik berikutnya
menggunakan statistik nonparametrik. (Field, 2009: 345). Berdasarkan kriteria
tersebut, hasil uji normalitas kemampuan mengevaluasi sebagai berikut (lihat
Lampiran 4.3.1)
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data
Kelompok p Keputusan
Kontrol 0,146 Normal
Eksperimen 0,124 Normal
Tabel 4.5 menunjukkan harga p > 0,05 pada aspek pretest untuk kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Aspek tersebut menunjukkan distribusi data
normal, sehingga analisis data selanjutnya menggunakan statistik parametrik,
yaitu Independent samples t-test, untuk menganalisis data dari dua kelompok yang
berbeda, misalnya kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Field, 2009:
326).
b. Uji Homogenitas Varian
Uji homogenitas varian dilakukan untuk memastikan apakah rerata skor
dua kelompok yang dibandingkan memiliki varian yang homogen. Teknik
pengujian yang dilakukan menggunakan Levene’s test. Jika harga p > 0,05 maka
ada homogenitas varian pada kedua data yang dbandingkan. Sedangkan jika harga
p < 0,05 maka tidak ada homogenitas varian pada kedua data yang dibandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 91
72
(Field, 2009: 150). Berikut ini adalah hasil uji asumsi homogenitas varian (lihat
Lampiran 4.4.1).
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Varian
Uji Statistik F df1 df2 p Keputusan
Levene’s Test for Equality of Variances 0,199 1 44 0,658 Homogen
Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan harga F =
0,199 dan harga p = 0,658 (p > 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat homogenitas varian pada kedua data yang dibandingkan. Apabila varian
homogen, maka data uji statistik Independent samples t-test yang diambil adalah
data baris pertama pada output SPSS (Field, 2009: 340).
c. Uji Statistik
Uji statistik ini bertujuan untuk meemeriksa apakah kedua kelompok
memiliki kemampuan awal yang sama. Tingkat kepercayaan untuk melakukan uji
perbedaan kemampuan awal adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak
Hnull adalah jika p < 0,05 (Field, 2009: 53). Berikut adalah hasil uji perbedaan
kemampuan awal dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (lihat
Lampiran 4.5.1).
Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji Statistik p Keputusan
Independent samples t-test 0,916 Tidak ada perbedaan
Rerata skor yang dicapai pada kelompok eksperimen (M = 2,50; SE =
0,09) lebih tinggi daripada rerata kelompok kontrol yaitu (M = 2,48; SE = 0,11).
Meskipun demikian, perbedaan skor tersebut tidak signifikan t(44) = - 0,106, p =
0,916 (p > 0,05). Oleh karena itu, Hnull diterima dan Hi ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan awal pada kedua
kelompok. Ancaman terhadap validitas internal berupa karakteristik subjek dapat
dikendalikan dengan baik.
4.1.3.2 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui pengaruh
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan
mengevaluasi, dengan melihat rerata skor pretest dan posttest I kelompok kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 92
73
dan kelompok eksperimen. Pengaruh perlakuan dapat dihitung menggunakan
rumus (O2 – O1) – (O4 – O3), yaitu dengan mengurangkan selisih skor posttest I –
pretest pada kelompok eksperimen dengan selisih posttest I – pretest pada
kelompok kontrol (Cohen, Manion, & Morrison 2007: 277). Jika hasil
perhitungan bernilai lebih dari 0, ada perbedaan. Jika perbedaannya signifikan,
ada pengaruh. Berikut perhitungannya: (3,08 – 2,50) – (2,47 – 2,48) = 0,58 – (-
0,01) = 0,59. Hasil dari perhitungan diperoleh angka 0,59 atau lebih besar dari 0,
yang artinya ada perbedaan. Untuk mengetahui perbedaannya signifikan atau
tidak, dilakukan uji statistik.
1. Uji Asumsi
a. Uji Asumsi Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui normal atau
tidaknya distribusi data, sehingga dapat ditentukan jenis statistik yang digunakan
untuk menganalisis data tersebut (Field, 2009: 144). Kriteria yang digunakan
untuk kesimpulan uji normalitas data, yaitu jika harga p > 0,05, distribusi data
normal, sehingga uji statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik, yaitu
Independent samples t-test (Field, 2009: 326). Jika harga p < 0,05, Hnull ditolak
serta distribusi data tidak normal, sehingga uji statistik berikutnya menggunakan
statistik nonparametrik, yaitu Mann-Whitney (Field, 2009: 345). Berikut hasil uji
normalitas distribusi data kemampuan mengevaluasi (lihat Lampiran 4.3.1).
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Selisih Skor Pretest-Posttest I
Kelompok p Keputusan
Kontrol 0,148 Normal
Eksperimen 0,105 Normal
Tabel 4.8 menunjukkan harga p > 0,05 pada aspek posttest I untuk
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan demikian Hnull diterima,
artinya data berdistriusi normal, sehingga analisis data selanjutnya menggunakan
statistik parametrik, yaitu Independent samples t-test untuk menganalisis data dari
dua kelompok yang berbeda, misalnya kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen (Field, 2009: 326).
b. Uji Homogenitas Varian
Sebelum uji statistik, dilakukan uji homogenitas varian menggunakan
Levene’s test karena data berdistribusi normal. Data yang digunakan adalah data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 93
74
pada baris pertama dari output SPSS Independent samples t-test dengan
keterangan equal variances assumed. Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika
harga p < 0,05, tidak terdapat homogenitas varian pada kedua data yang
dibandingkan. Berikut hasil uji homogenitas varian (lihat Lampiran 4.6.1).
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Varian Selisih Skor Pretest-Posttest I
Uji Statistik F df1 df2 p Keputusan
Levene’s Test for Equality of Variances 1,277 1 44 0,265 Homogen
Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan harga F =
1,277 dan harga p = 0,265 (p > 0,05), Hnull diterima, artinya data berdistribusi
normal. Dengan demikian, dapat diimpulkan bahwa terdapat homogenitas varian
pada kedua data yang dibandingkan. Apabila varian homogen, maka data uji
statistik Independent samples t-test yang diambil adalah data baris pertama pada
output SPSS (Field, 2009: 340).
c. Uji Statistik
Uji statistik ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan mengevaluasi. Uji
signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan statistik Independent samples
t-test dengan tingkat kepercayaan 95%. Data yang digunakan adalah data
rerata selisih skor pretest dan posttest I. Kriteria yang digunakan untuk
menolak Hnull adalah jika harga p < 0,05 (Field, 2009: 53). Berikut ini adalah
hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengevaluasi (lihat Lampiran
4.7.1).
Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji Statistik p Keputusan
Independent samples t-test 0,001 Signifikan
Rerata selisih skor yang dicapai pada kelompok eksperimen (M = 0,58; SE
= 0,09) lebih tinggi daripada rerata kelompok kontrol yaitu (M = -0,01; SE =
0,13). Perbedaan skor tersebut signifikan t(44) = -3,62; p = 0,01 (p < 0,05). Oleh
karena itu, Hnull ditolak dan Hi diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest – posttest I pada
kelompok kontrol dan eksperimen. Dengan demikian, penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 94
75
mengevaluasi. Berikut adalah diagram hasil perbandingan rerata selisih skor
pretest ke posttest I kemampuan mengevaluasi pada kelompok kontrol dan
eksperimen.
Grafik 4.1 Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Grafik 4.1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan skor pada
kedua kelompok. Skor pretest kelompok eksperimen lebih tinggi daripada
kelompok kontrol. Setelah kedua kelompok menerima pembelajaran diketahui
kelompok eksperimen memperoleh skor posttest I sebesar 3,08 sedangkan pada
kelompok kontrol sebesar 2,47. Mean pada kelompok eksperimen sebesar 0,5829
lebih tinggi daripada kelompok kontrol sebesar -0,0015. Berikut grafik hasil
perbedaan selisih skor pretest-posttest I antara kedua kelompok.
Grafik 4.2 Perbandingan Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I
2,48 2,47
2,5
3,08
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Pretest Posttest I
Mea
n
Kel Kontrol
Kel Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 95
76
4.1.3.3 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan (effect size) dilakukan untuk mengetahui
besar pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap
kemampuan mengevaluasi. Data yang diperoleh berdistribusi normal sehingga
menggunakan rumus koefisien korelasi Pearson (Field, 2009: 57). Independent
samples t-test digunakan untuk mengambil t dalam melakukan uji besar pengaruh
perlakuan. Persentase pengaruh perlakuan didapat dengan menghitung koefisien
determinasi (R2) dengan cara mengkuadratkan harga r (harga koefisien korelasi
Pearson yang didapat) selanjutnya dikalikan 100% (Field, 2009: 179). Berikut
hasil perhitungan effect size terhadap kemampuan mengevaluasi (lihat Lampiran
4.8).
Tabel 4.11 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Variabel t t2 df r (effect size) R
2 % Kategori Efek
Mengevaluasi -3,62 13,10 44 0,47 0,22 22 Menengah
Tabel 4.11 menunjukkan harga r (effect size) pada kemampuan
mengevaluasi sebesar 0,47. Harga R2, yaitu 0,22 sehingga jika dikalikan 100%,
persentase besar pengaruh perlakuan pada kemampuan mengevaluasi, yaitu 22%.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan pengaruh sebesar 22%
terhadap kemampuan mengevaluasi yang setara dengan kategori efek menengah.
4.1.3.4 Analisis Lebih Lanjut
1. Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
a. Persentase Peningkatan
Perhitungan persentase peningktan rerata pretest ke posttest I dilakukan
untuk mengetahui peningkatan rerata pretest ke posttest I kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengevaluasi. Selanjutnya,
dilakukan uji signifikansi penngkatan skor pretest ke posttest I dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke
posttest I pada kelompok kontrol maupun eksperimen. Skor pretest dan posttest I
diuji normalitasnya menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Kriteria untuk menolak
Hnull, jika harga p < 0,05, artinya data terdistribusi normal. Berikut hasil uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 96
77
normalitas selisih skor pretest dan posttest I kemampuan mengevaluasi kelompok
kontrol dan eksperimen (lihat Lampiran 4.3.1).
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Skor Pretest-Posttest I
Kelompok Aspek p Keputusan
Kontrol Pretest 0,146 Normal
Posttest I 0,053 Normal
Eksperimen Pretest 0,124 Normal
Posttest I 0,160 Normal
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa semua data skor pretest dan posttest I
pada kelompok kontrol dan eksperimen memiliki harga p > 0,05, artinya data skor
pretest dan posttest I kedua kelompok memiliki distribusi data yang normal.
Dengan demikian, uji peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan dengan
menggunakan Paired samples t-test. Berikut ini merupakan tabel hasil
perhitungan persentase peningkatan kemampuan mengevaluasi dan hasil uji
signifikansi peningkatan skor pretest dan posttest I (lihat Lampiran 4.9.1).
Tabel 4.13 Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
No Kelompok Rerata Peningkatan
%
Uji Statistik p Keputusa
n Pretest Posttest I
1 Kontrol 2,48 2,47 -0,58% Paired
samples t-test
0,91 Tidak
signifikan
2 Eksperimen 2,50 3,08 23,33% Paired
samples t-test
0,00 Signifikan
Grafik 4.3 Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Berdasarkan tabel 4.13 dan grafik 4.3 menunjukkan bahwa pada kelompok
kontrol mengalami penurunan rerata skor antara pretest ke posttest I, sedangkan
pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan skor antara pretest ke posttest
I. Nilai rerata pretest pada kelompok kontrol sebesar 2,48 dan nilai rerata posttest
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Kontrol Eksperimen
Rer
ata
Pretest
Posttest I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 97
78
I sebesar 2,47. Persentase peningkatan pretest ke posttest I kelompok kontrol,
yaitu -0,58%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa kelompok kontrol
mengalami penurunan. Harga p untuk kelompok kontrol adalah 0,91, artinya
kelompok kontrol memiliki nilai p > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara rerata pretest dan posttest I kelompok kontrol. Sedangkan nilai rerata
pretest pada kelompok eksperimen sebesar 2,50 dan nilai rerata posttest I sebesar
3,08. Persentase peningkatan pretest ke posttest I kelompok eksperimen, yaitu
23,33%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen
mengalami peningkatan. Harga p untuk kelompok kontrol adalah 0,00, artinya
kelompok eksperimen memiliki harga p < 0,005 maka Hnull ditolak dan Hi
diterima. Dengan demikian dapat diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara rerata pretest ke posttest I kelompok eksperimen. Berikut grafik yang
menunjukkan frekuensi selisih skor pretest ke posttest I (gain score) pada kedua
kelompok terhadap kemampuan mengevaluasi (lihat Lampiran 4.9.3.1).
Grafik 4.4 Gain Score
Grafik 4.4 menunjukkan gain terendah pada kelompok kontrol sebesar -
1,67 dan pada kelompok eksperimen 0,00. Sedangkan gain tertinggi pada
kelompok kontrol sebesar 1,00 dan pada kelompok eksperimen sebesar 1,33.
Namun frekuensi siswa yang mendapat nilai ≥ 0,00 pada kelompok kontrol
berjumlah 13 anak, sedangkan kelompok eksperimen berumlah 24 anak. Nilai
0,00 merupakan nilai tengah gain score yang didapat dengan menghitung 50%
dari nilai tertinggi. Persentase gain score ≥ 0,00 pada kelompok kontrol sebesar
59%, sedangkan pada kelompok eksperimen sebesar 100% (lihat Lampiran
1 1
2
5
3
5
4
1
0 0 0 0 0
6
5
6
3
4
0
1
2
3
4
5
6
7
-1,67 -1 -0,67-0,33 0 0,33 0,67 1 1,33
Fre
ku
ensi
Kel Kontrol
Kel Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 98
79
4.9.3.2). Hal ini berarti 59% siswa pada kelompok kontrol diuntungkan dengan
metode ceramah, sedangkan 100% siswa pada kelompok eksperimen diuntungkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan demikian, penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelompok eksperimen memberi
dampak pengaruh lebih besar daripada penerapan metode ceramah pada kelompok
kontrol.
b. Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan untuk
mengetahui besar efek peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I
pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Uji yang digunakan pada
kedua kelompok menggunakan statistik parametrik Paired samples t-test karena
data berdistribusi normal. Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga p <
0,05, maka ada perbedaan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I (Field:
2009: 53 & Santoso, 2015: 396). Berikut hasil uji besar pengaruh peningkatan
rerata skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan mengevaluasi (lihat
Lampiran 4.10.1.1).
Tabel 4.14 Hasil Uji Besar Pengaruh Peningkatan Pretest ke Posttest I
Kelompok t t2 df r (effect size) R
2 % Kategori Efek
Kontrol -0,10 0,01 21 0,02 0,005 0,05 Kecil
Eksperimen 6,03 36,44 23 0,78 0,613 61 Besar
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa setelah posttest I, kemampuan kelompok
kontrol berbeda secara signifikan dengan kelompok eksperimen. Hasil uji statistik
pada kelompok kontrol M = -0,01; SD = 0,638; SE = 0,13; df = 21; dan p = 0,91 (p
> 0,05), maka Hnull diterima, artinya tidak ada perbedaan skor yang signifikan dari
pretest ke posttest I. Dengan demikian, pada kelompok kontrol tidak terjadi
peningkatan skor dari pretest ke posttest I. Sedangkan pada kelompok eksperimen
M = 0,58; SD = 0,47; SE = 0,09; df = 23; dan p = 0,00 (p < 0,05), maka Hnull
ditolak, artinya ada perbedaan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I.
Dengan demikian, pada kelompok eksperimen terjadi peningkatan skor dari
pretest ke posttest I. Persentase besar pengaruh penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih besar daripada metode ceramah. Besar pengaruh
model pembelajaran pada kelompok kontrol r = 0,02 setara dengan 0,05% yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 99
80
masuk kategori efek kecil dan pada kelompok eksperimen r = 0,78 setara dengan
61% yang masuk kategori efek besar
2. Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I
Uji korelasi ini dilakukan untuk memeriksa apakah terdapat ancaman terhadp
validitas internal penelitian berupa regresi statistik. Terdapat ancaman regresi
statistik apabila korelasinya negatif dan signifikan. Regresi statistik adalah
kecenderungan siswa yang mendapat skor pretest lebih tinggi akan mendapat skor
posttest lebih rendah, sedangkan siswa yang mendapat skor pretest lebih rendah
akan mendapat skor pada posttest lebih tinggi (Cohen, Manion, & Morisson,
2007: 155). Data yang digunakan adalah skor rerata pretest dan posttest I pada
kelompok kontrdol dan kelompok eksperimen. Data yang digunakan berdistribusi
normal, sehingga menggunakan rumus Pearson Correlation. Tingkat kepercayaan
yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah
jika harga p < 0,05 (Field, 2009: 53). Berikut hasil uji korelasi antara rerata
pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (lihat
Lampiran 4.11.1.1 dan 4.11.1.2).
