Page 1
PENGARUH KOMITE AUDIT, DEWAN KOMISARIS
INDEPENDEN, RISIKO PERUSAHAAN, DAN
KEBIJAKAN RUGI FISKAL TERHADAP
TAX AVOIDANCE
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh:
NATALIA TITIS ANDARI HEGA
NIM 7211413197
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
Page 5
MOTTO DAN PESEMBAHAN
Motto :
Filipi 4:6 “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur.”
PERSEMBAHAN :
1. Bapak dan Ibu tercinta, Bapak Setyo Prayoga dan Ibu Sri
Redjeki Heksawanti yang telah memberikan kasih sayang dan
selalu mendukung, memotivasi dan mendoakan yang terbaik
untukku.
2. Sahabatku Bayu Aji Pamungkas, Rachma Nafia, Maya Ayu
Krstianti, Rifka Annisa, Rohana, Ino Ayuditya Putri, Lidia
Hapsari.
3. Sahabat-sahabat Komisi Pemuda Gereja Kristen Jawa Wisma
Panunggal Mrican yang telah mendukung dan memotivasi
penulis dalam menyelesaikan penelitian ini
4. Teman-teman Akuntansi D 2013 Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas
bantuan yang telah diberikan selama menyusun skripsi ini
Page 6
PRAKATA
Segala puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Corporate
Governance, Karakteristik Eksekutif, dan Kebijakan Rugi Fiskal terhadap
Tax Avoidance”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana
Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini tidak lepas dari
bimbingan, motivasi, semangat, dan bantuan dari berbagai pihak yang
selama ini membantu penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
belajar di Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Wahyono, M.M., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang yang memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti
program S1 Fakultas Ekonomi.
3. Drs. Fachrurrozie, M.Si., Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan
selama masa studi.
Page 7
4. Nanik Sri UtaminingsihS.E., M.Si, Akt dosen wali Akuntansi D 2013
yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi selama
penulis menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang.
5. Amir Mahmud, S.Pd.,M.Si. dan HennyMurtini, S.E., M.Si. selaku
Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan pengarahan,
bimbingan, motivasi, dan saran kepada penulis.
6. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat.
7. Seluruh Staf Tata Usaha baik di tingkat Jurusan maupun Fakultas
yang telah membantu Fakultas yang telah membantu seluruh
administrasi selama perkuliahan.
8. Almamaterku Universitas Negeri Semarang.
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak
terutama bagi pembaca.
Semarang, September 2017
Penulis
Page 8
SARI
Natalia. 2017. “Pengaruh Corporate Governance, Karakteristik Eksekutif, dan
Kebijakan Rugi Fiskal terhadap Tax Avoidance.” Skripsi. Jurusan Akuntansi
S1. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Amir
Mahmud, S.Pd., M.Si. II. Henny Murtini, S.E., M.Si.
Kata Kunci : Corporate Governance, Karakteristik Eksekutif, Kebijakan
Rugi Fiskal, Tax Avoidance
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar negara. Sehingga
maraknya kasus penghindaran pajak akan merugikan negara. Salah satu cara
yaitu dengan memanfaatkan celah-celah peraturan perpajakan dengan tujuan
mengatur dan mengurangi beban pajak yang harus dibayarkan atau disebut tax
avoidance. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh corporate
governance, karakteristik eksekutif dan kebijakan rugi fiskal terhadap tax
avoidance.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 yaitu sebanyak 143 perusahaan. Metode
yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive
sampling, yang menghasilkan sampel sebanyak 87 perusahaan. Teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis regresi
linear berganda.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komite audit berpengaruh positif
tidak signifikan, dewan komisaris independen berpengaruh negatif signifikan,
karakteristik eksekutif berpengaruh positif signifikan dan kebijakan rugi fiskal
berpengaruh negatif tidak signifikan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa dewan komisaris independen dan karakteristik eksekutif
berpengaruh terhadap tax avoidance.
Saran yang diajukan bagi manajemen sebaiknya jumlah proporsi dewan
komisaris independen dalam setiap perusahaan semakin banyak, dengan
semakin banyaknya jumlah dewan komisaris independen dalam perusahaan
dapat meminimalisir atau mengurangi tingkat tax avoidance. Sebaiknya setiap
pemimpin perusahaan lebih berhati-hati dalam setiap pengambilan keputusan
karena pemimpin yang melakukan tindakan tax avoidancepada perusahaannya
harus melakukan perencanaan yang baik apabila kurang matang dalam
pengambilan keputusan maka akan berdampak buruk bagi perusahaan apabila
diketahui oleh pelaku pasar. Sedangkan saran bagi peneliti selanjutnya dapat
menggunakan pengukuran variabel berbeda terutama untuk mengukur variabel
komite audit dan kebijakan rugi fiskal.
Page 9
ABSTRACT
Natalia. 2017. "The Effect of Corporate Governance, Executive
Characterisctics, and Fiscal Loss Policy on Tax Avoidance.” Final
ProjectDepartment of Accounting. Faculty of Economics. UniversitasNegeri
Semarang.Supervisor I. Amir Mahmud, S.Pd., M.Sc. II. Henny Murtini, S.E.,
M.Sc.
Keywords: Corporate Governance, Executive Characteristics, Fiscal Loss
Policy, Tax Avoidance
Tax has been major income of the country. However, there are lots of
taxavoidance which cause loss to the country. Tax avoidance is conducted by
utilizing weakness of tax law to manage and reduce tax expense of the firm.
This study aims to examine the effect of corporate governance, executive
characteristics and fiscal loss policy on tax avoidance.
The population in this study is 143 manufacturing companies listed in
Indonesia Stock Exchange in 2016. By purposive sampling method, there are
87 manufacturing companies as research sample. In addition, the data is
analysed by descriptive statistical analysis and multiple linear regression
analysis.
Results indicate that audit committee has positive but insignificant impact
on tax avoidance, whereas independent commissioner has significant and
negative effect on tax avoidance. Moreover, executive character has
significant and positive effect on tax avoidance and fiscal loss policy has
negative effect and insignificant effect on tax avoidance. Therefore, it can be
concluded that independent commissioner and executive characteristics
influence tax avoidance.
Based on the results, company is expected to increase its number of
independent commissioner as it may minimize or reduce tax avoidance rate.
Managers need to be more careful in any decision-making because in tax
avoidance, they are required to arrange good planning to create best decision
making and avoid bad responses by the market. Furthermore, future research
is expected to use different variable’s measurement, especially to measure
audit committee and fiscal loss policy.
Page 10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN .................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
PRAKATA ............................................................................................................ vi
SARI .................................................................................................................. viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................ 12
1.3 Cakupan Masalah ................................................................................................ 13
1.4 Perumusan Masalah ............................................................................................ 14
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 15
1.6 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 15
1.7 Orisinilitass Penelitian ........................................................................................ 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........................ 18
Page 11
2.1 Kajian Teori .................................................................................................. 18
2.1.1 Agency Theory ....................................................................................... 18
2.1.2 Srewardship Theory ............................................................................... 21
2.2 Kajian Variabel Penelitian .................................................................................. 22
2.2.1 Tax Avoidance ....................................................................................... 22
2.2.2 Komite Audit ......................................................................................... 24
2.2.3 Dewan Komisaris Independen ............................................................... 25
2.2.4 Kompensasi Rugi Fiskal ........................................................................ 26
2.2.5 Risiko Perusahaan.................................................................................. 28
2.2.6 Variabel Kontrol .................................................................................... 28
2.2.6.1 Profitabilitas ......................................................................................... 29
2.2.6.2 Leverage ................................................................................................ 33
2.2.6.3 Ukuran Perusahaan ............................................................................... 34
2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................................... 36
2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................................ 40
2.4.1 Hubungan Komite Audit terhadap Tax Avoidance ................................ 41
2.4.2 Hubungan Dewan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance ..... 42
2.4.3 Hubungan Risiko Perusahaan terhadap Tax Avoidance ........................ 43
2.4.4 Hubungan Kompensasi Rugi Fiskal terhadap Tax Avoidance ............... 44
2.4 Hipotesis Penelitian ............................................................................................. 46
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 48
3.1 Jenis dan DesainPenelitian .................................................................................. 48
3.1.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 48
Page 12
3.1.2 Desain Penelitian .................................................................................... 48
3.2 Populasi, Sampel, danTeknikPengambilanSampel ............................................. 48
3.3 Variabel Penelitian .............................................................................................. 49
3.3.1 Variabel Dependen ................................................................................. 50
3.3.2 Variabel Independen .............................................................................. 50
3.3.2.1 Komite Audit ........................................................................................ 50
3.3.2.2 Dewan Komisaris Independen .............................................................. 50
3.3.2.3 Risiko Perusahaan ................................................................................. 51
3.3.2.4 Kebijakan Rugi Fiskal .......................................................................... 51
3.3.3 Variabel Kontrol ..................................................................................... 52
3.3.3.1 Return On Assets ................................................................................... 52
3.3.3.2 Debt to Equity Ratio ............................................................................. 52
3.3.3.3 Ukuran Perusahaan ............................................................................... 52
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 53
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................................ 53
3.5.1 Statistik Deskriptif.................................................................................. 54
3.5.1.1 Analisis Deskriptif Variabel Tax Avoidance ............................ 54
3.5.1.2 Analisis Deskriptif Variabel Komite Audit .............................. 55
3.5.1.3 Analisis Deskriptif Variabel Dewan Komisaris Independen .... 56
3.5.1.4 Analisis Deskriptif Variabel Risiko Perusahaan ....................... 57
3.5.1.5 Analisis Deskriptif Variabel Kebijakan Rugi Fiskal ................ 58
3.5.1.6 Analisis Deskriptif Variabel Profitabilitas ............................... 58
3.5.1.7 Analisis Deskriptif Variabel Leverage ..................................... 58
Page 13
3.5.1.8 Analisis Deskriptif Variabel Size .............................................. 59
3.5.2 Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 60
3.5.2.1 Uji Normalitas ................................................................................ 60
3.5.2.2 Uji Multikolinearitas ...................................................................... 61
3.5.2.3 Uji Autokorelasi ............................................................................. 61
3.5.2.4 Uji Heteroskedasitas....................................................................... 62
3.5.3 Analisis Regresi Dua Tahap ................................................................... 62
3.5.4 Uji Signifikan Parameter Individual ...................................................... 64
3.5.5 Uji Ketepatan Model .............................................................................. 64
BAB IV HASILDAN PEMBAHASAN ................................................................. 65
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................................. 65
4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian .................................................................... 65
4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian ................................................................ 66
4.1.2.1 Tax Avoidance ................................................................................ 67
4.1.2.2 Komite Audit .................................................................................. 69
