i Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Mustahiq Pada Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah (BAPELURZAM) Pimpinan Cabang Muhammadiyah Weleri Kabupaten Kendal SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Jurusan Ekonomi Islam Oleh : AHMAD FAJRI PANCA PUTRA NIM : 62411033 JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARI’AH IAIN WALISONGO SEMARANG 2010
148
Embed
Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl-ahmad... · responden pada pilihan jawaban ... 1.3. Tujuan dan Manfaat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Mustahiq Pada
Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah (BAPELURZAM)
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Weleri Kabupaten Kendal
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Jurusan Ekonomi Islam
Oleh :
AHMAD FAJRI PANCA PUTRA NIM : 62411033
JURUSAN EKONOMI ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
IAIN WALISONGO SEMARANG
2010
ii
iii
iv
MOTTO
“Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari)
apa yang kamu simpan itu."
(Q.S. At Taubah : 35 )
v
PERSEMBAHAN
Ayah dan ibu tercinta yang selalu memberi bimbingan dan arahan dalam setiap jejak
langkahku, pendamping dan penyejuk hati dan yang tidak pernah lelah mencurahkan
kasih sayangnya dengan tulus serta doa untuk kesuksesan ananda.
Sanak saudara serta sahabat-sahabat setiaku, pemberi motivasi dan semangat dalam
cita-citaku.
vi
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak
berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini
tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam
referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 29 November 2010
Deklarator
Ahmad Fajri Panca Putra NIM : 62411033
vii
ABSTRAK
Ahmad Fajri Panca Putra (NIM: 62411033). Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Mustahiq pada Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah (BAPELURZAM) Pimpinan Cabang Muhammadiyah Weleri Kabupaten Kendal. Skripsi. Semarang: Program Strata S1 Jurusan Ekonomi Islam IAIN Walisongo Semarang 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pendayagunaan zakat produktif (X), 2) Mengetahui pemberdayaan mustahiq (Y), 3) Mengetahui apakah ada atau tidaknya pengaruh pendayagunaan zakat produktif terhadap pemberdayaan mustahiq di Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah Cabang Weleri.
Penelitian ini menggunakan metode persamaan regresi Y=a=bX, adapun sampel penelitian sebanyak 44 responden, menggunakan tekhnik stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan angket kuesioner untuk mengetahui data X dan data Y. Hasil X pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel hasil skor kuesioner dengan mayoritas responden pada pilihan jawaban (sangat setuju dan setuju) membuktikan sudah baik dalam pendayagunaan zakat produktif melalui (alokasi, sasaran dan distribusi) pada BAPELURZAM Cabang Weleri. Hasil Variabel Y pemberdayaan mustahiq pada tabel hasil skor kuesioner jawaban responden hampir merata pada pilihan jawaban (sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju) terutama pada pelatihan banyak jawaban kurang setuju membuktikan bahwa perlu adanya peningkatan pemberdayaan mustahiq melalui (pelatihan, manajemen usaha, pendampingan) pada BAPELURZAM Cabang Weleri. Pendayagunaan zakat produktif (X) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemberdayaan mustahiq (Y) pada Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah (Bapelurzam) Cabang Weleri Kabupaten Kendal. Terlihat t hitung (11,181) > t tabel (1,682) dan Terlihat F hitung (125,018) > F tabel (4,067) p value (Sig) sebesar 0.000 yang di bawah alpha 5% yang berarti membuktikan hipotesis H1 diterima bahwa ada pengaruh signifikan pendayagunaan zakat produktif mempunyai andil dalam mempengaruhi pemberdayaan mustahiq pada Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah (Bapelurzam) Cabang Weleri Kabupaten Kendal dan persamaan regresi diperoleh Y=a+bX dapat di lukiskan bahwa Y= - 2,245 + 138,6 X. Dari persamaan ini dapat di baca dan di prediksikan bahwa variabel dependen (Y) akan berubah sebesar 138,6 untuk setiap unit perubahan yang terjadi pada variabel independen (X).
Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para muzaki, amil dan mustahiq BAPELURZAM. Mengingat manfaat zakat para muzaki, seberapa jauh pendayagunaan zakat produktif terhadap pemberdayaan bagi amil, dan senantiasa meningkatkan usaha para mustahiq dalam menggunakan dana zakat itu agar tepat guna dan berdaya guna.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, atas limpahan rahmat dan kasih sayang serta bimbinganNya menuju
jalan yang lurus, akhirnya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini, tanpa
hidayahNya mustahil semua ini bisa berhasil.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap
Pemberdayaan Mustahiq Pada Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah
(BAPELURZAM) Pimpinan Cabang Muhammadiyah Weleri Kabupaten Kendal” disusun
untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Fakultas Syariah
IAIN Walisongo Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-
saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan, oleh
karenanya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Imam Yahya, M.Ag., selaku dekan Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang.
2. Drs. H. Hasyim Syarbani, MM., selaku dosen pembimbing I dan Ari Kristin, SE, M.Si,
selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu memberikan
pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
3. Semua dosen yang telah mengajar selama belajar di bangku perkuliahan Fakultas Syariah
IAIN Walisongo Semarang.
4. Bapak Yusuf Darmawan sebagai kepala BAPELURZAM Weleri yang telah memberikan
ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian serta bapak AS Nawawi sebagai kepala
Majelis Ekonomi Pimpinan Cabang Muhammadiyah Weleri, bapak Abdul Malik sebagai
ix
sekretaris BAPELURZAM, bapak Agus Sunaryo selaku pihak BPRS Artha Surya
Barokah yang telah banyak memberikan informasi dalam mengadakan penelitian ini.
5. Ayah dan ibu yang telah berkenanan memberikan segalanya selama studi dan
Gambar 2.1 Gambar kerangka pemikiran teoritik ………………….. 29
Gambar 4.2 Gambar jenis kelamin …………………………………. 51
Gambar 4.3 Gambar umur responden ……………………………… 53
Gambar 4.4 Gambar pendidikan responden ……………………….. 54
Gambar 4.5 Gambar status perkawinan …………………………… 55
Gambar 4.6 Gambar pekerjaan responden ………………………... 57
Gambar 4.7 Gambar sektor pekerjaan responden ………………… 58
Gambar 4.8 Gambar pendapatan per bulan responden …………… 59
Gambar 4.9 Gambar status dalam organisasi Muhammadiyah …... 61
Gambar 4.10 Gambar lama menjadi mustahiq responden …………. 62
Gambar 4.11 Gambar Uji Heterokedasitas ………………………… 74
Gambar 4.12 Gambar grafik histogram ……………………………. 75
Gambar 4.13 Gambar grafik normal P-P Plot ................................... 76
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak
sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu
seperti sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada
kekufuran.1 Agama Islam telah menawarkan beberapa doktrin bagi manusia
yang berlaku secara universal dengan dua ciri dimensi, yaitu kebahagiaan
dan kesejahteraan hidup di dunia serta kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
di akhirat. Ayat-ayat Alquran mengingatkan agar harta kekayaan tidak
hanya terbatas sirkulasinya pada sekelompok orang kaya saja. Orang-orang
bertakwa adalah mereka yang menyadari bahwa dalam harta kekayaan yang
mereka memiliki terdapat hak-hak orang lain di dalamnya. Perhatian penuh
harus diberikan kepada lapisan masyarakat yang belum dapat hidup wajar
sebagai manusia.
Persoalan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan
masalah serius yang menyangkut dimensi kemanusiaan. Kemiskinan tetap
merupakan masalah yang tidak bisa dianggap mudah untuk dicarikan
solusinya karena sudah ada sejak lama, dan menjadi kenyataan yang hidup
di tengah masyarakat. Dengan kata lain, kemiskinan merupakan kenyataan
1 Abdurrachman Qadir . Zakat (Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial), ed. 1, cet. 2. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, h. 24.
2
abadi dalam kehidupan manusia. Dalam hubungan ini, isu-isu kesenjangan
dan ketimpangan sosial-ekonomi semakin mencuat ke permukaan.
Ajaran Islam telah memberi solusi terhadap persoalan kemanusiaan
yang dihadapi manusia. Tetapi karakter individu sebetulnya adalah faktor
yang dapat memberi jalan keluar terhadap masalah moralitas sosial itu
sendiri seperti kemiskinan, keadilan sosial, dan hak asasi manusia.
Abdurrachman Qadir dalam bukunya berjudul Zakat (Dalam
Dimensi Mahdah dan Sosial) Salah satu cara menanggulangi kemiskinan
adalah dukungan orang yang mampu untuk mengeluarkan harta kekayaan
mereka berupa dana zakat kepada mereka yang kekurangan. Zakat
merupakan salah satu dari lima nilai instrumental yang strategis dan sangat
berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan masyarakat serta
pembangunan ekonomi umumnya.2 ”Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni
orang miskin secara konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lebih
permanen yaitu mengentaskan kemiskinan.” 3
Sehubungan dengan hal itu, maka zakat dapat berfungsi sebagai
salah satu sumber dana sosial-ekonomi bagi umat Islam. Artinya
pendayagunaan zakat yang dikelola oleh Badan Amil Zakat tidak hanya
terbatas pada kegiatan-kegiatan tertentu saja yang berdasarkan pada
orientasi konvensional (kegiatan konsumtif), tetapi dapat pula dimanfaatkan
untuk kegiatan-kegiatan ekonomi umat, seperti dalam program pengentasan
2 Ahmad M. Saefuddin. Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, ed.1 cet.1. Jakarta: CV Rajawali,1987 h. 71. 3 Abdurrachman Qadir. Op.Cit, h. 83-84.
3
kemiskinan dan pengangguran dengan memberikan zakat produktif kepada
mereka yang memerlukan sebagai modal usaha.
Zakat yang diberikan kepada mustahiq akan berperan sebagai
pendukung peningkatan ekonomi mereka apabila di salurkan pada kegiatan
produktif. Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai konsep
perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab
kemiskinan, ketidakadaan modal kerja, dan kekurangan lapangan kerja,
dengan adanya masalah tersebut maka perlu adanya perencanaan yang dapat
mengembangkan zakat bersifat produktif tersebut.
Dana zakat untuk kegiatan produktif akan lebih optimal bila
dilaksanakan Badan Amil Zakat (BAZ) dan sejenisnya, karena sebagai
organisasi yang terpercaya untuk pengalokasian, pendayagunaan, dan
pendistribusian dana zakat, mereka tidak memberikan zakat begitu saja
melainkan mereka mendampingi, memberikan pengarahan serta pelatihan
agar dana zakat tersebut benar-benar dijadikan modal kerja sehingga
penerima zakat tersebut memperoleh pendapatan yang layak dan mandiri.
Dengan demikian penulis tertarik meneliti pada Badan Pelaksana
Pengurus Cabang Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal?
6
2. Untuk mengetahui pemberdayaan mustahiq di Badan Urusan Zakat
Amwal Muhammadiyah (BAPELURZAM) Pengurus Cabang
Kecamatan Weleri Kabupaten Kabupaten Kendal?
3. Untuk mengetahui pengaruh pendayagunaan zakat produktif terhadap
pemberdayaan para mustahiqnya?
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademisi
Bagi akademisi diharapkan hasil penelitian ini mampu
memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu syari’ah pada umumnya
dan keuangan Islam pada khususnya, serta menjadi rujukan penelitian
berikutnya tentang pendayagunaan zakat untuk pemberdayaan
mustahiq.
