Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri- industri sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk bebagai macam instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk uang, ekuitas dan instrument derivatif. Adanya pasar modal memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik, karena tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang tertentu. Penyebaran kepemilikan yang luas akan mendorong perkembangan perusahaan yang transparan. Pasar modal juga merupakan jembatan untuk
234

pengaruh insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

Aug 05, 2015

Download

Documents

Rian Aryana
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan berbagai macam cara,

salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan

industri-industri sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal (capital market)

merupakan pasar untuk bebagai macam instrument keuangan jangka panjang yang

bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk uang, ekuitas dan instrument derivatif.

Adanya pasar modal memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang

sehat dan berprospek baik, karena tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang tertentu.

Penyebaran kepemilikan yang luas akan mendorong perkembangan perusahaan yang

transparan. Pasar modal juga merupakan jembatan untuk mendistribusikan

kesejahteraan kepada masyarakat, khususnya kepada pemegang surat berharga

perusahaan, karena pemegang saham akan mendapatkan dividend dan atau capital

gains.

Salah satu jenis perusahaan yang menerbitkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia

(sebagai lembaga yang terlibat di pasar modal) untuk mendapatkan dana adalah

perusahaan Manufaktur khususnya perusahaan Otomotif, seiring dengan

berkembangnya jaman maka semakin tinggi pula gaya hidup dan kebutuhan manusia

Page 2: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

2

yang semakin kompleks salah satunya seperti kebutuhan akan alat transportasi,

dengan semakin tingginya kebutuhan akan alat transportasi maka akan diikuti pula

oleh tingginya permintaan masyarakat akan produk otomotif. Dari sini bisa dilihat

bahwa produk otomotif sangatlah penting dan dibutuhkan untuk masyarakat luas,

sehingga kecenderungan perusahaan otomotif untuk survive sangat besar meskipun

terkena dampak krisis moneter.

Bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, secara otomatis akan

meningkatkan jumlah permintaan terhadap produk otomotif. Dalam kondisi ini,

perusahaan otomotif tentu akan mengambil langkah-langkah tertentu untuk

memenuhi peningkatan permintaan terhadap produk otomotif tersebut, misalnya

dengan meningkatkan kapasitas produksi, mengadakan ekspansi perusahaan,

perluasan jaringan distribusi serta usaha-usaha lain yang semuanya itu membutuhkan

dana yang tidak sedikit. Salah satu cara bagi perusahaan untuk dapat memenuhi

kebutuhan dananya adalah dengan menjual sahamnya di pasar modal (Bursa Efek)

yang lebih dikenal sebagai go public.

Perusahaan otomotif lebih dipilih oleh peneliti karena industri otomotif

mempunyai prospek yang sangat menguntungkan dan saat ini sedang menghadapi

persaingan yang cukup tinggi serta selalu mengikuti perkembangan teknologi yang

cepat.

Salah satu perusahaan otomotif yang mempuyai prospek yang baik yaitu PT

Astra International Tbk. Pada semester pertama tahun 2010 membukukan laba bersih

Page 3: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

3

sebesar Rp 6,4 triliun naik sebesar 52,38% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar

Rp 4,2 triliun. (http://bisnis.vivanews.com)

Berdasarkan fakta tersebut tentu akan membuat investor tertarik untuk

menanamkan modalnya dalam perusahaan yang menghasilkan laba yang tinggi.

Karena dengan laba yang tinggi, investor mengharapkan pengembalian yang lebih

besar dari investasinya yang berupa deviden. namun tidak semua perusahann yang

membagikan keuntungannya sebagai dividen, tergantung kebijakan dividen

perusahaan tersebut dan beberapa faktor yang mempengaruhi.

Kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan apakah laba yang diperoleh

dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk

laba ditahan (retained earning) guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.

Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai deviden maka akan

mengurangi laba ditahan yang selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau

internal financing. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang

diperoleh maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.

Persentase laba yang dibayarkan perusahaan dalam bentuk dividen tunai pada

pemegang saham disebut dengan rasio pembayaran dividen atau yang sering disebut

Dividen Payout Ratio.

Di beberapa perusahaan kebijakan penentuan dividen juga dipengaruhi peran

pendiri yang masih tampil sebagai pemegang saham mayoritas. Hal yang hampir

sama juga sering terjadi di perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

Page 4: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

4

kebijakan dividennya kerap sudah ditentukan dari atas, yakni oleh pemerintah Tim

BEI sebagai pemegang saham mayoritas ( http://www.seputar-indonesia.com).

Selain BUMN, perusahaan-perusahaan besar yang sudah mature biasanya juga

rajin membagikan dividen. Selain laba bersih perusahaan ini tinggi, perusahaan yang

sudah mature seperti ini biasanya juga tidak membutuhkan dana yang besar untuk

ekspansi. Di Indonesia, perusahaan yang terkenal rajin membagikan dividen adalah

Muti Bintang Indonesia (MBI), Bristol-Myers Squibb Indonesia (MBSI), Merck dan

Astra International (SWA Digital - Indonesia Business Data & Solution Center).

Kebijakan pembayaran dividen memiliki pengaruh bagi pemegang saham dan

perusahaan yang membayar dividen. Para pemegang saham umumnya menginginkan

pembagian dividen yang relatif stabil karena dengan stabilitasnya deviden akan

meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan sehingga

mengurangi ketidakpastian pemegang saham dalam menanamkan dananya ke dalam

perusahaan.

Menurut sudut pandang manajemen keuangan, tujuan perusahaan adalah

memaksimumkan kesejahteraan pemilik (stockholders) melalui keputusan atau

kebijakan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan dividen yang tercermin

dalam harga saham di pasar modal. Dalam mencapai tujuan tersebut, banyak

stockholders yang menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada pihak professional

yang diberi tanggung jawab untuk mengelola perusahaan, yang disebut manajer.

Perusahaan yang dikelola oleh para manajer diharapkan oleh pemilik (stockholders)

Page 5: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

5

untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi dan memberikan keuntungan tersebut

kepada pemilik sebagai konsekuensi modal yang telah diberikan pada perusahaan.

Dalam keputusan pembagian dividen perlu dipertimbangkan kelangsungan hidup

dan pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian laba tidak seluruhnya dibagikan

kedalam bentuk dividen namun perlu disisihkan untuk diinvestasikan kembali. Besar

kecilnya dividen yang akan dibayarkan perusahaan tergantung pada kebijakan dividen

dari masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen pada RUPS

sangat diperlukan. Dengan demikian, perlu bagi pihak manajemen untuk

mempertimbangkan faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi kebijakan

dividen yang akan ditetapkan perusahaan.

Kebijakan dividen terkait juga dengan hubungan antara beberapa pihak yang

saling berbeda kepentingan, yaitu antara kepentingan pihak pemegang saham,

kreditor dan pihak perusahaan sendiri, serta manajer dengan para pemegang saham

(stockholders). Pihak perusahaan yang diwakili oleh para manajer seharusnya

bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik namun manajer sering

mempunyai tujuan lain yang bertentangan dengan tujuan utama tersebut sehingga

menimbulkan konflik kepentingan antara pihak manajemen dan pemegang saham.

Serta dalam hubungannya antara pemegang saham dan kreditor, cenderung

memunculkan konflik bila manajer berinvestasi pada tingkat resiko yang lebih tinggi

dari tingkat resiko yang diperkirakan oleh kreditor. Semakin tinggi resiko yang

diambil oleh manajer dengan harapan bahwa semakin tinggi pula tingkat

pengembalian atas investasi maka hal ini akan lebih menguntungkan pihak pemegang

Page 6: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

6

saham dibanding kreditor. Konflik-konflik tersebut dikenal sebagai masalah keagenan

(agency conflict). Perbedaan kepentingan inilah yang menyebabkan munculnya

masalah keagenan.

Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan akan

rentan terhadap konflik keagenan. Penyebab konflik antara manajemen dengan

pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan

aktivitas pencarian dana (financing decision), dan pembuatan keputusan yang

berkaitan dengan cara untuk menginvestasikan dana tersebut. Selain itu, agency

conflict akan terjadi apabila proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan

kurang dari 100%, sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar

kepentingan dirinya dan sudah tidak berdasar maksimalisasi nilai perusahaan dalam

pengambilan keputusan (Jensen dan Meckling dalam Triani Pujiastuti, 2008).

Konflik kepentingan antara manajemen dan pemegang saham dapat

diminimalkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan

kepentingan-kepentingan tersebut. Dampak dari adanya mekanisme pengawasan

maka akan menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency cost. Menurut Jensen

dan Meckling dalam Triani Pujiastuti, (2008), biaya agensi yang timbul merupakan

tanggung jawab stockholder (pemegang saham). Ada beberapa alternatif untuk

mengurangi agency cost yaitu : pertama, dengan meningkatkan kepemilikan saham

perusahaan oleh pihak manajemen (insider ownership) sehingga dapat menyejajarkan

kepentingan pemilik dengan manajer, kedua, dengan meningkatkan dividend payout

ratio (DPR) sehingga tidak tersedia banyak free cash flow dan manajemen terpaksa

Page 7: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

7

mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya, ketiga, meningkatkan

pendanaan dengan hutang. Dengan penggunaan hutang maka perusahaan harus

melakukan pembayaran periodik atas bunga dan pokok pinjaman. Hal ini dapat

mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan free cash flow guna membiayai

kegiatan yang tidak optimal (Jensen et al., dalam Pandu, 2006), keempat, dengan

mengurangi distribusi saham (shareholder dispersion) pemegang saham (Alli et al.,

dalam Mollah et al., 2000). Jika jumlah saham dipegang oleh sedikit pemegang

saham maka kepemilikan akan lebih terkonsentrasi dan pemegang saham cenderung

semakin mudah untuk mempengaruhi perilaku manajer, sehingga mengurangi agency

costs.

Kemudian untuk mengurangi konflik antara pemegang saham dengan kreditor

dimana pemegang saham dapat mengambil keuntungan dari kreditor melalui dividen

yang dibayarkan, kreditor mencoba mengatasi masalah ini melalui pembatasan

pembayaran dividen. Perusahaan yang memegang lebih banyak aset yang dijaminkan

(collateralizable assets) mempunyai lebih sedikit agency costs antara pemegang

saham dengan kreditor karena aset ini dapat berfungsi sebagai pinjaman kolateral

(Titman dan Wassel dalam Pndu 2006)

Dari penjelasan mengenai munculnya permasalahan agensi, biaya agensi dan

mekanisme untuk mengurangi biaya agensi diatas, maka telah banyak penelitian-

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variable-variabel konsep yang dapat

membentuk agency cost dan menggambarkan lebih jelas pengaruh variabel-variabel

tersebut dalam dividend payout ratio perusahaan. Karena agency costs tidak dapat

Page 8: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

8

diobservasi secara langsung maka dibutuhkan proksi yang diperkirakan

mempengaruhi agency costs. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel

sebagai proksi agency costs yang terkait dalam teori agensi seperti insider ownership

(kepemilikan manajerial), dispersion of ownership (penyebaran kepemilikan), free

cash flow (aliran kas bebas) dan collateralizable asset (jaminan aset).

Masalah keagenan banyak dipengaruhi insider ownership yaitu pemilik

perusahaan sekaligus menjadi pengelola perusahaan, semakin besar jumlah insider

ownership maka akan semakin kecil konflik kepentingan antara pemegang saham dan

pihak manajemen (Demsey dan Laber dalam Iwan, 2007).

Mekanisme pengawasan lain yang perlu dipertimbangkan yaitu proporsi

kepemilikan saham pemegang saham di perusahaan. Jika jumlah pemegang saham

semakin menyebar, akan menyebabkan kekeuatan (power) para pemegang saham

untuk mengontrol manajemen menjadi lebih rendah, sehingga mereka sulit untuk

melakukan kontrol terhadap perusahaan.

Masalah keagenan juga muncul karena perusahaan menghasilkan arus kas bebas

(free cash flow) yang sangat besar. Yang dimaksud arus kas bebas adalah kas

perusahaan yang dapat di distribusi kepada kreditor atau pemegang saaham yang

tidak digunakan untuk modal kerja (working capital) atau investasi pada aset tetap

(Ross et al dalam Wahyu, 2011).

Konflik kepentingan yang terjadi pada pemegang saham dan kreditor tentang

permasalahan pembayaran dividen dapat diminimalkan melalui jaminan aset

(collateralizable assets). Collateralizable Assets mencerminkan besarnya nilai aktiva

Page 9: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

9

tetap perusahaan pada akhir tahun laporan keuangan yang dapat digunakan untuk

memperoleh pinjaman.

Banyak studi yang telah dilakukan mengenai pengaruh biaya agensi terhadap

dividend payout ratio, tetapi beberapa penelitian tersebut menunjukkan hasil yang

berbeda. Penelitian ini bermaksud untuk melakukan studi lebih lanjut melalui

pengujian kembali (replication extention) atas penelitian Triani Pujiastuti (2008).

Alasan untuk melakukan pengujian kembali adalah peneliti ingin mengetahui apakah

jika dilakukan penelitian ulang dengan menggunakan sampel dan periode yang

berbeda, hasil penelitian ini akan konsisten dengan penelitian sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas, maka penulis tertarik

untuk mengetahui hubungan variabel-variabel tersebut dengan mengambil judul:

“PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, DISPERSION OF OWNERSHIP,

FREE CASH FLOW DAN COLLATERIZABLE ASSETS TERHADAP

KEBIJAKAN DIVIDEN”

(Pada Perusahaan Automotive dan Allied Product yang Terdaftar di BEI Tahun

2005-2010)

Page 10: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

10

1.2 Identifikasi Masalah

Beradasarkan latar belakang penelitian diatas, dapat diidentifikasikan masalah

pokok dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana insider ownership di Perusahaan Automotive dan Allied Product

yang terdaftar di BEI tahun 2005-2010.

2. Bagaimana dispersion of ownership di Perusahaan Automotive dan Allied

Product yang terdaftar di BEI tahun 2005-2010.

3. Bagaimana free cash flow di Perusahaan Automotive dan Allied Product

yang terdaftar di BEI tahun 2005-2010.

4. Bagaimana collaterizable assets di Perusahaan Automotive dan Allied

Product yang terdaftar di BEI tahun 2005-2010.

5. Bagaimana kebijakan dividen di Perusahaan Automotive dan Allied Product

yang terdaftar di BEI tahun 2005-2010.

6. Seberapa besar pengaruh insider ownership, dispersion of ownership, free

cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan dividen secara

parsial.

7. Seberapa besar pengaruh insider ownership, dispersion of ownership, free

cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan dividen secara

simultan.

Page 11: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

11

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini :

1. Untuk mengetahui insider ownership di Perusahaan Automotive dan Allied

Product yang terdaftar di BEI tahun 2005-2010.

2. Untuk mengetahui dispersion of ownership di Perusahaan Automotive dan

Allied Product yang terdaftar di BEI tahun 2005-2010.

3. Untuk mengetahui free cash flow di Perusahaan Automotive dan Allied

Product yang terdaftar di BEI tahun 2005-2010.

4. Untuk mengetahui collaterizable assets di Perusahaan Automotive dan

Allied Product yang terdaftar di BEI tahun 2005-2010.

5. Untuk mengetahui kebijakan dividen di Perusahaan Automotive dan Allied

Product yang terdaftar di BEI tahun 2005-2010.

6. Untuk mengetahui pengaruh insider ownership, dispersion of ownership,

free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan dividen secara

parsial.

7. Untuk mengetahui pengaruh insider ownership, dispersion of ownership,

free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan dividen secara

simultan.

Page 12: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

12

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai suatu pengalaman dan menambah pengetahuan mengenai

pengaruh insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow, dan

collaterizable assets terhadap kebijakan dividen.

Sebagai suatu sarana untuk menambah khasanah keilmuan serta wawasan

dalam perkembangan ilmu akuntansi.

Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian untuk meraih

gelar Sarjana Ekonomi bidang studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pasundan.

2. Bagi Perusahaan

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam menetapkan

kebijakan dividen.

3. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan bacaan ilmiah di

perpustakaan dan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian

selanjutnya khususnya mengenai pengarauh insider ownership, dispersion of

ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

dividen.

Page 13: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Dividen

Dividen merupakan bentuk distribusi laba yang diperoleh perusahaan kepada

pemegang saham sesuai dengan proporsi lembar saham yang dimilikinya.

Pengertian dividen menurut Rudianto (2009:309) adalah sebagai berikut:

“Dividen adalah bagian dari laba usaha yang diperoleh perusahaan kepada para

pemegang sahamnya sebagai imbalan atas kesediaannya menanamkan hartanya

di dalam perusahaan”.

Dividen merupakan salah satu potensi keuntungan dari investasi saham, maka

pihak manajemen perlu memperhatikan kebijakan dividen yang akan diterapkan

dalam rangka menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dalam bentuk

kepemilikan saham.

Dividen ini dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari

laba perusahaan. Dividen ditentukan berdasarkan rapat umum pemegang saham dan

jenis pembayaran tergantung kebijakan pimpinan.

Page 14: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

14

2.1.1.1 Jenis-jenis Dividen

Kebijakan pembayaran dividen pada suatu perusahaan akan berbeda dengan

kebijakan dividen di perusahaan yang lain. Hal ini tergantung pada kebijakan

manajemen. Menurut Rudianto (2009:309-312), jenis-jenis dividen yang dibagikan

kepada para pemegang saham bisa dalam bentuk berikut:

“ 1. Dividen Kas 2. Dividen Saham

3. Dividen Likuidasi 4. Dividen Harta”.

Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bentuk pembagian dividen sebagai berikut :

1. Dividen Kas

Bagian laba usaha yang dibagikan kepada pemegang sahamnya dalam bentuk

uang tunai. Sebelum dividen dibagikan, perusahaan harus

mempertimbangkan ketersediaan dana untuk membayar dividen. Jika

perusahaan memilih untuk membagi dividen dalam dividen kas, itu berarti

pada saat dividen akan dibagikan kepada pemegang saham perusahaan

memiliki uang tunai dalam jumlah yang cukup.

2. Dividen Saham

Dividen saham adalah bagian dari laba usaha yang dibagikan kepada

pemegang saham dalam bentuk saham baru perusahaan itu sendiri. Dividen

Page 15: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

15

saham dibagikan karena perusahaan ingin mengkapitalisasikan sebagian dari

laba usaha yang diperolehnya secara permanen.

Apabila perusahaan membagikan dividen dalam bentuk saham maka jumlah

saham yang beredar (modal saham) akan meningkat. Namun pembayaran

dividen saham ini tidak akan mengubah posisi likuiditas perusahaan sebab

yang dibayarkan perusahaan bukan merupakan bagian dari arus kas

perusahaan. Dari sudut pandang pemegang saham, dividen saham ini tidak

mengindikasikan suatu nilai tambah karena setelah dividen saham dibagikan,

per share value dari saham yang dimiliki akan menurun, tetapi persentase

kepemilikan tidak berubah. Biasanya dividen saham ini dibagikan jika

perusahaan sedang tidak dalam posisi likuiditas yang baik. Hal ini bisa

mengakibatkan menurunnya harga saham perusahaan tersebut.

3. Dividen Likuidasi

Dividen likuidasi adalah dividen yang ingin dibayarkan oleh perusahaan

kepada para pemegang saham dalam berbagai bentuknya tetapi tidak

didasarkan pada besarnya laba usaha atau saldo laba ditahan perusahaan.

Dividen yang dibagikan berdasarkan pengurangan modal perusahaan, bukan

berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan.

4. Dividen Skrip

Dividen Skrip adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk surat (script)

janji hutang. Perusahaan akan membayar tunai sejumlah tertentu pada waktu

Page 16: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

16

tertentu sesuai dengan yang tercantum pada surat tersebut dikarenakan tidak

cukupnya laba yang ada untuk membayar dividen dalam bentuk kas.

5. Dividen Harta

Dividen harta adalah bagian dari laba usaha suatu perusahaan yang dibagikan

dalam bentuk harta atau barang (aktiva selain kas). Syaratnya barang tersebut

dapat dibagikan atas bagian-bagian yang penyerahannya kepada pemegang

saham tidak akan mengganggu kontinuitas perusahaan

2.1.2 Kebijakan Dividen

Menurut Agus Sartono (2001:281) kebijakan dividen (dividend policy)

merupakan:

“Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan

akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan

dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang.

Menurut Kieso,dkk (2002:355) :

“Sangat sedikit perusahaan yang membayar dividen dalam jumlah yang sama dengan laba ditahan yang tersedia secara legal, salah satu alasannya adalah keinginan untuk menahan aktiva yang tidak dibayarkan sebagai dividen guna membiayai pertumbuhan perusahaan”.

Menurut Gitman (2006), definisi dividen adalah:

“Suatu perencanaan tindakan perusahaan yang harus dituruti ketika keputusan

dividen harus dibuat.”

Page 17: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

17

Dengan demikian, kebijakan dividen merupakan enggunaan laba bersih setelah

pajak yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan beberapa besar bagian

laba bersih yang akan digunakan untuk membiayai investasi perusahaan. Apabila

perusahaan memilih untuk membagikan laba yang diperolehnya dalam bentuk

dividen, maka akan mengurangi retained earning dan selanjutnya mengurangi total

sumber dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang

diperolehnya, maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin besar.

Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang menciptakan

keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang

sehingga dapat memaksimumkan harga saham perusahaan.

2.1.2.1 Teori-teori Kebijakan Dividen

Beberapa teori kebijakan dividen yang di kemukakan oleh Agus Sartono (2008)

antara lain :

1.  Teori Ketidak Relevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory, Modigliani dan

Miller, 1961).

