1 PENGARUH CAPITAL, ASSET, MANAGEMENT, EARNING, LIQUIDITY (UNSUR CAMEL) DAN ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM (Kasus Pada Sektor Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia) ANDRI HELMI MUNAWAR NIM 098334012 The aim of this research is to find out and analyze the Capital, Asset, Management, Earning dan Liquidity (CAMEL Elements), Economic Value Added and stock price with the influence of CAMEL Elements and Economic Value Added to stock price at banks which is listed by BEI. PENDAHULUAN Perbankan merupakan tulang punggung didalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu lembaga yang mampu menyalurkan kembali dana- dana yang dimiliki oleh unit ekonomi yang surplus kepada unit-unit ekonomi yang membutuhkan bantuan dana atau defisit. Fungsi ini merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena berkaitan dengan penyediaan dana sebagai investasi dan modal kerja bagi unit-unit bisnis dalam melaksanakan fungsi produksi. Oleh karena itu agar dapat berjalan dengan lancar maka lembaga perbankan harus berjalan dengan baik pula. Kebijakan pemerintah tentang deregulasi bidang perbankan dilihat dari satu sisi mampu menghasilkan banyak kemajuan antara lain pada sisi jumlah bank yang beroperasi. Jika pada tahun 1987 jumlah bank yang beroperasi hanya 111 bank dan terus bertambah mencapai titik tertinggi pada tahun 1995 dengan 240 bank. Namun sejak krisis ekonomi tersebut, pada bulan Maret 1999 pemerintah melakukan kebijakan reformasi perbankan dengan melakukan penutupan 38 bank, pengambilalihan 7 bank, rekapitalisasi 9 bank, dan mempertahankan operasi 73 bank, sehingga pada tahun 2001 bank yang tersisa berjumlah 151 bank. Keadaan ini membuktikan bahwa perbankan Indonesia tidak memiliki pondasi yang kuat sehingga ketika terjadi masalah, likuiditas dan solvabilitas langsung jatuh, dengan kata lain perbankan Indonesia sangat rapuh. Adapun masalah-masalah yang dihadapi perbankan Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Non Performing Loan, yaitu jumlah kredit bermasalah yang meningkat tajam yang mengakibatkan bank harus menyediakan cadangan penghapusan utang yang cukup besar sehingga kemampuan memberikan kredit menjadi terbatas. 2. Likuiditas, yaitu masalah tingginya mobilitas dana masyarakat sehingga bank melakukan rangsangan dengan suku bunga yang tinggi agar dana dapat terhimpun kembali.
13
Embed
PENGARUH CAPITAL, ASSET, MANAGEMENT, · PDF filemenggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada ... Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan ... disebut rasio efisiensi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PENGARUH CAPITAL, ASSET, MANAGEMENT, EARNING,
LIQUIDITY (UNSUR CAMEL) DAN
ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM
(Kasus Pada Sektor Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia)
ANDRI HELMI MUNAWAR
NIM 098334012
The aim of this research is to find out and analyze the Capital, Asset,
Management, Earning dan Liquidity (CAMEL Elements), Economic Value Added
and stock price with the influence of CAMEL Elements and Economic Value
Added to stock price at banks which is listed by BEI.
PENDAHULUAN
Perbankan merupakan tulang punggung didalam membangun sistem
perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai
intermediary institution yaitu lembaga yang mampu menyalurkan kembali dana-
dana yang dimiliki oleh unit ekonomi yang surplus kepada unit-unit ekonomi
yang membutuhkan bantuan dana atau defisit. Fungsi ini merupakan mata rantai
yang penting dalam melakukan bisnis karena berkaitan dengan penyediaan dana
sebagai investasi dan modal kerja bagi unit-unit bisnis dalam melaksanakan fungsi
produksi. Oleh karena itu agar dapat berjalan dengan lancar maka lembaga
perbankan harus berjalan dengan baik pula.
Kebijakan pemerintah tentang deregulasi bidang perbankan dilihat dari
satu sisi mampu menghasilkan banyak kemajuan antara lain pada sisi jumlah bank
yang beroperasi. Jika pada tahun 1987 jumlah bank yang beroperasi hanya 111
bank dan terus bertambah mencapai titik tertinggi pada tahun 1995 dengan 240
bank. Namun sejak krisis ekonomi tersebut, pada bulan Maret 1999 pemerintah
melakukan kebijakan reformasi perbankan dengan melakukan penutupan 38 bank,
pengambilalihan 7 bank, rekapitalisasi 9 bank, dan mempertahankan operasi 73
bank, sehingga pada tahun 2001 bank yang tersisa berjumlah 151 bank.
Keadaan ini membuktikan bahwa perbankan Indonesia tidak memiliki
pondasi yang kuat sehingga ketika terjadi masalah, likuiditas dan solvabilitas
langsung jatuh, dengan kata lain perbankan Indonesia sangat rapuh. Adapun
masalah-masalah yang dihadapi perbankan Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Non Performing Loan, yaitu jumlah kredit bermasalah yang meningkat tajam
yang mengakibatkan bank harus menyediakan cadangan penghapusan utang
yang cukup besar sehingga kemampuan memberikan kredit menjadi terbatas.
2. Likuiditas, yaitu masalah tingginya mobilitas dana masyarakat sehingga bank
melakukan rangsangan dengan suku bunga yang tinggi agar dana dapat
terhimpun kembali.
2
3. Negative Spread, yakni kondisi dimana biaya dana lebih besar dari tingkat
suku bunga pinjaman.
Menyadari pentingnya kesehatan suatu bank bagi pembentukan
kepercayaan dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prisip kehati-
hatian atau prudential banking dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia
merasa perlu menetapkan aturan kesehatan bank. Dengan adanya aturan kesehatan
bank, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat, sehingga bank tidak akan
merugikan masyarakat. Oleh karenanya sebuah bank tentunya memerlukan suatu
analisis untuk mengetahui kondisinya setelah melakukan kegiatan operasionalnya
dalam jangka waktu tertentu. Analisis yang dilakukan disini berupa penilaian
tingkat kesehatan bank. Bank Indonesia dan bank-bank yang ada di Indonesia
memiliki alat untuk menilai tingkat kesehatan bank. Alat ini dinamakan CAMEL,
dimana alat ini menghitung rasio-rasio Capital dengan menggunakan rasio
Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Debt to Equity Ratio (DER), Assets dengan
menggunakan Non Performing Loan (NPL), Management menggunakan rasio Net
Profit Margin (NPM), Earning dengan menggunakan rasio Return On Asset
(ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), dan operasional
terhadap pendapatan operasional (BOPO), dan Liquidity dengan menggunakan
rasio Loan To Deposit Ratio (LDR) yang pada akhirnya akan terlihat kondisi
kesehatan suatu bank berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Hal ini
menunjukkan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai tingkat
kesehatan bank. Rasio-rasio tersebut dapat mengukur apakah bank tersebut
dikatakan sehat atau tidak. Namun apakah rasio-rasio itu berpengaruh terhadap
perubahan harga saham? Hal inilah yang menjadi pokok perhatian peneliti.
Apakah ada pengaruh dari rasio-rasio keuangan tersebut terhadap perubahan
harga saham emiten perbankan.
Penggunaan rasio keuangan dalam penentuan kebijakan invesatasi telah
dipakai secara luas namun demikian penggunaan analisis rasio keuangan sebagai
alat pengukur akuntansi konvensional memiliki kelemahan utama yaitu
mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah
perusahaan telah mampu menciptakan nilai atau tidak. Untuk mengatasi persoalan
ini dikembangkan suatu konsep baru yaitu EVA (Economic Value Added) yang
mencoba mengukur nilai tambah (value creation) yang dihasilkan perusahaan
dengan cara mengurangi beban biaya (cost of capital) yang timbul sebagai akibat
dari investasi yang dilakukan. EVA juga merupakan ukuran kinerja yang secara
langsung berhubungan dengan kekayaan pemegang saham dari waktu ke waktu,
oleh karena itu meskipun melibatkan perhitungan yang tidak sederhana sangat
penting bagi investor untuk memahami konsep EVA. Biaya modal merupakan
merupakan aspek yang paling khusus dan penting dalam EVA. Berdasarkan
akuntansi konvensional, banyak perusahaan yang terlihat menguntungkan padahal
kenyataanya tidak demikian. Analisis EVA dapat memperkecil resiko manipulasi
laporan keuangan oleh manajemen, Sebagaimana yang dibahas Peter Drucker
dalam artikelnya Harvard Business Review, menyatakan “Hingga perusahaan
memberikan imbal hasil berupa laba yang lebih besar dari biaya modalnya,
perusahaan itu beroperasi dalam kerugian. Tidak masalah apakah perusahaan itu
3
membayar pajak seolah–olah memang memiliki laba, perusahaan itu masih
memiliki imbal hasil yang lebih kecil dari sumber daya yang dipakainya”.
LANDASAN TEORI Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai fungsi sebagai
mediator atau perantara bagi peredaran lalu lintas uang, yaitu dalam bentuk
simpanan dan kemudian mengelola dana tersebut dengan jalan meminjamkannya
kepada masyarakat yang memerlukan dana.
Pentingnya kesehatan bank merupakan aspek utama dalam menilai kinerja
keuangan suatu bank. Menurut Sri Susilo dkk (2006: 51), Kesehatan bank dapat
diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional
perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan
baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.
Penggunaan analisa rasio keuangan sebagai alat untuk mengetahui kondisi bank
apakah dalam keadaan sehat, kurang sehat atau mungkin sakit. Untuk menilai
kesehatan bank dapat diukur dengan berbagai metode. Penilaian kesehatan akan
berpengaruh terhadap kemampuan bank dan loyalitas nasabah terhadap bank yang
bersangkutan. Salah satu alat ukur dalam penilaian kesehatan bank adalah dengan
Analisis CAMEL yang terdiri dari penilaian permodalan, kualitas asset,
manajemen, rentabilitas dan likuiditas (Kasmir, 2003: 259).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sembilan rasio keuangan yang
merupakan bagian dari alat ukur kesehatan bank diantaranya CAR, DER, NPL,
NPM, ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR.
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Faisal Abdullah (2005: 60), rasio kecukupan modal atau Capital
Adequacy Ratio (CAR) adalah Rasio yang membandingkan antara jumlah modal
bank dengan sejumlah aktiva yang dimiliki. Melalui rasio ini akan diketahui
kemampuan menyanggah aktiva bank terutama kredit yang disalurkan dengan
sejumlah modal bank.
2. Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Dendawijaya, (2005: 121) Debt to Equity Ratio adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau
seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana
yang berasal dari modal bank sendiri.
3. Non Performing Loan (NPL)
Menurut Dahlan Siamat (2004: 175), kredit bermasalah atau Non
Performing Loan adalahh pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat
adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan
kendali debitur.
4. Net Profit Margin (NPM)
Menurut Sutrisno (2000: 56) Net Profi Margin merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat
penjualan tertentu.
4
5. Return On Asset (ROA)
Menurut Sutrisno (2001: 238) Return On Asset juga sering disebut
rentabilitas ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam
hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT.
6. Return On Equity (ROE)
Menurut Riyanto (2001: 37) Rasio rentabilitas modal sendiri atau return
on equity (ROE) merupakan perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi
pemilik modal di satu pihak dengan modal sendiri di pihak lain.
7. Net Interest Margin (NIM)
Menurut Almilia dan Herdiningtyas (2005) Rasio Net Interest Margin
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva
produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga
bersih ini diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar
rasio ini maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang
dikelola bank, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil dan kinerja bank tersebut akan semakin baik.
8. Rasio BOPO
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sering
disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.
Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan
bank yang bersangkutan (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).
Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap
rentabilitas bank dapat diukur dengan menggunakan rasio biaya operasional
terhadap pendapatan operasional (Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Menurut
Dendawijaya (2003) rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
9. Loan to Deposit Ratio
Menurut Kasmir (2003: 272) pengertian Loan to Deposit Ratio merupakan
rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan
dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Besarnya
Loan to Deposit Ratio menurut peraturan pemerintah maksimum adalah 110%.
10. Economic Value Added (EVA)
Definisi EVA (Young, 2001: 17) EVA merupakan pengukuran kinerja
yang didasarkan pada keuntungan ekonomis (juga dikenal sebagai penghasilan
sisa/residual income) yang menyatakan, bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika
sebuah perusahaan meliputi biaya operasi dan biaya modal.
11. Harga Pasar Saham
Menurut Abdul Halim (2005: 16) Harga pasar saham adalah harga jual
dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham
tersebut tercatat di bursa.
5
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
Objek penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Capital, Asset,
Management, Earning, dan Liquidity (Unsur CAMEL) dan Economic Value
Added terhadap harga saham pada bank-bank yang listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Dari 26 bank yang listing di BEI penulis mengambil sampel dengan cara
purposive sampling, mendasarkan pada informasi yang diperlukan terhadap data
laporan keuangan lima tahun. Berikut ini adalah 15 bank yang dijadikan sampel
penelitian, antara lain:
1. Bank Rakyat Indonesia Tbk.
2. Bank Mandiri Tbk.
3. Bank Nasional Indonesia Tbk.
4. Bank BCA Tbk.
5. Bank Panin Tbk.
6. Bank BNII Tbk.
7. Bank Mega Tbk.
8. Bank Victoria Tbk.
9. Bank Danamon Tbk.
10. Bank Niaga Tbk.
11. Bank Permata Tbk.
12. Bank NISP Tbk.
13. Bank Swadesi Tbk.
14. Bank Kesawan Tbk.
15. Bank Pundi Tbk.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif dan
korelasional. Moh Nazir mengemukakan (2003: 54) Metode deskriptif adalah
suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
Metode deskriptif berupa penelitian kasus, adalah penelitian tentang status
subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari
keseluruhan personalitas. Subjek penelitian dapat saja individu, kelompok,
lembaga, maupun masyarakat. Misalnya penelitian terhadap bank-bank yang
listing di BEI.
Menurut Adi Nugroho (2004: 46) Metode korelasional yaitu metode yang
digunakan untuk menganalisis sejauh mana variabel pada suatu faktor berkaitan
dengan variabel-variabel pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada
koefisien korelasi.
6
HASIL PENELITIAN
Untuk mengetahui pengaruh Unsur CAMEL dan Economic Value Added
terhadap harga saham pada bank-bank yang listing di BEI maka perlu penyajian
data yang akan dianalisis dalam penelitian ini. Data perkembangan CAMEL,
Economic Value Added dan harga saham pada bank-bank yang listing di BEI
periode 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut:
Unsur CAMEL, Economic Value Added dan Harga Saham
pada Sektor Perbankan yang Listing di BEI periode 2005-2009