PENGARUH KASIH SAYANG ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL
SISWA KELAS IV-V-VI DI MADRASAH IBTIDAIYAH
Written By melly dewi on Kamis, 13 September 2012 | 19.20
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Seperti yang dijelaskan oleh Ngalim Purwanto dalam bukunyaIlmu
Pendidikan,bahwa pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam
pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani
dan rohaninya kearah kedewasaan.[1]Akan tetapi dalam hal mendidik
anak tidak hanya menjadi tanggung jawab guru/pendidik saja,
keluarga juga mempunyai peran yang tidak kalah penting dalam
mendidikk anak, karena orang tua merupakan figur bagi anak dan juga
pengalaman pertama yang diperoleh oleh seorang anak adalah melalui
keluarga (orang tuanya). Hal tersebut selaras dengan pendapat
seorang ahli pendidikan yakni, Ki Hajar Dewantara sebagaimana yang
terdapat dalam bukunya karangan Abu Ahmadi, yang menyebutkan bahwa
pusat pendidikan ada tiga macam yang dikenal dengan Tri Pusat
Pendidikan dan beliau meletakkan keluarga sebagai lembaga
pendidikan utama sebelum menginjak pada lembaga pendidikan
selanjutnya yaitu lembaga pendidikan sekolah, setelah
masyarakat.[2]
Keterlibatan orang tua dalam memberikan bimbingan dan arahan
bagi anak akan sangat menentukan keberhasilan anak pada tahap
selanjutnya, seperti yang dijelaskan oleh para pakar psikologi
seperti John Lock mengatakan bahwa anak itu dibentuk sekehendak
pendidikannya atau dengan kata lain segala kecakapan dan
pengetahuan anak itu timbul dari pengalaman yang masuk melalui alat
inderanya.[3]
Apa yang dijelaskan oleh John Lock di atas, sesuai dengan Hadis
Nabi yang berbunyi:
( )
Artinya: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah sehingga
lisannya dapat mengungkapkan kehedndak dirinya, maka orang
tuanyalah yang menjadikannya sebagai orang Yahudi, Nashrani atau
Majusi(HR. Al-Aswad Ibnu Syurai)[4]
Dari beberapa pendapat di atas sangat jelas bahwa orang tua
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan anak, maka
kemampuan orang tua dalam hal memberikan kasih sayang akan
menyebabkan anak merasa nyaman berada dalam keluarga tersebut,
sehingga anak mempunyai figur dari keluarganya untuk dijadikan
acuan dalam kehidupannya, serta akan termotivasi dalam belajarnya,
karena anak tersebut sudah mendapatkan figur dalam keluarganya,
maka ketika anak itu bergaul dalam lingkungan masyarakat akan
selalu menunjukkan tingkah laku yang baik yang menyebabkan anak
tersebut akan banyak disenangi oleh orang-orang di sekitarnya maka
ia akan merasa gampang dalam menjalin relasi dengan siapapun.
Namun kenyataanya pada masa sekarang ini dampak dari pesatnya
kemajuan di segala bidang, banyak para orang tua yang tadinya dapat
mencurahkan tenaga dan fikirannya dalam mengurus rumah tangga dan
pendidikan anak sudah sangat berkurang, mereka sibuk dengan
pekerjaannya di luar rumah, sehingga tugas untuk mendidik anak
sebagian besar diserahkan pada pihak sekolah.[5]
Kalau kita perhatikan di media-media baik cetak maupun
elektronik banyak tayangan-tayangan yang tidak sepantasnya
dipublikasikan kehadapan umum, karena jika anak melihat
tayangan-tayangan yang tidak sepantasnya tampa didampingi orang
tuanya, nantinya itu akan terpengaruh dan banyak dampak
negatifknya, terutama pada tingkah laku anak, akibat tingkah laku
orang tua yang kurang memperhatikan anak akan menyebabkan tingkah
laku anak kurang terkendali seperti sikap anak yang terlalu
agresif, sikap anak ayang baik terhadap teman sebayanya lebih-lebih
sikap yang kurang baik terhadap gurunya. Kalau di lingkungan
sekolah anak sudah terbiasa bersikap demikian, maka anak tersebut
kurang biasa beremosionalisasi dalam lingkungan masyarakat,
sehingga kedepannya anak tersebut sulit untuk menemukan relasi
dalam hidupnya.
Nah disinilah orang tua berperan sebagai mediator kebudayaan
bagi anak, agar anak punya prinsip yang kokoh sehingga nantinya
tidak sampai terjerumus pada hal-hal yang negatif, akan tetapi
menjdi anak yang peka terhadap lingkungannya serta menjadi anak
kebanggaan keluarga dan bangsa.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Pengaruh Kasih
Sayang Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa di Madrasah
Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin Bungbaruh Kadur Pamekasan. Karena yang
menjadi salah satu pertimbangan peneliti dalam memilih lokasi
peneltian tersebut, di antaranya:Pertama,ingin mengidentifikasi
mengenai Pengaruh Kasih Sayang Orang Tua Terhadap Kecerdasan
Emosional Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin
Bungbaruh.Kedua,karena kedekatan lokasi penelitian dengan
peneliti.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti dapat
mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:
1.Adakah pengaruh kasih sayang orang tua terhadap kecerdasan
emosional siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin Bungbaruh
Kadur Pamekasan?.
2.Seberapa besar pengaruh kasih sayang orang tua terhadap
kecerdasan emosional siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin
Bungbaruh Kadur Pamekasan?
C.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a.Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kasih sayang orang tua
terhadap kecerdasan emosional di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun
Nasyiin Bungbaruh Kadur Pamekasan.
b.Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kasih sayang orang
tua terhadap kecerdasan emosional di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun
Nasyiin Bungbaruh Kadur Pamekasan.
D.Keguanaan Penelitian
Hasil peneletian ini akan memungkinkan memberikan makna pada
beberapa kalangan, antara lain:
1.Bagi sekolah tinggi Agama Islam (STAI) Al-Khairat
Pamekasan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memungkinkan memberikan
kontribusi pemikiran tentang pengaruh kasih sayang orang tua
terhadap kecerdasan emosional siswa dan akan menjadi salah satu
sumber kajian bagi kalangan dosen dan mahasiswa baik sebagai bahan
kajian dalam perkuliahan pendidikan agama islam maupun untuk
kepentingan penelitian yang mungkin mengenai pokok kajiannya ada
kesamaan.