Tabel 4.15 Hasil Uji Korelasi Rerata skor Pretest-Posttest I
Kelompok Pearson Correlation p Keterangan
Kontrol 0,137 0,544 Positif dan tidak signifikan
Eksperimen 0,488 0,016 Positif dan signifikan
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol harga r (koefisien
korelasi Pearson) sebesar 0,137, sedangkan pada kelompok eksperimen harga r
(koefisien korelasi Pearson) sebesar 0,488, artinya kedua kelompok memiliki
korelasi yang positif antara skor pretest dan posttest I. Korelasi positif artinya
semakin tinggi skor pretest maka semakin tinggi pula skor posttest. Hasil uji
korelasi rerata pretest dan posttest I pada kelompok kontrol harga p sebesar 0,544
(p > 0,05), artinya Hnull diterima dan Hi ditolak, maka pada kelompok kontrol
memiliki korelasi yang tidak signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil
posttest I. Sedangkan pada kelompok eksperimen harga p sebesar 0,016 (p <
0,05), artinya Hnull ditolak dan Hi diterima, maka pada kelompok eksperimen
memiliki korelasi yang signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil posttest I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 100
81
dengan demikian, ancaman validitas internal, yaitu regresi statistik dapat
dikendalikan dalam penelitian ini.
3. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan
yang diberikan masih memiliki efek yang sama beberapa waktu setelah dilakukan
posttest I. Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan dengan memberikan posttest
II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk menentukan uji yang
akan digunakan, perlu diketahui terlebih dahulu distribusi data skor posttest I dan
posttest II. Skor posttest I dan posttest II diuji normalitasnya menggunakan
Kolmogorov-Smirnov. Kriteria untuk menolak Hnull adalah harga p > 0,05, artinya
data terdistribusi normal. Berikut hasil uji normalitas selisih skor posttest I dan
posttest II kemampuan mengevaluasi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
(lihat Lampiran 4.3.1).
Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Selisih Skor Posttest I dan Posttest II
Kelompok Aspek p Keputusan
Kontrol Posttest I Ta0,053 Normal
Posttest II 0,071 Normal
Eksperimen Posttest I 0,160 Normal
Posttest II 0,052 Normal
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa harga p > 0,05 pada skor posttest I dan
posttest II kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, artinya keempat data
tersebut memiliki distribusi data normal. Dengan demikian, uji retensi pengaruh
perlakuan dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik Paired samples t-
test. Kriteria untuk menolak Hnull adalah harga p < 0,05, maka ada perbedaan skor
yang signifikan dari posttest I ke posttest II (Field, 2009: 53 & Santoso, 2015:
296). Berikut hasil uji retensi pengaruh perlakuan terhadap kemampuan
mengevaluasi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (lihat Lampiran
4.12.1.1 dan 4.12.1.2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 101
82
Tabel 4.17 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Posttest I ke Posttest II
Kelompok Rerata Peningkatan
%
Uji Statistik p Keputusan
Posttest I Posttest II
Kontrol 2,47 2,43 -1,23 Paired
samples t-
test
0,78
3
Penurunan
tidak
signifikan
Eksperimen 3,08 2,80 -5,18 Paired
samples t-
test
0,03
6
Penurunan
signifikan
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol M = -0,03; SD = 0,51;
SE = 0,10; df = 21; dan p = 0,783 (p > 0,05), maka Hnull diterima, artinya tidak ada
perbedaan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II. Dengan demikian,
pada kelompok kontrol tidak terjadi penurunan skor yang signifikan dari posttest I
ke posttest II. Pada kelompok eksperimen M = -027; SD = 0,61; SE = 0,12; df =
23; dan p = 0,036 (p < 0,05), maka Hnull ditolak, artinya ada perbedaan skor yang
signifikan dari posttest I ke posttest II. Dengan demikian, pada kelompok
eksperimen mengalami penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest
II.
Persentase penurunan rerata skor posttest I ke posttest II pada kelompok
eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol. Hal tersebut dapat dilihat oada
hasil perhitungan bahwa penurunan skor pada kelompok kontrol sebesar -1,23%
dan pada kelompok eksperimen sebesar -5,18%. Berikut adalah grafik skor
pretest, posttest I, dan posttest II kemampuan mengevaluasi pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen.
Grafik 4.5 Perbandingan Skor Pretest, Posttest I, dan Posttest II
Selanjutnya, untuk mengetahui capaian skor pada posttest II berbeda atau
tidak berbeda dengan kondisi awal pada pretest, maka dilakukan analisis terhadap
perbedaan skor pretest dengan posttest II. Analisis perbedaan skor pretest dengan
2,48 2,47 2,43
2,5
3,08 2,8
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Pretest Posttest I Posttest II
Mea
n
Kel Kontrol
Kel Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 102
83
posttest II menggunakan statistik parametrik, yaitu Paired samples t-test, karena
posttest II kelompok kontrol dan eksperimen memiliki distribusi data normal.
Kriteria untuk menolak Hnull adalah harga p < 0,05 (Field, 2009: 552). Berikut
adalah hasil uji retensi skor pretest ke posttest II (lihat Lampiran 4.12.1.3 dan
4.12.1.4).
Tabel 4.18 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Pretest ke Posttest II
Kelompok Rerata Uji Statistik p Keputusan
Pretest Posttest II
Kontrol 2,48 2,43 Paired samples t-test 0,713 Perbedaan tidak
signifikan
Eksperimen 2,50 2,80 Paired samples t-test 0,033 Perbedaan Signifikan
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol mengalami
penurunan skor. Hal tersebut dapat dilihat M = -0,04; SD = 0,56; SE = 0,12; df =
21; dan p = 0,713 (p > 0,05), maka Hnull diterima, artinya tidak ada perbedaan skor
yang signifikan dari pretest ke posttest II. Dengan demikian, pada kelompok
kontrol tidak terjadi perbedaan skor yang signifikan dari pretest ke posttest II.
Pada kelompok eksperimen M = 0,30; SD = 0,65; SE = 0,13; df = 23; dan p =
0,033 (p < 0,05), maka Hnull ditolak, artinya ada perbedaan skor yang signifikan
dari pretest ke posttest II. Dengan demikian, pada kelompok eksperimen
mengalami perbedaan skor yang signifikan dari pretest ke posttest II.
4.1.4 Uji Hipotesis Penelitian II
Hipotesis penelitian II adalah penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Division (STAD) berpengaruh terhadap
kemampuan menarik kesimpulan siswa kelas V SD. Variabel dependen pada
hipotesis penelitian ini adalah kemampuan menarik kesimpulan, sedangkan
variabel independennya adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Division (STAD). Instrumen yang digunakan untuk
mengukur variabel mengevaluasi terdiri dari 3 soal uraian, yaitu soal nomor 4a
yang memuat indikator mengemukakan alternatif tindakan yang dapat dilakukan
oleh manusia terhadap hewan, soal nomor 4b yang memuat indikator menerka
akibat yang akan terjadi pada hewan terhadap tindakan manusia, dan soal nomor
4c yang memuat indikator menyimpulkan akibat dari perlakuan terhadap hewan.
Hasil analisis secara keseluruhan dihitung menggunakan program
komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 103
84
Tahapan analisis data yang dilakukan adalah 1) uji normalitas data yang bertujuan
untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat dilakukan
analisis tahap selanjutnya menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik,
2) uji perbedaan kemampuan awal yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan
awal siswa pada kelompok kontrol dan eksperimen, 3) uji signifikansi pengaruh
perlakuan, dan 4) uji besar pengaruh perlakuan. Selanjutnya dilakukan analisis
lebih lanjut yang terdiri dari 1) perhitungan persentase peningkatan rerata pretest
ke posttest I, 2) uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest I, 3) uji
korelasi rerata pretest ke posttest, dan 4) uji retensi pengaruh perlakuan.
4.1.4.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan untuk mengetahui apakah
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang
sama terhadap kemampuan menarik kesimpulan. Data yang digunakan adalah
rerata skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sebelum
melakukan uji perbedaan kemampuan awal, perlu dilakukan uji asumsi. Uji
asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas distribusi data dan uji homogenitas
varian.
1. Uji Asumsi
a. Uji Asumsi Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak yang nantinya digunakan untuk menentukan jenis
analisis statistik tahap selanjutnya (Field, 2009: 144). Data pada kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen diuji menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov
test. Data yang digunakan, yaitu skor pretest, posttest I, dan selisih dari pretest ke
posttest I. Kriteria yang digunakan untuk kesimpulan uji normalitas data, yaitu
jika harga p > 0,05 maka distribusi data normal, sehingga uji statistik selanjutnya
menggunakan statistik parametrik. (Field, 2009: 326), sedangkan jika harga p <
0,05, maka distribusi data tidak normal, sehingga uji statistik berikutnya
menggunakan statistik nonparametrik. (Field, 2009: 345). Berdasarkan kriteria
tersebut, hasil uji normalitas kemampuan menarik kesimpulan sebagai berikut
(lihat Lampiran 4.3.2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 104
85
Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data
Kelompok p Keputusan
Kontrol 0,051 Normal
Eksperimen 0,192 Normal
Tabel 4.19 menunjukkan harga p > 0,05 pada aspek pretest untuk
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Aspek tersebut menunjukkan
distribusi data normal, sehingga analisis data selanjutnya menggunakan statistik
parametrik. Statistik parametrik yang digunakan yaitu Independent samples t-test,
untuk menganalisis data dari dua kelompok yang berbeda, misalnya kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen (Field, 2009: 326).
b. Uji Homogenitas Varian
Uji homogenitas varian dilakukan untuk memastikan apakah rerata skor
dua kelompok yang dibandingkan memiliki varian yang homogen. Teknik
pengujian yang dilakukan menggunakan Levene’s test. Jika harga p > 0,05 maka
ada homogenitas varian pada kedua data yang dbandingkan. Sedangkan jika harga
p < 0,05 maka tidak ada homogenitas varian pada kedua data yang dibandingkan
(Field, 2009: 150). Berikut ini adalah hasil uji asumsi homogenitas varian (lihat
Lampiran 4.4.2).
Tabel 4.20 Hasil Uji Homogenitas Varian
Uji Statistik F df1 df2 p Keputusan
Levene’s Test for Equality of Variances 0,002 1 44 0,968 Homogen
Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan harga F =
0,002 dan harga p = 0,968 (p > 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat homogenitas varian pada kedua data yang dibandingkan. Apabila varian
homogen, maka data uji statistik Independent samples t-test yang diambil adalah
data baris pertama pada output SPSS (Field, 2009: 340).
c. Uji Statistik
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa terdapat homogenitas data,
maka data uji statistik Independent samples t-test yang diambil adalah data baris
pertama pada output SPSS (Field, 2009: 340). Tingkat kepercayaan untuk
melakukan uji perbedaan kemampuan awal adalah 95%. Kriteria yang digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 105
86
untuk menolak Hnull adalah jika p < 0,05 (Field, 2009: 53). Berikut adalah hasil uji
perbedaan kemampuan awal dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
(lihat Lampiran 4.5.2).
Tabel 4.21 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji Statistik p Keputusan
Independent samples t-test 0,970 Tidak ada perbedaan
Rerata skor yang dicapai pada kelompok eksperimen (M = 2,44; SE =
0,09) lebih tinggi daripada rerata kelompok kontrol yaitu (M = 2,43; SE = 0,09).
Meskipun demikian, perbedaan skor tersebut tidak signifikan t(44) = - 0,037; p =
0,970 (p > 0,05). Oleh karena itu, Hnull diterima dan Hi ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan awal pada kedua
kelompok. Ancaman terhadap validitas internal berupa karakteristik subjek dapat
dikendalikan dengan baik.
4.1.4.2 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui pengaruh
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan
menarik kesimpulan, dengan melihat rerata skor pretest dan posttest I kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Pengaruh perlakuan dapat dihitung
menggunakan rumus (O2 – O1) – (O4 – O3), yaitu dengan mengurangkan selisih
skor posttest I – pretest pada kelompok eksperimen dengan selisih posttest I –
pretest pada kelompok kontrol (Cohen, Manion, & Morrison 2007: 277). Jika
hasil perhitungan bernilai lebih dari 0, ada perbedaan. Jika perbedaannya
signifikan, ada pengaruh. Berikut perhitungannya: (2,76 – 2,44) – (2,43 – 2,43) =
0,31 – 0,00 = 0,31. Hasil dari perhitungan diperoleh angka 0,31 atau lebih besar
dari 0, yang artinya ada pengaruh perlakuan. Maka penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap kemampuan menarik
kesimpulan. Untuk mengetahui pengaruhnya signifikan atau tidak, dilakukan uji
statistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 106
87
1. Uji Asumsi
a. Uji Asumsi Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui normal atau
tidaknya distribusi data, sehingga dapat ditentukan jenis statistik yang digunakan
untuk menganalisis data tersebut (Field, 2009: 144). Kriteria yang digunakan
untuk kesimpulan uji normalitas data, yaitu jika harga p > 0,05, distribusi data
normal, sehingga uji statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik, yaitu
Independent samples t-test (Field, 2009: 326). Jika harga p < 0,05, Hnull ditolak
serta distribusi data tidak normal, sehingga uji statistik berikutnya menggunakan
statistik nonparametrik, yaitu Mann-Whitney U-test (Field, 2009: 345). Berikut
hasil uji normalitas distribusi data kemampuan menarik kesimpulan (lihat
Lampiran 4.3.2).
Tabel 4.22 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Selisih Skor Pretest-Posttest I
Kelompok p Keputusan
Kontrol 0,106 Normal
Eksperimen 0,051 Normal
Tabel 4.22 menunjukkan harga p > 0,05 pada aspek posttest I untuk
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan demikian Hnull diterima,
artinya data berdistriusi normal, sehingga analisis data selanjutnya menggunakan
statistik parametrik, yatu Independent samples t-test untuk menganalisis data dari
dua kelompok yang berbeda, misalnya kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen (Field, 2009: 326).
b. Uji Homogenitas Varian
Sebelum uji statistik, dilakukan uji homogenitas varian menggunakan
Levene’s test karena data berdistribusi normal. Data yang digunakan adaah data
pada baris pertama dari output SPSS Independent samples t-test dengan
keterangan equal variances assumed. Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika
harga p < 0,05, tidak terdapat homogenitas varian pada kedua data yang
dibandingkan. Berikut hasil uji homogenitas varian selisih skor pretest-posttest I
(lihat Lampiran 4.6.2).
Tabel 4.23 Hasil Uji Homogenitas Varian selisih skor pretest-posttest I
Uji Statistik F df1 df2 p Keputusan
Levene’s Test for Equality of Variances 0,091 1 44 0,764 Homogen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 107
88
Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan harga F =
0,091 dan harga p = 0,764 (p > 0,05), Hnull diterima, artinya data berdistribusi
normal. Dengan demikian, dapat diimpulkan bahwa terdapat homogenitas varian
pada kedua data yang dibandingkan. Apabila varian homogen, maka data uji
statistik Independent samples t-test yang diambil adalah data baris pertama pada
output SPSS (Field, 2009: 340).
c. Uji Statistik
Uji statistik ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan menarik kesimpulan.
Uji signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan statistik Independent samples
t-test dengan tingkat kepercayaan 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak
Hnull adalah jika harga p < 0,05 (Field, 2009: 53). Berikut ini adalah hasil uji
signifikansi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen terhadap kemampuan menarik kesimpulan (lihat Lampiran 4.7.2).
Tabel 4.24 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji Statistik p Keputusan
Independent samples t-test 0,01 Signifikan
Rerata selisih skor yang dicapai pada kelompok eksperimen (M = 0,31, SE
= 0,08) lebih tinggi daripada rerata kelompok kontrol yaitu (M = 0,00, SE = 0,08).
Perbedaan skor tersebut terlihat signifikan t(44) = -2,67, p = 0,01 (p < 0,05). Oleh
karena itu, Hnull ditolak dan Hi diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest – posttest I pada
kelompok kontrol dan eksperimen. Dengan demikian, penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap kemampuan menarik
kesimpulan. Berikut adalah diagram hasil perbandingan rerata selisih skor pretest
ke posttest I kemampuan mengevaluasi pada kelompok kontrol dan eksperimen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 108
89
Grafik 4.6 Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Grafik 4.6 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningktan skor pada
kedua kelompok. Skor pretest kelompok eksperimen lebih tinggi daripada
kelompok kontrol. Setelah kedua kelompok menerima pembelajaran diketahui
kelompok eksperimen memperoleh skor posttest I sebesar 3,08 sedangkan pada
kelompok kontrol sebesar 2,44. Mean pada kelompok eksperimen sebesar 0,320
lebih tinggi daripada kelompok kontrol sebesar 0. Berikut grafik hasil perbedaan
selisih skor pretest-posttest I antara kedua kelompok.
Grafik 4.7 Perbandingan Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I
2,43 2,43
2,44
2,76
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
Pretest Posttest I
Kel Kontrol
Kel Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 109
90
4.1.4.3 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan (effect size) dilakukan untuk mengetahui
besar pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap
kemampuan mengevaluasi. Data yang diperoleh berdistriusi normal sehingga
menggunakan rumus koefisien korelasi Pearson (Field, 2009: 57). Independent
samples t-test digunakan untuk mengambil t dalam melakukan uji besar pengaruh
perlakuan. Persentase pengaruh perlakuan didapat dengan menghitung koefisien
determinasi (R2) dengan cara mengkuadratkan harga r (harga koefisien korelasi
Pearson yang didapat) selanjutnya dikalikan 100% (Field, 2009: 179). Berikut
hasil perhitungan effect size terhadap kemampuan menarik kesimpulan (lihat
Lampiran 4.8).
Tabel 4.25 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Variabel t t2 df r (effect size) R
2 % Kategori Efek
Menarik
Kesimpulan
-2,67 7,13 44 0,37 0,13 13,69 Menengah
Tabel 4.25 menunjukkan harga r (effect size) pada kemampuan menarik
kesimpulan sebesar 0,37. Harga R2, yaitu 0,13 sehingga jika dikalikan 100%,
persentase besar pengaruh perlakuan pada kemampuan mengevaluasi, yaitu
13,69%. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan pengaruh
sebesar 13,69% terhadap kemampuan menarik kesimpulan yang setara dengan
kategori efek menengah.
4.1.4.4 Analisis Lebih Lanjut
1. Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
a. Persentase Peningkatan
Perhitungan persentase peningktan rerata pretest ke posttest I dilakukan
untuk mengetahui peningkatan rerata pretest ke posttest I kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengevaluasi. Selanjutnya,
dilakukan uji signifikansi peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke
posttest I pada kelompok kontrol maupun eksperimen. Skor pretest dan posttest I
diuji normalitasnya menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Kriteria untuk menolak
Hnull, jika harga p < 0,05, artinya data terdistribusi normal. Berikut hasil uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 110
91
normalitas selisih skor pretest dan posttest I kemampuan menarik kesimpulan
kelompok kontrol dan eksperimen (lihat Lampiran 4.3.2).
Tabel 4.26 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Rerata Skor Pretest dan Posttest I
Kelompok Aspek p Keputusan
Kontrol Pretest 0,051 Normal
Posttest I 0,096 Normal
Eksperimen Pretest 0,192 Normal
Posttest I 0,200 Normal
Tabel 4.26 menunjukkan bahwa semua data skor pretest dan posttest I
pada kelompok kontrol dan eksperimen memiliki harga p > 0,05, artinya data skor
pretest dan posttest I kedua kelompok memiliki distribusi data yang normal.
Dengan demikian, uji peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan dengan
menggunakan Paired samples t-test. Berikut ini merupakan tabel hasil
perhitungan persentase peningkatan kemampuan menarik kesimpulan dan hasil uji
signifikansi peningkatan skor pretest dan posttest I (lihat Lampiran 4.9.1 dan
4.9.2.2).
Tabel 4.27 Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
No Kelompok Rerata Peningkata
n
%
Uji Statistik p Keputusa
n Pretest Posttest I
1 Kontrol 2,43 2,43 0,01 Paired
samples t-test
0,99 Tidak
signifikan
2 Eksperimen 2,44 2,76 13,07 Paired
samples t-test
0,00 Signifikan
Grafik 4.8 Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
Kel Kontrol Kel Eksperimen
Rer
ata
Pretest
Posttest I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 111
92
Berdasarkan tabel 4.27 dan grafik 4.8 menunjukkan bahwa pada kelompok
kontrol mengalami penurunan rerata skor antara pretest ke posttest I, sedangkan
pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan skor antara pretest ke posttest
I. Nilai rerata pretest pada kelompok kontrol sebesar 2,43 dan nilai rerata posttest
I sebesar 2,43. Persentase peningkatan pretest ke posttest I kelompok kontrol,
yaitu 0,01%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa kelompok kontrol
mengalami penurunan. Harga p untuk kelompok kontrol adalah 0,99, artinya
kelompok kontrol memiliki nilai p > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara rerata pretest dan posttest I kelompok kontrol. Sedangkan nilai rerata
pretest pada kelompok eksperimen sebesar 2,44 dan nilai rerata posttest I sebesar
2,76. Persentase peningkatan pretest ke posttest I kelompok eksperimen, yaitu
13,07%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen
mengalami peningkatan. Harga p untuk kelompok kontrol adalah 0,00, artinya
kelompok eksperimen memiliki harga p < 0,005 maka Hnull ditolak dan Hi
diterima. Dengan demikian dapat diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara rerata pretest ke posttest I kelompok eksperimen. Berikut grafik yang
menunjukkan frekuensi selisih skor pretest ke posttest I (gain score) pada kedua
kelompok terhadap kemampuan menarik kesimpulan (lihat Lampiran 4.9.3.3).
Grafik 4.9 Gain score
Grafik 4.9 menunjukkan gain terendah pada kelompok kontrol dan
eksperimen sebesar -0,67. Sedangkan gain tertinggi pada kelompok kontrol
sebesar 0,67 dan pada kelompok eksperimen sebesar 1,00. Namun frekuensi siswa
2
6 6 6
2
0
1
2
5
7 7
2
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-0,67 -0,33 0 0,33 0,67 1
Fre
ku
ensi
Kel Kontrol
Kel Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 112
93
yang mendapat nilai ≥ 0,33 pada kelompok kontrol berjumlah 8 anak, sedangkan
kelompok eksperimen berumlah 16 anak. Nilai 0,33 merupakan nilai tengah gain
score yang didapat dengan menghitung 50% dari nilai tertinggi. Persentase gain
score ≥ 0,00 pada kelompok kontrol sebesar 36%, sedangkan pada kelompok
eksperimen sebesar 60% (lihat Lampiran 4.9.3.4). Hal ini berarti 36% siswa pada
kelompok kontrol diuntungkan dengan metode ceramah, sedangkan 60% siswa
pada kelompok eksperimen diuntungkan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada kelompok eksperimen memberi dampak pengaruh lebih besar
daripada penerapan metode ceramah pada kelompok kontrol.
b. Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan untuk
mengetahui besar efek peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I
pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Uji yang digunakan pada
kedua kelompok menggunakan statistik parametrik Paired samples t-test karena
data berdistribusi normal. Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga p <
0,05, maka ada perbedaan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I (Field:
2009: 53 & Santoso, 2015: 396). Berikut hasil uji besar efek peningkatan rerata
skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan mengevaluasi (lihat Lampiran
4.10.2.1).
Tabel 4.28 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Pretest ke Posttest I
Kelompok t t2 df r (effect size) R
2 % Kategori Efek
Kontrol 0,006 0,000 21 0,001 1,71 0,00 Kecil
Eksperimen 3,705 13,72 23 0,611 0,37 37,37 Besar
Tabel 4.28 menunjukkan bahwa setelah posttest I, kemampuan kelompok
kontrol berbeda secara signifikan dengan kelompok eksperimen. Hasil uji statistik
pada kelompok kontrol M = 0,00; SD = 0,38; SE = 0,08; df = 21; dan p = 0,99 (p >
0,05), maka Hnull diterima, artinya tidak ada perbedaan skor yang signifikan dari
pretest ke posttest I. Dengan demikian, pada kelompok kontrol tidak terjadi
peningkatan skor dari pretest ke posttest I. Sedangkan pada kelompok eksperimen
M = 0,31; SD = 0,42; SE = 0,08; df = 23; dan p = 0,001 (p < 0,05), maka Hnull
ditolak, artinya ada perbedaan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I.
Dengan demikian, pada kelompok eksperimen terjadi peningkatan skor dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 113
94
pretest ke posttest I. Persentase besar pengaruh penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih besar daripada metode ceramah. Besar pengaruh
model pembelajaran pada kelompok kontrol r = 0,001 setara dengan 0,00% yang
masuk kategori efek kecil dan pada kelompok eksperimen r = 0,611 setara dengan
37,37% yang masuk kategori efek besar
2. Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I
Uji korelasi ini dilakukan untuk memeriksa apakah terdapat ancaman terhadap
validitas internal penelitian berupa regresi statistik. Terdapat ancaman regresi
statistik jika korelasinya negatif dan signifikan.. Regresi statistik adalah
kecenderungan siswa yang mendapat skor pretest lebih tinggi akan mendapat skor
posttest lebih rendah, sedangkan siswa yang mendapat skor pretest lebih rendah
akan mendapat skor pada posttest lebih tinggi (Cohen, Manion, & Morisson,
2007: 155). Data yang digunakan adalah skor rerata pretest dan posttest I pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Data yang digunakan berdistribusi
normal, sehingga menggunakan rumus Pearson Correlation. Tingkat kepercayaan
yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah
jika harga p < 0,05 (Field, 2009: 53). Berikut hasil uji korelasi antara rerata
pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (lihat
Lampiran 4.11.2.1).
Tabel 4.29 Hasil Uji Korelasi Rerata skor Pretest-Posttest I
Kelompok Pearson Correlation p Keterangan
Kontrol 0,611 0,003 Positif dan signifikan
Eksperimen 0,647 0,001 Positif dan signifikan
Tabel 4.29 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol harga r (koefisien
korelasi Pearson) sebesar 0,611, sedangkan pada kelompok eksperimen harga r
(koefisien korelasi Pearson) sebesar 0,647, artinya kedua kelompok memiliki
korelasi yang positif antara skor pretest dan posttest I. Korelasi positif artinya
semakin tinggi skor pretest maka semakin tinggi pula skor posttest. Hasil uji
korelasi rerata pretest dan posttest I pada kelompok kontrol harga p sebesar 0,003
(p < 0,05), artinya Hnull ditolak dan Hi diterima, maka pada kelompok eksperimen
memiliki korelasi yang signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil posttest I.
Sedangkan pada kelompok eksperimen harga p sebesar 0,001 (p < 0,05), artinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 114
95
Hnull ditolak dan Hi diterima, maka pada kelompok eksperimen memiliki korelasi
yang signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil posttest I. Dengan demikian,
ancaman validitas internal, yaitu regresi statistik dapat dikendalikan dalam
penelitian ini.
3. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan
yang diberikan masih memiliki efek yang sama beberapa waktu setelah dilakukan
posttest I. Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan dengan memberikan posttest
II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk menentukan uji yang
akan digunakan, perlu diketahui terlebih dahulu distribusi data skor posttest I dan
posttest II. Skor posttest I dan posttest II diuji normalitasnya menggunakan
Kolmogorov-Smirnov. Kriteria untuk menolak Hnull adalah harga p < 0,05, artinya
data terdistribusi normal. Berikut hasil uji normalitas selisih skor posttest I dan
posttest II kemampuan menarik kesimpulan kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen (lihat Lampiran 4.3.2).
Tabel 4.30 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Selisih Skor Posttest I dan Posttest II
Kelompok Aspek p Keputusan
Kontrol Posttest I 0,096 Normal
Posttest II 0,140 Normal
Eksperimen Posttest I 0,200 Normal
Posttest II 0,145 Normal
Tabel 4.30 menunjukkan bahwa harga p > 0,05 pada skor posttest I dan
posttest II kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, artinya keempat data
tersebut memiliki distribusi data normal. Dengan demikian, uji retensi pengaruh
perlakuan dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik Paired samples t-
test. Kriteria untuk menolak Hnull adalah harga p < 0,05, maka ada perbedaan skor
yang signifikan dari posttest I ke posttest II (Field, 2009: 53 & Santoso, 2015:
296). Berikut hasil uji retensi pengaruh perlakuan terhadap kemampuan
mengevaluasi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (lihat Lampiran
4.12.2.1 dan 4.12.2.2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 115
96
Tabel 4.31 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Posttest I ke Posttest II
Kelompok Rerata Peningkatan
%
Uji
Statistik
p Keputusan
Posttest I Posttest II
Kontrol 2,43 2,36 -3,12 Paired
samples t-
test
0,49 Penurunan
tidak
signifikan
Eksperimen 2,76 2,69 -2,50 Paired
samples t-
test
0,33 Penurunan
tidak
signifikan
Tabel 4.31 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol M = -0,07; SD = 0,51;
SE = 0,10; df = 21; dan p = 0,49 (p > 0,05), maka Hnull diterima, artinya tidak ada
perbedaan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II. Dengan demikian,
pada kelompok kontrol tidak terjadi penurunan skor yang signifikan dari posttest I
ke posttest II. Pada kelompok eksperimen M = -006; SD = 0,34; SE = 0,06; df =
23; dan p = 0,33 p > 0,05), maka Hnull diterima, artinya tidak ada perbedaan skor
yang signifikan dari posttest I ke posttest II. Dengan demikian, pada kelompok
kontrol tidak terjadi penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II.
Dengan demikian, pada kelompok kontrol dan eksperimen tidak terjadi penurunan
skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II.
Persentase penurunan rerata skor posttest I ke posttest II pada kelompok
eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol. Hal tersebut dapat dilihat oada
hasil perhitungan bahwa penurunan skor pada kelompok kontrol sebesar -3,12%
dan pada kelompok eksperimen sebesar -2,50%. Berikut adalah grafik skor
pretest, posttest I, dan posttest II kemampuan menarik kesimpulan pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen.
Grafik 4.10 Perbandingan Skor Pretest, Posttest I, dan Posttest II
2,43 2,43 2,36
2,44
2,76
2,69
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
Pretest Posttest I Posttest II
Mea
n
Kel Kontrol
Kel Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 116
97
Selanjutnya, untuk mengetahui capaian skor pada posttest II berbeda atau
tidak berbeda dengan kondisi awal pada pretest, maka dilakukan analisis terhadap
perbedaan skor pretest dengan posttest II. Analisis perbedaan skor pretest dengan
posttest II menggunakan statistik parametrik, yaitu Paired samples t-test, karena
posttest II kelompok kontrol dan eksperimen memiliki distribusi data normal.
Kriteria untuk menolak Hnull adalah harga p < 0,05 (Field, 2009: 552). Berikut
adalah hasil uji signifikansi skor pretest ke posttest II (lihat Lampiran 4.12.2.3
dan 4.12.2.4).
Tabel 4.32 Hasil Uji Retensi Skor Pretest ke Posttest II
Kelompok Rerata Uji Statistik p Keputusan
Pretest Posttest II
Kontrol 2,43 2,36 Paired
samples t-test
0,598 Perbedaan tidak
signifikan
Eksperimen 2,44 2,69 Paired
samples t-test
0,008 Perbedaan Signifikan
Tabel 4.32 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol mengalami penurunan
skor. Hal tersebut dapat dilihat M = -0,07; SD = 0,66; SE = 0,14; df = 21; dan p =
0,598 (p > 0,05), maka Hnull diterima, artinya tidak ada perbedaan skor yang
signifikan dari pretest ke posttest II. Dengan demikian, pada kelompok kontrol
tidak ada perbedaan skor yang signifikan dari pretest ke posttest II. Pada
kelompok eksperimen M = 0,25; SD = 0,42; SE = 0,08; df = 23; dan p = 0,008 (p <
0,05), maka Hnull ditolak, artinya ada perbedaan skor yang signifikan dari pretest
ke posttest II. Dengan demikian, pada kelompok eksperimen mengalami
perbedaan skor yang signifikan dari pretest ke posttest II.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis terhadap Ancaman Validitas Internal Penelitian
Penarikan kesimpulan dalam sebuah penelitian eksperimental memerlukan
kehati-hatian. Perlu dipastikan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel
dependen hanya disebabkan karena variabel independen yang digunakan sebagai
treatment penelitian. Bisa jadi terdapat variabel lain di luar perlakuan yang turut
mempengaruhi hasil penelitian sehingga memunculkan keraguan terhadap
hubungan sebab-akibat yang ditarik dalam kesimpulan penelitian. Faktor-faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 117
98
luar ini bisa menjadi ancaman terhadap validitas penelitian. Berikut ancaman
validitas internal pada penelitian ini.
Tabel 4.33 Ancaman dalam Penelitian
No Ancaman
Validitas
Tingkat Ancaman Terkendali
Ya/Tidak
Cara Pengendalian
1 Sejarah Rendah Ya Penelitian dilakukan dalam waktu
yang singkat (dua minggu).
2 Difusi
treatment
Rendah-menengah Ya Tidak ada komunikasi tentang STAD
ke kelompok kontrol secara
sistematis.
3 Perilaku
kompensatoris
Rendah-menengah Tidak Kelompok kontrol tidak diberi
treatment STAD sesudah penlitian
selesai.
4 Maturasi Rendah Ya Penelitian dilaksanakan dalam waktu
yang singkat (dua minggu).
Penggunaan pretest dan posttest
yang sama untuk kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen.
5 Regresi
statistik
Rendah Ya Pada kemampuan mengevaluasi
hasil uji korelasi pretest dan posttest
I positif, pada kelompok kontrol
tidak signifikan sedangkan pada
kelompok eksperimen signifikan.
Pada kemampuan menarik
kesimpulan hasil uji korelasi pretest
dan posttest I positif dan signifikan
pada kedua kelompok.
6 Mortalitas Rendah Ya Penelitian dilaksanakan dalam waktu
yang singkat (dua minggu).
Semua siswa hadir saat pretest dan
posttest pada kelompok kontrol dan
eksperimen.
7 Pengujian Rendah Ya Kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen sama-sama diberi
pretest.
8 Instrumentasi Rendah-menengah-
tinggi
Ya Memeriksa kelayakan instrumen.
Menggunakan instrumen yang sama
saat pretest dan posttest.
9 Lokasi Menengah-tinggi Ya Lingkungan dan kondisi ruang kelas
kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen kurang lebih sama
10 Karakteristik
subjek
Menengah-tinggi Ya Kedua kelompok memiliki
kemampuan awal yang sama.
11 Implementasi Tinggi Ya Pembelajaran diimplementasikan
oleh guru yang sama untuk
kelompok kontrol dan eksperimen.
Tabel 4.33 menunjukkan ancaman yang dapat dikendalikan pada
penelitian ini adalah sejarah, difusi treatment, maturasi, regresi statistik,
mortalitas, pengujian, isntrumentasi, lokasi, karakteristik subjek, dan
implementasi. Ancaman validitas internal yang tidak dapat dikendalikan, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 118
99
perilaku kompensatoris dengan tingkat ancaman rendah-menengah. Ancaman
tersebut tidak berdampak secara praktis terhadap kredibilitas kesimpulan yang
diambil. Dengan demikian, 10 dari 11 ancaman validitas internal dapat
dikendalikan dengan baik dan tidak ada temuan data yang menunjukkan ancaman
yang berdampak sistemik. Maka kredibilitas kesimpulan penelitian bisa dipercaya.
Berikut penjelasan ancaman terhadap validitas internal penelitian dan cara
pengendaliannya. Selama penelitian, dijumpai peristiwa yang dapat mengancam
validitas internal penelitian. Setiap ancaman dikendalikan dengan solusi yang ada.
Pelaksanaan penelitian ini berlangsung kurang lebih 2 minggu untuk
mengendalikan ancaman validitas internal berupa sejarah, maturasi dan mortalitas.
Ancaman validitas internal berupada difusi treatment berhasil dikendalikan dalam
penelitian ini. Solusi yang ditawarkan peneliti, yaitu memberikan pengertian
setelah pembelajaran kepada kedua kelompok agar tidak saling mempelajari
treatment setiap kelompok. Ancaman validitas internal berupa perilaku
kompensatoris tidak berhasil dikendalikan dalam penelitian ini. Seharusnya
setelah seluruh treatment sudah diberikan pada kedua kelompok, kelompok
kontrol juga diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan
kelompok eksperimen, tetapi keterbatasan waktu guru mitra tidak memungkinkan
lagi untuk melaksanakan pembelajaran.
Penggunaan soal pretest dan posttest yang sama pada kedua kelompok dan
isntrumen soal sudah diperiksa terlebih dahulu kelayakannya juga membuat
ancaman validitas internal berupa maturasi dan instrumentasi dapat dikendalikan
dengan baik. Begitu pula dengan ancaman validitas internal berupa regresi
statistik yang dapat dikendalikan dengan baik, karena pada kemampuan
mengevaluasi hasil uji korelasi pretest dan posttest I positif, pada kelompok
kontrol tidak signifikan sedangkan pada kelompok eksperimen signifikan.
Sedangkan pada kemampuan menarik kesimpulan hasil uji korelasi pretest dan
posttest I positif dan signifikan pada kedua kelompok. Kehadiran semua siswa
selama pretest, treatment¸ dan posttest juga membuat ancaman validitas internal
berupa mortalitas dapat dikendalikan dengan baik. Ancaman validitas internal
berupa pengujian juga dapat dikendalikan dengan baik, karena kedua kelompok
sama-sama diberikan pretest sebelum treatment dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 119
100
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi yang sama, yaitu di salah satu SD
swasta di Yogyakarta. Selama penelitian, setiap kelompok menggunakan kelas
seperti hari biasa, yaitu kelas VB ditempati oleh kelompok kontrol, sedangkan
kelas VA ditempati oleh kelompok eksperimen dengan kondisi kedua ruang kelas
kurang lebih sama. Pelaksanaan pretest bertujuan untuk mengetahui kemampuan
awal pada kedua kelompok. Setelah pretest ternyata kedua kelompok memiliki
kemampuan awal yang sama, sehingga ancaman validitas internal berupa
karakteristik subjek dapat dikendalikan. Selain itu, agar tidak terjad bias,
pembelajaran pada kedua kelompok dilakukan oleh guru yang sama, sehingga
ancaman validitas internal berupa implementasi dapat dikendalikan dengan baik.
4.2.2 Analisis Pengaruh Kemampuan Mengevaluasi
Hipotesis I pada penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi siswa
kelas V SD. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh secara
signifikan terhadap kemampuan mengevaluasi. Sebaran data posttest pada
kemampuan mengevaluasi menunjukkan bahwa siswa pada kelompok eksperimen
mendapat skor lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Indikator pertama, yaitu menerka akibat dari hewan yang berada di tempat
yang tidak sesuai dengan organ pernapasannya, pada kelompok kontrol perolehan
skor 3 meningkat sebanyak 4 siswa. Pada kelompok eksperimen perolehan skor 3
meningkat sebanyak 5 siswa dan skor 4 sebanyak 2 siswa.
Indikator kedua, yaitu menilai sah tidaknya fungsi organ pernapasan
hewan sesuai dengan tempat hidupnya, pada kelompok kontrol perolehan skor 1
meningkat sebanyak 2 siswa, skor 3 sebanyak 1 siswa, dan skor 4 sebanyak 3
siswa. Pada kelompok eksperimen perolehan skor 3 meningkat sebanyak 1 siswa
dan skor 4 sebanyak 7 siswa.
Indikator ketiga, yaitu menilai sah tidaknya perilaku manusia terhadap
hewan, pada kelompok kontrol perolehan skor 1 meningkat sebanyak 1 siswa,
skor 2 sebanyak 3 siswa, dan skor 3 sebanyak 2 siswa. Pada kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 120
101
eksperimen perolehan skor 3 meningkat sebanyak 4 siswa, dan skor 4 sebanyak 2
siswa.
Pada kelompok kontrol, skor yang sering muncul adalah skor 2, yaitu
sebanyak 29 siswa pada saat pretest dan 23 siswa pada saat posttest. Pada
kelompok eksperimen, skor yang sering muncul adalah skor 2 sebanyak 23 siswa
pada saat pretest dan skor 3 sebanyak 30 siswa pada saat posttest.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kedua kelompok memiliki
kemampuan awal yang sama dengan harga p = 0,916 (p > 0,05), artinya tidak ada
perbedaan yang signifikan antara skor pretest pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Dengan demikian, kedua kelompok dapat dibandingkan
dan ancaman validitas internal berupa karakteristik subjek dapat dikendalikan
dalam penelitian ini.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh
terhadap kemampuan mengevaluasi dengan harga p = 0,001 (p < 0,05), artinya
ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest dan posttest I pada
kelompok eksperimen. Maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD
berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberi pengaruh
kemampuan mengevaluasi sebesar 22% atau setara dengan kategori efek
menengah (Field, 2009: 57). Hal ini dibuktikan dengan hasil uji besar pengaruh
perlakuan sebesar r = 0,47 atau setara dengan 22%. Hal ini berarti model
pembelajaran kooperatif tipe STAD memberi pengaruh sekitar 22%, sedangkan
sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel yang diteliti
(Kasmadi & Sunariah, 2013: 151).
Perhitungan persentase peningkatan rerata selisih skor pretest ke posttest I
kemampuan mengevaluasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Pada kelompok eksperimen
terjadi peningkatan yang lebih besar daripada kelompok kontrol. Hal tersebut
terlihat dari persentase peningkatan skor rerata pretest ke posttest I kelompok
eksperimen sebesar 23,33%. Sedangkan peningkatan rerata skor pretest ke
posttest I kelompok kontrol sebesar -0,58%. Hasil rerata skor posttest I pada
kelompok kontrol menunjukkan angka yang negatif, artinya kelompok kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 121
102
mengalami penurunan hasil skor dari pretest ke posttest, hal tersebut
kemungkinan karena saat posttest I dilaksanakan pada hari Jumat setelah senam,
kemungkinan siswa tidak fokus ketika mengerjakan soal posttest I sehingga
mengalami penurunan skor.
Hasil uji besar efek peningkatan rerata skor pretest ke posttest I
menunjukkan bahwa peningkatan pada kelompok eksperimen lebih besar daripada
kelompok kontrol. Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada
kelompok eksperimen memiliki harga r sebesar 0,78 atau setara dengan 60,8%
(kategori besar). Sedangkan pada kelompok kontrol memiliki harga r sebesar 0,02
atau setara dengan 0,05% (kategori kecil).
Pada kelompok kontrol mengalami peningkatan skor yang positif dan
tidak signifikan, sedangkan kelompok eksperimen mengalami peningkatan skor
yang positif dan signifikan. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji korelasi antara
rerata pretest ke posttest I pada kelompok kontrol, harga p sebesar 0,544 (p >
0,05), artinya kelompok kontrol mengalami peningkatan yang tidak signifikan.
Pada kelompok eksperimen, harga p sebesar 0,016 (p < 0,05), artinya kelompok
eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan. Hasil Pearson Correlation
pada kelompok kontrol sebesar 0,137 dan pada kelompok eksperimen sebesar
0,488. Harga Pearson Correlation menunjukkan nilai positif pada kelompok
kontrol, artinya siswa yang mendapat rerata skor pretest rendah, pada posttest I
mendapat rerata skor rendah. Sedangkan siswa yang mendapat rerata skor pretest
tinggi, pada posttest I mendapat rerata skor tinggi.
Setelah kurang lebih lima hari dari posttest I, kedua keloompok
mengerjakan soal posttest II. Tujuannya untuk mengetahui apakah masih ada
pengaruh perlakuan setelah beberapa waktu dilakukan posttest I. Pada kelompok
kontrol hasil uji retensi menunjukkan harga p sebesar 0,783 (p > 0,05), artinya
tidak ada perbedaan signifikan antara skor posttest I ke posttest II dan persentase
penurunan sebesar -1,23%. Sedangkan pada kelompok eksperimen hasil uji retensi
menunjukkan harga p sebesar 0,036 (p < 0,05), artinya ada perbedaan signifikan
antara skor posttest I ke posttest II dan persentase penurunan sebesar -5,18%.
Dengan kata lain, pada kelompok eksperimen terjadi penurunan skor yang
signifikan antara posttest I ke posttest II. Meskipun demikian, skor posttest II pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 122
103
kelompok eksperimen tetap lebih tinggi daripada skor pretest. Sedangkan pada
kelompok kontrol, skor posttest II lebih rendah daripada pretest. Dengan
demikian, model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif daripada
metode ceramah. Hal ini terbukti dengan hasil rerata skor pretest ke posttest II
kelompok kontrol sebesar 2,48 dan 2,43. Sedangkan hasil rerata skor pretest ke
posttest II kelompok eksperimen sebesar 2,50 dan 2,80.
Hasil perhitungan gain score pada kemampuan mengevaluasi diperoleh
skor ≥ 0,00. Frekuensi siswa yang memperoleh skor ≥ 0,00 dengan penerapan
metode ceramah sebanyak 13 anak, sedangkan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD sebanyak 24 anak. Dengan demikian, 100% siswa pada kelompok
eksperimen diuntungkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
sedangkan 59% siswa pada kelompok kontrol diuntungkan dengan metode
ceramah. Keuntungan pada kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok
kontrol, maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih mampu
mengembangkan kemampuan mengevaluasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 123
104
4.2.3 Analisis Pengaruh Kemampuan Menarik Kesimpulan
Hipotesis II pada penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap kemampuan menarik kesimpulan
siswa kelas V SD. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh secara
signifikan terhadap kemampuan menarik kesimpulan. Sebaran data posttest pada
kemampuan menarik kesimpulan menunjukkan bahwa siswa pada kelompok
eksperimen mendapat skor lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Indikator pertama, yaitu mengemukakan alternatif tindakan yang dapat
dilakukan oleh manusia terhadap hewan, pada kelompok kontrol perolehan skor 4
meningkat sebanyak 1 siswa. Pada kelompok eksperimen perolehan skor 4
meningkat sebanyak 4 siswa.
Indikator kedua, yaitu menerka akibat yang akan terjadi pada hewan
terhadap tindakan manusia, pada kelompok kontrol perolehan skor 1 meningkat
sebanyak 4 siswa. Pada kelompok eksperimen perolehan skor 1 meningkat
sebanyak 1 siswa dan skor 3 sebanyak 1 siswa.
Indikator ketiga, yaitu menyimpulkan akibat dari perlakuan terhadap
hewan, pada kelompok kontrol perolehan skor 3 meningkat sebanyak 3 siswa.
Pada kelompok eksperimen perolehan skor 3 meningkat sebanyak 1 siswa, dan
skor 4 sebanyak 3 siswa.
Pada kelompok kontrol, skor yang sering muncul adalah skor 3, yaitu
sebanyak 29 siswa pada saat pretest dan 30 siswa pada saat posttest. Pada
kelompok eksperimen, skor yang sering muncul adalah skor 3 sebanyak 26 siswa
pada saat pretest dan skor 3 sebanyak 28 siswa pada saat posttest.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kedua kelompok memiliki
kemampuan awal yang sama dengan harga p = 0,970 (p > 0,05), artinya tidak ada
perbedaan yang signifikan antara skor pretest pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Dengan demikian, kedua kelompok dapat dibandingkan
dan ancaman validitas internal berupa karakteristik subjek dapat dikendalikan
dalam penelitian ini.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh
terhadap kemampuan menarik kesimpulan dengan harga p = 0,01 (p < 0,05),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 124
105
artinya ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest dan posttest I
pada kelompok eksperimen. Maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD
berpengaruh terhadap kemampuan menarik kesimpulan.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberi pengaruh
kemampuan menarik kesimpulan sebesar 13,69% atau setara dengan kategori efek
menengah (Field, 2009: 57). Hal ini dibuktikan dengan hasil uji besar pengaruh
perlakuan sebesar r = 0,37 atau setara dengan 13,69%. Hal ini berarti model
pembelajaran kooperatif tipe STAD memberi pengaruh sekitar 13,69%,
sedangkan sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel yang
diteliti (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151).
Perhitungan persentase peningkatan rerata selisih skor pretest ke posttest I
kemampuan menarik kesimpulan pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Pada kelompok
eksperimen terjadi peningkatan yang lebih besar daripada kelompok kontrol. Hal
tersebut terlihat dari persentase peningkatan skor rerata pretest ke posttest I
kelompok eksperimen sebesar 13,07%. Sedangkan peningkatan rerata skor pretest
ke posttest I kelompok kontrol sebesar 0,01%.
Hasil uji besar efek peningkatan rerata skor pretest ke posttest I
menunjukkan bahwa peningkatan pada kelompok eksperimen lebih besar daripada
kelompok kontrol. Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada
kelompok eksperimen memiliki harga r sebesar 0,6111 atau setara dengan 37,37%
(kategori besar). Sedangkan pada kelompok kontrol memiliki harga r sebesar
0,001 atau setara dengan 0,00% (kategori kecil).
Pada kelompok kontrol dan eksperimen mengalami peningkatan skor yang
positif signifikan. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji korelasi antara rerata pretest
ke posttest I pada kelompok kontrol, harga p sebesar 0,003 (p > 0,05), artinya
kelompok kontrol mengalami peningkatan yang signifikan. Pada kelompok
eksperimen, harga p sebesar 0,001 (p < 0,05), artinya kelompok eksperimen
mengalami peningkatan yang signifikan. Hasil Pearson Correlation pada
kelompok kontrol sebesar 0,611 dan pada kelompok eksperimen sebesar 0,647.
Harga Pearson Correlation menunjukkan nilai positif pada kelompok kontrol,
artinya siswa yang mendapat rerata skor pretest rendah, pada posttest I mendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 125
106
rerata skor rendah. Sedangkan siswa yang mendapat rerata skor pretest tinggi,
pada posttest I mendapat rerata skor tinggi.
