PENGANTAR Masalah utama yang sedang dihadapi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia adalah ketidakpastian secara fundamental dibidang hukum, moral, norma, nilai, dan etika kehidupan sehingga banyak orang kehilangan pegangan, tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai tujuan dekat belaka dengan cara mengambil jalan pintas. Sebagai akibatnya mereka tidak tahu lagi mana yang halal dan haram, mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, dan mana yang hak dan bathil. Fenomena masalah napza adalah salah satu akibat yang ditimbulkan dari ketidakpastian tersebut (Hawari, 2000). Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya (napza) berdampak negatif bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, karena akan merusak sendi kehidupan bermasyarakat yang merupakan salah satu komponen pembentuk negara (Beja, 2004). Hasil penelitian Hawari (2002) diperoleh data-data antara lain sebagai berikut: 1. Pada umumnya penyalahguna napza mulai memakai napza pada usia remaja (13-17 tahun) sebanyak 97% dan usia yang termuda 9 tahun dengan 90% diantaranya adalah laki-laki. 2. Urutan mudahnya napza diperoleh (easy availability) adalah alkohol (88%), sedative/hipnotika (44%), dan ganja (30,7%). 3. Sebanyak 54,7% penyalahguna menyatakan mengganti dengan minuman keras apabila jenis napza yang diinginkan tidak ada; sebanyak 58,7% suka mencampur (kombinasi) satu zat dengan zat lainnya;
24
Embed
PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGANTAR
Masalah utama yang sedang dihadapi oleh masyarakat dan bangsa
Indonesia adalah ketidakpastian secara fundamental dibidang hukum, moral,
norma, nilai, dan etika kehidupan sehingga banyak orang kehilangan pegangan,
tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai tujuan dekat belaka dengan cara
mengambil jalan pintas. Sebagai akibatnya mereka tidak tahu lagi mana yang
halal dan haram, mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, dan
mana yang hak dan bathil. Fenomena masalah napza adalah salah satu akibat yang
ditimbulkan dari ketidakpastian tersebut (Hawari, 2000).
Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya (napza)
berdampak negatif bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, karena
akan merusak sendi kehidupan bermasyarakat yang merupakan salah satu
komponen pembentuk negara (Beja, 2004).
Hasil penelitian Hawari (2002) diperoleh data-data antara lain sebagai
berikut:
1. Pada umumnya penyalahguna napza mulai memakai napza pada usia
remaja (13-17 tahun) sebanyak 97% dan usia yang termuda 9 tahun
dengan 90% diantaranya adalah laki-laki.
2. Urutan mudahnya napza diperoleh (easy availability) adalah alkohol
(88%), sedative/hipnotika (44%), dan ganja (30,7%).
3. Sebanyak 54,7% penyalahguna menyatakan mengganti dengan
minuman keras apabila jenis napza yang diinginkan tidak ada; sebanyak
58,7% suka mencampur (kombinasi) satu zat dengan zat lainnya;
sebanyak 53,3% hanya memakai hanya sejenis zat saja; dan sebanyak
50,7% memakai jenis napza bergantung pada jenis zat yang tersedia
dipasaran baik resmi maupun tidak.
Yogyakarta sebagai kota pelajar tidak luput dari peredaran dan
penyalahgunaan napza. Hal ini terbukti dari sumber tentang penyebaran dan
peredaran napza di DIY yang dipublikasikan oleh Beja (2004) sebagai berikut:
1. Tahun 1999 jumlah perkara yang terungkap 67 kasus dengan jumlah
tersangka 93 orang, 46 diantaranya adalah mahasiswa, 5 pelajar.
2. Tahun 2000 jumlah perkara yang terungkap 162 kasus dengan jumlah
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan (r = 0.433 pada level 0.01)
antara keteraturan menjalankan shalat wajib dengan kontrol diri. Jika
keteraturan menjalankan shalat wajib semakin tinggi, maka kontrol diri
juga akan semakin tinggi. Sebaliknya, jika keteraturan menjalankan shalat
wajib semakin rendah, maka kontrol diri juga akan semakin rendah.
2. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan (r = -0.361 pada level 0.01)
antara kontrol diri dengan kecenderungan ketergantungan penyalahgunaan
napza. Jika kontrol diri tinggi maka kecenderungan ketergantungan
penyalahgunaan napza akan rendah. Sebaliknya, jika kontrol diri rendah
maka kecenderungan ketergantungan penyalahgunaan napza akan tinggi.
3. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan signifikan (r = -0.295 pada
level 0.01) antara keteraturan menjalankan shalat wajib dengan
kecenderungan ketergantungan penyalahgunaan napza. Jika keteraturan
menjalankan shalat wajib tinggi maka kecenderungan ketergantungan
penyalahgunaan napza akan rendah. Sebaliknya, jika keteraturan
menjalankan shalat wajib rendah maka kecenderungan ketergantungan
penyalahgunaan napza akan tinggi.
Saran
1. Bagi Subyek Penelitian
Narkotika, psikotropika, daan zat adiktif lainnya (napza) adalah baik dan
bermanfaat jika digunakan semestinya, tetapi jika untuk disalahgunakan maka
sebaiknya erani untuk mengatakan tidak kepada orang lain yang mengajak, atau
minimal kepada diri sendiri.
Penelitian ini dan penelitian-penelitian terdahulu telah banyak menjelaskan
tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi seseorang sehingga ia menjadi pecandu
(junkie). Penelitian ini misalnya, telah menjelaskan bahwa keteraturan
menjalankan shalat wajib, dan kontrol diri akan mampu mengurangi
kecenderungan-kecenderungan tersebut.
Subyek penelitian dengan ini diharapkan untuk mempertebal keimanan
dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan mengerjakan shalat wajib lebih teratur
lagi, dan lebih khusyu lagi, karena Allah SWT-pun pada dasarnya telah
menunjukkan hakikat shalat wajib di dalam Al-quran bahwa Shalat mencegah
perbuatan keji dan Munkar. Dengan shalat yang rajin dan khusyu maka kontrol
diri akan terbangun lebih kuat lagi. Hal inilah kiranya salah satu yang
membentengi diri kita agar terhindar dari perilaku penyalahgunaan napza.
2. Bagi Lingkungan Kampus dan pengelola Kos
Mahasiswa bukan sekedar ladang untuk berbisnis yang akan terus
mengalirkan uang, tetapi mereka juga manusia yang akan terus tumbuh dan
berkembang, yang dikemudian menjadi pilar-pilar bangsa ini. Sudah sepatutnya
bagi para pengelola kos dan lingkungan kampus untuk tidak hanya
mengumpulkan uang sewa dan lain sebagainya dari para mahasiswa yang tinggal
di kos-kosan melainkan menjadi orang tua kedua bagi mereka saat mereka
merantau di tanah orang. Pengelola kos dan lingkungan kampus hendaknya daapat
menyatu dengan kesulitan mahasiswa, memandu dan mengarahkan mereka agar
segala masalah mereka tidak diselesaikan lewat botol minuman keras melainkan
lewat forum yang kekeluargaan dalam satu kos, atau melaksanakan shalat wajib
secara berjamaah dengan para mahasiswa atau para anak kos. Monitoring juga
sangat penting untuk melihat segala tindak-tanduk mereka. Ingatkan mereka jika
mereka telah menyimpang dari tujuan keberadaannya di Yogyakarta yaitu belajar.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu meneliti permasalahan napza
dengan lebih mendalam lagi seperti dengan metode triangulasi untuk
mendapatkan data yang lebih banyak dan detail, yang dikemudian hari dapat
digunakan sebagai suatu acuan langkah kongkret dalam proses penanggulangan
masalah napza.