4.1.2.3 Dewan Komisaris Independen ....................................................... 70
4.1.2.4 Risiko Perusahaan .......................................................................... 72
4.1.2.5 Kebijakan Rugi Fiskal .................................................................... 73
4.1.2.6 Profitabilitas ................................................................................... 74
4.1.2.7 Leverage ......................................................................................... 75
4.1.2.8 Ukuran Perusahaan......................................................................... 77
4.1.3 Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 78
4.1.3.1 Uji Normalitas ................................................................................ 79
Page 14
4.1.3.2 Uji Multikolinieritas ....................................................................... 81
4.1.3.3 Uji Heteroskedasitas....................................................................... 82
4.1.4 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ..................................................... 82
4.1.4.1 Uji F ............................................................................................... 83
4.1.4.2 Uji Pengaruh Langsung .................................................................. 84
4.1.4.3 Koefisien Determinasi .................................................................... 86
4.2 Pembahasan .................................................................................................. 88
4.2.1 Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance ........................................ 88
4.2.2 Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance .............. 89
4.2.3 Pengaruh Risiko Perusahaan terhadap Tax Avoidance ................................. 91
4.2.4 Pengaruh Kebijakan Rugi Fiskal terhadap Tax Avoidance........................... 92
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 95
5.1 Simpulan .................................................................................................. 95
5.2 Saran .................................................................................................. 96
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 98
LAMPIRAN .................................................................................................. 102
Page 15
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pengukuran Leverage ............................................................... 34
Tabel 2.2 Kajian Penelitian Terdahulu ..................................................... 38
Tabel 3.1 Sampel dan Unit Analisis Penelitian ........................................ 50
Tabel 3.2 Kategori Variabel Tax Avoidance ............................................. 56
Tabel3.3 Kategori Variabel Komite Audit .............................................. 57
Tabel3.4 Kategori Variabel Dewan Komisaris Independen .................... 58
Tabel3.5 Kategori Variabel Risiko Perusahaan ....................................... 58
Tabel3.6 Kategori Variabel Kebijakan Rugi Fiskal ................................. 59
Tabel3.7 Kategori Variabel Profitabilitas ............................................... 59
Tabel 3.8 Kategori Variabel Leverage ...................................................... 60
Tabel 3.9 Kategori Variabel Size .............................................................. 61
Tabel 4.1 Pemilihan Sampel Penelitian .................................................... 67
Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif ...................................................... 68
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tax Avoidance ......................................... 69
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Komite Audit ........................................... 71
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Dewan Komisaris Independen ................ 72
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Risiko Perusahaan ................................... 74
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kebijakan Rugi Fiskal ............................. 75
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Profitabilitas ........................................... 76
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Leverage .................................................. 77
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Size .......................................................... 79
Page 16
Tabel 4.11 Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................... 80
Tabel 4.12 Ringkasan Hasil Uji Multikoliniearitas .................................... 82
Tabel 4.13 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ................................................... 84
Tabel 4.14 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis .................................................. 88
Page 17
DAFTAR GAMBAR
Gambar2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................... 46
Gambar4.1 Uji Normalitas .......................................................................... 81
Page 18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabulasi Perhitungan Tax Avoidance ....................................... 96
Lampiran 2 Tabulasi Perhitungan Komite Audit ......................................... 98
Lampiran 3 Tabulasi Perhitungan Dewan Komisaris Independen ............... 100
Lampiran 4 Tabulasi Perhitungan Risiko Perusahaan .................................. 102
Lampiran 5 Tabulasi Perhitungan Kebijakan Rugi Fiskal ........................... 107
Lampiran 6 Tabulasi Perhitungan Profitabilitas .......................................... 110
Lampiran 7 Tabulasi Perhitungan Leverage ................................................ 112
Lampiran 8 Tabulasi Perhitungan Size ......................................................... 114
Lampiran 9 Hasil Output SPSS .................................................................... 117
Page 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Unsur penting dan bahkan paling penting dalam rangka untuk menopang
anggaran penerimaan negara, salah satunya adalah pajak. Pemerintah negara-
negara di dunia ini begitu besar menaruh perhatian terhadap sektor pajak. Di
Indonesia usaha-usaha untuk menggenjot atau mengoptimalkan penerimaan sektor
ini dilakukan melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan pajak
(Surat direktur jenderal pajak No. S - 14/PJ.7/2003, 2003).
Usaha untuk mengoptimalkan penerimaan sektor ini tentunya bukan tanpa
kendala. Salah satu kendaladalam rangka optimalisasi penerimaan pajak adalah
adanya penghindaran pajak (tax avoidance), bahkan tidak sedikit perusahaan yang
melakukan penghindaran pajak. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan
negara yang paling besar. Penerimaan negara terbesar ini seharusnya dapat terus
ditingkatkan secara optimal agar laju pertumbuhan negara dan pelaksanaan
pembangunan dapat berjalan dengan baik, dengan demikian sangat diharapkan
kepatuhan wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya secara
sukarela sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Ketidakpatuhan wajib
pajak dapat menimbulkan upaya penghindaran pajak (Dewi, 2014)
Terdapat perbedaan kepentingan antara wajib pajak dan pemerintah. Wajib
pajak berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin karena dengan membayar
pajak berarti mengurangi kemampuan ekonomi pajak sedangkan pemerintah
memerlukan dana untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan yang sebagian
Page 20
besar berasal dari penerimaan pajak. Perbedaan kepentingan ini menyebabkan
wajib pajak cenderung untuk mengurangi jumlah pembayaran pajak, baik secara
legal maupun illegal. Hal ini dimungkinkan jika ada peluang yang dapat
dimanfaatkan karena kelemahan peraturan perpajakan, dalam hal demikian
timbulah perlawanan pajak. Perlawanan terhadap pajak dapat dibedakan menjadi
perlawanan pasif dan aktif (Sumarsa, 2010).
Opsi melakukan aktivitas tax avoidance oleh manajemen perusahaan
didasarkan atas teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa
hubungan kontraktual antara agent (manajemen) dan principal (pemilik modal)
menimbulkan asimetri informasi yang memicu adanya konflik kepentingan. Agen
dan principal diasumsikan termotivasi oleh kepentingannya sendiri dan seringkali
kepentingan keduanya berbenturan. Pihak manajemen menginginkan untuk
meningkatkan kompensasi yang diterima dan pemiliki modal menginginkan
return yang optimal. Besaran kompensasi yang diterima sebanding dengan kinerja
yang dihasilkan. Indikator pengukuran kinerja dapat diamati dari laba yang
optimal, untuk itu dilakukannlah upaya menekan beban pajak serendah mungkin
dengan cara yang tergolong legal yaitu tax avoidance.
Aktivitas tax avoidance yang dilakukan manajemen didorong pula oleh
adanya perbedaan pengakuan laba menurut pajak dan aturan keuangan komersial.
Tidak semua pendapatan maupun beban yang diakui dalam SAK (Standar
Akuntansi Keuangan) juga diakui oleh peraturan perpajakan. Perbedaan
komposisi pengakuan beban dan pendapatan sebagai dasar pengenaaan pajak
inilah yang dimanfaatkan manajemen untuk mencari celah dalam mengatur
Page 21
jumlah pajak serendah mungkin melalui fakta-fakta sedemikan rupa sehingga
terhindar dari pengenaan pajak yang lebih besar atau sama sekali tidak kena pajak.
Uraian diatas memberikan pemahaman bahwa tax avodaince pada hakikatnya
adalahperilaku perencanaan pajak yang dilakukan perusahaan dengan
memanfaatkan celah-celah peraturan perpajakan dengan tujuan mengatur dan
mengurangi beban pajak yang seharusnya dibayarkan.
Penghindaran pajak merupakan salah satu upaya meminimalisasi beban
pajak yang sering dilakukan oleh perusahaan, karena masih berada dalam bingkai
peraturan perpajakan yang berlaku. Meski penghindaran pajak bersifat legal, dari
pihak pemerintah tetap tidak menginginkan hal tersebut (Indarti, 2015). Maraknya
kasus penghindaran pajak menjadi dorongan pentingnya penelitian mengenai tax
avoidance dilakukan.
Penghindaran pajak di Indonesia semakin tahun semakin meningkat,
menurut Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro selama 10 tahun Indonesia
kehilangan pendapatan dari pajak hampir 100 triliun rupiah. Hal tersebut
didukung oleh penjelasan Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Direktorat
Jenderal Pajak (DJP), bahwa jumlah wajib pajak PMA yang tidak membayar
pajak dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terus meningkat. Pada tahun 2004
penanam modal asing yang melakukan penghindaran pajak sebanyak 1.452
perusahaan, jumlah tersebut terus meningkat hingga pada tahun 2013 perusahaan
yang melakukan penghindaran pajak sebanyak 2.794 perusahaan.
Perusahaan melakukan penghindaran pajak dengan cara memanfaatkan
celah metode akuntansi yang diperbolehkan sehingga laba kena pajak yang
Page 22
dicapai perusahaan menurun. Metode akuntansi yang digunakan yaitu dengan
menaikkan pengakuan terhadap biaya produksi dan operasi serta biaya-biaya
lainnya, mengubah metode akuntansi penyusutan atau mengakui pos-pos
pengeluaran investasi sebagai biaya periodik. (www.mediaindonesia.com)
Global Financial Integrity mencatat aliran dana yang dihasilkan dari
penghindaran pajak di Indonesia dan dikikim ke luar negeri mencapai US$ 6,6
triliun sepanjang satu dekade terakhir. Akibat praktik ilegal ini Indonesia
mengalami kerugian hingga Rp 240 triliun. Menteri Keuangan Bambang P.S
Brodjonegoro juga menyatakan bahwa ada perusahaan yang melaporkan harga
barang ekspor dibawah harga pasar, dan ini diduga adanya praktik transfer
pricing (www.bisnis.com)
Kasus terbaru yang diungkap dalam CNN Indonesia12 April 2016, yaitu
Konsorsium Jurnal Investigasi Internasional (ICIJ) mempublikasi Panama Papers
yang merupakan jutaan dokumen mengenai individu dan entitas bisnis yang
memanfaatkan perusahaan offshore yang melibatkan hukum Mossack Foncesa.
Sebanyak 11,5 juta dokumen milik Mossack Foncesa mengungkap sejumlah
perusahaan bayangan yang digunakan untuk aktivitas pencucian uang,
kesepakatan senjata dan obat-obatan terlarang, serta penghindaran pajak. ICIJ
menyatakan bahwa kasus transfer kekayaan pengusaha Indonesia ke perusahaan
bayangan ini sudah terjadi sejak tahun 1970-an. Salah satu alasan pengusaha besar
di Tanah Air mentransfer uangnya ke luar negeri adalah menghindari kewajiban
pajak.
Page 23
Adanya kegagalan pada beberapa perusahaan dan timbulnya malpraktik
keuangan tersebut menunjukan bahwa praktik corporate governance masih
buruk.Good corporate governance diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar
yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan.
Komite audit dan dewan komisaris independen merupakan indikator untuk
mengukur good corporate governance. Terdapat beberapa peneliti yang
mengungkapkan bahwa komite audit dan dewan komisaris mempengaruhi tax
avoidance dan adapula yang tidak mengungkapkan bahwa komite audit dan
dewan komisaris tidak mempengaruhi tax avoidance. Penelitian ini menggunakan
komite audit dan dewan komisaris independen sebagai variabel independen.
Upaya untuk menjalankan good corporate governance yang tepat di
perusahaan salah satunya dengan memberlakukan sistem pengawasan yang
dilakukan oleh dewan komisaris. Peran komite audit sebagai komite penunjang
tugas dewan komisaris untuk memastikan bahwa, (a) laporan keuangan disajikan
secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, (b) struktur
pengendalian internal perusahaan dilakukan dengan baik, (c) pelaksanaan audit
internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku,
dan (d) tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.
Eksekutif memiliki pengaruh yang besar bagi perusahaan yang dipimpin
sehingga eksekutif ini berperan sangat penting untuk dapat mengkoordinir
bawahannya. Eksekutif menentukan arah jalannya perusahaan sehingga eksekutif
harus tepat dalam pengambilan keputusan dan kebijakan dalam perusahaan.
Setiap individu tentunya memiliki karakter yang berbeda-beda begitu juga dengan
Page 24
setiap eksekutif yang memiliki karakter yang berbeda dalam memimpin
perusahaannya.
Perusahaan dalam melakukan praktik tax avoidancebiasanya melalui
kebijakan yang diambil oleh pimpinan perusahaan. Menurut Low (2006) karakter
atau perilaku pimpinan perusahaan sebagai pengambil keputusan bisa bersifat
risk-taking dan risk-averse. Pimpinan yang memiliki sifat risk-taking cenderung
berani dalam mengambil keputusan. Sebaliknya, pemimpin yang memiliki sifat
risk-averse cenderung kurang berani dalam mengambil keputusan dan lebih
menitikberatkan pada keputusan-keputusan yang tidak mengakibatkan risiko yang
lebih besar. Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa eksekutif dalam
mengambil keputusan dipengaruhi oleh karakter masing-masing dari eksekutif
tersebut, dimana dalam menjalankan tugasnya dalam mengambil keputusan,
eksekutif memiliki dua karakter yaitu sebagai risk taker dan risk averse. Dengan
demikian dapat dimaknai bahwa risiko perusahaan merupakan penyimpangan atau
deviasi standar dari earning baik penyimapangan itu bersifat kurang dari yang
direncanakan atau mungkin lebih dari yang direncanakan, semakin besar deviasi
earning perusahaan mengindikasikan semakin besar pula risiko perusahaan yang
ada. Untuk mengetahui karakter eksekutif maka digunakan risiko perusahaan
yang dimiliki perusahaan (Paligorova, 2010).
Kebijakan rugi fiskal merupakan proses peralihan kerugian dari satu
periode ke periode lainnya yang menunjukkan perusahaan yang sedang merugi
tidak akan dibebani pajak. Perusahaan yang telah merugi dalam satu periode
akuntansi diberikan keringanan untuk membayar pajaknya. Kerugian tersebut
Page 25
dapat dikompensasikan selama lima tahun ke depan dan laba perusahaan akan
digunakan untuk mengurangi jumlah kompensasi kerugian tersebut. Kompensasi
rugi fiskal diduga dapat dimanfaatkan perusahaan untuk melakukan tax
avoidance.
Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tax avoidance telah
dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Kurniasih dan Dewi (2013) yang berjudul Pengaruh Return On Assets, Leverage,
Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan Rugi Fiskal dengan
obyek penelitian adalah rasio-rasio keuangan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010. Penelitian Kurniasih dan
Dewi (2013) memperoleh hasil return on assets, leverage, corporate governance
yang diproksikan menggunakan variabel komisaris independen dan komite audit,
ukuran perusahaan dan kebijakan rugi fiskal berpengaruh signifikan secara
simultan terhadap tax avoidance sedangkan return on assets, ukuran perusahaan
dan kompensasi rugi fiskal berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tax
avoidance, sedangkan leverage dan corporate governance tidak berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap tax avoidance.
Dewi dan Jati (2014) menggunakan variabel karakter eksekutif dengan
proksi risiko perusahaan, ukuran perusahaan, multinational company, kepemilikan
institusional, proporsi dewan komisaris independen, kualitas audit, dan komite
audit sebagai variabel independen yang mempengaruhi tax avoidance. Penelitian
tersebut difokuskan pada perusahaan manufkatur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2009-2012. Penelitian Dewi dan Jati (2014) memperoleh hasil
Page 26
risiko perusahaan, kualitas audit, dan komite audit berpengaruh terhadap tax
avoidance.
Peneliti Indarti dan Winoto (2015) yang berjudul pengaruh return on
assets, leverage, corporate governance, dan karakteristik eksekutif terhadap tax
avoidance memperoleh hasil return on assets dan corporate governance
berpengaruh terhadap tax avoidance sedangkan variabel leverage dan risiko
perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Corporate Governance
dalam penelitian tersebut diproksikan dengan corporate governance preception
index, sedangkan karakteristik eksekutif diproksikan dengan risiko perusahaan.
Populasi yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah perusahaan yang
terdaftar di Forum Corporate Governance Indonesia (FCGI) pada tahun 2011-
2013.
Penelitian yang dilakukan oleh Rinaldi dan Cheisviyanny (2015)
memperoleh hasil profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap tax avoidance, sedangkan kebijakan rugi fiskal tidak berpengaruh
signifikan terhadap tax avoidance. Jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian tersebut sebanyak 74 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2010-2013. Pengukuran yang digunakan dalam variabel
profitabilitas penelitian ini menggunakan ROA, kemudian variabel ukuran
perusahaan dengan melihat Log(Aset) yang dimiliki perusahaan, dan variabel
kebijakan rugi fiskal diukur menggunakan variabel dummy.
Penelitian Maharani dan Suardana (2014) berjudul pengaruh corporate
governance, profitabilitas dan karakteristik eksekutif pada tax avoidance
Page 27
memperoleh hasil bahwa proporsi dewan komisaris independen, kualitas audit,
komite audit yang merupakan proksi corporate governance dan ROA yang
merupakan proksi dari profitabilitas berpengaruh negatif, risiko perusahaan yang
merupakan proksi dari karakteristik eksekutif berpengaruh positif, sedangkan
sisanya kepemilikan institusional yang merupakan proksi dari corporate
governance tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Penelitian tersebut
menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2008-2012.
Martinez (2014) yang berjudul the effect of tax aggressiveness dan
corporate governance on audit fees evidences from Brazil menggunakan sampel
sebanyak 300 perusahaan yang terdaftar di BM&Fbovespa dengan periode
penelitian 2009-2011. Penelitian tersebut memperoleh hasil persepsi risiko dari
audit independen dan mengidentifikasi bahwa hubungan timbal balik dari
perencanaan pajak, audit independen dan tata kelola perusahaan tidak selalu
dirasakan oleh pasar.
Penelitian terdahulu menunjukan kecenderungan pengaruh variabel komite
audit, dewan komisaris independen, karakteristik eksekutif dan kebijakan rugi
fiskal yang masih inkonsisten sehingga ditemukan research gap. Variabel
perbedaan komite audit pada penelitian Dewi (2014) memperoleh hasil bahwa
komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap tax avoidance, Penelitian
tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Maharani (2014). Menurut
Dewi (2014) semakin tinggi keberadaan komite audit dalam perusahaan akan
meningkatkan good corporate governance di dalam perusahaan, sehingga akan
Page 28
memperkecl kemungkinan praktik penghindaran pajak. Sedangkan pada
penelitian yang dilakukan Kurniasih (2014) menunjukan hasil bahwa variabel
komite audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance dengan nilai signifikansi
sebesar 0,393.
Dewan komisaris independen berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Maharani (2014) memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tax
avoidance.Hal tersebut dapat diartikan bahwa keberadaan dewan komisaris
independen efektif dalam usaha mencegah tindakan penghindaran pajakHasil
tersebut berbeda dengan penelitian Dewi (2014) dengan hasil proporsi dewan
komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan
sampel yang dimungkinkan hanya untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan.
Penilitian Dewi (2014) tentang karakteristik eksekutif yang diproksikan
sebagai risiko perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap tax avoidance
yang menunjukan hasil bahwa perusahaan sampel memiliki karakter risk taker
sehingga kecenderungan melakukan tindakan tax avoidance semakin
besar.Penelitian tersebut didukung oleh Maharani (2014) yang menunjukan hasil
bahwa risiko perusahaan berpengaruh positif. Hasil tersebut bertolak belakang
dengan penelitian yang dilakukan oleh Indarti (2015) yang menyatakan bahwa
risiko perusahaan memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap tax
avoidance dengan arah negatif.
Variabel lain yang berpengaruh terhadap tax avoidance adalah kebijakan
rugi fiskal, menurut penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih (2013) kebijakan
rugi fiskal berpengaruh negatif terhadap tax avoidancekarena perusahaan yang
Page 29
telah mergi dalam satu periode akuntansi diberikan keringanan untuk membayar
pajaknya. Hasil tersebut bertolak belakang dengan penelitian Rinaldi (2015) yang
menunjukan kebijakan rugi fiskal tidak berpengaruh signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih (2013) memiliki R-Square
12,1% serta Dewi (2013) memiliki nilai R-Square 15,1%. Hal tersebut mendorong
untuk ditambahkan variabel kontrol. Tujuan disertakan variabel kontrol adalah
untuk mengendalikan agar hubungan yang terjadi pada variabel dependen murni
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel kontrol dalam penelitian ini
adalah profitabilitas, leverage, dan size. Profitabilitas, leverage, dan size dipilih
sebagai variabel kontrol karena dalam penelitian terdahulu berpengaruh secara
konsisten terhadap tax avoidance.
Profitabilitas memiliki hubungan yang negatif dengan ETR karena
perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi mampu memanfaatkan
berbagai insentif perpajakan dalam rangka merendahkan tingkat ETR. Hal
demikian menunjukan bahwa profitabilitas yang tinggi menjadikan perusahaan
mampu menggunakan berbagai metode bisnis untuk menghindari pajak.
Leverage merupakan rasio yang mengukur kemampuan utang baik jangka
panjang maupun jangka pendek membiayai aktiva perusahaan. Semakin tinggi
nilai leverage, berarti semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga
yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari
utang tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh
berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin tinggi nilai leverage maka
tindakan tax avoidance perusahaan akan semakin tinggi.
Page 30
Perusahaan yang nemiliki total asset besar menunjukan bahwa perusahaan
tersebut relative lebih stabil dan mampu menghasilkan laba yang lebih besar
dibandingkan perusahaan yang memiliki total asset sedikit atau rendah. Tahap
kedewasaan perusahaan ditentukan berdasarkan total asset, semakin besar total
asset menunjukan bahwa perusahaan memiliki prospek baik dalam jangka waktu
yang relative panjang. Hal ini juga menggambarkan bahwa perusahaan lebih stabil
dan lebih mampu dalam menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total
asset yang kecil.
Populasi penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia tahun 2016 karena merupakan tahun terakhir sebelum
penelitian dan jumlah perusahaan yang terdaftar juga paling banyak. Berdasarkan
uraian tersebut maka judul dalam penelitian ini adalah Pengaruh Komite Audit,
Dewan Komisaris Independen, Risiko Perusahaan, dan Kebijakan Rugi Fiskal
terhadap Tax Avoidance.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Perusahaan mengindetikkan pembayaran pajak sebagai beban yang akan
menurunkan laba setelah pajak dan tingkat pengembalian (return)
sehingga dilakukan upaya tax avoidance agar laba yang diperoleh optimal.
2. Pemengang saham dan manajer cenderung berperilaku untuk
mensejahterakan kepentingannya. Pemegang saham menginginkan return
yang optimal dan manajer menginginkan kompensasi yang besar.
Page 31
3. Terungkapnya kasus beberapa perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia yang melakukan penghindaran pajak diantaranya kasus PT.
Toyota Motor Manufacturing Indonesia pada tahun 2013 dan kasus
penghindaran pajak oleh PT. Coca Cola Indonesia dari rentang waktu
2002-2006.
4. Adanya hasil penelitian yang tidak konsisten mengenai pengaruh komite
audit, dewan komisaris independen, karakteristik eksekutif dan kebijakan
rugi fiskal terhadap tax avoidance.
Variabel profitabilitas masih belum terbukti secara empiris untuk
memoderasi pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan dividen,
pertumbuhan perusahan, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan
hutang.
1.3. Cakupan Masalah
Untuk mempermudah penulisan laporan skripsi ini, lebih terarah, dan
berjalan dengan baik, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun
ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan laporan skripsi
ini, yaitu :
1. Peneliti hanya menggunakan 4 variabel bebas, komite audit, dewan komisaris
independen, kebijakan rugi fiskal, dan risiko perusahaan.
2. Peneliti hanya mencari informasi yang berkaitan dengan keempat variabel
dalam penelitan.
3. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2016.
Page 32
4. Tahun yang diteliti adalah tahun 2016 dengan pertimbangan agar
mendapatkan hasil penelitian yang terbaru.
5. Penghindaran pajak dalam penelitian ini diproksikan dengan CETR
Berdasarkan latar belakang masalah dan fenomena pada perusahaan
manufaktur tersebut di atas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian
yang disusun dalam bentuk skripsi dengan judul: “Pengaruh Komite Audit,
Dewan Komisaris Independen, Risiko Perusahaan, dan Kebijakan Rugi Fiskal
TerhadapTax Avoidance pada Perusahaan Manufktur diIndonesia”.
1.4. Perumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas adanya indikasi kecenderungan
beberapa perusahaan manufaktur yang melakukan tindakan penghindaran pajak.
Dan berdasarkan beberapa penelitian terdahulu adanya perbedaan hasil penelitian
yang satu dengan yang lainnya. Dari uraian pada latar belakang masalah di atas,
maka rumusan masalahnya adalah “apakah terdapat pengaruh sebenarnya komite
audit, dewan komisaris independen, karakter eksekutif, dan kebijakan rugi
fiskalterhadap penghindaran pajak?”.
Rumusan pertanyaan penelitian secara rinci sebagai berikut
1. Apakah komite audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016?
2. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh terhadap penghindaran
pajak perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016?
3. Apakah risiko perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016?
Page 33
4. Apakah kompensasi rugi fiskal berpengaruh terhadap penghindaran pajak
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk menguji secara empiris dan
menganalisis hubungan mekanisme variabel independen dengan dependen,
yaitu
1. Untuk menganalisis pengaruh komite audit terhadap penghindaran pajak.
2. Untuk menganalisis pengaruh dewan komisaris independen terhadap
penghindaran pajak.
3. Untuk menganalisis pengaruh karaktersitik eksekutif terhadap
penghindaran pajak.
4. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi rugi fiskal terhadap
penghindaran pajak.
1.6. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan gambaran nyata mengenai kondisi
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2016. Kegunaan
lain yang di dapat dari penelitian ini adalah penelitian ini dapat dijadikan
tambahan bukti empiris atas penelitian mengenai struktur modal dan tax
avoidance. Dengan adanya permasalahan penurunan nilai perusahaan pada
beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, peneliti menggunakan
grand theory agency untuk menyeselesaiakan masalah tersebut. Dengan
perusahaan memberikan laporan keuangan yang disampaikan kepada
stakeholder dapat meminimumkan asimetri informasi yang terjadi. Hal
Page 34
tersebut menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan sarana komunikasi
informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
b. Praktis
1. Bagi Emiten
Dapat memberikan pemahaman mengenai penggunaan rasio keuangan
(Corporate Governance, karakteristik eksekutif, kebijakan rugi fiskaldan
penghindaran pajak) dalam menentukan kebijakan keuangan di masa yang
akan datang terutama dalam memaksimalkan nilai perusahaan.
2. Bagi investor
Dapat memberikan pemahaman mengenai keputusan investasi melalui
penghindaran pajak dan komposisi permodalan perusahaan tersebut dengan
menganalisis corporate governance, karakterisitk eksekutif, dan kebijakan
rugi fiskal.
1.7. Orisinalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan
beberapa penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
penghindaran pajak perusahaan manufaktur. Penelitian ini pengembangan dari
penelitian Kurniasih (2013) yang berfokus pada return on assets, leverage,
corporate governance, ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal terhadap 40
perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2007-2010, dengan 6 variabel bebas dan
menggunakan alat analisis SPSS. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
Kurniasih (2013) adalah pertama penelitian ini menambah variabel karakteristik
eksekutif berdasarkan penelitian Dewi (2014) yang menguji pengaruh
Page 35
karakteristik eksekutif, karakteristik perusahaan, dan tata kelola perusahaan yang
baik terhadap tax avoidance. Kedua, penelitian ini menempatkan 3 variabel
kontrol, leverage, profitabilitas, dan size. Ketiga, adanya perbedaan tahun
penelitian, yaitu tahun 2016 karena data tahun tersebut lebih lengkap (jumlah
perusahaan yang terdaftar lebih banyak).
Page 36
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Agency Theory
Teori Agensi menjelaskan bahwa hubungan kontrak antara agen
(manajemen suatu usaha) dan prinsipal (pemilik usaha). Agen melakukan
tugas-tugas tertentu untuk prinsipal, prinsipal mempunyai kewajiban untuk
memberi imbalan pada si agen (Hendriksen, 1992).Jensen dan Meckling
(1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan sebagai kontrak antara
satu atau beberapa orang (pemberi kerja atau prinsipal) yang
mempekerjakan orang lain (agen) untuk melakukan sejumlah jasa dan
memberikan wewenang dalam pengambilan keputusan.
Teori agensi menyatakan adanya asimetri informasi antara manajer
(agen) dan pemegang saham (prinsipal) karena manajer lebih mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Rahmawati
(2008) menyatakan bahwa laporan keuangan yang disampaikan kepada
stakeholder dapat meminimumkan asimetri informasi yang terjadi. Hal
tersebut menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan sarana
komunikasi informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul
ketika satu orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent)
untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang
Page 37
pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Hubungan antara principal
dan agent dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi
(asymmetrical information) karena agentberada pada posisi yang memiliki
informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan
principal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk
memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri
yang dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa
informasi yang tidak diketahui principal. Dalam kondisi yang asimetri
tersebut, agent dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan
dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.
Masalah keagenan juga akan timbul jika pihak manajemen atau
agen perusahaan tidak atau kurang memiliki saham biasa perusahaan
tersebut. Karena dengan keadaan ini menjadikan pihak manajemen tidak
lagi berupaya untuk memaksimumkan keuntungan perusahaan dan mereka
berusaha untuk mengambil keuntungan dari beban yang ditanggung oleh
pemegang saham. Cara yang dilakukan pihak manajemen adalah dalam
bentuk peningkatan kekayaan dan juga dalam bentuk kesenangan dan
fasilitas perusahaan.Kelebihan arus kas cenderung diinvestasikan dalam
hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan. Ini
menyebabkan perbedaan kepentingan karena pemegang saham lebih
menyukai investasi yang berisiko tinggi yang juga menghasilkan return
tinggi, sementara manajemen lebih memilih investasi dengan risiko yang
lebih rendah.
Page 38
Upaya untuk menurunkan agency problem antara manajemen
dengan pemilik dapat dilakukan dengan memberikan kompensasi yang
besar kepada manajemen atau kompensasi berupa kepemilikan saham bagi
manajemen. Besarnya kompensasi yang diterima manajemen didasarkan
atas kinerja manajemen. Dengan demikian, manajemen akan berupaya
untuk meningkatkan kinerjanya agar kompesasi yang diterima semakin
besar.
Keputusan terkait pajak akan menentukan kinerja manajemen. Hal
ini dikarenakan pada dasarnya kinerja manajemen dapat diamati pada laba
setelah pajak yang diperoleh. Pemegang sahampun (principal)
menginginkan bahwa beban pajak harus ditekan serendah mungkin agar
menghasilkan laba yang optimal sehingga dividen yang diterimanya akan
semakin tinggi pula. Manajer yang rasional akan memilih kebijakan
akuntansi sesuai dengan kepentingannya dalam memaksimalkan expected
utility-nya. Dengan demikian, kebijakan terkait tax avoidance akan
diupayakan dilakukan oleh manajer dalam rangka memenuhi keinginan
principal dan menyangkut pula pada kompensasi yang diterimanya.
Pemerintah selama ini mendapatkan penghasilan tertinggi dari
sektor pajak, sudah semestinya wajib pajak harus membayar sesuai beban
pajak yang sudah ditentukan. Sesuai dengan teori agensi dimana
principalmemberikan kewenangan kepada agen untuk mengelola
perusahaannya dan mengutamakan profit yang tinggi, hal tersebut memicu
principal untuk melakukan tindakan penghindaran pajak. Penghindaran
Page 39
pajak secara hukum adalah legal, dengan legalnya penghindaran pajak
banyak perusahaan yang melakukan tindakan tersebut sehingga akan
berdampak pada pendapatan pemerintah di sektor pajak yang menurun.
Implikasi teori agensi dalam penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh
dewan komisaris independen, komite audit terhadap penghindaran pajak.
Perusahaan yang memiliki dewan komisaris independen dan komite audit yang
baik cenderung bertindak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, dewan
komisaris independen mengawasi setiap tindakan dewan komisaris maupun
dewan direksi, sedangkan komite audit akan membantu dewan komisaris dalam
mengawasi setiap tindakan manajemen dan kegiatan operasional perusahaan.
Perusahaan dengan good corporate governance yang baik cenderung tidak
melakukan penghindaran pajak. Sementara perusahaan yang memiliki aset besar
cenderung melakukan penghindaran pajak, karena sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan dapat digunakan oleh agen untuk memaksimalkan kompensasi kinerja
agen, yaitu dengan cara menekan beban pajak perusahaan.
2.1.2. Stewardship Theory
Stewardship theory atau teori stewardship adalah teori yang
menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh tujuan-
tujuan individu tetapi lebih ditunjukan pada sasaran hasil utama mereka untuk
kepentingan organisasi, sehingga teori ini mempunyai dasar psikologi dan
sosiologi yang telah dirancang dimana para eksekutif atau manajemen sebagai
steward termotivasi untuk bertindak sesuai keinginan principal, selain itu
perilaku steward tidak akan meninggalkan organisasinya sebab steward berusaha
Page 40
untuk mencapai tujuan organisasinya. Teori stewardship didesain bagi para
peneliti untuk menguji situasi dimana para eksekutif dalam perusahaan sebagai
pelayan dapat termotivasi untuk bertindak dengan cara terbaik pada principalnya
(Donaldson dan Davis,1991).
Teori ini memiliki asumsi bahwa kepentingan personal antara
manajer dan pemegang saham dapat diselaraskan melalui pencapaian
tujuan organisasi. Apabila terdapat perbedaan kepentingan antara principal
dan steward, steward akan menjunjung tinggi nilai kebersamaan sehingga
tujuan perusahaan dapat dicapai. Teori stewardship dapat menjelaskan
bahwa organ yang terdapat dalam perusahaan akan memaksimalkan
kinerjanya agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Dengan demikian,
organ-organ tersebut akan menerapkan good corporate governance dalam
perusahaan, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Teori ini
menjelaskan bahwa tidak adanya konflik kepentingan yang terjadi antar
pemegang saham dan manajemen yang ada perusahaan. Apabila terdapat
konflik kepentingan yang terjadi antara pemegang saham dan manajemen
maka dapat diselaraskan kembali melalui pencapaian tujuan organisasi,
sehingga pemegang saham dan manajemen perusahaan akan menerapkan
good corporate governance.
2.2. Kajian Variabel Penelitian
2.2.1. Tax Avoidance
Tax avoidance adalah alat untuk melakukan tax saving dengan
mengalihkan sumber daya yang seharusnya diperuntukkan untuk negara
Page 41
kepada para pemegang saham yang mampu menaikkan nilai after-tax
perusahaan. Wang (2010) mengatakan agar jumlah pendapatan yang
sebenarnya tidak diketahui oleh otoritas pajak manajer seringkali mencoba
untuk menutupi atau mengaburkan informasi dalam laporan keuangan
yang mengarah pada tax avoidance.
Menurut Zain (2007) tax avoidance merupakan contoh dari tax
planning yang dapat dilakukan melalui proses pengelolaan laba untuk
mengurangi pengenaan pajak yang tidak diinginkan perusahaan sehingga
perusahaan dapat melakukan tax saving. Untuk menjaga tax avoidance
agar tetap sesuai dengan peraturan yang berlaku, perusahaan memerlukan
ahli keuangan yang paham mengenai aturan perpajakan secara menyeluruh
sehingga mampu mencari celah agar terhindar dari pengenaan pajak yang
lebih tinggi atau ekstremnya sama sekali tidak dikenakan pajak.
Zain (2008) tax avoidance berhubungan dengan proses pengelolaan
dalam perusahaan untuk meminimalkan atau menghilangkan beban pajak
dengan tetap melihat akibat pajak yang ditimbulkan bagi
perusahaan.Secara keseluruhan tax avoidance adalah cara atau usaha wajib
pajak mengurangi, menghindari, meminimalkan atau meringankan beban
pajak dengan tetap patuh pada undang-undang pajak.
Tax avoidance bukan tindakan melanggar hukum, melainkan
tindakan mengambil keuntungan dari aturan yang ada untuk mengecilkan
kewajiban pajak. Pokok utama dari tax avoidance adalah mengurangi
kewajiban pajak dengan menghilangkan konsekuensi ekonomi yang
Page 42
ditujukan kepada setiap individu yang telah memenuhi syarat sebagai
wajib pajak. Sifat tax avoidance yang sah menurut hukum membuat
perusahaan tidak dapat dijatuhi sanksi langsung, sanksi dapat diberikan
apabila undang-undang telah secara jelas mengatur batasan-batasan dalam
tax avoidance (Prebble dan Lincoln, 2012).
Tax avoidance bukan pelanggaran undang-undang perpajakan
karena usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari,
meminimumkan atau meringankanbeban pajak dilakukan dengan cara
yang dimungkinkan oleh Undang-Undang Pajak. Adapuncara tersebut
menurut Merks (2007) adalah:
a. Memindahkan subjek pajak dan/atau objek pajak ke negara-negara yang
memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax haven
country) atas suatu jenis penghasilan (substantive tax planning)
b. Usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi ekonomi dari
transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak yang
paling rendah (formal tax planning)
c. Ketentuan Anti Avoidance atas transaksi transfer pricing, thin
capitalization, treaty shopping, dan controlled foreign corporation (Specific
Anti Avoidance Rule); serta transaksi yang tidak mempunyai substansi
bisnis (General Anti Avoidance Rule).
2.2.2. Komite Audit
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
perusahaan, yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan
Page 43
komisaris, yang bertugas untuk membantu melakukan pemeriksaan atau
penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam
pengelolaan perusahaan (Winata, 2014).
Komite audit merupakan komponen penting yang harus ada pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, oleh karena itu Bursa
Efek Indonesia mengharuskan membentuk dan memiliki komite audit
yang diketuai oleh komisaris independen. Keberadaan komite audit
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengawasan internal yang pada
akhirnya ditujukan untuk memberikan perlindungan kepada para
pemegang saham dan stakeholder lainnya (Winata, 2014).
Tugas dari komite audit adalah membantu dewan komisaris dalam
melakukan pengawasan terhadap kinerja perusahaan. Dengan kata lain
komite audit berfungsi sebagai jembatan penghubung antara perusahaan
dengan eksternal auditor. Komite audit juga erat kaitannya dengan
penelaahan terhadap risiko yang dihadapi perusahaan, dan juga ketaatan
terhadap peraturan. Dengan adanya hal tersebut maka, komite audit dapat
mengurangi pengukuran dan pengungkapan akuntansi yang tidak tepat
sehingga akan mengurangi juga tindakan kecurangan oleh manajemen dan
tindakan melanggar hukum lainnya (Siallagan, 2006)
2.2.3. Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen didefinisikan sebagai seorang yang tidak
terafiliasi dalam segala hal dalam pemegang saham pengendali. Tidak
memiliki hubungan afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris, serta
Page 44
tidak menjabat sebagai direktur pada suatu perusahaan yang terkait. Pada
Bursa Efek Indonesia terdapat aturan yaitu bahwa sebuah perusahaan
minimal harus memiliki 30% dewan komisaris independen, dengan
demikian pengawasan dapat dilakukan sedemikian rupa (Pohan, 2008).
Dewan Komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal
perusahaan, memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan. Dewan
komisaris juga bertanggung jawab atas kualitas laporan yang disajikan.
Dewan Komisaris yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi
perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta
mewajibkan terlaksananya akuntabilitas (Larasati, 2009).
Secara teori dan praktik, tugas utama dari dewan komisaris adalah
melakukan pengawasan terhadap manajemen untuk memastikan bahwa
mereka melakukan segala aktivitas dengan kemampuan terbaiknya bagi
kepentingan perseroan, serta menggagalkan keputusan yang
tidakmenguntungkan. Terdapat tiga elemen penting yang akan
mempengaruhi tingkat efektivitas dewan komisaris yaitu independensi,
kompetensi, dan komitmen (Larasati, 2009).
2.2.4. Kompensasi Rugi Fiskal
Proses membawa kerugian dalam satu tahun pajak ke tahun-tahun
pajak berikutnya dinamakan dengan kompensasi kerugian (carrying
loss). Kompensasi kerugian dalam Pajak Penghasilan diatur pada Undang-
Undang No.36 Tahun 2008 tetang Pajak Penghasilan diatur sebagai
berikut :
Page 45
1. Kompensasi kerugian fiskal timbul apabila untuk tahun pajak
sebelumnya terdapat kerugian fiskal (SPT Tahunan dilaporkan Nihil/Lebih
Bayar tetapi ada kerugian).
2. Kerugian Fiskal timbul apabila penghasilan bruto yang dikurangi oleh
pengurangan yang diperbolehkan mengalami kerugian.
3. Kerugian Fiskal tersebut dikompensasikan dengan penghasilan neto fiskal
atau laba neto fiskal dimulai tahun pajak berikutnya sesudah tahun didapatnya
kerugian tersebut berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
4. Ketentuan jangka waktu pengakuan kompensasi kerugian fiskal berlaku untuk
tahun pajak mulai tahun 2009, untuk tahun pajak sebelumnya berlaku
ketentuan Undang-undang no.17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan.
Kompensasi kerugian dalam Pajak Penghasilan diatur pada Pasal
6 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 tahun 2000. Adapun
beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam hal
kompensasikerugian ini adalah sebagai berikut:
1. Istilah kerugian merujuk kepada kerugian fiskal bukan kerugian komersial.
Kerugian atau keuntungan fiskal adalah selisih antara penghasilan dan biaya
biaya yang telah memperhitungkan ketentuan Pajak Penghasilan.
2. Kompensasi kerugian hanya di perkenankan selama lima tahun ke depan
secara berturut-turut. Apabila pada akhir tahun kelima ternyata masih ada
kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi
dikompensasikan.
Page 46
3. Kompensasi kerugian hanya diperuntukan Wajib Pajak Badan dan Orang
Pribadi yang melakukan kegiatan usaha yang penghasilannya tidak dikenakan
PPh Final dan perhitungan Pajak Penghasilannya tidak menggunakan norma
penghitungan.
4. Kerugianusaha di luar negeri tidak bisa dikompensasikan dengan penghasilan
dari dalam negeri.
2.2.5. Risiko Perusahaan
Jenis karakter individu (executive) yang duduk dalam manajemen
perusahaan apakah mereka merupakanrisk-taker atau risk-averse tercermin
dari besar-kecilnya risiko perusahaan (corporate risk) yang ada. Eksekutif
yang memiliki karakter risk taker adalah eksekutif yang lebih berani dalam
mengambil keputusan bisnis dan biasanya memiliki dorongan kuat untuk
memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan karakter risk taker
berbanding balik dengan risk averse.
Menurut Low (2006) karakter risk averse adalah eksekutif yang
cenderung tidak menyukai risiko sehingga kurang berani dalam
mengambil keputusan bisnis. Risk averse lebih menitik beratkan pada
keputusan-keputusan yang tidak mengakibatkan risiko yang besar. Risiko
perusahaan sangat berkaitan dengan return yang diperoleh. Risiko
merupakan penyimpangan dari hasil yang diterima dengan yang sudah
diekspektasikan. Semakin besar penyimpangan antara hasil yang ada
dengan yang diekspektasikan maka risiko akan semakin besar kewenangan
yang lebih tinggi (Indarti, 2015)
Page 47
2.2.6. Variabel Kontrol
Pada penelitian ini selain menggunakan variabel independen dan variabel
dependen juga menambahkan variabel kontrol dikarenakan pada penelitian
terdahulu memiliki nilai adjusted r square yang rendah yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Kurniasih (2013) memiliki R-Square 12,1% serta Dewi (2013)
memili ki nilai R-Square 15,1%. Hal tersebut menunjukkan bahwa besarnya
pengaruh terhadap variavel dependen masih banyak dipengaruhi oleh faktor lain
selain variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Tujuan
disertakannya variabel kontrol adalah untuk mengendalikan dan mengurangi
adanya pengaruh lain dari variabel selain variabel independen yang digunakan
pada penelitian ini.
Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas,
leverages, dan size. Ketiganya dipilih sebagai variabel kontrol karena pada
penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang cenderung konsisten. Diharapkan
penambahan variabel kontrol dapat mengurangi pengaruh faktor lain terhadap tax
avoidance selain dari variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini.
2.2.6.1. Profitabilitas
Secara etimologi profitabilitas merupakan laba atau keuntungan
yang diperoleh perusahaan dalam periode waktu tertentu. Laba biasanya
diukur dengan index yakni profitability index yang memiliki makna rasio
dari nilai sekarang atas nilai bersih masa mendatang suatu proyek
perbandingan dengan arus kas keluar proyek tersebut (Horne, 2001).
Sementara itu rasio profitabilitas adalah rasio-rasio yang menghubungkan
Page 48
perbandingan laba dengan penjualan serta investasi serta rasio yang
menunjukkan hasil akhir dari kebijaksanaan dan keputusan-keputusan
(Profit Margin On Sales, Return OnAssets, Return On Wealth dsb)
(Riyanto, 2008). Berdasarkan penelitian terdahulu pengertian dari
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dan untuk mengukur tingkat operasional dan tingkat efisiensi
penggunaan harta (Chen, 2011).Beberapa pendapat mengenai
profitabilitas maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dalam periode
waktu tertentu dan dapat digunakan untuk mengukur berbagai aspek
kinerja peusahaan. Semakin profitable perusahaan maka dapat
diindikasikan perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik dan
sebaliknya. Pada umumnya rasio profitabilitas yang sering digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Gross Profit Margin
Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauhmana kemampuanperusahaan
menghasilkan laba kotor pada tingkat penjualan tertentu.Selain itu, rasio ini juga
dapat digunakan untuk megetahui kemampuanperusahaan dalam menekan biaya
atau berproduksi secara efisien.Rasio profit margin yang tinggi menandakan
adanya kemampuanperusahaan yang tinggi untuk menghasilkan laba kotor pada
penjualantertentu dan sebaliknya apabila gross profit rendah menandakanadanya
biaya yang terlalu tinggi pada tingkat penjualan. Dengandemikian dapat dimaknai
Page 49
bahwa rasio yang rendah menunjukkanadanya inefisiensi pengelolaan
perusahaan.
2. Operating Profit Margin
Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejahuhmanakemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba operasi pada tingkatpenjulan
tertentu.
3. Net Profit Margin
Rasio ini mengukur profitabilitas yang berkaitan denganpenjualan yang
dihasilkan. Rasio net profit margin (margin laba neto)yang tinggi
mengindikasikan adanya kemampuan perusahaan yang tinggi dalam
menghasilkan laba bersih setelah pajak pada penjualan tertentu. Apabila nilai net
profit margin rendah mengindikasikan bahwa perusahaan tidak mampu menekan
biaya-biayanya dengan optimal.
4. Return on Asset (ROA) atau Return on Investment (ROI)
Rasio ini megukur seberapa besar tingkat pengembalian atasseluruh aset
yang tersedia. Semakin tinggi ROA menujukkan bahwaperusahaan semakin
mampu mendayagunakan aset dengan baik dalamrangka memperoleh
keuntungan.
5. Return on Equity (ROE)
ROE sering disebut dengan rentabilitas modal saham. Rasio inimengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari modalsaham tertentu. Rasio ROE
yang tinggi menujukkan adanya efisiensimanajemen modal perusahaan, dan
Page 50
begitu sebaliknya rasio yangrendah menunjukkan adanya inefisiensi manajemen
modal. Besarkecilnya ROE dipengaruhi pula oleh ROA dan tingkat
laveragekeuangan perusahaan.
6. Basic Earning Power
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba kotorpada
tingkat aktiva tertentu.
Dalam penelitiaan ini definisi yang digunakan untuk menjelaskan
variabel profitabilitas adalah berdasarkan teori (Chen, 2011). Variebel ini
diukur dengan tingkat pengembalian pemegang saham yang diukur dengan
indikator Return on Asset (ROA). Return on Asset (ROA) adalah salah
satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat
mengukur kemampuan perusahan dengan keseluruhan dana yang
ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan. Analisis Return on Asset (ROA) sudah
merupakan teknik analisis yang di atas digunakan perusahaan dalam
melakukan mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
Menurut Prastowo, 2008 ROA adalah kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aktiva untuk memperoleh laba. Maka dapat di artikan
bahwa ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan total aktiva yang dimilikinya.
Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yangsemakin
baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila Return on
Page 51
asset meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga
dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh
pemegang saham (Husnan, 2002).ROA berguna untuk mengukur sejauh
mana efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber daya
yang dimilikinya (Siahan, 2004). Dendawijaya (2003) menyatakan bahwa
ROA menggambarkan kemampuan manajemen untuk memperoleh
keuntungan (laba). Semakin tinggi ROA, semakin tinggi keuntungan
perusahaan sehingga semakin baik pengelolaan aktiva perusahaan.
Menurut Lestari dan Sugiharto (2007), ROA merupakan pengukur
keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Semakin tinggi
rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh
keuntungan bersih.
2.2.6.2. Leverage
Leverage menunjukkan penggunaan utang untuk membiayai
investasi (Sartono, 2002). Leverage merupakan rasio yang mengukur
seberapa jauh perusahaan menggunakan utang. Leverage menggambarkan
hubungan antara total assetsdengan modal saham biasa atau menunjukkan
penggunaan utang untuk meningkatkan laba (Husnan, 2002).
Suatu perusahaan didirikan tentunya tidak lepas dari upaya
memenuhi tujuan pendiriannya yaitu memaksimalisasi harga saham dan
pencapaian profitabilitas. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan
modal, baik modal sendiri dari intern perusahaan yakni dengan
mengeluarkan saham maupun modal dari ekstern berupa hutang. Struktur
Page 52
modal diukur dengan leverage yakni ukuran yang digunakan untuk
menggambarkan kemampuan perusahaan yang menggunakan aktiva atau
dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat
pengembalian atau laba bersih bagi pemilik perusahaan. Perusahaan yang
menggunakan hutang adalah perusahaan yang mempunyai financial
leverage. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan oleh
perusahaan, pemilik modal sendiri akan menanggung risiko yang makin
besar.
Penentuan struktur modal melibatkan adanya suatu pertukaran
antara risiko dan pengembalian (Brigham dan Houston, 2010).
Menggunakan hutang dalam jumlah yang lebih besar akan meningkatkan
risiko yang ditanggung oleh pemegang saham. Namun demikian
menggunakan lebih banyak hutang pada umumnya akan meningkatkan
perkiran pengembalian atas ekuitas. Risiko yang semakin tinggi cenderung
menurunkan harga saham. Karena itu struktur modal yang optimal harus
mencapai suatu keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga
dapat memaksimalkan harga saham perusahaan.
Leverage digambarkan untuk melihat sejauh mana asset
perusahaan dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri.
Leverage yang semakin besar menunjukkan risiko investasi yang semakin
besar pula. Perusahaan dengan leverage yang rendah memiliki risiko
leverage yang rendah pula. Dalam penelitian ini rasio leverage yang
Page 53
menjadi variabel kontrol adalah DER (Sambora, 2014). Rasio ini diduga
akan lebih merefleksikan korelasi antara leverage dengan tax avoidance.
Tabel 2.1
Pengukuran Leverage
Rasio Perhitungan
Rasio Utang terhadap Ekuitas
(Horne dan Wachowicz, 2012)
Total utang
Ekuitas pemegang saham
Rasio utang terhadap total aset
(Horne dan Wachowicz, 2012).
Total utang
Total aset
Rasio utang jangka panjang
terhadap aset (Lanis &
Richardson, 2015)
Total utang jangka panjang
Total aset
2.2.6.3. Ukuran Perusahaan (size)
Penjualan merupakan sumber dari hidupnya suatu perusahaan,
karena dari penjualan dapat diperoleh laba. Pertumbuhan penjualan
merupakan manifestasi keberhasilan investasi di masa lalu dan dapat
dijadikan sebagai prediksi di masa yang akan datang. Laju pertumbuhan
suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan
keuntungan pada masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan yang
tinggi akan mencerminkan pendapatan yang meningkat, sehingga
diharapkan pembayaran deviden pun akan meningkat. Pembayaran
deviden merupakan salah satu harapan dari para investor. Untuk dapat
mencapai pertumbuhan penjualan tentunya diperlukan aset yang juga
jumlahnya meningkat.
Page 54
Besarnya aset yang digunakan perusahaan merupakan salah satu
ukuran besar kecilnya perusahaan tersebut (size). Ukuran perusahaan turut
menentukan tingkat kepercayaan investor. Semakin besar perusahaan,
semakin dikenal masyarakat yang berarti semakin mudah untuk
mendapatkan informasi mengenai perusahaan. Size menggambarkan
kemampuan meningkatkan penjualan dan earning dari total asset yang
dimiliki perusahaan. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau
besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan diukur
dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan (Halim, 2010). Perusahaan
yang mengalami pertumbuhan positif mempunyai pengaruh terhadap harga
saham (Sriwardany, 2006).
Tahap kedewasaan perusahaan ditentukan berdasarkan total aktiva,
semakin besar total aktiva menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
prospek baik dalam jangka waktu yang relatif panjang. Watts dan
Zimmerman (1986) menyatakan bahwa manajer perusahaan besar
cenderung melakukan pemilihan metode akuntansi yang menangguhkan
laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode mendatang guna
memperkecil laba yang dilaporkan.
2.3. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang telah melakukan analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi tax avoidance antara lain, Winata (2014), Dewi (2014),
Kurniasih (2013), Indarti (2015), Rinaldi (2015), Maharani (2016), dan Martinez
(2014). Penelitian yang dilakukan oleh Winata (2014) menggunakan sampel
Page 55
sebanyak 234 perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2013. Teknik analisis yang
digunakan analisis data dan analisis regresi dari elemem-elemen corporate
governance dam tax avoidanceyang mendapatkan hasil proksi corporate
governance yaitu prosentase dewan komisaris independen dan jumlah komite
audit berpengaruh secara signifikan terhadap tax avoidance sedangkan
kepemilikan institusional dan komite audit tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap tax avoidance.
Dewi (2014) meneliti pengaruh karakteristik eksekutif, karakteristik
perusahaan, dan tata kelola perusahaan yang baik terhadap tax avoidance. Dalam
penelitiannyamenggunakan sampel sebanyak 36 perusahaan yang terdaftar di BEI
periode 2009-2012. Teknik analisis yang digunakan regresi linear berganda, yang
medapatkan hasil risiko perusahaan, kualitas audit, dan komite audit
berpengaruh terhadap tax avoidance.
Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih (2013) menggunakan
sampel sebanyak 72 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode penelitian2007-2010. Teknik analisis yang
digunakan regresi linear berganda, yang medapatkan hasil return on assets
(ROA), ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap tax avoidance sedangkan leverage dan
corporate governance tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
tax avoidance.
Penelitian yang dilakukan oleh Indarti (2015) menggunakan
sampelsebanyak 37 perusahaan yang terdaftar di Indeks Tata Kelola
Page 56
Persepsi Perusahaan (CGPI) pada periode 2011-2013. Teknik analisis yang
digunakan regresi linear berganda, yang medapatkan hasil return on assets
dan corporate governance tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Sedangkan leverage dan karakter eksekutif berpengaruh terhadap tax
avoidance.
Penelitian yang dilakukan oleh Rinaldi (2015) menggunakan
sampelsebanyak74 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2010-2013.Teknik analisis yang digunakan
regresi linear berganda, yang medapatkan hasil profitabilitas, dan ukuran
Perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance sedangkan kompensasi
rugi fiskal tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2014) menggunakan
sampelsebanyak 37 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2008-2012. Teknik analisis yang digunakan
regresi linear berganda proporsi dewan komisaris, kualitas audit, komite
audit, dan ROA, sedangkan risiko perusahaan berpengaruh positif
terhadap tax avoidance.
Penelitian yang dilakukan oleh Martinez (2014) menggunakan
sampel sebanyak 300 perusahaan yang terdaftar di BM&Fbovespa.
Periode penelitian 2009-2011. Teknik analisis yang digunakan regresi
linear berganda yang mendapatkan hasil persepsi risiko dari audit
independen dan mengidentifikasi bahwa hubungan timbal balik dari
Page 57
perencanaan pajak, audit independen dan tata kelola perusahaan tidak
selalu dirasakan oleh pasar.
Tabel 2.2
Penelitian terdahulu
N
o
Nama
&
Tah
un
Pen
eliti
an
Objek /
Sampel Variabel Hasil
1 Winata
(2014)
258
perusahaa
n
manufaktu
r yang
terdaftardi
Bursa
Efek
Indonesia
(BEI)
tahun
2013.
Y : Tax avoidance
X1: kepemilikan
intitusional
X2:prosentase
dewan
komisaris
X3:kualitas audit
X4:jumlah komite
audit
X1:tidak
berpengaruh
signifikan
X2:berpengaruh
signifikan
X3:tidak
berpengaruh
signifikan
X4:berpengaruh
signifikan
2 Dewi
(2014)
36
perusahaa
n
manufaktu
r yang
terdaftardi
Bursa
Y : Tax avoidance
X1:karakter
eksekutif
X2:ukuran
perusahaan
X3:multinational
company
X1:berpengaruh
signifikan
X2:tidak
berpengaruh
signifikan
X3: tidak
berpngaruh
Page 58
Efek
Indonesia
(BEI).
Periodepenelit
ian 2009-
2012.
X4:kepemilikan
institusional
X5:prosentase
dewan
komisaris
X6:kualitas audit
X7:komite audit
signifikan
X4:tidak
berpengaruh
signifikan
X5:tidak
berpengaruh
signifikan
X6:berpengaruh
signifikan
X7:berpengaruh
signifikan
3 Kurnias
ih
(201
3)
72
Perusahaan
manufaktu
r yang
terdaftar
di Bursa
Efek
Indonesia
(BEI).
Periode
penelitian
(2007-2010)
Y: tax avoidance
X1:ROA
X2:leverage
X3:komposisi
komisaris
independen
X4:komite audit
X5:ukuran
perusahaan
X6:kompensasi
rugifiskal
X1: berpengaruh
signifikan
X2: tidak
berpengaruh
signifikan
X3:tidak
berpengaruh
signifikan
X4: tidak
berpengaruh
signifikan
X5: berpengaruh
signifikan
X6: berpengaruh
signifikan
Page 59
4 Indarti
(2015)
37 perusahaan
yang
terdaftar
di Indeks
Tata
Kelola
Persepsi
Perusahaa
n (CGPI)
pada
periode
(2011-
2013)
Y: tax avoidance
X1:ROA
X2:leverage
X3:risiko
perusahaan
X4:corporate
governance
X1:tidak
berpengaruh
signifikan
X2: berpengaruh
signifikan
X3:tidak
berpengaruh
signifikan
X4: berpengaruh
signifikan
5 Rinaldi
(201
5)
74 perusahaan
manufaktu
r yang
terdaftar
di Bursa
Efek
Indonesia
(BEI).
Periodepenelit
ian 2010-
2013.
Y: tax avoidance
X1: ROA
X2: ukuran
perusahaan
X3: kompensasi
rugi fiskal
X1:berpengaruh
signifikan
X2: berpengaruh
signifikan
X3:tidak
berpengaruh
signifikan
6 Mahara
ni
(201
4)
37 perusahaan
manufaktu
r yang
terdaftar
di Bursa
Efek
Y : Tax avoidance
X1:kepemilikan
institusional
X2:proporsi
dewan
komisaris
X1: tidak
berpengaruh
signifikan
X2: berpengaruh
signifikan
Page 60
Indonesia
(BEI).
Periodepenelit
ian 2008-
2012.
X3:kualitas audit
X4:komite audit
X5:ROA
X6:risiko
perusahaan
X3: berpengaruh
signifikan
X4: berpengaruh
signifikan
X5: berpengaruh
signifikan
X6: berpengaruh
signifikan
7 Martine
z
(201
4)
300
perusahaa
n yang
terdaftar
di
BM&Fbo
vespa.
Periode
penelitian
2009-2011
Y : Tax avoidance
X1:ukuran
perusahaan
X2:ROA
X3:leverage
X1: berpengaruh
signifikan
X2: berpengaruh
signifikan
X3: berpengaruh
signifikan
2.4. Kerangka Pemikiran
Banyak pertimbangan yang harus dilakukan oleh investor sebelum
melakukan investasi pada suatu perusahaan. Investor menilai baik buruknya
perusahaan ditinjau dari laba dan citra perusahaan tersebut baik atau tidak, misal
perusahaan pernah mendapatkan kasus penggelapan pajak atau tidak.
Penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan apabila diketahui oleh orang
luar (investor) akan membuat citra perusahaan tersebut menurun. Sehingga
investor enggan menanamkan modal pada perusahaan tersebut.
Page 61
Dengan analisis tersebut diharapkan modal yang diinvestasikan akan
menghasilkan keuntungan yang maksimal dan aman, dan jika ada risiko, risikonya
lebih kecil dibandingkan dengan kemungkinan yang dapat diraih. Banyak faktor
yang telah di uji mempengaruhi penghindaran pajak. Diantaranya adalah return
on asset, leverage, corporate governance, return on equity, kebijakan rugi fiskal,
karakter eksekutif,ukuran perusahaan, dan lain sebagainya. Namun dalam
penelitian ini, faktor komite audit, dewan komisaris independen, karakter
eksekutif, dan kebijakan rugi fiskal terhadap tax avoidance. Adapun hubungan
antar variabel independen dengan variabel dependen dapat diuraikan sebagai
berikut:
2.4.1. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance.
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
perusahaan, yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris,
yang bertugas untuk membantu melakukan pemeriksaan atau penelitian yang
dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan
(Winata, 2014).
Tax avoidance adalah alat untuk melakukan tax saving dengan
mengalihkan sumber daya yang seharusnya diperuntukkan untuk negara kepada
para pemegang saham yang mampu menaikkan nilai after-tax perusahaan. Wang
(2010) menunjukan bahwa jumlah pendapatan yang sebenarnya tidak diketahui
oleh otoritas pajak manajer seringkali mencoba untuk menutupi atau
mengaburkan informasi dalam laporan keuangan yang mengarah pada tax
avoidance.
Page 62
Komite audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak, Semakin tinggi
keberadaan komite audit dalam perusahaan akan meningkatkan kualitas good
corporate governance di dalam perusahaan, sehingga akan memperkecil
kemungkinan praktik penghindaran pajak yang dilakukan. Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan yang memiliki komite audit akan lebih bertanggung jawab dan
terbuka dalam menyajikan laporan keuangan karena komite audit akan memonitor
segala kegiatan yang berlangsung di dalam perusahaan. Komite audit tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Jumlah komite audit banyak tidak akan
mampu mengurangi tingkat penghindaran pajak yang dilakukan apabila komite
audit tersebut tidak memiliki kompetensi yang baik dalam audit.
Penelitian Dewi (2014) menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh
terhadap penghindaran pajak. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian
Maharani (2014)menunjukan bahwa komite audit berpengaruh terhadap
penghindaran pajak. Sedangkan Kurniasih (2013)menunjukkan hasil yang
berbeda, yaitu komite audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
2.4.2. Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance.
Komisaris independen didefinisikan sebagai seorang yang tidak terafiliasi
dalam segala hal dalam pemegang saham pengendali. Tidak memiliki hubungan
afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris, serta tidak menjabat sebagai direktur
pada suatu perusahaan yang terkait. Pada Bursa Efek Indonesia terdapat aturan
yaitu bahwa sebuah perusahaan minimal harus memiliki 30% dewan komisaris
independen, dengan demikian pengawasan dapat dilakukan (Pohan, 2008).
Page 63
Tax avoidance adalah alat untuk melakukan tax saving dengan
mengalihkan sumber daya yang seharusnya diperuntukkan untuk negara kepada
para pemegang saham yang mampu menaikkan nilai after-tax perusahaan. Wang
(2010) menunjukan bahwa jumlah pendapatan yang sebenarnya tidak diketahui
oleh otoritas pajak manajer seringkali mencoba untuk menutupi atau
mengaburkan informasi dalam laporan keuangan yang mengarah pada tax
avoidance.
Semakin tinggi dewan komisaris, berarti semakin banyak tidak adanya
keterkaitan langsung dengan pemegang saham. Berarti perusahaan tersebut
memiliki tingkat independensi yang tinggi. Sehingga kebijakan tax avoidance
semakin rendah. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah dewan komisaris maka
kebijakan tax avoidance akan menjadi tinggi.Penelitian Dewi (2014), menunjukan
bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap penghindaran
pajak, sedangkan hasil Maharani (2014) yang menyatakan komisaris independen
berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
2.4.3. Pengaruh Risiko Perusahaan terhadap Tax Avoidance.
Jenis karakter individu yang duduk dalam manajemen perusahaan tersebut
merupakanrisk-taker atau risk-averse tercermin dari besar-kecilnya risiko
perusahaan (corporate risk) yang ada. Manajemen eksekutif yang memiliki
karakter risk taker adalah manajemen yang lebih berani dalam mengambil
keputusan bisnis dan biasanya memiliki dorongan kuat untuk memiliki
penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan karakter risk taker berbanding terbalik
dengan risk averse.
Page 64
Tax avoidance adalah alat untuk melakukan tax saving dengan
mengalihkan sumber daya yang seharusnya diperuntukkan untuk negara kepada
para pemegang saham yang mampu menaikkan nilai after-tax perusahaan. Wang
(2010) mengatakan agar jumlah pendapatan yang sebenarnya tidak diketahui oleh
otoritas pajak manajer seringkali mencoba untuk menutupi atau mengaburkan
informasi dalam laporan keuangan yang mengarah pada tax avoidance.
Perusahaan yang melakukan penghindaran pajak tentu saja juga melalui
kebijakan yang diambil oleh pemimpin perusahaan itu sendiri karena keputusan
dan kebijakan perusahaan diambil oleh pemimpin perusahan tersebut. Pemimpin
perusahaan biasanya memiliki dua karakter yaitu, risk taker dan risk averse.
Pemimpin perusahaan yang memiliki karakter risk taker dan risk averse tercermin
pada besar kecilnya risiko perusahaan yang ada (Budiman, 2012).Penelitian
Dewi (2014), menunjukan bahwa risiko perusahaan berpengaruh terhadap
penghindaran pajak, penelitian tersebut didukung Maharani (2014) menunjukan
risiko perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Sedangkan Indarti
(2015) menunjukan risiko perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran
pajak.
2.4.4. Pengaruh Kompensasi Rugi Fiskal terhadap Tax Avoidance.
Proses membawa kerugian dalam satu tahun pajak ke tahun-tahun pajak
berikutnya dinamakan dengan kompensasi kerugian (carrying loss).
Kompensasi kerugian dalam Pajak Penghasilan diatur pada Undang-Undang
No.36 Tahun 2008 tetang Pajak Penghasilan.
Page 65
Tax avoidance adalah alat untuk melakukan tax saving dengan
mengalihkan sumber daya yang seharusnya diperuntukkan untuk negara kepada
para pemegang saham yang mampu menaikkan nilai after-tax perusahaan. Wang
(2010) menunjukan bahwa jumlah pendapatan yang sebenarnya tidak diketahui
oleh otoritas pajak manajer seringkali mencoba untuk menutupi atau
mengaburkan informasi dalam laporan keuangan yang mengarah pada tax
avoidance. Perusahaan yang telah merugi dalam satu periode akuntansi diberikan
keringanan untuk membayar pajaknya. Kerugian tersebut dapat dikompensasikan
selama lima tahun ke depan dan laba perusahaan akan digunakan untuk
mengurangi jumlah kompensasi kerugian tersebut. Akibatnya, selama lima tahun
tersebut, perusahaan akan terhindar dari beban pajak, karena laba kena pajak akan
digunakan untuk mengurangi jumlah kompensasi kerugian perusahaan. Penelitian
yang dilakukan Kurniasih (2013), kompensasi rugi fiskal berpengaruh terhadap
penghindaran pajak, sedangkan Rinaldi (2015) kompensasi rugi fiskal tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Komite
Audit Dewan
Komisaris
Independe
n
Tax
Avoidan
ce
Kompensasi
Rugi
Fiskal Risiko
Perusahaa
n
Variabel
Kontrol:
Profitabilitas
Leverage
size
Page 66
Gambar 2.1 kerangka pemikiran teoritis
2.5. Hipotesis Penelitian
Yustitianingrum (2013) menyatakan bahwa hipotesis merupakan
taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara
yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati, dan digunakan sebagai
petunjuk dan langkah selanjutnya. Komite audit berpengaruh terhadap
penghindaran pajak, semakin tinggi keberadaan komite audit dalam
perusahaan akan meningkatkan kualitas good corporate governance di
dalam perusahaan, sehingga akan memperkecil kemungkinan praktik
penghindaran pajak yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan yang memiliki komite audit akan lebih bertanggung jawab dan
terbuka dalam menyajikan laporan keuangan karena komite audit akan
memonitor segala kegiatan yang berlangsung di dalam perusahaan. Komite
audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Jumlah komite audit
banyak tidak akan mampu mengurangi tingkat penghindaran pajak yang
dilakukan apabila komite audit tersebut tidak memiliki kompetensi yang
baik dalam audit.
