Pengaruh Pemberian Cairan Resusitasi Koloid Dibandingkan Dengan Kristaloid terhadap Mortalitas Pasien Sakit Kritis Dengan Syok Hipovolemik Percobaan Acak Cristal Arti penting : Bukti yang mendukung dalam pemilihan cairan intravena berupa koloid atau kristaloid dalam manajemen syok hipovolemik masih belum jelas. Tujuan :Untuk menguji apakah penggunaan koloid dibandingkan dengan kristaloid dalam resusitasi cairan dapat berpengaruh terhadap angka kematian pasien yang dirawat di ICU dengan syok hipovolemik Tujuan, latar belakang, partisipan : penelitian multisenter, acak terkontrol dikelompokkan berdasarkan kasus (sepsis, trauma atau syok hipovolemik tanpa sepsis maupun trauma) penelitian terapi koloid dibandingkan dengan kristaloid untuk resusitasi pada penyakit kritis (Cristal) merupakan penelitian terbuka pada februari 2003 dan berakhir pada agustus 2012 dengan 2851 pasien sequential ICU yang terapi pada 51 ICU di Perancis, 1
39
Embed
Pengaruh Pemberian Cairan Resusitasi Koloid vs Kristaloid Terhadap Mortalitas Pasien Sakit Kritis Dengan Syok Hipovolemik(1)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Pengaruh Pemberian Cairan Resusitasi Koloid Dibandingkan
Dengan Kristaloid terhadap Mortalitas Pasien Sakit Kritis Dengan
Syok Hipovolemik
Percobaan Acak Cristal
Arti penting : Bukti yang mendukung dalam pemilihan cairan intravena berupa
koloid atau kristaloid dalam manajemen syok hipovolemik masih belum jelas.
Tujuan :Untuk menguji apakah penggunaan koloid dibandingkan dengan kristaloid
dalam resusitasi cairan dapat berpengaruh terhadap angka kematian pasien yang
dirawat di ICU dengan syok hipovolemik
Tujuan, latar belakang, partisipan : penelitian multisenter, acak terkontrol
dikelompokkan berdasarkan kasus (sepsis, trauma atau syok hipovolemik tanpa sepsis
maupun trauma) penelitian terapi koloid dibandingkan dengan kristaloid untuk
resusitasi pada penyakit kritis (Cristal) merupakan penelitian terbuka pada februari
2003 dan berakhir pada agustus 2012 dengan 2851 pasien sequential ICU yang terapi
pada 51 ICU di Perancis, Belgia, Afrika Utara, dan Kanada. Pemantauan terakhir
pada November 2012.
Intervensi : Koloid (n=1414, gelatin, dextran, hidroksietil starches, atau albumin 4%
atau 20%) atau kristaloid (n=1443, larutan salin isotonis atau hipertonis atau ringer
laktat). Untuk semua intervensi cairan selain cairan rumatan selama menjalani
perawatan di ICU.
Keluaran Utama dan Pengukuran : Keluaran primer adalah kematian dalam kurun
waktu 20 hari, keluaran sekunder termasuk kematian dalam 90 hari dan masa hiduo
1
dan tidak menjalani terapi penggantian ginjal, ventilasi mekanik ataupun terapi
vasopressin.
Hasil : Dalam waktu 28 hari terdapat 359 kematian (25,4%) dari kelompok koloid
dan 390 kematian (27%) dari kelompok kristaloid (resiko relative [RR] 0,96 [9,5% Cl
0,88 sampai 1,04]; P: 26). Dalam waktu 90 hari terdapat 434 kematian (30,7%) pada
kelompok koloid dan 492 kematian pada kelompok kristaloid (RR, 0,92 [95% Cl,
0,86 sampai 0,99); P : 0,3). Terapi pengganti ginjal digunakan pada 156 orang
(11,0%) dari kelompok koloid dan 181 orang (12,5%) pada kelompok kristaloid (RR,
0,93[95% Cl, 0,83 sampai 1,03] P: 1,9).
Terdapat pertahanan kehidupan tanpa adanya ventilasi mekanik dalam kelompok
yang menggunakan koloid dibandingkan dengan yang menggunakan kristaloid dalam
7 hari ( rata-rata 2,1 vs 1,8 hari, respektif raeat-rata perbedaan 1,10 [95% Vl, 0,14
sampai 2,06] hari;P :01). Dalam 28 hari (rata-rata 14,6 vs 13,5 hari; rata-rata
perbedaan 1,10 [95 Cl, 0,14 to 2,06]P : 01) dan hidup tanpa terapi vasopressor dalam
7 hari ( rata-rata 5,0 vs 4,5 hari, rata-rata pebedaan 0,30 [95% Cl,-0,03 sampai 0,05]
hari; P : 04) dan dlam 28 hari (rata-rata 16,2 vs 15,2 hari. Perbedaan rata-rata 1,04 %
[95% Cl,-0,04 samoai 2,10 ] hari; P : 03)
Kesimpulan : Diantara pasien-pasien ICU dengan Hipovolemik penggunaan koloid
dibandingkan dengan kristaloid tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan
dalam angka kematian selama 28 hari. Meskipun angka kematian 90 hari lebih rendah
diantara pasien yang menerima koloid, temuan ini perlu dipertimbangkan untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kesimpulan yang signifikan
2
Ribuan pasien dalam unit perawatan intensif ( ICU ) di seluruh dunia diobati
dengan terapi cairan untuk mengembalikan volume darah yang efektif dan
memastikan perfusi organ yang optimal.1,2 Terapi cairan meliputi berbagai macam
produk yang biasanya dikategorikan sebagai kristaloid dan koloid. Meskipun tujuan
penggunaan cairan intravena untuk memperluas ruang intravaskular, cairan juga
berpindah ke ruang ekstravaskuler. Kristaloid dianggap melawan perpindahan itu
melalui tekanan osmotik yang didorong oleh kelarutannya, sedangkan koloid
dirancang untuk memanfaatkan gradien tekanan onkotik untuk efek yang sama.2
Dengan demikian, secara teori, ekspansi volume darah mungkin sebanding dengan
tonisitas zat terlarut atau kekuatan onkotik .
Golongan kristaloid meliputi larutan isotonik hipertonik yang juga
dikategorikan ke dalam nonbuffer (misalnya, saline isotonik) dan larutan berbuffer
(misalnya, Ringer laktat, asetat, maleat ). Golongan koloid meliputi hipoonkotik
( misalnya, gelatin, albumin 4 % atau 5 %) dan larutan hiperonkotik ( misalnya,
dekstran, hydroxyethyl starches, dan albumin 20 % atau 25 %). Pada umumnya,
larutan koloid diperkirakan lebih efisien daripada kristaloid dalam hal jumlah cairan
yang tersisa dalam ruang intravaskular, 2 dan dengan begitu cairan yang dibutuhkan
sedikit ketika menggunakan koloid dibandingkan kristaloid untuk mencapai tujuan
hemodinamik yang sama3,4 Namun, ada efek lain dari cairan tersebut, termasuk
perubahan respon imun untuk penyakit kritis.1,2 Sebagai tambahan, ada kekhawatiran
bahwa hydroxyethyl starches dapat meningkatkan risiko kematian pada acute kidney
injury , 5,6 kebanyakan larutan koloid juga lebih mahal daripada kristaloid .
Dalam studi terbaru dari populasi pasien ICU, pergantian cairan dengan
albumin 5%7 atau dengan hidroksietil starch 6%4 menunjukkan efek yang sama pada
kematian dibandingkan dengan larutan saline isotonik. Meskipun ada saran bahwa
kelompok pasien dengan sepsis berat mungkin bermanfaat memulai resusitasi
3
dengan albumin,8 Pedoman Surviving Sepsis Campaign terbaru merekomendasikan
kristaloid sebagai terapi cairan pilihan dan menentang penggunaan hidroksietil
starches.9
Percobaan Koloid dibandingkan Kristaloid untuk Resusitasi Kritis Ill
(CRISTAL) dirancang untuk menguji apakah koloid mengubah mortalitas
dibandingkan dengan kristaloid untuk cairan resusitasi pada pasien dengan sakit
kritis.
Metode
Desain studi
CRISTAL adalah percobaan yang praktis, internasional, acak dilakukan pada
2 kelompok yang sama. Protokol studi disetujui oleh Komite untuk Perlindungan
Manusia dari Saint-Germain-en-Laye untuk daerah Prancis dan institusional refiew
lainnya dimanapun. Surat penyataan izin telah diperoleh dari semua komite etik dan
informed consent penangguhan diperoleh dari peserta atau wali yang berhak secara
hukum. Komite investigasi percobaan tercantum dalam lampiran. Pasien pertama
direkrut untuk studi pada februari 2003 dan pasien terakhir pada Agustus 2012.
Evaluasi terakhir terjadi pada November.
Peserta studi
Pasien yang memenuhi syarat adalah dewasa yang dirawat di salah satu dari
57 peserta ICU di Perancis, Belgia, Kanada, Aljazair, dan Tunisia (informasi
tambahan dalam lampiran ), diperoleh lebih dari 5000 pasien yang berpotensi
memenuhi syarat. Agar memenuhi syarat, peserta penelitian harus belum menerima
cairan sebelumnya untuk resusitasi selama mereka tinggal ICU dan sekarang
membutuhkan resusitasi cairan untuk hipovolemia akut sebagaimana didefinisikan
4
oleh kombinasi dari ( 1 ) hipotensi : tekanan sistolik arteri kurang dari 90 mmHg,
tekanan rata-rata arteri kurang dari 60 mmHg, hipotensi ortostatik (yaitu, penurunan
tekanan sistolik arteri paling sedikit 20 mmHg dari posisi telentang ke berbaring
setengah), atau delta tekanan nadi dari 13 % atau lebih tinggi, (2) bukti bahwa
rendahnya tekanan pengisian dan rendahnya indeks jantung dinilai baik secara
invasif atau noninvasif, dan (3) tanda-tanda hipoperfusi jaringan atau hipoksia,
termasuk setidaknya 2 gejala klinis berikut : skor Glasgow Coma Scale kurang dari
12, kulit yang berbintik-bintik, urin yang keluar kurang dari 25 mL / jam, atau
capillary refillin time 3 detik atau lebih, dan tingkat laktat arteri lebih tinggi dari 2
mmol / L, nitrogen urea darah lebih tinggi dari 56 mg / dL, atau fraksi ekskresi
natrium kurang dari 1 %. Alasan untuk eksklusi tedapat pada Gambar 1 dan Tabel 1
pada lampiran.
Pengacakan
Data yang dihasilkan oleh komputer dengan blok permutasi tetap ( n = 4 )
digunakan untuk mengacak pasien pada rasio 1 ke 1. Pengacakan dikelompokkan
oleh pusat dan oleh 3 diagnosis masuk: sepsis10, multipel trauma, atau penyebab lain
dari syok hipovolemik. Alokasi penyembunyian menggunakan penutup menutupi sisi
tempat tidur untuk pengacakan pasien yang memenuhi syarat tanpa penundaan dan
dilakukan tanpa melihat ukuran batas.
Studi Perawatan
Pasien yang memenuhi syarat secara acak dialokasikan untuk resusitasi cairan
dengan kristaloid (kelompok kontrol) atau dengan koloid (kelompok percobaan).
Pada kelompok kristaloid, perawatan yang diperbolehkan termasuk saline isotonik
atau hipertonik dan larutan berbufer yang lainnya. Pada kelompok koloid,
hipoonkotik (misalnya, gelatin, albumin 4 % atau 5 %) dan larutan hiperonkotik
5
(misalnya, dekstran, hydroxyethyl starches, dan albumin 20 % atau 25 %) diizinkan.
