PENELITIAN MANDIRI PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA EKONOMI MASYARAKAT LOKAL BALI W. Citra JuwitaSari, SH.,M.Par 1986071720130122001 PROGRAM STUDI INDUSTRI PERJALANAN WISATA FAKULTAS PARIWISATA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2017
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENELITIAN MANDIRI
PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA EKONOMI
MASYARAKAT LOKAL BALI
W. Citra JuwitaSari, SH.,M.Par 1986071720130122001
PROGRAM STUDI INDUSTRI PERJALANAN WISATA
FAKULTAS PARIWISATA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Jaman yang semakin modern ini, sangatlah dibutuhkan sektor
pariwisata yang kini menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat. Disaat seseorang
mulai merasakan kejenuhan atas segala aktifitas yang dilakukannya selama ini,
maka ia sangat membutuhkan waktu luang untuk sekedar berekreasi melakukan
kegiatan wisata sehingga dapat menghilangkan segala kepenatan dalam hidup.
Pariwisata sendiri berarti berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha,
pemerintah, dan memerintah daerah. (Suwena dan widyatmaja,2010 : 15).
Pariwisata sangat membantu dalam mendongkrak kemajuan ekonomi suatu
Negara terutama sektor devisa.
Indonesia sebagai salah aa wisata yang memiliki keunikanyang dapat
menarik wisatawan. Dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan diperlukan
penangan yang profesional pada destinasi wisata yang terdapat di indonesia
terutama perencanaan dan penataan serta pemasaran destinasi wisata. Oleh karena
itu dibutuhkan pengetahuan tentang karakteristik wisatawan yang dominan
mengunjungi suatu destinasi wisata untuk mengetahui permintaan wisatawan
sehingga dapat dijadikan dasar pengembangan destinasi wisata.
Pengembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan dari
waktu ke waktu baik perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan. Pembangunan
kepariwisataan pada hakekatnya untuk mengembangkan dan memanfaatkan objek
dan daya tarik wisata yang berupa kekayaan alam yang indah, keragaman flora
fauna, seni budaya, peninggalan sejarah, benda-benda purbakala serta
kemajemukan budaya. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi landasan berlangsungnya sistem desentralisasi dan
otonomi daerah di Indonesia. Adanya otonomi daerah pemerintah pusat harus
memberikan pembagian kekuasaan kepada daerah untuk mengelola sumber daya
sehingga adanya tanggung jawab dari pemerintah daerah untuk mengelola secara
efisien dan efektif yang nantinya menjadi sumber daerah untuk Pendapatan Asli
Daerah untuk memenuhi kebutuhannya. Berkaitan dengan pendapatan asli daerah
dari sektor retribusi, maka daerah dapat menggali potensi wisatanya. Pemerintah
menyadari bahwa sektor pariwisata bukan merupakan sektor penyumbang terbesar
dalam pendapatan daerah, tetapi pariwisata berpotensi dalam meningkatkan
pendapatan asli daerah.
Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang sudah
sangat berkembang dan sampai saat ini mampu menyumbangkan pendapatan bagi
Negara Indonesia. Selama ini Pulau Bali tak pernah sepi dari wisatawan, baik
local maupun internasional. Nama Bali sudah tak asing lagi terdengar di telinga
wisatawan karena merupakan salah satu destinasi impian yang terkenal akan
warisan budaya, keseniannya serta keramahan penduduknya. Eksotika pulau yang
sering di sebut Pulau Seribu Pura ini selalu menjadi lirikan karena keindahannya
untuk dinikmati wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang datang ke
Bali yang berasal dari berbagai belahan dunia.
Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke bali, diharapkan dapat
meningkatkan kunjungan ke setiap obyek-obyek wisata di bali sehingga
berpotensi dalam meningkatkan pendapatan asli daerah. Hingga harus diimbangi
dengan peningkatan keamanan, fasilitas, infrasuktur, kualitas pelayanan terhadap
wisatawan. Selain itu, diperlukan juga partisipasi masyarakat yang aktif untuk
menggerakan kegiatan pariwisata di Bali menjadi lebih baik. Pelayanan yang
memuaskan berasal dari sumber daya manusia yang handal dan berkualitas.
Sebagai salah satu stakeholder pariwisata selain pemerintah maupun swasta
(investor), masyarakat setempat (lokal) pun berperan penting terhadap kemajuan
suatu daerah destinasi wisata.
Masyarakat Lokal menurut Pasal 1 Angka 34 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 adalah kelompok Masyarakat yang menjalankan
tata kehidupan sehari-hari berdasarkan kebiasaan yang sudah diterima sebagai
nilai-nilai yang berlaku umum, tetapi tidak sepenuhnya bergantung pada Sumber
Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil tertentu. Tetapi dengan semakin
berkembangnya pariwisata dan makin bertambahnya destinasi-destinasi baru serta
peluang – peluang bisnis yang menggiurkan, memberikan pengaruh yang sangat
signifikan terutama bagi masyarakat lokal karena banyak yang mulai beralih atau
berkecimpung di dunia pariwisata.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut yaitu :
Bagaimanakah pengaruh kunjungan wisatawan terhadap perubahan sosial budaya
serta ekonomi masyarakat lokal di Bali ?
1.3. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas maka penulis memiliki tujuan penelitian ini
sebagai berikut:
Bagaimanakah pengaruh kunjungan wisatawan terhadap perubahan social budaya
serta ekonomi masyarakat lokal di Bali
1.4. Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
Secara akademis melalui penelitian akan mendapatkan kesempatan untuk
menambah wawasan berpikir dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan
memecahkan masalah
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi dan rujukan
dalam mempertahankan social budaya masyarakat lokal dari adanya
kunjungan wisatawan.
2.1. Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Irianto (2011) dengan judul
“Pengaruh Paiwisata Terhadap Kehidupan sosial dan Ekonomi masyarakat di
Gili Trawangan, Kecamatan Pemenang , Kabupaten Lombok Utara” hasil dari
penelitian tersebut yaitu, kegiatan pariwisata di gili trawangan memeberikan
pengaruh positif dan negatif untuk masyarakat sekitar. Pengaruh positif yang
dapat dicermati dari segi ekonomi yakni adanya peningkatan pendapatan
masyarakat serta pemerintah daerah. Selain itu terdapat juga pengaruh negatif
terutama lunturnya nilai-nilai budaya di masyarakat karena telah meniru budaya
asing yang sangat bebanding terbalik dengan budaya asli masyarakat lokal.
Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Ahmed (2015) dengan judul
“Social and Cultural Impacts of Tourism Growth in Coastal Environments and
the Potential for Sustainability: Case Study of Egypt and USA” penelitian ini
membandingkan pengaruh sosial budaya pariwisata di Amerika serta di mesir . Ini
menunjukkan pentingnya pariwisata bagi ekonomi Amerika Serikat dan Mesir;
kepekaan lingkungan di wilayah pesisir dan bagaimana buruknya perencanaan
pembangunan yang mengakibatkan pengaruh besar bagi lingkungan.Ini
menunjukkan perlunya pendekatan non-tradisional dalam pengembangan
pariwisata, tidak hanya berlaku untuk memperbaiki masalah yang ada, tetapi
untuk perkembangan masa kini dan masa mendatang.
2.2. Konsep
Singarimbun dan Effendi (2009) menyatakan bahwa pengertian konsep
adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai
untuk menggambarkan barbagai fenomena yang sama.” Konsep merupakan suatu
kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan. Dalam
merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita
memakainya. Berikut ini akan disajikan konsep – konsep yang akan digunakan
dalam membedah penelitian ini antara lain:
2.2.1 Konsep Mengenai Wisatawan
Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata (Undang-
undang nomor 10 tahun 2009). Jadi menurut pengertian ini, semua orang yang
melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan. Apapun tujuannya yang
penting, perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah
ditempat yang dikunjungi. Pacific Area Travel Association memberi batasan
bahwa wisatawan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan
dalam jangka waktu 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang
bukan negeri di mana biasanya ia tinggal, mereka ini meliputi:
1. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang-
senang, untuk keperluan pribadi atau untuk keperluan kesehatan.
2. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bisnis,
pertemuan, konferensi, musyawarah atau sebagai utusan berbagai
badan/organisasi.
3. Pejabat pemerintahan dan militer beserta keluarganya yang di
tempatkan di negara lain tidak termasuk kategori ini, tetapi bila mereka
mengadakan perjalanan ke negeri lain, maka dapat digolongkan
wisatawan.
Wisatawan dapat dibedakan lagi menjadi:
1. Wisatawan Internasional (Mancanegara) adalah orang yang melakukan
perjalanan wisata diluar negerinya dan wisatawan didalam negerinya.
2. Wisatawan Nasional (Domestic) adalah penduduk Indonesia yang melakukan
perjalanan di wilayah Indonesia diluar tempatnya berdomisili, dalam jangka
waktu sekurang-kurangya 24 jam atau menginap kecuali kegiatan yang
mendatangkan nafkah ditempat yang dikunjungi.
2.2.2 Konsep Mengenai Masyarakat Lokal
Setiadi (2006: 47) istilah community dapat di terjemahkan
sebagai “masyarakat setempat”. Istilah yang menunjuk pada warga sebuah desa,
sebuah kota, suku, atau suatu bangsa. Apabila anggota suatu kelompok baik
kelompok besar maupun kecil hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka
merasakan bahwa kelompok tersebut memenuhi kepentingan hidup yang utama,
kelompok tadi di sebut masyarakat setempat. Masyarakat merupakan kelompok
atau kolektifitas manusia yang melakukan antar hubungan, sedikit banyak bersifat
kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan
secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama.
Sebagai suatu perumpamaan maka kebutuhan seseorang tidak mungkin
secara keseluruhan.Terpenuhi apabila dia hidup bersama rekan lainnya yang
sesuku.Oleh karena itu, kriteria utama adanya masyarakat setempat adalah
terdapat sosial relationship antar anggota suatu kelompok. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat
yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis ) dengan batas-batas
tertentu.Faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di
antara anggotanya di bandingkan dengan interaksi mereka dengan penduduk di
luar batas wilayahnya.
Di sisi lain Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) diartikan
sebagai sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau
semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu
yang berada dalam kelompok tersebut.Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata
dalam bahasa Arab, musyarak.Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu
jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah
komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya,
istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup
bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Ridwan Effendi (2006:61) mengemukakan bahwa masyarakat merupakan
kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan antar hubungan, sedikit
banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah
melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama.
Disisi lain Masyarakat adalah sebuah kelompok individu yang diorganisasikan
dan mengikuti cara hidup dan peraturan yang harus dipatuhi dimana individu itu
tinggal. Sebuah kelompok masyarakat akan mengikuti peraturan yang sudah
menjadi kebiasaan di lingkungan mereka atau akan mematuhi sebuah aturan yang
sudah lama berlaku di lingkungan mereka.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi.Suatu
kesatuan masyarakat dapat memiliki prasarana yang memungkinkan para
warganya untuk berinteraksi.Ikatan yang menyebabkan suatu kesatuan manusia
menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang menyangkut semua
aspek kehidupan dalam batas kesatuan tersebut, yang sifatnya khas, mantap, dan
berkesinambungan, sehingga menjadi adat istiadat (Koentjaraningrat 2011: 120-
121).
2.2.3 Konsep mengenai Sosial Budaya
Sosial budaya terdiri dari dua kata, yaitu “sosial” dan “budaya”. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke Tiga Tahun 2002, dinyatakan bahwa kata
“sosial” mempunyai makna: (1) berkenaan dengan masyarakat; (2) suka
memperhatikan kepentingan umum (suka menolong, menderma, dsb). Sedangkan
“budaya” mempunyai makna: (1) pikiran; akal budi; (2) adat istiadat; (3) sesuatu
mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju); (4) sesuatu yang
sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah.
Budaya berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “buddhaya” yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang diartikan sebagai hal-
hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut “Culture”, yang berasal dari kata Latin “Colore”, yaitu
mengolah atau mengerjakan, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai
“kultur”. Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa social budaya adalah
sesuatu yang diciptakan masyarakat untuk menciptakan interaksi didasari akal
budi pekerti dengan keyakinan dan aturan yang diajarkan atau diturunkan serta
mengandung pengetahuan, kepercayaan, moral, dan kebiasaan.
2.2. 4 Konsep Tentang Pengertian Sosial Ekonomi
Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian
sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Pengertian social
dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada
departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi
persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang
lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu
yang berkenaan dengan masyarakat (KBBI,1996:958). Sedangkan dalam konsep
sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia
tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain disekitarnya. Sehingga
kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat.
Sementara istilah ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “oikos” yang
berarti keluarga atau rumah tangga dan “nomos” yaitu peraturan, aturan, hukum.
Maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau
manajemen rumah tangga.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti ilmu yang
mengenai asas - asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta
kekayaan (seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan) (KBBI,1996:251).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan,
kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan
penghasilan. Hal ini disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan. Untuk
melihat kedudukan sosial ekonomi Melly G. Tan mengatakan adalah pekerjaan,
penghasilan, dan pendidikan. Berdasarkan ini masyarakat tersebut dapat
digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi
(Koentjaraningrat, 1981:35).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pengaruh Sosial Budaya Kunjungan Wisatawan Terhadap
Masyarakat Lokal Bali
Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat
sementara dan dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari
keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam
dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu (Spillane,1987:21).
Di beberapa wilayah di Bali seperti Ubud, Singapadu, Kamasan, dll di mana
sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya adalah sebagai pengrajin baik
seni lukis wayang, patung, pengrajin perak, koin logam (uang kepeng), dll. Ada
pula sebagian masyarakat Bali yang dulunya sebagai petani, buruh bangunan
sekarang telah beralih menjadi pekerja dibidang pariwisata. Berdasarkan
pengamatan yang telah peneliti lakukan dapat disimpulkan :
a. Dengan banyaknya wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang
berkunjung ke salah satu destinasi wisata di Bali yang menyebabkan
terjadinya interaksi antara masyarakat dengan wisatawan sehingga
membuat masyarakat dapat berkomunikasi dengan wisatawan asing
sehingga dapat meningkatkan kemampuan bahasa asing mereka. Akan
tetapi ini tidak terlalu berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat
dan gaya hidup masyarakat tetap mengikuti perkembangan zaman dengan
kemajuan teknologi dan fashion. Mereka menganggap hal tersebut sangat
wajar dalam dunia modern saat ini. Kunjungan wisatawan tidak
berpengaruh terhadap masyarakat local tetapi terkadang memberikan
pengaruh kepada budaya lokal seperti contohnya Desa Singapadu adalah
salah satu daerang wisata, yang sebagian besar penduduknya merupakan
pengrajin patung, dimana lama kelamaan perkembangan pariwisata di
daerah tersebut berpengaruh terhadap budaya lokal masyarakat sehingga
memacu motivasi kreativitas seni para pematung untuk berkarya lebih
inovatif dan lebih variatif sesuai dengan kebutuhan pariwisata dan
meningkatnya persaingan bisnis, dan dapat mengetahui budaya dari
berbagai negara terutama melalui berbagai pesanan karya seni di luar
karya seni patung tradisional yang dikerjakan oleh pematung seperti
membuat bentuk-bentuk karya seni abstrak yang berupa patung dari batu
padas dan batu putih.
b. kunjungan wisatawan tidak berpengaruh terhadap kegiatan keagamaan dan
nilai-nilai adat istiadat mereka. Karena , kegiatan keagamaan merupakan
hal yang paling utama dilakukan dibandingkan kegiatan lainnya.
masyarakat akan berhenti beraktifitas dalam mata pencahariannya dan
mengutamakan kegiatan yang ada hubungnya dengan keagaman maupun
kegiatan gotong royong di desanya.
Perkembangan pariwisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap
budaya lokal, dimana terlihat pada pariwisata dapat memacu motivasi kreativitas
seni para pematung untuk berkarya lebih inovatif dan lebih variatif sesuai dengan
kebutuhan pariwisata dan meningkatnya persaingan bisnis, Dapat mengetahui
budaya dari berbagai negara terutama melalui berbagai pesanan karya seni selain
yang di hasilkan oleh masyarakat lokal. Dan berpengaruh negatif, yang terlihat
pada masyarakat yang dulunya hidup sederhana menjadi pola hidup konsumtif, di
mana masyarakatnya hampir semua menerapkan pola hidup mewah dan pola
hidup instan dalam mengejar prestise, dan berkurangnya sifat kebersamaan karena
adanya pengaruh budaya barat terutama tuntutan dari pengerjaan kerajinan
modern yang lebih bersifat individual tidak seperti dalam pengerjaan kerajinan
tradisional yang lebih bersifat komunal atau secara berkelompok.
3.2. Pengaruh Sosial Ekonomi Kunjungan Wisatawan Terhadap
Masyarakat Lokal Bali
Dengan besarnya pengaruh sektor pariwisata terhadap perekonomian
Indonesia pemerintah tidak boleh luput dari hal tersebut sehingga menyebabkan
kerugian bagi negara, karena tidak adanya perbaikan-perbaikan terhadap destinasi,
terutama bagaimana usaha pemerintah untuk mencegah orang-orang yang dapat
meresahkan turis, seperti perampokan, pemerasan dan masih banyak lagi masalah
masalah yang perlu dibenahi sehingga para wisatawan merasa aman dan nyaman
untuk berwisata di Indonesia. Berikut adalah dampak - dampak Pariwisata
terhadap Perekonomian yaitu :
1. Positive Economic Impacts of Tourism
1. Foreign Exchange Earnings
Pengeluaran sektor pariwisata akan menyebabkan perekonomian
masyarakat local menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan menyebabkan
sektor keuangan bertumbuh seiring bertumbuhnya sektor ekonomi lainnya.
Pengalaman di beberapa negara bahwa kedatangan wisatawan ke sebuah destinasi
wisata juga menyebabkan bertumbuhnya bisnis valuta asing untuk memberikan
pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan selama mereka berwisata.
2. Contributions To Government Revenues
Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan
menjadi dua, yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung
berasal dari pajak pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan
pelaku bisnis pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas
pendapatan suatu destinasi. Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata
terhadap pendapatan pemerintah berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang
yang di import dan pajak yang dikenakan kepada wisatawan yang berkunjung.
3. Employment Generation
Pada beberapa negara yang telah mengembangkan sektor pariwisata,
terbukti bahwa sektor pariwisata secara internasional berkontribusi nyata terhadap
penciptaan peluang kerja, penciptaan usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha
akomodasi, restoran, klub, taxi, dan usaha kerajinan seni souvenir.
4. Infrastructure Development
Berkembangnya sektor pariwisata juga dapat mendorong pemerintah lokal
untuk menyediakan infrastruktur yang lebih baik, penyediaan air bersih, listrik,
telekomunikasi, transportasi umum dan fasilitas pendukung lainnya sebagai
konsekuensi logis dan kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas hidup baik
wisatawan dan juga masyarakat local itu sendiri sebagai tuan rumah.
5. Development of Local Economies
Pendapatan sektor pariwisata acapkali digunakan untuk mengukur nilai ekonomi
pada suatu kawasan wisata. Sementara ada beberapa pendapatan lokal sangat sulit
untuk dihitung karena tidak semua pengeluaran wisatawan dapat diketahui
dengan jelas seperti misalnya penghasilan para pekerja informal seperti sopir taksi
tidak resmi, pramuwisata tidak resmi, dan lain sebagainya.
2. Negative Economic Impacts of Tourism
1. Leakage
Leakage atau kebocoran dalam pembangunan pariwisata dikategorikan
menjadi dua jenis kebocoran yaitu keboran import dan kebocoran export.
Biasanya kebocoran import terjadi ketika terjadinya permintaan terhadap
peralatan-peralatan yang berstandar internasional yang digunakan dalam industri
pariwisata, bahan makanan dan minuman import yang tidak mampu disediakan
oleh masyarakat lokal atau dalam negeri. Khususnya pada negara-negara
berkembang, makanan dan minuman yang berstandar internasional harus di
datangkan dari luar negeri dengan alasan standar yang tidak terpenuhi, dan
akibatnya produk lokal dan masyarakat lokal sebagai produsennya tidak biasa
memasarkan produknya untuk kepentingan pariwisata tersebut.
Besarnya pendapatan dari sektor pariwisata juga diiringi oleh besarnya biaya yang
harus dikeluarkan untuk melakukan import terhadap produk yang dianggap
berstandar internasional. Penelitian dibeberapa destinasi pada negara berkembang,
membuktikan bahwa tingkat kebocoran terjadi antara 40% hingga 50% terhadap
pendapatan kotor dari sektor pariwisata, sedangkan pada skala perekonomian
yang lebih kecil, kebocoran terjadi antara 10% hingga 20%.
Sedangkan kebocoran export seringkali terjadi pada pembangunan destinasi
wisata khususnya pada negara miskin atau berkembang yang cenderung
memerlukan modal dan investasi yang besar untuk membangun infrastruktur dan
fasilitas wisata lainnya. Kondisi seperti ini, akan mengundang masuknya
penanam modal asing yang memiliki modal yang kuat untuk
membangunresort atau hotel serta fasilitas dan infrastruktur pariwisata, sebagai
imbalannya, keuntungan usaha dan investasi mereka akan mendorong uang
mereka kembali ke negara mereka tanpa bisa dihalangi, hal inilah yang disebut
dengan “leakage” kebocoran export.
2. Enclave Tourism
“Enclave tourism” sering diasosiasikan bahwa sebuah destinasi wisata
dianggap hanya sebagai tempat persinggahan sebagai contohnya, sebuah
perjalanan wisata dari manajemen kapal pesiar dimana mereka hanya singgah
pada sebuah destinasi tanpa melewatkan malam atau menginap di hotel-hotel yang
telah disediakan industri lokal sebagai akibatnya dalam kedatangan wisatawan
kapal pesiar tersebut manfaatnya dianggap sangat rendah atau bahkan tidak
memberikan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat di sebuah destinasi yang
dikunjunginya.
3. Infrastructure Cost
Tanpa disadari ternyata pembangunan sektor pariwisata yang berstandar
internasional dapat menjadi beban biaya tersendiri bagi pemerintah dan akibatnya
cenderung akan dibebankan pada sektor pajak dalam artian untuk membangun
infratruktur tersebut, pendapatan sektor pajak harus ditingkatkan artinya pngutan
pajak terhadap masyarakat harus dinaikkan.
4. Increase in Prices (Inflation)
Peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa dari wisatawan akan
menyebabkan meningkatnya harga secara beruntun “inflalsi” yang pastinya akan
berdampak negative bagi masyarakat lokal yang dalam kenyataannya tidak
mengalami peningkatan pendapatan secara proporsional artinya jikalau
pendapatan masyarakat lokal meningkat namun tidak sebanding dengan
peningkatan harga-harga akan menyebabkan daya beli masyarakat lokal menjadi
rendah.
5. Economic Dependence
Keanekaragaman industri dalam sebuah perekonomian menunjukkan
sehatnya sebuah negara, jika ada sebuah negara yang hanya menggantungkan
perekonomiannya pada salah satu sektor tertentu seperti pariwisata misalnya, akan
menjadikan sebuah negara menjadi tergantung pada sektor pariwisata sebagai
akibatnya ketahanan ekonomi menjadi sangat beresiko tinggi.
Di beberapa negara, khususnya negara berkembang yang memiliki
sumberdaya yang terbatas memang sudah sepantasnya mengembangkan
pariwisata yang dianggap tidak memerlukan sumberdaya yang besar namun pada
negara yang memiliki sumberdaya yang beranekaragam harusnya dapat juga
mengembangkan sektor lainnya secara proporsional.
6. Seasonal Characteristics
Dalam Industri pariwisata, dikenal adanya musim-musim tertentu, seperti
misalnya musim ramai“high season” dimana kedatangan wisatawan akan
mengalami puncaknya, tingkat hunian kamar akan mendekati tingkat hunian
kamar maksimal dan kondisi ini akan berdampak meningkatnya pendapatan bisnis
pariwisata. Sementara dikenal juga musim sepi “low season” di mana kondisi ini
rata-rata tingkat hunian kamar tidak sesuai dengan harapan para pebisnis sebagai
dampaknya pendapatan indutri pariwisata juga menurun hal ini yang sering
disebut “problem seasonal”
sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan,
kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan
penghasilan. Dengan semakin berkembangnnya destinasi-destinasi baru serta
meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan berimbas pada pengalihan mata
pencahariaan masyarakat bali yang sekarang sebagian besar terjun dalam jasa
usaha wisata. Melihat besarnya nilai keuntungan menjadi pelaku usaha wisata
daripada brmata pencaharian konvensional seperti bertani atau menjadi nelayan.
Tetapi hal ini juga memberikan pengaruh negatif, yang terlihat pada masyarakat
yang dulunya hidup sederhana menjadi pola hidup konsumtif, di mana
masyarakatnya hampir semua menerapkan pola hidup mewah dan pola hidup
instan dalam mengejar prestise, dan berkurangnya sifat kebersamaan karena
adanya pengaruh budaya barat.
4. SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
Perkembangan pariwisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap
budaya lokal, dimana terlihat pada pariwisata dapat memacu motivasi kreativitas
seni para pematung untuk berkarya lebih inovatif dan lebih variatif sesuai dengan
kebutuhan pariwisata dan meningkatnya persaingan bisnis, Dapat mengetahui
budaya dari berbagai negara terutama melalui berbagai pesanan karya seni selain
yang di hasilkan oleh masyarakat lokal. Dan berpengaruh negatif, yang terlihat
pada masyarakat yang dulunya hidup sederhana menjadi pola hidup konsumtif, di
mana masyarakatnya hampir semua menerapkan pola hidup mewah dan pola
hidup instan dalam mengejar prestise, dan berkurangnya sifat kebersamaan karena
adanya pengaruh budaya barat terutama tuntutan dari pengerjaan kerajinan
modern yang lebih bersifat individual tidak seperti dalam pengerjaan kerajinan
tradisional yang lebih bersifat komunal atau secara berkelompok.
4.2. Saran
Dari penjabaran dalam penelitian ini , penulis memberikan saran untuk
tetap terjaganya sosial budaya masyarakat lokal seiring berkembangnya pariwisata
dan tingkat kunjungan wisatawan, masyarakat tidak boleh lengah dalam
mempertahankan budaya lokal mereka. Perlu adanya sosialisasi dari pemerintah
desa dan tokoh masyarakat khususnya untuk anak-anak muda dan remaja
mengenai pentingnya menjaga tradisi budaya lokal dan upaya untuk regenerasi
dalam mempertahankan karya seni desa.
DAFTAR PUSTAKA
Suwena, I Ketut dan Widyatmaja, Ngr I Gst. 2010.Ilmu Pariwisata.Kampus Unud
Sudirman: Udayana University Press. Hlm. 15
Pitana I Gde dan Gayatri G Putu.2005.sosiologi pariwisata. Yogyakarta: penerbit
Andi
Aly ahmed, bakr. M. August 2015, “Social and Cultural Impacts of Tourism
Growth in Coastal Environments and the Potential for Sustainability: Case Study
of Egypt and USA”, International Journal of Arts and Humanities, Vol. 1 No. 2,
www.cgrd.org. 15 May 2016.
Irianto.November 2011, “Pengaruh Pariwisata Terhadap Kehidupan Sosial dan
Ekonomi Masyarakat Gili Trawangan Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok
Utara”, jurnal bisnis dan kewirausahaan, vol 7 no.3,
https://blognyaekonomi.files.wordpress.com/.../1335945610_irianto, 15 Mei