Teori ketidak relevanan dividen adalah teori yang menyatakan bahwa

kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai

perusahaan maupun biaya modalnya. Modigliani-Miller (MM) berpendapat

bahwa di dalam kondisi bahwa keputusan investasi yang given, pembayaran

Page 18: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

18

dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. Lebih lanjut

MM berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari

asset perusahaan. Dengan demikian nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan

investasi. Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan

dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

Berbagai asumsi-asumsi yang digunakan antara lain :

a. Pasar modal yang sempurna di mana semua investor bersikap rasional.

b. Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan.

c. Tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi.

d. Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap biaya modal sendiri

perusahaan.

e. Informasi tersedia untuk setiap individu terutama yang menyangkut

tentang kesempatan investasi.

2. Teori The Bird In The Hand (Gordon dan Lintner, 1956)

Kepercayaan bahwa kebijakan dividen perusahaan merupakan hal yang tidak

penting, secara tidak langsung membuat para investor berasumsi bahwa

pendapatan yang mereka harapkan melalui perolehan modal akan berbeda

besarnya dengan pendapatan yang berasal daridividen. Hal ini disebabkan karena

dividen lebih bisa diramalkan daripada pendapatan modal, manajemen dapat

mengontrol dividen, tapi tak dapat mendikte harga saham. Investor kurang yakin

akan menerima pendapatan dari perolehan modal daripada dari dividen. Dengan

Page 19: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

19

mendapatkan dividen (a bird in the hand) adalah lebih baik daripada saldo laba (a

bird in thebush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan

terwujud sebagai dividen dimasa yang akan datang (it can fly away).Pandangan

yang mengatakan dividen lebih pasti dari pada peroleha modal, disebut “bird in

the hand theory” (teori burung ditangan).

3. Teori Perbedaan Pajak (Tax Differential Theory, Litzenberger dan Ramaswamy,

1979)

Pandangan ketiga adalah dividen yang rendah mempengaruhi harga saham,

sehingga dividen dapat merugikan investor. Pendapat ini didasarkan pada

perbedaan perlakuan pajak antara pendapatan dividen dan perolehan modal.

Setiap investor harus membayar pajak pendapatan untuk memaksimumkan

pengembalian setelah pajak atas investasi, investor berusaha meminimumkan

tingkat pajak atas pendapatan, atau menunda pembayaran pajak jika

memungkinkan. Saham yang memungkinkan penundaan pajak (dividen rendah

perolehan modal tinggi) mungkin akan dijual pada harga premi yang relatif sama

terhadap saham yang telah dikenakan pajak. Oleh karena itu, dividen yang rendah

akan membantu investor menunda pajak pendapatan sehingga memaksimumkan

return setelah pajak atas investasinya, sedangkan dividen yang tinggi akan

meningkatkan pembayaran pajak pendapatan investor, sehingga return setelah

pajak yang diperolehnya berkurang. Berdasarkan logika pemikiran tersebut,

kebijakan dividen rendah akan meningkatkan harga saham perusahaan.

4. Teori Signaling Hypothesis

Page 20: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

20

Menyatakan bahwa, jika ada kenaikan dividen sering kali diikuti dengan

kenaikan harga saham. Demikian pula sebaliknya. Menurut Modigliani dan Miller

kenaikan dividen biasanya merupakan suatu signal (tanda) kepada para investor,

bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa

mendatang. Sebaliknya, suatu penuruna dividen atau kenaikan dividen yang

dibawah normal (dari biasanya) diyakini investor sebagai pertanda bahwa

perusahaan menghadapi masa sulit diwaktu mendatang.

Dividend signaling theory pertama kali dicetuskan oleh Bhattacharya (1979).

Dividend signaling theory mendasari dugaan bahwa pengumuman perubahan

cash dividend mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan munculnya

reaksi harga saham. Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang cash dividend

yang dibayarkan dianggap investor sebagai sinyal prospek perusahaan di masa

mendatang. Adanya anggapan ini disebabkan terjadinya asymetric information

antara manajer dan investor, sehingga para investor menggunakan kebijakan

dividen sebagai sinyal tentang prospek perusahaan. Apabila terjadi peningkatan

dividen akan dianggap sebagai sinyal positif yang berarti perusahaan mempunyai

prospek yang baik, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang positif.

Sebaliknya, jika terjadi penurunan dividen akan dianggap sebagai sinyal negatif

yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang tidak begitu baik, sehingga

menimbulkan reaksi harga saham yang negatif.

5. Teori Clientele Effect

Page 21: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

21

Kelompok (Clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki

preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok

pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai

suatu dividend payout ratio (DPR) yang tinggi. Jika ada perbedaan pajak bagi

individu  dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika

perusahaan membagi dividen yang kecil. Dengan demikian, maka kelompok

pemegang saham yang dikenakan pajak lebih tinggi menyukai capital gain.

2.1.2.2 Jenis-Jenis Kebijakan Dividen

Antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain mungkin terdapat perbedaan

dalam hal kebijakan dividen yang diterapkan. Manajemen tentu saja akan mengadopsi

kebijakan yang dianggap paling sesuai dengan perusahaannya.

Riyanto (2001:269) menyatakan bahwa :

“Terdapat empat macam kebijakan dividen yang dapat diterapkan perusahaan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan dividen yang stabil2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah

ekstra tertentu3. Kebijakan dividen dengan penetapan payout ratio yang konstan4. Kebijakan dividen dengan penetapan payout ratio yang fleksibel”.

Dari kutipan diatas dapat dijelaskan jenis-jenis kebijakan dividen sebagai

berikut:

1. Kebijakan dividen yang stabil

Page 22: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

22

Artinya bahwa jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya

relative tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar

saham per tahunnya berfluktuasi. Alasan diterapkannya kebijakan dividen stabil

ini adalah :

a. Dapat memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan tersebut

mempunyai prospek yang baik di masa mendatang.

b. Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang diterima dari

dividen, dan

c. Banyak negara yang pada ketentuan pasar modalnya mengharuskan

organisasi atau yayasan sosial, perusahaan akuntansi, bank tabungan, dana

pensiun, pemerintah kota madya hanya diizinkan menanamkan modal pada

saham-saham perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil.

2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra

tertentu.

Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham

setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik, perusahaan akan

membayarkan dividen ekstra di atas jumlah minimal tersebut. Bagi pemodal ada

kepastian akan menerima jumlah dividen yang minimal setiap tahunnya

meskipun keadaan keuangan perusahaan agak memburuk.

3. Kebijakan dividen dengan penetapan payout ratio yang konstan

Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividend payout ratio

yang konstan sejumlah persentase tertentu dari keuntungan neto yang

Page 23: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

23

diperolehnya. Ini berarti jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan

setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan neto

yang diperoleh setiap tahunnya.

4. Kebijakan dividen dengan penetapan payout ratio yang fleksibel

Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan payout ratio yang

fleksibel, yang besarnya setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi financial dan

kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.

Dari berbagai jenis kebijakan dividen dalam penelitian ini, peneliti lebih menitik

beratkan kebijakan dividen terhadap dividend payout ratio karena bagi perusahaan,

informasi yang terkandung dalam dividend payout ratio (DPR) dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan jumlah pembagian dividen.

Sedangkan bagi para pemegang saham, informasi yang terkandung dalam dividend

payout ratio (DPR) akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan investasi, yaitu apakah akan menanamkan dananya atau tidak pada suatu

perusahaan. Banyak pemegang saham yang hidup dari penghasilan berupa dividen,

mereka tentu akan lebih memilih saham-saham yang dividennya dapat mereka

andalkan (Arianie Vita dan Rahmawati, 2009).

2.1.2.3 Dividend Payout Ratio

Gitman, 2006 mendefinisikan dividend payout ratio sebagai:

Page 24: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

24

“Indikasi atas persentase jumlah pendapatan yang diperoleh yang di

distribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam bentuk kas”.

Dividend payout ratio ini ditentukan perusahaan untuk membayar dividen

kepada para pemegang saham setiap tahun, penentuan dividend payout ratio

berdasarkan besar kecilnya laba setelah pajak.

Perusahaan hanya dapat membagikan dividen semakin besar jika perusahaan

mampu menghasilkan laba yang semakin besar, jika laba yang dihasilkan besarnya

tetap, perusahaan tidak bisa membagikan dividen yang makin besar karena hal ini

berarti perusahaan akan membagikan modal sendiri.

Dividend payout ratio merupakan perbandingan antara dividen yang dibagikan

dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase.

Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari

pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba

ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan

investor (para pemegang saham) tetapi internal financial perusahaan akan semakin

kuat.

Dividend payout ratio dapat diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi

dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Perusahaan yang

mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar dividend payout ratio lebih

kecil agar nanti tidak memotong dividen jika laba yang diperoleh turun. Untuk

perusahaan yang berisiko tinggi, probabilitas untuk mengalami laba yang menurun

adalah tinggi. Dividen payout ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Page 25: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

25

Dividend Payout Ratio = Dividend per share Earnings per share

(Gitman 2006)

Menurut Bambang dalm Imam Nur (2011) menyatakan:

“Semakin tinggi dividend payout ratio yang ditetapkan oleh suatu perusahaan, makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang ini pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi”.

Pembayaran dividen merupakan bagian dari kebijakan dividen perusahaan.

Investor yang mengharapkan memperoleh capital gain akan lebih menyukai angka

rasio ini yang rendah. Sebaliknya investor yang menyukai dividen ingin angka rasio

ini tinggi.

2.1.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan

oleh perusahaan kepada pemegang saham menurut Weston dan Copeland (1996:98),

sebagai berikut:

“1. Undang-undang2. Posisi likuiditas 3. Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang4. Larangan dalam Perjanjian Hutang5. Tingkat Ekspansi Aktiva6. Tingkat Laba7. Stabilitas Laba8. Peluang ke Pasar Modal9. Kendali Perusahaan

Page 26: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

26

10. Posisi Pemegang Saham sebagai Pembayar Pajak11. Pajak Atas Laba yang Diakumulasikan Secara Salah”.

Dari kutipan diatas dapat dijelaskan faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen

sebagai berikut :

1. Undang-undang

Undang-undang menentukan bahwa dividen harus dibayar dari laba, baik laba

tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada pada pos “laba ditahan”

(retained earning) di neraca.

2. Posisi Likuiditas

Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang dibutuhkan

untuk menjalankan usaha. Jadi meskipun suatu perusahaan mempunyai catatan

mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar tunai dividen karena

posisi likuiditasnya.

3. Kebutuhan untuk Melunasan Hutang

Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk

mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua

pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang itu pada saat jatuh tempo dan

menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain, atau perusahaan dapat

memutuskan untuk melunaskan hutang tersebut. Jika keputusannya adalah

membayar hutang tersebut, maka ini biasanya perlu penahanan laba.

4. Larangan dalam Perjanjian Hutang

Page 27: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

27

Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka panjang

seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai.

Larangan yang dibuat untuk melindungi kedudukan pemberi pinjaman, biasanya

menyatakan bahwa (1) dividen pada masa yang akan datang hanya dapat dibayar

dari laba yang diperoleh sesudah penandatanganan perjanjian hutang (jadi,

dividen tidak dapat dibayar dari laba ditahan tahun-tahun lalu) dan (2) dividen

tidak dapat dibayarkan apabila modal kerja bersih (aktiva lancar dikurangi

kewajiban lancar) berada di bawah suatu jumlah yang telah ditentukan.

Demikian pula, perjanjian saham preferen biasanya mengatakan bahwa dividen

tunai saham biasa tidak dapat dibayarkan kecuali semua dividen saham preferen

sudah dibayar.

5. Tingkat Ekspansi Aktiva

Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya

untuk membiayai ekspansi aktivanya. Kalau kebutuhan dana di masa depan

semakin besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan laba daripada

membayarnya. Apabila perusahaan mencari dana dari luar, maka sumber-

sumbernya adalah pemegang saham saat itu yang telah mengetahui keadaan

perusahaan. Tetapi jika laba dibayarkan sebagai dividen dan terkena pajak

penghasilan pribadi yang tinggi, maka hanya sebagian saja yang tersisa untuk

investasi.

6. Tingkat Laba

Page 28: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

28

Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif

untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham

atau menggunakannya di perusahaan tersebut.

7. Stabilitas Laba

Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat memperkirakan

berapa besar laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya

cenderung membayarkan laba dengan presentase yang lebih tinggi daripada

perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin

apakah laba yang diharapkan pada tahun-tahun yang akan datang dapat tercapai,

sehingga perusahaan cenderung untuk menahan sebagian besar laba saat ini.

Dividen yang lebih rendah akan lebih mudah untuk dibayar apabila laba

menurun pada masa yang akan datang.

8. Peluang ke Pasar Modal

Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan baik, dan mempunyai catatan

profitabilitas dan stabilitas laba, akan mempunyai akses yang mudah ke pasar

modal dan bersifat coba-coba akan lebih banyak mengandung risiko bagi

penanam modal potensial. Jadi perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk

memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan

kecil atau baru.

9. Kendali Perusahaan

Sebagai suatu kebijakan, beberapa perusahaan melakukan ekspansi hanya sampai

pada tingkat penggunaan laba internal saja. Pentingnya pembiayaan internal

Page 29: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

29

dalam usaha untuk mempertahankan kendali perusahaan, akan memperkecil

pembayaran dividen.

10. Posisi Pemegang Saham sebagai Pembayaran Pajak

Posisi pemilik perusahaan sebagai pembayar pajak sangat mempengaruhi

keinginannya untuk memperoleh dividen.

11. Pajak Atas Laba yang Diakumulasikan Secara Salah

Untuk mencegah pemegang saham hanya menggunakan perusahaan sebagai

suatu “perusahaan penyimpan uang” yang dapat digunakan untuk menghindari

tarif penghasilan pribadi yang tinggi, peraturan perpajakan perusahaan

menentukan suatu pajak tambahan khusus terhadap penghasilan yang

diakumulasikan secara tidak benar.

Menurut Achmad Fauz dan Rosidi (2007) Faktor-faktor yang mempengaruhi

kebijakan dividen adalah 1). Aliran Kas Bebas, 2). Kepemilikan Manajerial, 3).

Kepemilikan Institusional, 4). Kebijakan Utang, 5). Collateral Asset. Dari hasil

pengujian, variabel-variabel aliran kas bebas, kepemilikan manajerial, kepemilikan

institusional, kebijakan utang, dan collateral asset berpengaruh secara simultan

terhadap kebijakan dividen, tetapi secara parsial hanya kebijakan utang dan collateral

asset berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen.

Untuk itu dalam menetukan kebijakan dividen, perusahaan perlu juga

mempertimbangkan faktor-faktor yang telah dibahas tersebut agar segala sesuatu

dapat berjalan sesuai dengan harapan perusahaan.

Page 30: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

30

2.1.3 Teori Keagenan (Agency Theory)

Menurut Suhartono (2004) dalam Suwaldiman dan Ahmad Aziz (2008)

hubungan keagenan didefinisikan sebagai:

“Suatu kontrak, yakni satu atau beberapa orang (principal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk melaksanakan sejumlah jasa dan mendelegasikan wewenang untuk mengambil keputusan kepada agen tersebut. Dalam kerangka kerja manajemen keuangan, hubungan keagenan terdapat diantara pemegang saham dengan manajer, pemegang saham dengan kreditor (pemberi pinjaman) atau hubungan ketiganya”.

Dividen dapat digunakan untuk memperkecil masalah keagenan antara manajer

dan pemegang saham. Agency theory muncul setelah fenomena terpisahnya

kepemilikan perusahaan dengan pengelolahan terdapat dimana-mana khususnya pada

perusahaan-perusahaan besar yang modern, dimana satu atau lebih individu (pemilik)

menggaji individu lain (agen) untuk bertindak atas namanya, mendelegasikan

kekuasaan untuk membuat keputusan kepada agen. Agency theory menurut Jensen

dan Meckling (1976) dalam Pujiastuti (2008) adalah:

“Hubungan antara pemberi kerja (principal) dan penerima tugas (agen) untuk melaksanakan pekerjaan. Dalam menjalankan usaha biasanya pemilik menyerahkan/ melimpahkan kepada pihak manajer yang menyebabkan timbulnya hubungan keagenan. Dalam manajemen keuangan hubungan keagenan muncul antara pemegang saham dengan manajer dan antara pemegang saham dengan kreditor.

Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan akan

rentan terhadap konflik keagenan. Penyebab konflik antara manajemen dengan

Page 31: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

31

pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan

aktivitas pencarian dana (financing decision), dan pembuatan keputusan yang

berkaitan dengan cara untuk menginvestasikan dana tersebut. Selain itu, agency

conflict akan terjadi apabila proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan

kurang dari 100%, sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar

kepentingan dirinya dan sudah tidak berdasar maksimalisasi nilai perusahaan dalam

pengambilan keputusan. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham

sangat rentan terjadi. Penyebabnya karena para pengambil keputusan tidak perlu

menanggung risiko akibat adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan bisnis,

begitu pula jika mereka tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan. Risiko tersebut

sepenuhnya ditanggung oleh para pemilik. Karena tidak menanggung risiko dan tidak

mendapat tekanan dari pihak lain dalam mengamankan investasi para pemegang

saham, maka pihak manajemen cenderung membuat keputusan yang tidak optimal.

Aspek-aspek masalah keagenan selalu dimasukan kedalam keuangan

perusahaan, karena banyaknya keputusan keuangan yang diwarnai oleh masalah

keagenan seperti kebijakan hutang. Berbagai konflik kepentingan dalam perusahaan

bisa terjadi antara pemilik (shareholders) dan manajer; manajer dengan debtholders;

serta manajer, shareholders dan debtholders. Pihak prinsipal dapat membatasi

perbedaan kepentingannya dengan memberikan tingkat insentif yang layak kepada

agen dan harus bersedia mengeluarkan biaya pengawasan atau monitoring cost untuk

mencegah penyimpangan (hazard) dari agen. Hal tersebut dinamakan dengan biaya

keagenan atau agency cost yang dapat berupa: (1) pengeluaran untuk memantau

Page 32: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

32

tindakan manajer (The Monitoring Expenditure By The Principal); (2) pengeluaran

biaya oleh “principal” yaitu biaya untuk pengendalian terhadap agen, sehingga

kemungkinan timbulnya perilaku manajer yang tidak dikehendaki semakin kecil (The

Bonding Cost) (3) Residual lost, yaiyu pengorbanan karena hilangnya/berkurangnya

kesempatan untuk memperoleh laba karena dibatasinya kewenangan atau adanya

perbedaan keputusan antara “principal dan agen” (Brigham, Gapenski, dan Daves,

1996 dalam Riani, 2011). Secara umum tidak mungkin bagi prinsipal atau agen, pada

tingkat biaya sebesar nol, dapat menjamin bahwa agen akan membuat keputusan

optimal dari sudut pandang prinsipal.

Ada beberapa alternatif untuk mengurangi konflik kepentingan dan biaya

keagenan (agency cost) yaitu :

1. Dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajemen

(insider ownership) sehingga dapat menyejajarkan kepentingan pemilik

dengan manajer

2. Dengan meningkatkan dividend payout ratio (DPR) sehingga tidak tersedia

banyak free cash flow dan manajemen terpaksa mencari pendanaan dari luar

untuk membiayai investasinya

3. Meningkatkan pendanaan dengan hutang. Dengan penggunaan hutang maka

perusahaan harus melakukan pembayaran periodik atas bunga dan pokok

pinjaman. Hal ini dapat mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan

free cash flow guna membiayai kegiatan yang tidak optimal

Page 33: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

33

4. Dengan mengurangi distribusi saham (shareholder dispersion) pemegang

saham. Jika jumlah saham dipegang dipegang oleh sedikit pemegang saham

maka kepemilikan akan lebih terkonsentrasi dan pemegang saham cenderung

semakin mudah untuk mempengaruhi perilaku manajer, sehingga mengurangi

agency costs.

2.1.3.1 Insider Ownership

Insider ownership merupakan presentase saham yang dimililki oleh pihak

manajemen. Dimana pihak manajemen yang dimaksud adalah direktur dan komisaris

yang aktif ikut dalam pengambilan keputusan. Menurut Brigham et al (2001) dalam

Pandu (2006) pengertian insider ownership adalah sebagai berikut:

“Persentase kepemilikan yang berkaitan dengan saham dan opsi yang dimiliki manajer dan direksi perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan kompensasi yang diberikan perusahaan kepada karyawan. Secara matematis, nilai kepemilikan manajerial ini diperoleh dari persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh dewan direksi dan komisaris”.

Menurut Endang dan Minaya (2003):

Insider ownership adalah besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan

oleh pihak manajemen. Insider ownership diukur dengan membagi total saham yang

dimiliki komisaris dan direksi terhadap total saham.

Adapun beberapa pendapat yang mengatakan bahwa insider ownership adalah

kepemilikan saham oleh directors (direktur/manajemen) dan commissioners (komisaris),

dengan rumus matematis (Suwaldiman dan Ahmad Aziz, 2006) :

Page 34: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

34

INS¿ =D∧CSHR¿

TOTSHR¿

Keterangan :

INS : insider ownership

D∧CSHR¿ : kepemilikan saham oleh direktur dan komisaris perusahaan i pada tahun

t .

TOTSHR : jumlah total dari saham biasa perusahaan yang beredar.

Jensen dan Meckling dalam Triani Pujiastuti (2008) menjelaskan bahwa jumlah

kepemilikan saham manajemen akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan

kepentingan pemegang saham. Adanya kesamaan kepentingan antara pihak

manajemen dengan pihak pemegang saham maka dapat menurunkan potensi konflik.

Potensi konflik keagenan yang kecil ini dapat menurunkan potensi konflik. Potensi

konflik keagenan yang kecil ini dapat berpengaruh terhadap rendahnya agency cost

yang dikeluarkan oleh pemegang saham.

