PENGARUH KEMATANGAN EMOSI TERHADAP PENGUNGKAPAN DIRI PADA PENGURUS OSIS SMK NEGERI 1 SAPURAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Rizki Eka Prasetya NIM 12104241050 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JUNI 2016
119
Embed
PENGARUH KEMATANGAN EMOSI TERHADAP … · DIRI PADA PENGURUS OSIS SMK NEGERI 1 SAPURAN . SKRIPSI . Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan . ... A. Kajian Tentang Pengungkapan Diri
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH KEMATANGAN EMOSI TERHADAP PENGUNGKAPAN DIRI PADA PENGURUS OSIS SMK NEGERI 1 SAPURAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Rizki Eka Prasetya
NIM 12104241050
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JUNI 2016
ii
iii
iv
v
MOTTO
Tanpa emosi tidak akan pernah terjadi transformasi dari gelap menuju terang dan dari apatis ke gerakan
(Carl G.jung)
Emosi adalah bagian dari kehidupan manusia, tetapi menjadi emosi dan tidak rasional itu keliru
(Susilo Bambang Yudhoyono)
Kata-kata yang dipilih dengan baik, dipadukan dengan emosi yang terukur adalah hal mendasar dalam mempengaruhi orang lain
(Jim Rohn)
vi
PERSEMBAHAAN
Karya ini penulis persembahkan kepada :
Kedua orang tuaku tercinta, yang selalu memberikan doa, semangat dan
dukungan kepadaku.
Almamater Prodi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Agama, Nusa, dan Bangsa.
vii
PENGARUH KEMATANGAN EMOSI TERHADAP PENGUNGKAPAN DIRI PADA PENGURUS OSIS SMK NEGERI 1 SAPURAN
Oleh
Rizki Eka Prasetya NIM 12104241050
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan berdasarkan permasalahan pengungkapan diri. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kematangan emosi terhadap pengungkapan diri pada pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis korelasi sebab-akibat. Subyek dalam penelitian ini yaitu pengurus OSIS SMK N 1 Sapuran yang berjumlah 32 orang terdiri dari 12 laki-laki dan 20 perempuan dengan rentang usia 16 – 17 tahun. Instrumen yang digunakan adalah skala kematangan emosi dan skala pengungkapan diri. Uji validitas instrumen menggunakan validitas isi melalui expert judgement, Sedangkan realibilitas menggunakan formula Alpha Cronbach dengan koefisien alpha sebesar 0,805 pada skala kematangan emosi dan 0,870 pada skala pengungkapan diri. Analisis data menggunakan teknik analisis regresi sederhana dengan SPSS versi 21.00 For Windows.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif antara tingkat kematangan emosi terhadap tingkat pengungkapan diri (koefisien regresi sebesar 0,404 dan nilai signifikasi sebesar 0,014). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat kematangan emosi maka semakin tinggi juga tingkat pengungkapan diri pada individu. Kontribusi yang diberikan kematangan emositerhadap pengungkapan diri sebesar 18,5% sedangkan 81,5% dipengaruhi oleh faktor lain.
Kata kunci : kematangan emosi, pengungkapan diri pengurus OSIS
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ini. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Kematangan Emosi Terhadap
Pengungkapan Diri Pada Pengurus OSIS SMK Negeri 1 Sapuran” ini disusun
sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan, fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dari penyusunan proposal ini tidak
akan terwujud tanpa bantuan serta kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis untuk mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan
untuk menjalani dan menyelesaikan studi di Universitas Negeri
Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang
telah memberikan izin penelitian dan memefasilitasi kebutuhan akademik
penulis selama menjalani masa studi.
3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan proses pengurusan izin
penelitian ini.
4. Bapak Nanang Erma Gunawan, M. Ed, Dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, perhatian dan tenaga serta pikirannya untuk
membimbing penyusunan proposal skripsi ini.
5. Bapak Drs. Purnama, M.T, Kepala Sekolah SMK N 1 Sapuran yang telah
memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian sehingga penulis
dapat melakukan penelitian di SMK N 1 Sapuran.
6. Bapak Zazid Fauzi, S. Pd, MM, Pembina OSIS SMK N 1 Sapuran yang
telah membantu dalam pelaksanaan penlitian.
ix
7. Guru BK SMK N 1 Sapuran yang juga bersedia untuk membantu
pelaksanaan penelitian.
8. Kedua Orang tuaku yang tiada batas memberikan doa, semangat, dan
perhatian selama penyusunan proposal skripsi ini.
9. Kedua adikku yang senantiasa memberikan doa dan penyemangat
untukku.
