PENGARUH INOKULASI MIKORIZA VESIKULA ARBUSKULA (MVA) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PULE PANDAK (Rauvolfia verticillata Lour.) Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh : Sitrianingsih NIM. M0405060 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
22
Embed
PENGARUH INOKULASI MIKORIZA VESIKULA ARBUSKULA …/Pengaruh...jamu dengan cara pemungutan langsung dari alam akan mengancam keberadaan populasinya (Sulandjari, 2008). Hal tersebut
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH INOKULASI MIKORIZA VESIKULA ARBUSKULA (MVA)
TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PULE PANDAK
(Rauvolfia verticillata Lour.)
Naskah Publikasi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Sains
Oleh :
Sitrianingsih
NIM. M0405060
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
PENGESAHAN
Naskah Publikasi
PENGARUH INOKULASI MIKORIZA VESIKULA ARBUSKULA (MVA) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PULE PANDAK
(Rauvolfia verticillata Lour.)
Oleh: Sitrianingsih
NIM. M0405060
Telah disetujui untuk dipublikasikan
Surakarta, Desember 2010
Mengetahui
Ketua Jurusan Biologi
Dra. Endang Anggarwulan, M. Si
NIP. 19500320 197803 2 001
Pembimbing I
Solichatun, M. Si NIP. 197102211997022001
Pembimbing II
Dr. Sugiyarto, M. Si NIP. 196704301992031003
3
PENGARUH INOKULASI MIKORIZA VESIKULA ARBUSKULA (MVA) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PULE PANDAK
(Rauvolfia verticillata Lour.)
EFFECT OF VESICULAR ARBUSCULAR MYCORRHIZA ON GROWTH OF SNAKE ROOT (Rauvolfia verticillata Lour.)
Sitrianingsih, Solichatun, dan Sugiyarto Department of Biology, Faculty of Mathematic and Natural Sciences.
Sebelas Maret University, Surakarta
ABSTRACT
The aims of the research were to study the influence of vesicular arbuscular mycorrhiza on growth of snake root and to determine the optimum dosage of vesicular arbuscular mycorrhiza on growth of snake root. The plant growth was influenced by some factor, there are genetic and environment factor, one of the environment factor is mycorrhiza.
The research was done in randomized completely design with one factor treatment was variation dosage of vesicular arbuscular mycorrhiza inoculums in 5 replicates. Dosage of vesicular arbuscular mycorrhiza which has been used were: 0 (control); 7,5; 15 and 22,5 gram. The treatment have gived for 16 week (4 month). The parameters which have been used to analys were root infection percentage and the growth parameters, there are: root dry weight, shoot dry weight, plant dry weight, root to shoot ratio, plant height, and the leaf number.
The results showed that vesicular arbuscular mycorrhiza inoculation significantly improved the root infection percentage and root dry weigth of snake root. The maximum results to improve the percentage of infection and root dry weight was using the inoculation treatment of 7,5 gram per polybag.
Penelitian ini dimulai dengan mempersiapkan media tanam, inokulum MVA dan
bibit pule pandak yang pertumbuhannya seragam. Media tanam yang digunakan berupa
campuran tanah regosol dan pupuk kandang sapi dengan perbandingan (3:1) di dalam
polybag berukuran 15x20 cm sebanyak 20 buah. Inokulum MVA ditimbang sesuai
dengan perlakuan masing-masing yaitu 7,5; 15; dan 22,5 gram. Penanaman bibit pule
pandak dilakukan dengan mengurangi sepertiga bagian dari media tanam di dalam
polybag kemudian dilakukan perlakuan inokulasi MVA dengan cara memasukkan
inokulum dengan posisi akar mengenai mikoriza lalu ditutup kembali dengan media.
Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman dan pengendalian hama serta penyakit sejak
penanaman hingga akhir perlakuan. Pemeliharaan yang berupa penyiraman dilakukan
secara teratur setiap pagi dengan kran PDAM sebanyak 100 ml pada setiap tanaman
(Lestari, 2008). Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara membuang
langsung hama yang ada pada daun.
7
Pengambilan data dilakukan selama perlakuan ataupun pada akhir perlakuan
tergantung parameter-parameter yang akan diamati. Pengamatan parameter pertumbuhan
meliputi:
a. Tinggi tanaman
Pengamatan tinggi tanaman (cm) dilakukan setiap 1 minggu sekali dengan cara
mengukur tinggi tanaman mulai dari pangkal akar sampai pada pucuk batang.
b. Jumlah daun
Pengamatan jumlah daun dilakukan setiap 1 minggu sekali dengan menghitung daun
yang telah membuka, pada awal bibit dipindahkan ke polybag.
c. Berat kering akar
Pengukuran berat kering akar dilakukan dengan menimbang akar tanaman pada akhir
pengamatan setelah dikeringkan dengan oven 60-700 C sampai beratnya konstan
(Sitompul dan Guritno, 1995).
d. Berat kering tajuk
Pengukuran berat kering tajuk dilakukan dengan menimbang bagian dari tajuk
tanaman pada akhir pengamatan setelah dikeringkan dengan oven pada suhu 60-700 C
sampai beratnya konstan (Sitompul dan Guritno, 1995).
e. Berat kering tanaman
Pengukuran berat kering tanaman dilakukan dengan menimbang bagian dari akar dan
tajuk tanaman pada akhir pengamatan setelah dikeringkan dengan oven pada suhu 60-
700C sampai beratnya konstan (Sitompul dan Guritno, 1995)
f. Rasio akar tajuk
Setelah diketahui berat kering akar dan tajuk kemudian dianalisis rasio akar tajuknya.
Rasio akar tajuk dihitung dengan rumus : Berat kering akar Berat kering tajuk
Pengamatan terhadap intensitas infeksi mikoriza vesikula arbuskula (MVA)
dilakukan terhadap sistem perakaran setelah tanaman pule pandak di panen. Metode
yang digunakan adalah metode pengecatan oleh Philips dan Hayman (1970) sebagai
berikut:
1) Akar tanaman yang sudah dibersihkan, dipotong sepanjang 1,5 cm. Untuk setiap
tanaman diambil 25 potong akar secara acak.
8
2) Selanjutnya dilakukan pengecatan, dengan cara memanaskan akar dalam KOH 10
% pada suhu 900C sampai akar melunak. Sebagai pemanas digunakan pemanas
listrik.
3) Akar yang sudah direbus di dicuci dengan aquades. Selanjutnya akar dimasukkan
ke dalam HCl 0,1 N.
4) Akar dicuci kembali dengan aquades sampai bersih. Kemudian dimasukkan
Trypan blue 0,05% dalam lactophenol dan dipanaskan pada suhu 550C selama 15
menit. Setelah itu disimpan selama 24 jam.
5) Setelah disimpan selama 24 jam, potongan akar yang sudah dicat diamati dengan
mikroskop dan dihitung persentase infeksinya untuk setiap tanaman dengan
rumus:
I = T2 x 100% Keterangan:
T1 I : Intensitas infeksi
T1: Jumlah total potongan akar yang di cat
T2: Jumlah potongan akar yang terinfeksi
Data kuantitatif yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji
keragaman (anova) dan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test
(DMRT) pada taraf kepercayaan 5 %. Untuk mengetahui hubungan antara parameter
pengamatan, dilakukan analisis statistik korelasi.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Infeksi Mikoriza
Simbiosis antara mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dengan akar bibit pule pandak
dapat dilihat dengan melakukan analisis infeksi MVA. Struktur infeksi MVA yang
ditemukan pada contoh akar digunakan untuk menghitung persentase infeksi pada akar
tersebut. Hasil rerata persentase infeksi akar pule pandak pada variasi inokulasi MVA
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rerata persentase infeksi MVA
Perlakuan Inokulasi MVA
Rerata Persentase Infeksi Akar (%)
M0
M1
M2
M3
0 a
31,20 b
25,60 b
22,40 b
Keterangan: M0 = 0 gram MVA/polybag; M1 = 7,5 gram MVA/polybag; M2 = 15 gram MVA/polybag; dan M3 = 22,5 gram MVA/polybag Angka yang diikuti huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada DMRT taraf 5 %
Inokulasi MVA terhadap bibit pule pandak (Tabel 1) pada perlakuan M1 (7,5
gram/polybag) memberikan hasil infeksi sebesar 31,20 %, dimana tidak berbeda nyata
dengan perlakuan M2 (15 gram/polybag) sebesar 25,60 % dan M3 (22,5 gram/polybag)
sebesar 22,40 %, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan M0 (0 gram/polybag) atau
perlakuan kontrol yaitu sebesar 0 %. Semakin tinggi pemberian kadar inokulasi MVA
sampai pada dosis 15 gram/polybag dan 22,5 gram/polybag semakin turun persentase
infeksinya. Hal ini diduga karena kolonisasi mikoriza di dalam akar dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah spesies cendawan dan faktor lingkungan. Faktor
spesies cendawan dibedakan menjadi dua yaitu faktor kerapatan inokulum dan persaingan
antar spesies cendawan. Peningkatan kadar inokulum dapat meningkatkan persentase
kolonisasi akar sampai titik optimum tertentu (Hayman, 1970). Pada penelitian ini titik
optimum dicapai pada kadar inokulasi sebesar 7,5 gram/polybag dan menurun dengan
penambahan kadar inokulum pada taraf 15 gram/polybag dan 22.5 gram/polybag.
10
Sedangkan pengaruh dari persaingan antar spesies MVA sulit ditentukan karena hanya
diukur dalam hal perbedaan pertumbuhan tanaman inangnya saja (Delvian, 2005).
Kondisi lingkungan yang bisa mempengaruhi infeksi mikoriza pada akar diantaranya
adalah umur tanaman, kadar phosphat relatif di dalam tanah yang dibutuhkan tanaman,
dan kapasitas populasi propagul mikoriza di dalam tanah untuk membentuk mikoriza
(Kung’u, 2008).
Suatu simbiosis terjadi apabila cendawan masuk ke dalam akar atau melakukan
infeksi. Proses infeksi dimulai dengan perkecambahan spora di dalam tanah. Hifa yang
tumbuh melakukan penetrasi ke dalam akar dan berkembang di dalam korteks. Pada akar
yang terinfeksi akan terbentuk arbuskul, vesikel intraseluler, hifa internal diantara sel-sel
korteks dan hifa eksternal. Penetrasi hifa dan perkembangannya biasanya terjadi pada
bagian yang masih mengalami diferensiasi dan proses pertumbuhan. Hifa berkembang
tanpa merusak sel (Octavitani, 2009). Arbuskula merupakan struktur yang berfungsi
sebagai tempat pertukaran metabolit antara cendawan dengan tanaman, dan vesikula
merupakan struktur berbentuk globose dan berasal dari penggelembungan hifa internal
dari MVA. Vesikula berfungsi sebagai organ reproduktif yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan makanan yang kemudian diangkut ke dalam sel dimana pencernaan oleh sel
berlangsung (Delvian, 2005).
Berat Kering Akar
Hasil rerata berat kering akar tanaman pule pandak pada variasi inokulasi MVA
disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Rerata berat kering akar R. verticillata pada variasi inokulasi mikoriza vesikula arbuskula (MVA)
Perlakuan Inokulasi MVA
Rerata Berat Kering akar (g)
M0
M1
M2
M3
0,0186 a
0,0440 b
0,0350 ab
0,0190 a
Keterangan: M0 = 0 gram MVA/polybag; M1 = 7,5 gram MVA/polybag; M2 = 15 gram MVA/polybag; dan M3 = 22,5 gram MVA/polybag Angka yang diikuti huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada DMRT taraf 5 %
11
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa rerata berat kering akar tertinggi ada pada
perlakuan inokulasi MVA dengan dosis 7,5 gram /polibag yaitu sebesar 0,0440 gram dan
rerata berat kering akar paling rendah ada pada tanaman yang tidak diinokulasi MVA,
sedangkan peningkatan pemberian dosis inokulasi MVA sampai dosis 15 gram/polybag
dan 22,5 gram/polybag justru menurunkan hasil berat kering akar. Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian dosis MVA sebesar 7.5 gram/polybag merupakan dosis yang optimal
bagi pertumbuhan pule pandak karena berpengaruh terhadap respon pertambahan berat
kering tanaman pule pandak. Semakin menurunnya berat kering akar seiring dengan
penambahan dosis inokulasi sampai pada taraf 15 gram/polybag dan 22.5 gram/polybag
dapat dihubungkan dengan faktor persentase infeksi pada akar yang juga menurun sampai
pada taraf pemberian kedua dosis tersebut. Persentase infeksi akar oleh MVA yang
semakin menurun mengakibatkan bidang penyerapan akar yang dibantu oleh hifa
cendawan mikoriza juga menurun yang diikuti dengan penurunan berat kering akar
sampai taraf inokulasi 15 gram/polybag dan 22.5 gram/polybag. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Tirta (2006), dilaporkan bahwa pemberian inokulasi MVA pada bibit vanili
(Vanilla planifolia) dengan dosis 0 mikoriza/tanaman sampai 20 gram mikoriza/tanaman
dapat meningkatkan variabel pertumbuhan, namun peningkatan dosis inokulasi MVA
dari 20 gram mikoriza/tanaman sampai 30 gram mikoriza/tanaman justru menurunkan
variabel pertumbuhan.
Meskipun pada taraf inokulasi MVA sebesar 15 gram/polybag dan 22,5
gram/polybag berat kering akarnya menurun, akan tetapi dari hasil yang diperoleh
menunjukkan pertambahan berat kering akar yang lebih baik dibandingkan tanaman
kontrol (tanpa inokulasi MVA). Peningkatan parameter pertumbuhan tanaman dapat
disebabkan oleh peranan MVA terhadap metabolisme yang terjadi di perakaran tanaman
(Samarbakhsh, et al., 2009). Kegiatan metabolisme akar yang bermikoriza 2 sampai 4
kali lebih tinggi dibandingkan akar yang tidak bermikoriza, karena akar bermikoriza
dapat memperbesar penyerapan garam-garam mineral dengan mempertinggi penyediaan
ion hidrogen yang dapat dipertukarkan (Sieverding, 1991 dalam Trisilawati dan Firman,
2004). Ada tiga alasan mengapa MVA dapat meningkatkan penyerapan hara dalam tanah,
yaitu: MVA mampu mengurangi jarak bagi hara untuk memasuki akar tanaman, MVA
dapat meningkatkan rata-rata penyerapan hara dan konsentrasi hara pada permukaan
12
penyerapan dan MVA dapat merubah secara kimia sifat-sifat hara sehingga memudahkan
penyerapannya ke dalam akar tanaman (Abbot dan Robson, 1982 dalam Delvian, 2005).
Berat Kering Tajuk
Pengukuran produktifitas tanaman akan lebih relevan menggunakan berat kering
tajuk atau bagian tanaman sebagai ukuran pertumbuhannya (Salisbury dan Ross, 1995).
Berat kering tajuk merupakan variabel yang penting untuk mengetahui akumulasi
biomassa serta imbangan fotosintesis pada masing-masing organ tanaman (Mahmud et
al., 2002 dalam Purnawan, 2007). Hasil rerata berat kering tajuk tanaman pule pandak
pada pemberian variasi inokulasi MVA disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Rerata berat kering tajuk R. verticillata pada variasi inokulasi mikoriza vesikula arbuskula (MVA)
Daun secara umum dipandang sebagai organ produsen fotosintat utama yang
berfungsi sebagai penerima cahaya dan alat fotosíntesis (Sitompul dan Guritno, 1995).
Jumlah daun yang meningkat akan menyebabkan penyerapan cahaya menjadi efektif dan
pengambilan CO2 menjadi lebih cepat sehingga akan meningkatkan laju fotosíntesis dan
hasil fotosintat (produk fotosíntesis). Laju fotosíntesis dan fotosintat yang meningkat
mengakibatkan akumulasi yang berupa berat kering dan pertumbuhan juga akan
meningkat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh menunjukkan bahwa Perlakuan
inokulasi mikoriza vesikula arbuskula (MVA) berpengaruh nyata terhadap berat kering
akar dan persentase infeksi pada akar. Perlakuan inokulasi MVA pada dosis 7,5 gram/
polybag pada bibit pule pandak (Rauvolfia verticillata) mampu meningkatkan berat
kering akar yaitu sebesar 0.0440 gram dan persentase infeksi pada akar sebesar 31.20 %.
DAFTAR PUSTAKA
Baon, J.B., T.G. Azzurra dan Nurkholis. 1997. Growth and Nutrient Up-take Response of Mycorrhizal Cocoa Treated With Coconut Water as Plant Growth Regulator. In Mycorrhizas in Sustainable Tropical Agriculture and Forest Ecosystems. Papers Presented at The International Conf. Bogor, Indonesia, October 26-30, 1997. LIPI-IPB. Bogor, Indonesia
20
Delvian. 2005. Respon Pertumbuhan dan Perkembangan Mikoriza Arbuskula dan Tanaman Terhadap Salinitas Tanah. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
Duke, J.A. 1992. Handbook of Biologically Active Phytochemicals and Their Activities.
Boca raton. FL. CRC Press Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitcell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Terjemahan H. Susilo. UI Press. Jakarta. Goussous, S.J., dan M.J. Mohammad. 2009. Comparative Effect of two Arbuscular
Mycorrhizae N and P Fertilizers on Growth and Nutrient Uptake of Onions. International Journal of Agriculture and Biology, ISSN online: 1814-9596. http://www.fspublishers.org [3 November 2009]
Guissou, T. 2009. Contribution of arbuscular mycorrhizal fungi to growth and nutrient
uptake by jujube and tamarind seedlings in a phosphate (P)-deficient soil. African Journal of Microbiology Research 3(5): 297-304
Hayman, D.S. 1970. Endogone spore numbers in soil and Vesicular-arbuscular
mycorrhizal in wheat as influenced by season and soil treatment. Transactions of The British Mycological Society 54: 53-60
Kung’u, J.B. 2008. Effect of Vesicular-arbuscular Mycorrhiza (VAM) Innoculation on
Growth Performance of Senna spectabillis. School of Pure and Applied Sciences, Kenyatta University. http://www.ciat.cgiar.org
[24 Juni 2008] Kusumastuti, A. 1997. Peranan Mikoriza Vesikular Arbuskular dan Pemupukan Fosfor
terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex. Froehn.). Skripsi Fakultas Pertanian & Kehutanan, UNHAS.
Lestari, P.P. 2002. Pertumbuhan, Kandungan Klorofil dan Karotenoid Serta Aktivitas
Nitrat Reduktase Rauvolfia verticillata (Lour.) Baillon Pada Ketersediaan Air Yang Berbeda. Skripsi Fakultas Pertanian, UNS.
Marschner, H., dan B. Dell. 1994. Nutrient Uptake in Mycorrhizal Symbiosis. Plant and
Soil 159: 89-102. Maryeni, R., dan D. Hervani. 2008. Pengaruh Jamur Mikoriza Arbuskula Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Selasih (Ocimum sanctum L.). Jurnal Akta Agrosia 11(1): 7-12
Muzar, A. 2000. Respons Tanaman Jagung (Zea mays L.) Kultivar Arjuna dengan
Populasi Tanaman Bervariasi terhadap Mikoriza Vesikular-Arbuskular (MVA)
21
serta Kapur Pertanian Super Fosfat (KSP) dan Residunya pada Ultisol. Jurnal Akta Agrosia 9(2): 75-85
Nuhamara, S.T. 1994. Peranan Mikoriza untuk Reklamasi Lahan Kritis. Program
Pelatihan Biologi dan Bioteknologi Mikoriza. Nuraeni, 1999. Pengaruh Inokulasi Mikoriza-Arbuskular dan Rhizobium japonicum
dengan Pem-berian N dan P terhadap Kadar Protein dan Vigor Benih Kedelai. Skripsi Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Nye, P.H., dan P.B. Tinker. 1977. Solute movements in the root-soil systems. Blockwell.
Oxford. Octavitani, N. 2009. Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) Sebagai
Pupuk Hayati Untuk Meningkatkan Produksi Pertanian. http://uwityangyoyo.wordpress.com
[28 Juli 2009] Phillips, J. M. and D. S. Hayman. 1970. Improved Procedures for Clearing Roots and
Staining Parasitic and Vesicular-Arbuscular Mycorrhizal Fungi for Rapid Assessment of Infection. Transactions of The British Mycological Society 55: 157-160.
Purnawan, I. 2007. Pengaruh Jumlah Buku dan Macam Komposisi Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan Setek Nilam (Pogostemon cablin Benth). Skripsi Fakultas Pertanian, UNS.
Rao, N.S.S. 1994. Mikroorganisme tanah dan pertumbuhan tanaman. Edisi Kedua.
Penerbit Universitas Indonesia. Rohayati. 1999. Uji Kompatibilitas Efektivitas Beberapa Jenis Isolat Cendawan Mikoriza
Arbuskula (CMA) Terhadap Klon Jati (Tectona grandis Linn.f.). Fakultas Kehutanan IPB Bogor.
Rohimat, I. 2002. Teknik Inokulasi Mycorrhizae Arbuscular Pada Bibit Jambu Mente.
Buletin Teknik Pertanian 7(2): 80-82 Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Diterjemahkan oleh
Lukman D.R. dan Sumaryono. ITB. Bandung Samarbakhsh, S., F. Rejali, M.R. Ardakani, F. Pak Nejad dan M. Miransari. 2009. The
Combined Effect of Fungicides and Arbuscular Mycorrhiza on Corn (Zea mays L.) Growth and Yield under Field Conditions. Journal of Biological Scienses 9(4): 372-376
22
Sharma, U.R. 2003. Medicinal Plants Reasearhin Nepal and plants for their Inventory and Documentation. Departement of Plant Resource. Banaspati
Sitompul, S.M., dan B. Guritno. 1995. Analisa Pertumbuhan Tanaman. UGM Gadjah
Mada UniversityPress. Suhardi, H. 2005. Fisiologi Pohon. http://www.irwantoshut.com
[6 September 2008] Sulandjari. 2008. Tanaman Obat Rauvolfia serpentina (Pule pandak) Ekofisiologi dan
Budidaya. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press Tirta, I.G. 2006. Pengaruh Kalium dan Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Bibit Panili
(Vanilla planifolia Andrew). BIODIVERSITAS 7(2): 171-174 Trisilawati, O dan C. Firman. 2004. Pengaruh Cendawan Mikoriza Arbuskula Terhadap
Terhadap Inokulasi Beberapa Cendawan AM Pada Beberapa Tingkat Pemupukan. Menara Perkebunan 66 (1): 13-19
Widiastuti, H., N. Sukarno, L.K. Darusman, D.H. Goenadi, S. Smith dan E. Guhardja.
2005. Penggunaan Spora Cendawan Mikoriza Arbuskula Sebagai Inokulum Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Serapan Hara Bibit Kelapa Sawit. Menara Perkebunan 73(1): 26-34
Yahya, F.A., E. Sandra, dan E.A.M. Zuhud. 2002. Pertumbuhan Biomassa Dan
Kandungan Alkaloid Akar Pule Pandak (Rauvolfia serpentina Benth) hasil Kultur In Vitro. Seminar Nasional XXII TOI. Purwokerto.