2.Bagi lembaga kususnya para guru
Dengan mengetahui pentingnya kedekatan orang tua terhadap anak,
hal tersebut akan menjadi jalinan kerja sama yang baik antara orang
tua dan guru untuk membantu keberhasilan anak.
3.Bagi orang tua
Sebagai sumbangan pemikiran yang bersifat ilmiah sehingga orang
tua diharapkan lebih mengerti terhadap kebutuhan anak akan kasih
sayangnya.
4.Bagi peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan dalam cakrawala berfikir yang
manyangkut tentang masalah pengaruh kasih sayang orang tua terhadap
kecerdasan emosional siswa, yang nantinya dapat menjadi bekal bagi
peneliti yang akan terjun pada suatu lembaga pendidikan atau bekal
dalam kehidupan keluarga.
E.Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian adalah anggapan dasar yang diyakini
kebenarannya atau dapat diterima oleh peneliti dan tidak memerlukan
penlitian kembali. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suharsimi
Arikunto yang mendefinisikan asumsi dengan sebuah titik pemikiran
yang keberadaanya diterima atas penyelidikan.[6]
Dalam suatu penelitian asumsi merupakan suatu hal yang sangat
penting untuk dirumuskan secara jelas sebelum melangkah pada
pengumpulan data hal ini dimaksudkan:
1.Agar ada dasar yang kokoh bagi masalah yang sedang
diteliti.
2.Untuk mempertegas variabel yang menjadi perhatiannya.
3.Guna menentukan dan merumuskan hipotesis.[7].
Adapun asumsi yang penulis ajukan dalam penelitian adalah:
1. Kasih sayang orang tua merupakan hal yang sangat dibutuhkan
oleh seorang anak, apalagi pada masa anak-anak, karena pada masa
itu merupakan masa pembentukan yang akan menentukan keberhasilan
pada tahap selanjutnya.
2. Kecerdasan emosional meruapakan hal yang harus dimiliki oleh
setiap anak agar anak tersebut bisa berintraksi dengan baik, baik
dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
F.Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan gabungan dari Hipo artinya di bawah dan
Tesis artinya Kebenaran, jadi keseluruhan hipotesis berarti di
bawah kebenaran.Kebenaran yang masih berada di bawah (belum tentu
benar) dan baru diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang telah
disertai dengan bukti-bukti.[8]
Sedangkan hipotesis yang diajukan penulis dalam penelitian ini
adalah Hipotesis Kerja (Ha), jadi: Pengaruh Kasih Sayang Orang Tua
Terhadap Kecerdasan Emosional Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin
Bungbaruh Kadur Pamekasan.
G.Ruang Lingkup Penelitian
1.Ruang lingkup materi yaitu:
a.Tinjauan tentang kasih sayang orang tua.
b.Tinjauan tentang kecerdasan emosional siswa.
c.Pengaruh kasih sayang orang tua terhadap kecerdasan emosional
siswa.
2.Ruang Lingkup Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun
Nasyiin Bungbaruh Kadur Pamekasan.
H.Definisi Istilah
Definisi istilah ini sangat dibutuhkan dalam rangka mengemukakan
pendapat terhadap makna/arti dari beberapa istilah yang ada dalam
judul penelitian tersebut, sehingga nantinya tidak akan terjadi
kesalah pahaman terhadap judul penelitian ini.
Adapun beberapa istilah yang perlu didefinisikan antara
lain:
1. Kasih sayang orang tua adalah suatu keadaan psikologi yang
akan memberikan dampak positif terhadap orang yang merasakannya.
Adapun bentuk-bentuk kasih sayang orang tua adalah bimbingan,
motivasi, perhatian, arahan,, serta hukuman.
2. Kecerdasan emosional adalah bagaimana seseorang dapat bergaul
dengan baik dalam lingkungan keluarga, pendidikan dan masyarakat
serta mempunyai kepekaan dan rasa toleran yang sangat tinggi
terhadap sesama.
Dari defnisi istilah di atas, maka yang dimaksud dengan pengaruh
kasih sayang orang tua terhadap kecerdasan emosional anak adalah
suatu internalisasi perasaan kasih sayang ke dalam diri anak, yang
kemudian dapat memberikan dampak postif bagi perkembangan
kecerdasan emosional anak yang dapat diaktualisasikan dalam bentuk
interaksi dengan baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.
I.KAJIAN PUSTAKA
1.Pengertian Kasih Sayang Orang Tua
Di dalam kamus umum bahasa IndonesiaKasihdiartikan sebuah
perasaan sayang, cinta atau suka. SedangkanSayangdiartikan
kasihan.[9]
Kasih sayang orang tua merupakan kebutuhan paling pokok dan
paling penting bagi anak, dengan adanya kasih sayang tersebut maka
anak akan merasa akrab dan bersahabat dengan orang tuanya. Sehingga
anak tersebut akan terbuka dan jujur dalam mengungkapkan berbagai
persoalan yang mereka hadapi kepada orang tuanya. Akan tetapi yang
perlu diperhatikan orang tua bahwa dalam mewujudkan bentuk kasih
sayang pada anak-anaknya jangan sampai berlebih-lebihan, karena
perhatian dan kasih sayang orang tua melebihi batas akan
menyebabkan menjadi manja dan timbulnya kepuasan dalam diri anak
terhadap keadaan yang ia miliki yang akhirnya memicu keputus asaan
serta kegagalan di masa depannya.
Kasih sayang akan membentuk ruh dan psikologis anak sebagaimana
halnya makanan membentuk tubuh dan fisik. Kekurangan dalam
memberikan makanan akan menimbulkan efek-efek yang negatif terhadap
tubuh, begitu juga kurangnya kasih sayang atau kelebihan dalam
memberikan kasih sayang kepada anak akan membentuk kondisi
psikologis yang tidak seimbang.[10]
Di dalam al-Quran dijelaskan pada surat al-Tahrim sebagai
berikut:
$pkr'tt%!$#(#qZtB#u(#q%/3|Rr&/3=dr&ur#Y$tR!( :6 )
Artinya Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka.[11]
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa kita harus berusaha untuk
memberikan bimbingan, arahan, motivasidengan penuh hikmah dengan
landasan kasih sayang yang sesuai dengan koridor syariah terhadap
keluarga demi terwujudnya keluarga yang sakinah dan selamat dunia
akhirat.