10. Pengurus OSIS SMK N 1 Sapuran yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk menjadi subjek penelitian.
11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang Bimbingan dan Konseling.
Yogyakarta, 8 April 2016
Penulis,
Rizki Eka Prasetya
x
DAFTAR ISI
hal HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN................................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 6
C. Batasan Masalah ........................................................................................ 7
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
E. TujuanPenelitian ........................................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Tentang Pengungkapan Diri .......................................................... 10
1. Penggertian Pengungkapan Diri ........................................................... 10
2. Aspek – aspek Pengungkapan Diri ....................................................... 11
3. Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Diri ................................. 13
4. Tingkatan – tingkatan dalam Pengungkapan Diri ................................ 16
5. Fungsi Pengungkapan Diri ................................................................... 16
6. Manfaat Pengungkapan Diri ................................................................. 18
7. Pedoman dalam Pengungkapan Diri .................................................... 18
xi
B. Kajian Tentang Kematangan Emosi........................................................... 20
Tabel 3. Kisi – Kisi Skala Pengungkapan Diri ............................................... 44
Tabel 4. Kisi – Kisi Skala Kematangan Emosi Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................................................................... 48
Tabel 5. Kisi – Kisi Skala Pengungkapan Diri Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................................................................... 49
Tabel 6. Deskripsi Data Kematangan Emosi .................................................. 56
Berdasarkan data pada tabel 8 di atas, dapat diketahui
bahwa skor maksimum untuk skala pengungkapan diri sebesar 108
dan skor minimum sebesar 27. Skor rata- rata pengungkapan diri
sebesar 67,5 sedangkan standar deviasinya sebesar 40,5 sehingga
dapat diperoleh batasan skor kategorisasi pengungkapan diri yang
tinggi berada pada kisaran skor x ≥ 108, batasan skor sedang yaitu
27 ≤ x < 108 dan kategori rendah pada kisaran < 27 .
Adapun distribusi frekuensi yang diperoleh dari
perhitungan kategorisasi dapat dilihat pada tabel. 9 berikut ini :
Tabel 9. Distribusi frekuensi kategorisasi pengungkapan diri
No. Kriteria Frekuensi Prosentase Kategori
1. x ≥ 108 0 0 % Tinggi
2. 27 ≤ x < 108 32 100 % Sedang
3. <27 0 0 % Rendah
Total 32 100 %
Melihat tabel 9 diatas, maka dapat dikatakan bahwa dari 32
siswa pengurus OSIS SMK N 1 Sapuran terdapat 32 siswa (100 %)
59
dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
pengurus OSIS memiliki tingkat pengungkapan diri yang tergolong
sedang.
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum melakukan analisis data dalam rangka menguji
hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis.
Uji prasyarat analisis yang dimaksud yaitu uji normalitas dan
linearitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
data setiap variabel yang akan dianalisis terdistribusi secara
normal atau tidak. Untuk mengetahui normal tidaknya sebaran
data dapat diketahui dari taraf signifikasinya. Apabila nilai
signifikasi > 0,05 maka data terdistribusi normal sebaliknya
apabila nilai signifikasi < 0,05 maka data terdistribusi tidak
normal. Pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan
perhitungan model Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan
software SPSS For Windows Seri 21.00. Hasil dari uji
normalitas dari masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel
10 berikut ini:
60
Tabel 10. Hasil Uji Normalitas
Kematangan Emosi Pengungkapan Diri N 32 32 Kolmogorov-Smirnov Z .482 .517 Asymp. Sig. (2-tailed) .974 .952
Berdasarkan tabel hasil uji normalitas di atas, dapat
diketahui bahwa nilai signifikasi yang diperoleh variabel
kematangan emosi sebesar 0,974 dan variabel pengungkapan
diri sebesar 0,952. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikasi
pada variabel kematangan emosi dan pengungkapan diri lebih
besar dari 0,05. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa data
pada kematangan emosi dan pengungkapan diri terdistribusi
secara normal.
2) Uji Linearitas
Untuk memenuhi asumsi bahwa hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat merupakan hubungan yang
linear maka harus dilakukan uji linearitas. Uji linearitas
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
dan variabel terikat berada pada garis linear atau tidak. Kaidah
yang digunakan adalah apabila nilai signifikasi > 0,05 maka
hubungan antara keduanya adalah linear dan sebaliknya apabila
nilai signifikasi < 0,05 maka hubungan antara keduanya tidak
linear. Perhitungan dilakukan dengan bantuan SPSS For
Windows Seri 21.00. Hasil dari uji linearitas dapat dilihat pada
tabel 11 berikut ini :
61
Tabel 11. Hasil Uji Linearitas
F Sig Self Disclosure* Kematangan Emosi
Deviation from Linearity
0,742 0,727
Berdasarkan tabel hasil uji linearitas terlihat bahwa nilai
signifikasi untuk deviation from linearity sebesar 0,727. Oleh
karena nilai siginifikasi lebih besar dari 0,05 (0,727> 0,05)
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linear
antara variabel kematangan emosi dengan pengungkapan diri.
b. Uji Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas masalah yang
dirumuskan. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui
bahwa hipotesis penelitian diterima atau ditolak. Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat pengaruh yang positif
antara tingkat kematangan emosi terhadap tingkat pengungkapan
diri pada pengurus OSIS SMKN 1 Sapuran.
Analisis data yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh
kematangan emosi terhadap pengungkapan diri yaitu menggunakan
analisis regresi sederhana. Sugiyono (2007: 153) mengatakan
analisis regresi merupakan analisis yang digunakan untuk
memprediksi bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila
nilai variabel independen dinaikkan atau diturunkan nilainya
(dimanipulasi). Analisis regresi yang digunakan adalah analisis
regresi sederhana dengan rumus persamaan :
62
Y = a + bX
Ket :
Y : Y yang diprediksikan X : Variabel prediktor b : Koefisien prediktor a : Bilangan konstan Untuk mempermudah analisis data, maka analisis dilakukan
dengan bantuan SPSS For Windows Seri 21.00. Hasil analisis
SPSS For Windows Seri 21.00 regresi dapat disajikan pada tabel
sebagai berikut :
Tabel 12. Analisis Regresi Pengaruh Kematangan Emosi terhadap Pengungkapan Diri
Coefficientsa
Model B T Sig.
1 (Constant) 33,686 2,090 0,045
kematangan_emosi ,404 2,606 ,014
a. Dependent Variable: Self_disclosure
Berdasarkan tabel diatas diperolehnilai signifikasi sebesar
0,014. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh
kematangan emosi terhadap pengungkapan diri. Pembuktian untuk
hipotesis tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansi yang
diperoleh lebih kecil dari pada nilai probabilitas 0,05 (0,014<
0,05). Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis terdapat
pengaruh yang positif antara tingkat kematangan emosi terhadap
tingkat pengungkapan diri pada pengurus OSIS SMKN 1 Sapuran
diterima.
63
Tabel diatas juga digunakan untuk mengetahui hasil
persamaan analisis regresi sederhana pada penelitian ini sebagai
berikut :
Y : 33,686 + 0,404X
Persamaan di atas menunjukkan :
1. Nilai konstanta (a) 33,686 yang berarti bahwa jika tidak ada
kematangan emosi maka nilai pengungkapan diri pengurus
OSIS sebesar 33,686.
2. Nilai koefisien regresi (b) variabel kematangan emosi sebesar
0,404 yang bernilai positif menunjukan bahwa kematangan
emosi mempunyai pengaruh positif terhadap pengungkapan
diri. Hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap meningkatkanya
1 nilai kematangan emosi pengurus OSIS maka nilai
pengungkapan diri akan meningkat sebesar 0,404.
Selanjutnya untuk mengukur besarnya sumbangan variabel
kematangan emosi (independent) terhadap variabel pengungkapan
diri (dependent) dapat diketahui dari besarnya koefisien
determinasi (R2). Penilaian koefisien determinasi dapat dilihat dari
nilai adjusted R square, pada tabel 13 sebagai berikut:
64
Tabel 13. Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,430a ,185 ,157 8,99709
a. Predictors: (Constant), kematangan_emosi
b. Dependent Variable: Self_disclosure
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai koefisien
determinasi sebesar 0,185, maka dapat diartikan bahwa kontribusi
yang diberikan kematangan emosi terhadap pengungkapan
dirisebesar 18,5% sedangkan 81,5% dipengaruhi oleh faktor lain
selain kematangan emosi.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian peneliti mendapatkan hasil bahwa
terdapat pengaruh yang positif antara tingkat kematangan emosi terhadap
tingkat pengungkapan diri pada Pegurus OSIS SMK Negeri 1 Sapuran.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti
yaitu terdapat pengaruh yang positif antara tingkat kematagan emosi
terhadap tingkat pengungkapan diri pada pengurus OSIS.
Hasil penelitan yang menunjukkan bahwa kematangan emosi
mempengaruhi pengungkapan diri individu sejalan dengan pendapat dari
Bimo Walgito (2004: 45) yang mengatakan bahwa salah satu karakteristik
individu yang memiliki kematangan emosi yaitu dapat mengatur
pikirannya untuk memberikan tanggapan terhadap stimulus yang
65
mengenainya. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap Individu yang memiliki
kematangan emosi dapat memberikan tanggapan terhadap situasi yang
sedang dihadapi atau melakukan pengungkapan diri kepada orang lain.
Individu yang berada pada masa remaja sebagian besar mengalami
ketidakstabilan emosi sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri
pada pola perilaku yang baru dan harapan sosial. Meskipun demikian,
pada umumnya dari tahun ke tahun remaja akan mengalami perbaikan
perilaku emosional yang menunjukkan kematangan emosionalnya
(Hurlock, 2003: 213). Dengan Adanya kematangan emosi menjadikan
individu dapat bertindak dengan tepat dan wajar termasuk dalam hal
pengungkapan diri dalam berbagai kondisi emosi yang dialaminya.
Hasil penelitian yang mendukung adanya pengaruh yang positif
antara tingkat kematangan emosi terhadap tingkat pengungkapan diri
dilakukan oleh Endah Susilowati (2013) yaitu mengenai hubungan
kematangan emosi dengan penyesuaian sosial pada siswa akselerasi
tingkat SMP. Hasil penelitian tersebut yaitu terdapat hubungan positif
yang sangat signifikan antara kematangan emosi dengan penyesuaian
sosial. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi 0,794 dan nilai
siginifikasi 0,01. Selain itu hasil penelitian Radhitia Paramitasari dan
Ilham Nur Alvian (2012) yang meneliti tentang hubungan kematangan
emosi dengan kecenderungan memaafkan pada remaja akhir juga
menunjukkan adanya hubungan positif antara kematangan emosi dengan
66
kecenderungan memaafkan pada remaja akhir dengan nilai koefisien
korelasi 0,864 dan taraf signifikasi 0,000 (< 0,005).
Hasil penelitian yang berbeda didapatkan oleh M. Fatchurahman
dan Herlan Pratiko (2012) mengenai kematangan emosi dan kenakalan
remaja di SMK Muhamadiyah 2 Malang yang menunjukkan tidak adanya
hubungan antara kematangan emosi dengan kenakalan remaja dengan nilai
koefisien korelasi -0.077 dan signifikansi 0,305. Hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan apa yang diungkapkan Boyd dan Huffman
(M.Fatchurahman dan Herlan, 2012:83) menjelaskan bahwa individu yang
minum-minuman alkohol memiliki kematangan emosi yang rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Pengurus
OSIS memiliki tingkat kematangan emosi pada kategori tinggi.
Kematangan emosi dalam kategori tinggi ini menunjukkan bahwa
sebagian besar pengurus OSIS dapat dikatakan mampu mengontrol emosi
yang ada pada dirinya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan
dengan berbagai macam karakter siswa dari jurusan lain serta angkatan
yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (2003: 213) yang
menyatakan bahwa individu telah mencapai kematangan emosi apabila ia
dapat menilai situasi secara kritis terlebih dulu sebelum bereaksi secara
emosional dan tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti anak –
anak. Kematangan emosi yang dimiliki oleh setiap pengurus pengurus
OSIS dapat diartikan bahwa kelompok tersebut dapat mengontrol diri
dalam menyatakan emosi baik secara perbuatan maupun perkataan.
67
Sejalan dengan pendapat Bimo Walgito (2004: 45) yang menyatakan
bahwa individu yang matang emosinya akan dapat bersikap toleran, dapat
mengontrol diri sendiri dan mampu menyatakan emosinya secara baik,
berpikir objektif, menerima keadaan diri dan orang lain, tidak bersifat
impulsif dan bertanggung jawab dengan baik. Hal tersebut dapat diartikan
bahwa pengurus OSIS SMK N 1 Sapuran mampu mengontrol emosi yang
ada pada dirinya, berpikir sebelum bertindak serta mampu memahami
emosi yang dirasakan.
Pengurus OSIS di SMK merupakan siswa yang berada pada masa
remaja awal dengan rentang usia 16 -17 tahun. Pada masa ini remaja
mengalami perkembangan mencapai kematangan emosional dan juga
biasanya memiliki emosi yang berkobar-kobar namun pengendalian
dirinya belum sempurna (Mohammad ali dan Mohammad Asrori, 2012).
Menurut Syamsu yusuf (2006: 197) pada masa remaja awal perkembangan
emosi remaja menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif terhadap situasi
sosial serta mudah tersinggung dan tempramen sedangkan pada remaja
akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.
Hasil penelitian terhadap pengurus OSIS menjelaskan hasil yang
berbeda dari pendapat di atas. Meskipun pengurus OSIS berada dalam
masa remaja akhir sebagian besar pengurus OSIS memiliki kematangan
emosi yang baik yaitu memiliki kontrol emosi, mampu menilai situasi
secara kritis, serta pemahaman diri terhadap emosi yang dirasakan. Hal ini
dapat terjadi karena berbagai faktor yang mempengaruhi kematangan
68
emosi seseorang seperti usia pengurus OSIS yang telah mendekati masa
remaja akhir serta kondisi sosio-emosional atau lingkungan keluarga dan
interaksi dengan teman sebaya.
Hasil penelitian selanjutnya mengenai pengungkapan diri pengurus
OSIS SMK menujukkan bahwa sebagian besar pengurus OSIS memilki
pengungkapan diri dalam kategori sedang. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan berbagai faktor yang mempengaruhi seperti besar kelompok,
dan kepribadian dari pengurus OSIS SMK. Hal ini sesuai dengan pendapat
Ifdil .I (2013: 114) yang menjelaskan besar kelompok akan mempengaruhi
pengungkapan diri karena jumlah ketakutan yang dirasakan oleh individu
dalam mengungkapkan cerita tentang diri sendiri lebih sering terjadi dalam
kelompok kecil dari pada kelompok besar. Selain itu kepribadian individu
juga mempengaruhi pengungkapan diri karena individu yang pandai
bergaul dan ekstrovert mampu melakukan pengungkapan diri lebih banyak
dibandingkan mereka yang kurang pandai bergaul dan lebih introvert.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti mendapatkan
hasil bahwa terdapat pengaruh yang positif antara tingkat kematangan
emosi terhadap tingkat pengungkapan diri, namun sumbangan kematangan
emosi terhadap pengungkapan diri tidak begitu besar. Hal tersebut sesuai
dengan perhitungan bahwa sumbangan variabel kematangan emosi
terhadap pengungkapan diri yaitu sebesar 18,5% yang berarti masih
terdapat 81,5% faktor lain yang mempengaruhi pengungkapan diri
pengurus OSIS.
69
C. Keterbatasan Penelitian
Setelah dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian, peneliti
menyadari bahwa penelitian ini tidak lepas dari adanya keterbatasan.
Keterbatasan pada penelitian ini yakni waktu pengambilan angket yang
tidak dapat peneliti tentukan sendiri sehingga dilakukan pada sore hari
sesudah pengurus OSIS kelas XI melakukan praktik kerja lapangan dan
kelas X mengikuti ekstrakurikuler pramuka.
70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang positif antara tingkat kematangan emosi terhadap tingkat
Pengungkapan Diri Pada Pengurus OSIS SMK N 1 Sapuran. Hal ini
berarti bahwa semakin tinggi tingkat kematangan emosi maka semakin
tinggi juga tingkat pengungkapan diri pada individu. Kontribusi yang
diberikan kematangan emosi terhadap pengungkapan diri sebesar 18,5%
sedangkan 81,5% dipengaruhi oleh faktor lain.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang
telah diuraikan, diajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Pengurus OSIS SMK N 1 Sapuran
Berdasarkan hasil penelitian yang menujukkan bahwa Pengurus OSIS
SMK N 1 Sapuran memiliki kematangan emosi yang tinggi, maka
diharapkan pengurus dapat mempertahankan dan mengembangkan
kematangan emosi yang dimilikinya agar dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial secara optimal.
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling diharapkan mampu untuk
mengoptimalkan peranya dalam memberikan layanan bimbingan dan
71
konseling Melalui layanan bimbingan kelompok dengan materi
kematangan emosi dan pengungkapan diri kepada pengurus organisasi
siswa intra sekolah (OSIS). Teknik yang digunkan bisa dengan role
playing atau brainstorming.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengkaji kembali
mengenai kematangan emosi, sebaiknya menggali lebih dalam lagi
aspek-aspek kematangan emosi. Selain itu peneliti juga dapat
memperhatikan perbedaan kematangan emosi dilihat dari jenis kelamin
laki-laki dan perempuan.
72
DAFTAR PUSTAKA
Alfian Yanis dan Hadi Warsito. (2013). Keefektifan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Keterampilan Interaksi Sosial Anggota Pengurus OSIS. Jurnal BK UNESA. (Vol 2, No 01). Hal : 106.
Bimo Walgito. (2004). Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Andi
Kumari, Manjeet. (2014). A Study Of Emotional Maturity Of D.Ed Students In Relation To Their Adjustment. Indian Journal Of Applied Research. (Vol : 4, Issue : 9). Page : 1.
Lianita Dian Hermawati. (2015). Hubungan antara Kecemasan Sosial dan
Kebutuhan Afiliasi terhadap Pengungkapan Diri Secara Online pada Remaja. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora-UIN sunan kalijaga.
Maryam B. Gainau. (2009). Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Siswa dalam
Perspektif Budaya dan Implikasinya pada Konseling. Jurnal Ilmiah Widya Warta. (Vol 33, No 1). Hal : 3-6.
Maryati, H. Alsa & Rohmatun. (2007). Kaitan Kematangan Emosi dengan
Kesiapan Menghadapi Perkawinan pada Wanita Dewasa Awal di Kecamatan Semarang Barat. Jurnal Psikologi Proyeksi. (Vol 2, No 2). Hal : 25-35.
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. (2012). Psikologi Remaja :
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Monks, F. J & Knoers, A. M. P. (2006). Psikologi Perkembangan Pengantar
dalam Berbagai Bagiannya. Penerjemah : Siti Rahayu Haditono. Yogyakarta : Gadjah Mada University press.
M. Burhan Bungin. (2009). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group. M. Fatchurahman dan Herlan Partiko. (2012). Kepercayaan Diri, Kematangan
Emosi, Pola Asuh Orang Tua Demokratis dan Kenakalan Remaja. Pesona Jurnal Psikologi Indonesia, (Vol.1,No. 2), Hal 77-87.
M. Ilmi Rizki T. (2011). Pengaruh Kematangan Emosi Terhadap Self Injury Pada
Remaja. Skripsi. Fakultas Psikologi-UIN Syarif Hidayatullah.
Nadia Safitri. (2010). Hubungan Kematangan Emosi dengan Penyesuaian Sosial Siswa Berbakat Program Akselerasi SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Skripsi. Fakutlas Psikologi-Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Radithia Paramitasari dan Ilham Nur Alvian. (2012). Hubungan antara
Kematangan Emosi dengan Kecenderungan Memaafkan pada Remaja Akhir. Jurnal Psikologi dan Perkembangan. (Vol 2, No 2). Universitas Airlangga Surabaya. Hal : 2.
74
Retno Puspito Sari, Tri Rejeki .A, Achmad Mujab .M. (2006). Pengungkapan Diri Mahasiswa Tahun Pertama Universitas Diponegoro Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Harga Diri. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. (Vol 3, No 2). Hal :12.
Pelajar. Saifuddin Azwar. (2015). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Santrock, Jhon. W. (2007). Remaja. Edisi ke- 11 Jilid 1. Jakarta : Penerbit
Erlangga. Shafeeq, N. Yasmin & Thaqib, Afeefa. (2015). Comparative Study of Emotional
Matury Of Secondary School Student in Relation To Academic Achievement. The International Journal Of Sciences And Humanities Invention.(Volume 2, issue 06). Page : 1438.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Suranto A.W. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sutardjo A. Wiramihardja. (2007). Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Syamsu Yusuf. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Tika Destytama Putri. (2007). Kebutuhan Aktualisasi Diri pada Remaja
Penyandang Tuna Netra yang Bersekolah di Sekolah Umum Ditinjau dari Kematangan Emosi dan Self Disclosure. Skripsi. Fakultas Psikologi-Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Tri Dayaksini dan Hudaniah. (2012). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press. Varnali, Kaan & Toker, Aysegul. (2015). Self-Disclosure On Social Networking
Sites.Journal Social Behavior And Personality (Volume 43). Page : 2. Wati Sudarsih. (2011). Keterampilan Sosial Siswa ADHD Sekolah Dasar Negeri
Pangkal Pinang. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana–UPI.
75
LAMPIRAN
76
Lampiran 1. Instrumen Uji Coba Terpakai
SKALA KEMATANGAN EMOSI dan
SKALA SELF DISCLOSURE (PENGUNGKAPAN DIRI)
Disusun oleh :
Rizki Eka Prasetya (12104241050)
BIMBINGAN DAN KONSELING
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
77
Kata pengantar :
Instrumen ini bukanlah sebuah test, melainkan alat untuk mengungkap tingkat kematangan emosi dan pengungkapan diri pada pengurus OSIS SMK N 1 Sapuran. Anda diharapkan menjawab dengan sungguh-sungguh dan jujur sesuai dengan diri Anda serta bukan yang Anda anggap baik atau seharusnya. Tanggapan yang diberikan oleh Anda tidak mempengaruhi nilai dan semata-mata hanya untuk keperluan penelitian. Informasi yang anda berikan melalui pengisian instrumen ini merupakan sumbangan yang berharga bagi penelitian ini. Atas partisipasi Anda, Kami mengucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Rizki Eka Prasetya
78
Petunjuk pengisian :
1. Isilah identitas diri Anda secara lengkap 2. Berilah tanda cek () pada alternatif jawaban yang menunjukkan kesesuaian dengan
keadaan anda Contoh :
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya berolahraga setiap pagi
Keterangan :
SS : sangat sesuai
S : sesuai
TS : tidak sesuai
STS : sangat tidak sesuai
3. Apabila Anda salah memilih jawaban, lingkarilah tanda cek () yang telah Anda pilih kemudiaan buatlah tanda cek pada jawaban yang Anda kehendaki
4. Isilah semua pernyataan, dan jangan ada yang terlewati
79
Nama lengkap :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Skala Kematangan Emosi
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya mampu terlihat ceria di depan pengurus lainnya walaupun sebenarnya perasaan saya sedang sedih
2 Saya langsung memarahi pengurus lain ketika mereka menyinggung perasaan saya
3 Saya tidak menampilkan ekspresi kecewa ketika sedang mengikuti rapat OSIS meskipun pendapat saya ditolak
4 Saya tidak peduli berdebat keras dengan rekan pengurus lain walaupun di depan umum
5 Saya tertawa sewajarnya ketika hati merasa bahagia
6 Saya mengungkapkan perasaan bahagia saya tanpa mempertimbangkan rekan pengurus lain di sekitar sedang bersedih.
7 Saya mampu menahan sikap kasar saat sedang marah untuk menjaga kenyamanan perasaan orang lain
8 Saya meninggalkan rapat yang sedang berlangsung jika kesal pendapat saya diabaikan
9 Saya tetap tenang ketika mengetahui ada ulangan mendadak
10 Saya langsung menangis terisak-isak mendengar kabar meniggalnya kerabat dekat
11 Saya akan membicarakan masalah secara baik-baik saat saya berselisih dengan pengurus organisasi lain
12 Membanting barang adalah cara yang paling efektif untuk meredakan rasa marah bagi saya
13 Ketika melihat tokoh idola secara langsung Saya akan bersikap sewajarnya
14 Kekecewaan terhadap teman saya tunjukkan dengan
80
tidak mau bertemu dengannya lagi
15 Saya menghindari kata –kata kasar untuk menyampaikan kemarahan
16 Saya sering mengumpat pada diri sendiri ketika kecewa
17 Menyusun kata – kata, penting bagi saya sebelum menjawab kritik teman
18 Saya meluapkan kata-kata kasar kepada orang yang menjadi penyebab timbulnya masalah tanpa peduli dia sakit hati atau tidak
19 Saya memikirkan dampak berjalannya kepanitiaan kedepan sebelum saya memutuskan untuk keluar dari kepanitiaan yang dibentuk
20 Saya lebih banyak memakai uang jajan untuk membeli pulsa daripada menabung untuk masa depan
21 Saya lebih mempertimbangkan hubungan pertemanan daripada terpancing emosi sesaat
22 Saya lebih sering menyalahakan sesama pengurus organisasi dari pada memikiran solusi masalah
23 Saya mempertimbangkan secara matang resiko menjadi pengurus organisasi sebelum saya bersedia dilantik
24 Saya langsung membalas pesan yang masuk di handphone walaupun dalam keadaan belajar mengajar
25 Saya akan mempertimbangkan pendapat pembina OSIS ketika diberikan saran untuk menjalankan kegiatan
26 Saya tidak berpikir tanggung jawab yang akan diambil sebelum menjadi pengurus organisasi
27 Saya mempertimbangkan untung dan rugi dari tindakan yang saya lakukan
28 Saya bertindak spontan dalam menuruti keinginan diri tanpa memikirkan konsekuensinya
29 Saya tidak mudah tersinggung dengan ejekan teman jika masih dalam batas yang wajar
30 Saya tiba-tiba murung setelah tertawa dengan keras sebelumnya
81
31 Saya tidak mudah tertawa ketika sedih dengan program kerja saya yang gagal