2. Manfaat Praktisi
Adapun bagi praktisi diharapkan hasil penelitian ini dapat
dijadikan acuan bagi Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah
(BAPELURZAM) Pengurus Cabang Kecamatan Weleri Kabupaten
Kendal atau pihak yang terkait di dalamnya dalam mengoptimalkan
pendistribusian zakat untuk pemberdayaan mustahiq.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian zakat
Ditinjau dari segi bahasa, menurut lisan orang arab, kata zakat
merupakan kata dasar (masdar) dari zakat yang berarti suci, berkah,
tumbuh, dan terpuji, yang semua arti ini digunakan di dalam
menerjemahkan Al-Qur’an dan hadits.5
“Menurut terminologi syariat (istilah), zakat adalah nama bagi
sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang
diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang
berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.” 6
Kaitan antara makna bahasa dan istilah ini berkaitan erat sekali,
yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan menjadi
suci, bersih, baik, berkah, tumbuh dan berkembang. Dalam
penggunaannya, selain untuk kekayaan, tumbuh dan suci disifatkan untuk
jiwa orang yang menunaikan zakat. Maksudnya, zakat itu akan
mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahalanya.7
Sedangkan dalam istilah ekonomi, zakat merupakan tindakan pemindahan
kekayaan dari golongan kaya kepada golongan tidak punya.8
5 Muhammad Ridwan dan Mas’ud . Zakat dan Kemiskinan Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat. Yogyakarta: UII Press, 2005, h. 33-34. 6 Didin Hafidhhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, 2002, h. 7. 7 Muhammad Ridwan dan Mas’ud. Op.Cit., hlm. 34. 8 Ibid, h. 42.
8
Dalam buku pedoman pelaksanaan zakat muhammadiyah juga di
jelaskan pengertian zakat, yaitu : “zakat adalah ibadah kepada allah SWT,
yang penjabaranya dan realisasinya merupakan sistem pemerataan
kesejahteraan sosial ekonomi.” 9
2.2. Tujuan Zakat
Tujuan Zakat, antara lain:
1. Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya keluar dari
kesulitan hidup serta penderitaan.
2. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin,
ibnussabil, dan mustahiq lainnya.
3. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam
dan manusia pada umumnya.
4. Menghilangkan sifat kikir pemilik harta.
5. Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang
- orang miskin.
6. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin
dalam suatu masyarakat.
7. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang,
terutama pada mereka yang mempunyai harta.
9 Abdul Barie Shoim. Pelaksanaan Gerakan Zakat Muhammadiyah Daerah Kabupaten Kendal, KENDAL: Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kendal. 1987, h. 19.
9
8. Mendidik manusia untuk berdisplin menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.10
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999
Tentang Pengelolaan Zakat Pada BAB II Tentang Tujuan Zakat di jelaskan
Pada Pasal 5 Berbunyi :
1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat
sesuai dengan tuntunan agama.
2. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dal upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
3. Meningkatkan hasil guna dan berdaya guna.11
2.3. Golongan yang berhak menerima zakat (mustahiq)
Orang – orang atau golongan yang berhak menerima zakat telah diatur
dalam ajaran syariat Islam, yakni ada delapan golongan (asnaf).
Ketentuan ini diatur dalam Al Qur’an surat At-Taubah: 60.
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan,
10 Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf , Pedoman Zakat (4), Jakarta: Departemen Agama, 1982, h. 27 – 28. 11 M. Ali Hasan. Zakat dan Infak. Salah Satu Solusi Mengatasi Problematika Sosial di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, h. 119-120.
10
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah:60).12
Dalam Buku Tafsir al Maraghi karangan Mustafa Al-Maraghi yang
berhak menerima zakat ialah:
1. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai
harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
2. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam
keadaan kekurangan.
3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan
membagikan zakat.
4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang
baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
5. Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang
ditawan oleh orang-orang kafir.
6. Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang
bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang
berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya
itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
7. Pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam
dan kaum muslimin. Di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa
fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti
mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
12 Departemen Agama, Alqur’an dan Terjemahnya,Semarang: Toha Putra, 1988, h. 374 -375.
11
8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami
kesengsaraan dalam perjalanannya.13
2.4. Organisasi Pengelola Zakat
2.4.1. Pengertian Organisasi Pengelola Zakat
“Organisasi Pengelola Zakat merupakan sebuah institusi yang
bergerak di bidang pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah.” 14
Definisi menurut UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
pada Pasal 1, Ayat 1 adalah: kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian,
dan pendayagunaan zakat.15
2.4.2. Fungsi Organisasi Pengelola Zakat
Organisasi pengelola zakat apapun bentuk dan posisinya secara
umum mempunyai dua fungsi yakni:
1. Sebagai perantara keuangan
Amil berperan menghubungkan antara pihak muzakki dengan
mustahiq. Sebagai perantara keuangan amil dituntut menerapkan azas
trust (kepercayaan). Sebagaimana layaknya lembaga keuangan yang
lain, azaz kepercayaan menjadi syarat mutlak yang harus dibangun.
Setiap amil dituntut mampu menunjukkan keunggulannya masing- 13 Ahmad Mustafa Al-Maraghi (ed.),Terjemah Tafsir Al-Maraghi, di terjemahkan oleh Hery Noer Ali dkk dari “ Tafsir Al-Maraghi”, Semarang: Toha Putra, 1992. h. 241. 14 Rifqi Muhammad . ”Akuntansi Lembaga Keuangan Publik Islam”, Modul Mata Kuliah. Yogyakarta: FIAI UII, 2006, h. 2. 15 M. Ali Hasan. . Op.Cit, h. 118-119.
12
masing sampai terlihat jelas positioning organisasi, sehingga
masyarakat dapat memilihnya. Tanpa adanya positioning, maka
kedudukan akan sulit untuk berkembang.
2. Pemberdayaan
Fungsi ini, sesungguhnya upaya mewujudkan misi pembentukan
Amil, yakni bagaimana masyarakat muzaki menjadi lebih berkah
rezekinya dan ketentraman kehidupannya menjadi terjamin disatu sisi
dan masyarakat mustahiq tidak selamanya tergantung dengan
pemberian bahkan dalam jangka panjang diharapkan dapat berubah
menjadi muzaki baru.16
2.5. Zakat dalam Persepektif Sosial Ekonomi
Zakat adalah poros dan pusat keuangan Islam. Zakat dalam bidang sosial bertindak sebagai alat khas yang diberikan kepada Islam untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka memiliki, sedang dalam bidang ekonomi zakat mencegah penumpukan kekayaan yang mengerikan dalam tangan segelintir orang dan memungkinkan kekayaan untuk disebarkan sebelum sempat menjadi besar dan sangat berbahaya ditangan pemiliknya, maka sebagian diberikan kepada yang berhak. 17
Dalam istilah ekonomi Islam, zakat merupakan tindakan
pemindahan kekayaan dari golongan kaya kepada golongan tidak punya.
Transfer kekayaan berarti transfer sumber-sumber ekonomi. Tindakan ini
tentu saja akan mengakibatkan perubahan tertentu yang bersifat
16 Muhammad Ridwan. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil(BMT), cet 2, Yogyakarta: UII Press, 2005, h. 207 – 208. 17 Muhammad Abdul Manan. Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf, 1993, h 256.
13
ekonomis;umpamanya saja, seseorang yang menerima zakat bisa
mempergunakannya untuk berkonsumsi atau berproduksi. Dengan
demikian, zakat walaupun pada dasarnya merupakan ibadah kepada Allah,
bisa mempunyai arti ekonomi.18
Sehubungan dengan argumen di atas bahwa dengan
mempergunakan pendekatan ekonomi, zakat bisa berkembang menjadi
konsep muamalah (kemasyarakatan), yaitu konsep tentang cara bagaimana
manusia harus melaksanakan kehidupan bermasyarakat, termasuk di
dalamnya dalam bentuk ekonomi. Karena itu, ada dua konsep yang selalu
dikemukakan dalam pembahasan mengenai doktrin sosial-ekonomi Islam
yang saling berkaitan, yaitu pelarangan riba dan perintah membayar zakat.
Tujuan ini dapat dicapai dengan mudah melalui pembagian uang
zakat secara tepat di kalangan si miskin dan orang yang kekurangan.
Dengan memberikan daya beli kepada mereka zakat dapat menghasilkan
keseimbangan ekonomi, dengan demikian zakat akan memakmurkan
golongan yang kurang mampu dilihat dari persepektif sosial ekonomi.
2.6. Pengaruh Zakat Terhadap Perekonomian
Prinsip zakat dalam tataran ekonomi mempunyai tujuan untuk
memberikan pihak tertentu yang membutuhkan untuk menghidupi dirinya
selama satu tahun ke depan bahkan diharapkan sepanjang hidupnya.
Dalam konteks ini zakat di distribusikan untuk dapat mengembangkan
18 Muhammad Ridwan dan Mas’ud. Op.Cit, h. 42 – 43.
14
ekonomi baik melalui ketrampilan yang menghasilkan, maupun dalam
bidang perdagangan. Oleh karena itu prinsip zakat memberikan solusi
untuk dapat mengentaskan kemiskinan dan kemalasan, pemborosan dan
penumpukan harta sehingga menghidupkan perekonomian makro maupun
mikro.19
Zakat dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk modal bagi usaha
kecil. Dengan demikian, zakat memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
berbagai hal kehidupan umat, di antaranya adalah pengaruh dalam bidang
ekonomi. Pengaruh zakat yang lainnya adalah terjadinya pembagian
pendapatan secara adil kepada masyarakat Islam. Dengan kata lain,
pengelolaan zakat secara profesional dan produktif dapat ikut membantu
perekonomian masyarakat lemah dan membantu pemerintah dalam
meningkatkan perekonomian negara, yaitu terberdayanya ekonomi umat
sesuai dengan misi-misi yang diembannya. Diantara misi-misi tersebut
adalah:
1. Misi pembangunan ekonomi dan bisnis yang berpedoman pada ukuran
ekonomi dan bisnis yang lazim dan bersifat universal.
2. Misi pelaksanaan etika bisnis dan hukum.
3. Misi membangun kekuatan ekonomi untuk Islam, sehingga menjadi
sumber dana pendukung dakwah Islam.20
19 Mursyidi. Akuntansi dan Zakat Kontemporer. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, h. 171. 20 Muhammad Ridwan dan Mas’ud. Op.Cit , h. 127.
15
2.7. Zakat Untuk Usaha Produktif
Pengelolaan distribusi zakat yang diterapkan di Indonesia terdapat
dua macam kategori yaitu distribusi secara konsumtif dan produktif.
Perkembangan metode distribusi zakat yang saat ini mengalami
perkembangan pesat baik menjadi sebuah objek kajian ilmiah dan
penerapannya di berbagai lembaga amil zakat yaitu metode
pendayagunaan secara produktif.
Kata produktif sendiri secara bahasa berasal dari bahasa inggris
“productive” yang berarti banyak menghasilkan; memberikan banyak
hasil; banyak menghasilkan barang-barang berharga; yang mempunyai
hasil baik. “productivity” daya produksi”.21
Zakat produktif adalah mendistribusikan dana zakat kepada para
mustahik dengan cara produktif. Zakat diberikan sebagai modal usaha,
yang akan mengembangkan usahanya itu agar dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya sepanjang hayat.22
Dalam bukunya Abdurrachman Qadir berjudul Zakat (Dalam
Dimensi Mahdah dan Sosial “Zakat produktif yaitu zakat yang diberikan
kepada Mustahiq sebagai modal untuk menjalankan suatu kegiatan
21 Joyce . M. Hawkins, Kamus Dwi Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, Oxford-Erlangga. 1996, h. 267. 22 Asnaini. Zakat Produktif Dalam Persefektif Hukum Islam, Yogyakarta:Pustaka Pelajar. 2008. h. 134.
16
ekonomi yaitu untuk menumbuh kembangkan tingkat ekonomi dan potensi
produktifitas mustahiq.” 23
Pendayagunaan zakat harus berdampak positif bagi mustahiq, baik
secara ekonomi maupun sosial. Dari sisi ekonomi, mustahiq dituntut
benar-benar dapat mandiri dan hidup secara layak sedangkan dari sisi
sosial, mustahiq dituntut dapat hidup sejajar dengan masyarakat yang lain.
Hal ini berarti, zakat tidak hanya didistribusikan untuk hal-hal yang
konsumtif saja dan hanya bersifat “charity” tetapi lebih untuk kepentingan
yang produktif dan bersifat edukatif.24
Kelemahan utama orang miskin serta usaha kecil yang
dikerjakannya sesungguhnya tidak semata-mata pada kurangnya
permodalan, tetapi lebih pada sikap mental dan kesiapan manajemen
usaha. Untuk itu, zakat usaha produktif pada tahap awal harus mampu
mendidik mustahiq sehingga benar-benar siap untuk berubah. Karena tidak
mungkin kemiskinan itu dapat berubah kecuali dimulai dari perubahan
mental si miskin itu sendiri. Inilah yang disebut peran pemberdayaan.
zakat yang dapat dihimpun dalam jangka panjang harus dapat
memberdayakan mustahiq sampai pada dataran pengembangan usaha.
Program-program yang bersifat konsumtif ini hanya berfungsi sebagai
stimulan atau rangsangan dan berjangka pendek, sedangkan program
pemberdayaan ini harus diutamakan. Makna pemberdayaan dalam arti
23 Abduracchman Qadir . Op.Cit, h. 165. 24 Muhammad Ridwan. Op.Cit, h. 216 – 217.
17
yang luas ialah memandirikan mitra, sehingga mitra dalam hal ini
mustahiq tidak selamanya tergantung kepada amil.
2.8. Zakat produktif dalam perspektif hukum Islam
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa yang dimaksud
dengan zakat produktif disini adalah pendayagunaan zakat dengan cara
produktif. Hukum zakat produktif pada sub ini dipahami hukum
mendistribusikan atau memberikan dana zakat kepada mustahiq secara
produktif. Dana zakat diberikan dan dipinjamkan untuk dijadikan modal
usaha bagi orang fakir, miskin dan orang-orang yang lemah.
Al-Qur’an, al-Hadits dan Ijma’ tidak menyebutkan secara tegas
tentang cara pemberian zakat apakah dengan cara konsumtif atau
produktif. Dapat dikatakan tidak ada dalil naqli dan sharih yang mengatur
tentang bagaimana pemberian zakat itu kepada para mustahiq.25 Ayat 60
surat at-Taubah (9), oleh sebagian ulama’ dijadikan dasar hukum dalam
pendistribusian zakat. Namun ayat ini hanya menyebutkan pos-pos kepada
siapa zakat diberikan, tidak menyebutkan cara pemberian zakat.
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan,
25 Asnaini. Op.Cit, h. 77.
18
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (At Taubah : 60). 26
Teori hukum Islam menunjukkan bahwa dalam menghadapi
masalah-masalah yang tidak jelas rinciannya dalam Al-Qur’an atau
petunjuk yang ditinggalkan Nabi SAW, penyelesaiannya adalah dengan
metode ijtihad. Ijtihad atau pemakaian akal dengan tetap berpedoman pada
Al-Qur’an dan Hadits.27
Dalam sejarah Hukum Islam dapat dilihat bahwa ijtihad diakui
sebagai sumber hukum setelah Al-Qur’an dan Hadits. Apalagi
problematika zakat tidak pernah absen, selalu menjadi topik pembicaraan
umat Islam, topik aktual dan akan terus ada selagi umat Islam ada. Fungsi
sosial, ekonomi dan pendidikan dari zakat dan bila dikembangkan dan di-
budidayakan dengan sebaik-baiknya akan dapat mengatasi masalah sosial,
ekonomi dan pendidikan yang di hadapi bangsa.
Disamping itu zakat merupakan sarana, bukan tujuan karenanya
dalam penerapan rumusan-rumusan tentang zakat harus ma’qulu al-ma’na,
rasional, ia termasuk bidang fiqh yang dalam penerapannya harus
dipertimbangkan kondisi dan situasi serta senafas dengan tuntunan dan
perkembangan zaman.
Menurut Ibrahim Husen dalam bukunya berjudul Kerangka
Landasan Pemikiran Islam , hal demikian adalah agar persyari’atan hukum
Islam yaitu jalbu al-ma shalihi al-ibad (menciptakan kemaslahatan umat)
26 Departemen Agama, Op.Cit , h. 374 -375. 27 Asnaini. Op.Cit, h. 78.
19
dapat terpenuhi, dan dengan dinamika fiqh semacam itu, maka hukum
Islam selalu dapat tampil ke depan untuk menjawab tantangan zaman.28
Dengan demikian berarti bahwa tekhnik pelaksanaan pembagian
zakat bukan sesuatu yang mutlak, akan tetapi dinamis, dapat disesuaikan
dengan kebutuhan di suatu tempat, dalam artian perubahan dan perbedaan
dalam cara pembagian zakat tidaklah dilarang dalam Islam karena tidak
ada dasar hukum yang secara jelas menyebutkan cara pembagian zakat
tersebut.
Di Indonesia misalnya, BAZIS DKI Jakarta berdasarkan hasil
lokakarya zakat, menentukan kebijakan pembagian zakat sebagai berikut:
1) Pembagian zakat harus bersifat edukatif, produktif dan ekonomis,
sehingga pada akhirnya penerima zakat menjadi tidak memerlukan
zakat lagi, bahkan menjadi wajib zakat.
2) Hasil pengumpulan zakat sebelum dibagikan kepada mustahik dapat
merupakan dana yang biasa dimanfaatkan bagi pembangunan, dengan
disimpan dalam bank pemerintah berupa deposito, sertifikat atau giro
biasa.29
Menurut penulis, kebijakan BASIZ dengan memproduktifkan
dana zakat ini adalah agar zakat dapat berguna dan berdaya guna bagi
masyarakat. Khususnya fuqara’, masakin dan dhuafa.
Kyai Sahal Mahfudh melalui Badan Pengembangan Masyarakat
Pesantren (BPPM) melaksanakan pelaksanaan pengelolaan dana zakat
28 Ibrahim Husen. Kerangka Landasan Pemikiran Islam. Jakarta: Departemen Agama, 1984, h.6. 29 BAZIS, Pedoman Pengelolaan ZIS, Jakarta: BAZIS, 1980, h. 3.
20
kepada kaum fakir miskin melalui pendekatan kebutuhan dasar ini. Lebih
jauh menurut Kyai Sahal ;
Pendekatan kebutuhan dasar bertujuan mengetahui kebutuhan
dasar masyarakat (fakir, miskin), sekaligus mengetahui apa latar belakang
kemiskinan itu. Apabila si miskin itu punya ketrampilan menjahit, maka
diberi mesin jahit, kalau ketrampilannya mengemudi becak, si fakir miskin
itu diberi becak. Maka dalam hal ini, memberi motivasi kepada masyarakat
miskin bukan merupakan sesuatu yang sangat mendasar. Agar mereka mau
berusaha dan tidak sekedar menunggu uluran tangan orang kaya. Dan hal
ini dilakukan secara riil oleh beliau dengan penuturannya;
Pernah suatu kali saya mencobanya terhadap seseorang pengemudi becak di Kabupaten Pati. Saya lihat dia tekun mangkal di pasar untuk bekerja sebagai tukang becak. Pada saat pembagian zakat tiba, dia saya beri zakat. Hasil zakat bulan syawal itu berupa zakat mall, zakat fitrah dan infaq. Semua saya kumpulkan dan sebagian saya belikan becak untuknya. Sebelumnya dia hanya mengemudikan becak yang milik seorang non pribumi, namun sekarang dia memiliki dua buah becak. Usaha itu berkembang dan sehari-hari ia tidak harus mengemudikan becak dengan mengejar setoran. Dengan mengemudikan becak sampai jam tiga sore, hasilnya sudah cukup untuk makan dan untuk menjaga kesehatan, setelah itu ia biasa kumpul-kumpul mengikuti pengajian. Dengan cara ini, meskipun dia tidak menjadi kaya, tetapi jelas ada perubahan.30
Kyai sahal juga melembagakan dana zakat melalui koperasi. Dana
zakat yang terkumpul tidak langsung diberikan dalam bentuk uang.
mustahiq diserahi zakat berupa uang, tetapi kemudian di tarik kembali
sebagai tabungan si mustahiq untuk keperluan pengumpulan modal. Pihak
BPPM membantu dalam manajemen, perantara keuangan. Menurutnya
cara ini fakir miskin dapat menciptakan pekerjaan dengan modal yang
dikumpulkan dari harta zakat.31
Begitu pula Dompet Dhuafa Republika sebagai salah satu
lembaga zakat non pemerintah, sejak bulan Desember 1999 telah
mengagendakan pengembangan pemberdayaan zakat model kelompok
dengan program Masyarakat Mandiri, yang telah dilaksanakan pada awal
tahun 2000. Sasarannya adalah kaum fakir miskin dan dhuafa yang
difokuskan di wilayah Bogor, Tangerang dan Bekasi, di tambah Bengkulu,
Tasikmalaya, Palu/Poso dan Banggai Kepulauan Propinsi Sulawesi
Tengah. Sebagian dana ZIS yang terkumpul diproduktifkan dengan
meminjamkannya kepada sasaran untuk dijadikan modal usaha dan
pengembangan usaha bagi mereka. Memang belum terlalu tampak
hasilnya akan tetapi ini merupakan langkah awal yang perlu diperhatikan
dan di tekuni oleh lembaga zakat khususnya, karena dengan zakat
produktif akan memungkinkan masyarakat lebih merasakan betapa
besarnya makna dan fungsi zakat bagi mereka.32
Apa yang telah dialakukan BASIZ DKI, BPPM (Pati) dan
Dompet Dhuafa Republika Jakarta adalah memproduktifkan dana zakat.
Memproduktifkan atau membudidayakan dana zakat pada prinsipnya tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam. Khususnya pada
pensyari’atan zakat. Karena zakat produktif akan membuat harta di bumi
ini berputar di antara semua manusia, tidak hanya pada sebagian orang
31 Ibid, h. 124. 32http// www. Dompet Dhuafa Republika.Com.
22
kaya saja. Dimana hal ini sangat dilarang dalam Islam, sebagaimana
firman Allah yang berbunyi:
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Makkah adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (Al-Hasyr : 7)33
Salah satu tujuan zakat adalah agar harta benda tidak menumpuk
pada suatu golongan saja, dinikmati orang-orang kaya sedang orang-orang
miskin larut dengan ketidak mampuannya dan hanya menonton saja.
Padahal orang kaya tidak akan ada dan tidak sempurna hidupnya tanpa
adanya orang-orang miskin disebutkan bahwa:
Zakat itu adalah milik bersama, karena mendapatkannya atas usaha bersama masyarakat. Orang yang kaya tidak akan ada kalau tidak ada orang miskin. Seorang pedagang tidak akan sukses menjadi konglomerat jika tidak ada pembeli, distributor dan para karyawan. Uang itu ibarat darah dalam tubuh manusia. Jika darah tidak menjangkau seluruh bagian anggota tubuh, dimana sebagian anggota tubuh kebagian terlalu banyak sehinga bagian yang lain mendapatkan terlalu sedikit, maka badan menjadi sakit dan terserang penyakit.34
33 Departemen Agama, Op.Cit , h.1118. 34 Muhtar Sadili, Amru (ed), Problematika Zakat Kontemporer; Artikulasi Proses Sosial Politik Bangsa, Jakarta: Forum Zakat, 2003, cet. I, h. 84.
