Page 1
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN
PROGRAM GEOGEBRA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
DITINJAU DARI BERPIKIR KRITIS MATEMATIK
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
SISKA AINIYA SHOFIYANA
A410160190
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
Page 2
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN
PROGRAM GEOGEBRA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
DITINJAU DARI BERPIKIR KRITIS MATEMATIK
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
SISKA AINIYA SHOFIYANA
A410160190
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen
Pembimbing
Dra. Nining Setyaningsih, M. Si.
NIK. 403
Page 4
iii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN
PROGRAM GEOGEBRA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
DITINJAU DARI BERPIKIR KRITIS MATEMATIK
OLEH:
SISKA AINIYA SHOFIYANA
A410160190
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Rabu, 19 Februari 2020
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Dra. Nining Setyaningsih, M. Si.
(Ketua Dewan Penguji)
(.................................)
2. Drs. Ariyanto, M. Pd.
(Anggota I Dewan Penguji)
(.................................)
3. Muhamad Toyib, S. Pd., M. Pd.
(Anggota II Dewan Penguji)
(.................................)
Page 5
1
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN
PROGRAM GEOGEBRA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
DITINJAU DARI BERPIKIR KRITIS MATEMATIK
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk menguji dan menganalisis : (1) pengaruh model
pembelajaran Discovery Learning berbantuan Program GeoGebra dan Discovery
Learning terhadap hasil belajar matematika, (2) pengaruh tingkat berpikir kritis
matematik terhadap hasil belajar matematika, (3) interaksi antara model
pembelajaran dan tingkat berpikir kritis matematik siswa terhadap hasil belajar
matematika. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan desain kuasi eksperimental.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan cara cluster random
sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2019/2020. Sampel penelitian
terdiri dari dua kelas. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah tes
dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis variansi dua jalan
sel tak sama dimana dilakukan uji prasyarat dengan menggunakan uji normalitas
dengan metode Lilliefors dan uji homogenitas dengan metode Barlett. Hasil
penelitian dengan taraf signifikansi 5%, (1) terdapat pengaruh model
pembelajaran terhadap hasil belajar matematika, (2) terdapat pengaruh tingkat
berpikir kritis matematik terhadap hasil belajar matematika, (3) tidak terdapat
interaksi antara model pembelajaran dan tingkat berpikir kritis matematik
terhadap hasil belajar matematika.
Kata kunci : Discovery Learning, GeoGebra, hasil belajar, berpikir kritis
matematik.
Abstract
The purpose of this research is to examine and analyzed: (1) the effect of learning
model on Discovery Learning that helped by GeoGebra Program and Discovery
Learning to the mathematics learning outcomes, (2) the effect of mathematics
critical thinking levels on mathematics learning outcomes, (3) interactions
between learning model and student’s mathematics critical thinking levels on
mathematics learning outcomes. The kind of this research is quantitative by using
experimental kuasi design. The technique of sample taking on this research is by
using cluster random sampling. The population of this research is all of student of
VIII grade of Muhammadiyah Junior High School 8 of Surakarta years
2019/2020. The sample of this research is consists of two classes. The method that
used in data collecting are test and documentation. Data analysis technique using
the variances analysis of two different ways where did the prerequisite test by
used normality test by Lilliefors method and homogeneity test by barlett method.
The result of the research with significant level 5%, (1) there is effect in learning
model on the outcome of mathematics learning, (2) there is the effect of
mathematics critical thinking levels on the outcome of mathematics learning, (3)
Page 6
2
there is no interaction between learning model and mathematics critical thinking
levels on the outcome of mathematics learning.
Keywords: Discovery Learning, Geogebra, learning outcome, critical mathematics
thinking.
1. PENDAHULUAN
Matematika dipandang dengan sangat baik sebagai suatu disiplin ilmu yang secara
jelas mengandalkan proses berfikir untuk diajarkan kepada anak didik. Di
dalamnya terkandung berbagai aspek yang secara substansial menuntun murid
untuk berfikir logis menurut pola dan aturan yang telah tersusun secara baku.