DAFTAR PUSTAKA Ahyani, F.R., 2004, Fenomena kontrol diri sebagai salah satu upaya untuk tidak
relaps pada penyalahgunaan narkoba dikalangan mahasiswa. Laporan studi kasus (tidak diterbitkan), Yogyakarta: Program Pendidikan Profesi Psikolog, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Ancok, D., Suroso, F.N., 1994, Psikologi Islami: Solusi Islam Atas Problem-
Problem Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Anshari, M. H., 1996, Kamus Psikologi, Surabaya: Usaha Nasional
Badan Narkotika Propinsi Yogyakarta, 2004, Bahan Informasi: Pencegahan Penyalahgunaan dan Pemberantasan Peredaran gelap Narkoba (P4GN), Yogyakarta: Sekretariat Dinas Ketentraman dan Ketertiban Umum Propinsi DIY
Beja, 2004, Fenomena Masalah Narkoba di Yogyakarta (makalah seminar),
Yogyakarta: Poltabes Yogyakarta Burger, J.M. 1989. Negative Reaction : to Increase in Perceived Personal Control.
Journal of Personality And Social Psychology 56 (2). 246-256 Calhoun, J.F & Acocella, J.R. 1990. Psychology of Adjusment and Human
Relationship. Third edition. New York. Mc. Graw Hill Daradjat. Z., 1989, Shalat Menjadikan Hidup Bermakna, Jakarta: YPI Ruhama Haryanto, F. R., 2001, Psikologi Shalat; aspek-aspek psikologis ibadah shalat,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hawari, D., 1997, Al-Quran; Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa Hawari, D., 2002, Konsep Agama Islam Menanggulangi Naza, Yogyakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa Hawari, D., 2003, Penyalahgunaan dan Ketergantungan Naza (Narkotika,
Alkohol, dan Zat Adiktif), Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Hetherington, E. M. And Parke, R.D 1993. Child Psyhology a Contemporary
Viewpoint. Tokyo: Mc. Grawhill Kogakusha, Ltd
Hurlock, E.B, 1997. Perkembangan Anak. Jillid 1. Edisi Keenam (Alih Bahasa oleh Med. Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih). Jakarta: erlangga
Kimmel, D. C., Weiner, I. B., 1995, Adolescen; A Developmental Transition, 2nd
Edition. New York: John Willey & Sons. Inc Latipah, E., 2002. Hubungan Antara Kematangan Beragama dengan Agresivitas,
Kontrol Diri dan Optimisme. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM
Lazarus, R. S., 1976, Patern of Adjusment. Third Edition, Tokyo: Mc Graw Hill
Kogakusha, LTD Liebert, R. M., Poulos, R. W., Marmor, G. S., 1979, Developmental Psychology.
2nd Edition, New Delhi: Prentice Hall of India Martin G., Joseph P., 1996, Behavior Modification. What It Is and How To Do It,
London: Prentice Hall International, inc Misa,, A., 2002, Menjernihkan batin dengan shalat khusyu’, Yogyakarta: Mitra
Pustaka
Monks, F. J, Knoers, A. M. P, Haditono, S. R, 2001, Psikologi Perkembangan. Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada Unirversity Press
Nurhidayat, A., 2004, Hubungan antara assertivitas dan kontrol diri dengan
kecenderungan penyalahgunaan napza pada remaja. Skripsi (tidak diterbitkan), Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia
Santrock, J. W., 2001, Adolescent, 8th Edition., Boston: Mc Graw Hill Shaffer, D. R., 1994, Social and Personality Development. 3rd Edition, California:
Pacific Grove Syafi’i, A., 1984, Pengantar shalat yang khusyu’, Bandung: Remadja Karya
Ubaydillah, A. N., 2003, Membangun Optimisme Membumi. http://www.e-psikologi.com/dewasa/200103.htm
Zulkarnain, 1997, Hubungan Control Diri dengan Kreativitas Pekerja, Skripsi,