Setelah kurang lebih lima hari dari posttest I, kedua keloompok
mengerjakan soal posttest II. Tujuannya untuk mengetahui apakah masih ada
pengaruh perlakuan setelah beberapa waktu dilakukan posttest I. Pada kelompok
kontrol hasil uji retensi menunjukkan harga p sebesar 0,49 (p > 0,05), artinya
tidak ada perbedaan signifikan antara skor posttest I ke posttest II dan persentase
penurunan sebesar -3,12%. Sedangkan pada kelompok eksperimen hasil uji retensi
menunjukkan harga p sebesar 0,33 (p > 0,05), artinya tidak ada perbedaan
signifikan antara skor posttest I ke posttest II dan persentase penurunan sebesar -
2,50%. Dengan kata lain, pada kelompok eksperimen terjadi penurunan skor yang
signifikan antara posttest I ke posttest II. Meskipun demikian, skor posttest II pada
kelompok eksperimen tetap lebih tinggi daripada skor pretest. Sedangkan pada
kelompok kontrol, skor posttest II lebih rendah daripada pretest. Dengan
demikian, model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif daripada
metode ceramah. Hal ini terbukti dengan hasil rerata skor pretest ke posttest II
kelompok kontrol sebesar 2,43 dan 2,36. Sedangkan hasil rerata skor pretest ke
posttest II kelompok eksperimen sebesar 2,44 dan 2,69.
Hasil perhitungan gain score pada kemampuan mengevaluasi diperoleh
skor ≥ 0,33. Frekuensi siswa yang memperoleh skor ≥ 0,33 dengan penerapan
metode ceramah sebanyak 8 anak, sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD sebanyak 16 anak. Dengan demikian, 60% siswa pada kelompok
eksperimen diuntungkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
sedangkan 36% siswa pada kelompok kontrol diuntungkan dengan metode
ceramah. Keuntungan pada kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok
kontrol, maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih mampu
mengembangkan kemampuan menarik kesimpulan.
4.2.4 Analisis Hasil Penelitian terhadap Teori
Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) berpengaruh
terhadap kemampuan mengevaluasi dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 126
107
memperlihatkan selisih skor kelompok eksperimen lebih tinggi daripada
kelompok kontrol. Hal ini terjadi karena model pembelajaran yang diterapkan
pada kedua kelompok berbeda. Perbedaan tersebut berpengaruh terhadap
meningkat tidaknya kemampuan mengevaluasi dan kemampuan menarik
kesimpulan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang relevan yang
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD) berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi
dan hasil belajar (Sukmayani, Parmiti, & Wibawa, 2015). Penelitian lain juga
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh
tehadap hasil belajar IPA (Sudiarpa, Renda, & Rati, 2015). Selain itu sebuah
penelitian juga menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD berpengaruh terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar
fisika (Juraini, Taufik, & Gunada, 2016). Dari ketiga penelitian sebelumnya,
terdapat beberapa hal yang hampir sama dengan penelitian ini. Kesamaan tersebut
terletak pada model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) sebagai variabel independen yang mempengaruhi variabel
dependen. Selain itu, terdapat unsur baru yang berbeda dengan penelitian
sebelumnya pada penelitian ini, yaitu populasi penelitian yang merupakan siswa
kelas V di salah satu SD swasta di Yogyakarta dan materi yang digunakan dalam
penelitian adalah materi sistem pernapasan hewan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Student
Assessment (PISA), pada tahun 2012 Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65
negara dengan hasil skor literasi IPA sebesar 382 (OECD, 2013: 5). Pada tahun
2015, Indonesia berada pada peringkat 62 dari 70 negara dengan hasil skor literasi
IPA sebesar 403 (OECD, 2016: 5). Data tersebut menunjukkan adanya
peningkatan hasil skor literasi IPA dari 382 menjadi 403, namun peringkat
Indonesia masih berada di 10 besar terbawah dari 70 negara peserta PISA tahun
2015. Diduga rendahnya kemampuan siswa pada mata pelajaran IPA disebabkan
oleh faktor tertentu, di antaranya menerapkan metode ceramah khususnya
pembelajaran di SD, di mana guru yang berperan aktif sebagai sumber belajar
siswa. Meskipun telah banyak ditemukan berbagai model pembelajaran inovatif,
tetapi di Indonesia masih menerapkan metode ceramah dalam kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 127
108
pembelajaran. Dengan penerapan model pembelajaran yang inovatif ini
harapannya dapat memudahkan siswa dalam mengembangkan kemampuan
dirinya.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan kesesuaian dengan teori yang sudah
ada bahwa anak-anak harus berinteraksi dengan lingkungannya untuk berkembang
dan membangun struktur-stuktur kognitif baru dalam dirinya. Siswa kelas V SD
yang berusia 10-11 tahun berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap
operasional kronket, siswa mulai menunjukkan perilaku belajar secara lebih
objektif dan mulai berpikir secara rasional. Selain itu, model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achivement Division (STAD) merupakan salah satu
tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pembelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal (Slavin, dalam Isjoni, 2013:
74). Siswa menjadi aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran di kelas
bersama kelompok-kelompok kecil, mereka juga berani dalam menyampaikan
pendapatnya di depan kelas.
Model ini juga sesuai dengan teori sosiokultural menurut Vygotsky yang
menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam
jangkauan kemampuan atau berada dalam Zone of Proximal Development (ZPD).
Siswa akan dapat memecahkan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau
melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu atau diberikan
bantuan sementara yang diberikan kepada peserta didik untuk belajar dan
memecahkan masalah yang dinamakan Scaffolding. Selain itu, pemilihan model
pembelajaran ini juga disesuaikan dengan kondisi siswa yang heterogen, baik dari
jenis kelamin maupun prestasi akademik. Kelompok yang heterogen ini
membantu siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah merasa termotivasi
dengan teman satu kelompok yang memiliki kemampuan akademik lebih tinggi.
Selain itu, meskipun dinamakan kerja kelompok, dalam STAD tidak berarti
memberatkan pada satu siswa yang memiliki kemampuan akademik lebih tinggi,
karena skor kuis individu tiap anggota kelompok menjadi penentu total skor untuk
kelompok mereka sendiri. Nantinya kelompok yang memiliki skor tertinggi akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 128
109
mendapatkan penghargaan. Guru bertugas untuk membentuk kelompok dan
menyiapkan materi pembelajaran. Selain itu, selama kegiatan dalam kelompok
berlangsung, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dan bantuan
apabila diperlukan. Hal tersebut sesuai dengan komponen model pembelajaran
STAD, yaitu presentasi kelas, kerja kelompok, kuis, peningkatan nilai individu,
dan penghargaan kelompok.
Efek penerapan dapat terlihat pada hasil uji retensi, di mana penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami penurunan skor posttest II
yang lebih tinggi daripada penerapan metode ceramah. Akan tetapi pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki skor posttest II yang
lebih tinggi daripada pretest, sedangkan metode ceramah justru mengalami
penurunan dari pretest ke posttest II. Pada hasil uji retensi dari pretest ke posttest
II, pembelajaran dengan metode ceramah mengalami perbedaan skor yang tidak
signifikan, sedangkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
mengalami perbedaan skor yang signifikan, yaitu skor posttest II tetap lebih tinggi
dari pretest.
Penelitian ini difokuskan untuk meneliti pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
terhadap kemampuan mengevaluasi dan menarik kesimpulan materi sistem
pernapasan hewan pada siswa kelas V di salah satu SD swasta di Yogyakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD memberi efek menengah terhadap kemampuan mengevaluasi dengan r
= 0,47 atau setara dengan 22%. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD memberi efek menengah terhadap kemampuan menarik kesimpulan
dengan r = 0,37 atau setara dengan 13,69%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap
kemampuan mengevaluasi dan menarik kesimpulan siswa kelas V SD. Dengan
demikian, penelitian ini dapat menjadi langkah awal untuk dapat mengembangkan
penelitian selanjutnya tentang model pembelajaran kooperatif atau model
pembelajaran lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
Harapannya, model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menjadi salah satu
alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 129
110
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi siswa
kelas V SD. Hasil analisis terhadap data penelitian mengafirmasi hipotesis
penelitian. Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan
statistik parametrik dengan Independent samples t-test yang menunjukkan
rerata selisih skor kelompok eksperimen sebesar (M = 0,58; SE = 0,09)
lebih tinggi daripada rerata selisih skor kelompok kontrol (M = -0,01; SE =
0,13). Perbedaan skor tersebut signifikan t(44) = -3,62; p = 0,01 (p < 0,05).
Besar pengaruh perlakuan (effect size) terhadap kemampuan mengevaluasi
adalah r = 0,47 atau 22% yang setara dengan kategori efek menengah.
5.1.2 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) berpengaruh terhadap kemampuan menarik kesimpulan
siswa kelas V SD. Hasil analisis terhadap data penelitian mengafirmasi
hipotesis penelitian. Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan
menggunakan statistik parametrik dengan Independent samples t-test yang
menunjukkan rerata selisih skor kelompok eksperimen sebesar (M = 0,31;
SE = 0,08) lebih tinggi daripada rerata selisih skor kelompok kontrol (M =
0,00; SE = 0,08). Perbedaan skor tersebut signifikan t(44) = -2,67, p = 0,01
(p < 0,05). Besar pengaruh perlakuan (effect size) terhadap kemampuan
mengevaluasi adalah r = 0,37 atau 13,69% yang setara dengan kategori
efek menengah.
5.2 Keterbatasan Penelitian
5.2.1 Ancaman terhadap validitas internal berupa perilaku kompensatoris tidak
dapat dikendalikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 130
111
5.2.2 Kurang adanya koordinasi dengan guru lain yang mengajar, sehingga
waktu pengerjaan posttest II dilaksanakan saat siang hari, yaitu pukul
11.50-13.00.
5.2.3 Hasil penelitian belum bisa digeneralisasikan ke semua sekolah, karena
penelitian ini terbatas pada siswa kelas V di salah satu SD swasta
Yogyakarta.
5.3 Saran
5.3.1 Peneliti sebaiknya dapat lebih memperhatikan ancaman terhadap validitas
internal supaya dapat dikendalikan dengan baik.
5.3.2 Peneliti sebaiknya berkoordinasi dengan guru lain yang mengajar supaya
tidak terjadi kesalahpahaman.
5.3.3 Penelitian di SD ini dapat diujicobakan di Sekolah Dasar yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 131
112
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2008). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. (Edisi
Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Best, J. W. & Kahn, J. V. (2006). Research in education (tenth edition). Boston:
Pearson Education Inc.
Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2007). Research methods in education
(6th
ed). London and New York: Routledge.
Crain, W. (2014). Teori perkembangan: Konsep dan aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Creswell, J. (2015). Riset pendidikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
riset kualitatif & kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Desmita. (2007). Psikologi perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Facione, P. A. (2011). Critical thinking: A statement of expert consensus for
purposes of educational assessment and instruction. The California
Academic Press. Diakses pada tanggal 28 Desember 2018 dari
https://eric.ed.gov/?id=ED315423
Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS (third edition). Los Angles:
Sage.
Fitriani, A., Indrowati, M., & Karyanto, P. (2015). Kemampuan berpikir kritis
siswa pada pembelajaran biologi melalui penerapan accelerated learning
siswa kelas x SMA negeri Karangpandan Karanganyar. Jurnal Pendidikan
Biologi, 7(2), (56-67). Diakses pada tanggal 22-11-2018, dari
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/35196/Kemampuan-berpikir-
kritis-siswa-pada-pembelajaran-biologi-melalui-penerapan-accelerated-
learning-siswa-kelas-X-SMA-Negeri-Karangpandan-Karanganyar
Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. (2012). How to design and evaluate
research in education, eight edition. New York: McGraw Hill.
Ghozali, I. (2009). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS.
Semarang: UNDIP.
Hosnan. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad
21. Bogor: Ghalia Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 132
113
Ibda, F. (2015). Perkembangan kognitif: teori Jean Piaget. Universitas Islam
Negeri Banda Aceh. Intelektualita, Vol. 3, No. 10. Diakses pada tanggal 27
Februari 2018 dari http://id.portalgaruda.org
Isjoni. (2013). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Johnson, B., & Christensen, L. (2008). Educational research, quantitative,
qualitative, and mixed approaches, third edition. California: Sage
Publications.
Juraini, Taufik, M., & Gunada, I. W. (2016). Pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (student team achievement division) dengan metode
eksperimen terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar fisika
pada siswa SMA Negeri 1 Labuapi tahun pelajaran 2015/2016. Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi II(2). Diakses pada tanggal 22-11-2018,
dari https://www.neliti.com/publications/120389/pengaruh-model-
pembelajaran-kooperatif-tipe-stad-student-team-achievement-divisi
Kasmadi & Sunariah. (2013). Panduan modern penelitian kuantitatif. Bandung:
Alfabeta.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Udara Bersih bagi Kesehatan:
Buku Guru. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Udara Bersih bagi Kesehatan:
Buku Siswa. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Krathwohl, D. R. (2004). Methods of educational and social science research: An
integrated approach (2nd
ed.). Illnois: Waveland Press.
Majid, A. (2014). Pembelajaran tematik terpadu. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Masidjo. (2010). Penilaian pencapaian hasil belajar siswa si sekolah.
Yogyakarta: Kanisius.
Neuman, W. L. (2013). Metodologi penelitian sosial: Pendekatan kualitatif dan
kuantitatif, edisi ketujuh. Jakarta: PT Indeks.
Nurgiyantoro, B. (2010). Penilaian pembelajaran bahasa berbasis kompetensi.
Yogyakarta: BPFE.
OECD. (2010). PISA 2009 result: Executive summary. Diakses pada tanggal 22-
11-2018, dari https://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/46619703.pdf
OECD. (2013). PISA 2012 result: Whats students know and can do: Students
performance in reading, mathematics, and science. Diakses pada tanggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 133
114
22-11-2018, dari ttps://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-
overview.pdf
OECD. (2016). PISA 2105 result in focus. Diakses pada tanggal 22-11-2018, dari
https://www.oecd.org/pisa/pisa-2015-results-in-focus.pdf
Priyatno, D. (2012). Belajar praktis analisis parametrik dan nonparametrik
dengan SPSS dan prediksi pertanyaan pendadaran skripsi dan tesis:
Simple praktis dan mudah dipahami untuk tingkat pemula dan menengah.
Yogyakarta: Gava Media.
Rofiq, M. N. (2010). Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dalam
pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Falasifa, 1(1). Diakses pada
tanggal 16 Oktober 2017 dari
https://jurnalfalasifa.files.wordpress.com/2012/11/m-nafiur-rofiq-
pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning-dalam-pengajaran-
pendidikan-agama-islam.pdf
Rusman. (2013). Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme
guru. Jakarta: PT Rajagrafinda Persada.
Salkind, N. J. (2009). Teori-teori perkembangan manusia. Bandung: Nusa media.
Sanjaya, W. (2013). Penelitian pendidikan: Jenis, metode, dan prosedur. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Santoso, S. (2015). Menguasai SPSS 22: From basic to expert skills. Jakarta: PT.
Gramedia.
Santrock, J. W. (2014). Psikologi pendidikan ed 5. Jakarta: Salemba Humanika.
Schunk, D. H. (2012). Teori-teori pembelajaran: Perspektif pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Shoimin, A. (2014). 68 model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Siregar, S. (2013). Metode penelitian kuantitatif. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
Slavin, R. E. (2005). Cooperative learning: theory, research and practice.
London: Allymand Bacon.
Sudiarpa, I. K., Renda, N. T., & Rati, N. W. (2015). Pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar IPA kelas IV
SD No 3 Songan. E-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 3(1).
Diakses pada tanggal 22-11-2018, dari
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/5909
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 134
115
Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. (2016). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukmayani, L. M. D., Parmiti, D. P., & Wibawa, I. M. C. (2015). Pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap motivasi belajar dan
hasil belajar IPS siswa. E-Journal PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha, 3(1). Diakses pada tanggal 22-11-2018, dari
ttps://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/5649
Taniredja, T., & Mustafidah, H. (2011). Penelitian kuantitatif (sebuah pengantar).
Bandung: Alfabeta.
Tung, K. Y. (2015). Pembelajaran dan perkembangan belajar. Jakarta Indeks.
