Top Banner
Jurnal Magisma Vol. 5 No. 2 Tahun 2017 1 ISSN: 2337778X PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN PERTUMBUHAN MODAL INTELEKTUAL TERHADAP NILAI PASAR DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Studi pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Indra Setyawan Akuntansi [email protected] Yohana Kus Suparwati STIE Bank BPD Jateng [email protected] Metta Kusumaningtyas STIE Bank BPD Jateng [email protected] ABSTRAK Modal intelektual merupakan kekayaan perusahaan berupa aset tidak berwujud yang dapat digunakan sebagai penciptaan nilai perusahaan. Di Indonesia, pengungkapan dan pelaporan modal intelektual masih terbatas sehingga secara tidak langsung dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan terkait dengan penilaian kinerja keuangan perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh modal intelektual dan pertumbuhan modal intelektual terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan. Sampel dalam penelitian ini adalah 69 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007-2011. Penelitian ini menggunakan metode Partial Least Square (PLS) untuk analisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal intelektual tidak berpengaruh terhadap nilai pasar, modal intelektual tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan, modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan masa depan, dan tingkat pertumbuhan modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan. Kata kunci: modal intelektual, nilai pasar, kinerja keuangan perusahaan, Partial Least Square (PLS) 1. Pendahuluan Perkembangan ekonomi dan teknologi saat ini yang membuat persaingan bisnis menjadi semakin ketat, menuntut perusahaan-perusahaan agar selalu berinovasi untuk mempertahankan eksistensinya ditengah perkembangan dan pertumbuhan pesaing dan munculnya pesaing-pesaing baru. Ditambah lagi setelah ditanda tanganinya Perjanjian Perdagangan China ASEAN (China ASEAN Free Trade Area, CAFTA) tahun 2010 lalu. Dengan kesepakatan tersebut, maka barang- barang antarnegara China dan ASEAN akan saling bebas masuk dengan pembebasan tarif hingga nol persen. CAFTA merupakan pergeseran era baru dalam ekonomi, dari old economy menjadi new economy. Dalam old economy, kesejahteraan diciptakan melalui peningkatan unit produk dan sistem pengukurannya berdasarkan pada pendapatan (revenue), biaya (cost), dan laba (profit). Sedangkan dalam new economy, kesejahteraan diciptakan melalui peningkatan nilai tambah yang tergabung (incorporated value added) dari produk dan jasa (Ulum, 2008). Agar dapat terus
14

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN PERTUMBUHAN …

Nov 14, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN PERTUMBUHAN …

Jurnal Magisma Vol. 5 No. 2 – Tahun 2017

1

ISSN: 2337778X

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN PERTUMBUHAN MODAL

INTELEKTUAL TERHADAP NILAI PASAR DAN KINERJA KEUANGAN

PERUSAHAAN

(Studi pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Indra Setyawan Akuntansi [email protected]

Yohana Kus Suparwati

STIE Bank BPD Jateng

[email protected]

Metta Kusumaningtyas

STIE Bank BPD Jateng

[email protected]

ABSTRAK

Modal intelektual merupakan kekayaan perusahaan berupa aset tidak berwujud yang dapat digunakan

sebagai penciptaan nilai perusahaan. Di Indonesia, pengungkapan dan pelaporan modal intelektual masih

terbatas sehingga secara tidak langsung dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan terkait dengan

penilaian kinerja keuangan perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh modal

intelektual dan pertumbuhan modal intelektual terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan. Sampel dalam penelitian ini adalah 69 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tahun 2007-2011. Penelitian ini menggunakan metode Partial Least Square (PLS) untuk analisis data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal intelektual tidak berpengaruh terhadap nilai pasar, modal

intelektual tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan, modal intelektual berpengaruh positif terhadap

kinerja keuangan masa depan, dan tingkat pertumbuhan modal intelektual berpengaruh positif terhadap

kinerja keuangan perusahaan masa depan.

Kata kunci: modal intelektual, nilai pasar, kinerja keuangan perusahaan, Partial Least Square (PLS) 1. Pendahuluan

Perkembangan ekonomi dan teknologi saat ini yang membuat persaingan bisnis menjadi semakin ketat, menuntut perusahaan-perusahaan agar selalu berinovasi untuk mempertahankan eksistensinya ditengah perkembangan dan pertumbuhan pesaing dan munculnya pesaing-pesaing baru. Ditambah lagi setelah ditanda tanganinya Perjanjian Perdagangan China – ASEAN (China – ASEAN Free Trade Area, CAFTA) tahun 2010 lalu. Dengan kesepakatan tersebut, maka barang-

barang antarnegara China dan ASEAN akan saling bebas masuk dengan pembebasan tarif

hingga nol persen. CAFTA merupakan

pergeseran era baru dalam ekonomi, dari old economy menjadi new economy. Dalam old

economy, kesejahteraan diciptakan melalui peningkatan unit produk dan sistem

pengukurannya berdasarkan pada pendapatan

(revenue), biaya (cost), dan laba (profit).

Sedangkan dalam new economy, kesejahteraan

diciptakan melalui peningkatan nilai tambah

yang tergabung (incorporated value added) dari

produk dan jasa (Ulum, 2008). Agar dapat terus

Page 2: PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN PERTUMBUHAN …

Jurnal Magisma Vol. 5 No. 2 – Tahun 2017

2

ISSN: 2337778X

bertahan dalam sebuah industri, perusahaan harus mengubah bisnis mereka yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-based business) menuju bisnis yang berdasarkan pengetahuan

(knowledge-based business) dengan karakteristik

utama ilmu pengetahuan (Kuryanto dan

Syafruddin, 2008). Perusahaan-perusahaan yang

menerapkan knowledge based business akan

menciptakan suatu cara untuk mengelola

pengetahuan sebagai sarana untuk memperoleh

penghasilan perusahaan, dengan penerapan

knowledge based business maka penciptaan nilai

perusahaan itu akan berubah (Sunarsih dan Yuria

Mendra, 2012).

Perusahaan yang telah menerapkan bisnis berbasis pengetahuan memiliki tujuan untuk memenangi persaingan dalam industri,

meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan.

Keberhasilan perusahaan dalam mencapai

tujuan-tujuan tersebut merupakan salah satu

prestasi manajemen sebagai pihak yang

mengelola perusahaan. Penilaian prestasi atau

kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat

dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan

baik pihak internal maupun eksternal

(Ermayanti, 2009). Peningkatan kinerja

perusahaan juga menjadi tolok ukur efisiensi dan

efektivitas perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Apabila perusahaan bisa

untuk lebih efisien dan efektif dalam mengelola sumber dayanya dibandingkan dengan

pesaingnya, hal tersebut merupakan suatu nilai tambah bagi perusahaan.

