Jurnal DIKESA ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20 http://jurnal.pasca.uns.ac.id 1 PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) TERHADAP PENGETAHUAN, KETERAMPILAN KONSELING DAN MOTIVASI BIDAN DESA Anis Sih Retno 1 S 541108007, A.A. Soebijanto 2 , Satimin Hadiwidjaja 2 1 Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS 2 Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS 3 Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS [email protected]ABSTRAK Latar Belakang: Pelatihan pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA) berisi materi tentang standar emas pemberian makan pada bayi dan anak. Komponen pelatihan ini bertujuan Mempersiapkan bidan desa dengan pengetahuan teknis mengenai praktek- praktek pemberian makanan pendamping dan pemberian ASI yang direkomendasikan untuk anak usia 0-24 bulan, meningkatkan keterampilan konseling, pemecahan masalah dan negosiasi (mencapai kesepakatan), dan mempersiapkan mereka untuk memanfaatkan alat bantu dan alat konseling terkait secara efektif. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pelatihan PMBA terhadap pengetahuan, keterampilan konseling dan motivasi bidan desa. Metode: Jenis penelitian ini adalah eksperimen kuasi dengan “post test only control design” Populasi penelitian ini adalah seluruh bidan desa di Kabupaten Klaten. Teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling. Jumlah sampel sebesar 30 orang pada kelompok eksperimen yang mendapat pelatihan PMBA dan 30 orang pada kelompok kontrol. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan daftar tilik pengamatan. Teknik analisis menggunakan uji t pada variabel pengetahuan dan motivasi serta uji Mann Whitney U pada variabel keterampilan konseling. Hasil: Berdasarkan hasil analisis data pada tingkat signifikansi α = 0,05 didapatkan hasil: (1) Terdapat pengaruh pelatihan PMBA terhadap pengetahuan dengan harga t hitung sebesar -9,973 lebih kecil (berada di daerah penolakan H 0 ) dibandingkan t tabel = ±2,000 pada tingkat signifikan = 0,000. (2) Terdapat pengaruh pelatihan PMBA terhadap keterampilan konseling dengan nilai signifikan = 0,000 lebih kecil dibandingkan α = 0,05. (3) Tidak terdapat pengaruh pelatihan PMBA terhadap motivasi dengan harga t hitung sebesar -1,874 lebih besar (berada di daerah penerimaan H 0 ) dibandingkan t tabel = ±2,000 pada tingkat signifikan = 0,066. Kata kunci: pelatihan, pengetahuan, keterampilan konseling, motivasi PENDAHULUAN Rekomendasi WHO dan UNICEF yang tercantum dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding (WHO dan UNICEF, 2003) terdiri dari empat hal penting yang harus dilakukan dalam praktik pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA) yaitu memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, memberikan ASI saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan makanan pendamping air susu ibu (MPASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan serta meneruskan
19
Embed
PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA · PDF fileseseorang (Notoatmodjo, 2003). Keterampilan konseling adalah kemampuan konselor menjalani proses konseling menggunakan metode-metode
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
1
PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) TERHADAP PENGETAHUAN, KETERAMPILAN KONSELING DAN MOTIVASI BIDAN DESA
Anis Sih Retno1 S 541108007, A.A. Soebijanto2, Satimin Hadiwidjaja2 1Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS
2Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS
3Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS
Latar Belakang: Pelatihan pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA) berisi materi tentang standar emas pemberian makan pada bayi dan anak. Komponen pelatihan ini bertujuan Mempersiapkan bidan desa dengan pengetahuan teknis mengenai praktek-praktek pemberian makanan pendamping dan pemberian ASI yang direkomendasikan untuk anak usia 0-24 bulan, meningkatkan keterampilan konseling, pemecahan masalah dan negosiasi (mencapai kesepakatan), dan mempersiapkan mereka untuk memanfaatkan alat bantu dan alat konseling terkait secara efektif. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pelatihan PMBA terhadap pengetahuan, keterampilan konseling dan motivasi bidan desa. Metode: Jenis penelitian ini adalah eksperimen kuasi dengan “post test only control design” Populasi penelitian ini adalah seluruh bidan desa di Kabupaten Klaten. Teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling. Jumlah sampel sebesar 30 orang pada kelompok eksperimen yang mendapat pelatihan PMBA dan 30 orang pada kelompok kontrol. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan daftar tilik pengamatan. Teknik analisis menggunakan uji t pada variabel pengetahuan dan motivasi serta uji Mann Whitney U pada variabel keterampilan konseling. Hasil: Berdasarkan hasil analisis data pada tingkat signifikansi α = 0,05 didapatkan hasil: (1) Terdapat pengaruh pelatihan PMBA terhadap pengetahuan dengan harga t hitung sebesar -9,973 lebih kecil (berada di daerah penolakan H
0) dibandingkan t tabel =
±2,000 pada tingkat signifikan = 0,000. (2) Terdapat pengaruh pelatihan PMBA terhadap keterampilan konseling dengan nilai signifikan = 0,000 lebih kecil dibandingkan α = 0,05. (3) Tidak terdapat pengaruh pelatihan PMBA terhadap motivasi dengan harga t hitung sebesar -1,874 lebih besar (berada di daerah penerimaan H
0) dibandingkan t tabel
= ±2,000 pada tingkat signifikan = 0,066.
Kata kunci: pelatihan, pengetahuan, keterampilan konseling, motivasi
PENDAHULUAN
Rekomendasi WHO dan UNICEF yang
tercantum dalam Global Strategy for
Infant and Young Child Feeding (WHO
dan UNICEF, 2003) terdiri dari empat hal
penting yang harus dilakukan
dalam praktik pemberian makan
pada bayi dan anak (PMBA) yaitu
memberikan air susu ibu (ASI) kepada
bayi segera dalam waktu 30 menit
setelah bayi lahir, memberikan ASI saja
atau pemberian
ASI secara eksklusif sejak lahir
sampai bayi berusia 6 bulan,
memberikan makanan pendamping air
susu ibu (MPASI) sejak bayi berusia 6
bulan sampai 24 bulan serta meneruskan
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
2
pemberian ASI sampai anak berusia 24
bulan atau lebih.
Standar emas PMBA ini sangat
direkomendasikan karena dapat
menurunkan angka kematian anak dan
meningkatkan kualitas hidup ibu sesuai
dengan Millenium Developments Goals
yang keempat dan kelima. Risiko
mortalitas pada anak yang tidak pernah
disusui 21% lebih besar saat postnatal
(Chen dalam Roesli, 2012). Risiko
kematian karena diare 4,2 kali lebih
sering pada bayi yang disusui parsial
dan 14,2 kali lebih sering pada bayi yang
tidak disusui (Victora dalam Roesli,
2012). Risiko kematian meningkat 4 kali
pada bayi dengan susu formula, dan
meningkat sejalan dengan semakin lama
permulaan menyusui. Permulaan
menyusui setelah hari pertama
meningkatkan 2,4 kali resiko kematian
bayi. Inisiasi menyusu dini (IMD)
menurunkan 22% kematian bayi bila
dilakukan dalam 1 jam pertama, dan 16
% bila dalam 1 hari pertama (Edmond
dalam Roesli, 2012). ASI eksklusif 6
bulan diteruskan dengan makanan
pendamping ASI sampai 11 bulan,
menurunkan 13% resiko mortalitas
balita. ASI eksklusif 6 bulan sampai 2
tahun mengurangi kejadian malnutrisi
pada bayi dan anak di negara
berkembang (Gupta dan Dadhich dalam
Roesli, 2012). Pemberian MPASI yang
tepat saat bayi berusia enam bulan
mengurangi risiko malnutrisi.
Pemberian makan pada anak yang
tepat akan meningkatkan kualitas hidup
ibu. Menyusui akan menurunkan 25-30%
resiko kanker payudara (Freudenheim
dalam Roesli, 2012). Suatu case-control
study di Italia menunjukkan adanya
perbandingan terbalik antara lama
menyusui dengan resiko kanker ovarium
(Chiaffarino dalam Roesli, 2012).
Menyusui merupakan cara KB paling
efektif dan mengurangi risiko overweight
(Egbuonu dan Kac dalam Roesli, 2012).
Lane yang meneliti 5.890 orang ibu
selama 15 tahun, menyusui akan
mengurangi 4,8 kali tindakan kekerasan
oleh ibu dan menelantarkan anak (Roesli,
2012).
Tanggung jawab pemerintah
kabupaten/kota sesuai PP nomor 33
tahun 2012 pasal 5 adalah memberikan
pelatihan teknis konseling menyusui
dalam skala kabupaten/kota, yaitu
pelatihan 40 jam Breast Feeding
Counselor Course (BFCC) dari WHO dan
UNICEF dan Infant and Young Child
Feeding (IYCF) training. IYCF training
atau pelatihan Pelatihan Pemberian
Makan pada Bayi dan Anak (PMBA)
adalah sebuah pelatihan yang dirancang
untuk membekali petugas kesehatan di
tingkat masyarakat (bidan desa) atau
kader, untuk membantu para ibu, ayah
dan pengasuh lainnya untuk dapat
memberi makan anak dan bayi mereka
secara optimal. Pelatihan ini
menekankan pada proses aktif
mendengar, berpusat pada klien, dan
menjalin hubungan saling percaya antara
klien dan konselor sesuai teori yang
dikembangkan Carl Rogers “Theory of
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
3
Client-Centered Counseling” yang
mengandung tiga komponen yaitu
dukungan emosional, dukungan edukasi
serta penilaian risiko (Bassichetto dan
Rea, 2008). Komponen pelatihannya
untuk mempersiapkan bidan desa atau
kader dengan pengetahuan teknis
mengenai praktik-praktik pemberian ASI
dan MPASI yang direkomendasikan
untuk anak usia 0-24 bulan,
meningkatkan keterampilan konseling,
pemecahan masalah dan negosiasi
(mencapai kesepakatan), dan
mempersiapkan untuk memanfaatkan
alat bantu dan alat konseling terkait
secara efektif (Kemenkes RI, 2012a).
Praktik pemberian makan pada
bayi dan anak (PMBA) yang optimal
merupakan intervensi yang efektif dalam
meningkatkan status kesehatan anak
dan menurunkan kematian anak
(Nandan dan Yunus, 2009). Faktanya,
berdasarkan survei di India pada tahun
2007-2008 hanya 40,2% melakukan IMD,
46,4% ASI eksklusif, 24,9% anak berusia
6 sampai 35 bulan yang disusui selama
paling sedikit 6 bulan dan 23,9% anak
berusia 6 sampai 9 bulan menerima
makanan padat, semi padat dan ASI.
Menurut Nandan dan Yunus (2009),
aspek kesehatan anak sering tidak
dibahas dalam pelatihan-pelatihan dasar
bagi dokter, perawat, nutrisionis dan
tenaga kesehatan lainnya. Kurangnya
pengetahuan dan keterampilan yang
memadai dari para tenaga profesional di
bidang kesehatan justru sering menjadi
penghambat dalam praktik pemberian
makan pada bayi dan anak yang tepat.
Sebuah penelitian di Brazil oleh
Bassichetto dan Rea (2008) mengevaluasi
efektivitas pelatihan PMBA ini terhadap
perubahan pengetahuan, sikap dan
praktik konseling para pediatrician dan
nutrisionis. Hasilnya ada peningkatan
pengetahuan dan anamnesis diit yang
signifikan namun tidak terdapat
peningkatan keterampilan konseling.
Data Kabupaten Klaten yang
berhubungan dengan praktik pemberian
makan pada bayi dan anak adalah data
balita kurang gizi dan balita pendek
(stunting). Balita yang menderita kurang
gizi di Kabupaten Klaten pada tahun
2010 sebesar 14,3% dan tahun 2011
sebesar 11,4%. Balita pendek atau
stunting tahun 2010 sebesar 30,8% dan
tahun 2011 sebesar 29,4%. Hal ini
menunjukkan Klaten masih mempunyai
masalah gizi kronis karena menurut
WHO batasan minimal suatu wilayah
mempunyai masalah gizi bila prevalensi
stunted pada balita masih lebih dari 20%.
Pemerintah Indonesia pada tahun 2015
menargetkan angka stunted pada balita
kurang dari 18% (Bappenas, 2007).
Berdasarkan pengamatan, banyak
jenis pelatihan yang telah diikuti oleh
bidan antara lain pelatihan konselor
laktasi, Pos Kesehatan Desa (Poskesdes),
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS),
KTPA, dan pemantauan pertumbuhan
balita. Selama ini belum ada evaluasi
dampak pelatihan terhadap peningkatan
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
4
kesehatan masyarakat khususnya
terhadap status gizi bayi dan anak.
Bidan desa merupakan ujung
tombak pelayan kesehatan di tingkat
masyarakat desa. Salah satu tugas
pentingnya adalah memberikan
pelayanan konseling dan pendidikan
kesehatan terhadap perempuan,
keluarga dan masyarakat. Pelatihan
PMBA dirasa tepat untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan mereka
dalam melaksanakan tugas pentingnya.
Dengan mengikuti pelatihan diharapkan
dari yang semula tidak tahu menjadi
tahu. Bidan desa yang telah memiliki
pengetahuan tentang PMBA akan
memberikan informasi kepada
kader/masyarakat dengan pendekatan
teknik konseling yang tepat. Motivasi
diperlukan agar proses transfer
informasi tersebut mencapai hasil yang
optimal.
Tujuan Penelitian. Penelitian ini
bertujuan menganalisis pengaruh
pelatihan PMBA terhadap pengetahuan,
keterampilan konseling dan motivasi
bidan desa.
Kajian Teori. Pelatihan PMBA adalah
pelatihan modul 24 jam yang dirancang
untuk membekali kader atau petugas
kesehatan di tingkat desa untuk
membantu para ibu, ayah dan pengasuh
lainnya untuk dapat memberi makan
anak dan bayi mereka secara optimal
(Dirjen Bina Gizi dan KIA, 2012).
Komponen pelatihan ini untuk
mempersiapkan bidan desa/kader
dengan pengetahuan teknis mengenai
praktek-praktek pemberian makanan
pendamping dan pemberian ASI yang
direkomendasikan untuk anak usia 0-24
bulan, meningkatkan keterampilan
konseling, pemecahan masalah dan
negosiasi (mencapai kesepakatan), dan
mempersiapkan mereka untuk
memanfaatkan alat bantu dan alat
konseling terkait secara efektif (WHO dan
UNICEF, 2006).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu
karena mempelajari ilmu, mengalami,
melihat dan mendengar setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu (Purwodarminto, 1999;
Notoatmodjo, 1993). Untuk mencapai
perubahan pengetahuan suatu pelatihan
memerlukan metode yang tepat dan
kondisi belajar yang sesuai. Pengetahuan
merupakan faktor dominan yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Keterampilan konseling adalah
kemampuan konselor menjalani proses
konseling menggunakan metode-metode
psikologis atas dasar pengetahuan
sistematis tentang kepribadian manusia
dalam upaya meningkatkan kesehatan
mental konseli (Patterson dalam
Abimanyu & Manrihu, 1996).
Keterampilan konseling meliputi
keteramplan mendengarkan dan
mempelajari serta keterampilan
membangun kepercayaan diri dan
memberikan dukungan.
Motivasi adalah daya upaya yang
mendorong seseorang atau dorongan yang
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
5
mewakili proses-proses psikologikal yang
menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan
terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan
sukarela (volunter) yang diarahkan ke
tujuan tertentu (Wexley dan Yukl dalam
As’ad, 1987; Mitchell dalam Winardi,
2004).
Hipotesis. Berdasarkan latar belakang
dan kajian teori di atas maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh pelatihan PMBA
terhadap pengetahuan bidan desa.
2. Terdapat pengaruh pelatihan PMBA
terhadap keterampilan konseling bidan
desa.
3. Terdapat pengaruh pelatihan PMBA
terhadap motivasi bidan desa.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten
Klaten Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Januari s.d. Maret 2013.
Jenis Penelitian. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian eksperimen
kuasi dengan post test only control design.
Populasi. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua bidan desa di Kabupaten
Klaten yang berjumlah 401 orang
Cara Pengambilan Sampel. Jumlah
sampel yang diteliti adalah 30 orang pada
kelompok kontrol dan 30 orang pada
kelompok eksperimen, sehingga jumlah
seluruhnya adalah 60 orang. Teknik
pengambilan sampel dengan simple
random sampling. Kriteria sampel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi :
a. Bidan desa yang berstatus sebagai
PNS atau PTT.
b. Bidan desa dengan tingkat
pendidikan D1 atau DIII
Kebidanan.
c. Bidan desa dengan masa kerja 3
tahun.
d. Bidan desa bersedia menjadi
responden.
2. Kriteria eksklusi yaitu bidan desa yang
berusia 50 tahun( hampir pensiun)
Instrumen Penelitian. Data tentang
pengetahuan diperoleh dengan
menggunakan kuesioner berupa 22
pertanyaan dengan 3 distraktor.
Keterampilan konseling diperoleh dengan
daftar tilik pengamatan dan data tentang
motivasi menggunakan instrumen non
tes berisi 26 pernyataan.
Teknik Analisis Data. Analisis dari
penelitian terdiri dari dua analisis yaitu
analisis univariat dan bivariat. Analisis
univariat dilakukan dengan menyajikan
hasil penelitian tiap variabel dengan
tekstular, tabular dan grafikal. Analisis
bivariat untuk menguji hipotesis antara
variabel bebas dan terikat. Dalam analisis
data diadakan uji persyaratan yaitu uji
normalitas data. Apabila data
berdistribusi normal maka menggunakan
uju statistik parametrik dan bila tidak
berdistribusi normal menggunakan
statistik non parametrik. Uji statistik
parametrik untuk mengetahui pengaruh
pelatihan PMBA terhadap pengetahuan
dan motivasi menggunakan independent t
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
6
test. Untuk mengetahui pengaruh
pelatihan PMBA terhadap keterampilan
konseling menggunakan Mann Whitney U
test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian. Hasil penelitian yang
telah dilaksanakan terhadap bidan desa
di Kabupaten Klaten disajikan dalam
bentuk narasi dan gambar berikut ini.
Jumlah sampel sebesar 30 orang pada
kelompok kontrol dan 30 orang pada
kelompok eksperimen.
Karakteristik responden menurut
umur ditunjukkan pada gambar 1.
Sebagian besar responden berusia antara
30 sampai 39 tahun, baik pada kelompok
kontrol (50,0%) maupun kelompok
eksperimen (60,0%). Responden paling
sedikit berusia 40 sampai 49 tahun pada
kelompok kontrol (23,3%) dan berusia 20
sampai 29 tahun (26,7%) pada kelompok
eksperimen.
0
5
10
15
20
20-29 tahun
30-39 tahun
40-49 tahun
8 (26,7%)
15 (30,0%)
7 (23,3%) 4 (13,3%)
18(60,0%)
8 (26,7%)
Kontrol
Eksperimen
Sumber: Data primer terolah, 2013
Gambar 1. Distribusi Responden menurut Umur
Distribusi responden menurut
tingkat pendidikan terlihat pada gambar
2. Responden pada kelompok kontrol
dengan tingkat pendidikan D3 Kebidanan
sebesar 83% dan D1 Kebidanan sebesar
17%. Tingkat pendidikan pada kelompok
eksperimen sebagian besar juga D3
Kebidanan yaitu 77% dan 23%nya
berpendidikan D1 Kebidanan.