Usdalifat, S., Ramadhan, A., & Suleman, S. M. (2016). Pengaruh model
pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis dan keterampilan
proses siswa pada mata pelajaran IPA biologi kelas VII SMP negeri 19
Palu. Jurnal Sains Dan Teknologi Tadulako, 5(3), (1-10). Diakses pada
tanggal 22-11-2018, dari
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JSTT/article/download/6975/561
2
Widoyoko, P. E. (2015). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Widura, H. S., Karyanto, P., Ariyanto, J. (2015). Pengaruh model guided
discovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas x sma
negeri 8 surakarta tahun pelajaran 2014/2015. Bio-Pedagogi, 4(2), (25 –
30). Diakses pada tanggal 22-11-2018, dari
ttp://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pdg/article/view/7343
Wonorahardjo, S. (2010). Dasar-dasar sains: Menciptakan masyarakat sadar
sains. Jakarta: PT. Indeks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 135
116
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 136
117
Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 137
118
Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 138
119
Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 139
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 140
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 141
122
Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 142
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 143
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 144
125
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 145
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 146
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 147
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 148
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 149
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 150
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 151
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 152
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 153
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 154
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 155
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 156
137
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 157
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 158
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 159
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 160
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 161
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 162
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 163
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 164
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 165
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 166
147
Lampiran 2.5 Lembar Kerja Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 167
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 168
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 169
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 170
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 171
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 172
153
Lampiran 3.1 Soal Uraian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 173
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 174
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 175
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 176
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 177
158
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban
1. a. 3 contoh hewan dengan organ pernapasan yang serupa:
Belalang bernapas dengan trakea
Contoh lain: jangkrik, kupu-kupu, lebah
Anjing bernapas dengan paru-paru
Contoh lain: kucing, macan, kambing
Ikan bernapas dengan insang
Contoh lain: kecebong, kuda laut, udang
b. 2 alasan anjing harus memunculkan kepalanya saat berenang:
Anjing memiliki organ pernapasan berupa paru-paru
Menghindari masuknya air ke dalam hidung
Untuk menghirup udara
Supaya tetap dapat bernapas
c. Perbedaan cara bernapas antara anjing dan ikan:
Anjing: melalui rongga hidung, faring, trakea, bronkus, hingga paru-
paru. Pada waktu anjing menarik nafas, maka secara otomatis otot
diagrafma akan berkontraksi. Dengan begitu, tulang rusuk juga akan
berkontraksi sehingga rongga dada mengembang. Mengembangnya
rongga dada akan membuat tekanan dalam rongga dada akan menjadi
berkurang, sehingga udara yang dihirup melalui hidung akan masuk ke
dalam paru-paru dan membuat paru-paru mengembang. Selanjutnya
terjadi suatu proses yang dinamakan fase ekspirasi pernapasan yang
ditantai dengan pelepasan udara melalui hidung. Proses ini disebabkan
oleh melemasnya otot diafragma dan otot tulang rusuk dan juga
dibantu oleh kontraksi otot perut. Melemasnya otot diafragma
membuat otot diafragma ini akan melengkung ke atas, sedangkan
tulang rusuk akan menurun yang mengakibatkan rongga dada mengecil
dan tekanannya naik. Meningkatnya tekanan rongga dada ini akan
membuat udara akan keluar dari paru-paru melalui sistem pernapasan.
Ikan: tahap I (pemasukan) mulut ikan membuka dan tutup insang
menutup sehingga air masuk rongga mulut, kemudian menuju
lembaran insang, di sinilah oksigen yang larut dalam air diambil oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 178
159
darah, selain itu darah juga melepaskan karbondioksida dan uap air dan
tahap II (pengeluaran) mulut menutup dan tutup insang membuka
sehingga air dari rongga mulut mengalir keluar melalui insang. Air
yang dikeluarkan ini telah bercmpur dengan CO2 dan uap air yang
dilepaskan darah untuk ikan.
2. a. Alasan dari fungsi organ pernapasan hewan itu sama:
Sama.
Fungsi organ pernapasan hewan itu sama yaitu untuk bernapas, hanya saja
yang membedakan adalah tempat penggunaannya (sesuai habitat).
Misalnya:
Fungsi trakea pada belalang adalah untuk bernapas (darat).
Fungsi paru-paru pada anjing adalah untuk bernapas (darat).
Fungsi insang pada ikan adalah untuk bernapas (air).
b. 2 alasan hewan memiliki organ pernapasan yang berbeda-beda:
Hewan memiliki tempat hidup yang berbeda-beda.
Hewan memiliki jenis yang berbeda-beda
c. Hewan yang memiliki organ pernapasan seperti anjing ada yang dapat
hidup di air meskipun memiliki organ pernapasanan berupa paru-paru,
contohnya paus. Akan tetapi, hewan yang memiliki organ pernapasan
seperti ikan tidak dapat hidup di darat karena organ pernapasannya adalah
insang sehingga hewan seperti ikan hanya bisa hidup di air, contohnya
ikan mas.
3. a. Benar.
Alasan:
Anjing memiliki organ pernapasan yang berbeda dengan ikan, anjing
bernapas menggunakan paru-paru sedangkan ikan bernapas
menggunakan insang.
Tempat hidup anjing berbeda dengan ikan, anjing hidup di darat
sedangkan ikan hidup di air.
b. Benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 179
160
Alasan:
Hewan hanya akan mendapatkan suplai oksigen sesuai dengan tempat
hidupnya.
Hewan tersebut akan mati, apabila organ pernapasan yang dimiliki hewan
tidak sesuai dengan tempat hidupnya.
c. Benar.
Alasan:
Belalang tidak mendapat suplai oksigen untuk bernapas karena Rina
menutup botol dengan rapat.
Tidak ada sirkulasi udara di dalam botol plastik karena Rina tidak
membuat lubang pada botol.
4. a. 2 tindakan yang seharusnya dilakukan oleh Rina:
Apabila Rina ingin membawa belalang tersebut, Rina harus menempatkan
belalang tersebut di wadah yang memiliki sirkulasi udara yang cukup.
Rina harus membuat lubang pada botol plastik atau menempatkan belalang
tersebut pada wadah yang berjaring.
b. Serangga akan mengalami hal serupa dengan belalang, yaitu serangga
dapat terkulai lemas karena kekurangan oksigen dan bahkan serangga
dapat mati.
c. Apabila terlalau lama di daratan, ikan akan mati, karena ikan hanya dapat
mendapatkan suplai oksigen melalui air.
5. a. 2 alasan saat belalang dimasukkan ke dalam botol plastik dapat terkulai
lemas:
Rina menutup botol plastik dengan rapat, sehingga tidak ada proses
pertukaran udara di dalam botol plastik dan mengakibatkan belalang
tidak mendapat suplai oksigen.
Rina tidak membuat lubang udara.
b. Gerakan mulut dan tutup insang menunjukkan bahwa ikan sedang
bernafas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 180
161
Saat oksigen yang ada di dalam air akan berdifusi ke dalam pembuluh
kapiler darah yang terdapat pada lembaran insang, maka mulut terbuka, air
masuk ke dalam mulut dan tutup insang menutup.
Demikian juga karbondioksida dari pembuluh darah akan berdifusi ke
dalam air, maka mulut tertutup, tutup insang terbuka, dan air keluar
melalui insang.
c. 4 tahap pernapasan pada serangga khususnya belalang:
Proses pernapasan pada serangga (belalang) terjadi sebagai berikut:
Saat serangga melakukan pernapasan, udara masuk trakea melalui bagian
yang terletak pada permukaan tubuh. Bagian tersebut dinamakan spirakel.
Spirakel dilindungi oleh bulu halus dengan fungsi sebagai penyaring debu
dan benda asing yang masuk menuju trakea.
Setelah itu, udara tersebut akan melewati pipa kecil yang disebut trakeola.
Trakeola juga ini akan terhubung dengan membran sel. Trakeola memiliki
ujung kecil tertutup dan mengandung cairan dengan warna biru gelap.
Oksigen akan berdifusi masuk ke dalam sel tubuh melalui trakeola,
sedangkan karbondioksida akan berdifusi keluar.
Setelah melewati trakeola, karbondioksida akan dikeluarkan ke seluruh
tubuh melewati trakea.
6. a. Tidak setuju.
Belalang tidak mendapat suplai oksigen yang cukup untuk bernapas
Tidak ada sirkulasi udara
Belalang dapat terkulai lemas bahkan mati
b. 2 tindakan yang dilakukan agar belalang tidak terkulai lemas setelah
dimasukkan ke dalam botol plastik seperti pada cerita:
Tidak menangkap belalang, agar belalang dapat hidup bebas
Apabila ingin menangkap belalang dan memasukkan ke dalam botol
plastik, maka harus dilubangi agar ada sirkulasi udara yang masuk.
c. Tindakan yang dapat dilakukan untuk memelihara ikan dengan benar:
Membersihkan akuarium atau kolam maksimal dua minggu sekali.
Mengganti air akuarium atau kolam maksimal dua minggu sekali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 181
162
Akuarium atau kolam diberi airator untuk menghasilkan gelembung
udara agar ikan dapat bernapas dengan baik
Memberi makan ikan sehari dua kali
Gunakan tanaman air di dalam akuarium atau kolam agar ikan merasa
hidup di habitat aslinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 182
163
Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian
Variabel Aspek No.
Soal
Kriteria Skor
Menginterpretasi Membuat kategori 1a Jika menyebutkan organ
pernapasan dan menuliskan 3
contoh hewan yang memiliki organ
pernapasan yang serupa
4
Jika menyebutkan organ
pernapasan dan menuliskan 1
contoh hewan yang memiliki organ
pernapasan yang serupa
3
Jika tidak menyebutkan organ
pernapasan dan menuliskan 3
contoh hewan yang memiliki organ
pernapasan yang serupa
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
Memahami arti 1b Jika menuliskan 2 alasan mengapa
anjing harus memunculkan
kepalanya saat berenang
4
Jika menuliskan 2 alasan mengapa
anjing harus memunculkan
kepalanya saat berenang tetapi 1
alasan salah
3
Jika menuliskan 1 alasan mengapa
anjing harus memunculkan
kepalanya saat berenang dengan
benar
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
Menjelaskan
makna
1c Jika menuliskan cara bernapas
anjing dengan menyebut 5 organ
dan ikan dengan menyebut 2 tahap
4
Jika menuliskan cara bernapas
anjing dengan menyebut 4organ
dan ikan dengan menyebut 1 tahap
3
Jika menuliskan salah satu cara
bernapas anjing dengan menyebut 5
organ atau ikan dengan menyebut 2
tahap
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
Menganalisis
Menguji gagasan-
gagasan
2a Jika menjawab sama dan
memberikan alasan dengan disertai
3 contoh hewan yang memiliki
organ pernapasan sesuai dengan
habitatnya
4
Jika menjawab sama dan
memberikan alasan dengan disertai
1 contoh hewan yang memiliki
organ pernapasan sesuai dengan
habitatnya
3
Jika menjawab sama dan tidak
memberikan alasan dengan disertai
3 contoh hewan yang memiliki
organ pernapasan sesuai dengan
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 183
164
habitatnya
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
Mengidentifikasi
argumen-argumen
2b Jika menyebutkan 2 alasan
mengapa hewan memiliki organ
pernapasan yang berbeda-beda
4
Jika menyebutkan 2 alasan
mengapa hewan memiliki organ
pernapasan yang berbeda-beda
tetapi 1 alasan salah
3
Jika menyebutkan 1 alasan
mengapa hewan memiliki organ
pernapasan yang berbeda-beda
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
Menganalisis
argumen-argumen
2c Jika menjelaskan 2 poin dengan
tepat
4
Jika menjelaskan 2 poin tetapi 1
poin salah
3
Jika menjelaskan 1 poin dengan
tepat
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
Mengevaluasi
Menilai sah
tidaknya klaim-
klaim
3a Jika menjawab pertanyaan dengan
benar dan menuliskan alasan bahwa
anjing tidak mampu berenang bebas
di dalam air seperti ikan dengan
tepat
4
Jika menjawab pertanyaan dengan
salah dan menuliskan alasan bahwa
anjing tidak mampu berenang bebas
di dalam air seperti ikan dengan
tepat
3
Jika menjawab pertanyaan dengan
benar namun alasan bahwa anjing
tidak mampu berenang bebas di
dalam air seperti ikan salah
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
Menilai sah
tidaknya
argumen-argumen
3b Jika menjawab pertanyaan dengan
benar dan menuliskan alasan bahwa
organ pernapasan hewan harus
sesuai dengan tempat hidupnya
4
Jika menjawab pertanyaan dengan
salah dan menuliskan alasan bahwa
organ pernapasan hewan harus
sesuai dengan tempat hidupnya
dengan tepat
3
Jika menjawab pertanyaan dengan
benar namun alasan bahwa organ
pernapasan hewan harus sesuai
dengan tempat hidupnya salah
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
Menilai sah
tidaknya
3c
Jika menjawab pertanyaan dengan
benar dan menuliskan alasan bahwa
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 184
165
argumen-argumen
organ pernapasan hewan harus
sesuai dengan tempat hidupnya
dengan tepat
Jika menjawab pertanyaan dengan
salah dan menuliskan alasan bahwa
organ pernapasan hewan harus
sesuai dengan tempat hidupnya
dengan tepat
3
Jika menjawab pertanyaan dengan
benar namun alasan bahwa organ
pernapasan hewan harus sesuai
dengan tempat hidupnya salah
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
Menarik
Kesimpulan
Menguji bukti-
bukti
4a Jika menjawab 2 tindakan yang
seharusnya dilakukan oleh Rina
4
Jika menjawab 2 tindakan yang
seharusnya dilakukan oleh Rina
tetapi 1 tindakan salah
3
Jika menjawab 1 tindakan yang
seharusnya dilakukan oleh Rina
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
Menerka
alternatif-
alternatif
4b Jika menjawab pertanyaan dengan
tepat dan memberikan alasan
dengan tepat
4
Jika menjawab pertanyaan dengan
salah namun alasan benar
3
Jika menjawab pertanyaan dengan
tepat namun alasan salah
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
Menarik
kesimpulan
4c Jika menjawab pertanyaan dengan
tepat dan memberikan alasan
dengan tepat
4
Jika menjawab pertanyaan dengan
salah namun alasan benar
3
Jika menjawab pertanyaan dengan
tepat namun alasan salah
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
Mengeksplanasi
Menjelaskan hasil
penalaran
5a Jika menjawab 2 alasan bahwa saat
belalang dimasukkan ke dalam
botol plastik dapat terkulai lemas
4
Jika menjawab 2 alasan bahwa saat
belalang dimasukkan ke dalam
botol plastik dapat terkulai lemas,
tetapi 1 alasan salah
3
Jika menjawab 1 alasan bahwa saat
belalang dimasukkan ke dalam
botol plastik dapat terkulai lemas
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
Membenarkan
prosedur yang
digunakan
5b Jika menjawab 2 alasan bahwa saat
ikan berenang di dalam air mulut
dan insangnya selalu membuka dan
menutup.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 185
166
Jika menjawab 2 alasan bahwa saat
ikan berenang di dalam air mulut
dan insangnya selalu membuka dan
menutup, tetapi 1 alasan salah
3
Jika menjawab 1 alasan bahwa saat
ikan berenang di dalam air mulut
dan insangnya selalu membuka dan
menutup.
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
Memaparkan
argumen-argumen
yang digunakan
5c Jika menjawab 4 tahap pernapasan
pada serangga khususnya belalang
4
Jika menjawab 3 tahap pernapasan
pada serangga khususnya belalang
3
Jika menjawab 2 tahap pernapasan
pada serangga khususnya belalang
2
Jika menjawab 1 tahap pernapasan
pada serangga khususnya belalang
atau jawaban salah
1
Meregulasi Diri Refleksi diri 6a Jika menjawab pertanyaan dengan
benar dan menuliskan 2 alasan
terhadap pernyataan dengan benar
4
Jika menjawab pertanyaan dengan
salah dan menuliskan 2 alasan
terhadap pernyataan dengan benar
3
Jika menjawab pertanyaan dengan
benar namun menuliskan 2 alasan
terhadap pernyataan yang salah
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
Koreksi diri 6b Jika menjawab 2 tindakan agar
belalang tidak terkulai lemas
4
Jika menjawab 2 tindakan agar
belalang tidak terkulai lemas tetapi
1 tindakan salah
3
Jika menjawab 1 tindakan agar
belalang tidak terkulai lemas
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
Koreksi diri 6c Jika menjawab 2 tindakan untuk
memelihara ikan dengan benar
4
Jika menjawab 2 tindakan untuk
memelihara ikan dengan benar
tetapi 1 tindakan salah
3
Jika menjawab 1 tindakan untuk
memelihara ikan dengan benar
2
Jika tidak menjawab sama sekali
atau jawaban salah
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 186
167
Lampiran 3.4 Hasil Pekerjaan Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 187
168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 188
169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 189
170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 190
171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 191
172
Lampiran 3.5 Hasil Rekap Expert Judgement
Variabel No.
Soal
Validator Komentar (Saran Perbaikan)
1 2 3 Rerata
Menginterpretasi 1a 4 4 3
3,67
Validator 3: Kata tanya yang
digunakan kurang sinkron
1b 4 4 4
4,00
Validator 3: Apakah gambar yang
diberikan representatif?
1c 4 4 4 4,00
Menganalisis 2a 4 4 3 3,67
2b 3 4 3
3,33
Validator 1: Beri keterangan jika
harus 2 alasan!
2c 4 4 4 4,00
Mengevaluasi 3a 4 4 3 3,67
3b 4 4 3 3,67
3c 4 4 4 4,00
Menarik
Kesimpulan
4a 4 4 3 3,67
4b 4 4 2 3,33
4c 4 4 4 4,00
Mengeksplanasi 5a 4 4 3
3,67
Validator 3: Menganalisis dan
menilai tidak sama
5b 4 4 4 4,00
5c 4 4 3
3,67
Validator 1: aspek item soal 5c
ditukar dengan aspek item soal 5b
Meregulasi Diri 6a 4 4 3 3,67
6b 4 4 3 3,67
6c 4 4 4 4,00
Total Skor 71 72 60
Rerata 3,94 4 3,33 Validator 1
Instrumen penelitian sangat layak
diimplementasikan.