Nilai tambah merupakan suatu tambahan nilai yang digunakan dalam proses menghasilkan barang atau jasa yang

menjadikannya barang atau jasa yang nilainya

lebih tinggi. Salah satu bentuk persaingan

perusahaan-perusahaan go public yang ada di Indonesia adalah mendapatkan investor guna

meningkatkan stockholder’s equity perusahaan

untuk melakukan pengembangan usaha yang

bertujuan untuk meningkatkan pendapatan

perusahaan pada tahun-tahun berikutnya agar

nilai pasar dari perusahaan meningkat. Dengan

demikian perusahaan memiliki kemampuan

bersaing dengan perusahaan lain karena

perdagangan bebas saat ini yang mengharuskan

perusahaan-perusahaan lokal di Indonesia

meningkatkan persaingannya dengan perusahaan

asing yang ada didalam negeri maupun

perusahaan asing yang memasarkan produknya

di Indonesia (Margaretha dan Rakhman, 2006).

Selanjutnya menurut Margaretha dan Rakhman

(2006) meningkatkan nilai pasar dan kinerja

keuangan perusahaan sangat penting dilakukan

agar pertumbuhan perusahaan terus berkembang.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari keputusan individual yang dibuat oleh

manajemen secara kontinyu dimana dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu

perusahaan dalam menghasilkan laba (Sucipto, 2003). Menurut Tampubolon (2005) dalam

Ermayanti (2009) kinerja keuangan merupakan pengukuran kinerja perusahaan yang timbul

sebagai akibat dari proses pengambilan

keputusan manajemen karena menyangkut

pemanfaatan modal, efisiensi, dan rentabilitas

dari kegiatan perusahaan. Kondisi kinerja

keuangan perusahaan menjadi pegangan bagi

pihak internal maupun pihak eksternal dalam

pengambilan keputusan. Salah satunya bagi

investor dimana kinerja keuangan yang baik

tentunya akan menarik minat investor untuk

menanamkan dana dalam sebuah perusahaan.

Salah satu cara melihat kondisi kinerja keuangan

yaitu melalui laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan kombinasi

dari data keuangan suatu perusahaan yang

menggambarkan kemajuan perusahaan dan

dibuat secara periodik (Ermayanti, 2009).

Laporan keuangan sangat berarti untuk

mengadakan perbaikan dalam penyusunan

kebijakan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang. Dengan mengetahui kelemahan-

kelemahan yang dimiliki perusahaan, maka

dapat dijadikan sebagai dasar perbaikan dan

hasil-hasil yang telah dianggap cukup baik juga

harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan

(Ermayanti, 2009). Namun, laporan keuangan

belum mencerminkan gambaran keuangan

perusahaan secara keseluruhan. Laporan

keuangan yang biasanya terfokus pada kinerja

keuangan perusahaan, mulai dirasa kurang

memadai di dalam melaporkan kinerja perusahaaan. Hal ini disebabkan masih ada

beberapa informasi-informasi lain yang masih

harus disampaikan kepada pengguna laporan

Page 3: PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN PERTUMBUHAN …

Jurnal Magisma Vol. 5 No. 2 – Tahun 2017

3

ISSN: 2337778X

keuangan mengenai adanya nilai lebih yang dimiliki perusahaaan. Nilai lebih tersebut seperti

inovasi, penemuan, pengetahuan, perkembangan karyawan, dan hubungan baik dengan para

konsumen, yang sering diistilahkan sebagai knowledge capital (modal pengetahuan) atau

intellectual capital (modal intelektual).

Modal intelektual merupakan kemampuan

perusahaan dalam menggabungkan informasi

dan pengetahuan yang kemudian diaplikasikan

dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai.

Dengan menggunakan kombinasi antara

pengetahuan dan teknologi maka akan diperoleh

bagaimana cara menggunakan sumber daya

lainnya secara efisien dan ekonomis, yang

nantinya akan memberikan keunggulan bersaing (Rupert, 1998) dalam Sawarjuwono dan Kadir

(2003).

Beberapa tahun terakhir ini, para

pengamat ekonomi mulai melihat bahwa

perusahaan dengan perbedaan yang cukup

signifikan antara nilai pasar dengan nilai

bukunya ternyata cukup banyak. Nilai pasar

merupakan nilai suatu barang yang diindikasikan

oleh penawaran pasar. Kenyataan ini

membuktikan bahwa pasar menilai perusahaan

tidak hanya berdasar pada apa yang tercantum di

neraca atau laporan posisi keuangan maupun komponen laporan keuangan lainnya.

Kemungkinan adanya selisih lebih antara nilai

pasar perusahaan terhadap nilai bukunya,

mengindikasikan bahwa terdapat sumber daya

lain yang tersembunyi yang menjadi sumber

penilaian perusahaan dimana sumber daya lain tersebut tidak dilaporkan di laporan keuangan.

Menurut Stewart (1997) dalam Imaningati

(2009), selisih antara nilai pasar dan nilai buku

tersebut, yang diberinya istilah The Missing

Value, merupakan Intangible Assets (IA) yang

tidak disajikan di neraca atau laporan posisi

keuangan.

Menurut Lev dan Zarowin (1999) dalam Suhardjanto (2010) juga menemukan banyak

penelitian yang menunjukkan bahwa model akuntansi yang ada sekarang tidak bisa

menangkap faktor kunci dari company’s long term value, yaitu intangible resources. Laporan

keuangan dinilai gagal dalam menggambarkan

luas cakupan nilai intangible asset,

memunculkan peningkatan asimetri informasi

antara perusahaan dengan user, dan menciptakan

ketidakefisienan dalam proses alokasi sumber

daya dalam pasar modal. Kegagalan akuntansi

untuk mengakui secara penuh atas intangible

(yang meliputi human resources, customer

relationship dan sebagainya), menegaskan klaim

bahwa laporan keuangan tradisional telah

kehilangan relevansinya sebagai instrumen

pengambilan keputusan (Suhardjanto, 2010). Perhatian terhadap praktik pengelolaan aset

tidak berwujud (intangible asset) sebenarnya

telah meningkat secara dramatis sejak tahun

1990-an menurut Harrison dan Sullivan (2000)

dalam Ulum (2008).

Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran asset tak berwujud (intangible asset) tersebut adalah modal intelektual. Chen et al. (2005) mengungkapkan bahwa keterbatasan laporan keuangan dalam

menjelaskan nilai perusahaan menguatkan fakta

bahwa sumber daya ekonomi perusahaan sudah

bukan lagi sumber daya fisik, tetapi penciptaan

modal intelektual. Konsep modal intelektual

telah mendapatkan perhatian besar dari berbagai

kalangan terutama para akuntan. Fenomena ini

menuntut mereka untuk mencari informasi yang

lebih rinci mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan pengelolaan modal intelektual. Menurut

Yuniasih (2010) penelitian mengenai modal

intelektual dalam konteks Indonesia menjadi

sangat menarik karena berdasarkan survey

global yang dilakukan Taylor and Associates pada tahun 1998 dalam Williams (2001) ternyata isu-isu mengenai pengungkapan modal intelektual merupakan salah satu dari sepuluh jenis informasi yang dibutuhkan pemakai.

Menurut Abidin (2000), modal intelektual masih belum dikenal secara luas di Indonesia. Sampai dengan saat ini, perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya sehingga produk yang dihasilkannya

masih miskin kandungan teknologi. Di samping

itu, perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih terhadap human

capital, structural capital, dan customer capital.

Page 4: PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN PERTUMBUHAN …

Jurnal Magisma Vol. 5 No. 2 – Tahun 2017

4

ISSN: 2337778X

Padahal, semua ini merupakan elemen pembangun modal intelektual perusahaan. Kesimpulan ini dapat diambil karena minimnya informasi tentang modal intelektual di Indonesia. Selanjutnya, Abidin (2000)

menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan di

Indonesia akan dapat bersaing apabila

menggunakan keunggulan kompetitif yang

diperoleh melalui inovasi-inovasi kreatif yang

dihasilkan oleh modal intelektual perusahaan.

Hal ini akan mendorong terciptanya produk-

produk yang semakin favourable di mata

konsumen.

Yusup dan Sawitri (2009) menyatakan

bahwa dengan meningkatnya modal intelektual

perusahaan, maka nilai tambah (value added)

bagi perusahaan akan meningkat dan penilaian

pasar terhadap perusahaan secara otomatis juga

akan meningkat. Pasar akan mempunyai

penilaian lebih terhadap perusahaan jika

perusahaan memiliki nilai modal intelektual

yang tinggi dibandingkan dengan nilai aset yang

tercatat. Hal tersebut merupakan cerminan

kinerja perusahaan yang semakin baik.

Bertolak belakang dengan meningkatnya

pengakuan modal intelektual dalam mendorong

nilai dan keunggulan kompetitif perusahaan,

pengukuran yang tepat terhadap modal

intelektual perusahaan belum dapat ditetapkan.

Pulic (1998; 1999; 2000, 2003) dalam Yuniasih

dkk (2010) tidak mengukur secara langsung

modal intelektual perusahaan, tetapi mengajukan

suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai

tambah sebagai hasil dari kemampuan

intelektual perusahaan yaitu Value Added

Intellectual Coefficient (VAIC™). Komponen

utama dari VAIC™ dapat dilihat dari sumber

daya perusahaan, yaitu physical capital (value

added capital employed – VACA), human capital (value added human capital – VAHU),

dan structural capital (structural capital value

added – STVA).

Menurut Firer dan Williams (2003) ada dua keuntungan dari metode VAIC™ yaitu mudah dihitung, terstandarisasi dan basis pengukurannya konsisten, serta efektif digunakan untuk analisis perbandingan dengan perusahaan maupun negara, data yang

digunakan didasarkan laporan keuangan yang telah diaudit. Chen et al. (2005) juga

mengatakan bahwa pengukuran dengan metode VAIC™ ini relatif mudah dan memungkinkan

untuk dilakukan karena menggunakan akun-akun dalam laporan keuangan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membuktikan pengaruh kinerja modal intelektual terhadap peningkatan kinerja perusahaan dan penciptaan nilai tambah bagi perusahaan. Chen et al. (2005) meneliti

pengaruh modal intelektual (VAICTM

) terhadap

kinerja keuangan (ROA, ROE, EP, GR) dan nilai pasar perusahaan (M/B) pada perusahaan go publik di Taiwan Stock Exchange tahun 1992-2002, hasil menunjukkan bahwa modal intelektual berpengaruh secara positif terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan. Sementara Tan et al. (2007) menggunakan 150 perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Singapore (SGX) sebagai sampel penelitian, hasil penelitian menunjukkan bahwa modal intelektual

(VAICTM

) berhubungan secara positif dengan kinerja perusahaan (ROE, ASR, EPS). Appuhami dalam Sawarjuwono (2003) menganalisis dampak IC terhadap keuntungan

atas penanaman saham yang diperoleh investor di perusahaan go public Thailand sektor

Perbankan, Keuangan dan Asuransi. Hasilnya positif signifikan bahwa IC berpengaruh

terhadap investors’ capital gains on shares.

Hasil penelitian yang masih beragam, coba dikaji ulang oleh Yuniasih dkk (2010) dengan melakukan eksplorasi kinerja pasar perusahaan yang dikaji menggunakan modal intelektual dengan struktur kepemilikan perusahaan sebagai variabel kontrol. Modal intelektual diukur menggunakan metode

VAICTM

dan kinerja pasar diukur dengan price

to book value ratio (PBV). Hasilnya tidak mendukung hipotesis bahwa modal intelektual berhubungan positif dengan kinerja pasar. Entika dan Ardiyanto (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan dan nilai pasar perusahaan. Variabel independen yang digunakan adalah modal intelektual yang diukur

dengan (VAICTM

). Variabel dependennya

adalah kinerja perusahaan yang diukur menggunakan ROA, ROE, dan GR. Nilai pasar

Page 5: PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN PERTUMBUHAN …

Jurnal Magisma Vol. 5 No. 2 – Tahun 2017

5

ISSN: 2337778X

perusahaan diukur menggunakan MtBV. Entika dan Ardiyanto (2012) melakukan penelitian pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007-2012, hasilnya menunjukkan bahwa modal intelektual berpengaruh secara positif terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan.

Berdasarkan beberapa penelitian yang

telah dilakukan, terdapat berbagai macam

perbedaan hasil penelitian. Pada penelitian Chen

et al. (2005), Abdolmohammadi (2005), dan Tan

et al. (2007) menemukan bahwa intellectual

capital berpengaruh positif terhadap kinerja

perusahaan dan/atau nilai pasar perusahaan.

Sedangkan penelitian di Indonesia masih

menunjukkan hasil yang beragam. Ulum dkk

(2008) mampu membuktikan bahwa intellectual

capital dapat berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan, baik masa kini maupun masa

mendatang. Kuryanto dan Syafruddin (2008)

menunjukkan hasil yang berbanding terbalik

yaitu tidak ada pengaruh antara intellectual capital dengan kinerja perusahaan. Solikhah

(2010), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

intellectual capital tidak berpengaruh terhadap

nilai pasar, akan tetapi di sisi lain penelitian ini

menemukan bahwa intellectual capital terbukti

berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

dan pertumbuhan perusahaan. Demikian juga

dengan Entika dan Ardiyanto (2012), hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa modal

intelektual berpengaruh secara positif terhadap

nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Entika dan Ardiyanto (2012), dimana dalam penelitiannya masih terdapat beberapa keterbatasan yaitu pada salah satu alat ukur kinerja keuangan perusahaan yaitu pertumbuhan pendapatan (GR) memiliki

nilai adjusted R2 yang sangat kecil yaitu sebesar

0,020 yang berarti bahwa variabel independennya hanya mampu menjelaskan 2% dari variasi pertumbuhan pendapatan (GR). Nilai

adjusted R2 yang rendah membuktikan bahwa

masih banyak alat ukur pada kinerja keuangan perusahaan yang masih bisa diteliti.

Penggantian proksi pada kinerja keuangan

akan dilakukan dengan harapan untuk

meningkatkan nilai adjusted R2 yang dirasa

masih sangat kecil. Peneliti mengganti variabel pertumbuhan pendapatan (GR) dengan ukuran kinerja keuangan yang berbasis market value yaitu variabel earning per share (EPS). Earning per share (EPS) dipilih sebagai ukuran kinerja keuangan perusahaan karena earning per share (EPS) dapat menggambarkan kondisi

perusahaan terkait dengan laba dan jumlah

saham yang diterbitkan. Earning per share

(EPS) juga dapat menunjukkan hubungan antara

perusahaan dengan pihak eksternal, terutama

investor. Adanya market value menjadikan perusahaan memiliki value added yang

dimungkinkan berasal dari pengelolaan lebih

atas modal intelektual yang dimiliki perusahaan.

Selain itu, penelitian Tan et al. (2007) menunjukkan bahwa modal intelektual berpengaruh terhadap earning per share (EPS).

Pada umumnya manajemen perusahaan,

pemegang saham, dan calon pemegang saham

sangat tertarik dengan earning per share (EPS)

karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah

yang diperoleh untuk setiap lembar saham dan

merupakan salah satu indikator keberhasilan

perusahaan (Syamsuddin, 2004: 66). Biasanya,

investor berani membayar lebih tinggi untuk

saham perusahaan dengan sumber daya

intelektual yang tinggi dibandingkan dengan

perusahaan yang memiliki sumber daya

intelektual rendah (Chen et al., 2005).

Peneliti mengganti proksi pertumbuhan

pendapatan (GR) menjadi proksi earning per

share (EPS) dengan beberapa asumsi. Pertama,

berdasarkan hasil pengujian inner model dalam

penelitian Ulum (2008) menunjukkan bahwa

tidak semua ukuran kinerja keuangan yang

digunakan berkorelasi dengan komponen-

komponen VAIC™, hanya VACA yang secara

statistik signifikan berhubungan positif dengan

ukuran kinerja keuangan perusahaan. Sementara

STVA hanya berhubungan dengan ukuran

kinerja profitabilitas ROA dan VAHU hanya

berhubungan dengan produktivitas ATO. Dari

hasil pemaparan tersebut, maka peneliti

menyimpulkan bahwa proksi pertumbuhan

pendapatan (GR) kurang mampu menjelaskan

kinerja keuangan perusahaan sehingga peneliti

Page 6: PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN PERTUMBUHAN …

Jurnal Magisma Vol. 5 No. 2 – Tahun 2017

6

ISSN: 2337778X

menggantinya dengan proksi earning per share (EPS) yang notabene merupakan ukuran kinerja keuangan berbasis market value. Kedua, berdasarkan hasil koefisien determinasi

antara VAICTM

dengan pertumbuhan pendapatan (GR) pada penelitian Entika dan Ardiyanto (2012) menunjukkan bahwa nilai

adjusted R2 adalah sebesar 0,020 yang berarti

2% variasi GR dapat dijelaskan oleh VAICTM

sedangkan sisanya (100% - 2% = 98%) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model. Berdasarkan hasil penelitian Entika dan Ardiyanto (2012) tersebut, peneliti mengganti proksi pertumbuhan pendapatan (GR) menjadi proksi earning per share (EPS) dengan harapan proksi earning per share (EPS) ini dapat

meningkatkan nilai adjusted R2 penelitian.

Penambahan satu variabel independen juga akan dilakukan dalam rangka meningkatkan

nilai adjusted R2 yang dirasa masih sangat kecil

pada penelitian Entika dan Ardiyanto (2012). Variabel tambahannya adalah pertumbuhan modal intelektual / rate of growth of intellectual capital (ROGIC). Rate of growth of intellectual capital (ROGIC) merupakan tingkat

pertumbuhan modal intelektual, dimana ROGIC

menunjukkan selisih antara modal intelektual

tahun ini dengan modal intelektual tahun

sebelumnya (Ulum, 2008). Adanya ROGIC juga

dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan

masa depan. Hal itu dikarenakan jika sebuah

perusahaan mampu menggunakan modal

intelektualnya dengan baik dan secara kontinyu,

maka dapat membangun keunggulan tersendiri

dalam perusahaan tersebut. Keunggulan tersebut

dapat dijadikan sebagai nilai tambah bagi

perusahaan untuk memenangkan persaingan

usaha dan meningkatkan kinerja keuangan

perusahaan baik tahun berjalan maupun masa

depan.

Obyek penelitian yang digunakan adalah

seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tahun 2007 sampai dengan

tahun 2011. Penggunaan objek penelitian seluruh

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia ini dengan tujuan untuk menambah

populasi dan sampel penelitian.

2. Metode Penelitian 2.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah

perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2007 sampai

dengan 2011. Penentuan sampel dalam penelitian ini mengunakan metode purposive

sampling dengan menerapkan beberapa kriteria

tertentu, yaitu:

1. Perusahaan sampel merupakan perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara berturut-turut selama tahun 2007 hingga tahun

2011.

2. Perusahaan yang menjadi sampel tidak melakukan merger atau akuisisi selama tahun 2007 hingga 2011.

3. Perusahaan yang menjadi sampel selama 5 tahun

berturut-turut dari tahun 2007 hingga 2011 menerbitkan laporan keuangan.

4. Perusahaan yang menjadi sampel memiliki Laba

bersih yang menunjukkan nilai positif secara berturut-turut selama tahun 2007 sampai tahun 2011.

2.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu

sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara

(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) berupa

bukti, catatan atau laporan historis yang telah

tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang

dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan

(Indriatoro dan Supomo, 2002). Data sekunder

dalam penelitian ini diperoleh dari laporan

keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di

BEI dari tahun 2007 sampai 2011. Selain itu,

data sekunder yang didapat juga berasal dari

Indonesian Capital Market Directory (ICMD)

tahun 2007 dan 2011.

2.3 Metode Analisis Data

a. Analisis Kuantitatif

Metode kuantitatif adalah pendekatan

ilmiah terhadap pengambilan keputusan manajerial dan ekonomi Kuncoro (2001). Lebih

lanjut Kuncoro (2001) menjelaskan bahwa pendekatan analisis kuantitatif terdiri atas

Page 7: PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN PERTUMBUHAN …

Jurnal Magisma Vol. 5 No. 2 – Tahun 2017

7

ISSN: 2337778X

perumusan masalah, menyusun model, mendapatkan data, mencari solusi, menguji solusi, menganalisis hasil dan

mengimplementasikan hasil. Metode analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif

merupakan pemrosesan dan manipulasi data

mentah menjadi informasi yang bermanfaat.

Pada analisis kuantitatif lebih ditekankan pada

pemecahan masalah yang relevan dengan

permasalahan karena pengolahan data tersebut

memakai metode statistik, maka data tersebut

diklasifikasikan dalam kategori-kategori tertentu dengan menggunakan tabel untuk mempermudah

analisis. Metode analisis kuantitatif yang

digunakan dalam penelitian ini untuk keperluan

menganalisis data yang akan diteliti dengan alat

statistik yang didukung software aplikasi smartPLS yang merupakan aplikasi software

yang digunakan untuk mengolah data dalam

pengujian menggunakan metode analisis data

Partial Least Square (PLS).

PLS adalah metode penyelesaian structural equation modelling (SEM) yang

dalam hal ini (sesuai tujuan penelitian) lebih

tepat dibandingkan dengan teknik-teknik SEM

lainnya. Hal ini didasarkan pada pertimbangan

bahwa dalam penelitian ini terdapat dua variabel

laten yang dibentuk dengan indikator formative

(Ulum dkk, 2008).

b. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik desktiptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum. Statistik deskriptif juga

bermanfaat untuk mendeskripsikan variabel-

variabel dalam penelitian ini, yaitu akan

memberikan gambaran umum dari tiap variabel

penelitian agar mudah dipahami. Statistik

deskriptif yang digunakan yaitu: mean dan

standard deviation yang memberikan gambaran

mengenai data penelitian berupa variabel

penelitian yang meliputi variabel independen

(Intellectual Capital yang diproksikan dengan

VACA, VAHU dan STVA), dan Tingkat

Pertumbuhan Modal Intelektual (ROGIC) serta

variabel dependen (kinerja keuangan yang

diproksikan dengan ROA, ROE dan EPS serta

nilai pasar perusahaan yang diproksikan dengan

MtBV) dengan sampel seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2007 sampai 2011.

c. Analisis Statistik Inferensial

Penelitian ini menggunakan alat analisis

Structural Equation Modeling (SEM) dengan

metode alternatif yaitu Partial Least Square

(PLS). Pemilihan metode PLS didasarkan pada

pertimbangan bahwa dalam penelitian ini

terdapat dua variabel laten yang dibentuk

dengan indikator formatif, dan bukan refleksif

(Solikhah dkk, 2010). Model refleksif

mengasumsikan bahwa konstruk atau variabel

laten mempengaruhi indikator, dimana arah

hubungan kausalitas dari konstruk ke indikator

atau manifes (Ghozali, 2006). Lebih lanjut

Ghozali (2006) menyatakan bahwa model

formatif mengasumsikan bahwa indikator-

indikator mempengaruhi konstruk, dimana arah

hubungan kausalias dari indikator ke konstruk.

Dalam penelitian ini, baik variabel

independen (VAIC™) maupun variabel

dependen (kinerja keuangan dan nilai pasar

perusahaan), keduanya dibangun dengan

indikator formatif. Oleh karena itu, penelitian

ini menggunakan PLS karena program analisis

lainnya (misalnya AMOS, Lisrel, dsb.) tidak

mampu melakukan analisis data atas laten

variabel dengan indikator formatif (Ghozali,

2006). Terdapat dua bagian analisis yang harus

dilakukan dalam PLS, yaitu:

1. Menilai Outer Model atau Evaluasi Model Pengukuran

Pemodelan di dalam PLS berupa model

pengukuran yang menghubungkan

indikator dengan variabel latennya.

Menurut Ghozali (2006) dalam Ulum

dkk (2007) menjelaskan bahwa karena

diasumsikan antar indikator tidak saling

berkorelasi, maka ukuran internal

konsistensi reliabilitas (cronbach alpha)

tidak diperlukan untuk menguji

reliabilitas konstruk formatif. Ulum dkk

(2007) menambahi bahwa karena

konstruk formatif pada dasarnya

merupakan hubungan regresi dari

indikator ke konstruk, maka cara

Page 8: PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN PERTUMBUHAN …

Jurnal Magisma Vol. 5 No. 2 – Tahun 2017

8

ISSN: 2337778X

menilainya adalah dengan melihat nilai

koefisien regresi dan signifikansi dari

koefisien regresi tersebut. Uji outer

model dievaluasi berdasarkan pada

substantive content-nya yaitu dengan

melihat signifikansi dari weight. Dimana

weight digunakan untuk menghitung

data variabel laten (Yamin dan

Kurniawan, 2011).

2. Menilai Inner Model atau Evaluasi Model Struktural

Setelah pemeriksaan model

pengukuran terpenuhi, maka selanjutnya

adalah pemeriksaan terhadap model struktural. Pemodelan di dalam PLS berupa model struktural yang

menghubungkan antar variabel laten.

Menurut Ulum dkk (2007) pengujian

inner model atau model struktural

dilakukan untuk melihat hubungan

antara konstruk, nilai signifikansi dan R-

square dari model penelitian. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen

d. Uji Kebaikan Model

Koefisien Determinasi (R2)

Penjelasan nilai R2 sama halnya dengan

nilai R2 dalam regresi linier yaitu besarnya

variability variabel endogen (dependen) yang mampu dijelaskan oleh variabel eksogen (independen) (Yamin dan Kurniawan, 2011). Uji kebaikan model atau yang sering disebut

Koefisien Determinasi (R2) merupakan

pengujian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kebaikan model yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan. Pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen, setiap penambahan satu variabel independen,

maka R2 pasti meningkat tidak peduli variabel

tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009). Chin (1998) dalam Yamin dan Kurniawan (2011)

menjelaskan bahwa kriteria batasan nilai R2

dalam tiga klasifikasi, yaitu nilai R2 0.67, 0.33,

dan 0.19 sebagai subtansial, moderat, dan lemah.

3. Hasil dan Pembahasan

Hipotesis Keterangan Hasil

Modal intelektual

H1 berpengaruh positif

Ditolak terhadap nilai pasar

perusahaan.

Modal intelektual

berpengaruh positif

H2 terhadap kinerja Ditolak

keuangan

perusahaan.

Modal intelektual

berpengaruh positif

H3 terhadap kinerja Diterima

keuangan perusahaan

masa depan.

Tingkat pertumbuhan

modal intelektual

H4 berpengaruh positif

Diterima terhadap kinerja

keuangan perusahaan

masa depan.

3.1 Pengaruh Modal Intelektual terhadap

Nilai Pasar Perusahaan

Modal intelektual tidak berpengaruh terhadap nilai pasar perusahaan. Hal ini

mengindikasikan bahwa pasar kurang merespon modal intelektual yang diberikan

oleh perusahaan, karena investor akan lebih merespon suatu informasi yang betul-betul menguntungkan bagi dirinya, seperti pembagian dividen, laba perusahaan yang meningkat. Disisi lain modal intelektual masih mengalami proses yang panjang untuk

Page 9: PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN PERTUMBUHAN …

Jurnal Magisma Vol. 5 No. 2 – Tahun 2017

9

ISSN: 2337778X

memberikan keuntungan bagi investor, sehingga kurang direspon oleh pasar. Hasil ini

mendukung penelitian Yuniarsih (2010), Solikhah (2010), yang menyatakan tidak

terdapat pengaruh IC terhadap nilai pasar perusahaan.

Hasil ini sesuai dengan teori yang

menyatakan intangible asset berupa modal

intelektual yang memberikan pengaruh

terhadap peningkatan kinerja perusahaan,

namun sering diabaikan karena wujudnya tidak

terlihat, sehingga kurang direspon oleh pasar.

Hasil ini tidak mendukung argument Chen et al

(2005) yang menyatakan pengembangan modal

intelektual di perusahaan dilakukan dengan

memanfaatkan pengetahuan karyawan untuk

mengelola modal perusahaan secara efektif dan

efisien sehingga tercapai tujuan perusahaan

untuk memperoleh keuntungan yang optimal

dan peningkatan nilai perusahaan. Keuntungan

yang di peroleh perusahaan tersebut nantinya

akan didistribusikan kepada para pemegang saham. sehingga dengan kata lain, nilai

perusahaan tercermin dari kesejahteraan para

pemegang sahamnya.

3.2 Pengaruh Modal Intelektual terhadap

Kinerja Keuangan Perusahaan

Modal intelektual tidak berpengaruh

terhadap kinerja perusahaan. Hal ini

mengindikasikan bahwa dalam perusahaan

memiliki tiga modal utama dalam perusahaan,

yaitu modal (equity), sumber daya manusia dan

material. Apabila sumber daya manusia

dilakukan peningkatan kualitas melalui modal

intelektual, sedangkan untuk produk atau

material tidak ada pengembangan produk dan

peningkatan kualitas produk, maka yang terjadi

perusahaan tidak bisa meningkatkan kinerjanya

secara maksimal, sebab produk kurang diterima

oleh konsumen dan penjualan kurang sesuai

dengan keinginan konsumen. Disamping itu

perusahaan menjual produk jadinya langsung

kekonsumen, apabila produk belum diterima

oleh masyarakat, maka kinerja perusahaan juga

belum meningkat. Hasil ini mendukung

penelitian Kuryanto dan Syafruddin (2008),

akan tetapi berbanding terbalik dengan

penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2005), Tan et al. (2007), Ulum dkk (2008),

dan Solikhah dkk (2010) bahwa kinerja modal

intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja

keuangan perusahaan yang menyatakan modal

intelektual tidak berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perusahaan. Hasil ini tidak mendukung teori

pemangku kepentingan (stakeholder theory), pemangku kepentingan umumnya mengharapkan manajemen melakukan aktivitas yang di anggap penting oleh pemangku kepentingan, dalam arti memberikan keuntungan untuk stakeholder. Tujuan umum

teori pemangku kepentingan adalah menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai

dari dampak aktivitas-aktivitas mereka dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi pemangku kepentingan (Kuryanto dan Syafruddin, 2008)

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa stakeholder perusahaan senantiasa mengharapkan manajemen untuk efisien dalam

mengelola asset milik perusahaan baik asset berwujud maupun asset tidak berwujud dan

efektif dalam pencapaian tujuan perusahaan

agar diperoleh keuntungan yang optimal, sehingga pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan stakeholder (Kuryanto dan Syafruddin, 2008). Sementara berdasarkan teori

reource based view (RBV), perusahaan dikatakan memiliki keungguulan kompetitif

apabila mampu mengelola sumber daya yang

dimilikinya secara efektif. Dengan masukknya

konsep modal intelektual dimana di dalamnya

terdapat komponen modal fisik, modal manusia

dan modal organisasi yang bekerja bersama,

diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan

efisiensi perusahaan yang berdampak terhadap

peningkatan kinerja perusahaan. Jika modal

intelektual merupakan sumber daya yang

Page 10: PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN PERTUMBUHAN …

Jurnal Magisma Vol. 5 No. 2 – Tahun 2017

10

ISSN: 2337778X

terukur peningkatan competitive advantages, maka modal intelektual memberikan kontribusi kepada kinerja perusahaan (Susanto, 2008).

3.3 Pengaruh Modal Intelektual terhadap

Kinerja Keuangan Perusahaan Masa

Depan

Modal intelektual berpengaruh positif

terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan. Hasil ini mengindikasikan bahwa modal

intelektual merupakan aset penting perusahaan dalam penciptaan nilai dan peningkatan kinerja

perusahaan. Hasil ini mendukung teori bahwa stakeholder selalu mengharapkan manajemen melakukan kegiatan yang membawa

keuntungan bagi perusahaan. Keuntungan

tersebut diindikasikan oleh peningkatan kinerja,

termasuk peningkatan kinerja keuangan

perusahaan. Manajemen sebagai pihak

pengelola harus menggunakan sumber daya

yang dimiliki perusahaan secara optimal dalam

kegiatan operasional perusahaan sehingga

mampu menciptakan kinerja perusahaan yang baik pula menurut Ulum, dkk (2008).

Penelitian ini juga mendukung resource based theory yang menjelaskan bahwa

perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif

dan kinerja keuangan yang baik dengan cara

memiliki, menguasai, dan memanfaatkan aset-

aset strategis yang penting. Aset-aset strategis

tersebut termasuk aset berwujud maupun aset

tak berwujud, salah satunya modal intelektual.

Dengan teori ini dapat disimpulkan bahwa jika

perusahaan mampu mengelola sumber dayanya

dengan baik, maka pertumbuhan perusahaan

akan meningkat. Selain itu, modal intelektual

hanya berpengaruh terhadap kinerja keuangan

masa depan. Modal intelektual dapat

berpengaruh terhadap kinerja keuangan masa

depan dengan asumsi bahwa modal intelektual merupakan aset tak berwujud yang berguna

untuk orientasi jangka panjang seperti kelangsungan hidup perusahaan. menurut

Ulum, dkk (2008). Hasil ini mendukung penelitian Chen et

all (2005), Ulum, dkk (2008), yang

membuktikan secara empiris bahwa modal

intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja

keuangan masa depan. Akan tetapi, hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan

penelitian Kuryanto dan Syafruddin (2008)

yang hasilnya menunjukkan tidak adanya

hubungan positif antara modal intelektual

dengan kinerja keuangan perusahaan masa

depan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

sejak masuknya konsep modal intelektual di

Indonesia, perusahaan mulai menyadari bahwa

tidak hanya aset berwujud saja yang

berkontribusi terhadap baiknya kinerja

keuangan perusahaan baik masa kini maupun

masa depan, melainkan juga aset tidak

berwujud termasuk modal intelektual. Adanya

penelitian ini maka terbukti bahwa melalui

penggunaan modal intelektual, perusahaan

dapat mencapai kinerja keuangan yang baik

untuk masa depan.

3.4 Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan

Perusahaan Masa Depan

Tingkat pertumbuhan modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan. Hal ini

mengindikasikan bahwa jika perusahaan memiliki modal intelektual yang lebih tinggi,

maka cenderung memiliki kinerja masa datang

yang lebih baik. Tingkat pertumbuhan modal intelektual (ROGIC) juga akan memiliki

hubungan terhadap kinerja keuangan masa

Page 11: PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN PERTUMBUHAN …

Jurnal Magisma Vol. 5 No. 2 – Tahun 2017

11

ISSN: 2337778X

depan. Hal ini dikarenakan jika perusahaan mampu menggunakan modal intelektualnya

dengan baik dan secara kontinyu, maka akan membangun keunggulan tersendiri dalam

perusahaan tersebut menurut Tan et al (2007). Keunggulan tersebut dapat dijadikan sebagai

nilai tambah bagi perusahaan untuk memenangkan persaingan usaha dan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan

masa depan. selain itu, modal interlektual merupakan sarana untuk membangun kompetisi

perusahaan sehingga perusahaan harus mengelola dan meningkatkan modal intelektualnya untuk mempertahankan posisi kompetitifnya. Hasil ini mendukung penelitian Tan et al (2007), yang membuktikan bahwa ROGIC

memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan di masa depan, hasil ini berbanding

terbalik dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ulum,dkk (2008) dan Kuryanto dan Syafruddin (2008) bahwa tingkat pertumbuhan modal intelektual tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan masa depan. karena jika perusahaan

mampu mengelola dan memanfaatkan modal intelektual dengan baik nantinya akan mampu

menciptakan produk yang unggul dalam

perusahaan. Adanya produk yang unggul

diharapkan mampu bersaing dalam pasar yang

nantinya bertujuan untuk menaikkan income

dan kinerja keuangan perusahaan.

3.5 Koefisen Determinasi

Uji kebaikan model atau koefisien

determinasi (R2) merupakan pengujian yang

dilakukan untuk mengetahui tingkat kebaikan model yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan. Chin (1998) dalam Yamin dan Kurniawan (2011) menjelaskan bahwa kriteria

batasan nilai R2 dalam tiga klasifikasi, yaitu

nilai R2 0,67; 0,33; dan 0,19 sebagai subtansial,

moderat, dan lemah. Dalam penelitian ada tiga model pengujian, yaitu:

Tabel 4.8 diatas menunjukkan besar nilai R square untuk masing-masing model

pengujian hipotesis. Hipotesis 1 menjelaskan

hubungan modal intelektual dengan nilai pasar

adalah sebesar 0,590. Hal itu berarti bahwa

variabilitas nilai pasar yang dapat dijelaskan

oleh modal intelektual adalah sebesar 59%

sementara 41% lainnya dijelaskan oleh variabel

lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Model pengujian dalam hipotesis ini tergolong

moderat karena nilai R square diatas 0,67.

Hipotesis 2 menjelaskan hubungan

modal intelektual dengan kinerja keuangan

adalah sebesar 0,620. Hal itu berarti bahwa

variabilitas kinerja keuangan yang dapat

dijelaskan oleh modal intelektual adalah

sebesar 62% sementara 38% lainnya dijelaskan

oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini. Model pengujian dalam hipotesis

ini tergolong moderat karena nilai R square

diatas 0,67.

Hipotesis 3 menjelaskan hubungan

modal intelektual dengan kinerja keuangan

masa depan adalah sebesar 0,480. Hal itu

berarti bahwa variabilitas kinerja keuangan

masa depan yang dapat dijelaskan oleh modal

intelektual adalah sebesar 48% sementara 52%

lainnya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini. Model pengujian

dalam hipotesis ini tergolong moderat karena

nilai R square diatas 0,67.

Page 12: PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN PERTUMBUHAN …

Jurnal Magisma Vol. 5 No. 2 – Tahun 2017

12

ISSN: 2337778X

Hipotesis 4 menjelaskan hubungan tingkat

pertumbuhan modal intelektual dengan kinerja

keuangan masa depan adalah sebesar 0,364. Hal

itu berarti bahwa variabilitas kinerja keuangan

masa depan yang dapat dijelaskan oleh tingkat

pertumbuhan modal intelektual adalah sebesar

36,4% sementara 63,6% lainnya dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian

ini. Model pengujian dalam hipotesis ini

tergolong moderat karena nilai R square diatas

0,33 dan dibawah 0,67.

4. Kesimpulan Kesimpulan yang bisa diambil dari hasil

penelitaian yang dibahas pada bab sebelumnya adalah: 1. Modal intelektual tidak berpengaruh

terhadap nilai pasar perusahaan. Hal ini

mengindikasikan bahwa pasar kurang

merespon modal intelektual yang diberikan

oleh perusahaan, karena investor akan lebih

merespon suatu informasi yang betul-betul

menguntungkan bagi dirinya, seperti

pembagian dividen, laba perusahaan yang

meningkat. Disisi lain modal intelektual

masih mengalami proses yang panjang

untuk memberikan keuntungan bagi

investor, sehingga kurang direspon oleh

pasar.

2. Modal intelektual tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal ini

mengindikasikan bahwa dalam perusahaan memiliki 3 modal utama dalam perusahaan,

yaitu modal (equity), sumber daya manusia dan material. Apabila sumber daya manusia dilakukan peningkatan kualitas melalui modal intelektual, sedangkan untuk produk atau material tidak ada

pengembangan produk dan peningkatan

kualitas produk, maka yang terjadi perusahaan tidak bisa meningkatkan

kinerjanya secara maksimal, sebab produk

kurang diterima oleh konsumen dan

penjualan kurang sesuai dengan keinginan

konsumen. Disamping itu perusahaan menjual produk jadinya langsung kekonsumen, apabila produk belum

diterima oleh masyarakat, maka kinerja perusahaan juga belum meningkat.

3. Modal intelektual berpengaruh positif

terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan. Hasil ini mengindikasikan bahwa modal intelektual merupakan aset penting perusahaan dalam penciptaan nilai dan peningkatan kinerja perusahaan. Para stakeholder perusahaan senantiasa

mengharapkan manajemen untuk efisien

dalam mengelola aset milik perusahaan

baik aset berwujud dan efektif dalam

pencapaian tujuan perusahaan agar

diperoleh keuntungan yang optimal,

sehingga pada akhirnya meningkatkan

kesejahteraan stakeholder dan kinerja

keuangan perusahaan pada masa depan.

Dengan kata lain, stakeholder akan berperan sebagai kontrol dalam penggunaan dan pengelolaan sumber daya perusahaan termasuk sumber daya

intelektual.

4. Tingkat pertumbuhan modal intelektual

berpengaruh positif terhadap kinerja

keuangan perusahaan masa depan. Hal ini

mengindikasikan bahwa jika perusahaan

memiliki modal intelektual yang lebih

tinggi, maka cenderung memiliki kinerja

masa datang yang lebih baik. Tingkat

pertumbuhan modal intelektual (ROGIC)

juga akan memiliki hubungan terhadap

kinerja keuangan masa depan. Hal ini

dikarenakan jika perusahaan mampu

menggunakan modal intelektualnya dengan

baik dan secara kontinyu, maka akan

membangun keunggulan tersendiri dalam

perusahaan tersebut. Keunggulan tersebut

dapat dijadikan sebagai nilai tambah bagi perusahaan untuk memenangkan

persaingan usaha dan meningkatkan kinerja

keuangan perusahaan masa depan. selain

itu, modal interlektual merupakan sarana

untuk membangun kompetisi perusahaan

sehingga perusahaan harus mengelola dan

meningkatkan modal intelektualnya untuk

mempertahankan posisi kompetitifnya.

Page 13: PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN PERTUMBUHAN …

Jurnal Magisma Vol. 5 No. 2 – Tahun 2017

13

ISSN: 2337778X

5.1 Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa

keterbatasan yang diuraikan sebagai berikut:

1. Pengakuan mengenai pengaruh modal

intelektual dalam menciptakan nilai dan

keunggulan kompetitif perusahaan terus meningkat, namun sebuah pengukuran yang

tepat untuk modal intelektual masih terus dikembangkan (Chen et al, 2005). Hal ini dikarenakan modal intelektual

merupakan konsep pengetahuan yang

masih baru dan belum terdapat standar

yang mewajibkan perusahaan melaporkan

modal intelektualnya. Sehingga perlu

dilakukan penghitungan secara manual

untuk mengetahui modal intelektual pada

suatu perusahaan. Selain itu, tidak semua

perusahaan yang listing di Bursa Efek

Indonesia (BEI) melaporkan modal

intelektual secara kuantitatif dalam laporan

keuangannya sehingga menjadi kendala

penulis dalam memperoleh data penelitian. 2. Nilai R square untuk hubungan antara

modal intelektual dengan nilai pasar dalam

penelitian ini hanya sebesar 36,4% sementara 63,6% nya dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

5.2 Saran

Berdasarkan keterbatasan dari hasil

penelitian ini, maka saran yang diberikan untuk

penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian ini dalam menghitung modal

intelektual perusahaan menggunakan

metode Pulic (1999) dengan melihat

laporan keuangan perusahaan. Oleh karena

modal intelektual merupakan asset tidak

berwujud yang belum ditetapkan sebagai

komponen wajib dalam pelaporan

keuangan, maka pada penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk

menggunakan metode lain agar lebih

mudah mengidentifikasi besarnya modal

intelektual pada perusahaan.

Nilai R square yang rendah dalam menjelaskan

hubungan antara pertumbuhan modal intelektual

dengan kinerja keuangan masa depan perusahaan

yaitu sebesar 36,4%, mengindikasikan bahwa

63,6% nya dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian selanjutnya dapat

mempertimbangkan untuk memasukkan rasio lain

untuk mengukur kinerja keuangan masa depan

perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin (2000), Pelaporan Modal Intelektual :

Upaya Mengembangkan Ukuran- Ukuran Baru, Media Akuntansi No.7 /Th VII / Maret.

Chen, Ming Chin., Cheng, Shu-Ju., Hwang,

Yuhchang (2005), An empirical investigation of the relationship

between intellectual capital and firms’ market value and financial performance, Journal of Intellectual Capital, Vol. 6, N0. 2, 159-176.

Entika, Nova Lili dan Ardiyanto, M Didik

(2012), Pengaruh elemen pembentuk

intellectual capital terhadap nilai pasar

dan kinerja keuangan pada perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI),diponegoro journal of

accounting, Vol. 1, No. 2, 1-11.

Ermayanti, Dwi (2009), Kinerja Keuangan

Perusahaan, tersedia di dwiermayanti.wordpress.com (diakses Desember 2011).

Firer, Steven. dan Williams, S. Mitchell (2003),

Intellectual capital and traditional measures of corporate performance,

Journal of Intellectual Capital, Vol. 4, No. 3, 348-360.

Hanafi, Mamduh M. dan Halim, Abdul (2009),

Analisis Laporan Keuangan,

Yogyakarta: STIM YKPN.

http://jurnalsdm.blogspot.com/2010/01/earnins-

per-share-eps-definisi-dan.html

Page 14: PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN PERTUMBUHAN …

Jurnal Magisma Vol. 5 No. 2 – Tahun 2017

14

ISSN: 2337778X

Imaningati, Sri (2009), Pengaruh Modal

Intelektual terhadap Bussines Performance, Prestasi Vol.5, No.2 – Desember 2009.

Kuryanto, Benny. dan Syafruddin, Muchamad

(2008), Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Perusahaan, Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak.

Margaretha, Farah dan Rakhman (2006),

Analisis Pengaruh Modal intelektual terhadap Market Value dan Financial Performance Perusahaan dengan Metode Value Added Modal intelektual Coefficient, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 8, No. 2, Agustus 2006, 199-217.

Pulic, Ante. dan Kolakovic, Marko (2003),

Value creation efficiency in the new economy, tersedia di www.vaic-on.net (diakses Desember 2011).

Sawarjuwono, Tjiptohadi. dan Kadir, Agustine

Prihatin (2003), Intellectual Capital:

Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research), Jurnal

Akuntansi dan Keuangan, Vol. 5, No. 1, 31-51.

Solikhah, Badingatus., Rohman, Abdul.,

Meiranto, Wahyu. (2010), Implikasi Intellectual Capital Terhadap Financial Performance, Growth dan Market Value; Studi Empiris dengan Pendekatan Simplistic Specification. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

Sucipto (2003), Penilaian Kinerja Keuangan,

USU Digital Library. Suhardjanto, Djoko dan Wardhani, Mari

(2010), Praktik Intelectual Capital Disclosure Perusahaan yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia, JAAI Volume 14 No. 1, Juni 2010: 71–85.

Sunarsih, Ni Made dan Yuria Mendra, Ni Putu.

(2012) , Pengaruh Modal Intelektual

Terhadap Nilai Perusahaan Dengan

Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XV, Banjarmasin

Syamsuddin, Lukman (2004), Manajemen

Keuangan Perusahaan; Konsep

Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Tan, Hong Pew., Plowman, David., Hancock,

Phil. (2007), Intellectual capital and

financial returns of companies, Journal of Intellectual Capital , Vol. 8, No. 1,

76-95. Ulum, Ihyaul., Ghozali, Imam, Chariri, Anis

(2008), Intellectual Capital dan Kinerja

Keuangan Perusahaan; Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares, Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak.

Ulum, Ihyaul (2009), Intellectual Capital;

Konsep dan Kajian Empiris,

Yogyakarta: Graha Ilmu. Williams, S Mitchell (2001), Is intellectual

capital performance and disclosure practices related?,Univercity of calgary

Yuniasih, Ni Wayan, Dewa G. Wirama, dan

Dewa N. Badera. (2010) . Eksplorasi Kinerja Pasar Perusahaan: Kajian Berdasarkan Modal Intelektual. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto: 13-15 Oktober.

Yusuf dan Sawitri, Peni (2009), Modal

Intelektual dan Market Performance Perusahaan-perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur, & Sipil (PESAT), Depok: Universitas Gunadarma.