Top Banner
Regionomic/Vol.2/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: proses/ e-ISSN : 2685-6840 37 PENGARUH PANDEMI VIRUS CORONA (COVID-19) TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG SAYUR DAN BUAH DI PASAR TRADISIONAL “PAJAK PAGI PASAR V” PADANG BULAN Robert Sinaga 1) Melfrianti Romauli Purba 2) 1) Dosen Universitas Quality 2) Mahasiswa Pascasarjana Universitas Prima Indonesia Email : [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pandemi Covid-19 terhadap pendapatan pedagang buah dan sayur di Pasar Tradisional “Pajak Pagi Pasar V” Padang Bulan Medan. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan data serta kondisi ataupun fenomena yang terjadi. Dari penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh hasil bahwa pedagang buah dan sayur tetap bertahan melakukan usahanya di pasar walaupun dalam masa pandemi dan jumlah pembeli serta pendapatan yang menurun hingga lebih dari 50%. Faktor yang mendukung para pedagang tetap melakukan usahanya adalah kesadaran untuk terus berjuang memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara itu faktor penghambatnya adalah berkurangnya jumlah pembeli, pendapatan yang semakin berkurang sampai lebih dari 50% dan kekahwatiran akan terpapar virus. Kata Kunci : Pendapatan, buah, sayur, pasar tradisional, Covid-19 Abstract The object of this research was to determine the pandemic Covid-19 impact on the income of fruits and vegetables traders in the Traditional Market “Pajak Pagi Pasar V Padang Bulan Medan. The research was conducted using qualitative descriptive analysis methods by describing and interpreting data as well as the conditions or phenomena. From the research that has been carried out, it had been obtained that the responden continue their business in the market during the pandemic, even the number of buyers and incomehad decrease more than 50%. Factor that made traders continue doing business was the awareness and struggle to meet the needs of daily life. Meanwhile the inhibitng factors are the reduction in the number of buyers, income that had been decreased about more than 50% and worries about being exposed to the virus. Key words : Income, fruits, vegetables, traditional market, Covid-19 PENDAHULUAN Pasar Tradisional dan Pandemi Covid-19 Pasar tradisional saat ini masih menjadi salah satu pusat kegiatan ekonomi penting bagi sebagian masyarakat Indonesia. Berbagai kendala dan perubahan yang terjadi telah meminggirkan pasar tradisional yang telah lama memiliki fungsi redistribusi produk-produk yang dihasilkan oleh masyarakat termasuk buah dan sayuran. Resiko dalam distribusi produk pertanian diakibatkan oleh adanya
12

PENGARUH PANDEMI VIRUS CORONA (COVID-19) …

Nov 29, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGARUH PANDEMI VIRUS CORONA (COVID-19) …

Regionomic/Vol.2/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: proses/ e-ISSN : 2685-6840

37

PENGARUH PANDEMI VIRUS CORONA (COVID-19)

TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG SAYUR DAN BUAH

DI PASAR TRADISIONAL “PAJAK PAGI PASAR V” PADANG

BULAN

Robert Sinaga1)

Melfrianti Romauli Purba2)

1)

Dosen Universitas Quality 2)

Mahasiswa Pascasarjana Universitas Prima Indonesia

Email : [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pandemi Covid-19 terhadap

pendapatan pedagang buah dan sayur di Pasar Tradisional “Pajak Pagi Pasar V” Padang

Bulan Medan. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode analisis deskriptif

kualitatif dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan data serta kondisi

ataupun fenomena yang terjadi. Dari penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh hasil

bahwa pedagang buah dan sayur tetap bertahan melakukan usahanya di pasar walaupun

dalam masa pandemi dan jumlah pembeli serta pendapatan yang menurun hingga lebih

dari 50%. Faktor yang mendukung para pedagang tetap melakukan usahanya adalah

kesadaran untuk terus berjuang memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara itu

faktor penghambatnya adalah berkurangnya jumlah pembeli, pendapatan yang semakin

berkurang sampai lebih dari 50% dan kekahwatiran akan terpapar virus.

Kata Kunci : Pendapatan, buah, sayur, pasar tradisional, Covid-19

Abstract

The object of this research was to determine the pandemic Covid-19 impact on the income

of fruits and vegetables traders in the Traditional Market “Pajak Pagi Pasar V Padang

Bulan Medan. The research was conducted using qualitative descriptive analysis methods

by describing and interpreting data as well as the conditions or phenomena. From the

research that has been carried out, it had been obtained that the responden continue their

business in the market during the pandemic, even the number of buyers and incomehad

decrease more than 50%. Factor that made traders continue doing business was the

awareness and struggle to meet the needs of daily life. Meanwhile the inhibitng factors

are the reduction in the number of buyers, income that had been decreased about more

than 50% and worries about being exposed to the virus.

Key words : Income, fruits, vegetables, traditional market, Covid-19

PENDAHULUAN

Pasar Tradisional dan Pandemi

Covid-19

Pasar tradisional saat ini masih

menjadi salah satu pusat kegiatan

ekonomi penting bagi sebagian

masyarakat Indonesia. Berbagai kendala

dan perubahan yang terjadi telah

meminggirkan pasar tradisional yang

telah lama memiliki fungsi redistribusi

produk-produk yang dihasilkan oleh

masyarakat termasuk buah dan sayuran.

Resiko dalam distribusi produk

pertanian diakibatkan oleh adanya

Page 2: PENGARUH PANDEMI VIRUS CORONA (COVID-19) …

Regionomic/Vol.2/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: proses/ e-ISSN : 2685-6840

38

ketergantungan aktivitas pertanian pada

alam, pengaruh buruk alam telah banyak

mempengaruhi total hasil panen

pertanian. Selain karena faktor alam

(cuaca), faktor harga jual juga menjadi

resiko yang sangat mempengaruhi

pendapatan pedagang yang pada

akhirnya akan mempengaruhi

keuntungan yang diterima. Keberanian

para pedagang untuk menerima resiko

sangat mempengaruhi keberlanjutan

usaha yang dilakukannya.

Ditengah wabah pandemi Covid-

19 yang sedang terjadi di Indonesia,

banyak dampak yang terjadi bagi

perekonomian masyarakat Indonesia,

terutama pedagang di pasar tradisional.

Semenjak beberapa daerah

memberlakukan pembatasan pergerakan

orang, kerumunan sampai ada yang

melakukan karantina parsial sehingga

banyak pedagang yang merugi karena

pembeli sangat jarang bahkan tak ada.

Beberapa pedagang masih mencari

peruntungan berjualan meski dengan

resiko ditertibkan. Hal itu, karena

kehidupan mereka sangat bergantung

kepada pendapatan harian.

Dampak pandemi Covid-19

terhadap masyarakat Sumatera Utara

sangat besar, dari beberapa masyarakat

yang kesulitan bahkan kehilangan mata

pencahariannya untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari, lumpuhnya

berbagai akses jalan raya di beberapa

kota di Sumatera Utara terutama di

Medan yang mengalami Zona Merah

(Kirana dkk, 2020).

Sementara pertumbuhan ekonomi

diperkirakan mengalami penurunan dari

5,4% menjadi 2,5%, dan bahkan bisa

menjadi minus 0,4%. Krisis akibat

Covid-19 saat ini terjadi secara simultan,

sehingga akibatnya sangat dirasakan

oleh kelompok rentan yang semakin

terpuruk, diantaranya kelompok usaha

yang membutuhkan keramaian massa,

kelompok pekerja harian lepas,

pedagang kaki lima, para buruh yang

terdampak PHK, petani dan masyarakat

miskin (Eddyono dan Suzanna, 2020).

Siklus aktivitas ekonomi masyarakat

sangat menurun secara drastis, maka

pemerintah harus mengambil kebijakan

strategis yang akseleratif dalam

menangani kesulitan ekonomi yang

menimpa masyarakat (Olaniyi, 2020).

Eksternalitas ekonomi dari Covid-

19 yang paling nyata terlihat saat ini

adalah fenomena banyaknya karyawan

yang dirumahkan, Pemutusan Hubungan

Kerja (PHK), dan berbagai perusahaan

yang mulai bangkrut. Berdasarkan data

Kementerian Ketenagakerjaan

(Kemnaker) tahun 2020, total pekerja

yang dirumahkan dan kena PHK selama

masa pandemi ini telah mencapai

1.943.916 orang dari 114.340

perusahaan. Situasi tersebut secara

otomatis berdampak pada aspek-aspek

lain, terutama kepada pekerja harian

lepas, pelaku UMKM, usaha rumah

makan, dan usaha-usaha masyarakat

yang bergantung pada keramaian massa.

Terciptta 5,2 juta pengangguran

baru dengan akumulasi para buruh yang

terdampak PHK beserta beberapa usaha-

usaha kecil masyarakat yang bangkrut

(gulung tikar). Situasi ini secara

otomatis pula mempengaruhi daya beli

masyarakat yang menurun secara

signifikan, dimana perputaran uang di

tengah masyarakat menjadi sangat

minim, pada saat yang sama produksi

barang pun sangat terbatas, sehingga

terjadi defisit perdagangan dalam siklus

perekonomian (Kurniawansyah dkk,

2020).

Poin utama dalam kebijakan

distribusi ini pertama ini adalah

diberikan bantuan tunai dan bantuan

bahan pokok, sambil melaksanakan

program kemitraan dengan berbagai

unsur usaha mikro dan makro

masyarakat, yaitu diberikannya insentif

pada UKKM, usaha-usaha rumahan

masyarakat dan pedagang- pedagang

kecil. Pemberian bantuan tersebut saat

ini adalah langkah yang paling konkrit

untuk menguatkan relasi antara

Page 3: PENGARUH PANDEMI VIRUS CORONA (COVID-19) …

Regionomic/Vol.2/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: proses/ e-ISSN : 2685-6840

39

pemerintah dengan masyarakat di tengah

pandemi Covid-19 ini.

Orientasi terhadap fleksibilitas

ekonomi di tengah pandemi Covid-19

ini bisa dilakukan manakala pemerintah

secara sistematis dan konsisten

melaksanaan tiga konsep kebijakan

strategis yaitu kebijakan alokasi,

kebijakan distribusi, dan kebijakan

stabilisasi. Tiga kebijakan tersebut harus

ditopang dengan formulasi dan strategi

kongkrit yang sesuai dengan kondisi

empirisnya.

Kunci dari penyehatan kembali

kondisi ekonomi nasional adalah

survival di tingkat individu dan entitas

usaha. Oleh karena itu negara harus

mengerahkan segenap upaya, termasuk

dengan memberikan stimulus, agar

rakyatnya tidak collaps semasa krisis,

tetap produktif dan memiliki

penghasilan memadai, serta bisnis dapat

terus berjalan. (Hardiwardoyo, 2020).

Usaha skala besar terdampak

dapat melakukan penghentian sementara

operasi saat Covid-19 melanda dan

kemudian mampu beroperasi kembali

saat keadaan telah normal karena

memiliki kapasitas permodalan dan

akses pembiayaan yang memadai.

Sebaliknya, banyak Usaha skala kecil

dan mikro (UKM) yang lebih retan tidak

mampu bangkit kembali beroperasi saat

keadaan telah normal kerena modalnya

terkikis untuk menutupi biaya hidup

keluarga (aliran pendapatannya macet

selama usaha berhenti beroperasi).

Program Pasar Sehat

Program ini bertujuan untuk

melindungi fungsi pasar tradisional.

Disamping bermanfaat untuk

menyediakan barang-barang kebutuhan

dasar bagi masyarakat, perlindungan

fungsi pasar tradisional juga bermanfaat

untuk menyelematkan aliran pendapatan

bagi produsen, pedagang, jasa

transportasi dan para pekerja yang

terlibat. Status sosial ekonomi dari

pelaku usaha dan pekerja yang terlibat

dalam kegiatan pasar tradisional adalah

kalangan menengah ke bawah.

Program pasar sehat adalah

menata dan melengkapi sarana

pendukung sesuai protokol pencegahan

dan pengendalian penyebaran Covid-19.

Rancangan penataan hendaknya

sederhana, tidak berbiaya mahal, dan

efektif bagi masyarakat pengguna.

Koordinasi rantai pasok ke pasar

tradisional untuk mengatasi berbagai

hambatan yang muncul dilaksanakan

sesuai catatan monitoring dan konsultasi

dengan pelaku kunci, seperti: petani

aneka tanaman, peternak, petani ikan,

nelayan, industri pengolahan, pemasok,

pedagang pengumpul, pedangan

pengecer, dan konsumen (Budastra,

2020).

Ditahun 2020, perekonomian

global tidak bisa diukur dengan hanya

sebatas lingkup ekonomi itu sendiri.

Virus Corona (Covid-19) menjadi bukti

bahwa virus yang mengganggu

kesehatan tersebut dapat menimbulkan

ketidakstabilan ekonomi pada suatu

negara bahkan dalam skala global

(Burhanuddin dan Abdi, 2020).

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis hubungan antara

sikap pedagang buah dan sayur

dalam masa pandemi terhadap daya

jual komoditi buah dan sayur.

2. Mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pendapatan

pedagang buah dan sayuran dalam

masa pandemi covid 19 .

3. Mengetahui faktor penghambat dan

pendukung yang menyebabkan

pedagang buah dan sayuran tetap

bertahan melakukan usahanya

dalam masa pandemi covid 19.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama

5 bulan yaitu bulan Maret sampai Juli

2020, dimulai dari persiapan sampai

Page 4: PENGARUH PANDEMI VIRUS CORONA (COVID-19) …

Regionomic/Vol.2/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: proses/ e-ISSN : 2685-6840

40

penyusunan proposal penelitian,

penyusunan kuesioner, wawncara ke

lapangan, penulisan laporan hasil

penelitian dan publikasi jurnal. Lokasi

penelitian adalah Pasar Tradisional

“Pajak Pagi Pasar V” Padang Bulan

Medan.

Metode Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh melalui

wawancara secara langsung dengan

responden berdasarkan daftar pertanyaan

yang telah disiapkan dalam bentuk

kuesioner. Wawancara dilakukan

dengan tetap melaksanakan protokol

kesehatan pertama yaitu memakai

masker dan menjaga jarak.

Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam

pengambilan sampel adalah simple

random sampling 15% dari jumlah

populasi yang ada. Jumlah populasi

yang diambil secara acak sebanyak 22

responden pedagang buah dan sayur di

Pasar Tradisional “Pajak Pagi Pasar V”

Padang Bulan. Jumlah responden dipilih

untuk mewakili seluruh populasi

(pedagang kios dalam los pasar).

Konsep Pengukuran Variabel

Adapun variabel-variabel yang

diamati dan diukur dalam penelitian ini

adalah karakteristik dari responden

seperti usia, tingkat pendidikan, jumlah

tanggungan dalam keluarga, jenis

komoditi, lama jam kerja, modal dan

pendapatan.

Metode Analisis Data

Data hasil penelitian disajikan

dalam betuk tabel dan grafik.

Berdasarkan permasalahan dan tujuan

yang ingin dicapai, maka analisis data

yang digunakan adalah secara deskriptif

kualitatif dengan cara mendeskripsikan

fenomena-fenomena yang terjadi yakni

dampak virus corona (Covid-19)

terhadap pendapatan responden.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Umur Responden

Tabel 1. Kelompok responden berdasarkan kelompok umur

No. Umur (tahun) Responden (orang) Persentase (%)

1 15-30 3 13,64

2 31-40 6 27,27

3 41-50 6 27,27

4 51-60 5 22,73

5 Lainnya 2 9,09

Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer, 2020 (diolah)

Pada umumnya, usia produktif

seseorang untuk dapat bekerja pada

bisnis sektor non-formal dengan tidak

mengutamakan latar belakang

pendidikan dimulai dari 15 tahun sampai

40 tahun. Hal ini dilihat dari tingkat

kegesitan dan kegigihan responden

dalam bekerja. Keragaman umur

responden dilihat dan dikaitkan dengan

keputusan responden dalam melakukan

pekerjaannya.

Tabel 1 menunjukkan ada

sebanyak 13,64% responden berusia 15

tahun sampai 30 tahun, 27,27%

responden berusia 31 tahun sampai 40

tahun, 27,27% responden berusia 41

tahun sampai 50 tahun,22,73%

responden berusia 51 tahun sampai 60

tahun dan 9,09% responden berusia

diatas 60 tahun. Data ini

memperlihatkan bahwa responden

didominasi oleh yang berusia 31 sampai

40 tahun dan jumlahnya sama dengan

responden yang berusia 41 sampai 50

tahun yang artinya sebagian besar

responden masuk dalam kategori usia

Page 5: PENGARUH PANDEMI VIRUS CORONA (COVID-19) …

Regionomic/Vol.2/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: proses/ e-ISSN : 2685-6840

41

produktif yang mendukung mereka

untuk melakukan kegiatan pemasaran

komoditi mereka.

2. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan

mempengaruhi cara berpikir dalam

analisis, cara pengambilan keputusan

serta cara bertindak. Khususnya dalam

hal kegiatan jual beli di pasar tradisional,

diperlukan kecerdasan dasar dalam hal

perhitungan dasar seperti penjumlahan

dan pengurangan, perkalian dan

pembagian, serta tingkat presisi dalam

penimbangan komoditi yang akan dijual.

Hal ini sangat dibutuhkan untuk

menyikapi strategi yang diambil oleh

pedagang dalam menjual komoditi yang

dimilikinya.

Tabel 2. Tingkat pendidikan responden No Pendidikan terakhir Responden (orang) Persentase (%)

1 Tidak sekolah 1 4,55

2 SD 0 0

3 SMP 2 9,09

4 SMA 17 77,27

5 Lainnya 2 9,09

Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer, 2020 (diolah)

Tabel 2 menunjukkan bahwa

tingkat pendidikan responden bervariasi.

Sebanyak 4,55% responden tidak

mengikuti sekolah formal, tidak ada

responden yang lulus SD, 9,09% lulus

SMP, 77,27% lulus SMA dan 9,09%

lainnya lulus dengan jenjang pendidikan

diatas SMA. Responden didominasi oleh

lulusan SMA sebanyak 17 orang. Hal ini

juga merupakan modal untuk bekerja

walaupun sektor jual beli di pasar

tradisional termasuk dalam kategori

sektor bisnis non-formal.

Tingkat pendidkan responden

dapat dikaitkan dengan tindakannya

dalam menganalisis dan mengambil

keputusan bagaimana cara untuk bisa

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

namun dengan tetap menjaga kesehatan

dalam masa pandemi Covid-19. Hal ini

sesuai dengan peryataan Hardiwardoyo

(2020) bahwa kunci dari penyehatan

kembali kondisi ekonomi nasional

adalah survival di tingkat individu dan

entitas usaha. Oleh karena itu negara

harus mengerahkan segenap upaya,

termasuk dengan memberikan stimulus,

agar rakyatnya tidak collaps semasa

krisis, tetap produktif dan memiliki

penghasilan memadai, serta bisnis dapat

terus berjalan.

3. Kuantitas Tanggungan Anggota

Keluarga Responden

Tabel 3. Jumlah tanggungan anggota keluarga

No Jumlah tanggungan (anak) Responden (Orang) Persentase (%)

1 0 3 13,64

2 1-3 6 27,27

3 4-6 11 50

4 7-10 2 9,09

5 Lainnya 0 0

Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer, 2020 (diolah)

Tabel 3 menunjukkan bahwa

responden yang tidak mempunyai

tanggungan berjumlah 3 orang

(13,64%), responden yang mempunyai 1

Page 6: PENGARUH PANDEMI VIRUS CORONA (COVID-19) …

Regionomic/Vol.2/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: proses/ e-ISSN : 2685-6840

42

sampai 3 tanggungan berjumlah 6 orang

(27,27%), responden yang mempunyai 4

sampai 6 tanggungan berjumlah 11

orang (50%), dan responden dengan

tanggungan 4 sampai 6 berjumlah 2

orang (9,09%). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa responden paling

banyak memiliki jumlah tanggungan 4

sampai 6 orang. Jumlah tanggungan

dalam keluarga menuntut para

responden untuk tetap melakukan

aktivitas menjual barang dagangannya

meskipun dalam masa pandemi Covid-

19.

4. Jenis Komoditi Yang Dijual

Pada umumnya masyarakat

Indonesia mengkategorikan gizi sehat

dengan konsumsi 4 sehat 5 sempurna.

Konsumsi sayur dan buah masuk dalam

peringkat 3 dan 4. Dan Pasar Tradisional

Pajak Pagi Pasar V Padang Bulan masih

menjual sayur dan buah untuk

pemenuhan kebutuhan konsumen.

Tabel 4. Jenis komoditi yang dijual

No Jenis komoditi Responden (orang) Persentase (%)

1 Sayur 15 68,18

2 Buah 7 31,82

3 Sayur dan Buah 0 0

4 Lainnya 0 0

Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer, 2020 (diolah)

Jenis sayuran yang dijual oleh

responden yaitu daun ubi, kacang

panjang, genjer, daun pepaya, sereh,

kentang, wortel, kangkung, bayam hijau,

terong, sawi, bangun-bangun, buncis,

jipang (labu siam), buncis, sawi pahit,

kacang merah, labu, pakis, sawi putih,

kol, tomat, brokoli, jagung muda,

kecombrang, rimbang, pare (peria),

bunga pepaya, bawang prei (bawang

daun), seledri, cabai merah, bawang

merah, bawang putih, dan labu kuning.

Sementara itu jenis buah yang dijual

responden adalah rambutan, ketimun,

salak, belimbing, alpukat, pisang, jeruk,

buah naga, terung belanda, mangga,

jambu biji, semangka, semangka kuning,

sirsak, melon dan markisa.

Tabel 4 menunjukkan bahwa ada

15 orang (68,18%) responden yang

menjual sayur-sayuran dan 7 orang

(31,82%) responden menjual buah-

buahan.

Skala usaha responden berada

pada skala kecil dan menengah dan

untuk memenuhi kebutuhan hidup, para

responden tetap memilih untuk terus

melanjutkan usaha menjual buah dan

sayur walaupun masa pandemi Covid-19

sudah lebih dari 5 bulan. Karena apabila

usaha berhenti maka akan sulit untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari

keluarga mereka. Hal ini sesuai dengan

literatur Hardiwardoyo (2020) bahwa

disamping ditentukan oleh jenis sektor,

dampak Covid-19 terhadap keberlanjutan

usaha juga ditentukan oleh skala usaha.

Usaha skala besar memiliki ketahanan

opersional yang lebih tinggi

dibandingkan dengan usaha skala kecil

dan mikro (UKM). Dengan kata lain,

UKM adalah lebih retan terhadap

dampak Covid-18, dibandingkan dengan

usaha skala besar. Banyak UKM

terdampak tidak mampu bangkit kembali

beroperasi saat keadaan telah normal

kerena modalnya terkikis untuk

menutupi biaya hidup keluarga (aliran

pendapatannya macet selama usaha

berhenti beroperasi).

5. Lama Waktu Bekerja Sebelum

dan Setelah Pandemi Covid-19

Lama waktu bekerja pekerja

bisnis sektor non-formal terkhususnya

para pedagang di pasar tradisional pada

umumnya mulai dari mempersiapkan

komoditi baik mengangkut barang

Page 7: PENGARUH PANDEMI VIRUS CORONA (COVID-19) …

Regionomic/Vol.2/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: proses/ e-ISSN : 2685-6840

43

dagangan dari rumah atau gudang,

mempersiapkannya di pasar, proses

berjualan dan sampai kembali pulang ke

rumah. Beberapa responden memiliki

waktu bekerja di pasar mulai dari pukul

3 pagi karena harus mengangkut barang

dagangan dari rumah dan

mempersiapkannya di pasar. Selain itu

para pembeli yang biasanya berbelanja di

pasar pagi merupakan konsumen yang

akan melanjutkan aktivitas sebelum jam

8 pagi sehingga harus sudah

mempersiapkan kebutuhan untuk sarapan

ataupun makan dalam satu hari sebelum

bekerja pada hari tersebut.

Sumber : Data Primer, 2020 (diolah)

Gambar 1. Grafik lama waktu bekerja sebelum dan sesudah pandemi Covid-19

Gambar 1 menunjukkan bahwa

lama waktu bekerja responden di pasar

selama 1 hari sebelum terjadinya

pandemi Covid-19 yaitu tidak ada

responden yang menghabiskan waktu

bekerja 2 sampai 3 jam, ada 1 reponden

yang bekerja selama 4 sampai 5 jam, ada

2 responden yang bekerja selama 6

sampai 7 jam, 16 responden yang

bekerja selama 8 sampai 9 jam dan 3

responden yang bekerja lebih dari 9 jam.

Sementara itu setelah terjadi pandemi

tetap tidak ada responden yang

menghabiskan waktu bekerja 2 sampai 3

jam, ada 1 reponden yang bekerja

selama 4 sampai 5 jam, ada 9 responden

yang bekerja selama 6 sampai 7 jam, 10

responden yang bekerja selama 8 sampai

9 jam dan 3 responden yang bekerja

lebih dari 9 jam.

Hasil penelitian menunjukkan

sebelum terjadi pandemi, dari 22

responden 16 diantaranya menghabiskan

waktu bekerja di pasar selama 8 sampai

9 jam. Sementara setelah pandemi covid

terjadi penurunan jumlah pembeli yang

datang ke pasar tradisional dan kegiatan

jual beli pun menjadi sepi. Namun

perubahan ini membuat responden ada

yang tetap mempertahankan jam

kerjanya namun ada juga yang memilih

untuk pulang lebih awal dan

melanjutkan kegiatan esok harinya.

Lama waktu bekerja responden memang

masih didominasi pada lama bekerja 8

sampai 9 jam namun terjadi penurunan

jumlah responden yang bekerja selama

waktu tersebut, ada beberapa responden

yang memilih untuk pulang lebih awal

karena sepi pembeli.

Pada umumnya responden tetap

memilih untuk bertahan melanjutkan

usahanya demi memnuhi kebutuhan

keluarga. Namun hal ini perlu

ditindaklanjuti dengan tetap mengikuti

protokol kesehatan dari pemerintah.

Agar tetap terwujud pasar yang sehat

terhindar dari wabah virus Corona. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Budastra

(2020) yang mengatakan program pasar

sehat adalah menata dan melengkapi

sarana pendukung sesuai protokol

pencegahan dan pengendalian

penyebaran Covid-19 di 32 pasar

0

5

10

15

20

2-3 4-5 6-7 8-9 10 ≥

Jumlah responden

(orang)

Lama waktu bekerja (jam)

Lama Waktu Bekerja Dalam 1 Hari

Sebelum Pandemi

Setelah Pandemi

Page 8: PENGARUH PANDEMI VIRUS CORONA (COVID-19) …

Regionomic/Vol.2/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: proses/ e-ISSN : 2685-6840

44

tradisional yang ada. Rancangan

penataan hendaknya sederhana, tidak

berbiaya mahal, dan efektif bagi

masyarakat pengguna. Koordinasi rantai

pasok ke pasar tradisional untuk

mengatasi berbagai hambatan yang

muncul dilaksanakan sesuai catatan

monitoring dan konsultasi dengan

pelaku kunci, seperti: petani aneka

tanaman, peternak, petani ikan, nelayan,

industri pengolahan, pemasok, pedagang

pengumpul, pedangan pengecer dan

konsumen.

6. Jumlah Modal Usaha Responden

Sumber : Data Primer, 2020 (diolah)

Gambar 2. Grafik jumlah modal sebelum dan sesudah pandemi Covid-19

Modal usaha responden

bervariasi antara Rp. 700.000 sampai Rp.

3.000.000. Usaha yang dilakukan

responden termasuk dalam usaha skala

kecil. Gambar 2 menunjukkan sebelum

terjadi pandemi Covid-19 ada 1

responden yang memiliki modal dibawah

Rp. 200.000 dan 21 orang lainnya

memiliki modal usaha lebih besar dari

Rp. 1.000.000. Sementara itu, setelah

terjadinya pandemi Covid-19 terjadi

penurunan modal usaha responden. Dari

Grafik dapat dilihat ada 1 responden

yang memiliki modal dibawah

Rp.200.000, ada 1 responden yang

memiliki modal Rp.300.000 sampai

dengan Rp. 400.000, sebanyak 3

responden yang memiliki modal

Rp.500.000 sampai dengan Rp.

1.000.000 dan 17 responden lainnya

memiliki modal usaha diatas

Rp.1.000.000.

Ada 2 responden yang tidak

berpengaruh pada penurunan modal

usaha dikarenakan komoditi sayuran

yang dijual berasal dari kebun sendiri

dan jumlah yang dibawa sama setiap

harinya. Untuk responden lainnya terjadi

penurunan modal usaha yang bervariasi

antara Rp. 300.000 sampai dengan Rp.

2.500.000. Gambar 3 menunjukkan

terjadi selisih modal usaha yakni terjadi

penurunan modal usaha setelah

terjadinya pandemi Covid-19. Untuk 2

orang responden pedagang sayur tidak

terjadi penurunan modal dikarenakan

komoditi yang dijual berasal dari kebun

sayur yang ditanam sendiri. Sebanyak 3

responden mengalami penurunan modal

21-30%, 6 responden mengalami

penurunan modal 31-40%, 8 responden

mengalami penurunan modal 41-50%

dan 3 orang responden mengalami

penurunan modal lebih besar dari 50%.

0

10

20

30

Jumlahresponden

(orang)

Jumlah modal (Rp)

Jumlah modal usaha

sebelum dan setelah pandemi covid-19

Sebelum PandemiSetelah Pandemi

Page 9: PENGARUH PANDEMI VIRUS CORONA (COVID-19) …

Regionomic/Vol.2/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: proses/ e-ISSN : 2685-6840

45

Sumber : Data Primer, 2020 (diolah)

Gambar 3. Grafik persentase penurunan modal usaha setelah pandemi Covid-19

Penurunan modal usaha paling

banyak terjadi pada responden yang

sebelum pandemi memiliki modal usaha

lebih dari Rp. 1.000.000 menjadi

dibawah Rp. 1.000.000. Hal ini

disebabkan karena terjadi penurunan

aktivitas transasksi jual beli di pasar

tradisional oleh karena sepi pengunjung.

Konsumen yang biasanya setiap hari

atau dua hari sekali berbelanja sayur dan

buah ke pasar pagi berkurang

intensitasnya untuk berbelanja.

Responden juga mengatakan bahwa

barang dagangan yang biasanya habis

terjual dalam 1 hari, namun setelah

terjadi pandemi barang dapat menumpuk

dan baru akan habis dalam 3 hari. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Kirana dkk

(2020) bahwa dampak pandemi Covid-

19 terhadap masyarakat Sumatera Utara

sangat besar, dari beberapa masyarakat

yang kesulitan bahkan kehilangan mata

pencahariannya untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari, lumpuhnya

berbagai akses jalan raya di beberapa

kota di Sumatera Utara terutama di

Medan yang mengalami Zona Merah.

Berkurangnya kegiatan transaksi

jual beli di pasar tradisional menuntut

pemerintah segera mengambil kebijakan

yang tegas demi membantu

perekonomian masyarakat. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Olaniyi (2020)

yang mengatakan gambaran

sederhananya adalah siklus aktivitas

ekonomi masyarakat sangat menurun

secara drastis, maka pemerintah harus

mengambil kebijakan strategis yang

akseleratif dalam menangani kesulitan

ekonomi yang menimpa masyarakat.

Kurniawansyah (2020) juga mengatakan

Poin utama dalam kebijakan distribusi

ini pertama ini adalah diberikan bantuan

tunai dan bantuan bahan pokok, sambil

melaksanakan program kemitraan

dengan berbagai unsur usaha mikro dan

makro masyarakat, yaitu diberikannya

insentif pada UKKM, usaha-usaha

rumahan masyarakat dan pedagang-

pedagang kecil. Pemberian bantuan

tersebut saat ini adalah langkah yang

paling konkrit untuk menguatkan relasi

antara pemerintah dengan masyarakat di

tengah pandemi Covid-19.

0123456789

< 10 11-20 21-30 31-40 41-50 > 50

Jumlah responden

(orang)

Persentase (%)

Persentase Penurunan Modal Usaha

Setelah Pandemi Covid-19

Page 10: PENGARUH PANDEMI VIRUS CORONA (COVID-19) …

Regionomic/Vol.2/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: proses/ e-ISSN : 2685-6840

46

Sumber : Data Primer, 2020 (diolah)

Gambar 4. Grafik pendapatan sebelum dan sesudah pandemi Covid-19

7. Pendapatan

Gambar 4 menunjukkan setelah

terjadi pandemi terjadi penurunan

pendapatan. Ada 1 responden yang

memiliki pendapatan dibawah

Rp.100.000, sebanyak 11 responden

memiliki pendapatan Rp.100.000 sampai

dengan Rp. 200.000, sebanyak 3

responden memiliki pendapatan

Rp.200.000 sampai dengan Rp. 300.000,

sebanyak 1 responden memiliki

pendapatan Rp.300.000 sampai dengan

Rp. 400.000 dan 5 responden lainnya

memiliki pendapatan lebih besar dari Rp.

400.000.

Hal-hal yang menyebabkan

terjadinya penuruna pendapatan

responden adalah berkurangnya jumlah

pembeli yang datang ke pasar tradisional

untuk berbelanja sayur dan buah. Pemicu

yang menyebabkan semakin

berkurangnya jumlah pembeli yakni

adanya peraturan pemerintah dengan

penerapan Pembatasan Sosial Berskala

Besar (PSBB) melalui Peraturan

Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020.

Disamping hal tersebut ada kekhawatiran

dari konsumen terkena dampak wabah

Virus Corona sebab dari data Gugus

Tugas Covid-19 Kota Medan per tanggal

24 Juli 2020 pada Kecamatan Medan

Baru untuk Kelurahan Padang Bulan

terdapat 12 orang ODP , 10 orang OTG,

17 orang suspek yang sudah selesai

diproses, 30 orang PDP yang telah

pulang dan 5 orang PDP yang masih

dirawat. Sementara itu untuk pasien yang

positif terkena Covid-19 terdapat 1 orang

yang meninggal, 12 orang yang sudah

sembuh dan 11 orang yang masih

dirawat.

Penyebab lainnya yang mungkin

juga menjadi alasan terjadinya

penurunan jumlah pengunjung yaitu daya

beli masyarakat yang semakin menurun

oleh karena pemberhentian karyawan

dari perusahaan atau sulitnya kondisi

perekonomian selama pandemi Covid-

19. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Kurniawansyah dkk (2020) yang

mengatakan eksternalitas ekonomi dari

Covid-19 yang paling nyata terlihat saat

ini adalah fenomena banyaknya

karyawan yang dirumahkan, Pemutusan

Hubungan Kerja (PHK) dan berbagai

perusahaan yang mulai bangkrut. Situasi

tersebut secara otomatis berdampak pada

aspek- aspek lain, terutama kepada

pekerja harian lepas, pelaku UMKM,

usaha rumah makan, dan usaha-usaha

masyarakat yang bergantung pada

keramaian massa. Situasi ini secara

otomatis pula mempengaruhi daya beli

02468

101214

Jumlahresponden

(orang)

Pendapatan (Rp)

Jumlah Pendapatan Sebelum dan Setelah Pandemi

Sebelum pandemi

Setelah pandemi

Page 11: PENGARUH PANDEMI VIRUS CORONA (COVID-19) …

Regionomic/Vol.2/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: proses/ e-ISSN : 2685-6840

47

masyarakat yang menurun secara

signifikan, dimana perputaran uang di

tengah masyarakat menjadi sangat

minim, pada saat yang sama produksi

barang pun sangat terbatas, sehingga

terjadi defisit perdagangan dalam siklus

perekonomian.

Penurunan pendapatan

responden bervariasi antara Rp. 50.000

sampai dengan Rp. 1.500.000.

Penurunan pendapatan paling kecil

terjadi pada responden dengan modal

usaha yang lebih sedikit. Sebanyak 4

responden mengalami penurunan

pendapatan dibawah Rp. 100.000,

sebanyak 5 responden mengalami

penurunan pendapatan Rp. 100.000

sampai Rp. 200.000, sebanyak 4

responden mengalami penurunan

pendapatan Rp. 400.000 sampai Rp.

500.000, sebanyak 3 responden

mengalami penurunan pendapatan Rp.

500.000 sampai Rp. 700.000, sebanyak

5 responden mengalami penurunan

pendapatan Rp. 700.000 sampai Rp.

1.000.000 dan 1 responden mengalami

penurunan pendapatan Rp. 1.500.000.

Sumber : Data Primer, 2020 (diolah)

Gambar 5. Grafik persentase penurunan pendapatan setelah pandemi Covid-19

Gambar 5 menunjukkan terjadi

selisih pendapatan yakni terjadi

penurunan pendapatan responden setelah

terjadinya pandemi Covid-19. Ada 2

responden mengalami penurunan

pendapatan lebih kecil dari 10%, ada 3

responden mengalami penurunan

pendapatan antara 21 sampai 30%, ada 5

mengalami penurunan pendapatan antara

31 sampai 40%, ada 3 mengalami

penurunan pendapatan antara 41 sampai

50%, sebanyak 8 responden mengalami

penurunan pendapatan antara 41 sampai

50% dan 3 responden lainnya mengalami

penurunan pendapatan lebih dari 50%.

Penurunan pendapatan para

pedagang sayur dan buah tentu

mempengaruhi kehidupan perekonomian

mereka. Dalam masa pandemi Covid-19

pendapatan semakin menurun bahkan

hingga lebih dari 50%. Hal ini tentunya

akan menginterupsi pegerakan ekonomi

akibat menurunnya transaksi jual beli di

pasar tradisional. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Eddyono dan Suzanna

(2020) yang mengatakan krisis akibat

Covid-19 saat ini terjadi secara simultan,

sehingga akibatnya sangat dirasakan

oleh kelompok rentan yang semakin

terpuruk, diantaranya kelompok usaha

yang membutuhkan keramaian massa,

kelompok pekerja harian lepas,

pedagang kaki lima, para buruh yang

terdampak PHK, petani dan masyarakat

miskin. Burhanuddin dan Abdi (2020)

juga mengatakan bahwa ditahun 2020,

perekonomian global tidak bisa diukur

dengan hanya sebatas lingkup ekonomi

itu sendiri. Virus Corona (Covid-19)

menjadi bukti bahwa virus yang

mengganggu kesehatan tersebut dapat

menimbulkan ketidakstabilan ekonomi

pada suatu negara bahkan dalam skala

global.

0

5

10

< 10 11-20 21-30 31-40 41-50 > 50

Jumlah responden

(orang)

Persentase (%)

Persentase Penurunan Pendapatan

Setelah Covid-19

Page 12: PENGARUH PANDEMI VIRUS CORONA (COVID-19) …

Regionomic/Vol.2/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: proses/ e-ISSN : 2685-6840

48

KESIMPULAN

1. Pedagang sayur dan buah memilih

untuk tetap bertahan melanjutkan

usahanya demi memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari

walaupun daya jual semakin

menurun akibat jumlah pembeli

yang semakin berkurang di masa

pandemi Covid-19.

2. Pendapatan pedagang sangat

dipengaruhi oleh kontinuitas

transaksi jual beli di pasar dan

jumlah pembeli yang datang ke

pasar setiap hari. Pada masa

pandemi covid-19 terjadi penurunan

pendapatan pedagang hingga lebih

dari 50%.

3. Faktor pendukung para pedagang

dalam melakukan usahanya adalah

kesadaran untuk terus berjuang

memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari dan faktor penghambatnya

adalah jumlah pembeli yang

semakin berkurang (sepi).

SARAN

Perlu ada perhatian dan

ketegasan dari pihak yang berwenang

untuk mewajibkan seluruh pedagang

mengikuti protokol kesehatan dari

pemerintah dengan selalu menggunakan

masker dalam melakukan aktivitas

ekonomi di Pasar Tradisional Pajak Pagi

Pasar V Padang Bulan demi mencegah

penyebaran wabah virus Corona.

DAFTAR PUSTAKA

Budastra, I.K. (2020). Dampak Sosial

Ekonomi Covid-19 dan Program

Potensial Untuk Penanganannya :

Studi Kasus di Kabupaten Lombok

Barat. Jurnal Agrimansion. Vol. 20

No.1 April 2020. 48-57

Budi, A., dan Anshari, I.N. 2020.

“Administration Distancing?”,

Pemerintah Daerah Dalam Pandemi

Covid-19. Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UGM: UGM Press.

Burhanuddin, C.I., Abdi, M.N. (2020).

Ancaman Krisis Ekonomi Global

dari Dampak Penyebaran Virus

Corona (Covid-19). Jurnal AkMen

STIE Nobel Indonesia. Vol. 17 No.

1 Maret 2020. 90-98.

Eddyono dan Suzanna. (2020). Pandemi

dan Yang Tersingkir: Menakar

Urgensi Kebijakan Inklusif

Penanganan Covid-19. Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM:

UGM Press.

Hardiwardoyo, W. (2020). Kerugian

Ekonomi Nasiona Akibat Pandemi

Covid-19. Journal of Business and

Enterpreunership. Vol. 2 No. 2

April 2020. 83-92.

Hentiani, T.L. (2011). Analisis Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi

Pendapatan Pedagang Informal di

Pasar Sentral Medan. Tesis.

Universitas Sumatera Utara.

Medan.

Kirana, J., Rajagukguk, K.P., Lubis,

E.L.S. (2020). Analisis Dampak

Covid-19 Pada Masyarakat

Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Prodi PGSD. Vol.1 No.

1 Juni 2020. 64-69.

Kurniawansyah, H., Amrullah, M.,

Salahuddin, Muslim, Sri

Nurhidayati. (2020). Konsep

Kebijakan Strategis dalam

Menangani Eksternalitas Ekonomi

Dari Covid-19 Pada Masyarakat

Rentan di Indonesia. Indonesian

Journal of Social Sciences and

Humanities, Vol. 1 No. 2. 130-139.

Olaniyi and Evans. (2020). Socio-

economic Impacts of Novel

Coronavirus: The policy solutions.

BizEcons Quarterly, Strides

Educational Foundation. Vol. 7. 3-

12.

Tim Kerja Kementerian Dalam Negeri.

(2020). Pedoman Umum

Mengahadapi Pandemi Covid-19

Bagi Pemerintah Daerah.

Kementerian dalam Negeri. Jakarta.