Dan pada dasarnya hubungan pendidikan dalam keluarga adalah
didasarkan atas adanya hubungan kudrati antara orang tua dan anak.
Pendidikan keluarga didasarkan pada perasaan cinta, kasih sayang
yang murni. Rasa cinta dan kasih sayang inilah yang menjadi sumber
kekuatan yang tak kunjung padam dari orang tua untuk memberi
bimbingan dan pertolongan yang dibutuhkan oleh anak.
a.Hubungan Orang Tua dengan Anak
Secara fitrah, sesungguhnya Allah telah meletakkan pada hati
setiap orang tua rasa cinta dan kasih sayang terhadap anak-anak
mereka, perasaan inilah yang mendorong mereka untuk mengasuh,
membimbing dan mendidikanak-anaknya agar kelak menjadi generasi
yang shaleh, yang bisa berbakti kepada kedua orang tua, agama, nusa
dan bangsa. Tanpa perasaan seperti ini tidak mungkin mereka dapat
bersabar atau bersedia bersusah payah, menderita, memikul beban
nafkah yang amat berat dengan bekerja, dan bahkan tak kenal
istirahat.
Bila seorang anak dilahirkan ke dunia dan menemukan kedua orang
tuanya dalam suasana amat harmonis dan rukun, maka anak tersebut
akan tumbuh dan berkembang dalam suasana ketentraman dan
ketenangan, apabila seorang anak menyaksikan bahwa disiplin rumah
tangga dan hubungan kekeluargaan berjalan di atas landasan hukum
Islam. Hal itu akan memberikan pengaruh yang positif terhadap
perkembangan kepribadiannya.
Bila di dalam rumah, si anak menemukan ikatan yang penuh dengan
rasa kasih sayang dimana seorang ibu melakukantugas dan fungsinya
dengan baik, maka hal itu akan memberikan pengaruh yang positif
pula terhadap ketentraman jiwa sianak serta moral dan perilakunya
begitu pula sebaliknya.[12]
b.Bentuk-Bentuk Kasih Sayang Orang Tua
Adapun bentuk-bentuk kasih sayangorang tua menurut Reza
Farhadian, dalam bukunya yang berjudulMenjadi orang tua
pendidikantara lain disebutkan ;
1)Memberikan perhatian dan pengawasan .
Orang tua sebagai guru di lingkungan keluarga hendaknya selalu
memberikan motivasi dalam bentuk perhatian dan pengawasan baik
dalam tingkah laku anak di rumah maupun di lingkungan sekolah dan
masyarakat.
2)Pemrberian bimbingan
Bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada
seseorang agar bisa mengembangkan potensi yang dimiliki, mengenali
dirinya sendiri , mengerti persoalan-persoalan, sehingga mereka
dapat bertanggung jawab tanpa bergantung kepada orang lain.[13]
Jadi yang dimaksud pemberian bimbingan di sini adalah bimbingan
orang tua pada anaknya untuk mencapai keberhasilan belajar sehingga
akan memperoleh hasil yang baik dari kegiatan belajar yang
dilakukan.
3)Memberikan motivasi
Motivasi adalah dorongan yang terang kepada pemenuhan psikis
atau rohaniyah.[14]Jadi motivasi dari orang tua sangat diperlukan
oleh seorang anak yang saatnyaberfungsi sebagai pendorong bagi anak
untuk melakukanhal yang positif.
4)Memberikan nasihat dan teguran
Memberikan nasihatdan teguran merupakan salah satu bentuk kasih
sayang orang tua yang dapat menentukan keberhasilan dalam hidupnya,
karena dengan adanya nasihat orang tua, anak bisa membedakan hal
yang pantas dilakukan dan yang tidak. Oleh karena itu sebagai orang
tua hendaknya memberikan teguran dikala anak melakukan pelanggaran.
Teguran itu hendaknya diberikan kepada anak yang baru satu atau dua
kali melakukan pelanggaran, yang hal itu dapat berupa kata-kata
tetapi dapat juga berupa isyarat seperti pandangan muka yang tajam,
menunjukkan jari dan sebagainya.
Berikut ini, merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian nasihat:
a)Jangan memberikan nasihat disaat suasana hati anak sedang
malas, bingung ataupun gelisah, karena hanya membuat mereka
dipojokkan, akibatnya nasihat menjadi tak berguna dan menimbulkan
rasa benci anak kepada orang tuanya.
b)Pilih suasana hati gembira. Orang tua hendaknya menyiapkan
terlebih dahulu nasihat yang ingin diberikan sampai suasana hati
anak jadi terang dan gembira kembali.
c)Memberikan nasihat lewat cerita. Melalui kreativitas cerita,
anak disadarkan akan kesalahannya, tanpa merasa disalahkan.
d)Tidak terlalu sering memberi nasihat. Karena pemberian nasihat
yang terlalu sering akan mengakibatkan anak menjadi bosan dan kesal
mendengarkan, jika waktunya tidak tepat lebih baik nasihatnya
diterangkan terlebih dahulu.
e)Sebatas kemampuan anak. Jangan memberikan nasihat tentang
suatu yang masih berada di luar jangkauan anak. Jadi di dalam
memberikan nasihat harus disampaikan dengan taraf kemampuan
anak
f)Kembali pada al-Quran dan Hadits. Sesungguhnya di dalam
al-Quran dan Hadits terdapat begitu banyak isi teladan yang harus
disampaikan kepada anak. Bahkan di setiap persoalan kehidupan ini
dapat diberikan landasan ayat dan hadits sebagai pedoman untuk
menyelesaikannya. Orang tua hendaknya meluangkan waktu khusus untuk
mengetengahkan pembahasan ayat dan hadits untuk anak. Kebiasaan ini
akan menimbulkan kecintaan anak padaal-Quran dan Hadits dan memupuk
kebutuhan mereka .[15]
5.Memberikan hukuman
Hukuman adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar
dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa, dan dengan adanya nestapa
itu anak akan menjadi sadar dan berjanji di dalam hatinya, untuk
tidak mengulangi kesalahan lagi.[16]
Sanksi hukuman akan sangat mendukung kemajuan dalam meningkatkan
prestasi belajarnya, bila di rumah orang tua lebih banyak
memberikan nasihat akan masih kurang memperhatikan nasihat-nasihat
tersebut, maka jalan satu-satunya yang harus ditempuh orang tua
adalah memberikan hukuman atau sanksi.
Pemberian hukuman pada anak akan menjadi alat motivasi bila
dilakukan dengan pendekatan edukatif dan bijaksana dalam artian
harus tetap ada rasa kasih sayang serta unsur mendidiknya, agar
tidak menimbulkan pengaruh psikologis dan fisik negatif pada anak,
dengan demikian anak tidak menjadi takut, justru lebih giat dalam
segala hal.
c.Tanggung Jawab Keluarga terhadap Anak
Kehidupan seorang anak dalam keluarga secara alamiah memberikan
adanya tanggung jawab dari pihak orang tua, tanggung jawab ini
didasarkan atas motivasi cinta kasih yang pada hakikatnya juga
dijiwai oleh tanggung jawab moral, secara sadar orang tua mengemban
kewajiban untuk memelihara dan membina anaknya sampai ia mampu
berdiri sendiri (dewasa) baik secara fisik, emosional, ekonomi,
maupun moral. Sedikitnya orang tua telah meletakkan dasar-dasar
untuk mandiri.
Adapun tanggung jawab orang tua terhadap anaknya antara lain
meliputi:
1.Dorongan atau motivasi. Cinta kasih yang menjiwai hubungan
orang tua dengan anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan
rela menerima tanggung jawab dan mengabdikan hidupnya untuk sang
anak.
2.Dorongan atau motivasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi
kedudukan orang tua terhadap keturunannya, tanggung jawab moral ini
meliputi nilai-nilai religius sepritual yang dijiawai ketuhanan
yang maha esa dan agama masing-masaing, disamping didorong oleh
kesadaran memelihara martabat dan kehormatan keluarga.
3.Tanggung jawab emosional sebagai bagian dari keluarga yang
pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan
Negara bahkan kemanusiaan, tanggung jawab emosional ini merupakan
perwujudan kesadaran dan kesatuan keyakinan.[17]
d.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kasih Sayang Orang Tua
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya kasih sayang
orang tua menurut Resa Farhadian dalam bukunyamenjadi orang tua
pendidik,adalah sebagai berikut:
1)Keadaan psikologis orang tua.
2)Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya kasih
sayang.
3)Banyaknya kegiatanorang tua di luar rumah.
4)Pendidikan orang tua.
5)Ketidak harmonisan orang tua.
6)Keadaan ekonomi.
Menurut Farrington (1978: 87-90) dari hasil penelitiannya
menyatakan bahwa: Sikap orang tua yang kasar dan keras, perilaku
orang tua yang menyimpang, dinginnya hubungan antara orang tua dan
anak, antara ayah dan ibu, orang tua yang bercerai, dan ekonomi
lemah, menjadi pendorong utama anak untuk berperilaku agresif,
perilaku pada umur 8 tahun sampai 10 tahun mempengaruhi perilaku
agresif mereka pada umur 17 tahun dan 18 tahun.[18]
2. Pengertian Kecerdasan Emosional
Sebelum menginjak pada definisi atau pengertian kecerdasan
emosional terlebih dahulu peneliti akan menjelaskan tentang
kecerdasan.
Kecerdasan dalam bahasa Inggris disebutIntelegencysedangkan
dalam bahasa Arab disebutal-Dzakimenurut bahasapemahaman atau
kecakapan dan kesempurnaan sesuatu.[19]
Sedangkan para tokoh barat seperti David Weschler memberikan
rumusan tentang kecerdasan sebagai suatu kapasitas umum dari
individu untuk bertindak, berfikir rasional, dan berinteraksi
dengan lingkungan secara efektif. Gardner mendefinisikan tentang
kecerdasan sebagai berikut:
a)Kecerdasan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupannya.
b)Kecerdasan untuk mengembangkan masalah baru untuk
dipecahkan.
c)Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang
bermanfaat di dalam kehidupannya.[20]
Definisi tersebut dilandasi oleh pandangan Gardner yang
didasarkan atas teori multikultural, menurut Gardner ada tujuh
macam kecerdasan:
a)Intellegensi linguistic-verbal
Merupakan kecakapan berfikir melalui kata-kata, menggunakan
bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks.
b)Kecerdasan matematis-logis
Kecakapan untuk menghitung, mengkuantitatif, merumuskan
proposisi dan hipotesis, serta memecahkan perhitungan matematis
yang kompleks.
c)Kecedasan ruang-visual
Merupakan kecakapan berfikir dalam ruang tiga demensi.
d)Kecerdasan kenestetik
Kecakapan melakukan gerakan dan keterampilan, kecekatan fisik
seperti dalam olah raga, atletik, menari, kerajinan tangan dan
lain-lain.
e)Kecerdasan musik
Kecakapan untuk menghasilkan dan menghargai musik, sensitivitas
terhadap melodi, ritme, tangga nada, menghargai bentuk-bentuk
ekspresi musik.
f)Kecerdasan hubungan sosial
Kecakapan memahami atau merespon serta berinteraksi dengan orang
lain dengan tepat, watak tempramen, motivatsi dan kecendrungan
terhadap orang lain.
g)Kecerdasan kerohanian.
Kecakapan memahami kehidupan emosional, membedakan emosi orang,
pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri.
Dari apa yang sudah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kecerdasan adalah suatu potensi yang dimilki oleh seseorang
sebagai bekal dalam kehidupan.
Emosionalisasi itu: Sebagai proses belajar yang membimbing anak
kearah perkembangan kepribadian emosional, sehingga dapat menjadi
anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif.[21]
Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa: kecerdasan emosional adalah kematangan dalam hubungan
emosional terhadap norma-norma kelompok dan moral serta tradisi,
agar ia bisa meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling
berkomunikasi serta bekerja sama dengan baik.
a. Komponen-Komponen yang Mendorong Tumbuhnya Rasa Emosional
Anak
1)Adanya keteladanan
Kecerdasan merupakan metode terbaik dalam pendidikan, apalagi
dalam periode awal masa anak-anak. Keteladanan yang baik pada
periode ini berasal dari ayah dan ibu, kemudian dari anggota
lainnya. Kemampuan anak dalam meniru sesuatu lebih cepat dari apa
yang kita bayangkan. Seorang anak yang sejak bayi sudah hidup dalam
sebuah keluarga yangpenuh wibawa, maka nantinya anak tersebut akan
meniru apa yang telah ia lihat dalam lingkungan keluarga tersebut.
Seorang anak yang melihat kedua orang tuanya bermusyawarah,
berperilaku yang baik, anak tersebut nantinya akan tumbuh dan
berkembang di atas fondasi pemusyawaratan dalam kehidupan
bermasyarakat.
2)Keluarga ideal
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa keharmonisan keluarga
berpengaruh besar terhadap pertumbuhan perasaan anak, serta
pembentukan segi kejiwaanya secara umum. Dalam kenyataanya,
pertumbuhan jiwa anak dapat mempengaruhi perkembangan emosionalnya,
serta aspek-aspek yang lain, karena itu apabila dalam sebuah
keluarga sering terjadi percekcokan hal itu sangat mengganggu pada
keadaan psikologis anak, anak tersebut akan menjadi anak yang
minder, menutup diri dan jarang bergaul dengan orang lain, semangat
bermasyarakat pun sangat tipis, akan tetapi sebaliknya, apabila
dalam sebuah keluarga tersebut harmonis, anak selalu mendapatkan
kasih sayang maka nantinya anak tersebut menjadi anak pemberani,
akan gampang bergaul dengan orang lain dan tentunya anak tersebut
mempunyai semangat bermasyarakat yang tinggi.
3)Bermain Bersama
Bermain merupakan kebutuhan pokok bagi anak, permainan dapat
membantu merealisasikan beberapa aspek dalam kepribadian anak, di
antaranya perkembangan fisik, psikologis, bermasyarakat (emosional)
dan kecerdasan.[22]
b. Langkah-Langkah Pembinaan Emosional Anak
1)Melatih keberanian anak untuk menyampaikan
pendapat-pendapatnya tentang persoalan-persoalan yang dihadapinya
di masa-masa yang akan datang
2)Melatih kepekaan anak terhadap berbagai persoalan dan
problematika yang dihadapi oleh masyarakatnya, sehingga mereka
dapat berinteraksi secara positif dengan berbagai persoalan dan
problematika tersebut.
3)Menjelaskan pendapat-pendapatnya yang salah dan membiarkannya
menerangkan kesalahan tersebut sesuai dengan caranya sendiri,
sehingga ia dapat mengambil keputusan yang pantas dan tidak keluar
dari kerangka berfikir logis.
4)Mengemukakan pendapat orang-orang dewasa dan menjelaskan
keberanian yang ada di dalamnya, berfikir secara sendirinya tentang
bagaimana melakukan keputusan yang benar.
5)Melatih anak untuk berdiskusi secara bebas dan berdialog
dengan terang tentang berbagai persoalan agama Islam dan
problematika keduniaan sehingga anak tersebut merasa rendah diri
ketika harus mencari solusinya, akan tetapi sebaiknya ia akan
memiliki keberanian dalam menyelesaikan persoalanyang ada dan mampu
menjelaskan tentang hal-hal yang benar dan salah dalam persoalan
yang dihadapi tersebut.
6)Mepersiapkan kepribadian anak yang siap secara mantap,
rasional dan spiritual untuk menghadapi persoalan-persoalan di masa
depannya.[23]
3. Pengaruh Kasih Sayang Orang Tua terhadap Kecerdasan Emosional
Anak.
a.Membentuk anak yang berakhlaq mulia
Seorang anak menjalankan kehidupannya di dalam lingkungan
keluarga. Oleh karena itu, keluarga sangat bertanggung jawab dalam
mengajarkan anak tentang berbagi macam perilaku islam. Keluarga
juga bertanggung jawab untuk membekali anak dengan nilai-nilai
pendidikan dan emosional yang baik. Pentingnya peran keluarga juga
dapat dilihat dari sebuah kenyataan bahwa pengalaman pertama dalam
kehidupan anak merupakan fondasi dalam pembentukan kepribadiannya.
Maka di dalam keluarga inilah terbentuknya karakteristik-
karakteristik dan unsur-unsur keperibadian anak yang akan digunakan
secara terus menerus sepanjang hidupnya.
Dari sini sangat diharapkan adanya kerja sama, baik dari pihak
keluarga maupun sekolah dalam rangka pembetukan kepribadian anak.
Nah, apabila pihak keluarga memiliki banyak kesibukan di
tengah-tengah masyarakat, maka penting untuk diingatkan agar mereka
tidak meninggalkan pendidikan anak. Disamping itu pihak keluarga
juga memiliki kewajiban untuk membina anak supaya dapat hidup
berperan aktif dalam menata kehidupan ini, hal tersebut dapat
dilaksanakan dengan cara memperkenalkan anak kepada berbagai
warisan masyarakat yang sejalan dengan ajaran-ajaran islam. Di mana
peninggalan-peninggalan tersebut sangat berkaitan dengan
perilaku-perilaku positif, nilai-nilai yang benar, tradisi-tradisi
islam, prisnsip-prinsip islam dan akhlaq-akhlaq yang mulia.
b.Dampak sikap toleran terhadap sesama manusia
Dampak selanjutnya dari adanya kasih sayang orang tua terhadap
kecerdasan emosional anak adalah: terbentuknya sikap toleran
terhadap sesama manusia, kebesaran dan kekuatan pribadi, kemantapan
dan kesucian dari rasa iri dan dengki serta perasaan yang buruk
akan terkendali. Maka ketika ia berhubungan dengan orang lain akan
didasari oleh sifat menghormati, tenggang rasa, kasih sayang dan
sifat sering memaafkan.
Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa pengaruh kasih sayang
orang tua terhadap kecerdasan emosional anak, merupakan suatu yang
sangat signifikan bagi pertumbuhan dan perkembangan psikolgis anak
yang kemudian dapat mempengaruhi berbagai perilaku anak dalam
kehidupannya. Akan tetapi konsekuensi dari tidak adanya kasih
sayang orang tua terhadap anak-anaknya secara proporsional, maka
akan muncul berbagai sikap-sikap berikut ini:
1)Munculnya kekecewaan psikologis yang biasanya akan berpengaruh
terhadap kondisi fisiknya.
2)Minder dan mudah putus asa
3)Cenderung bersikap tertutup
4)Bersifat egois
5)Kurang memiliki perasaan tenggang rasa
6)Kurang memperdulikan norma berprilaku.[24]
J.Motode Penelitian
1.Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis
korelasional. Dikatakan demikian karena ingin mengetahui hubungan
antara dua variabel. Ada dua variabel yang nampak dalam penelitian
ini, yaitu Kasih Sayang Orang Tua. Sebagai variabel bebas, dan
Kecerdasan Emosional Siswa sebagai variabel tergantung. Kedua
variabel tersebut dirinci menjadi sub-sub variabel.
Identifikasi dan klasifikasi varibel tersebut meliputi:
a)Kasih sayang orang tua, sebagai variabel bebas, terdiri dari
sub variabel: arahan, bimbingan, perhatian, teguran dan hukuman
b)Kecedasan emosional siswa, sebagai variabel tergantung,
ditandai dengan: toleran, responsif, menghargai, dan menerima.
Urgensi variabel X (kasih sayang orang tua) terhadap valriabel Y
(kecerdasan emosional) tersebut dapat ditinjau pada gambar
berikut:
XY
Keterangan:
X : Ksaih sayang orang tua
Y : Kecerdasan emosional
2.Populasi dan Sampel
a.Populasi
Yang dimaksud dengan populasi adalah jumlah keseluruhan
responden yang akan diteliti. Kedudukan objek sangat penting dalam
penelitian, karena tidak ada penelitian tanpa objek. Hal ini sesuai
dengan apa yang telah dikemukakan oleh Sutrisno Hadi tidak ada
risearch (penelitian) pun tanpa objek. Sebab itu wajar sekali jika
penentuan objek atau pokok persoalan menjadi langkah yang
pertama.[25]
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV, V dan VI
Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin Bungbaruh Kadur Pamekasan
tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 142
b.Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti.[26]Penentuan sampel ini dipakai mengingat jumlah
populasinya besar yakni 36 orang. Hal tersebut merujuk pada
pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan Untuk sekedar
ancer-ancer apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil
semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika populasinya besar dapat diambil antara 10-15% atau
20-25% atau lebih.[27]
Merujuk pada pendapat di atas, maka dalam penemuan sampel ini
penulis mengambil 25% dari populasi yang ada yaitu dari jumlah 142
menjadi 36. maka sampel dalam penelitian ini adalah 36 siswa.
Mengenai teknik penemuan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini, adalah melalui teknikProportional stratified random
sampling.Penggunaan teknik sampling tersebut karena yang diteliti
adalah siswa yang terdiri dari kelas-kelas yaitu kelas IV, V dan
VI
c.Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam pengumpulan data
penelitian, adalah sebagai berikut:
1)Metode observasi
2)Metode interview
3)Metode dokumentasi
4)Metode angket
3.Metode Observasi
Yang dimaksud obervasi adalah sebagai pengamatan dengan
sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki.[28]
Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data secara
pasti melalui pengamatan peneliti sendiri, sehingga memungkinkan
untuk memperoleh data yang benar-benar objektif. Semua metode
mempunyai kekurangan dan kelebihan sama halnya dengan metode
observasi. Adapun kekuarangan dan kelebihan metode observasi adalah
sebagai berikut;
a.Kelemahan Metode Observasi
1)Kadangkala pengamatan terbawa situasi yang diamati sehingga
melupakan fungsinya yang utama
2)Timbulnya gejala yang diobservasi sering menyulitkan pengamat.
Terutama kalau gejala itu sulit dipastikan kapan munculnya.
3)Bahwa pelaksanaan observasi menjadi sering terganggu akibat
dari munculnya peristiwa lain yang tak terduga.
4)Pelaksanaan observasi amat terbatas, oleh berlangsungnya
gejala tersebut, dan ini sangat menyulitkan karena ada beberapa
gejala yang berlangsung amat cepat atau sekejap mata tetapi ada
gejala lain yang berlangusng amat lama.
5)Kadangkala tanpa disadari pengamat mencampur adukkan antara
data observasi dengan data pribadi.[29]
Adapun cara mengatasi kelemahan metode observasi adalah sebagai
berikut:
1)Mengadakan pendekatan mengenai maksud observasi kepada yang
diobservasi
2)Mencegah adanya saling curiga antara yang mengobservasi dan
diobservasi.
3)Mencatat secara teliti gejala-gejala yang akan diselidiki
sehingga dalam observasi memperoleh sifat-sifat yang khusus.
4)Dapat dibantu dengan metode interview, mengenai hal-hal yang
belum dapat dalam observasi
5)Menentukan objek, tujuan, metode yang dapat mengubah
observasi.[30]
b.Kelebihan metode observasi :
1)Dapat langsung berhadapan dengan objek dan peristiwa yang
sedang terjadi
2)Memungkinkan pencatatan yang serampak dengan terjadinya suatu
gejala.
3)Tidak tergantung kepadaself preport.
4)Dapat memungkinkan memperoleh data yang belum diperoleh dalam
metode penyelidikan yang lain.
5)Dapat memperoleh data yang kongkrit dalam
penyelidikan.[31]
4.Metode Interview
Menurut M. Bungin, bahwa metode interview adalah sebuah proses
memperoleh data keterangan untuk tujuan penelitian. Dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
responden atau orang-orang yang diwawancarai.[32]
Ditinjau dari pelaksanaanya wawancara dapat dibedakan atas:
1)Interview bebas (inguided interview) dimana pewawancara bebas
menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan
dikumpulkan, dalam hal ini pewawancara tidak membawa pedoman atau
ancer-ancer apa yang akan ditanyakan, sehingga arah pertanyaan
kadang-kadang kurang terkendali namun dalam metode ini suasana
interview lebih santai karena responden tidak menyadari sepenuhnya
bahwa dia sedang diinterview.
2)Interview terpimpin (guided interview)yaitu interview yang
diadakan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan
lengkap dan terperinci sama halnya interview terstruktur.
3)Interview bebas terpimpin yaitu interview yang merupakan
kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin, dalam
pelaksanaanya pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan
garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.[33]
Dengan motode interview penulis menggunakan metode interview
secara bebas terpimpin alasannya karena penulis ingin mendapatkan
data secara objektif. Dalam hal ini juga penulis lakukan secara
pribadi.
a.Kebaikan Metode Interview
Adapun kebaikan metode interview adalah:
1)Tidak dibatasi oleh tingkatan umur dan tingkatan pendidikan
subjek yang diselidiki.
2)Dalam research emosional metode ini hampir tidak pernah
ditinggalkan sebagai metode pelengkap.
3)Dengan unsur fleksibilitas atau keluasan yang dikandungnya
metode ini cocok sekali untuk digunakan sebagai kritum (alat
falifikasi) terhadap data yang diperoleh dengan jalan observasi,
guisenir dan lain-lain.
4)Dapat diselenggarakan sambil mengadakan observasi
b.Kelemahana Metode Interview
Adapun kelemahan motode interviewadalah:
1)Terlalu banyak memakan waktu, tenaga dan biaya
2)Jalan dan isi interview sangat mudah dipengaruhi oleh
keadaan-keadaan sekitar yang memberikan tekanan-tekanan yang
mengganggu.
3)Tidak dapat dipergunakan untuk pengecekan yang efisien.
4)Memerlukan keahlian, karena semua orang dapat melaksanakan
interview yang baik.
5)Kebanyakan penyelidikan mempunyai prasangka terlebih dahulu
sehingga data yang diperoleh kurang objektif.[34]
Usaha-usaha untuk mengatasi kelemahan metode interview:
1)Penyelidikan harus menimbulkan kerja sama dan suasana yang
bebas dan menyenangkan.
2)Semua pihak atau responden didekati sedemikian rupa agar
pelaksanaan interview memperoleh hasil seperti yang diharapkan.
3)Dalam interview harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti.
4)Mempersiapkan terlebih dahulu daftar jawaban sehingga nanti
tinggal memberi kode
5)Waspada dengan adanya kemungkinan dalam interview bisa
memperbesar masalah.[35]
5.Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang
tertulis, dalam metode dokumentasi ini, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya.[36]
6.Metode Angket (koesioner)
Menurut Suharsimi Arikunto, metode angket atau koesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-hal ia ketahui.[37]
Metode ini dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung sudut
pandangnya:
a.Dipandang dari cara menjawab, antara lain:
1)Koesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden
untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.
2)Koesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih
bDipandang dari jawaban yang diberikan, sebagai berikut:
1)Koesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang
dirinya
2)Koesioner tidak langsung, jika responden menjawab tentang
orang lain.
c.Dipandang dari bentuknya, antara lain:
1)Koesioner pilihan ganda, yaitu sama dengan koesioner
tertutup.
2)Koesioner isian, yang dimaksud adalah koesioner terbuka
3)Chek list,sebuah daftar dimana responden tinggal menghubungkan
tanda chek () pada kolom yang sesuai.
4)Rating scale(skala bertingkat) yaitu sebuah pertanyaan diikuti
oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan, misalnya: mulai dari
sangat setuju samapi yang sangat tidak setuju.[38]
Metode angket ini adalah metode pokok yang digunakan dalam
rangka untuk memperoleh data pokok dan responden, yang mana siswa
sebagai responden utama dalam penelitian ini. Semua data yang akan
diperoleh dari metode selain angket adalah berstatus sebagai data
penunjang, sedangkan data pokoknya adalah data yang diperoleh
melalui data angket. Sudah barang tentu pada metode angket ini
terdapat segi objektif disamping segi-segi objektif khasnya.
a)Kelebihan Metode Angket
1)Tidak memerlukan hadirnya peneliti
2)Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
3)Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya
masing-masing dan menurut waktu senggang responden
4)Dapat dibuat terstandart sehingga bagi semua responden dapat
diberi pertanyaan yang benar-benar sama
b)Kelemahan Motode Angket
1)Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehinggan ada
pertanyaan yang terlewati tidak dijawab padahal sukar dilindungi
diberikan kembali kepadanya.
2)Sering sukar dicari validitasnya.
3)Walaupun dibuat anonym, kadang-kadang responden dengan sengaja
memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
4)Seringkali tidak kembali terutama jika dikirim lewat pos,
menurut peneltian angket yang diberikan lewat pos angka
pengembaliannya sangat rendah hanya sekitar 20%
5)Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama bahkan kadang-kadang
ada yang terlalu lama, sehingga terlambat.
Adapun cara mengatasinya yaitu:
1)Supaya jawaban yang diperoleh tetap, terlebih dahulu harus
ditetapkan pokok masalahnya.
2)Pertanyaan-pertanyaan harus disusun sebaik-baiknya, jelas,
tegas dan terbatas serta mudah dimengerti.
3)Sebarkan angket seluas-luasnya sehingga memperoleh jawaban
yang sebanyak-banyaknya.
4)Berilah kesempatan untuk memberi jawaban sejelas-jelasnya yang
mengharapkan menjawab secara singkat hingga jelas.[39]
7.Pengumpulan Data
a.Pengumpulan data melalui observasi
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam metode observasi
ini, adalah:
1)Peneliti mendatangi tempat atau lokasi yang dijadikan obyek
penelitian.
2)Peneliti mengamati berbagai aktivitas siswa yang berhubungan
dengan kasih sayang orang tua terhadap kecerdasan emosional
siswa
3)Peneliti mencatat hasil pengamatan
b.Pengumpulan data melalui interview
Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1)Peneliti membuat pedoman wawancara secara terstruktur
2)Peneliti mendatangi responden dan memberikan pertanyaan yang
telah disiapkan oleh peneltiti
3)Peneliti mencatat jawaban responden.
c.Pengumpulan data melalui dokumentasi
Dalam hal ini, langkah-langkah yang dilakukan peneleti
adalah:
1)Peneliti mendatangi kepala madrasahuntuk mendapatkan data yang
berhubungan dengan arsip-arsip tentang guru dan siswa serta
fasilitas yang ada
2)Peneliti memegang chek list untuk mencatat variabel yang telah
ditentukan sehingga jika terdapat variabel yang dicari peneliti
tinggal membubuhkan tanda chek pada tempat yang sesuai.
d.Pengumpulan data melalui angket
Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
1)Peneliti mengumpulkan responden untuk memberikan penjelasan
tentang tata cara pengisian angket
2)Peneliti memberikan angket kepada responden
3)Peneliti mengambil kembali angket dari responden sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
8.Analisis Data
Analisis adalah metode yang bertujuan untuk membuktikan benar
tidaknya suatu hipotisa yang peneliti ajukan dalam skripsi ini.
Dari hasil yang diperoleh dalam penyelidikan dan dengan analisa
data menggunakan cara-cara tertentu akan memberikan interpretasi
dan kemudian melaporkan hasil atau pengumpulan data yang
diperlukan.
Metode analisa data yang dipergunakan adalah metode korelasi
product moment, melukiskan hubungan antar dua gejala interval
seperti: tinggi badan dan berat badan, gejala interval adalah
menggunakan skala pengukuran jarak yang sama.[40]Adapun rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
r xy =
Keterangan:
= Jumlah hasil perkalian silang (Produck ofthe moment)
antara:
frekuensi sel (f) dengan x1dan y1
Cx1= Nilai koreksi pada variabel x yang dapat dicari/diperoleh
dengan
rumus C x1=
Cy1= Nilai koreksi pada variabel x.y dapat dicari/diperoleh
dengan
rumus C y1=
MIx1= Defiasi standart skor x adalah arti tiap skor sebagai satu
unit
(dimana i=1)
MIy1= Defiasi standart skor y dalam arti tiap skor sebagai satu
unit
(dimana i=1)
N= Number of case.[41]
[1]Ngalim Purwanto,Ilmu Pendidikan Teori dan Praktis(Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1994) hlm., 10
[2]Abu Ahmadi dan Nur Ubudillah,Ilmu Pendidikan(Jakarta: Renika
Cipta, 2001) hlm., 117
[3]Purwanto,Ilmu Pendidikan,hlm, 61
[4]Sayyid Ahmad Al-Hasyimi,Syarah Mukhtaral Hadits(Bandung:
Sinar Baru, 1993) Hlm., 669-670
[5]Ibid, hlm.,61
[6]Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998) hlm., 61
[7]Suharsimi Arikunto,Manajemen Penelitian(Jakarta: Rineka
Cipta, 2000) hlm., 57
[8]Ibid.
[9]W.J.S. Poerwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia(Jakarta:
Balai Pustaka, 1995? Hlm., 878
[10]Reza Farhadian,Menjadi Orang Tua Pendidik(al-Huda, 2005)
hlm., 64
[11]Departemen Agama,al-Quran dan Terjemahannya(Jakarta: Sari
Agung, 2000) hlm., 1143-1144
[12]Khairiyah Husain Thaha, iKonsep Ibu Teladan Kajian
Pendidikan Islam (Surabaya: Risalah Gusti, 1992) hlm, 93-95
[13]Dewa Ketut Sukardi,Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah(Suranaya: Usaha Nasional, 1983) hlm, 65
[14]Nana Syaodih Sukmadinata,Landasan Psikologi Proses
Pendidikan(Bandung: Remaja Rosdakarnya, 2004) hlm, 61
[15]Aziz Mushaffa,Mendidik Buah Hati dengan Cinta(Surabaya:
Pustaka Setia, 2004) hlm., 189-196
[16]Amin Dien Indra Kusuma,Pengantar Ilmu Pendidikan(Surabaya:
Usaha Nasional, 1973) hlm., 147
[17]Ahmad Patoni,Dinamika Pendidikan Anak(Jakarta: Bina Ilmu,
2004) hlm., 114
[18]M. Soehib,Pola Asuh Orang Tua dalam MembentukAnak
Mengembangkan Disiplin Diri(Jakarta: Rineka Cipta, 1998) hlm.,
5
[19]Abdul Mudjib,Nuansa-nuansa Psikologi Islam(Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2000) hlm., 317
[20]Sukmadinata,Landasan Psikologi,hlm, 96
[21]Samsu Yusuf,Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja(Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2002) hlm., 123
[22]Khatib Ahmad Santht,Menumbuhkan Sikap Emosional, Moral dan
Spritual Anak dalam Keluarga Muslim(Yogyakarta: Mitra Pustaka,
1998) hlm., 33-38
[23]Syaikh Fuhaim Mushthofa,Mnhaj Pendidikan Anak Muslim(Kampung
Melayui Kecil, Mustaqim, 2003) hlm., 53-54
[24]Yusuf,Psikologi Perkembangan,hlm., 126
[25]Sutrisno Hadi,Metodologi Risearch Jilid(Yogyakarta: Andi
Ofset, 1990) hlm., 9
[26]Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Prkatis( Jakarta: Bhineka Aksara, 1998) hlm., 117
[27]Ibid, hlm., 120
[28]Hadi,Metodologi Research,hlm., 7
[29]Burhan Bunngin,Metodogi Penelitian Kuantitatif(Jakarta:
Prenade Media, 2005) hlm., 143-144
[30]Arikunto,Prosedur Penelitian,hlm., 146-147
[31]Bungin,Metodologi Penelitian,hlm., 145
[32]Ibid, hlm., 126
[33]Arikunto,Prosedur Penelitian,hlm., 145-146
[34]Bungin,Metodologi Penelitian,hlm., 146
[35]Bungin,Metodologi Penelitian,hlm., 130-132
[36]Arikunto,Prosedur Penelitian,hlm., 149
[37]Ibid, hlm., 140
[38]Ibid, hlm., 141
[39]Ibid, hlm., 142-143
[40]Sutrino Hadi,Metodologi Riseach Jilid III(Yogyakarta: Andi
Ofset, 1989) hlm., 272
[41]Anas Sudijijono,Pengantar Statistik Pendidikan(Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1997) hlm., 212