23
Artinya dalam berbagai bidang kehidupan fakir miskin harus
diperhitungkan dan diikut sertakan apalagi jumlah mereka tidaklah sedikit.
Di bidang ekonomi, sosial, pendidikan dan lainnya, agar tidak terjadi
gejolak ekonomi, kesenjangan sosial dan masyarakat yang terbelakang
karena kebodohan dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.
Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan melaksanakan zakat
produktif. Karena bila zakat selalu satu semuanya diberikan dengan cara
konsumtif, maka bukannya mengikut sertakan mereka tetapi malah
membuat mereka malas dan selalu berharap kepada kemurahan hati si
kaya, membiasakan mereka tangan di bawah meminta dan menunggu belas
kasihan. Padahal ini sangat tidak disukai dalam ajaran Islam.
Islam sangat menganjurkan supaya umatnya berusaha agar dapat
melaksanakan ajaran agama dengan baik, termasuk dapat membayar zakat,
infak dan sedekah serta ibadah-ibadah lainnya yang dalam pelaksanaannya
diperlukan biaya atau dana dan kemampuan secara material, anjuran
berusaha ini sebagaimana yang terkandung dalam firman Allah:
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu. Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (Al-Mulk : 15).35
35 Departemen Agama, Op.Cit , h.1573.
24
Anjuran berusaha inilah hendaknya diiringi dengan bantuan dan
pertolongan modal untuk berusaha atau mengembangkan usaha mereka
karena sudah pasti yang namanya fakir miskin tidak memiliki kemapuan
yang lebih untuk membiayai usaha yang dapat menjamin hidupnya di masa
depan karena hartanya hanya cukup untuk membiayai hidupnya sehari-
hari.
Bantuan ini dapat dilakukan oleh umat Islam melalui ibadah
zakat. Zakat yang dapat membantu mereka untuk mencari kebutuhannya
yang layak. Zakat dalam arti yang lebih luas, bukan hanya sekedar
pelaksanaan kewajiban semata tetapi lebih dari itu yaitu menyangkut
pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Sebagaimana diungkapkan: “zakat harus ditafsirkan lagi, sehingga
membicarakan zakat berarti membicarakan ekonomi secara lebih luas,
tidak lagi orientasi zakatnya sekedar pelaksanaan kewajiban hukum dalam
lintas yang klasik, tetapi harus dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi,
terutama di bidang peningkatan daya beli dan cadangan dan yang kuat.”36
Dikutip dalam bukunya Asnaini yang berjudul zakat produktif
dalam persepektif hukum islam Pemaknaan zakat seperti ini pada dasarnya
telah dilakukan sejak lama, Imam Nawawi dalam kitab al-Majmu’
mengatakan bahwa “Apa yang diberikan kepada orang fakir dan miskin,
hendaknya dapat mengeluarkan mereka dari lembah kemiskinan kepada
36 Muhtar Sadili, Amru (ed), Op.Cit, h. 130.
25
taraf hidup yang layak (cukup), yaitu sejumlah pemberian yang dapat
dijadikan dasar untuk mencapai suatu tingkat hidup tetentu.” 37
Pemberian yang dapat dijadikan dasar, dapat diartikan pemberian
yang dapat dijadikan modal untuk mencari dan menekuni suatu usaha, agar
hasilnya dapat mencukupi kebutuhan mereka dalam waktu yang lama
bukan sesaat.
Setidaknya pernyatan diatas menyebutkan dua cara pembagian
zakat. Produktif kepada orang-orang miskin yang kuat berusaha dan
konsumtif kepada yang tidak kuat untuk berusaha.
Hal ini hanya mungkin terjadi, jika sumber-sumber zakat
dimanfaatkan sebagai modal dalam proses produksi, orientasi kegiatan
masyarakat selalu kearah produktif, berguna dan berhasil guna, dan
memandang jauh ke depan dengan pengorbanan yang dilakukan masa kini.
Sehingga akan tecipta masyarakat yang berjiwa produktif, bukan
masyarakat yang berjiwa konsumtif.
2.9. Kajian Relevan
37 Asnaini. Op.Cit, h. 88.
26
Sepengetahuan penulis pembahasan tentang pengaruh pemberian
zakat terhadap pemberdayaan ekonomi umat telah banyak dibahas sebagai
karya ilmiah. Dan untuk mendukung persoalan yang lebih mendalam
terhadap masalah di atas, penyusun berusaha melakukan penelitian
terhadap literatur yang relevan terhadap masalah yang menjadi obyek
penelitian.
Penelitian yang pernah penyusun jumpai yang berkaitan dengan
zakat produktif sebagai sarana pemberdayaan ekonomi adalah penelitian
Hosnu El Wafa. “Konsepsi Zakat Produktif dalam Pemikiran Syekh
Muhammad Arsyad Al Banjari (studi terhadap kitab Sabil Al Muhtadin)”,
yang membahas pendapat Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari mengenai
pendayagunaan zakat untuk pemberdayaan ekonomi umat dapat dilakukan
dengan memberikan sarana atau peralatan kepada mustahiq yang
disesuaikan dengan kepandaian atau keterampilan yang dimiliki mustahiq.
Sedangkan kepada mustahiq yang mampu mengembangkan usaha
produktifnya agar diberikan modal.38
Penelitian Mila Sartika (Mahasiswa UII Yogyakarta) berjudul
”Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif (diukur dari jumlah dana yang
di berikan) Terhadap Pemberdayaan Mustahiq (diukur dari pendapatan
usaha)”. Pada penelitian ini terdapat dua macam hipotesis yang diajukan
yaitu: 1) hipotesis nihil (H0) dan 2) hipotesis alternatif (HA). Hipotesis
nihil (H0) dalam penelitian ini adalah tidak ada pengaruh jumlah dana 38 Hosnu El Wafa. “Konsepsi Zakat Produktif dalam Pemikiran Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (studi terhadap kitab Sabil Al Muhtadin”, Skripsi S1, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2003, h. 7.
27
(zakat) yang disalurkan terhadap pendapatan mustahiq di LAZ Yayasan
Solo Peduli. Sedangkan hipotesis alternatif (HA) adalah ada pengaruh
jumlah dana (zakat) yang disalurkan terhadap pendapatan mustahiq di
LAZ Yayasan Solo Peduli. Hipotesis ditolak jika nilai sig < 0,05,
sebaliknya hipotesis diterima jika nilai sig > 0,05. Berdasarkan hasil
analisis data dengan menggunakan teknik regresi sederhana diperoleh nilai
signifikan 0, 045 atau dapat dikatakan nilai sig < 0,05, maka hipotesis nihil
(H0) ditolak, berarti hipotesis alternatif (HA) diterima, atau dapat
dinyatakan bahwa jumlah dana yang disalurkan benar-benar berpengaruh
secara signifikan terhadap pendapatan mustahiq.39
Studi lain yang berkenaan dengan zakat untuk pemberdayaan
ekonomi yaitu, penelitian Alfiya Nur Hasanah . “Hubungan Zakat terhadap
Tingkat Kemiskinan pada BAZ Propinsi DIY” yang menjelaskan bahwa
pendayagunaan zakat yang efektif untuk menurunkan tingkat kemiskinan
tidak hanya digunakan sebagai pemenuhan konsumtif semata tetapi juga
dapat dipergunakan untuk usaha-usaha pemenuhan kebutuhan produktif,
bantuan pendidikan dan usaha-usaha untuk menciptakan lapangan kerja
serta mengurangi pengangguran.40
Ulin Ulfa dalam penelitiannya membahas tentang ”Pendayagunaan
zakat secara produktif dalam perspektif hukum Islam” adalah dapat
dibenarkan, sepanjang memperhatikan kebutuhan pokok bagi masing-
masing mustahiq dalam bentuk konsumtif yang bersifat mendesak untuk 39 http//www. Jurnal skripsi UII Yogyakarta.com. 40 Alfiya Nur Hasanah . “Hubungan Zakat terhadap Tingkat Kemiskinan pada BAZ Propinsi DIY Tahun 1939-2003”, Skripsi S1, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2005, h. 73.
28
segera diatasi. Selain itu pendayagunaan dan pengelolaan zakat untuk
usaha produktif dibolehkan oleh hukum Islam selama harta zakat tersebut
cukup banyak.41
Hazamih dalam sebuah penelitiannya berjudul ”Pengelolaan Zakat
pada BAZ DKI Jakarta” membahas tentang bagaimana BAZIS DKI
Jakarta dalam melakukan pendayagunaan zakat sebagai salah satu sarana
dalam mengatasi kemiskinan masyarakat perorangan/individu yang ada di
wilayah DKI Jakarta.42
A. Qodri Azizy dalam bukunya berjudul ”Membangun Fondasi
Ekonomi Umat” menyimpulkan bahwa zakat hendaknya tidak sekedar
konsumtif, maka idealnya zakat dijadikan sumber dana umat. Penggunaan
zakat untuk konsumtif hanyalah untuk hal-hal yang bersifat darurat.
Artinya, ketika ada mustahiq yang tidak mungkin untuk dibimbing untuk
mempunyai usaha mandiri atau memang untuk kepentingan mendesak,
maka penggunaan konsumtif dapat dilakukan.43
41Ulin Ulfa. “Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif (Kajian Terhadap Pasal 16Ayat 2 UU no. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat)”, Skripsi S1, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2005, h. 70. 42 Hazamih . “Pengelolaan Zakat pada BAZ DKI Jakarta”, Skripsi S1, Yogyakarta: UII Fakultas Ilmu Agama Islam, 1998, h. 9. 43A. Qodri Azizy. Membangun Fondasi Ekonomi Umat (Meneropong Prospek Berkembangnya Ekonomi Islam), cet. 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, h. 148-149.
29
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritik
Dalam kerangka pikir ini menunjukkan model-model atau
gambaran dan variabel utama yang menjadi permasalahan penelitian dan
menjelaskan adanya hubungan antara variabel satu dengan variabel
lainnya.
Dimana :
X : Pendayagunaan zakat produktif
Indikator :
- Pengalokasian pendayagunaan dana zakat produktif
- Sasaran pendayagunaan dana zakat produktif
- Pendistribusian pendayagunaan dana zakat produktif
Pendayagun-aan zakat produktif
Pelatihan dan Ketrampilan kepada para
Mustahiq
Pemberday-aan
Mustahiq
Manajemen Usaha kepada para Mustahiq
Pengawasan Bapelurzam kepada para
Mustahiq
Pengalokasian pendayagunaan
dana zakat produktif
Sasaran pendayagunaan
dana zakat produktif
Pendistribusian pendayagunaan
dana zakat produktif
30
Y : Pemberdayaan Mustahiq
Indikator :
- Pelatihan dan Ketrampilan kepada para Mustahiq
- Manajemen Usaha kepada para Mustahiq
- Pengawasan BAPELURZAM kepada para Mustahiq
2.10. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang harus diuji secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban
terhadap masalah penelitian secara teoritis dianggap paling mungkin dan
paling tinggi tingkat kebenarannya.44
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka teori maka penelitan
ini penulis mengajukan hipotesis: ”Ada pengaruh positif antara
Pendayagunaan Zakat Produktif terhadap Pemberdayaan Mustahiq di
Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah
(BAPELURZAM) Pengurus Cabang Kecamatan Weleri Kabupaten
Kendal, artinya semakin berdaya guna pemberian dana zakat produktif
kepada para Mustahiq akan mempengaruhi pemberdayaan ekonomi para
Mustahiqnya di Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah
(BAPELURZAM) Pengurus Cabang Kecamatan Weleri Kabupaten
Kendal”.
44 Umardi Suryabrata, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, h.21.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian lapangan (field
research), dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian
ini pembahasan akan menitik beratkan pada bagaimana Pengaruh
Pendayagunaan Zakat Produktif terhadap Pemberdayaan Mustahiq di
Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah
(BAPELURZAM) Pengurus Cabang Kecamatan Weleri Kabupaten
Kendal. Di mana penelitian ini merupakan penelitian laporan, pengamatan
lapangan yaitu penelitian terhadap data primer melalui wawancara dan
sekunder yang didapatkan melalui berbagai sumber langsung maupun
tidak langsung.
3.2. Obyek Penelitian, Populasi dan Sampel
Obyek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai
kesimpulan penelitian. Pada Penelitian yang berjudul “Pengaruh
Pendayagunaan Zakat Produktif terhadap Pemberdayaan Mustahiq” yang
menjadi obyeknya adalah seluruh mustahiq yang diberi dana zakat
produktif di Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah
(BAPELURZAM) Cabang Weleri Kabupaten Kendal.
32
“Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Apabila seseorang
ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi.”45
Pada bagian ini penulis akan menentukan jumlah seluruh obyek
yang diteliti yang disebut populasi. Berdasarkan data sekunder dan
wawancara dengan pihak pengurus jumlah mustahiq yang menggunakan
program dana zakat produktif berdasarkan seleksi pengurus yang tercatat
dari tahun berjalannya penggunaan dana zakat produktif 2008-2010
sejumlah 221 orang sebagai populasi.
Dalam bukunya Dr. Suharsimi Arikunto yang berpendapat bahwa
“Apabila populasinya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua,
dan jika jumlah populasinya lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10%
- 15% atau 20% - 25% atau lebih besar dari pada itu”.46
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik
stratified random sampling atau sampel acak.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel sebesar 20%
dari jumlah 221 mustahiq yaitu 44 mustahiq. Maka jumlah ini di jadikan
sebagai sampel dan obyek untuk diteliti.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan metode
pengumpulan data dengan cara: 45 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1998 , h.155. 46 Ibid., h. 120.
33
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah usaha-usaha mengumpulkan data
dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-
fenomena yang diteliti.47
Metode dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat
gejala-gejala yang diteliti ke obyek sasaran. Metode ini penulis gunakan
untuk melihat pelaksanaan pendayagunaan zakat produktif di
BAPELURZAM Cabang Weleri Kabupaten Kendal.
2. Metode Wawancara
Peneliti mengadakan wawancara dengan tokoh lembaga atau
para fungsionaris khususnya pihak manajemen pendayagunaan zakat
produktif yang dianggap berkompeten dan representatif dengan masalah
yang dibahas untuk memperoleh informasi mengenai pendayagunaan
zakat produktif.48
3. Kuesioner
Dapat dilakukan dengan cara memberi angket yang berisi
seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis yang sifatnya terbuka
atau tertutup kepada responden untuk dijawabnya.49
Merupakan daftar pertanyaan terbuka atau tetutup yang di
distribusikan kepada responden untuk diisi sehingga hasil isian dari
responden merupakan tanggapan dan jawaban atas berbagai pertanyaan
yang diajukan dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang 47 Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta : BPFE-UII, 2000, h.58. 48 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta : Bumi Aksara, 1999, h. 72. 49 Umardi Suryabrata. Op.Cit, h. 43.
34
mereka ketahui. Kuesioner penelitian didistribusikan kepada para
mustahiq yang menerima dana zakat produktif.
4. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.50
Untuk melengkapi data penelitian, selanjutnya penulis mencari
dokumen penting dari Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal
Muhammadiyah (BAPELURZAM) Cabang Weleri Kabupaten Kendal.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data berupa
laporan hasil pengelolaan dan data berupa tulisan-tulisan penting seperti
struktur organisasi, keberadaan amil dan mustahiq.
3.4. Teknik Analisis Data
Data penelitian akan dianalisis dengan menggunakan tiga analisis,
yaitu:
1. Uji asumsi klasik
Untuk mendapatkan model regresi yang baik harus terbebas
dari penyimpangan data yang terdiri dari multikolonieritas,
heteroskedassitas, autokorelasi dan normalitas. Cara yang digunakan
untuk menguji penyimpangan asumsi kaslik adalah sebagai berikut :
50 Suharsimi Arikunto. Op.Cit, h. 236.
35
a. Uji Multikoleniaritas
Uji multikoleniaritas ini dilakukan dengan melihat nilai
variance inflation factor (VIF) uji ini bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas. Pada model regresi yang baik, sebaiknya tidak
terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada
tidaknya dengan melihat (1) nilai tolerance dan lawannya, (2)
variance inflation factor. Kedua ukuran ini menujukkan setiap
variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas
lainnya. Tolerance mengukur variabilitas bebas yang terpilih yang
tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF (karena VIF = 1 /
tolerance) dan menunjukkan adanya kolenieritas yang tinggi. Nilai
cut off yang dipakai oleh nilai tolerance 0,10 atau sama dengan
nilai VIF diatas 10. Apabila terdapat variabel bebas yang memiliki
nilai tolerance lebih dari 0,10 nilai VIF kurang dari 10, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikoleniaritas antar variabel bebas
dalam model regresi.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual data
yang ada. Model regresi yang baik adalah yang tidak mengalami
36
gejala heteroskedastisitas. Cara yang digunakan dalam pengujian
ini adalah dengan analisa grafik plot antara nilai prediksi variabel
terikat (ZPRDCH) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID dan
ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan
sumbu X adalah residual (Yprediksi – Ysesungguhnya) yang telah
di Studentized. Dasar analisis :
(1) Jika ada pola tertentu, serta titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian,
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
(2) Jika tidak ada pula yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas
dan dibawah angka O pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
c. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
modal regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Salah satu
cara termudah untuk melihat normalitas adalah dengan melihat
histrogram yang membandingkan antara data observasi dengan
37
distribusi yang mendekati distribusi normal. Model regresi yang
baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Artinya kriteria berdistribusi normal apabila tampilan
grafiknya menunjukkan pola penyebaran disekitar garis diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal.51
2. Analisi Deskriptif
Mendeskripsikan data yaitu menganalisis data tanpa
menggunakan perhitungan angka-angka melainkan menggunakan sumber
informasi yang relevan dari responden untuk mengetahui pengaruh
pendayagunaan zakat produktif terhadap pemberdayaan mustahiq.
3. Analisis Regresi
a. Mencari persamaan garis regresi dengan rumus :
Ŷ = a + bx
Untuk mengetahui Ŷ terlebih dahulu dicari harga a dan b dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
a = 22
2
)(.)).(()).((
xxNxyyxy
b = 22 )().()).(()).((
xxNxyxxxyN
51 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program SPSS, Edisi II, Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro, hlm 57-74.
38
Keterangan :
Ŷ = (baca : Y topi) subyek variabel terikat yang diproyeksikan
(kriterium)
x = variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksi
(prediktor)
a = intersep (konstanta regresi) atau harga yang memotong sumbu
Y
b = koefisien regresi atau sering disebut slove, gradient atau
kemiringan garis
b. Mencari vairan regresi
Mencari varian regresi dengan rumus
Sumber Variasi Db JK RK Freq Regresi 1
2
2)(xxy regdb
regJk resdbresJk
Residu (N – 2)
2
22 )(
xxyy
resdbresJk
Total (T) N – 1 2y - -
Harga F diperoleh (freg), kemudian dikonsultasikan dengan harga F
tabel pada taraf signifikansi 5% dan 1% db = N – 2, hipotesis diterima
jika Freg hitung > Ftabel.
39
3.5. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Penelitian
Berdasarkan obyek penelitian dan metode penelitian yang
digunakan, maka dibawah ini diungkapkan operasionalisasi variabel
penelitian adalah sebagai berikut:
a) Variabel bebas atau X (Indepandent Variabel).
Yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain yang tidak
bebas (dependen variabel atau terikat). Variabel bebas yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah Pendayagunaan Zakat Produktif.
b) Variabel terikat atau Y (Depandent Variabel).
Yaitu variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel lain (Independet
variabel atau bebas). Variabel terikat yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah Pemberdayaan Mustahiq.
40
Dari penjelasan diatas maka variabel penelitian dapat dioperasionalkan
sebagai berikut :
Tabel 3.1
Tabel Oprasionalisasi Variabel
Variabel penelitian
Definisi Indikator Ukuran
(X) Pendayagunaan
Zakat Produktif
Pendayagunaan Zakat produktif yaitu suatu bentuk pemanfaatan dana zakat produktif yang diberikan kepada Mustahiq sebagai modal usaha untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi yaitu untuk menumbuh kembangkan tingkat ekonomi dan potensi produktifitas Mustahiq agar tepat guna dan berdaya guna.
- Pengalokasian dana zakat produktif
- Sasaran pendayagunaan dana zakat produktif
- Pendistribusian dana zakat produktif
Skala Likert 1 - 5
(Y) Pemberdayaan
Mustahiq
Pemberdayaan yaitu upaya mewujudkan misi pembentukan Amil, yakni bagaimana Muzakki menjadi lebih berkah rezekinya dan ketentraman kehidupannya menjadi terjamin disatu sisi dan masyarakat Mustahiq tidak selamanya tergantung dengan pemberian, dalam jangka pendek dapat hidup mandiri dan terampil dengan adanya perubahan ekonomi dan jangka panjang diharapkan dapat berubah menjadi Muzakki baru.
- Pelatihan dan ketrampilan kepada para Mustahiq
- Manajemen usaha kepada para Mustahiq
- Pengawasan BAPELURZAM kepada para Mustahiq
Skala Likert 1 – 5
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal
Muhammadiyah Dan Karakteristik Responden
4.1.1. Gambaran Umum Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal
Muhammadiyah52
Letak Geografis BAPELURZAM di Kecamatan Weleri
Kecamatan weleri sendiri terletak di jalur utama pantai
utara kabupaten kendal, dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Rowosari
Sebelah Selatan : Kecamatan Pageruyung
Sebelah Barat : Kecamatan Batang
Sebelah Timur : Kecamatan Gemuh
Keberadaan Kantor BAPELURZAM terletak di Jl. KH.
Ahmad Dahlan No. 47 terletak di pusat kota dan komplek
perguruan dan amal usaha Muhammadiyah (SMK
Muhammadiyah, SD Muhammadiyah, Panti Asuhan
Muhammadiyah), dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
52 Data tentang gambaran umum BAPELURZAM di peroleh dari Bp. Malik selaku sekretaris (data bahan presentasi dan sosialisasi program BAPELURZAM) dan Wawancara Dengan Kepala BAPELURZAM dan pihak BRPS ASB pada 13-20 Oktober 2010
42
Batas-batas Wilayah Kantor BAPELURZAM :
Sebelah Utara : Dibatasi SMK Muhammadiyah
Sebelah Selatan : Pemukiman warga
Sebelah Barat : Pemukiman warga dan perguruan Muhamadiyah
4.1.1.1. Sejarah Singkat dan Profil Badan Pelaksana Urusan Zakat
Amwal Muhammadiyah
BAPELURZAM (Badan Pelaksana Urusan Zakat
Muhammadiyah) Cabang Kecamatan Weleri adalah Lembaga
Amil Zakat atau Lembaga Filantropi Islam yang berdiri sekitar
tahun 197953 yang di pelopori oleh Abdul Barie Shoim selaku
pencetusnya. Badan amil ini mendeklarasikan diri sebagai amil
yang mengelola zakat amwal bukan zakat mall saja, dengan
menggunakan konsep zakat amwal yaitu: lebih diarahkan pada
zakat kepemilikan harta kekayaan secara menyeluruh. Badan ini
juga menghimpun dana zakat juga infaq, shodaqoh, wakaf
produktif serta berbagai dana kedermawanan lainnya yang
selanjutnya didayagunakan sebesar-besarnya untuk
pemberdayaan masyarakat.
4.1.1.2. Visi, Misi dan Program Badan Pelaksana Urusan Zakat
Amwal Muhammadiyah
a. Visi
Menjadi Lembaga Amil Zakat yang amanah, transparan dan
profesional dengan mengoptimalkan pemberdayaan
masyarakat dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah
menuju cita-cita Masyarakat Utama.
53 Abdul Barie Shoim. Op.Cit, h. 9.
44
b. Misi
Mengoptimalkan kualitas pengelolaan zakat yang amanah
dan profesional. Membantu muzaki dalam menyalurkan
zakatnya kepada yang berhak menerimanya. Membantu
mustahik, melalui program-program pemberdayaan yang
transparan, terukur, tapat sasaran dan berdayaguna.
c. Program
1) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ”Program Dhuafa
Produktif” yang di bantu oleh Majlis Ekonomi Pimpinan
Cabang Muhammadiyah Weleri melalui Pimpinan
Ranting di desa masing-masing. Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat ”Program Pendampingan Dhuafa’ Produktif
Plus” yang di tangani oleh BAPELURZAM langsung
dan BPRS Artha Suya Barokah sebagai Baitul mallnya.
2) Santunan Dhuafa Konsumtif “Program Pemberian
Santunan Kepada Dhuafa” .
d. Sekilas Tentang Program Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat
Dalam pendistribusian Badan Amil ini terdapat dua
macam kategori yaitu distribusi konsumtif dan distribusi
produktif. Distribusi konsumtif di prioritaskan 8 asnaf sama
halnya dengan yang distribusi produktif, namun dalam
distribusi produktif di prioritaskan untuk golongan fakir
45
miskin dalam rangka mengentaskan mereka dalam
perekonomian yang sulit.
”Program Pendampingan Dhuafa’ Produktif Plus”
adalah program pemberian bantuan modal usaha atau
tambahan modal kepada pengusaha kecil, dengan tujuan
membantu mengembangkan usaha sehingga dapat tercipta
perekonomian yang stabil dan mandiri.
Badan ini bekerjasama dengan dua baitul mall, pertama
dengan Majlis Ekonomi Pimpinan Cabang Muhammadiyah
yang di bantu melalui Pimpinan Ranting di seluruh desa di
kecamatan Weleri. Kedua BPRS Artha Surya Barokah Weleri
selaku pihak baitul mallnya. Keduanya mempunyai fungsi :
1) Sebagai Baitul Mall
2) Sebagai perantara keuangan
3) Alur atau prosedur aliran dana
4) Pihak manajemen dan fasilitator
BAPELURZAM melembagakan dana zakat ini dalam
bentuk semacam koperasi untuk para mustahiq. Majlis
Ekonomi sistem kerjanya di bantu oleh pimpinan ranting di
desa msing-masing. Sedang Pihak BPRS Artha Surya
Barokah hanya sebagai baitul mall saja, pelaporan keuangan
juga terpisah tidak ikut dalam pelaporan keuangan BPRS
Artha Surya Barokah . Jadi keduanya hanya sebagai perantara
46
keuangan, pihak manajemen dan baitul mall sedang mustahiq
adalah sebagai investor atau pemilik dana. Karena konsep
zakat sendiri adalah dana itu hak mustahiq. Para mustahiq
diserahi dana pinjaman zakat berupa uang tetapi di tarik
kembali sebagai tabungan si mustahiq untuk keperluan
cadangan modal atau investasi mereka. Jika sewaktu-waktu
masih membutuhkannya bisa mengambilnya. Program ini
hampir sama dengan produk Qardul Hasan, dimana mustahiq
hanya mengembalikan pokoknya saja tanpa adanya
tambahan, adapun suatu ketika usaha mustahiq kurang
berhasil dan tidak bisa mengembalikan pinjamannya tidak
masalah karena itu adalah hak mereka.
Inti program ini adalah merubah posisi dari mustahiq
menjadi muzakki untuk jangka panjangnya,untuk jangka
pendeknya yaitu merubah kondisi ekonomi mustahiq agar
terampil dan mandiri. program ini dilatarbelakangi oleh
terjadinya krisis ekonomi global yang dampaknya sangat
terasa di Indonesia, sehingga banyak usaha kecil yang
ambruk (bangkrut).
Sasaran ”Program Pendampingan Dhuafa’ Produktif
Plus” ini adalah Warga Muhammadiyah, anggota dan
simpatisan (pada umumnya), tetapi diutamakan pengurus
ranting dengan maksud untuk menegakkan perekonomian
47
pimpinan ranting sehingga yang bersangkutan dapat berjuang
menegakkan Islam dalam bingkai Persyarikatan
Muhammadiyah dengan tenang (pada khususnya).
e. Mekanisme Pelaksanaan Program
Mekanisme tentang pelaksanaan ”Program Pendampingan
Dhuafa’ Produktif” ini di atur dalam Surat Keputusan
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Weleri Nomor :
010/IV.6/G/2009 Tentang ketentuan dan persyaratan peserta
program pendampingan dhuafa' produktif plus.
f. Persyaratan Umum Untuk Program yang di bantu Majlis
Ekonomi Pimpinan Cabang Muhammmadiyah Weleri
Melalui Ranting Tiap Desa54:
1. Warga Muhammadiyah dan Simpatisan.
2. Sudah memiliki rintisan usaha atau belum.
3. Maksimal pinjaman Rp. 500.000,-
4. Persyaratan Administrasi.
5. Foto copy KTP (@ 2 lembar).
6. Foto copy Kartu Keluarga (2 lembar).
7. Surat pengantar persetujuan dari Pimpinan Ranting
Muhammadiyah setempat.
8. Di ajukan kepada Majlis Ekonomi.
54 Data yang berkaitan dengan Majlis Ekonomi diperoleh dari wawancara dengan Bapak. Nawawi selaku ketua Majelis Ekonomi Pimpinan Cabang Muhammadiyah Weleri di kediaman beliau pada 11 Oktober 2010
48
g. Persyaratan Umum Untuk Program Baru yang di tangani
BAPELURZAM langsung dan pihak BPRS Artha Surya
Barokah :
1. Warga Muhammadiyah (diutamakan Pimpinan Ranting).
2. Sudah memiliki rintisan usaha.
3. Maksimal pinjaman Rp. 5.000.000,- .
4. Persyaratan Administrasi .
5. Foto copy NBM/KTA (@ 2 lembar).
6. Foto copy KTP (@ 2 lembar).
7. Foto copy Kartu Keluarga (2 lembar).
8. Surat pengantar dari Pimpinan Ranting Muhammadiyah
setempat.
9. Menandatangani surat akad peminjaman uang (suami
isteri) dengan pimpinan ranting sebagai saksi.
h. Mekanisme Pengembalian yang di tangani Majlis Ekonomi :
1. Tenggat waktu pengembalian (mulai mencicil) tidak di
tentukan.
2. Angsuran dilakukan tiap pengajian rutin pada tiap
ranting.
3. Besaran angsuran semampunya.
4. Angsuran disetorkan pimpinan Ranting atau pada Majlis
Ekonomi.
49
i. Mekanisme Pengembalian yang ditangani Bapelurzam
langsung dan BPRS Artha Surya Barokah :
1. Tenggat waktu pengembalian (mulai mencicil) satu
tahun.
2. Angsuran dilakukan tiap bulan.
3. Besaran angsuran Rp. 200.000,-.
4. Angsuran disetorkan pada BPRS Artha Surya Barokah.
j. Realisasi Program
Program “Pendayagunaan zakat produktif " ini telah
terealisasi dan dengan keterbatasan dana yang tersedia baru
bisa di ikuti oleh 221 orang terhitung tahun penggunaan dana
zakat produktif mulai tahun 2008-2010:
1. Dibantu Pimpinan Cabang Muhammadiyah Majlis
Ekonomi dan di bantu melalui Ranting masing-masing
ada 209 orang.
2. Ditangani Bapelurzam langsung dan BPRS Artha Surya
Barokah ada 12 orang.
50
4.1.2. Karakteristik Responden
Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu penulis akan
menjelaskan mengenai data-data responden yang digunakan
sebagai sampel yang diambil dari mustahiq Badan Pelaksana
Departemen Agama, Alqur’an dan Terjemahnya,(Semarang: Toha Putra), 1988.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program SPSS, Edisi II, (Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro), 2001.
Hafidhhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modern. (Jakarta: Gema Insani), 2002.
Hasan, M. Ali. Zakat dan Infak. Salah Satu Solusi Mengatasi Problematika Sosial di Indonesia. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), 2008.
Hasanah, Alfiya Nur. “Hubungan Zakat terhadap Tingkat Kemiskinan pada BAZ Propinsi DIY Tahun 1939-2003”, Skripsi S1, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga), 2005.
Hazamih . “Pengelolaan Zakat pada BAZ DKI Jakarta”, Skripsi S1, (Yogyakarta: UII Fakultas Ilmu Agama Islam), 1998.
http// www. Dompet Dhuafa Republika.Com
http//www. Jurnal skripsi UII Yogyakarta.com.
Husen, Ibrahim. Kerangka Landasan Pemikiran Islam. (Jakarta: Departemen Agama), 1984.
Joyce. M. Hawkins, Kamus Dwi Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris. (Oxford-Erlangga). 1996.
Muhammad, Rifqi. ”Akuntansi Lembaga Keuangan Publik Islam”, Modul Mata Kuliah. (Yogyakarta: FIAI UII).
Muhtar Sadili, Amru (ed), Problematika Zakat Kontemporer; Artikulasi Proses Sosial Politik Bangsa, (Jakarta: Forum Zakat), 2003.
Mursyidi. Akuntansi dan zakat kontemporer. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), 2006.
Mustafa, Ahmad. Al-Maraghi(ed.),TerjemahTafsir Al-Maraghi, di terjemahkan oleh Hery Noer Ali dkk dari “ Tafsir Al-Maraghi”, (Semarang: Toha Putra), 1992.
Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf , Pedoman Zakat (4), (Jakarta: Departemen Agama), 1982.
Ridwan, Muhammad dan Mas’ud. Zakat dan Kemiskinan Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat. (Yogyakarta: UII Press), 2005.
Ridwan, Muhammad. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil(BMT), cet 2. (Yogyakarta: UII Press), 2005.
Shoim, Abdul Barie. Pelaksanaan Gerakan Zakat Muhammadiyah Daerah Kabupaten Kendal. (KENDAL: Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kendal), 1987.
Suryabrata, Umardi. Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 2003.
Ulfa, Ulin. “Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif (Kajian Terhadap Pasal 16Ayat 2 UU no. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat)”, Skripsi S1, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga), 2005.
Wafa, Hosnu El. “Konsepsi Zakat Produktif dalam Pemikiran Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (studi terhadap kitab Sabil Al Muhtadin”, Skripsi S1, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga), 2003.
92
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ahmad Fajri Panca Putra
Tempat, Tanggal Lahir : Kendal, 17 Maret 1988
Alamat :Pungkuran Barat No. 28, Rt. 02, Rw. 03
Kutoharjo Kaliwungu Kendal 51372.
Pendidikan :
1. SD Negeri Krajan Kulon 03 Kaliwungu Kendal lulus tahun 2000
2. SMP Muhammadiyah 03 Kaliwungu Kendal lulus tahun 2003
3. MA Negeri Kendal lulus tahun 2006
4. IAIN Walisongo Semarang lulus tahun 2010
Demikian riwayat pendidikan penulis buat dengan sebenar-benarnya, kepada yang
berkepentingan harap menjadi maklum adanya.
