Page 1
PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN SAYUR KALE ORGANIK (Brassica oleracea var.
acephala) DI UD. BUMIAJI SEJAHTERA DUSUN BANARAN DESA
BUMIAJI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU
SKRIPSI
Oleh:
LAILI USDIANA
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
Page 2
Judul Penelitian
NamaMahasiswi
NIM
Jurusan
Program Studi
I
LE1VIBAR PERSETUJUAN
t'
Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan
Fernbelian Sayur Kale Organiktlfrasslc a olemcea
var. acephala) Di UD. Bumiaji Sejahtera Dusun
Baoaran Desa Bumiaji Kecamatan Bumiaji Kota Batu
Laili Usdiana
135M0101l1 1059
Sosial Ekonomi Pertanian
Agribisnis
Disetqjui Oleh:
Dosen Pembimbing
9640119t992032002
Tanggal Persetujuan :
Page 3
LEMBAR PENGESAHANI:
Mengesahkan
MAJELIS PENGUJI
Penguji III
Penguji II
Neza Fadia Rayesa. S.TP.. M.Sc.NIK. 201609881204200i
.**jl:
-
I
t\s-_=_:
Dr. Ir. Abdul Wahib M.. MS.N{P. 19561 I 1 I 198601 1002
NIP. 19640 1 191992032002
Tanggal lulus :
Page 4
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini
merupakan hasil dari penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi
pembimbing. Skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar di
perguruan tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat orang yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali jelas ditunjukkan rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Malang, 04 Juli 2017
Page 5
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lamongan pada tanggal 02 September 1995
sebagai putri ketiga dari empat saudara dari pasangan Bapak Tarmudhi (Alm)
dan Ibu Umukulsum (Alm). Pada tahun 2001 sampai 2007 penulis
menempuh pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pucuk,
kemudian pada tahun 2007 sampai 2010 penulis melanjutkan pendidikan
tingkat SLTP di Madrasah Tsanawiyah Ma’arif Pucuk, pada tahun 2010
sampai 2013 penulis melanjutkan pendidikan tingkat SLTA di Madrasah
Aliyah Negeri 2 Lamongan dan pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai
mahasiswi Strata-1 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri).
Page 6
Bismillahirrahmanirrahim,
Dengan mengucap syukur alhamdulillah, maka:
Skripsi ini saya persembahkan untuk
Kedua orang tuaku tercinta, serta kakak dan adekku tersayang
Juga sahabat, serta teman-temanku tersayang
Page 7
RINGKASAN
Laili Usdiana. 135040101111059. Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap
Keputusan Pembelian Sayur Kale Organik (Brassica oleracea var. acephala) di
UD. Bumiaji Sejahtera Dusun Banaran Desa Bumiaji Kecamatan Bumiaji Kota
Batu. Dibawah Bimbingan Ir. Nidamulyawaty Maarthen, M.Si. sebagai
Pembimbing Utama.
Sayur organik saat ini menjadi tren konsumsi masyarakat dalam menerapkan
pola hidup sehat. Salah satu jenis sayur organik yang dijual adalah sayur Kale.
Kurangnya informasi masyarakat terkait kandungan yang ada pada sayur Kale,
membuat minat daya beli konsumen menjadi rendah. Melalui strategi bauran
pemasaran yang telah dilakukan oleh perusahaan, diharapkan perusahaan dapat
mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian,
sehingga volume penjualan akan meningkat dan pendapatan perusahaan juga
meningkat. Penelitian ini mengakaji bagaimana pelaksanaan bauran pemasaran
yang diterapkan di UD. Bumiaji Sejahtera terkait dengan keputusan pembelian
sayur Kale organik (Brassica oleracea var. acphala) dan bagaimana pengaruh
bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian sayur Kale organik (Brassica
oleracea var. acphala) di UD. Bumiaji Sejahtera.
Teknik penentuan lokasi dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja
purposive sampling. Sedangkan metode penentuan sampel menggunakan teknik
non probability sampling dengan incidental sampling. Hasil dari penelitian ini
menyatakan bahwa besarnya pengaruh variabel bauran pemasaran terhadap
keputusan pembelian sayur Kale organik (Brassica oleracea var. acephala) di UD.
Bumiaji Sejahtera ditunjukkan oleh nilai dari standardized coefficients beta,
dimana besarnya pengaruh variabel produk terhadap keputusan pembelian
menunjukkan nilai sebesar 0,451 sementara besarnya pengaruh variabel harga
terhadap keputusan pembelian lebih rendah yaitu sebesar -0,237 besarnya pengaruh
variabel distribusi terhadap keputusan pembelian lebih tinggi dari variabel harga
yaitu sebesar 0,365 sedangkan besarnya pengaruh variabel promosi terhadap
keputusan pembelian lebih rendah dari variabel distribusi yaitu sebesar 0,128.
Page 8
SUMMARY
Laili Usdiana. 135040101111059. The Influence of The Marketing Mix on The
Purchase Decision of Organic Kale Vegetables (Brassica oleracea var. acephala)
in UD. Bumiaji Sejahtera Banaran Orchard Village Bumiaji Subdistrict Batu City.
Under the Guidance Ir. Nidamulyawaty Maarthen, M.Si. As the Main
Counselor.
Organic vegetables are now a trend of public consumption in applying a
healthy lifestyle. One type of organic vegetables sold are vegetables Kale. Lack of
public information related to the content of Kale vegetables, making consumer
purchasing power interest low. Through the marketing mix strategy that has been
done by the company, the company is expected to know the factors that can
influence the purchase decision, so that the sales volume will increase and the
company's revenue also increases. This study examines how the implementation of
marketing mix applied in UD. Bumiaji Sejahtera is related to the decision to
purchase organic Kale vegetables (Brassica oleracea var. acphala) and how the
influence of the marketing mix on the purchase decision of organic Kale vegetables
(Brassica oleracea var. acephala) in UD. Bumiaji Sejahtera.
The technique of determining the location in this study is purposively
purposive sampling. While the method of determining the sample using the
technique of non probability sampling with incidental sampling. The results of this
study indicate that the magnitude of the influence of the marketing mix on the
purchase decision of organic Kale vegetables (Brassica oleracea var. acephala) in
UD. Bumiaji Sejahtera is indicated by the value of standardized coefficients beta,
where the effect of product variables on the purchase decision shows the value of
0,451 while the influence of price variables to the purchase decision is lower at -
0,237 the magnitude of the influence of variable distribution to purchase decision
higher than the price variable that is equal to 0,365 while the magnitude of the
influence of promotional variables on purchasing decisions is lower than the
variable distribution of 0,128.
Page 9
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Azza Wa Jalla atas limpahan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
sebagai tugas akhir program S-1. Banyak peneliti yang hanya berfokus pada produk
jadi atau manufaktur, sehingga perlu ada penelitian baru mengenai produk sayur
segar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Bauran
Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Sayur Kale Organik (Brassica oleracea
var. acephala) di UD. Bumiaji Sejahtera”. Terima kasih kepada Ir. Nidamulyawaty
Maarthen, M.Si. selaku Dosen pembimbing, keluarga di Lamongan (orang tua,
kakak, adik) dan pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini. Penulis mengakui masih terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun sangat diperlukan untuk penyempurnaan tulisan ini.
Malang, 04 Juli 2017
Penulis
Page 11
DAFTAR ISI
Teks
RINGKASAN.......
Halaman
SUMMARY r......r...r.....e.r..r..............4...............t..t.............a.... Vll
KATA PENGANTAR vlll
RIWAYAT HIDUP ............. tx
DAFTAR TABEL ...r...............X
DAtr'TAR BAGAN...................'...................r..........'.........,....t..
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULULT.Latar Belakang ..,..................11.2. Rumusan Masalah ................21.3. Batasan Masalah.... "......,.......J1.4. Tuiuan Penelitian.. ................J
n1.5. Kegunaan Penelitian............. ..................J
II. TINJAUAN PUSTAKA ............52.1. Tinjuan Penelitian Terdahulu .................52.3.Tinjauan Tentang Ka1e.......... .................62.4. Pemasaran........... ..................7
z.4.l.Konsep Pemasaran ....................... 7
2.4.2.Bauran Pemasaran ...... 82.5. Perilaku Konsumen ............122.6. Proses Keputusan Pembelian ...............132.7.Uji Asumsi Klasik ..............202.8. Analisis Regresi.. ................23
III. KERANGKA PENELITIAN.......... ........253.1. Kerangka Pemikiran............. ................253.2. Hipotesis............. ................263.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .....27
IV. METODE PENELITIAN... .....................314.1. Pendekatan Penelitian........... ...............314.2. Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian. ....................31
4.2.1.Metode Penentuan Lokasi....... ..................... 31
vl
tx
xii
l1
1
Page 12
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........r....r..............t..........395.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .....'................39
5.1.1. Profil UD. Bumiaii Sejahtera .... 39
5.1.2. Visi dan Misi UD. Bumiaji Sejahtera... ....... 39
5.1.3. StrukturOrganisasiUD.Bumiaji Sejahtera ..................405.1.4. Proses Budidaya Sayur Kale ......... ..............41
5.1.5. Persepsi Produsen terhadap Bauran Pemasaran .........-.. 42
5.2. Hasil dan Pembahasan.......... ...............'43
5.2.l.Deskripsi Karakteristik Responden............. .......'..'....... 43
5.2.2. Hasil Uji Instrumen '..................445.2.3.Ptingujian Asumsi Klasik... ....'...465.2.4.Pengujian Hipotesis .................. ......"..'........ 48
5.2.5.Analisis Hasil dan Interpretasi................ ..... 49
5.2.6.Implementasi terhadap Bauran Pemasaran ..............."... 5l
VI. PENUTUP ..........53
DATTAR PUSTAKA
LAMPIRAN .........58
Page 13
Nomor
1.
7.
4.5.
6.
7.
8.
9.10-
DAFTAR TABEL
I
TeksKarakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..'.'......43Karakteristik Responden Berdasarkan Usia '...:.... 43
Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan .....'...........-.44Uji Validitas Kuisioner .............. ........45Uji Reliabilitas Kuesioner ........... .......46Uji Normalitas ..."...... ........47Uii Multikolinieritas ..'......48uji F ....... ........48uji t ........ ........49Output Regresi Linier Berganda "-.-.-..49
Page 14
Nomor
l.2.
DAFTAR BAGAN
a
TeksProsesPengembalianKeputusanKonsumen............. .............15Kerangka Pemikiran Tentang Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap
Keputusan Pembelian Sayur Kale Organik......"....... .-.'...........26Struktur Organisasi ...........40
Page 15
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sayur Kale dengan nama ilmiah Brassica oleracea var. acephala di Indonesia
tergolong sebagai tanaman baru. Tetapi, sayur Kale ini sangat populer di beberapa
Negara seperti Eropa dan Amerika Serikat karena kandungan gizi yang ada di
dalamnya. Menurut Supriyatna et al., (2014), dalam 350 gram sayur Kale
terkandung 50 kkal, 0,7 g lemak total, 3,3 g protein, 2 g serat, 120 mg vitamin C,
135 mg kalsium, 1,7 mg vitamin E, 447 mg kalium, 34 mg magnesium, 1,7 mg zat
besi dan 926 mg betakaroten. Saat ini sayur Kale mulai dibudidayakan di Indonesia,
khususnya di UD. Bumiaji Sejahtera yang telah membudidayakan sayur Kale secara
organik pada tahun 2014. UD. Bumiaji Sejahtera merupakan usaha dagang yang
bergerak dibidang holtikultura mulai dari budidaya sampai pemasaran.
Pemasaran sayur Kale yang terjadi di perusahaan saat ini masih sempit,
karena sayur Kale termasuk tanaman baru. Sehingga masalah yang terjadi yaitu
belum banyak konsumen yang mengetahui sayur Kale. Khususnya di UD. Bumiaji
Sejahtera juga terjadi demikian, padahal sayur Kale memiliki nilai jual yang tinggi
dan potensi pasar yang besar. Oleh karena itu, diperlukan strategi pemasaran yang
tepat untuk sayur Kale.
Menurut Fuad et al., (2006), unsur dalam strategi pemasaran akan didukung
dengan keberhasilan dalam memilih produk yang tepat, harga yang layak, saluran
distribusi yang baik dan promosi yang efektif. Sebelum perusahaan memutuskan
untuk memilih strategi pemasaran yang tepat, maka perusahaan perlu menyiapkan
perencanaan pemasaran yang baik dalam bauran pemasaran. Tahap kegiatan
perencanaan pemasaran yaitu dengan menetapkan kelompok pembeli,
memperkirakan penjualan dimasa yang akan datang dan menyusun kebijakan
pemasaran (Sutojo, 1988). Dengan menggunakan bauran pemasaran maka strategi
pemasaran memiliki peranan penting dalam menentukan tingkat penjualan produk.
Page 16
Bauran pemasaran dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam
melakukan pembelian. Pentingnya penelitian bauran pemasaran ini diharapkan
dapat digunakan untuk mengetahui apakah dari empat variabel dalam bauran
pemasaran berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam membeli sayur Kale.
Karena selama ini penelitian terkait bauran pemasaran hanya pada produk olahan
atau produk manufaktur. Kendala yang dihadapi perusahaan saat ini adalah
segmentasi sayur Kale belum jelas, karena rendahnya informasi sayur Kale
membuat minat konsumen untuk membeli menjadi rendah.
Permintaan terhadap sayur Kale rendah, karena sayur Kale tidak mudah
ditemukan baik di pasar tradisional maupun pasar modern, oleh karena itu perlu
adanya perluasan pangsa pasar, sehingga pendapatan perusahaan tidak hanya
tergantung dari permintaan minimarket yang ada di Surabaya. Terkait dengan
bauran pemasaran dan komoditas baru yaitu sayur Kale yang ada di UD. Bumiaji
Sejahtera membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait tentang
komoditas sayur segar yaitu sayur Kale dengan judul “Pengaruh Bauran Pemasaran
Terhadap Keputusan Pembelian Sayur Kale Organik (Brassica oleracea var.
acephala) di UD. Bumiaji Sejahtera”.
1.2. Rumusan Masalah
Strategi merupakan serangkaian kegiatan yang menggambarkan bagaimana
perusahaan harus beroperasi untuk mencapai tujuan. Strategi pemasaran diperlukan
untuk mencegah penurunan jumlah konsumen. Segmentasi pasar merupakan
konsep yang mendasari strategi pemasaran dan mengalokasikan sumber daya dalam
rangka mengimplementasikan program pemasaran (Tjiptono et al. 2008). Salah satu
produk yang dijual dan dibudidayakan di UD. Bumiaji Sejahtera adalah sayur Kale
organik, dengan harga yang stabil jika dibandingkan dengan harga komoditas sayur
lainnya. Masalah yang ada dalam perusahaan saat ini adalah perlu adanya perluasan
pangsa pasar pada komoditas sayur Kale, sehingga pendapatan perusahan
bertambah dengan volume penjulan yang meningkat, akibat tingginya permintaan
sayur Kale.
Pengaruh adanya bauran pemasaran diharapkan dapat meningkatkan
konsumen untuk membeli sayur Kale. Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:
Page 17
1. Bagaimana pelaksanaan bauran pemasaran yang telah diterapkan di UD. Bumiaji
Sejahtera terkait dengan keputusan pembelian sayur Kale organik (Brassica
oleracea var. acphala)?
2. Bagaimana pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian sayur
Kale organik (Brassica oleracea var. acphala) di UD. Bumiaji Sejahtera?
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini melihat bauran pemasaran dari sisi konsumen.
2. Penelitian ini tidak membahas mengenai perilaku konsumen dalam membeli,
melainkan membahas mengenai strategi bauran pemasaran yang terdiri dari 4P
yaitu produk harga, distribusi dan promosi.
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah penelitian, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi, menganalisis dan menjelaskan pelaksanaan bauran pemasaran
yang telah diterapkan di UD. Bumiaji Sejahtera terkait dengan keputusan
pembelian sayur Kale organik (Brassica oleracea var. acphala).
2. Mengidentifikasi, menganalisis dan menjelaskan pengaruh produk, harga,
distribusi dan promosi terhadap keputusan pembelian sayur Kale organik
(Brassica oleracea var. acphala) di UD. Bumiaji Sejahtera.
1.5. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat memberikan kegunaan bagi:
1. Peneliti
Dapat mengaplikasikan teori yang sudah didapat selama kuliah dan untuk
mengetahui variabel dalam bauran pemasaran yang berpengaruh secara signifikan
terhadap keputusan pembelian sayur Kale organik (Brassica oleracea var.
acephala).
2. Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi manajemen
untuk menentukan langkah yang tepat dalam upaya meningkatkan volume
penjualan dengan memperlihatkan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
Page 18
konsumen dalam melakukan pembelian. Serta sebagai masukan dalam menentukan
kebijakan usaha untuk mengoptimalkan strategi pemasaran dimasa yang akan
datang.
3. Peneliti selanjutnya atau Citivitas Akademika
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan
tambahan informasi bagi calon peneliti selanjutnya yang ingin menggunakan topik
yang sama, namun dengan objek yang berbeda dan peneliti baru yang ingin
melanjutkan terkait topik bauran pemasaran, namun hanya menggunakan satu
variabel yang lebih spesifik, misalanya terkait variabel promosi (promotion) dengan
judul penelitian seperti: analisis bauran promosi (promotional mix), strategi
promosi penjualan dan bentuk-bentuk promosi. Selain itu bauran pemasaran yang
digunakan dalam penelitian ini hanya terdiri dari 4P yaitu produk, harga, distribusi
dan promosi. Harapan untuk kedepannya bisa dilanjutkan dengan menambah
variabel dalam bauran pemasaran menjadi 7P atau 9P dengan menggunakan produk
lain. Atribut yang digunakan dalam penelitian ini juga masih sebagian kecil dari
atribut yang ada dalam teori, karena penyesuaian dengan kondisi yang ada di
lapang.
Page 19
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjuan Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang bauran pemasaran (marketing mix) merupakan topik
penelitian yang sering digunakan dibidang manajemen pemasaran. Salah satunya
adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Trisnaningsih (2009) tentang Pengaruh
Bauran Pemasaran terhadap Keputusan Pembelian Pupuk Organik. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh bauran pemasaran yang terdiri dari
product, price, place, promotion, people, process dan physical efidence terhadap
keputusan pembelian pupuk organik dan untuk mengetahui variabel bauran
pemasaran yang berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian pupuk
organik. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Teknik
penentuan responden menggunakan accidental sampling. Dari hasil penelitian
variabel dalam bauran pemasaran yaitu 7P perpengaruh secara signifikan terhadap
keputusan pembelian sebesar 82,5 persen dan variabel yang dominan perpengaruh
dalam keputusan pembelian adalah harga, karena harga yang terjangkau menjadi
pertimbangan utama bagi konsumen dalam pembelian.
Selain itu, penelitian Kurniawati (2015) tentang Pengaruh Bauran Pemasaran
terhadap Keputusan Pembelian Jamur Tiram Putih. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis pengaruh atribut dari variabel produk, harga, ditribusi dan promosi
terhadap keputusan pembelian dan untuk menganalisis atribut yang paling
berpengaruh terhadap keputusan pembelian jamur tiram putih dari variabel produk,
harga, distribusi dan promosi. Alat analisis yang digunakan adalah analisis
logitistik. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode quota
sampling.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah variabel produk yang terdiri
dari atribut kemasan, ukuran dan kualitas, hanya atribut kualitas yang berpengaruh
positif terhadap keputusan pembelian. Variabel harga yang terdiri dari atribut harga
produk dan persepsi harga, keduanya berpengaruh negatif terhadap keputusan
pembelian. Variabel promosi yang terdiri dari atribut promosi penjualan dan
penjualan perseorangan, hanya penjualan perseorangan yang memiliki pengaruh
positif terhadap keputusan pembelia dan pada variabel distribusi yang terdiri dari
Page 20
atrtibut tempat dan jangkauan produk, tempat penjualan memiliki pengaruh positif
terhadap keputusan pembelian. Semua atribut bauran pemasaran yang diuji dari
atribut variabel promosi yakni penjualan perseorangan memiliki pengaruh paling
besar terhadap keputusan pembelian yakni sebesar 82,9 persen. Sisanya
dipengaruhi oleh atribut lain dari variabel promosi.
Berdasarkan penelitian Safitri (2006) tentang Pengaruh Bauran Pemasaran
Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Tanaman Hias Adenium pada PT.
Godong Ijo Asri Nursery Sawangan Kota Depok Jawa Barat. Tujuan dari penelitian
ini dalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan bauran pemasaran terhadap
keputusan pembelian konsumen tanaman hias adenium pada PT. Godong Ijo Asri
Nursery dan untuk mengetahui variabel bauran pemasaran yang berpengaruh paling
besar terhadap keputusan pembelian konsumen tanaman hias adenium pada PT.
Godong Ijo Nursery. Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur atau path
analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel produk mempunyai
pengaruh secara signifikan yaitu sebesar 23,92 persen, variabel harga sebesar 14,53
persen, variabel distribusi atau tempat sebesar 27,98 persen dan variabel promosi
sebesar 24,85 persen. Sisanya dipengaruhi oleh variabel lain selain yang ikut
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen tanaman hias adenium di PT.
Godong Ijo Nursery yaitu sebesar 29,727 persen.
Dari penelitian yang telah dilakukan terdapat kesamaan dengan peneliti
sebelumnya yaitu pada variabel yang digunakan. Sedangkan perbedaan dari
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah jenis komoditi yang diteliti
adalah komoditas baru atau sayur segar organik dan tempat lokasi penelitian.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bauran pemasaran
memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian seperti halnya pada penelitian
terdahulu.
2.2. Tinjauan Tentang Kale
Kata Kale berasal dari bahasa Belanda yang artinya kubis petani. Kale atau
barecole (Brassica oleracea var. acephala) adalah jenis sayur kelas dunia yang
mengandung nilai nutrisi tinggi. Karakteristik tampilan sayur Kale mirip dengan
brokoli dan kubis. Perbedaan daun Kale tidak berbentuk kepala, warna daun hijau
atau ungu kebiruan. Berdasarkan jenis daun, sayur Kale dapat dibedakan menjadi
Page 21
sayur Kale keriting dan Kale flat (Arifin, 2016). Sayur Kale adalah sayuran keluarga
Brassica yang meliputi sayuran seperti kol, sawi, brokoli dan kubis brussel
(Hartanto, 2015). Sayur Kale berada di posisi kedua setelah selada air dan
mengandung indole-3-carbinol dan sulforaphane, allyl isothiocyanate dan
antioksidan (Joseph, 2008).
2.3. Pemasaran
Menurut Kotler dan Gary (2001), pemasaran adalah suatu proses sosial yang
membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan melalui penciptaan, pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang
lain. Manajemen pemasaran (marketing management) digunakan sebagai analisis,
perencanaan, implementasi dan pengendalian dari program-program yang
dirancang untuk mencapai tujuan perusahaan. Proses pemasaran (marketing
process) adalah proses yang menganalisis peluang pemasaran, menyeleksi pasar
sasaran, mengembangkan bauran pemasaran dan mengatur usaha pemasaran.
Menurut Hermawan (2012), faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran terdiri
dari faktor mikro (seperti: perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan masyarakat)
dan faktor makro (seperti: demografi, politik, teknologi dan budaya).
2.3.1. Konsep Pemasaran
Menurut Sangadji dan Sopiah (2013), ada tiga tahap dalam mengembangkan
konsep pemasaran yaitu:
a. Orientasi produksi, dengan karakteristik dimulai dari tahun 1850 sampai akhir
1920, fokus perusahaan adalah memproduksi produk dengan sebanyak-
banyaknya dan jumlah permintaan konsumen lebih banyak jika dibandingkan
dengan persediaan produk.
b. Orientasi penjualan, dengan karakteristik dimulai pada awal tahun 1930 sampai
pertengahan 1950, fokus perusahaan adalah menjual produk sebanyak-
banyaknya dan jumlah persediaan barang lebih banyak dari permintaan
konsumen.
c. Orientasi konsep pemasaran, dengan karakteristik dimulai dari tahun 1950
sampai sekarang, fokus perusahaan adalah pada kepuasan konsumen lebih
diutamakan dibandingkan dengan persaingan.
Page 22
2.3.2. Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran adalah sejumlah variabel pemasaran yang terkendali dan
digunakan oleh perusahaan sebagai alat untuk mencapai market share (Zaharuddin,
2006). Sedangkan menurut Simamora (2003), menyatakan bahwa bauran
pemasaran adalah alat perusahaan untuk memperoleh respon yang diinginkan dari
pasar sasaran dan menurut Soegoto (2010), bauran pemasaran adalah strategi
gabungan empat elemen kunci pemasaran, yaitu produk, harga, distribusi dan
promosi, yang digunakan untuk memasarkan produk. Berdasarkan pengertian dari
beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran adalah
elemen yang terdiri dari 4p yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place)
dan promosi (promotion) yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan
pemasaran.
Menurut Umar (2000), dalam konsep bauran pemasaran, suatu sistem yang
dapat diciptakan perusahaan dalam rangka mempertahankan hubungan dengan
pelanggan atau calon pelanggan yang disebut dengan custumer bonding. Custumer
bonding merupakan sebuah strategi dalam menciptakan loyalitas pelanggan pada
perusahan. Proses custumer bonding dimulai dari menciptakan kesadaran
konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan sehingga tumbuh menjadi
ikatan yang berkelanjutan sebagai dasar dari hubungan antara perusahan dengan
konsumen, bahkan dapat diperluas ke pelanggan lainnya.
2.3.2.1. Produk (Product)
Konsep produk (product concept) berangapan bahwa konsumen akan
menyukai produk yang menawarkan mutu terbaik, kinerja terbaik, dan bersifat
paling inovatif (Kotler dan Gary, 2001). Produk (product) adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
(Simamora, 2003). Produk adalah unsur mendasar dalam bauran pemasaran yang
meliputi: pengemasan, merek dagang, desain, harga, citra, pelayanan, waktu
pengiriman, berbagai fitur, gaya, jasa, mutu, jaminan keabsahan dan bahkan situs
web yang akan dilihat oleh sebagaian besar pelanggan (Soegoto, 2010).
Menurut Umar (2000), untuk menentukan dimensi kualitas barang, dapat
melalui delapan dimensi diantaranya adalah:
Page 23
1. Kinerja (performance), yaitu karakteristik yang berkaitan dengan aspek
fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama yang
dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang.
2. Fitur (features), yaitu karakteristik yang berkaitan dengan aspek performansi
yang berguna untuk menambah fungsi dasar, pilihan produk dan
pengembangannya.
3. Keandalan (reliability), yaitu karakteristik yang berkaitan dengan probabilitas
atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali
digunakan dalam priode waktu dan kondisi tertentu.
4. Kesesuaian (conformance), yaitu karakteristik yang berkaitan dengan tingkat
kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan
keinginan pelangan.
5. Daya tahan (durability), yaitu karakteristik yang berkaitan dengan refleksi umur
ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai barang.
6. Pelayanan (serviceability), yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan,
kompetisi, kemudahan dan akurasi dalam memberikan layanan untuk perbaikan
barang.
7. Estetika atau keindahan (aesthetics), yaitu karakteristik yang berkaitan dengan
pertimbangan pribadi dan refleksi dari prefertensi individual.
8. Kecocokan (fit and finish), yaitu karakteristik yang terkait sifat subyektif,
berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk tersebut
sebagai produk yang berkualitas
Menurut Kotler dan Gary (2001), tingkatan dalam perencanaan produk
adalah: produk inti (core product) terletak dibagian tengah dari suatu produk.
Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk memecahkan masalah yang dicari
konsumen ketika mereka membeli produk. Selanjutnya perencanaan produk harus
menciptakan produk aktual (actual product) di sekitar produk inti. Produk aktual
memiliki lima karakteristik yaitu tingkat kualitas, fitur, rancangan, nama merek,
dan kemasan. Perencanaan produk harus mewujudkan produk tambahan disekitar
produk inti dan produk aktual dengan menawarkan jasa dan manfaat tambahan bagi
konsumen. Klasifikasi produk berdasarkan konsumen yang menggunakannya
dibagi atas:
Page 24
a. Produk konsumen
Produk konsumen adalah produk yang dibeli untuk konsumen pribadi. Produk
konsumen meliputi: produk sehari-hari (convenience products), produk shopping
(shopping products), produk spesial (specialty products), serta produk yang tidak
dicari (unsought products).
b. Produk industri
Produk industri adalah produk yang dibeli untuk pemrosesan lebih lanjut atau
penggunaan yang terkait dengan bisnis. Kelompok produk atau jasa industri
meliputi bahan dan suku cadang, barang modal, serta perlengkapan dan jasa.
Keputusan mengenai atribut dalam produk adalah sebagai berikut:
1). Kualitas produk (product quality), merupakan kemampuan suatu produk untuk
melaksanakan fungsinya, meliputi: daya tahan, keandalan, ketepatan,
kemudahan operasi, perbaikan, serta atribut lainnya.
2). Fitur produk (poduct features), merupakan alat bersaing untuk membedakan
produk perusahaan dari produk pesaing.
3). Rancangan produk (product design), rancangan yang baik dapat menarik
perhatiaan, mengingkatkan kinerja produk mengurangi biaya produk dan
memberi keunggulan bersaing yang kuat di pasar sasaran.
Strategi daur hidup produk (product life cycle) merupakan perjalanan
penjualan laba satu produk selama masa hidupnya. Menurut Sutojo (1988), tahapan
dalam siklus pada daur hidup produk adalah:
a. Tahap pengenalan
b. Tahap pertumbuhan
c. Tahap kejenuhan
d. Tahap penurunan
2.3.2.2. Harga (Price)
Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari
memiliki atau menggunakan produk (Umar, 2005). Harga adalah pengorbanan yang
dilakukan oleh konsumen untuk mendapatkan produk (Istijanto, 2007). Faktor-
faktor yang perlu dipertimbangkan ketika menetapkan harga adalah sebagai berikut:
Page 25
a. Faktor internal yang mempengaruhi keputusan penetapan harga, meliputi:
tujuan pemasaran perusahaan, strategi bauran pemasaran dan organisasi
perusahaan.
b. Faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan penetapan harga, meliputi: sifat
penawaran dan permintaan, pesaing dan elemen lingkungan lainnya.
Menurut Tjiptono et al., (2008) peran harga adalah:
a. Bagi perekonomian, harga berpengaruh terhadap alokasi faktor-faktor produksi,
seperti: tenaga kerja, tanah, modal dan kewirausahaan.
b. Bagi konsumen, harga dapat dijadikan sebagai satu-satunya pertimbangan dalam
membeli produk.
c. Bagi perusahaan, harga merupakan satu-satunya elemen dalam bauran
pemasaran yang mendatangkan pendapatan, dibandingakan dengan elemen
bauran pemasaran lainnya (produk, distribusi dan promosi).
2.3.2.3. Distribusi (Place)
Distribusi adalah aktivitas perusahaan untuk membuat produk yang tersedia
bagi konsumen sasaran, dengan memperhitungkan kemudahan akses (convenience)
konsumen (Widjajanta et al., 2007). Menurut Kotler dan Gary (2001), fungsi dari
saluran distribusi adalah sebagai berikut:
a. Sebagai informasi: mengumpulkan, mendistribusikan riset pemasaran dan
informasi intelijen tentang faktor dan kekuatan dalam lingkungan pemasaran
yang dibutuhkan untuk merencanakan dan membantu terjadinya pertukaran.
b. Sebagai promosi: mengembangkan dan menyebarluaskan komunikasi persuasif
yang berkenaan dengan penawaran.
c. Sebagai kontak: menemukan dan berkomunikasi dengan membeli prospektif.
d. Sebagai pencocokkan: membentuk dan menyesuaikan penawaran terhadap
kebutuhan pembeli, termasuk kegiatan seperti: manufaktur, memilah, merakit,
dan mengemas.
e. Sebagai negosiasi: mencapai suatu kesepakatan atas harga dan kondisi lain dari
penawaran sehingga kepemilikan dapat dipindahkan.
Berikut merupakan jumlah tingkatan dalam distribusi menurut Kotler dan
Gary (2001) dilihat dari saluran pemasaran pelangan
Saluran 1. Produsen konsumen
Page 26
Saluran 2. Produsen pengecer konsumen
Saluran 3. Produsen perusahaan perkulakan pengecer konsumen
Saluran 4. Produsen perusahaan perkulakan tengkulak pengecer konsumen
Saluran 1 disebut sebagai saluran pemasaran langsung (direct marketing
channel), tidak memiliki tingkatan perantara. Saluran tersebut berisikan satu
perusahaan yang menjual langsung ke konsumen. Saluran 2 berisikan satu tingkat
perantara. Pada pasar konsumen, tingakatan ini biasanya hanya pengecer. Saluran
3 berisikan dua tingkatan perantara, satu perusahaan perkulakan, dan satu pengecer.
Saluran 4 berisikan tiga tingkatan perantara. Semua institusi dalam saluran
distribusi dihubungkan dengan berbagai jenis aliran, termasuk didalamnya aliran
fisik produk, aliran kepemilikan, pembayaran, aliran informasi dan aliran promosi.
2.3.2.4. Promosi (Promotion)
Promosi adalah fungsi komunikasi dari perusahaan yang bertanggung jawab
menginformasikan dan membujuk atau mengajak pembeli (Zikmund, 2011).
Promosi adalah cara yang digunakan seseorang atau perusahaan untuk
memperkenalkan produk untuk pelanggan (Soedarmo, 2006). Menurut Tjiptono et
al., (2008) dalam promosi penjualan diklasifikasikan menjadi: a). Promosi
konsumen (consumer promotions) seperti: kupon, sampel gratis, hadiah dan undian,
b). Promosi dagang (trade promotion) seperti: diskon, bantuan peralatan (specialty
advertising) atau insentif untuk para pedagang, c). Promosi wiraniaga (salesforce
promotions) seperti: kontes penjualan. Tujuan dari adanya promosi penjualan dapat
diarahkan pada pembeli akhir, perantara, dan wiraniaga (Tjiptono et al., 2008).
2.4. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah tindakan yang dilakukan konsumen yang dimulai
dengan merasakan adanya kebutuhan dan keinginan, berusaha untuk mendapatkan
produk yang diinginkan, kemudian mengkonsumsi produk tersebut dan berakhir
pada tindakan pasca pembelian (Sangadji dan Sopiah, 2013). Konsep yang
diperhatikan dalam membangun dan mempertahankan hubungan baik dengan
konsumen yaitu nilai konsumen, kepuasan konsumen, kepercayaan konsumen dan
loyalitas pelanggan. Tahap dalam perilaku konsumen meliputi: a). Tahap untuk
merasakan adanya kebutuhan dan keinginan, b). Usaha untuk mendapatkan dan
Page 27
mencari informasi tentang produk, harga, dan saluran distribusi, c). Mengkonsumsi,
menggunakan, dan mengevaluasi produk yang telah digunakan, d). Tindakan pasca
pembelian berupa perasaan puas dan tidak puas. Menurut Sangadji dan Sopiah
(2013), dalam keputusan membeli produk dimulai dari pengenalan kebutuhan,
waktu, perubahan situasi, kepemilikan produk, konsumsi produk, perbedaan
individu, pengaruh pemasaran, pencarian informasi, pencarian internal, dan
pencarian eksternal.
Sikap konsumen merupakan tanggapan perasaan konsumen yang bisa berupa
perasaan suka atau tidak suka terhadap objek tertentu. Karakteristik konsumen
didasarkan pada:
a. Demokrafik, seperti: kelas sosial, etnis, usia, pendidikan, penghasilan dan
agama.
b. Preferensi pembelian produk, seperti: keluarga, teman dan kelompok referensi.
c. Presepsi manfaat produk bagi konsumen, seperti: manfaat inti produk dan atribut
produk.
d. Gaya hidup konsumen, seperti: gaya hidup kaum sosialita, gaya hidup orang
kota, orang desa, orang modern dan gaya hidup kembali ke alam.
Menurut Sangadji dan Sopiah (2013), ada tiga model sederhana dari sikap
konsumen, diantaranya:
a. Kognitif, berkaitan dengan sikap pikiran seseorang, bersifat rasional dan masuk
akal.
b. Afektif, berkaitan dengan perasaan dan bersifat emosional.
c. Psikomotor, berkaitan dengan tindakan.
2.5. Proses Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Garry (2001), karakteristik yang mempengaruhi perilaku
konsumen adalah sebagai berikut:
a. Budaya (culture)
Faktor budaya memberikan penggaruh paling luas pada keinginan dan
perilaku konsumen. Orang pemasaran perlu memahami peran dari budaya,
subbudaya dan kelas sosial pembeli.
Page 28
b. Kelas sosial
Kelas sosial (social classes) adalah bagian anggota masyarakat yang relatif
permanen dan tersusun rapi, mempunyai nilai, kepentingan, dan perilaku yang
sama. Faktor kelas sosial diantaranya: kelompok kecil, keluarga, serta aturan dan
status sosial konsumen.
c. Faktor-faktor pribadi
Keputusan seseorang pembeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti
umur pembeli, dan tahap siklus produk, pekerjaan situasi ekonomi, gaya hidup serta
kepribadian dan konsep diri. Menurut Simomora (2003), suatu proses keputusan
membeli bukan sekedar mengetahui berbagai faktor yang akan mempengaruhi
pembeli, tetapi berdasarkan peran dalam keputusan untuk membeli. Terdapat lima
peran yang terjadi dalam keputusan pembelian (Suryani, 2013) yaitu:
a. Pemrakarsa (initiator), merupakan orang yang pertama kali menyarankan ide
untuk membeli suatu barang.
b. Pembawa pengaruh (influencer), merupakan orang yang memiliki nasihat dalam
mempengaruhi keputusan pembelian.
c. Pengambilan keputusan (decider), merupakan orang yang menentukan
keputusan pembelian.
d. Pembeli (buyer), merupakan orang yang melakukan pembelian secara nyata.
e. Pemakai (user), merupakan orang yang mengkonsumsi dan menggunakan
barang yang telah dibeli.
Menurut Sutisna (2001), pengambilan keputusan konsumen untuk melakukan
pembelian suatu produk diawali dengan adanya kesadaran atas pemenuhan
kebutuhan dan keinginan. Tahap ini untuk menyadari adanya masalah (problem
recognition). Jika sudah disadari adanya kebutuhan dan keinginan, maka konsumen
akan mencari informasi mengenai keberadaan produk yang diinginkan. Proses
pencarian informasi akan dilakukan dengan menggumpulkan semua informasi yang
berhubungan dengan produk yang diinginkan. Informasi yang diperoleh konsumen
dilakukan dengan seleksi atas alternatif-alternatif yang tersedia.
Proses seleksi inilah yang disebut sebagai tahap evaluasi informasi, dari
kriteria yang ada, maka produk akan dipilih dan dibeli. Proses evaluasi akan
berakhir jika konsumen telah melakukan evaluasi pasca pembelian (post purchase
Page 29
evaluation). Proses evaluasi ini akan menentukan apakah konsumen merasa puas
atau tidak atas keputusan pembeliannya. Jika konsumen merasa puas, maka
konsumen akan melakukan pembelian kembali dan jika konsumen tidak puas atas
keputusan pembeliannya, maka konsumen akan mencari kembali secara berulang
sampai konsumen merasa puas atas keputusan dalam pembelian produk.
Umpan balik Evaluasi berbagai alternatif merek produk
Pilihan atas merek produk untuk dibeli
Pencarian berbagai informasi
Evaluasi pasca pembelian
Pengenalan masalah atau kebutuhan dan keinginan
Bagan 1. Proses Pengembalian Keputusan Konsumen
Sumber: Sutisna (2001)
Page 30
1). Kesadaran pada kebutuhan dan keinginan
Kesadaran pada kesempatan (opportunity recognition) terjadi ketika kondisi
ideal melebihi kondisi aktual, walaupun sebenarnya kondisi aktual tidak mengalami
penurunan fungsi dan kualitas.
2). Pencarian berbagai informasi
Sumber pencarian informasi bisa berupa iklan dimedia cetak maupun
elektronik. Terdapat dua tipe proses pencarian informasi yaitu:
a. Tipe pencarian informasi sebelum terjadi pembelian (prepurchase search),
proses ini terjadi ketika pengenalan kebutuhan telah diketahui.
b. Tipe pencarian informasi yang terus menerus bahkan ketika keputusan
pembelian telah dilakukan (on going search), tujuan pencarian informasi ini
berlangsung secara terus menerus yaitu agar konsumen tidak ketinggalan
informasi, dan ketika harus melakukan pembelian secara mendadak, atau tidak
lagi mencari dan menggumpulkan informasi.
3). Evaluasi berbagai alternatif merek produk
Manfaat yang bisa diperoleh dengan membeli suatu produk (benefit
association) dan kemudian konsumen mengevaluasi merek berdasarkan tingkat
kepuasan yang diharapkan (expected satisfaction).
a. Benefit association
Kriteria dalam benefit association adalah konsumen menentukan prioritas
manfaat yang paling diinginkan dan menghubungkan kriteria manfaat dengan
karakteristik merek.
b. Kepuasan yang diharapkan (expected satisfaction)
Kriteria evaluasi merek berdasarkan expected satisfaction yaitu konsumen
mengevaluasi berbagai alternatif merek berdasarkan kemampuan merek produk
untuk memenuhi harapan yang dibuat konsumen.
4). Pilihan atas merek produk
Berdasarkan pada kriteria yang dikembangkan oleh benefit association dan
expected satisfaction.
5). Evaluasi pasca pembelian
Ketika keputusan pembelian sudah diambil, maka tahap selanjutnya adalah
menggunakan produk yang dibeli.
Page 31
Selain prospektif pengambilan keputusan tersebut, terdapat prospektif lain
dalam pengambilan keputusan pembelian konsumen yang disebut sebagai
perspektif experiential dan perspektif behavioral influence.
1. Perspektif experiential
Proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen yang didasarkan
atas prospektif experiential bahwa banyak tindakan yang dihasilkan dari adanya
kebutuhan manusia pada perasaan dan emosinya. Tahap pengenalan kebutuhan
timbul karena adanya perbedaan antara kondisi aktual dengan kondisi ideal yang
diinginkan. Pada tahap pencarian informasi, konsumen lebih menitiberatkan pada
informasi yang bisa mempengaruhi perasaan dan emosinya. Iklan yang
menampilkan sisi afeksi akan lebih disukai oleh konsumen. Tahap evaluasi
informasi, konsumen membuat kriteria berdasarkan kualitas afektifnya.