Dalam teori keagenan dijelaskan bahwa kepentingan manajemen dan

kepentingan pemegang saham mungkin bertentangan. Perbedaan kepentingan itulah

maka timbul konflik yang biasa disebut agency conflict. Untuk menjamin agar para

manajer melakukan hal yang terbaik bagi pemegang saham secara maksimal,

perusahaan harus menanggung biaya keagenan (agency cost), yang dapat berupa: (1)

pengeluaran untuk memantau tindakan manajemen, (2) pengeluaran untuk menata

struktur organisasi sehingga kemungkinan timbulnya prilaku manajer yang tidak

dikehendaki semakin kecil, dan (3) biaya kesempatan karenan hilangnya kesempatan

Page 35: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

35

memperoleh laba sebagai akibat dibatasinya kewenangan maajemen sehingga tidak

dapat mengambil keputusan secara tepat waktu, padahal seharusnya hal tersebut dapat

dilakukan jika pemilik manajer juga menjadi pemilik perusahaan atau disebut juga

insider ownership (Brigham et al, 2009 dalam Riani, 2011).

Begitu juga bila pemegang saham sekaligus pemegang kendali perusahaan

(manajemen), sepanjang manajer mengharapkan efek kesejahteraan yang lebih pada

keputusannya, maka semakin besar kepemilikan oleh insider akan semakin

menurunkan agency cost. Hal ini juga dikarenakan semakin besar kepemilikan insider

maka semakin besar informasi yang dimiliki oleh manajemen sekaligus sebagai

pemilik perusahaan, sehingga hal tersebut mengakibatkan biaya agen yang digunakan

untuk biaya monitoring semakin kecil, karena pemilik sudah merangkap sebagai

manajemen (insider ownership) Brigham et al, (2009) dalam Riani (2011).

2.1.3.2 Dispersion of Ownership

Taswan dalam Pujiastuti, 2008 mendefinisikan dispersion of ownership sebagai:

“Penyebaran kepemilikan saham. Dispersion of ownership dihitung dengan

rumus variance, untuk menunjukan penyebaran kepemilikan saham”.

Holder et al dalam Pujiastuti (2008) menyatakan bahwa:

“Dispersion of ownership (penyebaran kepemilikan saham) yang besar akan

menimbulkan biaya keagenan yang besar karena ketika kepemilikan saham ini

menyebar, maka pemegang saham akan sulit dalam mengawasi perusahaan”.

Rozeff dalam I Nyoman (2006) menyatakan dispersion of ownership sebagai:

Page 36: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

Variance=∑i=1

n

(X1−X )2

n−1

36

Kepemilikan yang menyebar adalah ratio jumlah pemegang saham biasa dengan jumlah saham yang beredar. Semakin besar dispersion of ownership, maka saham semakin menyebar pada berbagai kelompok. Sesuai dengan teori keagenan, Pemegang saham yang semakin menyebar akan mengakibatkan kesulitan dalam proses monitoring perusahaan sehingga akan menimbulkan masalah keagenan yang penyelesaiannya melalui pembayaran dividen dan akan mengurangi jumlah laba yang ditahan.

Dari difinisi di atas dapat disimpulkan bahwa, dispersion ownership adalah

penyebaran kepemilikan saham biasa. Dispersion of ownership dihitung dengan

rumus variance, untuk menunjukkan penyebaran kepemilikan saham. Semakin besar

dispersion of ownership saham semakin terkonsentrasi pada kelompok tertentu.

Sesuai dengan teori keagenan. Pemegang saham yang semakin menyebar akan

mengakibatkan kesulitan dalam proses monitoring perusahaan sehingga akan

menimbulkan masalah keagenan yang penyelesaiannya melalui pembayaran deviden

dan akan mengurangi jumlah laba yang ditahan. Dispersion of ownership dihitung

derngan formula:

Triani Pujiastuti (2008)

Keterangan :

X1 = persentase kepemilikan saham suatu kelompok

X = rata – rata kepemilikan saham

n= jumlah data

Page 37: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

37

2.1.3.3 Free Cash Flow

Jensen (1986) dalam Pujiastuti (2008) mendefinisikan free cash flow sebagai :

“Aliran kas yang merupakan sisa dari pendapatan seluruh proyek yang

menghasilkan net present value (NPV) positif yang didiskontokan pada tingkat

biaya modal yang relevan”.

Sartono, 2001 mengatakan:

“Free cash flow adalah aliran kas bersih yang tidak dapat diinvestasikan kembali

karena tidak tersedia kesempatan investasi yang profitable”.

Free cash flow berasal dari arus kas yang berasal dari kegiatan

operasiperusahaan. Arus kas yang dihasilkan perusahaan dibagi ke dalam 3 kelompok

utama Brigham (2001) dalam Rosdini (2009) yaitu:

“1. Arus kas dari kegiatan operasi 2. Arus kas dari kegiatan investasi 3. Arus kas dari kegiatan pembiayaan”.

Dari kutipan di atas dapat dijelaskan 3 kelompok arus kas yaitu:

1. Arus Kas dari Kegiatan Operasi

Arus kas perusahaan dari kegiatan operasi terdiri atas; (1)pengumpulan kas

berasal dari konsumen, (2) pembayaran kepada pemasok untuk pembelian bahan

baku, (3) arus kas keluar dari kegiatan operasi lainnya, seperti beban pemasaran

dan administrasi, serta bunga dan (4) pembayaran tunai untuk pajak.

2. Arus Kas dari Kegiatan Investasi

Page 38: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

38

Arus kas dari penerimaan atau pembayaran investasi yang mencakup; penerimaan

dari pengeluaran saham baru, peningkatan pinjaman, pembayaran kembali pokok

pinjaman, pembayaran dividensaham biasa.

3. Arus Kas dari Kegiatan Pembiayaan

Arus kas dari kegiatan pembiayaan mencakup kas yang diperoleh selama t tahun

berjalan dengan menerbitkan hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, atau

saham. Selain itu, karena pembayaran dividen atau kas yang digunakan untuk

membeli kembali saham atau obligasi menurunkan kas perusahaan, maka

transaksi semacam itu dimasukan di sini

Free cash flow inilah yang sering menjadi pemicu timbulnya perbedaan

kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Menurut Smith & Kim, dalam

Rosdini, 2009 menyatakan:

“Ketika free cash flow tersedia, manajer disinyalir akan menghamburkan free

cash flow tersebut sehingga terjadi inefisiensi dalam perusahaan atau akan

menginvestasikan free cash flow dengan return yang kecil”.

White et al (2003) dalam Rosdini (2009) mengatakan free cash flow sebagai:

“Aliran kas diskresioner yang tersedia bagi perusahaan. Free cash flow adalah

kas dari aktivitas operasi dikurangi capital expenditures yang dibelanjakan

perusahaan untuk memenuhi kapasitas produksi saat ini”.

Free cash flow dapat digunakan untuk penggunaan diskresioner seperti akuisisi

dan pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan (growth-oriented),

pembayaran hutang, dan pembayaran kepada pemegang saham baik dalam bentuk

Page 39: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

39

dividen. Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka

semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk

pertumbuhan, pembayaran hutang, dan dividen. Free cash flow dapat diukur dengan

membagi Free cash flow dengan Total Assets pada periode yang sama dengan tujuan

agar lebih comparable bagi perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel, sehingga

penghitungan Free cash flow menjadi relative terhadap size perusahaan, dalam hal ini

diukur dengan Total Assets.

Ukuran Free cash flow sebagaimana merujuk pada Ross et.al (2000) adalah:

Free Cash Flow = cash flow from operations ‒ (net capital expenditure +changes in

working capital)

Dimana:

Cash flow from operations (aliran kas operasi) = nilai bersih kenaikan/penurunan arus

kas dari aktivitas operasi perusahaan.

Net capital expenditure (pengeluaran modal bersih) = nilai perolehan aktiva tetap

akhir ‒ nilai perolehan aktiva tetap awal.

Changes in working capital (perubahan modal kerja) = modal kerja akhir tahun ‒

modal kerja awal tahun.

Free cash flow juga menunjukkan gambaran bagi investor bahwa dividen yang

dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar “strategi” menyiasati pasar dengan maksud

meningkatkan nilai perusahaan. Bagi perusahaan yang melakukan pengeluaran

Page 40: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

40

modal, free cash flow akan mencerminkan dengan jelas mengenai perusahaan

manakah yang masih mempunyai kemampuan di masa depan dan yang tidak. Free

cash flow dikatakan mempunyai kandungan informasi bila free cash flow memberi

signal bagi pemegang saham. Dapat dikatakan pula bahwa free cash flow yang

mempunyai kandungan informasi menunjukkan bahwa free cash flow mampu

mempengaruhi hubungan antara rasio pembayaran dividen dan pengeluaran modal

dengan earnings response coefficients.

2.1.3.4 Collaterizable Assets

Menurut Triani Pujiastuti, 2008 collaterizable asset adalah:

“Rasio aset tetap terhadap aset total dianggap sebagai proksi aset-aset kolateral

(jaminan) untuk biaya agensi yang terjadi karena konflik antara pemegang saham

dan pemegang obligasi”.

I Nyoman, 2006:

“Collaterizable asset adalah aset perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan peminjaman. Kreditor seringkali meminta jaminan, ketika memberi pinjaman kepada perusahaan yang membutuhkan pendanaan. Collaterizable asset diukur dengan membagi antara total aktiva tetap bersih terhadap total aktiva”.

Kreditor seringkali meminta jaminan berupa aktiva ketika memberi pinjaman

kepada perusahaan yang membutuhkan pendanaan.Ini menunjukan besarnya aktiva

yang akan diikatkan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan oleh pemegang

obligasi. Dalam hubungan ini pemegang obligasi dapat meminta agar aktiva yang

dijadikan jaminan itu diasuransikan. Jaminan kredit tersebut dapat berupa tanah,

bangunan, dan inventaris perusahaan.

Page 41: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

41

Adapun persyaratan pengamanan kredit tersebut harus merupakan persetujuan

bersama antara pemegang obligasi dan manjemen serta disamping itu secara flexibel

harus dapat ditinjau kembali apabila keadaan berubah.

Collateral asset yang sering diberi simbol ASCOL, dapat diukur dari rasio aset

tetap netto (net fixed assets) terhadap aset total. Rasio ini dianggap sebagai proksi

aset-aset kolateral untuk cost agency (Pujiastuti, 2008). Collaterizable assets dihitung

dapat dengan rumus :

ASCOL = ¿Assets

Total Asset

(Pujiastuti, 2008).

2.1.4 Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah tabel hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

kebijakan dividen.

1. Triani Pujiastuti (2008)

Triani pujiastuti melakukan penelitian yang berjudul “Agency Cost Terhadap

Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur dan Jasa yang Go Public di

Indonesia”. Sample yang di gunakan adalah perusahaan manufaktur dan jasa yang

terdaftar di BEI tahun 2000-2005. Variabel independen yang digunakan adalah

insider ownership, shareholder disperson, collateral asset, debt, dan free cash

Page 42: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

42

flow, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah dividen payout ratio.

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil dari

penelitian menunjukan variabel insider ownership berpengaruh negatif, variabel

shareholder disperson berpengaruh positif dan variabel debt berpengaruh negatif

secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan variabel colletral assets

dan free cash flow tidak signifikan berpengaruh terhadap kebijakan dividen dalam

konflik keagenan.

2. Achmad Fauz dan Rosidi (2007)

Achmad Fauz dan Rosidi melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan

Utang dan Collateral Asset Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan

Manufaktur yang Go Public di Indonesia”. Sample yang di gunakan adalah 17

perusahaan manufaktur periode 1999-2003. Variabel independen yang digunakan

adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan utang dan

collateral asset, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah dividen

payout ratio. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel kebijakan utang memiliki

pengaruh negative dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Collateral asset

menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

3. Dini Rosdini (2009)

Dini Rosdini melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Free Cash Flow

Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di

Page 43: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

43

Indonesia”. Sampel yang digunakan adalah seluruh perusahaan manufaktur yang

listing di Bursa Efek Jakarta dalam periode laporan keuangan tahunan 2000-2002.

Variabel independen yang digunakan adalah free cash flow, sedangkan variabel

dependen yang digunakan adalah dividen payout ratio . Teknik analisis yang

digunakan adalah regresi linear sederhana. Hasil dari penelitian menunjukkan

bahwa free cash flow mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap dividend

payout ratio.

4. I Nyoman Nugraha Ardana Putra (2006)

Penelitian yang dilakukanI Nyoman Nugraha Ardana Putra yang berjudul

“Analisis Biaya Keagenan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Sampel yang digunakan

adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2002-

2004. Variabel dependen yang digunakan adalah dividen payout ratio sedangkan

variabel independen adalah insider ownership, Teknik analisis yang digunakan

adalah regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah variabel insider

ownership berhubungan negatif dan dispersion of ownership, institutional

ownership, collateralizable assets tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.

Variabel collateralizable assets berhubungan positif dan signifikan terhadap

kebijakan dividen.

5. Suwaldiman dan Ahmad Aziz (2006)

Suwaldiman dan Ahmad Aziz, meneliti mengenai pengaruh insider

ownership dan risiko pasar terhadap kebijakan dividen. Sample yang digunakan

Page 44: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

44

adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2000-2004.

Variabel dependen yang digunakan adalah dividen payout ratiodan variabel

independen, insider ownership, mtvb, size, earning variability, growth. Teknik

analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil dari penelitian ini

berdasarkan uji t dari ketujuh variabel yang dianalisi yaitu, Insider Ownership

dan Beta sebagai variabel bebas, serta MTVB (market to book value), Size, EV

( earning variability), Profitabilitas (ROA), dan Growth sebagai variabel

pengontrol yang diuji terhadap DPR (dividen payout ratio), tidak ada satupun

variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap DPR. Sedangkan hasil dari

penelitian ini berdasarkan uji F dari ketujuh variabel yang dianalisi yaitu, Insider

Ownership dan Beta sebagai variabel bebas, serta MTVB (market to book value),

Size, EV ( earning variability), Profitabilitas (ROA), dan Growth sebagai variabel

pengontrol yang diuji terhadap DPR (dividen payout ratio), secara keseluruhan

variabel berpengaruh secara signifikan terhadap DPR.

Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat dibuat ringkasan dari penelitian

terdahulu sebagai berikut terdapat pada Tabel 2.1:

Tabel 2.1Penelitian Terdahulu

NO NamaPeneliti

ObyekPenelitian

VariabelPenelitian

MetodePenelitian

HasilPenelitin

1. Triani Perusahaan Independn: Regresi Secara simultan

Page 45: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

45

Pujiastuti (2008)

manufakturdan jasa

Insiderownership,ShareholdrDispersion,Free CashFlow,Collateral Asset, Debt

Dependen:DividendPayout Ratio

linierberganda

memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, dengan besarnyaPengaruh sebesar 18%. Secara parsialShareholder dispersion berpengaruh positif dan debt berpengaruh negatifSecara signifikanterhadap kebijakandividen, sedangkancollateral asset danfree cash flow tidaksignifikan berpengaruh terhadap kebijakandividen dalam konflik keagenan

2. Achmad Fauz dan Rosidi (2007)

Perusahanmanufaktur

Independen: kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan utang dan collateral asset

Dependen :Dividend payout ratio

Regresilinierberganda

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa variabel kebijakan utang memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Collateral asset menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

3. DiniRosdini (2009)

Perusahaanmanufaktur

Independen:free cashflow

Dependen:dividend

LinierRegression

Free cashflowmemilikipengaruhpositifsignifikan

Page 46: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

46

payout ratio terhadapDPR

4. I NyomanNugrahaArdanaPutra(2006)

Perusahaanmanufaktur

VariabelDependen :DividenPayoutRatioVariabelIndependen :Insiderownership,Dispersion of ownership,Institutional ownership,Collateralizable assets

Regresilinierberganda

Variabel insiderownershipberhubungannegatif dan tidaksignifikanterhadap kebijakandividen.Variabelcollateralizableassetsberhubunganpositif dansignifikanterhadap kebijakandividen.

5. Suwaldiman dan Ahmad Aziz (2006)

Perusahaan GoPublic diBursa Efek Jakarta

Variabeldependen: dividenpayoutratioVariabelindependen :insider ownership, mtvb, size, earning variability, growth

RegresiLinear Berganda

Hasil dari penelitian ini berdasarkan uji t dari dari ketujuh, tidak ada satupun variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap DPR. Sedangkan hasil dari penelitian ini berdasarkan uji F dari ketujuh variabel yang dianalisi secara keseluruhan variabel berpengaruh secara signifikan terhadap DPR.

Sumber : dari berbagai jurnal dan thesis

Page 47: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

47

2.2 Kerangka Pemikiran

Kebijakan dividen menentukan berapa banyak laba yang harus dibayarkan

kepada pemegang saham dan berapa banyak yang harus ditanam kembali di dalam

perusahaan.Menurut Agus Sartono (2001:281) kebijakan dividen adalah:

“Keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada

pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam retained earnings

guna membiayai investasi di masa datang”.

Kebijakan dividen menyangkut tentang penggunaan laba yang menjadi hak para

pemegang saham. Pada dasarnya laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau

ditahan untuk diinvestasikan kembali. Menurut Scott et al (2000) dalam Riani (2011):

“Kebijakan dividen terdiri dari dua komponen, yang pertama adalah dividend payout ratio yang mengindikasikan jumlah dividen yang akan dibayarkan sehubungan dengan jumlah earnings perusahaan. Sedangkan komponen yang kedua adalah stabilitas dari dividen”.

Masalah kebijakan dividen berkaitan dengan masalah keagenan. Pemegang

saham menunjuk manager untuk mengelola perusahaan agar dapat meningkatkan

nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham. Dengan kewenangan yang

dimiliki, terkadang manager bertindak bukan untuk kepentingan pemegang saham

tetapi untuk kepentingan pribadinya sendiri. Hal itu tidak disukai oleh pemegang

saham karena pengeluaran yang dilakukan oleh manager akan menambah biaya

perusahaan yang menyebabkan penurunan keuntungan dan dividen yang akan

Page 48: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

48

diterima pemegang saham. Perbedaan kepentingan yang terjadi antara manajemen

dan pemegang saham menyebabkan konflik yang disebut sebagai agency conflict.

Sesuai dengan teori keagenan, konflik antara manager dan pemegang saham

timbul karena adanya pemisahan atas kepemilikan dan kontrol. Pihak insider atau

manajemen cenderung menginginkan pembagian dividen kecil, karena mereka

menginginkan kelebihan aliran kas untuk membiayai investasi perusahaan, namun

pihak insider terkadang cenderung memanfaatkan kelebihan aliran kas tersebut untuk

melakukan tindakan perquisites (tindakan yang memunculkan biaya yang dikeluarkan

tidak untuk kepentingan perusahaan misalnya biaya perjalanan dinas, akomodasi

kelas VIP, dan lain-lain) dan cenderung merugikan pemegang saham.

Perusahaan dalam menetapkan kebijakan dividen akan memperhatikan faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Dalam penelitian ini, peneliti

hanya meneliti beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebijakn dividen yaitu

insider ownership (kepemilikan saham), dispersion of ownership (penyebaran

saham), free cash flow (aliran kas bebas), dan collaterizable assets (jaminan aset).

Insider ownership merupakan sebuah variabel determinan yang penting dalam

kebijakan dividen suatu perusahaan. Menurut Endang dan Minaya, 2003 :

“Insider ownership adalah pemilik sekaligus pengelola perusahaan yang terdiri dari direktur dan komisaris. Insider ownership dapat dilihat dari persentase saham yang dimiliki oleh direksi dan komisaris yang dibandingkan dengan total saham perusahaan”.

Perusahaan dengan insider ownership yang jumlahnya lebih besar mempunyai

kinerja investasi yang lebih baik daripada perusahaan dengan insider ownership kecil.

Page 49: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

49

Insider ownership yang besar merupakan sinyal yang baik bagi pemegang saham.

Sesuai dengan teori keagenan, konflik antara manager dan pemegang saham timbul

karena adanya pemisahan atas kepemilikan dan kontrol, pihak insider atau

manajemen cenderung menginginkan pembagian deviden kecil.

Menurut Demsey dan Laber (1993) dalam Iwan (2007):

“Masalah keagenan banyak dipengaruhi insider ownership yaitu pemilik perusahaan sekaligus menjadi pengelola perusahaan, semakin besar jumlah insider ownership maka akan semakin kecil konflik kepentingan antara pemegang saham dan pihak manajemen”.

Hal ini disebabkan karena mereka akan bertindak hati-hati dalam menanggung

konsekuensi yang mungkin akan terjadi. Beberapa penelitian terdahulu menemukan

bahwa insider ownership berpengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden.

Menurut teori keagenan yang disampaikan oleh Jensen dan Meckling (1976),

salah satu cara untuk mengurangi agency cost dalam sebuah perusahaan yaitu dengan

adanya insider ownership. Semakin tinggi tingkat insider maka semakin besar

informasi yang dimiliki oleh manajemen yang sekaligus menjadi pemilik perusahaan,

sehingga mengakibatkan agency cost semakin kecil, karena pemilik sekaligus

merangkap menjadi agent sehingga dapat menurunkan biaya pengawasan terhadap

agent. Hal ini dikarenakan informasi-informasi yang dimiliki oleh insider mengenai

rencana-rencana perusahaan lebih lengkap dari pada pemegang saham yang lain. Pada

sisi lain, pembayaran dividen dapat memperkuat posisi perusahaan untuk mencari

tambahan dana dari pasar modal sehingga kinerja perusahaan dimonitor oleh tim

pengawas pasar modal. Adanya pengawasan ini menyebabkan manajer berusaha

Page 50: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

50

mempertahankan kualitas kinerja sehingga akan menurunkan konflik keagenan.

Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Rozeff dalam Pujiastuti (2008) yang

mengatakan bahwa:

“Semakin tinggi insider ownership maka dividen yang dibayarkan akan semakin

rendah”.

