PENGARUH KOMPETISI, CAPITAL BUFFER, DIVERSIFIKASI PENDAPATAN DAN UKURAN BANK TERHADAP STABILITAS BANK SYARIAH DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) Oleh: NURHASANUDIN NIM: 1113046000033 PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M
89
Embed
PENGARUH KOMPETISI, CAPITAL BUFFER, DIVERSIFIKASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35999/2/NURHASANUDIN-FEB.pdf · Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH KOMPETISI, CAPITAL BUFFER, DIVERSIFIKASI PENDAPATAN
DAN UKURAN BANK TERHADAP STABILITAS BANK SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh:
NURHASANUDIN
NIM: 1113046000033
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
Pengaruh Kompetisi, Capital Buffer, Diversifikasi Pendapatan dan Ukuran Bank
Terhadap Stabilitas Bank Syariah di Indonesia
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh:
Nurhasanudin
NIM: 1113046000033
Di Bawah Bimbingan
Arif Fauzan, SE., MM.
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
i
ABSTRACT
Nurhasanudin, 1113046000033, The Effect of Competition, Capital Buffer, Income
Diversification, and Size of Bank on Stability of Islamic Bank in Indonesia. Sharia
Economics Studies Program, Economics and Business Faculty, State Islamic
University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
The objective of this study aims to analyse the effect of competition, capital buffer,
income diversification and size of bank on stability of islamic bank using the latest
panel data, totalling 11 islamic commercial banks in Indonesia covering the period
between 2012 and 2016. The method to explain this study is panel regression using
fixed effect model. Generalized least square with cross section weight is applied for
fullfilling classical assumption.
The result presents evidence that competition, capital buffer, and size of bank
improve the stability significantly when the level of them increases, but in the other
side, income diversification has no siginificant effect on the stability. The result
also shows that the value of the coefficient of determination of the regression model
is 0.979 or 97.9% which indicates that the independent variables (competition,
capital buffer, income diversification, and size of bank) simultaneuously affect the
dependent variable (stability) of 97.9% and the remaining 2.1% are influenced by
other variabels not included in the study. In addition, the core findings support
competition-stability view and charter value theory but reject the too-big-to-fail
notion.
Keyword: Stability, Competition, Capital Buffer, Income Diversification, and Size
of Bank.
ii
ABSTRAK
Nurhasanudin, 1113046000033, Pengaruh Kompetisi, Capital Buffer, Diversifikasi
Pendapatan, dan Ukuran Bank Terhadap Stabilitas Bank Syariah di Indonesia.
Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompetisi, capital buffer,
diversifikasi pendapatan dan ukuran bank terhadap stabilitas bank syariah di
Indonesia menggunakan data panel terbaru berjumlah 11 bank umum syariah di
Indonesia periode 2012 sampai dengan 2016. Metode untuk menjelaskan penelitian
ini adalah regresi panel dengan model fixed effect. Generalized least square dengan
pembobotan cross section diterapkan untuk memenuhi asumsi klasik.
Hasil penelitian menampilkan bukti bahwa kompetisi, capital buffer dan ukuran
bank dapat meningkatkan stabilitas secara signifikan ketika level mereka
bertambah, tapi di sisi lain, diversifikasi pendapatan tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap stabilitas. Hasil ini juga menunjukkan bahwa nilai dari koefisien
determinasi dari model regresi adalah 0,979 atau 97,9% yang mana
mengindikasikan bahwa variabel independen (kompetisi, stabilitas, capital buffer,
diversifikasi pendapatan dan ukuran bank) secara simultan berpengaruh terhadap
variabel independen (stabilitas) sebesar 97,9% sedangkan sisanya, 2,1%
dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.
Sebagai tambahan, temuan utama dari penelitian ini mendukung pandangan
competition-stability dan teori charter value tetapi menolak anggapan too big to
fail.
Kata Kunci: Stabilitas, Kompetisi, Capital Buffer, Diversifikasi Pendapatan dan
Ukuran Bank.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmannirrahiim. Puji syukur kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang diberikan sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh
Kompetisi, Capital Buffer, Diversifikasi Pendapatan dan Ukuran Bank Terhadap
Stabilitas Bank Syariah di Indonesia” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Ekonomi Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepada pemimpin umat,
Nabi Muhammad SAW, yang telah menerangi kehidupan manusia dengan
keimanan dan pengetahuan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses pembuatan skripsi
ini karena tanpa bantuan mereka, sangatlah sulit untuk menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada pihak-pihak berikut:
1. Bapak Dr. Arif Mufraini, Lc., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
iv
4. Bapak AM Hasan Ali, MA., Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Endra Kasni Laila, M.Si., Sekertaris Program Studi Ekonomi Syariah
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Dr. Abdurrauf, Lc, MA., Sekertaris Program Studi Muamalat Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Arif Fauzan, SE., MM., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan banyak waktu dan memberikan pengarahan serta pengalaman
dan ilmu kehidupan yang sangat berharga kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini.
8. Bapak Noryamin Aini, Drs., MA dan Ibu Yuke Rahmawati, S.Ag., MA
selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan arahan kepada penulis
dengan seksama dan penuh perhatian untuk menyempurnakan isi skripsi
penulis.
9. Bapak H. AH. Azharuddin Lathif, M.Ag., selaku dosen pembimbing
akademik yang selalu menyediakan waktunya untuk menasihati dan
membimbing penulis sepanjang penulis menjalankan masa perkuliahan.
10. Segenap staf akademik dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta.
11. Bapak Adori Sudarja dan Ibu Juju, orang tua tercinta dan tersayang yang
selalu menjadi inspirasi dan semangat hidup penulis serta senantiasa
memberikan doa, motivasi, tenaga dan seluruh hidupnya untuk menjadikan
penulis sebagai manusia yang bermanfaat. Serta untuk saudari-saudariku
v
tersayang, Irna Soleha, Nurfitri Cahya, dan Khusnul Khoatim. Tak lupa pula
untuk abang Sanjaya dan Bayu Aprianto, serta keponakan tercinta yang
menjadi jagoan cilik penulis, Adam Afraihan dan (Alm. Afifah Syahira) yang
selalu menemani dan memberikan semangat kepada penulis.
12. Bang Asep Hamdi, manusia dengan sejuta manfaat bagi umat, yang telah
menginspirasi dan memotivasi penulis menjadi manusia yang tak lelah
mengejar mimpi demi kemaslahatan kehidupan umat.
13. Ibu Haji Asih dan Bapak Azis yang selalu meringankan beban kehidupan
penulis dan senantiasa mendoakan setiap berangkat kuliah pagi.
14. Devina Aprillia, atas segala dukungan dan doa yang telah diberikan selama
keistimewaan bank besar di Indonesia yang memiliki kemudahan dan keleluasaan
dalam menciptakan inovasi produk dan jasa perbankan.
Selain itu, seperti yang dikemukakan oleh Khasawneh, bank yang besar lebih
berpeluang untuk menjangkau pangsa pasar pembiayaan, investasi dan aktivitas
bisnis lainnya sehingga dapat memperbesar pendapatan dan meminimalisir risiko
yang melekat pada bisnisnya.2 Tetapi di sisi lain, bank yang terlalu besar dan
dominan dalam sebuah industri cenderung lebih mudah mengambil risiko tinggi
dalam berbisnis untuk mendapatkan pengembalian yang lebih besar (high risk high
return) disebabkan sifatnya yang terlalu besar untuk gagal. Bank tersebut
menyadari bahwa mereka tidak diperbolehkan untuk gagal dalam menjalankan
bisnisnya oleh pemerintah dikarenakan memiliki risiko sistemik yang
membahayakan industri perbankan secara keseluruhan bahkan terhadap
perekonomian negara.3
Persaingan yang kian ketat juga memicu kembali perdebatan terkait dampak
persaingan terhadap stabilitas. Kompetitifnya persaingan mendorong bank untuk
mengambil risiko berlebihan yang mengakibatkan meningkatnya permasalahan
moral hazard. Hal tersebut akibat dari ketidakhati-hatian perilaku bank dalam
memperebutkan dan menyalurkan dana masyarakat untuk meningkatkan pangsa
pasar serta mengamankan franchise value yang dimiliki sehingga mengurangi
kekuatan bank dalam mencetak laba. Dampaknya, hal itu akan memperbesar
terjadinya instabilitas bank syariah (competition-fragility). Ini sejalan dengan
temuan Berger dkk4, Tabak dkk5 dan Intan dkk6.
Meskipun demikian, ketatnya persaingan akan membuat bank
mengoptimalkan efisiensi. Bank cenderung membebankan imbal hasil atau bunga
yang lebih rendah sehingga nasabah pembiayaan akan mudah melunasi pinjaman.
2 Ahmad Khasawneh, “Vulnerability and profitability of MENA banking system: Islamic versus commercial banks”,
International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 9 (2016): h. 4. 3 Buddi Wibowo, “Stabilitas Bank, Tingkat Persaingan Antar Bank dan Diversifikasi Sumber Pendapatan: Analisis
Per Kelompok Bank di Indonesia” Jurnal Manajemen Teknologi Vol. 15. No.2 (2016): h. 174. 4 Alan N Berger, dkk, “Bank Competition and Financial Stability”, Journal of Financial Services Research Vol. 35
(2008): h. 20-21. 5 Benjamin M. Tabak, dkk, “The relationship between banking market competition and risk-taking. Do size and
capitalization matter?”, Journal of Banking and Finance Vol. 36 (2012): h. 3380. 6 Intan Apriadi, dkk, “Banking Fragility in Indonesia: A Panel Vector Autoregression Approach”, Ijaber Vol. 14,
No. 14 (2016): h. 1221.
3
Hal itu akan mengurangi beban operasional dan kemungkinan terjadinya
permasalahan gagal bayar (risiko pembiayaan) yang berdampak positif terhadap
stabilitas bank syariah (competition-stability). Pandangan ini sesuai dengan hasil
penelitian Boyd7, Schaeck & Cihack8, dan Mulyaningsih dkk9.
Oleh karena itu, untuk terus meningkatkan kualitas kinerjanya agar
stabilitasnya kian kuat dan dapat bersaing di lingkungan persaingan bisnis yang
begitu kompetitif, bank syariah terus berupaya memaksimalkan kinerjanya dengan
mendiversifikasi sumber pendapatannya. Menurut Wibowo, bank yang mampu
mendiversifikasikan pendapatan dan pembiayaan yang diberikan sehingga tidak
terlalu mengandalkan pendapatan tradisionalnya akan memperoleh manfaat yang
signifikan dalam upayanya mempertahankan kelangsungan usahanya. Bank
tersebut dapat mengurangi risiko bisnisnya dan memperoleh pendapatan yang
stabil, tidak rentan terhadap perubahan kondisi perekonomian dan siklus bisnis
yang menerpa nasabahnya.10
Senada dengan Wibowo, DeYoung dan Tornah menyimpulkan bahwa bank
lebih stabil ketika mendiversifikasikan sumber pendapatan dan kredit yang
diberikan.11 Pendapat tersebut diperkuat oleh Nguyen dkk yang menyatakan bahwa
bank yang mendiversifikasikan pendapatannya di pasar yang sumber
pendapatannya terfokus pada pendapatan tradisional lebih mampu mengurangi
kemungkinan terjadinya kebangkrutan.12 Meslier dkk juga menegaskan bahwa
bank-bank yang beroperasi di negara berkembang berhasil mengurangi risiko bisnis
dengan mendiversifikasi pendapatannya.13
7 John H. Boyd, dkk “Bank Risk Taking and Competition. Revisited: New Theory and New Evidence”, IMF
Working Paper WP/06/297 (2006): h. 29. 8 Schaeck & Cihack, “How Does Competition Affect Efficiency and Soundness in Banking? New Empircal
Evidence”, European Central Bank, Working Paper Series No. 932 (September 2008): h. 24. 9 Tri Mulyaningsih, dkk, “Nexus of Competition and Stability: Case of Banking in Indonesia” Buletin Ekonomi
Moneter dan Perbankan, Vol. 18, No. 3 (2016): h. 349. 10 Buddi Wibowo, “Stabilitas Bank, Tingkat Persaingan Antar Bank dan Diversifikasi Sumber Pendapatan: Analisis
Per Kelompok Bank di Indonesia” Jurnal Manajemen Teknologi Vol. 15. No.2 (2016): h. 178-179. 11 Robert DeYoung & Gökhan Tornah, “Nontraditional banking activities and bank failures during the financial
crisis”, Journal of Financial Intermediation Vol. 22 (2013): h. 409. 12 Nguyen, dkk, “Market power, revenue diversification and bank stability: Evidence from selected South Asian
countries”, Journal of International Financial Markets Vol. 22, No. 4 (2012): h. 910. 13 Meslier, dkk, “Is income diversification beneficial? Evidence from an emerging economy”, Journal of
International Financial Markets, Institution & Money Vol. 31 (2014): h. 123-124.
4
Sebaliknya menurut Lepetit dkk, bank yang memperluas jangkauan bisnisnya
terhadap kegiatan bisnis non tradisional memiliki risiko yang lebih besar dibanding
bank yang menggantungkan bisnisnya pada aktivitas tradisional (interest
activity).14 Pandangan tersebut sejalan dengan Mercieca dkk yang mengemukakan
bahwa kurangnya pengalaman dan kemampuan yang tidak mumpuni, membuat
bank tak berhasil mendapatkan manfaat dari diversifikasi yang dilakukannya.15
Pandangan ini diperkuat oleh Stiroh dan Rumble yang menyatakan bahwa bank
yang tidak memiliki strategi diversifikasi yang tepat akan memicu volatilitas yang
tinggi sehingga tingkat pengembalian yang didapat tidak lebih menguntungkan
dibanding pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan tradisional bahkan dapat
memperbesar risiko yang akan meningkatkan peluang kegagalan bank itu sendiri.16
Oleh karena itu, dikarenakan kerentanan bank-bank syariah dalam
menghadapi risiko persaingan maupun risiko yang timbul dari kegiatan strategi
diversifikasi yang diterapkannya, Bank Indonesia juga turut berperan dalam
mempertahankan stabilitas bank syariah dengan menetapkan rasio modal minimum
yang wajib dipertahankan oleh bank syariah didasarkan profil risiko yang dihadapi.