Semarang, 29 November 2010
Penulis
Ahmad Fajri Panca Putra
93
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN Guna melengkapi data penelitian Skripsi S1 Program Studi Ekonomi Islam
FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SEMARANG Jl. Prof. Dr. Hamka kampus III Ngaliyan Telp. / Fax. 7601291 Semarang 50185
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : …………………………………………………………………………………………………………
2. Jenis kelamin : …………………………………………………………………………………………………………
3. Umur : ………………………. Tahun
4. Pendidikan : a. Tidak Sekolah b. SD c. SMP d. SMA e. Sarjana
5. Status : a. Kawin b. Belum kawin
6. Pekerjaan : a. Swasta b. Wiraswasta c. PNS, TNI/Polri d. Buruh e. Lain-lain
7. Sektor pekerjaan : a. Pertanian b. Perdagangan c. Jasa d. Transportasi e. Lain-lain
8. Pendapatan per bln : a. Kurang dari Rp. 1.000.000,-
b. Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 2.000.000,-
c. Rp. 2.000.000,- s/d Rp. 3.000.000,-
d. Rp. 3.000.000,- s/d Rp. 4.000.000,-
e. Lebih dari Rp. 4.000.000,-
9. Dalam organisasi Muhammadiyah Anda termasuk
a. Pengurus Daerah
b. Pengurus Cabang
c. Pengurus Ranting
d. Anggota
e. Simpatisan
10. Berapa lama bapak/ibu/sdra menjadi mustahiq BAPELURZAM Kecamatan Weleri :
a. Kurang dari 1 tahun
b. 1 tahun s/d 3 tahun
c. 4 tahun s/d 6 tahun
d. Lebih dari 6 tahun
94
A. PETUNJUK PENGISIAN Jawablah pertanyaan sesuai dengan anggapan bapak/ibu/saudara, berikan tanda (x)
atau silang pada pilihan yang tersedia.
- STS : Sangat Tidak Setuju - S : Setuju - TS : Tidak Setuju - SS : Sangat Setuju - KS : Kurang Setuju
Variabel (x) Pendayagunaan Zakat Produktif a. Pengalokasian Pendayagunaan Dana Zakat Produktif
1. Bapelurzam Cabang Weleri dalam memilih mustahiq sudah tepat menurut ketentuan agama islam
STS TS KS S SS
2. Program zakat produktif sangat berguna dan tepat guna meningkatkan taraf ekonomi mustahiq
STS TS KS S SS
3. Bapelurzam Cabang Weleri selalu memprioritaskan kebutuhan mustahiq
STS TS KS S SS
4. Dana Zakat Produktif sangat bermanfaat untuk keberlangsungan ekonomi mustahiq
STS TS KS S SS
5. Jumlah dana yang diberikan cukup membantu dalam modal usaha mustahiq
STS TS KS S SS
b. Sasaran Pendayagunaan Dana Zakat Produktif
1. Bapelurzam Cabang Weleri Mengedepankan Fakir, Miskin dan Dhuafa dalam sasaran pendayagunaan dana zakat produktif
STS TS KS S SS
2. Bapelurzam Cabang Weleri memilih mustahiq yang mempunyai usaha kategori UMKM atau usaha kecil
STS TS KS S SS
95
3. Bapelurzam Cabang Weleri memberikan modal usaha bagi yang kekurangan dana usaha
STS TS KS S SS
4. Bapelurzam Cabang Weleri membantu mengembangkan usaha sehingga dapat tercipta perekonomian yg stabil
STS TS KS S SS
5. Sasaran ”Program Pendampingan Dhuafa’ Produktif Plus” ini adalah Warga Muhammadiyah dengan maksud untuk menegakkan perekonomian sehingga yang bersangkutan dapat berjuang menegakkan islam dalam bingkai Persyarikatan Muhammadiyah dengan tenang
STS TS KS S SS
c. Pendistribusian Pendayagunaan Dana Zakat Produktif
1. Program Pendampingan Dhuafa’ Produktif Plus” ini dilakukan oleh pengurus atau amil dari Bapelurzam
STS TS KS S SS
2. Program Pendampingan Dhuafa’ Produktif Plus” ini dilakukan sesuai dengan target dan sasaran yang tepat
STS TS KS S SS
3. Bapelurzam Cabang Weleri Menjadi Lembaga Amil Zakat yang amanah, transparan dan professional
STS TS KS S SS
4. Bapelurzam Cabang Weleri mendistribusikan dana zakat produktif sesuai persyaratan dan ketentuan yang berlaku
STS TS KS S SS
5. Bapelurzam Cabang Weleri mudah dalam persyaratan, cepat dalam pelayanan ikhlas, tanpa ada pungutan liar dari amil
STS TS KS S SS
96
Variabel (Y) Pemberdayaan Mustahiq a. Pelatihan dan Ketrampilan Mustahiq
1. Bapelurzam Cabang Weleri memberikan pelatihan menurut skill/keahlian mustahiq
STS TS KS S SS
2. Bapelurzam Cabang Weleri memberikan stimulasi bagaimana cara berwira usaha secara baik dan benar
STS TS KS S SS
3. Bapelurzam Cabang Weleri mengarahkan para mustahiq agar selalu berusaha keras dalam meningkatkan taraf ekonomi
STS TS KS S SS
4. Bapelurzam Cabang Weleri selalu menuntut para mustahiq berjiwa terampil
STS TS KS S SS
5. Bapelurzam Cabang Weleri menyediakan alat pelatihan dalam rangka stimulasi membentuk jiwa mustahiq terampil dan kreatif dan mandiri
STS TS KS S SS
b. Manajemen Usaha Mustahiq
1. Bapelurzam Cabang Weleri mengarahkan cara bagaimana membentuk sumberdaya insani yang baik dan benar dalam keberlangsungan usaha mustahiq
STS TS KS S SS
2. Bapelurzam Cabang Weleri mengarahkan cara bagaimana bermuamalah yang baik dan benar dalam keberlangsungan usaha mustahiq
STS TS KS S SS
3. Bapelurzam Cabang Weleri mengarahkan cara bagaimana strategi usaha yang baik dan benar dalam keberlangsungan usaha mustahiq
STS TS KS S SS
4. Bapelurzam Cabang Weleri mengarahkan cara bagaimana strategi pemasaran yang baik dalam keberlangsungan usaha mustahiq
STS TS KS S SS
97
5. Bapelurzam Cabang Weleri mengarahkan cara bagaimana strategi manajemen keuangan yang baik dalam keberlangsungan usaha mustahiq
STS TS KS S SS
c. Pengawasan Kepada Mustahiq
1. Bapelurzam Cabang Weleri selalu memberikan pengawasan baik langsung maupun tak langsung dalam berlangsungnya usaha mustahiq
STS TS KS S SS
2. Bapelurzam Cabang Weleri selalu mendampingi dalam berlangsungnya kegiatan usaha mustahiq
STS TS KS S SS
3. Bapelurzam Cabang Weleri selalu membantu kesulitan yang di hadapi dalam berlangsungnya kegiatan usaha mustahiq
STS TS KS S SS
4. Bapelurzam Cabang Weleri selalu memantau perkembangan pendapatan usaha mustahiq selama kegitan usaha berlangsung
STS TS KS S SS
5. Bapelurzam Cabang Weleri selalu memantau tentang manajemen sumber daya insani mustahiq, strategi pemasarannya, manajemen keuangannya, dan lain-lain
STS TS KS S SS
98
LAMPIRAN 2
Daftar Seluruh Jawaban Angket
Tanggapan Responden Mengenai Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Mustahiq Pada Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah
Keterangan : nilai t tabel=n-2 sebesar 1,682 dan nilai f tabel=n-1sebesar 4, 067
101
LAMPIRAN 4
Tanggapan Responden terhadap masing-masing item pertanyaan
Bapelurzam cabang Weleri dalam memilih mustahiq sudah tepat menurut ketentuan agama Islam
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid setuju 22 50.0 50.0 50.0
sangat setuju 22 50.0 50.0 100.0
Total 44 100.0 100.0
Program zakkat produktif sangat berguna dan tepat guna meningkatkan taraf ekonomi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid setuju 22 50.0 50.0 50.0
sangat setuju 22 50.0 50.0 100.0
Total 44 100.0 100.0
Bapelurzam cabang Weleri selalu memprioritaskan kebutuhan mustahiq
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang setuju 5 11.4 11.4 11.4
setuju 23 52.3 52.3 63.6
sangat setuju 16 36.4 36.4 100.0
Total 44 100.0 100.0
102
Dana zakat produktif sangat bermanfaat untuk keberlangsungan ekonomi mustahiq
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang setuju 1 2.3 2.3 2.3
setuju 25 56.8 56.8 59.1
sangat setuju 18 40.9 40.9 100.0
Total 44 100.0 100.0
Jumlah dana yang diberikan cukup membnatu dalam modal usaha mustahiq
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 9 20.5 20.5 20.5
kurang setuju 10 22.7 22.7 43.2
setuju 14 31.8 31.8 75.0
sangat setuju 11 25.0 25.0 100.0
Total 44 100.0 100.0
Bapelurzam Cabang Weleri mengedepankan fakir, miskin dan dhuafa dalam sasaran pendayagunaan dana zakat produktif
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang setuju 4 9.1 9.1 9.1
setuju 20 45.5 45.5 54.5
sangat setuju 20 45.5 45.5 100.0
Total 44 100.0 100.0
103
Bapelurzam Cabang Weleri memilih mustahiq yang mempunyai usaha kategori UMKM atau usaha kecil
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 1 2.3 2.3 2.3
kurang setuju 7 15.9 15.9 18.2
setuju 21 47.7 47.7 65.9
sangat setuju 15 34.1 34.1 100.0
Total 44 100.0 100.0
Bapelurzam Cabang Weleri memberikan modal usaha yang kekurangan dana usaha
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 1 2.3 2.3 2.3
kurang setuju 4 9.1 9.1 11.4
setuju 21 47.7 47.7 59.1
sangat setuju 18 40.9 40.9 100.0
Total 44 100.0 100.0
Bapelurzam Cabang Weleri membantu mengembangkan usaha sehingga dapat tercipta perekonomian yang stabil
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang setuju 1 2.3 2.3 2.3
setuju 26 59.1 59.1 61.4
sangat setuju 17 38.6 38.6 100.0
Total 44 100.0 100.0
104
Sasaran "Program Pendampingan Dhuafa Produktif Plus" ini adalah Warga Muhammadiyah dengan maksud menegakkan perekonomian sehingga yang bersangkutan dapat berjuang menegakkan Islam dalam bingkai Persarikatan
Muhammadiyah dengan tenang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sangat tidak setuju 2 4.5 4.5 4.5
tidak setuju 2 4.5 4.5 9.1
kurang setuju 18 40.9 40.9 50.0
setuju 8 18.2 18.2 68.2
sangat setuju 14 31.8 31.8 100.0
Total 44 100.0 100.0
Program Pendampingan Dhuafa Produktif Plus ini dilakukan oleh pengurus atau amil dari Bapelurzam
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang setuju 2 4.5 4.5 4.5
setuju 19 43.2 43.2 47.7
sangat setuju 23 52.3 52.3 100.0
Total 44 100.0 100.0
Program Pendampingan Dhuafa Produktif Plus ini dilakukan sesuai dengan target
dan sasaran yang tepat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang setuju 11 25.0 25.0 25.0
setuju 19 43.2 43.2 68.2
sangat setuju 14 31.8 31.8 100.0
Total 44 100.0 100.0
105
Bapelurzam Cabang Weleri menjadi lembaga amil zakat yang amanah, transparan
dan professional
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid setuju 28 63.6 63.6 63.6
sangat setuju 16 36.4 36.4 100.0
Total 44 100.0 100.0
Bapelurzam Cabang Weleri mendistribusikan dana zakat produktif sesuai persayaratan dan ketentuan yang berlaku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang setuju 1 2.3 2.3 2.3
setuju 27 61.4 61.4 63.6
sangat setuju 16 36.4 36.4 100.0
Total 44 100.0 100.0
Bapelurzam Cabang Weleri mudah dalam persyaratan , cepat dalam pelayanan, ikhlas, tanpa ada pungutan liar dari amil
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid setuju 20 45.5 45.5 45.5
sangat setuju 24 54.5 54.5 100.0
Total 44 100.0 100.0
106
Bapelurzam Cabang Weleri memberikan pelatihan menurut skill/keahlian mustahiq
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sangat tidak setuju 16 36.4 36.4 36.4
tidak setuju 2 4.5 4.5 40.9
kurang setuju 16 36.4 36.4 77.3
setuju 6 13.6 13.6 90.9
sangat setuju 4 9.1 9.1 100.0
Total 44 100.0 100.0
Bapelurzam Cabang Weleri memberikan stimulasi bagaimana cara berwirausaha secara baik dan benar
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sangat tidak setuju 5 11.4 11.4 11.4
tidak setuju 8 18.2 18.2 29.5
kurang setuju 6 13.6 13.6 43.2
setuju 12 27.3 27.3 70.5
sangat setuju 13 29.5 29.5 100.0
Total 44 100.0 100.0
Bapelurzam Cabang Weleri mengarahkan para mustahiq agar selalu berusaha keras dalam meningkatkan taraf ekonomi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 5 11.4 11.4 11.4
kurang setuju 2 4.5 4.5 15.9
setuju 22 50.0 50.0 65.9
sangat setuju 15 34.1 34.1 100.0
Total 44 100.0 100.0
107
Bapelurzam Cabang Weleri menuntut para mustahiq berjiwa terampil
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sangat tidak setuju 1 2.3 2.3 2.3
tidak setuju 3 6.8 6.8 9.1
kurang setuju 12 27.3 27.3 36.4
setuju 20 45.5 45.5 81.8
sangat setuju 8 18.2 18.2 100.0
Total 44 100.0 100.0
Bapelurzam Cabang Weleri menyediakan alat pelatihan dalam rangka stimulasi membentuk jiwa terampil dan kreatif dan mandiri
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sangat tidak setuju 6 13.6 13.6 13.6
tidak setuju 7 15.9 15.9 29.5
kurang setuju 9 20.5 20.5 50.0
setuju 9 20.5 20.5 70.5
sangat setuju 13 29.5 29.5 100.0
Total 44 100.0 100.0
Bapelurzam Cabang Weleri mengarahkan cara bagaimana membentuk sumber daya insani yang baik dan benar dalam keberlangsungan usaha mustahiq
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 5 11.4 11.4 11.4
kurang setuju 12 27.3 27.3 38.6
setuju 19 43.2 43.2 81.8
sangat setuju 8 18.2 18.2 100.0
Total 44 100.0 100.0
108
Bapelurzam Cabang Weleri mengarahkan cara bagaimana bermuamalah yang baik dan benar dalam keberlangsungan usaha mustahiq
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 5 11.4 11.4 11.4
kurang setuju 13 29.5 29.5 40.9
setuju 20 45.5 45.5 86.4
sangat setuju 6 13.6 13.6 100.0
Total 44 100.0 100.0
Bapelurzam Cabang Weleri mengarahkan cara bagaimana strategi usaha yang baik dan benar dalam keberlangsungan usaha mustahiq
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 2 4.5 4.5 4.5
kurang setuju 10 22.7 22.7 27.3
setuju 27 61.4 61.4 88.6
sangat setuju 5 11.4 11.4 100.0
Total 44 100.0 100.0
Bapelurzam Cabang Weleri mengarahkan cara bagaimana strategi pemasaran yang baik dalam keberlangsungan usaha mustahiq
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 1 2.3 2.3 2.3
kurang setuju 12 27.3 27.3 29.5
setuju 26 59.1 59.1 88.6
sangat setuju 5 11.4 11.4 100.0
Total 44 100.0 100.0
109
Bapelurzam Cabang Weleri mengarahkan cara bagaimana strategi manajemen keuangan yang baik dalam keberlangsungan usaha mustahiq
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 2 4.5 4.5 4.5
kurang setuju 13 29.5 29.5 34.1
setuju 19 43.2 43.2 77.3
sangat setuju 10 22.7 22.7 100.0
Total 44 100.0 100.0
Bapelurzam Cabang Weleri selalu memberikan pengawasan baik langsung maupun tak langsung dalam berlangsungnya usaha mustahiq
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang setuju 2 4.5 4.5 4.5
setuju 24 54.5 54.5 59.1
sangat setuju 18 40.9 40.9 100.0
Total 44 100.0 100.0
Bapelurzam Cabang Weleri selalu mendampingi dalam berlangsungnya kegiatan usaha mustahiq
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sangat tidak setuju 5 11.4 11.4 11.4
tidak setuju 7 15.9 15.9 27.3
kurang setuju 11 25.0 25.0 52.3
setuju 13 29.5 29.5 81.8
sangat setuju 8 18.2 18.2 100.0
Total 44 100.0 100.0
110
Bapelurzam Cabang Weleri selalu membantu kesulitan yang dihadapi dalam berlangsungnya kegiatan usaha mustahiq
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 1 2.3 2.3 2.3
kurang setuju 12 27.3 27.3 29.5
setuju 21 47.7 47.7 77.3
sangat setuju 10 22.7 22.7 100.0
Total 44 100.0 100.0
Bapelurzam Cabang Weleri selalu memantau perkembangan pendapatan usaha selama kegiatan usaha berlangsung
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 2 4.5 4.5 4.5
kurang setuju 23 52.3 52.3 56.8
setuju 15 34.1 34.1 90.9
sangat setuju 4 9.1 9.1 100.0
Total 44 100.0 100.0
Bapelurzam Cabang Weleri selalu memantau tentang sumber daya insani mustahiq, strategi pemasarannya, manajemen keuangannya, dan lain-lain
N 44 44 44 44 44 44 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Uji Reliabilitas Pendayagunaan Zakat Produktif
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 44 100.0
Excludeda 0 .0
Total 44 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
Klasifikasi berdasarkan sektor pekerjaan responden
Sektor Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid pertanian 1 2.3 2.3 2.3
perdagangan 32 72.7 72.7 75.0
jasa 5 11.4 11.4 86.4
transportasi 1 2.3 2.3 88.6
lain-lain 5 11.4 11.4 100.0
Total 44 100.0 100.0
Sektor Pekerjaan
2.3%
72.7%
11.4%
11.4%2.3% Pertanian
PerdaganganJasaTransportasiLain-lain
125
Klasifikasi berdasarkan pendapatan per bulan responden
Pendapatan Per Bulan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < Rp 1.000.000,- 29 65.9 65.9 65.9
Rp 1.000.000 - Rp 2.000.000,- 14 31.8 31.8 97.7
Rp 2.000.000 - Rp 3.000.000 1 2.3 2.3 100.0
Total 44 100.0 100.0
Pendaptan Per Bulan
65.9%
31.8%2.3%
< Rp 1.000.000
Rp 1.000.000 - Rp2.000.000Rp 2.000.000 - Rp3.000.000
Klasifikasi berdasarkan status dalam organisasi Muhammadiyah responden
Status Dalam Organisasi Muhammadiyah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pengurus Ranting 7 15.9 15.9 15.9
Anggota 29 65.9 65.9 81.8
Simpatisan 8 18.2 18.2 100.0
Total 44 100.0 100.0
126
Status Dalam Organisasi Muhammnadiyah
15.9%
65.9%
18.2% Pengurus RantingAnggotaSimpatisan
Klasifikasi berdasarkan lama menjadi Mustahiq
Lama Menjadi Mustahiq
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < 1 tahun 6 13.6 13.6 13.6
1- 3 tahun 21 47.7 47.7 61.4
4 - 6 tahun 15 34.1 34.1 95.5
> 6 tahun 2 4.5 4.5 100.0
Total 44 100.0 100.0
Lama Menjadi Mustahiq
13.6%
47.7%
34.1%
4.5% < 1 tahun1- 3 tahun4 - 6 tahun>6 tahun
127
LAMPIRAN 7
Output Regresi Linier Sederhana dari 44 responden Uji Pengaruh Variabel Pendayagunaan Zakat Produktif (X) terhadap Pemberdayaan Mustahiq (Y) Regression
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Rt_Xa . Enter a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Rt_Y
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .865a .749 .743 .35225 2.029 a. Predictors: (Constant), Rt_X b. Dependent Variable: Rt_Y
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 15.512 1 15.512 125.018 .000a
Residual 5.211 42 .124
Total 20.723 43 a. Predictors: (Constant), Rt_X b. Dependent Variable: Rt_Y
SUMBER DATA : DATA DARI WAWANCARA DENGAN SEKRETARIS BAPELURZAM (MALIK), PIHAK BPRS ASB (AGUS) PADA
TANGGAL 10 OKTOBER 2010 DI BAPELURZAM. DATA SEKALIGUS PENGAMBILAN SAMPEL DARI WAWANCARA DENGAN KETUA MAJLIS EKONOMI PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH WELERI (NAWAWI) DI RUMAH BELIAU PADA TANGGAL 11 OKTOBER 2010.
KETERANGAN : * DATA DARI ABDUL MALIK, ** DATA DARI AGUS SUNARYO
133
LAMPIRAN 9
134
LAMPIRAN 10 STRUKTUR ORGANISASI
BAPELURZAM PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH WELERI KABUPATEN KENDAL PERIODE 32 TAHUN 1430 – 1431 H / 2009 – 2010 M
Keterangan :
1. Garis Intruksi : 2. Garis Koordinasi : 3. Operasional 16 Ranting meliputi desa : Sidomukti, Penyangkringan, Bumiayu, Manggungsari, Sumberagung, Ngasinan, Weleri, Nawangsari, Karangdowo, Panaruban,
Sambungsari, Karanganom, Payung, Pucuksari, Tratemulyo, Montongsari. 4. Ranting Fungsional adalah amal usaha Muhammadiyah yang meliputi : Rumah Sakit Islam Muhammadiyah, Akper Muhammadiyah, SMA Muhammadiyah, SMEA
Muhammadiyah, SMK Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, MTS Muhammadiyah. 5. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Weleri bagian Majlis Ekonomi dan BPRS Artha Surya Barokah sebagai Pihak Baitul mall, Perantara Keuangan, Manajemen dll dalam
alokasi dana zakat produktif.
Bendahara Drs. Nuryadi
Penanggung Jawab PCM Weleri
Koordinator Cabang H. Yusuf Darmawan
Penasehat 1. H. Muslim R 2. H. Muslikhin
Sekretaris H. Badarudin
Wakil Koordinator 1. H. Mulyono Syafa’at 2. H. Sani Abdi Rahman
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Weleri
Majlis Ekonomi
BPRS Artha Surya Barokah
Cabang Weleri
Operasional 16 Ranting / Desa di Kecamatan Weleri dan Ranting Fungsional Muhammadiyah
Wakil Bendahara 1. Sri Mulyono 2. Heru Ardiasaputra
Wakil Sekretaris 1. Akhmad Sukarno, S.Pd 2. Abdul Malik 3. Agus Sunaryo
Anggota Pleno/Tim Penyuluh 1. H. Su’ud Nasroh 2. Drs. H. Musthofa 3. Ali Mu’zi 4. Drs. A. Rofiq