Page 1
PENGARUH DESAIN INTERIOR TERHADAP KENYAMANAN PEMUSTAKA
DI PERPUSTAKAAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI
JAWA TENGAH
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna
menyelesaikan pendidikan S1 Ilmu Perpustakaan
PENYUSUN
Nama : Nabela Kurnia Saraswati
NIM : 13040111130104
S1 ILMU PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
1
Page 2
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di dalam jaman yang penuh dengan kemajuan
informasi dan teknologi (IT) akibat terjadinya
globalisasi, perpustakaan sebagai tempat yang
berperan menjadi penyimpan dan penyebarluasan
informasi dituntut untuk menyediakan informasi
terbaru serta fenomena terkini yang tengah terjadi
di masyarakat yang aktual dan dapat dipertanggung
jawabkan validitasnya, sehingga masyarakat yang
menjadi pemustaka pun akan memanfaatkan informasi
dan bahan koleksi milik perpustakaan, dan inilah
yang menjadi tolok ukur keberhasilan perpustakaan
dalam menyelaraskan diri dengan era globalisasi
yang sudah dipenuhi dengan kemajuan IT. Tetapi
bukan hanya bahan koleksi saja yang mampu membuat
pemustaka berkunjung ke perpustakaan, tetapi juga
harus didukung dengan adanya faktor-faktor lain,
terutama dengan perpustakaan khusus yang memiliki
pemustaka dengan tingkat kebutuhan informasi dan
intensitas kunjungan yang berbeda dengan
2
Page 3
perpustakaan lain seperti perpustakaan umum dan
sekolah.
Perpustakaan khusus sendiri juga memiliki
fungsi dan tujuan yang sama dengan perpustakaan
lain. Perpustakaan khusus pun menjadi tempat atau
ruang yang memiliki lima fungsi berkenaan dengan
pemanfaatannya, yaitu sebagai sarana simpan karya
manusia, informasi, rekreasi, penelitian dan
budaya. Perpustakaan juga merupakan ruang vital
bagi suatu institusi maju dan berkembang, karena
dengan adanya tempat penyimpanan dan
penyebarluasan informasi khusus berkenaan dengan
institusi tersebut, maka cerminannya dalam
masyarakat akan semakin baik, sehingga diharapkan
bagi institusi baik swasta dan negeri atau BUMN
memiliki perpustakaannya sendiri, bukan hanya
sebagai ruang atau tempat yang menjalankan lima
fungsi yang telah disebutkan sebelumnya tetapi
juga dikarenakan syarat wajib yang telah diatur
oleh undang-undang dan peraturan pemerintahan
sebelumnya, tidak terkecuali bagi Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah yang berlokasi
di Semarang. Semua ketentuan dan syarat dalam
pembangunan institusi berkenaan dengan penyimpanan
dan penyebarluasan informasi mengenai Dinas
Kelautan dan Perikanan itu sendiri dirasa sangat
3
Page 4
penting dan vital sesuai dengan lima fungsi
perpustakaan.
Kemudian dalam pencapaiannya memenuhi lima
fungsi tersebut, diperlukan sarana dan prasarana
yang telah direncanakan sebelumnya yang mampu
diubah sesuai dengan keperluan masa mendatang
perpustakaan tersebut. Keamanan dan kenyamanan
pengguna serta keselamatan bahan pustaka di
perpustakaan bersangkutan semaksimal mungkin.
Keamanan dan kenyamanan dibutuhkan, agar pengguna
dapat dengan leluasa memanfaatkan bahan pustaka
dalam perpustakaan demi kebutuhan informasinya
yang nantinya akan berdampak positif bagi
loyalitas pengguna terhadap koleksi perpustakaan,
dan banyak aspek yang dibutuhkan demi menjamin hal
tersebut. Salah satu dari sekian banyak aspek yang
menyangkut kenyaman dan keamanan tersebut adalah
bagaimana desain interior perpustakaan itu sendiri
yang direncanakan oleh pihak perpustakaan sesuai
dengan kriteria standar.
Desain interior dalam perpustakaan merupakan
salah satu penunjang layanan perpustakaan yang
berkaitan dengan penataan ruang-ruang dalam
perpustakaan tersebut, yang mampu membuat
pemustaka merasa nyaman dan juga menjadi sarana
dalam mewujudkan prestise institusi yang berkaitan.
4
Page 5
Dan dalam desain interior sendiri, terdapat aspek-
aspek yang berkenaan dengan kebutuhan pemustaka
itu sendiri dan bidang kajiannya pun tidak
sedikit. dalam penelitian ini, penulis memilah
aspek yang yang berkaitan dengan kenyamanan
perpustakaan yang terdiri dari ruang (tata letak),
pencahayaan, suhu udara, Aspek dan bidang kajian
desain interior ini nantinya akan menjadi faktor
penting bagi perpustakaan dalam pengembangan
layanan pemustaka yang baik dan mampu memenuhi
kebutuhan informasi pengguna dengan tetap
mengutamakan keamanan dan kenyamanannya.
Karenanya dengan adanya aspek dan kajian yang
terdapat dalam desain interior, diharapkan
pelaksanaan penataan ruang atau gedung
perpustakaan sesuai dengan aspek standar desain
interior dan menyesuaikan dengan kepentingan visi
dan misi institusi, kenyamanan pemustaka terjamin
dan diharapkan dengan sarana dan prasarana yang
baik dari perpustakaan dapat meningkatkan
loyalitas pemustaka terhadap perpustakaan.
Namun dalam kenyataannya pelaksanaan desain
interior yang memungkinkan pemustaka merasa nyaman
di perpustakaan ternyata tidak berjalan sesuai
dengan yang direncanakan, baik dikarenakan oleh
adanya salah pemilihan warna cat dalam ruang-ruang
5
Page 6
atau bagian-bagian perpustakaan terhadap tujuan
penggunaan ruang tersebut ataupun masalah
sirkulasi udara akibat kurangnya penempatan
ventilasi atau air conditioner dalam suatu ruang.
Permasalahan yang kiranya merupakan sesuatu yang
bukan menjadi suatu konsentrasi bagi perpustakaan,
ternyata menjadi penyebab utama bagi pemustaka.
Keadaan seperti ini banyak terjadi dan penulis
merasa perlu untuk mengetahui mengenai perihal
bagaimana hubungan kenyamanan pengunjung dengan
desain interior perpustakaan Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Jawa Tengah. Penulis memilih
judul “Pengaruh Desain Interior Terhadap
Kenyamanan Pemustaka di Perpustakaan Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan
sebelumnya, maka ditetapkan rumusan masalah
penelitian ini adalah “sejauh mana dan bagaimana
desain interior berpengaruh pada tingkat
kenyamanan pemustaka di Perpustakaan Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah
difokuskan pada elemen-elemen desain interior yang
6
Page 7
terdiri dari ruang (tata letak), pencahayaan, suhu
udara, dan kenyamanan?”
Masalah diuraikan sebagai berikut :
1. “Bagaimana pengaruh ruang (tata letak)
terhadap kenyamanan pemustaka?”
2. “Bagaimana pengaruh pencahayaan
perpustakaan terhadap kenyamanan
pemustaka?”
3. “”Bagaimana pengaruh suhu udara di
perpustakaan terhadap kenyamanan
pemustaka?”
4. “Sejauh mana pengaruh elemen-elemen
tersebut terhadap kenyamanan pemustaka?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh desain interior di Perpustakaan Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah
terhadap kenyamanan pemustakanya.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai
berikut :
a. Secara teoritis:
7
Page 8
Dengan melakukan penelitian ini, penulis
mengharapkan manfaat perkembangan pengetahuan
dalam aspek teoritis Ilmu Perpustakaan dan
menjadikan salah satu contoh implikasi
keilmuwan yang berhubungan dengan pengembangan
suatu bangunan menyesuaikan dengan aturan yang
berlaku dan kepentingan pemustaka.
b. Secara praktisi :
a) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
sumbangsih pemikiran bagi Perpustakaan Dinas
Kelautan dan Perikanan dalam mengembangkan dan
membenahi desain interiornya terhadap
kenyamanan pemustaka.
b) Sebagai tambahan acuan atau referensi dalam
penelitian keilmuan Ilmu Perpustakaan
berkenaan dengan Desain Interior.
1.5. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian mengambil tempat di Perpustakaan
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah
yang bertempat di Jalan Imam Bonjol No. 134
Semarang, Jawa Tengah. Waktu penelitian yang
dibutuhkan adalah empat bulan dimulai dari bulan
Februari dan selesai pada bulan Juni.
Rincian waktu penelitian dijelaskan sebagai
berikut:
8
Page 9
Sarana dan prasarana di perpustakaan
-gedung-desain interior/tata ruang-fasilitas/perabotan-layanan perpustakaan-koleksi/buku & nonbuku
Terdiri atas aspek-aspek
Desain interior perpustakaan
Tata ruang
pencahayaan
Tata suara
Suhu udara
Kualitas udarakenyamanan
objek
kenyamanan pemustaka
Aspek-aspek kenyamanan
Keadaan empiris/keadaan sebenarnya
Kriteria kenyamanan
Agenda Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4Observasi LapanganPenelitian LapanganPembagian Kuisioner
Analisis Data
1.6. Kerangka Pikir
9
Page 10
kenyamanan pemustaka
berpengaruh
nyaman Tidak nyaman
Evaluasi & Pembenahan
Aspek-aspek kenyamanan
Diketahui dari lapangan, bahwa tidak semua
pemustaka merasa nyaman dengan ruang perpustakaan
yang ada di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Jawa Tengah oleh sebab yang beragam, diantaranya
pendapat pemustaka yang menyatakan perpustakaan
yang memiliki tata ruang yang membuat jenuh dan
yang lainnya. Meski demikian, perpustakaan telah
dibuat sedemikian rupa dengan berdasarkan standar
yang telah ditetapkan oleh Pemerintahan Daerah dan
pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan gedung
Dinas Kelautan dan Perikanan beserta perpustakaan.
Sedangkan penataan interiornya sendiri berdasarkan
elemen yang di antaranya terdapat pencahayaan,
tata suara, suhu udara, dan lainnya.
Di tambah lagi dengan seiring perkembangan
jaman, terdapat perkembangan dalam kreativitas
desain interior yang benar-benar mampu disesuaikan
dengan tingkat latar belakang pemustakanya,
seperti yang telah diaplikasikan ke banyak
perpustakaan. Contohnya ialah pada layanan anak-
anak perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah yang
telah disesuaikan dengan kebutuhan informasi anak-
anak dan psikologi pemustakanya, maka dibuatlah
warna-warna terang dan ceria yang mengedepankan
10
Page 11
kreativitas agar pemustaka merasa nyaman
memanfaatkan bahan koleksi yang tidak hanya berupa
buku, tetapi juga koleksi pandang dengar (audio
visual). Banyak pula perpustakaan perguruan tinggi
negeri dan sekolah yang juga mengubah desain
interior dan dekorasi interior yang kiranya sesuai
dengan latar belakang pemustakanya.
Sehingga hal inilah yang membuat kunjungan
pemustaka pun meningkat dan pemustaka merasa
nyaman dalam kegiatannya memanfaatkan koleksi
bahan pustaka dan meningkatkan loyalitas pemustaka
perpustakaan tersebut. Nyaman dan tidak nyamannya
pengguna di perpustakaan selain karena berbagai
latar belakang, juga bisa berdasarkan aspek
psikologi yang juga berhubungan dengan desain
interior tersebut, terutama hubungannya dengan
warna cat ruangan, tata cahaya yang masuk ke
gedung atau ruangan dan tata suara. Dekorasi
interior secara langsung ikut berperan dalam
kenyamanan ini, dan nantinya masuk ke dalam elemen
kenyamanan pada desain interior.
1.7. Hipotesis Penelitian
11
Page 12
Hipotesis menurut Lungberg dalam Martono
“merupakan sebuah generalisasi yang bersifat
tentatif, sebuah generalisasi tentatif yang valid
yang masih harus diuji.”
Dalam penelitian kuantitatif ditentukan
hipotesis sebagai berikut:
1. H1: terdapat pengaruh desain interior
terhadap kenyamanan pemustaka dalam
memanfaatkan fasilitas dan layanan
perpustakaan di Perpustakaan Dinas
Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah
Semarang.
2. H0: tidak terjadi suatu pengaruh apapun
mengenai desain interior terhadap
kenyamanan perpustakaan sehingga pemustaka
tidak memiliki hambatan apapun mengenai
kenyamanannya dalam pemanfaatan koleksi di
Perpustakaan Dinas Kelautan dan Perikanan
Jawa Tengah Semarang.
1.8. Batasan Istilah
Untuk menghindari adanya salah pengertian,
berikut dibuat batasan istilah berdasarkan
pendapat para ahli dan peraturan perundang-undang.
Istilah yang dijabarkan sebagai berikut:
12
Page 13
1.Perpustakaan khusus adalah perpustakaan milik
sebuah departemen, lembaga negara, lembaga
pendidikan, organisasi massa, militer,
industri, maupun perusahaan swasta (Sulistyo
Basuki, 1993: 49).
2.Desain interior merupakan suatu bidang
keilmuan yang mempelajari hubungan antara
bangunan (arsitektur) dengan manusia yang
melakukan aktifitas tertentu di dalamnya
3. Kenyamanan yang dimaksud disini ialah
sebagai suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang bersifat
individual dan holistik (Kolcaba, 2003).
4.Pemustaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu
perseorangan, kelompok orang, masyarakat,
atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas
layanan perpustakaan (UU Nomor 43 Tahun 2007
tentang Perpustakaan, 2008: 4).
13
Page 14
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Perpustakaan
Adjat dalam Soeatminah menjabarkan perpustakaan
adalah lembaga yang menghimpun pustaka dan
14
Page 15
menyediakan sarana bagi orang untuk memanfaatkan
koleksi pustaka tersebut (1992: 32). Dalam
perkembangannya dan penyesuaiannya dengan
melejitnya perkembangan IT, terdapat pula pendapat
yang menyatakan bahwa perpustakaan tidak hanya
menjadi tempat penyimpanan buku semata, melainkan
menjadi tempat pengguna (user) mampu menciptakan
lagi sesuatu yang mampu dibaca dan digunakan orang
lain (Suwarno, 2013: 16). Diteruskan dalam
bukunya, “Perpustakaan merupakan salah satu pusat
informasi. Perpustakaan menghimpun, mengelola,
menyimpan, melestarikan, menyajikan, serta
memberdayakan informasi” (Suwarno, 2013: 55).
UU Nomor 43 Tahun 2007 disebutkan pula mengenai
pengertian perpustakaan dalam Pasal 1 bahwa
“Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi
karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam
secara profesional degan sistem yang baku guna
memenuhi kebutuhan pendstidikan, penelitian,
pelestarian, informasi, dan rekreasi para
pemustaka” (2014: 3).
Dari penjabaran pendapat di atas didapat
kesimpulan bahwa Perpustakaan bukan hanya sebuah
ruang yang digunakan untuk menyimpan buku seperti
sebuah gudang dalam paradigma lama saja, tetapi
juga menjalankan fungsi-fungsi yang telah
15
Page 16
ditetapkan dalam hal kebutuhan informasi
pemustakanya sebagai pusat penyimpanan dan
penyebarluasan informasi.
2.2. Fungsi Perpustakaan
Basuki dalam Suwarno menyatakan fungsi
perpustakaan adalah sebagai berikut:
a.Fungsi simpan karya yaitu fungsi perpustakaan
untuk menyimpan karya masyarakat.
b.Fungsi informasi yaitu perpustakaan yang
memberikan informasi yang dikelola
perpustakaan kepada pemustakanya.
c.Fungsi pendidikan, yaitu fungsi yang
menunjang sistem pembelajaran yang
dicanangkan oleh pemerintah.
d.Fungsi rekreasi sebagai tempat yang menjadi
rekreasi bagi pemustakanya dengan memberikan
fasilitas yang baik dan bacaan yang
menghibur.
e.Fungsi kultural, yaitu fungsi perpustakaan
sebagai media dalam rangka mengembangkan
berbagai kebudayaan yang dituangkan dalam
suatu karya.
(2013: 20-21)
16
Page 17
Sedangkan Suwarno sendiri berpendapat bahwa
terdapat paradigma baru fungsi perpustakaan yang
dituntut untuk mengikuti perkembangan IT, di
antaranya sebagai berikut:
1.Simpan saji karya, yaitu fungsi perpustakaan
sebagai tempat menyimpan suatu karya.
2.Pusat Sumber Daya Informasi (SDI), maksudnya
adalah perpustakaan menjadi pusat yang
berfungsi untuk menggali dan mengelola
informasi untuk dijadikan bahan bagi
pemustaka yang kemudian menghasilkan karya
baru. Karya tersebut dapat diakses oleh
pemustaka lain sebagai informasi yang baru.
3.Pusat sumber belajar dan penelitian
masyarakat, sehingga menjadi masyarakat yang
cerdas dan berpengetahuan luas.
4.Rekreasi dan re-kreasi, yaitu fungsi sebagai
tempat yang nyaman dan menyajikan informasi-
informasi yang sifatnya menyenangkan.
5.Mengembangkan kebudayaan, yaitu sebagai
tempat pengembangan kebudayaan melalui
informasi yang disajikan, serta penanaman
nilai-nilai kepada masyarakat melalui
berbagai kegiatannya yang berhubungan dengan
budaya.
(2013: 21-23).
17
Page 18
2.3. Jenis Perpustakaan
Berdasarkan berbagai hal seperti perbedaan
tujuan, organisasi induk, anggota, kebutuhan
informasi, tempat, dan koleksi bahan pustaka yang
dimiliki, terdapat pembagian jenis perpustakaan.
Berikut jenis perpustakaan yang ada dewasa ini
menurut Sulistyo Basuki:
1)Perpustakaan Internasional
Adalah perpustakaan yang merupakan bagian
sebuah organisasi internasional, biasanya
didirikan oleh dua negara atau lebih.
2)Perpustakaan Nasional
Perpustakaan nasional merupakan
perpustakaan utama dan paling komprehensif
yang melayani kebutuhan informasi dari
penduduk suatu negara. Fungsi utamanya adalah
menyimpan seluruh bahan pustaka yang tercetak
dan terekam yang diterbitkan dalam satu
negara.
3)Perpustakaan Umum
Merupakan perpustakaan yang
diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan
melayani umum.
4)Perpustakaan Swasta (Pribadi)
18
Page 19
Dikelola pihak swasta atau pribadi dengan
tujuan melayani keperluan bahan pustaka bagi
kelompok, keluarga, atau individu tertentu.
5)Perpustakaan Khusus
Dapat merupakan perpustakaan sebuah
departemen, lembaga negara, lembaga
penelitian, organisasi massa, militer,
industri, maupun perusahaan swasta.
6)Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan yang tergabung pada sebuah
sekolah, dikelola sepenuhnya oleh sekolah
yang bersangkutan, bertujuan utama membantu
sekolah untuk mencapai tujuan khusus sekolah
dan tujuan pendidikan.
7)Perpustakaan Perguruan Tinggi
Ialah perpustakaan yang terdapat pada
perguruan tinggi, badan bawahannya, maupun
lembaga yang berafiliasi dengan perguruan
tinggi. Tujuan utamanya ialah membantu
perguruan tinggi mencapai tujuannya yang
dikenal dengan sebutan Tri Darma.
(1993: 42-51)
2.4. Pengertian Perpustakaan Khusus
19
Page 20
Perpustakaan khusus mempunyai tugas melayani
suatu kelompok masyarakat khusus yang memiliki
kesamaan dalam kebutuhan dan minat terhadap bahan
pustaka dan informasi (Soeatminah, 1992: 35).
Dalam UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan,
dibahas pula mengenai perpustakaan khusus yang
menyebutkan bahwa “perpustakaan khusus adalah
perpustakan yang diperuntukkan secara terbatas
bagi pemustaka di lingkungan lembaga pemerintah,
lembaga masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga
keagamaan, rumah ibadah, atau organisasi lain”
(2014: 4), dan bahwa perpustakaan khusus
memberikan layanan dengan lingkungan yang terbatas
dan bahan pustaka yang terbatas pula,
diselenggarakan sesuai dengan standar nasional
perpustakaan dengan bantuan pemerintah baik
pemerintah pusat maupun daerah, dapat berupa
pemberian teknis, pengelolaan, dan/atau
pengembangan perpustakaan (2014: 20-21).
Terdapat ciri utama dalam perpustakaan khusus
yang dipaparkan :
a.Buku yang terbatas pada satu atau beberapa
disiplin ilmu saja.
b.Keanggotaan perpustakaan terbatas pada
sejumlah anggota yang ditentukan oleh
20
Page 21
kebijakan erpustakaan atau kebijakan badan
induk.
c.Peran utama pustakawan ialah melakukan
penelitian kepustakaan untuk anggota.
d.Tekanan koleksi bukan pada buku melainkan
pada majalah, pamflet, paten, laporan
penelitian, abstrak, atau indeks karena jenis
tersebut umumnya informasinya lebih mutakhir
dibandingkan buku.
e.Jasa yang diberikan lebih mengarah pada minat
perorangan, misalnya pada layanan pengiriman
fotokopi artikel berdasar kepeminatan
pemustaka.
(Basuki, 1993: 49)
Dari pendapat yang telah dikutip sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa perpustakaan khusus adalah
milik lembaga atau instansi tertentu, yang
beranggotakan pada kalangan terbatas, dan memiliki
layanan serta bahan pustaka yang berbeda pula
dibandingkan perpustakaan lain dengan mengikuti
standar nasional perpustakaan.
2.5. Macam Perpustakaan Khusus
Terdapat tiga macam perpustakaan berdasarkan
pendapat Soeatminah, meliputi:
21
Page 22
a.Perpustakaan Khusus Bidang Ilmu/Profesi.
Ialah perpustakaan yang didirikan oleh suatu
lembaga atau asosiasi masyarakat khusus
dengan keahlian atau profesi yang sama.
Perpustakaan tersebut digunakan untuk
menghimpun koleksi salah satu bidang ilmu
pengetahuan atau salah satu profesi.
b.Perpustakaan Khusus Perkantoran. Merupakan
milik kantor pemerintahan atau swasta yang
dalam tugasnya melaksanakan pemenuhan
kebutuhan informasi yang berkaitan dengan
tugas kantor yang bersangkutan, dan
dilengkapi dengan koleksi peraturan
perundangan, laporan kegiatan, laporan
penelitian, dan lain-lain.
c.Perpustakaan Khusus Perusahaan. Koleksinya
terdiri dari buku-buku yang dapat memberikan
informasi untuk meningkatkan dan melancarkan
kegiatan perusahaan seperti pengetahuan
administrasi, produk, pemasaran dan lainnya.
(1992: 36-37)
Dalam penelitian ini, yang dimaksud
perpustakaan khusus ialah perpustakaan kantor,
dikarenakan induk yang membawahi perpustakaan
22
Page 23
adalah Dinas Kelautan dan Perikanan yang menjadi
institusi pemerintahan. Terdapat perbedaan bahwa
perusahaan yang dimaksud bukan institusi yang
dibawahi pemerintah melainkan swasta, sehingga
macam perpustakaannya pun dibedakan.
2.6. Pengertian Desain Interior
Menurut pendapat Ching, pengertian desain
interior adalah sebagai berikut “Interior design is the
planning, layout, and design of the interior spaces within buildings.
These physical settings satisfy our basic need for shelter and
protection, set the stage for and influence the shape of our
activities, nurture our aspirations, express the ideas that
accompany our actions, and affect our outlook,mood, and
personality. The purpose of interior design, therefore, is the
functional improvement, aesthetic enrichment, and psychological
enhancement of the quality of life in interior spaces (Desain
Interior adalah merencanakan, menata, dan
merancang ruang-ruang interior dalam bangunan.
Tatanan fisik diatas dapat memenuhi kebutuhan
dasar akan sarana untuk bernaung dan berlindung,
menentukan langkah sekaligus mengatur bentuk
aktivitas, memelihara aspirasi dan mengekspresikan
ide-ide yang menyertai segala tindakan,
mempengaruhi penampilan, perasaan, dan
kepribadian. Oleh sebab itu, maksud dan tujuan
23
Page 24
desainer interior adalah untuk memperbaiki fungsi,
memperkaya nilai estetis dan meningkatkan aspek
psikologis dari ruang interior)” (2012: 37).
Dapat diketahui bahwa desain interior sendiri
ialah subjek yang berhubungan dengan perencanaan
suatu gedung atau ruang dan hal ini tidak lepas
dari bentuk fisik perpustakaan, ditujukan untuk
memberi nilai tambah bagi suatu ruang dalam hal
fungsi, estetika, dan psikologi pemustaka.
2.7. Desain Interior Perpustakaan
Sedangkan interior desain perpustakaan sendiri
dijelaskan sebagai berikut, “The subject of interior
design is relevant to both planning new and expanded library
buildings and to renovating existing library spaces (subjek dari
desain interior berhubungan baik dengan
perencanaan baru dan penambahan bangunan
perpustakaan dan untuk memperbaharui keberadaan
ruang perpustakaan)” (Brown, 2002: 7).
Suwarno menyatakan bahwa “Gedung dan ruangan
yang memadai dan cukup menampung koleksi pembaca,
layanan, kegiatan pengolahan bahan pustaka, dan
kegiatan administrasi”(2009: 35). Penataan ruang
perlu kiranya direnungkan agar desain ruangan
menjadi kondusif dan menunjang cita-cita
perpustakaan, implikasinya pada kenyamanan
24
Page 25
pemustaka dalam membaca, dan menghindari penataan
ruang yang menimbulkan rasa bosan dan jenuh bagi
user akibat penyekatan ruang dengan sekat-sekat
mati dan menutupi pandangan (Suwarno, 2009: 101).
2.8. Elemen-Elemen Desain Interior
Terdapat elemen-elemen yang membentuk desain
interior, namun yang penulis kaji dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1)Ruang (Tata Letak)
Berkenaan dengan penataan ruang pada
perpustaakan sehingga pemustaka tidak
membutuhkan penunjuk arah atau denah gedung.
Penataan ruang yang baik membuat pemustaka
tidak merasa bingung sehingga bisa langsung
memilih ruang layanan yang sesuai dengan
kebutuhannya.
2)Pencahayaan
Umumnya penggunaan pencahayaan di
perpustakaan akan lebih banyak, baik cahaya
buatan maupun cahaya alami dengan penerapan
jendela dan ventilasi untuk membantu
pemustaka dalam menentukan kegiatan selama
berada di perpustakaan. Pada perpustakaan
modern, dibutuhkan tingkatan pencahayaan
untuk kebutuhan pemustaka dan pustakawan yang
25
Page 26
mungkin berbeda, seperti pencahayaan pada
ruang baca dan ruang teknis misalnya.
3)Tata Suara
Dikhususkan pada ruang sirkulasi dan ruang
referensi dimana terjadi banyak interaksi
antara pemustaka dan pustakawan. Pengaturan
dibutuhkan untuk menghindari kebisingan dan
gaung yang akan mengganggu pemustaka yang
membutuhkan suasana tenang dan membedakan
kebutuhan pemustaka yang sedang berdiskusi
dan yang individu.
4)Suhu Udara
Tidak hanya dibutuhkan oleh pemustaka namun
juga untuk menghindari kerusakan bahan
pustaka, sehingga dibutuhkan suhu tertentu
untuk bahan pustaka. Standar kenyamanan suhu
udara di negara Indonesia berpedoman pada
standar Amerika (ANSI/ ASHARE, 1992; 55 dalam
Karyono T.H. 2001). Mereka merekomendasikan
suhu nyaman 22,5 oC – 26 oC atau
disederhanakan menjadi 24 oC atau rentang 22
oC hingga 26 oC
5)Kualitas Udara, tidak hanya mengenai
sirkulasi udara yang baik tetapi juga
mengenai yang berhubungan dengan psikologi
pemustaka. Aroma pengharum ruangan mulai
26
Page 27
digunakan oleh perpustakaan untuk membuat
nyaman pemustaka sehingga didapat kesan
rileks selama memanfaatkan fasilitas
perpustakaan.
6)Kenyamanan.
Sulistyo dalam Sinttyauw menyatakan bahwa
“Perencanaan gedung yang baik akan
menghasilkan tempat kerja yang efisien,
nyaman, dan menyenangkan bagi staf
perpustakaan maupun pengunjung” (1991: 303).
Rasa nyaman yang didapat oleh pemustaka
mengindikasikan pelayanan perpustakaan
tersebut yang sangat baik dan maju, dan juga
terdapat loyalitas yang tinggi. Pemustaka
tidak hanya sekedar berkunjung ke
perpustakaan saja melainkan juga memanfaatkan
fasilitasnya dengan maksimal dikarenakan
sudah mendapatkan kenyamanan tersebut.
(Kugler dalam Sainttyauw, 2013: 5-9).
2.9. Pengertian Kenyamanan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kenyamanan
berarti “keadaan nyaman; kesegaran; kesejukan”,
yang dapat diartikan sebagai keadaan segar atau
sejuk yang dialami oleh fisik beserta panca
inderanya.
27
Page 28
“Kenyamanan adalah suatu keadaan lingkungan
yang memberi rasa yang sesuai kepada panca indera
dan antropemetry disertai fasilitas yang sesuai
dengan kegiatannya. Antropemetry adalah proporsi
dan dimensi tubuh manusia serta karakter
fisiologis lain-lainnya dan sanggup
berhubungan dengan berbagai kegiatan manusia yang
berbeda-beda dan mikro lingkungan” (Weisman dalam
Tistaningtyas, 2002:13 ). Kenyamanan terjadi
setelah ditangkap melalui penglihatan oleh rnata,
pendengaran oleh telinga, penciuman oleh hidung,
perabaan oleh kulit, dan pengecapan oleh mulut
(Tistaningtyas, 2002: 13).
Sedangkan Kolcaba dalam Bangun menjelaskan
bahwa kenyamanan sebagai “suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat
individual dan holistik” (2003: 10), sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa kenyamanan adalah
suatu keadaan panca indera manusia yang tenang dan
sehat, disertai oleh fasilitas yang sesuai dengan
kegiatannya disebabkan telah tercapainya kebutuhan
dasar manusia.
2.10. Aspek-Aspek Kenyamanan
28
Page 29
Terdapat aspek dalam kenyamanan yang dijelaskan
sebagaimana berikut :
1)Kenyamanan fisik berkenaan dengan sensasi
tubuh individual.
2)Kenyamanan psikospiritual berkenaan dengan
internal diri, meliputi konsep diri, harga
diri, makna kehidupan, seksualitas dan
hubungan.
3)Kenyamanan lingkungan berkenaan dengan
lingkungan. Kondisi ini berhubungan antara
panca indera dan pengaruh dari luar manusia
seperti temperatur, suhu, atau udara.
4)Kenyamanan sosial kultural berkenaan dengan
interpersonal, maksudnya hal-hal yang
berhubungan dengan orang lain seperti
keuangan, perawatan kesehatan, individu, dan
lainnya.
(Kolcaba dalam Bangun, 2014: 11-12).
2.11. Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai desain interior memang
sudah banyak dilakukan sebelumnya, dan dengan
kajian yang tidak sedikit, seperti pada penelitian
yang dilakukan oleh Galuh Paramita Swasti (2011)
dengan judul “Desain Interior Ruang Layanan
29
Page 30
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Kudus” dan
bertujuan untuk mengetahui persepsi pemustaka
terhadap desain interior layanan. Penelitian
tersebut mendapat hasil bahwa terdapat tanggapan
positif mengenai desain interior di KPAD Kabupaten
Kudus sehingga bisa ditarik kesimpulan mengenai
keberhasilan desain interior ruang layanan dalam
memberikan kenyamanan bagi pemustaka.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Dwi
Andriyanto (2011) tentang “Pengaruh Desain
Interior Terhadap Minat Berkunjung Pemustaka di
Layanan Remaja dan Anak-Anak Perpustakaan Daerah
Propinsi Jawa Tengah Semarang” yang bertujuan
mengetahui pengaruh desain interior terhadap minat
kunjung pemustaka di layanan remaja dan anak-anak.
Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa
terdapat signifikansi antara variabel desain
interior dengan minat berkunjung pemustaka di
layanan remaja dan anak-anak Perpustakaan Daerah
Propinsi Jawa Tengah Semarang.
Dalam penelitian Eka Susanti dan Budiono (2014)
yang dimuat dalam Jurnal Sains dan Seni Pomit
dengan judul “Desain Interior Perpstakaan Sebagai
Sarana Edukasi dan Hiburan dengan Konsep Post
Modern” yang mengkaji mengenai bagaimana
memberikan kenyamanan dan keleluasaan kreativitas
30
Page 31
dan edukasi pengguna melalui desain interior ini
memiliki empat kesimpulan sebagai berikut:
1.Dalam desain interior perpustakaan,
perencanaan desain interior ruang dan pembentukan
suasana ruang sangat penting dalam pemberian
kenyamanan.
2.Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya
minat baca di masyarakat adalah kurang
terakomodasinya fasilitas perpustakaan yang dapat
mempengaruhi animo masyarakat.
3.Cenderung terdapat paradigma lama di
masyarakat mengenai perpustakaan yang terkesan
membosankan, kaku dan formal tidak mutlak dapat
diselesaikan melalui perencanan konsep interior.
4.Fenomena kurangnya minat baca banyak terjadi
pada generasi muda, sehingga untuk meningkatkan
kembali minat baca tersebut dimunculkan interior
dengan pendekatan konsep Post Modern yangbebas,
kreatif, dan out of box sesuai dengan karakteristik
generasi muda.
Lain halnya dengan evaluasi yang dilakukan
Yustina Eriani (2010) dengan judul “Evaluasi
Desain Interior Ruang Baca Perpustakaan MAN
Yogyakarta III” yang bertujuan untuk mengevaluasi
desain interior di ruang baca perpustakaan.
Penelitian tersebut memberikan hasil mengenai
31
Page 32
letak perabot, pewarnaan, dan sirkulasi udara yang
telah memenuhi standar sementara pencahayaan masih
kurang sesuai.
32
Page 33
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain dan Jenis Penelitian
Pengertian desain penelitian menurut Thyer
dalam Widi (2010: 211-212) adalah “sebagai suatu
kerangka kerja atau cetak biru (blueprint) yang
merinci secara detail prosedur yang diperlukan
untuk memperoleh informasi guna menjawab masalah
riset dan menyediakan informasi yang dibutuhkan
bagi pengambilan keputusan”.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian
kuantitatif dengan mencari data di lapangan untuk
mengetahui faktor, unsur bentuk, dan suatu sifat
dari fenomena di masyarakat (Nazir dalam Atmanta,
2010: 27). Kemudian jenis penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif,yakni metode
yang digunakan untuk meneliti sekelompok manusia
atau objek di masa sekarang. Tujuan penelitian ini
33
Page 34
untuk membuat deskripsi variabel mengenai pengaruh
desain interior terhadap kenyamanan pemustaka di
Perpustakaan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Jawa Tengah Semarang.
Sementara penelitian kuantitatif itu sendiri
diidentifikasikan oleh Danim sebagai “proses kerja
yang berlangsung secara ringkas, sempit, dan
reduksionis. Reduksionisme melibatkan pembedahan
atas keseluruhan menjadi bagian-bagian, yang
bagian-bagian itu dapat diuji secara kuantitatif”
(2013: 5).
Selanjutnya dijelaskan lebih rinci bahwa
penelitian kuantitatif dilaksanakan untuk
menjelaskan, menguji hubungan-hubungan antara
fenomena, dan menentukan kausalitas dari variabel-
variabel untuk menguji teori yang telah ada, dan
menggunakan penalaran deduksi. Penelitian
kuantitatif penuh dengan objektivitas yang
diperoleh melalui instrumen yang telah diuji
validitas dan reabilitasnya.
3.2. Populasi
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang memiliki
kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
34
Page 35
kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono dalam
Haryono, 2012:56)
Yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian
ini adalah pengunjung Perpustakaan Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Semarang dengan
tidak dibatasi kriterianya.
3.3. Sampel
Secara umum, sampel dapat dijelaskan sebagai
bagian kecil dari populasi (Umar, 2007: 77).
Sedang menurut Rahmat, sampel merupakan “sub dari
seperangkat elemen yang dipilih untuk dipelajari”
(2013: 114).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan bagian representatif dari populasi yang
telah dipilih peneliti. Syarat sampel adalah
sebagai berikut:
1. Sampel penelitian tidak dibatasi pada
mayoritas pengunjung perpustakaan tetapi
juga pemustaka dari luar, seperti
mahasiswa jurusan Kelautan dan Perikanan
atau anggota koperasi yang terdiri dari
nelayan dan petani ikan.
2. Merupakan pemustaka aktif dan potensial di
perpustakaan tersebut di berbagai layanan.
35
Page 36
3.4. Teknik Penentuan Sampel
Teknik penentuan sampel menggunakan aksidental
yang meupakan teknik sampling dengan mengambil
siapa saja responden yang kebetulan ada sehingga
semua pengunjung Perpustakaan Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Jawa Tengah memiliki kesempatan
yang sama untuk menjadi responden.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
3.5.1. Observasi
Teknik observasi dilakukan dengan
pengamatan langsung pada objek dan
subjek penelitian dan melakukan
pencatatan secara sistematis tentang
fenomena yang terjadi di lapangan.
Observasi ini dilakukan sebagai studi
pendahuluan mengenai desain interior di
Perpustakaan Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Jawa Tengah Semarang.
3.5.2. Studi Dokumentasi
Dokumen adalah catatan tertulis
mengenai berbagai kegiatan atau peristiwa
waktu yang lalu (Sunyoto, 2013: 64).
36
Page 37
Studi dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data dengan berdasarkan data
sekunder yaitu melalui penelitian
sebelumnya, jurnal yang memiliki tema
yang sama dengan penelitian, dan buku
koleksi yang bersangkutan dengan tema
desain interior perpustakaan.
3.5.3. Angket
Angket adalah “daftar pertanyaan yang
di distribusikan melalui pos untuk diisi
dan dikembalikan atau dapat juga dijawab
di bawah pengawasan peneliti” (Nasution,
2011: 128).
Dalam penelitian ini, angket
disebarkan pada responden yang telah
ditetapkan dalam waktu tertentu dengan
pertanyaan-pertanyaan yang telah
dirancang menggunakan variabel-variabel
sebelumnya. Pertanyaan yang dituliskan
peneliti dalam angket merupakan
pertanyaan yang merupakan kombinasi,
terbagi atas :
a. Angket tertutup
“Angket tertutup terdiri atas
pertanyaan atau pernyataan dengan
sejumlah jawaban tertentu sebagai
37
Page 38
pilihan” (Nasution, 2011: 129).
Pertanyaan ini dipilih karena
menganggap responden cukup
mengetahui atau menguasai materi
yang ditanyakan.
b. Angket terbuka
Angket terbuka memberi
kesempatan penuh memberi jawaban
yang dirasa perlu oleh responden
tersebut (Nasution, 2011: 129),
seperti kritik dan saran atau
harapan akan perpustakaan ideal
responden.
Adapun dalam penelitian ini digunakan dua
sumber data, yaitu data primer dan data sekunder.
Sumber data dijabarkan sebagai berikut:
1. Data primer
Data primer merupakan data yang didapat
dari sumber pertama baik dari individu
atau perseorangan seperti hasil dari
wawancara atau hasil pengisian kuisioner
yang biasa dilakukan peneliti (Umar, 2007:
42). Data primer dalam penelitian ini
menggunakan angket yang dibagikan pada
responden dengan sejumlah pertanyaan yang
telah dipilih oleh peneliti berdasarkan
38
Page 39
keadaan yang ada dan hasil pengamatan
serta pencatatan saat observasi terhadap
desain interior perpustakaan.
2. Data Sekunder
“Data sekunder adalah data primer yang
telah diolah lebih lanjut dan disajikan
baik oleh pihak pengumpul data primer atau
oleh pihak lain misalnya dalam bentuk
tabel-tabel atau diagram-diagram” (Umar,
2007: 42). Yang dimaksud data sekunder
dalam penelitian ini ialah buku-buku
mengenai penelitian yang bersangkutan,
referensi penelitian sebelumnya yang
berupa skripsi dan jurnal, serta artikel-
artikel yang dapat membantu jalannya
penelitian.
3.6. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data adalah melakukan analisis data
dengan metode dan cara tertentu yang telah
diberlakukan peneliti. Data yang digunakan adalah
data ordinal, yaitu data yang diperoleh dengan
cara kategorisasi dan klasifikasi. Dan dikarenakan
penelitian ini merupakan kuantitatif, maka
pengolahan data menggunakan analisis regresi,
yaitu analisis yang bertujuan mengetahui pengaruh
39
Page 40
suatu variabel terhadap variabel lain, yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pengaruh
variabel desain interior sebagai variabel
independent terhadap variabel kenyamanan sebagai
variabel dependent.
3.7. Analisis Data
Analisis data adalah “proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit,
melakukan sintesis, menyusun dalam pola, memilih
yang penting dan yan akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri ataupun orang lain” (Saebani & Nurjaman,
2013: 105).
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data
meliputi tiga langkah sebagai berikut:
1. Persiapan
Kegiatan dalam persiapan antara lain
dengan mengecek kelengkapan identitas
pengisi berupa nama, alamat, pekerjaan,
atau usia. Instrumen anonim tidak
diperbolehkan. Mengecek kelengkapan data,
40
Page 41
artinya memeriksa isi instrumen
pengumpulan data, dalam hal ini kuisioner,
apakah pertanyaan terisi semua atau
terdapat halaman dan kertas yang sobek
atau hilang. Kekurangan atau hilang
halaman menjadikan terulangnya pengisian
data.
2.Tabulasi
Tabulasi adalah penyajian data dalam
bentuk tabel sehingga memudahkan pembaca
dalam memahami laporan penelitian
tersebut. Kegiatan tabulasi meliputi
pemberian skor terhadap item-item yang
perlu diberi skor, pemberian kode terhadap
item yang tidak diberi skor, mengubah
jenis data, menyesuaikan atau memodifikasi
dengan teknik analisis yang akan
digunakan, dan memberikan kode dalam
hubungan dengan pengolahan data jika
menggunakan komputer.
3.Setelah penyajian data telah siap dan
matang, maka data diterapkan sesuai dengan
pendekatan penelitian. Pendekatan
penelitian ini adalah deskriptif, sehingga
data yang telah ditabulasi diceritakan
41
Page 42
atau dideskripsikan sesuai hasil untuk
kemudian diambil sebagai simpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Andriyanto, Dwi. 2011. “Pengaruh Desain Interior
Terhadap Minat Berkunjung Pemustaka di Layanan
Remaja dan Anak-Anak Perpustakaan Daerah Propinsi
Jawa Tengah Semarang”. Skripsi. Semarang: Fakultas
Ilmu Budaya UNDIP.
Atmanta, Igniasius Tri Sunarna. 2010. “Persepsi
Pengguna Terhadap Desain Interior Perpustakaan di
42
Page 43
Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta”.
Skripsi, Semarang: Fakultas Ilmu Budaya UNDIP.
Bangun, Eva Violesta. 2014. Pengaruh Warna Ruang Kerja
Terhadap Kenyamanan Dosen Departemen Psikologi
Industri Dan Organisasi Fakultas Psikologi USU.
Skripsi. Medan: Fakultas Psikologi USU.
Basuki, Sulistyo. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Brown, Carol L. (2002). “Interior Design for
Libraries:Drawing on Function and Appeal.” Sumber
<http://libgen.org/book/index.php?
md5=6067D62A10510FC5EFAFE7C4276665BB>. Diunduh [20
Oktober 2014].
Ching, Francis D.K., Chorky Bingeli. (2012). “Interior
Design Ilustrated 3rd Edition.” Sumber
<http://libgen.org/book/index.php?
md5=bb36fc1e98dd05d24c299fe994025803>. Diunduh [20
Oktober 2014].
Nasution, S. 2011. Metode Research (Penelitian Ilmiah).
Jakarta: Bumi Aksara.
Rahmat. 2013. Statistika Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Riduwan. 2013. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian.
Bandung: Penerbit Alfabeta
43
Page 44
Saebani, Beni Ahmad dan Kada Nurjaman. 2012. Manajemen
Penelitian. Bandung: Pustaka Setia
Sainttyauw, Adrina Ayu Candra Zelzi Jeint. 2014.
“Pengaruh Desain Interior Terhadap Kenyamanan
Pengguna di Perpustakaan Universitas 17 Agustus
1945 Surabaya,” dalam Jurnal Unair. Vol. 2 / No. 1 /
Pub. 2013-01 / Libri-Net. Surabaya: Universitas
Airlangga Surabaya.
Soeatminah. 1992. Perpustakaan, Kepustakawanan, dan
Pustakawan. Yogyakarta: Kanisius.
Sunyoto, Danang. 2013. Metode dan Instrumen Penelitian
Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: CAPS.
Susanti, Eka dan Budiono. 2014. “Desain Interior
Perpstakaan Sebagai Sarana Edukasi dan Hiburan
dengan Konsep Post Modern” dalam Jurnal Sains dan
Seni Pomit. Vol. 1 / No. 1. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Suwarno, Wiji. 2009. Psikologi Perpustakaan. Jakarta:
Sagung Seto.
____________. 2013. Ilmu Perpustakaan dan Kode Etik Pustakawan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
44
Page 45
Swasti, Galuh Paramita. 2011. “Desain Interior Ruang
Layanan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten
Kudus”. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Budaya UNDIP
Tistaningtyas,Esti Yulistriani. 2002. “Fungsi Jalur
Pedestrian di Kawasan Simpang Lima Semarang pada
Malam Hari Ditinjau dari Aspek Kenyamanan dan
Visibilitas Penggunanya”. Tesis. Semarang: Fakultas
Arsitektur UNDIP.
Umar, Husein. 2007. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis
Bisnis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007, tentang
Perpustakaan.
45