Validator 2
Instrumen penelitian sangat layak
diimplementasikan.
Validator 3
Instrumen sangat layak
diimplementasikan.
Keterangan:
4 : sangat sesuai
3 : sesuai
2 : tidak sesuai
1 : sangat tidak sesuai
Kategori Kelayakan:
No Skor Kelayakan
1 58,50 – 72,00 Sangat layak
2 45,00 – 58,49 Layak dengan revisi kecil
3 31,50 – 44,99 Layak dengan revisi besar
4 18,00 – 31,49 Tidak layak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 192
173
Lampiran 3.6 Hasil Uji Validasi oleh Expert Judgement
3.6.1 Hasil Uji Validasi oleh Dosen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 193
174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 194
175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 195
176
3.6.2 Hasil Uji Validasi Oleh Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 196
177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 197
178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 198
179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 199
180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 200
181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 201
182
Lampiran 3.7 Data Uji Validitas Instrumen Variabel Mengevaluasi dan Menarik
Kesimpulan
No
Mengevaluasi Menarik Kesimpulan
Soal 3 Total
Soal 4 Total
a b c a b c
1 4 1 4 9 3 1 4 8
2 3 3 2 8 1 3 2 6
3 3 3 2 8 3 3 2 8
4 1 3 2 6 3 3 2 8
5 3 1 2 6 1 1 2 4
6 3 1 1 5 1 1 1 3
7 1 1 1 3 3 1 1 5
8 1 1 2 4 3 1 2 6
9 3 3 4 10 3 3 4 10
10 4 3 4 11 3 3 4 10
11 3 1 2 6 1 1 2 4
12 1 1 2 4 1 1 2 4
13 3 1 2 6 3 1 2 6
14 3 1 2 6 3 1 2 6
15 1 1 2 4 1 1 2 4
16 4 3 4 11 3 3 4 10
17 4 3 2 9 3 3 2 8
18 3 3 2 8 3 3 2 8
19 3 1 4 8 3 1 4 8
20 4 1 2 7 3 1 2 6
21 3 1 2 6 3 1 2 6
22 1 1 2 4 3 1 2 6
23 3 1 2 6 3 1 2 6
24 3 1 2 6 3 1 2 6
25 4 2 2 8 3 2 2 7
26 3 3 2 8 1 3 2 6
27 3 1 1 5 1 1 1 3
28 4 2 2 8 3 2 2 7
29 4 2 4 10 3 2 4 9
30 3 1 2 6 3 1 2 6
31 3 1 2 6 3 1 2 6
32 3 2 4 9 3 2 4 9
33 1 2 2 5 3 2 2 7
34 3 3 2 8 2 3 2 7
35 3 1 2 6 4 1 2 7
36 1 1 2 4 1 1 2 4
37 3 1 2 6 2 1 2 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 202
183
38 1 1 2 4 1 1 2 4
39 1 3 2 6 3 3 2 8
40 3 2 4 9 3 2 4 9
41 3 3 2 8 3 3 2 8
42 1 1 1 3 1 1 1 3
43 3 4 2 9 3 4 2 9
44 3 3 4 10 3 3 4 10
45 4 3 4 11 3 3 4 10
Lampiran 3.8 Hasil SPSS Uji Validitas
3.8.1 Hasil Uji Validitas Setiap Item Soal
Total
Aspek Total Pearson
Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 45
Menginterpretasi Item1a Pearson
Correlation .571**
Sig. (2-tailed) ,000
N 45
Item1b Pearson
Correlation .564**
Sig. (2-tailed) ,000
N 45
Item1c Pearson
Correlation .571**
Sig. (2-tailed) ,000
N 45
Menganalisis Item2a Pearson
Correlation .564**
Sig. (2-tailed) ,000
N 45
Item2b Pearson
Correlation .564**
Sig. (2-tailed) ,000
N 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 203
184
Item2c Pearson
Correlation .549**
Sig. (2-tailed) ,000
N 45
Mengevaluasi Item3a Pearson
Correlation .564**
Sig. (2-tailed) ,000
N 45
Item3b Pearson
Correlation .549**
Sig. (2-tailed) ,000
N 45
Item3c Pearson
Correlation .543**
Sig. (2-tailed) ,000
N 45
Menarik
Kesimpulan
Item4a Pearson
Correlation .571**
Sig. (2-tailed) ,000
N 45
Item4b Pearson
Correlation .549**
Sig. (2-tailed) ,000
N 45
Item4c Pearson
Correlation .543**
Sig. (2-tailed) ,000
N 45
Mengeksplanasi Item5a Pearson
Correlation .571**
Sig. (2-tailed) ,000
N 45
Item5b Pearson
Correlation .743**
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 204
185
Sig. (2-tailed) ,000
N 45
Item5c Pearson
Correlation .549**
Sig. (2-tailed) ,000
N 45
Meregulasi Diri Item6a Pearson
Correlation .569**
Sig. (2-tailed) ,000
N 45
Item6b Pearson
Correlation .743**
Sig. (2-tailed) ,000
N 45
Item6c Pearson
Correlation .549**
Sig. (2-tailed) ,000
N 45
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)
Lampiran 3.9 Hasil SPSS Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 45 100,0
Excludeda 0 0,0
Total 45 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of
Items
,931 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 205
186
Lampiran 4.1 Data Hasil Penelitian untuk Kemampuan Mengevaluasi
Variabel: Kemampuan Mengevaluasi
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 2 2 1 1,67 2 1 4 2,33 0,66 1 2 2 1,67 1 4 2 3 3,00 4 3 2 3,00 0,00 4 2 2 2,67
2 1 2 4 2,33 3 2 3 2,67 0,34 3 2 3 2,67 2 2 3 1 2,00 3 3 2 2,67 0,67 3 2 4 3,00
3 1 2 4 2,33 1 4 2 2,33 0,00 2 3 1 2,00 3 3 2 4 3,00 3 4 2 3,00 0,00 4 4 2 3,33
4 2 2 2 2,00 4 3 1 2,67 0,67 3 2 4 3,00 4 4 3 2 3,00 4 3 3 3,33 0,33 2 2 4 2,67
5 2 1 1 1,33 3 2 1 2,00 0,67 2 4 1 2,33 5 3 2 1 2,00 2 3 1 2,00 0,00 3 4 1 2,67
6 2 2 4 2,67 2 3 4 3,00 0,33 1 2 3 2,00 6 2 4 3 3,00 3 4 3 3,33 0,33 1 2 4 2,33
7 2 2 4 2,67 4 2 3 3,00 0,33 2 3 4 3,00 7 1 3 4 2,67 4 4 4 4,00 1,33 4 2 4 3,33
8 4 2 4 3,33 2 1 4 2,33 -1,00 2 1 4 2,33 8 4 2 1 2,33 3 4 3 3,33 1,00 3 4 3 3,33
9 2 2 4 2,67 1 4 2 2,33 -0,34 3 3 1 2,33 9 1 3 4 2,67 2 3 4 3,00 0,33 2 3 3 2,67
10 1 2 4 2,33 3 2 4 3,00 0,67 2 3 3 2,67 10 2 4 2 2,67 2 3 3 2,67 0,00 2 4 4 3,33
11 1 2 2 1,67 2 4 2 2,67 1,00 3 2 1 2,00 11 2 3 1 2,00 3 4 1 2,67 0,67 3 2 2 2,33
12 2 2 4 2,67 3 2 1 2,00 -0,67 2 3 2 2,33 12 4 1 2 2,33 4 3 2 3,00 0,67 2 3 4 3,00
13 4 2 4 3,33 4 3 2 3,00 -0,33 3 3 3 3,00 13 2 4 2 2,67 3 4 4 3,67 1,00 2 3 2 2,33
14 1 4 2 2,33 2 4 2 2,67 0,34 3 3 1 2,33 14 1 3 1 1,67 4 2 3 3,00 1,33 2 4 3 3,00
15 2 3 3 2,67 3 1 2 2,00 -0,67 2 2 2 2,00 15 2 2 3 2,33 1 4 3 2,67 0,34 4 2 2 2,67
16 4 2 1 2,33 2 2 4 2,67 0,34 3 2 3 2,67 16 2 3 1 2,00 3 3 4 3,33 1,33 4 2 4 3,33
17 3 1 2 2,00 1 1 3 1,67 -0,33 2 3 4 3,00 17 3 1 2 2,00 2 4 3 3,00 1,00 3 2 4 3,00
18 2 4 3 3,00 3 4 2 3,00 0,00 4 2 2 2,67 18 2 4 3 3,00 4 3 3 3,33 0,33 3 3 2 2,67
19 3 1 4 2,67 2 2 3 2,33 -0,34 2 2 3 2,33 19 3 1 4 2,67 3 1 4 2,67 0,00 2 1 4 2,33
20 4 3 3 3,33 1 1 3 1,67 -1,66 2 2 4 2,67 20 4 3 3 3,33 4 4 4 4,00 0,67 4 3 3 3,33
21 3 2 2 2,33 4 2 1 2,33 0,00 3 2 1 2,00 21 3 2 2 2,33 2 3 2 2,33 0,00 2 4 3 3,00
22 2 3 4 3,00 3 3 2 2,67 -0,33 3 2 3 2,67 22 2 3 4 3,00 3 4 4 3,67 0,67 2 2 2 2,00
23 1 2 3 2,00 3 4 3 3,33 1,33 3 2 4 3,00
24 4 1 2 2,33 4 2 3 3,00 0,67 2 2 2 2,00
IndikatorNo
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Posttest 1
Selisih
Posttest 2 Pretest Posttest 1Pretest
Indikator Indikator IndikatorSelisih
Posttest 2
NoIndikator Indikator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 206
187
Lampiran 4.2 Data Hasil Penelitian untuk Kemampuan Menarik Kesimpulan
Variabel: Kemampuan Menarik Kesimpulan
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 1 2 2 1,67 1 2 2 1,67 0,00 1 2 1 1,33 1 2 4 2 2,67 3 4 2 3,00 0,33 3 4 2 3,00
2 3 2 1 2,00 3 3 1 2,33 0,33 2 3 2 2,33 2 3 3 3 3,00 3 4 4 3,67 0,67 3 3 4 3,33
3 3 3 4 3,33 3 3 3 3,00 -0,33 3 4 3 3,33 3 3 2 2 2,33 3 4 3 3,33 1,00 3 4 3 3,33
4 2 3 2 2,33 3 2 3 2,67 0,34 2 4 2 2,67 4 1 4 2 2,33 2 3 2 2,33 0,00 1 2 2 1,67
5 3 2 2 2,33 3 2 2 2,33 0,00 3 1 2 2,00 5 2 2 3 2,33 2 1 3 2,00 -0,33 3 1 4 2,67
6 1 2 3 2,00 3 3 1 2,33 0,33 3 2 3 2,67 6 1 1 2 1,33 2 1 1 1,33 0,00 3 1 1 1,67
7 3 4 1 2,67 3 1 2 2,00 -0,67 2 2 2 2,00 7 3 4 3 3,33 3 3 2 2,67 -0,66 3 3 3 3,00
8 3 2 2 2,33 4 1 3 2,67 0,34 3 3 3 3,00 8 1 2 4 2,33 3 2 3 2,67 0,34 3 1 4 2,67
9 3 3 3 3,00 3 2 3 2,67 -0,33 4 2 1 2,33 9 3 3 3 3,00 4 4 2 3,33 0,33 4 4 1 3,00
10 3 3 4 3,33 3 4 3 3,33 0,00 1 2 2 1,67 10 3 4 1 2,67 3 4 2 3,00 0,33 3 4 2 3,00
11 2 2 2 2,00 2 2 2 2,00 0,00 3 1 3 2,33 11 2 2 2 2,00 3 2 3 2,67 0,67 2 2 3 2,33
12 4 3 1 2,67 4 1 3 2,67 0,00 3 4 2 3,00 12 1 2 3 2,00 2 3 2 2,33 0,33 3 3 2 2,67
13 3 3 3 3,00 2 3 2 2,33 -0,67 1 3 2 2,00 13 3 4 1 2,67 3 2 3 2,67 0,00 1 3 3 2,33
14 2 2 3 2,33 2 3 4 3,00 0,67 2 2 3 2,33 14 4 3 1 2,67 4 1 2 2,33 -0,34 4 1 2 2,33
15 3 3 2 2,67 3 2 2 2,33 -0,34 3 1 2 2,00 15 3 4 1 2,67 3 3 4 3,33 0,66 3 2 4 3,00
16 1 3 2 2,00 3 2 3 2,67 0,67 2 2 3 2,33 16 2 3 3 2,67 3 1 4 2,67 0,00 4 1 4 3,00
17 2 2 3 2,33 1 3 2 2,00 -0,33 1 2 2 1,67 17 2 3 1 2,00 2 3 3 2,67 0,67 2 3 2 2,33
18 3 3 1 2,33 3 2 3 2,67 0,34 3 4 3 3,33 18 3 1 2 2,00 4 1 2 2,33 0,33 3 1 4 2,67
19 2 3 3 2,67 2 3 3 2,67 0,00 3 2 2 2,33 19 3 3 3 3,00 3 4 4 3,67 0,67 3 4 4 3,67
20 3 3 2 2,67 2 3 2 2,33 -0,34 2 4 2 2,67 20 3 1 2 2,00 4 3 2 3,00 1,00 4 3 2 3,00
21 1 2 2 1,67 1 3 2 2,00 0,33 3 3 2 2,67 21 2 3 4 3,00 2 3 4 3,00 0,00 3 1 4 2,67
22 2 2 3 2,33 2 1 3 2,00 -0,33 3 2 1 2,00 22 2 4 1 2,33 2 4 3 3,00 0,67 1 4 2 2,33
23 3 1 2 2,00 3 3 1 2,33 0,33 3 3 1 2,33
24 3 2 2 2,33 4 2 3 3,00 0,67 4 2 2 2,67
No
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Pretest Posttest 1
Selisih
Posttest 2 Pretest Posttest 1
NoIndikator Indikator Indikator IndikatorSelisih
Posttest 2
Indikator Indikator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 207
188
Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Distribusi Data
4.3.1 Kemampuan Mengevaluasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
EvaKo
nPre
EvaEk
sPre
EvaKon
Post1
EvaEks
Post1
EvaKo
nSel
EvaE
ksSel
EvaKon
Post2
EvaEks
Post2
N 22 24 22 24 22 24 22 24
Normal
Parame
tersa,b
Mean 2,4845 2,5 2,47 3,0833 -0,015
0,582
9 2,4395 2,805
Std.
Devia
tion
0,5413
8
0,450
45 0,42002
0,4835
5
0,6386
9
0,473
58 0,39068
0,4268
1
Most
Extreme
Differen
ces
Absol
ute 0,16 0,158 0,183 0,152 0,16 0,162 0,177 0,176
Positi
ve 0,139 0,158 0,131 0,152 0,098 0,162 0,156 0,124
Negat
ive -0,16 -0,158 -0,183 -0,14 -0,16 -0,115 -0,177 -0,176
Test Statistic
0,16 0,158 0,183 0,152 0,16 0,162 0,177 0,176
Asymp. Sig. (2-
tailed)
,146c ,124
c ,053
c ,160
c ,148
c ,105
c ,071
c ,052
c
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
c Lilliefors Significance Correction.
4.3.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KesK
onPre
KesEk
sPre
KesKon
Post1
KesEk
sPost1
KesK
onSel
KesE
KsSel
KesKon
Post2
KesEks
Post2
N 22 24 22 24 22 24 22 24
Normal
Paramete
rsa,b
Mean 2,4391 2,4442 2,4395 2,7638 0,0000 ,3196 2,3632 2,6946
Std.
Deviati
on
,46398 ,45825 ,40374 ,53454 ,38436 ,42324 ,52334 ,48061
Most
Extreme
Differenc
es
Absolut
e ,184 ,147 ,170 ,139 ,168 ,176 ,162 ,154
Positive ,184 ,140 ,152 ,121 ,168 ,121 ,162 ,138
Negativ
e -,134 -,147 -,170 -,139 -,168 -,176 -,111 -,154
Test Statistic ,184 ,147 ,170 ,139 ,168 ,176 ,162 ,154
Asymp. Sig. (2-
tailed) ,051
c ,192
c ,096
c ,200
c,d ,106
c ,051
c ,140
c ,145
c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 208
189
Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Homogenitas Varian Kemampuan Awal
4.4.1 Kemampuan Mengevaluasi
Test of Homogeneity of Variances
EvaKonEksPre
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,199 1 44 ,658
4.4.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan
Test of Homogeneity of Variances
KesKonEksPre
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,002 1 44 ,968
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 209
190
Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal
4.5.1 Kemampuan Mengevaluasi
Group Statistics
Kelompok N Mean Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
EvaKonPre
Evaluasi
Kontrol
Pretest
22 2,4845 ,54138 ,11542
Evaluasi
Eksperimen
Pretest
24 2,5000 ,45045 ,09195
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality
of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig
. t df
Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differen
ce
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lowe
r
Uppe
r
EvaKonP
re
Equal
varianc
es
assume
d
,19
9
,65
8
-
,10
6
44 ,916 -,01545 ,14638
-
,3104
7
,2795
6
Equal
varianc
es not
assume
d
-
,10
5
41,02
5 ,917 -,01545 ,14757
-
,3134
7
,2825
6
4.5.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
KesKonEksPre
Menarik
Kesimpulan
Kontrol
Pretest
22 2,4391 ,46398 ,09892
Menarik
Kesimpulan
Eksperimen
Pretest
24 2,4442 ,45825 ,09354
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 210
191
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality
of
Variance
s
t-test for Equality of Means
F Sig
. t df
Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differen
ce
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lowe
r
Uppe
r
KesKonEks
Pre
Equal
varianc
es
assume
d
,00
2
,96
8
-
,03
7
44 ,970 -,00508 ,13607
-
,2793
0
,2691
5
Equal
varianc
es not
assume
d
-
,03
7
43,55
2 ,970 -,00508 ,13614
-
,2795
3
,2693
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 211
192
Lampiran 4.6 Hasil SPSS Uji Homogenitas Varian Selisih Pretest ke Posttest I
4.6.1 Kemampuan Mengevaluasi
Test of Homogeneity of Variances
EvaKonEksSel
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,277 1 44 ,265
4.6.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan
Test of Homogeneity of Variances
KesKonEksSel
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,091 1 44 ,764
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 212
193
Lampiran 4.7 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
4.7.1 Kemampuan Mengevaluasi
Group Statistics
Kelompok N Mean Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
EvaKonEksSel
Mengevaluasi
Kontrol
Selisih
22 -
,0150 ,63869 ,13617
Mengevaluasi
Eksperimen
Selisih
24 ,5829 ,47358 ,09667
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality
of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig
. t df
Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differen
ce
95%
Confidence
Interval of
the
Difference
Lowe
r
Uppe
r
EvaKonEks
Sel
Equal
varianc
es
assume
d
1,27
7
,26
5
-
3,62
7
44 ,001 -,59792 ,16485
-
,930
15
-
,265
68
Equal
varianc
es not
assume
d
-
3,58
0
38,5
59 ,001 -,59792 ,16699
-
,935
82
-
,260
02
4.7.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
KesKonEksSel
Menarik
Kesimpulan
Kontrol
Selisih
22 0,0000 ,38436 ,08195
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 213
194
Menarik
Kesimpulan
Eksperimen
Selisih
24 ,3196 ,42324 ,08639
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality
of
Variance
s
t-test for Equality of Means
F Sig
. T df
Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differen
ce
95%
Confidence
Interval of
the
Difference
Lowe
r
Uppe
r
KesKonEks
Sel
Equal
varianc
es
assume
d
,09
1
,76
4
-
2,67
2
44 ,011 -,31958 ,11959
-
,560
59
-
,078
57
Equal
varianc
es not
assume
d
-
2,68
4
43,9
98 ,010 -,31958 ,11908
-
,559
57
-
,079
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 214
195
Lampiran 4.8 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan
Effect size kemampuan mengevaluasi:
r = √
= √
= √
= √
= 0,479042212
= 0,47
Persentase pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD
terhadap kemampuan mengevaluasi:
R2 = r
2
= (0,479042212) 2
= 0,229481441
= 0,22
Persentase pengaruh = R2 × 100%
= 0,229481441 × 100%
= 22%
Effect size kemampuan menarik
kesimpulan:
r = √
= √
= √
= √
= 0,373643867
= 0,37
Persentase pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD
terhadap kemampuan menarik
kesimpulan:
R2 = r
2
= (0,373643867) 2
= 0,13960973934671
= 0,13
Persentase pengaruh = R2 × 100%
= 0,13960973934671× 100%
= 13%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 215
196
Lampiran 4.9 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
4.9.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Peningkatan
× 100%
× 100%
× 100%
-0,00583618434 × 100%
-0,58%
Peningkatan
× 100%
× 100%
× 100%
0,23332 × 100%
23,33%
Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Menarik
Kesimpulan
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Peningkatan
× 100%
× 100%
× 100%
× 100%
0,01%
Peningkatan
× 100%
× 100%
× 100%
0,13075853 × 100%
13,07%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 216
197
4.9.2 Hasil SPSS Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
4.9.2.1 Kemampuan Mengevaluasi
Kelompok Kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 EvaKonPost1 2,4700 22 ,42002 ,08955
EvaKonPre 2,4845 22 ,54138 ,11542
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 EvaKonPost1 & EvaKonPre 22 ,137 ,544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
taile
d) Mean
Std.
Deviati
on
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Uppe
r
Pair 1
EvaKonPo
st1 -
EvaKonPr
e
-,01455 ,63821 ,13607 -,29751 ,2684
2 -,107 21 ,916
Kelompok Eksperimen
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 EvaEksPost1 3,0833 24 ,48355 ,09870
EvaEksPre 2,5000 24 ,45045 ,09195
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 EvaEksPost1 & EvaEksPre 24 ,488 ,016
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95%
Confidence
Interval of the
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 217
198
Difference
Lower Upper
Pair
1
EvaEksPost1
- EvaEksPre ,58333 ,47336 ,09662 ,38345 ,78321 6,037 23 ,000
4.9.2.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan
Kelompok Kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1
KesKonPost
1 2,4395 22 ,40374 ,08608
KesKonPre 2,4391 22 ,46398 ,09892
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 KesKonPost1 & KesKonPre 22 ,611 ,003
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
KesKonPost1
- KesKonPre ,00045 ,38643 ,08239
-
,17088 ,17179 ,006 21 ,996
Kelompok Eksperimen
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 KesEksPost1 2,7638 24 ,53454 ,10911
KesEksPre 2,4442 24 ,45825 ,09354
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 218
199
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 KesEksPost1 & KesEksPre 24 ,647 ,001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed) Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pai
r 1
KesEksPost
1 -
KesEksPre
,3195
8 ,42256
,0862
6
,1411
5
,4980
2 3,705 23 ,001
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 219
200
4.9.3 Perhitungan Persentase Gain Score
4.9.3.1 Tabulasi Gain Score Kemampuan Mengevaluasi
Kelompok Kontrol
Gain f
-1,67 1
-1,00 1
-0,67 2
-0,33 5
0,00 3
0,33 5
0,67 4
1,00 1
1,33 0
Kelompok Eksperimen
Gain f
-1,67 0
-1,00 0
-0,67 0
-0,33 0
0,00 6
0,33 5
0,67 6
1,00 3
1,33 4
4.9.3.2 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 0,00 Kemampuan Mengevaluasi
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Frekuensi gain score ≥ 0,00 adalah
sebanyak 13 siswa.
Persentase
× 100%
× 100%
0,590 × 100%
59%
Frekuensi gain score ≥ 0,00 adalah
sebanyak 24 siswa.
Persentase
× 100%
× 100%
1 × 100%
100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 220
201
4.9.3.3 Tabulasi Gain Score Kemampuan Menarik Kesimpulan
Kelompok Kontrol
Gain f
-0,67 2
-0,33 6
0,00 6
0,33 6
0,67 2
1,00 0
Kelompok Eksperimen
Gain f
-0,67 1
-0,33 2
0,00 5
0,33 7
0,67 7
1,00 2
4.9.3.4 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 0,33 Kemampuan Menarik
Kesimpulan
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Frekuensi gain score ≥ 0,33 adalah
sebanyak 8 siswa.
Persentase
× 100%
× 100%
0,36 × 100%
36%
Frekuensi gain score ≥ 0,33 adalah
sebanyak 16 siswa.
Persentase
× 100%
× 100%
0,6 × 100%
60%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 221
202
Lampiran 4.10 Hasil Perhitungan Manual Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
4.10.1 Kemampuan Mengevaluasi
4.10.1.1 Perhitungan Manual Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
r = √
= √
= √
= √
= 0,0233429519
= 0,023
R2 = r
2
= (0,0233429519) 2
= 0,000529
= 0,00052
Persentase pengaruh = R2 × 100%
= 0,00052× 100%
= 0,0052%
r = √
= √
= √
= √
= 0,783000722
= 0,78
R2 = r
2
= (0,783000722) 2
= 0,61309013065252
= 0,61
Persentase pengaruh = R2 × 100%
= 0,61309013065252 × 100%
= 61%
4.10.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan
4.10.2.1 Perhitungan Manual Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
r = √
= √
= √
r = √
= √
= √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 222
203
= √
= 0,00130903128
= 0,001
R2 = r
2
= (0,00130903128) 2
= 1,71430001
= 1,71
Persentase pengaruh = R2 × 100%
= 1,71430001 × 100%
= 0,000171430001%
= 0,00%
= √
= 0,6113576336488
= 0,611
R2 = r
2
= (0,6113576336488) 2
= 0,3737581520576
= 0,37
Persentase pengaruh = R2 × 100%
= 0,3737581520576 × 100%
= 37,37%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 223
204
Lampiran 4.11 Hasil SPSS Uji Korelasi Antara Rerata Pretest ke Posttest I
4.11.1 Kemampuan Mengevaluasi
4.11.1.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol
Correlations
EvaKonPre EvaKonPost1
EvaKonPre
Pearson
Correlation 1 ,137
Sig. (2-
tailed) ,544
N 22 22
EvaKonPost1
Pearson
Correlation ,137 1
Sig. (2-
tailed) ,544
N 22 22
4.11.1.2 Uji Korelasi Kelompok Eksperimen
Correlations
EvaEksPre EvaEksPost1
EvaEksPre
Pearson
Correlation 1 ,488
*
Sig. (2-
tailed) ,016
N 24 24
EvaEksPost1
Pearson
Correlation ,488
* 1
Sig. (2-
tailed) ,016
N 24 24
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
4.11.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan
4.11.2.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol
Correlations
KesKonPre KesKonPost1
KesKonPre Pearson
Correlation 1 ,611
**
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 224
205
Sig. (2-
tailed) ,003
N 22 22
KesKonPost1
Pearson
Correlation ,611
** 1
Sig. (2-
tailed) ,003
N 22 22
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
4.11.2.2 Uji Korelasi Kelompok Eksperimen
Correlations
KesEksPre KesEksPost1
KesEksPre
Pearson
Correlation 1 ,647
**
Sig. (2-
tailed) ,001
N 24 24
KesEksPost1
Pearson
Correlation ,647
** 1
Sig. (2-
tailed) ,001
N 24 24
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 225
206
Lampiran 4.12 Hasil Uji Retensi Perlakuan
4.12.1 Kemampuan Mengevaluasi
4.12.1.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan Posttest I dan Posttest II
Kelompok Kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1
EvaKonPost2 2,4395 22 ,39068 ,08329
EvaKonPost1 2,4700 22 ,42002 ,08955
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 EvaKonPost2 & EvaKonPost1 22 ,203 ,365
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed
)
Mea
n
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1
EvaKonP
ost2 -
EvaKonP
ost1
-
,030
45
,51227 ,1092
2 -,25758 ,19667 -,279 21 ,783
Kelompok Eksperimen
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1
EvaEksPost2 2,8050 24 ,42681 ,08712
EvaEksPost1 3,0833 24 ,48355 ,09870
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 EvaEksPost2 & EvaEksPost1 24 ,102 ,637
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 226
207
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed) Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pai
r 1
EvaEksPost
2 -
EvaEksPost
1
-
,2783
3
,61160 ,1248
4
-
,5365
9
-
,0200
8
-2,229 23 ,036
4.12.1.2 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Posttest I dan Posttest II
Persentase Peningkatan Rerata Posttest I dan Posttest II Kemampuan
Mengevaluasi
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Peningkatan
× 100%
× 100%
× 100%
-0,0123481781 × 100%
-1,23%
Peningkatan
× 100%
× 100%
× 100%
-0,090260× 100%
-9,02%
4.12.1.3 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan Pretest ke Posttest II
Kelompok Kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1
EvaKonPost2 2,4395 22 ,39068 ,08329
EvaKonPre 2,4845 22 ,54138 ,11542
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 EvaKonPost2 & EvaKonPre 22 ,294 ,183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 227
208
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
EvaKonPost2
- EvaKonPre
-
,04500 ,56673 ,12083
-
,29627 ,20627
-
,372 21 ,713
Kelompok Eksperimen
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 EvaEksPost2 2,8050 24 ,42681 ,08712
EvaEksPre 2,5000 24 ,45045 ,09195
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 EvaEksPost2 & EvaEksPre 24 -,126 ,557
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed) Mean
Std.
Deviat
ion
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1
EvaEksPost
2 –
EvaEksPre
,30500 ,65846 ,13441 ,02696 ,58304 2,269 23 ,033
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 228
209
4.12.2 Kemampuan Menarik Kesimpulan
4.12.2.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan Posttest I dan Posttest II
Kelompok Kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1
KesKonPost2 2,3632 22 ,52334 ,11158
KesKonPost1 2,4395 22 ,40374 ,08608
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 KesKonPost2 & KesKonPost1 22 ,411 ,057
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed
) Mean
Std.
Deviati
on
Std.
Error
Mean
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1
KesKonP
ost2 -
KesKonP
ost1
-,07636 ,51295 ,1093
6
-
,3037
9
,1510
7 -,698 21 ,493
Kelompok Eksperimen
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1
KesEksPost2 2,6946 24 ,48061 ,09810
KesEksPost1 2,7638 24 ,53454 ,10911
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 KesEksPost2 & KesEksPost1 24 ,779 ,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 229
210
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-
tailed) Mean Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
KesEksPost2
-
KesEksPost1
-
,06917 ,34143 ,06969
-
,21334 ,07501
-
,992 23 ,331
4.12.2.2 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Posttest I dan Posttest II
Persentase Peningkatan Rerata Posttest I ke Posttest I Kemampuan Menarik
Kesimpulan
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Peningkatan
× 100%
× 100%
× 100%
-0,0312769010043 × 100%
-3,12%
Peningkatan
× 100%
× 100%
× 100%
-0,02503799117158× 100%
-2,50%
4.12.2.3 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan Pretest ke Posttest II
Kelompok Kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1
KesKonPost2 2,3632 22 ,52334 ,11158
KesKonPre 2,4391 22 ,46398 ,09892
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 230
211
Pair 1 KesKonPost2 & KesKonPre 22 ,094 ,676
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed) Mean Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
KesKonPost2
- KesKonPre
-
,07591 ,66580 ,14195
-
,37111 ,21929
-
,535 21 ,598
Kelompok Eksperimen
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 KesEksPost2 2,6946 24 ,48061 ,09810
KesEksPre 2,4442 24 ,45825 ,09354
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 KesEksPost2 & KesEksPre 24 ,600 ,002
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed) Mean Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
KesEksPost2
- KesEksPre ,25042 ,42014 ,08576 ,07301 ,42783 2,920 23 ,008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 231
212
Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan di Kelompok Kontrol
Kegiatan di Kelompok Eksperimen
Kegiatan di Kelompok Kontrol
Kegiatan di Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 232
213
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 233
214
CURRICULUM VITAE
Eriene Denis Karina merupakan anak bungsu dari pasangan
Tjakra Krisna Takariana dan Isti Yunani. Lahir di Bantul pada
tanggal 11 Juni 1997. Pendidikan peneliti dimulai dari TK
Pertiwi I Bantul pada tahun 2001-2003, kemudian pendidikan
dilanjutkan di Sekolah Dasar Kanisius Bantul pada tahun 2003-
2009. Pada tahun 2009, peneliti melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bantul dan lulus pada tahun 2012.
Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Bantul pada tahun 2012 dan lulus pada tahun 2015. Peneliti melanjutkan
pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata
Dharma pada tahun 2015. Berikut ini daftar kegiatan yang pernah diikuti peneliti
selama menjadi mahasiswa Universitas Sanata Dharma.
No Kegiatan Tahun Peran
1 Inisiasi Universitas Sanata Dharma (Insadha) 2015 Peserta
2 Inisiasi Fakultas (Infisa) 2015 Peserta
3 Imisiasi Program Studi (Insipro) 2015 Peserta
4 Pelatihan Pengembangan Kepribadian
Mahasiswa I (PPKM I)
2015 Peserta
5 Seminar “Reinventing Childhood Education” 2015 Peserta
6 Kursus Mahir Dasar (KMD) 2016 Peserta
7 Week-end Moral 2016 Peserta
8 Pelatihan Pengembangan Kepribadian
Mahasiswa II (PPKM II)
2016 Peserta
9 Kuliah Umum PGSD “Masa Depan Toleransi di
Tangan Guru”
2016 Peserta
10 English Club Program 2015-2017 Peserta
11 Parade Gamelan Anak ke X 2017 Anggota Divisi
Konsumsi
12 Pelatihan Model-model Pembelajaran
Kooperatif untuk Meningkatkan Kerja Sama
dan Prestasi Belajar di SDK Bantul Yogyakarta
2018 Pembicara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI