i KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH GEL KOMBINASI EKSTRAK TANAMAN YODIUM (Jatropha multifida) DAN DAUN PEPAYA (Carica papaya) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR KIMIA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) TERINDUKSI ASAM SULFAT Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun Oleh : Hendri Okarisman 20080310011 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH GEL KOMBINASI EKSTRAK TANAMAN YODIUM
(Jatropha multifida) DAN DAUN PEPAYA (Carica papaya) TERHADAP
PENYEMBUHAN LUKA BAKAR KIMIA PADA TIKUS PUTIH (Rattus
norvegicus) TERINDUKSI ASAM SULFAT
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran
tangan, sungkup anastesi, kandang tikus, timbangan analitik, dan kamera
digital.
21
2. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan dibagi menjadi dua kelompok yakni
bahan peembuatan ekstrak dan bahan perlakuan,
a) Bahan Pembuatan Ekstrak
Bahan yang digunakan untuk pembuatan ekstrak meliputi, daun pepeaya
(Carica papaya) segar, batang dan daun tumbuhan yodium (Jatropha
multifida) segar, 70%, CMC-Na, aquadest dan kertas saring.
b) Bahan Perlakuan
Bahan yang digunakan adalah etanol 70%, asam sulfat 75%, alkohol
70%, kapas, eter, aquades dan gel hidrofilik.
H.Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Ekstrak dan Sediaan Gel
Berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SOP) pembuatan ekstrak
di Lembaga Penelitian dan Pengujian Terpadu Unit III Universita Gajah
Mada, pembuatan ekstrak memilii tahap-tahap sebagai berikut:
a) Pembuatan Ekstrak Tumbuhan yodium (Jatropha multifida) Dalam
Sedian Gel.
1) Saipkan bahan tumbuhan yodium (Jatropha multifida) kemudian
segar yang terdiri dari batang dan daun, cuci dengan air bersih.
2) Keringkan tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dengan cara
dimasukan ke dalam mesin pengering (oven) dengan suhu ± 45°C.
3) Tumbuhan yodium yang telah kering dibuat serbuk dengan mesin
penyerbuk.
22
4) Serbuk tumbuhan yodium ditimbang sebesar 200 gram untuk
dilarutkan dengan etanol 70%.
5) Serbuk tumbuhan yodium dan etanol 70% di homogenkan dengan
cara di blender dengan alat homogenizer selama 15 menit.
6) Tumbuhan yodium dimaserasi selama 24 jam, dengan tujuan
senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan yodium dapat
larut dalam etanol 70%.
7) Hasil maserasi tersebut kemudian disaring dengan mesin vaccum
sampai kering sehingga diperoleh larutan tumbuhan yodium
(Jatropha multifida). Cairan atau larutan hasil penyaringan dituang
ke labu alas bulat.
8) Uapkan larutan yang didapat dengan mesin rotary vaccum
evaporator sampai terlihat secara jelas adanya pemisahan antara
etanol 70% dengan zat yang terkandung di dalam tumbuhan
yodium (Jatropha multifida). Cairan diambil dan dituang ke cawan
porselen.
9) Dididihkan cairan yang sudah dituangkan dalam porslen sampai
kering, setelah kering ekstrak ditempatkan dalam wadah.
b) Pembuatan Ekstrak Daun pepaya (Carica papaya) Dalam Sedian
Gel
1) Bersihkan daun pepaya (Carica papaya) segar dengan
menggunakan air bersih.
23
2) Daun pepaya (Carica papaya) yang sudah bersih kemudian
dikeringkan dan dimasukan ke dalam mesin pengering (oven)
dengan suhu pemanasan ± 45°C.
3) Setelah kering, daun pepaya dimasukan kedalam mesin
penyerbuk.
4) Serbuk daun pepaya ditimbang sebesar 200 gram untuk dilarutkan
dengan etanol 70%.
5) Serbuk daun pepaya dan etanol 70% di homogenkan dengan cara
di blender dengan alat homogenizer selama 15 menit.
6) Kemudian maserasi selama 24 jam, sehingga senyawa kimia yang
terkandung dalam daun pepaya larut dalam etanol 70%.
7) Daun pepaya dimaserasi selama 24 jam, dengan tujuan senyawa
kimia yang terkandung dalam tumbuhan yodium dapat larut
dalam etanol 70%.
8) Uapkan larutan yang didapat dengan mesin rotary vaccum
evaporator sampai terlihat secara jelas adanya pemisahan antara
etanol 70% dengan zat yang terkandung di dalam daun pepaya
(Carica papaya).Cairan diambil dan dituang ke cawan porselen.
