This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahuin nilai Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS) dan Harga Saham pada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk guna mengetahui pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS) baik secara parsial maupun simultan terhadap harga saham WIKA pada periode 2010-2014.Metode penelitian mengunakan pendekatan deskriptif asosiatif serta analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dan pengujian asumsi klasik yang meliputi : Uji Normalitas, koefisien korelasi linier berganda dan parsial serta koefisien determinasi (Adj R.Square). Berdasarkan hasil analisis data, variabel EPS tertinggi PT. WIKA terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 119.71 dan tahun terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 51.86. DPS pada tahun 2010-2013 mengalami peningkatan, dimulai pada tahun 2010 sebesar 15.55, tahun 2011 sebesar 23.33, tahun 2012 sebesar 25.88, dan pada tahun 2013 sebesar 30.50. Tetapi pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 23.94. DPS menunjukan trend fluktuatif. Uji
signifikansi (Uji T) pada variabel EPS diperoleh (21,435) >
(4,303) sehingga jatuh pada daerah penolakan (
ditolak, diterima) dapat dilihat pula besar angka signifikansi yaitu 0,002 yang berarti angka ini lebih kecil dari tingkat signifikansi (0,002 < 0,05), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan EPS secara parsial berpengaruh signifikansi terhadap perubahan harga saham. Dengan melakukan perbandingan pada
variabel DPS yaitu (-9,842) < (4,303) sehingga dapat dilihat pula besar angka signifikansi sebesar 0,010 yang berarti angka ini lebih besar dari tingkat signifikansi (0,010 > 0,05), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan DPS secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Hasil uji signikansi (Uji F) dengan kondisi ini
dimana lebih besar dari pada (251,851 > 9,55) dan nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,005 (0,004 < 0,05), maka
dapat diambil kesimpulan adalah ditolak dan diterima yang berarti variabel EPS dan DPS berpengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham. Koefisien Determinasi R
2
kondisi ini menunjukkan, seberapa besarnya pendapatan diterima oleh pemegang saham. jadi dapat disimpulkan bahwa EPS dan DPS berpengaruh sebesar 99,2% terhadap Harga Saham, sedangkan 1,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diketahui di dalam penelitian ini.
Keterangan: Y = Harga Saham X1 = Earning Per Share (EPS) X2 = Dividend Per Share (DPS) rx1y, rx2y = Pengaruh masing-masing variabel X terhadap variabel Y rx1x2y = Pengaruh simultan variabel X terhadap variabel Y
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini:
Ho : Tidak Terdapat Pengaruh antara Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per Share
(DPS) terhadap Harga Saham WIKA periode 2010-2014.
H1 : Terdapat Pengaruh secara parsial antara Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per
Share (DPS) terhadap Harga Saham WIKA periode 2010-2014.
H2 : Terdapat Pengaruh secara simultan antara Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per
Share (DPS) terhadap Harga Saham WIKA periode 2010-2014.
TINJAUAN PUSTAKA Saham Saham (stock atau share) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di dalam perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2006). Saham menurut Jogiyanto (2000:8) adalah suatu bentuk sekuritas yang dikeluarkan perusahaan dimana terjadi transaksi penjualan hak dan kepemilikannya. Pasar Modal
Menurut Rusdin (2008:1), pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesiyang berkaitan dengan efek. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham dan lainnya. Pasar modal (capital market) adalah lembaga keuangan bukan bank yang mempunyai kegiatan berupa penawaran dan perdagangan efek (Ade Arthesa & Edia Handiman, 2006:215). Selain itu pasar modal juga merupakan lembaga profesi yang berkaitan dengan transaksi jual beli efek dan perusahaan publik yang berkaitan dengan efek. Pasar modal (capital market) adalah lembaga keuangan yang menyediakan dana permodalan berjangka panjang yaitu lebih dari satu tahun (Murdifin Haming dan Salim Basalamah, 2010:353). Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada pasal 1 ayat 13 disebutkan bahwa Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Selanjutnya, dalam ayat 15 disebutkan bahwa penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang
diatur dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya. Dalam pasal 1 ayat 4 disebutkan Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/ atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka. Seorang investor yang akan menanamkan investasi di pasar modal seringkali memusatkan perhatian pada kondisi keuangan perusahaan dalam melakukan analisinya. Kondisi keuangan perusahaan itu biasanya disajikan dalam bentuk laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi. Sehingga dengan memahami laporan keuangan perusahaan tersebut dapat memudahkan investor dalam meramalkan prospek profitabilitasnya. Dari laporan keuangan tersebut, selanjutnya dapat dihitung laba per lembar saham yang akan di bagikan perusahaan. Pengertian laba per lembar saham menurut (Darmadji dan Fakhruddin, 2006: 195) adalah sebagai berikut: “Laba per lembar saham merupakan rasio yang menunjukan bagian laba untuk setiap saham”. Kondisi ataupun prospek perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham yang dicerminkan oleh Earning Per Share (EPS) yang dimiliki perusahaan tersebut.