Matematika dikenal sebagai ilmu dasar yang pada masa ini para siswa perlu
mempersiapkan diri untuk hidup dalam bermasyarakat yang menuntut
pemahaman dan apresiasi terhadap matematika.
Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam
berbagai aspek kehidupan. Dengan mempelajari matematika, seseorang terbiasa
berpikir secara sistematis, ilmiah, menggunakan logika, kritis, serta dapat
meningkatkan daya kreativitasnya. Mengingat pentingnya matematika dalam
kehidupan sehari-hari, maka matematika perlu dipahami dan dikuasai oleh semua
lapisan masyarakat tak terkecuali siswa sekolah sebagai generasi penerus.
Namun pada kenyataannya, prestasi siswa di Indonesia pada mata
pelajaran matematika masih belum memuaskan. Berdasarkan Pusat Statistik
Internasional untuk pendidikan (National Center for Education in Statistics, 2003)
terhadap 41 negara dalam pembelajaran matematika, dimana Indonesia mendapat
peringkat ke-39 di bawah Thailand dan Uruguay. Salah satu bukti rendahnya
prestasi matematika siswa Indonesia terlihat dari hasil Ujian Nasional beberapa
tahun terakhir. Rerata nilai Ujian Nasional tahun pelajaran 2014/2015 hanya
47,50. Selain itu, hasil Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) yang
diikuti oleh siswa kelas VIII tahun 2011 untuk bidang matematika, Indonesia
berada di urutan ke- 38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya melakukan
tes terlebih dahulu. Skor Indonesia turun 11 poin dari penilaian tahun 2007. Pada
Page 7
3
TIMSS matematika kelas VIII tersebut, peringkat pertama diraih siswa Korea
dengan skor 613, kemudian diikuti oleh Singapura.
Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik dapat bersumber dari
faktor dari peserta didik itu sendiri dan guru. Faktor yang bersumber dari siswa
antara lain minat, motivasi, kemampuan penalaran, kemampuan komunikasi
matematika, serta kemampuan pemecahan masalah. Sedangkan faktor dari guru
antara lain model pembelajaran, gaya mengajar dan fasilitas belajar.
Sehingga, tujuan utama dari mengajarkan matematika adalah
membiasakan anak didik agar mampu berfikir logis, kritis dan matematik. Apalagi
pada pembelajaran matematika yang dominan mengandalkan kemampuan daya
pikir, perlu membina kemampuan berfikir siswa, khususnya berfikir kritis
matematik agar mampu mengatasi permasalahan pembelajaran matematika
tersebut yang materinya cenderung abstrak.
Berkembangnya aktivitas berfikir kritis siswa di dalam pembelajaran harus
ditunjang iklim yang baik (right climate) dan dorongan yang penuh dari berbagai
komponen terhadap kemampuan berfikir kritis siswa (LTSIN, 2004). Komponen-
komponen tersebut bisa berupa lingkungan, kualitas guru, kebijakan, fasilitas,
peralatan, serta alat bantu belajar dan mengajar. Salah satu komponen
yangdiharapkan dapat mendorong terhadap kemampuan berfikir kritis siswa
adalah berupa alat bantu belajar.
Smith (2006) mengatakan bahwa alat bantu belajar berupa komputer dapat
membantu mengembangkan kemampuan berfikir kritis juga berfikir kreatif.
Menurut de Bono (Marzano,1988) manfaat tools yang dapat membantu siswa
dalam mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatifnya menjadi lebih
baik.
Berkaitan dengan pembelajaran matematika, Bisri (2008 : 1) pembelajaran
yang efektif adalah pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa secara aktif, baik
mental maupun sosialnya. Proses pembelajaran matematika bukan sekedar
transfer ilmu dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses kegiatan, yaitu
terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.
Page 8
4
Pemilihan strategi mengajar yang tepat dan pengaturan lingkungan belajar
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesuksesan pelajaran matematika,
(Bell, 1978: 121). Proses pemilihan dan penerapan baik itu metode, strategi, atau
pendekatan haruslah disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini
dimaksudkan agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai, serta penerapan yang
dilaksanakan haruslah sejalan dengan bagaimana belajar matematika yang baik.
Metode discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai
proses pembelajaran yang terjadi apabila peserta didik tidak diberikan pelajaran
dalam bentuk finalnya, akan tetapi diharapkan peserta didik dapat mengorganisasi
sendiri. Pada model pembelajaran ini, lebih menekankan pada ditemukannya
konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.
Salah satu media interaktif yang dapat digunakan untuk menunjang
keberhasilan dalam pembelajaran adalah GeoGebra. GeoGebra adalah sebuah
software sistem geometri dinamis sehingga dapat mengkontruksikan titik, vektor,
ruas garis, garis, irisan kerucut, bahkan fungsi dan mengubahnya secara dinamis.
GeoGebra sangat diperlukan dalam memvisualisasikan konsep matematika
sebagai media pembelajaran karena memiliki banyak fitur yang mendukung.
Banyak alternatif yang bisa dilakukan agar penyajian materi pelajaran
dapat lebih menarik. Salah satu alternatif tersebut adalah dengan menggunakan
Pendekatan discovery learning berbantuan aplikasi GeoGebra. Dengan aplikasi
GeoGebra, gambar-gambar geometri terkontruksi dengan baik sehingga imajinasi
dan perkiraan-perkiraan abstrak dalam pikiran siswa dapat divisualisasikan secara
baik.siswa dapat lebih memahami dan memaknai matematika tidak sekadar
menghapal rumus.
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan tersebut, alternatif
solusi yang ditawarkan peneliti yaitu mengadakan penelitian tentang pengaruh
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran discovery
learning berbantuan program GeoGebra ditinjau dari berpikir kritis matematik
siswa.
Page 9
5
2. METODE
Berdasarkan pendekatannya, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.
Menurut Sutama (2015 : 43) penelitian kuantitatif antara lain berhubungan erat
dengan kontruksi sebab akibat, pengukuran, dan generalisasi yang dapat dilacak
kembali pada akar-akar ilmu pengetahuan epistimologi. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VIII Tahun Pelajaran 2019/2020. Teknik
pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling dan diperoleh dua
kelas sampel yaitu 27 siswa kelas VIII IT sebagai kelas eksperimen dan 25 siswa
kelas VIII A sebagai kelas kontrol.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes
dan dokumentasi. Metode tes berupa soal uraian yang digunakan untuk
memperoleh data hasil belajar matematika dan hasil tes tingkat berpikir kritis
matematik. Sebelum instrumen tes diberikan pada kelas sampel, terlebih dahulu
dilakukan uji coba instrumen tes pada kelas try out untuk mengetahui apakah
instrumen tersebut valid dan reliabel. Uji validitas instrumen menggunakan rumus
korelasi Product Moment dan uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus
Alpha Cronbach. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data
kemampuan awal siswa berupa nilai PTS siswa kelas VIII. Data nilai PTS
digunakan untuk uji keseimbangan sebelum kedua sampel mendapat perlakuan.
Teknik analisis data untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan teknik statistik dengan uji analisis variansi dua jalan sel tak sama
menggunakan taraf signifikansi 5%. Sebelum dilakukan uji ANOVA, dilakukan
uji prasyarat yaitu uji normalitas menggunakan metode Lilliefors dan uji
homogenitas dengan metode Barlett. Uji komparasi ganda dengan metode Scheffe
dilakukan jika hipotesis ditolak pada uji ANOVA.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji keseimbangan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki kemampuan awal yang sama atau seimbang sebelum dikenai perlakuan.
Untuk menguji kemampuan awal, digunakan data dari Penilaian Tengah Semester
Gasal dengan taraf signifikansi 5%. Diperoleh hasil
Page 10
6
maka diterima. Dengan kata lain, kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki kemampuan awal yang seimbang.
Instrumen tes dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes hasil belajar
matematika dan instrumen tes tingkat berpikir kritis matematik yang masing-
masing terdiri dari empat soal tes hasil belajar matematika dan dua soal tes tingkat
berpikir kritis matematik. Kedua instrumen tes tersebut diuji coba pada 22 siswa
kelas try out (non sampel) untuk memperoleh data nilai yang selanjutnya
digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas. Dari hasil uji validitas tes hasil
belajar matematika dengan taraf signifikansi 5%, N = 22, dan
keempat item soal dikatakan valid karena Hasil uji reliabilitas
dengan taraf signifikansi 5%, N = 22, dan diperoleh
maka item soal dikatakan reliabel. Untuk uji validitas tes tingkat berpikir kritis
matematik dengan taraf signifikansi 5%, N = 22, dan kedua item
soal dikatakan valid karena Hasil uji reliabilitas dengan taraf
signifikansi 5%, N = 22, dan diperoleh maka item
soal dikatakan reliabel. Kedua instrumen telah dinyatakan valid dan reliabel,
kemudian diberikan kepada sampel penelitian untuk memperoleh data hasil
belajar matematika dan tingkat berpikir kritis matematik.
Setelah data diperoleh, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan
homogenitas sebagai syarat pengujian hipotesis dengan analisis variansi dua jalan
sel tak sama. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors
dengan taraf signifikansi 5%. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh hasil
bahwa dan keputusan uji diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji
homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji Barlett dengan taraf
signifikansi 5%. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh hasil bahwa
dan keputusan uji diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap
sampel mempunyai variansi popoulasi yang homogen. Karena uji prasyarat telah
terpenuhi, maka dapat dilanjutkan uji hipotesis menggunakan uji analisis variansi
Page 11
7
dua jalan sel tak sama dengan taraf signifikansi 5%. Rangkuman hasil analisis
variansi dua jalan sel tak sama dapat dilihat dalam tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber JK dK RK Keputusan
Uji
Metode
Pembelajaran (A) 128,7378 1 128,74 15,07 4,05 ditolak
Berpikir Kritis
Matematik (B) 4604,724 2 2302,4 269,54 3,20 ditolak
Interaksi (AB) 19,69463 2 9,8473 1,1528 3,20 diterima
Galat 392,9286 46 8,5419
Total 5146,085 51
Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat disimpulkan bahwa : (1) terdapat
pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika, (2) terdapat
pengaruh tingkat berpikir kritis matematik siswa terhadap hasil belajar
matematika, (3) tidak terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran
dan tingkat berpikir kritis matematik terhadap hasil belajar matematika. Hasil
perhitungan memutuskan bahwa dan ditolak, maka perlu dilakukan uji
lanjut untuk mengetahui perbedaan rerata antar baris dan antar kolom dengan
metode Scheffe (Budiyono, 2016).
Pada hipotesis pertama, ditolak berarti terdapat pengaruh model
pembelajaran (Discovery Learning berbantuan Program GeoGebra dan Discovery
Learning) terhadap hasil belajar matematika. Karena terdapat dua model
pembelajaran, maka tidak perlu dilakukan uji komparasi ganda antar baris untuk
mengetahui secara signifikan mempunyai rerata yang berbeda.
Page 12
8
Tabel 2 Rangkuman Rerata Antar Sel dan Rerata Marginal
Model
Pembelajaran
Tingkat Berpikir Kritis Matematik Rerata Marginal
Tinggi Sedang Rendah
Eksperimen 84 75,43 61 73,48
Kontrol 82,25 72 56 70,08
Rerata
Marginal 83,13 73,71 58,5
Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang dikenai
model pembelajaran Discovery Learning berbantuan Program GeoGebra memiliki
hasil belajar matematika lebih baik daripada siswa yang dikenai model Discovery
Learning.
Hal ini didukung di lapangan bahwa selama proses pembelajaran sub
pokok persamaan garis lurus dengan model pembelajaran Discovery Learning
berbantuan Program GeoGebra terlihat lebih antusias dan lebih aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran. Hal ini terlihat selama pembelajaran berlangsung.
Peneliti memberi rangsangan dengan memberikan gambaran yang berhubungan
dengan persamaan garis lurus yang ditampilkan dengan program GeoGebra.
Peneliti memberi permasalahan yang harus diselesaikan oleh masing-masing
kelompok, pada proses ini siswa diharapkan saling bertukar pikiran atau saling
bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Siswa berusaha
menemukan penyelesaian dari permasalahan yang diberikan guru dengan diskusi
kelompok. Dalam beberapa kesempatan, siswa juga mengajukan pertanyaan-
pertanyaan terkait dengan materi yang dianggap sulit untuk dipahami. Dengan
kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk mencoba menyelesaikan permasalahan
dengan bantuan program GeoGebra.
Pada kelas Discovery Learning berbeda dengan kelas model pembelajaran
Discovery Learning berbantuan Program GeoGebra. Di kelas ini tidak digunakan
program GeoGebra, sehingga siswa dalam mengikuti pelajaran tidak seantusias
kelas Discovery Learning berbantuan Program GeoGebra. Siswa cenderung pasif
dan hanya mengandalkan teman dalam kelompoknya untuk mengerjakan.
Page 13
9
Penelitian ini didukung pada penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Umi Farihah (2015) yang menunjukkan adanya pengaruh program
interaktif GeoGebra terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada mteri grafik
persamaan garis lurus. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Marini Oktaria,
dkk (2016) menyimpulkan bahwa penggunaan GeoGebra dapat meningkatkan
kemampuan representasi matematis siswa SMP kelas VIII.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ferdinandus, dkk (2017)
tentang Model Discovery learning berbatuan GeoGebra untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah memiliki kesimpulan bahwa model discovery
learning berbantuan GeoGebra ini efektif untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka hasil penelitian ini sudah sesuai
dengan hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti yaitu, terdapat pengaruh model
pembelajaran terhadap hasil belajar matematika siswa.
Pada hipotesis kedua, ditolak berarti terdapat pengaruh tingkat
berpikir kritis matematik terhadap hasil belajar matematika. Dalam penelitian ini,
tingkat berpikir kritis matematik dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang,
dan rendah. Karena dalam penelitian ini ditolak, maka perlu dilakukan uji
komparasi ganda antar kolom. Uji komparasi ganda yang digunakan adalah
dengan menggunakan metode Scheffe. Uji komparasi ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat berpikir kritis matematik manakah yang secara signifikan
memberi pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar matematika siswa. Adapun
rangkuman hasil uji komparasi ganda rerata antar kolom disajikan pada tabel 2
sebagai berikut.
Tabel 3 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Kolom
Keputusan
ditolak
ditolak
ditolak
Page 14
10
Berdasarkan Tabel 3, hasil perhitungan komparasi ganda diperoleh hasil
belajar matematika siswa dengan tingkat berpikir kritis matematik tinggi lebih
baik daripada siswa dengan tingkat berpikir kritis matematik sedang maupun
rendah.
Kesimpulan dalam penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Ali Syahbana (2012) dalam penelitiannya ditinjau dari level PAM
(Pengetahuan Awal Matematika) secara menyeluruh, terdapat perbedaan
peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa pada setiap level. Siswa
dari level PAM tinggi, peningkatan kemampuan berpikir kritis matematiknya
lebih baik dibandingkan siswa dari level PAM sedang maupun siswa dari level
PAM rendah.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ratna Purwati, dkk (2016),
kemampuan berpikir kritis matematik siswa kelas X TPM4 SMK Negeri 2 Jember
secara keseluruhan tersebar dalam tiga kategori yaitu kategori tinggi, sedang dan
rendah. Siswa dengan kategori kemampuan berpikir kritis tinggi mampu
memenuhi keseluruhan indikator berpikir kritis. Siswa dengan kategori
kemampuan berpikir kritis sedang mampu memenuhi indikator interpretasi dan
analisis namun kurang mampu memenuhi indikator evaluasi dan inferensi.
Sedangkan siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah, kurang mampu dalam
menginterpretasikan masalah dan tidak mampu memenuhi indikator analisis,
evaluasi, dan inferensi.
Pada hipotesis ketiga, diterima. Hal tersebut berarti tidak terdapat
interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat berpikir kritis matematik
terhadap hasil belajar matematika siswa. Karena tidak adanya interaksi antara
model pembelajaran dengan tingkat berpikir kritis matematik terhadap hasil
belajar matematika siswa, maka perbandingan antara model pembelajaran
Discovery learning berbatuan program GeoGebra dan Discovery Learning untuk
setiap tingkat berpikir kritis matematik mengikuti perbandingan rerata marginal
masing-masing. Pada tabel 4 disajikan rangkuman rerata antar sel dan rerata
marginal sebagai berikut.
Page 15
11
Tabel 4 Rangkuman Rerata Antar Sel dan Rerata Marginal
Model
Pembelajaran
Tingkat Berpikir Kritis Matematik Rerata
Marginal Tinggi Sedang Rendah
Eksperimen 84 75,43 61 73,48
Kontrol 82,25 72 56 70,08
Rerata
Marginal 83,13 73,71 58,5
Dengan memperhatikan rerata marginal pada tabel 4 di atas, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery learning berbatuan program
GeoGebra lebih baik daripada model pembelajaran Discovery Learning untuk
setiap tingkat berpikir kritis matematik (tinggi, sedang, rendah).
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
interaksi antara model pembelajaran (Discovery learning berbatuan program
GeoGebra dan Discovery learning) terhadap hasil belajar matematika siswa SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, diperoleh kesimpulan
diantaranya : (1) terdapat pengaruh model pembelajaran Discovery Learning
berbantuan Program GeoGebra dan Discovery Learning terhadap hasil belajar
matematika, (2) terdapat pengaruh tingkat berpikir kritis matematik terhadap hasil
belajar matematika, (3) tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan
tingkat berpikir kritis matematik siswa terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas VIII SMP Muhammadiyah 8 Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Bell, F. (1978). Teaching and Learning Mathematics (in Secondary School).
Duboque, Iowa: WM. C. Brown Company Publisher.
Bisri, A. M. (2008). Sekitar Pembelajaran Efektif.
http://pendis.depag.go.id/madrasah/Insidex.php?i_367=at02100015. [12
September 2019]
Page 16
12
Budiman, A. H., & Setyaningsih, N. (2017). “Eksperimen Pembelajaran
Matematika dengan Model Discovery Learning Berbasis Numbered Head
Together dan Group Investigation terhadap Hasi Belajar Ditinjau dari
Komunikasi Matematis Siswa SMA Negeri 1 Girimarto Kelas X Semester
Gasal Tahun 2016/2017”. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Budiyono. 2016. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Farihah, U. (2015). Pengaruh Program Interaktif Geogebra terhadap Motivasi dan
Hasil Belajar Siswa pada Materi Grafik Persamaan Garis Lurus. JP2M
(Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Matematika), 1(1), 7-19.
http://digilib.iain-jember.ac.id/id/eprint/436.
LTSIN. (2004). Learning Thinking. Scotland : Learning and Teaching Scotland.
Marzano,Robert J., et al. (1988). Dimension of Thinking. Virginia : Association
for Supervision and Curriculum Development.
Mone, F., & Abi, A. M. (2017). Model Discovery Learning Berbantuan Geogebra
untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah. JPI (Jurnal
Pendidikan Indonesia), 2(1), 7-12.
Oktaria, M., Alam, A. K., & Sulistiawati, S. (2016). Penggunaan Media Software
GeoGebra untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa
SMP Kelas VIII. Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 7(1), 99–107.
https://doi.org/10.15294/kreano.v7i1.5014
Purwati, R., Hobri, & Fatahillah, A. (2016). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Persamaan Kuadrat pada Pembelajaran
Model Creative Problem Solving. KadikmA, 7(1), 84-93.
Smith, I.D. (2006). The Teaching of Creative and Critical Thinking Through
Information Technology and Project Work.
Sutama. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D.
Surakarta: Fairuz Media.
Syahbana, Ali. (2012). “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Siswa SMP melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning”. JPI
(Jurnal Pendidikan Matematika), 2(1), 46-47 .
https://doi.org/10.22437/edumatica.v2i01.604