Dalam setiap kelompok perlakuan, peneliti bisa menggunakan cairan yang tersedia di
institusi mereka. Jumlah cairan dan durasi pengobatan disesuaikan pada
kebijaksanaan para peneliti dengan batasan sebagai berikut: (1) total dosis harian
hydroxyethyl starches tidak boleh lebih dari 30 mL/kgBB dan (2) peneliti diharuskan
untuk mengikuti setiap rekomendasi badan pengawas lokal yang mengatur
penggunaan. Kepatuhan terhadap rekomendasi ini secara ketat dikontrol oleh
apoteker lokal dan secara teratur diperiksa selama audit kualitas yang acak.
Pasien dikelola secara eksklusif dengan kategori cairan mana mereka di acak
dari waktu pengacakan sampai dikeluarkan dari ICU kecuali untuk ( 1 ) cairan
mentenens, dimana kristaloid isotonik, terlepas dari kelompok perlakuan, dan ( 2 )
dalam kasus di mana dokter ingin mengelola albumin dalam menanggapi
hipoalbuminemia (level serum albumin < 20 g / dL) .
6
Gambar 1. Daftar pasien dalam Koloid Dibandingkan Dengan Kristaloid untuk
Resusitasi dari percobaan Kritis III (CRISTAL)
7
6498 pasien yang sakit kritis ditaksir memenuhi syarat
3641 Diekslusi2305 menerima terapi cairan di unit perawatan intensif602 memiliki 265 memiliki penyakit liver kronik yang parah188 memiliki gagal ginjal kronik93 memiliki reaksi anafilaktik akut19 memiliki gangguan koagulasi bawaan18 tidak diresusitasi15 Hamil 11 memiliki alergi terhadap berbagai obat studi11 menolak setuju8 dehidrasi2 mati otak atau donor organ89 alasan lain
2857 Diacak
1414 Teracak untuk menerima koloid 1414 menerima intervensi sebagai acakan
1443 Teracak untuk menerima kristaloid1443 menerima intervensi sebagai acakan
0 hilang sampai intervensi ditindaklanjuti atau tidak diteruskan
0 hilang sampai intervensi ditindaklanjuti atau tidak diteruskan
1414 Termasuk dalam analisis primer 1443 Termasuk dalam analisis primer
Pengaburan
Pengaburan klinisi untuk intervensi cairan disadari oleh penasehat studi
menjadi tidak sesuai atau tidak layak karena perawatan studi harus tersedia segera
pada resusitasi untuk memastikan penghindaran cairan non studi dalam situasi yang
muncul. Juga, karena interfensi akan diteruskan hingga keluar dari ICU, dan bisa
sangat berubah, tidak ada cara praktik untuk memenuhi tempat dengan suplay
adekuat dari andcouldthus sangat bervariasi ,
Tidak ada cara praktis untuk memenuhi tempat dengan suplay adekuat cairan
yang ditutupi. Bagaimanapun angka kematian akhir dikumpulkan dan dinilai oleh
anggota studi yang tidak tahu terhadap tugas perawatan. Demikian pula, peneliti
utama, sponsor studi, dan anggota data dan dewan pengawas keamanan tetap tidak
tahu dengan intervensi studi sampai semua pasien ditindaklanjuti dan analisis akhir
dilakukan.
Pendataan di Baseline dan Tindak Lanjut
Kami secara sistematis mencatat data demografi dan antropometri, waktu
masuk rumah sakit dan ICU, lokasi pasien sebelum masuk ICU , skor skala disabilitas 11 dan komorbiditas (yang diukur dengan McCabe Class12) , tanda-tanda vital,
Simplified Acute Physiology Score II, 13 skor Sequential Organ Failure Assessment
(SOFA),14 Injury Severity Score15 untuk pasien trauma, intervensi apapun, tes
laboratorium standar, dan skor x - ray dada.16 Pasien ditindaklanjuti selama 90 hari.
Hasil studi
Hasil utama adalah kematian pada 28 hari . hasil sekunder termasuk angka
kematian pada 90 hari dan di waktu keluar ICU dan rumah sakit , jumlah hari hidup
dan tidak menerima terapi pengganti ginjal, ventilasi mekanis , atau terapi
vasopressor; hari tanpa kegagalan sitem organ ( misalnya , skor SOFA < 6 ) ; dan hari
tidak di ICU atau rumah sakit .
8
Penilaian Kualitas data
Sesuai peraturan Perancis, semua data individu yang diperiksa secara
independen keakuratannya oleh the Delegation à laRecherche Clinique d' Ile de
France. Kualitas audit termasuk kontrol dari validitas informed consent, kepatuhan
terhadap praktek klinis yang baik dan protokol, validitas data yang tercatat dalam
bentuk laporan kasus elektronik dibandingkan dengan grafik medis pasien yang asli,
dan ketepatan pelaporan kejadian serius yang tidak diinginkan.
Analisis Statistik
Kami mengantisipasi tingkat kematian 20 % pada 28 hari antara pasien
dengan hipovolemia akut dan diobati dengan kristaloid.17 Menggunakan tes χ2 2-sisi ,
dengan asumsi .05 tipe I kesalahan dan tingkat daya statistik 90 % , kami menghitung
bahwa 1.505 pasien per kelompok ( yaitu , total 3010 pasien ) diperlukan untuk
mendeteksi perbedaan absolut dari 5 % mortalitas dalam 28 hari dengan koloid .
Analisis Sementara dan Aturan Penghentian
Untuk alasan keamanan, uji segitiga direncanakan untuk memeriksa secara
berurutan perbedaan dalam mortalitas 28 hari antara 2 groups yang diacak.18 Tes
segitiga adalah analisis sekuensial yang memungkinkan analisis statistik berulang
dilakukan sepanjang masa percobaan perekrutan sambil mempertahankan kekuatan
yang sudah ditentukan dan error tipe I. Dengan demikian , percobaan bisa berhenti
segera setelah informasi yang terkumpul dirasakan cukup untuk mencapai
kesimpulan. Karena itu, data yang terkumpul diperiksa pada setiap 100 kematian
dengan cara buta oleh badan monitoring data dan keamanan. Batasan-batasan rencana
yang berurutan digambarkan untuk menunjukkan suatu perbedaan absolut dari 5%
dalam angka kematian 28 hari antara antara 2 kelompok perlakuan, dengan asumsi
20% tingkat mortalitas pada kelompok kristaloid dengan level α dan β dari tingkat .05
dan .10, berturut-turut. Pada setiap inspeksi, 2 statistik dihitung, yaitu, Z dan V
9
(Gambar1 pada lampiran). Secara singkat, Z merupakan perbedaan dalam ukuran
hasil utama antara 2 kelompok secara acak dan V berhubungan dengan jumlah pasien
yang telah disertakan. Ketika suatu batas dilalui, pendaftaran pada studi tersebut
dihentikan, tetapi kesimpulan tergantung dimana batas telah dilewati.
Analisis akhir
Analisis akhir dilakukan sesuai dengan prinsip tujuan untuk mengobati setelah
masa pendaftaran berakhir untuk studi . Variabel kategori dinyatakan sebagai jumlah
dan persentase dan median dan kisaran interkuartil ( IQR ) diberikan untuk variabel
kontinyu kecuali dinyatakan lain. kurva kelangsungan hidup telah dibangun sesuai
dengan metode Kaplan - Meier. Untuk nilai akhir kematian , analisis dilakukan
menggunakan uji Mantel - Haenszel dikelompokkan berdasarkan diagnosis masuk
( misalnya , sepsis , trauma , atau penyebab lain dari syok hipovolemik) dan
menggunakan uji Breslow-Day untuk hegemonitas rasio selisih.
Risiko relatif ( RR) dengan interval kepercayaan 95 % ( berasal dari
menggabungkan perkiraan strata tertentu ) digunakan sebagai langkah-langkah
ringkas dari efek pengobatan . Untuk nilai akhir sekunder, variabel kategori yang
sama dibandingkan . jumlah hari hidup dan tidak menerima ventilasi mekanik , terapi
vasopressor, dan terapi penggantian ginjal dan tanpa kegagalan sistem organ dihitung
dalam 7 hari dan 28 hari dari masuk ICU , dan jumlah hari hidup dan tidak di ICU
atau rumah sakit dihitung untuk 28 hari berikut masuk ICU dan dibandingkan antara
kelompok acak yang menggunakan tes jumlah nonparametric Wilcoxon.
Perbandingan di seluruh kelompok acak kemudian disesuaikan untuk faktor
prognostik (berdasarkan skor SOFA, McCabe, dan Knaus) dan diagnosis masuk
menggunakan logistik atau model regresi linear umum ketika tepat ,sedangkan efek
utama diuji menggunakan model efek campuran. Ada beberapa data yang hilang
untuk faktor-faktor prognostik (kisaran dari 0 hingga 3,1% seluruh variabel) sehingga
10
hanya metode imputasi sederhana bisa digunakan (pengodean ulang nilai-nilai
olehmodus sampel).
Untuk lebih menguji interaksi potensial dari efek pengobatan pada rasio
resiko kematian dengan strata diagnosis atau pusat, secara terpisah dan uji Gail dan
Simon digunakan . sebagai tambahan , subset analisis yang dieksplorasi dari efek
pengobatan keseluruhan yang bertahan dalam 28 atau 90 hari pertama sesuai dengan
cairan yang diatur untuk diterima pada pengacakan hari dilakukan, hanya pasien yang
diaturkan 1 jenis cairan diperiksa.
Analisis statistikal dilakukan dengan menggunakan SAS versi 9.3 (SAS
Institute Inc). Semua tests statistikal 2 - sisi. Nilai P dari .05 dianggap signifikan
secara statistik.
Hasil
Pasien
Batas bawah dari tes segitiga dilewati pada analisis sementara keenam (dilakukan
pada Juli 2012) setelah pengamatan dari 706 kematian pada 2612 pasien berturut-
turut terdaftar sampai dengan 16 Maret 2012 ( tanggal masuknya nonsurvivor 706 )
(Gambar 1 pada lampiran). Karena tidak ada perbedaan statistikal dalam mortalitas
28 hari antara 2 kelompok, keiukutsertaan ke dalam percobaan dihentikan pada
Agustus 2012 sebelum ukuran sampel tetap dari 3010 pasien tercapai. Antara Maret
dan Agustus 2012, kami merekrut tambahan 245 pasien .
Total dari 2.857 pasien (1.414 dalam kelompok koloid dan 1443 dalam
kelompok kristaloid) yang terdaftar dalam penelitian (Gambar 1). Ciri-ciri dasar
sebanding antara 2 kelompok (Tabel 1 dan Tabel 2 pada Lampiran). Sepsis berat
adalah diagnosis utama saat masuk pada kedua kelompok. Sebelum masuk ICU,
kristaloid diberikan kepada 526 pasien pada kelompok koloid untuk volume rata-rata
1.000 mL (IQR, 500-1000 mL) dan untuk 402 pasien pada kelompok kristaloid untuk
11
volume rata-rata 650 ml (IQR, 500-1000 mL). Kolloid diberikan kepada 585 pasien
pada kelompok koloid untuk volume rata-rata 1000 mL (IQR , 500-2000 ml) dan
untuk 685 pasien dalam kelompok kristaloid untuk volume rata-rata 1.000 mL (IQR,
500-2000 mL). Waktu rata-rata dari masuk ICU hingga pengacakan adalah 0 hari
( IQR, 0-1 hari ) pada kedua kelompok .
Terapi Cairan dan Efek Pengobatan
Volume kumulatif rata-rata cairan ( kecuali untuk terapi mentenens) diberikan
selama 7 hari pertama di ICU 2000 mL ( IQR , 1000-3502 mL ) pada kelompok
koloid vs 3000 mL ( IQR , 500 - 5200mL ) pada kelompok kristaloid ( P < .001 ).
Durasi rata-rata perawatan adalah 2 hari ( IQR , 1 - 3days ) pada kedua kelompok
koloid dan kristaloid ( P = .93 ) . Dosis total dan durasi dari setiap jenis cairan yang
diberikan untuk kedua kelompok tampak pada (Table 3 di Lampiran). Sebanyak 237
pasien pada kelompok kristaloid juga menerima tambahan albumin (Tabel 3 pada
Lampiran). Pada kelompok koloid , pelanggaran protokol termasuk pemberian saline
normal pada 252 pasien ( 17,8 % ) , larutan Ringer laktat pada 88 ( 6,2 % ) , dan
saline hipertonik pada19 ( 1,3 % ). Pada kelompok kristaloid , gelatins secara salah
diberikan pada 24 pasien ( 1,7 % ) dan hydroxyethyl starches pada 69 ( 4,8 % ).
Selama 24 jam pertama mengikuti pengacakan, tekanan darah rata-rata, output
urin, berat, dan nilai x-ray dada tidak berbeda secara signifikan antara 2 kelompok
(Tabel 4 pada Lampiran). Terdapat 377 pasien (26.7%) pada kelompok koloid yang
menerima produk darah setidaknya satu kali selama 7 hari pertama vs 358 (24,8%)
pada kelompok kristaloid (P = .25). Tidak ada bukti dari berbagai perbedaan antara
kelompok untuk jumlah total transfusi produk darah (rata-rata [SD], 223.5 [495]mL
pada kelompok koloid dibandingkan dengan 217.4 [517] mL pada kelompok
kristaloid; P = .75).
12
Outcome
Pada 28 hari, terdapat 359 kematian (25,4%) pada kelompok koloid
dibandingkan 390 kematian (27,0%) pada kelompok kristaloid (RR, 0.96 [95% CI,
0.88-1.04];P=.26)(Gambar 2 dan Tabel 2). Pada 90 hari, terdapat 434 kematian
(30.7%) pada kelompok koloid dibandingkan 493 kematian (34,2%) pada kelompok
kristaloid (RR, 0.92 [95% CI, 0.86-0.99];P=.03)(Gambar 2A pada Lampiran). Tidak
ada bukti melawan proporsionalitas dari efek perawatan dari waktu ke waktu (P=.70;
Gambar 3) atau pada 90 hari (P=.84; Gambar 2B pada Lampiran).
Kelompok kolod kelompok
kristaloid
(n=14141)
(n=1443)
Usia, rata-rata (IQR) 63 (50-76) 63 (50-75)
Laki-laki, No. (%) 880 (62.2) 902 (62.5)
Berat, rata-rata (IQR), kg 70 (60-81) 70 (61-81)
Tinggi, rata-rata (IQR), cm 170 (161-175) 169 (162-175)
Sumber masuk ke ICU, No (%)
Komunitas 674 (48.2) 745 (52.0)
Bangsal rumah sakit 617 (44.1) 575 (40.1)
ICU yang lain 57 (4.1) 65 (4.5)
Fasilitas perawatan dalam waktu lama 50 (3.6) 48 (3.3)
Jenis masukan Icu (n = 1399) (n = 1432)
Medis 991 (70.8) 1040 (72.6)
Bedah emergensi 276 (19.7) 267 (18.6)
Bedah terjadwal 109 (7.8) 89 (6.2)
Trauma 23 (1.6) 36 (2.5)
Kelompok McCabe, No. (%)
Tidak ada penyakit dasar atau tidak ada penyakit fatal 903 (63.9) 913 (63.3)
Penyakit dasar yang akhirnya fatal (>5y) 429 (30.3) 469 (32.5)
Penyakit dasar yang fatal secara cepat (<1y) 82 (5.8) 61 (4.2)
13
Skala disabilitas Klaus, No. (%)
Kesehatan yang baik sebelumnya, tidak ada
keterbatasan fungsional 342 (24.5) 375 (26.3)
Keterbatasan aktifitas ringan hingga sedang karena
masalah medis kronik 439 (31.5) 446 (31.3)
Penyakit kronik mengakibatkan keterbatasan aktivitas
yang serius tetapi bukan tidak mampu 323 (23.2) 325 (22.8)
Keterbatasan berat pada aktivitas karena penyakit,
termasuk orang yang terbaring di tempat tidur karena sakit 289 (20.8) 278 (19.5)