Namun, bank syariah seringkali berusaha mempertahankan rasio permodalannya
melebihi yang disyaratkan (capital buffer). Hal itu dikarenakan bank syariah pada
dasarnya ingin mengamankan stabilitasnya dari penurunan kinerja. Dengan modal
yang kuat, bank syariah lebih siap dalam mengantisipasi risiko kegagalan usaha
akibat terjadinya risiko yang tidak diharapkan. Selain itu, dengan modal yang
memadai, bank syariah juga dapat memenuhi pemberian pembiayaan ketika
permintaan melonjak tinggi yang berdampak positif terhadap laba.
Dengan demikian, berdasarkan latar belakang di atas yang telah diuraikan,
terdapat pertentangan pendapat para ahli yang didasari tempat penelitian yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti dengan judul
14 Laetitia Lepetit, dkk, “Bank income structure and risk: An empirical analysis of European Banks”, Journal of
Banking and Finance Vol. 32 (2008): h.12. 15 Mercieca, dkk, “Small European Banks: Benefit from diversification?”, Journal of Banking and Finance Vol. 31
(Juli 2006): h. 9-10. 16 Stiroh & Rumble, “The dark side of diversification: The case of US financial holding companies”, Journal of
Banking & Finance Vol. 30 (2006): h. 2158-2160.
5
“Analisis Pengaruh Kompetisi, Capital buffer, Diversifikasi Pendapatan dan
Ukuran Bank Terhadap Stabilitas Bank Syariah di Indonesia.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah kompetisi perbankan mempengaruhi stabilitas bank syariah di
Indonesia?
2. Apakah pembiayaan bermasalah mempengaruhi stabilitas bank syariah di
Indonesia?
3. Apakah capital buffer mempengaruhi stabilitas bank syariah di Indonesia?
4. Apakah diversifikasi pendapatan mempengaruhi stabilitas bank syariah di
Indonesia?
5. Apakah ukuran bank mempengaruhi stabilitas bank syariah di Indonesia?
6. Apakah tingkat kompetisi perbankan ASEAN akan mempengaruhi tingkat
kompetisi bank syariah di Indonesia?
7. Apakah hubungan stabilitas bank syariah dengan size of bank adalah saling
mempengaruhi?
C. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan arah penelitian dan memudahkan analisis, maka penulis
perlu membuat batasan-batasan masalah. Adapun batasan-batasannya meliputi:
1. Metode analisis yang digunakan adalah regresi data panel.
2. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa dokumen yang berisi
laporan keuangan bank umum syariah tahun 2012-2016.
3. Objek penelitian ini adalah kondisi keuangan bank umum syariah di
Indonesia tahun 2012-2016.
6
4. Bank syariah yang dijadikan objek penelitian ini adalah bank umum
syariah yang beroperasi dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 serta
menyediakan laporan keuangan tahunan di website resminya, yaitu:
Bank Muamalat Indonesia (www.muamalatbank.com), Bank Syariah
Mandiri (www.syariahmandiri.co.id), Bank Central Asia Syariah
(www.bcasyariah.co.id), Bank Rakyat Indonesia Syariah
(www.brisyariah.co.id), Bank Negara Indonesia Syariah
(www.bnisyariah.co.id), Bank Mega Syariah (www.megasyariah.co.id),
Bank Syariah Bukopin (www.syariahbukopin.co.id), Bank Panin
Syariah (www.paninbanksyariah.co.id), Bank Jabar dan Banten
Syariah (www.bjbsyariah.co.id), Maybank Indonesia Syariah
(www.maybanksyariah.co.id) dan Bank Victoria Syariah
(www.bankvictoriasyariah.co.id).
5. Variabel terikat penelitian yang digunakan adalah stabilitas bank syariah.
6. Variabel bebas penelitian yang digunakan adalah kompetisi bank
syariah, capital buffer, diversifikasi pendapatan dan ukuran bank.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan sebelumnya yang telah diuraikan, maka
permasalahan yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah kompetisi antar bank syariah berpengaruh signifikan terhadap
stabilitas bank syariah di Indonesia?
2. Apakah capital buffer berpengaruh signifikan terhadap stabilitas bank
syariah di Indonesia?
3. Apakah diversifikasi pendapatan berpengaruh signifikan terhadap
stabilitas bank syariah di Indonesia?
4. Apakah ukuran bank berpengaruh signifikan terhadap stabilitas bank
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka
tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh kompetisi antar bank syariah terhadap
stabilitas bank syariah di Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh capital buffer terhadap stabilitas bank
syariah di Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh diversifikasi pendapatan terhadap stabilitas
bank syariah di Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengaruh ukuran bank syariah terhadap stabilitas
bank syariah di Indonesia.
F. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan
sehingga dapat dimanfaatkan untuk referensi bagi yang ingin melakukan
penelitian yang mendalam terkait faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas
bank syariah di Indonesia.
2. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan dan
masukan bagi pemerintah selaku pengambil kebijakan dan untuk memberi
masukan dan evaluasi bagi para praktisi bank syariah dalam upayanya
menjaga stabilitas bank syariah di Indonesia.
G. Sistematika Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini mengikuti Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.
Sistematika penulisan menggambarkan secara garis besar tentang apa yang dibahas
8
dalam skripsi ini. Skripsi ini terdiri dari lima bab. Berikut ini sistematika
penulisannya secara lengkap dan jelas.
BAB I: Pendahuluan
Merupakan pendahuluan yang mengantarkan kepada pokok-pokok
permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: Landasan Teori
Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori dan definisi yang terkait dengan
penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas bank syariah di Indonesia
yang meliputi konsep dan teori bank syariah, stabilitas bank, kompetisi, capital
buffer, diversifikasi pendapatan, dan ukuran bank. Selain itu, di bab ini juga
dicantumkan review studi terdahulu, alur kerja dan juga hipotesis.
BAB III: Metode Penelitian
Pada bab ini, diuraikan ruang lingkup penelitian, jenis penelitian dan metode
pengumpulan data, definisi operasional variabel penelitian, pengujian asumsi
klasik, dan metode analisis data.
BAB IV: Hasil dan Pembahasan
Bab ini adalah inti dari permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Adapun
beberapa inti dari permasalahan yang dikaji dalam bab ini berisi: sekilas gambaran
umum bank syariah di Indonesia, hasil analisis statistik deskriptif dan hasil
penelitian yang meliputi pengujian model, pengujian hipotesis dan interpretasi inti
hasil penelitian.
BAB V: Penutup
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan
permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Merujuk pada undang-undang tahun 2008 tentang perbankan syariah,
bank syariah didefinisikan sebagai “bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah”.1 Sedangkan menurut Muhamad,
“bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat
Islam”.2 Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah bank
yang menjalankan usaha pokoknya memberikan layanan jasa dan produk
keuangan yang telah disesuaikan dengan prinsip syariah. Meskipun demikian,
bank syariah bukan hanya bank bebas bunga yang sesuai dengan prinsip
syariah, tetapi bank syariah juga memiliki tujuan pencapaian sejahtera.
Menurut Rianto, secara fundamental bank syariah memiliki karakteristik
yang berbeda dengan bank konvensional, yaitu bank syariah lebih
menekankan pelayanannya kepada kepentingan publik dan merealisasikan
sasaran sosio-ekonomi Islam.3
B. Stabilitas Bank
1. Pengertian Stabilitas Bank
Pada dasarnya, definisi stabilitas bank dapat diketahui dengan melihat
definisi dari stabilitas sistem keuangan. Hal ini dikarenakan stabilitas sistem
keuangan dengan stabilitas bank memiliki keterkaitan yang sangat kuat.4
Bank memiliki peran penting dan strategis dalam sistem keuangan sehingga
bank selalu menjadi fokus utama regulator dalam membuat kebijakan yang
1 UU. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 2 Muhamad. Manajemen Dana Bank Syariah (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014), h. 2. 3 M. Nur Rianto Al-Arif. Dasar-Dasar Ekonomi Islam (Solo: Era Adicitra Intermedia, 2011), h. 298. 4 Intan Apriadi, dkk, “Banking Fragility in Indonesia: A Panel Vector Autoregression Approach”, Ijaber Vol. 14,
No. 14 (2016): h. 1197.
10
berhubungan dengan stabilitas sistem keuangan. Berdasarkan pengertian
stabilitas sistem keuangan yang didefinisikan oleh Bank Indonesia5, Bank
Dunia6 dan Bank Sentral Eropa7, stabilitas sistem keuangan dapat
didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana perantara, pasar dan infrastruktur
pasar keuangan mampu melakukan fungsi intermediasi dengan baik,
mengalokasikan sumber daya secara efisien, menilai dan mengelola risiko
keuangan dengan efektif, dan memiliki daya tahan yang kuat.
Sementara itu, Saksonova dan Solovjova mendefinisikan stabilitas bank
sebagai “kemampuan untuk menjalankan usaha dengan tetap
mempertahankan keberlangsungan usahanya di lingkungan ekonomi yang
berbeda dan tidak menerima dana dari sumber dana eksternal untuk
menjalankan usahanya”.8 Sedangkan Beck mengartikan stabilitas bank
sebagai suatu keadaan di mana bank dapat menjalankan fungsi
intermediasinya, seperti menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat,
serta memberikan jasa layanan keuangan secara normal dan efektif.9 Lebih
lanjut, secara sederhana stabilitas bank dapat diartikan sebagai suatu kondisi
di mana bank tidak mengalami gejala kebangkrutan atau instabilitas. Dengan
kata lain, bank yang stabil adalah bank yang memiliki tingkat kesehatan yang
baik dan terbebas dari permasalahan kesulitan keuangan (financial distress).10
Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa stabilitas bank adalah
kemampuan bank dalam menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik
dan terbebas dari permasalahan kesulitan keuangan. Bank yang stabil mampu
menilai dan mengelola risiko dengan efektif serta mengalokasikan sumber
dayanya secara efisien. Bank dengan stabilitas yang baik juga memiliki daya
5 Bank Indonesia, “Definisi Stabilitas Sistem Keuangan”, diakses pada 23 Januari 2017 dari
http://www.bi.go.id/id/perbankan/ssk/ikhtisar/pentingnya/Contents/Default.aspx. 6 World Bank, “Financial Stability”, diakses pada 23 Januari 2017 dari
http://www.worldbank.org/en/publication/gfdr/background/financial-stability. 7 Central Bank, “Financial Stability”, diakses pada 23 Januari 2017 dari
http://www.centralbank.gov.cy/nqcontent.cfm?a_id=8127&lang=en. 8 S.Saksonova & I.Solovjova, “Some Quantitative Aspects of Stability Management Strategy in a Bank” Procedia-
Social and Behavioral Sciences Vol. 58 (2012): h. 569. 9 Thorsten Beck, “Bank Competition and Financial Stability: Friends or Foes?” Policy Research Working Paper
WPS 4656 (2008): h. 3-4. 10 Bella Mirandasari, “Analisis Komparasi Stabilitas Perbankan Syariah dan Konvensional (Bank Umum Devisa
Non Go Public di Indonesia)” Jurnal Ilmiah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya (2015): h. 3.
11
tahan yang kuat sehingga bank dapat mempertahankan kelangsungan
usahanya di lingkungan ekonomi yang berbeda-beda, termasuk ketika
terdapat gangguan ekonomi yang tiba-tiba.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Bank
Menurut Cihack dan Hesse, terdapat empat faktor utama yang
mempengaruhi stabilitas bank, yaitu:
1. Karakteristik bank, yaitu ukuran bank, biaya efisiensi, pembiayaan
yang disalurkan, diversifikasi pendapatan, dan komposisi aset.
2. Kondisi makroekonomi yang meliputi inflasi, tingkat pertumbuhan
ekonomi dan kurs.
3. Kondisi pemerintahan yang meliputi stabilitas perpolitikan,
Sementara itu, Khasawneh yang memfokuskan analisisnya terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas bank syariah dan konvensional di
kawasan Timur Tengah, memodifikasi model yang dibuat oleh Cihack dan
Hesse. Menurut Khasawneh, stabilitas bank dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Faktor internal meliputi ukuran bank, ekuitas, likuiditas,
diversifikasi pendapatan, dana cadangan dan pembiayaan bermasalah.
Sedangkan faktor eksternal meliputi pertumbuhan ekonomi dan krisis
keuangan. 12
Lebih lanjut, Wibowo juga memodifikasi model yang dibuat oleh Cihack
dan Hesse. Hal tersebut dikarenakan Wibowo ingin memfokuskan
penelitiannya pada besaran pengaruh variabel independen yang Wibowo
11 Martin Cihack & Heiko Hesse, “Islamic Banks and Financial Stability: An Empirical Analysis”, IMF Working
Paper WP/08/16 (Januari 2008): h. 9-10. 12 Ahmad Khasawneh, “Vulnerability and profitability of MENA banking system: Islamic versus commercial
banks”, International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management (2016): h. 3-4.
12
gunakan terhadap stabilitas bank konvensional di Indonesia. Variabel
independen yang digunakan Wibowo yaitu capital buffer, diversifikasi
pendapatan, diversifikasi penyaluran pembiayaan, persaingan antar bank, dan
ukuran bank. 13
3. Pengukuran Stabilitas Bank Syariah
Pihak eksternal bank syariah biasanya kesulitan mengakses informasi yang
detail tentang kondisi kesehatan bank. Informasi yang didapatkan pihak luar
bank syariah sangat sedikit dan terbatas karena adanya asymmetric
information. Oleh sebab itu, metode pengukuran stabilitas bank syariah yang
akurat sangat diperlukan guna mengetahui dan memprediksi secara
menyeluruh tentang kondisi stabilitas suatu bank syariah dalam menjalankan
usahanya saat ini dan di masa yang akan datang.
Menurut Laura dkk, banyak metode yang dapat digunakan untuk
mengetahui kestabilan suatu bank. Namun, metode yang dapat menyimpulkan
dengan akurasi lebih tinggi dan terpercaya dibanding yang lain adalah dengan
melihat Z-score, terlebih jika diterapkan pada bank-bank besar.14 Z-score
sendiri merupakan sebuah pengukuran risiko yang biasa digunakan untuk
mengetahui kemungkinan kegagalan bank dalam menjalankan usahanya di
banyak penelitian empirik perbankan.15 Z-score pertama kali diperkenalkan
oleh Roy pada tahun 1952 yang pada dasarnya diperuntukkan untuk
menganalisis kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada suatu perusahaan.16
Formula untuk mencari Z-score ini mengunakan formula yang dibuat oleh
Boyd dkk, yaitu:
13 Buddi Wibowo, “Stabilitas Bank, Tingkat Persaingan Antar Bank dan Diversifikasi Sumber Pendapatan: Analisis
Per Kelompok Bank di Indonesia” Jurnal Manajemen Teknologi Vol. 15. No.2 (2016): h. 180-183. 14 Chiaramonte Laura, dkk, “Should We Trust the Z-score? Evidence from the European Banking Industry”, Global
Finance Journal Vol. 28 (Oktober 2015): h. 2 & 23-24. 15 Laetitia Lepetit, dkk, “Bank income structure and risk: An empirical analysis of European Banks”, Journal of
Banking and Finance Vol. 32 (2008): h. 2. 16 Khasawneh Ahmad, “Vulnerability and profitability of MENA banking system: Islamic versus commercial
banks”, International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 9 (2016): h. 4.
13
ZROA= ROA +
𝐸𝑞
𝑇𝐴
SDROA
Di mana:
Z : Z-score yang menggambarkan stabilitas bank
ROA : Return on Asset
Eq : Total ekuitas atau modal bank
TA : Total aset bank
SD : Standar deviasi ROA
Semakin tinggi Z-score, maka bank syariah semakin stabil. Bank yang
memiliki Z-score negatif adalah bank yang bangkrut. Bank yang memiliki Z-
score mendekati nol cenderung tidak stabil. Sedangkan bank yang memiliki
Z-score jauh lebih tinggi dari angka nol maka memiliki stabilitas yang baik.17
C. Kompetisi
1. Pengertian Kompetisi
Menurut Whish dan Bailey, “kompetisi adalah sebuah perjuangan atau
pertarungan untuk superioritas, dan di dunia komersial arti kompetisi adalah
sebuah usaha untuk menyesuaikan bisnis di suatu pasar. Kompetisi juga bisa
diartikan sebagai proses persaingan bisnis antar perusahaan yang berjuang
mendapatkan pelanggan sepanjang waktu”.18 Tidak jauh berbeda, Januar dkk
mendefinisikan kompetisi sebagai “kondisi saling berjuang antara dua
individu atau beberapa kelompok untuk memperebutkan objek yang sama.”19
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kompetisi merupakan proses
perjuangan perusahaan-perusahaan untuk memperebutkan objek yang sama
agar dapat menyesuaikan bisnisnya dan mencapai superioritas dalam suatu
pasar.
Berkaitan dengan kompetisi, terdapat dua jenis pasar, yaitu pasar
kompetisi sempurna dan pasar kompetisi tidak sempurna. Pasar kompetisi
17 John H. Boyd, dkk, “Bank Risk-Taking and Competition Revisited: New Theory and New Evidence”, IMF
Working Paper WP//06/297 (Desember 2006): h. 19. 18 Richard Whish & David Bailey, Competition Law Seventh Edition, (New York: Oxford University Press 2012),
h. 3. 19 Januar Hafidz, dkk, “Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia”,
BI Working Paper WP/04/2013 (Desember 2013): h.4.
14
sempurna, memiliki ciri adanya banyak penjual dan pembeli, serta harga yang
ditentukan oleh kekuatan pasar. Kondisi yang berlaku dalam pasar ini adalah
para pelaku pasar bebas untuk keluar atau masuk pasar, jenis barang
homogen, serta tidak adanya biaya transaksi maupun biaya transportasi.
Sementara itu, pasar kompetisi tidak sempurna merupakan semua jenis pasar
yang sifatnya berlawanan dengan kompetisi sempurna, yaitu monopoli dan
monopsoni, oligopoli, dan kompetisi monopolistik.20
Dalam industri perbankan syariah, kompetisi yang terjadi bertujuan
untuk mendapatkan nasabah sebanyak-banyaknya. Biasanya, persaingan
antar perbankan syariah terjadi melalui penentuan tingkat pengembalian
(return rate) baik dari sisi penghimpunan maupun penyaluran dana. Selain
itu, persaingan antar bank syariah juga dapat melalui promo, iklan, inovasi
produk dan layanan jasa yang diberikan serta teknologi yang digunakan.
2. Teori-teori Terkait Hubungan Kompetisi Dengan Stabilitas
a. Franchise Value
Franchise value atau charter value hypothesis pertama kali
diperkenalkan oleh Keeley pada tahun 1990. Keeley merupakan tokoh
pelopor pandangan competition-fragility. Hipotesis franchise value yang
dibuatnya mempunyai peran dominan terhadap pandangan competition-
fragility. Hipotesis ini beranggapan bahwa bank yang berada dalam
lingkungan yang kurang kompetitif akan sangat diuntungkan karena
bank dapat menikmati manfaat dari kekuatan pasar dan nilai waralaba
yang dimilikinya serta dapat menghindari pengambilan risiko yang
berlebihan untuk memberikan imbal hasil bagi nasabah depositonya.21
Menurut Berger dkk, manfaat franchise value hanya ada ketika
usaha bisnis bank masih berlangsung sehingga bank mencoba untuk
menghindari kebangkrutan agar tak kehilangan nilai waralabanya.22 Oleh
karena itu, franchise value yang semakin tinggi mengurangi insentif bank
untuk mengambil risiko yang berlebihan. Bank membatasi pengambilan
20 Januar Hafidz dan Rieska, “Tingkat Persaingan dan Efisiensi Intermediasi Perbankan Indonesia”, BI Working
Paper WP/03/2013 (Desember 2013): h. 5. 21 Michael C Keeley, “Risk, and Market Power in Banking”, The American Economic Review Vol. 80, No. 5
(Desember 1990): h. 1998. 22 Alan N Berger, dkk, “Bank Competition and Financial Stability”, Journal of Financial Services Research Vol.
35 (2008): h. 7.
15
risiko yang agresif sehingga bank seringkali menjadi konservatif untuk
melindungi franchise value yang mereka miliki. Bank cenderung
berperilaku sangat hati-hati dengan menahan modal dan mengurangi
risiko diversifikasi yang berkontribusi terhadap stabilitas bank.23
b. Risk-Shifting
Dikutip dari Berger dkk, paradigma risk-shifting yang dibangun oleh
Stiglitz dan Weiss pada tahun 1981 beranggapan bahwa semakin
kompetitif persaingan antar bank akan membuat tingkat pengembalian
yang diminta oleh bank terhadap nasabah pembiayaannya akan lebih
rendah sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya permasalahan
moral hazard dan adverse selection.24 Dengan kata lain, rendahnya
tingkat persaingan akan berakibat bank cenderung membebankan tingkat
pengembalian (return rate) yang tinggi. Dampaknya, nasabah bank akan
kesulitan untuk melunasi pinjaman. Bahkan buruknya, nasabah akan
mengalami masalah gagal bayar sehingga bank berpotensi mengalami
instabilitas.
c. Structure Conduct Performance
Structure conduct performance adalah model yang dibuat oleh
Mason pada tahun 1939 untuk menjelaskan hubungan struktur, perilaku
dan kinerja suatu perusahaan.. Kemudian model ini dikembangkan oleh
Bain pada tahun 1950. Teori ini menjelaskan bahwa semakin sedikit bank
dalam suatu pasar perbankan umumnya akan menyebabkan perilaku
bank yang kurang kompetitif. Perilaku bank tersebut akan memfasilitasi
bank-bank untuk bersekongkol dengan pesaing mereka sehingga akan
meningkatkan harga dan mengurangi level output yang mengakibatkan
semakin rendahnya kepuasan konsumen. Di sisi lain, kompetitifnya pasar
akan menghasilkan efisiensi outcome yang setara dengan biaya marginal.
Maka, peningkatan jumlah bank dalam suatu pasar akan menghasilkan
23 Selvi Ak Kocabay, “Bank Competition and Banking System Stability: Evidence From Turkey” (Tesis, The
Departement of Economics, Middle East Technical University, 2009), h.11-15. 24 Alan N Berger, dkk, “Bank Competition and Financial Stability”, Journal of Financial Services Research Vol. 35
(2008): h. 7.
16
perilaku yang lebih kompetitif. Bank akan menurunkan tingkat
pengembalian (return rate) sehingga kepuasan konsumen meningkat.25
3. Pengukuran Tingkat Kompetisi
Salah satu cara untuk mengukur seberapa ketat suatu tingkat persaingan
adalah dengan menggunakan indeks Lerner. Indeks Lerner dianggap lebih
mampu dalam mengukur persaingan dibandingkan dengan Panzar-Rosse H-
statistic. Hal tersebut dikarenakan Panzar-Rosse H-statistic baru efektif
digunakan ketika mengukur kompetisi dalam jangka waktu yang panjang.
Indeks Lerner sendiri digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
menjual layanan dan produknya dengan harga di atas biaya marginalnya.26
Indeks Lerner mencerminkan tingkat kompetisi di sebuah industri
perbankan dalam tiga kategori besar yaitu:
1. Pasar persaingan sempurna yang dicirikan nilai elastisitas permintaan
yang tinggi, nilai Indeks Lerner akan mendekati nol.
2. Pasar monopoli yang dicirikan dengan nilai elastisitas pasar nol atau
mendekati nol, nilai Indeks Lerner akan konvergen ke infinity (tak
terhingga).
3. Pasar persaingan monopolistik jika kondisi pasar berada diantara kedua
struktur pasar di atas.27
Formula penghitungan Lerner Index ini dihitung menggunakan rumus
yang dibuat oleh Hawtrey dan Liang, yaitu:
Indeks Lerner = 𝑇𝑅−𝑇𝐶
𝑇𝑅
Di mana:
TR : Total pendapatan
TC : Total beban
Semakin tinggi indeks Lerner semakin rendah tingkat persaingannya.
Sebaliknya, semakin tinggi nilai Lerner index, semakin kompetitif tingkat
persaingan antar bank.28
25 Tri Mulyaningsih & Daly Anne, “Competitive condition in banking industry: An empirical Analysis of the
consolidation, competition, and concretation in the Indonesia banking industry”, Buletin of Monetary Economics and Banking Vol. 18, No. 3 (Oktober, 2011): h. 147-148.
26 Buddi Wibowo, “Stabilitas Bank, Tingkat Persaingan Antar Bank dan Diversifikasi Sumber Pendapatan: Analisis
Per Kelompok Bank di Indonesia” Jurnal Manajemen Teknologi Vol. 15. No.2 (2016): h. 176. 27 Buddi Wibowo, “Stabilitas Bank, Tingkat Persaingan Antar Bank dan Diversifikasi Sumber Pendapatan: Analisis
Per Kelompok Bank di Indonesia” Jurnal Manajemen Teknologi Vol. 15. No.2 (2016): h. 181. 28 Hawtrey & Liang, “Bank interest margins in OECD countries”, North American Journal of Economics and Finance,
Vol. 19 (2008): h. 254.
17
D. Capital buffer
1. Pengertian Capital buffer
Fikri dan Erman mendefinisikan capital buffer sebagai “selisih antara
rasio modal yang dimiliki oleh bank dengan rasio modal minimum yang
dipersyaratkan oleh pengambil kebijakan”.29 Tak jauh berbeda, Wibowo
mengartikan capital buffer sebagai “selisih antara rasio modal yang dimiliki oleh
bank dengan kebutuhan modal minimum yang dipersyaratkan yang digunakan
sebagai ukuran kekuatan modal bank dalam meredam risiko yang dapat
mengancam stabilitas bank.”30 Oleh sebab itu, dari kedua definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa capital buffer adalah modal penyangga yang berasal dari
kelebihan modal yang dimiliki oleh bank atas ketentuan modal minimal yang
disyaratkan oleh pengambil kebijakan didasarkan pada profil risiko yang
dihadapi oleh bank.
Capital buffer berfungsi untuk menyerap kerugian akibat munculnya
risiko sistemik yang tidak diharapkan. Umumnya, risiko tersebut berasal dari
krisis keuangan ataupun instabilitas kondisi politik suatu negara. Dengan capital
buffer yang memadai, operasional kegiatan bisnis bank secara keseluruhan tidak
mudah terganggu dan dapat terus berjalan dalam berbagai kondisi ekonomi yang
berbeda-beda.
2. Teori Charter Value
Dikutip dari Noreen dkk, teori charter value yang dibuat oleh Marcus
pada tahun 1984 menjelaskan bahwa bank senantiasa menahan ekstra modal
untuk mengamankan mereka dari penurunan stabilitas dan menangani risiko
kegagalan usaha. Teori ini juga meramalkan bahwa bank akan menghadapi
kerugian atas pendapatannya di masa yang akan datang jika kebangkrutan
terjadi dan dampak kerugian tersebut menerpa banyak pihak termasuk para
29 Fikri & Erman, “Determinants of Comercial Banks’ Capital buffer in Indonesia” Diponegoro Journal of
Management Vol. 1, (Semarang, 2012): h. 4. 30 Buddi Wibowo, “Stabilitas Bank, Tingkat Persaingan Antar Bank dan Diversifikasi Sumber Pendapatan: Analisis
Per Kelompok Bank di Indonesia” Jurnal Manajemen Teknologi Vol. 15. No.2 (2016): h. 183.
18
pemegang saham. Oleh karena itu, bank akan mempertahankan modal yang
dimilikinya melebihi modal minimum yang disyaratkan.31
3. Pengukuran Capital buffer
Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia, rasio kebutuhan modal
minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko. Peraturan tersebut
berlaku hingga kurun waktu tahun 2014. Penerbitan POJK No.
21/POJK.03/2014 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Umum Syariah, menyebabkan perubahan modal minimum yang
dipersyaratkan pada tahun berikutnya. Secara sederhana formula penghitungan
capital buffer adalah sebagai berikut:
BUF = CB – CM
Di mana:
BUF : capital buffer
CB : rasio kecukupan modal bank syariah
CM : rasio kecukupan modal minumum sesuai profil risiko
E. Diversifikasi Pendapatan
1. Pengertian Diversifikasi
Mengacu pada pengertian yang didefinisikan oleh Puji Harto,
“diversifikasi merupakan tingkat pengembangan yang dilakukan perusahaan
melalui jumlah perusahaan yang dikelola maupun tingkat segmen usaha yang
dimiliki, minimal dua segmen usaha.”32 Tak jauh berbeda, Pandya dan Rao
mengartikan diversifikasi sebagai “cara perusahaan untuk mengoptimalkan
kinerja perusahaannya dengan memperluas jangkauan usaha bisnisnya dari
bisnis utamanya ke pasar produk lainnya.”33 Sedangkan menurut Heru Satoto,
diversifikasi merupakan strategi yang diterapkan perusahaan untuk menambah
produk baru tetapi masih berkaitan dengan produk yang sudah ada
31 Umara Noreen, dkk, “Capital buffers and Bank Risk: Empirical Study of Adjustment of Paskitani Banks”,
International Journal of Economics and Financial Issues Vol. 4 (2016): h. 1800-1801. 32 Puji Harto, “Kebijakan Diversifikasi Perusahaan dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja”, SNA Vol. 8 (Solo, 2005): h.
301. 33 Pandya & Rao, ”Diversification and Firm Performance: An Empirical Evaluation”, Journal of Financial And
Strategic Decisions Vol. 11 No. 2 (1998): h. 67.
19
(diversifikasi konsentrik) ataupun menambah produk baru yang tidak memiliki
kaitan dengan produk yang sudah ada (diversifikasi horizontal).34
Sederhananya, dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
diversifikasi adalah cara perusahaan untuk mengoptimalkan kinerja
perusahaannya. Perusahaan mengembangkan jumlah perusahaan yang dikelola
maupun segmen usaha yang dimiliki secara konsentrik maupun horizontal
untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Umumnya, diversifikasi pada
perbankan dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu melalui produk dan layanan
jasa keuangannya, wilayah bisnisnya, dan kombinasi antara wilayah bisnis
dengan garis kebijakan diversifikasinya.35
Meskipun demikian, diversifikasi dalam dunia perbankan seringkali
diartikan kegiatan bisnis bank untuk mendapatkan pendapatan yang berasal
bukan dari sumber tradisional, yaitu pendapatan non bunga (non interest
income). Sedangkan bagi perbankan yang menjalankan usahanya berdasarkan
prinsip syariah, pendapatan yang tidak berasal dari sumber pendapatan
tradisional adalah pendapatan non pembiayaan. Pendapatan non pembiayaan
diperoleh dari service and fee related activitiy dan pendapatan lainnya yang
tidak termasuk kategori pendapatan tradisional (financing income).36
Menurut Hardianto dan Wulandari, sumber pendapatan yang berasal dari
service and fee related income digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Kelompok aktivitas jasa keuangan, yaitu pendapatan wakalah, kafalah,
hiwalah, rahn, dan sharf.
2. Kelompok aktivitas agensi, yaitu pendapatan mudharabah muqayyaddah
yang termasuk sebagai kelompok kegiatan agensi.
34 Heru Satoto, “Strategi Diversifikasi Terhadap Kinerja Perusahaan”, Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol. 13 No.
2 ( 2009): h. 282. 35 Mercieca, dkk, “Small European Banks: Benefit From Diversification?”, Journal of Banking and Finance Vol. 31
(2006): h. 3. 36 Molyneux & Yip, “Income Diversification and Performance of Islamic Banks”, Journal of Financial Management,
Markets and Instutions Vol. 1 (2013): h. 54.
20
3. Kelompok aktivitas non keuangan, yaitu wadi’ah yad dhamanah yang
termasuk kelompok kegiatan jasa non keuangan.37
Sedangkan sumber pendapatan tradisional bank syariah meliputi:
1. Pendapatan bagi hasil, yaitu pendapatan mudharabah dan musyarakah.
2. Pendapatan jual beli, yaitu pendapatan murabahah, istishna, dan salam.
3. Pendapatan sewa menyewa, yaitu pendapatan ijarah.
4. Pendapatan utama lainnya.
2. Teori-teori yang Melatarbelakangi Diversifikasi
Semakin bebasnya pasar perbankan, ketidakstabilan kondisi makro
ekonomi dan perkembangan teknologi yang begitu cepat serta adanya
peraturan UU No. 21 tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah pasal 37 tentang
pembatasan maksimum penyaluran dana pembiayaan, semakin mendorong
bank syariah untuk mendiversifikasikan pendapatannya. Bank syariah tidak
diperbolehkan terlalu bergantung pada pendapatan tradisionalnya. Bank
syariah yang mampu mendiversifikasikan pendapatannya tidak hanya mampu
mengurangi risiko bisnisnya, tetapi juga mampu meningkatkan
pendapatannya, yang berdampak baik terhadap stabilitas. Selain itu, alasan
bank syariah mendiversifikasikan pendapatannya dalam kaitannya dengan
stabilitas sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Montgomery38, yaitu:
a. Agency Theory
Teori ini beranggapan bahwa terdapat konflik kepentingan akibat
ketidaksamaan tujuan secara prinsip antara manajer dengan pemilik
perusahaan. Pemilik perusahaan senantiasa menginginkan tingkat
pengembalian dividen yang tinggi, sedangkan manajer berkeinginan
mengejar pertumbuhan perusahaannya lebih dari yang diperlukan oleh
pemegang saham. Manajer cenderung menggunakan laba yang
37 Hardianto & Wulandari, “Islamic Bank vs Conventional Bank: Intermediation, Fee Based Service Activity and
Efficiency”’ International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 9 (2016): h.3. 38 A. Montgomery, “Corporate Diversification”, Journal of Economic Perspective Vol. 8 No. 3 (1994): h. 164-168.
21
didapatkan sebagai tambahan modal dalam upayanya meningkatkan
pertumbuhan perusahaannya dibanding memberikan keseluruhannya
kepada pemilik perusahaan. Oleh karena itu, manajer akan terus
berupaya mendiversifikasikan pendapatannya sehingga mampu
meningkatkan pertumbuhan perusahaannya dan juga memberikan return
sesuai dengan yang diharapkan oleh pemegang saham.
b. Market Power Theory
Teori kekuatan pasar menganggap diversifikasi merupakan cara
yang cukup efektif untuk memperluas pangsa pasar perusahaan pada
kegiatan bisnis yang berbeda, sehingga meningkatkan kekuatan
konglomerasinya. Ketika perusahaan semakin besar kekuatan pasarnya,
maka cenderung memiliki sikap anti kompetisi. Sikap tersebut akan
berdampak pada tingkat konsentrasi industri yang semakin tinggi.
Akibatnya, tingkat persaingan pasar akan berkurang karena terjadinya
dominasi usaha sehingga tujuan perusahan memaksimalkan
pendapatannya akan tercapai dengan mudah.
3. Pengukuran Tingkat Diversifikasi Pendapatan
Herfindahl Hirschman Index (HHI) digunakan untuk mengukur seberapa
besar diversifikasi sumber pendapatan yang dilakukan oleh bank. Rumusan
Herfindahl Hirschmann Index (HHI) dalam penelitian ini mengikuti Stiroh
dan Rumble39 yang rumusnya diadopsi dan dimodifikasi oleh Molyneux dan
Yip sehingga lebih tepat digunakan untuk mengukur tingkat diversifikasi bagi
bank syariah di Indonesia. Nilainya dapat dicari dengan rumus:
HHIRev = 1 – (SH2NET + SH2
NON)
SHNET = NET / (NET + NON)
SHNON = NON / (NET + NON)
Di mana:
HHI = Tingkat diversifikasi sumber pendapatan
SHNET = Bagian pendapatan pembiayaan bersih dari total pendapatan
39 Stiroh & Rumble, “The dark side of diversification: The case of US financial holding companies”, Journal of
Banking & Finance Vol. 30 (2006): h. 2158-2160.
22
SHNON = Bagian pendapatan non pembiayaan dari total pendapatan
NET = Pendapatan dari kegiatan pembiayaan
NON = Pendapatan dari kegiatan non pembiayaan
Semakin tinggi nilai HHI, menunjukkan semakin luas lingkup
diversifikasi yang dilakukan oleh bank untuk meningkatkan pendapatannya.
Sebaliknya semakin rendah nilai HHI semakin terfokusnya sumber pendapatan
bank yang menandakan rendahnya tingkat diversifikasi yang dilakukan oleh
bank. Nilai nol menunjukkan seluruh pendapatan bank hanya berasal dari satu
sumber, sedangkan 0,5 dianggap split.40
F. Ukuran Bank (Size of Bank)
1. Pengertian Ukuran Bank
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh Renniwaty, “size of
bank atau ukuran bank adalah skala usaha yang dimiliki oleh perusahaan.
Ukuran bank terlihat dari dari jumlah aset atau aktiva perusahaan.”41 Definisi
tersebut dipertegas oleh Ardi dan Lana yang menyatakan “nilai aktiva relatif
lebih stabil dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan dalam
mengukur ukuran perusahaan.”42 Jadi, didasarkan kedua definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa ukuran bank adalah skala usaha yang dimiliki oleh bank
ditinjau dari sisi aktiva yang dimiliki.
2. Too-Big-To-Fail
Too-big-to-fail merupakan istilah yang diperkenalkan oleh surat kabar
Wall Street Journal pada tahun 1984. Istilah tersebut digunakan untuk
menjelaskan bank besar di Amerika Serikat yang tidak diperbolehkan untuk
gagal dalam menjalankan bisnisnya oleh regulator. Hal itu karena bank besar
memiliki risiko sistemik yang membahayakan sistem perbankan secara
keseluruhan bahkan terhadap masalah perekonomian negara sehingga selalu
40 Molyneux & Yip, “Income Diversification and Performance of Islamic Banks”, Journal of Financial Management,
Markets and Instutions Vol. 1 (2013): h. 51-53. 41 Renniwaty Siringoringo, “Karakter dan Fungsi Intermediasi Perbankan di Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter
dan Perbankan Vol. 15 (2012): h. 68. 42 Ardi dan Lana, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan terhadap
Luas Voluntary Disclosure Laporan keuangan Tahunan”, Proceeding PESAT Vol. 2 (2007): h. 54.
23
dibantu oleh pemerintah agar tidak bangkrut.43 Istilah too-big-to-fail menyebar
luas dan sering digunakan dibanyak penelitian empirik.
Anggapan inilah yang melatarbelakangi bank yang terlalu besar dan
dominan dalam sebuah industri cenderung lebih mudah mengambil risiko
tinggi dalam berbisnis. Mereka ingin mendapatkan pengembalian yang lebih
besar meskipun membahayakan stabilitas. Bank tersebut menyadari bahwa
mereka akan selalu dibantu oleh pemerintah karena mereka memiliki dampak
sistemik yang serius terhadap sektor perbankan bahkan terhadap perekonomian
secara luas.44
3. Pengukuran Ukuran Bank
Dikarenakan ukuran bank direpresentasikan oleh total aset (aktiva) dalam
bentuk rupiah, maka perlu ditransformasi dalam bentuk logarithm. Tujuannya
adalah agar data ukuran bank menjadi satuan yang sama dengan data variabel
lainnya untuk mempersempit keragaman. Oleh karena itu, ukuran bank dapat
diketahui dengan menghitung melalui rumus sebagai berikut, yaitu:
Size of bank = Logarithm (Total aset)
G. Review Studi Terdahulu
Penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Kompetisi, Capital buffer,
Diversifikasi Pendapatan dan Ukuran Bank terhadap Stabilitas Bank Syariah di
Indonesia” ini memerlukan beberapa peninjauan dari penelitian-penelitian
sebelumnya yang terkait dengan judul, yaitu:
1. Penelitian “Vulnerability And Profitability of MENA Banking System: Islamic
Versus Commercial Banks” yang ditulis oleh Ahmad Khasawneh pada tahun
2016 dalam International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and
Management Vol. 9. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
membandingkan faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas dan stabilitas
bank syariah dan bank konvensional di kawasan Timur Tengah. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi panel. Hasil
43 George G Kaufman, “Too Big To Fail In Banking: What Remains?”, The Quarterly Review of Economics and
Finance Vol. 42 (2002): h. 423-426. 44 Buddi Wibowo, “Stabilitas Bank, Tingkat Persaingan Antar Bank dan Diversifikasi Sumber Pendapatan: Analisis
Per Kelompok Bank di Indonesia” Jurnal Manajemen Teknologi Vol. 15. No.2 (2016): h. 174.
24
penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran bank, rasio ekuitas dan
pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif sedangkan off balance sheet, loan
loss provision ratio, rasio likuiditas dan krisis keuangan berpengaruh negatif
terhadap stabilitas bank syariah.
2. Penelitian “Stabilitas Bank, Tingkat Persaingan Antar Bank dan Diversifikasi
Sumber Pendapatan: Analisis Per Kelompok Bank di Indonesia” yang ditulis
oleh Buddi Wibowo pada tahun 2016 dalam jurnal Manajemen Teknologi Vol
15, No.2. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh diversifikasi
pendapatan, diversifikasi penyaluran utang, tingkat persaingan antar bank,
capital buffer, dan ukuran bank terhadap stabilitas bank konvensional di
Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi panel. Secara keseluruhan, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
variabel independen income focus index, loan focus index, capital buffer dan
size berpengaruh positif terhadap stabilitas, sedangkan variabel independen
kompetisi tidak memiliki pengaruh terhadap stabilitas bank konvensional di
Indonesia.
3. Penelitian “Islamic Banks and Financial Stability: An Empirical Analysis”
yang ditulis oleh Martin Cihack dan Heiko Hesse pada tahun 2008 dalam
International Monetary Fund Working Paper. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dan membandingkan faktor-faktor yang mempengaruhi
stabilitas 77 bank syariah dan 397 bank konvensional di 21 negara di dunia.
Metode penelitian yang digunakan adalah regresi panel. Secara keseluruhan,
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran bank, diversifikasi
pendapatan, kompetisi dan variabel kondisi pemerintahan (stabilitas
ukuran bank dan capital buffer terhadap stabilitas bank
konvensional di Indonesia. Sedangkan penulis tidak
menggunakan diversifikasi penyaluran utang dan objek
yang diteliti adalah bank syariah di Indonesia
2016 Foza Hadyu
Hasanatina
Analisis Risiko Kebangkrutan
Bank Syariah dengan Metode Z
Score
Penelitian Foza menganalisis pengaruh fee based income,
cost inefficiency, loan asset ratio dan size of bank
terhadap risiko kebangkrutan bank syariah di Indonesia
tahun 2008-2014. Sedangkan penulis menggunakan
variabel kompetisi, capital buffer dan diversifikasi
pendapatan.
2011 Vita
Permatasari
Model Logit dan Model
Multiple Discriminant Analyis
(MDA) Sebagai Early Warning
Systems (EWS) Untuk
Memprediksi Kondisi
Bermasalah Pada Bank-Bank
Umum Swasta Nasional Devisa
dan Non Devisa di Indonesia
Penelitian Vita membandingkan keakuratan model logit
dan model Multiple Discriminant Analysis (MDA) dalam
memprediksi kebangkrutan bank dengan menggunakan
metode Independent Sample T-Test. Sedangkan penulis
menganalisis pengaruh kompetisi, capital buffer,
diversifikasi pendapatan dan ukuran bank terhadap
stabilitas bank syariah di Indonesia.
2017 Ruhadi dan
Muhamad
Umar Mai
Bankruptcy Model Analysis:
Comparative Studies Between
Penelitian Ruhadi dan Umar membandingkan keakuratan
3 model kebangkrutan yaitu Altman, Springate dan
Zmijewsky dalam memprediksi potensi kebangkrutan
27
Sharia and Non Sharia
Manufacturing Companies
kelompok perusahaan syariah dan non syariah dengan
menggunakan metode Square Error (MSE). Sedangkan
penulis menganalisis pengaruh kompetisi, capital buffer,
diversifikasi pendapatan dan ukuran bank terhadap
stabilitas bank syariah di Indonesia.
H. Alur Kerja Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan maka
dapat dibuat skema alur kerja penelitian yang ditunjukkan gambar berikut.
Gambar 2.1 Skema Alur Kerja Penelitian
Bank Syariah di Indonesia
Laporan Keuangan Bank Syariah di Indonesia Periode 2012 - 2016
Variabel Independen:
Kompetisi (Lerner)
Capital buffer (CB)
Diversifikasi Pendapatan (HHI)
Ukuran Bank (Logsize)
Model Estimasi Data Panel
Common Effect Fixed Effect Random Effect
Variabel Dependen:
Stabilitas Bank Syariah (ZS)
Uji Chow Uji Hausman
Model Estimasi Terpilih
Uji Asumsi Klasik
Heteroskedastisitas Normalitas
Autokorelasi
Multikolinieritas
Uji Hipotesis
Uji Adjusted R2 Uji F Uji t
Kesimpulan
Interpretasi
28
I. Hipotesis
Didasarkan pada latar belakang masalah, landasan teori dan penelitian
terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
a. Kompetisi
H0: Tidak terdapat pengaruh signifikan kompetisi perbankan syariah terhadap
stabilitas bank syariah di Indonesia.
Ha: Terdapat pengaruh signifikan kompetisi perbankan syariah terhadap
stabilitas bank syariah di Indonesia.
b. Capital buffer
H0: Tidak terdapat pengaruh signifikan capital buffer terhadap stabilitas bank
syariah di Indonesia.
Ha: Terdapat pengaruh signifikan capital buffer terhadap stabilitas bank
syariah di Indonesia.
c. Diversifikasi Pendapatan
H0: Tidak terdapat pengaruh signifikan diversifikasi pendapatan terhadap
stabilitas bank syariah di Indonesia.
Ha: Terdapat pengaruh signifikan diversifikasi pendapatan terhadap stabilitas
bank syariah di Indonesia.
d. Ukuran Bank
H0: Tidak terdapat pengaruh signifikan ukuran bank terhadap stabilitas bank
syariah di Indonesia.
Ha: Terdapat pengaruh signifikan ukuran bank terhadap stabilitas bank
syariah di Indonesia.
29
BAB III
Metode Penelitian
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi bank umum syariah di Indonesia yang
terdaftar di Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan yang beroperasi dari tahun
2012 sampai dengan tahun 2016 yang berjumlah 11 bank umum syariah. Penulis
menggunakan seluruh bank umum syariah tersebut sebagai objek penelitian
(penelitian sensus). Nama-nama bank umum syariah tersebut, yaitu: Bank
Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Central Asia Syariah Bank
Rakyat Indonesia Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Mega Syariah,
Bank Syariah Bukopin, Bank Panin Syariah, Bank Jabar dan Banten Syariah,
Maybank Indonesia Syariah, dan Bank Victoria Syariah.
B. Jenis Penelitian dan Metode Pengumpulan Data
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Data yang digunakan adalah
informasi tentang kondisi keuangan bank umum syariah di Indonesia yang
terangkum dalam dokumen yang berisi laporan keuangan bank umum syariah tahun
2012-2016. Data tersebut tersedia secara online di website resmi bank syariah dan
diunduh dalam bentuk dokumen yang berformat PDF (Portable Document
Format). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi
dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan dan mengkaji data-data laporan
keuangan bank umum syariah melalui hasil pencarian dari internet.
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah stabilitas bank syariah.
Stabilitas bank syariah adalah kemampuan bank syariah dalam menjalankan
fungsi intermediasinya dengan baik dan terbebas dari permasalahan kesulitan
keuangan.
2. Independen (X)
30
Variabel independen dalam penelitian ini berjumlah 4, yaitu:
a. X1. Tingkat kompetisi antar bank syariah (Lerner)
Kompetisi merupakan proses perjuangan perusahaan-perusahaan
untuk memperebutkan objek yang sama agar dapat menyesuaikan
bisnisnya dan mencapai superioritas dalam suatu pasar.
b. X2. Capital buffer (CB)
Capital buffer adalah modal penyangga yang berasal dari kelebihan
modal yang dimiliki oleh bank atas ketentuan modal minimal yang
disyaratkan oleh pengambil kebijakan.
c. X3. Diversifikasi Pendapatan (HHI)
Diversifikasi adalah cara perusahaan mengoptimalkan kinerja
dengan mengembangkan jumlah perusahaan yang dikelola maupun
segmen usaha yang dimiliki secara konsentrik maupun horizontal.
d. X4. Ukuran Bank/Size of Bank (Logsize)
Ukuran bank adalah total aset yang dimiliki oleh bank.
D. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki nilai
residual yang telah distandarisasi dan berdistribusi normal. Apabila nilai
residual berdistribusi normal, nilai yang diperoleh dari model regresi akan
konsisten dan tidak bias. Oleh sebab itu, uji normalitas menggunakan uji
Jarque-Bera diperlukan untuk mendeteksi apakah nilai residual
terstandarisasi berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan
membandingkan statistik Jarque-Bera (JB) dengan nilai X2 tabel. Hipotesis
dalam uji ini adalah H0 apabila berdistribusi normal dan Ha apabila
berdistribusi tidak normal. Jika nilai Jarque-Bera (JB) lebih kecil dari X2
31
tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan kata lain, nilai residual
terstandarisasi dinyatakan berdistribusi normal.1
Gambar 3.1 Hasil Uji Jarque-Bera
0
2
4
6
8
10
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
Series: Standardized Residuals
Sample 2012 2016
Observations 55
Mean 4.95e-17
Median 0.005099
Maximum 1.211219
Minimum -1.251153
Std. Dev. 0.664262
Skewness -0.055263
Kurtosis 2.047329
Jarque-Bera 2.107873
Probability 0.348563
Sumber: Output Eviews
Berdasarkan penghitungan di atas diperoleh nilai Jarque-Bera sebesar
2,107873 sedangkan nilai X2 tabel dengan df: 0,05, 4 adalah 9,48773.
Dikarenakan nilai Jarque-Bera (2,107873) lebih kecil dari nilai X2 tabel
(9,48773) maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak.
Artinya nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Gejala multikolinearitas dapat dikatakan terjadi dalam model regresi
apabila terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel
independen. Terjadinya multikolinearitas dapat menyebabkan nilai
standard error dari koefisien menjadi tidak dipercaya sehingga hasil uji t
tidak valid dan hasil estimasi menjadi tidak efisien. Hipotesis uji
multikolinearitas ini yaitu H0 apabila tidak terjadi multikolinearitas dalam
model dan Ha = Terjadi multikolinearitas dalam model.2 Untuk menguji
hipotesis tersebut dilakukan dengan cara melihat pair-wise correlations
antar variabel bebas. Apabila nilainya melebihi 0,8 maka H0 yang
1 Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi dengan SPSS, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2011) h. 69.
2 Dedi Rosadi, Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan Dengan Eviews (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2012), h. 52.
32
menyatakan tidak terjadinya multikolinearitas dalam model ditolak.
Artinya, model regresi mengandung masalah multikolinearitas.3
Tabel 3.1 Hasil Uji Multikolinearitas
LERNER CB HHI LOGSIZE
LERNER 1.000000 0.071882 0.027457 -0.136814
CB 0.071882 1.000000 -0.311148 -0.544692
HHI 0.027457 -0.311148 1.000000 0.338263
LOGSIZE -0.136814 -0.544692 0.338263 1.000000
Sumber: Output Eviews
Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas yang
memiliki korelasi tinggi melebihi 0,80 dengan variabel bebas lainnya. Oleh
karena itu, didasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Ha yang
menyatakan terjadinya multikolinearitas dalam model ditolak. Dengan kata
lain, masalah multikolinearitas tidak terjadi dalam model.
3. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Brooks “jika varian dari error adalah konstan maka
disebut dengan homokedastisitas. Sebaliknya, jika error tidak memiliki
variansi konstan maka dikatakan sebagai heteroskedasitisitas”.4
Terjadinya permasalahan heteroskedastisitas akan menyebabkan hasil
perkiraan OLS terhadap interval kepercayaan menjadi tak dapat dipercaya
dan nilai statistik t menjadi tak valid.5 Untuk mengetahui ada tidaknya
permasalahan heteroskedastisitas dapat digunakan uji White, yaitu dengan
meregresikan semua variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian
(interaksi) variabel bebas terhadap nilai residual kuadratnya, sehingga
persamaan yang digunakan sebagai berikut:6
Ui2 = α + β1X1 + β2X2 + β3X1
2 + β4X22 + β5X1X2 + μi
Keterangan:
3 Gujarati & Porter, Basic Econometrics Fifth Edition (New York: The McGraw−Hill Companies, 2009), h. 338. 4 Chris Brooks, Introductory Econometrics for Finance Second Edition (New York: Cambridge University Press,
2008), h. 132. 5 Jeffrey M. Woorldrige, Introductory Econometrics A Modern Approach (Mason: South Western Cengage
Learning, 2009), h. 265. 6 Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi dengan SPSS, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2011), h. 107.
33
Ui = Nilai residual
Xi = Variabel bebas
Hipotesis dalam uji ini ialah:
H0 = Asumsi homoskedastisitas dari komponen error terpenuhi
Ha = Asumsi error bersifat heteroskedastik
Untuk menguji hipotesis White dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai X2 hitung dengan nilai X2 tabel. Nilai X2 hitung dalam
metode ini diperoleh dari n x R2, di mana n = jumlah pengamatan, sedangkan
R2 merupakan koefisien determinasi regresi. Nilai X2 tabel dicari dengan
rumus df = α, jumlah variabel bebas. Jika nilai X2 hitung lebih besar dari X2
tabel dengan df = α, jumlah variabel bebas, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Dengan kata lain dalam model terdapat masalah heteroskedastisitas.7
Metode Generalized Least Square dapat diterapkan terhadap model
yang terpilih untuk mengatasi permasalahan heteroskedastisitas dalam
model.8 Menurut Yeliz, “generalized least squares adalah sebuah metode
yang efisien untuk mengestimasi koefisien yang tak diketahui (unknown
coeficient) dalam model regresi linear ketika variabel-variabel memiliki
variansi yang tak seimbang dan terdapat kepastian tingkat korelasi antar
variabel”.9 Sederhananya, menurut Gujarati dan Porter, “generalized least
squares adalah ordinary least squares yang variabelnya ditransformasi
untuk memenuhi asumsi standar least squares”.10
Tabel 3.2 Hasil Uji White
Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.496227 Mean dependent var 0.520063
Adjusted R-squared 0.093209 S.D. dependent var 0.562524
S.E. of regression 0.555386 Sum squared resid 9.253597
F-statistic 1.231278 Durbin-Watson stat 2.198256
Prob(F-statistic) 0.291774 Sumber: Output Eviews
7 Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi dengan SPSS, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2011), h. 107. 8 Nachrowi dkk, Penggunaan Teknik Ekonometri Edisi Revisi (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 135. 9 Yeliz Kantar, “Generalized Least Square and Weight Least Square Estimation Methods for Distributional
Parameters”, REVSTAT Statistic Journal Vol. 13 No. 13 (November 2015): h. 269. 10. Gujarati & Porter, Basic Econometrics Fifth Edition (New York: The McGraw−Hill Companies, 2009), h. 372.
34
Berdasarkan output di atas, X2 hitung adalah n x R2 = 55 x 0,496 =
27,28, sedangkan nilai X2 tabel dengan df = 0,05, 4 = 9,48773. Dikarenakan
nilai X2 hitung (27,28) lebih besar dari X2 tabel (9,48773), maka dapat
disimpulkan bahwa Ha ditolak dan H0 diterima. Dengan kata lain, model ini
terkena masalah heteroskedastisitas. Hal ini tak terlalu mengejutkan,
mengingat data unit cross section (bank syariah) dengan heterogenitasnya
yang digunakan dalam penelitian ini cukup beragam, maka sulit untuk
mempertahankan homogenitas bank syariah.
4. Uji Autokorelasi
Menurut Nachrowi, “autokorelasi adalah adanya korelasi antara
variabel itu sendiri, pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu”.11
Nachrowi juga menambahkan bahwa “terjadinya autokorelasi akan
menyebabkan hasil dari ordinary least square masih tetap tak bias dan
konsisten, namun, tidak lagi efisien. Oleh sebab itu, interval kepercayaan
menjadi lebar dan uji signifikan kurang kuat yang berakibat hasil yang
diperoleh dari uji t dan uji F tidak akan baik”.12
Untuk mengetahui ada tidaknya permasalahan autokorelasi, maka
digunakan uji Durbin-Watson. Hipotesis dalam uji ini adalah:
H0 = Tidak terdapat korelasi serial pada residual
Ha: Terdapat korelasi serial pada residual
Untuk menguji hipotesis di atas adalah dengan melihat nilai Durbin-
Watson dengan nilai dL dan dU. Nilai Durbin-Watson dicari dengan rumus:
DW = ⅀(e – et-1)2 / ⅀et
2
Di mana:
DW = Nilai Durbin-Watson
e = Nilai residual
et-1 = Nilai residual satu periode sebelumnya
Sedangkan tabel daerah kritik dari statistik Durbin-Watson digunakan
untuk melihat nilai dL dan dU, dengan K = jumlah variabel bebas dan n =
11 Nachrowi dkk, Penggunaan Teknik Ekonometri Edisi Revisi (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 135. 12 Nachrowi dkk, Penggunaan Teknik Ekonometri Edisi Revisi (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 136.
35
ukuran sampel. Dasar untuk mengambil keputusan uji autokorelasi adalah
dengan melihat tabel kriteria Durbin-Watson, yaitu:
Tabel 3.3 Kriteria Durbin-Watson
DW Kesimpulan
< dL Ada autokorelasi (+)
dL s.d. 4 – dU Tanpa kesimpulan
dU s.d. 4 – dL Tidak ada autokorelasi
4 – dU s.d. 4 – dL Tanpa kesimpulan
> 4 – dL Ada autokorelasi (-)
Jika nilai Durbin-Watson dU dengan 4 – dU, maka H0 diterima
sedangkan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa model persamaan
regresi tidak mengandung masalah autokorelasi.13
Tabel 3.4 Hasil Uji Durbin-Watson Weighted Statistics R-squared 0.984162 Mean dependent var 2.943460
Adjusted R-squared 0.978618 S.D. dependent var 4.712536
S.E. of regression 0.771803 Sum squared resid 23.82717
F-statistic 177.5368 Durbin-Watson stat 2.202246
Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber: Output Eviews
Berdasarkan output di atas, nilai Durbin-Watson adalah 2,2026,
sedangkan nilai dL dan dU dengan K = 4 dan n = 55 adalah nilai dL =
1,4136, sedangkan nilai dU = 1,7240, sehingga nilai 4 – dL = 4 –1,4136 =
2,5864 sedangkan nilai 4 - dU = 4 – 1,7240 = 2,2760. Nilai Durbin-Watson
tersebut (2,2022) berada di antara nilai dU (1,7240) dan nilai 4 – dU
(2,2760), maka dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak dan H0 diterima.
Dengan kata lain, model regresi ini tidak mengandung autokorelasi.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah regresi data panel. Hal ini
disebabkan data dalam penelitian ini dikumpulkan dari waktu ke waktu (time
series) pada beberapa obyek (cross section). Uji regresi panel ini digunakan
untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang terdiri dari kompetisi,
13 Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi dengan SPSS, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2011), h. 125-
140.
36
capital buffer, diversifikasi pendapatan dan ukuran bank terhadap stabilitas
bank syariah di Indonesia.
Menurut Brooks, penggunaan data panel memiliki kelebihan
dibandingkan ketika menggunakan data time series maupun cross section
secara murni. Pertama, data panel dapat menjangkau permasalahan yang lebih
luas dan kompleks dibanding menggunakan data cross section dan time series
secara murni. Kedua, data panel dapat mengetahui bagaimana variabel-
variabel dan hubungan antar variabel berubah secara dinamis sepanjang
waktu. Terakhir, dengan menggunakan model analisis regresi yang tepat
untuk data panel, hasil regresi dapat dipercaya dan tidak bias.14 Menurut Hsio,
model regresi panel secara umum dapat dinyatakan dalam bentuk berikut:
Yit = α it + β’Xit + μ it ; i = 1,2,..., N; t = 1,2,...,T (1)
Di mana:
Yit : unit cross section ke-i untuk periode waktu ke-t
β : vektor konstanta
X : vektor observasi pada variabel independen
αit :intersep objek ke-i waktu ke-t
μit : error regresi untuk grup ke-i, waktu ke-t
μit ~ IIDN (0, σ2)15
F. Estimasi Model Data Panel
1. Common Effect
Menurut Suliyanto, asumsi penggunaan model common effect ini
merupakan “asumsi yang paling sederhana dan mungkin terlalu naif. Pada
asumsi ini, dimensi waktu dan ruang diabaikan, sehingga bisa langsung
14 Chris Brooks, Introductory Econometrics for Finance Second Edition (New York: Cambridge University Press,
2008), h. 488-489. 15 Setiawati & Setiawan, “Permodelan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Timur dengan Pendekatan
Ekonometrika Panel Spasial”, Jurnal Statistika Vol. 1 (2013): h. 1.
37
menggunakan regresi ordinary least square”.16 Merujuk pada Setiawan,
persamaan regresi yang terbentuk dari asumsi ini adalah:17
Yit = α + β’Xit + μ it ; i = 1,2,..., N; t = 1,2,...,T (2)
Di mana:
i = Unit cross section
t = Periode waktu
Menurut Gujarati dan Porter, permasalahan utama dari model ini adalah
ketidakmampuan untuk membedakan variasi setiap unit cross section dan
juga tak mampu menjelaskan apakah pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen selama waktu penelitian adalah sama untuk setiap unit
cross section. Selain itu, term error kemungkinan berkorelasi dengan
variabel-variabel penelitian yang dimasukkan dalam model karena adanya
gangguan term error yang melekat pada masing-masing karakteristik unit
cross section sehingga koefisien perkiraan menjadi bias dan tidak konsisten.18
2. Fixed Effect
Keunggulan dari penggunaan regresi panel data adalah dapat
mengetahui intersep masing-masing individu karena adanya perubahan
keadaan pada masing-masing unit cross section. Dengan kata lain, model ini
diasumsikan bahwa nilai slope masing-masing variabel adalah tetap namun
nilai intersep berbeda-beda untuk setiap unit cross section dan tetap untuk
setiap unit time series. 19
Menurut Gujarati dan Porter, persamaan dasar untuk model fixed effect
ini adalah:
Yit = αi + β’Xit + μ it ; i = 1,2,..., N; t = 1,2,...,T (3)
Di mana:
i : Unit cross section
t : Periode waktu
Persamaan regresi di atas hampir sama dengan persamaan regresi model
common effect. Perbedaanya terdapat pada peletakkan lambang i di depan
intersep (α) yang artinya bahwa intersep dari unit cross section mungkin
16 Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi dengan SPSS, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2011), h. 231. 17 Setiawati & Setiawan, “Permodelan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Timur dengan Pendekatan
Ekonometrika Panel Spasial”, Jurnal Statistika Vol. 1 (2013): h. 2. 18 Gujarati & Porter, Basic Econometrics Fifth Edition (New York: The McGraw−Hill Companies, 2009), h. 594. 19 Setiawati & Setiawan, “Permodelan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Timur dengan Pendekatan
berbeda satu sama lainnya. Perbedaan tersebut dikarenakan karakteristik
masing-masing unit cross section, seperti perbedaan gaya dan filosofi
manajemen serta karakteristik pangsa pasar.20
3. Random Effect
Pendekatan random effect menggunakan intersep yang bervariasi untuk
setiap individu dan konstan sepanjang waktu. Hubungan antara variabel
independen dan dependen diasumsikan sama secara cross section dan time
series.21 Oleh karena itu, seperti yang dikutip dari Setiawan dan Setiawati,
persamaan yang secara umum digunakan adalah sebagai berikut:
Yit = α0 + β’Xit + qit ; i = 1,2,..., N; t = 1,2,...,T (4)
Di mana:
qit : Ɛi + μ it
Ɛi : error cross section
μit : kombinasi komponen error cross section dan time series22
Model random effect ini hanya perlu memperkirakan nilai mean
intersep dan variansinya tanpa harus memperkirakan intersep keseluruhan
unit cross section. Oleh karena itu, intersep model ini umumnya
merepresentasikan nilai mean (mean value) dari semua intersep unit cross
section. Sedangkan komponen error (Ɛi) model ini menunjukkan deviasi
(acak) intersep masing-masing unit cross section dilihat dari nilai mean.23
G. Tahap Analisis
1. Pemilihan Model Estimasi Regresi Data Panel
Berdasarkan uraian di atas, terdapat tiga model yang dapat digunakan
untuk mengestimasi koefisien slope dan intersepsi dari data panel, yaitu
model common effect, model fixed effect dan model random effect. Oleh sebab
itu, uji Chow dan uji Hausman diperlukan untuk memilih model terbaik di
antara ketiga model tersebut. Tujuannya adalah untuk memastikan akurasi
model yang akan digunakan dalam menganalisis variabel penelitian.
20 Gujarati & Porter, Basic Econometrics Fifth Edition (New York: The McGraw−Hill Companies, 2009), h. 596. 21 Chris Brooks, Introductory Econometrics for Finance Second Edition (New York: Cambridge University Press,
2008), h. 498. 22 Setiawati & Setiawan, “Permodelan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Timur dengan Pendekatan
Ekonometrika Panel Spasial”, Jurnal Statistika Vol. 1 (2013): h.2. 23 Gujarati & Porter, Basic Econometrics Fifth Edition (New York: The McGraw−Hill Companies, 2009), h. 603.
39
a. Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk memilih model yang terbaik antara common
effect dengan fixed effect. Uji ini dibangun berdasarkan hipotesis:
H0 = Penggunaan common effect model
Ha = Penggunaan fixed effect model
Untuk menguji hipotesis di atas maka digunakan metode perbandingan
antara nilai F model Chow dengan nilai F tabel. Penghitungannya didasarkan
rumus sebagai berikut:
F0 = (RRSS – URSS) / 𝑁−1
URSS / (𝑁.𝑇−𝑁−𝐾)
Di mana:
RRSS = Restricted residual sums of squares (RRSS) dari common
effect model (pooled ordinary least square)
URSS = Restricted residual sums of squares (RRSS) dari fixed effect
model (least dummy square variables)
N = Jumlah unit bank syariah
T = Jumlah runtut waktu
K = Jumlah variabel dependen dan independen24
Sedangkan F tabel dicari dengan df: α,(k-1), (n-k).
Di mana:
df = Degree of Freedom
α = Tingkat signifikansi yang digunakan (0,05)
n = Jumlah pengamatan (ukuran sampel)
k = Jumlah variabel (independen dan dependen)
Apabila nilai uji F model Chow lebih besar dibanding F tabel maka H0
ditolak dan Ha diterima. Oleh karena itu, model terbaik untuk mengestimasi
persamaan penelitian ini adalah model fixed effect. Sebaliknya, jika nilai uji
F model Chow lebih kecil dibanding F tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa model common effect lebih tepat
digunakan.25 Cara lainnya adalah dengan melihat nilai probabilitas cross-
24 Baltagi, Econometric Analysis of Panel Data Third Edition (Chicester: John Wiley & Sons, 2005), h. 13. 25 Chris Brooks, Introductory Econometrics for Finance Second Edition (New York: Cambridge University
Press, 2008), h. 491.
40
section F. Jika nilainya lebih dari tingkat signifikansi (0,05) yang telah
ditentukan diawal maka model yang terpilih adalah common effect. Namun,
apabila nilainya kurang dari tingkat signifikansi, maka model fixed effect
lebih tepat untuk diterapkan.26
b. Uji Hausman
Uji Hausman digunakan untuk menguji apakah variabel penjelas tidak
berkorelasi dengan efek model. Model efek acak dianggap tidak bias apabila
tidak berkorelasi dengan variabel penjelas. Dengan kata lain, uji ini bertujuan
untuk melihat apakah terdapat efek random di dalam panel data.yaitu dengan
menguji hipotesis berupa:
H0 : Penggunaan random effect model
Ha: Penggunaan fixed effect model
Perhitungan statistik uji Hausman memerlukan asumsi bahwa
banyaknya kategori cross section lebih besar dibandingkan jumlah variabel
independen (termasuk konstanta) dalam model. Lebih lanjut, estimasi
statistik uji Hausman juga membutuhkan estimasi variansi cross-section yang
positif, yang tidak selalu dapat dipenuhi oleh model. Apabila kondisi-kondisi
ini tidak dipenuhi maka hanya dapat digunakan model fixed effect.27
Alternatif lainnya untuk melakukan uji Hausman adalah dengan cara
membandingkan nilai probability cross section random (p value) dengan
tingkat signifikansi yang telah ditetapkan sejak awal. Jika nilainya lebih besar
dari 0,05 (tingkat signifikansi awal) maka model yang terpilih adalah random
effect. Tetapi jika nilainya lebih kecil dari 0,05 maka model yang terpilih
adalah fixed effect.28
3. Uji Statistik
a. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merepresentasikan besaran dari variasi total yang
dapat dijelaskan oleh model. Dengan kata lain, koefisien determinasi
menunjukkan total besaran pengaruh variabel independen yang digunakan
26 Ayu & Disman, “Liquidity Risk: Comparison between Islamic and Conventional Banking” European Research
Sumber: Diolah dari Statistik Perbankan Syariah OJK3
Saat ini, seperti yang telah ditampilkan tabel 4.1, jumlah perbankan syariah
telah meningkat dengan sangat pesat dicerminkan dengan berdirinya 13 bank umum
syariah, 21 unit usaha syariah dan 165 bank pembiayaan rakyat syariah pada tahun
2016. Namun dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, perbankan syariah memasuki
kondisi yang mengkhawatirkan. Pertumbuhan perbankan syariah terus menurun
bahkan pada tahun 2015 terjadi penurunan ke tingkat pertumbuhan terendah dari
12,41% pada tahun 2014 menjadi 8,78% pada tahun 2015. Padahal tahun-tahun
sebelumnya pertumbuhan perbankan syariah selalu mencapai angka dua digit.
1 M. Nur Rianto Al-Arif. Dasar-Dasar Ekonomi Islam (Solo: Era Adicitra Intermedia, 2011), h. 298. 2 Angka total aset, total dana pihak ketiga dan total penyaluran dana disajikan dalam miliar rupiah. 3 Data diunduh dalam bentuk dokumen yang berformat PDF dari http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-
statistik/statistik-perbankan-syariah/default.aspx, pada 20 April 2017.
Berdasarkan hasil output uji Chow di atas dapat dilihat bahwa nilai
probabilitas (Prob.) untuk cross-section F adalah 0,0000, lebih rendah dari
tingkat signifikansi sebesar 0,05. Oleh sebab itu, berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa model fixed effect lebih tepat digunakan dalam
penelitian ini.
2. Uji Hausman
Dikarenakan hasil uji Chow memperlihatkan bahwa model fixed effect
lebih baik dibandingkan dengan model common effect, maka perlu dilakukan
uji Hausman untuk mengetahui model terbaik antara model fixed effect dengan
model random effect. Uji Hausman dilakukan dengan cara membandingkan
nilai probability cross section random (p value) dengan tingkat signifikansi
awal. Jika nilainya lebih besar dari 0,05 (tingkat signifikansi awal) maka model
yang terpilih adalah random effect, tetapi jika lebih kecil dari 0,05 maka model
yang terpilih adalah fixed effect.
Tabel 4.4 Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: RE
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
51
Cross-section random 0.000000 4 1.0000 * Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero.
Sumber: Output Eviews
Hasil dari uji Hausman di atas menunjukkan bahwa nilai probability
cross section random (p value) adalah 1 lebih besar dari tingkat signifikansi
0,05. Meskipun demikian, hasil uji tersebut menyatakan bahwa uji variansi
cross-section tidak valid sehingga statistik Hausman otomatis menjadi nol.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa model tidak efisien untuk perhitungan uji
Hausman4 sehingga tidak ada bukti pengaruh random effect terhadap variabel.
Hal tersebut mengindikasikan terdapat korelasi antara variabel bebas dengan
komponen error. Menurut Gujarati dan Porter, “jika komponen error individu
dan satu atau lebih variabel bebasnya berkorelasi, maka estimasi dengan model
random effect akan bias, sedangkan yang diperoleh dari model fixed effect
tidak bias”.5 Oleh karena itu, model random effect tak bisa digunakan sehingga
ho ditolak dan ha diterima. Dengan kata lain, model terbaik yang terpilih dalam
penelitian ini adalah model fixed effect.
Dalam rangka memperoleh estimasi regresi terbaik (BLUE: Best Linear
Unbiased Estimator), maka model regresi panel terbaik dalam penelitian ini
(Fixed Effect Model) dihitung kembali menggunakan Generalized Least
Square dengan pembobotan Cross section (Cross-section Weights). Dengan
demikian, permasalahan heteroskedastisitas antar individu dalam panel data
telah teratasi. Oleh karena itu, uji signifikansi didasarkan hasil regresi model
Fixed Effect Generalized Least Square pembobotan Cross section.
D. Uji Signifikansi
1. Uji Koefisien Determinasi
4 Yazid, “Basel III Accord: Different Bank Charasteristic (Insolvency Risk) Due to Unovserved Heterogeneity
Effects”, Australian Journal of Basic and Applied Sciences Vol. 8 (Mei 2014): h. 383. 5 Gujarati & Porter, Basic Econometrics Fifth Edition (New York: The McGraw−Hill Companies, 2009), h. 606.
52
Untuk mengurangi kelemahan koefisien determinasi, maka digunakan
koefisien determinasi yang telah disesuaikan yaitu Adjusted R Square (R2adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut
telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang
digunakan. Hasilnya akan lebih akurat dan tidak bias.
Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi Weighted Statistics R-squared 0.984162 Mean dependent var 2.943460
Adjusted R-squared 0.978618 S.D. dependent var 4.712536
S.E. of regression 0.771803 Sum squared resid 23.82717
F-statistic 177.5368 Durbin-Watson stat 2.202246
Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber: Output Eviews
Berdasarkan output regresi model fixed effect metode generalized least
square dengan pembobotan cross section di atas, diperoleh nilai adjusted R-
squared sebesar 0,979 atau 97,9%. Hal ini menunjukkan bahwa stabilitas bank
syariah dapat dijelaskan oleh variabel kompetisi, capital buffer, diversifikasi
pendapatan, dan ukuran bank syariah. Sedangkan sisanya sebesar 2,1%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.
2. Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel terikat. Untuk menyimpulkan apakah model masuk kategori
cocok (fit) atau tidak, maka yang harus dilakukan yaitu dengan
membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Apabila nilai F hitung lebih
besar dari nilai F tabel, maka Ha diterima sedangkan H0 ditolak.
Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik F
Weighted Statistics R-squared 0.984162 Mean dependent var 2.943460
Adjusted R-squared 0.978618 S.D. dependent var 4.712536
53
S.E. of regression 0.771803 Sum squared resid 23.82717
F-statistic 177.5368 Durbin-Watson stat 2.202246
Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber: Output Eviews
Merujuk pada tabel di atas, diketahui bahwa nilai F hitung yang
dihasilkan adalah sebesar 177,54, sedangkan nilai F tabel dengan df: 0,05, (5-
1), (55-5) adalah 2,56. Dikarenakan nilai F hitung (177,54) jauh melampui nilai
F tabel (2,56) maka dapat disimpulkan hipotesis alternatif yang menyatakan
bahwa semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen diterima. Dengan kata lain, persamaan
regresi yang terbentuk dianggap memenuhi kriteria fit (cocok).
a. Konstanta sebesar -31,218 menunjukkan bahwa jika variabel independen
yang meliputi kompetisi, pembiayaan bermasalah, capital buffer,
55
diversifikasi pendapatan, dan ukuran bank syariah pada observasi ke i
dan periode ke t adalah nol, maka nilai Z-score yang merepresentasikan
stabilitas bank syariah senilai -31,218..
b. Nilai koefisien variabel kompetisi yang direpresentasikan oleh indeks
Lerner adalah sebesar 9,9450. Artinya, apabila nilai indeks Lerner
meningkat sebanyak 1%, maka Z-score mengalami kenaikan secara
signifikan sebesar 9,9450%.
c. Nilai koefisien variabel capital buffer sebesar 0,0460. Artinya, apabila
nilai capital buffer meningkat sebanyak 1%, maka Z-score akan
mengalami kenaikan secara signifikan sebesar 0,0460%.
d. Nilai koefisien variabel diversifikasi pendapatan yang direpresentasikan
oleh HHI adalah sebesar 0,5794. Artinya, apabila HHI meningkat
sebanyak 1%, maka z score akan mengalami kenaikan secara tidak
signifikan sebesar 0,5794%.
e. Nilai koefisien ukuran bank syariah yang direpresentasikan oleh
logarithm total aset adalah sebesar 2,5616. Artinya, apabila logarithm
total aset meningkat sebanyak 1%, maka Z-score akan mengalami
kenaikan secara signifikan sebesar 2,5616%.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Kompetisi Terhadap Stabilitas Bank Syariah
Hasil uji t menunjukkan bahwa kompetisi antar bank syariah
berpengaruh positif signifikan terhadap stabilitas bank syariah di Indonesia.
Dengan kata lain, apabila tingkat kompetisi semakin ketat maka stabilitas bank
syariah akan meningkat. Fakta ini mendukung pandangan competition-stability
yang beranggapan bahwa semakin kompetitif persaingan pasar penyaluran
dana antar bank akan membuat tingkat pengembalian yang diminta oleh bank
terhadap nasabah pembiayaannya akan lebih rendah sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya risiko gagal bayar nasabah (risk shifting paradigm).
56
Hasil ini sejalan dengan temuan Schaeck dan Cihack6 yang menunjukkan
bahwa kompetisi antarbank mampu berpengaruh positif terhadap tingkat
kesehatan melalui transmisi efisiensi. Operasional bank semakin efisien ketika
tingkat kompetisi meningkat sehingga bank mampu beroperasi dengan biaya
yang rendah. Hasil ini juga memperkuat hasil penelitian Beck dkk7 yang
menyatakan bahwa peningkatan kompetisi berdampak pada rendahnya
kemungkinan kebangkrutan bank, membuat tingkat pengembalian deposito
lebih baik serta semakin mengefektifkan sistem pemberian informasi kredit.
Selain itu, penemuan ini selaras dengan hasil penelitian Mulyaningsih8 ketika
meneliti perbankan konvensional di Indonesia dari tahun 1980 hingga 2010.
Hasil penelitian Mulyaningsih menunjukkan bahwa dalam kondisi persaingan
yang ketat, bank didorong untuk meningkatkan efisisensi, meningkatkan
penyaluran hutang, melakukan diversifikasi usaha, memperbesar aset, dan juga
memperbesar tingkat kapitalisasi mereka.
Signifikannya pengaruh kompetisi antar bank syariah terhadap stabilitas
bank syariah di Indonesia juga karena pada dasarnya, secara normatif, bank
syariah memposisikan diri sebagai pelaku usaha yang menjunjung tinggi moral
dan etika bisnis yang bernafaskan nilai-nilai islam dalam kegiatan usahanya
(uswatun hasanah). Bank syariah selalu mengedepankan cara bersaing yang
sehat untuk mendorong persaingan yang sempurna, khususnya persaingan
antar bank syariah. Oleh sebab itu, persaingan usaha yang semakin kompetitif
akan mendorong bank syariah berprilaku kompetitif pula.
Ditambah lagi, bank syariah tidak diperkenankan memiliki sikap anti
kompetisi dengan menggunakan kekuatan pasarnya untuk memaksimalkan
pendapatan. Jika bank syariah bersikap anti kompetisi dan mengeksploitasi
pasar dengan kekuatan pasar yang dimilikinya maka akan berdampak pada
6 Schaeck & Cihack, “How Does Competition Affect Efficiency and Soundness in Banking? New Empircal
Evidence”, European Central Bank, Working Paper Series No. 932 (September 2008): h. 24. 7 Thorsten Beck dkk, “Bank Competition and Stability: Cross-country Heterogeneity”, Journal Finance
Intermediation Vol. 22 (2013): h. 240 8 Tri Mulyaningsih, dkk, “Nexus of Competition and Stability: Case of Banking in Indonesia” Buletin Ekonomi
Moneter dan Perbankan, Vol. 18, No. 3 (2016): h. 349.
57
tingkat konsentrasi industri perbankan syariah yang semakin tinggi dan
menyebabkan berkurangnya persaingan akibat dominasi usaha. Tujuan bank
syariah untuk menciptakan keadilan di bidang ekonomi dan meningkatkan
kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang usaha yang lebih besar
tidak akan tercapai dan akan memperbesar kemungkinan bangkrutnya bank
syariah lainnya akibat tak mampu bersaing dikarenakan tak memiliki kekuatan
pasar yang memadai.
Kondisi yang demikian sesuai dengan teori structure conduct
performance yang mengemukakan bahwa semakin banyak jumlah bank dalam
suatu pasar perbankan umumnya akan menyebabkan perilaku bank yang sangat
kompetitif sehingga akan mengurangi harga dan meningkatkan level output
yang optimum. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terkonsentrasinya pasar
perbankan syariah di Indonesia akan menghasilkan kinerja yang sangat
kompetitif. Rasio tingkat pengembalian terhadap biaya akan lebih rendah yang
mengakibatkan semakin tingginya kepuasan konsumen yang akan
meningkatkan profitabilitas bank syariah sehingga stabilitas bank syariah
semakin kuat. Banyaknya jumlah bank syariah dalam pasar perbankan di
Indonesia juga akan menghalangi bank-bank syariah untuk bersekongkol
dengan pesaing mereka untuk meningkatkan tingkat pengembalian, sehingga
tingkat pengembalian tersebut tak terlalu jauh melebihi biaya marginalnya.
Lebih lanjut, pengaruh kompetisi positif yang signifikan terhadap
stabilitas bank syariah kemungkinan dikarenakan keberagaman bank syariah
relatif rendah akibat ketidakleluasaan bank syariah dalam menciptakan produk
baru dan mudahnya produk yang diciptakan untuk ditiru serta segmentasi pasar
yang cenderung. Kondisi yang demikian akan menimbulkan persepsi bahwa
antara satu bank syariah dengan bank syariah lainnya adalah sama, tak jauh
berbeda. Akibatnya, efek domino positif akan terjadi dalam sistem bisnis
perbankan syariah, seperti anggapan stabilitas suatu bank syariah yang lebih
baik dibanding bank konvensional akan membuat anggapan serupa terhadap
bank syariah lainnya.
58
2. Pengaruh Capital buffer Terhadap Stabilitas Bank Syariah
Nilai koefisien yang positif menunjukkan adanya pengaruh positif
siginifikan capital buffer terhadap stabilitas bank syariah di Indonesia. Dengan
kata lain, apabila capital buffer meningkat maka stabilitas bank syariah juga
akan meningkat. Hasil ini sejalan dengan temuan Buddi Wibowo9 yang
mengungkapkan bahwa capital buffer secara signifikan berdampak positif
terhadap stabilitas bank konvensional di Indonesia.
Hasil ini mengindikasikan bahwa bank-bank syariah cenderung menahan
modal melebihi yang disyaratkan dalam lingkungan kompetisi yang
kompetitif. Temuan ini juga sesuai dengan tujuan pembentukkan capital buffer,
yaitu untuk memperkuat bank syariah agar lebih stabil. Dengan capital buffer
yang dimiliki, bank syariah akan mampu menghadapi perubahan pasar yang
begitu ekstrim. Kerugian yang ditimbulkan akibat dampak negatif krisis
ekonomi dan keuangan akan teratasi.
Kondisi yang demikian sejalan dengan teori charter value yang
menyatakan bahwa bank senantiasa menahan ekstra modal untuk
mengamankan mereka dari risiko kegagalan usaha. Hal ini didasari adanya
anggapan bahwa bank syariah akan menghadapi kerugian atas pendapatannya
dimasa yang akan datang apabila kebangkrutan terjadi. Dampak kerugian
tersebut akan menerpa banyak pihak termasuk para pemegang saham.
Pengaruh positif capital buffer terhadap stabilitas bank syariah juga
diduga karena dengan menahan modal lebih dari yang dipersyaratkan, bank
syariah akan lebih mudah mendapatkan dana yang dapat digunakan setiap saat.
Bank syariah dapat menghindari penggunaan sumber dana eksternal yang
memiliki cost of fund cukup mahal serta tak begitu menguntungkan (the
pecking order theory). Oleh sebab itu, bank syariah cenderung menggunakan
modal sendiri dalam upayanya meredam kerugian akibat adanya biaya implisit
9 Buddi Wibowo, “Stabilitas Bank, Tingkat Persaingan Antar Bank dan Diversifikasi Sumber Pendapatan: Analisis
Per Kelompok Bank di Indonesia”, Jurnal Manajemen Teknologi Vol 15, No.2 (2016): h. 190.
59
dan eksplisit yang terjadi selama periode penelitian untuk mempertahankan
keberlangsungan usaha bank syariah.
Meskipun demikian, peran capital buffer tak terlalu besar terhadap
stabilitas bank syariah di Indonesia ditunjukkan dengan koefisien sebesar
0,046. Hal ini disebabkan selama periode penelitian tidak terjadi risiko tak
diharapkan seperti terjadinya krisis keuangan (unexpected loss). Ditambah lagi,
bank syariah juga telah membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
(CKPN) ataupun Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang
ditujukan untuk menyerap risiko yang timbul dari aktivitas pembiayaan yang
merupakan risiko yang diharapkan atau diekspektasikan (expected loss). Oleh
sebab itu, capital buffer tak berperan maksimal dalam menyerap kerugian
dikarenakan risiko terjadinya pembiayaan bermasalah yang dominan terjadi
selama kurun waktu penelitian telah diredam oleh dana CKPN ataupun PPAP.
3. Pengaruh Diversifikasi Pendapatan Terhadap Stabilitas Bank
Syariah
Berdasarkan hasil penghitungan uji statistik mengungkapkan bahwa
diversifikasi yang dilakukan bank syariah berpengaruh tidak siginifikan
terhadap stabilitas. Hasil ini mengindikasikan bahwa strategi diversifikasi
belum mampu meningkatkan kinerja bank syariah dalam usahanya
memperkuat stabilitas. Hal ini diduga dikarenakan pendapatan dari kegiatan
diversifikasi rasionya masih sangat kecil terhadap total pendapatan secara
keseluruhan. Ditambah lagi, produk dan layanan diversifikasi masih terkait erat
dengan kegiatan bisnis utama bank syariah sebagai perantara keuangan
sehingga penurunan pendapatan pembiayaan akan menyebabkan pedapatan
non pembiayaan ikut menurun.
Hal tersebut akan menyebabkan tujuan bank syariah untuk mendapatkan
pendapatan yang optimal dan stabil dari kegiatan diversifikasi pada saat
pendapatan pembiayaan menurun tak tercapai. Peningkatan risiko dan beban
yang tinggi untuk menunjang terlaksananya kegiatan diversifikasi juga
60
menyebabkan manfaat dari kegiatan diversifikasi tak begitu berarti. Kendati
demikian, temuan ini menyiratkan bahwa bank syariah berhasil memperbaiki
kinerja strategi diversifikasi yang diterapkannya walaupun masih belum bisa
memberikan manfaat yang optimal dan signifikan. Oleh sebab itu, bank syariah
di Indonesia berhasil mengatasi volatilitas pendapatan non pembiayaannya.
Mengingat penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Foza Hayu10 pada bank
umum syariah di Indonesia periode 2008-2014 menunjukkan bahwa
diversifikasi pendapatan yang dilakukan oleh bank syariah justru berkontribusi
positif terhadap kemungkinan kebangkrutan bank syariah.
4. Pengaruh Ukuran Bank Terhadap Stabilitas Bank Syariah
Hasil uji t memperlihatkan adanya pengaruh positif signifikan ukuran
bank terhadap stabilitas bank syariah. Artinya, semakin besar ukuran bank
maka stabilitas bank syariah akan semakin kuat. Hasil penelitian ini sejalan
dengan Khasawneh11 ketika meneliti stabilitas bank-bank konvensional dan
syariah di kawasan Timur Tengah. Hasil ini juga sesuai dengan temuan Buddi
Wibowo12 yang menyiratkan bahwa pengaruh ukuran terhadap stabilitas bank
konvensional maupun bank syariah di Indonesia tak jauh berbeda.
Temuan ini membuktikan bahwa anggapan too-big-to-fail tidak sesuai
dengan realitas kondisi perbankan syariah di Indonesia. Diduga hal ini
disebabkan begitu ketatnya regulasi yang dibuat khusus untuk mengawasi
perbankan syariah (well regulated.) Bank syariah tak leluasa untuk terlibat
dalam area bisnis yang penuh risiko dan mengambil risiko yang lebih besar
hanya untuk memperbesar keuntungan yang diharapkannya.
Selain itu, bank syariah yang besar cenderung lebih stabil dikarenakan di
Indonesia, terdapat perlakuan khusus untuk bank yang termasuk kategori aset
10 Foza Hayu, “Analisa Kebangkrutan Bank Syariah Dengan Metode Z-Score” (Skripsi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Dipeonegoro 2016), h. 76. 11 Khasawneh, Ahmad, “Vulnerability and profitability of MENA banking system: Islamic versus commercial banks”,
International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 9 (2016): h. 14.-15. 12 Buddi Wibowo, “Stabilitas Bank, Tingkat Persaingan Antar Bank dan Diversifikasi Sumber Pendapatan: Analisis
Per Kelompok Bank di Indonesia”, Jurnal Manajemen Teknologi Vol 15, No.2 (2016): h. 190.
61
besar ditinjau dari permodalan, baik itu kategori BUKU 3 maupun BUKU 4.
Bank yang termasuk kategori tersebut diizinkan melakukan seluruh kegiatan
usaha dalam rupiah dan valuta asing. Bagi bank yang termasuk BUKU 3 dapat
melakukan penyertaan sebesar 25% pada lembaga keuangan di dalam dan di
luar negeri terbatas di kawasan Asia sedangkan bagi bank yang termasuk
BUKU 4 dapat melakukan penyertaan sebesar 35% pada lembaga keuangan di
dalam dan di luar negeri dengan cakupan wilayah yang lebih luas.
Tentu keistimewaan tersebut semakin membuka peluang bank syariah
yang besar untuk memperkuat stabilitasnya. Bank syariah yang besar akan
lebih mudah mengekspansi pasar baik melalui perluasan jangkauan bisnis
lintas geografi maupun memasuki pasar produk lainnya. Dengan demikian,
bank syariah yang besar lebih berpeluang dalam menjangkau pangsa pasar
pembiayaan, investasi dan aktivitas lainnya untuk meminimalisir risiko yang
melekat pada bisnis dan memperbesar pendapatan sekaligus meningkatkan
kekuatan pasar mereka pada industri maupun industri lain yang dapat
dimasukinya
Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa bank yang lebih besar
memiliki kekuatan pasar cukup tinggi. Bank syariah yang besar memiliki
kemudahan untuk mendapatkan pendanaan dari pasar modal untuk menambah
permodalan yang dimiliki. Kemudahan tersebut semakin meringankan bank
syariah yang besar dalam memenuhi persyaratan modal minimum dan
menyediakan modal penyangga yang ditujukan untuk meredam dampak
negatif ketika terjadinya krisis keuangan atau risiko yang tak diharapkan
(unexpected loss). Selain itu, bank syariah yang besar juga akan lebih mudah
menyisihkan dana untuk membentuk dana Cadangan Kerugian Penurunan
Nilai ataupun Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang
ditujukan untuk berjaga-jaga dalam mengatasi permasalahan akibat timbulnya
risiko dari kegiatan intermediasi yang dilakukan bank syariah (expected loss)
sehingga stabilitasnya semakin kuat.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian mengenai pengaruh
kompetisi, capital buffer, diversifikasi pendapatan dan ukuran bank terhadap
stabilitas bank syariah di Indonesia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara simultan, hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh
signifikan antara variabel kompetisi, capital buffer, diversifikasi
pendapatan dan ukuran bank terhadap stabilitas bank syariah di
Indonesia.
2. Nilai koefisien determinasi adjusted R-Squared yang diperoleh adalah
sebesar 0,979 atau 97,9%. Hal ini menunjukkan bahwa stabilitas bank
syariah di Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel kompetisi, capital
buffer, diversifikasi pendapatan, dan ukuran bank, sedangkan sisanya
sebesar 2,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan
dalam penelitian ini.
3. Variabel kompetisi memiliki pengaruh positif siginifikan terhadap
stabilitas bank syariah. Hasil ini membuktikan bahwa pandangan
competition-stability lebih sesuai dengan kondisi pasar bank syariah
Indonesia dibandingkan dengan pandangan competition-fragility.
4. Variabel capital buffer memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
stabilitas bank syariah. Hasil ini sesuai dengan tujuan pembentukkan
capital buffer, yaitu untuk memperkuat bank syariah agar lebih stabil
ketika menghadapi perubahan pasar yang begitu ekstrim serta menyerap
kerugian yang dapat ditimbulkan akibat dampak negatif kejutan krisis
ekonomi dan keuangan.
5. Variabel diversifikasi pendapatan memiliki pengaruh positif tidak
signifikan terhadap stabilitas bank syariah. Hasil ini menandakan bank
63
syariah masih belum mampu mengoptimalkan pendapatan non
pembiayaannya padahal manfaat yang didapatkan cukup besar.
6. Varabel ukuran bank berpengaruh positif signifikan terhadap stabilitas
bank syariah. Hasil ini membuktikan bahwa anggapan too-big-to-fail
tidak tepat dalam menggambarkan realitas kondisi bank syariah di
Indonesia.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, berikut beberapa saran
yang diharapkan bisa bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
1. Bagi bank syariah, sebaiknya menentukan besaran modal yang harus
ditahan dengan cermat dan tepat. Bank syariah juga harus selalu
berusaha mengoptimalkan strategi diversifikasi dengan tepat agar
layanan dan jasa yang diberikan semakin berkualitas dan berbiaya relatif
murah sehingga daya saing bank syariah akan turut meningkat.
2. Bagi pemegang kebijakan, sebaiknya terus mengawasi dan
mengevaluasi kebijakannya terkait besaran modal yang wajib dimiliki
bank syariah, kegiatan usaha yang dilakukan oleh perbankan syariah
maupun konvensional dan juga persyaratan pendirian bank syariah.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan mampu memperluas analisis
terkait faktor determinan yang mempengaruhi stabilitas bank syariah
secara mendalam. Penelitian selanjutnya dapat menambah ruang
lingkup variabel penelitian, seperti variabel kompetisi yang
mengikutsertakan perbankan konvensional dan lembaga non keuangan
lainnya, variabel diversifikasi yang mengikutsertakan aspek segmentasi
dan cakupan wilayah geografis pembiayaan yang disalurkan. Selain itu,
penelitian selanjutnya juga dapat menambah variabel penelitian seperti
variabel makroekonomi, efisiensi dan pembiayaan bermasalah serta
memperluas rentang waktu dan objek penelitian.
64
DAFTAR PUSTAKA
Al-Arif, M. Nur Rianto. Dasar-dasar Ekonomi Islam. Solo: Era Adicitra Intermedia, 2011.
Apriadi, Intan dkk. “Banking Fragility in Indonesia: A Panel Vector Autoregression Approach”,
Ijaber, Vol 14 No. 14 (2016): h. 1993-1224.
Ayu & Disman. “Liquidity Risk: Comparison between Islamic and Conventional Banking”
European Research Studies Journal, Vol. 20, Issue 2A (2017): h.312.
Baltagi, Badi H. Econometric Analysis of Panel Data Third Edition. Chicester: John Wiley &
Sons, 2005.
Beck, Thorsten “Bank Competition and Financial Stability: Friends or Foes?” Policy Research
Working Paper WPS 4656 (2008): h. 1-19.
Beck, Thorsten, Olivier De Jonghe & Glenn Schepens. “Bank Competition and Stability: Cross-
country Heterogeneity.” Journal Finance Intermediation Vol. 22 (2013): h. 218-244.
Berger, N Alan dkk. “Bank Competition and Financial Stability” Journal of Financial Services
Research Vol. 35 (2008): h. 2-21.
Boyd, John H, Gianni De Nicolò, dan Abu M. Jalal. “Bank Risk Taking and Competition.
Revisited: New Theory and New Evidence.” IMF Working Paper WP/06/297 (2006): h. 3-
47.
Brooks, Chris. Introductory econometrics for Finance Second Edition. New York: Cambridge
University Press, 2008.
Cihack, Martin dan Heiko Hesse. “Islamic Banks and Financial Stability: An Empirical
Analysis.” IMF Working Paper Series No. 932 (Januari 2008): h. 3-22.
DeYoung, Robert & Gökhan Tornah. “Nontraditional banking activities and bank failures during
the financial crisis.” Journal of Financial Intermediation Vol. 22 (2013): h. 397-421.
Gujarati & Porter. Basic Econometrics Fifth Edition. New York: The McGraw−Hill Companies,
2009.
Fikri, Moh. Romazul & Erman Denny Arfianto. “Determinants of Comercial Banks’ Capital
Buffer in Indonesia.” Diponegoro Journal of Management Vol. 1 (2012): h. 1-12.
Hafidz, Januar & Rieska Indah Astuti. “Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR
di Pasar Kredit Mikro di Indonesia.” BI Working Paper WP/04/2013 (Desember 2013): h.
1-46.
Hafidz, Januar & Rieska Indah Astuti. “Tingkat Persaingan dan Efisiensi Intermediasi Perbankan
Indonesia.” BI Working Paper WP/03/2013 (Desember 2013): h. 2-47.
Hardianto, Dimas Satria & Permata Wulandari. “Islamic Bank vs Conventional Bank:
Intermediation, Fee Based Service Activity and Efficiency.” International Journal of
Islamic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 9 (2016): h.1-14.
Harto, Puji. “Kebijakan Diversifikasi Perusahaan dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja.” SNA Vol.
8 (September, 2005): h. 297-307.
65
Hasanatina, Hadyu Foza, “Analisis Risiko Kebangkrutan Bank Syariah dengan Metode Z -Score”
Skripsi pada Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, 2016.
Hawtrey & Liang. “Bank interest margins in OECD countries.” North American Journal of
Economics and Finance, Vol. 19 (2008): h. 249-260.
Jusuf, Jopie. Analisis Kredit Untuk Credit (Account) Officer. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 2014.
Kaufman, George G “Too Big To Fail In Banking: What Remains?”, The Quarterly Review of
Economics and Finance Vol. 42 (2002): h. 423-426.
Keeley, Michael C. “Risk, and Market Power in Banking”, The American Economic Review Vol.
80, No. 5 (Desember 1990): h. 1183-1200.
Khasawneh, Ahmad. “Vulnerability and profitability of MENA banking system: Islamic versus
commercial banks.” International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and
Management Vol. 9 (2016): h. 1-20.
Kocabay, Selvi Ak. “Bank Competition and Banking System Stability: Evidence From Turkey.”
Tesis pada Fakultas Departemen Ekonomi, Universitas Teknik Timur Tengah, Turki, 2009.
Kantar, Yeliz Mert. “Generalized Least Square and Weight Least Square Estimation Methods for
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LERNER 9.429043 2.310039 4.081768 0.0002
CB 0.067517 0.025323 2.666191 0.0103
HHI 0.686546 1.436134 0.478051 0.6347
LOGSIZE 2.549616 1.091496 2.335892 0.0235
C -31.33349 14.37701 -2.179417 0.0340 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 6.251836 0.9843
Idiosyncratic random 0.788754 0.0157
73
Weighted Statistics R-squared 0.377524 Mean dependent var 0.185432
Adjusted R-squared 0.327726 S.D. dependent var 0.941060
S.E. of regression 0.771597 Sum squared resid 29.76807
F-statistic 7.581101 Durbin-Watson stat 1.825509
Prob(F-statistic) 0.000074 Unweighted Statistics R-squared 0.019873 Mean dependent var 3.291743
Sum squared resid 1562.767 Durbin-Watson stat 0.466994
Lampiran 8: Output Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: RE
Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 0.000000 4 1.0000 * Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero.
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. LERNER 9.465790 9.429043 0.252194 0.9417
CB 0.067878 0.067517 0.000018 0.9329
HHI 0.766525 0.686546 0.041513 0.6947
LOGSIZE 2.586424 2.549616 0.135014 0.9202
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: ZS
Method: Panel Least Squares
Date: 07/06/17 Time: 22:01
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -31.83463 15.03376 -2.117543 0.0405