32 Saya terkadang kesal tanpa alasan yang jelas
33 Saya tidak mudah merubah keputusan yang sudah diambil
34 Saya mudah menangis tanpa sebab yang pasti
35 Saya tidak akan keluar dari kepengurusan OSIS sebelum masa jabatan berakhir
36 Saya mudah merubah keputusan yang sudah saya ambil
37 Saya dapat membedakan antara marah dan benci
38 Saya tidak tahu merasa senang atau takut ketika ditunjuk sebagai pengurus OSIS
39 Saya bisa membedakan antara sedih dan kecewa
40 Saya bisa merasa tidak nyaman dengan lingkungan tanpa sebab yang pasti
41 Saya dapat membedakan antara perasaan suka dan kagum terhadap seseorang
42 Saya sering merasa bingung dengan perasaan saya sendiri yang tiba-tiba bahagia
43 Saya menghindari hal-hal yang membuat saya kesal
44 Saya hanya diam dengan candaan teman sekelas walaupun sering menyinggung perasaan saya
82
Skala Pengungkapan Diri
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya membagi pengalaman pribadi ketika diajak sharing dengan rekan organisasi
2 Membuka masalah pribadi yang baru saja terjadi bagi saya memalukan
3 Saya antusias untuk menceritakankepada teman kejadian unik yang baru saja terjadi
4 Saya canggung untuk membicarakan masalah pribadi kepada siapapun
5 Saya berani untuk berpendapat tentang peristiwa terkini
6 Sulit bagi saya untuk mengungkapkan pendapat ketika rekan OSIS meminta
7 Saya percaya diri dengan pendapat yang saya utarakan
8 Saya tidak terbiasa jujur tentang perasaan yang saya alami
9 Saya mengawali pembicaraan untuk mendapatkan informasi dari teman mengenai diri saya
10 Saya sungkan untuk bercerita kepada rekan organisasi tentang masalah yang saya alami
11 Saya membicarakan situasi sekitar untuk bisa berbincang dengan orang yang belum dikenal
12 Saya lebih sering menunggu disapa oleh seseorang yang duduk di bis bersama daripada menyapa terlebih dahulu
13 Saya memperbanyak informasi dengan mengajak bicara orang-orang yang baru saja dikenal
14 Saya enggan untuk berkenalan dengan orang baru
15 Saya terbuka untuk berbincang ketika sedang menunggu bus di halte
16 Ketika berkumpul dengan teman saya lebih suka membicarakan orang lain
83
17 Saya lebih senang ketika menyampaikan pendapat saat semua rekan pengurus OSIS tidak gaduh
18 Ketika ingin bercerita kepada teman, saya tidak memperdulikan kondisi lingkungan sedang ramai atau tidak
19 Saya menunda untuk ngobrol dengan rekan OSIS lain ketika rapat akan dimulai rapat
20 Saya mengatakan ketidaksukaan saya terhadap rekan OSIS tanapa melihat situasi
21 Saat ekspresi wajah lawan bicara terlihat lelah maka saya akan menunda hal yang akan saya ungkapkan
22 Saya terbiasa untuk memotong pembicaraan walaupun rekan OSIS yang lain belum selesai memaparkan pendapatnya
23 Saya memusatkan perhatian kepada teman yang berbicara sembari menunggu waktu yang tepat untuk menjawabnya
24 Saya tidak mempertimbangkan kesibukan teman saat ingin bercerita masalah keluarga
25 Setiap saya memiliki permasalahan organisasi, saya berdiskusi dengan teman OSIS
26 Rekan organisasi di sekolah tidak tahu minat dan hobi saya
27 Saya terbiasa berbagi pengalaman berorganisasi kepada sesama pengurus OSIS
28 Saya tidak suka masalah yang saya hadapi diketahui oleh sahabat saya
29 Saya lebih suka mengungkapkan isi hati dengan menulis buku harian
30 Kekhawatiran tentang kegiatan organisasi yang menganggu kegiatan akademik biasa sayaungkapkan lewat media sosial
31 Saya rutin untuk mendatangi Pembina OSIS untuk mengutarakan kendala dalam menjalankan kegiatan
32 Saya tidak perlu bercerita apapun tentang kehidupan
84
pribadi saya kepada orang lain
33 Saya percaya kepada rekan OSIS untuk menceritakan masalah percintaan yang saya alami ketika mereka bertanya
34 Saya menyembunyikan banyak rahasia kepada orang tua
35 Saya senang untuk bercerita dengan orang tua tentang teman lawan jenis yang sedang dekat
36 Walaupun kepada sahabat dekat, bukan berarti saya akan mengungkapkan ketidakharmonisan hubungan kedua orang tua
37 Saya mengungkapkan secara lengkap dan detail siapa diri saya kepada rekan pengurus OSIS lainnya
38 Saya hanya membicarakan secara umum tentang diri saya kepada rekan organisasi
39 Saya berani untuk mengungkapkan isi hati kepada teman lawan jenis yang saya sukai
40 Saya tidak akan megungkapkan kepada siapapun harapan dan mimpi saya