PENGARUH PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERINTEGRASI PETA ARGUMEN TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA KONSEP FUNGI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Alya Sirajudin NIM. 11140161000030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERINTEGRASI
PETA ARGUMEN TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA KONSEP FUNGI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Alya Sirajudin
NIM. 11140161000030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Alya Sirajudin, NIM. 11140161000030. Pengaruh Pembelajaran Guided
Discovery Terintegrasi Peta Argumen terhadap Peningkatan Keterampilan
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Konsep Fungi (Kuasi Eksperimen di
MAN 1 Kabupaten Bogor). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut sumber daya manusia
untuk memiliki keterampilan-keterampilan abad ke 21. Keterampilan yang sangat
dibutuhkan saat ini adalah keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir
kritis dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran
guided discovery yang diintegrasikan dengan peta argumen dapat melatih
keterampilan berpikir kritis peserta didik dalam mengajukan argumen yang
disertai dengan alasan-alasan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh pembelajaran guided discovery yang diintegrasikan dengan peta
argumen terhadap keterampilan berpikir kritis peserta didik pada konsep fungi.
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kabupaten Bogor
dengan menggunakan metode quasi eksperiment desain the pre-test post-test two
treatment design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling.
Sampel pada penelitian ini terdiri dari 3 kelas yaitu kelas X IPA 1 sebagai
eksperimen 2, X IPA 2 sebagai eksperimen 1 dan X IPA 4 sebagai kelas kontrol.
Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes keterampilan berpikir kritis yang
terdiri dari 24 butir soal essay. Hasil uji hipotesis nilai gain adalah < 0,05 yang
artinya terdapat pengaruh pembelajaran guided discovery terintegrasi peta
argumen terhadap penignkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik.
Kata Kunci : Pembelajaran Guided Discovery, Peta Argumen, Keterampilan
Berpikir Kritis
vi
ABSTRACT
Alya Sirajudin, NIM. 11140161000030. The Effect of Guided Discovery
Learning Integrated with Argument Maps on Student’s Critical Thinking Skills
Enhancement in Fungi Concept (Quasi Experiments in MAN 1 Kabupaten
Bogor). Thesis, Biology Education Study Program, Faculty of Tarbiyah and
Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta.
The development of science and technology requires human resources to possess
21st century skills. Skills that are needed right now are critical thinking skills.
Critical thinking skills can be improved through the learning process at school.
Guided discovery learning integrated with argument maps can train student’s
critical thinking skills in submitting arguments accompanied by a good reasons.
This study aims to determine the effect of guided discovery learning integrated with
argument maps on students' critical thinking skills in fungi concept. This research
was conducted at Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kabupaten Bogor using the
quasi experimental design method of the pre-test post-test two treatment design.
Sampling technique was random sampling. The samples of this research consist of
three class, there were satudents of X IPA 1 as the second eksperimental class, X
IPA 2 as the first eksperimental class and X IPA 4 as a control class. The instrument
used was an instrument of critical thinking skills test consisting of 24 items essays.
Hypothesis test results gain value is <0.05 which means that there is an influence of
guided discovery learning integrated with argument maps on student’s
berkolaborasi, inovasi, kreasi, literasi informasi dan berbagai keterampilan
lainnya.2 Keterampilan-keterampilan tersebut dapat ditingkatkan salah satunya
melalui proses pendidikan.
Pendidikan berperan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.3 Keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pada abad 21 ini salah satunya adalah keterampilan berpikir.
Tujuan pendidikan di atas dapat diwujudkan melalui sistem pembelajaran yang
berpusat kepada peserta didik. Pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik
1 Leny Marlina, Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Pendidikan, Istinbath/
No.15Th.XIV/Juni/2015/123-139, 2015, h. 138. 2 Siti Zubaidah, Keterampilan Abad Ke-21: Keterampilan yang Diajarkan melalui
Pembelajaran, Jurusan Biologi-FMIPA-Universitas Negeri Malang, 2017, h. 1. 3 Lampiran Undang-Undang Republik Indonesia No. 20, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003), h.3.
2
dapat melatih keterampilan peserta didik dalam berpikir. Keterampilan berpikir
adalah keterampilan yang digunakan untuk memahami pengalaman, memecahkan
masalah, membuat keputusan, mengajukan pertanyaan, membuat rencana, atau
menyimpulkan informasi.4 Salah satu keterampilan berpikir yang dituntut pada
pembelajaran abad ke-21 adalah keterampilan berpikir kritis.
Keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan berpikir yang bertujuan
untuk membuktikan suatu hal, menafsirkan sesuatu dan memecahkan masalah.5
Dengan keterampilan tersebut, manusia akan senantiasa mengetahui mana yang
benar dan tidak benar, termasuk dalam memperlakukan keanekaragaman hayati
ciptaan-Nya dengan bijkasana. Semua keanekaragaman hayati yang diciptakan
Allah pasti mempunyai manfaat. Seperti yang terkandung dalam Q.S Shad ayat 27
yang artinya “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
diantara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan
orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu, karena mereka akan
masuk neraka.”.
Keterampilan berpikir kritis yang dimiliki peserta didik diharapkan mampu
digunakan untuk mengidentifikasi dan menemukan berbagai peranan
keanekaragaman hayati serta mampu memperlakukannya secara bijak seperti yang
dijelaskan sebelumnya. Keanekaragaman hayati adalah semua makhluk hidup di
bumi seperti tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme.6 Keanekaragaman hayati
diklasifikasikan ke dalam 5 kingdom, yiatu Monera, Protista, Fungi, Plantae dan
Animalia. Fungi adalah salah satu kingdom yang memiliki berbagai macam
peranan dan fungsi, baik yang menguntungkan maupun merugikan. Peran fungi
dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak bahkan sampai menimbulkan pro dan
kontra. Pro dan kontra tersebut timbul karena terdapat beberapa jenis fungi yang
memiliki ciri anatomi dan morfologi yang hampir mirip.
4 James Kelly, Thinking,2019, h. 1, thepeakperformancecenter.com
5 Peter A Facione, Critical Thinking: What It Is and Why It Counts, Insight Assesment, 2015,
h. 4. 6 Cecep Kusmana, Makalah Utama: Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas) Sebagai Elemen
Kunci Ekosistem Kota Hijau, Pros Semnas Masy Biodiv Indon Volume 1, Nomor 8, 2015 halaman
1747-1755, 2015, h. 1749.
3
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru mata pelajaran Biologi di
MAN 1 Kabupaten Bogor menyatakan bahwa konsep fungi yang dipelajari di
kelas X biasa dipelajari dengan pembelajaran saintifik metode diskusi dengan
latihan berupa tipe soal pilihan ganda dan essay. Latihan tersebut sudah cukup
untuk memenuhi tuntutan pada kompetensi dasar konsep fungi. Metode diskusi
yang dilakukan hanya sebatas membahas klasifikasi, ciri dan peran fungi dalam
kehidupan sehari-hari. Peran fungi yang dibahas pada diskusi tersebut dilakukan
tanpa mengaitkannya dengan kejadian atau fenomen-fenomena yang relevan.
Mengaitkan peranan fungi pada fenomena yang relevan dapat melatih
keterampilan peserta didik, salah satunya keterampilan berpikir kritis. Hasil
wawancara tersebut membuat peneliti menyimpulkan bahwa pada konsep fungi
belum ada pengukuran terkait keterampilan berpikir kritis. Sehingga dibutuhkan
sebuah pembelajaran yang membimbing peserta didik untuk dapat melatih
keterampilan berpikir kritis peserta didik dalam menetapkan masalah terkait
peranan fungi yang dikaitkan dengan fenomena-fenomena yang relevan.
Pembelajaran guided discovery dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
peserta didik secara efektif dibandingkan pembelajaran konvensional.7
Pembelajaran guided discovery memiliki 6 sintak, yaitu stimulasi, menetapkan
masalah, mengumpulkan data, mengolah data, menguji jawaban dan menarik
kesimpulan.8 Pembelajaran konsep fungi memiliki tuntutan kompetensi dasar
yaitu, peserta didik mampu mengelompokkan jamur berdasarkan ciri-ciri, cara
reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam kehidupan, serta menyajikan
laporan investigasi tentang keanekaragaman jamur.9 Dengan pembelajaran guided
discovery diharapkan dapat memenuhi tuntutan KD dan dapat mengasah
keterampilan peserta didik dalam berpikir kritis.
7 Sucipta dkk, Metode Guided Discovery Learning terhadap Tingkat Berpikir Kritis peserta
didik Dilihat dari Motivasi Belajar, INDONESIAN JOURNAL OF ECONOMICS EDUCATION, 1
(1), 2018, h. 8. 8 Rizki Permata dkk, Pengembangan dan Implementasi Model Pembelajaran Guided
Discovery Dipadu dengan NHT pada Materi Struktur Tumbuhan dan Pemanfaatannya dalam
Teknologi di SMPN 4 Karanganyar, JURNAL INKUIRI ISSN: 2252-7893, Vol 4, No 4, 2015, h. 89. 9 Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 37,
Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Biologi SMA/MA, (Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2018, h. 51.
4
Berpikir kritis merupakan suatu bentuk interpretasi dan evaluasi terhadap
observasi, komunikasi, informasi dan argumentasi.10
Argumen yang baik adalah
argumen yang disertai alasan-alasan untuk dapat ditarik sebuah
kesimpulan.11
Argumen beserta alasan-alasan tersebut dapat dituangkan dalam
bentuk peta argumen atau argument mapping. Peta argumen adalah kumpulan
beberapa argumen terhadap suatu permasalahan beserta alasan-alasan dan
kesimpulan yang disajikan dalam bentuk susunan peta argumen. Peta argumen
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis karena menyajikan informasi
secara hierarki untuk menyangkal/menerima claim utama berupa
argumen-argumen yang mendukung.12
Berdasarkan latar belakang tersebut, diharapkan pembelajaran guided
discovery dengan integrasi peta argumen dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis peserta didik. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Pengaruh
Pembelajaran Guided Discovery Terintegrasi Peta Argumen terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Konsep Fungi”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Pembaharuan IPTEK yang tidak diiringi dengan pembaharuan pengelolaan
Sumber Daya Manusia.
2. Keterampilan peserta didik yang belum dikembangkan dengan baik terutama
keterampilan berpikir.
3. Keterampilan berpikir kritis peserta didik dalam mata pelajaran biologi belum
terukur.
4. Belum banyak yang menggunakan peta argumen dan cara penggunannya.
10
Alec Fisher, Berpikir Kritis Sebuah Pengantar, (Jakarta: Erlangga), 2008, h. 13. 11
Joe Lau, An Introduction to Critical Thinking and Creativity, (Canada: John Wiley & Sons
Inc), 2011, h. 107. 12
Tim Cristopher P Dwyer, An Evaluation of Argument Mapping as A Method of Enhancing
Critical Thinking Performance in E-Learning Environments, Journal of Metacognition Learning,
2012, h. 10.
5
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan tidak terjadi penyimpangan, maka ruang
lingkup masalah dibatasi hanya pada:
1. Indikator berpikir kritis yang digunakan adalah milik Facione.
2. Peta argumen yang digunakan adalah peta argumen Toulmin.
3. Konsep biologi yang digunakan adalah fungi.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Apakah
pembelajaran yang menggunakan guided discovery terintegrasi peta argumen
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada konsep
fungi?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan informasi keterampilan berpikir kritis peserta didik dengan atau
tanpa model pembelajaran discovery guided
2. Mendapatkan informasi mengenai keterampilan berpikir kritis peserta didik
dengan atau tanpa peta argumen.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memeberikan manfaat bagi semua pihak
khususnya di bidang pendidikan untuk:
1. Menggunakan pembelajaran guided discovery terintegrasi peta argumen
sebagai alternatif guna mengukur atau meningkatkan keterampilan berpikir
kritis peserta didik.
2. Membantu peserta didik mengembangkan dan mengasah kemampuan berpikir
kritisnya.
3. Memberikan informasi tentang pengaruh pembelajaran guided discovery
terintegrasi peta argumen terhadap keterampilan berpikir kritis peseta didik.
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah terdapat
pengaruh pembelajaran guided discovery terintegrasi peta argumen terhadap
peningkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik pada konsep fungi.
Indikator keterampilan berpikir kritis yang menunjukkan adanya perbedaan
signifikan yaitu interpretasi dan analisis.
B. Saran
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka dapat diajukan
beberapa saran untuk perbaikan yaitu sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat dikembangkan secara
optimal dengan pembelajaran yang konsisten dan berkelanjutan terhadap
model pembelajaran yang memfokuskan peserta didik untuk dapat
mengembangkan keterampilan berikir kritisnya.
2. Hasil penelitian yang menunjukan bahwa pembelajaran guided discovery
memberikan pengaruh signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis
sebaiknya lebih banyak diterapkan lagi pada materi biologi lainnya.
3. Untuk peneliti dapat lebih mengembangkan model peta argumen yang
dapat menigkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik