i PENGARUH MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR TERHADAP MINAT MENJADI GURU SEJARAH PADA MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN SEJARAH ANGKATAN 2013/2014 DAN 2014/2015 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh : Nifati Gulo NIM : 131314033 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Embed
PENGARUH MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR TERHADAP MINAT ...repository.usd.ac.id/12204/2/131314033_full.pdf · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada tidaknya pengaruh motivasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PENGARUH MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR TERHADAP
MINAT MENJADI GURU SEJARAH PADA MAHASISWA PRODI
PENDIDIKAN SEJARAH ANGKATAN 2013/2014 DAN 2014/2015
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh :
Nifati Gulo
NIM : 131314033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Dengan penuh kerendahan hati dan rasa syukur kepada Tuhan Yesus
Kristus. Kupersembahkan Skripsi ini kepada :
1. Kedua orang tua terkasih, ayah Aro’o Gulo dan ibu No’ibe Gulo yang selama
ini telah bekerja keras membiayai dan selalu mendukung dalam doa.
2. Pemerintah Kabupaten Nias Barat, yang telah memberikan kesempatan untuk
saya memperdalam ilmu di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak dan Ibu Gembala Sidang GKII (Gereja Kemenangan Iman Indonesia)
yang selalu memberikan dukungan untuk saya, baik berupa doa dan motivasi
yang membangun.
4. Saudara/i saya yang selalu memberi dukungan dan motivasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-
Nya.
(Mazmur 37 : 23)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGARUH MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR TERHADAP
MINAT MENJADI GURU SEJARAH PADA MAHASISWA PRODI
PENDIDIKAN SEJARAH ANGKATAN 2013/2014 DAN 2014/2015
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
Nifati Gulo
131314033
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada tidaknya pengaruh
motivasi terhadap minat menjadi guru sejarah, (2) ada tidaknya pengaruh prestasi
belajar terhadap minat menjadi guru sejarah, (3) ada tidaknya pengaruh secara
bersama antara motivasi dan prestasi belajar terhadap minat menjadi guru sejarah.
Metode penelitian ini adalah ex post facto. Sampel dalam penelitian ini
adalah mahasiswa prodi pendidikan sejarah angkatan 2013/2014 dan 2014/2015
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjumlah 89 orang. Dalam
penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling. Data
tentang motivasi dan minat menjadi guru sejarah dikumpulkan melalui kuesioner,
sedangkan data prestasi belajar diperoleh melalui dokumen dari Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK) mahasiswa. Teknik analisis data menggunakan analisis varians
dua jalan beda sel (Anava 2x2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh motivasi terhadap
minat menjadi guru sejarah pada mahasiswa dengan Fhit > Ftab (20,449 > 4,00);
(2) ada pengaruh prestasi belajar terhadap minat menjadi guru sejarah pada
mahasiswa dengan Fhit > Ftab (18,719 > 3,15); (3) ada pengaruh secara bersama
antara motivasi dan prestasi belajar terhadap minat menjadi guru sejarah pada
mahasiswa dengan Fhit > Ftab (26,25126 > 3,15).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT
OF HISTORY EDUCATION STUDENTS BATCH 2013/2014 AND
2014/2015 OF SANATA DHARMA UNIVERSITY TO THE INTEREST IN
BEING A HISTORY TEACHER
Nifati Gulo
131314033
This study aims to know: (1) whether there are or not any influences of
motivation to ward the interest in be coming a history teacher, (2) whether there
are or not any influences of learning achievement to ward the interest in be
coming a history teacher, (3) whether there are or not mutual influences between
motivation and learning achievement to ward the interest in be coming a history
teacher.
The method of this research is ex post facto. The sample used in this
research are 89 students of History Education batch 2013/2014 and 2014/2015 of
Sanata Dharma University Yogyakarta. In this research, sampling was done by
using Purposive Sampling. Data of motivation and interest in be coming a history
teacher were collected through questionnaires, while data of learning achievement
was obtained through documents from Student's Grade Point Average (GPA).
Data were analyzed by using variance analysis of two different cell paths (Anava
2x2).
The result of the research shows that: (1) there is an influence of
motivation to ward the interest in be coming a history teacher to students with
Fcount> Ftable (20,449 > 4,00); (2) there is an influence of learning achievement
to ward the interest in be coming a history teacher to students with Fcount> Ftable
(18,719 > 3,15); (3) there is a mutual influence between motivation and learning
achievement to ward the interest in be coming a history teacher to students with
Fcount> Ftable (26,25126 > 3,15).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Terlebih dahulu penulis ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa, atas rahmat dan berkat yang telah diberikan-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Motivasi dan Prestasi
Belajar terhadap Minat Menjadi Guru Sejarah Pada Mahasiswa Prodi Pendidikan
Sejarah Angkatan 2013/2014 dan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar sarjana (S1) di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di
Program Studi Pendidikan Sejarah.
3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd. Selaku dosen pembimbing I yang dengan
sabar memberi arahan dan bimbingan serta motivasi yang sangat berharga
bagi penulis.
4. Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah
memberikan banyak motivasi dan arahan yang sangat membangun bagi
penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang
telah memberikan dukungan, bimbingan, dan arahan selama penulis
menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
6. Keluarga besar saya yang selalu ada sehingga penulis termotivasi dalam
mengikuti perkuliahan selama kurang lebih 4 tahun lamanya di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
7. Sahabat saya Gregorius Fallo dan Vinsensia Yuniar Gulo yang selalu
memberi dukungan untuk saya.
8. Teman-teman seperjuangan beasiswa angkatan 2013 dari Nias Barat.
9. Teman-teman Prodi Pendidikan Sejarah angkatan 2013 yang telah
memberikan banyak kenangan bagi penulis selama berdinamika di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.
keterampilan. Dalam proses mendidik, diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan
tertentu yaitu tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan ini bisa menyangkut kepentingan
peserta didik sendiri, kepentingan-kepentingan masyarakat dan tuntutan lapangan
pekerjaan atau ketiga-tiganya peserta didik, masyarakat dan pekerjaan sekaligus.
Proses pendidikan terarah pada peningkatan penguasaan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka
pembentukan dan pengembangan diri peserta didik. Pengembangan diri ini
dibutuhkan, untuk menghadapi tugas-tugas dalam kehidupannya sebagai pribadi,
sebagai siswa, karyawan, profesional maupun sebagai warga masyarakat.2
Sebagaimana pengertiannya, pendidikan adalah proses untuk memberikan
manusia berbagai macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri, karenanya
pendidikan berkaitan dengan bagaimana manusia dipandang. Dalam hal ini,
pandangan ilmiah tentang manusia memiliki implikasi terhadap pendidikan.
Implikasi pendidikan ini pada dasarnya membuktikan bahwa manusia dan
pendidikan tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan hal tersebut R.S. Peters dalam
bukunya The Philosophy of Education menandaskan bahwa pada hakikatnya
pendidikan tidak mengenal akhir karena kualitas kehidupan manusia terus
meningkat, dan juga pendidikan telah ada seiring dengan lahirnya peradaban
manusia.3 Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-
2 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya,
2009, hlm. 4 3 Nurani Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan dari Tradisional, (NEO) Liberal, Marxis-Sosialis,
hingga Postmodern, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2015, hlm. 21-22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
metode tertentu sehingga seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.4
Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan
proses mendidik, membina, mengendalikan, mengawasi, mempengaruhi dan
mentransmisikan ilmu pengetahuan yang dilaksanakan oleh para pendidik kepada
anak didik untuk membebaskan kebodohan, meningkatkan pengetahuan dan
membentuk kepribadian yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-
hari.5
Pendidikan dalam proses pelaksanaanya memiliki tujuan yang tertulis pada
Undang-Undang Republik Indonesia (UURI) Nomor 20 Tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan Nasional yakni berupaya untuk dapat mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan
pendidikan ini juga yang nantinya berpotensi menciptakan peserta didik menjadi
tenaga pendidik yang profesional. Pendidik yang profesional yang dimaksudkan
disini adalah guru yang memiliki kepribadian penghayatan nilai-nilai kehidupan
(values), motivasi kerja, dan sifat serta sikap yang berwibawa. Dari serangkaian
kepribadian guru diatas, maka tidak menutup kemungkinan bahwa peserta didik
yang memiliki minat menjadi guru adalah pribadi yang harus memiliki
kepribadian profesional seperti yang diutarakan diatas.6
4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1995, hlm. 10 5 Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, Bandung, Pustaka Setia, 2011, hlm. 22 6 Made Pidarta, Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, Jakarta,
Rineka Cipta, 2014, hlm. 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Berbagai macam faktor yang menjadi penyebab kesulitan siswa dalam
bidang belajar terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup
faktor fisiologi, dan faktor psikologi, sedangkan faktor eksternal terbagi menjadi
faktor-faktor non sosial dan faktor-faktor sosial. Dalam hal tersebut faktor internal
yang sering kali menjadi faktor terbesar sebagai salah satu faktor penghambat
siswa dalam mencapai prestasi belajar. Faktor internal dikatakan sebagai faktor
terbesar sebagai penghambat siswa dalam mencapai prestasi belajar, karena faktor
internal merupakan faktor yang ada di dalam diri seorang siswa. Siswa yang
cenderung tidak memiliki motivasi, minat, bakat, dan inteligensi yang tinggi
dalam bidang belajar akan mempengaruhi prestasi belajar yang mereka dapatkan.
Begitu sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi, minat, bakat, dan inteligensi
yang tinggi pasti memiliki prestasi yang lebih baik dari pada teman sebayanya.7
Fokus penelitian ini yaitu minat seorang mahasiswa untuk menjadi guru
sejarah. Pada umumnya tidak dapat dipungkiri masih terdapat mahasiswa
pendidikan sejarah yang hampir bahkan sudah lulus tidak memiliki minat untuk
menjadi seorang guru sejarah. Hal ini bisa jadi dipengaruhi oleh paksaan dari
orang tua yang menghendaki mahasiswa untuk menjadi seorang guru yang tidak
sesuai dengan bidang yang mereka inginkan, selain itu ketidaksiapan mahasiswa
untuk menjadi seorang pendidik yang menurunkan daya minat mahasiswa tersebut
untuk menjadi seorang guru.
Sesuai kebenarannya, menjadi seorang guru diharapkan lahir dalam diri
seseorang bukan karena paksaan akan tetapi lebih pada kemauan diri sendiri yang
7 H. Abu Ahmadi, dkk, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 1991, hlm. 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
didorong oleh minat. Dalam penelitian ini, beberapa faktor yang dianggap peneliti
memiliki peran besar sebagai pendorong mahasiswa untuk menumbuhkan minat
menjadi seorang guru salah satunya yaitu faktor motivasi yang merupakan suatu
energi dalam diri manusia yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu
dengan tujuan tertentu. Selain itu juga motivasi adalah segala sesuatu yang dapat
mendorong peserta didik atau individu untuk belajar. Tanpa adanya motivasi
belajar, seorang peserta didik tidak akan belajar dan akhirnya tidak akan mencapai
keberhasilan dalam belajar. Motivasi mempengaruhi tingkat keberhasilan dan
kegagalan belajar, dan pada umumnya belajar tanpa motivasi akan sulit untuk
berhasil.8
Selain itu faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa untuk menjadi
seorang guru sejarah yaitu faktor prestasi belajar. Faktor prestasi belajar
merupakan hasil yang ditunjukkan peserta didik setelah melakukan proses belajar
mengajar. Prestasi belajar biasanya ditunjukkan dengan angka dan nilai sebagai
laporan hasil belajar peserta didik kepada orang tua.9 Berdasarkan hal tersebut
tentunya akan sangat membantu mengetahui seberapa besar pengaruhnya kedua
faktor tersebut dalam menumbuhkan minat menjadi guru.
Minat menjadi guru haruslah diketahui oleh diri sendiri, selain sebagai
modal, minat ini nantinya akan mendorong tercapainya dan terlaksananya cita-cita
menjadi seorang guru. Berdasarkan pengertiannya minat diartikan sebagai suatu
kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi
yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya
8 Ridwan Abudullah Sani, Inovasi Pembelajaran, Jakarta, Bumi Aksara, 2013, hlm. 49-50 9 Winkel W.S., op.cit., hlm. 162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan
membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan
dengan kepentingannya sendiri.10
Menjadi seorang guru memiliki tanggung jawab dan proses tersendiri.
Proses ini tujuannya membentuk kepribadian calon guru yang lebih profesional
dalam bidangnya. Memiliki minat menjadi guru, haruslah diketahui bahwa
kedudukan guru sebagai pendidik dan pembimbing tidak bisa dilepaskan dari guru
sebagai pribadi. Kepribadian guru sangat mempengaruhi perannya sebagai
pendidik dan pembimbing. Mendidik dan membimbing tidak hanya terjadi dalam
interaksi formal, tetapi juga interaksi informal, tidak diajarkan tetapi juga
ditularkan. Pribadi guru merupakan satu kesatuan antara sifat-sifat pribadinya, dan
perannya sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing.
Guru adalah manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu.
Kepribadian guru, seperti halnya kepribadian individu pada umumnya terdiri atas
aspek jasmaniah, intelektual, sosial, emosional dan moral. Seluruh aspek
kepribadian tersebut terintegrasi membentuk satu kesatuan yang utuh, yang
memiliki ciri-ciri yang khas. Integritas dan kekhasan ciri-ciri individu terbentuk
sepanjang perkembangan hidupnya, yang merupakan hasil perpaduan dari ciri-ciri
dan kemampuan bawaan dengan perolehan dari lingkungan dan pengalaman
hidupnya. Guru pada umumnya adalah profesi. Sebelum ia bekerja menjadi guru,
terlebih dahulu dididik dalam suatu lembaga pendidikan keguruan. Dalam
lembaga pendidikan tersebut, ia bukan hanya belajar ilmu pengetahuan atau
10 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Pedoman Bagi Guru dan Calon
Guru,Jakarta, CV. Rajawali, 1986, hlm. 75-76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
bidang studi yang akan diajarkan, ilmu dan metode mengajar, tetapi juga dibina
agar memiliki kepribadian sebagai guru.11
Dengan demikian, apabila pendidikan dianggap sebagai sarana untuk
mewujudkan cita-cita nasional, maka sejarah berperan penting untuk
mewujudkan tujuan pendidikan tersebut. Pendidikan sejarah menjadi penting
karena didalamnya termuat proses pewarisan nilai yaitu, nilai-nilai yang
berkembang pada generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya.12
Pendidikan Sejarah adalah salah satu Program Studi tertua di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang berusaha mencetak guru-guru sejarah
profesional. Hal ini tidak mengherankan, karena alumninya telah tersebar di
seluruh pelosok tanah air dan menangani berbagai bidang pekerjaan, terutama
bidang pendidikan. Selain itu juga berdasarkan laporan dari lapangan dimana
alumni bekerja, terbukti lulusan Program Studi Pendidikan Sejarah merupakan
pendidik yang profesional dan handal.
Sebagaimana dari hasil pencapaian tersebut, Program Studi Pendidikan
Sejarah terus berusaha untuk mencetak guru-guru sejarah yang profesional, dapat
kita lihat berdasarkan visi dan misi USD dan FKIP. Dalam hal ini, visi Program
Studi Pendidikan Sejarah yaitu pada tahun 2028 Program Studi Pendidikan
Sejarah menjadi program studi unggulan dalam menghasilkan calon guru sejarah
yang berkarakter, cerdas, humanis, bermartabat, dan profesional untuk
mencerdaskan masyarakat. Sedangkan salah satu misi Program Studi Pendidikan
Sejarah yaitu menyelenggarakan pendidikan calon guru sejarah dengan paradigma
11 Nana Syaodih Sukmadinata.,op.cit, hlm. 251-253 12 I Gede Widja, Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta Metode Pengajaran Sejarah, Jakarta,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989, hlm. 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
pedagogi Ignasian/ reflektif yang mengintegrasikan pengalaman, refleksi,
tindakan, dan evaluasi dalam suasana dialogis.13
Berangkat dari visi dan misi tersebut, setiap mahasiswa yang akan menjadi
calon pendidik haruslah memiliki kesadaran akan pentingnya profesi guru. Dari
kesadaran tersebut maka calon pendidik bisa semakin mencintai dan menikmati
setiap proses yang akan dilalui dalam mencapai tujuan akhir sebagai seorang
pendidik, dan sebaliknya calon pendidik yang tidak punya kesadaran akan
pentingya profesi guru, tidak akan pernah menemukan manfaat bahkan tidak
dapat menikmati makna menjadi guru yang sebenarnya.
Berdasarkan uraian di atas, ditemukan banyak masalah terkait minat
menjadi guru khususnya guru sejarah. Penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana
pengaruh motivasi dan prestasi belajar terhadap minat menjadi guru sejarah. Maka
penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Motivasi dan Prestasi Belajar terhadap
Minat menjadi Guru Sejarah pada mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah angkatan
2013/2014 dan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, agar penelitian ini tidak menjadi
luas maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh motivasi terhadap minat menjadi guru sejarah pada
mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah Angkatan 2013-2014?
13 Pendidikan Sejarah, Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Sejarah, Yogyakarta,
Universitas Sanata Dharma, 2010, hlm. 2-3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2. Apakah ada pengaruh prestasi belajar terhadap minat menjadi guru sejarah
pada mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah Angkatan 2013-2014?
3. Apakah ada pengaruh secara bersama antara motivasi dan prestasi belajar
terhadap minat menjadi guru sejarah pada mahasiswa Prodi Pendidikan
Sejarah Angkatan 2013-2014?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui sejauh mana pengaruh motivasi terhadap minat menjadi guru
sejarah pada mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah Angkatan 2013-2014.
2. Mengetahui sejauh mana pengaruh prestasi belajar terhadap minat menjadi
guru sejarah pada mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah Angkatan 2013-
2014.
3. Mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama antara motivasi dan
prestasi belajar terhadap minat menjadi guru sejarah pada mahasiswa Prodi
Pendidikan Sejarah Angkatan 2013-2014.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi:
1. Universitas Sanata Dharma khususnya Prodi Pendidikan Sejarah
Sebagai Universitas yang cerdas dan humanis, penelitian ini dapat
membantu civitas akademika untuk lebih mengenal apa saja faktor
pendorong bertumbuhnya minat menjadi guru sejarah. Selain itu juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber referensi baik dalam
penulisan skripsi bagi mahasiswa selanjutnya.
2. Orang Tua Mahasiswa
Membantu para orang tua mengetahui lebih dalam faktor pendorong
bertumbuhnya minat menjadi guru sejarah terhadap putra/ putrinya,
sehingga dapat mengetahui hal-hal apa saja yang diperlukan dalam
mewujudkan cita-cita tersebut.
3. Mahasiswa
1) Bagi mahasiswa program studi Pendidikan Sejarah khususnya
angkatan 2013-2014, membantu mengetahui faktor pendorong
bertumbuhnya minat menjadi guru sejarah.
2) Selain itu, penelitian ini dapat menjadi acuan atau sumber referensi
dalam penulisan karya ilmiah bagi mahasiswa kedepannya.
4. Peneliti
Penelitian ini diharapkan:
1) Membantu peneliti untuk menulis karya ilmiah yang baik.
2) Peneliti dapat mengetahui secara mendalam tentang pengaruh
motivasi dan prestasi belajar terhadap minat menjadi guru sejarah
pada mahasiswa prodi pendidikan sejarah angkatan 2013-2014
universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1) Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut
bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat
diinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau
pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Motivasi adalah
dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini
berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang
sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang
didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang
mendasarinya.
Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat
melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau
melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Selain itu, motivasi juga dapat
diartikan sebagai proses untuk mencoba memengaruhi orang atau orang-orang
yang dipimpinnya agar melakukan pekerjaan yang diinginkan sesuai dengan
tujuan tertentu yang ditetapkan terlebih dulu.14
14
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang Pendidikan, Jakarta,
Bumi Aksara, 2007, hlm. 1-3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Selain sebagai dorongan dalam diri individu, motivasi adalah sebuah
konsep yang digunakan untuk menjelaskan inisiasi, arah dan intensitas perilaku
individu. Dalam hal ini, motivasi sering dipandang sebagai faktor yang cukup
dominan di luar inteligensi dan bakat. Adapun beberapa teori motivasi menurut
para ahli:
1) Hellriegel dan Slocum menyatakan bahwa motivasi merupakan
kekuatan yang mendorong melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan,
kekuatan ini dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan,
seperti keinginan yang hendak dipenuhi, tingkah laku, tujuan dan
umpan balik.
2) Petri menggambarkan motivasi sebagai kekuatan yang bertindak pada
organisme yang mendorong dan mengarahkan perilaku. Konsep
motivasi juga digunakan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan
dalam intensitas perilaku.
3) Hamalik mengatakan bahwa motivasi adalah sesuatu perubahan energi
di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif
(perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.
4) Enggen dan Kauckhak mendefinisikan motivasi sebagai kekuatan yang
memberi energi, menjaga kelangsungannya, dan mengarahkan perilaku
terhadap tujuan. Jadi, motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah
energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain motivasi adalah kondisi
psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.15
b. Ciri-ciri Motivasi Belajar
Lahirnya motivasi yang tinggi dalam belajar akan menunjukkan hasil yang
maksimal. Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun terutama didasari adanya
motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat memiliki prestasi yang baik.
Dalam kegiatan belajar, motivasi yang ada pada setiap orang berbeda-beda.
Seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi memiliki ciri-ciri motivasi sebagai
elektronik dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti gerakan
shalat dan tata cara ibadah haji.
3) Belajar sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-
masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut.
Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga,
masalah persahabatan, masalah kelompok dan masalah-masalah lain
yang bersifat kemasyarakatan.
Selain itu, belajar sosial juga bertujuan untuk mengatur dorongan
nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada
orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya secara
berimbang dan proposional. Bidang-bidang studi yang termasuk bahan
belajar sosial antara lain pelajaran agama dan PPKn.
4) Belajar pemecah masalah
Belajar pemecah masalah pada dasarnya adalah belajar
menggunakan metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis,
teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan
kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas
dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-
konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta insight amat diperlukan.
Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana
belajar pemecahan masalah. Untuk keperluan ini, guru sangat
dianjurkan menggunakan model dan strategi mengajar yang
berorientasi pada cara pemecahan masalah.
5) Belajar rasional
Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan
berpikir secara logis dan sistematis. Tujuannya ialah untuk
memperoleh berbagai kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar
pemecahan masalah. Bidang-bidang studi yang dapat digunakan
sebagai sarana belajar rasional sama dengan belajar pemecahan
masalah. Bedanya, belajar rasional tidak memberi tekanan khusus
penggunaannya pada bidang eksakta. Artinya, bidang-bidang studi non
eksakta pun dapat memberi efek yang sama dengan bidang studi
eksakta dalam belajar rasional.
6) Belajar kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan
baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar
kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan dan pengalaman
khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar
siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang
lebih tepat dan positif dalam arti selaras secara kontekstual, serta
selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku.
Belajar kebiasaan akan lebih tepat dilaksanakan dalam konteks
pendidikan keluarga. Namun demikian, tentu tidak tertutup
kemungkinan penggunaan pelajaran agama sebagai sarana belajar
kebiasaan bagi para siswa.
7) Belajar apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti penting
atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan
mengembangkan kecakapan ranah afektif yang dalam hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu,
misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik dan sebagainya. Bentuk
belajar ini biasanya diterapkan dalam bidang studi bahasa dan sastra,
kerajinan tangan, kesenian dan menggambar, juga seni baca Alqur’an.
8) Belajar pengetahuan
Belajar pengetahuan ialah belajar dengan cara melakukan
penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu.
Tujuannya adalah agar siswa memeroleh atau menambah informasi
dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih
rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya
dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.23
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar
Berbagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, baik dari
dalam diri (internal) maupun dari luar diri (eksternal) individu. Di dalam bukunya
yang berjudul “Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi” Slameto
mengklarifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.
Berikut ini yang tergolong faktor internal yaitu :
1) Faktor jasmaniah
Baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, misalnya faktor
kesehatan, dan cacat tubuh.
2) Faktor psikologis
Dalam faktor psikologis terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi
belajar yaitu inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan
dan kelelahan.
23 Nyayu Khodijah, op.cit, hlm. 53-56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
3) Faktor kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan
jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani
terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan cenderung untuk
membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dari
kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu hilang.
Sedangkan yang tergolong faktor eksternal dibagi menjadi tiga faktor, yaitu:
1) Faktor keluarga
Yang termasuk dalam faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik
dalam hal ini mendorong terbentuknya kepribadian yang dewasa serta
memiliki nilai-nilai karakter yang baik. Selain itu seorang anak juga
membutuhkan relasi antara anggota keluarga yang pada intinya
menyangkut suasana rumah.
2) Faktor sekolah
Yang termasuk dalam faktor sekolah yaitu metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
3) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
belajar mahasiswa, pengaruh itu terjadi karena keberadaan mahasiswa
di dalam masyarakat. Dalam faktor masyarakat ini dibagi menjadi
empat golongan yaitu kegiatan mahasiswa dalam masyarakat, media
massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.24
24 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Jakarta, Rineka Cipta, 2010, hlm. 54.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
d. Prestasi Belajar
“Menurut Dimyati dan Mudjiono prestasi belajar ialah hasil yang
ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan
nilai tes yang diberikan guru, pernyataan tersebut juga sejalan dengan pendapat
Winkel bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot
yang dicapainya”.25
Prestasi belajar digunakan untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa yang diperoleh selama proses belajar. Prestasi belajar
merupakan hasil perubahan kemampuan siswa, yang meliputi kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik.26
Selain itu, prestasi belajar selalu berhubungan erat dengan evaluasi atau
penilaian. Penilaian proses belajar adalah usaha guru untuk memberikan penilaian
terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di dalam lembaga pendidikan.
Sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang ditunjukkan dengan
nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. dalam pelaksanaannya
diwujudkan dalam bentuk simbol atau menyatakan nilai. Nilai tersebut dalam
bentuk angka maupun huruf, tergantung guru yang bersangkutan.27
25 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta, 2002, hlm. 36 26 Sunaryono, Evaluasi Hasil Belajar, Jakarta, Depdikbud, 1983, hlm. 10-13 27 Hasan, S.H, Informasi Kurikulum 2013, Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013, hlm.
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
3. Minat menjadi Guru Sejarah
a. Pengertian Minat
Menurut pengertian yang bersifat umum, yang dimaksud dengan minat
adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu
situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya
(satisfiers). Demikian minat dapat menimbulkan sikap yang merupakan suatu
kesiapan berbuat bila ada stimulasi khusus sesuai dengan keadaan tersebut.
Menurut Carl Safran (1985), minat adalah perasaan yang positif terhadap
suatu aktivitas, orang, pengalaman, atau benda. 28
Sedangkan menurut Sadriman,
minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-
ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan
atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang
sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu
mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. 29
Menurut Slameto, minat adalah suatu rasa lebih suka dan ketertarikan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Suatu minat dapat
diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik
lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan
melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik memiliki minat terhadap
subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
subjek tersebut. 30
28 Dewa Ketut, Bimbingan Dan Konseling, Jakarta, Bina Aksara, 1988, hlm. 61-62. 29 Sardiman A.M, op.cit, hlm. 76. 30 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2011, hlm. 191.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Dengan demikian, dari beberapa pengertian minat di atas dapat
disimpulkan bahwa minat belajar merupakan suatu bentuk kesenangan, keaktifan,
partisipasi, dan kesadaran seseorang terhadap suatu bidang yang berkaitan dengan
kegiatan belajar, yang berpengaruh terhadap hasil atau prestasi belajar.
b. Guru Sejarah
Dalam dunia pendidikan, guru merupakan salah satu unsur utama pada
proses pendidikan, terutama di tingkat institusional dan instruksional. Posisi guru
dalam pelaksanaan pendidikan berada pada garis terdepan dalam menjamin proses
pembelajaran berkualitas. Keberadaan guru dan kesiapannya menjalankan tugas
sebagai pendidik sangat menentukan bagi terselenggaranya suatu proses
pendidikan. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
formal. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional dimaksudkan agar berfungsi
untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran sehingga
diharapkan meningkatkan mutu pendidikan nasional secara umum.31
Dalam
pembelajaran sejarah, Wiriaatmadja (1992) menyatakan bahwa variabel guru
merupakan faktor yang penting bagi keberhasilan pembelajaran sejarah. Guru
sejarah yang tidak memiliki kinerja baik seperti tidak mampu mengaktifkan
siswanya menyebabkan pembelajaran sejarah kurang berhasil untuk penghayatan
nilai-nilai secara mendalam. Hal serupa disampaikan oleh Taufik Abdulah dalam
Supardan (2001), bahwa pada umumnya guru sejarah belum menunjukkan kinerja
31
Iskandar Agung, dkk, Mengembangkan Profesionalitas Guru “Upaya Meningkatkan
Kompetensi dan Profesionalisme Kinerja Guru”, Jakarta, Bee Media Pustaka, 2014, hlm. 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
yang baik, terbukti dengan masih banyaknya guru sejarah SMA yang dalam
proses pembelajarannya masih suka menyampaikan “tumpukan” informasi
tentang nama-nama tokoh, tanggal suatu peristiwa dan isi perjanjian sebanyak
mungkin, bukan bagaimana semua itu diartikan bagi peserta didiknya. Tentunya
dalam konsepsi ini sebenarnya kualitas pembelajaran sejarah sebagaimana
disampaikan oleh Helius Sjamsuddin (2005) salah satunya harus didukung oleh
kinerja guru yang menuntut banyak pikiran, tenaga, dan waktu bagi guru untuk
persiapan, pelaksanaan, dan sampai kepada evaluasinya.
Mengacu pada beberapa konsepsi di atas, maka dapat dikemukakan bahwa
kinerja guru adalah faktor penting dalam mewujudkan kualitas pembelajaran. Ini
berarti bahwa jika guru memiliki kinerja yang baik, maka akan mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran, begitu juga sebaliknya. Konsekuensinya
adalah ketika kualitas pembelajaran meningkat, maka hasil belajar siswa juga
akan meningkat. Guru yang memiliki kinerja yang baik, akan mampu
menyampaikan pelajaran dengan baik dan bermakna, mampu memotivasi peserta
didik, terampil dalam memanfaatkan media, mampu membimbing dan
mengarahkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa akan memiliki semangat
dalam belajar, senang dalam proses pembelajaran, dan merasa mudah memahami
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. menurut Mulyasa (2005), paling
kurang ada 19 persen guru dalam kegiatan pendidikan yakni peran guru sebagai:
pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu model dan
dan sebagai kulminator. Untuk menunjang tugasnya tersebut, guru harus memiliki
kompetensi yang memadai. Mulyasa mengidentifikasi kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru yakni kemampuan dasar (kepribadian), kemampuan umum
(kemampuan mengajar), dan kemampuan khusus (pengembangan keterampilan
mengajar). Kemampuan dasar meliputi: 1) menguasai ilmu pendidikan dan
keguruan; 2) menguasai kurikulum; 3) menguasai didaktik metodik umum; 4)
menguasai pengelolaan kelas; 5) mampu melaksanakan monitoring dan evaluasi
peserta didik; dan 6) mampu mengembangkan dan aktualisasi diri. kemampuan
khusus meliputi: keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi,
menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok
kecil, mengelola kelas, dan mengajar kelompok kecil dan perorangan.32
c. Kompetensi Guru yang Profesional
Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap
(daya kalbu), dan keterampilan (daya pisik) yang diwujudkan dalam bentuk
perbuatan. Dengan kata lain, kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas / pekerjaaannya. Dapat juga
dikatakan bahwa kompetensi merupakan gabungan dari kemampuan,
pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang
mendasari karakteristik seseorang untuk berunjuk kerja dalam menjalankan tugas
atau pekerjaan guna mencapai standar kualitas dalam pekerjaan nyata. Jadi,
kompetensi adalah seperangkata pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang
32 Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta, Penerbit Ombak, 2011, hlm. 95-97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru untuk dapat melaksanakan tugas-
tugas profesionalnya.
1) Kompetensi Pedagogik
Slamet PH mengatakan kompetensi pedagogik terdiri dari Sub-
Kompetensi (1) berkontribusi dalam pengembangan KTSP yang terkait
dengan matapelajaran yang diajarkan; (2) mengembangkan silabus
matapelajaran berdasarkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi
dasar (KD); (3) merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) berdasarkan silabus yang telah dikembangkan; (4) merancang
manajemen pembelajaran dan manajemen kelas; (5) melaksanakan
pembelajaran yang pro-perubahan (aktif, kreatif, inovatif,
eksperimentif, efektif dan menyenangkan); (6) menilai hasil belajar
peserta didik secara otentik; (7) membimbing peserta didik dalam
berbagai aspek, misalnya pelajaran, kepribadian, bakat, minat, dan
karir; dan (8) mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru.
Dari pandangan tersebut dapat ditegaskan kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik
meliputi (1) pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat
pendidikan; (2) guru memahami potensi dan keberagaman peserta
didik, sehingga dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai
keunikan masing-masing peserta didik; (3) guru mampu
mengembangkan kurikulum / silabus baik dalam bentuk dokumen
maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar; (4) guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar; (5) mampu melaksanakan
pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif.
Sehingga pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan; (6) mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan
memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan; dan (7) mampu
mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan
intrakurikuler dan ekstrakurikuler untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
2) Kompetensi Kepribadian
Menurut Zakiah Daradjat (1980) kepribadian disebut sebagai
sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui
lewat penampilan, tindakan, dan ucapan ketika menghadapi suatu
persoalan. Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun
psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah
laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang.
Dilihat dari aspek psikologi kompetensi kepribadian guru
menunjukkan kemampuan profesional yang mencerminkan
kepribadian (1) mantap dan stabil yaitu memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku;
(2) dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak
sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai seorang guru; (3) arif
dan bijaksana yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta didik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
sekolah, dan masyarakat dengan menunjukkan keterbukaan dalam
berpikir dan bertindak; (4) berwibawa yaitu perilaku guru yang
disegani sehingga berpengaruh positif terhadap peserta didik; dan (5)
memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat diteladani
oleh peserta didik, bertindak sesuai norma religius, jujur, ikhlas, dan
suka menolong. Nilai kompetensi kepribadian dapat digunakan sebagai
sumber kekuatan, inspirasi, motivasi dan inovasi bagi peserta
didiknya.33
3) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua / wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi
dengan indikator esensial sebagai berikut:
a) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif
dengan peserta didik; guru bisa memahami keinginan dan harapan
siswa;
b) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga kependidikan; misalnya bisa berdiskusi
tentang masalah-masalah yang dihadapi anak didik serta solusinya.
33 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung, Alfabeta,
2013, hlm. 23-41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
c) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Contohnya
guru bisa memberikan informasi tentang bakat, minat dan
kemampuan peserta didik kepada orangtua peserta didik.
4) Kompetensi profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang harus dikuasai guru mencakup
penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi
keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap
struktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut
memiliki indikator esensial sebagai berikut:
a) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi.
Hal ini berarti guru harus memahami materi ajar yang ada dalam
kurikulum sekolah; memahami struktur; konsep dan metode
keilmuan yang menaungi dan koheren dengan materi ajar;
memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait; dan
menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam proses belajar
mengajar;
b) Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki implikasi
bahwa guru harus menguasai langkah-langkah penelitian dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan / materi bidang
studi.34
d. Profil dan Persyaratan Guru
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di
sekolah maupun di luar sekolah. Zakiah Darajat, dkk menyebutkan tidak
sembarangan orang dapat melakukan tugas guru. tetapi orang-orang tertentu yang
memenuhi persyaratan yang dipandang mampu, yakni (1) memiliki sikap dan
kepribadian yang mengutamakan Tuhan. Dalam hal ini mudah dipahami bahwa
guru yang tidak punya sikap dan kepribadian yang mengutamakan Tuhan sangat
sulit atau tidak mungkin bisa mendidik muridnya menjadi pribadi yang takut akan
Tuhan, mengingat guru harus memberikan keteladanan yang memadai. (2)
berilmu. Banyak remaja masa kini yang masuk kuliah sekedar untuk memperoleh
secarik lembar ijazah, akhirnya menjadikan diri mereka rugi karena ijazah yang
didapat tidak dibarengi dengan ilmu yang memadai sebab ijazah bukan segala-
galanya. (3) berkelakuan baik. Mengingat tugas guru antara lain untuk
mengembangkan akhlak yang mulia, maka sudah barang tentu dia harus
memberikan contoh untuk berakhlak mulia terlebih dulu. Di Indonesia,
masyarakatnya termasuk para murid sangat dipengaruhi untuk selalu mengikuti
apa yang dilakukan seniornya, pemimpinnya, orangtuanya, gurunya, dan lain-lain.
(4) sehat jasmani. Kendatipun kesehatan psikis jauh lebih penting untuk dimiliki
34
Suyanto, dkk. Calon Guru dan Guru Profesional, Yogyakarta, Multi Pressindo, 2012, hlm. 51-
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
oleh guru, namun bukan berarti kesehatan fisik atau jasmani tidak diperlukan.
Kesehatan fisik adalah keadaan dimana seseorang tidak mengalami sakit yang
kronis atau jenis penyakit lain yang bisa menghalangi untuk beraktifitas.35
B. Kerangka Berpikir
Motivasi memiliki pengaruh besar terhadap minat menjadi guru sejarah.
Jika menjadi guru dalam hal ini guru sejarah diharapkan memiliki kepribadian
yang profesional berdasarkan empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Untuk
menjadi guru yang profesional berdasarkan empat kompetensi di atas, yang paling
utama dan yang perlu diperhatikan adalah motivasi menjadi guru sejarah tersebut.
Dalam hal ini, kedudukan motivasi sangat besar pengaruhnya terhadap minat
menjadi guru sejarah, dikarenakan motivasi membantu mendorong tercapainya
cita-cita tersebut. Adapun beberapa motivasi yang dapat menghambat atau bahkan
menyebabkan tidak tercapainya cita-cita menjadi seorang guru adalah beragamnya
motivasi seperti: paksaan dari orang tua, tidak adanya minat sehingga berakhir
pada prinsip sekedar coba-coba dan tidak adanya kesadaran akan arti penting
menjadi pendidik. Beragamnya motivasi ini, pada dasarnya menjadi pelajaran
besar bagi pendidik dan juga bagi calon pendidik pada umumnya, dimana harus
memperhatikan minat menjadi guru sejarah, apakah itu benar di dorong oleh rasa
suka yang mungkin berawal dari orang lain dan lama-kelamaan semakin
mengetahui pentingnya jadi guru atau justru sebaliknya.
35 Ibid., hlm. 21-22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Selain dipengaruhi oleh motivasi, minat menjadi guru sejarah juga
dipengaruhi oleh prestasi belajar. Prestasi belajar biasanya berhubungan erat
dengan evaluasi atau penilaian. Selain itu juga, prestasi belajar disebut sebagai
hasil dari serangkaian usaha yang dilakukan di dalam pendidikan itu sendiri. Dari
hasil belajar yang didapatkan seseorang akan memperlihatkan seberapa besar
usaha dan ketertarikannya tersebut terhadap pembelajaran yang ditempuh, serta
ketertarikan ini biasanya ada karena punya keinginan dan cita-cita yang ingin
dicapai. Dapat kita lihat di dalam Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, ada mahasiswa yang memiliki IPK tinggi, Sedang
dan Rendah. Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang mempunyai prestasi
tinggi cenderung memiliki minat menjadi guru sejarah yang profesional,
sedangkan mahasiswa yang memiliki prestasi rendah cenderung kurang memiliki
minat menjadi guru sejarah.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian kajian teori dan kerangka berpikir yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada pengaruh motivasi terhadap minat menjadi guru sejarah pada mahasiswa
prodi Pendidikan Sejarah angkatan 2013/2014 dan 2014/2015 Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ada pengaruh prestasi belajar terhadap minat menjadi guru sejarah pada
mahasiswa prodi Pendidikan Sejarah angkatan 2013/2014 dan 2014/2015
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
3. Ada pengaruh secara bersama antara motivasi dan prestasi belajar terhadap
minat menjadi guru sejarah pada mahasiswa prodi Pendidikan Sejarah
angkatan 2013/2014 dan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB III
METODE PENELTIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Sejarah
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jln. Affandi Mrican, Tromol Pos 55002.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2017.
B. Populasi, dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek di dalam penelitian.36
Populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang berjumlah 216 orang. Dari jumlah populasi
tersebut terdiri dari beberapa angkatan dimana dalam hal ini angkatan 2011
dengan jumlah 7 orang, angkatan 2012 dengan jumlah 21 orang, angkatan 2013
dengan jumlah 50 orang, angkatan 2014 dengan jumlah 39 orang, angkatan 2015
dengan jumlah 39 orang, dan angkatan 2016 dengan jumlah 60 orang.37
Populasi secara rinci diuraikan dalam tabel berikut:
36 Ninit Alfianika, Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia, Yogyakarta, Deepublish,
2016 hlm. 98 37 Sumber, Sekretariat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel 1. Distribusi Populasi
No. Angkatan Jumlah
1
2
3
4
5
6
2011
2012
2013
2014
2015
2016
7
21
50
39
39
60
Jumlah 216
2. Sampel
Sampel adalah suatu himpunan bagian dari populasi.38
Menurut Suharsimi
Arikunto dalam bukunya “Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik”
menyatakan bahwa apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
subyeknya lebih dari 100 orang dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau
lebih.39
Dalam hal ini karena keterbatan waktu, tenaga, dan biaya maka presentase
sampel penelitian ini adalah 42% dari 216 siswa, sehingga sampel penelitian ini
berjumlah 89 orang yang terdiri dari dua angkatan, yaitu mahasiswa angkatan
2013 dan mahasiswa angkatan 2014 Program Studi Pendidikan Sejarah.
Bagi peneliti alasan diikutsertakannya mahasiswa angkatan 2013 dan
2014 Program Studi Pendidikan Sejarah sebagai sampel dikarenakan telah
menempuh perkuliahan dalam waktu yang lama sehingga motivasi dan prestasi
belajarnya semakin terlihat. Dalam hal ini dapat dibuktikan apakah ada tidaknya
pengaruh motivasi dan prestasi belajar terhadap minat menjadi guru sejarah.
Selain itu alasan tidak diikutsertakannya angkatan 2011 dan 2012 adalah karena
38 Jaka Nugraha, Pengantar Analisis Data Kategorik, Yogyakarta, Deepublish, 2014, hlm. 3 39 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, PT. Bina Aksara,
1989, hlm.107.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
sebagian besar dari angkatan tersebut sudah kurang aktif dalam perkuliahan
sedangkan angkatan 2015 dan 2016 tidak diikutsertakan dengan alasan mereka
masih berada di tahun pertama perkuliahan yang dianggap masih dalam tahap
penyesuaian diri dalam perkuliahan. Sampel secara rinci diuraikan dalam tabel
berikut:
Tabel 2. Distribusi Sampel
No. Angkatan Jumlah
1
2
2013
2014
50
39
Jumlah 89
Dalam pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik purposive
sampling.
C. Definisi Operasional Variabel
1. Motivasi
Motivasi adalah sesuatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang
ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Selain itu motivasi juga disebut sebagai kekuatan yang memberi energi, menjaga
kelangsungannya dan mengarahkan perilaku terhadap tujuan. Jadi, motivasi
adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam
bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain motivasi
adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
2. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru dan berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Selain itu juga,
prestasi belajar disebut sebagai hasil dari serangkaian usaha yang dilakukan di
dalam pendidikan itu sendiri.
3. Minat menjadi Guru Sejarah
Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang
melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-
keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat
seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu
mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Minat menjadi guru yang
profesional memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi
ini merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan
keterampilan (daya pisik) yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan.
D. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ex-post facto yaitu
penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi yang
kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
menimbulkan kejadian tersebut. Penelitian ex-post facto merupakan metode yang
dapat dipakai dalam situasi yang dihadapi oleh penelitian pendidikan.40
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode survei dengan menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa Prodi
Pendidikan Sejarah mengenai motivasi dan minat menjadi guru sejarah.
2. Prosedur Pengumpulan Data
a. Tahap persiapan
1) Menyusun proposal
2) Meminta izin kepada Kaprodi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta untuk mengadakan penelitian mengenai
“pengaruh motivasi dan prestasi belajar Terhadap minat menjadi guru
sejarah pada mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah angkatan 2013/2014
Dan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”.
3) Menyusun instrumen penelitian
4) Uji coba instrumen penelitian
b. Tahap pelaksanaan
1) Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2017
dengan cara membagi kuesioner kepada mahasiswa Prodi Pendidikan
Sejarah. Pengisian kuesioner dilakukan di kampus Universitas Sanata
40 Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Surabaya, Usaha Nasional, 1982, hlm.
385.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Dharma Yogyakarta. Dalam pelaksanaan penelitian ini, kuesioner
diedarkan oleh peneliti.
2) Pengecekan terhadap kelengkapan kuesioner
Setelah selesai pengisian kuesioner oleh mahasiswa, peneliti akan
melihat secara langsung kuesioner yang telah di kumpulkan
sebelumnya. Kegiatan melihat secara langsung ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah kuesioner yang diisi tersebut sah atau tidak untuk
digunakan dalam penelitian ini. Kuesioner dianggap sah apabila
responden mengikuti pengisian sebagaimana prosedur yang telah
ditetapkan sebelumnya pada lember kuesioner yang telah dibagikan.
3) Skoring
Dalam penelitian ini, IPK mahasiswa dikategorikan menjadi tiga, yaitu
tinggi, sedang dan rendah.
4) Pengolahan dan analisis data
5) Penyusunan laporan penelitian.
F. Instrumen Pengumpulan Data
1. Instrument Penelitian
a. Kuesioner
Kuesioner digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data
motivasi dan minat menjadi guru sejarah. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pernyataan tertulis kepada responden untuk di isi sesuai dengan keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
nyatanya.41
Dalam pengumpulan data, kuesioner dianggap baik apabila
cara dan pengadaannya mengikuti persyaratan yang telah ditentukan sesuai
dengan struktur pengumpulan data kuesioner itu sendiri.
Dalam penelitian ini pengumpulan data motivasi belajar dan minat
menjadi guru sejarah digunakan kuesioner dengan teknik skoring yang
dirancang dalam item positif dan negatif. Tingkat jawaban yang peneliti
gunakan adalah Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak
Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skor dari tiap jawaban dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3. Penskoran Skala Likert
Alternatif Jawaban Skor Untuk Setiap Pernyataan
Positif Negatif
Sangat setuju 5 1
Setuju 4 2
Ragu-ragu 3 3
Tidak setuju 2 4
Sangat tidak setuju 1 5
b. Metode Dokumentasi
Untuk mengetahui prestasi belajar mahasiswa Prodi Pendidikan
Sejarah Universitas Sanata Dharma digunakan data prestasi belajar atau
nilai yang telah berhasil dicapai mahsiswa selama mengikuti proses
perkuliahan. Hal ini dapat dilihat dari Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
mahasiswa.
41 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidkan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Bandung, Alfabeta, 2010, hlm. 199.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2. Uji Coba Istrumen
Untuk menguji validitas instrument digunakan rumus korelasi
Product moment. Untuk mempersingkat waktu perhitungan maka
digunakan bantuan Microsoft Office Exel 2010.
a. Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan
keabsahan suatu instrumen. Dalam penelitian ini validitas yang
digunakan adalah validitas kontruksi (construct validity) yaitu suatu
rekaan psikologis yang dengan suatu cara tertentu “memerinci” isi jiwa
atas beberapa aspek seperti: ingatan dan pemahaman.42
Dalam menguji
validitas instrument dilakukan analisis setiap butir soal dengan
menggunakan rumus korelasi Product moment yaitu sebagai berikut:
rxy =
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua
variabel yang dikorelasikan.
N = jumlah item Kuesiner
XY = jumlah X dan Y
X2 = kuadrat dari X
Y2
= kuadrat dari Y
Setelah dihitung dengan rumus Product moment, maka untuk
mengetahui besar taraf signifikan butir item dihitung dengan rumus:
42 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2012, hlm. 83.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
t =
Keterangan :
t = taraf signifikan
r = korelasi skor item dengan skor total
n = jumlah buitr item
Dari 30 butir kuesioner motivasi belajar sebagai variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian ini ada 27 butir pernyataan yang valid dan
ada 3 butir soal yang tidak valid yaitu 7, 8 dan 21. Sedangkan dalam
variabel terikat yaitu minat menjadi guru sejarah ada 30 butir
kuesioner dimana ada 26 butir pernyataan yang valid dan 4 butir soal
yang tidak valid yaitu 8, 16, 17 dan 19.
Dalam penentuan valid atau tidak valid pada butir soal didasarkan
pada taraf signifikan 0,05.43
b. Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data
karena instrumen tersebut sudah baik. untuk menguji reliabilitas
instrumen digunakan rumus Alpha Cronbach yaitu sebagai berikut:
Keterangan :
reliabilitas instrument
43 Perhitungan selengkapnya pada lampiran hlm. 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
jumlah varian butir/item
Varian total
Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan raliabel dengan
menggunakan teknik Alpha Cronbach bila koefisien reliabilitas ( ) >
0,60 maka instrumen dikatakan reliabel dan jika nilai Alpha Cronbach
koefisien reliabilitas ( ) < 0,60 maka intrumen dikatakan tidak reliabel.
Dari hasil pengujian reliabilitas pada variabel motivasi belajar diperoleh
hasil = 0,920 sedangkan pada variabel minat menjadi guru sejarah
diperoleh hasil = 0,927.
G. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskripsi analisis tingkat
pengaruh. Cara yang digunakan untuk mendapatkan keterangan tingkat pengaruh
dan pengaruh secara bersama-sama antara variabel yang diteliti adalah dengan
model anava dua jalan. Analisis varians (Analysis of Variance) merupakan sebuah
teknik inferensi yang digunakan untuk menguji perbedaan rerata nilai.44
Anava dua jalan mempunyai judul kolom dan judul baris dengan
menggunakan klasifikasi dua variabel yang digunakan sebagai dasar tinjauan
sekor untuk variabel terikat. Model analisis untuk anava dua jalan disajikan pada