PENGARUH ALOKASI PAJAK ANTAR PERIODE BERDASARKAN PSAK NO.46 TERHADAP KOEFISIEN RESPON LABA AKUNTANSI FESTY VITA SEPTYANA DIDIK ARDIYANTO ABSTRACT The phenomenon about tax allocation is interesting topic to be examined because the implementation have some restricted rules. Aim of this research was to examine the changes of price bigger than after implementation of PSAK No. 46, to examine the tax allocation over period based on PSAK No. 46 have negative affect towards ERC, and to examine ERC which company did not reported deferred taxes was not the same as company reported deferred taxes. This research used 357 samples of company listed in BEI on period 1995- 2002. The measured by linear regression with SPSS program. In collection data, this research analyzed secondary data obtained from ICMD (Indonesia Capital Market Directory) and Indonesian Stock Exchange. Analysis result showed that : (1) The changes of price bigger than after implementation of PSAK No. 46. (2) Tax allocation over period based on PSAK No. 46 have negative affect towards ERC. (3) ERC which company did not reported deferred taxes was not the same as company reported deferred taxes. Keywords: PSAK No. 46, ERC, tax allocation.
31
Embed
PENGARUH ALOKASI PAJAK ANTAR PERIODE BERDASARKAN PSAK …eprints.undip.ac.id/26549/1/JURNAL.pdf · (tahun 1999-2002) lebih besar daripada periode sebelumnya (tahun 1997-1998). ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH ALOKASI PAJAK ANTAR PERIODE
BERDASARKAN PSAK NO.46 TERHADAP
KOEFISIEN RESPON LABA AKUNTANSI
FESTY VITA SEPTYANA
DIDIK ARDIYANTO
ABSTRACT
The phenomenon about tax allocation is interesting topic to be examined
because the implementation have some restricted rules. Aim of this research was
to examine the changes of price bigger than after implementation of PSAK No.
46, to examine the tax allocation over period based on PSAK No. 46 have
negative affect towards ERC, and to examine ERC which company did not
reported deferred taxes was not the same as company reported deferred taxes.
This research used 357 samples of company listed in BEI on period 1995-
2002. The measured by linear regression with SPSS program. In collection data,
this research analyzed secondary data obtained from ICMD (Indonesia Capital
Market Directory) and Indonesian Stock Exchange.
Analysis result showed that : (1) The changes of price bigger than after
implementation of PSAK No. 46. (2) Tax allocation over period based on PSAK
No. 46 have negative affect towards ERC. (3) ERC which company did not
reported deferred taxes was not the same as company reported deferred taxes.
Keywords: PSAK No. 46, ERC, tax allocation.
PENDAHULUAN
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam keputusan
ekonomi. Di dalam laporan keuangan, salah satu informasi pentingnya adalah
laporan mengenai laba rugi perusahaan. Hal ini merupakan fokus utama
ketertarikan investor terhadap perusahaan. Laba dinilai penting karena merupakan
refleksi dari kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola sumber daya
yang ada.
Terdapat banyak penelitian tentang kualitas laba akuntansi. Diawali
dengan Ball dan Brown (1968), riset empiris yang menguji hubungan laba
akuntansi dan return saham mulai berkembang dan terus berlangsung hingga saat
ini. Karya mereka ini dianggap sebagai tonggak awal penelitian empiris akuntansi
berbasis pasar modal yang membawa dampak besar bagi perkembangan ilmu
akuntansi terutama bagi para peneliti yang tertarik mempelajari hubungan
variabel-variabel akuntansi dan penilaian perusahan (firm valuation).
Pada tahun 1980-an, fokus riset akuntansi tentang penelitian laba-return
mulai beralih dari sekedar pengujian kandungan informasi laporan keuangan ke
pengujian kekuatan hubungan antara laba akuntansi dan return saham serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya (Cho dan Jung, 1991 seperti dikutip dari Butar-
Butar, 2004). Para peneliti ingin mengetahui seberapa sensitif harga saham
terhadap perubahan laba dan apakah tingkat sensitivitas ini berbeda antar
perusahaan. Penelitian dengan jenis ini dikenal dengan penelitian Earnings
Response Coefficients atau ERC (koefisien slope hasil regresi return terhadap
laba). (Butar-butar, 2004: 231).
Laba merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan yang mendapat
banyak perhatian dan banyak penelitian membuktikan adanya hubungan yang
sangat erat antara laba dengan tingkat return saham perusahaan (Ball dan Brown,
1968; Beaver, 1968; Foster, 1977). Besaran yang menunjukkan hubungan antara
laba dan return saham ini yang disebut dengan Koefisien Respon Laba (Earnings
Reponse Coefficient – ERC), merupakan besarnya koefisien slope dalam regresi
yang menghubungkan laba sebagai salah satu variabel bebas dan return saham
sebagai variabel terikat. Miller dan Rock (1985) dalam Kim et al. (2000) meneliti
arah dari hubungan laba non ekspektasian dan return saham, sementara Kormendi
dan Lipe (1987) menunjukkan besaran hubungan ini secara positif berhubungan
dengan revisi laba masa depan ekspektasian dan yang diperoleh dari model runtut
waktu univariat.
Penelitian tentang respon laba investor terhadap alokasi pajak antar
periode telah dilakukan oleh Beacer dan Dukes (1972) yaitu tentang pengaruh
alokasi pajak antar periode berdasarkan APB Opinion No.11 terhadap perubahan
harga saham. Hasil penelitian menyatakan bahwa perubahan harga saham pada
periode implementasi APB Opinion No. 11 adalah lebih besar dibandingkan
dengan periode sebelumnya, pada periode implementasi APB Opinion No. 11
yang diamati, harga saham bergerak searah dengan naik-turunnya laba akuntansi,
tetapi alokasi pajak antar periode tidak menunjukkan pengaruh terhadap
perubahan harga saham tersebut, perubahan harga saham untuk perusahaan yang
melaporkan penghasilan pajak tangguhan tidak berbeda dengan perusahana yang
melaporkan beban pajak tangguhan.
Di Indonesia, PSAK No. 46 ditetapkan oleh IAI (Ikatan Akuntan
Indonesia) dan mengatur tentang akuntansi pajak penghasilan (PPh). PSAK No.
46 diberlakukan secara efektif mulai tanggal 1 Januari 1999 bagi perusahaan
publik dan mulai tanggal 1 Januari 2001 bagi perusahaan lainnya. PSAK No. 46
diterbitkan untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan yang berkaitan
dengan PPh. Alokasi pajak antar periode berdasarkan pada PSAK No. 46
diharapkan dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih berkualitas
dibandingkan PSAK sebelumnya yaitu PSAK No. 16 paragraf 77 (Harnanto,
2003: 110). Laporan keuangan yang berkualitas dapat menunjukkan laba
akuntansi yang berkualitas, yaitu laba akuntansi yang mencerminkan kinerja
keuangan perusahaan yang sebenarnya. Semakin berkualitas laba akuntansi, maka
semakin tinggi respon investor (Lev dan Thiagarajan, 1993).
Penelitian yang dilakukan oleh Riduwan (2004) menyatakan bahwa rata-
rata perubahan harga saham pada periode setelah implementasi PSAK No. 46
(tahun 1999-2002) lebih besar daripada periode sebelumnya (tahun 1997-1998).
Bukti ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menyatakan bahwa kualitas laba
akuntansi pada periode setelah implementasi PSAK No. 46 adalah lebih baik
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pelaporan beban pajak penghasilan
yang mencakup pajak kini dan pajak tangguhan menghasilkan laba akuntansi yang
lebih informative dan dapat mencerminkan kinerja perusahaan yang sebenarnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Lev dan Zarowin (1999) yang menyatakan
bahwa semakin informatif laba akuntansi bagi investor dalam membuat keputusan
ekonomi, maka semakin tinggi respon investor terhadap laba akuntansi tersebut
yang ditunjukkan dengan besarnya perubahan harga saham di sekitar tanggal
publikasi laba. Penelitian ini memberikan bukti bahwa alokasi pajak antar periode
berdasarkan PSAK No.46 berpengaruh negatif terhadap ERC dan ERC untuk
perusahaan yang melaporkan penghasilan pajak tangguhan tidak berbeda dengan
perusahaan yang melaporkan beban pajak tangguhan. Untuk pengujian variabel
kontrol yaitu persistensi laba akuntansi, pertumbuhan laba akuntansi, struktur
modal dan besaran perusahaan ada dua variabel kontrol yang berpengaruh
terhadap ERC yaitu persistensi laba akuntansi dan struktur modal.
Maka penelitian ini akan menguji tentang pengaruh alokasi pajak antar
periode berdasarkan PSAK No. 46 terhadap koefisien laba akuntansi (ERC)
dengan perbedaan dengan penelitian terdahulu (Riduwan, 2004) adalah
menggunakan ERC yang diukur dengan CAR yang dihitung dengan metode
market adjusted model dan menggunakan tahun penelitian yang lebih panjang.
Hal ini menjadi kelebihan dari penelitian ini dibandingkan dengan penelitian
terdahulu tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah perubahan harga saham pada periode setelah
implementasi PSAK No.46 lebih besar dari periode sebelum implementasi
PSAK No. 46.
2. Untuk mengetahui apakah alokasi pajak antar periode berdasarkan PSAK
No. 46 berpengaruh negatif terhadap koefisien respon laba akuntansi
(ERC).
3. Untuk mengetahui apakah koefisien respon laba akuntansi (ERC) pada
perusahaan yang melaporkan penghasilan pajak tangguhan berbeda
dengan perusahaan yang melaporkan beban pajak tangguhan.
TELAAH TEORI
1. Koefisien Respon Laba Akuntansi (ERC)
Earning Response Coeffecient merupakan salah satu ukuran yang
yang digunakan untuk mengukur hubungan antara return dan sekuritas
(Dewi, 2004: 208). Telah banyak dilakukan berbagai penelitian terkait
dengan hal ini, baik yang secara teoritis maupun yang empiris dan
diperkirakan terdapat variasi hubungan antara laba perusahaan dengan return
saham. Variasi tersebut diukur dengan mengkaji ERC.
Menurut Cho dan Jung (1991) dalam Riduwan (2004) mendefinisikan
ERC sebagai efek setiap dollar dari laba kejutan (unexpected earnings)
terhadap return saham, yang ditunjukkan melalui slope koefisien dalam
regresi abnormal return saham dengan unexpected earnings. ERC disebut
juga koefisien sensitivitas laba akuntansi, yaitu ukuran sensitivitas perubahan
harga saham terhadap perubahan laba akuntansi.
Kerangka teoritis penelitian ERC diklasifikasikan oleh Cho dan Jung
(1991) ke dalam dua pendekatan atau model, yaitu:
1. Model penilaian berbasis keekonomisan informasi (information
economics based valuation model). Model ini berasumsi bahwa ERC
merupakan fungsi dari sinyal kandungan informasi laba serta persepsi
investor terhadap sistem informasi. Semakin buruk sinyal kandungan
informasi laba dan persepsi investor terhadap sistem informasi (berarti
semakin rendah kualitas laba), maka semakin kecil ERC dan
sebaliknya.
2. Model penilaian berbasis time-series laba (time-series based valuation
model). Model ini berasumsi bahwa ERC merupakan fungsi dari time-
series processes berbagai variabel informasi yang dapat memprediksi
besarnya dividen.
Cho dan Jung (1991) mendefinisikan ERC sebagai pengaruh satu
dolar (rupiah) unexpected earning terhadap return saham. Secara umum
ERC dapat estimasikan melalui persamaan berikut ini (Riduwan,2004) :
CARit = β0 + β1UEit + εit
Keterangan :
CARit = cummulative abnormal return perusahaan i pada periode t
UE = unexpected earnings perusahaan I pada periode t
β1 = koefisien respon laba akuntansi (ERC)
Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba dapat tercermin dari
tingginya earnings response coefficient (ERC), yang menunjukkan bahwa
laba yang dilaporkan berkualitas (Boediono, 2005). ERC adalah reaksi
atas laba yang diumumkan (published) oleh perusahaan. ERC mengukur
besarnya abnormal returns saham dalam merespon komponen kejutan dari
earnings yang dilaporkan perusahaan.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi ERC. Antara lain penelitian yang dilakukan oleh Harahap
(2004), menemukan bahwa tindakan perataan laba dapat mempengaruhi
ERC. Dalam penelitian itu, Harahap juga menggunakan determinan lain
yang dapat mempengaruhi ERC, yaitu prediktibilitas laba, struktur modal
dan ukuran perusahaan. Widiastuti (2002), meneliti bahwa ERC
dipengaruhi oleh luasnya ungkapan sukarela dalam laporan tahunan.
Hasilnya signifikan positif bahwa laporan ungkapan sukarela dalam
laporan tahunan mempengaruhi ERC. Informasi lain yang dapat diperoleh
dari penelitian Widiastuti adalah adanya faktor-faktor lain yang
mempengaruhi ERC yaitu persistensi laba, resiko sistematis, leverage,
growth, dan size perusahaan, tetapi hanya variabel persistensi laba yang
berpengaruh positif terhadap ERC. Besarnya hubungan antara laba
akuntansi dan harga saham pada beberapa literature akuntansi diukur
dengan menggunakan koefisien respons earnings atau ERC (earnings
response coefficient). Penelitian tentang ERC dimaksudkan untuk dpaat
menjelaskan perbedaan respon pasar pada berbagai faktor. Scott (2000
menyatakan bahwa ERC mengukur besarnya abnormal return saham
dalam merespon komponen kejutan dari earnings yang dilaporkan
perusahaan. (Mayangsari, 2004: 157).
2. Kualitas Laba Akuntansi
Salah satu elemen laporan keuangan, laba akuntansi dipandang
penting karena merupakan cerminan kemampuan manajemen perusahaan
dalam mengelola sumber daya – sumber daya yang dipercayakan
kepadanya. Dengan menggunakan informasi ini, ketidakpastian tentang
kinerja keuangan perusahaan di masa depan dapat dikurangi dan pada
akhirnya kualitas pengambilan keputusan pun semakin meningkat.
Di saat proses pengambilan keputusan berlangsung, investor
terkondisikan pada berbagai hal yang dipercayainya. Kepercayaan yang
bersifat personal ini tumbuh dari pengalaman kumulatif investor seperti
pelatihan, pendidikan, dan pengalaman investasi masa lalu (Beaver, 1998).
Dengan menggunakan seluruh informasi yang diperoleh dan ditambah
dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, seorang investor membangun
ekspektasi atas return yang mungkin diperoleh dari investasi yang akan
dilakukan. Namun, kepercayaan seorang investor tidak selalu sama dengan
investor lain walaupun memiliki informasi yang sama. Perbedaan dalam
kemampuan menginterpretasikan berpengaruh besar dalam proses
pengambilan keputusan investasi. Jadi sangat sulit untuk memprediksikan
tindakan apa yang akan diambil seorang investor. Dalam pasar saham,
harga hanya akan bergerak jika sebagian besar investor memiliki
keputusan yang sama (Butar-Butar, 2004: 233). Penelitian ini
menggunakan variabel alokasi pajak antar periode sebagai proksi kualitas
laba akuntansi (Riduwan, 2004).
3. PSAK No. 46 dan Alokasi Pajak Antar Periode
PSAK No. 46 berlaku mulai tanggal 1 Januari 1999 mengakhiri praktik
pelaporan PPh berdasarkan PSAK No. 16 paragraf 77. Perbedaan pokok
antara PSAK No. 46 dengan PSAK No. 16 paragraf 77 adalah bahwa PSAK
No. 46 mengatur akuntansi PPh menggunakan dasar akrual, yang secara