Variabel insider ownership mempunyai hubungan yang negatif dengan kebijakan

dividen. Penetapan dividen yang rendah disebabkan karena manajer memiliki harapan

investasi yang akan datang dibiayai oleh sumber internal yang berasal dari laba

ditahan bukan dari dana eksternal yang berasal dari hutang. Hal ini, sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Putra (2006) dan Pujiastuti (2008).

Hasil penelitian Endang dan Minaya (2003) juga menyimpulkan bahwa insider

ownership mempunyai hubungan yang negatif dengan dividen. Hal ini berarti

perusahaan cenderung untuk membayar dividen yang tinggi jika manajer memiliki

proporsi saham yang lebih rendah. Insider ownership akan mensejajarkan

kepentingan antara pihak insider dengan pemegang saham luar (outsider). Insider

yang besar akan menurunkan biaya keagenan karena ada rasa kepemilikan pada diri

insider sehingga mereka bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham, yang

mengakibatkan perusahaan membayar dividen lebih rendah kepada pemegang saham

sedangkan semakin rendah insider ownership akan meningkatkan biaya keagenan

sehingga sebagai konsekuensinya perusahaan membayar dividen lebih tinggi kepada

Page 51: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

51

pemegang saham. Berdasarkan uraian tersebut maka kepemilikan manjerial (insider

ownership) memiliki pengaruh negatif terhadap dividend payout ratio.

Agency conflict tidak hanya terjadi antara antara pemegang saham dan

manajemen. Jensen and Meckling dalam Agency theory menjelaskan bahwa agency

conflict juga dapat terjadi antara para pemegang saham yang satu dengan pemegang

saham yang lain. Saham suatu perusahaan dapat tersebar kepada banyak pemegang

saham atau tekonsentrasi pada beberapa pihak. Penyebaran kepemilikan saham biasa

disebut dispersion of ownership. Semakin tinggi penyebaran kepemilikan saham

biasa dapat membuat agency cost semakin tinggi karena banyak kepentingan yang

harus diakomodir oleh manajemen.

Untuk mengurangi agency conflict yang ditimbulkan oleh dispersion of

ownership, Jensen and Meckling menjelaskan salah satu cara yang dapat ditempuh

adalah dengan membagikan dividen. Pembagian dividen ini bertujuan untuk

memenuhi tujuan pemegang saham yaitu pengembalian atas investasinya. Semakin

tinggi dispersion of ownership menyebabkan peningkatan dividen yang harus

dibagikan.

Menurut Dempsey dan Laber (1992) dalam Wahyu (2011) menyatakan bahwa:

“Dispersion of ownership atau penyebaran kepemilikan saham berperan di dalam masalah keagenan. Jika jumlah pemegang saham semakin menyebar, akan menyebabkan kekeuatan (power) para pemegang saham untuk mengontrol manajemen menjadi lebih rendah, sehingga mereka sulit untuk melakukan kontrol terhadap perusahaan. Konsekuensi dari hal ini para pemegang saham yang tersebar tersebut dapat memanfaatkan kekuatan pasar modal untuk memonitor perusahaan dengan memaksa membayar dividen lebih tinggi”.

Dalam penelitian Triani Pujiastuti (2008), Rozeff (1982) mengatakan bahwa:

Page 52: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

52

“Semakin menyebar pemilik saham, semakin besar jumlah dividen yang dibagikan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa, dengan semakin menyebar pemilik saham, maka di samping kepemilikan saham tidak terkonsentrasi pada kelompok tertentu, dimungkinkan pemilik saham ini adalah lembaga sehingga mempunyai power untuk menyampaikan aspirasinya kepada manajemen. Dengan demikian maka untuk mengurangi konflik keagenan, manajemen akan memberikan dividen yang besar”.

Kesulitan dalam melakukan kontrol juga menimbulkan masalah keagenan,

terutama karena adanya asimetri informasi, oleh karena itu, untuk menurunkan

masalah keagenan ini diperlukan dividen yang lebih besar.

Fauzan (2002) meneliti mengenai pengaruh biaya keagenan terhadap rasio

pembayaran dividen. Biaya keagenan dalam penelitian ini diproksikan dengan

dispersion of ownership. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dispersion of

ownership berhubungan positif dengan rasio pembayaran dividen.

Menurut I Nyoman Nugraha (2006):

“Variabel penyebaran kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap rasio

pembayaran dividen.

Penelitian lain dari Endang dan Minaya (2003) yang membahas mengenai

bagaimana dispersion of ownership dapat mempengaruhi kebijakan dividen

menyimpulkan bahwa ada hubungan searah antara dispersion of ownership dengan

kebijakan dividen.

Selain insider ownership dan dispersion of ownership, Jensen dan Meckling juga

menjelaskan bahwa agency conflict dapat ditimbulkan oleh free cash flow. Free cash

flow memiliki pengaruh terhadap dividend payout ratio. Pengaruh free cash flow

terhadap dividend payout ratio bersifat positif artinya semakin tinggi free cash flow

Page 53: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

53

maka semakin tinggi dividend payout ratio atau semakin rendah free cash flow maka

semakin rendah dividend payout ratio (Jensen, 1986). Hal ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Smith and Watts (1992) dalam Dini Rosdini (2009) yang

menyatakan bahwa:

“Untuk menghindari terjadinya overinvestment (free cash flow problem),

manajer akan membagikan dividen dalam jumlah yang tinggi”.

Lang and Litzenberger (1989) dalam Rosdini (2009) juga menyatakan bahwa:

“Bagi perusahaan overinvesting, kenaikan dividen mengimplikasikan

pengurangan kebijakan manajemen atas investasi yang telah overinvesting

sehingga respon pemegang saham positif terhadap kenaikan dividen tersebut”.

Peningkatan dividen merupakan sinyal yang positif tentang pertumbuhan

perusahaan di masa yang akan datang, karena meningkatnya dividen diartikan sebagai

adanya keuntungan yang akan diperoleh di masa yang akan datang sebagai hasil yang

diperoleh dari keputusan investasi yang perusahaan dengan net present value positif.

Hasil penelitian Jensen (1986) dalam Dini Rosdini (2009) mengemukakan

bahwa:

“Jika perusahaan memiliki free cash flow maka perusahaan akan

membagikannya sebagai dividen, sehingga dividen yang dibayarkan saat free

cash flow tinggi tersebut juga memiliki besaran nilai yang tinggi pula”.

Teori free cash flow milik Jensen (1986) menjelaskan tindakan tersebut adalah

untuk mengurangi agency cost yang ditimbulkan oleh manajemen dan shareholder

akibat konflik kepentingan antara keduanya terkait free cash flow.

Page 54: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

54

Sedangkan hasil penelitian Ross et.al (2000) dalam Pujiastuti (2008)

mengemukakan bahwa:

“Jika proporsi free cash flow terhadap total aset semakin besar maka perusahaan akan membayarkan dividen dengan jumlah yang semakin kecil. Sebaliknya jika proporsi free cash flow terhadap aset adalah kecil, maka perusahaan membayarkan dividen dalam jumlah yang besar”.

Konflik kepentingan yang terjadi pada pemegang saham dan kreditor tentang

permasalahan pembayaran dividen dapat diminimalkan melalui jaminan aset

(collateralizable assets). Collateralizable Assets mencerminkan besarnya nilai aktiva

tetap perusahaan pada akhir tahun laporan keuangan yang dapat digunakan untuk

memperoleh pinjaman. Titman dan Wassel (1988) dalam Pujiastuti (2008)

mengemukakan bahwa:

“Perusahaan yang memegang lebih banyak aset yang dijaminkan (collateralizable assets) mempunyai lebih sedikit agency costs antara pemegang saham dengan pemegang obligasi karena aset ini dapat berfungsi sebagai pinjaman kolateral. Sehingga dapat dikatakan bahwa collateralizable assets berhubungan positif dengan dividend payout ratio”.

Sedangkan Handoko (2002) dalam Pandu (2006) menemukan bahwa:

“Collaterizable assets berhubungan negatif signifikan dengan kebijakan

deviden”.

Hasil dari penelitian Achmad Fauz dan Rosidi collaterizable asset menunjukan

pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dalam hal ini, jika terjadi

level collateral asset tinggi maka kebijakan dividen akan tinggi, sebaliknya jika level

collaterizable assets rendah maka kebijakan dividen akan rendah.

Page 55: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

55

Menurut hasil penelitian I Nyoman Nugraha (2006) variabel collaterizable asset

berpengaruh signifikan dengan kebijakan dividen. Adanya pengaruh yang signifikan

ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia mempunyai jaminan

aset yang cukup tinggi yang akhirnya akan menurunkan biaya keagenan dan

mempengaruhi kebijakan dividen.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis membuat bagan kerangka pemikiran,

seperti terlihat pada gambar berikut :

Gambar 2.1

Gambar Kerangka Pemikiran

Collaterizable Assets (X 4)

Free Cash Flow (X3 ¿

Kebijakan Dividen (Y)

Dispersion Of Ownership (X2 ¿

Insider Ownership (X1)

Agency cost

Page 56: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

56

2.3 Hipotesis

Hipotesis adalah proporsi, kondisi atau suatu prinsip yang dianggap benar dan

berangkat tanpa keyakinan, agar dapat ditarik suatu konsekuensi yang logis dan

dengan cara ini kemudian digunakan pengujian tentang kebenaran dengan

menggunakan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kebijakan dividen, yaitu:

insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow, dan collateral assets.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka penulis mendapatkan hipotesis

sementara bahwa:

Insider Ownership, Dispersion of Ownership, Free Cash Flow, dan

Collaterizable Assets berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen.

Page 57: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

57

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian yang Digunakan

Metode penelitian dirancang melalui langkah-langkah penelitian dari mulai

operasional variabel, penentuan jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan

diakhiri dengan merancang analisis data dan pengujian hipotesis.

Menurut Sugiyono (2010:4) Metode Penelitian adalah :

”Cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data yang objektif, valid, dan realibel dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan, sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah”.

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan verifikatif.

Analisis deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel

independen dan variabel dependen, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat

perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain yang diteliti dan dianalisis

sehingga menghasilkan kesimpulan. Sedangkan analisis verifikatif adalah analisis model dan

pembuktian yang berguna untuk mencari kebenaran dari hipotesis yang diajukan.

Dengan metode ini penulis bermaksud mengumpulkan data historis dan

mengamati secara seksama mengenai aspek-aspek tertentu yang berkaitan erat dengan

Page 58: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

58

masalah yang diteliti sehingga akan diperoleh data yang menunjang penyusunan

laporan penelitian. Data yang diperoleh tersebut kemudian diproses, dianalisis lebih

lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari sehingga memperoleh gambaran

mengenai objek tersebut dan dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah yang

diteliti.

3.2 Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel

3.2.1 Definisi Variabel dan Pengukurannya

Menurut Sugiyono (2010:59) pengertian variabel adalah :

“Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau ditarik

kesimpulannya”.

Sesuai dengan judul skripsi ini yaitu “Pengaruh Insider Ownership, Dispersion of

Ownership, Free Cash Flow, dan Collaterizable Assets Terhadap Kebijakan Dividen”, maka

definisi dari setiap variabel dan pengukurannya adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas/independent variable (X)

Menurut Sugiyono (2010:60), variabel bebas merupakan:

“Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat)”

Page 59: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

59

Dalam penelitian ini terdapat empat variabel independen, yaitu:

a. Insider Ownership (X1)

Menurut Brigham et al (2001) dalam Pandu (2006) insider ownership merupakan:

“Persentase kepemilikan yang berkaitan dengan saham dan opsi yang dimiliki manajer dan direksi perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan kompensasi yang diberikan perusahaan kepada karyawan. Secara matematis, nilai kepemilikan manajerial ini diperoleh dari persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh dewan direksi dan komisaris”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa insider ownership merupakan pemilik

sekaligus pengelola perusahaan yang terdiri dari direktur dan komisaris. Insider ownership

dapat dilihat dari presentase saham yang dimililki oleh pihak manajemen. Dimana pihak

manajemen yang dimaksud adalah direktur dan komisaris yang aktif ikut dalam

pengambilan keputusan. Skala pengukuran Insider ownership menggunakan skala rasio.

Insider ownership dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

(Suwaldiman dan Ahmad Aziz, 2006)

Keterangan :

Insider Ownership = D∧CSHR¿

TOTSHR¿

Page 60: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

Variance=∑i=1

n

(X1−X )2

n−1

60

D∧CSHR¿ : kepemilikan saham oleh direktur dan komisaris perusahaan i pada tahun t .

TOTSHR : jumlah total dari saham biasa perusahaan yang beredar.

b. Dispersion of Ownership (X2)

Dispersion of ownership adalah penyebaran kepemilikan saham yang dihitung

dengan rumus variance, karena besarnya nilai variance menunjukkan bahwa data

kepemilikan saham semakin terkonsentrasi pada satu atau beberapa pemegang saham.

Variance merupakan suatu ukuran dari sebaran disekitar rata-rata hitung. Skala

pengukuran Dispersion of ownership menggunakan skala rasio. Dispersion of

ownership dihitung derngan formula:

(Pujiastuti, 2008)

Keterangan : X1 = persentase kepemilikan saham suatu kelompok

X = rata – rata kepemilikan saham

n= jumlah data

c. Free Cash Flow (X3)

Page 61: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

61

Free cash flow adalah aliran kas diskresioner yang tersedia bagi perusahaan.

Free cash flow adalah kas dari aktivitas operasi dikurangi capital expenditures yang

dibelanjakan perusahaan untuk memenuhi kapasitas produksi saat ini (White et al

2003 dalam Rosdini 2009).

Free cash flow diukur dengan membagi free cash flow dengan total assets

dengan tujuan agar lebih comparable bagi perusahaan-perusahaan yang dijadikan

sampel, sehingga penghitungan free cash flow menjadi relative terhadap size

perusahaan, dalam hal ini diukur dengan total assets. Skala pengukuran free cash

flow menggunakan skala rasio. Free cash flow dihitung dengan menggunakan rumus

yaitu:

Ross et al (2000)

Keterangan :

Cash flow from operations (aliran kas operasi) = nilai bersih kenaikan/penurunan arus kas

dari aktivitas operasi perusahaan.

Net capital expenditure (pengeluaran modal bersih) = nilai perolehan aktiva tetap akhir –

nilai perolehan aktiva tetap awal.

Free Cash Flow = cash flow from operations – (net capital expenditure + changes in

working capital)

Page 62: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

62

Changes in working capital (perubahan modal kerja) = modal kerja akhir tahun – modal kerja

awal tahun.

Kemudian nilai free cash flow tersebut dibuat suatu rasio yaitu dengan membagi

free cash flow dengan total aset. Alasan yang mendasarinya adalah kas merupakan

bagian dari aset perusahaan. Rumusnya adalah sebagai berikut.

Ross et al (2000)

d. Collaterizable Assets (X 4)

Collaterizable assets adalah perbandingan antara rasio total aktiva tetap bersih dengan

total aktiva (I Nyoman, 2006) dan skala pengukuran collaterizable assets menggunakan skala

rasio. Collateral asset yang sering diberi symbol ASCOL, dapat diukur dari rasio aset tetap

netto (net fixed assets) terhadap aset total. Rasio ini dianggap sebagai proksi aset-aset

kolateral untuk cost agency (Pujiastuti, 2008) Collaterizable assets dihitung dengan rumus :

Collaterizable Assets = ¿Assets

Total Asset

Rasio Free Cash Flow =FCF

Total Aset

Page 63: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

63

(Pujiastuti, 2008)

2. Variabel terikat/dependent variable (Y)

Sugiyono, (2010:60) mendefinisaikan variable terikat sebagai:

“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas”.

Dalam penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah kebijakan dividen. Menurut

Agus Sartono (2001:281) kebijakan dividen (dividend policy) merupakan:

“Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan

dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk

laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang”.

Kebijakan dividen dihitung menggunakan rasio Devidend Payout Ratio (DPR) yang

merupakan perbandingan antara dividen per lembar saham terhadap laba per lembar

saham. Dividend Payout Ratio (DPR) dihitung dengan rumus:

(Gitman, 2006)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

DPR = Dividen per share

Earning per share

Page 64: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

64

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menjabarkan variabel penelitian ke dalam

konsep dimensi dan indikator. Disamping itu, tujuannya adalah untuk memudahkan

pengertian dan menghindari perbedaan presepsi dalam penelitian ini. Pada penelitian ini,

berikut adalah operasionalisasi variabel dari penelitian ini:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Dimensi Indikator Skala

Insider

ownership

(X1)

Besarnya persentase

kepemilikan saham

perusahaan oleh

pihak manajemen

(Pujiastuti 2008)

kepemilikan sahamdirektur∧komisaris perush aanjumlah total sahambiasa perusahaan yangberedar

(Pujiastuti 2008) Rasio

Dispersion of

ownership

(X2)

Tingkat penyebaran

kepemilikan saham

(Pujiastuti 2008) Variance dari kepemilikan saham

(Pujiastuti 2008)Rasio

Free Cash

Flow (X3)

Kas perusahaan yang

dapat didistribusi

kepada kreditur atau

FCFTotal Aset

Rasio

Page 65: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

65

pemegang saham

yang tidak digunakan

untuk modal kerja

(working capital)

atau investasi pada

aset tetap (Ross et al,

2000)

(Ross et. al 2000)

Collaterizabl

e Assets (X 4)

Perbandingan antara

rasio total aktiva

tetap bersih dengan

total aktiva (I

Nyoman, 2006)

¿AssetsTotal Asset

(Pujiastuti 2008)

Rasio

Kebijakan

Dividen (Y)

Kebijakan dividen

dengan penetapan

payout ratio yang

konstan (Riyanto,

2001:269)

Dividend per sh areEarning per s h are

(Gitman, 2006)Rasio

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dan sampel dalam suatu penelitian perlu ditetapkan dengan tujuan agar

penelitian yang dilakukan benar-benar mendapatkan data sesuai yang diharapkan.

Page 66: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

66

Menurut Sugiyono (2010:115) mendefinisikan pengertian populasi sebagai sebagai

berikut :

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karatertistik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan Sub Sektor Automotive

and Allied Productyang yang listing di Bursa Efek Indonesia pada periode 2005-2010.

Berdasarkan pengamatan penulis pada website Bursa Efek Indonesia, terdapat 8 perusahaan

yang aktif sampai tahun 2010 yang menjadi populasi.

3.3.2 Sampel Penelitian dan Teknik Sampling

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2009:116) adalah sebagai berikut :

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut”.

Berdasarkan populasi penelitian di atas, maka yang menjadi sampel pada penelitian ini

adalah perusahaan-perusahaan Sub Sektor Automotive and Allied Productyang listing di

Bursa Efek Indonesia pada periode 2005-2010, maka jumlah sampel yang diteliti adalah 2

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan yaitu tahun

2005-2010.

Page 67: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

67

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah teknik

purposive sampling. Menurut Nazir (2005:89) purposive sampling merupakan:

“Teknik pengambilan sampel dimana tidak memberi peluang atau kesempatan

yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi

sampel”.

Pemilihan sampel secara purposive sampling dilakukan dengan tujuan untuk

memperoleh sampel yang representatif berdasarkan kriteria yang ditentukan. Penentuan

kriteria sampel diperlukan untuk menghindari timbulnya kesalahan dalam penentuan

sampel penelitian, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap hasil analisis. Sampel

penelitian yang diambil adalah berdasarkan kriteria-kriteria berikut:

Tabel 3.2

Kriteria Sampel

Kriteria Jumlah

1. Perusahaan yang terdaftar di BEI dan menerbitkan laporan

keuangan lengkap berturut-turut dari tahun 2005 – 2010

8

2. Perusahaan yang tidak membagikan dividen berturut–turut

dari tahun 2005 – 2010

(4)

3. Perusahaan yang tidak mempunyai data lengkap tentang

insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow, dan

(2)

Page 68: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

68

collaterizable assets.

Sampel final 2

Adapun perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini antara lain:

Tabel 3.3

Sampel Penelitian

3.4

Teknik

Pengumpulan Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut

Indriantoro & Supomo (2002) data sekunder adalah:

”Sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara

(diperoleh dan dicatat pihak lain) dan dalam penggunaannya pada penelitian ini telah

diatur dan diolah oleh penulis”.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Pada tahap ini, penulis mengambil data-data sekunder berupa laporan

keuangan perusahaan-perusahaan Automotive and Allied Product yang listing di

Bursa Efek Indonesia periode 2005-2010 secara langsung ke Pusat Informasi Pasar

No. Nama perusahaan Kode

1 PT Tunas Ridean Tbk TURI

2 PT United Tractor Tbk UNTR

Page 69: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

69

Modal, kemudian penulis mengumpulkan, mempelajari, dan menelaah data-data

sekunder yang berhubungan dengan objek yang diteliti.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Pada tahap ini, penulis berusaha untuk memperoleh berbagai informasi

sebanyak-banyaknya untuk dijadikan sebagai dasar teori dan acuan untuk mengolah

data dengan cara membaca, mempelajari, menelaah, dan mengkaji literature-

literatur berupa buku-buku, jurnal, makalah, maupun penelitian-penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3. Riset Internet (Online Research)

Pengumpilan data berasal dari situs-situs terkait untuk memperoleh tambahan

literarur, jurnal, dan data lainnya.

3.5. Model Penelitian

Model penelitian adalah abstraksi dari fenomena-fenomena yang sedang diteliti.

Model penelitian yang sesuai judul penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut:

Agency cost

Page 70: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

70

Gambar 3.1 Model Penelitian

Bila dijabarkan secara matematis, maka hubungan variabel diatas adalah :

Y= f (X1,X2,X3,X4)

Dimana :

Y = Kebijakan Dividen

f = Fungsi

X1 = Insider Ownership

X2 = Dispersion of Ownership

Insider Ownership (X1)

Free Cash Flow (X3 ¿

Collaterizable Assets (X 4)

(Triani pujiastuti, 2008)

Dispersion Of Ownership (X2 ¿

Kebijakan Dividen (Y)

(Triani pujiastuti, 2008)

Page 71: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

71

X3 = Free Cash Flow

X4 = Collaterizable Assets

3.6 Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis

3.6.1 Analisis Data

Menurut Sugiyono (2010:206) yang dimaksud dengan analisis data adalah:

“Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah : mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data dari tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.”

Analisis data yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2010:206) yang dimaksud statistik deskriptif adalah :

“Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.”

Dalam analisis ini dilakukan pembahasan dengan rumusan sebagai berikut:

a. Insider Ownership

Page 72: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

72

Insider Ownership (INS) = kepemilikan saham oleh direktur dan komisaris dibagi

dengan jumlah total dari saham biasa perusahaan yang beredar.

b. Dispersion Of Ownership

Dispersion Of Ownership = Variance dari kepemilikan saham.

c. Free cash flow

Free cash flow (FCF) = cash flow from operations ‒ (net capital expenditure

+changes in working capital).

d. Collaterizable Assets

Collaterizable Assets (ASCOL) = ¿assets dibagi dengan total assets.

Statistik deskriptif yang digunakan untik memberikan deskripsi atas variabel-variabel

penelitian secara statistik. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata

(mean), maksimal, minimal, dan standar deviasi.

2. Analisis Verifikatif

Analisis verifikatif merupakan analisis model dan pembuktian yang berguna untuk

mencari kebenaran dari hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian ini analisis verifikatif

bermaksud untuk mengetahui hasil penelitian yang berkaitan dengan pengaruh insider

ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap

kebijakan dividen.

3.6.2 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis

Page 73: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

73

3.6.2.1 Rancangan Analisis

1. Analisis Statistik

Analisis statistik adalah cara-cara mengolah data yang terkumpul untuk kemudian

dapat memberikan interprestasi. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menjawab

permasalahan yang telah dirumuskan. Analisis ini digunakan untuk menunjukan hubungan

antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). anlisis statistik meliputi :

a. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis

regresi linear berganda. Setidaknya ada empat uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas,

uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik

penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian

yang minimum (Best Linier Unbiased Estimator = BLUE), yang berarti model regresi

tidak mengandung masalah. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji yang

harus dipenuhi terlebih dahulu. Berikut ini adalah uji asumsi klasik yang harus

dipenuhi oleh model regresi :

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan karena

untuk melakukan uji F dan t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti

distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak

valid dan statistik parametrik tidak dapat digunakan. Uji statistik yang

Page 74: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

74

digunakan untuk uji normalitas data dalam penelitian ini adalah uji normalitas

atau sampel Kolmogorov-Smirnov.

Hasil analisis ini kemudian dibandingkan dengan nilai kritisnya. Uji

normalitas dapat dilakukan dengan melihat besaran Kolmogorov Smirnov

dengan kriteria pengujian:

Angka signifikansi (Sig) > α = 0,05 maka data berdistribusi normal

Angka signifikansi (Sig) < α = 0,05 maka data tidak berdistribusi

normal

Jika tidak berdistribusi normal tetapi dekat dengan nilai kritis (misalnya

signifikansi Kolmogorov Smirnov 0,049) maka dapat dicoba dengan metode lain

yang mungkin memberikan justifikasi normal. Tetapi jika jauh dari nilai normal,

maka dapat dilakukan beberapa langkah yaitu melakukan transformasi data,

melakukan trimming data outliers atau menambah data observasi. Transformasi

dapat dilakukan ke dalam bentuk Logaritma natural, akar kuadrat, inverse atau

bentuk yang lain tergantung dari bentuk kurva normalnya, apakah condong ke kiri,

ke kanan, mengumpul di tengah atau menyebar ke samping kanan dan kiri.

2) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi di antara variabel bebas. Salah satu asumsi model

regresi linear adalah tidak adanya korelasi yang sempurna, atau korelasi tidak

sempurna tetapi relatif sangat tinggi pada variabel-variabel bebasnya. Jika

Page 75: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

75

terdapat multikolinearitas sempurna akan berakibat koefisien regresi tidak

dapat ditentukan serta standar deviasi menjadi tak terhingga. Jika terdapat

multikolinearitas tidak sempurna maka koefisien regresi meskipun terhingga

tetapi mempunyai standar deviasi yang besar, sehingga koefisien-koefisien

tidak dapat ditaksir dengan mudah.

Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat tolerance value dan

variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas terjadi bila nilai VIF diatas

nilai 5 atau tolerance value di bawah 0,05. Multikolinearitas tidak terjadi bila

nilai VIF di bawah nilai 5 atau tolerance value di atas 0,05. Nilai VIF dapat

dihitung dengan rumus:

VIF = 1

(1−R j2)

Cara mengatasi multikolinearitas :

1) Menghilangkan salah satu atau lebih variabel bebas yang mempunyai

koefisien korelasi tinggi atau menyebabkan multikolinearitas

2) Jika tidak dihilangkan (nomor 1) hanya digunakan untuk membantu

prediksi dan tidak untuk diinterpretasikan

3) Mengurangi hubungan linier antar variabel bebas dengan menggunakan

logaritma natural (ln)

Page 76: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

76

4) Menggunakan metode lain, misalnya metode regresi ridge.

3) Uji Autokorelasi

Salah satu asumsi model regresi linear adalah tidak terdapat autokorelasi.

Autokorelasi adalah korelasi antara nilai observasi yang berurutan dari

variabel bebas. Autokorelasi terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal,

yaitu:

Inertia, yaitu adanya momentum yang masuk ke dalam variabel-

variabel bebas yang terus-menerus sehingga akan terjadi dan

mempengaruhi nilai-nilai variabel-variabel bebasnya.

Terjadinya penyimpangan spesifikasi karena adanya variabel-variabel

bebas lain yang tidak dimasukkan dalam model.

Bentuk fungsi yang salah.

Adanya lags (tenggang waktu)

Manipulasi data yang mengakibatkan data tidak akurat.

Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan uji

statistik Durbin-Watson dengan rumus sebagai berikut :

DW=∑ (et−et−1)2

∑ e t2

keterangan :

Page 77: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

77

e t

= residual (selisih antara y observasi dengan y prediksi )

e t−e t−1= residual satu periode sebelumnya.

Setelah nilai d atau DW didapat, kemudian nilai d tersebut dibandingkan

dengan nilai – nilai kritis dari dL dan dU dari tabel statistik Durbin-Watson. Secara

umum, kriteria yang digunakan adalah:

- Jika d < 4dL, berarti ada autokorelasi positif

- Jika d > 4dL, berarti ada autokorelasi negatif

- Jika dU < d < 4 – dU, berarti tidak ada autokorelasi positif atau negatif

- Jika dL ≤ d ≤ dU atau 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL, pengujian tidak

meyakinkan

Apabila terdapat autokorelasi cara menanggulangi masalahnya yaitu

dengan cara mentransformasikan data atau bisa juga dengan mengubah model

regresi ke dalam bentuk persamaan beda umum (generalized difference

equation). Selain itu juga dapat dilakukan dengan memasukkan variabel lag

dari variabel terikatnya menjadi salah satu variabel bebas, sehingga data

observasi menjaadi berkurang 1.

4) Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah terdapat

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Dalam regresi linier diasumsikan bahwa varians bersyarat dari E(i2) =

Page 78: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

78

Var(i) = 2 (homokedastisitas), apabila varians bersyarat i = i2 untuk setiap

1, ini berarti variansnya homogen atau homokedastisitas. Akibatnya tiap

pengamatan dalam suatu penelitian tidak mempunyai kekonsistenan. Untuk

menguji ada tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini digunakan

diagram pencar. Secara sederhana dengan melihat diagram pencar apabila

diagram pencarnya mengikuti pola tertentu akan bersifat heterokedastisitas,

sedangkan diagram yang pencarannya acak akan cenderung bersifat

homokedastisitas.

Beberapa alternatif solusi jika model menyalahi asumsi heterokedastisitas

adalah dengan mentransformasikan ke dalam bentuk logaritma yang hanya

dapat dilakukan jika semua data bernilai positif. Atau dapat juga dilakukan

dengan membagi semua variabel dengan variabel yang mengalami gangguan

heterokedastisitas.

b. Uji Regresi Liniear Sederhana

Regresi dapat digunakan untuk memprediksikan seberapa jauh perubahan nilai

variabel dependen, bila nilai variabel independen dirubah-rubah. Analisis regresi, selain

digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variable, juga dapat

menunjukan arah hubungan antara variable dependen dan variable independen.

Persamaan umum regresi linier sederhana adalah:

Page 79: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

79

Y = α + βX + ε

Keterangan:

Y = Kebijakan Dividen

α = Konstanta, yaitu besarnya nilai Y ketika nilai X=0

β = Arah koefisien regresi, yang menyatakan perubahan nilai Y apabila terjadi perubahan

nilai X. Bila (+) maka arah garis akan naik, dan bila (-) maka nilai garis akan turun

X = variabel terikat / variabel yang memperngaruhi kebijakan deviden

Jika koefisien b bernilai positif, maka dapat diartikan bahwa antara variable bebas dan

variable terikat terdapat korelasi positif atau searah. Dengan kata lain, peningkatan atau

penurunan variabel bebas diikuti dengan kenaikan atau penurunan variabel terikat.

Sedangkan jika koefisien b bernilai negatif, maka menunjukan arah yang berlawanan antara

variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain, setiap peningkatan variabel bebas

akan diikuti dengan penurunan variabel terikat atau sebaliknya.

c. Analisis Regresi Linier Berganda

Page 80: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

80

Analisis regresi digunakan untuk menaksir nilai variabel Y berdasarkan nilai

variabel X, serta taksiran perubahan variabel Y untuk setiap satuan perubahan

variabel X. Bentuk persamaan dari regresi linier berganda adalah:

Y = + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 +

Dimana:

Y = Kebijakan Dividen

X1 = Insider ownership

X2 = Dispersion of ownership

X3= Free Cash Flow

X4= Collaterizable Assets

= Konstanta, merupakan nilai terkait yang dalam hal ini adalah Y pada saat

variabel bebasnya adalah 0 (X1, X2, X3, X4 = 0)

1= Koefisien regresi berganda antara variabel bebas X1 terhadap variabel

terikat Y, bila variabel bebas X2, X3 dan X4 dianggap konstan

2= Koefisien regresi berganda antara variabel bebas X2 terhadap variabel

terikat Y, bila variabel bebas X1, X3 dan X4 dianggap konstan

3= Koefisien regresi berganda antara variabel bebas X3 terhadap variabel

terikat Y, bila variabel bebas X1, X2 dan X4 dianggap konstan

Page 81: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

81

4= Koefisien regresi berganda antara variabel bebas X4 terhadap variabel

terikat Y, bila variabel bebas X1, X2 dan X3 dianggap konstan

= faktor-faktor lain yang mempengaruhi variabel Y

Arti koefisien adalah jika nilai positif (+), hal tersebut menunjukkan

hubungan yang searah antara variabel bebas dengan variabel terikat, dan jika nilai

negatif (-), hal tersebut menunjukkan hubungan yang berlawanan antara variabel

bebas dengan variabel terikat Sehingga jika nilai positif (+), peningkatan

(penurunan) besarnya variabel bebas akan diikuti oleh peningkatan (penurunan)

besarnya variabel terikat, sedangkan jika nilai negatif (-), peningkatan (penurunan)

besarnya variabel bebas akan diikuti oleh (penurunan) peningkatan besarnya variabel

terikat.

Setelah mendapatkan persamaan regresi dari tahap Analisis Regresi Linier

Berganda, maka selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik regresi. Hal ini

dilakukan karena secara teoritis model regresi penelitian akan menghasilkan nilai

parameter model penduga yang sahih bila dipenuhi asumsi klasik regresi, yaitu tidak

terjadi multikolinearitas, tidak terjadi autokorelasi, dan tidak terjadi

heterokedastisitas. Sehingga pengujian asumsi klasik ini meliputi uji

multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas.

d. Analisis Korelasi

1. Analisis Korelasi Parsial

Page 82: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

82

Besarnya pengaruh masing-masing komponen variabel bebas secara parsial,

yaitu insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable

assets terhadap kebijakan dividen, dapat diketahui dengan menggunakan koefisien

korelasi parsial. Koefisien korelasi parsial tersebut dapat dihitung sebagai berikut:

r y1.234=n∑ X 1Y−(∑ X 1)

2(∑Y )

2

√ {n∑ X12−(∑ X1)

2}¿¿¿

r y2.134=n∑ X 2Y−(∑ X2)

2(∑Y )

2

√ {n∑ X22−(∑ X2)

2}¿¿¿

r y3.124=n∑ X 3Y −(∑ X3)

2(∑Y )

2

√ {n∑ X32−(∑ X3)

2}¿¿¿

r y4.123=n∑ X 4 Y−(∑ X4)

2(∑Y )

2

√ {n∑ X42−(∑ X 4)

2}¿¿¿

Dengan diketahuinya koefisien korelasi antara masing-masing variabel X dan Y

maka dapat ditentukan koefisien determinasi untuk mengetahui besarnya pengaruh

yang ditimbulkan masing variabel bebas terhadap terikat.

Pada hakekatnya, nilai r berkisar antara –1 dan 1. Bila r mendekati –1 atau 1,

maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang erat antara variabel bebas dan

variabel terikat. Bila r mendekati 0, maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat sangat rendah atau bahkan tidak ada.

Page 83: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

83

Besar kecilnya koefisien korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat dapat

diinterpretasikan melalui tabel berikut ini:

Tabel 3.4

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Paramete

r

Kategori

0,00-0,199

0,20-0,399

0,40-0,599

0,60-0,799

0,80-1,00

Sangat rendah

Rendah

Cukup Kuat

Kuat

Sangat Kuat

(Sugiyono,2010:250)

2. Analisis Korelasi Berganda

Page 84: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

84

Berdasarkan adanya regresi linier berganda ini, kemudian dihitung besarnya

koefisien korelasi secara keseluruhan (R) dan koefisien determinasi / multi korelasi

(R2 ) yang merupakan bagian dari variasi total dalam variabel terikat yang dapat

dijelaskan oleh variabel bebas secara bersama-sama. Korelasi berganda digunakan

untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara keseluruhan variabel bebas (X1, X2,

X3 dan X4 ) dengan variabel terikat (Y). Koefisien korelasi tersebut diperoleh dari:

(1−R2y .123 )=(1−r2

y 1 )(1−r2y 2.1)(1−r2

y 3.12)(1−r2y 4.123)

dengan :

R2y .123 merupakan koefisien determinasi berganda. Apabila R2

y .123semakin mendekati

1, maka pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya semakin tinggi.

3.6.2.2 Pengujian Hipotesis

r2yi=

n∑ X iY −(∑ X i )(∑Y )√¿¿¿

Page 85: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

85

Hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini berkaitan dengan

ada tidaknya pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.

Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah pengujian hipotesis null (H 0) yang

menyatakan bahwa koefisien korelasinya tidak berarti atau tidak signifikan sedangkan

hipotesis alternatif (H 1) menyatakan bahwa koefisien korelasinya berarti atau

signifikan.

A. Uji Parsial (Uji – t / Uji Keberartian Koefisien):

Uji t (t-test) digunakan untuk menguji hipotesis sacara parsial guna menunjukan

pengaruh tiap variabel independen secara individu terhadap variabel dependen. Uji t adalah

pengujian koefisien regresi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel indepneden terhadap variabel

dependen.

1. Insider Ownership

H 0: β1= 0 Insider ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan

dividen

H 1: β1 ≠ 0 Insider ownership berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen

2. Dispersion of Ownership

H 02 : β2= 0 Dispersion of ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap

kebijakan dividen

Page 86: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

86

H 1: β2 ≠ 0 Dispersion of ownership berpengaruh signifikan terhadap kebijakan

dividen

Free Cash Flow

H 0: β3= 0 Free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan

dividen

H 1: β3≠ 0 Free cash flow berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen

4. Collaterizable Assets

H 0: β4= 0 Collaterizable assets tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan

dividen

H 1: β4≠ 0 Collaterizable assets berpengaruh signifikan terhadap kebijakan

dividen

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat

digunakan pengujian koefisien regresi secara parsial (uji t), yaitu dengan

membandingkan thitung dan ttabel, yang dirumuskan sebagai berikut:

t hitung=r √n−k−1

1−r2

Keterangan:

r : Korelasi parsial

k : jumlah variabel independen

Page 87: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

87

n : Jumlah sampel

Masing-masing t hasil perhitungan ini kemudian dibandingkan dengan ttabel yang

diperoleh dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Kriteria yang digunakan

sebagai dasar perbandingan adalah sebagai berikut:

Uji hipotesis secara parsial menggunakan uji pihak kanan, dengan kriteria:

Ho diterima bila thitung ttabel atau nilai sig > 0,05

Ho ditolak bila thitung > ttabel atau nilai sig < 0,05

Bila terjadi penerimaan Ho maka dapat disimpulkan suatu pengaruh adalah tidak

signifikan, sedangkan bila Ho ditolak artinya suatu pengaruh adalah signifikan.

B. Secara Simultan (Uji –F / Uji Linearitas)

H 0: Ho5 : β1=β2=β3=β4 = 0

Yang berarti Insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow, dan

collaterizable assets tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen

H 1: minimal terdapat satu β i ≠ 0 dimana i = 1,2,3,4

Yang berarti Insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow, dan

collaterizable assets berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen

Uji F digunakan untuk dapat mengetahui hubungan dan pengaruh antara variabel

bebas dan variabel terikat secara keseluruhan atau secara simultan.

Page 88: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

88

Rumus Pengujian adalah:

F=

R2 / (k – 1)

(1 – R2) / (n – k)

R2 : Koefisien determinasi gabungan

k : Jumlah variabel independen

n : Jumlah sampel

Nilai F dari hasil perhitungan diatas kemudian diperbandingkan dengan F tabel

atau F yang diperoleh dengan menggunakan tingkat risiko 5% dan degree of freedom

pembilang dan penyebut, yaitu V1 = k dan V2 = n-k-1 dimana kemudian kriteria

yang digunakan adalah:

Ho diterima bila Fhitung Ftabel atau nilai sig > 0,05

Ho ditolak bila Fhitung > Ftabel atau nilai sig < 0,05

Jika terjadi penerimaan Ho, maka dapat diartikan sebagai tidak signifikannya

model regresi multipel yang diperoleh sehingga mengakibatkan tidak signifikan pula

pengaruh dari variabel-variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap

variabel terikat.

Page 89: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

89

C. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi. Analisis ini digunakan

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen (arus kas dan laba kotor)

terhadap variabel dependen (harga saham).

Kd=r2xy×100 %

Dimana:

Kd = Koefisien determinasi

r2xy = Koefisien kuadrat korelasi ganda

Kriteria untuk analisis koefisien determinasi adalah :

1) Jika Kd mendekati nol (0), berarti pengaruh variabel independen terhadap

dependen lemah.

2) Jika Kd mendekati satu (1), berarti pengaruh variabel independen terhadap

dependen kuat.

3.6.3 Penarikan Kesimpulan

Dari hipotesis-hipotesis yang kita dapatkan tadi, kita dapat menarik kesimpulan

apakah variabel-variabel bebas secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan

Page 90: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

90

atau tidak terhadap variabel terikat, dan pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat secara parsial. Dalam hal ini ditunjukkan dengan penolakan H 0 atau

penerimaan hipotesis alternatif H 1.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

Page 91: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

91

Penelitian dilakukan terhadap 2 perusahaan Automotive dan Allied Product yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2010, yang telah dipilih menggunakan

metode purposive sampling dengan berbagai kriteria yang telah ditentukan dan

dijelaskan dalam bab III. Adapun gambaran perusahaan yang menjadi sampel

penelitian adalah sebagai berikut:

1. PT Tunas Ridean Tbk.

PT Tunas Ridean Tbk (“Perseroan”) didirikan berdasarkan Akta Notaris

Winanto Wiryomartani, S.H., No. 102 tertanggal 24 Juli 1980. Akta pendirian

ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat

Keputusan No. Y.A.5/140/1 tertanggal 7 April 1981 dan diumumkan dalam

Lembaran Berita Negara No. 935, Tambahan No. 84 tertanggal 21 Oktober

1983. Anggaran Dasar Perseroan telah beberapa kali diubah. Perubahan

terakhir dengan Akta Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, S.H., No. 41

tertanggal 11 Mei 2007 mengenai perubahan susunan anggota Dewan

Komisaris dan Direksi. Perubahan tersebut telah dilaporkan kepada Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Kegiatan komersial

Perseroan dimulai tahun 1981. Perseroan dan anak perusahaan (bersama-sama

disebut “Grup”) terbagi dalam dua divisi sesuai dengan kegiatan utamanya:

Keagenan penjualan kendaraan bermotor, yang berkedudukan di

Jakarta dan Lampung. Keagenan yang berkedudukan di Jakarta

dilaksanakan oleh PT Tunas Ridean Tbk (induk perusahaan), PT

Page 92: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

92

Tunas Mobilindo Parama (”TMP”), PT Tunas Mobilindo Perkasa

(”TMP2”), PT Surya Mobil Megahtama (”SMM”), PT Tunas Asset

Sarana (’’TAS’’), dan yang berkedudukan di Lampung dilaksanakan

oleh PT Tunas Dwipa Matra (”TDM”).

Jasa keuangan dan sewa, yang berkedudukan di Jakarta, dilaksanakan

oleh PT Tunas Financindo Sarana (“TFS”) dan PT Surya Sudeco

(”SS”).

Seluruh saham Perseroan yang beredar dicatat di Bursa Efek Jakarta (sekarang

Bursa Efek Indonesia) sejak 16 Mei 1995.

2. PT United Tractors Tbk

PT United Tractors Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Indonesia pada

tanggal 13 Oktober 1972 dengan nama PT Inter Astra Motor Works,

berdasarkan Akta Pendirian No. 69, oleh Notaris Djojo Muljadi, S.H. Akta

Pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik

Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/34/8 tanggal 6 Pebruari 1973 dan

telah diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 31, Tambahan No. 281

tanggal 17 April 1973. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami

perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan yang terakhir dilakukan dengan

Akta No. 25 tanggal 16 Agustus 2000 oleh Refizal, S.H., notaris di Jakarta,

berkaitan dengan peningkatan modal dasar Perusahaan dari sejumlah Rp 500

miliar menjadi Rp 1.500 miliar. Perubahan tersebut telah mendapatkan

persetujuan Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia

Page 93: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

93

sesuai dengan Surat Keputusan No. C- 16066.HT.01.04.Th.2000 tanggal 2

Agustus 2000 dan telah diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 51

tanggal 26 Juni 2001, Tambahan No. 249. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan

dan anak perusahaan (bersama-sama disebut “Grup”) meliputi penjualan dan

penyewaan alat berat beserta pelayanan purna jual dan kontraktor

penambangan. Perusahaan memulai kegiatan operasinya pada tahun 1973.

Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan mempunyai 18 cabang, 11 kantor

lokasi (site offices) dan 11 kantor perwakilan yang tersebar di seluruh

Indonesia. Kantor pusat berlokasi di Jalan Raya Bekasi Km. 22, Cakung,

Jakarta. Jalan Raya Bekasi Km. 22, Cakung, Jakarta. Pada tahun 1989,

Perusahaan melakukan Penawaran Umum Perdana pada Bursa Efek Jakarta

dan Bursa Efek Surabaya dengan menawarkan sejumlah 2,7 juta lembar

saham dengan nilai nominal Rp 1.000 (Rupiah penuh) per lembar saham,

dengan harga penawaran sebesar Rp 7.250 (Rupiah penuh) per lembar saham.

Pada bulan April 2000, para pemegang saham menyetujui peningkatan modal

saham ditempatkan dari Rp 138 miliar menjadi Rp 386,4 miliar. Peningkatan

ini dilakukan dengan kapitalisasi selisih penilaian kembali aktiva tetap

sejumlah Rp 248,4 miliar, dimana setiap pemilik lima lembar saham

menerima sembilan lembar saham baru.

Page 94: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

94

4.1.2 Gambaran Insider Ownership Pada Perusahaan Automotive dan Allied

Product

Insider ownership merupakan variabel bebas pertama (X1) dalam penelitian ini.

Insider ownership merupakan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen. Insider

ownership dihitung dengan cara membagi jumlah saham yang dimiliki komisaris dan

direksi dengan total saham yang beredar. Dengan rumus sebagai berikut:

Insider Ownership = D∧CSHR¿

TOTSHR¿

(Suwaldiman dan Ahmad Aziz, 2006)

Keterangan :

D∧CSHR¿ : kepemilikan saham oleh direktur dan komisaris perusahaan i pada tahun

t .

TOTSHR : jumlah total dari saham biasa perusahaan yang beredar.

Berikut ini adalah data insider ownership dari perusahaan yang dijadikan sampel

selama tahun 2005 – 2010:

Tabel 4.1

Insider OwnershipPerusahaan Automotive dan Allied Product

Periode 2005- 2010

No Nama Perusahaan Tahun Insider Owneship1 PT Tunas Ridean Tbk (TURI) 2005 6,0636

Page 95: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

95

2006 6,06362007 6,06362008 7,11032009 7,11032010 7,1169

2 PT United Tractor Tbk (UNTR)

2005 1,39062006 1,40672007 1,46912008 1,46912009 1,46912010 1,4691

Sumber : Laporan Keuangan dan Hasil pengolahan data

Adapun perkembangan insider ownership dari perusahaan yang dijadikan sampel

selama tahun 2005 – 2010 tampak dalam grafik berikut ini :

Grafik 4.1

Insider OwnershipPerusahaan Automotive dan Allied Product

Periode 2005- 2010

Page 96: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

96

2005 2006 2007 2008 2009 20100

1

2

3

4

5

6

7

Insider Ownership

Insider Ownership (TURI) Insider Ownership (UNTR)

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa insider ownership pada 2

sampel perusahaan automotive dan allied product selama tahun

2005-2010 nilai yang tertinggi sebesar 7,1168 yang diperoleh pada

tahun 2010 di PT Tunas Ridean Tbk (TURI). Untuk nilai insider

ownership yang terendah sebesar 1,3906 yang diperoleh pada tahun

2005 di PT United Tractor Tbk (UNTR).

4.1.3 Gambaran Dispersion of Ownership Pada Perusahaan Automotive dan

Allied Product

Dispersion of ownership merupakan variabel bebas kedua (X2) dalam penelitian

ini. Dispersion of ownership menunjukkan penyebaran kepemilikan saham. Variabel

Page 97: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

97

dispersion of ownership diukur dengan menggunakan rumus variance. Variance

merupakan suatu ukuran dari sebaran disekitar rata-rata hitung. Skala pengukuran

Dispersion of ownership menggunakan skala rasio. Dispersion of ownership dihitung

derngan formula:

Variance=∑i=1

n

(X1−X )2

n−1

Trianin Pujiastuti (2008)

Keterangan :

X1 = persentase kepemilikan saham suatu kelompok

X = rata – rata kepemilikan saham

n= jumlah data

Berikut ini adalah data dispersion of ownership dari perusahaan yang dijadikan

sampel dari tahun 2005 – 2010 :

Page 98: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

98

Tabel 4.2

Dispersion of OwnershipPerusahaan Automotive dan Allied Product

Periode 2005- 2010

NO KODE Tahun Dispersion Of Ownership

1 TURI

2005 0,03072006 0,03072007 0,03072008 0,03622009 0,03622010 0,0331

2 UNTR

2005 0,08762006 0,01432007 0,01812008 0,01812009 0,01812010 0,0181

Sumber : Laporan Keuangan dan Hasil pengolahan data

Adapun perkembangan dispersion of ownership dari perusahaan yang dijadikan

sampel selama tahun 2005 – 2010 tampak dalam grafik berikut ini :

Page 99: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

99

Grafik 4.2

Dispersion of OwnershipPerusahaan Automotive dan Allied Product

Periode 2005- 2010

2005 2006 2007 2008 2009 20100

0.010.020.030.040.050.060.070.080.09

0.1

Dispersion of Ownership

Dispersion of Ownership (TURI)Dispersion of Ownership (UNTR)Axis Title

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa dispersion of ownership pada

2 sampel perusahaan automotive dan allied product selama tahun

2005-2010 nilai yang tertinggi sebesar 0,0876 yang diperoleh pada

tahun 2005 di PT United Tractor Tbk (UNTR). Untuk nilai dispersion

of ownership yang terendah sebesar 0,0142 yang diperoleh pada

tahun 2006 di PT United Tractors Tbk (UNTR).

4.1.4 Gambaran Free Cash Flow Pada Perusahaan Automotive dan Allied

Product

Page 100: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

100

Free cash flow merupakan variabel bebas ketiga (X3) dalam penelitian ini. Free

cash flow sebagai kas perusahaan yang dapat didistribusi kepada kreditur atau

pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja (working capital) atau

investasi pada aset tetap. Free cash flow diukur dengan membagi Free cash flow

dengan total assets pada periode yang sama dengan tujuan agar lebih comparable

bagi perusahaan- perusahaan yang dijadikan sampel, sehingga penghitungan free cash

flow menjadi relative terhadap size perusahaan, dalam hal ini diukur dengan total

assets.

Berikut ini adalah data free cash flow dari perusahaan yang dijadikan sampel dari

tahun 2005- 2010

Tabel 4.3

Free Cash Flow/Total AssetsPerusahaan Automotive dan Allied Product

Periode 2005- 2010

NO KODE Tahun Rasio Free Cash Flow1

TURI

2005 -0,15282006 -0,14702007 -0,22942008 -0,14932009 -0,43442010 -0,4786

2

UNTR

2005 -0,49922006 -0,42872007 -0,35722008 -0,44912009 -0,46982010 -0,4638

Sumber : Laporan Keuangan dan Hasil pengolahan data

Page 101: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

101

Adapun perkembangan free cash flow dari perusahaan yang dijadikan sampel

selama tahun 2005 – 2010 tampak dalam grafik berikut ini :

Grafik 4.3

Free Cash Flow/Total AssetsPerusahaan Automotive dan Allied Product

Periode 2005- 2010

200520062007200820092010

-0.6000

-0.5000

-0.4000

-0.3000

-0.2000

-0.1000

0.0000

Free Cash Flow

Free Cash Flow (TURI)Free Cash Flow (UNTR)

Axis Title

Page 102: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

102

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa free cash flow pada 2 sampel

perusahaan automotive dan allied product selama tahun 2005-2010

nilai yang tertinggi sebesar -0,1470 yang diperoleh pada tahun 2006

di PT Tunas Ridean Tbk (TURI) Untuk nilai free cash flow yang

terendah sebesar -0,4992 yang diperoleh pada tahun 2005 di PT

United Tractor Tbk (UNTR).

4.1.5 Gambaran Collaterizable Assets Pada Perusahaan Automotive dan Allied

Product

Collaterizable assets merupakan variabel bebas keempat (X4) dalam penelitian

ini. Collaterizable assets adalah aset perusahaan yang dapat digunakan sebagai

jaminan peminjaman. Collaterizable asset diukur dengan membagi antara total aktiva

tetap bersih terhadap total aktiva.

Collaterizable assets dihitung dengan rumus :

(Triani Pujiastuti, 2008)

Berikut ini adalah data collaterizable assets dari perusahaan yang dijadikan

sampel dari tahun 2005 – 2010 :

Collaterizable Assets = ¿Assets

Total Asset

Page 103: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

103

Tabel 4.4

Collaterizable AssetsPerusahaan Automotive dan Allied Product

Periode 2005- 2010

NO KODE Tahun COLLATERAL ASSET

1 TURI

2005 0,16082006 0,17762007 0,18892008 0,17662009 0,39552010 0,3833

2 UNTR

2005 0,40512006 0,46162007 0,42442008 0,41602009 0,48502010 0,4465

Sumber : Laporan Keuangan dan Hasil pengolahan data

Adapun perkembangan collaterizable assets dari perusahaan yang dijadikan

sampel selama tahun 2005 – 2010 tampak dalam grafik berikut ini :

Grafik 4.4

Collaterizable AssetsPerusahaan Automotive dan Allied Product

Periode 2005- 2010

Page 104: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

104

2005 2006 2007 2008 2009 20100

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

Collateral Asset

Collateral Asset (TURI)Collateral Asset (UNTR)

Axis Title

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa collaterizable assets pada 2

sampel perusahaan automotive dan allied product selama tahun

2005-2010 nilai yang tertinggi sebesar 0,4850 yang diperoleh pada

tahun 2009 di PT United Tractor Tbk (UNTR). Untuk nilai

collaterizable assets yang terendah sebesar 0,1608 yang diperoleh

pada tahun 2005 di PT Tunas Ridean Tbk (TURI).

4.1.6 Gambaran Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Automotive dan

Allied Product

Kebijakan dividen merupakan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini. Proksi

yang digunakan untuk mewakili kebijakan dividen dalam penelitian ini adalah

dividend payout ratio. Dividend payout ratio merupakan indikasi atas

persentase jumlah pendapatan yang diperoleh yang

Page 105: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

105

didistribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam

bentuk kas. Dividend payout ratio dihitung dengan rumus:

(Gitman, 2006)

Berikut ini adalah data dividend payout ratio dari perusahaan yang dijadikan

sampel pada periode 2005-2010:

Tabel 4.5

Dividend Payout RatioPerusahaan Automotive dan Allied Product

Periode 2005- 2010

NO KODE TahunDIVIDEND PAYOUT

RATIO

1 TURI

2005 18,57002006 33,29002007 40,42002008 95,63002009 7,19002010 2,5900

2 UNTR

2005 29,82002006 26,05002007 28,65002008 27,51002009 28,76002010 36,9400

Sumber : Laporan Keuangan dan Hasil pengolahan data

DPR=Dividend per shareEarning per share

Page 106: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

106

Adapun perkembangan dividend payout ratio dari perusahaan yang dijadikan

sampel selama tahun 2005 – 2010 tampak dalam grafik berikut ini :

Grafik 4.5

Dividend Payout RatioPerusahaan Automotive dan Allied Product

Periode 2005- 2010

2005 2006 2007 2008 2009 20100

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

1

Devidend Payout Ratio (TURI)Deviden Payout Ratio (UNTR)

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa dividend payout ratio pada 2

sampel perusahaan automotive dan allied product selama tahun 2005-2010 nilai yang

tertinggi sebesar 0.9563 yang diperoleh pada tahun 2008 dan nilai dividend payout

ratio yang terendah sebesar 0,0259 yang diperoleh pada tahun 2010 pada PT Tunas

Ridean Tbk (TURI).

Dari pengolahan data awal, nilai-nilai tersebut akan diolah lebih lanjut dengan

menggunakan bantuan software SPSS ver 18.0 untuk menjawab masalah yang telah

diidentifikasi.

Page 107: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

107

4.1.7 Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum dilakukannya analisis regresi linier untuk pengujian hipotesis, maka

terlebih dahulu dilakukan pengujian keabsahan persamaan regresi berdasarkan asumsi

klasik. Secara teoritis, model yang digunakan akan menghasilkan nilai parameter

penduga yang sahih bila memenuhi asumsi normalitas, tidak terjadi autokorelasi,

tidak terjadi multikolinearitas, dan tidak terjadi heterokedastisitas. Pengujian asumsi

klasik dilakukan dengan bantuan program SPSS ver 18.0.

4.1.7.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov.

Menurut Singgih Santoso (2006), dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan

berdasarkan probabilitas (asymptotic significance) yaitu:

Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal

Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari populasi adalah tidak normal

Page 108: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

108

Tabel 4.6

Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov TestOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 12

Normal Parametersa,b

Mean .0000000

Std. Deviation

.07487321

Most Extreme Differences

Absolute .154

Positive .154

Negative -.153

Kolmogorov-Smirnov Z .532

Asymp. Sig. (2-tailed) .940

a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 18

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa probabilitas sebesar 0,940 dan lebih

besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan telah memenuhi

asumsi normalitas dan selanjutnya dapat digunakan untuk analisis regresi yang

memenuhi uji normalitas.

Page 109: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

109

Gambar 4.1

Jika residual berasal dari distribusi normal, maka nilai-nilai sebaran data akan

terletak di sekitar garis lurus. Dari plot di atas terlihat bahwa titik-titik tersebar

mengikuti garis linier sehingga dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas

terpenuhi.

4.1.7.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat tolerance value dan VIF.

Multikolinearitas terjadi bila nilai tolerance value dibawah 0,05 atau nilai VIF diatas

5. Hasil uji multikolinearitas disajikan dalam tabel berikut ini.

Page 110: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

110

Tabel 4.7

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF1 (Constant) .918 .118 7.795 .000

Inisder Ownership -.053 .010 1.207 5.431 .002 .438 2.286Dispersion Of Ownership

.707 .239 .526 2.960 .025 .685 1.460

Rasio Free Cash Flow

.102 .366 -.116 -.278 .790 .124 3.079

COLLATERAL ASSET

-1.294 .494 1.341 2.638 .040 .082 4.150

a. Dependent Variable: Deviden Payout

Sumber : Hasil pengolahan SPSS 18

Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai tolerance value-nya diatas 0,05 dan nilai

VIF dibawah 5. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas

diantara variabel-variabel bebas.

4.1.7.3 Uji Autokorelasi

Dengan melakukan uji Durbin Watson, dapat diketahui apakah terdapat

autokorelasi antarsesama urutan pengamatan dari waktu ke waktu. Secara umum,

kriteria yang digunakan adalah:

Jika d < 4dU, berarti ada autokorelasi positif

Jika d > 4dL, berarti ada autokorelasi negatif

Jika dU < d < 4 – dU, berarti tidak ada autokorelasi positif atau negatif

Jika dL ≤ d ≤ dU atau 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL, pengujian tidak meyakinkan

Page 111: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

111

Tabel 4.8

Model Summaryb

ModelR R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

dimension0 1 .933a .870 .784 .05432898 1.962a. Predictors: (Constant), COLLATERAL ASSET, Dispersion Of Ownership, Inisder Ownership, Rasio Free Cash Flowb. Dependent Variable: Deviden Payout

Sumber : Hasil pengolahan SPSS 18

Dari hasil perhitungan diperoleh angka DW sebesar 1,962. Setelah melihat tabel

statistik Durbin-Watson (T=12 K=4), didapat nilai dL = 0.339, dU = 1.913. Dengan

berpedoman pada kriteria umum yang telah disebutkan di atas, karena 1.913 (dU) <

1962 (d) < 2.087 (4-dU) , maka model regresi yang telah diperoleh tidak terdapat

autokorelasi.

4.1.7.4 Uji Heterokedastisitas

Tujuan dari uji heterokedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi

heterokedastisitas.

Uji heterokedastisitas dapat dilakukan dengan cara melihat gambar plot. Jika

titik-titik pada gambar plot menyebar, maka tidak terjadi heteroskedastisitas yang

dapat merusak model rgresi.

Page 112: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

112

Gambar 4.2

Berdasarkan gambar plot diatas, titik – titik membentuk pola acak yang bisa

disimpulkan tidak terjadi situasi heteroskedastisitas yang bersifat merusak model

regresi.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Insider Ownership

Di bawah ini disajikan hasil statistik deskriptif dari pengolahan variabel insider

ownership. Hasil pengolahan variabel diperoleh dengan bantuan SPSS ver 18.0.

Page 113: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

113

Tabel 4.9

Deskriptif Statistik Insider Ownership

Perusahaan Automotive dan Allied Product

Periode 2005- 2010

Sumber : Hasil pengolahan SPSS 18

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa insider ownership pada perusahaan

automotive dan allied product yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-

2010 mempunyai insider ownership rata-rata 4.0160 dengan nilai yang tertinggi

sebesar 7.12 yang diperoleh pada tahun 2010 di PT Tunas Ridean Tbk (TURI) dan

nilai insider ownership yang terendah sebesar 1,39 yang diperoleh pada tahun 2005

di. PT United Tractor Tbk (UNTR).

N Valid 12

Missing 0

Mean 4.0169

Std. Error of Mean .78330

Median 3.7664

Std. Deviation 2.71343

Minimum 1.39

Maximum 7.12

Sum 48.20

Page 114: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

114

Tingginya insider ownersip pada PT Tunas Ridean Tbk (TURI)

tahun 2010, diakibatkan oleh banyaknya persentase saham yang

dimiliki oleh pihak direktur dan komisaris sehingga jumlah saham

yang beredar di masyarakat sedikit. Sebaliknya, rendahnya insider

ownership pada PT United Tractor Tbk (UNTR) tahun 2005

diakibatkan oleh banyaknya jumlah saham yang beredar di

masyarakat yang menyebabkan kecilnya persentase kepemilikan

saham oleh pihak direktur dan komisaris.

4.2.2 Analisis Dispersion of Ownership

Di bawah ini disajikan hasil statistik deskriptif dari pengolahan variabel

dispersion of ownership. Hasil pengolahan variabel diperoleh dengan bantuan SPSS

ver 18.0.

Tabel 4.10

Deskriptif Statistik Dispersion of Ownership

Perusahaan Automotive dan Allied Product

Periode 2005- 2010

N Valid 12

Missing 0

Mean .0306

Std. Error of Mean .00570

Page 115: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

115

Median .0285

Mode .02

Std. Deviation .01975

Variance .000

Range .07

Minimum .01

Maximum .09

Sum .37

Sumber : Hasil pengolahan SPSS 18

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa dispersion of

ownership pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2005-2010 mempunyai dispersion of ownership

rata-rata 0,0306 dengan nilai yang tertinggi sebesar 0.09 yang

diperoleh pada tahun 2005 di PT United Tractor Tbk (UNTR) dan

nilai dispersion of ownership yang terendah sebesar 0,01 yang

diperoleh pada tahun 2006 di PT United Tractor Tbk (UNTR).

Tingginya dispersion of ownership pada PT Tunas Ridean Tbk (TURI) tahun

2005 diakibatkan karena semakin banyak orang yang berbeda memegang saham

sehingga menyebabkan semakin besar tingkat variancenya. Sebaliknya, rendahnya

dispersion of ownership pada PT United Tractor Tbk (UNTR) tahun 2006

disebabakan oleh sedikitnya penyebaran saham sehingga tingakat variannya menjadi

kecil.

Page 116: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

116

4.2.3 Analisis Free Cash Flow

Di bawah ini disajikan hasil statistik deskriptif dari pengolahan variabel free

cash flow. Hasil pengolahan variabel diperoleh dengan bantuan SPSS ver 18.0.

Tabel 4.11

Deskriptif Statistik Free Cash Flow

Perusahaan Automotive dan Allied Product

Periode 2005- 2010

N Valid 12

Missing 0

Mean -.3549417

Std. Error of Mean .04118688

Median -.4315500

Std. Deviation .14267555

Minimum -.49920

Maximum -.14700

Sum -4.25930

Sumber : Hasil pengolahan SPSS 18

Page 117: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

117

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa free cash flow pada

perusahaan automotive dan allied product yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2005-2010 mempunyai free cash flow rata-rata

-0.3549417 dengan nilai yang tertinggi sebesar -0,14700 yang

diperoleh pada tahun 2006 di PT Tunas Ridean (TURI) dan nilai free

cash flow yang terendah sebesar -0,49920 yang diperoleh pada tahun

2005 di PT United Tractor Tbk (UNTR).