Bagi konsumen, iklan yang mampu membangkitkan perasaan dan emosional
akan lebih dipilih dibandingkan dengan iklan yang menampilkan sisi fungsional
dari produk. Tahap evaluasi pasca pembelian dilakukan oleh konsumen dengan
membandingkan produk yang dibeli. Ditinjau dari perspektif exsperiental terdapat
dua jenis sifat pembelian yaitu:
a. Purchase impulse, terjadi ketika konsumen mengambil keputusan pembelian
yang mendadak. Dorongan untuk membeli sangat kuat, sehingga konsumen
tidak lagi berfikir rasional dalam pembelian. Pembelian yang dilakukan terjadi
akibat letupan-letupan emosional yang bersifat kompleks.
b. Variety seeking, yaitu pembelian yang dilakukan ketika konsumen melakukan
pembelian secara spontan dan bertujuan untuk mencoba merek baru dari suatu
produk. Pembelian yang bersifat variety seeking ini tidak didorong oleh adanya
ketidakpuasan atas pembelian yang telah dilakukan, tetapi sifatnya lebih
didasarkan atas rekreasi belanja yang bertujuan mengurangi kebosanan dengan
membeli merek baru dari suatu produk. Variety seeking dikategorikan dalam
perspektif exsperiental karena dalam proses pembelian, konsumen dipengaruhi
oleh perasaanya.
2. Perspektif pengaruh perilaku (the behavioral influence perspective)
Proses pengambilan keputusan ditinjau dari prospektif pengaruh perilaku
berdasarkan pada alasan bahwa keputusan pembelian lebih dipengaruhi oleh faktor
Page 32
lingkungan. Dari sudut pandang pengaruh perilaku, pengenalan kebutuhan akan
terjadi ketika konsumen diberikan stimuli yang menarik. Tahap pencarian informasi
dalam prospektif pengaruh perilaku adalah mempresentasikan perilaku belajar, dan
jika proses belajar berhasil dilakukan, maka akan menimbulkan penguatan. Melalui
proses belajar inilah konsumen memperoleh pengalaman masa lalu, jika pada masa
yang akan datang konsumen ingin mencari informasi, maka akan mencari informasi
yang akan bisa menguatkan pengalaman masa lalunya.
Pada tahap evaluasi informasi, konsumen tidak melakukan evaluasi seperti
pada prospektif experiental, karena seluruh informasi yang dikumpulkan hanya
bertujuan untuk membenarkan pilihan di masa yang lalu. Keputusan memilih dalam
perspektif pengaruh perilaku, dihasilkan dari adanya stimuli yang mampu
menguatkan pengalaman masa lalu selama proses pencarian informasi. Proses
evaluasi pasca pembelian terjadi dengan membandingkan apakah produk yang
dibelinya sesuai dengan produk yang dibeli sebelumnya. Menurut Kotler dan Gary
(2001), tipe-tipe perilaku membeli berdasarkaan tingkat keterlibatan pembeli dan
tingkat perbedaan diantara berbagai merek adalah sebagai berikut:
a. Perilaku membeli yang kompleks (complex buying behaviour), terjadi ketika
konsumen terlibat dalam pembelian dan mempunyai pandangan yang berbeda
antara merek yang satu dengan yang lain.
b. Perilaku membeli yang mengurangi ketidak cocokan (dissonance reducing
buying behavior), terjadi ketika konsumen terlibat dengan pembelian yang
mahal, jarang atau beresiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan diantara
merek yang ada.
c. Perilaku membeli karena kebiasaan (habitual buying behavior), terjadi dalam
kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan kecilnya perbedaan antar merek.
d. Perilaku membeli yang mencari variasi (variety seeking buying behavior), terjadi
dalam situasi yang bercirikan rendahnya keterlibatan konsumen, namun
perbedaan merek dianggap cukup berarti.
Menurut Sangadji dan Sopiah (2013), dalam kepuasan konsumen ada lima
tahap yang akan dilalui konsumen pasca pembelian, diantaranya: konsumsi produk,
perasaan puas atau tidak puas, perilaku keluhan konsumen, disposisi barang dan
Page 33
pembentukan kesetiaan merek. Sedangkan teori dalam keputusan konsumen adalah
sebagai berikut:
a. Teori perasaan afektif eksperiental (experientially affective feeling theory)
Menurut Jones, 2008 (dalam Sangadji dan Sopiah, 2013), teori ini
menggangap bahwa kepuasan konsumen diperlukan oleh perasaan positif dan
negatif yang diasosiasikan dengan produk yang sudah dibeli dan dikonsumsi.
b. Teori kepuasan (the expectancy disconfirmation model)
Teori kepuasan mengemukakan bahwa kepuasan dan ketidak puasan
konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan konsumen
sebelum pembelian dengan kinerja produk yang sesungguhnya.
c. Teori keadilan
Teori keadilan berpendapat bahwa masyarakat akan menganalisis rasio hasil
(autcomes) dan masukan (input) terhadap hasil dan masukan rekan mereka dalam
suatu pertukaran, dan jika rasio pertukaran semakin tinggi, maka mereka akan
mengalami perasaan tidak adil.
d. Teori atribusi, kegagalan produk dan kepuasan konsumen
Teori atribusi merupakan cara untuk mengidentifikasi penyebab suatu
tindakan. Atribusi yang dibuat dapat mempengaruhi kepuasan pasca pembelian
terhadap suatu produk. Jika produk gagal, maka konsumen merasa tidak puas.
e. Kinerja produk aktual
Para peneliti menemukan bahwa kinerja produk aktual mempengaruhi
kepuasan konsumen secara independen dari harapan, kelayakan dan atribusi.
f. Afeksi dan CS/D
Ada hubungan dimana suatu pembelian dapat menimbulkan reaksi afektif,
yang akan menimbulkan perasaan CS/D.
Menurut Sangadji dan Sopiah (2013), teknik yang digunakan dalam
pendekatan keputusan konsumen adalah sebagai berikut:
a. Teknik pendekatan stimulus respons, yaitu teknik penyampaian ide tentang suatu
produk dan merek kepada konsumen agar konsumen tertarik untuk membeli.
b. Teknik pendekatan humanistik, yaitu teknik dalam keputusan pembelian yang
sepenuhnya diserahkan kepada konsumen.
Page 34
c. Teknik kombinasi antara stimulus respon dan humanistik, yaitu teknik
pendekatan dari hasil kombinasi antara teknik pendekatan stimulus respon
dengan teknik humanistik.
d. Teknik pendekatan dengan komunikasi persuasif, yaitu teknik pendekatan
dengan menggunakan rumus AIDDAS (A = perhatian (attention), I = minat
(interest), D = keputusan (decision), A = tindakan (action), S = kepuasan
(satisfaction)).
2.6. Uji Asumsi Klasik
Menurut Hamdi (2014), uji asumsi klasik digunakan untuk menilai
kehandalan suatu model atau digunakan sebagai uji persyaratan suatu analisis.
Menurut Effendi dan Maman (2014), asumsi yang harus dipenuhi agar suatu regresi
valid adalah tidak terjadi masalah multikolinearitas, heteroskedastisitas dan
autokorelasi.
1. Multikolinearitas
Menurut Ariefianto (2012), dalam konsep multikolinieritas k variabel bebas
akan disebut linier sempurna jika λ1X1 + λ2X2 + ... + λ𝑘X𝑘 = 0 dan hubungan k
variabel disebut linier tidak sempurna, jika memenuhi λ1X1 + λ2X2 + ... + λ𝑘X𝑘 +
v𝑖= 0. Penyebab adanya multikolinieritas seperti: a). Cara pengambilan data dan
kecilnya ukuran sampel, b). Pembatasan model atau populasi pada sampel, c).
Spesifikasi model atau penambahan polynominal, d). Model overdetermined, e).
Common trend pada data time series. Menurut Effendi dan Maman (2014), teknik
untuk mengatasi masalah multikolinearitas dapat dilakukan dengan:
a. Menambahkan observasi data.
b. Mengeluarkan satu atau beberapa variabel penyebab adanya masalah
multikolinearitas.
c. Menggunakan linier dari beberapa variabel independent.
d. Melakukan pengecekan ukuran variabel yang sudah digunakan.
Menurut Sumodiningrat (1994), pengujian untuk mendeteksi adanya
multikolinieritas adalah:
a. Frisch’s confluence analysis atau bunch-map analysis, dengan gejala: 1).
Koefisien determinasi (R2), 2). Koefisien korelasi parsial (r𝑥𝑖𝑥𝑗) dan 3).
Kesalahan baku dari parameter regresi.
Page 35
b. Uji Farrar-Glauber, pengujian dengan menggunakan tiga uji statistik yaitu: 1).
Chi-kuadrat (Chi-squares), 2). Ratio-F dan 3). Ratio-t.
c. Matriks korelasi berderajat nol.
2. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan distribusi dari variabel gangguan (ei).
Terdapat beberapa model untuk mengidentifikasikan adanya heteroskedastisitas,
yaitu:
a. Metode Park (Park test), mengasumsikan bahwa σ2 adalah fungsi dari variabel
independen 𝑋i. Model motode Park adalah σ𝑖2 = σ2 X𝑖
𝛽𝜀𝑣𝑖
jika σ𝑖2 tidak diketahui,
maka dapat menggunakan 𝑒𝑖2 sebagai proksi, sehingga hasil akhirnya menjadi
Ln(𝑒𝑖2 ) = α + βLn X1 + vi. Jika β secara statistik signifikan (uji t), maka Ho
ditolak.
b. Metode Glesjer (Glesjer test), konsep metode Glesjer sama dengan metode Park
yaitu mencari hubungan antara error (ei) dengan variabel independen, tetapi
variabel residualnya dibuat dalam bentuk absolut.
Persamaan (1) |ei| = β1 + β2 𝑋 i + vi
Persamaan (2) |ei| = β1 + β2 √𝑋i + vi
Persamaan (3) |ei| = β1 + β2 1
𝑋𝑖 + vi
Jika β secara statistik signifikan (uji t), maka H0 ditolak. Pengujian F
statistik atau lagrange multiplier (LM statistik) dapat dilakukan jika variabel
independen yang digunakan lebih dari satu variabel.
c. Spearman’s Rank Correlation Test, konsep ini menghubungkan antara nilai
residual (ui) dan variabel independen Xi (Y-hat). Tahapannya ialah sebagai
berikut:
1) Lakukan regresi dengan model awal yaitu Yt = α1 + α2 X2t + α3 X3t + α3 X3t + α4
X4t + α5 X5t + ut, lalu akan didapatkan nilai residualnya (ui).
2) Buat nilai absolut ui, buat peringkat untuk variabel absolut ui, X2, X3, X4, dan X5
3) Buat nilai selisih tersebut (perbedaan = d) antara absolut ui dan X2, ui dan X3, ui
dan X4, ui dan X5,
4) Buat nilai selisih pada point 3 dalam kuadrat (𝑑𝑖2) lalu hitung koefisien korelasi
Spearman untuk masing-masing hubungan.
Page 36
rs = 1- 6 |∑ 𝑑𝑖
2
𝑛(𝑛2−1)|
5) Nilai signifikansi rs dapat diuji dengan menggunakan t-statistik sebagai berikut.
t = 𝑟𝑠√𝑛−2
√1−𝑟𝑠2; df = n-2
6) Jika nilai r statistik lebih besar dari nilai kritisnya (ttabel), maka Ho ditolak,
sehingga dapat disimpulkan terjadi masalah heteroskedastisitas di dalam model.
7) Pengujian dapat dilakukan selama empat kali, karena terdapat empat variabel
independen yaitu variabel X2, X3, X4, dan X5.
d. Metode White Heteroscedasticity, metode ini tidak menggunakan asumsi
normalitas, sehingga sangat mudah untuk diimplementasikan. Proses pengujian
dengan metode white yaitu dengan melakukan regresi tambahan sebagai berikut.
𝑒𝑖2= α1 + α2 X2i + α3 X3i + α4 X2i
2 + α5 X3i2 + α6 X2i X3i + vi
Dimana ei adalah nilai residual dari persamaan struktural. Tujuan regresi ini
untuk mendapatkan nilai R2 yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis.
H0 : tidak ada heteroskedastisitas
H1 : terdapat heteroskedastisitas
3. Autokorelasi
Autokorelasi merupakan suatu kondisi dimana terdapat hubungan di antara
error atau residual antar waktu dalam suatu model regresi. Salah satu penyebab
adalah kesalahan spesifikasi pada permodelan ekonometrika atau pola hubungan
alami dari suatu data yang umumnya terjadi pada data time series. Pengujian
masalah autokorelasi dapat di uji dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW)
dan metode Breusch Godprey.
a. Uji Durbin Watson, digunakan hanya untuk menguji masalah autokorelasi pada
kondisi tidak ada variabel dependen dalam bentuk lag (lagged dependent
variable) dan first order autoregressive AR dalam model ɛ𝑡= 𝜌𝜀𝑡−1+ 𝑣𝑡
diasumsikan terdapat suatu nilai statistik untuk pengujian autokorelasi dengan
mengikuti formulasi DW-stat = ∑ (𝑒𝑡−𝑒𝑡−1)2𝑇
𝑡=2
∑ 𝑒𝑡2𝑇
𝑡−1 ≈ 2 x (1- ρ). Menurut Effendi dan
Maman (2014) kriteria dalam pengujian autokorelasi adalah sebagai berikut:
1). Jika 0 < dw < dl, maka Ho ditolak (terjadi Autokorelasi positif)
2). Jika dl ≤ dw ≤ du, maka tidak ada kesimpulan
Page 37
3). Jika 4 - dl < dw < 4, maka Ho ditolak (Autokorelasi negatif)
4). Jika 4 - du ≤ dw ≤ 4 – dl, maka tidak ada kesimpulan
5). Jika dl < dw < 4 – du, maka Ho ditolak (Tidak ada autokorelasi)
b. Metode Breusch Pagan Godprey Test, digunakan ketika ada higher order
autoregresive. Misalnya suatu model regresi Yi = β1 + β2Xit + εt diasumsikan
residual 𝑢𝑡 mengikuti autoregresive order ke-p, AR (p) sehingga skemanya
menjadi ɛ𝑡 = 𝑝1𝜀𝑡−1 + 𝑝2𝜀𝑡−2+ ... + 𝑝𝑝𝜀𝑡−𝑝 + 𝑒𝑡 hipotesis H0 : 𝑝1 = 𝑝2 = 𝑝3 =
... = 𝑝𝑝 = 0 yang artinya tidak ada autokorelasi pada setiap order.
2.7. Analisis Regresi
Menurut Thoifah (2015), analisis regresi merupakan alat analisis yang
memanfaatkan hubungan antara dua variabel atau lebih, dengan memperkirakan
nilai suatu variabel, jika nilai variabel lain saling berhubungan. Analisis regresi
adalah metode statistik yang digunakan dalam memodelkan fungsi hubungan antara
variabel independen terhadap variabel dependen (Yamin, et al., 2011). Metode OLS
(ordinary least square) adalah metode yang digunakan untuk menaksirkan
parameter dalam regresi linier (Effendi dan Maman, 2014). Penurunan dari metode
OLS (ordinary least square) adalah 𝑦1 = ƒ(𝑥2, ..., 𝑥𝑘) untuk mencari pengaruh dari
variabel 𝑥1, ..., 𝑥𝑘 terhadap 𝑦1, adalah dengan mencari parameter pengaruh dari
masing-masing parameter 𝑥1, 𝑥2, . . ., 𝑥𝑘 terhadap 𝑦1. 𝛽1+ 𝛽2𝑥2 + ... + 𝛽k 𝑥k dimana
𝛽1+ 𝛽2+ ... + 𝛽k adalah intersep dan parameter dari vektor variabel x. Menurut
Effendi dan Maman (2014), asumsi penaksiran dalam OLS (ordinary least square)
adalah sebagai berikut:
1. Model regresi linier.
𝑦1 = x β + e
2. Nilai X adalah tetap dalam sampel yang berulang artinya variabel independen.
3. Nilai rata-rata dari residual adalah nol.
E(𝜀𝑖|𝑥𝑖) = 0
4. Homoskedastisitas atau varians dari 𝜀𝑖 adalah sama.
var (𝜀𝑖|𝑥𝑖) = E[𝜀𝑖 − 𝐸(𝜀𝑖|𝑥𝑖)]2
= E(𝜀𝑖2|𝑥𝑖)
var (𝜀𝑖|𝑥𝑖) = 0
Page 38
5. Tidak ada autokorelasi diantara nilai residual.
cov (𝜀𝑖, 𝜀𝑗|𝑥𝑖, 𝑥𝑗) = E{[𝜀𝑖 − 𝐸(𝜀𝑖)]|𝑥𝑖}{𝜀𝑗 − 𝐸(𝜀𝑗)|𝑥𝑗}
= E(𝜀𝑖|𝑥𝑖)(E(𝜀𝑗|𝜀𝑗)
cov (𝜀𝑖𝜀𝑗|𝑥𝑖𝑥𝑗) = 0
6. Konvarian antara 𝜀𝑖 dan 𝜀𝑖 adalah nol.
cov (𝜀𝑖𝜀𝑖) = E[𝜀𝑖 − 𝐸(𝜀𝑖)][𝑥𝑖 − 𝐸(𝑥𝑖)]
= E[𝜀𝑖(𝑥𝑖) − 𝐸(𝑥𝑖)], karena E(𝜀𝑖) = 0
= E(𝜀𝑖𝑥𝑖 − 𝐸(𝑥𝑖)𝐸(𝜀𝑖), karena E(𝑥𝑖) tidak stokastik
= E(𝑢𝑖𝑥𝑖) pada saat E(ɛ𝑖) = 0
cov (𝜀𝜌ɛ𝑖) = 0
7. Jumlah observasi (n) harus lebih besar dibandingkan dengan jumlah parameter
(k) yang diestimasi atau dengan kata lain (n > k).
8. Nilai 𝑥1harus memiliki variasi yang berbeda.
9. Model regresi harus memiliki spesifikasi yang benar atau tidak terjadi bias
spesifikasi.
10. Tidak terjadi masalah multikolinieritas sempurna.
Page 39
III. KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
UD. Bumiaji Sejahtera merupakan usaha mikro yang bergerak dibidang
budidaya holtikultura (buah jambu kristal dan sayur organik), perusahaan ini
menggabungkan pertanian organik dengan wisata edukasi. Masalah yang terjadi
yaitu permintaan (order) hanya ada di supermarket yang ada di Surabaya, sehingga
pendapatan yang diterima perusahan terbatas. Pasar sayur Kale lebih
menguntungkan dibandingkan dengan jenis sayur lainnya, karena proses budidaya
yang dilakukan lebih mudah dan belum banyak petani yang membudidayakan, hal
ini membuat harga sayur Kale menjadi tinggi yaitu Rp 100.000 per kilo. Harga yang
tinggi akan membuat minat konsumen untuk membeli menjadi rendah, dengan
rendahnya minat beli konsumen terhadap sayur Kale, akan berdampak pada
penurunan permintaan sayur Kale yang ada pada pasar, sehingga berdampak pada
pendapatan perusahaan.
Bauran pemasaran yang ada pada perusahaan akan digunakan sebagai sarana
untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen dalam membeli. Variabel
bauran pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan adalah produk, harga, distribusi
dan promosi. Hal ini sesuai dengan elemen dalam bauran pemasaran yang terdiri
atas produk, harga, distribusi dan promosi (Kotler dan Gary, 2001). Berdasarkan
teori, analisis regresi digunakan untuk mencari variabel independen mana yang
berpengaruh terhadap variabel dependen dan untuk mengetahui peringkat (rink)
dari variabel independen yang signifikan berkontribusi terhadap perubahan nilai
variabel dependen (Yamin et al., 2011).
Page 40
26
Keterangan:
: Alur Analisis
3.2. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel produk berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian
sayur Kale organik (Brassica oleracea var. acephala).
2. Variabel harga berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian
sayur Kale organik (Brassica oleracea var. acephala).
3. Variabel distribusi berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian
sayur Kale organik (Brassica oleracea var. acephala).
4. Variabel promosi berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian
sayur Kale organik (Brassica oleracea var. acephala).
Kurang Luasnya Akses Pasar Sayur Kale Organik di UD. Bumiaji Sejahtera
Pengaruh Bauran Pemasaran
Produk (𝑥𝑖) Harga (𝑥2) Distribusi (𝑥3) Promosi (𝑥4)
Keputusan Pembelian Sayur Kale Organik
Bagan 1. Kerangka Pemikiran Tentang Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap
Keputusan Pembelian Sayur Kale Organik
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Strategi Pemasaran
Page 41
3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Definisi Operasional
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen
atau variabel bebas dan variabel dependen atau variabel terikat.
a. Variabel independen atau variabel bebas adalah bauran pemasaran (X) yang
terdiri dari produk (X1), harga (X2), distribusi (X3) dan promosi (X4).
b. Variabel dependen atau variabel terikat adalah keputusan pembelian sayur Kale
di UD. Bumiaji Sejahtera (Y).
c. Produk adalah kombinasi barang yang ditawarkan oleh UD. Bumiaji Sejahtera
seperti sayur Kale organik.
d. Kualitas produk (product quality) adalah manafaat produk dalam menjalankan
fungsinya.
e. Pemberian merek (branding) adalah nama atau simbol untuk membedakan
produk pesaing.
f. Ekuitas merek (brand equity) adalah loyalitas terhadap suatu merek, yang
berkaitan dengan kesadaran, citra, respon dan hubungan merek.
g. Pengemasan (packaging) adalah kemasan yang digunakan sebagai wadah sayur
Kale.
h. Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk
memperoleh produk sayur Kale organik.
i. Distribusi adalah aktivitas perusahaan yang mudah dijangkau oleh konsumen.
j. Promosi adalah media komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan
informasi atau isi pesan, mengenai produk yang dijual perusahaan baik melalui
media cetak, media elektronik atau dalam bentuk berita dari mulut ke mulut
(word of mouth).
2. Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan skala pengukuran likert. Menurut Sugiyono
(2005), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial. Variabel yang diukur akan
dijabarkan menjadi indikator variabel, indikator ini dijadikan sebagai titik tolak
dalam menyusun item-item instrumen yang berupa pernyataan dan pertanyaan.
Page 42
Jawaban setiap item instrumen yang digunakan dalam skala likert memiliki gradasi
berupa:
a. Kategori sangat setuju (SS) diberi skor lima
b. Kategori setuju (S) diberi skor empat
c. Kategori kurang setuju (KS) diberi skor tiga
d. Kategori tidak setuju (TS) diberi skor dua
e. Kategori sangat tidak setuju (STS) diberi skor satu
Page 43
Variabel Definisi Operasional
Variabel
Indikator Pengukuran
Produk (X1) Jumlah sayur Kale segar
yang tersedia
1. Kebutuhan
2. Kualitas
3. Ekuitas merek
4. Kemasan
5. Pengetahuan
Skala likert
Sangat setuju (SS) = Skor 5
Setuju (S) = Skor 4
Kurang setuju (KS) = Skor 3
Tidak setuju (TS) = Skor 2
Sangat tidak setuju (STS) = Skor 1
Harga (X2) Jumlah nilai yang
dikeluarkan konsumen
untuk mendapatkan
sejumlah kombinasi
barang
1. Manfaat
2. Harga
3. Pesaing
4. Kualitas
5. Diskon harga
Skala likert
Sangat setuju (SS) = Skor 5
Setuju (S) = Skor 4
Kurang setuju (KS) = Skor 3
Tidak setuju (TS) = Skor 2
Sangat tidak setuju (STS) = Skor 1
Distribusi (X3) Untuk mempermudah
dalam penyaluran
barang dari produsen ke
konsumen, seperti lokasi
atau tempat penjualan
1. Pasar modern
2. Pasar tradisional
3. Akses
4. Luas lahan budidaya
5. Lokasi pembelian
Skala likert
Sangat setuju (SS) = Skor 5
Setuju (S) = Skor 4
Kurang setuju (KS) = Skor 3
Tidak setuju (TS) = Skor 2
Sangat tidak setuju (STS) = Skor 1
Promosi (X4) Biaya yang
dikeluarkan oleh
perusahaan
1. Media cetak
2. Media elektronik
3. Berita dari mulut ke mulut
4. Periklanan
5. Penyampaian informasi atau
isi pesan
Skala likert
Sangat setuju (SS) = Skor 5
Setuju (S) = Skor 4
Kurang setuju (KS) = Skor 3
Tidak setuju (TS) = Skor 2
Sangat tidak setuju (STS) = Skor 1
Page 44
Lanjutan
Keputusan
pembelian (Y)
Keputusan konsumen
dalam membeli, serta
tindakan pasca pembelian
1. Informasi
2. Rasa suka
3. Kebutuhan
4. Tindakan sebelum membeli
5. Loyalitas konsumen
Skala likert
Sangat setuju (SS) = Skor 5
Setuju (S) = Skor 4
Kurang setuju (KS) = Skor 3
Tidak setuju (TS) = Skor 2
Sangat tidak setuju (STS) = Skor 1
Page 45
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena
ciri dari pendekatan ini adalah bersandar pada pengumpulan dan analisis data secara
kuantitatif (numerik), menggunakan strategi survei, observasi dan melaksanakan
pengujian secara statistik.
4.2. Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1. Metode Penentuan Lokasi
Teknik pengambilan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling).
Purposive sampling adalah memilih sampel secara sengaja dengan pertimbangan
khusus yang dimiliki oleh sampel. Penelitian ini dilaksanakan di UD.Bumiaji
Sejahtera Jl. Kopral Kasdi No. 36 Dusun Banaran, Desa Bumiaji, Kecamatan
Bumiaji, Kota Batu. Pemilihan lokasi penelitian tersebut berdasarkan pertimbangan
bahwa UD. Bumiaji Sejahtera merupakan: a). Sektor usaha budidaya holtikultura
yang telah menerapkan SOP (standard operating prosedure), b). Mempunyai
sertifikat sayur organik dari LeSOS (LeSOS adalah organisasi pertama di Indonesia
yang khusus memberikan sertifikat produk organik) pada tahun 2016 dan c).
Merupakan tempat wisata edukasi.
4.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian untuk memperoleh data dan informasi dilaksanakan selama
dua bulan yaitu pada bulan Maret sampai April 2017.
4.3. Teknik Penentuan Sampel
Penentuan sampel menggunkan teknik sampling non probability dengan
sampling incidental. Sampling non probability adalah sebuah teknik yang tidak
memberikan kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk dijadikan
sampel (Thoifah, 2015). Menurut Sogiyono, 2008 (dalam Thoifah, 2015)
mengemukakan bahwa sampling insidental adalah teknik penentuan sampel secara
kebetulan ditemui dan cocok sebagai sumber data. Kelemahan dari teknik ini adalah
sampel ini tidak representatif. Sampel yang tidak representatif artinya tidak dapat
dipercaya dan membuat hasil penelitian menjadi kurang akurat, jika jumlah
Page 46
populasi dalam penelitian kurang dari 100, sebaiknya seluruh anggota populasi
dijadikan sampel (Thoifah, 2015). Sedangkan keuntungan dari teknik sampling
kebetulan adalah teknik ini sangat mudah, murah dan cepat untuk dilakukan.
Menghitung besarnya anggota sampel secara umum dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu proporsi dan ketelitian estimasi. Tidak ada aturan yang tegas
mengenai berapa besarnya anggota sampel yang diisyaratkan suatu penelitian.
Usman (2009) mengemukakan bahwa tidak ada anggota sampel yang seratus persen
representatif, kecuali anggota sampelnya sama dengan anggota populasi (total
sampling). Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 50
responden, karena variabel yang dipakai peneliti terdiri dari 5 variabel (4 variabel
dependen dan 1 variabel independen) dikali dengan jumlah anggota sampel
minimal yaitu 10. Menurut Roscoe, 1982 (dalam Thoifah, 2015) mengemukakan
bahwa dalam penelitian analisis multivariate (misalnya korelasi dan regresi
berganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang
diteliti.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan waktu pengumpulannya data yang digunakan dalam penelitian
adalah data cross section dan berdasarkan sumbernya, penelitian ini menggunkan
data eksternal, yang terdiri dari data primer. Data primer adalah data yang diperoleh
secara langsung dari sumbernya, biasanya diperoleh dengan pengukuran secara
langsung melalui wawancara maupun pengisian kuesioner (Thoifah, 2015).
a. Metode survei
Metode survei (survei method) merupakan metode pengumpulan data antara
peneliti dengan responden. Teknik pengumpulan data dalam metode survei berupa
wawancara (interview) yang dilakukan dengan tatap muka dan pemberian kuesioner
yang dilakukan secara personal (personal administered questionnaire) kepada
pengunjung UD. Bumiaji Sejahtera. Kuesioner yang digunakan merupakan jenis
kuesioner tertutup, karena responden dapat memilih jawaban yang telah disediakan
oleh peneliti. Kuesioner ini berisi tentang pengaruh bauran pemasaran terhadap
keputusan pembelian sayur Kale organik yang disusun dengan menggunakan skala
likert dalam bentuk checklist (√).
Page 47
b. Metode observasi
Metode observasi (observation method) yang dilakukan dalam penelitian ini
berupa observasi langsung (direct observation), keunggulan dari metode ini adalah
biaya yang dikeluarkan relatif lebih sedikit dan hasil yang diperoleh lebih akurat.
4.4. Teknik Analisis Data
4.4.1. Analisis Kualitatif
Pendekatan kualitatif pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi variabel
bebas yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian sayur Kale organik,
keadaan yang berhubungan dengan masalah peneliti yang tidak dapat dijelaskan
secara kuantitatif, misalnya mengidentifikasi bauran pemasaran yang dilakukan
perusahaan.
4.4.2. Analisis Kuantitatif
Alat analisis yang bersifat kuantitatif merupakan alat analisis yang
menggunakan model, seperti model matematika, model statistik dan ekonometrik.
Alat analisis untuk mengetahui pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan
pembelian sayur Kale organik adalah sebagai berikut:
A. Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan instrumen
validitas isi (Content validity). Instrumen validitas isi berkaitan dengan sejauh mana
suatu skala pengukuran atau instrument mewakili keseluruhan karakteristik isi yang
sedang diukur. Faktor-faktor yang menyebabkan validitas kuesioner tidak valid
antara lain:
a. Sampel yang diambil tidak sesuai dengan kriteria sampel yang diamati.
b. Pada saat pengambilan sampel waktunya kurang tepat.
c. Pengisian jawaban diserahkan kepada bawahan (sampel), sehingga jawaban
menjadi asal-asalan.
d. Kalimat pertanyaan terlalu panjang sehingga binggung menerjemahkan kalimat
pertanyaan yang ambigous.
e. Jumlah pertanyaan dalam kuesioner terlalu banyak.
f. Sulit memahami pertanyaan, karena menggunakan istilah-istilah tidak umum.
Page 48
g. Pengaruh emosional responden atau responden dalam tekanan.
h. Responden kurang berani jujur dalam mengisi jawaban pertanyaan.
Jika hasil pengujian ditemukan item indikator yang memiliki skor lebih kecil
dari indeks validasi, maka item indikator tersebut adalah tidak valid, sehingga harus
dikeluarkan dari kuesioner (Bahri, 2014).
2. Uji Reliabilitas
Berkaitan dengan konsistensi, akurasi dan prediktabilitas suatu alat ukur.
Menurut Bahri (2014), uji reliabilitas digunakan untuk mengukur apakah alat ukur
yang digunakan cukup akurat, stabil atau konsisten dalam mengukur apa yang ingin
diukur. Koefisien reliabilitas berkisar antara 0,0 sampai 1,0 semakin kecil
reliabilitas, maka semakin besar error, koefesien reliabilitas tidak mungkin diatas
1,0 namun tetap dimungkinkan koefisien negatif (-). Sebelum kuesioner digunakan
secara luas, maka perlu dilakukan uji coba untuk mengukur reliabilitas dan validitas
dari alat ukur. Jenis reliabilitas dalam penelitian ini dengan menggunkan
paralell/alternative forms reliability, mencangkup pemberian dua bentuk
pengukuran kepada subyek yang dipandang serupa tapi tidak sama, kemudian
kedua skor hasil pengukuran tersebut dibandingkan seperti yang dilakukan pada
test-retest relibility.
B. Uji Asumsi Klasik
Analisis regresi linier berganda nantinya akan menghasilkan persamaan
regresi. Pengujian asumsi klasik ini digunakan untuk mendapatkan koefisien garis
regresi linear berganda. Pengujian asumsi klasik akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data terdistribusi normal atau
tidak. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan melihat penyebaran data (titik) pada
sumbu diagonal dari grafik normal plot. Adapun ketentuan yang didasarkan pada
kriteria uji normalitas adalah sebagai berikut:
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data penyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal, maka model tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.
Page 49
Secara grafis untuk menguji normalitas hanya berpedoman pada pengamatan
gambar. Adapun cara yang bisa digunakan untuk menguji normalitas yaitu dengan
menggunakan Uji Jarque Bera dengan menghitung Rasio Skewness dan Rasio
Kurtosis. Bila Rasio Skewness dan Rasio Kurtosis berada diantara -2 hingga +2,
maka data terdistribusi secara normal. Selain Uji Jarque Bera, Rasio Skewness dan
Rasio Kurtosis, dapat menggunakan Uji Normal P Plot, Uji C-Square, Uji
Histogram, dan Uji Kolmogorov Smirnov.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
linier antara variabel independent dalam model. Model regresi yang baik yakni
terbebas dari multikolinearitas. Menurut Yamin, et al., (2011), untuk mendeteksi
adanya gangguan multikolinieritas dapat dilakukan dengan menggunakan uji VIF
(variance inflating factor), indeks kondisi (condition index atau CI) dan TOL
(tolerance). Jika nilai VIF pada masing-masing variabel tidak lebih dari sepuluh
(<10), maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas dengan variabel bebas
lainnya. Selain menggunakan variance inflation factor para ahli ekonometrika juga
menggunakan nilai tolerance. Jika nilai tolerance lebih kecil atau sama dengan 0,1
maka disimpulkan bahwa ada masalah multikolinieritas.
a. Formula VIF dirumuskan sebagai berikut:
VIF = 1
(1−𝑅𝑗2)
atau 1
TOL𝑗
b. Formula Cl dirumuskan sebagai berikut:
CI𝑗 = √λmax
𝜆𝑗
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui konstan tidaknya varian
dari variabel gangguan atau galat pada model regresi. Model regresi yang baik
yakni terbebas dari heteroskedastisitas. Jika galatnya mempunyai ragam konstan,
maka pengujian dapat dilakukan secara grafis dan secara normal. Uji secara grafis
dapat dilihat melalui gambar scatteroplot dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk suatu pola yang teratur,
maka terjadi heteroskedastisitas.
Page 50
b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka
nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji secara formal dapat dilakukan dengan menggunakan metode uji park. Uji
park dilakukan dengan meregresikan nilai residual (Lnei2) dengan masing-masing
variabel independen (LnXn) sehingga model yang dibangun adalah:
ln(e ) = 𝛽 +𝛽1𝑙𝑛X1 + 𝛽2𝑙𝑛X2 + 𝛽3𝑙𝑛X3 + 𝛽4𝑙𝑛X4i2 + 𝑈𝑡
Ragam galat dikatakan konstan jika koefesien variabel prediktor pada model
tidak signifikan, dengan taraf signifikan lima persen (sig > 5 persen). Jika semua
koefisien dari variabel bebas tidak signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa galat
mempunyai ragam konstan atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
C. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menjawab rumusan masalah
peneliti yaitu untuk melihat bagaimana variabel dalam bauran pemasaran produk
(product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion) apakah
berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian sayur Kale organik.
Analisis regresi linier berganda merupakan analisis regresi dengan dua atau lebih
variabel bebas. Teknik analisis regresi berganda ini digunakan untuk mengetahui
besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu perubahan variabel X terhadap
variabel Y. Rumus persamaan regresi linier berganda yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Y = 𝛽0 +𝛽1X1 + 𝛽2X2 + 𝛽3X3 + 𝛽4X4+𝑒𝑡
Keterangan:
Y : Keputusan pembelian sayur Kale organik (unit/bulan)
𝛽0 : Konstanta
𝛽1, 𝛽2, 𝛽3, 𝛽4 : Koefesien regresi berganda masing-masing variabel bebas X1,
X2, X3 dan X4
X1 : Produk (product)
X2 : Harga (price)
X3 : Tempat (place)
X4 : Promosi (promotion)
et : Faktor lainnya (nilai residu)
Page 51
4.5. Pengujian Hipotesis
1. Uji F
Uji ini digunakan untuk membuktikan dan menguji hipotesis dan menjawab
dari rumusan masalah. Adapun prosedur dalam uji F dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Membuat hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut:
1). Ho: 𝛽1, 𝛽2, 𝛽3, ..., =𝛽n = 0 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara
variabel bebas (bauran pemasaran) terhadap variabel terikatnya (keputusan
pembelian) secara simultan.
2). Ha : paling tidak ada satu dari𝛽n ≠ 0 dimana n = 1,2,3,..., n artinya terdapat atau
ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas (bauran pemasaran) terhadap
variabel terikat (keputusan pembelian) secara simultan.
b. Dengan tingkat keyakinan (level of signifikan lima persen) atau α = 0,05 dan
besarnya derajat kebesaran (degree of freedom) df yang ditentukan oleh
numerator (k-1) dan df untuk denominator (n-k) akan diperoleh nilai Ftabel.
c. Keputusan menolak atau gagal menolak Ho sebagai berikut:
1) Bila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak.
2) Bila Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima.
2. Uji T
Uji T digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas
(bauran pemasaran) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat
(keputusan pembelian). Berikut ini merupakan tahap dalam uji T adalah sebagai
berikut:
a. Membuat hipotesis
Ho : 𝛽i = 0
Ha : 𝛽i ≠ 0
b. Dengan tingkat keyakinan (level of signifikan lima persen) atau α = 0,05 dan
besarnya derajat kebebasan (degree of freedom) df = n-k akan diperoleh nilai
Ftabel.
c. Keputusan menolak atau gagal menolak Ho sebagai berikut:
1) Bila thitung > ttabel maka Ho ditolak artinya secara parsial variabel bebas (bauran
pemasaran) akan mempengaruhi variabel terikatnya (keputusan pembelian).
Page 52
2) Bila thitung < ttabel maka Ho diterima secara parsial variabel bebas (bauran
pemasaran) tidak mempengaruhi variabel terikatnya (keputusan pembelian).
3. Analisis koefisien determinasi (R2)
Model regresi linier berganda akan diketahui besarnya kontribusi untuk
variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat dengan melihat
besarnya total koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi (R2) berfungsi
untuk mengukur tingkat ketepatan yang paling baik dari analisis regresi, jika R2
yang diperoleh mendekati satu maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut
menerangkan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika R2
semakin mendekati nol maka semakin lemah pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat.
Page 53
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1. Profil UD. Bumiaji Sejahtera
UD. Bumiaji Sejahtera merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dalam bidang agribisnis tanaman holtikultura buah dan sayur. Perusahaan ini mulai
beroperasi pada tahun 2006 dengan komoditas unggulan yaitu buah jambu kristal.
UD.Bumiaji Sejahtera resmi menjadi salah satu badan usaha pertanian yang
menerapkan konsep integrated farming for sustainable pada tanggal 21 April 2012.
Konsep ini menjadi dasar perusahaan dalam mengembangkan usaha barunya yaitu
sayur Kale organik. Bermula pada kesuksesan budidaya buah jambu kristal
UD.Bumiaji Sejahtera mencoba untuk membudidayakan benih sayur Kale yang
diperoleh dari buah cendramata mahasiswi dari London yang bernama James
Cameron pada tahun 2014.
5.1.2. Visi dan Misi UD. Bumiaji Sejahtera
Visi adalah sebagai berikut:
a. Menjadikan Bumiaji sebagai sentra agritorium Kota Wisata Batu.
b. Menjadikan Bumiaji sebagai senta industri makanan olehan Kota Wisata Batu.
Misi adalah sebagai berikut:
a. Menciptakan sumberdaya manusia jujur, kreatif, inovatif, dan berjiwa
entrepreneur.
b. Mengeksploitasi potensi pariwisata dan ekonomi kreatif berbasisi pemberdayaan
masyarakat.
Page 54
5.1.3. Struktur Organisasi UD. Bumiaji Sejahtera
Sumber: Data Sekunder (2017)
a. Pemilik (owner), bertugas untuk memutuskan, menentukan peraturan dan
kebijakan dalam perusahaan.
b. Sub bagian SDM (Sumber Daya Manusia) dan HRD (Human Resource
Departement), bertugas menjadi penghubung antara manajemen dan karyawan,
serta merekrut karyawan atau pegawai untuk posisi yang dibutuhkan oleh
perusahaan.
c. Manajer keuangan, bertugas merencanakan, mengatur dan mengontrol arus kas
perusahaan.
d. Manajer pemasaran, bertugas melakukan identifikasi dan meramalkan peluang
pasar.
e. Manajer produksi, bertugas merencanakan dan mengawasi jadwal produksi.
f. Kepala kebun buah dan sayur, bertugas merencanakan kerja harian.
g. Karyawan atau pekerja, bertugas melaksanakan kegiatan yang telah di
intruksikan oleh atasan (kepala kebun).
Pemilik (Owner)
Sub Bagian SDM dan HRD Manajer Keuangan
Manajer Pemasaran Manajer Produksi
Produk olahan Produk Segar Kepala Kebun Buah dan Sayur
Pekerja Pekerja Pekerja
Bagan 1. Struktur Organisasi
Page 55
5.1.4. Proses Budidaya Sayur Kale
Alur dalam proses budidaya sayur Kale adalah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan dan pengolahan lahan
Tahap persiapan diawali dengan menyiapkan lahan budidaya dan alat-alat
pertanian (alsintan) seperti: mesin bajak, sabit dan cangkul. Tahap selanjutnya yaitu
pengolahan lahan, salah satu tujuan dari pengolahan lahan yaitu untuk
mempermudah dalam membuat bedengan. Setelah bedengan jadi, maka dilakukan
penambahan pupuk kandang dan bakteri EM4 (effective microorganisme).
2. Tahap pembenihan
Tahap pembenihan dimulai dengan merendam benih dengan air hangat dan
dibiarkan selama enam jam, kegiatan ini bertujuan untuk menghentikan masa
istirahat (dormansi) benih. Media yang digunakan pada tahap pembenihan yaitu
cocopeat. Satu plastik media cocopeat berukuran 5 x 3 cm berisi satu benih Kale.
3. Tahap persemaian
Tahap persemaian dimulai ketika benih sudah berumur satu bulan yang
dicirikan dengan tinggi tanaman sekitar 10-13 cm. Setelah tujuh hari setelah tanam
dapat diberikan pupuk pertama berupa pupuk kandang. Pengaplikasikan pupuk
kandang selanjutnya dilakukan setiap dua minggu sekali.
4. Tahap perawatan
Tahap perawatan terdiri dari penyiraman, pemberian pestisida nabati,
pembubunan, penyiangan gulma dan pengendalian OPT (organisme pengganggu
tanaman). Penyiraman dilakukan setiap hari (tergantung pada kebutuhan tanaman).
Pemberian pestisida nabati ketika tanaman sudah berumur sepuluh hari, dengan
perbandingan 3:1. Pembubunan dilakukan ketika akar tanaman mulai terlihat,
tujuan dilakukan pembubunan adalah agar batang sayur Kale tidak mudah rebah.
Penyiangan gulma dilakukan ketika ada tanaman liar yang tumbuh di lahan
budidaya. Agen hayati yang digunakan dalam mengendalikan serangan hama dan
penyakit tanaman yaitu jamur Entomopatogenik beauveria bassiana,
Entomopatogenik metarhizium sp. serta larutan PGPR (plant growing promoting
rhizobacteria)
Page 56
5. Tahap panen dan pasca panen
Bagian sayur Kale yang dipanen adalah daun, dengan kriteria untuk kategori
a). Baby Kale (pucuk daun yang berwarna hijau muda), b). Daun Kale biasa (daun
terdapat pada bagian tengah batang), c). BS (barang sortiran) yaitu kondisi daun
dengan kriteria batang daun keras dan warna daun hijau tua). Tahap pasca panen
yang dilakukan yaitu: a). Mencuci daun Kale menggunakan air bersih, b).
Penyortiran daun, c). Melapisi batang daun dengan 2-3 helai tisu, d). Pacaking
dengan plastik bening dan pemberian label, e). Pengiriman dan pengangkutan
dengan menggunakan transportasi darat.
5.1.5. Persepsi Produsen terhadap Bauran Pemasaran
1. Produk
Produk yang dijual oleh perusahaan, selain buah jambu kristal adalah sayur
Kale organik. UD. Bumiaji Sejahtera menjual sayur Kale tidak hanya dalam bentuk
segar, melainkan juga dalam bentuk olahan, seperti Kale powder yang dijual dengan
harga Rp 50.000 per botol dengan berat bersih 55 gram. Sedangkan bentuk sayur
Kale segar dijual dengan harga Rp 100.000 per kilo gram. Permintaan produk sayur
Kale baik dalam bentuk sayur segar, maupun bentuk olahan berada di Surabaya
dengan jadwal pengiriman yang dilakukan dua kali dalam seminggu.
2. Harga
Harga jumlah yang diminta mempunyai hubungan negatif (negative slope).
Apabila harga relatif tinggi, maka jumlah yang dibeli akan sedikit. Hubungan ini
disebut “The law of demand”.
3. Distribusi
Alur dalam pendistribusian yang dilakukan perusahaan selama ini tidak yaitu
mulai dari produsen, pengecer dan konsumen. Pendistribusian ini dilakukan secara
langsung oleh pemilik ke konsumen.
4. Promosi
Promosi yang dilakukan UD. Bumiaji Sejahtera dengan melalui media cetak
dan media elektronik. Media cetak seperti koran dan majalah, sedangkan media
sosial yang digunakan, seperti instagram, path, facebook, youtube dan lain
sebagainya.
Page 57
5.2. Hasil dan Pembahasan
5.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden
5.2.1.1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Secara demografik karakteristik responden yang dijadikan sebagai sampel
dalam penelitian digolongkan berdasarkan jenis kelamin, usia dan pekerjaan,
dengan karakteristik sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frekuensi Persentase (%)
Valid Laki-laki
Perempuan
Total
18
32
50
36,0
64,0
100,0
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Dari Tabel 4 . Diketahui bahwa pengambilan keputusan pembelian sayur Kale
organik merupakan responden dengan jenis kelamin perempuan yang paling
dominan dengan tingkat presentase sebesar 64 persen, sedangkan responden yang
berjenis kelamin laki-laki memiliki tingkat presentase yang lebih rendah yaitu
sebesar 36 persen.
5.2.1.2. Karakteristik Responden berdasarkan Usia
Usia merupakan faktor sosial yang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
seseorang. Berikut merupakan karakteristik responden dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Frekuensi Persentase (%)
Valid < 20 tahun
20 - 25 tahun
26 - 30 tahun
31 - 35 tahun
> 35 tahun
Total
10
24
5
3
8
50
20,0
48,0
10,0
6,0
16,0
100,0
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 5. Keputusan pembelian sayur
Kale organik didominasi oleh konsumen yang berusia 20-25 dengan presentase
sebesar 48 persen, selanjutnya konsumen yang berusia dibawah 20 tahun dengan
tingkat presentase sebesar 20 persen, usia lebih dari 35 tahun mempunyai tingkat
presentase sebesar 16 persen, usia 26-30 dengan tingkat presentase sebesar 10
Page 58
persen, dan presentase yang paling rendah adalah konsumen yang telah berusia 31-
35 tahun dengan presentase sebesar 6 persen.
5.2.1.3. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan
Tabel 3. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan
Frekuensi Persentase (%)
Valid Siswa dan Siswi
Mahasiswa dan Mahasiswi
Pegawai Negeri
Pegawai Swasta
Lainnya
Total
7
23
3
7
10
50
14,0
46,0
6,0
14,0
20,0
100,0
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 6. Diketahui bahwa presentase
tertinggi terhadap keputusan pembelian sayur kale didominasi oleh konsumen yang
berprofesi sebagai mahasiswa dan mahasiswi dengan tingkat presentase sebesar 46
persen, 20 persennya diikuti dengan profesi lainnya, sedangkan siswa dan siswi
memiliki tingkat presentase sebesar 14 persen, pegawai swasta memiliki presentase
sebesar 14 persen dan profesi dengan presentase terendah diperoleh konsumen yang
berprofesi sebagai pegawai negeri yaitu sebesar 6 persen.
5.2.2. Hasil Uji Instrumen
5.2.2.1. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan
benar-benar mengukur apa yang akan diukur. Berdasarkan uji validitas kuesioner
diperoleh hasil sebagai berikut:
Page 59
Tabel 4. Uji Validitas Kuisioner
Variabel Indikator Nilai Pearson Correlation Keterangan
Produk (X1) 1 0,418 Valid
2 0,575 Valid
3 0,350 Valid
4 0,255 Tidak Valid
5 0,541 Valid
Harga (X2) 6 0,613 Valid
7 0,575 Valid
8 0,410 Valid
9 0,493 Valid
10 0,342 Valid
Distribusi (X3) 11 0,505 Valid
12 0,288 Valid
13 0,472 Valid
14 0,396 Valid
15 0,517 Valid
Promosi (X4) 16 0,518 Valid
17 0,428 Valid
18 0,434 Valid
19 0,572 Valid
20 0,378 Valid
Keputusan
Pembelian (Y)
21 0,620 Valid
22 0,437 Valid
23 0,512 Valid
24 0,541 Valid
25 0,456 Valid
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner pada Tabel 7. Diketahui bahwa
dari tabel korelasi Lampiran 5. Pada kolom total untuk variabel bauran pemasaran
(X) dan variabel keputusan pembelian (Y) menunjukkan bahwa dari 25 item
indikator pertanyaan yang di uji, terdapat 24 item indikator pertanyaan yang valid
(yaitu pada point P1, P2, P3, P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P12, P13, P14, P15,
P16, P17, P18, P19, P20, P21, P22, P23, P24 dan P25) dan 1 item indikator
pertanyaan yang tidak valid (yaitu pada point P4), karena nilai dari rhitung lebih
besar jika dibandingkan dengan rtabel atau nilai dari pearson correlation lebih kecil
dari 0,279.
5.2.2.2. Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas menunjukkan apakah instrumen yang digunakan dapat
konsisten memberikan hasil ukur yang sama tentang suatu yang diukur.
Page 60
Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan, pada Tabel 8. Diketahui bahwa
pada uji instrumen reliabilitas semua variabel dinyatakan reliabel dan nilai dari uji
statistik cronbach’s alpha pada Lampiran 5a. Sebesar 0,728, artinya jika koefisien
dari cronbach’s alpha berkisar antara 0,70-0,89, maka data tersebut memiliki
hubungan yang sangat kuat.
Tabel 5. Uji Reliabilitas Kuesioner
Cronbach’s Alpha ,728
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
5.2.3. Pengujian Asumsi Klasik
Asumsi ini digunakan sebagai batasan dalam mengetahui apakah model yang
digunakan dalam peneliti layak secara statistik.
5.2.3.1. Uji Normalitas
Berdasarkan Tabel 9. Diketahui bahwa nilai rasio skewness = 0,033/0,337 = 0,097
dan nilai dari rasio kurtosis = 0,290/0,662 = 0,438, karena nilai rasio dari skewness
dan rasio kurtosis berada diantara -2 hingga +2, maka dapat disimpulkan bahwa
data tersebut terdistribusi normal. Sedangkan uji normalitas dengan menggunakan
uji Kolmograv-Smirnov pada Lampiran 6a. Diketahui bahwa nilai dari Kolmograv-
Smirnov Z sebesar 0,499 dan Asymp.Sig sebesar 0,965, maka dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal, karena nilai dari Kolmograv-Smirnov Z
> dari 0.05. Berdasarkan hasil pada Lampiran 7. Diketahui bahwa perhitungan
koefisien keruncingan (Kurtosis) (α4) > 3, maka distribusinya adalah leptokurtic,
Berdasarkan penelitian Thoifah (2015), Kemencengan (Skewness) adalah tingkat
ketidaksimetrisan dari sebuah distribusi. Apabila suatu distribusi memiliki bentuk
simetris, maka: X = Md = Mod dan jika distribusi tersebut tidak simetris, maka: X
≠ Md ≠ Mod. untuk mengetahui konsentrasi distribusi kearah kanan atau kiri, dapat
menggunakan koefisien kemencengan pearson (coeficient skewness pearson).
Apabila distribusi data menjulur ke kiri, maka 𝑆𝑘 bernilai negatif, dan apabila
menjulur ke kanan, maka 𝑆𝑘 bernilai positif.
𝑆𝑘 = 3(𝑚𝑒𝑎𝑛−𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛)
𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖
Keruncingan (Kurtosis) adalah ukuran ketinggian puncak distribusi
(Thoifah, 2015). Berdasarkan hasil pada Lampiran 7. Diketahui bahwa perhitungan
koefisien keruncingan diperoleh distribusi leptokurtik, karena berdasarkan
Page 61
penelitian Thoifah (2015) menyatakan jika nilai dari perhitungan koefisien
keruncingan (α4) > 3, maka distribusinya adalah leptokurtic, (α4) = 3, maka
distribusinya mesokurtic, dan (α4) < 3, maka distribusinya adalah platykurtic.
Menurut Sukestiyarno (2013), rumus dalam perhitungan koefisien determinasi
adalah sebagai berikut:
𝑅2 = ∑(ŷ𝑖−ŷ)2
∑(𝑦𝑖−ȳ)2
Dimana ŷ = a + bx, y merupakan variabel dependen dan ȳ merupakan rataan hitung
variabel y.
Tabel 6. Uji Normalitas
Skewness Kurtosis
Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Unstandardized Residual ,033 ,337 ,290 ,662
Valid N (listwise)
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
5.2.3.2. Uji Multikolinieritas
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 10. Diketahui bahwa nilai VIF pada
variabel produk sebesar 1,373, harga sebesar 1,488, distribusi sebesar 1,204 dan
promosi sebesar 1,417 nilai variabel bebas tersebut < 10, artinya model ini tidak
memiliki gejala multikolinieritas. Sedangkan nilai indeks kondisi sebesar 28,508
artinya dapat dikatakan tidak terdapat masalah multikolinieritas. Berdasarkan nilai
ρ value pada variabel produk sebesar (0,003) harga (0,114) distribusi (0,008) dan
promosi (0,378) jika nilai dari ρ value pada variabel tersebut < 0,05 artinya dapat
dikatakan bahwa variabel produk, harga, distribusi dan promosi berpengaruh
terhadap keputusan pembelian sayur Kale organik.
Page 62
Tabel 7. Uji Multikolinieritas
Model Collinearity Statistics Condition Index
Tolerance VIF
X1 ,728 1,373 1,000
X2 ,672 1,488 16,192
X3 ,831 1,204 18,730
X4 ,706 1,417 22,310
28,508
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
5.2.3.3. Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil output scatterplot pada Lampiran 7. Diketahui bahwa titik-
titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak dapat terjadi masalah heteroskedastisitas. Jika dilihat
berdasarkan uji heteroskedastisitas dengan metode Glesjer pada Lampiran 6c. Nilai
signifikansi 0,052 ada pada variabel produk, 0,895 pada variabel harga, 0,370 pada
variabel distribusi dan 0,974 pada variabel promosi. Nilai variabel tersebut akan
dibandingkan dengan nilai sig (signifikansi). Jika nilai dari variabel produk, harga,
distribusi dan promosi lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
tersebut tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
5.2.4. Pengujian Hipotesis
1. Uji F
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 2. Nilai Fhitung sebesar 5,954,
sedangkan nilai dari Ftabel sebesar 4,45 pada taraf signifikansi 95 persen, karena nilai
dari Fhitung > dari Ftabel, maka H0 ditolak, dan H1 diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa keputusan pembelian sayur Kale organik secara signifikan
dipengaruhi oleh variabel produk, harga, distribusi dan promosi.
Tabel 8. Uji F
Model Sum of Square df Mean Square F Sig.
1 Regression 158,684 4 39,671 5,954 ,001a
Residual 299,816 45 6,663
Total 458,500 49
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Page 63
2. Uji t
Berdasarkan output regresi hasil uji t pada Tabel 3. Diketahui pada tingkat
kepercayaan sebesar α = 0,05 atau 5 persen, nilai thitung 3,196 pada variabel produk
lebih besar dari ttabel, sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Nilai thitung 1,610 pada
variabel harga lebih kecil dari dari ttabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Nilai thitung
2,757 pada variabel distribusi lebih besar dari dari ttabel, maka Ho ditolak dan H1
diterima. Nilai thitung 0,891 pada variabel promosi lebih besar dari dari ttabel, maka
Ho ditolak dan H1 diterima. Thoifah (2015), mengemukakan bahwa uji t digunakan
untuk menguji rata-rata populasi yang sama atau berbeda secara signifikan.
Tabel 9. Uji t
Model T Sig
X1 3,196 ,003
X2 -1,610 ,114
X3 2,757 ,008
X4 ,891 ,378
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
5.2.5. Analisis Hasil dan Interpretasi
5.2.5.1. Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 10. Output Regresi Linier Berganda
Model Unstandardized
coefficients
Standardized
coefficients
t Sig
B Std. Error
Constant 2,207 3,779 ,584 ,562
X1 ,571 ,179 ,451 3,196 ,003
X2 -,230 ,143 -,237 -1,610 ,114
X3 ,402 ,146 ,365 2,757 ,008
X4 ,147 ,165 ,128 ,891 ,378
R ,588a
RSquare ,346
Adjs. R
Square
,288
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Model yang digunakan untuk menduga model tersebut adalah:
Y = 𝛽0 + 𝛽1X1 + 𝛽2X2 + 𝛽3X3+ 𝛽 4X4 + et
Berdasarkan output regresi pada Tabel 11, maka persamaan regresi linier
berganda adalah sebagai berikut:
Y = 2,207 + 0,571X1 + (-0,230)X2 + 0,402X3 + 0,147X4
Page 64
Berdasarkan model diatas, nilai estimasi keputusan pembelian akan
meningkat 2,207 kali sebelum atau sesudah adanya faktor eksternal yaitu berupa
bauran pemasaran (produk, harga, distribusi dan promosi). Dengan interpretasi
sebagai berikut:
1. a = 2,207
a merupakan nlai constanta, adalah nilai estimasi dari keputusan pembelian
(Y). Keputusan konsumen dalam membeli sayur Kale organik akan meningkat
sebesar 2,207 kali sebelum atau sesudah adanya faktor eksternal yaitu berupa
bauran pemasaran (produk, harga, distribusi dan promosi).
2. b1 = 0,571
Nilai parameter dari koefisien regresi ini menunjukkan bahwa dalam setiap
variabel produk akan meningkat 1 kali, maka keputusan konsumen untuk membeli
sayur Kale organik akan meningkat sebesar 0,571 kali dengan asumsi bahwa
variabel yang lain diangap tetap. Jika koefesien bernilai positif, maka terjadi
hubungan positif antara variabel produk dengan keputusan pembelian. Semakin
besar nilai variabel produk, maka akan semakin tinggi keputusan dalam
pembeliannya.
3. b2 = -0,230
Nilai parameter dari koefisien regresi ini menunjukkan bahwa dalam setiap
variabel harga akan meningkat 1 kali, maka keputusan konsumen untuk membeli
sayur Kale organik akan menurun sebesar -0,230 kali dengan asumsi bahwa
variabel yang lain diangap tetap. Jika koefesien bernilai negatif, maka terjadi
hubungan negatif antara variabel harga dengan keputusan pembelian. Semakin
besar nilai variabel harga, maka akan semakin rendah keputusan dalam
pembeliannya.
4. b3 = 0,402
Nilai parameter dari koefisien regresi ini menunjukkan bahwa dalam setiap
variabel distribusi akan meningkat 1 kali, maka keputusan konsumen untuk
membeli sayur Kale organik akan meningkat sebesar 0,571 kali dengan asumsi
bahwa variabel yang lain diangap tetap. Jika koefesien bernilai positif, maka terjadi
hubungan positif antara variabel distribusi dengan keputusan pembelian. Semakin
Page 65
besar nilai variabel distribusi, maka akan semakin tinggi keputusan dalam
pembeliannya.
5. b4 = 0,147
Nilai parameter dari koefisien regresi ini menunjukkan bahwa dalam setiap
variabel promosi akan meningkat 1 kali, maka keputusan konsumen untuk membeli
sayur Kale organik akan meningkat sebesar 0,147 kali dengan asumsi bahwa
variabel yang lain diangap tetap. Jika koefesien bernilai positif, maka terjadi
hubungan positif antara variabel promosi dengan keputusan pembelian. Semakin
besar nilai variabel distribusi, maka akan semakin tinggi keputusan dalam
pembeliannya.
5.2.5.2. Analisis Koefesien Determinasi (R2)
Analisis koefisien determinasi digunakan untuk menghitung besarnya nilai
presentase dari variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Nilai R2
sebesar 34,6 persen artinya keputusan pembelian sayur Kale organik dipengaruhi
oleh 4 variabel bebas yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi. Sisanya
dipengaruhi variabel lain diluar model yaitu sebesar 65,4 persen (Lampiran 7).
5.2.6. Implementasi terhadap Bauran Pemasaran
5.2.6.1. Implementasi terhadap Strategi Produk
Produk adalah objek yang sangat vital yang mempengaruhi keberhasilan
perusahaan dalam mendatangkan tingkat keuntungan atau laba. Secara luas, produk
merupakan segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan.
5.2.6.2. Implementasi terhadap Strategi Harga
Penetapan harga menjadi hal yang penting dan akan mempengaruhi tingkat
penjualan yang ditawarkan oleh perusahaan. Penetapan harga membutuhkan
strategi pemasaran yang matang agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Penetapan harga yang murah belum tentu menjadi solusi yang tepat, yang
diperlukan oleh perusahaan adalah penetapan harga yang cerdas, sehingga dapat
membantu meningkatkan penjualan. Strategi penetapan harga dapat dilakukan
dengan menganalisis keunggulan dan kekurangan dari produk yang dimiliki.
Page 66
Penetapan harga juga dapat dianalisis dengan melihat persaingan dan seberapa
besar produk yang akan dicari.
5.2.6.3. Implementasi terhadap Strategi Distribusi
Distribusi merupakan bagian yang vital dalam strategi pemasaran. Pemilihan
strategi dengan tepat akan membantu produk sampai ke konsumen dengan harga
yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Saluran distribusi dapat membantu
perusahaan dalam menganalisis kendala yang terjadi di lapang, sehingga dapat
diambil kebijakan yang tepat untuk memecahkan masalah yang ada di perusahaan
sehingga distribusi dapat berjalan dengan baik.
5.2.6.4. Implementasi terhadap Strategi Promosi
Kegiatan promosi merupakan salah satu komponen yang menjadi prioritas
dari kegiatan pemasaran, dengan adanya promosi maka konsumen akan
mengetahui bahwa perusahaan telah menciptakan produk baru yang akan
mennarik konsumen untuk melakukan kegiatan pembelian.
Page 67
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Pelaksanaan bauran pemasaran yang telah diterapkan di UD. Bumiaji Sejahtera
adalah:
a. Produk yang dijual merupakan produk baru dengan pengemasan (packaging)
yang menarik, serta pemberian merek (branding) oleh-oleh sehat wisata Bumiaji
dan pemberian label organik sebagai atribut produk.
b. Harga yang ditawarkan sangat terjangkau yaitu sebesar Rp 100.000 per kilo.
c. Jangkauan distribusi mudah, karena produk ini tergolong sebagai komoditas
baru yang bisa dibudidayakan di Indonesia, khususnya di Desa Bumiaji.
d. Promosi yang dilakukan melalui penjualan secara personal menjadi salah satu
cara produsen dalam mempromosikan atau memperkenalkan produk kepada
konsumen, kegiatan ini digunakan perusahaan dalam mencari celah untuk
memenagkan pangsa pasar.
2. Berdasarkan hasil nilai dari uji t, maka variabel yang berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pembelian sayur Kale organik (Brassica oleracea
var. acphala) di UD. Bumiaji Sejahtera adalah produk dan distribusi. Variabel
produk berpengaruh secara signifikan karena produk yang ditawarkan adalah
produk baru dan produk Kale dinilai sebagai sayur sehat (superfood). Variabel
distribusi berpengaruh secara signifikan karena tempat lokasi tersebut mudah
dijangkau dan tempat lokasi budidaya tersebut dekat dengan Kota Batu.
Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan adalah harga,
karena berdasarkan dari 50 responden yang ditemui di lokasi penelitian, maka
tingkat frekuensi tertinggi ada pada responden yang berprofesi sebagai
mahasiswa dan mahasiswi yaitu berjumlah 23 responden yang memiliki tingkat
presentase lebih besar yaitu sebesar 46 persen untuk tidak membeli, karena
banyak konsumen yang lebih memilih untuk membeli produk lain, dikarenakan
harga yang ditawarkan produk ini tidak terjangkau bagi kalangan mahasiswa-
mahasiswi atau pelajar. Pada variabel promosi nilai 0,891 menunjukkan bahwa
variabel tersebut berpengaruh terhadap keputusan pembelian tetapi tidak
signifikan, karena kebanyakan pengunjung yang datang merupakan pengunjung
wisata petik jambu kristal.
Page 68
6.2. Saran
Dilihat dari 4P (produk, harga, distribusi dan promosi) maka saran yang
penulis berikan terkait dalam penelitian ini adalah perlu ada penelitian lebih lanjut
mengenai pengaruh bauran pemasaran dengan menggunakan metode yang berbeda,
seperti metode SEM (structural equation modeling), selain itu terkait perbaikan dari
variabel harga dan promosi, maka perusahaan perlu melakukan penurunan harga
sayur Kale dan memilih promosi yang efektif, sehingga harapan untuk kedepannya
dapat meningkatkan volume penjualan.
Page 69
DAFTAR PUSTAKA
Ariefianto, Moch Doddy. 2012. Ekonometrika Esensi dan Aplikasi dengan
Menggunakan Eviews. Gelora Aksara Pratama. Jakarta.
Arifin, Roni. 2016. Bisnis Hidroponik Ala Roni Kebun Sayur. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Bahri, Syamsul dan Fahkry Zamzam. 2014. Model Penelitian Kuantitatif Berbasis
SEM-AMOS. Deepublish. Yogyakarta.
Effendi, Nury dan Maman Setiawan. 2014. Ekonometrika Pendekatan Teori dan
Penerapan. Salemba Empat. Jakarta.
Fuad, M. et al,. 2006. Pengantar Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hamdi, Asep Saepul dan E. Bahruddin. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif
Aplikasi dalam Pendidikan. Deepublish. Yogyakarta.
Hartanto, Windy. 2015. Rainbow After Cancer. Kawan Pustaka. Jakarta.
Hermawan, Agus. 2012. Komunikasi Pemasaran. Erlangga. Jakarta.
Istijanto. 2007. 63 Kasus Pemasaran Terkini Indonesia Membedakan Strategi dan
Takstik Pemasaran Baru. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Jones, Kevin Lance. 2008. Introduction To Consumer Behavior. New York
University. New York City.
Joseph, James A., Daniel A. Nadeau dan Anne Underwood. 2008. Diet Sehat
dengan Kode Warna Makanan. Hikmah. Jakarta.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2001. Prinsip-Rinsip Pemasaran Edisi
Kedelapan Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
. 2001. Prinsip-Rinsip Pemasaran Edisi Kedelapan Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Kurniawati, Anis. 2015. Pengaruh bauran Pemasaran terhadap keputusan
pembelian jamur tiram putih studi kasus di CV. Prima Investama Pakisaji,
Kabupaten Malang. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Safitri, Riska Ahada. 2006. Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen Tanaman Hias Adenium pada PT. Godang Ijo Asri
Nursery Sawangan Kota Depok Jawa Barat. Skripsi Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Page 70
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2013. Perilaku Konsumen. Andi Offset.
Yogyakarta.
Simamora, Bilson. 2003. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan
Profitabel. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Soedarmo, Hartono. 2006. Menjadi Kaya dengan UKM Otomotif Roda Dua. Kawan
Pustaka. Jakarta.
Soegoto, Eddy Soeryanto. 2008. Marketing Research The Smart Way to Selve a
Problem. Elex Media Komputindo. Bandung.
. 2010. Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung. Elex Media Komputindo.
Jakarta.
Sumodiningrat, Gunawan. 1994. Pengantar Ekonometrika. BPFE. Yogyakarta.
Sukestiyarno. 2013. Statistika Dasar. Andi Offset. Yogyakarta.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung.
. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Supriyatna, Yoppi Iskandar dan R. Maya Febriyanti. 2014. Seri Herbal Medik
Suplemen Herbal dan Makanan Super. Deepublish. Yogyakarta.
Suryani, Tatik. 2013. Perilaku Konsumen di Era Internet. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Remaja
Rosdakarya. Jakarta.
Sutojo, Siswanto. 1988. Kerangka Dasar Manajemen Pemasaran. Pustaka
Binaman Pressindo. Jakarta.
Thoifah, I’anatut. 2015. Statistika Pendidikan dan Metode Penelitian Kuantitatif.
Madani Media. Malang.
Tjiptono, Fandy., Gregorius Chandra dan Dadi Adriana. 2008. Pemasaran Stategik.
Andi Offset. Yogyakarta.
Trisnaningsih, Lumindi Roro. 2013. Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap
Keputusan Pembelian Pupuk Organik Studi Kasus di PT. Pertanian (Persero)
cabang Malang. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Umar, Husein. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Page 71
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2009. Metode Penelitian Sosial.
Bumi Aksara. Jakarta.
Yamin, Sofyan., Lien A. Rachmach dan Heri Kurniawan. 2011. Regresi dan
Korelasi dalam Genggaman Anda. Selemba Empat. Jakarta.
Widjajanta, Bambang., Aristanti Widyaningsih dan Heraeni Tanuetmodjo. 2007.
Mengasah Kemampuan Ekonomi. Citra praya. Bandung.
Zaharuddin, Harmaizar. 2006. Menggali Potensi Wirausaha. Dian Anugerah
Prakasa. Bekasi.
Zikmund, William G dan Barry J. Babin. 2011. Menjelajahi Riset Pemasaran
Exploring Marketing Research. Selemba. Jakarta.