9) Dididihkan cairan yang sudah dituangkan dalam porslen sampai
kering, setelah kering ekstrak ditempatkan dalam wadah.
b) Pembuatan Sediaan Gel Ekstrak Tumbuhan Yodium (Jatropha
multifida) dan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya)
1) Siapkan bahan dasar pembuatan gel yaitu CMC-Na.
24
2) Serbuk CMC-Na ditimbang seberat 0,5 gram, kemudian masukan
ke dalam gelas beker.
3) Serbuk yang sudah ditimbang dilarutkan dengan aquadest
sebanyak 50ml dan diaduk sampai rata. Untuk mempercepat
kelarutan dapat sambil dipanaskan.
4) Selanjutnya, siapkan ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha
multifida) dan ekstrak daun pepaya (Carica papaya) sesuai dengan
perbandingan yang dibutuhkan.
5) Ekstrak dimasukan ke dalam gelas beker, dan larutkan dengan gel
CMC-Na sampai terlarut.
6) Setelah larut, ukur dengan cara dimasukan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 50ml, kemudian masukan ke botol flacon simpan pada
freezer dan selanjutnya dapat digunakan sebagai perawatan luka.
2. Perhitungan Rumus Konsentrasi
Berdasarkan penadapat Ahli di Lembaga Penelitian dan Pengujian
Terpadu Unit III Universita Gajah Mada Yogyakarta, konsentrasi yang
diambil untuk sedian gel ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida)
dan daun pepaya (Carica papaya) sebesar 15%. Cara mengetahui
perbandingan campuran ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida)
dan daun pepaya (Carica papaya) dapat dicari dari rumus konsentrasi
berikut ini.
konsentrasi=
25
Keterangan:
B : Jumlah campuran ekstrak
V : Volume
Dalam perhitungan yang didapatkan ketika sedian gel sebesar 15%
dengan volume 50 ml didapatkan hasil sebesar 7,5 gram campuran ekstrak
tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya).
3. Pengelompokan Hewan Uji
Sebelum dilakukan pengujian, hewan uji didaptasikan terlebih dahulu
dengan suasana kandang hewan Laboratorium Biomedik FKIK UMY
selama satu minggu. Sebanyak 30 ekor tikus putih sebagai hewan uji
ditimbang kemudian dan dibagi secara randomisasi menjadi lima
kelompok:
a) Kelompok A adalah kelompok hewan uji kontrol negativ tanpa
perlakuan.
b) Kelompok B adalah kelompok hewan uji yang diberi sediaan gel
kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun
pepaya (Carica papaya) sebesar 15% dengan perbandingan
konsentrasi 1:2 .
15% = B x 100% 50 mlB = 7,5 gram
26
c) Kelompok C adalah kelompok hewan uji yang diberi sediaan gel
kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun
pepaya (Carica papaya) sebesar 15% dengan perbandingan 1:1.
d) Kelompok D adalah kelompok hewan uji yang diberi sediaan gel
kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun
pepaya (Carica papaya) sebesar 15% dengan perbandingan 2:1.
e) Kelompok E adalah kelompok hewan uji kontrol positif dengan
perlakuan bioplasenton.
4. Induksi Luka Bakar Kimia
1. Setelah tujuh hari beradaptasi di laboratorium, bulu tikus dicukur
bersih di bagian dorsal dekstra sehingga memungkinkan dipasang
pembatas cincin luka berdiameter 15mm.
2. Kulit pada cincin pembatas diberi alkohol 70%, kemudian dianasthesi
dengan eter agar memungkinkan dilakukannya induksi luka kimia.
3. Tikus diinduksi dengan bahan kimia yakni dengan menggunakan asam
sulfat 75% sesuai dengan cincin pembatas.
4. Setelah dilakukan induksi luka kimia, lakukan pengukuran diameter
luka.
5. Pemberian perlakuan gel ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha
multifida) dan daun pepaya (Carica papaya).
Tikus yang sudah dikelompokan dan diukur diameternya diberikan
perlakuan sesuai kelompoknya. Kelompok A adalah kelompok hewan uji
kontrol negativ tanpa perlakuan. Kelompok B adalah kelompok hewan uji
27
yang diberi sediaan gel kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha
multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) sebesar 15% dengan
perbandingan konsentrasi 1:2. Kelompok C adalah kelompok hewan uji
yang diberi sediaan gel kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha
multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) sebesar 15% dengan
perbandingan konsentrasi 1:1. Kelompok D adalah kelompok hewan uji
yang diberi sediaan gel kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha
multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) sebesar 15% dengan
perbandingan konsentrasi 2:1. Kelompok E adalah kelompok hewan uji
kontrol positif yang diberi olesan bioplasenton. Pemberian setiap
perlakuan dilakukan setiap hari dengan volume 0,5 ml sampai luka bakar
pada tikus sembuh.
6. Pengamatan dan pengukuran luka bakar
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
memodifikasi metode Morton (Referensi). Pengamatan terhadap luka
bakar pada hewan uji dilakukan setiap hari pada jam 12.00, sedangkan
pengukuran dan pengambilan data diameter luka bakar dilakukan setiap
tiga hari sekali sampai sembuhnya luka atau didapatkannya diameter luka
sama dengan nol pada hewan uji.
Data waktu sembuh (dalam hari) diambil berdasarkan pada data
kesembuhan dan pengukuran diameter luka setiap hari, dengan indikator
berupa kesembuhan luka atau didapatkannya diameter luka sebesar 0 mm.
28
Data persentase luka diambil dari data diameter luka. Cara
mengukur diameter luka adalah dengan menghitung nilai rata-rata
diameter luka menggunakan rumus:
x
=
dx(1)+dx(2)+dx(3)+dx(4)
4
Keterangan:
Dx : diameter luka hari ke-x (dalam mm)
Dx (1), (2), (3) dan (4) : diameter luka hari yang diukur dalam
berbagai arah (lihat gamabar 1)
Gambar 4. Cara Mengukur Diameter Luka
I. Analisis Data
1. Perhitungan data persentase kesembuhan
Setelah data diameter luka didapatkan, kemudian dilakukan
pernghitungan persentase penyembuhan luka (dalam %) setiap hari dengan
menggunakan rumus konversi persentase sebagai berikut:
d12 – dx2
Px = x 100% d1
2
Keterangan:
29
Px : Persentase kesembuhan hari ke-x (dalam %)
d1 : diameter luka hari pertama
dx : diameter luka hari ke-x
2. Penghitungan besar sample
Besar sample hewan uji dihitung berdasarkan rumus sample federer
sebagai berikut:
(P1-1) (P2-1) ≥ 15
Keterangan :
P1 : Jumlah kelompok sampel
P2 : Jumlah sample yang dicari
3. Pengolahan data dengan statistik
Data yang diperoleh merupakan dua data makroskopik berupa waktu
penyembuhan (dalam hari) dan persentasi kesembuhan (dalam % tingkat
kesembuhan). Data selanjutnya dianalisis menggunakan stastistik deskriptif
ANOVA untuk diuji normalisasinya, jika diketahui sebaran data tidak
normal, maka dilakukan analisis dengan metode Krusscal-Wallis pada
semua kelompok penelitian, kemudian untuk melihat kelompok mana yang
terdapat perbedaan bermakna maka dilakuakn uji Mann-Whitney antar
kelompok.
30
J. Diagram Prosedur Penelitian
30 ekor tikus diadaptasikan (aklimatisasi) di laboratrorium
selama tujuh hari
Pengelompokan hewan uji di laboratorium, hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok secara random. Masing-masing
tikus dicukur bulunya di bagian dorsal ± 20 mm
Induksi Luka Bakar KimiaSemua tikus diinduksi luka bakar kimia. Pasang pembatas cincin luka berdiameter 15 mm, Kulit diberi alkohol 70%, dianasthesi dengan eter, Tikus diinduksi dengan bahan kimia (asam sulfat 75%) sesuai dengan cincin pembatas.
Kel. A6 ekor
tikus,control negativ
Kel. B6 ekor
tikus,diberi ekastrak gel
6% 1:2
Kel. C6 ekor
tikus,diberi ekastrak gel
6% 1:1dekstra
Kel. D6 ekor
tikus,diberi ekastrak gel
6% 2:1dekstra
Kel. E6 ekor
tikus,control positif
bioplasenton
Pengukuran diameter luka awal menggunakan jangka sorong
Pemberian perlakuan gel ekstrak tmbuhan yodium dan daun pepaya
Pengukuran diameter luka awal menggunakan jangka sorong
Analisis hasil
Penyajian Laporan
DAFTAR PUSTAKA
Atoilla, A. I. 2007. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Getah Batang Tanaman Yodium (Jatropha multifida L) Terhadap Lama Waktu Koagulasi Darah Secara In Vitro (Studi Kasus Lama Waktu Koagulasi Golongan Darah B). Karya Tulis ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
Bisono. 2009. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Bina Putera Aksara, 387-388.
Cakir, B., & Yegen B., C.2004. Prespectives in Medical Sciences Systemic Responses to Born Injury. Journal of Turk Med Sic. Volume 34. Halaman 215-226. Departement of Physiology Faculty of Medichine Marmara University Istambul Turkey.
Depkes RI.(2000). Invntaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 1. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Gurung. S, Skalko B.N. 2008. Wound Healing Properties Of Carica Papaya Latex: In Vivo Evaluation In Mice Burn Model. PubMed Journal. The School of Pharmaceutical and Biomedical Sciences, Pokhara University,Nepal.
Harmanto, N., & Subroto,A.M. 2006. Herbal dan Jamu Pengaruh dan Efek Sampingnya. Jakarta. Alex Media Komputindo.
Ian, F.S., Paul. M, Geisela S., Stephen W., Bickler., et al. 1999. The Treatment Of Paediatric Burns Using Topical Papaya (Abstract). Department of Paediatric Surgery Abstract, Royal Victoria Hospital, Banjul, The Gambia.
Ilmi A. N. 2009. Tanaman Yodium Jatropha Multivida Sebagai Bahan Fortifikasi Bath (Abstrak). Karya Tulis Ilmiah strata satu. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Surabaya.
Mardiani T.H., Pengaruh Pemberiaan Timbal (Pb) Terhadap Kadar Melondial Dehyde (Mda) Plasma Dan Jumlah Eritrosit Mencit. Karya Tulis Ilmiah strata satu. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.
Morison, M.J. 2004. Manajemen Luka. Jakarta: EGC
Nayak, S., Pereira P. L., Maharaj, D. 2007. Wound Healing Activity Of Carica Papaya L In Experimentaly Induced Diabetic Rats. Indian Journal of
Eksperimental Biology. Volume 45. Halaman 739-743. Faculty of Medical Sciences The University of The West Indies, St. Augustine, Trinidad.
Oswari, E. 1989. Bedah dan Perawatannya. Jakarta. Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Riset Kesehatan Dasar (Riskesda). 2008. Laporan Nasional Desember. Jakarta: Depkes RI
Rukmana. 1995. Budidaya Dan Paca Panen Papaya. Yogyakarta; kanisius cit Rahayu. 2003. Efektivitas Ekstrak Daun Pepaya Sebagai Repelen Terhadap Culex Quenquefaciatus.Karya Tulis Ilmiah strata satu. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta
Sabiston. 1995. Buku Ajar Bedah Bagian 1 ( Edisi 2). Jakarta: EGC, 151-163.
Septiningsih, E. 2008. Efek Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Etanol 70% Daun Pepaya (Carica Papaya L) Dalam Sediaan Gel Pada Kulit Punggung Kelinci New Zealand. Karya Tulis ilmiah strata satu. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Sjamsuhidajat, R., & Jong W. D. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah (Edisi 2). Jakarta. EGC, 73-84.
Snell R.S., 1997. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC
Soelarto, R. 2009. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta. Binarupa Aksara
Supriadi. 2001. Tumbuhan Obat Indonesia Penggunaan dan Khasiatnya (Edisi 1). Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.
Suratman, Sumiwi, S.A., Gozali, D. 1996. Pengaruh Ekstrak Antanan dalam Bentuk Salep, Krim dan Jelly terhadap Penyembuhan Luka Bakar. Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta, no.108 Hal: 31-36.
Tjay, H. T., & Raharja, K. 2007. Obat-Obat Penting, Khasiat Pengguanaan Dan Efek Sampingnya.Jakarta: Alex Media Komputindo.
Putra A, R., Sundaryanto A., Haryanto, H. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Batang Betadin (Jatropha Multivida L) Terhadap Jumlah Trombosit Mencit Jantan Serta Implementasinya Pada Pembelajaran Kimia Organic Bahan Alam. Karya Tulis Ilmiah strata satu. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu. Bengkulu.
33
Wardani, P.L. 2009. Efek Penyembuhan Luka Bakar Gel Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper Betle) Pada Kulit Punggung Kelinci. Karya Tulis Ilmiah strata satu. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Wijayanto, B. 2009. Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Luka Sayat Dengan Olesan The Hijau 6,4 Gr Dan Povidon Iodine Pada Mencit. Karya Tulis Imiah strata satu, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
World Fire Stastistics Center. 2008. Informasi Bulletin of The World Fire Stastistics Center, The Geneva Association, October 2008 (No 24). Geneva.