Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang Mengalami Kehamilan Pranikah Abstrak Remaja dengan kehamilan pranikah berisiko mengalami distres yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin. Mindfulness sebagai salah satu strategi emotional coping merupakan alternatif intervensi yang dapat membantu remaja mengatasi kondisi distres yang dialaminya. Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” (MSD) yang digunakan sebagai intervensi distres ini menggunakan konsep Mindfulness Based Stress Reduction dan Mindfulness Based Cognitive Therapy. Melalui pelatihan MSD ini diharapkan remaja dapat meningkatkan mindfulness sebagai sumber daya koping sehingga pada akhirnya mampu menurunkan distres kehamilan. Hipotesis yang diajukan adalah: (1) Ada perbedaan tingkat distres remaja yang mengalami kehamilan pranikah sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan, tingkat distres remaja setelah mengikuti pelatihan lebih rendah daripada sebelum mengikuti pelatihan. (2) Ada perbedaan tingkat mindfulness remaja sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan, tingkat mindfulness setelah pelatihan lebih tinggi daripada sebelum mengikuti pelatihan. Partisipan dalam pelatihan adalah remaja usia 15-22 tahun yang mengalami kehamilan pranikah. Metode penelitian yang digunakan adalah action research, dengan model kuasi eksperimen the one group pretest- posttest design. Pelatihan MSD dilaksanakan selama 2 minggu, dengan 9 sesi dalam 4 pertemuan berdurasi 150-180 menit per pertemuan. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan pelatihan MSD mampu menurunkan tingkat distres kehamilan remaja dengan nilai z= -1,841 dan p=0,033 (p<0,05) dan meningkatkan tingkat mindfulness dengan nilai z= 1,841 dan p= 0,033 (p<0,05). Hasil analisis kualitatif menunjukkan partisipan mengalami penurunan pada aspek-aspek distres kehamilan dan mampu meningkatkan kemampuan mindfulness yang ditandai dengan adanya kesadaran, fokus pada saat ini, dan sikap responsif. Kata kunci: Kehamilan pranikah, distres, mindfulness, Meditasi Sadar Diri PENGANTAR Kehamilan Pranikah Kehamilan merupakan salah satu fase perkembangan yang melibatkan adanya perubahan baik secara fisik maupun psikologis bagi calon ibu dan pasangan (Duncan & Bardacke, 2010). Kehamilan biasanya dipersepsi sebagai peristiwa positif dalam hidup, namun proses transisi menjadi seorang ibu ini dapat juga dipersepsi sebagai situasi penuh tekanan karena ada perubahan hormon dan fisik yang turut berperan, ditandai oleh adanya kesedihan, merasa sendiri, dan tidak berdaya (Hart & McMahon, 2006). Berbagai perubahan tersebut kemudian dapat memicu timbulnya distres pada ibu hamil. Pada kasus kehamilan pranikah, karena proses yang tidak terencana tersebut dapat membuat ibu melihatnya sebagai peristiwa yang mengancam, sehingga Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri― Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang Mengalami Kehamilan Pranikah Ega Asnatasia Maharani Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
Embed
Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/60867/potongan/S2-2013-290926-chapter1.pdf · mengalami penurunan pada aspek-aspek distres
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap Penurunan
Tingkat Distres Remaja yang Mengalami Kehamilan Pranikah
Abstrak
Remaja dengan kehamilan pranikah berisiko mengalami distres yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin. Mindfulness sebagai salah satu strategi emotional coping merupakan alternatif intervensi yang dapat membantu remaja mengatasi kondisi distres yang dialaminya. Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” (MSD) yang digunakan sebagai intervensi distres ini menggunakan konsep Mindfulness Based Stress Reduction dan Mindfulness Based Cognitive Therapy. Melalui pelatihan MSD ini diharapkan remaja dapat meningkatkan mindfulness sebagai sumber daya koping sehingga pada akhirnya mampu menurunkan distres kehamilan. Hipotesis yang diajukan adalah: (1) Ada perbedaan tingkat distres remaja yang mengalami kehamilan pranikah sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan, tingkat distres remaja setelah mengikuti pelatihan lebih rendah daripada sebelum mengikuti pelatihan. (2) Ada perbedaan tingkat mindfulness remaja sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan, tingkat mindfulness setelah pelatihan lebih tinggi daripada sebelum mengikuti pelatihan. Partisipan dalam pelatihan adalah remaja usia 15-22 tahun yang mengalami kehamilan pranikah. Metode penelitian yang digunakan adalah action research, dengan model kuasi eksperimen the one group pretest-posttest design. Pelatihan MSD dilaksanakan selama 2 minggu, dengan 9 sesi dalam 4 pertemuan berdurasi 150-180 menit per pertemuan. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan pelatihan MSD mampu menurunkan tingkat distres kehamilan remaja dengan nilai z= -1,841 dan p=0,033 (p<0,05) dan meningkatkan tingkat mindfulness dengan nilai z= 1,841 dan p= 0,033 (p<0,05). Hasil analisis kualitatif menunjukkan partisipan mengalami penurunan pada aspek-aspek distres kehamilan dan mampu meningkatkan kemampuan mindfulness yang ditandai dengan adanya
kesadaran, fokus pada saat ini, dan sikap responsif.
Kata kunci: Kehamilan pranikah, distres, mindfulness, Meditasi Sadar Diri
PENGANTAR
Kehamilan Pranikah
Kehamilan merupakan salah satu fase perkembangan yang melibatkan
adanya perubahan baik secara fisik maupun psikologis bagi calon ibu dan
pasangan (Duncan & Bardacke, 2010). Kehamilan biasanya dipersepsi sebagai
peristiwa positif dalam hidup, namun proses transisi menjadi seorang ibu ini
dapat juga dipersepsi sebagai situasi penuh tekanan karena ada perubahan
hormon dan fisik yang turut berperan, ditandai oleh adanya kesedihan, merasa
sendiri, dan tidak berdaya (Hart & McMahon, 2006). Berbagai perubahan
tersebut kemudian dapat memicu timbulnya distres pada ibu hamil. Pada kasus
kehamilan pranikah, karena proses yang tidak terencana tersebut dapat
membuat ibu melihatnya sebagai peristiwa yang mengancam, sehingga
Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
mengarah pada timbulnya distres (Kaye, 2008). Distres pada masa kehamilan
dapat berdampak pada kesehatan bayi (DiPietro, Costigan, & Gurewitsch, 2003),
kedekatan emosi ibu dengan anak (Figueiredo & Costa, 2009), perkembangan
anak di tahap selanjutnya (Vieten & Astin, 2008) dan simtom depresi pada ibu
(dalam Masih, Spence, & Oei, 2007).
Hasil wawancara dengan ibu yang kehamilannya terjadi saat ia remaja
dan tidak dalam ikatan pernikahan menunjukkan adanya gangguan emosi yang
ditandai dengan seringnya menangis, menarik diri dari lingkungan, merasa tidak
berdaya, cemas, kehilangan konsentrasi, emosi mudah berubah-ubah dan sulit
merasakan kebahagiaan atas kehamilannya. Adapun beberapa kutipan dari
wawancara dengan salah satu narasumber yang pernah mengalami kehamilan di
usia remaja (A, 22 tahun) adalah sebagai berikut:
“ Kalo aku sih karena ngerasa stres banget ya waktu itu… jadi ngapa-
ngapain suka ga konsen… nonton tv ya bengong, diajak ngomong
sering ga nyambung. Apa sih, kaya‟ linglung gitu rasanya. Banyak
banget beban pikiran……”
Pernyataan ini menunjukkan subjek merasa kehilangan konsentrasi
dalam aktivitas kesehariannya karena merasa tertekan secara psikologis
“…. Aku kan selama hamil itu gampang banget mood naik turun..nangis
terus berbulan-bulan tapi kalo inget mau punya bayi ya seneng lagi.
Paling kubawa jalan-jalan……”
Pernyataan ini menunjukkan ketidakstabilan kondisi emosi subjek yang
sulit ia kendalikan. Di satu sisi ia merasa bahagia karena akan memiliki anak,
namun situasi kehamilan yang terjadi sebelum pernikahan menyebabkan subjek
sulit merasa bahagia seutuhnya.
“Sampe lahiranku prematur trus pendarahan ya karena kondisiku
memang ga bagus. “
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa subjek menyadari kondisi
psikologisnya selama mengandung akhirnya berakibat pada proses kelahiran
yang tidak normal. Data wawancara dari remaja lain yang pernah mengalami
kehamilan pranikah (M, 22 tahun) menunjukkan adanya perasaan tertekan dari
Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
sejak fase mengandung, melahirkan, hingga mengurus anak. Perasaan tertekan
ini muncul karena dalam tiap fase tersebut subjek harus menghadapi masalah
yang berbeda-beda tanpa persiapan yang mencukupi. Data ini ditunjukkan
melalui kutipan pernyataan sebagai berikut:
“Sampai usia (kandungan) empat bulan itu tertekan banget. Aku
hadepin semua sendiri tanpa ada satu orangpun yang bantu. Ga mau
ketemu orang-orang… dah sampai habis airmata rasanya yang ngga
karuan……….. Setelah nikahpun ya masih kaya‟ gitu rasanya,
meskipun lebih enteng karena ga harus bohong lagi”
“Sebenernya ya…. Sampe anakku lahir pun aku ga merasakan
bahagia..masalah tu rasanya banyak banget dari sejak awal.. sampe
terakhiran pun, ga tau harus ngapain.. ngurus anak sendiri karena
suami kan jauh tinggalnya. Baru bisa yah..lebih happy lah setelah udah
bisa kuliah lagi, kerja lagi, sosialisasi lagi sama temen-temen”
Subjek remaja lain yang saat dilakukannya wawancara sedang
mengalami kehamilan pranikah (D, 18 tahun) mengatakan ketidaksiapannya
menjadi ibu dalam waktu dekat. Kehamilan yang saat ini menginjak usia 7 bulan
dilalui subjek dengan penuh kekhawatiran akan masa depan bayinya kelak.
Kekhawatiran ini lebih disebabkan masalah finansial, ketiadaan dukungan dari
teman-teman, dan pemikiran bahwa dirinya tidak akan dapat bersekolah lagi.
Adapun kutipan wawancara dengan subjek D adalah sebagai berikut:
“Ya mbak…malu, saya banyak di rumah, teman-teman ya ga ada
yang jenguk.Cuma satu yang masih sering nanyain. Kayaknya susah
jg mbak kalo mau ketemu mereka trus sekolah lagi, padahal saya nya
juga ingin..tapi uangnya dari mana? Wong mas I (suami subjek) juga
baru kerja jadi buruh. Serabutan mbak apa aja yg penting dapet
(uang). Pusing saya mbak, mau gimana hidup saya besok-besok…”
Hasil wawancara dengan tiga remaja yang mengalami kehamilan
pranikah menunjukkan bahwa peristiwa kehamilan yang tidak direncanakan
mengakibatkan remaja sulit merasa bahagia atas kehamilannya dan kesulitan
menyesuaikan diri dengan peran barunya. Meskipun dalam salah satu
wawancara subjek A dapat mengungkapkan perasaan bahagianya, namun
kemudian diketahui ia sebenarnya menginginkan kehamilan tersebut datang
Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
lebih lambat dan kerap menyesali kehamilannya saat itu. Kondisi yang sama
ditunjukkan oleh subjek M dimana sejak awal kehamilan hingga melahirkan ia
sulit merasa bahagia dan tidak dapat menerima peran baru sebagai orangtua
dengan tanggung jawab yang berat. Pada subjek D, ditemukan kondisi menyesali
kehamilannya dan sempat berkeinginan menggugurkan kandungannya. Baik
subjek A maupun M mengalami ketidakstabilan emosi akibat beban pikiran yang
terlalu banyak, dan ditandai dengan sering menangis, merasa tidak berdaya,
kecemasan, menarik diri, dan sulit konsentrasi. Perasaan ini muncul sebagai
akibat perasaan tertekan karena melihat kehamilan yang terjadi tanpa
direncanakan sebagai peristiwa yang mengancam.
Fenomena kehamilan pranikah ini merupakan salah satu masalah sosial
yang cukup krusial di masyarakat saat ini. Beberapa Puskesmas di wilayah
Sleman Yogyakarta mencatat angka calon pengantin (caten) plus yang cukup
tinggi. Caten plus sendiri adalah calon pengantin yang tercatat positif hamil
sebelum menikah. Data yang dikumpulkan di beberapa Puskesmas tersebut
menunjukkan bahwa di Kabupaten Sleman, setiap tahun terjadi peningkatan
kasus pernikahan dini yang disebabkan karena sudah hamil terlebih dahulu.
Pada tahun 2010 jumlah pernikahan dini mencapai 48 pasangan. Kemudian
pada tahun 2011 meningkat menjadi 79 pasangan. Sedangkan pada tahun 2012
hingga akhir April sudah 19 pasangan yang dinikahkan dalam usia yang masih
muda. Pada tahun 2012, pernikahan dini terbanyak tercatat di Kecamatan
Godean dan Kalasan (Koran Tribun Jogja, 2012). Di Yogyakarta sendiri menurut
Data BKKBN tahun 2010 dari penelitian terhadap 1.160 mahasiswa, 37% di
antaranya mengalami kehamilan di luar nikah (Kertapati, 2011). Data yang
didapat Departement of Making Pregnancy Safer WHO (Manglaterra, Pendse,
McClure, & Rosen, 2008) menunjukkan setiap tahunnya 16 juta remaja di dunia
antara usia 15-19 tahun telah melahirkan, jumlah ini mewakili 11% dari seluruh
kelahiran di dunia.
Kehamilan pranikah pada akhirnya akan mengarah kepada konsekuensi
meneruskan kehamilan atau menghentikan kehamilan dengan cara aborsi baik
karena tekanan pihak lain maupun keinginan sendiri (Coleman, 2006). Kedua
pilihan tersebut memiliki korelasi yang cukup besar terhadap kesejahteraan
psikologis ibu selanjutnya. Menurut survey kasus aborsi di Indonesia sepanjang
2006 terdapat 2 juta kasus dan bertambah setiap tahunnya hingga pada tahun
Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
2008 tercatat 2,6 juta kasus aborsi. 700.000 pelaku aborsi di antaranya berusia di
bawah 20 tahun (www.ceria.bkkbn.go.id). Data dari BKKBN juga menunjukkan
estimasi terjadinya aborsi di Indonesia adalah 2,4 juta per tahun, dengan 800.000
di antaranya terjadi di kalangan remaja (Kertapati, 2010). Hasil studi
menunjukkan remaja yang memilih melakukan aborsi ditemukan berisiko
menghadapi masalah kecemasan, gangguan tidur, penyalahgunaan obat, (dalam
Coleman, 2006), depresi, perasaan bersalah, dan distres (Ely, Flaherty, &
Cuddeback, 2010). Di sisi lain mereka yang memutuskan meneruskan kehamilan
akan dihadapkan pada berbagai risiko, di antaranya stigma masyarakat,
kekerasan dari orangtua (Atuyambe et al., 2008) ; kesehatan ibu dan bayi,
depresi, distres (Ispa, 2007); kecemasan, masalah kepercayaan diri, tidak
mendapat dukungan keluarga dan stigma masyarakat (Kaye, 2008); putus
sekolah dan kemiskinan (Medoff, 2009); serta pernikahan dini dan
ketidakstabilan pernikahan (Wei, Chen, Su, & Williams, 2010). Berbagai risiko
tersebut tidak hanya dialami ibu remaja selama masa kehamilannya namun
dapat berakibat jangka panjang hingga pada anak hasil kehamilan pranikah
tersebut. Anak yang lahir dari ibu remaja berisiko lahir secara prematur dan
berisiko tinggi mengalami kematian (Wei, Chen, Su, & Williams, 2010).
Keputusan meneruskan kehamilan dan mengikatkan diri dalam
pernikahan juga belum menjadi jaminan munculnya penyesuaian diri yang baik
terhadap peran baru remaja sebagai orangtua. Hal ini dikarenakan kondisi yang
menyertai kehamilan dan pernikahan tersebut biasanya terjadi secara mendadak
tanpa perencanaan sebelumnya. Individu pada usia remaja memiliki tugas
perkembangan yang harus dipenuhi antara lain: menerima dan memahami peran
seks usia remaja, kemandirian emosional dan ekonomi, mengembangkan
perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa,
memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga,
serta mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat (Hurlock, 1973).
Tugas-tugas ini akan sulit dipenuhi ketika remaja di saat bersamaan harus
mengalami kehamilan di luar pernikahan karena belum siap secara emosi,
kognitif, dan finansial dalam memasuki peran barunya sebagai orangtua.
Karakteristik remaja yang self-oriented, ambivalensi antara ingin merdeka namun
membutuhkan orang lain, serta ketidakstabilan emosi juga dapat menjadi
Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/