Sawidji Widoatmodjo (2005:102) mengatakan bahwa “Semakin tinggi laba per lembar saham Earning Per Share (EPS), maka semakin mahal harga suatu saham dan sebaliknya”. Darmadji dan Fakhruddin (2006:195-196) mengatakan bahwa: “Semakin tinggi nilai laba per lembar saham Earning Per Share (EPS) tentu saja menyebabkan semakin besar laba sehingga mengakibatkan harga pasar saham naik karena permintaan dan penawaran meningkat”. Earning Per Share (EPS) adalah perbandingan jumlah Earning After Tax (EAT) dengan jumlah lembar saham perusahaan (Tandelilin, 2001:233). Semakin besar Earning Per Share (EPS) menunjukkan keuntungan perusahaan yang semakin besar Earning Per Share (EPS) menunjukkan keuntungan perusahaan yang semakin tinggi. Tingginya tingkat keuntungan perusahaan merupakan daya tarik bagi investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut karena salah satu tujuan investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut karena salah satu tujuan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan keuntungan modal yang sebesar-besarnya.
Pernyataan tersebut diatas diperkuat oleh hasil penelitian Andri Rachman (2012) yang menghasilkan bahwa Earning Per Share (EPS) mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Dari teori diatas dapat diketahui bahwa hubungan antara laba per lembar saham dengan harga pasar saham sangat erat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa laba per lembar saham dapat mempengaruhi harga pasar saham. Dividend Per Share (DPS) adalah sejumlah keuntungan yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Dividend Per Share (DPS) dapat meningkatkan harga saham karena dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko yang kecil (Sutrisno, 2003:305). Dividend Per Share (DPS) mencerminkan perusahaan mempunyai prospek yang baik dan akan menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi. Apabila Dividend Per Share (DPS )yang diterima naik tentu saja hal ini akan sangat mempengaruhi harga saham dipasar modal, karena naiknya Dividend Per Share (DPS) kemungkinan besar akan menarik investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dengan banyaknya saham yang dibeli maka harga suatu saham perusahaan tersebut akan naik di pasar modal.
Pernyataan tersebut diatas diperkuat dari penelitian yang dilakukan oleh Intan, Taranika (2009) secara simultan variable dividen per share berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dari teori diatas dapat diketahui bahwa hubungan antara dividen per lembar saham atau Dividend Per Share (DPS) dengan harga saham berhubungan. Dengan demikian disimpulkanlah bahwa dividen per lembar saham dapat mempengaruhi harga saham.
2014 tetapi pada tahun 2015 mengalami penurunan. Berdasarkan data diatas EPS
tertinggi WIKA terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 119.71 dan tahun terendah
WIKA terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 51.86. Laba bersih WIKA yang terus
meningkat dimulai dari tahun 2010 sebesar 311.241.250 naik menjadi 401.827.929
pada tahun 2011, dengan jumlah saham yang beredar pada tahun 2010 sebesar
6.001.540 dan naik pada tahun 2011 sebesar 6.027.267 sehingga mengakibatkan
kenaikan pada EPS dari 51.86 pada tahun 2010 menjadi 66.66 pada tahun 2011.
Begitupun selanjutnya setiap tahunnya laba serta jumlah saham beredar terus
meningkat sehingga EPS pun meningkat sampai dengan tahun 2014.
2. Pengaruh Dividend per Share (DPS) terhadap harga saham WIKA 2010-2014. Nilai
DPS pada tahun 2010-2014 mengalami peningkatan, dimulai pada tahun 2010
sebesar 15.55, tahun 2011 sebesar 23.33, tahun 2012 sebesar 25.88, dan pada
tahun 2013 sebesar 30.50. Tetapi pada tahun 2014 WIKA mengalami penurunan
sebesar 23.94.
3. Pengaruh EPS dan DPS secara simultan terhadap harga saham WIKA 2010-2014.
Meningkatnya harga saham tahun 2012 sebesar 143% merupakan dampak dari
meningkatnya EPS di tahun 2006. Harga saham WIKA yang meningkat paling
besar sebesar 143% pada tahun 2012, merupakan pemulihan dari krisis ekonomi
dunia serta juga investor melihat grafik WIKA meningkat yang tidak mengalami
dampak dari krisis ekonomi dunia. Peningkatan harga saham 2013 sebesar 3%
walaupun tidak terlalu besar ini membuktikan adanya kenaikan yang dipengaruhi
oleh EPS serta kenaikan kembali yang signifikan di tahun 2014 sebesar 133%
yang disebabkan oleh kenaikan nilai laba bersih serta EPS yang meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Harjito dan Martono, (2005), “Manajemen Keuangan”, Ekonisia, Yogyakarta, 2005. Imam Ghozali, (2015), “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Edisi Kelima,
Badan Penerbit Undip, Semarang. Kasmir, (2012) “Pengantar Manajemen Keuangan”, Edisi Pertama, Cetakan kedua, Penerbit
Prenada Media, Jakarta. Martono dan Agus Harjito, (2011),“Manajemen Keuangan”, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta. Munawir, 2009 “Analisa Laporan Keuangan”, Cetakan keempat, Penerbit Liberty, Yogyakarta. Riyanto dan Bambang, 2008, “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”, BPFE, Yogyakarta. Robbins, S. P., Marry, C., Neharika, V., 2012,“Management” Edisi Kesepuluh, New Jersey: