i PENGARUH KEMAMPUAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS FISKUS (Studi Kasus KPP Pratama Kramat Jati) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Arsinawati Nim : 205082000249 Dibawah bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Rahmawati, SE, MM NIP: 196902032001121003 NIP: 197708142006042003 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
92
Embed
PENGARUH KEMAMPUAN INTELEKTUAL, KECERDASAN … · 2013-03-22 · Segala puji bagi Allah yang maha pengasih lagi maha penyanyang, pemilik bumi, langit serta isinya, yang menurunkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PENGARUH KEMAMPUAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP
SIKAP ETIS FISKUS (Studi Kasus KPP Pratama Kramat Jati)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Arsinawati
Nim : 205082000249
Dibawah bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Rahmawati, SE, MM NIP: 196902032001121003 NIP: 197708142006042003
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
ii
Hari ini Senin Tanggal Dua Puluh Tiga Desember Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas Nama Arsinawati NIM 205082000249 dengan judul skripsi: “PENGARUH KEMAMPUAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS FISKUS (Studi Kasus Pada KPP Pratama Kramat Jati)”. Memperhatikan Penampilan Mahasiswa Tersebut Selama Ujian Berlangsung, Maka Skripsi ini Sudah Dapat Diterima Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 November 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif Rini, SE, Ak, MSi Yusroh Rahma, SE, M.Si Ketua Sekretaris
Influence of Intelligence Ability, Emotional Quotient and Spiritual Quotient of Fiskus’s Ethics
By Arsinawati
ABSTRACT
This study aims to analyze the influence of intelligence ability of fiskus’s Ethics, the influence of emotional quotient of fiskus’s ethics, the influence of spiritual quotient of fiksus’s ethics and the influence of intelligence ability, emotional quotient, and spiritual quotient simultaneously on the fiksus’s ethics. The focus variables of research are intelligence ability, spiritual quotient, spiritual quotien as independent variables and fiskus’s ethics as a bound variable. This study using questionnaire instruments as 50 respondents. While the methods for data analysis and hypothesis testing using SPSS author of 12 versions. From the results of this study can be seen that intelligence ability and emotional quotient does not significantly impact to fiskus’s ethics, but spiritual quotient does significantly impact the fiskus’s ethics. Keyword: Intelligence Ability, Emotional Quotient, Spiritual Quotient, Ethics.
v
Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Fiskus
Oleh
Arsinawati
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kemampuan intelektual terhadap sikap etis fiskus, pengaruh kecerdasan emosional terhadap sikap etis fiskus, pengaruh kecerdasan spiritual terhadap sikap etis fiskus, dan pengaruh kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara bersama-sama terhadap sikap etis fiskus. Variabel yang menjadi focus penelitian adalah kemampuan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan spiritual sebagai variabel bebas dan sikap etis fiskus sebagai variabel terikat. Penelitian ini menggunakan instrument kuisioner sebanyak 50 responden. Sedangkan untuk metode analisis data dan uji hipotesis penulis menggunakan program SPSS versi 12.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kemampuan intelektual dan kecerdasan emosional tidak berpengaruh secara signifikan dengan sikap sikap etis fiskus, tetapi kecerdasan spiritual yang berpengaruh secara signifikan terhadap sikap etis fiskus. Kata kunci: kemampuan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, sikap etis
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang maha pengasih lagi maha penyanyang,
pemilik bumi, langit serta isinya, yang menurunkan Al quran petunjuk hidup yang
sempurna bagi seluruh manusia. Dan berkat rahmatnya pula penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Kemampuan
Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap
Sikap Etis Fiskus (Studi Kasus Pada KPP Pratama Kramat Jati)”. Salam
serta shalawat atas nabi Muhammad SAW, penutup para nabi dan rasul yang
diutus yang sebaik-baik agama dan umatnya bagi seluruh alam. Semoga kita
semua dapat petunjuk dari ajarannya selalu amin.
Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-
syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa
segala kerja keras demi terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan,
dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Allah SWT atas segala rahmat dan hidaya-nya atas segala petunjuk dan
ilmunya atas segala pelajaran dan pengajaran hidup, atas segala sejarah
dimana diri ini menjadi tahu untuk berpijak, serta kasih sayang untuk
hambanya yang tak pernah habis dan Rasulullah SAW atas segala
perjuangan dan keteladannya sehingga diri ini tahu seperti apa.
2. Kedua orang tuaku tercinta omak dan ayah, terima kasih telah
mengorbankan materi dan non materi peluh demi kami, waktu, dan sabar
telah mendidik kami.
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
mengarahkan dan memotifasi penulis dalam menyelesaikan skripsi
4. Rahmawati, SE, MM, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan perhatian dan waktunya untuk membantu penulis
memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
vii
5. Para dosen penguji ujian komprehensif yaitu Prof. Dr. Ahmad Rodoni
selaku penguji ahli, Rini, SE, Ak, MSi selaku ketua, dan Yusro Rahma,
SE,M.si selaku sekretaris. Terima kasih atas bantuannya.
6. Seluruh dosen dan staf administrasi, staf perpustakaan, dan semuanya yang
tidak bisa disebutkan satu persatu, terimah kasih atas bantuan, kemudahan
dan pelayanan yang diberikan selama penulis menjalankan kuliah.
7. Untuh Bapak Kuswino selaku ketua staf KPP Pratama Kramat Jati yang
telah membantu menyebar kuisioner, terima kasih atas bantuannya dan
waktunya. Bu Ira yang telah membantu menerima penulis agar dapat
melakukan riset di KPP Pratama Kramat Jati, terima kasih atas
kesempatannya. Dan semua staf aparat pajak yang telah meluangkan
waktunya untuk mengisi kuisioner.
8. Semua teman-teman seperjuangan Akuntansi B angkatan 2005 yang telah
memberikan berjuta-juta kenangan selama menjalankan kuliah dan tidak
dapat disebutkan satu-persatu.
9. Teman-teman Seperjuangan, buat ka seli dan ka ani terimah kasih atas
kesabarannya dalam memberikan ilmu dan, dan keluarga istisyhaad
Wewenang Dirjen Pajak sangat tinggi. fiskus yang menentukan
potensi penerimaan pajak dan sekaligus yang bertugas merealisasikannya.
Fiskus yang melakukan pemeriksaan pajak dan sekaligus mengadilinya.
Aparat yang berhak menafsirkan bunyi UU Pajak (KUP, PPh, PPN) dan
jika Wajib Pajak tidak setuju dengan perhitungan/penafsiran tersebut Surat
Ketetapan Pajak, maka wajib pajak dipersilahkan mengikuti proses
selanjutnya (keberatan, banding) dalam pelaksanaannya ada beberapa
kendala untuk melakukan penindakan hukum secara tegas kepada aparat
Dirjen Pajak, yaitu:
1) Selama ada kecenderungan Dirjen Pajak berlindung dibalik Pasal 34
KUP yang menyebutkan pada intinyta petugas pajak dilarang
memberikan informasi mengenai wajib pajak serta informasi lainnya
mengenai pajak, ketika BPK, Itjen Depkeu (IBI), atau aparat penegak
hukum mencoba melakukan penelitian awal atas dugaan terjadinya
tindak pidana korupsi. Kondisi ini menyebabkan aparat sulit mencari
bukti awal sebagai persyaratan untuk melakukan penyelidikan/
penyidikan.
Namun sebenarnya jawaban atas kesulitan penyidikan ini juga terdapat
dalam pasal 34 KUP ayat3 dan 4 di mana menteri keuangan dapat
memberikan ijin tertulis yang merupakan akses untuk kepentingan
penyidikan.
15
2) Selama terdapat hubungan yang bersifat saling menguntungkan
(simbiosis mutualisme) antara Fiskus dengan Wajib Pajak. Tentu saja
yang dimaksud Fiskus dan Wajib Pajak di sini adalah oknum (tidak
bisa digeneralisasi bahwa semua atau sebagian besar Fiskus dan Wajib
Pajak melakukan hal yang sama. Sebagian besar wajib pajak lebih suka
membayar pajak kepada Fiskus dibandingkan langsung ke negara.
Artinya, sejumlah kecil kewajiban pajaknya dibayarkan ke negara,
sedangkan sebagian yang lain dibayarkan ke Fiskus, dengan asumsi
Wajib Pajak masih bisa menghemat pajak yang sebenarnya terutang ke
negara. Sebagai businessman, wajib pajak cenderung menghindari
konfrontasi dengan Fiskus karena sejarah menunjukkan bahwa dengan
bermain aman bersama Fiskus.
3) Selayaknya markus (makelar kasus) di peradilan yang banyak
diperankan pengacara, maka dalam konteks mafia pajak, yang
bertindak sebagai perantara antara Fiskus dan Wajib Pajak adalah
konsultan pajak. Di beberapa wajib pajak yang masih culun sering
ditemui fee untuk konsultan pajak yang tidak wajar jumlah/nilainya.
Fee inilah yang biasanya digunakan untuk bermain dengan Fiskus.
Mekanisme suap secara tidak langsung seperti ini memang
menyulitkan dalam proses pembuktian di pengadilan.
4) Sebagian besar Fiskus punya background sebagai akuntan/ sarjana
hukum. Oleh karena itu, mereka sangat lihai bermain-main dalam
mafia pajak dan bagaimana menyembunyikan harta hasil kekayaannya
16
Menurut komite pengawas perpajakkan (KPP) ada dua belas titik
rawan praktek makelar kasus dan penyelewengan dirjen pajak, misalnya
(proses pemeriksaan,penagihan dan pengadilan pajak), yaitu:
1. Proses pemeriksaan, penagihan, account representative, dan
pengadilan pajak
2. Keberatan pajak
3. Banding pajak
4. Pemeriksaan bukti permulaan dan penyidikan pajak
5. Penuntutan
6. Persidangan
7. Wajib pajak bermain dengan konsultan pajak
8. Oknum pajak merangkap sebagai konsultan pajak
9. Oknum pengadilan pajak
10. Main melalui rekayasa akuntansi
11. Main melalui fasiltas pajak
12. Main melalui peraturan pajak
4. Etika Pegawai Pajak (Fiskus)
1. Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang
lain.
Pegawai harus mengembangkan sikap kerja sama dan toleransi dalam
melaksanakan tugas, yang meliputi:
a. Saling menghormati antar pemeluk agama dan penganut
kepercayaan yang berbeda, sehingga terbina kerukunan antar
17
pegawai maupun dengan pihak lain yang akan menimbulkan
suasana kondusif dalam melaksanakan tugas
b. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing sehingga terbina
kerukunan antar pegawai
c. Saling menghormati budaya dan adat istiadat orang lain sehingga
terbina kerukunan antar pegawai maupun dengan pihak lain
2. Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel
a. Bekarja secara profesional meliputi yaitu:
Integritas, yaitu ukuran kualitas moral pegawai yang diwujudkan
dalam sikap jujur, bersih dari tindakan tercela, dan senantiasa
mengutamakan kepentingan Negara. Disiplin, yaitu pencerminan
ketaatan pegawai terhadap setiap ketentuan yang berlaku.
Kompetensi, yaitu ukuran tingkat pengetahuan, kemampuan dan
penguasaan atas bidang tugas pegawai sehingga mampu
melaksanakan tugas secara efektif dan efisien
b. Bekerja secara transparan, yaitu setiap pegawai bersikap terbuka
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Namun demikian, kerahasiaan jabatan
sesuai
c. Bekerja secara akuntabel, yaitu pegawai harus bertanggung jawab
dan bersedia untuk diperiksa oleh pihak yang berwenang atas
18
setiap keputusan atau tindakan yang diambil dalam rangka
pelaksanaan tugas
3. Mengamankan data dan atau informasi yang dimiliki direktorat jendral
pajak
a. Mengamankan data atau informasi
Termasuk dalam pengertian data dan atau informasi adalah semua
dokumen (hardcopy), media elektronik (softcopy), maupun data
pada aplikasi portal DJP.
Semua data dan informasi hanya digunakan untuk kepentingan
pelaksanaan tugas dan tidak digunakan untuk kepentingan pribadi
atau golongan
b. Mengamankan used id dan password serta tidak membocorkan
kepada pegawai dan atau pihak lain yang tidak berhak
c. Memusnahkan dokumen yang tidak terpakai sesuai dengan
prosedur
d. Tidak mengijinkan orang yang tidak berhak dalam ruangan kerja.
4. Memberikan pelayanan kepada wajib pajak, sesama pegawai, atau
pihak lain dalam pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya. Pelayanan
prima merupakan nilai sikap dan perilaku setiap pegawai dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan kualitas terbaik.
5. Menaati perintah kedinasan
Perintah kedinasan adalah perintah yang diberikan oleh atasan yang
berwenang mengenai atau yang ada hubungannya dengan kedinasan
19
6. Bertanggung jawab dalam penggunaan barang inventaris milik
rektorat jendral pajak DJP memiliki barang inventaris yang
merupakan fasilitas bagi pegawai agar dapat menunjang pelkasanaan
tugas dengan efektif dan efisien.
7. Mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertip kantor
Pegawai berada ditempat kerja sesuai dengan ketentuan mengenai jam
kerja dan menfaatkan jam kerja tersebut untuk melaksanakan
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Mentaati kententuan jam
kerja agar tidak dipahami bahwa pegawai hanya berada ditempat kerja
pada jam kerja yang ditentukan.
8. Menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi
kewajiban perpajak
5. Penagihan Pajak
Dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000 tentang penagihan
pajak dengan surat paksa menyatakan bahwa:
“Penagihan pajak adalah serangkain tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan pengihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita”.
Dalam UU No.16 tahun 2000 disebutkan bahwa dasar penagihan
pajak adalah Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar ( SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT), dan Surat Keputusan Pembetulan (SKP), Surat Keputusan
20
Keberatan (SKK), Surat Putusan Banding (SPB), yang menyebabkan
jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.
6. Syarat Pemungutan Pajak
Menurut Early (2005) Syarat Pemungutan Pajak, yaitu:
a. Pemungutan Pajak Harus Adil (Syarat Keadilan) Sesuai dengan
Tujuan Hukum
Yakni mencapai keadilan undang-undang dan pelaksanaan
pemungutan harus adil. Adil dalam arti perundangan-undangan
diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sementara adil dalam
pelaksanannya, yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak (WP)
untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan
mengajukan banding kepada majelis pertimbangan pajak.
b. Pemungutan Pajak Harus Berdasarkan Undang-Undang (Syarat
Yuridis).
Pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan
jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi Negara maupun
warganya.
c. Tidak Menganggu Perekonomian (Syarat Ekonomis)
Pemungutan tidak boleh menganggu kelancaran kegiatan produksi
ataupun perdangangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perekonomian masyarakat.
21
d. Pemungutan Pajak Harus Efisien (Syarat Finansial)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
e. Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana
Sistem pemungutan perpajakan yang sederhana akan memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Syarat ini telah dipenuhi dalam undang-undang perpajakan yang baru.
7. Sistem Pemungutan Pajak
Hasil pemungutan pajak sedapat mungkin cukup untuk menutup
sebagian dari pengeluaran-pengeluaran Negara sesuai dengan fungsi
budgetair. System pemungutan pajak ini dapat dibagi menjadi:
a. Official Assessment System
System ini merupakan system pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang.
Ciri dari Official Assessment System ini adalah:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada
fiskus.
2) Wajib pajak bersifat pasif
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
b. Self Assessment System
System ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang,
kepercayaan, tanggunng jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,
22
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar.
Ciri dari Self Assessment System ini yaitu:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
wajib pajak sendiri.
2) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.
3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
c. With Holding System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga untuk mendorong atau memungut
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
8. Asas-Asas Pemungutan Pajak
Menurut Erly (2005) Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana
dikemukan oleh Adam Smith dalam buku An Inquiri into the nature and
cause of the Wealth of Nations menyatakan bahwa pemungutan pajak
hendaknya didasarkan pada:
a. Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak
dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan
kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan
manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap pajak
23
menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding
dengan kepentingannya dan manfaat yang diminta.
b. Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang, oleh karena
itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya
pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu
pembayaran.
c. Convenience
Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan
saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak sebagai contoh pada saat
Wajib Pajak memperoleh penghasilan, sistem pemungutan pajak ini
disebut Pay to You Earn.
d. Economy
Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan
kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin,
demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak.
9. Intelegensi,
Pengertian intelegensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah daya membuat reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik
secara fisik maupun mental, terhadap pengalaman-pengalaman baru,
membuat pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk
dipakai apabila dihadapkan pada faktor-faktor atau kondisi-kondisi baru
kecerdasan. Lain halnya dengan intelektual, intelektual dalam Kamus
24
Besar Bahasa Indonesia berarti cerdas berakal dan berpikiran jernih
berdasarkan ilmu pengetahuan; yang mempunyai kecerdasan tinggi
(cendekiawan); dan totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yang
menyangkut pemikiran dan pemahaman (Depdiknas, 2007).
10. Kemampuan Intelektual
Menurut Thoha (2000) kecerdasan intelektual (IQ) adalah
kecerdasan seseorang yang dibawa sejak lahir dan pengaruh didikan dan
pengalaman.
Robin (1996) kecerdasan intelektual (IQ) adalah kecerdasan
numeris, pemahaman verbal, kecepatan perseptual, penalaran induktif,
penalaran deduktif, visualisasi ruang, dan ingatan.
Banyak diantara orang yang sebenarnya memiliki intelengensi
yang cukup tinggi, tetapi tidak mendapat kemajuan dalam lingkungannya.
Ini disebabkan karena misalnya, kekurangmampuan bergaul dengan orang
lain dalam masyarakat atau kurang memiliki cita-cita yang tinggi sehingga
tidak atau kurangnya adanya usaha untuk mencapainya. Sebaliknya ada
pula seseorang yang sebenarnya memiliki intelengensi yang sedang saja,
dapat lebih maju dan mendapatkan kehidupan yang lebih layak berkat
ketekunan dan keuletan dan tidak banyak faktor-faktor yang mengganggu
atau merintanginya.
Azwar (2004) kecerdasan intelektual (IQ) adalah interprestasi hasil
tes inteligensi (kecerdasan) ke dalam angka yang dapat menjadi petunjuk
25
mengenai kedudukan tingkat inteligensi seseorang. Alfred Binet dan
Theodore Simon mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan yang
terdiri dari tiga komponen, yaitu: kemampuan untuk mengarahkan pikiran
atau mengarahkan tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan
bila tindakan tersebut telah dilakukan, dan kemampuan untuk mengeritik
diri sendiri.
Kemampuan intelektual merupakan logika deduktif dan pemikiran
abstrak, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah dan sanggup
menyelesaikan dilema etis. intelegent quotient (IQ) dihitung berdasarkan
perbandingan antara tingkat kemampuan mental (mental age) dengan
tingkat usia (chronological age), merentang mulai dari kemempuan
dengan katagori idiot sampai dengan jenius (Syaodih, 2005 dalam
Sudrajat, 2008) ada tujuh dimensi yang membentuk kemampuan
menciptakan kesempatan melalui pergaulan dengan berbagai macam
orang, membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan
hubungan suatu kelompok.
e. Keterampilan Sosial (sosial skill)
Dimensi kelima adalah sosial skill, artinya kemahiran dalam
menggugah tanggapan yang dikehendaki oleh orang lain. Diantaranya
adalah kemempuan persuasi, mendengar dengan terbuka, dan memberi
kesan yang jelas, kemampuan menyelesaikan pendapat, semangat
leadership, kolaborasi dan kooperasi, serta time building.
12. Kecerdasan spiritual
Kecerdasan spiritual atau SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi
dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku
dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta
menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan Marsal, 2002).
28
Definisi kecerdasan spiritual yang lebih sesuai dengan
perkembangan psikologi mutakhir dijelaskan oleh Sinetar menurutnya,
kecerdasan spiritual adalah pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan,
dan efektifitas yang terinspirasi, theisneis atau penghayatan ketuhanan
yang didalamnya kita semua menjadi bagian (Sinetar, 2000 dalam Zohar
dan Marsal, 2001).
Tanda-tanda dari SQ yang telah berkembang dengan baik
mencakup hal-hal berikut (Zohar dan Marssal, 2002):
a. Kemampuan bersifat fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif).
b. Tingkat kesadaran diri yang tinggi.
c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit.
e. Kualitas hidup yang di ilhami oleh visi dan nilai-nilai.
f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.
g. Kecenderungan untuk perpandangan holistik.
h. Kecenderungan untuk bertanya “mengapa?” atau “bagaimana jika?”
untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.
i. Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai “bidang mandiri”
yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konfensi.
Menurut Darmayuwono (2008), orang yang cerdas secara spiritual
memiliki sejumlah ciri-ciri antara lain:
a. Fleksibel
Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi di tandai
dengan sikap hidupnya yang fleksibel atau luwes. Orang ini dapat
29
membawa diri dan mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi
yang dihadapi.
b. Kemampuan refleksi tinggi
Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi, memiliki
kemampuan refleksi yang tinggi pula. Dia cenderung bertanya
“mengapa” atau “bagaimana seandainya” sebagai kelanjutan dari
“apa” dan “bagaimana”.
c. Kesadaran tinggi dan lingkungan tinggi
Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan
memiliki kesadaran diri (self–awareness) dan kesadaran lingkungan
yang tinggi. Kesadaran tinggi berarti telah mengenal dirinya (misalnya
mengendalikan emosi) dengan mengenal dirinya maka dia juga
mengenal orang lain, mampu membaca maksud dan keinginan orang
lain. Kesadaran lingkungan tinggi mencakup kepedulian terhadap
sesama, persoalan hidup yang dihadapi bersama, dan juga peduli
terhadap bangsa dan negara.
d. Kemampuan kontemplasi tinggi
Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi di tandai juga
dengan adanya kemampuan kontemplasi yang tinggi, misalnya
kemampuan mendapat inspirasi dari berbagai hal, kemampuan
menyampaikan nilai dan makna kepada orang lain, mengamati
berbagai hal untuk menarik hikmahnya dan memiliki kreatifitatas
tinggi.
30
e. Berpikir secara holistik
Berpikir secara holistik berarti berpikir secara menyeluruh,
mengkaitkan berbagai hal yang berbeda-beda dan terintegrasi.
f. Berani menghadapi penderitaan
Orang yang mempunyai kesadaran spiritual yang tinggi adalah orang
yang berani menghadapi penderitaan dan perbedaan.
g. Berani melawan arus atau tradisi
Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi, juga di
tandai dengan adanya keberanian melawan arus yang buruk.
h. Sesedikit mungkin menimbulkan kerusakan
Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan
berprilaku secara hati-hati sehingga dapat meminimalisir kerusakan.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya
Peneliti Judul Perbedaan Persamaan Alat
analisis Hasil
Afria Lisda (2009) Mora Hernia (2008) Tikollah, dkk (2006)
Pengaruh kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap perilaku etis auditor serta dampaknya pada kinerja Kemampuan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi
Perilaku etis auditor serta dampaknya pada kinerja Sikap etis mahasiswa akuntansi Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi
Kecerdasan emosional yang tidak berpengaruh terhadap perilaku auditor
Kemampuan intelektual tidak berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi kecerdasan intelektual yang berpengaruh signifikan dan dominan terhadap sikap etis mahasiswa, kecerdasan emosional
31
Sri Suryaningsum (2003) Afifah dkk (2004)
Pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi Pengaruh pendidikan tinggi akuntansi terhadap kecerdasan emosional
Pemahaman akuntansi Pendidikan tinggi akuntansi
- Kecerdasan
emosional
- Kecerdasan emosional
Regresi Berganda Uji beda
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi tingkat kecerdasan emosional mahasiswa junior dan mahasiswa tingkat akhir jurusan akuntansi berbeda secara signifikan, namun perbedaan itu lebih dipengaruhi oleh faktor usia
C. Kerangka Pemikiran
Gambar di bawah ini menunjukkan kerangka pemikiran mengenai
“Pengaruh Kemampuan Intelektul (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ), dan
Kecerdasan Spiritual (SQ) terhadap Sikap Etis Fiskus”.
Hipotesis
Gambar 2.1
Kemampuan Intelektual
(X1)
Kecerdasan Spritual
(X3)
Kecerdasan Emosional
(X2)
Sikap Etis Fiskus
(Y)
Model Hubngan Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spritual Terhadap Sikap Etis Fiskus
32
D. Hipotesis
Perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bertujuan
untuk menguji apakah kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap sikap etis piskus.
Berdasarkan pemikiran tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
Ha1: kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecardasan
spiritual berpengaruh secara signifikan terhadap sikap etis fiskus
Ha2: kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
berpengaruh secara simultan terhadap sikap etis fiskus
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan KPP Pratama Jakarta Kramat
Jati yang berlokasi di Jl. Dewi Sartika untuk memperoleh data yang berkaitan
dengan permasalahan yang teliti.
Penelitian ini ditujukan untuk mengamati sejauh mana kemampuan
intelektual, sikap etis fiskus. Sehingga objek penelitian ini adalah: “Pengaruh
Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan
Spiritual Terhadap Sikap Etis Fiskus.”
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi menurut Sugiono (2002:55) adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini yaitu aparat pajak (fiskus) yang
berada di Kantor Pelayanan Pajak. Sedangkan metode pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik Judgement Sampling (pertimbangan) yaitu
merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya
diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan
dengan tujuan atau masalah penelitian dan Convience Sampling adalah istilah
umum yang menacangkup variasi luasnya prosedur pemilihan responden.
34
C. Metode Pengumpulan Data
Menurut (Sugiono,2004) apabila dilihat dari sumber data maka
pengumpulan data menggunakan sumber primer dan sekunder.
“Sumber primer adalah sumber yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data yaitu misalnya dengan
melihat dokumen atau lewat orang lain”.
Untuk mendukung penyusunan skripsi, penulis melakukan penelitian
dengan mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah yang akan
diteliti dengan menggunakan dua metode penelitian, yaitu:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data primer dan
data sekunder, yaitu data mengenai sejarah perusahaan, kegiatan usaha,
struktur organisasi dan kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan
kecerdasan sipiritual terhadap sikap etis fiskus.
2. Questionnaires
Dalam melakukan pengujian pada penelitian ini. Ada beberapa tahapan
yang dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Untuk tahap awal
terlebih dahulu dilakukan pengujian instrument penelitian yaitu angket
(kuisioner) yang akan disebarkan pada responden. Tujuannya agar angket
tersebut dapat dijadikan instrumen yang akan tepat atau layak untuk
pengukuran dalam penelitian ini.
35
D. Metode Analisi Data
Setelah kuiseoner yang dikirimkan kepada responden kembali, maka
langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan metode analisis yang
sesuai untuk digunakan. Dengan memberikan dan menjumlahkan bobot
jawaban pada masing-masing pertanyaan untuk masing-masing variabel.
1. Uji Kualidata Data
a. Uji validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauhmana variabel yang
digunakan benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
Pengujian validitas dengan menggunakan Pearson Correlation yaitu
dengan cara menghitung korelasi antar skor masing-masing butir
pertanyaan dengan total skor (Ghozali,2005). Kriteria valid atau tidak
valid adalah jika korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan
tersebut dapat dikatakan valid, dan jika korelasi skor masing-masing
butir pertanyaan denga total skor mempunyai tingkat signifikan < 0,05
maka butir pertanyaan tersebut tidak valid (Santoso,2001).
b. Uji Realibilitas
Uji reabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali
atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat
pengukuran yang sama. Peneliti melakukan uji reliabilitas dengan
menghitung Cronbach’s Alpha dari masing-masing instrument dalam
suatu variabel. Reliabilitas suatu instrument variabel dikatakan baik
36
jika memeliki cronbach’s alpha >0.6 (Nunnaly,1967 dalam Ghozali,
2005).
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji multikolonieritas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat penyebaran data yang normal
atau tidak, karena data diperoleh langsung dari pertama melalui
kuisioner dalam (Ghozali,2005) screening terhadap normalitas data
merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk setiap analisis
multivariate, khususnya jika tujuannya adalah inferensi. Pengujian
normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji normal
probability plot dimana data dikatakan normal jika nilai sebaran data
berada disekitar garis lurus diagonal.
b. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Deteksi ada atau tidaknya heteroskesdastisitas dapat dilihat dari ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu
seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka
mengindikasikan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada
37
pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali,2005:105).
c. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen (Ghozali,2005:91).
Deteksi ada tidaknya multikolonieritas dalam model regresi adalah
dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance
(TOL). Regresi bebas dari masalah multikolonieritas jika nilai VIF <
10 dan nilai tolerance >10 (Ghozali,2005:92).
3. Uji hipotesis
a. Koefesien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan mengukur seberapa jauh
kemampuan variabel independen (kemampuan intelektual, kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual) dalam menjelaskan variasi
variabel dependen (sikap etis fiskus). Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali,2005:83).
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam
38
mode. Setiap penambahan satu variabel independen, maka R2 pasti
meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu penelitian ini
menggunakan nilai R2 (koefisien determinasi), jika nilai R2 adalah
sebesar 1 berarti fluatuasi varabel dependen seluruhnya dapat
dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang
menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Nilai R2 berkisar 0 sampai
1. Jika mendekati 1 berarti semakin kuat kemampuan variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, jika
nilai R2 semakin mendekati angka 0 berarti semakin lemah
kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel
dependen (Ghozali,2005).
b. Uji signifikansi simultan (Uji Statistik F)
Uji F dilakukan dengan tujuan menguji apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Jika nilai
signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak, sebaliknya jika nilai signifikansi <
0,05 maka Ha diterima.
c. Uji Parameter Individual (Uji statistik t)
Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual yaitu kemampuan intelektual, kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual dalam menerangkan variabel
dependen, yaitu sikap etis fiskus.
39
d. Analisis Regresi Berganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan multiple
regression untuk menguji pengaruh kemampuan intelektual,
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis
fiskus. Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan bila jumlah
variabel independennya minimal 2, yang dirumuskan sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β 2X2 + β 3X3 + e
Dimana :
α : Konstanta
β1: Koefisien Kemampuan Intelektual
β2: Koefisien Kecerdasan Emosional
β 3 : Koefisien Kecerdasan Spiritual
Y : Sikap Etis Fiskus
X1: Kemampuan Intelektual
X2: Kecerdasan Emosional
X3: Kecerdasan Spiritual
e : error
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
1. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini yang terdiri atas:
a. Kemampuan Intelektual (IQ)
Kemampuan Intelektual merupakan interprestasi hasil tes intelegensi
(kecerdasan) ke dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai
kedudukan tinggi intelegensi seseorang (Azwar, 2004).
40
b. Kecerdasan Emosional (EQ)
Kecerdasan Emosional merupakan kemampuan mengenali perasaan
orang diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri,
serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
hubungan dengan orang lain (Golemen,2005)
c. Kecerdasan Spritual (SQ)
Kecerdasan Spritual merupakan kecerdasan untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku
dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibandingkan dengan yang lain (Zohar & Marshall, 2002)
2. Variabel independen
a. Sikap Etis adalah respon aparat pajak terhadap kejadian yang
mengandung situasi dilemis berdasarkan Prinsip Kode Etik
Perpajakan.
Tabel Operasional Variabel Penelitian
Variabel Sub variabel Indikator Skala
Kemampuan
intelektual
(Shapiro,2001
dalam Afria,2009)
• Wawasan luas
• Rasional
• Membaca jurnal
peraturan pajak yang
berlaku sekarang
• Selalu memiliki
informasi dan gagasan
• Kreatif
• Menerima saran orang
lain
Ordinal
41
Kecerdasan
Emosional
(Tisnawati dan
Sri,2003 dalam RM
dan Aziza,2006)
Kecerdasan
Spiritual
(Sukidi,2002 dalam
Afria Lisda)
• Kritis
• Pengenalan diri
• Motivasi
• Empati
• Pengendalian diri
• Keterampilan sosial
• Religius
• Eksistensi diri
• Sifat positif
• Beretika
• Kepedulian sosial
• Berpikir logis
• Mengakui kekurangan
• Suka tantangan
• Berpikiran terbuka
• Suka memberikan
solusi
• Sanggup
menyelesaikan masalah
• Merasa khawatir
• Menyukai diri sendiri
• Percaya diri
• Dorongan prestasi kerja
• Komitmen
• Instropeksi
• Memahami
• Kendali diri
• Sabar
• Kemampuan
Mengorganisasi
• Rajin beribadah
• Merasa dekat dengan
tuhan
• Berpendirian pada
kebenaran
• Jujur
• Amanah
• Kesesuain antara kata
dan perbuatan
• Menganut standar etika
• Tidak melanggar
hukum
Ordinal
Ordinal
42
Sikap Etis
• Sikap Etis piskus
sesuai dengan
tuntunan lembaga
(lembaga)
• Terbuka
• Mematuhi aturan
• Sesuai dengan surat
perintah dari lembaga
• Memotivasi
• Menjaga penampilan
• Kebersamaan
• Tidak mengadu domba
Ordinal
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat dan Perkembangan KPP Pratama Jakarta Kramat
Jati
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kramat Jati beralamat di Jalan
Dewi Sartika No. 189 Cawang- Jakarta Timur. Wilayah kerja Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kramat Jati pada Awalnya Mencakup
Lima Kecamatan yaitu: Kecamatan Kramat Jati, Kecamatan Pasar Rebo,
Kecamatan Makasar, Kecamatan Ciracas, dan Kecamatan Cipayung.
Namun setelah terjadi pemecahan Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Kramat
Jati menjadu dua yaitu: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kramat Jati dan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Rebo. Pada bulan 3 juli 2007
(berdasarkan keputusan direktur jenderal pajak nomor: KEP-86/PJ/2007
tentang penerapan organisasi, tata kerja dan saat mulai beroperasinya
kantor pelayanan pajak pratama dan kantor pelayanan, penyuluhan dan
konsultasi perpajakan di lingkungan kantor wilayah DJP diwilayah daerah
khusus ibu kota jakarta selain kantor wilayah DJP jakarta pusat), cakupan
wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kramat Jati
menjadi dua kecamatan yaitu: Kecamatan Kramat Jati dan Kecamatan
Makasar.
44
Dengan adanya perubahan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
443/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan
Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak,
dan Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
519/KMK.01/2003 yang kemudian diubah dengan Keputusan Menteri
Keuangan No.254/KMK.01/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta 1 KPP Madya dan KPP
Pratama di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta 1
dengan demikian KPP Jakarta Kramat Jati diubah menjadi KPP Pratama
Kramat Jati.
2. Visi dan Misi KPP Pratama Kramat Jati
Adapun Visi dan Misi KPP Pratama Kramat Jati adalah sebagai
berikut:
a. Visi KPP Pratama Kramat Jati
Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem
administrasi perpajakan modern yang efektif, efesien dan dipercaya
masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.
b. Misi KPP Pratama Jakarta Kramat Jati
Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-Undang
Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan
anggaran pendapatan dan belanja Negara melalui sistem administrasi
perpajakan yang efektif dan efesien.
45
3. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi KPP Pratama Kramat Jati
KPP Pratama Kramat Jati mempunyai Kedudukan, Tugas Pokok
dan Fungsi sebagai berikut:
a. Kedudukan;
KPP Pratama merupakan unsur pelaksana atau instansi vertical
dibawah kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak. Vertikal di
Direktorat Jenderal Pajak yang merupakan salah satu instansi dibawah
Departemen Keuangan. Dalam melakukan penelitian ini, lokasi yang
peneliti pilih adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kramat Jati yang
beralamat di Jl. Dewi Sartika No.189 A. Jakarta Timur Telp. (021)
8093046 Fax.8091753.
b. Tugas Pokok;
KPP Pratama Kramat Jati mempunyai tugas melaksanakan
penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak dibidang Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya. Pajak Bumi dan Bangunan
dalam wilayah wewenangnya .
c. Fungsi KPP;
Dalam melaksanakan tugasnya KPP Pratama Kramat Jati mempunyai
fungsi sebagai berikut:
1) Pengumpulan dan Pengolahan Data, penyajian informasi
Perpajakan, Pengamatan Potensi Perpajakan dan Ekstensifikasi
Wajib Pajak;
46
2) Penelitian dan Penatausahaan Surat Pemberitahuan Tahunan
(SPT), Syarat Pemberitahuan Masa serta berkas wajib pajak;
3) Pengawasan Pembayaran Masa Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dan Pajak
Pajak Bumi dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis computer,
pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling, pelaksanaan i-SIS MIOP dan
SIG serta penyiapan laporan kinerja.
e. Seksi Pelayanan;
Mempunyai tugas yaitu melakukan penetapan dan penertiban produk
hukum perpajakan, pengadministrsian dokumen dan berkas
perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT),
48
serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan. Pelaksanaan
registrsi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.
f. Seksi Waskon (Pengawasan dan Konsultasi);
Seksi waskon mempunyai tugas yaitu melakukan pengawasan
kepatuhan perpajakan wajib pajak, bimbingan atau himbauan kepada
wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib
pajak, analisa kinerja wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data waib
pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi
hasil banding. Setiap account representative yang dikoordinasi Kepala
Seksi Waskon mempunyai tanggung jawab atas sejumlah wajib pajak
berdasarkan wilayah tertentu.
g. Kelompok Jabatan Fungsional;
Mempunyai tugas yaitu melakukan pemeriksaan pajak, yang meliputi
pemeriksaan lengkap, pemeriksaan sederhana, dan pemeriksaan dalam
rangka penagihan (Delinquency audit).
B. Hasil Analisis Deskriptif
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang
diperoleh dengan cara mengirimkan kuisioner sebanyak 60 buah kepada aparat
pajak (fiskus) KPP Pratama Jakarta Kramat Jati. namun dari 60 kuisioner yang
disebarkan, yang kembali sebanyak 50 buah kuisioner, sedangkan yang tidak
kembali sebanyak 10 buah, yang berarti dapat dianalisis.
49
1. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.1 Profil Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Persentase
Dibawah 25 th 13 26,00% 25-50 33 66.00%
Diatas 50 4 8,00% Total 50 100%
Sumber: Data diolah
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan bahwa sebesar 8,00%
fiskus berusia diatas 50 th, 66,00% fiskus berusia 25-50 th dan 26,00%
fiskus berusia dibawah 25th.
2. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin Jumlah Persentase Perempuan 23 46,00% Laki-laki 27 54,00%
Total 50 100%
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan bahwa sebesar 54,00%
responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya berjenis
kelamin perempuan. Hal ini dapat terlihat dilapangan bahwa fiskus lebih
banyak laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
50
Tabel 4.3 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan terakhir Jumlah Persentase
D3 5 10,00% S1 22 44,00% S2 16 32,00% S3 7 14,00%
Lainnya 0 0 Total 50 100%
Sumber: Data diolah
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan bahwa rata-rata fiskus
pendidikan terakhir S1 atau yang sederajat, ini ditunjukkan dengan angka
44,00% berpendidikan S2 dengan angka 32,00%, pendidikan S3 dengan
angka 14,00% dan D3 dengan angka 10,00%.
C. Uji Statistik Data, Pengolahan Data dan Pembahasan
1. Uji Kualitas Data
a. Uji validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuisioner, suatu kuisioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang
akan diukur oleh kuisioner tersebut.
Valid bearti instrument tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono,2006). Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan Pearson Correlation. Pedoman suatu
model dikatakan valid jika tingkat signifikansi dibawah 0.05 maka
butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid.
51
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Kekampuan Intelektual
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,558** 0,000 Valid
Pertanyaan 2 0,321* 0,023 Valid
Pertanyaan 3 0,538** 0,000 Valid
Pertanyaan 4 0,597** 0,000 Valid
Pertanyaan 5 0,426** 0,000 Valid
Pertanyaan 6 0,513** 0,000 Valid
Pertanyaan 7 0,640** 0,000 Valid
Pertanyaan 8 0,573** 0,000 Valid
Pertanyaan 9 0,521** 0,000 Valid
Pertanyaan 10 0,333* 0,018 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan variabel kemampuan
intelektual mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Namun terdapat signifikansi 0.018 pada
pertanyaan 10 dan signifikansi 0.023 pada pertanyaan 2.
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Kecerdasan Emosional
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,586** 0,000 Valid
Pertanyaan 2 0,401* 0,004 Valid
Pertanyaan 3 -0,102 0,479 Tidak Valid
Pertanyaan 4 -0,163 0,258 Tidak Valid
Pertanyaan 5 0,422** 0,000 Valid
Pertanyaan 6 -0,127 0,379 Tidak Valid
Pertanyaan 7 0,322* 0,023 Valid
52
Pertanyaan 8 0,419** 0,000 Valid
Pertanyaan 9 0,642** 0,000 Valid
Pertanyaan 10 0,491** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan variabel kemampuan
intelektual mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, terkecuali tiga pertanyaan dari variabel
kecerdasan emosional yaitu loc 3,4 dan loc 6 yang dinyatakan tidak valid
karena memiliki nilai signifikansi diatas 0,05, sehingga harus dikeluarkan dan
tidak diikutsertakan dalam pengujian data selanjutnya. Adapun hasil
pertanyaan yang tidak valid kemungkinan disebabkan oleh kesibukan
responden dan waktu. Pengujian dilakukan kembali berdasarkan pertanyaan
loc 3,4 dan loc 6 yang sudah dikeluarkan. Hasil pengujian berdasarkan
pertanyaan yang sudah dikeluarkan yaitu loc 3,4 dan loc 6 dapat dilihat pada
tabel 4.6
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Setelah LOC3.4 dan LOC6 Dikeluarkan
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,691** 0,000 Valid
Pertanyaan 2 0,351* 0,013 Valid
Pertanyaan 3 0,579** 0,000 Valid
Pertanyaan 4 0,343* 0,015 Valid
Pertanyaan 6 0,486** 0,000 Valid
Pertanyaan 7 0,492** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
53
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan variabel kemampuan
intelektual mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Namun terdapat signifikansi 0.013 pada
pertanyaan 2 kemudian 0.015 pada pertanyaan 4.
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Kecerdasan Spiritual
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,553** 0,000 Valid
Pertanyaan 2 0,602** 0,000 Valid
Pertanyaan 3 0,756** 0,000 Valid
Pertanyaan 4 0,686** 0,000 Valid
Pertanyaan 5 0,668** 0,000 Valid
Pertanyaan 6 0,618** 0,000 Valid
Pertanyaan 7 0,742** 0,000 Valid
Pertanyaan 8 0,632** 0,000 Valid
Pertanyaan 9 0,688** 0,000 Valid
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan variabel kecerdasan spiritual
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Sikap Etis Fiskus
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,529** 0,000 Valid
Pertanyaan 2 0,856** 0,000 Valid
Pertanyaan 3 0,860** 0,000 Valid
Pertanyaan 4 0,760** 0,000 Valid
Pertanyaan 5 0,834** 0,000 Valid
54
Pertanyaan 6 0,840** 0,000 Valid
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan variabel sikap etis fiskus
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05.
b. Uji Realibilitas
Setelah instrument dipastikan akurasinya, kemudian dilakukan
pengujian reliabilitas dengan menggunakan cronbach’s alpha. Realibilitas
suatu instrument variabel dikatakan baik jika memiliki cronbach’s alpha > 0,6
(Nunnaly, 1967 dalam Ghozali,2005).
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kemampuan Intelektual
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items ,632 ,683 10
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas
variabel kemampuan intelektual sebesar 0,632, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai
croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6.
Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kecerdasan Emosional
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items ,610 ,642 7
55
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas
variabel kecerdasan emosional sebesar 0,610, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai
croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6.
Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kecerdasan Spiritual
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items ,829 ,839 9
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas
variabel kecerdasan spiritual sebesar 0,829, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai
croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6.
Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sikap Etis Fiskus
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items ,866 ,872 6
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas
variabel sikap etis fiskus sebesar 0,866, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai croanbach’s
alpha lebih besar dari 0,6.
56
2. Uji Asumsi Klasik
1. Uji normalitas
Pengujian normalitas bertujuan menguji variabel independen yaitu
kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual,
dan variabel dependen yaitu sikap etis fiskus dalam sebuah model regresi
berdistribusi normal atau tidak
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expe
cted C
um Pr
ob
Dependent Variable: SEF
Formalitas Gambar 4.1
Berdasarkan Grafik diatas memperlihatkan hasil dari uji normalitas
dengan menggunakan Normality Probability Plot yang menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat disimpulkan
bahwa data dalam penelitian ini sudah terdidtibusi dengan normal atau
sudah memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji heteroskesdatisitas
Grafik Scatterplot dibawah ini merupakan hasil uji
heteroskedastisitas untuk variabel independen yaitu kemampuan
57
intelektual, kecerdsan emosional dan kecerdasan spiritual, dan variabel
dependen yaitu sikap etis fiskus. Berdasarkan uji tersebut menunjukkan
bahwa titik-titik data menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu
pola, baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini berarti
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Dapat disimpulkan
bahwa instrument penelitian memenuhi asumsi homoskedastisitas.
Scatterplot
-3 -2 -1 0 1 2 3 4
Regression Standardized Predicted Value
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
Regre
ssion
Stud
entiz
ed De
leted
(Pres
s) Re
sidua
l
Dependent Variable: SEF
Heterokedastisitas
Gambar 4.2
3. Uji Multikolonieritas
Deteksi terhadap multikolonieritas dapat dilihat dari Variance
Inflation Factor (VIF) dan Tolerance (TOL). Regresi yang bebas dari
problem multikolonieritas apabila nilai VIF < 10 dan tolerance > 10, maka
data tersebut dikatakan tidak ada multikolonieritas.
58
Tabel 4.13 Multikolonieritas
Collinearity Statistics Model
Tolerance VIF
Kemampuan Inteletual
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Spiritual
878
983
876
1.139
1.017
1.142
a. Dependen Variabel: Sikap Etis Fiskus Sumber:data Primer diolah
Berdasarkan analisis diatas bahwa VIF kemampuan intelektual
1.139, kecerdasan emosional 1.017, dan kecerdasan spiritual 1.142. dan
TOL kemampuan intelektual 878, kecerdasan emosional 983, dan
kecerdasan spiritual 876, ini berarti instrument penelitian dapat dianggap
tidak terjadi multikolinieritas atau tepatnya hanya low collnearity
(Stanislaus: 2006). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
didukung oleh teori klasik dan layak dipakai dalam pengujian.
4. Uji hipotesis
a. Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.14 Model Summary b
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 ,507(a) ,257 ,209 2,056 a Predictors: (Constant), KS, KE, KI b Dependent Variable: SEF
Berdasarkan tabel Model Summary diatas diporoleh hasil
bahwa R 0.209, jika disajikan persentasenya adalah sebesar 2.09%.
angka tersebut mempunyai maksud bahwa variabel kemampuan
intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara
59
bersama-sama dapat menjelaskan sebesar 2.09% variabel sikap etis
fiskus. Adapun sisanya sebesar 97.91% (100%-2.09%) dipengaruhi
oleh variabel lain dan tidak termasuk dalam analisis regresi ini. Hal ini
menunujukkan bahwa kemampuan intelektual, kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual dapat memberikan pengaruh fositif terhadap
sikap etis fiskus. Standard Error of Estimate (SEE) 2.056. semakin
kecil SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam
memprediksi variabel dependen.
b. Uji signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Tabel 4.15 ANOVA b
Model Sum of
Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 67,249 3 22,416 5,305 ,003(a) Residual 194,371 46 4,225 Total 261,620 49
a Preda.predictors: (Constant), KS, KE, KI b Dependent Variable: SEF
1) Jika nilai probilitas sig lebih kecil atau sama dengan nilai probilitas
0.05 atau (sig < 0.05), maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya
signifikan (terdapat pengaruh yang nyata).
2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05
atau (sig > 0.05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak
signifikan (tidak terdapat pengaruh yang nyata).
Hasil analisis ANOVA diatas diperoleh F sebesar 5.305 dengan
nilai probabilitas (sig) sebesar 0.003, ini berarti nilai probabilitas sig
lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 atau (0.003 > 0.05). maka
60
terdapat pengaruh secara simultan antara kemampuan intelektual,
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis
fiskus.
c. Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)
Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant
) 11,170 4,218 2,648 ,011
KI ,134 ,089 ,204 1,506 ,139 KE -,006 ,090 -,009 -,072 ,943 KS ,241 ,082 ,401 2,950 ,005
a Dependent Variable: SEF sumber: data Primer diolah
1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas 0.05 atau sig (sig < 0.05), maka Ha diterima dan
ditolak, artinya signifikan (terdapat pengaruh yang nyata).
2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05
atau (sig > 0.05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak
signifikan (tidak terdapat pengaruh yang nyata).
Hipotesis 1: Pengaruh kemampuan intelektual terhadap sikap etis
fiskus.
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel
kemampuan intelektual mempunyai tingkat signifikansi sebesar
0,139. Hal ini berarti menerima Ho1 sehingga dapat dikatakan
bahwa kemampuan intelektual tidak berpengaruh secara
61
signifikan terhadap sikap etis fiskus karena tingkat signifikansi
yang dimiliki variabel kemampuan intelektual lebih besar dari
0,05.
Hipotesis 2: Pengaruh kecerdasan emosional terhadap sikap etis
fiskus.
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel
kecerdasan emosional mempunyai tingkat signifikansi
sebesar 0,943. Hal ini berarti menerima Ho2 sehingga dapat
dikatakan bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap sikap etis fiskus karena tingkat
signifikansi yang dimiliki variabel kecerdasan emosional
lebih besar dari 0,05.
Hipotesis 3: Pengaruh kecerdasan spiritual terhadap sikap
etis fiskus.
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel
kecerdasan spiritual mempunyai tingkat signifikansi
sebesar 0,05. Hal ini berarti menerima Ha3 sehingga dapat
dikatakan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh secara
signifikan terhadap sikap etis fiskus karena tingkat
signifikansi yang dimiliki variabel kecerdasan spiritual
sama dari 0,05.
62
d. Analisis Regresi Berganda
Tabel 4.17 Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 11,170 4,218 2,648 ,011 KI ,134 ,089 ,204 1,506 ,139 KE -,006 ,090 -,009 -,072 ,943 KS ,241 ,082 ,401 2,950 ,005
a Dependent Variable: SEF sumber: data Primer diolah
Variabel kemampuan intelektual menunjukkan bahwa setiap
adanya perubahan satu variabel tingkat kemampuan intelektual maka dapat
menambah sikap etis fiskus, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Afria Lisda (2009), Tikollah dkk
(2006), dan Sri suryaningsum (2003). Perpedaan tersebut kemungkinan
disebabkan oleh oleh beberapa oleh beberapa hal, yakni 1) responden
penelitian, yakni fiskus, 2) variabel penelitian dimana dalam penelitian ini
IQ, EQ dan SQ digabungkan dalam satu penelitian serta ditekankan pada
sikap etis. Pengalaman fiskus yang kurang cukup, banyaknya junior yang
kurang berpengalaman hal ini dikarenakan lamanya mereka bekerja
kurang dati tiga tahun dan kurang pelatihan yang di ikuti oleh fiskus.
variabel kecerdasan emosional menunjukkan bahwa setiap adanya
perubahan satu satuan tingkat kecerdasan emosional maka dapat berkurang
sikap etis fiskus. hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Mora Hernia (2008). Kurangnya rasa untuk
63
mengenali perasaan sesama fiskus dan kurang mengendalikan perasaan
secara mendalam sehingga dapat menyebab berkurang membantu
perkembangan emosi dan akal. Tanpa adanya pengendalian atau
kematangan emosi sangat sulit bagi seorang fiskus untuk bertahan dalam
menghadapi tekanan frustasi, stress dan menyelesaikan konflik yang sudah
menjadi bagian atau resiko profesi dan memikul tanggung jawab seperti
apa yang disebutkan dalam pedoman kode etik.
Koefisien regresi untuk variabel kecerdasan spiritual sebesar
menunjukkan bahwa setiap adanya perubahan satu satuan tingkat
kecerdasan spiritual maka dapat bertambah sikap etis fiskus sebesar hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian Afria Lisda (2009) dan Mora
Hernia (2008) yang menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual berhubungan
positif terhadap sikap etis fiskus. Semakin besar kecerdasan spiritual
seseorang maka semakin baik sikap etika seseorang (fiskus), maka dalam
meningkatkan dengan melakukan diklat-diklat maka orang yang
mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi ditandai dengan sikap
hidupnya yang memiliki kesadaran diri dan kesadaran lingkungan yang
tinggi dan menjunjung nilai-nilai, kejujuran dalam melakukan tindakan.
Berdasarkan penelitian ini bahwa kemampuan intelektual,
kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual dapat akan meningkatkan
sikap etis fiskus tapi terkait dengan kasus Gayus dapat diartikan bahwa
Gayus memiliki kemampuan intelektual dan kecerdasan emosional yang
baik, tetapi kecerdasan spiritual yang rendah menyebabkan sikap etis yang
64
65
buruk atau rendah dengan fakta Gayus melakukan penyimpangan dari
kode etik fiskus yaitu manipulasi data untuk kepentingan pribadi. Dalam
modus yang dilakukan Gayus terdapat unsur-unsur pidana korupsi yang
dilakukan, yaitu: 1) melawan hukum dengan memberika informasi,
menunjukkan cela-celah atau membantu memenangkan wajib pajak dalam
persidangan, 2) memperkaya diri sendiri, 3) merugikan negara, 4)
menyalahgunakan wewenang.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kemampuan intelektua,
kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis fiskus,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai pengaruh kemampuan
intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis
fiskus, yaitu:
1. Hasil uji t ditemukan secara parsial variabel independen (kecerdasan
spiritual) berpengaruh positif terhadap variabel dependen (sikap etis
fiskus), sedangkan variabel kemampuan intelektual dan kecerdasan
emosional tidak berpengaruh terhadap sikap etis fiskus.
2. Hasil uji F ditemukan Kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap
etis fiskus.
3. Kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
merupakan “trio kecerdasan” yang tak terpisahkan dalam kehidupan
seseorang sehingga perlu dikembangakan secara komprehensif dan
proporsional
66
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, berikut ini akan
diuraikan beberapa implikasi yang dianggap relevan dengan nilai penelitian:
1. Implikasi bagi pembentukan dan pengembangan sikap dan perilaku etis
fiskus itu sendiri, upaya pembentukan dan pengembangan sikap dan
perilaku etis tersebut dapat dilakukan dengan pengembangan IQ, EQ, dan
SQ secara komprehensif dan proporsional yang dapat dilakukan melalui
diklat-diklat untuk mengembangkan kecerdasan spiritual dan pelatihan-
pelatihan lembaga untuk lebih profosional. Agar upaya tersebut efektif,
diperlukan suatu strategi tertentu yang dapat dilakukan dengan
pendekatan: 1) intellectual-psychological process, yang diarahkan pada
pengesahan unsure akal pada diri manusia, 2) social interaction process,
yang diarahkan pada pengendalian nafsu dan akal dalam konteks interekasi
sosial, 3) spiritual process, yang diarahkan untuk mencipatakan divine
conciosness pada diri manusia.
2. Saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan analisis di atas, yaitu KPP
Pratama Kramat Jati harus perlu mengembangakan diklat-diklat dan
pengajian untuk membentengi diri dari perbuatan yang melanggar etika.
Diindonesia banyak yang melanggar hukum kode etik seperti korupsi,
manipulasi data, dan lain-lain.
Berdasarkan keterbatasan dan kelemahan yang ada dalam penelitian
ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran diantaranya:
67
68
1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian
yang lebih berkkualitas lagi dengan menganalisis dan menggambarkan
secara deskriptif peran kemampuan intelektual, kecerdasan emosioal dan
kecerdasan spiritual terhadap sikap etis fiskus atau penambahan variabel
lain.
2. Dapat mengembangkan penelitian ini pada dimensi-dimensi lain dari
aspek individual, pada aspek organisasi dan lingkuangan, pada responden
fiskus serta dengan pertautan antar variabel yang bersifat interaksi atau
dengan menambahkan variabel tertentu sebagai variabel modetering
maupun variabel intervening.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar,”Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power: sebuah Inner Journey Melalui Al-ihsan”, Cetakan Pertama, Arga, Jakarta, 2003.
Armansyah.” Intelegency Quotient,Emotional Qoutient, dan Spritual Quotient
dalam Membentuk Perilaku Kerja”,Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis. Azwar, S. “ Pengantar Pskologi Intelegengsi. Cetakan Keempat. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2004 Ahmadi, Abu.”Psikologi Umum”, Rineka Cipta, Jakarta, 2003 Dani, K. “Kamus Lengkap Bahasa Indonesia”. Putra Harsa, Surabaya. 2002. Darmayuwono, Winarno. ”Rahasia Kecerdasan Spritual”, PT. Sangran Paran
Media, Jakarta, 2008. Ghozali, Imam.”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang 2005 Goleman, Daniel,” Emotional Intellegence: Kecerdasan Emosional”, (Mengapa
EI Lebih Penting dari IQ)”, Cetakan Ketujuh Belas, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007.
Golemen,Daniel. “Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi”, Cetakan
Keenam. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Diterjemahkan oleh Alex Tri Kuntjahyo Widodo dari Working with Emotional Intelligence. 2005
Hamid, Abdul.”Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007 Indrianto, Nur, dan Bambang Supomo,” Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta,2002
Ilyas, Wirawan B dan Richard Burton, “Perpajakan Indonesia”, Salemba Empat,
Jakarta, 2003 Lisda, Afria,”Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Perilaku Etis Auditor Serta Dampaknya Pada Kinerja (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Public Jakarta)”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta, Jakarta, 2009.
69
Maryani, T & U. Ludigdo, Survey Atas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Etis Akuntan. Jurnal TEMA 2 (1): 49-62, 2001.
Purwanto M. Ngalim.”Psikologi Pendidikan”, Remaja Roda Karya, Bandung,
2004 Pemerintah RI, “ Undang-Undang RI Nomor 28 tahun 2007 Tentang Perubahan
Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”, Pemerintah RI, Jakarta, 2007.
RM, Rissyo Melandy dan Nurna Aziza,” Pengaruh Kecerdasan Emosional
Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Kepercayaan Diri Sebagai Variabel Pemoderasi”, Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, 2006.
Robins, Stephan P, “ Perilaku Organisasi Konsep Kontrovesi. Aplikasi Jilid i
Penerjemah: Hadyana Pujatmaka dan Benyamin Molan. Penerbit Prenhallindo, Jakarta.
Suandy, Erly, “Hukum Pajak”, Edisi Ketiga, Salemba Empat, Jakarta, 2005 Surat Edaran Nomor: SE-01/PJ.045/2007, Tentang Kebijakan Penagihan Pajak
,Tahun 2007. Sudrajat, Akhmat, “IQ,EQ, dan SQ: Dari Kecerdasan Tunggal Ke Kecerdasan
Majemuk”, artikel ini diakses pada tanggal 5 januari 2009, dari iq-eq-dan-sq-dari-kecerdasan-tunggal-ke- kecerdasan-majemuk.
Sufnawan, Fathul Huda, “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Spritual Auditor
Terhadap Kinerja Auditor dalam Kantor Akuntan Publik”, artikel ini di akses pada tanggal 3 maret 2010 dari eq-sq dari kinerja auditor.
Tikollah, M. Ridwan, Iwan Triwiyono, dan Iwan Triyuwono, dan H. Unti
Ludigdo, “ Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri Di Kota Makasar Provinsi Sulawesi Selatan)”, Symposium Nasional Akuntansi 9, Padang, 2006.
Tim Penyusun Kamus Pusat (Depdiknas), “ Kamus Besar Bahasa Indonesia”,
Dapertemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2007. Trisnawati, Eka Indah dan Sri Suryaningrum. 2003. Pengaruh Kecerdasan
Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Surabaya. Sumposium Nasional Akuntansi VI.
Wibowo, B.S. Sharpehing Our Concept And Tools. Bandung. PT Syamil Cipta
Media. 2002
70
71
Wikipedia, “Pajak” Artikel diakses tanggal 14 september 2009 dari http://id.wikipedia.org/wiki/pajak
Zohar, Danah dan Ian Marshall,” SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spritual Dalam
Berpikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan”, Cetakan Kedua, Mizan, Bandung, 2001
PENGARUH KEMAMPUAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL,
KECERDASAN SPRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS
FISKUS
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM SYHARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner Jakarta, 12 Mei 2010
Kepada Yth.
Bapak/Ibu Responden
Di tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa Program Strata Satu (S1)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya:
Nama : Arsinawati
NIM : 205082000249
Fak/Jur/Smtr : Ekonomi dan Ilmu Sosial/Akuntansi/X
bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh
Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spritual Terhadap Sikap Etis
Fiskus (Studi pada Direktorat Dan Pelayanan Pajak di Jakarta)”.
Untuk itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dengan
mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan sebelumnya saya mohon maaf telah menggangu
waktu bekerjanya. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak
digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/Ibu bekerja, sehingga kerahasiaannya akan saya
jaga sesuai dengan etika penelitian.
Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu merupakan faktor kunci untuk
mengetahui pengaruh Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spritual
Terhadap Sikap Etis Fiskus
Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara hati-hati dan menjawab dengan lengkap semua
pertanyaan, karena apabila terdapat salah satu nomor yang tidak di isi maka kuesioner dianggap
tidak berlaku.
Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan anda, yang penting memilih jawaban yang
sesuai dengan pendapat anda.
Atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab semua pertanyaan
dalam penelitian ini, saya sampaikan terima kasih.
Dosen Pembimbing Hormat saya,
Peneliti
(Rahmawati SE, MM) (Arsinawati)
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : ……………………
Jabatan : ……………………
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Umur : ………… tahun
Pendidikan Terakhir : D3 S1 S2 S3
Pengalaman Kerja : < 1 tahun 1-3 tahun >3 tahun
Berilah tanda silang (X) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaian anda, dimana:
1. Sangat Tidak Setuju (STS) 2. Kurang Setuju (KS)
3. Netral (N) 4. Setuju (S)
5. Sangat Setuju (SS)
Kemampuan Intelektual
No. Keterangan TSS
KS
N S SS
1. Saya berlangganan dan secara sistematis membaca peraturan pajak yang berlaku sekarang.
2. Saya selalu memiliki informasi dan gagasan.
3. Saya adalah orang yang kreatif. 4. Saya dapat menerima saran dan kritik dari
orang lain.
5. Saya selalu berfikir logis dalam setiap hal (tidak emosional).
6.
Saya tidak pernah malu mengakui kekurangan diri saya.
7
Saya suka akan tantangan untuk menyelesaikan persoalan.
8 9
10
Saya selalu membuka pikiran saya terhadap hal-hal baru. Saya tidak pernah mengkritik tanpa memberi solusi. Saya sanggup menyelesaikan masalah saya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Kecerdasan Emosional
No. Keterangan STS
KS N S SS
11. Saya sering merasa khawatir tanpa tahu apa penyebabnya.
12. Saya menyukai diri saya apa adanya dan tahu betul kekuatan diri saya.
13. Saya percaya diri dan mempunyai kemampuan untuk mendapatkan apa yang saya inginkan.
14 Saya tertarik pada pekerjaan yang menuntut saya memberikan gagasan baru.
15. Bila saya menemui hambatan dalam suatu tujuan, saya akan beralih pada tujuan lain karena saya tidak mampu.
16. Saya sering melakukan instropeksi diri untuk menemukan kembali hal-hal penting dalam hidup saya
17. Saya dapat melihat rasa sakit pada orang lain meskipun mereka tidak membicarakannya.
18.
19.
20
Saya merasa dapat mengendalikan hidup saya dengan penuh ketenangan, walaupun dalam kondisi yang tidak menyenangkan Saya kurang sabar menghadapi orang lain terutama yang tidak sesuai dengan pemikiran saya Saya mampu mengorganisasi dan memotivasi suatu kelompok (tim).
Kecerdasan Spiritual
No. Keterangan STS
KS N S SS
21 Saya adalah orang yang rajin beribadah. 22. Saya merasa cinta dan dekat dengan tuhan dalam
hati saya .
23. Saya memiliki keberanian untuk berpendirian pada kebenaran.
24. Saya adalah orang yang jujur. 25. Saya selalu memegang janji yang diamanahkan
kepada saya.
26. Apa yang sudah saya katakana selalu sesuai dengan perbuatan saya.
27. Saya menganut standar etika yang telah ditetapkan (perpajakan).
28. Saya menahan diri untuk tidak melakukan pelanggaran hukum meskipun saya dapat melakukannya tanpa risiko dan kena sangsi.
29. Saya seorang terbuka saat saya berinteraksi dengan orang lain.
Sikap Etis
No. Keterangan STS
KS N S SS
30. Saya mematuhi dan mentaati segala peraturan dalam melaksanakan tugas sebagai aparat pajak (fiskus).
31. Saya selalu melakukan tugas fiskus sesuai dengan surat perintah dari lembaga (perpajakan).
32. Saya selalu mendorong /memotivasi rekan untuk bertanggung jawab dalam melakukan tugas sebagai seorang fiskus.
33. Saya harus senantiasa menjaga penampilan dengan berpakain yang sederhana, sopan, rapi, dan sesuai dengan kode etik.
34.
35
Saya memiliki rasa kebersamaan/kekeluargaan diantara sesama aparat pajak (fiskus). Saya tidak pernah mengadu domba dan menjelek-jelekkan perilaku aparat pajak (fiskus)