Sumber: Data primer terolah, 2013
Gambar 2. Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan
Ditribusi responden menurut status
kepegawaian terlihat pada gambar 3. Ada
dua jenis kepegawaian bidan desa di
Kabupaten Klaten yaitu Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dan Pegawai Tidak Tetap
(PTT). Sebagian besar responden pada
kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen adalah PNS, masing-masing
19 orang (63,3%) dan 23 orang (76,7%).
Responden dengan status kepegawaian
PTT sebanyak 11 orang (36,7%) pada
kelompok kontrol dan 7 orang (23,3%)
pada kelompok eksperimen.
19; 63,3%
11; 36,7%
23; 76,7%
7; 23,3%
0
5
10
15
20
25
PNS PTT
Kontrol
Eksperimen
Sumber: Data primer terolah, 2013
Gambar 3. Distribusi Responden menurut Status Kepegawaian
Gambar 4. menunjukkan distribusi
responden menurut masa kerja. Jumlah
responden dengan masa kerja 4-9 tahun
dan 10-19 tahun pada kelompok kontrol
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
7
sama masing-masing 13 orang (43,3%).
Responden kelompok eksperimen
terbanyak dengan masa kerja 10-19
tahun yaitu 14 orang (46,7%). Responden
paling sedikit berumur ≥ 20 tahun yaitu
13,3% (kontrol) dan 16,7% (eksperimen).
13; 43,3%
13; 43,3%
4; 13,3%
11; 36,7%
14; 46,7%
5; 16,7%
0
5
10
15
4-9 tahun
10-19 tahun
> = 20 tahun
Kontrol
Eksperimen
Sumber: Data primer terolah, 2013
Gambar 4. Distribusi Responden menurut Masa Kerja
Hasil analisis univariat terhadap
variabel pengetahuan ditunjukkan pada
tabel 1. Hasil mean dari skor
pengetahuan pada kelompok eksperimen
lebih tinggi yaitu 19,57 dibandingan
kelompok kontrol dengan rata-rata skor
pengetahuan sebesar 13,83. Standar
deviasi kelompok kontrol sebesar 2,547
dan 1,851 pada kelompok eksperimen.
Tabel 1. Hasil Uji Univariat Variabel Pengetahuan
Hasil Kontrol Eksperimen
N Valid 30 30 Missing 0 0
Mean 13.83 19.57 Median 14.00a 19.73a Mode 16 19, 21b Std. Deviation 2.547 1.851 Skewness -.297 -.497 Std. Error of Skewness .427 .427 Kurtosis -.910 -.346 Std. Error of Kurtosis .833 .833 Minimum 9 15
Maximum 18 22 Sum 415 587
a. Calculated from grouped data. b. Multiple modes exist.
Gambar 5. Histogram Distribusi Frekuensi Responden menurut Skor Pengetahuan
Kelompok Kontrol
Gambar 6. Histogram Distribusi Frekuensi Responden menurut Skor Pengetahuan
Kelompok Eksperimen
Hasil analisis terhadap
keterampilan konseling responden
menunjukkan bahwa responden
terbanyak pada kelompok kontrol hanya
pada tingkat tidak terampil dan kurang
terampil, masing-masing 50%. Responden
terbanyak pada kelompok eksperimen
yakni pada tingkat terampil yaitu sebesar
90% dan hanya 10% saja yang kurang
terampil seperti terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Univariat Variabel Keterampilan Konseling
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
8
Kategori Kontrol Eksperimen
n Persentase n Persentase
Terampil 0 0,0% 27 90,0%
Kurang Terampil 15 50,0% 3 10,0% Tidak Terampil 15 50,0% 0 0,0%
Jumlah 30 100,0% 30 100,0%
Sumber: Data primer terolah, 2013
Tabel 3. menunjukkan hasil analisis
variabel motivasi. Rata-rata motivasi pada
kelompok eksperimen lebih tinggi (81,57)
dibandingkan kelompok kontrol (78,90).
Nilai mode pada kelompok kontrol adalah
78 sedangkan pada kelompok
eksperimen yaitu 74, 78 dan 84.
Tabel 3. Hasil Uji Univariat Variabel Motivasi
Hasil kontrol eksperimen
N Valid 30 30
Missing 0 0
Mean 78.90 81.57
Std. Error of Mean
.914 1.091
Median 78.00 80.00
Mode 78 74, 78, 84a Std. Deviation 5.006 5.975
Variance 25.059 35.702
Skewness .601 .545
Std. Error of Skewness
.427 .427
Kurtosis -.499 -.602
Std. Error of Kurtosis
.833 .833
Range 18 21
Minimum 72 74
Maximum 90 95
Sum 2367 2447
a. Multiple modes exist
Gambar 7. Histogram Distribusi Frekuensi Responden menurut Skor Motivasi Kelompok
Kontrol
Gambar 8. Histogram Distribusi Frekuensi Responden menurut Skor Motivasi Kelompok
Eksperimen
Hasil uji normalitas data seperti
terlihat pada tabel 4 pada variabel
pengetahuan dengan Shapiro Wilk pada
kelompok kontrol sebesar 0,169 dan
pada kelompok eksperimen sebesar
0,057 berarti lebih besar dari α (0,05).
artinya data berdistribusi normal.
Tabel 4. Normalitas Data Variabel Pengetahuan dengan Shapiro Wilk
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
9
kelompok
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
df Sig. Statis
tic df Sig.
score
kontrol .136 30 .165 .950 30 .169
eksperimen
.147 30 .095 .933 30 .057
a. Lilliefors Significance Correction
Data pada variabel keterampilan
konseling diuji dengan Kolmogorov
Smirnov menunjukkan hasil sebesar
0,036 pada kelompok kontrol dan 0,006
pada kelompok eksperimen. Karena nilai
tersebut kurang dari 0,05 maka data
tidak berdistribusi normal. Tabel 5
menunjukkan hasil uji normalitas data
pada variabel keterampilan konseling.
Tabel 5. One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Hasil Kontro
l Eksperime
n
N 30 30
Normal Parametersa
Mean 3.60 7.23
Std. Deviation
.855 .626
Most Extreme Differences
Absolute .259 .312
Positive .259 .312
Negative -.180 -.255
Kolmogorov-Smirnov Z 1.416 1.709
Asymp. Sig. (2-tailed) .036 .006
a. Test distribution is Normal.
Uji normalitas data pada variabel
motivasi dengan Shapiro Wilk pada
kelompok kontrol sebesar 0,075 dan
0,065 pada kelompok eksperimen artinya
data terdistribusi secara normal karena
lebih dari 0,05.
Tabel 6. Normalitas Data Variabel Motivasi dengan Shapiro Wilk
kelompok
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
df Sig. Statistic
df Sig.
score
kontrol
.171 30 .025 .937 30 .075
eksperimen
.137 30 .159 .935 30 .065
a. Lilliefors Significance Correction
Uji hipotesis pengaruh pelatihan
PMBA dilihat dengan membandingkan
hasil pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Jika terdapat
perbedaan hasil yang signifikan maka
terdapat pengaruh pelatihan PMBA
terhadap pengetahuan, keterampilan
konseling dan motivasi. Apabila tidak
signifikan maka tidak terdapat pengaruh
pelatihan PMBA terhadap pengetahuan,
keterampilan konseling dan motivasi.
Tabel 8 menunjukkan pengaruh
pelatihan PMBA terhadap pengetahuan
bidan desa. Nilai t hitung sebesar -9,973,
dengan signifikansi 0,000 dan nilai t
tabel dengan df 58 adalah ± 2,000.
Karena harga t hitung < t tabel maka ada
pengaruh pelatihan PMBA terhadap
pengetahun bidan desa.
Tabel 7. Group Statistics Variabel Pengetahuan
kelompok N Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
score Kontrol 30 13.83 2.547 .465
Eksperimen 30 19.57 1.851 .338
Tabel 8. Independent Samples t-Test
Variabel Pengetahuan
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20