Tingginya free cash flow pada PT Tunas Ridean Tbk (TURI) tahun 2006

diakibatkan karena rendahnya rasio free cash flow dibandingkan dengan total assets

perusahaan. Sebaliknya, rendahnya free cash flow pada PT United Tractor Tbk

(UNTR) tahun 2005 disebabakan oleh tingginya tingkat rasio free cash flow

dibandingkan dengan total assets yang dimiliki perusahaan.

4.2.4 Analisis Collaterizable Assets

Di bawah ini disajikan hasil statistik deskriptif dari pengolahan variabel

collaterizable assets. Hasil pengolahan variabel diperoleh dengan bantuan SPSS ver

18.0.

Tabel 4.12

Deskriptif Statistik Collaterizable Assets

Page 118: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

118

Perusahaan Automotive dan Allied Product

Periode 2005- 2010

N Valid 12

Missing 0

Mean .3434494

Std. Error of Mean .03662502

Median .4002925

Std. Deviation .12687281

Minimum .16085

Maximum .48497

Sumber : Hasil pengolahan SPSS 18

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa collaterizable assets

pada perusahaan automotive dan allied product yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2010 mempunyai collaterizable

assets rata-rata 0,3434494 dengan nilai yang tertinggi sebesar

0,48497 yang diperoleh pada tahun 2009 di PT United Tractor Tbk

(UNTR) dan nilai collaterizable assets yang terendah sebesar 0,16085

yang diperoleh pada tahun 2005 di PT Tunas Ridean Tbk (TURI).

Tingginya collaterizable assets pada PT United Tractor Tbk (UNTR) tahun 2009

diakibatkan karena tingginya fixed assets yang dibandingkan dengan total assets.

Sebaliknya, rendahnya collaterizable assets pada PT Tunas Ridean Tbk (TURI)

tahun 2005 diakibatkan oleh besarnya jumlah total assets dibandingkan dengan

jumlah fixed assets.

Page 119: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

119

4.2.5 Analisis Dividend Payout Ratio

Di bawah ini disajikan hasil statistik deskriptif dari pengolahan variabel dividend

payout ratio. Hasil pengolahan variabel diperoleh dengan bantuan SPSS ver 18.0

Tabel 4.13

Deskriptif Statistik Dividend Payout Ratio

Perusahaan Automotive dan Allied Product

Periode 2005- 2010

N Valid 12

Missing 0

Mean .2800750

Std. Error of Mean .04118563

Median .2870500

Std. Deviation .14267119

Minimum .02590

Maximum .95454

Sumber : Hasil pengolahan SPSS 18

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa dividend payout ratio pada

perusahaan automotive dan allied product yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2005-2010 mempunyai dividend payout ratio rata-rata 0,280075 dengan nilai

yang tertinggi sebesar 0,95454 yang diperoleh pada tahun 2008 di PT Tunas Ridean

Tbk (TURI). Untuk nilai dividend payout ratio yang terendah sebesar 0,02590 yang

diperoleh pada tahun 2010 di PT Tunas Ridean Tbk (TURI).

Page 120: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

120

Tingginya dividend payout ratio pada PT Tunas Ridean Tbk (TURI) tahun 2008

disebabkan karena tingginya dividend pershare dibandinakan dengan earning

pershare. Sebaliknya, rendahnya dividend payout ratio pada PT Tunas Ridean Tbk

(TURI) tahun 2010 disebabkan karena tingginya earning pershare dibandinakan

dengan dividend pershare.

4.2.6 Pengaruh Insider Ownership, Dispersion of Ownership, Free Cash Flow, dan

Collaterizable Assets terhadap Kebijakan Dividen Secara Parsial

4.2.6.1 Pengaruh Insider Ownership Terhadap Kebijakan Dividen

A. Analisis Regresi Sederhana

Insider ownership merupakan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen.

Insider ownership dihitung dengan cara membagi jumlah saham yang dimiliki

komisaris dan direksi dengan total saham yang beredar.

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS

18, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.14

Regresi Insider Ownership Terhadap Dividen Payout Ratio

Page 121: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

121

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .918 .118 7.795 .000

Inisder Ownership -.053 .010 1.207 5.431 .002

a. Dependent Variable: Deviden Payout

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 18

Dari perhitungan regresi yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan

regresi linier sebagai berikut :

Y=0.918−0.53 X1

Dari persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa konstanta a sebesar 0.918

artinya pada saat insider ownership sama dengan 0 satuan maka dividen payout ratio

adalah 0.918 satuan, dan nilai b negatif sebersar 0.53 artinya bahwa setiap kenaikan 1

satuan pada insider ownership akan terjadi penurunan dividen payout ratio sebesar

0.53 satuan.

B. Koefisien Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk membahas derajat hubungan antara variabel X

dengan Y atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel X dan

Y. Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisen korelasi parsial

Page 122: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

122

antara variabel insider ownership dengan dividen payout ratio.

Dari perhitungan SPSS ver 18.0 diperoleh koefisien korelasi sebagai berikut:

Tabel 4.15

Correlations Insider Ownership Terhadap Dividen Payout Ratio

Control Variables Deviden Payout

Inisder Ownership

Dispersion Of Ownership & Rasio Free Cash Flow & COLLATERAL ASSET

Deviden Payout Correlation 1.000 -.912Significance (2-tailed) . .002Df 0 6

Inisder Ownership Correlation -.912 1.000Significance (2-tailed) .002 .Df 6 0

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 18

Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel dapat digunakan tabel

interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut :

Tabel 4.16Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Parameter

Kategori

0,00-0,199

0,20-0,399

0,40-0,599

0,60-0,799

0,80-1,00

Sangat rendah

Rendah

Cukup Kuat

Kuat

Sangat Kuat

Page 123: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

123

Berdasarkan tabel 4.16 diperoleh koefisien korelasi parsial (r ) antara insider

ownership dan dividend payout ratio sebesar -0.912 dan hubungan ini merupakan

hubungan yang sangat kuat, karena terletak antara koefesien korelasi 0,80 - 1. Dengan

demikian dapat diinterprestasikan bahwa hubungan antara insider ownership dan

dividend payout ratio sangat kuat.

Tanda negatif menunjukkan adanya hubungan linear yang berlawan arah antara

kedua variabel tersebut, yaitu semakin besar nilai insider ownership akan diikuti

dengan penurun dividend payout ratio, atau sebaliknya.

C. Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh insider ownership terhadap kebijakan dividen,

penulis menggunakan pengujian uji-t. dengan asumsi variabel lainnya konstan.

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ho: β1= 0, artinya Insider Ownership tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

kebijakan deviden

Ha: β1≠ 0, artinya Insider Ownership berpengaruh secara signifikan terhadap

kebijakan deviden

Hasil uji dengan bantuan SPSS ver 18.0 dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 124: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

124

Tabel 4.17Hasil Uji t Insider Ownership Terhadap Dividen Payout Ratio

Coefficientsa

ModelUnstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) .918 .118 7.795 .000

Inisder Ownership -.053 .010 1.207 5.431 .002a. Dependent Variable: Deviden Payout

Untuk menguji hipotesis ini kriteria yang digunakan adalah kriteria untuk uji pihak

kiri dimana:

Ho diterima bila thitung ≥ -ttabel atau nilai sig > 0,05

Ho ditolak bila thitung < -ttabel atau nilai sig < 0,05

Berdasarkan tabel di atas, maka didapat thitung sebesar 5.431 kemudian

dibandingkan dengan ttabel. Untuk mencari ttabel diperlukan tabel nilai distribusi t yang

dapat dilihat pada lampiran, dengan rumus df = n-2 = 12 = 10, tingkat signifikan α

untuk uji dua pihak (two tailed test) = 0.05, maka diperoleh nilai ttabel sebesar 2.228.

Karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (5.431 > 2.228) maka Ho ditolak. Hal ini juga

diperkuat dengan nilai p value (0,002) yang lebih kecil dari tingkat signifikansi

(0,05). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

antara insider ownership terhadap kebijakan dividen.

Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Triani

Pujiastutiyang menyatakan variabel insider ownership berhubungan negatif dan

signifikan terhadap kebijakan dividen.

Page 125: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

125

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa insider ownership merupakan determinan

penting dalam kebijakan dividen di dalam perusahaan. Tanda negatif berarti semakin

besar nsider ownership semakin kecil dividen yang dibagikan. Hal ini dapat

dijelaskan bahwa, karena insider owmership dalam penelitian ini adalah manajer dan

komisaris dan sebagai pemilik perusahaan adalah sama, maka dapat dikatakan

memiliki preferensi dan kepentingan yang sama. Biasanya manajer lebih senang

menggunakan dananya untuk kepentingan ekspansi perusahaan, daripada untuk

membayarkan dalam bentuk dividen. Sebaliknya jika kepemilikan insider rendah,

perusahaan akan membayarkan dividen dalam jumlah yang banyak. Karena pemilik

perusahaan hanya memiliki jumlah saham dalam jumlah yang kecil, maka keputusan

pembagian dividen banyak ditentukan oleh pemilik saham diluar perusahaan

(outsider ownership). Sehingga untuk mengurangi konflik keagenan dalam kondisi

seperti ini dividen dibayarkan dalam jumlah besar.

D. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi yaitu untuk melihat seberapa besar tingkat pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

Koefisien determinasi yaitu untuk melihat seberapa besar tingkat pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen secara parsial.

Page 126: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

126

KD = r2 x 100%

KD= 0,9122 x 100%

KD= 0,831744 %

KD= 83,1774 %

Koefisien determinasi sebesar 83,1774 % mempunyai arti bahwa pengaruh

insider ownership terhadap kebijakan dividen sebesar 83,1774 % sedangkan sisanya

sebesar 16,8256 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.

4.2.6.2 Pengaruh Dispersion of Ownership Terhadap Kebijaka Dividen

A. Analisis Regresi Sederhana

Dispersion ownership adalah penyebaran kepemilikan saham biasa. Dispersion

of ownership dihitung dengan rumus variance, karena besarnya nilai variance

menunjukkan bahwa data kepemilikan saham semakin terkonsentrasi pada satu atau

beberapa pemegang saham.

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan

SPSS 18, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel di bawah ini :

Page 127: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

127

Tabel 4.18

Regresi Dispersion of Ownership Terhadap Dividen Payout Ratio

Coefficientsa

Model

Unstandardized CoefficientsStandardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .918 .118 7.795 .000

Dispersion Of Ownership .707 .239 .526 2.960 .025

a. Dependent Variable: Deviden Payout

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 18

Dari perhitungan regresi yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan

regresi linier sebagai berikut :

Y=0.918+0.707 X2

Dari persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa konstanta a sebesar 0,918

artinya pada saat dispersion of ownership sama dengan 0 satuan maka dividen payout

ratio adalah 0,918 satuan, dan nilai b positif sebesar 0.707 artinya bahwa setiap

kenaikan 1 satuan pada dispersion of ownership akan terjadi peningkatan dividen

payout ratio sebesar 0.707 satuan.

B. Koefisien Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk membahas derajat hubungan antara variabel X

dengan Y atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel X dan

Page 128: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

128

Y. Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisen korelasi parsial

antara variabel dispersion of ownership dengan dividen payout ratio.

Dari perhitungan SPSS ver 18.0 diperoleh koefisien korelasi sebagai berikut:

Tabel 4.19

Correlations Dispersion of Ownership Terhadap Dividen Payout Ratio

Control Variables Deviden Payout

Dispersion Of Ownership

Rasio Free Cash Flow & COLLATERAL ASSET & Inisder Ownership

Deviden Payout Correlation 1.000 .770Significance (2-tailed)

. .025

Df 0 6Dispersion Of Ownership

Correlation .770 1.000Significance (2-tailed)

.025 .

Df 6 0

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 18

Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel dapat digunakan tabel

interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut :

Tabel 4.20Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Parameter

Kategori

0,00-0,199

0,20-0,399

0,40-0,599

0,60-0,799

0,80-1,00

Sangat rendah

Rendah

Cukup Kuat

Kuat

Sangat Kuat

Page 129: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

129

Berdasarkan tabel 4.19 diatas diperoleh koefisien korelasi parsial (r ) antara

dispersion of ownership dan dividend payout ratio sebesar 0.770 dan hubungan ini

merupakan hubungan yang kuat, karena terletak antara koefesien korelasi 0,60-0,799.

Dengan demikian dapat diinterprestasikan bahwa hubungan antara dispersion of

ownership dan dividend payout ratio kuat.

Tanda positif menunjukkan adanya adanya hubungan linear yang searah antara

kedua variabel tersebut, yaitu semakin besar dispersion of ownership akan diikuti

dengan peningkatan dividend payout ratio, atau sebaliknya.

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh insider

ownership terhadap kebijakan dividen dengan asumsi variabel lainnya konstan.

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ho: β2= 0, artinya Dispersion of Ownership tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap kebijakan deviden

Ha: β2≠ 0, artinya Dispersion of Ownership berpengaruh secara signifikan terhadap

kebijakan deviden

Hasil uji dengan bantuan SPSS ver 18.0 dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 130: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

130

Tabel 4.21Hasil Uji t Dispersion of Ownership Terhadap Dividen Payout Ratio

Coefficientsa

Model

Unstandardized CoefficientsStandardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .918 .118 7.795 .000

Dispersion Of Ownership .707 .239 .526 2.960 .025

b. Dependent Variable: Deviden Payout

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 18

Untuk menguji hipotesis ini kriteria yang digunakan adalah kriteria untuk uji

pihak kiri dimana:

Ho diterima bila thitung ≥ -ttabel atau nilai sig > 0,05

Ho ditolak bila thitung < -ttabel atau nilai sig > 0,05

Berdasarkan tabel di atas, maka didapat thitung sebesar 2.960 kemudian

dibandingkan dengan ttabel. Untuk mencari ttabel diperlukan tabel nilai distribusi t yang

dapat dilihat pada lampiran, dengan rumus df = n-2 = 12-2 = 10, tingkat signifikan α

untuk uji dua pihak (two tailed test) = 0.05, maka diperoleh nilai ttabel sebesar 2.228.

Karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (2.960 > 2.228) maka Ho ditolak. Hal ini juga

diperkuat dengan nilai p value (0,025) yang lebih kecil dari tingkat signifikansi

(0,05). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

antara dispersion of ownership terhadap kebijakan dividen.

Page 131: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

131

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Rozeff (1982) dan Triani

Pujiastuti (2008) yang menyatakan bahwa dispersion of ownership berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa, dengan semakin menyebar pemilik

saham, maka di samping kepemilikan saham tidak terkonsentrasi pada kelompok

tertentu, dimungkinkan pemilik saham ini adalah lembaga sehingga mempunyai

power untuk menyampaikan aspirasinya kepada manajemen. Dengan demikian maka

untuk mengurangi konflik keagenan, manajemen akan memberikan dividen besar.

Kesulitan dalam melakukan kontrol juga dapat menimbulkan masalah keagenan,

terutama karena adanya asimetri informasi, oleh karena itu, untuk menurunkan

masalah keagenan ini diperlukan dividen yang lebih besar.

D. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi yaitu untuk melihat seberapa besar tingkat pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

KD = r2 x 100%

KD= 0.7702 x 100%

KD= 0,5929 %

KD= 59,29 %

Page 132: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

132

Koefisien determinasi sebesar 59,29 % mempunyai arti bahwa pengaruh

dispersion of ownership terhadap kebijakan dividen sebesar 59,29 % sedangkan

sisanya sebesar 40,71 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.

4.2.6.3 Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Dividen

A. Analisi Regresi Sederhana

Free cash flow adalah kas perusahaan yang dapat didistribusi kepada kreditur

atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja (working capital) atau

investasi pada aset tetap.

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS

18, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.22

Regresi Free Cash Flow Terhadap Dividen Payout Ratio

Coefficientsa

ModelUnstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .918 .118 7.795 .000

Rasio Free Cash Flow -.102 .366 -.116 -.278 .790

a. Dependent Variable: Deviden Payout

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 18

Dari perhitungan regresi yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan

regresi linier sebagai berikut :

Page 133: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

133

Y=0.918−0.102 X3

Dari persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa konstanta a sebesar 0.918

artinya pada saat free cash flow sama dengan 0 satuan maka dividen payout ratio

adalah 0.918 satuan, dan nilai b negatif sebesar -0.102 artinya bahwa setiap kenaikan

1 satuan pada free cash flow akan terjadi penurunan dividen payout ratio sebesar

0.102 satuan.

B. Koefisien Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk membahas derajat hubungan antara variabel X

dengan Y atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel X dan

Y. Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisen korelasi parsial

antara variabel free cash flow dengan dividen payout ratio.

Dari perhitungan SPSS ver 18.0 diperoleh koefisien korelasi sebagai berikut:

Tabel 4.23

Correlations Free Cash Flow Terhadap Dividen Payout Ratio

Control Variables Deviden Payout

Rasio Free Cash Flow

COLLATERAL ASSET & Inisder Ownership & Dispersion Of Ownership

Deviden Payout Correlation 1.000 -.113Significance (2-tailed)

. .790

Df 0 6Rasio Free Cash Flow

Correlation -.113 1.000Significance (2-tailed)

.790 .

Df 6 0

Page 134: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

134

Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel dapat digunakan tabel

interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut :

Tabel 4.24

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Parameter

Kategori

0,00-0,199

0,20-0,399

0,40-0,599

0,60-0,799

0,80-1,00

Sangat rendah

Rendah

Cukup Kuat

Kuat

Sangat Kuat

Berdasarkan tabel 4.23 diatas diperoleh koefisien korelasi parsial (r ) antara free

cash flow dan dividend payout ratio sebesar -0.113 dan hubungan ini merupakan

hubungan yang sangat rendah karena terletak antara koefesien korelasi 0,00-0,199.

Dengan demikian dapat diinterprestasikan bahwa hubungan antara free cash flow dan

dividend payout ratio sangat rendah.

Tanda negatif menunjukkan adanya hubungan linear yang berlawanan arah

antara kedua variabel tersebut, yaitu semakin besar nilai free cash flow akan diikuti

dengan penurunan dividend payout ratio, atau sebaliknya.

Page 135: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

135

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh free cash flow

terhadap kebijakan dividen dengan asumsi variabel lainnya konstan.

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ho: β3= 0, artinya Free Cash Flow tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

kebijakan deviden

Ha: β2≠ 0, artinya Free Cash Flow berpengaruh secara signifikan terhadap

kebijakan deviden

Hasil uji dengan bantuan SPSS ver 18.0 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.25Hasil Uji t Free Cash Flow Terhadap Dividen Payout Ratio

Coefficientsa

ModelUnstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .918 .118 7.795 .000

Rasio Free Cash Flow -.102 .366 -.116 -.278 .790

b. Dependent Variable: Deviden Payout

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 18

Untuk menguji hipotesis ini kriteria yang digunakan adalah kriteria untuk uji

pihak kiri dimana:

Page 136: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

136

Ho diterima bila thitung ≥ -ttabel atau nilai sig > 0,05

Ho ditolak bila thitung < -ttabel atau nilai sig > 0,05

Berdasarkan tabel di atas, maka didapat thitung sebesar -0.278 kemudian

dibandingkan dengan ttabel. Untuk mencari ttabel diperlukan tabel nilai distribusi t yang

dapat dilihat pada lampiran, dengan rumus df = n-2 = 12-2 = 10, tingkat signifikan α

untuk uji dua pihak (two tailed test) = 0.05, maka diperoleh nilai ttabel sebesar 2.228.

Karena nilai thitung lebih kecil dari ttabel (-0.278 < 2.228) maka Ho diterima. Hal ini juga

diperkuat dengan nilai p value (0,790) yang lebih besar dari tingkat signifikansi

(0,05). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan

antara free cash flow terhadap kebijakan dividen.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Dini (2009) yang

menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

kebijakan dividen, tetapi konsisten dengan penelitian Triani Pujiastuti (2008) yang

menyatakan free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.

Hasil penelitian ini menunjukan tanda yang negatif, hal ini menunjukkan bahwa jika

proporsi free cash flow terhadap total aset semakin besar maka perusahaan akan

membayarkan dividen dengan jumlah yang semakin kecil. Kemudian sebaliknya jika

proporsi free cash flow terhadap total aset semakin kecil maka perusahaan akan

membayarkan dividen dengan jumlah yang semakin besar.

Page 137: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

137

D. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi yaitu untuk melihat seberapa besar tingkat pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

Karena free cash flow tidak mempengaruhi kebijakan dividen, maka tidak

dilakukan perhitungan Koefisien Determinasi.

4.2.6.4 Pengaruh Collaterizable Assets Terhadap Kebijakan Dividen

A. Analisis Regresi Sederhana

Collaterizable assets adalah aset perusahaan yang dapat digunakan sebagai

jaminan peminjaman. Collaterizable asset diukur dengan membagi antara total aktiva

tetap bersih terhadap total aktiva

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS

18, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.26

Regresi Collaterizable Assets Terhadap Dividen Payout Ratio

Coefficientsa

ModelUnstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .918 .118 7.795 .000

COLLATERAL ASSET -1.294 .494 1.341 2.638 .040

a. Dependent Variable: Deviden Payout

Page 138: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

138

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 18

Dari perhitungan regresi yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan

regresi linier sebagai berikut :

Y=0. 918−1.294 X4

Dari persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa konstanta a sebesar 0,918

artinya pada saat collaterizable assets sama dengan 0 satuan maka dividen payout

ratio adalah 0,918 satuan, dan nilai b negatif sebesar 1.294 artinya bahwa setiap

kenaikan 1 satuan pada collaterizable assets akan terjadi penurunan dividen payout

ratio sebesar 1.294 satuan.

B. Koefisien Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk membahas derajat hubungan antara variabel X

dengan Y atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel X dan

Y. Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisen korelasi parsial

antara variabel collaterizable assets dengan dividen payout ratio.

Dari perhitungan SPSS ver 18.0 diperoleh koefisien korelasi sebagai berikut:

Page 139: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

139

Tabel 4.27

Correlations Collaterizable Assets Terhadap Dividen Payout Ratio

Control Variables Deviden Payout

COLLATERAL ASSET

Inisder Ownership & Dispersion Of Ownership & Rasio Free Cash Flow

Deviden Payout Correlation 1.000 -.730Significance (2-tailed)

. .040

Df 0 6COLLATERAL ASSET

Correlation -.730 1.000Significance (2-tailed)

.040 .

Df 6 0

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 18

Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel dapat digunakan tabel

interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut :

Tabel 4.28

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Parameter

Kategori

0,00-0,199

0,20-0,399

0,40-0,599

0,60-0,799

0,80-1,00

Sangat rendah

Rendah

Cukup Kuat

Kuat

Sangat Kuat

Berdasarkan tabel 4.28 diatas diperoleh koefisien korelasi parsial (r) antara

collaterizable assets dan dividend payout ratio sebesar -0.730 dan hubungan ini

Page 140: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

140

merupakan hubungan yang kuat, karena terletak antara koefesien korelasi 0,60-0,799.

Dengan demikian dapat diinterprestasikan bahwa hubungan antara collaterizable

assets dan dividend payout ratio kuat.

Tanda negatif menunjukkan adanya hubungan linear yang berlawanan arah

antara kedua variabel tersebut, yaitu semakin besar nilai collaterizable assets akan

diikuti dengan penurunan dividend payout ratio, atau sebaliknya.

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh collaterizable

assets terhadap kebijakan dividen dengan asumsi variabel lainnya konstan.

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ho: β3= 0, artinya Collaterizable Assets tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap kebijakan deviden

Ha: β2≠ 0, artinya Collaterizable Assets berpengaruh secara signifikan terhadap

kebijakan deviden

Hasil uji dengan bantuan SPSS ver 18.0 dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 141: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

141

Tabel 4.29

Collaterizable Assets Terhadap Dividen Payout Ratio

Coefficientsa

ModelUnstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .918 .118 7.795 .000

COLLATERAL ASSET -1.294 .494 1.341 2.638 .040

a. Dependent Variable: Deviden Payout

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 18

Untuk menguji hipotesis ini kriteria yang digunakan adalah kriteria untuk uji

pihak kiri dimana:

Ho diterima bila thitung ≥ -ttabel atau nilai sig > 0,05

Ho ditolak bila thitung < -ttabel atau nilai sig > 0,05

Berdasarkan tabel di atas, maka didapat thitung sebesar 0.618 kemudian

dibandingkan dengan ttabel. Untuk mencari ttabel diperlukan tabel nilai distribusi t yang

dapat dilihat pada lampiran, dengan rumus df = n-2 = 12-2 = 10, tingkat signifikan α

untuk uji dua pihak (two tailed test) = 0.05, maka diperoleh nilai ttabel sebesar 2.228.

Karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (2.638 > 2.228) maka Ho ditolak. Hal ini juga

diperkuat dengan nilai p value (0,040) yang lebih kecil dari tingkat signifikansi

(0,05). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

antara collaterizable assets terhadap kebijakan dividen.

Page 142: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

142

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Triani Pujiastuti (2008)

yang menyatakan bahwa collaterizable assets tidak berpengaruh terhadap kebijakan

dividen. Tetapi konsisten dengan penelitian Handoko (2002) dalam Pandu yang

menemukan bahwa collaterizable assets berhubungan negatif dan signifikan dengan

kebijakan deviden.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam penentuan dividen, manajemen

harus memperhatikan faktor ketersediaan yang dapat dijaminkan untuk mendapatkan

hutang. Faktor collaterizable assets juga diperhatikan dalam penentuan dividen

dikarenakan adanya konflik antara pemegang saham dan pemberi kredit. Semakin

besar collaterizable assets, semakin banyak dana yang digunakan untuk penjaminan,

sehingga akan menurunkan nilai deviden dan dapat merugikan para pemegang saham.

Menurut teori keagenan, masalah keagenan terjadi antara manajer dan pemegang

saham. Semakin besar collaterizable assets, semakin besar dana perusahaan yang

diinvestasikan pada aktiva tetap, sehingga semakin kecil deviden yang dibagikan.

Oleh karena itu semakin besar collaterizable assets semakin kecil deviden yang

dibayar.

D. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi yaitu untuk melihat seberapa besar tingkat pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

Page 143: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

143

KD = r2 x 100%

KD= 0.7302 x 100%

KD= 0,5329 %

KD= 53,29 %

Koefisien determinasi sebesar 53,29 % mempunyai arti bahwa pengaruh

collaterizable assets terhadap kebijakan dividen sebesar 53,29 % sedangkan sisanya

sebesar 46,71 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.

4.2.7 Pengaruh Insider Ownership, Dispersion of Ownership, Free Cash Flow, dan

Collaterizable Assets terhadap Kebijakan Dividen Secara Simultan

A. Analisis Regresi Berganda

Berdasarkan hasil yang disajikan pada tabel 4.41 akan diperoleh konstanta dan

koefisien regresi untuk persamaan regresi berganda. Persamaan regresi berganda

secara umum adalah :

Y=α+β1 X1+β2 X2+β3 X3+β4 X4+ϵ

Page 144: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

144

Tabel 4.30

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF1 (Constant) .918 .118 7.795 .000

Inisder Ownership -.053 .010 1.207 5.431 .002 .438 2.286Dispersion Of Ownership

.707 .239 .526 2.960 .025 .685 1.460

Rasio Free Cash Flow

-.102 .366 -.116 -.278 .790 .124 3.079

COLLATERAL ASSET

-1.294 .494 1.341 2.638 .040 .082 4.150

a. Dependent Variable: Deviden Payout

Berdasarkan tabel 4.30 maka persamaan regresinya

Y=0.918−0.053 X1+0.707 X2−0.102 X3−1.294 X 4+ϵ

Dimana:

Y = Nilai Dividend Payout Ratio

X1 = Insider Ownership

X2 = Dispersion of Ownership

X3 = Free Cash Flow

X4 = Collaterizable Assets

Dari tabel di atas ternyata dapat diketahui bahwa hubungan fungsional antara

insider ownership dan collaterizable assets dengan dividend payout ratio berbanding

terbalik atau berlawanan arah (β1, β3dan β4bernilai negatif). Artinya setiap

peningkatan pada insider ownership, free cash flow dan collaterizable assets akan

menyebabkan penurunan pada dividend payout ratio, dan begitu juga sebaliknya.

Hubungan fungsional antara dispersion of ownership dengan dividend payout ratio

Page 145: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

145

berbanding lurus atau searah (β2 bernilai positif). Artinya setiap peningkatan yang

terjadi pada dispersion of ownership akan menyebabkan peningkatan pada dividend

payout ratio dan begitu juga sebaliknya.

Konstanta intersepsi dari tabel dan persamaan di atas bernilai positif yakni 0,918.

Hal ini berarti bahwa perusahaan tetap membagikan dividen ketika insider ownership,

dispersion of ownership, free cash flow, dan collaterizable assets bernilai nol.

B. Analisis Koefisien Korelasi Berganda

Dalam suatu penelitian mengenai hubungan antara variabel-variabel bebas

dengan variabel terikat sering ingin diketahui seberapa kekuatan variabel-variabel

bebas tersebut secara bersama-sama menerangkan perubahan pada variabel terikat.

Koefisien korelasi (R) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.31

Koefisien Korelasi Berganda

Model Summaryb

ModelR R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

dimension0 1 .933a .870 .784 .05432898a. Predictors: (Constant), COLLATERAL ASSET, Dispersion Of Ownership, Inisder Ownership, Rasio Free Cash Flowb. Dependent Variable: Deviden Payout

Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel dapat digunakan tabel

interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut :

Page 146: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

146

Tabel 4.32

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Parameter

Kategori

0,00-0,199

0,20-0,399

0,40-0,599

0,60-0,799

0,80-1,00

Sangat rendah

Rendah

Cukup Kuat

Kuat

Sangat Kuat

Berdasarkan hasil diatas koefisien korelasi (R) sebesar 0,933 dan hubungan ini

merupakan hubungan yang sangat kuat karena terletak antara koefesien korelasi 0,80-

1,00. Dengan demikian dapat diinterprestasikan bahwa terdapat hubungan korelasi

sangat kuat antara nilai insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow,

dan collaterizable assets terhadap dividend payout ratio.

C. Uji Hipotesis

Uji F digunakan untuk menguji koefisien regresi secara keseluruhan untuk

mengetahui pengaruh antara empat variabel bebas secara bersama-sama dengan

variabel terikat.

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H 0 : β1=β2=β3=β4

Page 147: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

147

H 1:minimal salah satu tanda sama dengan tidak berlaku

Untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya maka akan dilakukan

uji F. Dengan membandingkan antara Fhitung dengan nilai Ftabel. Kriteria ujinya sebagai

berikut : Ho diterima apabila : Fhitung Ftabel nilai sig > 0,05

Ho ditolak apabila : Fhitung > Ftabel nilai sig < 0,05

Pada tingkat signifikansi () 5%

Derajat pembilang (df1) = k = 4

Derajat penyebut (df2) = (n-k-1) = 12-4-1 = 7

k = jumlah variabel bebas

n = jumlah sampel

Tabel 4.33

Hasil Uji fANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.1 Regression .119 4 .030 10.068 .008a

Residual .018 7 .003

Total .137 10

a. Predictors: (Constant), COLLATERAL ASSET, Dispersion Of Ownership, Inisder Ownership, Rasio Free Cash Flowb. Dependent Variable: Deviden Payout

Berdasarkan tabel di atas, maka didapat Fhitung sebesar 10.068 kemudian

dibandingkan dengan Ftabel. Untuk mencari Ftabel diperlukan tabel nilai distribusi F

yang dapat dilihat pada lampiran, dengan rumus derajat pembilang (df1) = k=4 dan

Page 148: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

148

rumus derajat penyebut (df2) = n-k-1 = 12-4-1 = 7, tingkat signifikan α untuk uji F =

0.05, maka diperoleh nilai Ftabel sebesar 4,14. Karena nilai Fhitung lebih besar dari ttabel

(10,068 > 4,14) maka Ho ditolak.

Karena signifikansi (p value) < α (0,008 < 0,05). Jadi H 0 untuk menguji

kelineritasan model ini ada di daerah penolakan, artinya terdapat pengaruh yang

signifikan antara insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow, dan

collaterizable assets terhadap kebijakan dividen secara simultan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Triani Pujiastuti (2008) yang

menyatakan bahwa insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow, dan

collaterizable assets berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen secara

simultan.

D. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow, dan collaterizable assets

terhadap dividend payout ratio.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari

koefisien determinasi akan disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.34

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Page 149: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

149

Model Summaryb

ModelR R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

dimension0 1 .933a .870 .784 .05432898a. Predictors: (Constant), COLLATERAL ASSET, Dispersion Of Ownership, Inisder Ownership, Rasio Free Cash Flowb. Dependent Variable: Deviden Payout

Koefisien determinasi (R2) sebesar 87,0% yang diperoleh dari 0,870 x 100%, hal

ini menunjukkan bahwa besarnya dividend payout ratio dapat dipengaruhi oleh

insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow, dan collaterizable assets

sebesar 87,0% sedangkan sisanya 23.0% dipengaruhi oleh faktor lain.

Tabel 4.35

Rekapitulasi Penelitian Hasil Asumsi KlasikNo Analisis Hasil Keterangan

1 Uji Normalitas Probabilitas sebesar 0,940 > 0,05

Data yang digunakan telah memenuhi asumsi normalitas dan selanjutnya dapat digunakan untuk analisis regresi yang memenuhi uji normalitas.

2 Uji Multikolinearitas

Insider Ownership, tolerance value = 0,438, VIF =2,286

Dispersion of Ownership, tolerance value = 0,685, VIF =1,460

Free Cash Flow, tolerance value = 0,124, VIF =3,079

Collaterizable Assets, tolerance value =

Nilai tolerance value-nya diatas 0,1 dan nilai VIF dibawah 5, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas diantara variabel-variabel bebas.

Page 150: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

150

0,082, VIF =4,150

3 Uji Autokorelasi 1.913 (dU) < 1.962 (d) < 2.087 (4-dU)

Tidak terdapat autokorelasi

4 Uji Heterokedastisitas

Titik – titik pada gambar plot menyebar dan membentuk pola acak

titik – titik pada gambar plot menyebar, maka tidak terjadi heteroskedastisitas yang dapat merusak model regresi

Tabel 4.36

Rekapitulasi Penelitian Secara Parsial

No Analisis Hasil Keterangan

1 Analisis Regresia. Regresi Insider

Ownership Terhadap Kebijakan Dividen

Y=0.918−0.53 X1 Konstanta a sebesar 0,918 artinya pada saat insider ownership sama dengan 0 satuan maka kebijakan dividen adalah 0,918 satuan, dan nilai b negatif sebesar -0,53 artinya bahwa setiap kenaikan 0,01 satuan pada dispersion of ownership akan terjadi penurunan kebijakan dividen sebesar -0,53 satuan.

b. Regresi Dispersion of Ownership Terhadap Kebijakan Dividen

Y=0.918+0.707 X2 Konstanta a sebesar 0,918 artinya pada saat dispersion of ownership sama dengan 0 satuan maka kebijakan dividen adalah 0,918 satuan, dan nilai b positif sebesar 0,707 artinya bahwa setiap kenaikan 0,01 satuan pada dispersion of ownership akan terjadi kenaikan kebijakan dividen sebesar 0,707 satuan.

Page 151: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

151

c. Regresi Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Dividen

Y=0.918−0.102 X3 Konstanta a sebesar 0,918 artinya pada saat free cash flow sama dengan 0 satuan maka kebijakan dividen adalah 0,918 satuan, dan nilai b negatif sebesar -0,102 artinya bahwa setiap kenaikan 0,01 satuan pada free cash flow akan terjadi penurunan kebijakan dividen sebesar -0,102 satuan.

d. Regresi Collaterizable Assets Terhadap Kebijakan Dividen

Y=0. 918−1.294 X4 Konstanta a sebesar 0,918 artinya pada saat collaterizable assets sama dengan 0 satuan maka kebijakan dividen adalah 0,918 satuan, dan nilai b negatif sebesar -1,294 artinya bahwa setiap kenaikan 0,01 satuan pada collaterizable assets akan terjadi penurunan kebijakan dividen sebesar -1,294 satuan.

2 Korelasi:a. Korelasi Insider

Ownership

r = -0,912 Artinya bahwa tingkat korelasi antara insider ownership dengan kebijakan dividen bersifat negatif dan mempunyai tingkat hubungan korelasi yang sangat kuat.

b. Korelasi Dispersion of Ownership

r = 0,770 Artinya bahwa tingkat korelasi antara dispersion of ownership dengan kebijakan dividen bersifat positif dan mempunyai tingkat hubungan korelasi yang kuat.

c. Korelasi Free Cash Flow

r = -0,113 Artinya bahwa tingkat korelasi antara free cash flow dengan kebijakan dividen bersifat negatif dan mempunyai tingkat hubungan korelasi yang sangat rendah.

Page 152: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

152

d. Korelasi Collaterizable Assets

r = -0,730 Artinya bahwa tingkat korelasi antara collaterizable assets dengan kebijakan dividen bersifat negatif dan mempunyai tingkat hubungan korelasi yang kuat.

3 Uji ta. Insider

Ownership

thitung 5,431 > ttabel

2,228Dapat disimpulkan bahwa H0

ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara insider ownership terhadap kebijakan dividen

b. Dispersion of Ownership

thitung 2,960 > ttabel

2,228Dapat disimpulkan bahwa H0

ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara dispersion of ownership terhadap kebijakan dividen

c. Free Cash Flow

thitung -0,278 < ttabel

2,228Dapat disimpulkan bahwa H0

diterima, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara free cash flow terhadap kebijakan dividen

d. Collaterizable Assets

thitung 2,638 > ttabel

2,228Dapat disimpulkan bahwa H0

ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara collaterizable assets terhadap kebijakan dividen

4 Koefisien Determinasi:

a. Insider Ownership

Kd = 83,1774 % Besarnya kebijakan dividen dapat dipengaruhi oleh insider ownership sebesar 83,1774% sedangkan sisanya 16,8256% dipengaruhi oleh faktor lain.

b. Dispersion of Ownership

Kd = 59,29 % Besarnya kebijakan dividen dapat dipengaruhi oleh dispersion of ownership sebesar 59,29% sedangkan sisanya 40,71% dipengaruhi

Page 153: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

153

oleh faktor lain.

c. Free Cash Flow

Kd = 0% Free cash flow tidak mempengaruhi kebijakan dividen, maka tidak dilakukan perhitungan koefisien determinasi

d. Collaterizable Assets

Kd = 53,29 % Besarnya kebijakan dividen dapat dipengaruhi oleh collaterizable assets sebesar 53,29% sedangkan sisanya 46,71% dipengaruhi oleh faktor lain.

Tabel 4.37

Rekapitulasi Penelitian Secara Simultan

No Analisis Hasil Keterangan

1 Metode Persamaan Regresi Berganda

Y=0.918−0.053 X1+0.707 X2−0.102 X3−1.294 X 4+ϵHubungan fungsional antara insider ownership, free cash flow, dan collaterizable assets dengan kebijakan dividen berbanding terbalik atau berlawanan arah (β1,β3 dan β4

bernilai negatif). Artinya setiap peningkatan pada insider ownership, free cash flow, dan collaterizable assets akan menyebabkan penurunan pada kebijakan dividen, dan begitu juga sebaliknya. Hubungan fungsional antara dispersion of dengan kebijakan dividen berbanding lurus atau searah (β2

bernilai positif). Artinya setiap peningkatan yang terjadi pada

Page 154: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

154

dispersion of ownership akan menyebabkan peningkatan pada kebijakan dividen dan begitu juga sebaliknya.

2 Analisis Koefisien Korelasi Berganda

korelasi (R) sebesar 0,933

Korelasi sangat kuat antara nilai insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow, dan collaterizable assets terhadap kebijakan dividen.

3 Uji F Fhitung > Ftabel (10,068 > 4,14) serta signifikansi (p value) < α (0,008 < 0,05).

Terdapat pengaruh yang signifikan antara insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow, dan collaterizable assets terhadap kebijakan dividen.

4 Koefisien Determinasi

kd = 87,0% Besarnya kebijakan dividen dapat dipengaruhi oleh besarnya insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow, dan collaterizable assets sebesar 87,0% sedangkan sisanya 23,0% dipengaruhi oleh faktor lain

BAB V

Page 155: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

155

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan Automotive dan

Allied Product di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2005-2010 dan analisis yang

didukung oleh teori-teori yang melandasi, serta hasil pembahasan pada bab-bab

sebelumnya, maka penelitian mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. insider ownership pada perusahaan Automotive dan Allied Product yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2010, yang tertinggi diperoleh

pada tahun 2010 di PT Tunas Ridean Tbk (TURI) dan insider ownership yang

terendah diperoleh pada tahun 2005 di PT United Tractor Tbk (UNTR).

2. Dispersion of ownership pada perusahaan Automotive dan Allied Product

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2010, yang tertinggi

diperoleh pada tahun 2005 di PT United Tractor Tbk (UNTR) dan dispersion

of ownership yang terendah diperoleh pada tahun 2006 di PT United Tractor

Tbk (UNTR).

Page 156: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

156

3. Free cash flow pada perusahaan Automotive dan Allied Product

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2010, yang

tertinggi diperoleh pada tahun 2006 di PT Tunas Ridean

(TURI) dan free cash flow yang terendah diperoleh pada tahun

2005 di PT United Tractor Tbk (UNTR).

4. Collaterizable assets pada perusahaan Automotive dan Allied

Product yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-

2010, yang tertinggi diperoleh pada tahun 2009 di PT United

Tractor Tbk (UNTR) dan collaterizable assets yang terendah

diperoleh pada tahun 2005 di PT Tunas Ridean Tbk (TURI).

5. Dividend payout ratio Automotive dan Allied Product yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2005-2010, yang tertinggi diperoleh pada tahun 2008 di

PT Tunas Ridean Tbk (TURI) dan dividend payout ratio yang terendah

diperoleh pada tahun 2010 di PT Tunas Ridean Tbk (TURI).

6. Secara parsial insider ownership, dispersion of ownership, dan collaterizable

assets, berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Dimana insider

ownership berpengaruh terhadap kebijakan dividen sebesar 83,1774 % ,

dispersion of ownership berpengaruh terhadap kebijakan dividen sebesar

59,29 %, dan collaterizable assets berpengaruh terhadap kebijakan dividen

sebesar 53,29 %. Sedangkan free cash flow tidak berpengaruh signifikan

Page 157: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

157

terhadap kebijakan dividen.

7. Secara simultan insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow,

dan collaterizable assets berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Besarnya

pengaruh insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow, dan

collaterizable assets terhadap kebijakan dividen yaitu sebesar 87,0% dan

sisanya sebesar 23.0% dipengaruhi oleh faktor lain yang mempengaruhi

kebijakan dividen seperti rasio utang, tingkat pertumbuhan dan lain-lain.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan di atas, kemudian penulis akan

memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Manajemen perusahaan dalam menentukan kebijakan dividen selain

memperhatikan kebijakan intern perusahaan juga harus memperhatikan

kinerja keuangan perusahaan yang dipublikasikan agar tidak terjadi agency

conflict, karena harapan dari para pemegang saham yang bertujuan

mendapatkan return berupa dividen adalah memperoleh dividen yang

reasonable serta terjamin setiap tahun.

2. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan

variabel independen yang digunakan. Pengembangan ini perlu dilakukan

mengingat banyak variabel lain yang berperan dalam mempengaruhi

kebijakan deviden misalnya variabel resiko hutang, tingkat pertumbuhan dan

sebagainya.

Page 158: pengaruh  insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow dan collaterizable assets terhadap kebijakan

158