Semakin tinggi dewan komisaris, berarti semakin banyak tidak adanya
keterkaitan langsung dengan pemegang saham. Berarti perusahaan tersebut
memiliki tingkat independensi yang tinggi. Sehingga kebijakan tax avoidance
Page 67
semakin rendah. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah dewan komisaris maka
kebijakan tax avoidance akan menjadi tinggi.
Perusahaan yang melakukan penghindaran pajak tentu saja juga melalui
kebijakan yang diambil oleh pemimpin perusahaan itu sendiri karena keputusan
dan kebijakan perusahaan diambil oleh pemimpin perusahan tersebut. Pemimpin
perusahaan biasanya memiliki dua karakter yaitu, risk taker dan risk averse.
Pemimpin perusahaan yang memiliki karakter risk taker dan risk averse
tercermin pada besar kecilnya risiko perusahaan yang ada (Budiman, 2012).
Perusahaan yang telah merugi dalam satu periode akuntansi diberikan
keringanan untuk membayar pajaknya. Kerugian tersebut dapat dikompensasikan
selama lima tahun ke depan dan laba perusahaan akan digunakan untuk
mengurangi jumlah kompensasi kerugian tersebut. Akibatnya, selama lima tahun
tersebut, perusahaan akan terhindar dari beban pajak, karena laba kena pajak akan
digunakan untuk mengurangi jumlah kompensasi kerugian perusahaan.
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan, maka hipotesis
yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
H1 : Komite Audit berpengaruh negatif terhadap Tax Avoidance perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016
H2 : Dewan Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap Tax
Avoidance perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016
H3 : Risiko Perusahaan berpengaruh positif terhadap Tax Avoidance perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016
Page 68
H4 : Kebijakan Rugi Fiskal berpengaruh positif terhadap Tax Avoidance
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016
Page 69
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari komite audit
(KA), dewan komisaris indepeden (DKI), risiko perusahaan (KE), dan
kebijakan rugi fiskal (KRF) terhadap tax avoidance pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2016.Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian atas data dalam
penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Komite audit berpengaruh positif tidak signifikan terhadap tax avoidance,
sehingga H1 tidak diterima.
2. Dewan komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap tax
avoidance, sehingga H2 diterima.
3. Risiko perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap tax avoidance,
sehingga H3 diterima.
4. Kebijakan rugi fiskal berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap tax
avoidance, sehingga H4 tidak diterima.
5. Variabel kontrol yaitu profitabilitas menunjukkan terdapat pengaruh negatif
tidak signifikan, sedangkan variabel kontrol leverage dan size berpengaruh
positif tidak signifikan.
5.2.Saran
Page 70
Mempertimbangkan fakta data penelitian, hasil penelitian dan
analisis hasil penelitian, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai
berikut:
1. Bagi perusahaan
a. Sebaiknya jumlah proporsi dewan komisaris independen dalam setiap
perusahaan semakin banyak, dengan semakin banyaknya jumlah
dewan komisaris independen dalam perusahaan mampu mengurangi
tingkat tax avoidance. Hal tersebut karena banyaknya dewan
komisaris independen mampu melakukan perannya dalam perusahaan
lebih besar sehingga menekan tindakan tax avoidance.
b. Setiap pemimpin perusahaan harus lebih berhati-hati dalam setiap
pengambilan keputusannya, seperti kebijakan dalam mengambil
tindakan tax avoidance. Pemimpin yang melakukan tindakan tax
avoidancepada perusahaannya harus melakukan perencanaan yang
baik apabila kurang matang dalam perencanaannya akan berdampak
buruk bagi perusahaan apabila diketahui oleh pelaku pasar.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Pada penelitian ini kebijakan rugi fiskal hanya dilihat pada tahun
penelitian sehingga tidak dapat mengetahui apakah pada periode sebelum
penelitian perusahaan memiliki kompensasi rugi fiskal. Hendaknya
peneliti selanjutnya menggunakan data kompensasi rugi fiskal selama
minimal 3 periode pelaporan keuangan agar dapat mengetahui lebih dalam
apakah pada periode terdekat perusahaan memiliki kompensasi rugi fiskal.
Page 71
Untuk penelitian selanjutnya alangkah lebih baik jika variabel
ukuran komite audit diperbarui menjadi efektifitas komite audit yang mana
efektifitas ini dirasa lebih bisa menggambarkan variabel independen ke
variabel dependen daripada ukuran atau jumlah komite audit. Selain
efektifitas komite audit, penelitian selanjutnya juga dapat menggunakan
kualitas komite audit, atau intensitas pertemuan komite audit.
Page 72
DAFTAR PUSTAKA
Andri Rachmawati dan Hanung Triatmoko. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional
Akuntansi X Makassar, 26-28 Juli
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Mediasoft
Indonesia.Jakarta
Brigham, Eugene F and Houston, Joel F. 2011. Essential of Financial
Management, Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat
Budiman, Judi. 2012. Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap Penghindaran
Pajak (Tax Avoidance). (Doctoral Dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Butje, Stella. 2014. Pengaruh Karakter Eksekutif Dan Koneksi Politik Terhadap
Tax Avoidance. Tax & Accounting Review, Vol 4, No 2, 2014
Chen, S.dan Li Ju Chen. 2011. Capital structure determinants: An empirical study
in Taiwan. Academic Journal.Volume 5. No.7. Hal 10974-10983 Taiwan :
Chang Jung Christian University.
Dendawijaya Lukman. 2003. Manajemen Perbankan, Edisi kedua. Jakarta : Ghalia
Indonesia
Dewi, Ni Nyoman Kristiana. 2014. Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik
Perusahaan, dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada Tax
Avoidance di Bursa Efek Indonesia. ISSN: 2302-8556
Page 73
Dyreng, Scott D., Michelle Hanlon, Edward L. Maydew. 2010. The Effect of
Executives on Corporate Tax Avoidance. The Accounting Review, Vol. 85,
Juni 2010, pp 1163-1189
Fisher College of Business Working Paper September 2006, 03-003
Ghozali, imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
19 (edisi kelima). Semarang : Universitas Diponegoro
Hamonangan Siallagan. Dan Mas’ud Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. SNA 9 Padang
Hendriksen, Eldon. S., Breda, M.F. Van. 1992. Accounting Theory. Fifth Edition.
USA: Richard D. Irwin Inc.
Horne, James V And James Wachowichz, J. 2005. Fundamental Of Financial
Management. Terjemahan Dewi Fitriasari dan Deni Arnos Kwari. Jakarta:
Salemba Empat.
Husnan, S., & Pudjiastuti, E. 2002. Manajemen Keuangan(Ketiga). Yogyakarta:
UPP AMP YKPN.
Indarti, Kentris. 2015. Pengaruh Return on Assets, Leverage, Corporate
Governance, dan Karakteristik Eksekutif terhadap Tax Avoidance. Seminar
and call for paper 2015
Jensen, Michael C., Meckling, William H. 1976. Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics, Vol 3, No 4.
Page 74
Kurniasih, Tommy. 2013. Pengaruh Return on Assets, Leverage, Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax
Avoidance. ISSN 1410-4628
Larasati, Anisa. 2009. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,
Kualitass Laba, dan nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufakture yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Airlangga Surabaya.
Lestari, Maharani Ika dan Toto Sugiharto. 2007. Kinerja Bank Devisa Dan Bank
Non Devisa Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Proceeding
PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). 21-22 Agustus,
Vol.2. Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
Low, Angie. 2006. Managerial Risk-Taking Behavior and Equity-Based
Compensation.
Maharani, I Gusti Ayu Cahya. 2014. Pengaruh Corporate Governance,
Profitabilitas dan Karakteristik Eksekutif pada Tax Avoidance Perusahaan
Manufaktur. ISSN : 2302-8556
Martinez, Antonio Lopo. 2014. The Effect of Tax Agressiveness and Corporate
Governance on Audit Fees Evidance from Brazil. ISSN 1941-899X
Nasehah, Durottun. 2012. Analisis Pengaruh ROE, DER, DPR, Growth dan Firm
Size terhadap Price to Book Value (PBV). Volume 1, Nomor 1, Tahun
2012, Halaman 1-9
Pohan, H. T. 2008. Pengaruh Good Corporate Governance, Rasio Tobin’s q,
Perata Laba terhadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan Publik.
Retrieved July 18, 2013, from http://hotmanpohan.blogspot.com
Page 75
Prastowo, Dwi & Rifky Julianty. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Konsep dan
Aplikasi. Edisi kedua. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
Prebble, Z. M., & Prebble, J. (2010). The Morality Of Tax Avoidance.
Rahmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan
Terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
X(1):1-10
Rinaldi. 2015. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi
Fiskal terhadap Tax Avoidance. SNEMA-2015
Riyanto, B. 2008. Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan. Jogjakarta: BPFEB
UGM.
Sambora, Mareta Nurjin. 2014. Pengaruh Leverage dan Profitabilitas terhadap
Nilai Perusahaan. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 8 No. 1 Februari
2014
Sartono. Agus. 2002. Manajemen Keuangan; Aplikasi Dan Teori. Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.
Sriwardany, 2006, Pengaruh Pertum buhan Perusahaan Terhadap Kebijaksanaan
Struktur Modal dan Dampaknya Terhadap Perubahan Harga Saham Pada
Perusahaan Manufatur Tbk, USU Repository 2007
Sudjana. 2015. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta
Sumarsa, Thomas. (2010). Perpajakan Indonesia. Jakarta: PT. Indeks
Undang-undang no.17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan
UU no 36 th 2008 tetang Pajak Penghasilan
Page 76
Wang, Fan, dkk. 2010. The Application of Customer Relationship Management in
Investment Banks. School of Economics and Management. China :
Changchun University of Science and Technology
Watts, R.L and Zimmerman, J.L.1986. Positive Accounting Theory. New
York: Pratice Hall
Winata, Fenny. 2014. Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avoidance
pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013. TAX
& ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
Yustitianingrum, Ika Yoana. 2013. Pengaruh Deviden, Kebijakan Hutang,
Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Negeri
Semarang
Zain, Mohammad. 2008. Manajemen Perpajakan ed.3. Jakarta: Salemba Empat
Zain, Mohammad. 2007. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat
Zulkarnain Halim, 2010, Pengaruh Dividend Payout Ratio (DPR) ,Debt To Equety
Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Size (SC) dan Earning Growth,
Thesis elibrary.ub.ac.id.handle, diunduh 6/24/2012, 1:31 AM